Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

126
Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti 1

Transcript of Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Page 1: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

1

Page 2: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

2

UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

Fungsi dan Sifat Hak Cipta Pasal 2

1. Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk

mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis

setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut

peraturan perundang-undangan yang berlaku

Hak Cipta pasal 49

1. Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain

yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman

suara dan/atau gambar pertunjukannya.

Sanksi Pelanggaran Pasal 72

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana

dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (2) dipidana dengan pidana

penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan / atau denda paling

sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana pennjara paling lama 7

(tujuh) tahun dan / atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima milyar

rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mendengarkan, atau

menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling

lama 5 (lima) tahun dan / atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima

ratus juta rupiah).

Page 3: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

3

Penulis

Laeli Qadrianti

Latinulu Press

Page 4: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

4

Penulis

Laeli Qadrianti

Editor

Ismail

Takdir

Design Cover

Muhsin

Cetakan I, 2017

Ukr. 14 x 21 cm

ISBN. 978-602-60220-7-3

Penerbit

CV. Latinulu

Jln. PorosSinjai – Kajang KM. 5 Tongke-tongkeKec. SinjaiTimur

Sulawesi Selatan

HP. 0813 4222 0389

Email :[email protected]

Pencetak

Latinulu Press

Page 5: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

i

KATA PENGANTAR

uji syukur penulis haturkan kepada Allah Swt. atas

rahmat-Nya. Salam dan Shalawat kepada Nabi Saw.

uswatun hasanah dan rahmatan lil alamiin. Penyusunan

Buku ajar ini bertujuan agar dapat memberikan gambaran umum

mata kuliah Bahasa Indonesia, dan diharapkan memudahkan

mahasiswa dalam mengikuti kuliah Bahasa Indonesia.

Buku ajar ini terdiri atas sembilan bab yang memparkan

tentang: Pendahuluan; Sejarah, kedudukan, dan fungsi bahasa

Indonesia; Sejarah ejaan di Indonesia; Ragam Bahasa Indonesia;

Kalimat Efektif; Kerangka karangan; Pengembangan paragraf;

Pengumpulan data, kutipan, Catatan kaki, dan bibliografi; dan

Ringkasan, resensi atau laporan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua

pihak yang telah memberikan bantuan materil maupun nonmateril,

dukungan, dan motivasi dalam penyelesaian buku ajar ini. Penulis

menyadari bahwa buku ajar ini banyak kekurangan. Oleh karena

itu, saran dan kritik para pembaca sangat diharapkan. Semoga

bahan ajar ini bermanfaat bagi kita semua. Amin!

Sinjai, September 2016

Penulis

P

Page 6: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

ii

DAFTAR ISI

Sampul

Kata Pengantar .................................................................. i

Daftar Isi ........................................................................... ii

BAB I Pendahuluan .......................................................... 1

A. Deskripsi Kuliah ............................................. 1

B. Tujuan Kuliah ................................................. 1

C. Materi Kuliah ................................................. 2

BAB II Sejarah, Kedudukan, dan Fungsi Bahasa

Indonesia .............................................................. 3

A. Sejarah Bahasa Indonesia ................................ 3

B. Lahirnya Bahasa Indonesia dan

Perkembangannya ........................................... 8

C. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia ....... 13

BAB III Sejarah Ejaan di Indonesia ................................... 20

A. Ejaan Van Ophuijsen ....................................... 20

B. Ejaan Soewandi ............................................... 21

C. Ejaan Melindo ................................................. 21

D. Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan ............................................... 22

BAB IV Ragam Bahasa Indonesia ..................................... 24

A. Ragam Bahasa Indonesia Berdasarkan Media 24

B. Ragam Bahasa Berdasarkan Waktu ................ 31

C. Ragam Bahasa Berdasarkan Pesan

Komunikasi ..................................................... 31

D. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar .......... 33

BAB V Kalimat Efektif...................................................... 35

A. Definisi Kalimat Efektif .................................. 35

B. Ciri-ciri dan Kriteria Kalimat Efektif .............. 36

Page 7: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

iii

BAB VI Karangan .............................................................. 43

A. Topik, Tema, dan Judul ................................... 43

B. Kerangka Karangan ......................................... 47

BAB VII Pengembangan Paragraf ..................................... 51

A. Struktur Paragraf ............................................. 51

B. Ciri-ciri Paragraf ............................................. 53

C. Syarat Paragraf ................................................ 53

D. Jenis Paragraf .................................................. 55

E. Pola Pengembangan Paragraf .......................... 71

BAB VIII Pengumpulan Data dan Kutipan, Catatan

Kaki, dan Bibliografi.............................................. 81

A. Pengumpulan Data .......................................... 81

B. Kutipan ............................................................ 81

C. Catatan Kaki .................................................... 85

D. Bibliografi ....................................................... 93

BAB IX Ringkasan, Resensi dan Laporan ......................... 100

A. Ringkasan ........................................................ 100

B. Resensi ............................................................ 102

C. Laporan ........................................................... 111

DAFTAR PUSTAKA ........................................................ 113

GLOSARIUM .................................................................... 116

Page 8: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Deskripsi Kuliah

erdasarkan Surat Putusan Direktur Jenderal

Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan

Nasional, Republik Indonesia Nomor

43/DIKTI/Kep/2006 tanggal 6 September 2006, tentang Rambu-

rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan

Kepribadian di Perguruan Tinggi, mata kuliah bahasa Indonesia

sebagai MPK menekankan keterampilan mahasiswa untuk

menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Keterampilan berbahasa mahasiswa dapat dibina melalui kegiatan

menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

B. Tujuan Kuliah

Ada dua tujuan yang akan dicapai dalam kuliah bahasa

Indonesia, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan Umum

Bahasa Indonesia dijadikan mata kuliah pengembang

kepribadian di setiap perguruan tinggi dengan tujuan agar

mahasiswa memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia.

Sikap positif terhadap bahasa Indonesia diwujudkan dengan: a)

kesetiaan bahasa, mendorong mahasiswa memelihara bahasa

nasional; b) kebanggaan bahasa, mendorong mahasiswa

B

Page 9: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

2

mengutamakan bahasa Indonesia dan menggunakan bahasa

Indonesia sebagai lambang identitas bangsa, dan c) kesadaran

akan adanya norma bahasa, mendorong mahasiswa

menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah dan

aturan yang berlaku.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus kuliah bahasa Indonesia di perguruan

tinggi adalah agar mahasiswa terampil menggunakan bahasa

Indonesia dengan baik dan benar, secara lisan maupun tertulis

sebagai sarana pengungkapan gagasan ilmiah.

C. Materi Kuliah

Adapun pokok-pokok materi kuliah bahasa Indonesia, yaitu:

1. Sejarah, kedudukan, dan fungsi bahasa Indonesia

2. Sejarah ejaan di Indonesia

3. Ragam Bahasa Indonesia

4. Kalimat Efektif

5. Kerangka karangan

6. Pengembangan paragraf

7. Pengumpulan data, kutipan, Catatan kaki, dan bibliografi

8. Ringkasan, resensi dan laporan

Page 10: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

3

BAB II

SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI

BAHASA INDONESIA

embicaraan tentang sejarah, kedudukan, dan fungsi

bahasa Indonesia tidak asing lagi. Apabila ingin

membicarakan tentang sejarah bahasa Indonesia,

mau tidak mau kita akan membicarakan bahasa Melayu sebagai

sumber bahasa Indonesia yang digunakan hingga saat ini.

Pada bagian ini dibahas tiga bagian, yaitu (a) sejarah bahasa

Indonesia, (b) lahirnya bahasa Indonesia dan perkembangannya,

dan (c) kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia. Untuk itu

cermatilah materi berikut ini.

A. Sejarah Bahasa Indonesia

Perkembangan bahasa Indonesia tidak lepas dari bahasa

Melayu sebagai sumber bahasa Indonesia yang digunakan hingga

sekarang. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa

Melayu, yang sejak dahulu telah dipakai sebagai bahasa perantara

(lingua franca).

1. Bahasa Indonesia Sebelum Kemerdekaan

Bahasa Melayu adalah bahasa kebangsaan Brunei

Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Nama

Melayu mula-mula digunakan sebagai nama kerajaan tua di

daerah Jambi di tepi sungai Batanghari, yang pada pertengahan

P

Page 11: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

4

abad ke-7 ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya. Selama empat

abad kerajaan ini berkuasa di daerah Sumatera Selatan bagian

timur dan di bawah pemerintahan raja-raja Syailendra, bukan

saja menjadi pusat politik di Asia Tenggara, melainkan juga

menjadi pusat ilmu pengetahuan.

Berbagai batu bertulis (prasasti) kuno yang ditemukan,

seperti a) Prasasti Kedukan Bukit di Palembang (682 M); b)

Prasasti Talang Tuo di Palembang (684 M); c) Prasasti Kota

Kapur di Bangka Barat (686 M), dan d) Prasasti Karang Brahi,

Bangko, Kabupaten Merangin, Jambi (688 M). Prasasti

tersebut membuktikan bahwa bahasa Melayu Kuno sudah

dipakai sebagai alat komunikasi pada zaman Sriwijaya (Halim

dalam Arifin dan Tasai, 2015: 5).

Prasasti-prasasti yang juga tertulis di dalam bahasa

Melayu Kuno terdapat di Jawa Tengah, Prasasti Gandasuli

(832 M) dan di Bogor (942 M). Kedua prasasti di pulau Jawa

memperkuat dugaan bahwa bahasa Melayu Kuno pada waktu

itu tidak saja dipakai di Pulau Sumatera, tetapi juga dipakai di

Pulau Jawa. Berdasarkan petunjuk-petunjuk tersebut, dapatlah

dikemukakan bahwa pada zaman Sriwijaya bahasa Melayu

berfungsi sebagai:

a. Bahasa Melayu sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa

buku-buku yang berisi aturan hidup dan sastra.

Page 12: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

5

b. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa perhubungan

(lingua franca) antarsuku di Indonesia.

Bahasa Melayu didukung oleh medan tuturnya yang

berada di daerah geografis yang sangat strategis. Dalam hal

ini, bahasa Melayu terletak dalam jalur perdagangan hingga

penyebarannya lebih mudah dan cepat untuk semua etnik

atau suku. Para pedagang yang datang dari Arab, Eropa,

Asia, dan kepulauan nusantara bertemu bandar-bandar selat

Malaka. Di tempat pertemuan itulah terjadi transaksi jual

beli dengan pedagang pribumi. Bahasa yang digunakan

adalah bahasa penduduk setempat yakni bahasa Melayu.

c. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa perdagangan

terutama di sepanjang pantai, baik bagi suku yang ada di

Indonesia maupun bagi pedagang-pedagang yang datang

dari luar Indonesia.

d. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa resmi kerajaan.

Kerajaan Sriwijaya dan kerajaan Majapahit adalah dua

buah kerajaan yang sangat terkenal di kawasan nusantara pada

abad yang lalu. Kedua kerajaan memiliki sejarah kejayaan

yang tersohor keberadaannya, bahasa resminya adalah salah

satu diantaranya bahasa Melayu. Demikian pula pada zaman

penjajahan Belanda, bahasa Melayu merupakan bahasa resmi

kedua mendampingi bahasa Belanda, begitu pula para

misionaris, yang menyebarkan Injil dengan menggunakan

Page 13: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

6

bahasa melayu. Hal yang sama dalam penyebaran agama Islam,

pada abad ke 15 bahasa Melayu sebagai bahasa agama atau

bahasa dalam penyiaran Islam.

Sesuai dengan fungsi bahasa Melayu tersebut, kedudukan

bahasa Melayu sebagai lingua franca semakin kuat, terutama

dengan tumbuhnya rasa persatuan dan kebangsaan di kalangan

pemuda pada awal abad ke-20. Hal ini dibuktikan dengan

diadakannya Kongres Pemuda di Jakarta pada tanggal 28

Oktober 1928. Dalam kongres itu para pemuda dari berbagai

organisasi mengikrarkan Sumpah Pemuda. Kongres pemuda

Indonesia tahun 1928 itu berisi tiga butir kebulatan tekad

sebagai berikut:

Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertanah air satu,

tanah air Indonesia.

Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu,

bangsa Indonesia.

Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa

persatuan, bahasa Indonesia.

Dengan diikrarkannya sumpah pemuda, resmilah bahasa

Melayu yang sudah dipakai sejak pertengahan abad ke-7

menjadi bahasa Indonesia. Adapun faktor yang menjadi

penyebab bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia,

yaitu:

Page 14: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

7

a. Bahasa Melayu merupakan lingua franca di Indonesia,

bahasa perhubungan, dan bahasa perdagangan.

b. Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena

dalam bahasa ini tidak dikenal tingkatan bahasa, seperti

dalam bahasa Jawa atau perbedaan bahasa kasar dan halus,

seperti dalam bahasa Sunda.

c. Suku Jawa, suku Sunda, dan suku-suku yang lain dengan

sukarela menerima bahasa Melayu menjadi bahasa

Indonesia sebagai bahasa nasional.

d. Bahasa Melayu memiliki kesanggupan untuk dipakai

sebagai bahasa kebudayaan dalam arti luas.

2. Bahasa Indonesia Sesudah Kemerdekaan

Kedudukan bahasa Indonesia semakin mantap setelah

proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945. Perkembangan

bahasa Indonesia juga semakin pesat. Sehari setelah proklamasi

kemerdekaan, pada tanggal 18 Agustus 1945 ditetapkan

Undang-undang Dasar 1945 yang di dalamnya terdapat pasal

36 yang menyatakan bahwa “Bahasa Negara adalah Bahasa

Indonesia”. Penegasan ini menunjukkan kedudukan dan fungsi

yang bersifat formal. Sebagai bahasa negara, bahasa ini harus

digunakan secara nasionaldalam berbagai komunikasi formal

yang bersifat kenegaraan dan kedinasan dalam berbagai

komunikasi resmi baik dalam lembaga pemerintah maupun

Page 15: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

8

nonpemerintah, termasuk dalam berbagai tingkat lembaga

pendidikan di negara Republik Indonesia.

Perkembangan selanjutnya membuktikan bahwa sejak

proklamasi setiap komunikasi nonformal pun bangsa Indonesia

menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa

pemakaian bahasa Indonesia telah berakar pada seluruh lapisan

masyarakat di Indonesia dalam suasana keakraban. Selain itu,

fungsinya dalam komunikasi berkembang menjadi simbol

kebersamaan, dorongan untuk bersatu, dan kepribadian

pemakainya.

Melalui perjalanan sejarah yang panjang, bahasa

Indonesia telah mencapai perkembangan yang luar biasa, baik

dari segi penggunanya, maupun dari sistem tata bahasa dan

kosakata serta maknanya. Saat ini, bahasa Indonesia telah

menjadi bahasa besar yang dipelajari dan digunakan tidak

hanya di seluruh Indonesia tetapi juga di banyak negara.

B. Lahirnya Bahasa Indonesia dan Perkembangannya

Sejarah perkembangan bahasa Indonesia dapat dirinci dari

tahun ke tahun sebagai berikut:

1. Pada tahun 1901 disusun ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch.

A. van Ophuijsen dan dimuat dalam Kitab Logat Melayu.

2. Pada tahun 1908 pemerintah mendirikan sebuah badan

penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama Commissie voor

Page 16: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

9

de Volkslectur (Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada

tahun 1917 diubah menjadi Balai Pustaka. Balai Pustaka

menerbitkan buku-buku novel, seperti Siti Nurbaya dan Salah

Asuhan dan buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun

memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu

penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.

3. Tanggal 28 Oktober 1928 merupakan saat-saat yang paling

menentukan dalam perkembangan bahasa Indonesia karena

pada tanggal itulah para pemuda pilihan memancangkan

tonggak yang kokoh untuk perjalanan bahasa Indonesia.

4. Pada tahun 1933 resmi berdiri sebuah angkatan sastrawan

muda yang menamakan dirinya Pujangga Baru yang

dipimpin oleh Sutan Takdir Ali Syahbana dan kawan-kawan.

5. Pada tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa

Indonesia I di Solo. Dari hasil kongres di Solo ini dapat

disimpulkan bahwa usaha pembinaan dan pengembangan

bahasa Indonesia telah dilakukan secara sadar oleh

cendekiawan dan budayawan kita saat itu.

6. Masa pendudukan Jepang (1942-1945) merupakan pula suatu

masa penting. Jepang memilih bahasa Indonesia sebagai alat

komunikasi resmi antara pemerintah Jepang dengan rakyat

Indonesia karena niat menggunakan bahasa Jepang sebagai

pengganti bahasa Belanda untuk alat komunikasi tidak

terlaksana. Bahasa Indonesia juga dipakai sebagai bahasa

Page 17: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

10

pengantar di lembaga-lembaga pendidikan dan untuk

keperluan ilmu pengetahuan.

7. Pada tanggal 18 Agustus 1945 ditanda tanganilah Undang-

Undang Dasar 1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36)

menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.

8. Pada tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan Ejaan

Republik (Ejaan Soewandi) sebagai pengganti Ejaan van

Ophuysen yang berlaku sebelumnya.

9. Kongres Bahasa Indonesia II di Medan pada tanggal 28

Oktober – 2 November 1954 adalah juga salah satu

perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus

menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai

bahasa nasional dan ditetapkan sebagai bahasa negara.

10. Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia

meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan melalui pidato kenegaraan di depan sidang

DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57

tahun 1972.

11. Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum

Pembentukan Istilah resmi berlaku di seluruh Indonesia.

12. Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan di

Jakarta pada tanggal 28 Oktober – 2 November 1978

Page 18: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

11

merupakan peristiwa yang penting bagi kehidupan bahasa

Indonesia. Kongres yang diadakan dalam rangka peringatan

hari Sumpah Pemuda yang kelima puluh ini, selain

memperlihatkan kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan

bahasa Indonesia sejak tahun 1928, juga berusaha

memantapkan kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.

13. Kongres bahasa Indonesia IV diselenggarakan di Jakarta pada

tanggal 21 – 26 November 1983. Kongres ini diselenggarakan

dalam rangka peringatan hari Sumpah Pemuda yang ke-55.

Dalam putusannya disebutkan bahwa pembinaan dan

pengembangan bahasa Indonesia harus lebih ditingkatkan

sehingga amanat yang tercantum dalam Garis-Garis Besar

Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua warga

Negara Indonesia dengan baik dan benar, dapat tercapai

semaksimal mungkin. Selain itu, kongres menugasi Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa untuk memantau

hasil-hasil kongres sebelumnya kepada kongres berikutnya.

14. Kongres bahasa Indonesia V juga diadakan di Jakarta pada

tanggal 28 Oktober – 3 November 1988. Kongres ini

merupakan kongres yang terbesar dalam sejarah

perkembangan bahasa Indonesia karena selain dihadiri oleh

kira-kira tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh

Nusantara, juga kongres ini diikuti oleh peserta tamu dari

Negara sahabat, seperti Malaysia, Singapura, Brunai

Page 19: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

12

Darussalam, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres ke-5

ini dibuka oleh Presiden Soeharto di Istana Negara Jakarta.

Kongres ini ditandai dengan dipersembahkannya karya besar

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa kepada seluruh

pencinta bahasa di Nusantara, yakni berupa (1) Kamus Besar

Bahasa Indonesia, (2) Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia,

dan (3) buku-buku bahan penyuluhan bahasa Indonesia.

15. Kongres Bahasa Indonesia VI diselenggarakan di Jakarta

pada tanggal 28 Oktober – 2 November 1993. Dalam kongres

ini diselenggarakan pula pameran buku yang menyajikan 385

judul buku yang terdiri atas buku-buku yang berkaitan dengan

kongres bahasa Indonesia, Sumpah Pemuda, Bahasa dan

Sastra Indonesia, serta kamus berbagai bidang ilmu, antara

lain Kimia, Matematika, Fisika, Biologi, Kedokteran, dan

Manajemen. Selain itu, disajikan pula panel Sumpah Pemuda,

foto kegiatan kebahasaan/kesastraan, dan peragaan komputer

sebagai pengolah data kebahasaan.

16. Kongres Bahasa Indonesia VII diselenggarakan di Jakarta

pada tanggal 26-30 Oktober 1998. Kongres ini melanjutkan

program kegiatan dari kongres VI.

17. Kongres Bahasa Indonesia VIII diselenggarakan di Jakarta

pada tanggal 14-17 Oktober 2003. Kongres ini merupakan

kongres yang terbesar dalam sejarah perkembangan bahasa

Indonesia karena selain dihadiri oleh kira-kira seribu pakar

Page 20: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

13

bahasa Indonesia dari seluruh Nusantara, juga kongres ini

diikuti oleh peserta tamu dari hampir seluruh negara. Di

samping itu, dalam kongres ini dianugerahkan penghargaan

bagi pejabat yang selalu menggunakan bahasa Indonesia

dengan baik dan benar.

18. Kongres Bahasa Indonesia IX diselenggarakan di Jakarta

pada tanggal 28 Oktober – 1 November 2008. Kongres ini

merupakan kongres yang terbesar dalam sejarah

perkembangan bahasa Indonesia karena selain dihadiri oleh

kira-kira 1.300 pakar bahasa Indonesia dari seluruh

Nusantara, juga kongres ini diikuti oleh peserta tamu dari

hampir seluruh negara. Di samping itu, dalam kongres ini

dianugerahkan penghargaan bagi pejabat yang senantiasa

menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

C. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia

Kedudukan dan fungsi bahasa yang dipakai oleh

pemakainya perlu dirumuskan secara eksplisit, sebab kejelasan

„label‟ yang diberikan akan mempengaruhi masa depan bahasa

yang bersangkutan. Pemakaianya akan menyikapinya secara jelas

terhadapnya. Pemakaiannya akan memperlakukannya sesuai

dengan „label‟ yang dikenakan padanya. Di pihak lain, bagi

masyarakat yang dwi bahasa (dwilingual), akan dapat „memilah-

milahkan‟ sikap dan pemakaian kedua atau lebih bahasa yang

Page 21: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

14

digunakannya. Mereka tidak akan memakai secara sembarangan.

Mereka bisa mengetahui kapan dan dalam situasi apa bahasa yang

satu dipakai, dan kapan dan dalam situasi apa pula bahasa yang

lainnya dipakai. Dengan demikian perkembangan bahasa itu akan

menjadi terarah. Pemakaiannya akan berusaha mempertahankan

kedudukan dan fungsi bahasa yang telah disepakatinya antara lain

menyeleksi unsur-unsur bahasa lain yang masuk ke dalamnya.

Unsur-unsur yang dianggap menguntungkannya akan diterima,

sedangkan unsur-unsur yang dianggap merugikannya akan ditolak

(Rahim, 2013: 13).

1. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Nasional

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional, bahasa

Indonesia berfungsi sebagai a) lambang kebanggaan

kebangsaan, b) lambang identitas nasional, c) alat perhubungan

antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya, dan d) alat

pemersatu berbagai suku bangsa.

2. Bahasa Indonesia sebagai Lambang Kebanggaan

Kebangsaan

Fungsi bahasa Indonesia sebagai lambang kebanggaan

kebangsaan mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang

mendasari rasa kebanggaan. Atas dasar kebanggan inilah

bahasa Indonesia harus dipelihara dan dikembangkan. Bangsa

Indonesia sebagai pemilik bahasa Indonesia harus bangga

menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar.

Page 22: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

15

3. Bahasa Indonesia sebagai Lambang Identitas Nasional

Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa yang budaya

dan bahasanya berbeda. Untuk membangun kepercayaan diri

yang kuat, bangsa memerlukan identitas. Identitas bangsa dapat

diwujudkan melalui bahasanya. Sebagai lambang identitas

nasional, bahasa Indonesia harus dijunjung di samping bendera

dan lagu kebangsaan. Bahasa Indonesia dapat memiliki

identitasnya apabila masyarakat pemakainya membina dan

mengembangkan bahasa Indonesia sehingga bersih dari unsur-

unsur bahasa lain.

4. Bahasa Indonesia sebagai Alat Perhubungan antarwarga,

antardaerah, dan antarbudaya

Masalah yang dihadapi bangsa yang terdiri atas berbagai

suku bangsa dengan budaya dan bahasa yang berbeda adalah

komunikasi. Namun hal ini dapat diatasi berkat adanya bahasa

Indonesia sehingga dapat digunakan untuk berkomunikasi satu

dengan yang lain sedemikian rupa sehingga dapat

meminimalisir kesalahpahaman sebagai akibat perbedaan latar

belakang sosial budaya dan bahasa. Bahasa inilah yang berhasil

menyatukan cita dan semangat masyarakat Indonesia yang

majemuk.

Page 23: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

16

5. Bahasa Indonesia sebagai Alat Pemersatu Berbagai Suku

Bangsa

Bahasa Indonesia memungkinkan berbagai suku bangsa

untuk mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu

dengan tidak perlu meninggalkan identitas kesukuan dan

kesetiaan kepada nilai-nilai sosial budaya serta latar belakang

bahasa daerah yang bersangkutan. Bahasa Indonesia sebagai

alat pemersatu berbagai suku bangsa meletakkan kepentingan

nasional di atas kepentingan daerah atau golongan.

6. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara

Di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa

Indonesia berfungsi sebagai (a) bahasa resmi kenegaraan, (b)

bahasa pengantar dalam dunia pendidikan, (c) alat

perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan

perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, dan (d) alat

pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

7. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Resmi Kenegaraan

Sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia dipakai untuk

urusan-urusan kenegaraan. Sesuai dengan fungsi ini, bahasa

Indonesia dipakai pada semua upacara, peristiwa dan kegiatan

kenegaraan, baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan.

Pidato-pidato resmi, dokumen negara, surat keputusan, dan

surat-surat resmi ditulis dalam bahasa Indonesia. Pelaksanaan

Page 24: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

17

upacara-upacara kenegaraan juga menggunakan bahasa

Indonesia.

8. Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Pengantar dalam Dunia

Pendidikan

Bahasa Indonesia merupakan satu bahasa yang dapat

memnuhi kebutuhan akan bahasa yang seragam dalam

pendidikan di Indonesia. Pemakaian bahasa Indonesia dalam

dunia pendidikan tidak terbatas sebagai bahasa pengantar,

bahan-bahan ajar juga menggunakan bahasa Indonesia.

Penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam

dunia pendidikan dimulai taman kanak-kanak sampai dengan

perguruan tinggi di seluruh Indonesia.

9. Bahasa Indonesia sebagai Alat Perhubungan di Tingkat

Nasional untuk Kepentingan Pembangunan dan

Pemerintahan

Bahasa Indonesia diperlukan sebagai alat perhubungan di

tingkat nasional untuk kepentingan pembangunan dan

pemerintahan sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik.

Berkaitan dengan fungsi ini, bahasa Indonesia bukan saja

sebagai alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah dan

masyarakat luas, dan bukan saja sebagai alat perhubungan

antardaerah dan antarsuku, tetapi juga sebagai alat

perhubungan di dalam masyarakat yang sama latar belakang

sosial budaya dan bahasanya.

Page 25: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

18

10. Bahasa Indonesia sebagai Alat Pengembangan

Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi

Pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan

teknologi memerlukan bahasa yang bisa dipakai untuk

kepentingan tersebut dan bahasa tersebut dapat dimengerti oleh

masyarakat luas. Di dalam hubungan ini, bahasa Indonesia

adalah alat yang memungkinkan untuk membina dan

mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa

sehingga memiliki ciri-ciri dan identitasnya yang

membedakannya dari kebudayaan daerah. Pada waktu yang

sama, bahasa Indonesia digunakan sebagai alat untuk

menyatakan nilai-nilai sosial budaya nasional (Halim dalam

Arifin dan Tasai, 2015: 15).

Saat ini, fungsi bahasa Indonesia semakin luas. Bahasa

Indonesia berfunsgi sebagai bahasa media massa. Media massa

cetak dan elektronik, baik visual, audio, maupun audiovisual

harus memakai bahasa Indonesia. Media massa menjadi

tumpuan dalam menyebarluaskan bahasa Indonesia secara baik

dan benar. Selain itu, bahasa Indonesia sebagai alat

menyebarluaskan sastra Indonesia dapat dipakai. Sastra

Indonesia merupakan wahana pemakaian bahasa Indonesia dari

segi estetis bahasa sehingga bahasa Indonesia menjadi bahasa

yang penting dalam dunia internasional.

Page 26: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

19

Soal Latihan

1. Mengapa bahasa Melayu dijadikan sebagai bahasa persatuan

bangsa Indonesia?

2. Jelaskan fungsi bahasa Indonesia sebagai lambang identitas

nasional!

3. Bagaimana fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara?

Page 27: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

20

BAB III

SEJARAH EJAAN DI INDONESIA

erkaitan dengan sejarah ejaan di Indonesia, pada

bagian ini ada empat hal yang dibahas, yaitu (a)

ejaan Van Ophuijsen, (b) ejaan Soewandi, (c)

ejaan Melindo, dan (d) ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan (EYD). Untuk menambah wawasan Anda,

cermatilah materi berikut ini.

A. Ejaan Van Ophuijsen

Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana

melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antarhubungan antara

lambang-lambang itu (pemisahan dan penggabungannya dalam

suatu bahasa). Secara teknis, yang dimaksud dengan ejaan adalah

penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca (Arifin

dan Tasai, 2014: 164).

Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa Melayu dengan

huruf Latin, yang disebut Ejaan van Ophuijsen. Van Ophuijsen

merancang ejaan itu yang dibantu oleh Engku Nawawi Gelar

Soetan Ma‟moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Hal-hal

yang menonjol dalam ejaan van Ophuijsen, sebagai berikut:

1. Huruf j dipakai untuk menuliskan kata-kata jang, pajah,

sajang.

B

Page 28: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

21

2. Huruf oe dipakai untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe,

oemoer.

3. Tanda diakritik, seperti koma, ain, dan tanda trema, dipakai

untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamai’.

B. Ejaan Soewandi

Pada tanggal 19 Maret 1947 ejaan Soewandi diresmikan

untuk menggantikan Ejaan van Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh

masyarakat dikenal dengan nama Ejaan Republik. Hal-hal yang

perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu sebagai

berikut:

1. Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru, itu, umur.

2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada

kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.

3. Kata ulang boleh ditulis dengan angka-2, seperti anak2,

berjalan2, ke-barat2-an.

4. Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai

dengan kata yang mengikutinya, seperti kata depan di pada

dirumah, dikebun, disamakan dengan imbuhan di- pada ditulis,

dikarang.

C. Ejaan Melindo

Pada akhir 1959 sidang perutusan Indonesia dan Melayu

(Slametmulyana-Syeh Nasir bin Ismail, ketua) menghasilkan

Page 29: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

22

konsep ejaan bersama yang kemudian dikenal dengan nama Ejaan

Melindo (Melayu Indonesia). Perkembangan politik selama tahun-

tahun berikutnya mengurungkan peresmian ejaan itu.

D. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia

meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan

baru itu berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan meyebarkan buku kecil

yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan, sebagai patokan pemakaian ejaan.

Beberapa hal yang berkaitan dengan Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempurnakan sebagai berikut:

1. Pengubahan Huruf

Ejaan Soewandi Ejaan yang Disempurnakan

Dj djalan, djauh j jalan, jauh

J pajung, laju y payung, layu

Nj njonja, bunji ny nyonya, bunyi

Sj isjarat, masjarakat sy isyarat, masyarakat

Tj tjukup, tjutji c cukup, cuci

Ch tarich, achir kh tarikh, akhir

2. Huruf-huruf di bawah ini yang sebelumnya sudah terdapat

dalam Ejaan Soewandi sebagai unsur pinjaman abjad asing,

diresmikan pemakaiannya.

Page 30: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

23

f maaf, fakir

v valuta, universitas

z zeni, lezat

3. Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta

tetap dipakai

4. Penulisan di- atau ke sebagai awalan dan di atau ke sebagai

kata depan dibedakan, yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditulis

serangkai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan di atau

ke sebagai kata depan ditulis terpisah dengan yang

mengikutinya.

di- (awalan) di (kata depan)

Ditulis di kampus

Dibakar di rumah

Dilempar di jalan

Dipikirkan di sini

Ketua ke kampus

Kekasih ke luar negeri

Kehendak ke atas

5. Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan

angka 2. anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat

Page 31: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

24

BAB IV

RAGAM BAHASA INDONESIA

ahasa Indonesia yang luas wilayah pemakaiannya

dan bermacam ragam penuturnya, mau tidak mau

takluk pada hukum perubahan. Faktor sejarah dan

perkembangan masyarakat tutur berpengaruh pada timbulnya

ragam bahasa Indonesia. Ragam bahasa yang beraneka macam

masih tetap disebut “bahasa Indonesia”.

Adapun ragam bahasa Indonesia yang dibahas pada bagian

ini, yaitu (a) ragam bahasa berdasarkan media, (b) ragam bahasa

berdasarkan waktu, (c) ragam bahasa berdasarkan pesan

komunikasi, dan (d) bahasa Indonesia yang baik dann benar.

Untuk itu, cermatilah materi berikut ini.

A. Ragam Bahasa Berdasarkan Media

1. Ragam Lisan dan Ragam Tulis

Menurut Widjono (2012: 31) berdasarkan media yang

digunakan ragam bahasa dibedakan atas 1) ragam bahasa lisan:

berpidato, berdiskusi, bertelepon, dan 2) ragam bahasa tulis.

ragam bahasa lisan ditandai dengan penggunaan lafal atau

pengucapan, intonasi (lagu kalimat), kosakata, penggunaan tata

bahasa dalam pembentukan kata, dan penyusunan kalimat.

Ragam bahasa lisan terdiri atas 1) ragam bahasa lisan baku

B

Page 32: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

25

sejalan dengan ragam bahasa tulis baku, dan 2) ragam bahasa

lisan tidak baku (bahasa pergaulan).

Contoh:

a. Lely lagi berdiri di tepi muara galau.

b. Diarti cuman bergurau tapi Rita menanggapi dengan

serius.

Ragam bahasa tulis ditandai dengan kecermatan

menggunakan ejaan dan tanda baca (yang secara tepat dapat

melambangkan intonasi), kosakata, penggunaan tata bahasa

dalam pembentukan kata, penyusunan kalimat, paragraf, dan

wacana.

Contoh:

a. Irma mengatakan bahwa kampus Institut Agama Islam

Muhammadiyah Sinjai termasuk kampus terpercaya.

b. Awal melakukan percobaan di laboratorium untuk

mengetahui jaringan daun pepaya.

Adapun perbedaan antara ragam lisan dan ragam tulis, yaitu:

a. Ragam lisan menghendaki adanya orang kedua, teman

berbicara yang berada di depan pembicara, sedangkan

ragam tulis tidak mengharuskan adanya teman bicara berada

di depan.

b. Unsur-unsur fungsi gramatikal, seperti subjek, predikat, dan

objek tidak selalu dinyatakan dalam ragam lisan. Hal ini

disebabkan oleh bahasa yang digunakan dapat dibantu oleh

Page 33: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

26

gerak, mimik, pandangan, anggukan, atau intonasi. Berbeda

dengan ragam tulis, fungsi-fungsi gramatikal harus nyata

karena ragam tulis tidak mengharuskan orang kedua berada

di depan pembicara.

c. Ragam lisan sangat terikat pada kondisi, situasi, ruang dan

waktu. Sebaliknya, ragam tulis tidak terikat oleh situasi,

kondisi, ruang, dan waktu.

d. Ragam lisan dipengaruhi oleh tinggi rendah dan panjang

pendek suara, sedangkan ragam tulis dilengkapi dengan

tanda baca, huruf kapital, dan huruf miring.

2. Ragam Baku dan Ragam Tidak Baku

Ragam baku adalah ragam yang dilembagakan dan diakui

oleh sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai

bahasa resmi dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa

dalam penggunaannya. Ragam tidak baku adalah ragam yang

tidak dilembagakan dan ditandai oleh ciri-ciri yang

menyimpang dari norma ragam baku. Ragam baku mempunyai

sifat-sifat, yakni: 1) mantap (sesuai dengan kaidah bahasa); 2)

dinamis (tidak statis, tidak kaku), dan 3) cendekia (dipakai

pada tempat-tempat resmi).

Menurut Nensilianti (2002: 25) pembakuan bahasa

Indonesia meliputi lima bidang, yaitu:

Page 34: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

27

a. Tulisan

Bahasa Indonesia yang digunakan sekarang telah

mempunyai tulisan baku, yakni tulisan latin. Semua tulisan

yang bersifat resmi hanya boleh ditulis dengan tulisan latin.

Tulisan latin adalah tulisan sebagaimana susunan abjad dalam

bahasa Indonesia sekarang ini, yaitu terdiri atas dua puluh

enam huruf.

b. Ejaan

Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana

melambangkan bunyi ujaran, menempatkan tanda baca,

memenggal kata, dan bagaimana menggabungkan kata.

Ejaan dapat dibedakan atas dua macam, yaitu:

1) Ejaan fonetis, yakni ejaan yang berusaha menyatakan setiap

bunyi bahasa dengan lambang atau huruf setelah mengukur

serta mencatatnya dengan alat pengukur bunyi bahasa.

2) Ejaan fonemis, yakni ejaan yang berusaha menyatakan

setiap fonem dengan satu lambang atau huruf sehingga

lambang yang diperlukan tidak terlalu banyak. Misalnya,

ejaan bahasa Indonesia sekarang ditambah dengan beberapa

fonem bahasa Indonesia yang dilambangkan dengan dua

tanda, seperti ng, ny, kh, dan sy serta fonem yang

dilambangkan dengan satu tanda e (pepet) dan e (taling).

Page 35: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

28

c. Tata Bahasa

Tata bahasa adalah seperangkat norma yang memerikan

pemakaian bahasa, baik keteraturannya maupun

penyimpangannya dari keteraturan yang meliputi tata bentuk

dan tata kalimat.

d. Kosakata

Pembakuan kosakata dilaksanakan melalui penyusunan

kamus.

e. Lafal

Alwi (2010: 14) mengatakan bahwa ragam bahasa baku

memiliki dua sifat:

1) Kemantapan dinamis, yakni di samping mempunyai kaidah

dan aturan yang relatif tetapi juga luwes atau bersifat

terbuka untuk perubahan sejalan dengan perkembangan

masyarakat.

2) Kecendikiaan, artinya sanggup mengungkapkan proses

pemikiran yang rumit di berbagai ilmu dan teknologi. Sifat

kecendikiaan dapat diwujudkan dalam kalimat, paragraf,

dan satuan bahasa lain yang lebih besar dalam

mengungkapkan penalaran dan pemikiran yang teratur,

logis, dan masuk akal.

Bahasa baku mendukung empat fungsi. Tiga di antaranya

berfungsi pelambang atau simbolis, sedangkan yang satu bersifat

objektif dan masing-masing diberi nama seperti uraian berikut ini:

Page 36: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

29

a. Fungsi Pemersatu

Bahasa baku memperhubungkan semua penutur berbagai

bahasa. Dengan demikian bahasa baku mempersatukan mereka

menjadi satu masyarakat bahasa dan meningkatkan menjadi

proses identifikasi penutur orang seorang dengan seluruh

mesyarakat itu. Bahasa Indonesia ragam tulisan yang

diterbitkan di Jakarta selaku pusat pembagunan sepertinya

dapat diberi predikat pendukung fungsi pemersatu.

b. Fungsi Pemberi Kekhasan

Fungsi pemberi kekhasan yang diemban oleh bahasa

baku memperbedakan bahasa itu dari bahasa yang lain. Karena

fungsi itu, bahasa baku memperkuat perasaan kepribadian

nasional masyarakat bahasa yang bersangktan. Hal itu ternyata

ada pada penutur bahasa Indonesia.

c. Fungsi Pembawa Kewibawaan

Pemilikan bahasa baku membawa serta wibawa atau

prestise. Fungsi pembawa wibawa bersangkutan dengan usaha

orang mencapai kesederajatan yang dikagumi lewat

pemerolehan bahasa baku sendiri. Dapat juga dikatakan bahwa

fungsi pembawa wibawa itu beralih dari pemilihan bahasa baku

yang nyata ke pemilikan bahasa yang berpotensi menjadi

bahasa baku. Walaupun begitu menurut pengalaman, sudah

dapat disakasikan di beberapa tempat bahwa penutur yang

Page 37: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

30

masih berbahasa Indonesia yang baik dan benar memperoleh

wibawa dimata orang lain.

d. Fungsi sebagai Kerangka Acuan

Bahasa baku selanjutnya berfungsi sebagai kerangka

acuan bagi pemakai bahasa dengan adanya norma dan kaidah

yang dikondifikasi yang jelas. Norma dan kaidah itu menjadi

tolok ukur bagi betul tidaknya pemakaian bahasa orang seorang

atau golongan. Bahasa baku juga menjadi kerangka acuan bagi

fungsi estetika bahasa yang tidak saja terbatas pada bidang

sastra, tetapi juga mencakup segala jenis pemakaian bahasa

yang menarik perhatian karena bentuknya yang khas.

3. Ragam Baku Tulis dan Ragam Baku Lisan

Ragam baku tulis adalah ragam yang dipakai dengan

resmi dalam buku-buku pelajaran atau buku-buku ilmiah

lainnya. Hal ini ditandai dengan penerbitan buku Pedoman

Umum Bahasa Indonesia yang Disempurnakan serta

pengadaan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Berbeda dengan

ragam baku lisan, ini bergantung besar atau kecilnya ragam

daerah yang terdengar dalam ucapan. Berbahasa baku lisan

ditandai dengan tidak menonjolnya pengaruh logat atau dialek

daerahnya.

4. Ragam Sosial dan Ragam Fungsional

Ragam sosial yaitu ragam bahasa yang sebagian norma

dan kaidahnya didasarkan atas kesepakatan bersama dalam

Page 38: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

31

lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat. Ragam

bahasa yang digunakan dalam keluarga atau persahabatan dua

orang yang akrab dapat merupakan ragam sosial tersendiri.

Selain itu, ragam sosial tidak jarang dihubungkan dengan

tinggi atau rendahnya status kemasyarakatan lingkungan sosial

yang bersangkutan.

Ragam fungsional kadang disebut juga ragam

profesional, yaitu ragam bahasa yang dikaitkan dengan profesi,

lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu lainnya.

Ragam fungsional menjelma sebagai bahasa negara dan bahasa

teknis keprofesian, seperti bahasa dalam lingkungan

keilmuan/teknologi, kedokteran, dan keagamaan.

B. Ragam Bahasa Berdasarkan Waktu

Berdasarkan waktu terdapat ragam bahasa lama dan ragam

bahasa baru (modern). ragam lama lazim digunakan dalam

penulisan naskah-naskah lama (kuno). Ragam bahasa baru

(modern) ditandai dengan penggunaan kata-kata baru, Ejaan yang

Disempurnakan, dan mengekspresikan ilmu pengetahuan dan

teknologi modern.

C. Ragam Bahasa Berdasarkan Pesan Komunikasi

1. Ragam Bahasa Ilmiah

Ragam bahasa ilmiah adalah sarana verbal yang efektif,

efisien, baik, dan benar. Ragam ini lazim digunakan untuk

mengomunikasikan proses kegiatan dan hasil penalaran ilmiah.

Page 39: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

32

2. Ragam Bahasa Pidato

Ragam bahasa pidato dipengaruhi oleh a) tujuan

(menghibur, memberi tahu, mengajak/meminta; b) situasi

(resmi, setengah resmi, tidak resmi), dan c) pendekatan isi

pidato (pendekatan akademis/ intelektual, pendekatan moral,

pendekatan sosial.

a. Ragam Pidato Ilmiah

Pidato ilmiah terdiri atas beberapa jenis, antara lain:

presentasi makalah ilmiah, presentasi skripsi, presentasi tesis,

presentasi disertasi, dan pidato pengukuhan guru besar.

b. Ragam Pidato Resmi

Kata resmi mempunyai beberapa pengertian. 1) resmi

karena sitausi. misal, pidato kepresidenan oleh pejabat negara;

2) resmi karena kemuliaan isi dan situasinya, misal, khutbah

agama di dalam gedung ibadah; 3) resmi karena informasi dan

kekhidmatan situasi penyampaian dalam suatu upacara, misal

pidato akad nikah; 4) resmi karena isi atau materi mengandung

kebenaran universal dan disampaikan untuk mewakili suatu

negara.

3. Ragam Bahasa Tulis Resmi

Ragam bahasa tulis resmi ditandai oleh a) penyajian

materi/pesan yang bersifat mulia dan kebenaran yang bersifat

universal; b) penggunaan fungsi-fungsi gramatikal secara

eksplisit dan konsisten; c) penggunaan bentuk lengkap, bentuk

yang tidak disingkat; d) penggunaan imbuhan secara eksplisit

Page 40: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

33

dan konsisten; e) penggunaan kata ganti resmi dan menghindari

penggunaan kata ganti tidak resmi; f) penggunaan pola frasa

yang baku; g) penggunaan ejaan yang baku pada bahasa tulis,

dan lafal yang baku pada bahasa lisan, dan h) tidak

menggunakan unsur tidak baku, misal unsur kedaerahan dan

asing.

4. Ragam Bahasa Sastra

Ragam ini mengutamakan unsur-unsur keindahan seni,

penulis cenderung menekankan gaya pengungkapan simbolik

dengan memadukan unsur intrinsik dan ekstrinsik, misal dalam

roman, novel, cerita pendek, dan lain-lain.

5. Ragam Bahasa Berita

Ragam bahasa berita lazim digunakan dalam

pemberitaan; media elektronik (televisi, radio), media cetak

(majalah, surat kabar), dan jurnal. Bahasa berita menyajikan

fakta secara utuh dan objektif.

D. Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar

Jika bahasa sudah baku atau standar, baik yang ditetapkan

secara resmi melalui surat putusan pejabat pemerintah atau

maklumat, maupun yang diterima berdasarkan kesepakatan umum

dan yang wujudnya dapat disaksikan pada praktik pengajaran

bahasa kepada khalayak, dapat dengan mudah dibuat pembedaan

antara bahasa yang baik dan benar. Pengertian “benar” pada suatu

kata atau suatu kalimat adalah pandangan yang diarahkan dari segi

Page 41: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

34

kaidah bahasa. sebuah pembentukan kata atau kalimat dianggap

benar apabila bentuk itu mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku.

Orang yang mahir menggunakan bahasa sehingga maksud

dari ucapannya mencapai sasarannya, apapun jenisnya, dianggap

telah berbahasa dengan efektif. Pemanfaatan ragam yang tepat dan

serasi menurut golongan penutur dan jenis pemakaian bahasa

itulah yang disebut bahasa yang baik. Pengertian “baik” pada

suatu kata (bentukan) atau kalimat adalah pandangan yang

diarahkan dari pilihan kata (diksi). Bahasa yang mengenai

sasarannya tidak selalu perlu beragam baku. Misal, dalam tawar

menawar di pasar, pemakaian ragam baku akan menimbulkan

keheranan atau kegelian. Akan sangat ganjil bila dalam tawar

menawar dengan penjual sayur atau tukang becak lalu memakai

bahasa baku, seperti:

1. Berapakah Ibu mau menjual kangkung ini?

2. Apakah Bapak bersedia mengantar saya ke pasar dan berapa

biayanya?

Contoh di atas adalah contoh bahasa Indonesia yang baku

dan benar, tetapi tidak efektif karena tidak sesuai dengan situasi

pemakaian kalimat-kalimat itu.

Dapat disimpulkan bahwa bahasa yang benar adalah bahasa

yang menerapkan kaidah dengan konsisten, sedangkan yang

dimaksud dengan bahasa yang baik adalah bahasa yang

mempunyai nilai rasa yang tepat dan sesuai dengan situasi

pemakaiannya.

Page 42: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

35

BAB V

KALIMAT EFEKTIF

ateri tentang kalimat efektif dimaksudkan

untuk menambah wawasan pembaca

mengenai kalimat efektif serta memberikan

pemahaman terkait penggunaan kalimat efektif dalam

berkomunikasi. Pada bagian ini dibahas dua bagian, yaitu (a)

definisi kalimat efektif dan (b) ciri-ciri dan kriteria kalimat efektif.

Untuk itu cermatilah materi berikut ini.

A. Definisi Kalimat Efeketif

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan

suatu pikiran, gagasan, perasaan utuh. Kalimat terdiri atas

beberapa unsur, yakni subjek, objek, pelengkap, dan keterangan

(Sugihastuti dan Siti Saudah, 2016: 230).

Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan

untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran

pendengar atau pembicara seperti apa yang ada dalam pikiran

pembicara atau penulis. Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil

menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, ataupun pemberitahuan

sesuai maksud pembicara atau penulis.

Sejalan dengan definisi tersebut, (Widjono, 2012: 205),

menyatakan bahwa kalimat efektif merupakan kalimat yang

singkat, padat, jelas, lengkap, dan dapat menyampaikan informasi

M

Page 43: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

36

secara tepat. Kalimat dikatakan singkat karena hanya

menggunakan unsur yang diperlukan saja. Setiap unsur kalimat

benar-benar berfungsi. Sifat padat mengandung makna sarat

dengan informasi yang terkandung di dalamnya. Sifat ini

memungkinkan tidak terjadi pengulangan pengungkapan. Sifat

jelas, ditandai dengan kejelasan struktur kalimat dan makna yang

terkandung di dalamnya. Sifat lengkap mengandung makna

kelengkapan unsur kalimat secara gramatikal dan kelengkapan

konsep atau gagasan yang terkandung di dalam kalimat tersebut.

Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki potensi untuk

menyampaikan pesan, ide, gagasan, atau informasi secara utuh,

jelas, dan tepat, sehingga pendengar atau pembaca dapat

memahami maksud yang diungkapkan oleh pembicara atau

penulis, (Dalman, 2014: 62).

Kalimat efektif dapat mengomunikasikan pikiran atau

perasaan penulis atau pembicara kepada pembaca atau pendengar

secara tepat. Penggunaan kalimat efektif membantu komunikasi

penulis dan pembaca atau pembicara atau pendnegar tidak akan

menghadapi keraguan, salah komunikasi, salah informasi, atau

salah pengertian.

B. Ciri-ciri dan Kriteria Kalimat Efektif

Ciri-ciri kalimat efektif, sebagai berikut:

1. Memiliki unsur penting atau pokok, minimal unsur subjek dan

predikat.

Page 44: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

37

2. Taat terhadap tata aturan ejaan yang berlaku.

3. Menggunakan diksi yang tepat.

4. Menggunakan kesepadanan antara struktur bahasa dan jalan

pikiran yang logis dan sistematis.

5. Menggunakan kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai.

6. Melakukan penekanan ide pokok.

7. Mengacu pada kehematan penggunaan kata.

8. Menggunakan variasi struktur kalimat.

Menurut Sugihastusi dan Siti Saudah (2016: 240), sebuah

kalimat efektif harus mencakup beberapa kriteria, meliputi

kelogisan, keparalelan, ketegasan, kehematan, kesepadanan, dan

kecermatan.

1. Kelogisan

Kalimat dikatakan logis jika ide kalimat dapat diterima

oleh akal dan penulisan kalimat tersebut sesuai dengan ejaan

yang berlaku.

Contoh:

Waktu dan tempat kami persilakan. (Tidak logis)

Bapak/Ibu Dosen kami persilakan. (Logis)

2. Keparalelan (kesejajaran)

Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang

digunakan dalam kalimat. Hal ini berarti, jika bentuk pertama

menggunakan nomina, bentuk kedua dan seterusnya juga harus

Page 45: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

38

menggunakan nomina. Jika bentuk pertama menggunakan

verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.

Contoh:

Polisi segera menangkap pencuri itu karena sudah

diketahui sebelumnya.

Bentuk ketidaksejajaran kalimat di atas disebabkan

penggunaan kata kerja aktif menangkap yang dikontraskan

dengan bentuk pasif diketahui. Agar menjadi sejajar, bila

bagian pertama menggunakan bentuk aktif, begitu pun yang

kedua harus menggunakan bentuk aktif atau sebaliknya.

Sehingga kalimat itu menjadi,

Polisi segera menangkap pencuri itu karena sudah

mengetahui sebelumnya.

3. Ketegasan

Ketegasan atau penekanan adalah suatu perlakuan

penonjolan pada ide pokok kalimat. Ada berbagai cara dalam

penyusunan kalimat, yaitu:

a. Meletakkan kata yang ditonjolkan di awal kalimat.

Contoh:

Harapan Pemerintah ialah agar rakyat dapat melakukan

kerja nyata.

b. Membuat urutan kata yang bertahap

Contoh:

Dia telah melewati hari, minggu, bulan, bahkan bertahun-

tahun dalam merawat orangtuanya.

Page 46: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

39

c. Melakukan pengulangan kata (repetisi)

Contoh:

Mereka menyukai kewibawaan dia, mereka menyukai

kepribadian dia.

d. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan

Contoh:

Anak itu tidak malas, tetapi rajin.

e. Menggunakan partikel penekanan (penegasan)

Contoh:

Andalah yang bertanggung jawab.

4. Kehematan

Kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat

menggunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tida

perlu dan menyalahi kaidah tata bahasa. Kriteria yang perlu

diperhatikan, sebagai berikut:

a. Menghilangkan pengulangan subjek

Contoh:

Program ini belum dapat dilaksanakan karena program ini

belum disetujui. (tidak efektif)

Program ini belum dapat dilaksanakan karena belum

disetujui. (efektif)

b. Menghilangkan bentuk yang bersinonim

Contoh:

Kita perlu bekerja sama agar supaya tugas ini cepat selesai.

(tidak efektif)

Page 47: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

40

Kita perlu bekerja sama agar tugas ini cepat selesai. (efektif)

c. Menghilangkan makna jamak yang ganda

Dia membaca buku-buku di perpustakaan. (tidak efektif)

Dia membaca buku di perpustakaan. (efektif)

5. Kesepadanan

Kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran

(gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan

kalimat ditandai dengan:

a. Kalimat mempunyai subjek atau predikat yang jelas

Contoh:

1) Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus

membayar uang kuliah. (tidak efektif)

2) Semua mahasiswa perguruan tinggi ini (S) harus

membayar (P) uang kuliah (O). (efektif)

Contoh:

a) Dalam musyawarah itu menghasilkan lima keputusan.

(tidak efektif)

Subjek kalimat di atas tidak jelas. Jika subjek

kalimat tersebut diuji dengan, apa atau siapa yang

menghasilkan lima keputusan? Jawabannya adalah

musyawarah.

b) Musyawarah itu menghasilkan lima keputusan.

(efektif)

Page 48: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

41

b. Tidak terdapat subjek yang ganda

Contoh:

Penyusunan laporan (S) itu saya (S) dibantu oleh para

dosen. (tidak efektif)

Kalimat tersebut menjadi:

Dalam penyusunan laporan (sudah tidak berfungsi sebagai

subjek) itu saya (S) dibantu (P) oleh para dosen (O)

c. Kata penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat

tunggal

Contoh:

Dia berangkat ke kampus. Kemudian dia berangkat ke

perpustakaan. (tidak efektif)

Dia berangkat ke kampus kemudia ke perpustakaan.

(efektif)

d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang

Contoh:

Kampus swasta yang terbakar. (tidak efektif)

Kampus swasta (S) terbakar (P). (efektif)

6. Kecermatan

Kecermatan dalam kalimat efektif adalah kalimat yang

tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam pilihan kata.

Contoh:

Mahasiswa Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai

yang terkenal itu menerima hadiah.

Page 49: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

42

Kalimat ini memiliki makna ganda, yakni siapa yang

terkenal, mahasiswa atau IAIM Sinjai. Kalimat tersebut efektif

jika,

Mahasiswa yang terkenal itu menerima hadiah

atau

Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai yang terkenal itu

menerima hadiah.

Page 50: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

43

BAB VI

KERANGKA KARANGAN

etelah mempelajari Bab ini, diharapkan Anda dapat

memiliki pemahaman terkait perbedaan topik, tema,

dan judul. Jika konsep-konsep ini benar-benar

dipahami dan dikuasai, tentu Anda akan dapat lebih mudah dalam

menyusun kerangka karangan. Untuk itu, dalam Bab ini Anda

akan menikmati sajian, (a) topik, tema, dan judul serta (b)

kerangka karangan.

A. Topik, Tema, dan Judul

1. Topik

Topik adalah pokok pembicaraan dalam diskusi,

ceramah, karangan, dan sebagainya (Alwi, 2007: 1207). Alwi

(2010: 449) mengatakan bahwa topik adalah proposisi yang

berwujud frasa atau kalimat yang menjadi inti pembicaraan

atau pembahasan. Menurut Dalman (2013: 141) topik adalah

pokok permasalahan yang akan dibahas. Topik adalah ruang

lingkup masalah yang akan ditulis dalam makalah (Dawud,

2002: 179). Fuadi (2008: 244) mengatakan bahwa topik adalah

gagasan inti yang dijadikan landasan pengembangan karangan

yang umumnya dinyatakan dalam kata dan frase. Dapat

disimpulkan topik adalah inti permasalahan berupa frasa atau

S

Page 51: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

44

kalimat yang menjadi landasan pengembangan karangan atau

pembicaraan.

Topik karangan adalah ide sentral yang berfungsi

mengikat keseluruhan uraian, deskripsi, penjelasan, dan

seluruh pembuktian. Topik merupakan inti bahasan yang

menjiwai seluruh karangan.

Arifin dan Tasai dalam Dalman (2013: 55-56)

menyampaikan hal-hal yang patut dipertimbangkan dengan

saksama oleh penyusun karya ilmiah berkaitan dengan

pemilihan topik, yaitu:

a. Topik yang dipilih harus berada di sekitar kita, baik di

sekitar pengalaman kita maupun di sekitar pengetahuan

kita. Hindari topik yang jauh dari kita karena hal itu akan

menyulitkan kita ketika menggarapnya.

b. Topik yang dipilih harus topik yang paling menarik

perhatian kita.

c. Topik yang dipilih terpusat pada suatu segi lingkup yang

sempit dan terbatas. Hindari pokok masalah yang menyeret

kita kepada pengumpulan informasi yang beraneka ragam.

d. Topik yang dipilih memiliki data dan fakta yang objektif.

Hindari topik yang bersifat subjektif, seperti kesenangan

atau angan-angan kita.

Page 52: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

45

e. Topik yang dipilih harus kita ketahui prinsip-prinsip

ilmiahnya, walaupun serba sedikit. Artinya topik yang

dipilih itu janganlah terlalu baru bagi kita.

f. Topik yang dipilih harus memiliki sumber acuan, memiliki

kepustakaan yang dapat memberikan informasi tentang

pokok masalah yang hendak ditulis.

Menurut Happy (Dalman, 2013: 181), empat hal yang

biasa digunakan sebagai bahan untuk menentukan topik

penelitian, yaitu:

a. Jangkauan peneliti terhadap topik (managable topic).

b. Data topik mudah didapat (obtainable data)

c. Topik cukup penting untuk diteliti (significance of topic)

d. Topik menarik untuk diteliti (interested topic).

Pertimbangan dalam memilih topik antara lain

dikemukakan oleh Fuadi (2008: 260), yaitu:

a. Topik harus bermanfaat.

b. Menarik dan sesuai dengan minat penulis.

c. Topik harus dikuasai oleh penulis.

d. Tersedia sumber-sumber informasi dan bacaan yang

memadai untuk membahas topik.

2. Tema dan Judul

Tema adalah pokok pikiran atau dasar cerita. Tema lebih

luas lingkungannya dan biasanya lebih abstrak. Menurut

Tarigan (2008: 167), tema biasanya merupakan suatu komentar

Page 53: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

46

mengenai kehidupan atau orang-orang. Tema haruslah

dibedakan dari tesis yang merupakan gagasan logis yang

mendasari setiap esai yang baik. Tema juga harus dibedakan

dari motif, subjek, atau topik. Tema digunakan untuk memberi

nama bagi suatu pernyataan atau pikiran mengenai sesuatu

subjek, motif, atau topik.

Judul merupakan kepala karangan; nama yang dipakai

untuk buku atau bab yang menyiratkan isi atau maksud buku

atau bab itu. Menurut Junus (2011: 113), judul tulisan adalah

nama yang diberikan pada tulisan supaya dapat dengan mudah

dibedakan dengan tulisan lain. Jadi, judul tulisan merupakan

semacam label.

Syarat judul yang baik:

a. Sesuai dengan topik atau isi karangan beserta jangkauannya

b. Judul sebaiknya dinyatakan dalam bentuk frasa. Judul

sebaiknya dinyatakan dalam bentuk frasa benda dan bukan

dalam bentuk kalimat. Judul “Pembudidayaan Ikan Lele di

Sinjai” berbentuk frasa. Judul itu akan menjadi kalimat bila

diubah menjadi, “Ikan lele di Sinjai perlu dibudidayakan”.

c. Judul karangan diusahakan sesingkat mungkin.

d. Judul harus dinyatakan secara jelas; artinya, judul tidak

dinyatakan dalam kata kiasan atau tidak bermakna ganda

(ambigu).

Page 54: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

47

B. Kerangka Karangan

Mengarang adalah mengorganisasi ide. Pengorganisasian

ide diawali dengan menyusun kerangka karangan. Kerangka

karangan menjadikan rangkaian ide dapat disusun secara

sistematis, logis, jelas, terstruktur, dan teratur. Kerangka karangan

merupakan rencana penulisan yang mengandung ketentuan

bagaimana menyusun karangan. Kerangka karangan juga

menjamin penulisan akan bersifat konseptual, menyeluruh,

terarah, dan sesuai sasaran pembacanya. Selain itu, kerangka

karangan akan menghindarkan kemungkinan kesalahan terutama

dalam mengembangkan detai-detailnya.

Definisi kerangka karangan dikemukakan oleh Jauhari

(2013: 172), bahwa kerangka karangan atau disebut juga dengan

out line adalah sistematika dalam sebuah tulisan. Out line tulisan

membantu penulis dalam mengingat kembali tujuan tulisan dan

menjaga dari kehilangan ide. Kerangka karangan akan membantu

penulis dari mana harus menulis. Adapun fungsi kerangka

karangan, yaitu: 1) memudahkan pengendalian variabel; 2)

mencegah pembahasan keluar dari sasaran yang telah dirumuskan

dalam topik, judul, masalah, ataupun tujuan; 3) mencegah

ketidaklengkapan bahasan; 4) memudahkan penulis menyusun

karangan secara menyeluruh; 5) mencegah pengulangan

pembahasan, dan 6) memperlihatkan kekurangan atau kelebihan

materi pembahasan.

Page 55: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

48

1. Bentuk Kerangka Karangan

Kerangka karangan dibedakan atas kerangka kalimat dan

kerangka topik.

a. Kerangka kalimat

Kerangka kalimat menggunakan kalimat deklaratif

(berita) yang lengkap untuk merumuskan setiap topik, subtopik

maupun sub-sub topik.

b. Kerangka topik

Kerangka topik berisi topik dan sub-sub topik yang

berupa frasa, bukan kalimat lengkap. Menyusun kerangka

berarti merinci topik berdasarkan kalimat tesis ke dalam

subtopik, merinci subtopik menjadi unsur-unsur subtopik yang

lebih kecil. Proses menyusun kerangka karangan, sebagai

berikut:

1) Merumuskan topik menjadi rumusan masalah, tujuan, dan

kalimat tesis,

2) Menyusun rincian kalimat tesis menjadi kerangka kasar

yang terdiri atas pendahuluan dan bahasan utama, masing-

masing disertai judul bab,

3) Merinci kerangka kasar menjadi kerangka sempurna dengan

merinci bab menjadi subbab, dan merinci subbab menjadi

sub-subjudul yang lebih kecil, serta tambahan unsur

pembuka dan unsur penutup.

Page 56: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

49

2. Kerangka Karangan Kajian

a. Kajian Tindakan

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Masalah

1.3 Tujuan

1.4 Manfaat

Bab 2 Desain

2.1 Pengumpulan Data

2.2 Analisis Data

2.3 Kriteria Penilaian

Bab 3 Hasil Penelitian

3.1 Interpretasi

3.2 Implikasi

Bab 4 Simpulan

b. Kreativitas Model

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

1.3 Masalah

1.4 Manfaat

Bab 2 Tinjauan Pustaka

2.1 Teori-teori

2.2 Analisis

Page 57: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

50

2.3 Sintesis

Bab 3 Hasil Penelitian

3.1 Interpretasi

3.2 Implikasi

3.3 Simpulan

Bab 4 Aplikasi

Model

c. Studi Pustaka (kajian teoretik)

d. Studi Kasus

e. Studi Penulisan Natural

Page 58: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

51

BAB VII

PENGEMBANGAN PARAGRAF

enulis paragraf memerlukan penyusunan dan

pengekspresian gagasan-gagasan penunjang.

Gagasan pokok sebuah paragraf hanya akan

jelas jika diperinci dengan gagasan-gagasan penunjang. Setelah

mempelajari Bab ini, diharapkan Anda memahami konsep tentang

paragraf dan memiliki kemampuan untuk menulis paragraf. Untuk

lebih memahami materi tentang pengembangan paragraf, dalam

Bab ini Anda akan menikmati sajian berikut ini, yaitu (a) struktur

paragraf, (b) ciri-ciri paragraf, (c) syarat paragraf, (d) jenis

paragraf, dan (e) pola pengembangan paragraf.

A. Struktur Paragraf

Paragraf dikenal juga dengan istilah alinea dalam buku

komposisi. Paragraf merupakan rangkaian atau himpunan kalimat-

kalimat yang bertalian dalam suatu rangkaian untuk membentuk

sebuah gagasan yang mengandung satu ide pokok atau pikiran

pokok dan penulisannya dimulai dengan baris baru. Menurut

(Tarigan, 2009: 5), paragraf adalah seperangkat kalimat yang

tersusun logis-sistematis yang merupakan satu kesatuan ekspresi

pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang tersirat

dalam keseluruhan. Sejalan dengan pendapat tersebut, Arifin dan

M

Page 59: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

52

Tasai (2002: 113) mengatakan paragraf adalah seperangkat

kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik.

Menurut Finoza (2009: 191) berdasarkan fungsinya, kalimat

yang membangun alinea/paragraf pada umumnya dapat

diklasifikasikan atas dua macam, yakni: (a) kalimat topik/kalimat

pokok dan (b) kalimat penjelas/pendukung. Kalimat topik adalah

kalimat yang berisi ide pokok atau ide utama alinea (paragraf).

Adapun kalimat penjelas/pendukung adalah kalimat yang

berfungsi menjelaskan atau mendukung ide utama alinea/paragraf.

Ciri-ciri kalimat topik, yaitu:

a. Merupakan kalimat lengkap yang dapat berdiri sendiri;

b. Mengandung permasalahan yang potensial untuk dirinci dan

diuraikan lebih lanjut;

c. Mempunyai arti yang cukup jelas tanpa harus dihubungkan

dengan kalimat lain;

d. Dapat dibentuk tanpa bantuan kata sambung dan frasa transisi.

Ciri-ciri kalimat penjelas, yaitu:

a. Sering merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri (dari

segi arti);

b. Arti kalimat kadang-kadang baru jelas setelah dihubungkan

dengan kalimat lain dalam satu alinea;

c. Pembentukannya sering memerlukan bantuan kata sambung

dan frasa transisi;

Page 60: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

53

d. Isinya berupa rincian, keterangan, contoh, dan data tambahan

lain yang bersifat mendukung kalimat topik.

B. Ciri-ciri Paragraf

Menurut Tarigan (2009: 4) ada beberapa ciri atau

karakteristik paragraf, sebagai berikut:

1. Setiap paragraf megandung makna, pesan, pikiran, atau ide

pokok yang relevan dengan ide pokok keseluruhan karangan.

2. Paragraf umumnya dibangun oleh sejumla kalimat.

3. Paragraf adalah satu kesatuan ekspresi pikiran.

4. Paragraf adalah kesatuan yang koheren dan padat.

5. Kalimat-kalimat paragraf tersusun secara logis dan sistematis.

C. Syarat-syarat Paragraf yang Baik

Paragraf yang baik adalah paragraf yang memiliki kepaduan

antara unsur-unsurnya baik antara gagasan utama dengan gagasan

penjelasnya ataupun antara kalimat-kalimatnya. Menurut

Atmazaki (2006: 83), setiap paragraf yang baik memperhatikan

kesatuan, keefektifan kalimat, dan kejelasan.

Sejalan dengan pendapat tersebut, (Akhadiah, dkk., 1988:

148-152) menyatakan bahwa dalam pengembangan paragraf,

penyajian dan pengorganisasian gagasan menjadi suatu paragraf

yang memenuhi persyaratan, yakni kesatuan, kepaduan, dan

kelengkapan.

Page 61: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

54

1. Kesatuan

Tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok

atau satu topik. Fungsi paragraf adalah untuk mengembnagkan

topik tersebut. Oleh sebab itu, dalam pengembangannya tidak

boleh terdapat unsur-unsur yang tidak berkaitan dengan topik

atau gagasan pokok tersebut. Paragraf dianggap mempunyai

kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam paragraf itu tidak terlepas

dari topiknya atau relevan dengan topik.

2. Kepaduan

Syarat kedua yang harus dipenuhi sebuah paragraf adalah

koherensi atau kepaduan. Satu paragraf bukanlah kumpulan

atau tumpukan kalimat yang masing-masing berdiri sendiri

atau terlepas, tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang

mempunyai hubungan timbal balik. Jadi, koherensi atau

kepaduan dititiberatkan pada hubungan antara kalimat dengan

kalimat.

3. Kelengkapan

Suatu paragraf dikatakan lengkap, jika berisi kalimat-

kalimat penjelas yang cukup untuk menunjang kejelasan

kalimat topik atau kalimat utama. Sebaliknya suatu paragraf

dikatakan tidak lengkap, jika tidak dikembangkan atau hanya

diperluas dengan pengulangan-pengulangan.

Page 62: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

55

D. Jenis Paragraf

Finoza (2008: 197-198) mengatakan bahwa alinea banyak

ragamnya. Untuk membedakan yang satu dengan yang lain, alinea

(paragraf) dapat dikelompokkan: 1) menurut posisi kalimat

topiknya, 2) menurut sifat isinya, 3) menurut fungsinya dalam

karangan.

1. Jenis Paragraf menurut Posisi Kalimat Topiknya

Menurut Finoza (2008: 198-200) berdasarkan posisi

kalimat topiknya, linea atau paragraf dibedakan atas empat

macam, yaitu: a) alinea deduktif (umum-khusus), b) alinea

induktif, c) alinea deduktif-induktif, dan d) alinea penuh

kalimat topik.

a. Paragraf Deduktif

Kalimat topik pada paragraf deduktif ditempatkan di

awal paragraf, kemudian disusul uraian atau rincian

permasalahan.

Contoh:

Kerja sama dibedakan menjadi kerja sama spontan, kerja

sama langsung, kerja sama kontrak, dan kerja sama tradisional.

Kerja sama spontan adalah kerja sama yang serta-merta. Kerja

sama langsung merupakan hasil dari perintah atasan atau

penguasa, sedangkan kerja sama kontrak merupakan kerja

sama atas dasar tertentu, dan kerja sama tradisional merupakan

bentuk kerja sama sebagai bagian atau unsur dari sistem sosial.

Page 63: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

56

b. Paragraf Induktif

Paragraf induktif diawali dengan penjelasan terlebih

dahulu, kemudian diakhiri dengan pokok permasalahan

paragraf.

Contoh:

Populasi Mentok Rimba di seluruh dunia sangat langka,

diperkirakan hanya tersisa sekitar 1000 ekor. Sekitar 150 ekor

terdapat di Taman Nasional Way Kambas, salah satu habitat

Mentok Hutan yang tersisa di Indonesia. Mentok Rimba atau

dalam bahasa ilmiahnya Cairina scutulata bisa dikatakan

sebagai jenis bebek paling langka di dunia. (Dikutip dari

Buku Bahasa dan Sastra Indonesia)

c. Paragraf Deduktif-Induktif

Kalimat utama paragraf deduktif-induktif ditempatkan di

awal dan di akhir paragraf. Kalimat pada akhir paragraf

umumnya menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat

pada awal paragraf.

Contoh:

Kelincahan dalam penulisan tergambar dalam

struktur kalimat yang digunakan. Ada kalimat yang dimulai

dengan subjek ada juga yang dimulai dengan predikat atau

keterangan. Tulisan yang menggunakan pola serta bentuk

kalimat yang terus menerus sama akan membuat suasana

menjadi kaku, sehingga pembaca merasa bosan. Oleh sebab

Page 64: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

57

itu, penulis harus menggunakan struktur serta kalimat

yang bervariasi.

d. Paragraf Penuh Kalimat Topik

Posisi kalimat-kalimat dalam paragraf penuh kalimat

topik sama pentingnya, sehingga tidak satu pun kalimat yang

bukan kalimat topik. Paragraf semacam ini biasanya terdapat

dalam uraian deskriptif dan naratif terutama dalam karangan

fiksi.

Contoh:

Getaran di meja dari Handphone membuatku harus

menghentikan ketikan jariku di keyboard laptop. Kuraih

Handphone itu dan kulihat panggilan dari nomor baru yang

tertera di layar handphone ku. Ku jawab panggilan itu ternyata

suara seorang laki-laki yang terbata-bata mengucap salam dan

selamat untukku. Ku jawab salam itu disertai ucapan terima

kasih tanpa aku tahu siapa laki-laki itu.

2. Jenis Paragraf menurut Fungsinya dalam Karangan

Menurut Finoza (2008: 203-204), berdasarka fungsinya

dalam karangan alinea atau paragraf dapat dibedakan atas tiga

macam, yakni: a) paragraf pembuka, b) paragraf pengembang,

dan c) paragraf penutup.

a. Paragraf Pembuka

Paragraf pembuka bertujuan mengutarakan suatu aspek

pokok pembicaraan dalam karangan. Sebagai bagian yang

Page 65: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

58

mengawali sebuah karangan. Paragraf pembuka harus dapat

difungsikan untuk:

1) Mengantar pokok pembicaraan;

2) Menarik minat dan perhatian pembaca;

3) Menyiapkan atau menata pikiran pembaca untuk

mengetahui isi seluruh karangan.

b. Paragraf pengembang

Paragraf ini bertujuan mengembangkan topik atau pokok

pembicaraan yang sebelumnya telah dirumuskan dalam

paragraf pembuka. Paragraf pengembang dapat difungsikan

untuk:

1) Mengemukakan inti persoalan;

2) Memberi ilustrasi atau contoh;

3) Menjelaskan hal yang akan diuraikan pada paragraf

berikutnya;

4) Meringkas paragraf sebelumnya;

5) Mempersiapkan dasar atau landasan bagi simpulan.

c. Paragraf Penutup

Paragraf penutup berisi simpulan bagian karangan atau

simpulan seluruh karangan.

3. Jenis Paragraf menurut Sifat Isinya

Menulis adalah suatu proses menuangkan gagasan yang

hendak disampaikan kepada pembaca yang diwujudkan dengan

lambang-lambang fonem yang disepakati bersama. Gagasan

Page 66: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

59

yang diungkapkan oleh penulis diwujudkan dalam beragam

jenis. Baik berjenis deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi,

dan persuasi. Jenis-jenis tulisan itu mempunyai tujuan masing-

masing sesuai dengan keinginan penulis terhadap pembaca.

a. Paragraf Narasi

1) Definisi Paragraf Narasi

Kata narasi berasal dari bahasa Inggris narration, yang

artinya cerita dan kata narrative, artinya yang menceritakan.

Menurut Jauhari (2011: 48) karangan narasi adalah karangan

yang menceritakan atau menyampaikan serangkaian peristiwa

atau kronologi. Oleh karena menceritakan serangkaian

peristiwa atau kronologi, maka narasi berkaitan dengan waktu,

tempat, dan peristiwa. Maksud karangan ini memberitahukan

peristiwa yang telah terjadi kepada pembaca.

Narasi merupakan suatu bentuk wacana yang berusaha

mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak

seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa

itu. Oleh sebab itu, unsur yang paling penting pada sebuah

narasi adalah unsur perbuatan atau tindakan. Namun, jika

narasi hanya menyampaikan kepada pembaca suatu kejadian

atau peristiwa, maka tampak bahwa narasi akan sulit dibedakan

dengan deskripsi, karena suatu peristiwa atau suatu proses

dapat disajikan dengan menggunakan metode deskripsi. Oleh

Page 67: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

60

karena itu, ada unsur lain yang perlu diperhitungkan, yaitu

unsur waktu.

Contoh paragraf narasi:

Pagi itu, untuk pertama kalinya aku menginjakkan kaki

di kampus Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai. Ada

rasa penasaran di benakku ketika aku menyusuri jalan masuk

kampus ini. Sebuah kampus yang bangunannya cukup

sederhana, namun tampak banyak mahasiswa yang lalu lalang

di halaman kampus. Ku langkahkan kaki ini menuju ruangan

yang tidak terlalu luas. Aku pun sedikit canggung ketika

bertemu dengan orang-orang di dalam ruangan tersebut. Ku

sodorkan amplop yang berisi berkas lamaran pekerjaanku

kepada seorang laki-laki yang duduk di ruangan itu. Setelah

amplop itu aku serahkan. Tak berselang beberapa menit, Aku

pun beranjak keluar dari ruangan itu meninggalkan sebuah

harapan bahwa berkas lamaran pekerjaanku akan ditindak

lanjuti oleh pimpinan kampus.

2) Jenis-jenis Narasi

Pada bagian ini, ada tiga hal yang akan dikaji, yakni (a)

narasi ekspositoris dan (b) narasi sugestif.

(a) Narasi Ekspositoris

Narasi ekspositoris bertujuan untuk menggugah pikiran

para pembaca untuk mengetahui apa yang dikisahkan. Sasaran

utama narasi ekspositoris adalah rasio, yaitu berupa perluasan

Page 68: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

61

pengetahuan para pembaca setelah membaca kisah tersebut.

Narasi menyampaikan informasi mengenai berlangsungnya

suatu peristiwa. Sebagai sebuah bentuk narasi, narasi

ekspositoris mempersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian-

rangkaian perbuatan kepada para pembaca atau pendengar.

Runtun kejadian atau peristiwa yang disajikan dimaksudkan

untuk menyampaikan informasi untuk memperluas

pengetahuan pembaca, baik disampaikan secara lisan maupun

tertulis.

Narasi ekspositoris dapat bersifat khas atau khusus dan

dapat pula bersifat generalisasi. Narasi yang bersifat khusus

adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang

khas yang hanya terjadi satu kali. Peristiwa yang khas adalah

peristiwa yang tidak dapat diulang kembali, karena merupakan

pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu. Berbeda

halnya dengan narasi yang bersifat generalisasi. Narasi

ekspositoris yang bersifat generalisasi adalah narasi yang

menyampaikan suatu proses yang umum yang dapat dilakukan

siapa saja dan dapat pula dilakukan secara berulang-ulang.

(b) Narasi Sugestif

Narasi sugestif pertama-tama bertalian dengan tindakan

atau perbuatan yang dirangkaikan dalam suatu kejadian atau

peristiwa. Seluruh kejadian berlangsung dalam suatu kesatuan

waktu. Akan tetapi, tujuan atau sasaran utama narasi sugestif

Page 69: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

62

bukan memperluas pengetahuan seseorang, tetapi berusaha

memberi makna atas peristiwa atau kejadian sebagai suatu

pengalaman. Sasaran narasi sugestif adalah makna peristiwa

atau kejadian, narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal

(imajinasi).

Narasi sugestif merupakan suatu rangkaian peristiwa

yang disajikan dalam beberapa macam sehingga memunculkan

daya khayal para pembaca untuk menarik suatu makna baru di

luar yang diungkapkan secara eksplisit. Semua objek

dipaparkan sebagai suatu rangkaian gerak, kehidupan para

tokoh, dilukiskan dalam satuan gerak yang dinamis,

pengubahan kehidupan dari waktu ke waktu. Makna baru akan

jelas dipahami setelah narasi itu selesai dibaca, karena tersirat

dalam seluruh isi narasi.

Narasi tidak bercerita atau memberikan komentar

mengenai sebuah cerita, tetapi justru mengisahkan suatu cerita

atau kisah. Seluruh kejadian yang disajikan menyiapkan

pembaca kepada suatu perasaan tertentu untuk menghadapi

peristiwa. Narasi menyediakan suatu kematangan mental.

Kesiapan mental itulah yang melibatkan para pembaca bersama

perasaannya, bahkan melibatkan simpati dan antipati terhadap

suatu kejadian.

Page 70: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

63

3) Pola Penceritaan Narasi

Pargaraf narasi biasanya mempunyai pola-pola yang

sederhana, berupa awal cerita atau peristiwa, tengah peristiwa

dan akhir peristiwa. Bagian awal biasanya membawa pembaca

ke dalam cerita dan menariknya ke dalam suasana tertentu.

Bagian pertama ini menjelaskan latar belakang suatu peristiwa

juga mengisyaratkan tentang apa yang akan terjadi pada bagian

akhir cerita. Bagian awal mempunyai fungsi khusus untuk

memancing dan mengiring pembaca kekondisi ingin tahu apa

yang akan terjadi selanjutnya.

Bagian tengah wacana narasi merupakan bagian yang

menjelaskan secara panjang lebar suatu peristiwa. Pada bagian

ini biasanya konflik dipertajam atau didramatisasi. Bagian

akhir narasi merupakan inti klimaks, konflik menurun ke arah

tertentu tetapi penulisannya belum tentu menunjukkan

penyelesaiannya secara jelas. Kadang-kadang penulis

menghadirkan konflik pada bagian awal. Lalu muncul krisis,

yaitu konflik mulai meninggi, krisis pun mulai menghambat,

kemudian ditentukan jalan ke arah tertentu. Akan tetapi krisis

itu, biasanya dilanjutkan ke atas lagi untuk mencapai klimaks

lalu turun kembali. Arus naik turun yang saling bersambung ini

biasanya dinamakan plot.

Page 71: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

64

b. Paragraf Deskripsi

1) Definisi Deskripsi

Kata deskripsi berasal dari bahasa Latin describere yang

diadopsi ke dalam bahasa Inggris menjadi description, artinya

menggambarkan. Menggambarkan benda atau peristiwa

dengan cara memerikan atau mengidentifikasi bagian-

bagiannya berikut karaktersitiknya. Secara istilah, paragraf

deskripsi adalah paragraf yang menggambarkan atau

melukiskan benda atau peristiwa dengan sejelas-jelasnya

sehingga pembaca seolah-olah melihat, merasakan, mencium,

dan mendengarnya. Tulisan jenis ini bermaksud memberikan

kesan kepada pembaca sehingga pembaca dapat

membayangkan apa yang sedang dibacanya (Jauhari, 2013: 44-

45).

Contoh paragraf deskripsi:

Hutan bakau Tongke-tongke, terletak di Desa Tongke-

tongke, Kecamatan Sinjai Timur, berjarak sekitar 4 km dari

ibu kota Kabupaten Sinjai arah poros Sinjai-Kajang. Jalan ini

merupakan juga merupakan alternatif menuju Pantai Bira,

Kabupaten Bulukumba. Sebagai kawasan konservasi,

penelitian, dan rekreasi, kita akan disuguhi dengan

pemandangan hutan bakau yang rimbun dan indahnya laut

lepas. Sebagai tempat rekreasi, tempat ini menyediakan

fasilitas berupa jembatan pengunjung di sela-sela pohon bakau

Page 72: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

65

yang dapat dijadikan sebagai sarana berfoto ria bersama

teman-teman atau bahkan sanak saudara. Selain itu, ada juga

speed boat yang dapat digunakan menyusuri terowongan

bakau, cafe terapung, pusat informasi, serta toilet.

2) Pola Pengembangan Paragraf Deskripsi

Beberapa pola pengembangan paragraf deskripsi, sebagai

berikut:

(a) Paragraf Deskripsi Spasial

Paragraf ini menggambarkan objek khusus ruangan,

benda, atau tempat. Penulis menggambarkan suatu ruangan

dari kiri ke kanan, dari timur ke barat, dari bawah ke atas, dari

depan ke belakang, dan sebagainya. Uraian tentang kepadatan

penduduk suatu daerah dapat dikemukakan dengan landasan

urutan geografis. Deskripsi mengenai sejumlah gedung

bertingkat. Penggambaran terhadap suasana suatu lingkungan

dapat dilakukan mulai dari siang, sore, hingga malam hari.

(1) Paragraf Deskripsi Subjektif

Paragraf ini menggambarkan objek seperti tafsiran

atau kesan perasaan penulis.

(b) Paragraf Deskripsi Objektif

Paragraf ini menggambarkan objek dengan apa adanya

atau sebenarnya.

Page 73: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

66

3) Pendekatan Deskripsi

Menurut Jauhari (2013: 47) ada beberapa pendekatan

yang digunakan dalam karangan jenis deskripsi, yakni

pendekatan ekspositoris, impresionistik, dan pendekatan

menurut sikap pengarang. Pendekatan-pendekatan itu

digunakan untuk membantu memperjelas daya bayang dalam

karangan deskripsi.

(a) Pendekatan Ekspositoris

Pendekatan ekspositoris dalam dekripsi berarti karangan

deskripsi menggunakan unsur karangan eksposisi. Hal ini

dimaksudkan untuk membantu memperjelas apa yang

dideskripsikan, dilakukan dengan cara mengurai, mengupas,

dan menerangkan apa yang dideskripsikan.

(b) Pendekatan Impresionistik

Impresionistik berasal dari bahasa Inggris impression

yang berarti kesan. Dalam karangan jenis deskripsi yang

menggunakan pendekatan impresionistik, pengarang

menentukan kesan yang akan ditonjolkan pada sebuah objek.

(c) Pendekatan menurut sikap pembaca

Sebelum menulis seorang pengarang harus menetapkan

sikap yang akan diterapkan. Semua detail harus dipusatkan

untuk menunjang efek yang akan dihasilkan. Perincian yang

tidak ada kaitannya dan menimbulkan keraguan kepada

pembaca harus disingkirkan.

Page 74: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

67

c. Paragraf Argumentasi

Argumen tertulis merupakan buah pikiran yang

disampaikan kepada pembaca, agar diterima atau dipercaya

baik oleh pendengar maupun pembaca. Argumen tersebut harus

disertai data-data dan alasan-alasan rasional. Jenis karangan

argumentasi berarti karangan yang menyampaikan pendapat

atau argumen yang memaksa pembacanya untuk percaya.

Jenis karangan argumentasi dibagi menjadi dua bentuk,

yakni bentuk deduktif dan bentuk induktif. Jenis karangan

argumentasi bentuk deduktif dimulai dari pernyataan atau

pendapat tentang sesuatu, kemudian dijelaskan dengan

menggunakan data-data dan alasan-alasan yang rasional. Jenis

karangan argumentasi berbentuk induktif dimulai dari

mengungkap fakta dan alasan-alasan yang rasional, kemudian

disimpulkan. Simpulan itulah sebagai pendapat atau argumen

berdasarkan data atau fakta.

Adapun fungsi karangan argumentasi bukan hanya untuk

menyampaikan pendapat atau argumen, tetapi juga untuk

menolak pendapat atau argumen orang lain. Agar penolakan itu

diterima dan mendapatkan pembenaran, harus disertai data atau

fakta dan alasan-alasan yang rasional. Menurut (Suparno dan

Yunus dalam Jauhari, 2013: 65):

1) Membantah atau menentang suatu usul atau pernyatan tanpa

berusaha meyakinkan atau memengaruhi pembaca untuk

Page 75: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

68

memihak, tujuan utamanya untuk menyampaikan suatu

pandangan.

2) Mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian rupa untuk

memengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujui.

3) Mengusahakan suatu pemecahan masalah.

4) Mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai suatu

penyelesaian.

Adapun syarat penulis argumentasi. Pertama, harus

mampu berpikir kritis dan logis serta harus mau menerima

saran dan pendapat orang lain sebagai bahan pertimbangan;

kedua, harus memiliki pengetahuan dan pandangan yang luas

tentang yang dibicarakan. Kelogisan berpikir, keterbukaan

sikap, dan keluasan pandangan berperan besar untuk

mempengaruhi orang lain (Suparno dan Yunus dalam Jauhari,

2013: 66)

Contoh paragraf argumentasi:

Hasil penelitian dari dr. Judith Rodin menemukan bahwa

gula yang terdapat di dalam buah-buahan yang disebut

fruktosa dapat menghilangkan rasa lapar, sedangkan glukosa

yang biasanya terdapat dalam kue-kue dan permen menambah

rasa lapar. Misalnya, ketika kita sarapan kopi dan kue

tambahan energi akan segera di dapat, tetapi hanya sebentar

saja karena energinya segera hilang. Hal ini disebabkan oeh

pankreas yang secara cepat mengeluarkan insulin ke dalam

Page 76: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

69

aliran darah untuk mengatasi naiknya kadar gula yang cepat.

Segera setelah itu kadar gula darah akan menurun ke bawah

normal. Maka cepatlah energi tadi akan hilang dan rasa lapar

akan lebih cepat terasa daripada sebelum sarapan.

d. Paragraf Eksposisi

Eksposisi secara leksikal berasal dari kata bahasa Inggris

exposition, yang artinya “membuka”. Secara istilah karangan

eksposisi berarti sebuah karangan yang bertujuan

memberitahukan, menerangkan, mengupas, dan menguraikan

sesuatu. Untuk menyusun karangan eksposisi, penulis harus

mengurutkan gagasan demi gagasan dari hal-hal umum ke

khusus atau sebaliknya. Hal ini bertujuan agar tulisan tersusun

sistematis, sehingga mudah dipahami. Selain itu, karangan

eksposisi dapat disertai dengan grafik, peta, denah, dan angka-

angka. Grafik, peta, denah, dan angka-angka, selain untuk

mempersingkat dan memudahkan dalam memahami sesuatu,

juga dapat mewakili beribu-ribu kata.

Penyusunan karangan eksposisi mirip dengan karangan

lainnya. Pertama, menentukan topik; kedua, menentukan

tujuan; dan ketiga, membuat kerangka karangan atau outline.

Contoh paragraf eksposisi:

Cilok adalah jajanan khas yang terbuat dari bahan kanji,

sedikit campuran tepung terigu, bawang putih, kaldu bubuk,

lada bubuk, garam secukupnya, air, serta daun bawang. Cara

Page 77: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

70

membuat cilok sangat mudah, aduk rata semua bahan hingga

dapat dibentuk bulat-bulat. Bulatan yang telah dibuat dapat

diisi dengan keju, daging, atau sesuai selera. sementara

adonan cilok dibentuk, panaskan air untuk merebus cilok.

Setelah mendidih, masukkan cilok, tunggu hingga cilok

mengapung lalu angkat. Sajikan sesuai selera, boleh berkuah

atau dapat diolesi tepung roti lalu digoreng.

e. Paragraf Persuasi

Secara leksikal persuasi berasal dari bahasa Inggris

persuasion, yang diturunkan dari kata to persuade, artinya

membujuk atau meyakinkan. Jadi, karangan persuasi berarti

karangan yang berdaya bujuk atau rayu yang menyentuh

emosional pembacanya sehingga mau menuruti apa yang

diinginkan oleh penulisnya. Penulis menyampaikan

keinginannya bisa secara eksplisit dan bisa juga secara implisit

atau secara tersurat dan tersirat. Hal tersebut sesuai dengan

gaya persuasi yang digunakan oleh penulis.

Contoh paragraf persuasif:

Telah dibuka program studi baru di Institut Agama Islam

Muhammadiyah (IAIM) Sinjai. Prodi baru yang telah dibuka

yakni Prodi Bahasa Inggris, Prodi Matematika, dan

Perbankan Syariah. Seiring bergulirnya waktu, nantinya akan

dibuka lagi Prodi lain. Hal ini akan menjadi daya tarik calon

mahasiswa untuk melanjutkan pendidikan di Institut Agama

Page 78: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

71

Islam Muhammadiyah Sinjai. Anda ingin melanjutkan

pendidikan, namun tidak sanggup jauh dari orangtua? atau

terhambat persoalan biaya? Silakan daftar di Institut Agama

Islam Muhammadiyah Sinjai yang terletak di Jl. Sultan

Hasanuddin Sinjai.

E. Pola Pengembangan Paragraf

Pola pengembangan paragraf merupakan cara seseorang

penulis dalam mengembangkan pola pikirnya berupa

pengembangan kalimat topik ke dalam kalimat-kalimat penjelas

yang dituangkan dalam sebuah paragraf. Menurut Tarigan (2009:

28-31), pola pengembangan paragraf ada enam, yaitu:

1. Paragraf Perbandingan

Paragraf perbandingan adalah paragaraf yang kalimat

topiknya berisi perbandingan dua hal. Perbandingan tersebut,

misal, antara yang bersifat abstrak dengan bersifat konkret.

Contoh:

Struktur suatu karangan pada hakikatnya mirip dengan

struktur suatu pohon. Bila pohon dapat diuraikan menjadi

pokok (batang), dahan, ranting, dan daun maka karangan pun

dapat diuraikan menjadi tubuh karangan, bab, subbab, dan

paragraf. Batang sebanding dengan tubuh karangan, cabang

sebanding dengan bab, ranting dengan subbab, dan daun

sebanding dengan paragraf.

Page 79: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

72

2. Paragraf Pertanyaan

Paragraf pertanyaan adalah paragraf yang kalimat

topiknya dijelaskan dengan kalimat pengembang berupa

kalimat tanya.

Contoh:

Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Pak Anto,

gelisah. Mengapa beliau gelisah? Apakah beliau kurang

sehat? Bukan, bukan itu sebabnya. Ia sedang baik-baik saja. Ia

sehat wal afiat. Hanya saja Ia gelisah karena batas akhir

pengisian borang akreditasi kampus semakin dekat. Namun

pengisian borang yang beliau kerjakan belum selesai.

3. Paragraf Sebab-Akibat

Paragraf yang kalimat topiknya dikembangkan oleh

kalimat-kalimat sebab-akibat.

4. Paragraf Contoh

Paragraf yang kalimat topiknya dikembangkan dengan

contoh-contoh sehingga kalimat topik jelas pengertiannya.

5. Paragraf Perulangan

Paragraf yang kalimat topiknya dapat pula dikembangkan

dengan pengulangan kata atau kelompok kata atau bagian-

bagian kalimat penting.

6. Paragraf Definisi

Paragraf definisi adalah paragraf yang kalimat topiknya

berupa definisi atau pengertian. Definisi atau pengertian yang

Page 80: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

73

terkandung dalam kalimat topik tersebut memerlukan

penjelasan panjang lebar agar maknanya dapat ditangkap oleh

pembaca.

Contoh:

Makalah pada dasarnya merupakan tulisan yang

berisikan perasaan, pendapat yang turut membahas suatu

pokok persoalan yang akan dibacakan dalam rapat kerja,

simposium, seminar, dan sejenisnya. Istilah makalah sendiri

terkadang dikaitkan dengan karya tulis di kalangan

siswa/mahasiswa, yakni segala jenis tugas tertulis yang

berkaitan dengan bidang studi, hasil pembahasan buku, atau

tulisan tentang suatu persoalan.

Adapun cara yang dapat ditempuh dalam pengembangan

paragraf, antara lain:

1. Cara Pertentangan

Pengembangan paragraf dengan cara pertentangan

biasanya menggunakan ungkapan-ungkapan seperti berbeda

dengan, bertentangan dengan, sedangkan, akan tetapi, lain

halnya dengan, dan bertolak belakang dari.

Contoh pengembangan paragraf cara pertentangan.

Hutan bakau Takkalala yang terletak di Sinjai Timur

merupakan objek wisata baru yang masih perlu untuk

dikembangkan. Hal ini berbeda dengan hutan bakau Tongke-

tongke yang juga terletak di Sinjai Timur. Hutan bakau

Page 81: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

74

Tongke-tongke termasuk tempat wisata yang telah berkembang

dan telah mengalami tahap perbaikan yang cukup pesat.

2. Cara Perbandingan

Pengembangan paragraf dengan cara perbandingan

biasanya menggunakan ungkapan: serupa dengan, seperti

halnya, demikian juga, sama dengan, sementara itu, dan

sejalan dengan.

Berikut contoh pengembangan paragraf cara

perbandingan.

Kerangka karangan ada dua macam, yakni kerangka

topik dan kerangka kalimat. Kedua kerangka karangan ini

sama baiknya. Kerangka topik terdiri atas butir-butir yang

merupakan topik-topik dan digunakan jika kita mengemukakan

taraf-taraf dalam suatu proses; sementara itu, kerangka

kalimat terdiri atas butir-butir yang merupakan kalimat jika

kita mengemukakan gagasan.

3. Cara Analogi

Menurut Mustakim (dalam Dalman, 2014: 106) analogi

adalah suatu bentuk perbandingan dengan cara menyamakan

dua hal yang berbeda. Analogi adalah bentuk pengungkapan

suatu objek yang dijelaskan dengan objek lain yang memiliki

kesamaan atau kemiripan (Kuntarto, 2008: 160).

Model pengembangan dengan cara analogi bertujuan

untuk memperjelas gagasan yang diungkapkan. Pengembangan

Page 82: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

75

paragraf dengan cara analogi biasanya menggunakan kata-kata

kiasan yaitu ibaratnya, seperti, dan bagaikan.

Berikut contoh pengembangan paragraf dengan cara

analogi.

Ikan adalah hewan yang tidak dapat hidup dan

berkembang biak tanpa air. Ternyata belut juga seperti itu,

tidak dapat hidup dan berkembang biak tanpa air. Jadi, kedua

jenis makhluk hidup ini tidak dapat hidup tanpa air.

Contoh:

Ia berdiri di depanku dengan wajah merah padam.

Matanya melotot bagaikan memancarkan api. Sambil memukul

meja di sampingnya Ia berteriak tidak terkendali. Suaranya

menggelegar, mengejutkan seperti guntur di musim panas.

Semua yang hadir terdiam dan mengerut seperti bekicot

disiram garam.

4. Cara Contoh

Pengembangan dengan cara contoh merupakan suatu

jenis pengembangan paragraf yang dilakukan dengan cara

memberikan beberapa contoh sebagai penjelas gagasan yang

dikemukakan.

Paragraf berisi contoh-contoh digunakan untuk memberi

bukti atau penjelasan terhadap generalisasi yang sifatnya

umum, agar pembaca dapat dengan mudah menerimanya.

Page 83: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

76

Pengembangan paragraf dengan contoh diungkapkan dengan

kata seperti, misalnya, contohnya, dan lain-lain.

Berikut pengembangan paragraf dengan cara contoh.

Manusia memiliki dua tipe yakni tipe introver dan

ekstrover. Tipe ekstrover adalah orang-orang yang

perhatiannya diarahkan ke luar dirinya, kepada orang lain,

kepada masyarakat. Orang yang tergolong tipe ekstrover

memiliki sifat-sifat tertentu, contohnya berhati terbuka, lancar

dalam pergaulan, ramah tamah, penggembira, mudah

memengaruhi, dan mudah dipengaruhi orang lain.

5. Cara Sebab-Akibat

Pengembangan paragraf dengan cara sebab akibat

menggunakan ungkapan seperti, padahal, akibatnya, oleh

karena itu, dan karena. Menurut Finoza (2009: 209) metode

sebab-akibat dan akibat-sebab (kausalitas) dipakai untuk

menerangkan sesuatu kejadian dan akibat yang ditimbulkannya

atau sebaliknya.

Penalaran tentang hubungan sebab-akibat antara fakta-

fakta atau peristiwa-peristiwa dapat dilakukan menurut apa

yang lebih dahulu diketahui: dari sebab ke akibat, dari akibat

ke sebab, atau bahkan dari akibat ke akibat (Akhadiah, 1988:

50). Penyajian melalui tulisan juga dapat dilakukan menurut

urutan pemikiran. Jadi, tulisan dapat dimulai dengan

Page 84: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

77

mengemukakan suatu peristiwa atau gejala yang kemudian

diikuti dengan uraian tentang akibatnya, atau sebaliknya.

Berikut contoh pengembangan paragraf sebab-akibat.

Menulis itu menyenangkan. Kesenangan itu dihasilkan

oleh keberhasilan menulis naskah. Keberhasilan itu dapat

memberikan kepuasan kognitif, afektif, dan psikis. Selain itu,

menulis dapat menghasilkan kreativitas baru yang dapat

memberikan kepuasan akademik. Oleh karena itu, mulailah

menulis. Sebab menulis itu menyenangkan dan memberikan

kepuasan.

6. Cara Definisi

Pengembangan dengan cara definisi adalah suatu model

pengembangan paragraf yang dilakukan dengan cara

memberikan definisi atau pengertian terhadap masalah yang

sedang dibahas.

Kata-kata yang digunakan dalam pengembangan paragraf

cara definisi, yakni: adalah, yaitu, ialah. Dalman (2014: 108)

memberikan batasan bahwa definisi merupakan salah satu cara

pengembangan paragraf yang bertujuan menerangkan masalah

apa yag sedang dibahas. Hal yang perlu diperhatikan dalam

membuat definisi, kata atau istilah yang akan didefinisikan di

dalam teks definisi tidak boleh diulang.

Berikut contoh pengembangan paragraf definisi.

Page 85: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

78

Apakah Hypnosis itu? Hypnosis adalah kata keterangan

tentang suatu keadaan. Selain itu hyonosis merupakan suatu

kondisi relaks, fokus, dan konsentrasi, ditandai dengan sensor-

sensor panca indera manusia menjadi jauh lebih aktif sehingga

pada kondisi ini sering terjadi fenomena di luar nalar manusia

(Faridah, 2016: 4).

7. Cara Klasifikasi

Pengelompokan benda-benda atau nonbenda yang

memiliki persamaan ciri seperti sifat, bentuk, ukuran, dan lain-

lain dapat dikelompokkan dengan menggunakan metode

klasifikasi. Menurut Dalman (2014: 109) pengembangan

paragraf dengan cara klasifikasi adalah pengembangan paragraf

yang mengelompokkan masalah berdasarkan persamaannya

dengan suatu masalah yang sedang dibahas. Melalui cara ini

diharapkan agar pembaca lebih mudah memahami informasi

yang disajikan.

Berikut contoh pengembangan paragraf dengan cara

klasifikasi.

Sampel dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi

dua kelas, yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas

eksperimen yaitu kelas yang diberi perlakuan berupa model

atau media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian.

Kelas kontrol yaitu kelas yang tidak diberikan perlakuan

Page 86: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

79

berupa model atau media pembelajaran yang digunakan dalam

penelitian.

8. Cara Fakta

Pengembangan dengan cara fakta merupakan suatu jenis

pengembangan paragraf yang dilakukan dengan cara

menyertakan sejumlah fakta atau bukti-bukti untuk

memperkuat pendapat yang dikemukakan (Sugihastuti dan Siti,

2016: 275).

Berikut contoh pengembangan paragraf dengan cara

fakta.

Suasana lebaran biasanya begitu semarak di negeri kita

ini. Kita semua bersukaria bersyukur kepada Tuhan karena

masih diberi kesempatan untuk melaksanakan lebaran. Saling

bermaaf-maafan adalah tradisi yang tak bisa terlupakan ketika

selesai berlebaran.

9. Cara Proses

Proses merupakan suatu urutan tindakan atau perbuatan

untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu. Berikut contoh

pengembangan paragraf dengan cara proses.

Proses pembuatan kue Nagasari. Mula-mula, siapkan

adonan tepung maizena dicampur dengan santan, gula dengan

perbandingan tertentu yang ideal sesuai dengan banyaknya

kue nagasari yang akan dibuat. Kemudian, adonan dimasak

hingga padat. Sementara adonan dimasak, siapkan daun

Page 87: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

80

pisang dan buah pisang yang telah dipotong-potong. Setelah

itu, bungkus buah pisang dengan adonan yang telah dimasak.

Lalu, kukus nagasari hingga matang. Kini kue nagasari siap

disantap.

Page 88: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

81

BAB VIII

PENGUMPULAN DATA, KUTIPAN, CATATAN KAKI,

DAN BIBLIOGRAFI

ada bab ini dikemukakan hal-hal penting terkait

penulisan karya ilmiah. Adapun materi yang

dibahas pada bab ini, yaitu (a) pengumpulan data,

(b) kutipan, (c) catatan kaki, dan (d) bibliografi atau daftar

pustaka.

A. Pengumpulan Data

Menurut Dalman (2014: 56) langkah pertama yang harus

ditempuh dalam pengumpulan data adalah mencari informasi dari

kepustakaan mengenai hal-hal yang ada relevansinya dengan judul

tulisan. Informasi yang relevan diambil sari dan dicatat pada kartu

informasi. Di samping pencarian informasi dari kepustakaan,

penyusun juga dapat memulai ke lapangan. Akan tetapi, sebelum

ke lapangan, penyusun dapat meminta izin terlebih dahulu kepada

pemerintah setempat. Data di lapangan dapat dikumpulkan

melalui pengamatan (observasi), wawancara, atau eksperimen

(percobaan).

B. Kutipan

Kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat dari seorang

pengarang atau ucapan seseorang yang terkenal baik yang terdapat

P

Page 89: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

82

dalam buku-buku maupun majalah (Keraf dalam Jauhari, 2013:

204). Kutipan ditulis untuk menegaskan isi uraian, memperkuat

pembuktian, dan kejujuran menggunakan sumber penulisan.

Adapun prinsip-prinsip mengutip sebagai berikut: 1) tidak

mengadakan perubahan, 2) jika ada kesalahan, tidak perlu

dibetulkan, dan 3) menghilangkan bagian kutipan bisa di awal, di

akhir, atau satu paragraf.

1. Cara Penulisan Nama Pengarang pada Kutipan

Tata cara penulisan nama pengarang menurut mengikuti

aturan berikut:

a. Penulisan nama pengarang pada kutipan dilakukan dengan

menggunakan nama pengarang (nama akhir jika nama

pengarang lebih dari satu unsur), tahun, dan halaman di

antara tanda kurung.

Contoh:

Menurut Jauhari (2013: 3) ... .

b. Jika terdiri atas dua nama pengarang, nama pengarang

pertama yang ditulis dengan menyebutkan nama akhir lebih

dahulu, sedangkan nama pengarang yang kedua ditulis

menurut urutan nama biasa.

Contoh:

Buku yang dikarang oleh Zaenal Arifin dan Amran Tasai,

tahun 2015 penulisan kutipan dilakukan dengan cara berikut.

Menurut Arifin dan Tasai (2015: 45) bahwa ... .

Page 90: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

83

c. Jika pengarang lebih dari dua orang, penulisan kutipan

dilakukan dengan cara menulis nama pertama dari penulis

tersebut diikuti dkk.

Contoh:

Sugihastuti, dkk. (2016: 5) menyatakan bahwa ...

d. Jika nama penulis tidak disebutkan, yang dicantumkan

dalam rujukan adalah nama lembaga yang menerbitkan,

nama dokumen yang diterbitkan, atau nama koran.

Contoh:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2012: 15)

menyatakan bahwa...

e. Jika karya terjemahan, cukup menuliskan nama asli

penerjemah diikuti tahun terjemahan.

Contoh:

Buku yang dikarang oleh Stephanie Merrit tahun 2006,

diterjemahkan oleh Fiersyah pada tahun 2008, cara penulisan

dapat dilakukan sebagai berikut:

Menurut Fiersyah (2008: 22) bahwa ... .

2. Kutipan Langsung

a. Kutipan langsung disalin sama dengan teks aslinya dalam

hal susunan kata dan tanda bacanya, termasuk sumber-

sumber berbahasa Indonesia yang masih menggunakan

ejaan lama.

Page 91: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

84

b. Kutipan langsung sepanjang dua baris atau kurang

dimasukkan ke dalam teks dengan menggunakan tanda kutip

(“...”)

c. Kutipan yang terdiri atas tiga baris atau lebih ditulis terpisah

dari teks dengan jarak satu spasi (single), tanpa tanda kutip.

Bila dalam kutipan ada paragraf baru, maka dimulai dengan

jarak tujuh ketukan dari margin kiri.

d. Kutipan dari bahasa asing harus diterjemahkan dan

dikomentari. Pada bagian akhir terjemahan kutipan asing

harus dikemukakan sumber terjemahan atau nama

penerjemahnya.

3. Kutipan Tidak Langsung

Kutipan tidak langsung bisa berupa saduran atau

parafrase. Saduran adalah kutipan yang tidak persis sama

dengan teks aslinya, terutama dalam penggunaan kata atau

tanda bacanya. Adapun parafrase, biasa juga disebut kutipan

isi, yakni kutipan yang hanya mengambil intisari dari kalimat-

kalimat atau uraian yang terdapatdalam sumber yang dikutip.

Saduran atau parafrase bisa dimasukkan dalam teks,

diketik dengan margin dan spasi sama dengan teks biasa (dua

spasi atau double). Untuk mempertegas bahwa uraian yang

ditulis adalah saduran atau parafrase, maka teks saduran atau

parafrase tersebut didahului oleh nama orang yang

mengemukakan pendapat atau pernyataan yang akan dikutip.

Page 92: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

85

C. Catatan Kaki

Catatan kaki adalah keterangan atas teks karangan yang

ditempatkan pada kaki halaman karangan yang bersangkutan.

Catatan kaki dapat berupa rujukan bahan penulisan yang dijadikan

sumber dan dapat pula berupa keterangan tambahan (Widjono,

2012: 98).

1. Fungsi Catatan Kaki

a. Catatan kaki yang berupa referensi

1) Fungsi Akademis

a) Memberikan dukungan argumentasi atau pembuktian

b) Pembuktian (rujukan) kutipan naskah

c) Memperluas makna informasi bahasan dalam naskah

d) Penunjukan adanya bagian lain dalam naskah yang

dapat ditelusuri kebenaran faktanya

e) Menunjukkan objektivitas kualitas karangan

f) Memudahkan penilaian sumber data

g) Memudahkan pembedaan data pustaka dan keterangan

tambahan

h) Mencegah pengulangan penulisan data pustaka

i) Memudahkan peninjauan kembali penggunaan

referensi

j) Memudahkan penyuntingan data pustaka

k) Menunjukkan kualitas kecerdasan akademis

penulisnya

Page 93: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

86

2) Fungsi Etika (moral)

a) Pengakuan dan penghargaan kepada penulis sumber

informasi

b) Menunjukkan kualitas ilmiah yang tinggi

c) Menunjukkan kecermatan yang lebih akurat

d) Menunjukkan etika dan kejujuran intelektual, bukan

plagiat, dan

e) Menunjukkan kesantunan akademis pribadi

penulisnya.

3) Fungsi Estetika

a) Mempertinggi nilai keindahan perwajahan

b) Membentuk variasi format penulisan

c) Memberikan kesan dinamis sehingga lebih menarik,

dan

d) Menyenangkan pembacanya.

b. Catatan kaki yang berupa keterangan tambahan

1) Memberikan penjelasan (keterangan) tambahan,

2) Memperjelas konsep, istilah, definisi, komentar, atau

uraian tambahan tanpa mengganggu proses pemahaman

uraian,

3) Tidak mengganggu fokus analisis atau pembahasan,

4) Meningkatkan kualitas karangan, dan

5) Mempertinggi nilai estetika.

Page 94: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

87

2. Penulisan Catatan Kaki

a. Secara umum penulisan unsur-unsur catatan kaki

Unsur-unsur penulisan catatan kaki menurut STAIM

Sinjai (2013: 43), yaitu:

1) Nama penulis ditulis lengkap sesuai nama yang

tercantum dalam karyanya yang dikutip, tidak ada

pembalikan nama seperti dalam kepustakaan. Pangkat

atau gelar akademik, seperti Prof., Dr., K.H., Ir., dan

sebagainya tidak perlu dicantumkan.

2) Judul tempat sumber dikutip, diketik italic character

(dicetak miring).

3) Data terbitan sumber yang dikutip, mencakup cetakan

atau edisi keberapa, nama kota tempat terbit, tahun terbit.

4) Halaman tempat teks yang dikutip yang disingkat dengan

“hlm”.

b. Ibid., op.cit. dan loc.cit

Singkatan ini digunakan untuk memendekkan penulisan

informasi pustaka dalam catatan kaki. Penulisan harus

memperhatikan persyaratan baku yang sudah lazim.

1) Ibid.

a) Ibid singkatan kata ibidium berarti di tempat yang sama

dengan di atasnya.

b) Ibid ditulis di bawah catatan kaki yang mendahuluinya.

Page 95: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

88

c) Ibid tidak dipakai apabila telah ada catatan kaki lain yang

menyelinginya.

d) Ibid diketik atau ditulis dengan huruf kapital pada awal

kata, dicetak miring, dan diakhiri titik.

e) Apabila referensi berikutnya berasal dari jilid atau

halaman lain, urutan penulisan: Ibid, koma, jilid,

halaman.

2) Op. Cit (Opere Citato)

a) Op. Cit singkatan kata opere citato berarti dalam karya

yang telah disebut.

b) Merujuk buku sumber yang telah disebutkan dan

diselingi sumber lain.

c) Ditulis dengan huruf kapital pada awal suku kata, dicetak

miring, setiap suku kata diikuti titik, dan

d) Urutan penulisan: nama pengarang, nama panggilan

nama famili, op.cit. nama buku, halaman.

3) Loc. Cit. (loco citato)

a) Loc. Cit. Singkatan loco citato, berarti di tempat yang

telah disebutkan,

b) Merujuk sumber data pustaka yang sama yang berupa

buku kumpulan esai, jurnal, ensiklopedi, atau majalah;

dan telah diselingi sumber lain.

c) Kutipan bersumber pada halaman yang sama kata loc.cit

tidak diikuti nomor halaman,

Page 96: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

89

d) Jika halaman berbeda kata loc.cit diikuti nomor halaman,

dan

e) Menyebutkan nama keluarga pengarang.

3. Referensi Buku, Jurnal, Majalah, dan Surat Kabar

a. Satu Pengarang

1) Nama pengarang ditulis sesuai dengan nama pengarang

pada buku, tanpa gelar akademik

2) Setelah nama pengarang diberi tanda koma

3) Judul buku dicetak miring

4) Setelah judul buku diikuti informasi buku, subjudul, jilid,

edisi; tidak diikuti koma atau titik

5) Informasi penerbitan diapit tanda kurung dengan urutan

nama kota, penerbit, dan tahun

6) Setelah kurung tutup, diberi koma

7) Dapat diikuti kata halaman (disingkat hlm atau h, dapat

juga tanpa kata halaman) nomor halaman angka arab, dan

diakhiri dengan titik.

Contoh:

1Gorys Keraf, Komposisi, (Flores: Nusa Indah, 1994), h.

63-70.

b. Dua Pengarang

1) Kedua pengarang ditulis sesuai dengan nama pengarang

di buku, dan diikuti koma,

2) Judul buku dicetak miring

Page 97: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

90

3) Setelah judul buku diikuti informasi buku, subjudul, jilid,

edisi; tidak diikuti koma atau titik

4) Informasi penerbitan diapit tanda kurung dengan urutan

nama kota, penerbit, dan tahun

5) Setelah kurung tutup, diberi koma

6) Dapat diikuti kata halaman (disingkat hlm atau h, dapat

juga tanpa kata halaman) nomor halaman angka arab, dan

diakhiri dengan titik.

Contoh:

1E. Zaenal Arifin dan S. Amran Tasai, Cermat Berbahasa

Indonesia, (Jakarta: Akademika Presindo, 1996), h. 121-140.

c. Tiga Pengarang

1) Ketiga nama pengarang ditulis seluruhnya

2) Tidak menggunakan singkatan et.al. atau dkk.

3) Setelah nama pengarang diberi tanda koma,

4) Judul buku dicetak miring

5) Antara judul buku dan informasi buku (subjudul, jilid,

edisi) tidak diikuti koma atau titik

6) Informasi penerbitan diapit tanda kurung dengan urutan

nama kota, penerbit, dan tahun. Setelah kurung tutup,

diberi koma dapat diikuti kata halaman (disingkat hlm

atau h, dapat juga tanpa kata halaman)

7) Nomor halaman angka arab, dan diakhiri dengan titik.

Page 98: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

91

d. Lebih dari Tiga Pengarang

1) Nama pengarang pertama diikuti singkatan dkk (dan

kawan-kawan) atau et.al. (et alli), boleh memilih

singkatan et.al atau singkatan bahasa Indonesia dkk,

tetapi harus konsisten, tidak berganti-ganti. Rujukan

berbahasa asing, misalnya Inggris, gunakanlah et.al. jika

rujukan bersumber pada bahasa Indonesia gunakanlah

dkk.

2) Antara nama dan singkatan pengarang tidak dibubuhi

koma.

3) Nama pengarang diikuti tanda koma,

4) Judul buku dicetak miring diikuti koma,

5) Judul buku dan subjudul, jilid, atau edisi tidak dipisahkan

koma atau titik,

6) Informasi penerbitan diapit tanda kurung dengan urutan

nama kota, penerbit, dan tahun. Setelah kurung tutup,

diberi koma, dapat diikuti kata halaman (disingkat hlm

atau h, dapat juga tanpa kata halaman).

7) Nomor halaman ditulis dengan angka arab dan diakhiri

dengan titik.

e. Institusi sebagai Penulis

Contoh:

1Biro Pusat Statistik, Proyeksi Angkatan Kerja Indonesia

Sampai Tahun 2000 (Jakarta: BPS, 1982), h.1.

Page 99: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

92

f. Terjemahan

Contoh:

1Arthur J. Keown et.al., Dasar-dasar Manajemen

Keuangan, Buku 2,7th

ed. Terj. Chaerul D. Djakman, dan Dwi

Sulistyorini, (Jakarta: Salemba Empat, 2000), h. 456.

g. Artikel dalam Jurnal, Majalah, dan Surat Kabar

1) Susunan Artikel dalam Jurnal

a) Nomor urut pengarang dengan huruf kecil

menggantung, rapat dengan garis margin kiri diikuti

nama pengarang, koma,

b) Judul artikel diapit tanda petik diikuti koma,

c) Nomor volume diikuti titik dua (:) diikuti nomor

halaman, diikuti koma,

d) Bulan dan tahun penerbitan diapit kurung dan diikuti

koma, diikuti nomor halaman dan ditutup dengan titik.

Contoh:

1Syamsul Arifin, “Konflik dan Harmonitas Sosial

dalam Relasi dengan Sesama,” Jurnal Character

Building, 1: 1, (Jakarta, Juli 2004), h. 21-33.

2) Majalah

Urutan unsur yang dituliskan: nomor urut catatan kaki,

nama pengarang, judul artikel (diapit tanda petik), nama

majalah 9dicetak miring), nomor dan tanggal penerbitan, dan

halaman.

Page 100: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

93

Contoh:

1Dedi Humaedi, “Kiat Perusahaan Hidup untuk Hidup

Terus,” Swasembada, 16/XX/5-10 Agustus 2009, h. 107-109.

3) Surat Kabar

Urutan unsur yang dituliskan: nama pengarang (kalau

tidak ada nama tulsikan halaman pembahasan, misalnya: opini,

tajuk), judul artikel (diapit tanda petik), nama surat kabar

(dicetak miring), dan tanggal dan tempat penerbitan.

Contoh:

1Putut EA, “Rumah Hujan,” Media Indonesia 20 Juni

2004, h. 13.

D. Bibliografi (Daftar Pustaka)

1. Penulisan Bibliografi (Daftar Pustaka)

Penulisan bibliografi meliputi: a) daftar pustaka disusun

menurut abjad pengarang, tanpa nomor urut; b) judul buku

dicetak miring; c) jarak antara butir buku dua spasi, dan d)

jarak dalam butir pustaka satu spasi. Berikut cara penulisan

daftar pustaka, yaitu:

a. Satu Pengarang

Cara penulisan:

1) Urutan nama pengarang disusun dari belakang ke depan

mengikuti urutan dalam buku kecuali nama Tionghoa.

Page 101: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

94

2) Jika penulis adalah suatu badan atau instansi, yayasan,

departemen, komite, organisasi, dan pusat, nama badan-

badan tersebut menggantikann tempat nama

pengarang/penulis.

3) Jika tidak ada nama pengarang atau penulis, dimulai

dengan nama buku

4) Nama buku dicetak miring

5) Jika ada lebih dari satu nama kota, diambill nama yang

pertama

6) Jika tidak ada angka tahun, berilah angka tahun terakhir.

Angka tahun biasanya terdapat pada sampul dalam buku.

Jika tidak ada juga, berilah singkatan t.th (tanpa tahun)

Contoh:

Munandar, Utami, Pengembangan Kreatifitas Anak

Berbakat, Jakarta: Rineka Cipta, 1999.

b. Dua Pengarang

Contoh:

Crow, Lester and Alice Crow, Educational

Psychology, New York: American Book Company, 1999.

Catatan:

Penulis dengan dua pengarang atau lebih, nama

pertama dibalik, penulis kedua dan seterusnya tidak

dibalik.

Page 102: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

95

c. Tiga Pengarang

Contoh:

Akhadiah, Sabarti, Maidar G. Arsjad, dan Sakura H.

Ridwan, Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa

Indonesia, Jakarta: Erlangga, 1999.

d. Lebih dari Tiga Pengarang

Contoh:

Sukardi, Dewa Ketut, dkk., Pengantar Pelaksanaan

Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta:

Rineka Cipta, 2000.

e. Rujukan dari Buku yang berisi Kumpulan Artikel (ada

editor atau penyunting)

Sama halnya menulis rujukan dari buku ditambah

dengan tulisan (Ed.) jika ada satu editor dan (Eds.) jika

editornya lebih dari satu, di antara nama penulis dan tahun

penerbitan.

Contoh:

Letheridge, S. Dan Cannon, C.R. (Eds.), Bilingual

Education: Teaching English as a Second Language. New

York: Praeger, 1980.

f. Kumpulan esai, bunga rampai, himpunan makalah

Contoh:

Himpunan Karangan Ilmiah di Bidang Perkotaan dan

Lingkungan, Masalah Perkotaan, Jakarta: Bapedalda

Provinsi DKI Jakarta, 2000-2001.

Page 103: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

96

g. Terjemahan

Cara penulisan:

1) Nama penulis/pengarang asli, judul buku asli atau

terjemahan (sesuai dengan buku sumber), terjemahan

(terj.) dan nama penerjemah.

2) Jika tidak ada nama pengarang asli dalam terjemahan,

judul buku terjemahan ditulis di tempat nama pengarang.

Contoh:

Amstrong, Thomas, Sekolah Para Juara

Menerapkan Multiple Intelligence di Dunia Pendidikan,

terj. Yudhi Martanto, Bandung: Kaifa, 2002.

h. Artikel dalam jurnal dan makalah

Cara penulisan:

1) Judul artikel dalam tanda petik ganda

2) Koma diberikan sebelum tanda petik ganda terakhir

3) Angka romawi menyatakan volume atau tahun, dan

angka arab menunjukkan halaman

4) Petunjuk yang sama ini berlaku pula bagi pengutipan

artikel dari sebuah ensiklopedia, bunga rampai, atau bab

dalam buku.

5) Nama buku, judul majalah, dan ensiklopedia mendapat

garis bawah atau dicetak miring.

Contoh:

Page 104: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

97

Nur Hidayat, “Analisis Perbandingan Laporan

Keuangan Fiskal vs Laporan Keuangan Komersil,” Jurnal

Perpajakan Indonesia, 1: 10, 32-39 (Jakarta, Mei 2002).

i. Tajuk rencana, artikel tanpa nama

Contoh:

Tajuk Rencana, “Membangun Perangkat Lunak

Demokrasi,” Kompas, 24 September 2004.

j. Wawancara, interview radio, dan televisi

Contoh:

Natabaskara, Roni, Interview Televisi, “Pentingnya

Penyuluhan untuk Membuat Masyarakat Berpikir Logis,”

Rajawali Citra Televisi Indonesia, Jakarta 14 Agustus 2004.

k. Disertasi diterbitkan

Contoh:

Siwi Purwanti, Partisispasi Remaja dalam

Penghijauan Kota: Survei pada Remaja di Kelurahan

Sukapura Jakarta Utara, Disertasi Universitas Negeri

Jakarta, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.

2. Skripsi, Tesis, dan Disertasi tidak diterbitkan

Nama penulis ditulis paling depan, diikuti judul skripsi,

tesis, atau disertasi ditulis dengan cetak miring diikuti dengan

pernyataan skripsi, tesis, atau disertasi tidak diterbitkan, nama

kota tempat perguruan tinggi, nama perguruan tinggi, dan

tahun yang tercantum dalam sampul.

Page 105: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

98

Contoh:

Hermana Sumantri, “Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan

Sosial dan Beberapa Faktor Psikologis yang

Mempengaruhinya,” Disertasi tidak diterbitkan. Universitas

Negeri Jakarta, Jakarta, 2000.

3. Bersumber pada internet

Contoh:

Kumaidi. 1988. “Pengukuran Bekal Awal Belajar dan

Pengembangan Tesnya.” Jurnal Ilmu Pendidikan, (Online),

Jilid 5, No. 4, (http://www. Malangac.id, diakses 20 Januari

2000).

4. Rujukan dari Internet berupa E-mail Pribadi

Rujukan dari internet berupa email pribadi menurut Tim

Penyusun FKIP Unismuh Makassar (2012: 58-59), nama

pengirim (jika ada) disertai dalam kurung (alamat e-mail

pengirim), diikuti secara berturut-turut dengan tanggal, bulan,

tahun, topik isi bahan (dicetak miring), nama yang dikirimi

disertai keterangan dalam kurung (alamat e-mail yang dikirimi)

Contoh:

Davis, A. ([email protected]). 10 Juni 1996, Learning

to Use Web Authoring Tools. E-mail kepada Alison Hunter

([email protected]).

Page 106: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

99

5. Penyusunan Bibliografi

a. Penyusunan Bibliografi Cara Pertama

Penyusunan bibliografi cara pertama, yaitu:

1) Nama pengarang (susunan: nama kedua, koma, nama

pertama)

2) Judul buku; judul artikel, nama jurnal vol. No.

/majalah/surat kabar; judul esai, nama buku kumpulan

esai; judul karangan/penjelasan kata (istilah), nama

ensiklopedia.

3) Nama kota

4) Nama penerbit

5) Tahun penerbitan

b. Penyusunan Bibliografi Cara Kedua

Susunan bibliografi cara kedua, yaitu:

1) Nama pengarang, titik,

2) Tahun penerbitan, titik,

3) Judul karangan, buku, jurnal, makalah, kumpulan esai,

titik,

4) Nama kota, titik dua

5) Nama penerbit, titik

Page 107: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

100

BAB IX

RINGKASAN, RESENSI DAN LAPORAN

ada bab ini dibahas tiga bagian, yaitu (a)

ringkasan, (b) resensi, dan (c) laporan. Untuk itu,

cermatiah materi berikut ini.

A. Ringkasan

1. Pengertian

Ringkasan (precis) merupakan cara yang efektif untuk

menyajikan suatu tulisan yang panjang dalam bentuk singkat

dan padat. Kata precis berarti memotong atau memangkas.

Ibarat tulisan adalah sebatang pohon, memangkas sebatang

pohon hingga tinggal batang, cabang-cabang, ranting-ranting,

beserta daun yang diperlukan, namun tetap mempertahankan

esensi dari pohon itu.

2. Cara Meringkas

Beberapa hal yang dilakukan untuk membuat ringkasan

yang baik, yaitu:

a. Peringkas membaca naskah asli seluruhnya beberapa kali

untuk mengetahui kesan umu, maksud, serta sudut pandang

penulis asli. Untuk itu, judul dan daftar isi tulisan dapat

dijadikan pegangan.

b. Peringkas mencatat gagasan utama atau gagasan yang

penting atau menggarisbawahinya. Fungsi catatan ini adalah

P

Page 108: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

101

untuk memudahkan peringkas meneliti kembali apakah

pokok-pokok yang dicatat itu penting atau tidak. Jika masih

ada gagasan yang tidak penting, gagasan tersebut dapat

dihilangkan. Selain itu, catatan ini berfungsi menjadi dasar

bagi proses reproduksi naskah selanjutnya.

c. Peringkas mereproduksi bacaan. Peringkas menyusun

kembali suatu bacaan secara singkat (ringkasan)

berdasarkan gagasan utama yang dicatat dalam langkah

kedua di atas. Dalam proses ini gunakan kalimat-kalimat

sendiri, rangkai gagasan-gagasan itu ke dalam tulisan tanpa

menghilangkan kekhasan penulis asli.

d. Selain ketiga ketentuan di atas, ada ketentuan tambahan

yang masih perlu diperhatikan pada waktu menyusun

ringkasan.

1) Gunakan kalimat tunggal, bukan kalimat majemuk.

2) Ringkaslah kalimat menjadi frasa, frasa menjadi kata;

gagasan yang panjang diganti dengan gagasan sentral

saja.

3) Jika perlu, semua keterangan atau kata sifat dibuang. Jika

akan dipertahankan, gunakan untuk menjelaskan gagasan

utama.

4) Pertahankan susunan gagasan asli serta ringkaslah

gagasan itu sesuai dengan urutan tulisan asli. Jangan

memasukkan gagasan, komentar, dan interpretasi

peringkas ke dalam ringkasan.

Page 109: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

102

B. Resensi

1. Batasan Resensi

Resensi merupakan salah satu bentuk karya tulis ilmiah

yang lebih bersifat subjektif. Meskipun demikian dalam

menulis resensi, haruslah seobjektif mungkin, terlepas dari

unsur subjektif penilainya. Oleh karena itu, kelebihan dan

kelemahan isi buku hendaknya disampaikan secara fakta.

Resensi adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menilai

baik tidaknya sebuah buku, dalam hal ini yang dinilai adalah

keunggulan dan kelemahan buku (baik fiksi maupun nonfiksi).

Secara etimologis resensi berasal dari bahasa Latin, yaitu kata

kerja revidere dan recensere, yang berarti melihat kembali,

menimbang, atau menilai.

Arti yang sama untuk istilah itu dalam bahasa Belanda

dikenal dengan istilah recensie, sedangkan dalam bahasa

Inggris dikenal dengan istilah review. Di Indonesia, resensi

sering diistilahkan dengan timbangan buku, tinjauan buku, dan

bedah buku (Oktavianawati dalam Dalman, 2014: 165).

Batasan resensi menurut (Arifin dan Tasai, 2015: 235-

236), suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah karya

atau buku. Resensi dapat juga dikatakan sebagai suatu

komentar atau ulasan seorang penulis atau sebuah hasil karya,

baik buku, film, karya seni, maupun produk yang lain. Misal,

buku karya ilmiah, laporan hasil penelitian, majalah ilmiah,

Page 110: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

103

novel, cerpen, drama/lakon dan sejenisnya dapat diresensi.

Komentar atau ulasan hendaklah faktual, objektif, dan bertolak

dari pandangan yang positif. Komentar atau ulasan tersebut

menyajikan kualitas sebuah karya, baik yang berhubungan

dengan keunggulan maupun kekurangan buku, berkenaan

dengan kelebihan dan kelemahan karya tersebut.

Resensi adalah ulasan atau penilaian sebuah hasil karya,

buku, film, produk teknologi, dan lain-lain. Resensi buku

berupaya menyajikan penilaian objektivitas kualitas buku

sehingga dapat menjembatani keinginan penulis kepada

pembacanya. Penilaian berhubungan dengan keahlian dan

pengalaman pengarang atas karya yang diresensi, analisis

penyajian materi, analisis teknik penyajian, analisis kebahasan,

ekunggulan atau kekuatan topik dan pembahasan, kekuatan

ekspresi, kekuatan intelektual yang dapat memotivasi pembaca

resensi untuk membaca bukunya secara langsung (Widjono,

2012: 380).

Menurut Keraf (dalam Dalman, 2014: 166), resensi

adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai nilai sebuah karya.

Sejalan dengan pendapat Keraf, menurut Isdriani K. Pudji

(2005: 152) resensi adalah tulisan mengenai nilai sebuah hasil

karya atau buku.

Definisi resensi menurut Wijayanti, dkk. (2013: 178),

resensi adalah tulisan dalam bentuk sederhana dengan

Page 111: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

104

mengungkapkan kembali isi secara ringkas, mengulas, serta

memberikan penilaian atas tulisan. Tujuan penulisan resensi

umumnya menginformasikan hal-hal yang termuat dalam

sebuah tulisan secara sekilas kepada pembaca. Dengan resensi,

pembaca dapat memutuskan apakah tulisan tersebut patut

dibaca secara lebih mendalam atau tidak.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli tentang resensi,

dpaat disimpulkan bahwa resensi adalah tulisan ilmiah yang

membahas isi sebuah buku, termasuk keunggulan dan

kelemahan untuk diberitahukan kepada pembaca.

2. Tujuan Menulis Resensi

Sebagaimana jenis tulisan lainnya, menulis resensi juga

memiliki tujuan. Secara umum tujuan merensi buku adalah

menginformasikan isi buku tentang yang ditulis dan dibahas

kepada masyarakat luas khususnya pembaca. Tujuan

meresensi buku (Arifin dan Tasai, 2015: 236) bermacam-

macam. Pertama, penulis resensi ingin menjembatani keinginan

atau selera penulis kepada pembacanya. Kedua, penulis resensi

ingin menyampaikan informasi kepada pembaca tentang layak

atau tidak layak sebuah buku atau hasil karya mendapat

sambutan masyarakat atau tidak. Ketiga, penulis resensi

berupaya memotivasi pembacanya untuk membaca buku

tersebut secara langsung. Keempat, penulis resensi dapat pula

mengkritik, mengoreksi, atau memperlihatkan kualitas buku,

Page 112: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

105

baik kelebihan maupun kekurangannya. Kelima, penulis

resensi mengharapkan memperoleh honorarium atau imbalan

dari media cetak yang memuat resensinya, baik majalah

maupun surat kabar.

Tujuan menulis resensi menurut Daniel (1997: 2), yaitu:

a. Memberikan informasi atau pemahaman yang komprehensif

tentang apa yang tampak dan terungkap dalam sebuah buku.

b. Mengajak pembaca untuk memikirkan, merenungkan, dan

mendiskusikan lebih jauh fenomena atau problema yang

muncul dalam sebuah buku.

c. Memberikan pertimbangan kepada pembaca apakah sebuah

buku pantas mendapat sambutan dari masyarakat.

d. Menjawab pertanyaan yang timbul jika seseorang melihat

buku yang baru terbit seperti: pengarang, mengapa menulis

buku itu, bagaimana hubungannya dengan buku-buku

sejenis karya pengarang yang sama, dan hubungan dengan

buku sejenis karya pengarang lain.

3. Jenis-jenis Resensi

Berdasarkan sudut pandang atau sudut tinjauan yang

digunakan, resensi dibagi menjadi dua, yakni: a) resensi

berdasarkan media atau forum sajiannya dan b) resensi

berdasarkan isi resensi atau isi sajiannya. Berdasarkan media

tau forumnya, resensi buku dibagi menjadi dua, yakni: (a)

resensi ilmiah dan (b) resensi ilmiah popular. Resensi ilmiah

Page 113: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

106

menggunakan tata cara keilmuan tertentu, menggunakan

rujukan atau acuan, dan bahasa resmi dan baku serta yang

dipaparkan lengkap. Sementara itu, resensi ilmiah popular

tidak menggunakan rujukan atau acuan tertentu.

Berdasarkan isi sajian atau isi resensi, (Dalman, 2014:

168) mengemukakan bahwa resensi buku digolongkan menjadi

tiga jenis, yaitu:

a. Resensi Informatif

Resensi informative hanya berisi informasi tentang hal-

hal dari suatu buku. Pada umumnya resensi informatif hanya

ringkasan dan paparan mengenai apa isi buku atau hal-hal yang

berkaitan dengan suatu buku.

b. Resensi Evaluatif

Resensi evaluatif lebih banyak menyajikan penilaian

perensi tentang isi buku atau hal-hal yang berkaitan dengan

buku. Informasi tentang isi buku hanya disajikan sekilas saja,

bahkan hanya dijadikan ilustrasi.

c. Resensi Informatif-Evaluatif

Resensi informatif-evaluatif merupakan perpaduan dua

jenis resensi. Resensi jenis ini selain menyajikan ringkasan

buku atau hal-hal penting yang ada pada buku juga menyajikan

penilaian peresensi tentang isi buku.

Page 114: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

107

4. Bentuk Resensi

Menurut Wijayanti, dkk. (2013: 179), resensi berisi

semua dasar ide dan kebenaran isi penulis buku. Oleh karena

itu, resensi memperhatikan bentuk-bentuk di bawah ini.

a. Ringkasan. Dalam resensi, ditulis bentuk ringkasan yang

tidak berpihak kepada pribadi, tetapi berdasarkan fakta dan

seluruhnya objektif.

b. Deskripsi buku. Buku dipandang secara keseluruhan dengan

mengupas teknik atau gaya penulisan, kebahasaan, hingga

substansi buku.

c. Kritik. Dalam resensi, perlu pula mengkritik penulis buku,

dilihat dari kompetensi acuan pustaka yang digunakan

hingga metode penyampaiannya.

d. Apresiasi. Apresiasi dikemukakan dengan mengangkat

pendapat-pendapat pribadi penulis buku ditunjang oleh

pengalaman dan pengetahuan yang ada.

e. Praduga. Praduga berisi prasangka peresensi terhadap

penulis. Kemungkinan ada penulis yang sangat berambisi

mengejar keuntungan ekonomis atau menyatakan pendapat

yang mementingkan diri sendiri.

5. Unsur-unsur Resensi

Sistematika resensi atau bagian-bagian resensi dikenal

juga dengan istilah unsur resensi. Unsur yang membangun

resensi menurut Daniel (dalam Dalman, 2014: 171), yaitu:

Page 115: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

108

a. Judul resensi

Judul resensi harus menggambarkan isi resensi. Judul

resensi harus jelas, singkat dan tidak menimbulkan

kesalahan penafsiran. Judul resensi harus menarik, sehingga

menimbulkan minat pembaca.

b. Data buku

1) Judul buku

2) Pengarang

3) Penerbit

4) Tahun terbit beserta cetakannya

5) Tebal buku

6) Harga buku

c. Pendahuluan

Pada bagian pendahuluan dimulai dengan hal-hal

berikut ini:

1) Memperkenalkan siapa pengarangnya, bentuk karya, dan

prestasi apa saja yang diperoleh.

2) Membandingkan dengan buku sejenis yang sudah ditulis,

baik oleh pengarang sendiri maupun oleh pengarang lain.

3) Memaparkan kekhasan atau sosok pengarang.

4) Memaparkan keunikan buku

5) Merumuskan tema buku

6) Mengungkapkan kritik terhadap kelemahan buku

7) Mengungkapkan kesan terhadap buku

Page 116: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

109

8) Mengajukan pertanyaan

9) Membuka dialog

d. Tubuh atau pernyataan resensi buku

Tubuh atau pernyataan resensi biasanya memuat hal-

hal di bawah ini:

1) Sinopsis atau isi buku secara benar dan kronologis

2) Ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya

3) Keunggulan buku

4) Kelemahan buku

5) Rumusan kerangka buku

6) Tinjauan bahasa (mudah atau berbelit-belit)

7) Adanya kesalahan cetak

e. Penutup

Bagian akhir resensi biasanya diakhiri dengan sasaran

yang dituju oleh buku, kemudian diberikan penjelasan

mengenai cocok atau tidaknya dibaca oleh sasaran yang

ingin dituju oeleh pengarang. Selain itu, sertakan alasan-

alasan yang logis.

6. Cara Menulis Resensi

Menulis resensi berarti menyampaikan informasi

mengenai ketepatan buku bagi pembaca. Resensi menyajikan

berbagai ulasan mengenai buku tersebut dari berbagai segi.

Ulasan ini dikaitkan dengan selera pembaca dalam upaya

memenuhi kebutuhan bacaan yang dapat dijadikan acuan bagi

Page 117: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

110

kepentingannya. Menurut Arifin dan Tasai (2015: 236-237),

penulis resensi seyogyanya mempertimbangkan hal-hal

berikut:

a. Landasan filosofi penulisan

Keinginan penulis tidak seluruhnya tertuang dalam

karangan, misal visi, misi, dan hakikat penulisan tidak

seluruhnya dituangkan dalam karangan. Untuk itu, penulis

resensi harus memahami sepenuhnya tujuan dari pengarang

aslinya dan penulis resensi harus menyadari sepenuhnya

maksud menulis resensi. Oleh karena itu, penulis resensi perlu

mengkaji landasan filosofi yang dijadikan dasar penulisan.

b. Harapan pembaca

Setelah membaca resensi, diharapkan pembaca akan

merasa terbantu mendapatkan informasi yang diperlukan.

Pembaca akan melihat gambaran keseluruhan isi, informasi

tentang buku dan kualitas buku tanpa melihat terlebih dahulu

buku tersebut.

c. Harapan penulis dan pembaca

Resensi berupaya mengomunikasikan harapan pembaca

dan penulis akan adanya buku yang berkualitas. Itulah

sebabnya, penulis resensi harus menginformasikan sasaran dan

terget yang diharapkan penulis bagi pembacanya.

Page 118: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

111

d. Materi tulisan

Penulis resensi harus memaparkan materi yang ada dalam

buku yang akan mencapai target sasaran pembacanya. Penulis

resensi harus dapat menjembatani kemauan penulis dan

keinginan pembaca.

C. Laporan

1. Batasan Laporan

Laporan adalah bagian dari bentuk karya tulis ilmiah

yang cara penulisannya dilakukan relatif singkat. Laporan ini

biasanya dikelompokkan sebagai karya tulis ilmiah karena

berisikan hasil dari suatu kegiatan penelitian meskipun masih

dalam tahap awal.

Laporan penelitian adalah pemberitahuan proses dan

hasil penelitian. Kebenaran dalam penelitian harus bisa

dipertanggungjawabkan baik hasil maupun prosesnya.

Penelitian dilakukan karena adanya masalah. Masalah dapat

dicari melalui pembacaan jurnal-jurnal penelitian, bukti

empiris, di lapangan, serta dokumentasi. Masalah yang dibuat

manusia (peneliti) adalah masalah yang sengaja dicari bahkan

diciptakan. Hal tersebut didorong rasa ingin tahu terhadap

sesuatu dengan tujuan menambah pengetahuan.

Menurut Jauhari (2013: 112) bentuk laporan penelitian

pada dasarnya terbagi menjadi dua jenis, yakni penelitian

Page 119: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

112

pribadi dan penelitian kompetitif. Penelitian pribadi biasanya

dilakukan untuk memenuhi syarat mendapat gelar akademik,

seperti skripsi, tesis, dan disertasi.

Sementara itu, penelitian kompetitif terbagi menjadi dua,

yakni penelitian perseorangan dan penelitian kelompok.

Penelitian kompetitif ialah penelitian yang didanai oleh suatu

lembaga baik swasta maupun negeri.

2. Struktur Laporan Penelitian

Struktur laporan penelitian terdiri atas bagian pembuka,

bagian inti, dan bagian penutup. Bagian pembuka menyangkut

halaman judul, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel,

daftar grafik, dan bagan atau skema, serta daftar singkatan dan

lambang. Bagian inti menyangkut pendahuluan, kajian pustaka

dan kerangka teori, metodologi penelitian, hasil dan

pembahasan, dan simpulan. Bagian penutup meliputi daftar

pustaka, daftar lampiran, dan indeks.

Page 120: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

113

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti, dkk., Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa

Indonesia, Jakarta: Erlangga, 1988.

Alwi, Hasan, dkk. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga,

Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka, 2007.

Alwi, Hasan, dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi

Ketiga, Jakarta: Pusat Bahasa dan Balai Pustaka, 2010.

Anipudin, dkk., Bahasa dan Sastra Indonesia Kelas VII SMP dan

MTs, Solo: Global, 2012.

Arifin, Zaenal dan Amran Tasai. Cermat Berbahasa Indonesia

untuk Perguruan Tinggi: sebagai Mata Kuliah

Pengembangan Kepribadian (MPK), Jakarta: Akademika

Presindo, 2015.

Atmazaki, Kiat-kiat Mengarang dan Menyunting, Padang: Citra

Darma, 2006.

Dalman, H. Menulis Karya Ilmiah, Jakarta: Rajawali Press, 2014.

Dawud, dkk. Bahasa Indonesia untuk SMU Kelas 2, Jakarta:

Erlangga. 2002.

Faridah, Modul Content, Biro Konseling Islam Fakultas

Ushuluddin dan Komunikasi Islam IAIM Sinjai, 2016.

Finoza, Lamuddin, Komposisi Bahasa Indonesia, Jakarta: Diksi

Insan Mulia, 2008.

Page 121: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

114

Fuadi, Deti S. Ringkasan dan Bank Soal Bahasa Indonesia Untuk

SMP/MTs, Bandung: Yrama Widya, 2008.

Hs., Widjono. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah Pengembang

Kepribadian di Perguruan Tinggi, Jakarta: PT Grasindo,

2012.

Jauhari, Heri, Terampil Mengarang: Dari Persiapan hingga

Presentasi Dari Karangan Ilmiah hingga Sastra, Cet. I,

Bandung: Nuansa Cendekian, 2013.

Junus, Andi Muhammad dan Andi Fatimah Junus, Keterampilan

Berbahasa Tulis, Makassar: Badan Penerbit UNM, 2011.

Nensilianti, Hand Book Bahasa Indonesia, Makassar: Kukana

Learning Centre, 2002.

Pudji, Isdriani, K. Kompetensi Bahasa dan Sastra Indonesia,

Jakarta: Literatur Media Sukses, 2005.

Rahim, Abd. Rahman dan Thamrin Paelori, Bunga Rampai

Pembelajaran: Aplikasi Pembelajaran Kreatif Efektif dan

Menyenangkan, Makassar: Membumi Publishing, 2012.

Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah Sinjai, Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah dan Skripsi, STAI

Muhammadiyah Sinjai, 2013.

Soekanto, Soerjono dan Budi Sulistyowati, Sosiologi Suatu

Pengantar, Ed. Revisi, Cet. 46, Jakarta: Rajawali Pers,

2014.

Sugihastuti dan Siti Saudah. Buku Ajar Bahasa Indonesia

Akademik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016

Tarigan, Hendry Guntur. Menulis Sebagai Keterampilan

Berbahasa, Bandung: Angkasa, 2008.

Page 122: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

115

Tarigan, Hendry Guntur. Menulis Sebagai Keterampilan

Berbahasa, Bandung: Angkasa, 2009.

Tim Penyusun FKIP Unismuh Makassar, Pedoman Penulisan

Skripsi, Makassar: Panrita Press Unismuh Makassar, 2012.

Wijayanti Sri Hapsari, dkk., Bahasa Indonesia: Penulisan dan

Penyajian Karya Ilmiah, Jakarta: Rajawali Pers, 2013.

Page 123: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

116

GLOSARIUM

Abstrak : Ikhtisar (karangan, laporan, dsb.)

Akreditasi : Pengakuan terhadap lembaga

pendidikan yang diberikan oleh badan

yang berwenang setelah dinilai bahwa

lembaga itu memenuhi syarat

kebakuan atau kriteria tertentu

Ambigu : Bermakna ganda

Analisis : Penyelidikan terhadap suatu peristiwa

(karangan, perbuatan, dsb) untuk

mengetahui keadaan yang sebenarnya

(sebab-musabab, duduk perkaranya,

dsb)

Analogi : Persamaan atau persesuaian antara dua

benda atau hal yg berlainan

Argumentatif : Pendapat

Borang : Format dokumen untuk

mengungkapkan data dan hasil analisis

data

Cilok : Jajanan khas berbentuk bulat terbuat

dari tepung kanji

Page 124: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

117

Diakritik : Tanda tambahan pada huruf yang

sedikit banyak mengubah nilai fonetis

huruf itu

Dialek : Variasi bahasa yang berbeda-beda

menurut pemakai

Dialek : Karangan ilmiah yang ditulis untuk

memperoleh gelar doktor

Ejaan : Kaidah tata bahasa

Ekspositoris : Bersifat pemaparan

eksplisit : Gamblang, Tegas

Ekstrover : Bersifat terbuka

Estetika : Kepekaan terhadap seni dan keindahan

Fonemis : Bersangkutan dengan fonem

Fonetis : Bersangkutan dengan fonetik

Fruktosa : Karbohidrat

Glukosa : Zat gula sederhana

Gramatikal : Sesuai dengan tata bahasa

Hypnosis : Keadaan seperti tidur karena sugesti

Implikasi : Keterlibatan atau keadaan etrlibat

Impresionistik : Berkaitan dengan impresionis

Interpretasi : Tafsirab

Introver : Bersifat tertutup

Page 125: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

118

Jaringan : Susunan sel-sel khusus yang sama

pada tubuh dan bersatu dalam

menjalankan fungsi biologis tertentu

Kausalitas : Perihal sebab-akibat

Koherensi : Hubungan logis antara bagian

karangan

Komprehensif : Luas dan lengkap

Kongres : Rapat besar

Konservasi : Pelestarian

Lambang : Tanda

Lingua franca : Bahasa perantara

Logat : Cara mengucapkan kata

Pankreas : Kelenjar ludah perut

Prasasti : Piagam yang tertulis pada batu

Psikis : Jiwa; Sukma

Resensi : Ulasan buku

Simbol : Lambang

Sintesis : Penggabungan unsur-unsur untuk

membentuk ujaran dengan

menggunakan alat-alat bahasa yang

ada

Sugestif : Dorongan

Page 126: Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

Pembinaan Bhs. Indonesia Laeli Qadrianti Laeli Qadrianti

119

Tesis : Pernyataan atau teori; karangan ilmiah

untuk mendapatkan gelar kesarjanaan

pada suatu perguruan tinggi

Variabel : Dapat berubah-ubah