Pembiasan Cahaya

32
TUGAS MAKALAH MATA KULIAH FISIKA DASAR II PEMBIASAN CAHAYA (REFRAKSI) Dosen Pengampu : Drs. JOKO NUGROHO Disusun oleh : Yayuk Hidayah ( 08421.080 ) Ela Kurniawati ( 09421.043 ) Fitri Wahyuningsih ( 09421.050 ) Mahasiswi Pendidikan Fisika VI.B DAN IV.B PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 1

Transcript of Pembiasan Cahaya

Page 1: Pembiasan Cahaya

TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH FISIKA DASAR II

PEMBIASAN CAHAYA

(REFRAKSI)

Dosen Pengampu :

Drs. JOKO NUGROHO

Disusun oleh :

Yayuk Hidayah ( 08421.080 )

Ela Kurniawati ( 09421.043 )

Fitri Wahyuningsih ( 09421.050 )

Mahasiswi Pendidikan Fisika VI.B DAN IV.B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM

IKIP PGRI MADIUN

2011

1

Page 2: Pembiasan Cahaya

BAB II

PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN PEMBIASAN CAHAYA

Pembiasan cahaya berarti pembelokan arah rambat cahaya saat melewati

bidang batas dua medium tembus cahaya yang berbeda indeks biasnya. Pembiasan

cahaya mempengaruhi penglihatan pengamat. Contoh yang jelas adalah bila sebatang

tongkat yang sebagiannya tercelup di dalam kolam berisi air dan bening akan terlihat

patah, dasar bak mandi yang berisi air kelihatan lebih dangkal, sikat gigi yang

mengapung di air bak mandi kelihatan bengkok dan sebagainya.

a. Indeks Bias Medium

Ketika kamu sedang minum es pernahkah kamu memperhatikan sedotan yang

ada pada gelas es ? Sedotan tersebut akan terlihat patah setelah melalui batas antara

udara dan air. Hal ini terjadi karena adanya peristiwa pembiasan atau refraksi cahaya.

Bagaimana sebenarnya peristiwa ini terjadi?

Kecepatan merambat cahaya pada tiap-tiap medium berbeda-beda tergantung

pada kerapatan medium tersebut. Perbandingan perbedaan kecepatan rambat cahaya

ini selanjutnya disebut sebagai indeks bias. Dalam dunia optik dikenal ada dua macam

indeks bias yaitu indeks bias mutlak dan indeks bias relatif. Indeks bias mutlak adalah

perbandingan kecepatan cahaya di ruang hampa dengan kecepatan cahaya di medium

tersebut

dengan

nmedium : indeks bias mutlak medium

c : cepat rambat cahaya di ruang hampa

v : cepat rambat cahaya di suatu medium

Indeks bias mutlak medium yaitu indeks bias medium saat berkas cahaya dari

ruang hampa melewati medium tersebut. Indek bias mutlak suatu medium dituliskan

nmedium. Indeks bias mutlak kaca dituliskan nkaca, indeks bias mutlak air dituliskan nair

2

Page 3: Pembiasan Cahaya

dan seterusnya. Oleh karena c selalu lebih besar dari pada v maka indeks bias suatu

medium selalu lebih dari satu nmedium >1.

Contoh indeks bias mutlak beberapa zat.

Medium Indeks bias mutlak

Udara (1 atm, 0° C)

Udara (1 atm, 0° C)

Udara (1 atm, 0° C)

Air

Alkohol

Gliserin

Kaca kuarsa

Kaca kerona

Kaca flinta

Intan

1,00029

1,00028

1,00026

1,33

1,36

1,47

1,46

1,52

1,65

2,42

Indeks bias relatif adalah perbandingan indeks bias suatu medium terhadap

indeks bias medium yang lain.

atau

dengan

n12 : indeks bias relatif medium 1 terhadap medium 2

n21 : indeks bias relatif medium 2 terhadap medium 1

n1 : indeks bias mutlak medium 1

n2 : indeks bias mutlak medium 2

Setiap medium memiliki indeks bias yang berbeda-beda, karena perbedaan

indeks bias inilah maka jika ada seberkas sinar yang melalui dua medium yang

berbeda kerapatannya maka berkas sinar tersebut akan dibiaskan. Pada tahun 1621

Snellius, seorang fisikawan berkebangsaan Belanda melakukan serangkaian

percobaan untuk menyelidiki hubungan antara sudut datang (i) dan sudut bias (r).

Hukum pembiasan Snellius berbunyi:

3

Page 4: Pembiasan Cahaya

1. Sinar datang, sinar bias dan garis normal terletak pada satu bidang datar.

2. Perbandingan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias dari suatu cahaya yang

melewati dua medium yang berbeda merupakan suatu konstanta.

Menurut teori muka gelombang rambatan cahaya dapat digambarkan sebagai muka

gelombang yang tegak lurus arah rambatan dan muka gelombang itu membelok saat

menembus bidang batas medium 1 dan medium 2 seperti diperlihatkan gambar 1.

Gambar 1. Muka gelombang pada pembiasan cahaya dari medium1 ke medium 2.

Pada segitiga ABD berlaku persamaan trigonometri sebagai berikut

Sin i = , sedangkan pada segitiga AED berlaku persamaan trigonometri

sebagai berikut, Sin r = . Bila kedua persamaan dibandingkan akan

diperoleh

Pada peristiwa pembelokan cahaya dari medium 1 ke medium 2 ini besaran frekuensi

cahaya tetap atau tidak mengalami perubahan. Karena v = .f maka berlaku pula,

4

Cahaya datang dengan

sudut i dan dibiaskan

dengan sudut r. Cepat

rambat cahaya di

medium 1 adalah v1 dan

di medium 2 adalah v2.

Waktu yang diperlukan

cahaya untuk merambat

dari B ke D sama

dengan waktu yang

dibutuhkan dari A ke E

sehingga DE menjadi

muka gelombang pada

medium 2.

Page 5: Pembiasan Cahaya

Sehingga berlaku persamaan pembiasa n

Dengan keterangan,

n1 : indeks bias medium 1

n2 : indeks bias medium 2

v1 : cepat rambat cahaya di medium 1

v2 : cepat rambat cahaya di medium 2

λ1 : panjang gelombang cahaya di medium 1

λ2 : panjang gelombang cahaya di medium 2

Di samping menunjukkan perbandingan cepat rambat cahaya di dalam suatu

medium, indeks bias juga menunjukkan kerapatan optik suatu medium. Semakin besar

indeks bias suatu medium berarti semakin besar kerapatan optik medium tersebut.

Bila cahaya merambat dari medium kurang rapat ke medium yang lebih rapat, cahaya

akan dibiaskan mendekati garis normal, sebaliknya bila cahaya merambat dari

medium lebih rapat ke medium kurang rapat akan dibiaskan menjauhi garis normal.

B. Pemantulan Total

Pada saat cahaya merambat dari medium optik lebih rapat ke medium optik

kurang rapat dengan sudut datang tertentu, cahaya akan dibiaskan menjauhi garis

normal. Artinya sudut bias akan selalu lebih besar dibandingkan sudut datang.

Apabila sudut datang cukup besar, maka sudut bias akan lebih besar lagi, Apa yang

terjadi, bila sudut datang terus diperbesar?

5

Gambar 2. sinar merambat dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat akan

dibiaskan mendekati garis normal, sudut r < i

Page 6: Pembiasan Cahaya

Bila sudut datang terus diperbesar, maka suatu saat sinar bias akan sejajar dengan

bidang yang berarti besar sudut biasnya (r) 90°. Tidak ada lagi cahaya yang dibiaskan,

seluruhnya akan dipantulkan. Sudut datang pada saat sudut biasnya mencapai 90° ini

disebut sudut kritis atau sudut batas. Pemantulan yang terjadi disebut pemantulan total

atau pemantulan sempurna. Persamaan sudut kritis sebagai berikut.

sin ik =

Keterangan

ik = sudut kritis medium lebih rapat (asal sinar datang)

n1 = indeks bias medium kurang rapat (tempat sinar bias)

n2 = indeks bias bahan lebih rapat (asal sinar datang)

n1> n2

b. Pembiasan Cahaya Pada Plan Paralel (Balok Kaca)

Kaca plan paralel atau balok kaca adalah keping kaca tiga dimensi yang dibatasi oleh

sisi-sisi yang sejajar.

Cahaya dari udara memasuki sisi pembias kaca plan paralel akan dibiaskan mendekati

garis normal. Demikian pula pada saat cahaya meninggalkan sisi pembias lainnya ke

udara akan dibiaskan menjauhi garis normal. Pengamat dari sisi pembias yang

berseberangan akan melihat sinar dari benda bergeser akibat pembiasan. Sinar bias

akhir mengalami pergeseran sinar terhadap arah semula.

6

Gambar 3. Sebuah kaca

plan paralel atau balok

kaca. Dibatasi oleh tiga

pasang sisi – sisi sejajar

Page 7: Pembiasan Cahaya

Menentukan besar pergeseran sinar.

Tinjau arah sinar di dalam kaca plan paralel.

Pada segitiga ABC siku-siku di B:

maka

Pada segitiga ACD siku-siku di D:

maka

Pergeseran sinarnya sejauh t,

maka:

Karena maka

Ketentuan lain adalah berlaku: i1 = r2

r1 = i2

dengan keterangan

d = tebal balok kaca, (cm)

i = sudut datang, (°)

r = sudut bias, (°)

t = pergeseran cahaya, (cm)

7

Gambar 4. Pergeseran sinar bias terhadap arah

semula dari sinar datang pada kaca plan paralel.

Berkas sinar bias akhir sejajar dengan sinar

datang namun bergeser sejauh jarak titik G-C

Dt

CB

d

A

r2

s

i1

Page 8: Pembiasan Cahaya

c. Pembiasan Cahaya Pada Prisma Kaca

Prisma juga merupakan benda bening yang terbuat dari kaca, kegunaannya

antara lain untuk mengarahkan berkas sinar, mengubah dan membalik letak bayangan

serta menguraikan cahaya putih menjadi warna spektrum (warna pelangi).

Cahaya dari udara memasuki salah satu bidang pembias prisma akan dibiaskan dan

pada saat meninggalkan bidang pembias lainnya ke udara juga dibiaskan.

Rumus sudut puncak/pembias :

Sedangkan rumus sudut deviasi :

pada bidang pembias I :

pada bidang pembias II :

Sudut deviasi adalah sudut yang dibentuk oleh perpanjangan sinar datang dan sinar

bias prisma.

Pada saat i1 = r2 dan r1 = i2, sudut deviasi menjadi sekecil-kecilnya disebut sudut

Deviasi Minimum ( m).

Menentukan persamaan sudut deviasi minimum.

Karena i1 = r2

dan r1 = i2

8

Gambar 5. Sebuah prisma kaca

dibatasi oleh dua segitiga dan

tiga segiempat

Page 9: Pembiasan Cahaya

sehingga :

untuk prisma dengan sudut pembias ≤ 150, sudut deviasi minimum ditentukan

tersendiri. Karena sudut deviasi menjadi sangat kecil (δm) sehingga nilai sin α = α.

Akibatnya persamaan Hukum Snellius di atas berubah dari,

d. Pembiasan Cahaya Pada Permukaan Lengkung

Permukaan lengkung lebih dikenal sebagai Lensa tebal, dalam kehidupan sehari-

hari dapat diambilkan contoh, antara lain :

- Akuarium berbentuk bola

- Silinder kaca

- Tabung Elenmeyer

- Plastik berisi air di warung makan

9

Page 10: Pembiasan Cahaya

Gambar 6. Permukaan lengkung atau lensa tebal

Sinar-sinar dari benda benda yang berada pada medium 1 dengan indeks bias mutlak

n1 di depan sebuah permukaan lengkung bening yang indeks bias mutlaknya akan

dibiaskan sehingga terbentuk bayangan benda. Bayangan ini bersifat nyata karena

dapat ditangkap layar.

Persamaan yang menyatakan hubungan antara indeks bias medium, indeks bias

permukaan lengkung, jarak benda, jarak bayangan, dan jari-jari permukaan lengkung

dapat dirumuskan sebagai berikut.

Dengan keterangan,

n1 = indeks bias medium di sekitar permukaan lengkung

n2 = indeks bias permukaan lengkung

s = jarak benda

s' = jarak bayangan

R = jari-jari kelengkungan permukaan lengkung

Syarat : R = (+) jika sinar datang menjumpai permukaan cembung

R = (-) jika sinar datang menjumpai permukaan cekung

Seperti pada pemantulan cahaya, pada pembiasan cahaya juga ada perjanjian tanda

berkaitan dengan persamaan-persamaan pada permukaan lengkung seperti dijelaskan

dalam tabel berikut ini.

s+

s-

Jika benda nyata/sejati (di depan permukaan lengkung)

Jika benda maya (di belakang permukaan lengkung)

s'+

s'-

Jika bayangan nyata (di belakang permukaan lengkung)

Jika bayangan maya (di depan permukaan lengkung)

10

Page 11: Pembiasan Cahaya

R+

R-

Jika permukaan berbentuk cembung dilihat dari letak benda

Jika permukaan berbentuk cekung dilihat dari letak benda

Pembiasan pada permukaan lengkung tidak harus menghasilkan bayangan yang

ukurannya sama dengan ukuran bendanya.

Pembentukan bayangan pada permukaan lengkung.

Gambar 7. Pembiasan cahaya pada permukaan lengkung

Sinar dari benda AB dan menuju permukaan lengkung dibiaskan sedemikian oleh

permukaan tersebut sehingga terbentuk bayangan A'B'. Bila tinggi benda AB = h dan

tinggi bayangan A'B' = h', akan diperoleh

tan i = atau h = s tan i dan

tan r = atau h’ = s’ tan r

Perbesaran yang terjadi adalah M = =

Bila i dan r merupakan sudut-sudut kecil, maka harga tan i = sin i dan tan r = sin r

sehingga M =

Karena atau maka diperoleh persamaan

perbesaran pada permukaan lengkung sebagai berikut.

M =

11

Page 12: Pembiasan Cahaya

Permukaan lengkung mempunyai dua titik api atau fokus. Fokus pertama (F1) adalah

suatu titik asal sinar yang mengakibatkan sinar-sinar dibiaskan sejajar. Artinya

bayangan akan terbentuk di jauh tak terhingga (s’ = ~) dan jarak benda s sama dengan

jarak fokus pertama (s = f1) sehingga dari persamaan permukaan lengkung

di peroleh , sehingga

atau

Sehingga jarak fokus pertamanya sebesar, f1 =

Fokus kedua (F2) permukaan lengkung adalah titik pertemuan sinar-sinar bias apa bila

sinar-sinar yang datang pada bidang lengkung adalah sinar-sinar sejajar. Artinya

benda berada jauh di tak terhingga (s = ) sehingga dengan cara yang sama seperti

pada penurunan fokus pertama di atas, kita dapatkan persamaan fokus kedua

permukaan lengkung.

f2 =

e. Pembiasan Cahaya Pada Lensa Tipis

Lensa adalah benda bening yang dibatasi oleh dua permukaan dan minimal salah

satu permukaannya itu merupakan bidang lengkung. Lensa tidak harus terbuat dari

kaca yang penting ia merupakan benda bening (tembus cahaya) sehingga

memungkinkan terjadinya pembiasan cahaya. Oleh karena lensa tipis merupakan

bidang lengkung. Ada dua macam kelompok lensa :

a. Lensa Cembung (lensa

positif/lensa konvergen)

Yaitu lensa yang mengumpulkan sinar.

12

Page 13: Pembiasan Cahaya

Lensa cembung dibagi lagi menjadi tiga:

Gambar 28.Macam-macam lensa cembung

b. Lensa Cekung (lensa

negatif/lensa devergen)

Yaitu lensa yang menyebarkan sinar .

Lensa cekung dibagi lagi menjadi tiga:

Gambar 10. Macam-macam lensa cekung

13

1. lensa cembung dua (bikonveks)

2. lensa cembung datar (plan konveks)

3. lensa cembung cekung (konkaf konveks)

1. lensa cekung dua (bikonkaf)

2. lensa cekung datar (plan konkaf)

3. lensa cekung cekung (koveks konkaf)

Gambar 8. Lensa cembung bersifat

mengumpulkan sinar di satu bidang

fokus

Gambar 9. Lensa cekung bersifat

menyebarkan sinar dari arah bidang

fokus

Page 14: Pembiasan Cahaya

Untuk memudahkan pembuatan diagram lensa digambar dengan garis lurus dan tanda

di atasnya, untuk lensa cembung di tulis (+) dan lensa cekung (–). Untuk lensa

memiliki dua titik fokus.

1. Berkas Sinar Istimewa pada Lensa Tipis

Seperti pada cermin lengkung, pada lensa dikenal pula berkas-berkas sinar istimewa.

a. Berkas sinar-sinar istimewa pada lensa cembung.

Ada tiga macam sinar istimewa pada lensa cembung.

(1).Sinar datang sejajar sumbu utama lensa, dibiaskan melalui titik fokus.

(2).Sinar datang melalui titik fokus lensa, dibiaskan sejajar sumbu utama.

(3).Sinar datang melalui titik pusat lensa tidak dibiaskan melainkan diteruskan.

b. Berkas sinar-sinar istimewa pada lensa cekung.

Ada tiga macam sinar istimewa pada lensa cekung.

14

Gambar 31 .Sinar-sinar istimewa pada lensa

Page 15: Pembiasan Cahaya

(1).Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan seolah-olah berasal dari titik

fokus.

(2).Sinar datang seolah-olah menuju titik fokus lensa dibiaskan sejajar sumbu

utama.

(3).Sinar datang melalui titik pusat lensa tidak dibiaskan melainkan diteruskan.

2. Penomoran ruang pada Lensa Tipis

Untuk lensa nomor ruang untuk benda dan nomor-ruang untuk bayangan dibedakan.

nomor ruang untuk benda menggunakan angka Romawi (I, II, III, dan IV), sedangkan

untuk ruang bayangan menggunakan angka Arab (1, 2, 3 dan 4) seperti pada gambar

berikut ini:

Untuk ruang benda berlaku :

ruang I antara titik pusat optic (O) dan F2,

ruang II antara F2 dan 2F2

ruang III di sebelah kiri 2F2,

ruang IV benda (untuk benda maya) ada di belakang lensa.

Untuk ruang bayangan berlaku :

ruang 1 antara titik pusat optic (O) dan F1,

ruang 2 antara F1 dan 2F1

ruang 3 di sebelah kanan 2F1,

ruang 4 (untuk bayangan maya) ada di depan lensa.

15

Gambar 32 .Sinar-sinar istimewa pada lensa

Page 16: Pembiasan Cahaya

Berlaku pula : R benda + R bayangan = 5

3. Melukis pembentukan bayangan pada lensa

Untuk melukis pembentukan bayangan pada lensa tipis cukup menggunakan minimal

dua berkas sinar istimewa untuk mendapatkan titik bayangan.

Contoh melukis pembentukan bayangan.

Benda AB berada di ruang II lensa cembung

Benda AB berada di ruang III lensa cembung

Benda AB berada di ruang I lensa cembung

16

Sifat-sifat bayangan yang

terbentuk:

Nyata, terbalik, diperbesar

Sifat-sifat bayangan yang

terbentuk:

Nyata, terbalik, diperkecil

Sifat-sifat bayangan yang

terbentuk:

maya, tegak, diperbesar

Page 17: Pembiasan Cahaya

Benda AB berada di ruang II lensa cekung

4. Rumus-rumus Pada Lensa Tipis

Untuk lensa tipis yang permukaannya sferis (merupakan permukaan bola), hubungan

antara jarak benda (s), jarak bayangan (s') dan jarak fokus (f) serta perbesaran

bayangan benda (M) diturunkan dengan bantuan geometri dapat dijelaskan berikut ini.

Dari persamaan lensa lengkung,

Berkas sinar yang berasal dari O ketika melewati permukaan ABC dibiaskan

sedemikian sehingga terbentuk bayangan di titik I1. Oleh permukaan ADC bayangan

I1 itu di anggap benda dan dibiaskan oleh permukaan ADC sedemikian sehingga

terbentuk bayangan akhir di titik I2

Pada permukaan lengkung ABC , sinar dari benda O dari medium n1 ke lensa n2,

sehingga s = OB, s’ = BI1

maka

Pada permukaan lengkung ADC , sinar dari lensa ke medium n1, s = -DI1, s’ = DI2

17

Sifat-sifat bayangan yang

terbentuk:

Maya, tegak, diperkecil

Gambar 33. Lensa

sferis, permukaannya

merupakan permukaan

bola.

Page 18: Pembiasan Cahaya

maka

Karena dianggap lensa tipis maka ketebalan BD diabaikan, sehingga BI1 = DI1 dan

saling meniadakan karena berlawanan tanda . Apabila kedua persamaan dijumlahkan

diperoleh :

+

+

+

Semua ruas dibagi dengan n1 akan diperoleh persamaan lensa tipis sebagai berikut.

Dengan keterangan,

s = jarak benda

s' = jarak bayangan

n1 = indeks bias medium sekeliling lensa

n2 = indeks bias lensa

R1 = jari-jari kelengkungan permukaan pertama lensa

R2 = jari-jari kelengkungan permukaan kedua lensa

Persamaan lensa tipis tersebut berlaku hanya untuk sinar-sinar datang yang

dekat dengan sumbu utama lensa (sinar-sinar paraksial) dengan ketebalan lensa jauh

lebih kecil dibandingkan dengan jari-jari kelengkungannya.

Jarak fokus lensa (f) adalah jarak dari pusat optik ke titik fokus (F). Jadi bila s

= ~ bayangan akan terbentuk di titik fokus (F), maka s’= f.

18

Page 19: Pembiasan Cahaya

Karena = 0 maka rumus jarak fokus lensa :

Bila persamaan disubstitusikan dengan persamaan

maka akan didapat persamaan baru yang dikenal sebagai

persamaan pembuat lensa, yaitu

Dengan keterangan,

n1 = indeks bias medium sekeliling lensa

n2 = indeks bias lensa

R1 = jari-jari kelengkungan permukaan pertama lensa

R2 = jari-jari kelengkungan permukaan kedua lensa

R = bertanda (+) jika permukaan lensa yang dijumpai berbentuk cembung

R = bertanda (-) jika permukaan lensa yang dijumpai berbentuk cekung

R = jika permukaan lensa yang dijumpai berbentuk datar

s = jarak benda bertanda positif (+) jika benda terletak di depan lensa (benda nyata).

s = jarak benda bertanda negatif (–) jika benda terletak di belakang lensa (benda

maya).

s’ = jarak bayangan bertanda positif (+) jika bayangan terletak di belakang lensa

(bayangan nyata).

s’ = karak bayangan bertanda negatif (–) jika benda terletak di depan lensa (bayangan

maya).

f = jarak fokus bertanda positif (+) untuk permukaan lensa positif (lensa cembung).

f = jarak fokus bertanda negatif (–) untuk permukaan lensa negatif (lensa cekung).

5. Perbesaran bayangan

Untuk menentukan perbesaran bayangan lensa tipis dapat menggunakan persamaan

sebagai berikut.

Dengan keterangan,

19

Page 20: Pembiasan Cahaya

s = jarak benda

s' = jarak bayangan

h = tinggi benda

h' = tinggi bayangan

M > 1 = bayangan diperbesar

M < 1 = bayangan diperkecil

s1 (+) = bayangan nyata

s1 () = bayangan maya

6. Daya / Kekuatan Lensa

Daya Lensa adalah kekuatan lensa dalam memfokuskan lensa. Daya lensa

berkaitan dengan sifat konvergen (mengumpulkan berkas sinar) dan divergen

(menyebarkan sinar) suatu lensa. Untuk Lensa positif, semakin kecil jarak fokus,

semakin kuat kemampuan lensa itu untuk mengumpulkan berkas sinar. Untuk lensa

negatif, semakin kecil jarak fokus semakin kuat kemampuan lensa itu untuk

menyebarkan berkas sinar. Oleh karena itu kuat lensa didefinisikan sebagai kebalikan

dari jarak fokus,

Rumus kekuatan lensa (power lens)

P = dengan satuan = Dioptri

Untuk menambah kekuatan lensa kita dapat gunakan lensa gabungan dengan sumbu

utama dan bidang batas kedua lensa saling berhimpit satu sama lain. Dari

penggabungan lensa ini maka akan didapatkan fokus gabungan atau daya lensa

gabungan.

20

Gambar 34. Diagram lensa gabungan

Page 21: Pembiasan Cahaya

Suatu lensa gabungan merupakan gabungan dari dua atau lebih lensa dengan sumbu

utamanya berhimpit dan disusun berdekatan satu sama lain sehingga tidak ada jarak

antara lensa yang satu dengan lensa yang lain (d = 0).

Persamaan lensa gabungan dirumuskan sebagai berikut.

Dan daya lensa sebagai berikut.

Berlaku ketentuan untuk lensa positif (lensa cembung), jarak fokus (f) bertanda plus,

sedangkan untuk lensa negatif (lensa cekung), jarak fokus bertanda minus.

7. Pembiasan Dua Lensa yang Berhadapan

Apabila sebuah benda AB terletak di antara dua lensa yang berhadap-hadapan, akan

mengalami dua kali proses pembiasan oleh lensa I dilanjutkan oleh lensa II.

Lensa I : Lensa II :

jarak kedua lensa :

Perbesaran bayangan akhir :

M = M1 . M2

21

Page 22: Pembiasan Cahaya

22

Page 23: Pembiasan Cahaya

BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Pembiasan cahaya atau Refraksi adalah peristiwa penyimpangan atau

pembelokan cahaya karena melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya.

Beberapa contoh gejala pembiasan yang sering di jumpai dalam kehidupan sehari-hari

diantaranya:

Dasar kolam kelihatan lebih dangkal bila di lihat dari atas

Kaca mata minus (negatif) atau kaca mata plus (positif) dapat membuat jelas

pandangan bagi penderita rabun jauh atau rabun dekat karena adanya

pembiasan.

Terjadinya pelangi setelah turun hujan.

23

Page 24: Pembiasan Cahaya

DAFTAR PUSTAKA

Barus ,PK. Imam, poernama. 1995. Fisika 2. Jakarta : Balai Pustaka

Kane, J.W., Sternheim, M.M. (1988) Physics (3rd ed.). New York: John Wiley &

Sons.

Salwiyono ,dkk. 2007. Fisika SMA/MA. Sagufindo Kinarya

Sears, F.W. (1949) Optics (3rd ed.). Reading-Massachusetts : Addison-Wesley

Supramono, Edi, dkk. Fisika Dasar 2.2005. Malang : UM Press

Young, H.D., Freedman, R.A. (1996) University Physics (ninth ed). Massachusetts :

Addison-Wesley.

http://www.e-dukasi.net/mapok/mp_full.php?id=185&fname=materi04c.html

DAFTAR PUSTAKA

Foster, Bob. 2004.  Terpadu Fisika SMA untuk Kelas X Semester 2.Jakarta: Erlangga

www.en.wikipedia.org

www.125.163.204.22/e_books/modul_online/fisika/MO_90/kb3_5.htm

 www.power-point.Tp.ac.id.

24

Page 25: Pembiasan Cahaya

25