PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP...

108
PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP PENURUNAN DEPRESI PADA ASUHAN KEPERAWATAN JIWA Ny.Y DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SEMBODRO RSJD SURAKARTA Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan DISUSUN OLEH: MERYTA NOVIA RISTI NIM P.11038 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATANSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014

Transcript of PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP...

Page 1: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP PENURUNAN

DEPRESI PADA ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

Ny.Y DENGAN PERILAKU KEKERASAN

DI RUANG SEMBODRO

RSJD SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program

Diploma III Keperawatan

DISUSUN OLEH:

MERYTA NOVIA RISTI

NIM P.11038

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATANSEKOLAH

TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2014

Page 2: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

i

PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP PENURUNAN

DEPRESI PADA ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

Ny.Y DENGAN PERILAKU KEKERASAN

DI RUANG SEMBODRO

RSJD SURAKARTA

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program

Diploma III Keperawatan

DISUSUN OLEH:

MERYTA NOVIA RISTI

NIM P.11038

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATANSEKOLAH

TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2014

Page 3: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Surat yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Meryta Novia Risti

NIM : P11038

Program Studi : D III KEPERAWATAN

Judul :PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT

TERHADAP PENURUNAN DEPRESI PADA ASUHAN

KEPERAWATAN JIWA Ny.Y DENGAN PERILAKU

KEKERASAN DI RUANG SEMBODRO RSJD

SURAKARTA

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan

atau pikiran orang ralin yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atau perbuatan tersebut ssesui

dengan ketetuan akademi yang berlaku.

Surakarta, 08 Mei 2014

Yang Membuat Pernyatan

Meryta Novia Risti

NIM.P11038

Page 4: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Meryta Novia Risti

NIM : P11 038

Program Studi : D III KEPERAWATAN

Judul : PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT

TERHADAP PENURUNAN DEPRESI PADA ASUHAN

KEPERAWATAN JIWA Ny.Y DENGAN PERILAKU

KEKERASAN DI RUANG SEMBODRO RSJD

SURAKARTA

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah

Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta

Hari/Tanggal :Kamis, 8 Mei 2014

Pembimbing : Joko kismanto, S.Kep.,Ns ( ……………………. )

NIK.200670020

Page 5: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama : Meryta Novia Risti

NIM : P11 038

Program Studi : DIII Keperawatan

Judul : PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT

TERHADAP PENURUNAN DEPRESI PADA ASUHAN

KEPERAWATAN JIWA Ny.Y DENGAN PERILAKU

KEKERASAN DI RUANG SEMBODRO RSJD

SURAKARTA

Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah

Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta

Ditetapkan di : Surakarta

Hari / Tanggal : Rabu, 14 Mei 2014

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Joko Kismanto, S.Kep., Ns. (…………………….)

NIK. 200670020

Penguji I : Atiek Murharyati, S.Kep. Ns., M.Kep (…………………….)

NIK. 200680021

Penguji II : S.Dwi Sulistyowati, S.Kep. Ns., M.Kep (…………………….)

NIK. 200984041

Mengetahui,

Ketua Program Studi DIII Keperawatan

STIKes Kusuma Husada Surakarta

Atiek Murharyati, S.Kep. Ns., M.Kep

NIK. 200680021

Page 6: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat, rahmat dam karuia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT

TERHADAP PENURUNAN DEPRESI PADA ASUHAN KEPERAWATAN

JIWA Ny.Y DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SEMBODRO

RSJD SURAKARTA.”

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapatkan

bimbingan dan dukungan dari pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang

terhomat:

1. Atiek Murhayati, S,Kep.,Ns.,M.Kep,selaku Ketua Program Studi DIII

Keperawatan, sekaligus sebagai dosen pembimbing yang telah

membimbing dengan cermat serta member masukan,inspirasi perasaan

nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya tugas

akhir dan memberi kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes

Kusuma Husada Surakarta.

2. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Sekertaris Ketua Program Studi

DIII Keperawatan yang telah memberi kesempatan untuk dapat menimba

ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Joko kismanto, S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing dengan cermat,

memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam

bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

4. Atiek Murhayati, S,Kep.,Ns.,M.Kep, selaku dosen penguji dengan cermat,

memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam

bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

Page 7: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

vi

5. S.Dwi Sulistyowati, S,Kep.,Ns.,M.Kep, selaku dosen penguji dengan

cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam

bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

6. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan

wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.

7. Kedua orang tua saya, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan

semangat untuk menyelesaikan pendidikan.

8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes

Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan

satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual

Semoga laporan studi kasus ini bermanaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, 14 Mei 2014

Penulis

Page 8: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ..................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iv

KATA PENGANTAR ..................................................................................... v

DAFTAR ISI .................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ............................................................................... 1

B. Tujuan studi kasus ......................................................................... 6

C. Manfaat penulisan ......................................................................... 7

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Konsep dasar perilaku kekerasan .................................................. 8

B. Konsep asuhan keperawatan ......................................................... 17

C. Depresi………………………………………………………….. 40

D. Terapi musik ................................................................................. 51

BAB III LAPORAN KASUS

A. Pengkajian ..................................................................................... 54

B. Diagnosa keperawatan................................................................... 60

C. Pohon masalah............................................................................... 61

D. Pengkajian depresi......................................................................... 61

E. Intervensi ...................................................................................... 70

F. Implementasi …………………………………………………… 73

G. Evaluasi ………………………………………………………… 75

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pembahasan ................................................................................... 77

Page 9: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

viii

1. Pengkajian …………………………………………………. 77

2. Diagnosa keperawatan............................................................. 79

3. Intervensi ................................................................................. 81

4. Implementasi keperawatan ...................................................... 86

5. Evaluasi ................................................................................... 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan.................................................................................... 93

1. Kesimpulan ............................................................................. 93

2. Saran …………………………………………...................... 95

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 10: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1Rentang respon ............................................................................. 10

Gambar 2.2 Pohon masalah ............................................................................ 24

Gambar 3.1 Genogram .................................................................................... 44

Gambar 3.2 Pohon masalah............................................................................. 49

Page 11: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Data yang perlu dikaji ...................................................................... 25

Tabel 2.2 Skala depresi……………………………………………………… 42

Tabel 3.1 Skala depresi……………………………………………………… 61

Page 12: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Stuart & Laraia dalam Hidayati (2012) kesehatan adalah keadaan

sehat fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau

kelemahan. Seseorang dikatakan sehat apabila seluruh aspek dalam dirinya

dalam keadaan tidak terganggu baik tubuh, psikis maupun sosial. Fisiknya sehat,

maka mental (jiwa) dan sosial pun sehat, jika mentalnya terganggu atau sakit,

maka fisik dan sosialnya pun akan sakit. Kesehatan harus dilihat secara

menyeluruh sehingga kesehatan jiwa merupakan bagian dari kesehatan yang

tidak dapat dipisahkan.

Kesehatan jiwa menurut WHO (World Head Organitation) adalah

berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan

keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

Kesehatan jiwa menurut UU No.3 tahun 1966 adalah suatu kondisi yang

memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari

seseorang dan perkembangan itu selaras dengan keadaan orang lain (Direja,

2011). Seseorang yang tidak memiliki karakter positif akan mengalami

gangguan jiwa.

Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa) dan

Sakit jiwa (psikosa). Keabnormalan terlihat dalam berbagai macam gejala yang

terpenting diantaranya adalah ketegangan (tension), rasa putus asa dan murung,

Page 13: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

2

gelisah, cemas, perbuatan-perbuatan yang terpaksa, rasa lemah, dan tidak

mampu mencapai tujuan, takut pikiran-pikiran dan sebagainya. Seseorang yang

terkena neurosa masih mengetahui dan merasakan kesukarannya, serta

kepribadiannya tidak jauh dari realita dan alam kenyataan pada umumnya.

Sedangkan orang yang terkena psikosa tidak memahami kesukaran-

kesukarannya, dari segi tanggapan, perasaan/emosi, dan dorongan motivasinya

yang sanggat terganggu dan hidupnyayang jauh dari alam kenyataan

(Damaiyanti, 2010).

Perilaku kekerasan adalah salah satu masalah dari gangguan jiwa yang

menjadi penyebab penderita dibawa ke rumah sakit, tingkah laku individu yang

ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak

menginginkan datangnya tingkah laku tersebut. Perilaku kekerasan merupakan

suatu tanda dan gejala dari gangguan skizofrenia. Skizofrenia sebagai penyakit

neurologis yang mempengaruhi persepsi klien, cara berfikir, bahasa, emosi, dan

perilaku sosial. Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan

gangguan utama pada proses pikir serta keretakan maupun perpecahan antara

proses pikir, afek/emosi, dan psikomotor, terutama karena perilaku kekerasan,

waham dan halusinasi (Direja, 2011).

Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang

melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik,baik dirinya sendiri

maupun orang lain, disertai marah dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol

(Hartono, 2010). Marah merupakan perasaan jengkel yang ditimbulkan sebagai

Page 14: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

3

respon terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak dipenuhi yang dirasakan

sebagai ancaman (Yosep, 2010).

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk

melukai seseorang secara fisik maupun secara psikologis. Tanda dan gejala dari

perilaku kekerasan diantaranya adalah muka merah dan tegang, pandangan

tajam, megatupkan rahang dengan kuat, mengepalkan tangan, jalan mondar

mandir, bicara kasar, suara tinggi menjerit atau berteriak, mengancam secara

verbal atau fisik, melempar atau memukul benda/orang lain, merusak barang

atau benda, tidak mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku

kekerasan (Damaiyanti, 2010).

Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia1,7 per mil.

Gangguan jiwa berat terbanyak di Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali,

dan Jawa Tengah. Proporsi RT yang pernah memasung ART gangguan jiwa

berat 14,3 persen dan terbanyak pada penduduk yang tinggal di pedesaan

(18,2%), serta pada kelompok penduduk dengan kuantil indeks kepemilikan

terbawah(19,5%). Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk

Indonesia 6,0 persen. Provinsi dengan prevalensi gangguan mental emosional

tertinggi adalah Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, DI Yogyakarta,

dan Nusa Tenggara Timur (Riskesdas, 2013).

Depresi merupakan problem kesehatan masyarakat yang cukup serius.

Musik dapat digunakan sebagai anti depresi alami. Mendengarkan musik saat

senggang atau ketika libur kerja bisa membantu membuat pikiran dan tubuh

lebih rileks serta mengembalikan energi menjadi lebih bertenaga (Adronafis,

Page 15: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

4

2008). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terapi musik dangdut

mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat depresi. Menurut Kirk Weg (2008)

dalam Erika (2010) terapi musik memiliki kekuatan yang luar biasa untuk

mempengaruhi orang, emosi dan perilaku.

Organisasi kesehatan dunia (WHO, 1974) menyebutkan angka 17% pasien

dengan depresi dan diperkirakan prevalensi depresi pada populasi masyarakat

dunia adalah 3%. Sementara Sartorius (1974) memperkirakan 100 juta penduduk

di dunia mengalami depresi. Angka ini semakin bertambah untuk masa

mendatang yang disebabkan karena beberapa hal antara lain usia harapan hidup

semakin bertambah, stresor psikososial semakin berat, berbagai penyakit kronik

semakin bertambah, kehidupan beragama semakin ditinggalkan (Dadang, 2008).

Di Indonesia dalam penelitian banyak penderita depresi, dari waktu ke

waktu kasus gangguan kejiwaan yang tergolong kecemasan dan depresi semakin

bertambah. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan jumlah kunjungan pasien yang

berobat di pusat pelayanan kesehatan jiwa dan juga ke dokter (psikiater). Saat ini

lebih dari 450 juta penduduk dunia hidup dengan gangguan jiwa. Di Indonesia,

prevalensi gangguan mental emosional seperti gangguan kecemasan dan depresi

sebesar 11,6% dari populasi orang dewasa. Berarti dengan jumlah populasi

orang dewasa Indonesia lebih kurang 150.000.000 ada 1.740.000 orang saat ini

mengalami gangguan mental emosional (Riskesdas, 2007) dalam Kompas

(2012).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum diberikan terapi musik

dangdut yang paling banyak adalah pasien depresi. Menurut Maslim

Page 16: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

5

(2001)dalam jurnal Erika (2010), gejala berat depresi antara lain yaitu afek

depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurang energi, konsentrasi

berkurang, harga diri berkurang, tidur terganggu, nafsu makan berkurang.

Sesudah diberikan terapi musik dangdut sesuai dengan penelitian Austin (2010)

dalam jurnal Erika (2010), bahwa gerak badan yang aktif memiliki pengaruh

yang baik untuk mengatasi depresi.

Berdasarkan laporan, pasien dirawat di ruang Sembodro RSJD

Surakartapada tanggal 7 April 2014 di dapatkan dari 11 pasien yang mengalami

gangguan jiwa, 5 pasien mengalami perilaku kekerasan, 1 pasien mengalami

isolasi sosial, 5 pasien mengalami gangguan halusinasi. Oleh karena itu penulis

tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah karena masalah-masalah kejiwaan

bisa muncul lebih serius dimulai dari resiko perilaku kekerasan dan dampakyang

komplek seperti mencederai diri, orang lain dan lingkungan, resiko bunuh diri

dan untuk mengaplikasikan hasil metode penurunan depresi secara

nonfarmakologis kepada pasien perilaku kekerasan. Penulis mengambil judul

“Pemberian Terapi Musik Dangdut Terhadap Penurunan Depresi Pada Asuhan

Keperawatan Jiwa Ny.Y Dengan Gangguan Perilaku Kekerasan di Ruang

Sembodro Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta”.

Page 17: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

6

B. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan umum

Melaporkan pemberian terapi musik dangdut terhadap penurunan depresi

pada asuhan keperawatan jiwa Ny.Y dengan perilaku kekerasan di Bangsal

Sembodro RSJD Surakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan jiwa Ny.Y

denganperilaku kekerasan.

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan asuhan

keperawatan jiwa Ny.Y dengan perilaku kekerasan.

c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan jiwa Ny.Y

dengan perilaku kekerasan.

d. Penulis mampu implementasi asuhan keperawatan jiwa Ny.Y dengan

perilaku kekerasan.

e. Penulis mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan jiwa

Ny.Ydengan perilaku kekerasan.

f. Penulis mampu menganalisa hasil aplikasi pemberian terapi musik

dangdut terhadappenurunan depresi pada Ny.Y dengan perilaku

kekerasan.

Page 18: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

7

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

a. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang asuhan keperawatan jiwa

pada pasien dengan perilaku kekerasan.

b. Meningkatkan ketrampilan dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa

pada pasien dengan perilaku kekerasan.

2. Profesi Keperawatan

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di rumah sakit

dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan jiwa pada klien

secara tepat dan optimal khususnya pada kasus dengan perilaku kekerasan.

3. Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di Rumah

Sakit dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan jiwa secara

tepat dan optimal khususnya pada kasus dengan Perilaku Kekerasan.

4. Bagi Pendidikan

Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dan sumber bacaan

atau referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan

khususnya pada klien dengan perilaku kekerasan dan dapat menambah

pengetahuan bagi para pembaca.

Page 19: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

8

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Perilaku Kekerasan

1. Pengertian Perilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri

maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak

terkontrol (Kusumawati dan Hartono, 2010).

Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang

melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap

diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Stuart dan sundeen (1995)

dalam Fitria (2010)).Perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi perilaku

kekerasan secara verbal dan fisik (ketner et al(1995) dalam Herman (2011)).

Dari beberapa penjelasan diatas mengenai perilaku kekerasan penulis

menyimpulkan bahwa perilaku kekerasan yaitu suatu keadaan dimana

seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan fisik baik

terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan, dimana perilaku

kekerasan ini dapat dilakukan secara verbal maupun fisik, disertai dengan

tingkah laku yang tidak terkontrol.

Page 20: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

9

2. Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala perilaku kekerasan (Herman, 2011):

a. Fisik

Mata melotot/ pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup,

wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.

b. Verbal

Mengancam, mengumpat dengan kata- kata kotor, berbicara dengan

nada keras, kasar, ketus.

c. Perilaku

Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/ orang lain, merusak

lingkungan, amuk/agresif.

d. Emosi

Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,

jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,

menyalahkan, dan menuntut.

e. Intelektual

Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang

mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.

f. Spiritual

Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, keragu-raguan, tidak bermoral,

dan kreativitas terhambat.

g. Sosial

Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.

Page 21: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

10

h. Perhatian

Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual.

3. Rentang Respon

Gambar 2. 1 Rentang respon marah

Sumber: Keliat (1999) dalam Fitria (2010)

Keterangan:

a. Asertif

Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang lain

dan memberikan ketenangan.

b. Frustasi

Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak

menemukan alternatif.

c. Pasif

Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.

d. Agresif

Perilaku yang menyertai marah, terdapat dorongan untuk menuntut

tetapi masih terkontrol.

Asertif Frustasi Pasif Agresif kekerasan

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Page 22: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

11

e. Kekerasan

Perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta kehilangan kontrol.

4. Faktor Presdiposisi

Faktor presdiposisi perilaku kekerasan yaitu (Dalami, dkk , 2009):

a. Biologis

Dalam sistem otak limbik berfungsi sebagai regulator/ pengatur

perilaku. Adanya lesi pada hipotalamus dan amigdala dapat mengurangi

atau meningkatkan perilaku agresif. Perangsangan pada sistem

neurofisiologis dapat menimbulkan respon-respon emosional dan

ledakan agresif. Penurunan norepinefrin dapat menstimulasi perilaku

agresif misalnya pada peningkatan kadar hormone testosteron atau

progesterone. Pengaturan perilaku agresif adalah dengan mengatur

jumlah metabolisme biogenik amino-neropinetrin.

b. Psikologis

Menurut Lorenz, agresif adalah pembawaan individu sejak lahir sebagai

respon terhadap stimulus yang diterima. Respon tersebut berupa

pertengkaran atau permusuhan. Gangguan ekspresi marah disebabkan

karena ketidakmampuan menyelesaikan agresif yang menyebabkan

individu berperilaku destruktif. Sedangkan menurut freud menyatakan

bahwa sejak dilahirkan individu akan mengalami ancaman yang perlu

diekspresikan. Perilaku destruktif terjadi apabila ancaman tersebut

menguasai individu. Menurut freud, agresi berasal dari rasa frustasi

Page 23: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

12

akibat ketidakmampuan individu mencapai tujuan. Bila individu tidak

mampu mengekspresikan perasaannya individu akan marah pada

dirinya. Frustasi dirasakan sebagai ancaman yang menimbulkan

kecemasan sehingga individu merasa harga dirinya terganggu. Konflik

juga merupakan ancaman bagi individu yang dapat mencetuskan

perilaku agresif. Persepsi yang salah tehadap konflik yang terjadi dapat

membuat individu menjadi agresi. Teori ekstensi yang dikemukkan oleh

Fromm menyatakan bahwa tingkah laku individu didasarakan pada

kebutuhan hidup. Bila cara konstruktif individu akan berperilaku

agresif. Perilaku destrukstif juga dapat disebabkan oleh kegagalan

mendapatkan eksistensi akibat kondisi sosial yang tidak sejalan dengan

niat dan alasan individu.

c. Sosiokultural

Norma-norma kultural dapat digunakan untuk membantu memahami

ekspresi agresif individu. Teori lingkungan sosial mengemukkan bahwa

norma yang memperkuat perilakunnya disebabkan ekspresi marah yang

pernah dialami sebelumnya. Menurut Madden, orang-orang yang

pernah memiliki riwayat ditipu cenderung mudah marah; yang disebut

“Acting Out” terhadap marah. Bila privacy/ pribadi terganggu oleh

kondisi sosial maka responnya berupa agresif/ amuk. Teori belajar

sosial menurut Robert; yang disempurnakan oleh Miller dan Dollar,

mengemukkan bahwa tingkah laku agresif dipelajari sebagai bagian dari

proses sosial. Agresif dipelajari dengan cara imitasi terhadap

Page 24: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

13

pengalaman langsung. Pola subkultural cenderung menyebabkan imitasi

tingkah laku agresi yang mengarah pada amuk. Ahli teori sosial

berpendapat bahwa komponen biologi tingkah laku agresif

berhubungan denagn aspek-aspek psikososial.

5. Faktor Presipitasi

Faktor presipitasi perilaku kekerasan meliputi (Dalami, dkk, 2009):

a. Ancaman terhadap fisik : pemukulan, penyakit fisik.

b. Ancaman terhadap konsep diri: frustasi, harga diri rendah.

c. Ancaman internal: kegagalan, kehilangan perhatian.

d. Ancaman eksternal: seranagn fisik, kehilangan orang/ benda berarti.

6. Proses Terjadinya Masalah

a. Proses Terjadinya Masalah ditinjau dari Penyebab

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) dalam jurnal Hidayati (2010)

penyebab resiko perilaku kekerasan adalah:

1) Halusinasi

Halusinasi adalah persepsi klien yang salah terhadap lingkungan

tanpa adanya rangsangan/ stimulus yang nyata sehingga

klienmempersiapkan dan merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak

terjadi.

Page 25: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

14

Tanda dan gejala halusinasi adalah (Townsend, 2006):

a) Berbicara sendiri

b) Tertawa sendiri

c) Disorientasi

d) Pikiran cepat berubah-ubah

e) Bersikap seperti mendengar sesuatu

f) Konsentrasi rendah

g) Berhenti berbicara ditengah kalimat untuk mendengarkan

sesuatu

h) Kekacauan alur pikir

i) Respon tidak sesuai

Sedangkan tanda dan gejala halusinasi antara lain (Depkes, 2006):

a) Berbicara atau tertawa sendiri

b) Menarik diri

c) Klien tidak dapat membedakan realita dan kenyataan

d) Sulit tidur

e) Gelisah

f) Duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu

2) Mekanisme koping tidak efektif

Mekanisme koping tidak efektif adalah cara yang digunakan

individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang

terjadi dan situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun

perilaku yang menghambat fungsi integrasi, memecah

Page 26: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

15

pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung menguasai

lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan/ tidak makan,

bekerja berlebihan, dan menghindar. Mekanisme koping tidak

efektif diantaranya adalah:

a) Mengalihkan

Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang/benda

lain yang biasanya netral atau lebih sedikit pengancam dirinya.

b) Mengingkari

Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan

mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan ini

adalah paling sederhana dan primitif.

c) Disosiasi

Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari

kesadaran atau identitasnya.

d) Proyeksi

Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada

orang lain terutama keinginan, perasaan emosional dan

motivasi yang tidak dapat ditoleransi.

e) Rasionalisasi

Mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat

diterima masyarakat untuk membenarkan impuls, perasaan,

perilaku, dan motif yang tidak dapat diterima.

Page 27: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

16

f) Regresi

Kemunduran akibat stres terhadap perilaku dan merupakan ciri

khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini.

g) Splitting

Sikap mengelompokkan orang / keadaan hanya sebagai

semuanya baik atau semuanya buruk; kegagalan untuk

memadukan nilai-nilai positif dan negatif di dalam diri sendiri.

h) Represi

Pengesampingan secara tidak sadar tentang pikiran, impuls

atau ingatan yang menyakitkan atau bertentangan, dari

kesadaran seseorang; merupakan pertahanan ego yang primer

yang cenderung diperkuat oleh mekanisme lain.

i) Supresi

Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan

tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang disadari;

pengesampingan yang disengaja tentang suatu bahan dari

kesadaran seseorang; kadang-kadang dapat mengarah pada

represi yang berikutnya.

j) Sublimasi

Penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata

masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan

dalam penyalurannya secara normal.

Page 28: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

17

f. Proses Terjadinya Masalah ditinjau dari Akibat

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) dalam jurnal Hidayati (2010)

klien dengan resiko perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko

tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai

merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/

membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

Tanda dan gejala:

1) Menyerang orang lain.

2) Memecahkan perabot.

3) Melempar barang.

4) Membakar rumah.

5) Memperlihatkan permusuhan.

6) Mendekati orang lain dengan ancaman.

7) Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai.

8) Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan.

9) Mempunyai rencana untuk melukai.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Menurut Stuart dan Laria (2001) dalam Keliat, B. A (2006), pengkajian

merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap

pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan, atau

masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis,

Page 29: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

18

sosial, dan spiritual. Data pada pengkajian kesehatan jiwa dapat

dikelompokkan menjadi faktor presdiposisi, presipitasi, penilaian

terhadap stressor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki

klien.

Untuk dapat menjaring data yang diperlukan, umumnya

dikembangkan formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar

memudahkan dalam pengkajian. Pengkajian keperawatan pada klien

perilaku kekerasan meliputi :

a. Pengumpulan data

1) Identitas klien meliputi: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,

agama, pekerjaan, status merital, suku/bangsa, nomor medrec,

tanggal masuk, tanggal pengkajian, ruang rawat dan alamat.

2) Identitas penanggung jawab meliputi: nama, umur, jenis kelamin,

pekerjaan, agama, hubungan dengan klien dan alamat.

b. Alasan masuk dan faktor presipitasi

Faktor pencetus Resiko perilaku kekerasan meliputi ancaman

terhadap fisik, ancaman terhadap konsep diri, ancaman internal,

ancaman eksternal.

c. Faktor Predisposisi

Faktor pendukung terjadinya Resiko Perilaku kekerasan adalah

biologis yaitu dalam sistem otak limbik berfungsi sebagai regulator/

pengatur perilaku. Adanya lesi pada hipotalamus dan amigdala dapat

mengurangi atau meningkatkan perilaku agresif. Psikologis

Page 30: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

19

menjelaskan bahwa agresif adalah pembawaan individu sejak lahir

sebagai respon terhadap stimulus yang diterima. Respon tersebut

berupa pertengkaran atau permusuhan dan sosiokultural dimana

norma-norma kultural dapat digunakan untuk membantu memahami

ekspresi agresif individu.

d. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada klien dengan skizofrenia dilakukan

dengan pendekatan persistem meliputi:

1) Sistem integumen; terdapat gangguan kebersihan kulit, klien

tampak kotor, terdapat bau badan, hal ini disebabkan kurangnya

minat terhadap perawatan diri dari perilaku menarik diri.

2) Sistem saraf; kemungkinan terdapat gejala ekstra piramidal seperti

tremor, kaku dan lambat. Hal ini akibat dari efek samping obat anti

psikotik.

3) Sistem penginderaan; ditemukan tidak adanya halusinasi dengar,

penglihatan, penciuman, raba, pengecapan. Karena klien

mengalami gangguan afeksi dan kognisi sehingga tidak mampu

untuk membedakan stimulus internal dan eksternal akibat

kecemasan yang meningkat.

4) Pemeriksaan tanda vital klien, meliputi tekanan darah , denyut nadi,

dan suhu klien.

Page 31: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

20

e. Aspek psikologis, sosial dan spiritual

1) Aspek Psikologis

Genogram; berisi tentang struktur keluarga dengan minimal tiga

generasi.

Konsep diri :

a) Gambaran diri; meliputi bagian tubuh yang disukai klien dan

bagian tubuh yang tidak disukai oleh klien. Apakah klien ada

hambatan dengan bagian tubuh yang tidak disukainya.

b) Identitas diri; meliputi status dan posisi klien di keluarga dan

kepuasan klien sebagai laki-laki atau perempuan.

c) Peran diri; meliputi peran yang diemban oleh klien di keluarga

dan lingkungannya.

d) Ideal diri; persepsi individu tentang bagaimana ia harus

berperilaku sesuai standar pribadi.

e) Harga diri; penilaian diri terhadap hasil yang dicapai dengan

menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri.

2) Aspek sosial

Klien dengan resiko perilaku kekerasan biasanya bersifat

curiga dan bermusuhan, menarik diri, menghindar dari orang lain,

mudah tersinggung sehingga klien mengalami kesukaran untuk

berinteraksi dengan orang lain.

Page 32: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

21

3) Aspek spiritual

Meliputi nilai dan keyakinan yaitu pandangan dan keyakinan klien

terhadap gangguan jiwa, pandangan masyarakat tentang gangguan

jiwa, kegiatan ibadah yaitu kegiatan ibadah individu dan keluarga

di rumah dan pendapat klien tentang kegiatan ibadah.

4) Status mental

a) Penampilan

Biasanya pakaian klien kusut atau eksentrik dengan sikap

tubuh lemah dan kontak mata kurang.

b) Pembicaraan

Klien biasanya berbicara dengan cepat dan keras. Reaksi klien

selama wawancara apatis dan mudah tersinggung

c) Aktivitas motorik

Klien biasanya terlihat lesu, sering tiduran di tempat tidur,

tegang, gelisah dan biasanya terdapat tremor.

d) Alam perasaan

Apakah klien terlihat sedih, gembira berlebihan, putus asa,

ketakutan, khawatir.

e) Afek

(1) Apakah afek klien datar, tumpul labil atau tidak sesuai.

Interaksi selama wawancara

(2) Apakah klien kooperatif, bermusuhan, kontak mata

kurang.

Page 33: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

22

f) Interaksi selama wawancara

Apakah klien kooperatif, bermusuhan, kontak mata kurang.

g) Persepsi

Persepsi ini meliputi persepsi mengenai pendengaran,

penglihatan, pengecap, penghidu cenestetik, maupun

kinestetik.

h) Isi pikir

Kadang-kadang ada ide yang tidak realistik seperti waham,

fantasi, obsesi, dan phobia.

i) Proses pikir

Apakah pembicaraan klien mengalami sirkumtantial,

tangensial, kehilangan asosiasi, flight of idea dan blocking.

j) Tingkat kesadaran

Apakah klien mampu mengingat kejadian saat ini, kejadian

yang baru saja terjadi dan kejadian masa lalu.

k) Memori

Apakah klien mengalami gangguan memori jangka panjang

dan jangka pendek atau tidak.

l) Tingkat konsentrasi dan berhitung

Menilai tingkat konsentrasi klien apak mudah beralih, atau

tidak mampu berkonsentrasi dan kemampuan berhitung klien.

m) Kemampuan penilaian

Page 34: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

23

Klien mengalami kesulitan atau tidak dalam menyelesaikan

masalah, klien masih mampu untuk mengambil keputusan

dengan tepat atau tidak.

n) Daya tilik diri

Biasanya klien tidak mengetahui alasan masuk klien ke rumah

sakit dan tidak menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan

jiwa.

f. Kebutuhan Persiapan Pulang

Meliputi dengan siapa klien tinggal sepulang di rumah sakit, rencana

klien berkaitan dengan minum obat dan kontrol, pekerjaan yang

dilakukan, aktivitas untuk mengisi waktu luang serta sumber biaya,

adanya orang-orang yang menjadi support system bagi klien dan tempat

rujukan perawatan atau pengobatan.

g. Mekanisme koping

Pada pasien dengan perilaku kekerasan perlu dikaji mekanisme koping

yang digunakan klien sebelum pasien masuk rumah sakit maupun

mekanisme koping pasien selama menghadapi masalah di rumah sakit

jiwa.

h. Masalah psikososial dan lingkungan

Perlu dikaji seperti apa masalah psikososial dan masalah pasien di

lingkungannya, apakah pasien sering bermasalah dengan orang di

sekitarnya.

Page 35: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

24

i. Pengetahuan klien

Pengetahuan klien perlu dikaji untuk mengetahui seberapa jauh pasien

mengenal penyakitnya. Hal ini juga digunakan untuk merencanakan

kegiatan atau tindakan selanjutnya.

j. Aspek Medik

Pada klien dengan resiko perilaku kekerasan biasanya mendapatkan

obat-obat anti psikosis seperti: Haloperidol, Clorpromazine, dan anti

kolinergik seperti Triheksifenidil serta Electro Convulsive Therapy

(ECT).

k. Daftar Masalah Keperawatan

Berisi tentang masalah-masalah keperawatan yang didapat dari

pengumpulan data.

l. Pohon Masalah

Umumnya masalah keperawatan saling berhubungan dan dapat

digambarkan sebagai pohon masalah (Keliat, 2006). Pada pohon

masalah terdapat tiga komponen penting yaitu:

1) Prioritas masalah keperawatan (masalah utama) merupakan

masalah utama klien dari berbagai masalah.

2) Penyebab (causal) adalah salah satu masalah keperawatan yang

menyebabkan munculnya masalah utama.

3) Akibat adalah masalah keperawatan yang terjadi akibat masalah

utama.

Page 36: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

25

2. Pohon Masalah

Gambar 2. 2 Pohon masalah Resiko Perilaku kekerasan

Sumber: Fitria, (2010)

3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis terhadap respon aktual atau

potensial dari individu, keluarga atau masyarakat terhadap masalah

kesehatan/proses kehidupan (Keliat, 2006) :

1. Perilaku Kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah kronis.

2. Risiko perilaku menciderai diri berhubungan dengan perilaku kekerasan.

3. Gangguan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan defisit perawatan

diri mandi dan berhias.

Perilaku menciderai diri

diri sendiri, orang lain,

dan lingkungan

Perilaku kekerasan

Gangguan persepsi

sensori:

Halusinasi

Gangguan pemeliharaan

kesehatan

Defisit perawatan

diri: mandi dan

berhias

Ketidakefektifan

penatalaksanaan

program

terapeutik

Ketidakefektifan

koping keluarga:

ketidakmampuan

keluarga merawat

klien di rumah

Akibat

Masalah Utama

Penyebab

Page 37: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

26

4. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat klien di rumah.

4. Data Yang Perlu Dikaji

Tabel 2.1

data yang perlu dikaji (Herman, 2011)

Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji

Perilaku Kekerasan

Subjektif:

1. Klien mengancam

2. Klien mengumpat dengan kata-kata yang kotor.

3. Klien mengatakan dendam dan jengkel.

4. Klien mengatakan ingin berkelahi

5. Klien menyalahkan dan menuntut.

6. Klien meremehkan

Obyektif

1. Mata melotot/ pandangan tajam.

2. Tangan mengepal.

3. Rahang mengatup.

4. Wajah memerah dan tegang.

5. Postur tubuh kaku.

6. Suara keras.

Halusinasi Subyektif

Page 38: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

27

1. Klien mendengar suara-suara yang tidak ada

wujudnya.

2. Klien mengatakan melihat gambaran.

3. Klien mengungkapkan mencium bau.

4. Klien mengungkapkan merasa makan sesuatu.

5. Klien mengungkapkan merasa ada sesuatu pada

kulitnya tanpa ada stimulus.

6. Klien takut pada suara/ bunyi/ gambar yang

dilihat dan didengar.

7. Klien ingin memukul/ melempar barang-

barang.

Obyektif

1. Bicara.

2. Senyum, dan ketawa sendiri.

3. Menarik diri.

4. Menghindar dari orang lain.

5. Tidak dapat mewujudkan perhatian dan

konsentrasi.

6. Curiga.

7. Permusuhan.

8. Memaksa/merusak diri sendiri, orang lain dan

lingkungan.

9. Ekspresi muka tegang.

Page 39: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

28

10. Mudah tersinggung.

11. Kekacauan alur pikir.

Resiko menciderai diri

sendiri, orang lain, dan

lingkungan.

Subyektif

1. Klien mengungkapkan cemas dan khawatir.

2. Klien mengungkapkan apa yang dilihat dan

didengar mengancam dan membuatnya takut.

Obyektif

1. Wajah klien tampak tegang.

2. Mata merah dan melotot.

3. Rahang mengatup.

4. Tangan mengepal.

5. Mondar mandir.

6. Masalah Keperawatan

Masalah keperawatan yang mungkin muncul :

1. Perilaku kekerasan.

2. Resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

3. Perubahan persepsi sensori: halusinasi

4. Gangguan pemeliharaan kesehatan

5. Defisit perawatan diri: mandi dan berhias

6. Ketidakefektifan koping keluarga: ketidakmampuan keluarga merawat klien

di rumah.

7. Ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik.

Page 40: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

29

7. Rencana Tindakan Keperawatan

Perencanaan keperawatan untuk pasien resiko perilaku kekerasan adalah

sebagai kesadaran diri perawat dan klien sangat penting karena akan

mempengaruhi intervensi dan interaksi antara klien dan perawat (Dalami, dkk,

2009). Bila secara emosi belum siap sebaiknya intervensi ditunda, merumuskan

batasan marah bersama klien untuk mengenalkan pada klien arti dan makna

marah sehingga klien dapat mengukur dirinya, pengendalian terhadap kekerasan

dengan melibatkan lingkungan sekitar dan psikofarmaka, latihan asertif dengan

cara menurunkan energi dan emosi kemarahan dengan cara yang biasa dilakukan

klien setelah itu dilakukan komunikasi secara asertif untuk menyelesaikan

permasalahan.

Perencanaan keperawatan terdiri dari tiga aspek, yaitu tujuan umum,

tujuan khusus, dan rencana tindakan keperawatan (Keliat, B.A, 2006). Tujuan

umum berfokus pada penyelesaian permasalahan (P) dari diagnosis tertentu.

Tujuan umum dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus telah tercapai.

Tujuan khusus berfokus pada penyelesaian etiologi (E) dari diagnosis

tertentu. Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan yang perlu dicapai

atau dimiliki klien. Kemampuan ini dapat bervariasi sesuai dengan masalah dan

kebutuhan klien. Umumnya, kemampuan klien pada tujuan khusus dapat dibagi

menjadi tiga aspek yaitu kemampuan kognitif yang diperlukan untuk

menyelesaikan etiologi dari diagnosis keperawatan, kemampuan psikomotor

yang diperlukan agar etiologi dapat teratasi, dan kemampuan afektif yang perlu

Page 41: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

30

dimiliki klien agar klien percaya pada kemampuan menyelesaikan masalah (

Stuart dan laria (2001), dalam buku Keliat, B.A, 2006).

1. Fokus Intervensi Resiko Perilaku Kekerasan

Tujuan umumnya adalah klien tidak melakukan tindakan kekerasan.

Tujuan khusus pertama adalah klien dapat membina hubungan saling

percaya. Kriteria evaluasi adalah wajah cerah, tersenyum, mau berkenalan,

ada kontak mata, bersedia menceritakan perasaan. Intervensi

keperawatannya adalah Bina hubungan saling percaya dengan: beri salam

setiap berinteraksi, perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan

perawat berinteraksi, tanyakan dan panggil nama kesukaan klien, tunjukkan

sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi, tanyakan

perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien, buat kontrak interaksi yang

jelas, dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan klien.

Tujuan khusus kedua yaitu klien dapat mengidentifikasi penyebab

perilaku kekerasan yang dilakukannya. Kriteria evaluasinya yaitu klien

menceritakan penyebab perasaan jengkel/kesal baik dari diri sendiri maupun

lingkungannya. Intervensi keperawatannya adalah bantu klien

mengungkapkan perasaan marahnya dengan motivasi klien untuk

menceritakan penyebab rasa kesal atau jengkelnya, dengarkan tanpa

menyela atau memberi penilaian setiap ungkapan perasaan klien.

Tujuan khusus ketiga yaitu klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda

perilaku kekerasan. Kriteria hasilnya adalah klien menceritakan tanda-tanda

saat terjadi perilaku kekerasan yaitu tanda fisik: mata merah, tangan

Page 42: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

31

mengepal, ekspresi tegang, dan lain-lain, tanda emosional : perasaan marah,

jengkel, bicara kasar, tanda sosial : bermusuhan yang dialami saat terjadi

perilaku kekerasan. Intervensi keperawatannya yaitu bantu klien

mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang dialaminya: motivasi

klien menceritakan kondisi fisik (tanda-tanda fisik) saat perilaku kekerasan

terjadi, motivasi klien menceritakan kondisi emosinya (tanda-tanda

emosional) saat terjadi perilaku kekerasan, motivasi klien menceritakan

kondisi hubungan dengan orang lain (tanda-tanda sosial) saat terjadi

perilaku kekerasan.

Tujuan khusus keempat yaitu klien dapat mengidentifikasi jenis

perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya. Dengan kriteria evaluasi

klien menjelaskan: jenis-jenis ekspresi kemarahan yang selama ini telah

dilakukannya, perasaannya saat melakukan kekerasan, efektivitas cara yang

dipakai dalam menyelesaikan masalah. Intervensi keperawatannya yaitu

diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukannya selama ini:

motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindak kekerasan yang selama ini

pernah dilakukannya, motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah

tindak kekerasan tersebut terjadi, diskusikan apakah dengan tindak

kekerasan yang dilakukannya masalah yang dialami teratasi.

Tujuan khusus kelima yaitu klien dapat mengidentifikasi akibat

perilaku kekerasan. Kriteria evaluasinya adalah klien menjelaskan akibat

tindak kekerasan yang dilakukannya: diri sendiri : luka, dijauhi teman, dll,

orang lain/keluarga : luka, tersinggung, ketakutan, dll, lingkungan : barang

Page 43: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

32

atau benda rusak dll. Untuk intervensi keperawatan meliputi diskusikan

dengan klien akibat negatif (kerugian) cara yang dilakukan pada: diri

sendiri, orang lain/keluarga, lingkungan.

Tujuan khusus keenam yaitu klien dapat mengidentifikasi cara

konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan. Dengan kriteria evaluasi

klien mampu menjelaskan cara-cara sehat mengungkapkan marah.

Intervensi keperawatan meliputi diskusikan dengan klien: apakah klien mau

mempelajari cara baru mengungkapkan marah yang sehat, jelaskan berbagai

alternatif pilihan untuk mengungkapkan marah selain perilaku kekerasan

yang diketahui klien, jelaskan cara-cara sehat untuk mengungkapkan marah

dengan cara fisik: nafas dalam, pukul bantal atau kasur, olah raga, verbal:

mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal kepada orang lain, sosial:

latihan asertif dengan orang lain, spiritual: sembahyang/doa, zikir, meditasi,

dsb sesuai keyakinan agamanya masing-masing.

Tujuan khusus ketujuh yaitu klien dapat mendemonstrasikan cara

mengontrol perilaku kekerasan. Kriteria evaluasinnya adalah klien

memperagakan cara mengontrol perilaku kekerasan: fisik: tarik nafas dalam,

memukul bantal/kasur, verbal: mengungkapkan perasaan kesal/jengkel pada

orang lain tanpa menyakiti, spiritual: zikir/doa, meditasi sesuai agamanya.

Intervensi keperawatan meliputi, diskusikan cara yang mungkin dipilih dan

anjurkan klien memilih cara yang mungkin untuk mengungkapkan

kemarahan, latih klien memperagakan cara yang dipilih: peragakan cara

melaksanakan cara yang dipilih, jelaskan manfaat cara tersebut, anjurkan

Page 44: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

33

klien menirukan peragaan yang sudah dilakukan, beri penguatan pada klien,

perbaiki cara yang masih belum sempurna. Anjurkan klien menggunakan

cara yang sudah dilatih saat marah/jengkel.

Tujuan khusus kedelapan yaitu klien mendapat dukungan keluarga

untuk mengontrol perilaku kekerasan. Kriteria evaluasinya adalah keluarga

dapat menjelaskan cara merawat klien dengan perilaku kekerasan,

mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien. Intervensi keperawatannya

meliputi diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung

klien untuk mengatasi perilaku kekerasan, diskusikan potensi keluarga

untuk membantu klien mengatasi perilaku kekerasan, jelaskan pengertian,

penyebab, akibat dan cara merawat klien perilaku kekerasan yang dapat

dilaksanakan oleh keluarga, peragakan cara merawat klien (menangani

perilaku kekerasan), beri kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang,

beri pujian kepada keluarga setelah peragaan, tanyakan perasaan keluarga

setelah mencoba cara yang dilatihkan.

Tujuan khusus kesembilan yaitu klien menjelaskan: manfaat minum

obat, kerugian tidak minum obat, nama obat, bentuk dan warna obat , dosis

yang diberikan kepadanya, waktu pemakaian, cara pemakaian, efek yang

dirasakan dan klien menggunakan obat sesuai program yang telah

ditetapkan. Intervensi keperawatannya adalah jelaskan manfaat

menggunakan obat secara teratur dan kerugian jika tidak menggunakan obat,

jelaskan kepada klien: jenis obat (nama, warna dan bentuk obat), dosis yang

tepat untuk klien, waktu pemakaian, cara pemakaian, efek yang akan

Page 45: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

34

dirasakan klien. Dan anjurkan klien untuk minta dan menggunakan obat

tepat waktu, lapor ke perawat/dokter jika mengalami efek yang tidak biasa,

beri pujian terhadap kedisiplinan klien menggunakan obat.

2. Fokus intervensi perubahan persepsi sensori: halusinasi

Tujuan umumnya adalah klien dapat mengontrol halusinasi yang

dialaminya.

Tujuan khusus pertama adalah klien dapat membina hubungan saling

percaya. Kriteria hasil: klien menunjukkan tanda – tanda percaya kepada

perawat: ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak

mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam,

mau duduk berdampingan dengan perawat, bersedia mengungkapkan

masalah yang dihadapi.

Intervensinya adalah bina hubungan saling percaya dengan

menggunakan prinsip komunikasi terapeutik: sapa klien dengan ramah baik

verbal maupun non verbal, perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan

perawat berkenalan, tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang

disukai klien, buat kontrak yang jelas, tunjukkan sikap jujur dan menepati

janji setiap kali interaksi, tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya,

beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien, tanyakan

perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien, dengarkan dengan penuh

perhatian ekspresi perasaan klien. Rasional: hubungan saling percaya

mempermudah interaksi berikutnya.

Page 46: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

35

Tujuan khusus kedua adalah klien dapat mengenal halusinasinya.

Kriteria hasil: klien menyebutkan isi, waktu, frekuensi, situasi dan kondisi

yang menimbulkan halusinasi. Klien menyatakan perasaan dan responnya

saat mengalami halusinasi: marah, takut, sedih, senang, cemas, jengkel.

Intervensinya adalah adakan kontak sering dan singkat secara

bertahap. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya (dengar

/lihat /penghidu /raba /kecap), jika menemukan klien yang sedang

halusinasi: tanyakan apakah klien mengalami sesuatu (halusinasi dengar/

lihat/ penghidu /raba/ kecap ), jika klien menjawab ya, tanyakan apa yang

sedang dialaminya, katakan bahwa perawat percaya klien mengalami hal

tersebut, namun perawat sendiri tidak mengalaminya (dengan nada

bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi), katakan bahwa ada klien lain

yang mengalami hal yang sama, katakan bahwa perawat akan membantu

klien. Jika klien tidak sedang berhalusinasi klarifikasi tentang adanya

pengalaman halusinasi, diskusikan dengan klien : isi, waktu dan frekuensi

terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam atau sering dan kadang-

kadang ), situasi dan kondisi yang menimbulkan atau tidak menimbulkan

halusinasi. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi

halusinasi dan beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.

Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan

tersebut. Diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya bila klien

menikmati halusinasinya, rasional: dengan mengenal halusinasi akan

memudahkan pemberian intervensi kepada klien.

Page 47: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

36

Tujuan khusus ketiga adalah klien dapat mengontrol halusinasinya.

Kriteria hasil: klien menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk

mengendalikan halusinasinya, klien menyebutkan cara baru mengontrol

halusinasi, klien dapat memilih danmemperagakan cara mengatasi

halusinasi(dengar/lihat/penghidu/raba/kecap),klien melaksanakan cara yang

telahdipilih untuk mengendalikan halusinasinya, klien mengikuti terapi

aktivitas kelompok.

Intervensinya adalah identifikasi bersama klien cara atau tindakan

yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah, menyibukan diri).

Diskusikan cara yang digunakan klien, jika cara yang digunakan adaptif beri

pujian, jika cara yang digunakan maladaptif diskusikan kerugian cara

tersebut. Diskusikan cara baru untuk memutus/ mengontrol timbulnya

halusinasi: katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak nyata (“saya tidak mau

dengar/ lihat/ penghidu/ raba/kecap pada saat halusinasi terjadi), menemui

orang lain (perawat/teman/anggota keluarga) untuk menceritakan tentang

halusinasinya, membuat dan melaksanakan jadwal kegiatan sehari hari

yang telah di susun, meminta keluarga/teman/ perawat menyapa jika sedang

berhalusinasi. Bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih

untuk mencobanya. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan

dilatih. Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih, jika berhasil beri

pujian. Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok, orientasi realita,

stimulasi persepsi, rasional: kontrol halusinasi dapat mengurangi ansietas

pada halusinasi.

Page 48: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

37

Tujuan khusus keempat adalah Klien dapat dukungan dari keluarga

dalam mengontrol halusinasinya. Kriteria hasil: keluarga menyatakan setuju

untuk mengikuti pertemuan dengan perawat, keluarga menyebutkan

pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi dan tindakan

untuk mengendalikan halusinasi.

Intervensinya adalah buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan

(waktu, tempat dan topik ). Diskusikan dengan keluarga (pada saat

pertemuankeluarga/kunjungan rumah): pengertian halusinasi, tanda dan

gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, cara yang dapat dilakukan

klien dan keluarga untuk memutus halusinasi, obat- obatan halusinasi, cara

merawat anggota keluarga yang halusinasi di rumah (beri kegiatan, jangan

biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama, memantau obat–obatan

dan cara pemberiannya untuk mengatasi halusinasi). Beri informasi waktu

kontrol ke rumah sakit dan bagaimana cara mencari bantuan jika halusinasi

tidak tidak dapat diatasi di rumah. Rasional: dukungan keluarga dapat

menjadi motivasi kesembuhan klien.

Tujuan khusus kelima adalah klien dapat memanfaatkan obat dengan

baik. Kriteria hasil: klien menyebutkan manfaat minum obat, kerugian tidak

minum obat, nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat, klien

mendemontrasikan penggunaan obat dgn benar, klien menyebutkan akibat

berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter.

Intervensinya adalah diskusikan dengan klien tentang manfaat dan

kerugian tidak minum obat, nama , warna, dosis, cara , efek terapi dan efek

Page 49: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

38

samping penggunan obat. Pantau klien saat penggunaan obat. Beri pujian

jika klien menggunakan obat dengan benar. Diskusikan akibat berhenti

minum obat tanpa konsultasi dengan dokter. Anjurkan klien untuk

konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal-hal yang tidakdiinginkan.

Rasional: penggunaan obat secara teratur mempercepat kesembuhan klien.

8. Implementasi Keperawatan

Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan

keperawatan (Herman, 2011). Pada situasi nyata, implementasi sering kali jauh

berbeda dengan rencana. Hal itu terjadi karena perawat belum terbiasa

menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Yang

biasa dilakukan perawat adalah menggunakan rencana yang tidak ditulis, yaitu

apa yang dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal itu sangat

membahayakan klien dan perawat jika tindakan berakibat fatal, da juga tidak

memenuhi aspek legal.

Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat perlu

memvalidasi secara singakt, apakah rencana tindakan masih sesuai dan

diutuhkan oleh klien saat ini (here and now). Perawat juga menilai diri sendiri,

apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, dan tekhnikal yang

diperlukan untuk melaksanakan tindakan. Perawat juga menilai kembali apakah

tindakan aman bagi klien. Setelah tidak ada hambatan maka tindakan

keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat akan melaksanakan tindakan

keperawatan, perawat membuat kontrak (inform consent) dengan klien yang

Page 50: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

39

isinya menjelaskan apa yang akan dilaksanakan dan peran serta yang diharapkan

dari klien. Semua tindakan yang telah dilaksanakan didokumentasikanbeserta

respons klien.

9. Evaluasi keperawatan

Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan

keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respons klien

terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi dibagi dua,

yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai melakukan

tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan

antara respons klien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan

(Keliat, 2006). Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan

SOAP sebagai pola pikir.

S : Respos subyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan

O : Respon obyektif klien terhadap intervensi yang dilaksanakan. Dapat

diukur dengan mengobservasi perilaku klien saat tindakan dilakukan, tau

menanyakan kembali apa yang telah diajarkan atau memberi umpan balik

sesuai dengan hasil observasi.

A : Analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan

apakah masalah masih tetap, sudah teratasi, atau ada masalah baru dan ada

data yang kontradiksi dengan masalah yang ada. Dapat pula

membandingkan hasil dengan tujuan.

Page 51: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

40

P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien

yang terdiri dari tindak lanjut klien (PR), dan tindak lanjut oleh perawat.

C. Depresi

Depresi adalah adalah reaksi kejiwaan terhadap masalah atau tekanan

yang dialami oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari, depresi dapat

mengakibatkan gangguan kejiwaan seseorang (Bambang, 2009).

Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang utama dewasa ini.

Hal ini penting karena orang yang depresi produktivitas akan menurun.

Depresi adalah penyebab utama tindakan bunuh diri, dan tindakan ini

menduduki urutan ke-6 dari penyebab kematian utama di Amerika Serikat.

Depresi adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan

(affective/mood disorder), yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan,

tidak ada gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya

(Dadang, 2008).

Tanda dan gejala depresi antara lain afek disforik (perasaan murung,

sedih, gairah hidup menurun, tidak semangat, merasa tidak berdaya),

perasaan bersalah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, konsentrasi

daya ingat menurun, gangguan tidur, agitasi atau retardasi psikomotor

(gaduh, gelisah atau lemah tidak berdaya), hilang rasa senang, produktifitas

menurun, gangguan seksual, pikiran-pikiran tentang bunuh diri (Dadang,

2008).

Page 52: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

41

Depresi pasca kuasa adalah orang yang mempunyai kekuasaan,

wewenang, dan kekuatan. Orang yang kehilangan kekuasaan atau sesuatu

yang dimiliki dan dicintai (loss of love object). Dampak dari loss of love

object ini adalah terganggunya keseimbangan mental emosional dengan

munculnya berbagai keluhan fisik. Keluhan tersebut disertai dengan

perubahan sikap dan perilaku, misal suka mengkritik dan merasa benar,

prasangka buruk dan curiga, merasa diperlakukan tidak adil, suka mencela

dan bersikap skeptis atau sinis, perasaan tertekan dan tidak puas, kecewa,

suka berbicara sendiri, mengeluarkan kekesalan dan kecewa hati yang bisa

diucapkan secara berulang-ulang. Kedudukan atau jabatan yang hilang maka

terjadi perubahan posisi seseorang dan guna menghindari rasa kecewa dan

tidak senang dengan menggunakan mekanisme defensif (Dadang, 2008).

Untuk mengetahui sejauh mana derajat depresi seseorang apakah

ringan, sedang, berat atau berat sekali, orang mengunakan alat ukur

(instrumen) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating Scale for

Depression (HRS-D). Alat ukur ini terdiri dari 21 kelompok gejala yang

masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejala-gejala yang lebih

spesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score)

antara 0 – 4, yang artinya adalah :

Nilai 0 = tidak ada gejala (keluhan)

1 = gejala ringan

2 = gejala sedang

3 = gejala berat

Page 53: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

42

4 = gejala berat sekali

Penilaian atau pemakaian alat ukur ini dilakukan oleh dokter

(psikiater) atau orang yang telah dilatih untuk menggunakannya melalui

teknik wawancara langsung. Masing-masing nilai angka (score) dari 21

kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut

dapat diketahui derajat depresi seseorang, yaitu :

Total Nilai (score) kurang dari 17 = tidak ada depresi

18– 24 = depresi ringan

21 – 27 = depresi sedang

28 – 41 = depresi berat

42 – 56 = depresi berat sekali

Adapun hal-hal yang dinilai dalam alat ukur HRS-D ini adalah

sebagai berikut (Dadang, 2011: 80):

Tabel 2.2

Skala HRS-D

No. Gejala depresi Nilai Angka (Score)

01. Keadaan perasaan sedih (sedih, putus

asa, tak berdaya, tak berguna)

1. Perasaan ini hanya ada bila

ditanya

2. Perasaan ini dinyatakan secara

verbal spontan

0 1 2 3 4

Page 54: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

43

3. Perasaan yang nyata tanpa

komunikasi verbal, misalnya

ekspresi muka, bentuk, suara, dan

kecenderungan menangis

4. Pasien menyatakan perasaan yang

sesungguhnya ini dalam

komunikasi baik verbal maupun

non verbal secara spontan

02. Perasaan bersalah

1. Menyalahkan diri sendiri, merasa

sebagai penyebab penderitaan

orang lain

2. Ide-ide bersalah atau renungan

tentang kesalahan masa lalu

3. Sakit ini sebagai hukuman, waham

bersalah atau berdosa

4. Suara-suara kejaran atau tuduhan

dan halusinasi penglihatan tentang

hal-hal yang mengancamnya

0 1 2 3 4

03. Bunuh diri

1. Merasa hidup tak ada gunanya

2. Mengharapkan kematian atau

pikiran-pikiran lain ke arah itu

0 1 2 3 4

Page 55: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

44

3. Ide-ide bunuh diri atau langkah-

langkah ke arah itu

4. Percobaan bunuh diri

04. Gangguan pola tidur (initial insomnia)

1. Keluhan kadang-kadang sukar

masuk tidur, misalnya lebih dari

setengah jam baru masuk tidur

2. Keluhan tiap malam sukar masuk

tidur

0 1 2 3 4

05. Gangguan pola tidur (middle insomnia)

1. Pasien mengeluh gelisah dan

terganggu sepanjang malam

2. Terjadi sepanjang malam (bangun

dari tampat tidur kecuali buang air

kecil)

3. Daya ingat buruk

0 1 2 3 4

06. Gangguan pola tidur (late insomnia)

1. Bangun di waktu dini hari tetapi

dapat tidur lagi

2. Bangun di waktu dini hari tetapi

tidak dapat tidur lagi

0 1 2 3 4

07. Kerja dan kegiatan-kegiatannya

1. Pikiran/perasaan ketidak

0 1 2 3 4

Page 56: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

45

mampuan, keletihan/kelemahan

yang berhubungan dengan

kegiatan kerja atau hobi

2. Hilang minat terhadap

pekerjaan/hobi atau kegiatan lain,

baik langsung atau tidak pasien

menyatakan kelesuan, keragu-

raguan dan rasa bimbang

3. Berkurangnya waktu untuk

aktivitas sehari-hari atau

produktivitas menurun. Bila

pasien tidak sanggup beraktivitas

sekurang-kurangnya 3 jam sehari

dalam kegiatan sehari-hari

4. Tidak bekerja karena sakitnya

sekarang. (di rumah sakit) bila

pasien tidak bekerja sama sekali,

kecuali tugas-tugas di bangsal atau

jika pasien gagal melaksanakan

kegiatan-kegiatan di bangsal tanpa

bantuan

08. Kelambanan (lambat dalam berfikir,

berbicara, gagal berkonsentrasi, aktivitas

0 1 2 3 4

Page 57: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

46

motorik menurun)

1. Sedikit lamban dalam wawancara

2. Jelas lamban dalam wawancara

3. Sukar diwawancarai

4. Stupor (diam sama sekali)

09. Kegelisahan (agitasi)

1. Kegelisahan ringan

2. Memainkan tangan atau jari-jari,

rambut, dan lain-lain

3. Bergerak terus tidak dapat duduk

dengan tenang

4. Meremas-remas tangan,

menggiggit kuku, menarik-narik

rambut, menggiggit bibir

0 1 2 3 4

10. Kecemasan (ansietas somatik)

1. Sakit/nyeri di otot-otot, kaku,

kedutan otot

2. Gigi gemerutuk

3. Suara tidak stabil

4. Tinitus (telinga berdenging)

5. Penglihatan kabur

6. Muka merah atau pucat, lemas

7. Perasaan ditusuk-tusuk

0 1 2 3 4

Page 58: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

47

11. Kecemasan (ansietas psikik)

1. Keteggangan subyektif mudah

tersinggung

2. Mengkhawatirkan hal-hal kecil

3. Sikap kekhawatiran yang

tercermin diwajah atau

pembicaraan

4. Ketakutan yang diutarakan tanpa

ditanya

0 1 2 3 4

12. Gejala somatik (pencernaan)

1. Nafsu makan berkurang tetapi

dapat makan tanpa dorongan

teman, merasa perutnya penuh

2. Sukar makan tanpa dorongan

teman, membutuhkan pencahar

untuk buang air besar atau obat-

obatan untuk saluran pencernaan

0 1 2 3 4

13. Gejala somatik (umum)

1. Anggota gerak, punggung atau

kepala terasa berat

2. Sakit punggung, kepala dan otot-

otot, hilangnya kekuatan dan

kemampuan

0 1 2 3 4

Page 59: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

48

14. Kelamin (genital)

1. Sering buang air kecil, terutama

malam hari dikala tidur

2. Tidak haid, darah haid sedikit

sekali

3. Tidak ada gairah seksual/dingin

(frigid)

4. Ereksi hilang

5. Impotensi

0 1 2 3 4

15 Hipokondriasis (keluhan somatik/fisik

yang berpindah-pindah)

1. dihayati sendiri

2. preokupasi (keterpakuan)

mengenai kesehatan sendiri

3. sering mengeluh membutuhkan

pertolongan orang lain

4. delusi hipokondriasis

0 1 2 3 4

16 Kehilangan berat badan (A atau B)

A. bila hanya dari anamnesa

(wawancara) :

1. berat badan berkurang

berhubungan dengan

penyakitnya sekarang

0 1 2 3 4

Page 60: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

49

2. jelas penurunan berat

badan

3. tak terjelaskan lagi

penurunan berat badan

B. Di bawah pengawasan dokter

bangsal secara mingguan bila jelas

berat badan berkurang menurut

ukuran :

1. Kurang dari 0,5 kg

seminggu

2. Lebih dari 0,5 kg

seminggu

3. Tidak ternyatakan lagi

kehilangan berat badan

17 Insight (pemahaman diri)

1. Mengetahui sakit tetapi

berhubungan dengan penyebab

iklim, makanan, kerja berlebihan,

virus, perlu istirahat dan lain-lain

0 1 2 3 4

18 Variasi harian

1. Adakah perubahan atau keadaan

yang memburuk pada waktu

malam atau pagi

0 1 2 3 4

Page 61: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

50

19 Depersonalisasi (perasaan diri berubah)

dan derealisasi (perasaan tidak

nyata/tidak realistis)

0 1 2 3 4

20 Gejala-gejala paranoid

1. Kecurigaan

2. Pikiran dirinya menjadi pusat

perhatian, atau peristiwa/kejadian

di luar tertuju pada dirinya (ideas

of reference)

3. Waham kejaran

0 1 2 3 4

21 Gejala-gejala obsesi dan kompulsi 0 1 2 3 4

Total Angka (Total Score) =

Tabel 2.2 : Skala HRS-D

Alat ukur HRS-D untuk mengukur derajat berat ringan gangguan

depresi.

Page 62: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

51

D. Terapi Musik

Terapi dalam bahasa yunani dapat diartikan sebagai pengobatan.

Musik adalah merupakan bagian yang paling penting dari kebudayaan

masa lalu dan sekarang. Sepanjang sejarah musik telah mempengaruhi dan

membentuk respon sosial dalam konteks yang berbeda-beda. Secara

tradisional, musik dianggap berdampak terhadap respon fisik dan

emosional. Menurut Campbell (2002) dalam jurnal Triyanto

(2014)menyatakan bahwa musik mampu menjernihkan pikiran dan bunyi

musik mampu menciptakan bentuk-bentuk fisik yang mempengaruhi

kesehatan, kesadaran, dan tingkah laku kita sehari-hari. Kekuatan dari musik

yang merupakan sumber penyembuhan emosional yang sangat kuat untuk

menangkal kekuatan negatif dan meningkatkan kekuatan positif.

Jenis musik yang sudah tidak asing antara lain pop, rock, campursari,

dangdut, jazz, keroncong, dan modifikasi jenis musik lainnya. Dan dari

salah satu jenis musik yang akan penulis berikan adalah jenis musik dangdut

karena saat ini musik dangdut banyak digemari oleh masyarakat, dalam

strata usia penggemar musik dangdut lebih cenderung pada kalangan muda.

Musik Dangdut adalah pembentukan sebuah kata yang menirukan bunyi

gendang yaitu “dang”, dan “dut” dengan suatu ungkapan dan perasaan, jenis

musik ini mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap eksistensi

kalangan muda di berbagai daerah yang di dominasi dengan denyut irama

tarian dan joget dengan ciri khas yang amat popular. (Arifianto, 2007).

Page 63: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

52

Ilmu yang rasional untuk memberi nilai tambah pada musik sebagai

dimensi baru secara bersama dapat mempersatukan seni ilmu pengetahuan

dan emosi. Terapi musik adalah suatu bentuk terapi dengan mempergunakan

musik secara sistematis, terkontrol dan terarah untuk pasien yang menderita

gangguan fisik, mental, atau emosional. Terapi musik juga suatu bentuk

kegiatan dalam belajar yang mempergunakan musik untuk mencapai tujuan

seperti merubah dan menjaga tingkah laku serta mengembangkan kesehatan

fisik dan mental. Dari hasil penelitian para pakar tersebut maka musik telah

digunakan sebagai salah satu aktivitas dalam penatalaksanaan pengobatan

fisik atau mental (Anik, 2011 halaman 171).

Terapi musik dapat menyentuh tingkat kesadaran fisik, psikologi,

spiritual, dan sosial. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka banyak

percobaan tentang efek musik dalam keseharian. Dengan mendengarkan

musik, pasien yang mengalami gangguan stress dapat menurun. Terapi

musik sebagai suatu ketrampilan dalam menggunakan musik dan elemen-

elemen musik oleh seseorang yang ahli dibidang musik untuk

meningkatkan, memelihara, memperbaiki kesehatan mental, fisik, emosi,

dan spiritual. Pengertian lain dikemukakan oleh McCloskey dan Bulechek

dikutip oleh Chlan, Evans, Greenleaf dan Walker (2000) dalam jurnal

Triyanto (2014) yang menyatakan bahwa terapi musik adalah “sebagai

pemanfaatan musik untuk membantu mencapai perubahan spesifik dalam

tingkah laku dan perasaan.

Page 64: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

53

Pengaruh terapi musik dangdut pada pasien perilaku kekerasan

merupakan salah satu intervensi dalam dimensi kognitif yang dapat

diberikan pada pasien yang mengalami masalah perilaku kekerasan dengan

metode mendengarkan musik, ekplorasi perasaan, diskusi umpan balik. Dari

pemberian terapi musik menunjukkan penurunan perilaku kekerasan baik

dalam respon fisik, respon kognitif, respon perilaku dan respon sosial pada

kelompok pasien yang mendapatkan terapi musik. Terapi musik

direkomendasikan sebagai terapi dalam merawat pasien dengan perilaku

kekerasan (Endang C.S, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian tersebut didapatkan hasil yang sangat

relevan dengan pernyataan Mucci (2002) dalam jurnal Triyanto (2014)yang

mengungkapkan bahwa musik dapat memberikan inspirasi dan menguatkan

emosi kita, meningkatkan perasaan akan cinta dan rasa takut. Jenis musik

yang tepat dapat memberikan pencegahan yang manjur terhadap stress,

musik merupakan sumber penyembuhan emosional yang sangat kuat untuk

menangkal kekuatan-kekuatan negatif dan meningkatkan kekuatan-kekuatan

positif.

Page 65: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

54

BAB III

LAPORAN KASUS

Bab III merupakan ringkasan laporan asuhan keperawatan jiwa dengan

pengelolaan studi kasus tentang pemberian terapi musik dangdut pada asuhan

keperawatan jiwa dengan perilaku kekerasan di ruang Sembodro RSJD Surakarta

pada tanggal 07 April 2014. Asuhan keperawatan ini dimulai dari pengkajian pada

pasien, analisa dari data yang diperoleh, intervensi, implementasi keperawatan serta

evaluasi dari hasil implementasi keperawatan.

A. Pengkajian

Hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 07 April 2014 pasien masuk

pada tanggal 07 April 2014 jam 07.35 WIB dengan metode wawancara dan

melihat status pasien, dari pengkajian tersebut didapatkan data pasien dengan

inisial Ny.Y yang berusia 37 tahun, dengan jenis kelamin perempuan, bertempat

tinggal di Cepu. Pasien beragama islam, status pasien sudah menikah, pasien

bekerja dan pendidikan terakhir SMA. Pasien masuk RSJD Surakarta baru

pertama kali. Penanggung jawab pasien adalah Tn.K, berumur 39 tahun,

hubungan dengan pasien sebagai suami. Alasan pasien saat masuk rumah sakit

pasien sering marah, mengamuk dan bicara ngelantur karena di PHK dari

kerjaannya, selain itu juga pasien mengalami perubahan sikap seperti berbicara

sendiri, gaduh, gelisah sehingga pasien dibawa ke IGD RSJD Surakarta dan

setelah dilakukan anamnesa pasien di pindah ke ruang Sembadra.

Page 66: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

55

Faktor predisposisi pasien sebelumnya belum pernah mengalami gangguan

jiwa dan di rawat di RSJD Surakarta, pasien tidak pernah mengalami

penganiayaan fisik, tidak pernah mengalami tindakan kriminal dan kekerasan

dalam rumah tangga, serta tidak ada penolakan dalam masyarakat dengan

gangguan jiwa yang sedang dialami pasien saat ini. Faktor presipitasinya pasien

tidak menerima karena di PHK dari pekerjaannya sehingga pasien mengamuk di

rumah, lalu berbicara ngelantur, sering marah-marah, ngomong sendiri, menurut

keluarganya perilakunya semakin jadi mengamuk.

Hasil pemeriksaan fisik pasien mencakup keadaan umum compos mentis.

Penilaian terhadap pasien terlihat bingung, gelisah, dan tegang. Tanda-tanda

vital klien meliputi tekanan darah pasien 110/70 mmHg, suhu 37ºC, respirasi

22x/menit, nadi 84x/menit, tinggi badan 154 cm, berat badan 45 kg, rambut

hitam dan bersih, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, hidung simetris

dan bersih, telinga kotor dan ada serumen, mukosa bibir lembab, gigi putih

bersih, leher tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, pengembangan dada

normal, vokal premitus normal, palpasi sonor, auskultasi suara vesikuler, pada

jantung ictus cordis tidak tampak, ictus cordis teraba pada ictus cordis ke lima,

palpasi pekak, auskultasi bunyi jantung satu dan dua normal, pada abdomen

inspeksi simetris, tidak ada bekas luka atau jejas, auskultasi bising usus 16x

permenit, perkusi tympani, palpasi tidak ada nyeri tekan di semua kuadran. Kulit

sawo matang, tugor kulit baik, pasien tidak mengalami keluhan fisik, pasien

merasa tubuhnya baik-baik saja.

Page 67: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

56

1. Genogram

Ny.Y

Keterangan : : laki-laki

Ny.Y : pasien

: meninggal

: garis perkawinan

: perempuan

: tinggal satu rumah

Data hasil pengkajian di dapatkan pasien anak ke tiga dari empat

bersaudara, pasien tinggal bersama adik dan kedua orang tuanya. Pasien seorang

perempuan berusia 37 tahun dan sudah menikah dengan laki-laki berumur 39

tahun. Pasien mengatakan komunikasi dalam keluarga lancar tidak ada

hambatan, bila ada masalah pasien bercerita dengan keluarganya dan pengambil

keputusan adalah ayah pasien karena sampai saat ini ayah pasien adalah sebagai

kepala rumah tangga.

Page 68: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

57

Dari hasil pengkajian pada konsep diri dalam gambaran diri, Ny.Y

mengatakan ada yang tidak disukai dari bagian tubuhnya yaitu rambutnya karena

rontok dan pasien berjilbab, jadi rambutnya membuat pasien tidak nyaman dan

tidak mengalami kecacatan. Identitas diri, pasien adalah sebagai seorang istri

berumur 37 tahun, pasien berasal dari cepu dan pasien sudah menikah dengan

seorang laki-laki berumur 39 tahun, pasien merasa belum puas sebagai seorang

istri karena pasien belum menjadi ibu rumah tangga yang baik bagi suami dan

anak-anaknya. Peran diri, pasien sebagai seorang istri, dan ibu dari 2 orang anak.

Ideal diri, pasien ingin cepat sembuh, segera pulang kerumah menjalankan

perannya sebagai seorang istri dan bekerja lagi untuk membantu suami

mencukupi kebutuhan keluarganya. Harga diri, pasien mengatakan merasa

belum bisa menjalankan perannya sebagai istri karena pasien sering mengamuk,

marah-marah dan berbicara sendiri dan pasien merasa belum bisa membantu

suami mencukupi kebutuhan keluarganya.

Berdasarkan pola hubungan sosial, pasien mengatakan bahwa orang yang

paling dekat adalah ibunya. Dalam kegiatan dikampungnya pasien ikut terlibat

seperti karang taruna. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, pasien

mengatakan tidak ada hambatan.

Nilai dan keyakinan pasien mengatakan mengenai gangguan jiwayang

dialami adalah cobaan bagi pasien dan keluarganya, beragama islam, ibadah

pasien selama dirumah dan di RSJ jarang melakukan sholat 5 waktu dan sering

lupa.

Page 69: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

58

Pengkajian status mental, pasien berpenampilan sedikit rapi, kebersihan

diri cukup, memakai pakaian rumah sakit, rambut hitam dan bersih, kuku

panjang, gigi tampak bersih. Ketika diajak bicara pasien koheren, intonasi jelas,

pembicaraan pasien dapat dipahami dengan volume tinggi dengan nada marah

dan emosi. Aktivitas motorik saat diajak bicara pasien terlihat tegang, gelisah

dan kurang semangat. Alam perasaan pasien merasa jengkel, karena di PHK dari

pekerjaannya, ingin memukul temannya dan kesal ingin pulang tidak dituruti

oleh keluarganya. Afek pasien stabil apabila diberi stimulus langsung merespon.

Interaksi saat dilakukan pengkajian pasien kooperatif dan mau menjawab

pertanyaan yang diajukan. Persepsi pasien kadang mendengar suara menyuruh

dia pergi saat melamun, sehari 2-3 kali, saat mendengar suara pasien ingin

marah, mengamuk dan ingin memukul temannya. Proses pikir saat bicara,

pembicaraan pasien terarah jelas tetapi kadang dengan nada tinggi. Isi pikir

pasien mengatakan pikirannya ingin selalu pulang dan bekerja kembali. Tingkat

kesadaran pasien sadar penuh tetapi kadang masih binggungpasien saat ini

berada dimana. Memori pasien masih dapat mengingat kejadian masa lalu ketika

pertama kali berkenalan dengan suaminya sebelum menikah. Tingkat

konsentrasi, pasien dapat berhitung dengan urut dapat dibuktikan dengan

melakukan penambahan dan pengurangan. Kemampuan penilaian Ny.Y dapat

mengambil keputusan yang sederhana dengan memilih mana yang bersih dan

mana yang kotor. Daya tilik, pasien mengatakan bahwa dirinya sakit dan dirawat

di RSJD Surakarta.

Page 70: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

59

Kebutuhan persiapan pulang pasien makan 3x sehari dengan menu makan

yang disediakan dari RSJD dengan menu nasi, sayur, lauk dan kadang buah.

Pasien makan dengan tangan kanannya dan tidak ada pantangan dalam makanan

tetapi pasien hanya sedikit makan, setelah selesai makan pasien mampu

membersihkan dan membereskan alat makannya. Pasien BAB dan BAK sendiri,

pasien juga dapat membersihkan diri setelah BAB dan BAK. Pasien di RSJD

jarang mandi dan hanya cuci muka. Pasien mampu berpakaian secara mandiri

sesuai dengan pasangannya yang disiapkan dari Rumah Sakit. Pasien

mengatakan kurang lebih tidur 7 jam apabila ingin tidur tanpa persiapan khusus,

pasien saat siang hari jarang tidur. Pasien minum obat teratur secara mandiri,

obat yang diberikan pada pasien selalu diminum tidak pernah dibuang.

Pemeliharaan kesehatan pasien didukung dengan terapi obat dan perawatan

lanjutan dengan menjalankan kontrol secara rutin sebelum obat habis. Aktivitas

di dalam rumah pasien mempersiapkan makanan , menjaga kerapian rumah dan

mencuci pakaian. Aktivitas di luar rumah pasien kadang belanja dengan suami

dan ibu.

Dari hasil pengkajian mekanisme koping pada Ny.Y yaitu mekanisme

koping maladaptif yaitu pasien mengatakan kesal karena di PHK dari

pekerjaannya. Dari masalah psikosoial dan lingkungan pasien mengatakan tidak

ada masalah dalam di lingkungan sekitar tempat tinggalnya, pasien ikut serta

dalam kegiatan masyarakat seperti karang taruna, arisan ibu-ibu. Pasien saat

ditanya tentang penyakit jiwa yang sedang dialami adalah penyakit fisik. Aspek

medik yang diberikan dengan diagnosa Medik skizofrenia dan pasien mendapat

Page 71: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

60

terapi Heloperidol 2 x 100mg, Trihexypenidile 3 x 200mg, dan Chlorpormazine

2 x 100mg. Salah satu gejala skizofrenia adalah gangguan proses pikir,

emosional, dan cemas. Didukung terapi obat Heloperidol yang mempunyai

indikasi memperbaiki gejala positif skizofrenia seperti kecurigaan dan rasa

permusuhan, sedangkan Trihexypenidile menetralkan efek dari Halloperidol dan

Chlorpormazine. Pasien mengatakan rutin minum obat dan tidak ada alergi obat

maupun makanan.

B. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data diatas dapat ditegakkan diagnosa keperawatan yaitu

perilaku kekerasan,dengan data subyektif pasien mengatakan merasa kesal

karena di PHK dari pekerjaannya, ingin memukul temannya, menarik jilbab

perawat, kadang berbicara sendiri, tidak bisa tidur, dan gelisah. Sedangkan data

obyektif pembicaraan keras, mata tampak melotot dan merah, tangan mengepal.

Dari prioritas diagnosa perilaku kekerasan diatas dapat di buat pohon masalah

dalam kasus ini orang lain dan lingkungan sebagai akibat (efek), perilaku

kekerasan sebagai masalah utama (care problem), perubahan persepsi sensori

halusinasi sebagai penyebab (causa). Dari diagnosa tersebut dapat dijadikan

prioritas diagnosa yang pertama yaitu perilaku kekerasan. Setelah diagnosa

keperawatan ditegakkan maka dapat digambarkan pohon masalah sebagai

berikut.

Page 72: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

61

C. Pohon Masalah

Akibat

Penyebab

D. Pengkajian Depresi

Skala HRS-D

No. Gejala depresi Nilai Angka (Score)

01. Keadaan perasaan sedih (sedih, putus

asa, tak berdaya, tak berguna)

1. Perasaan ini hanya ada bila

ditanya

0 1 2 3 4

Sebelum: 3

Sesudah: 1

Perilaku menciderai

diri sendiri, orang lain,

dan lingkungan

Perilaku kekerasan

Masalah Utama

Gangguan

persepsi sensori:

Halusinasi

Page 73: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

62

2. Perasaan ini dinyatakan secara

verbal spontan

3. Perasaan yang nyata tanpa

komunikasi verbal, misalnya

ekspresi muka, bentuk, suara,

dan kecenderungan menangis

4. Pasien menyatakan perasaan

yang sesungguhnya ini dalam

komunikasi baik verbal

maupun non verbal secara

spontan

02. Perasaan bersalah

1. Menyalahkan diri sendiri,

merasa sebagai penyebab

penderitaan orang lain

2. Ide-ide bersalah atau renungan

tentang kesalahan masa lalu

3. Sakit ini sebagai hukuman,

waham bersalah atau berdosa

4. Suara-suara kejaran atau

tuduhan dan halusinasi

penglihatan tentang hal-hal

yang mengancamnya

0 1 2 3 4

Sebelum: 2

Sesudah: 1

Page 74: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

63

03. Bunuh diri

1. Merasa hidup tak ada gunanya

2. Mengharapkan kematian atau

pikiran-pikiran lain ke arah itu

3. Ide-ide bunuh diri atau langkah-

langkah ke arah itu

4. Percobaan bunuh diri

0 1 2 3 4

Sebelum: 0

Sesudah: 0

04. Gangguan pola tidur (initial insomnia)

1. Keluhan kadang-kadang sukar

masuk tidur, misalnya lebih dari

setengah jam baru masuk tidur

2. Keluhan tiap malam sukar masuk

tidur

0 1 2 3 4

Sebelum: 2

Sesudah:1

05. Gangguan pola tidur (middle insomnia)

1. Pasien mengeluh gelisah dan

terganggu sepanjang malam

2. Terjadi sepanjang malam (bangun

dari tampat tidur kecuali buang air

kecil)

3. Daya ingat buruk

0 1 2 3 4

Sebelum: 2

Sesudah: 1

06. Gangguan pola tidur (late insomnia)

1. Bangun di waktu dini hari tetapi

dapat tidur lagi

0 1 2 3 4

Sebelum: 1

Sesudah: 0

Page 75: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

64

2. Bangun di waktu dini hari tetapi

tidak dapat tidur lagi

07. Kerja dan kegiatan-kegiatannya

1. Pikiran/perasaan ketidak

mampuan, keletihan/kelemahan

yang berhubungan dengan

kegiatan kerja atau hobi

2. Hilang minat terhadap

pekerjaan/hobi atau kegiatan lain,

baik langsung atau tidak pasien

menyatakan kelesuan, keragu-

raguan dan rasa bimbang

3. Berkurangnya waktu untuk

aktivitas sehari-hari atau

produktivitas menurun. Bila

pasien tidak sanggup beraktivitas

sekurang-kurangnya 3 jam sehari

dalam kegiatan sehari-hari

4. Tidak bekerja karena sakitnya

sekarang. (di rumah sakit) bila

pasien tidak bekerja sama sekali,

kecuali tugas-tugas di bangsal atau

jika pasien gagal melaksanakan

0 1 2 3 4

Sebelum: 3

Sesudah: 1

Page 76: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

65

kegiatan-kegiatan di bangsal tanpa

bantuan

08. Kelambanan (lambat dalam berfikir,

berbicara, gagal berkonsentrasi, aktivitas

motorik menurun)

1. Sedikit lamban dalam wawancara

2. Jelas lamban dalam wawancara

3. Sukar diwawancarai

4. Stupor (diam sama sekali)

0 1 2 3 4

Sebelum: 1

Sesudah: 2

09. Kegelisahan (agitasi)

1. Kegelisahan ringan

2. Memainkan tangan atau jari-jari,

rambut, dan lain-lain

3. Bergerak terus tidak dapat duduk

dengan tenang

4. Meremas-remas tangan,

menggiggit kuku, menarik-narik

rambut, menggiggit bibir

0 1 2 3 4

Sebelum: 2

Sesudah: 1

10. Kecemasan (ansietas somatik)

1. Sakit/nyeri di otot-otot, kaku,

kedutan otot

2. Gigi gemerutuk

3. Suara tidak stabil

0 1 2 3 4

Sebelum: 3

Sesudah: 1

Page 77: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

66

4. Tinitus (telinga berdenging)

5. Penglihatan kabur

6. Muka merah atau pucat, lemas

7. Perasaan ditusuk-tusuk

11. Kecemasan (ansietas psikik)

1. Keteggangan subyektif mudah

tersinggung

2. Mengkhawatirkan hal-hal kecil

3. Sikap kekhawatiran yang

tercermin diwajah atau

pembicaraan

4. Ketakutan yang diutarakan tanpa

ditanya

0 1 2 3 4

Sebelum: 3

Sesudah: 1

12. Gejala somatik (pencernaan)

1. Nafsu makan berkurang tetapi

dapat makan tanpa dorongan

teman, merasa perutnya penuh

2. Sukar makan tanpa dorongan

teman, membutuhkan pencahar

untuk buang air besar atau obat-

obatan untuk saluran pencernaan

0 1 2 3 4

Sebelum: 4

Sesudah: 2

13. Gejala somatik (umum)

1. Anggota gerak, punggung atau

0 1 2 3 4

Sebelum: 0

Page 78: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

67

kepala terasa berat

2. Sakit punggung, kepala dan otot-

otot, hilangnya kekuatan dan

kemampuan

Sesudah: 0

14. Kelamin (genital)

1. Sering buang air kecil, terutama

malam hari dikala tidur

2. Tidak haid, darah haid sedikit

sekali

3. Tidak ada gairah seksual/dingin

(frigid)

4. Ereksi hilang

5. Impotensi

0 1 2 3 4

Sebelum: 3

Sesudah: 2

15 Hipokondriasis (keluhan somatik/fisik

yang berpindah-pindah)

1. dihayati sendiri

2. preokupasi (keterpakuan)

mengenai kesehatan sendiri

3. sering mengeluh membutuhkan

pertolongan orang lain

4. delusi hipokondriasis

0 1 2 3 4

Sebelum: 3

Sesudah: 2

16 Kehilangan berat badan (A atau B)

C. bila hanya dari anamnesa

0 1 2 3 4

Sebelum: 3

Page 79: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

68

(wawancara) :

1. berat badan berkurang

berhubungan dengan

penyakitnya sekarang

2. jelas penurunan berat

badan

3. tak terjelaskan lagi

penurunan berat badan

D. Di bawah pengawasan dokter

bangsal secara mingguan bila jelas

berat badan berkurang menurut

ukuran :

1. Kurang dari 0,5 kg

seminggu

2. Lebih dari 0,5 kg

seminggu

3. Tidak ternyatakan lagi

kehilangan berat badan

Sesudah: 2

17 Insight (pemahaman diri)

1. Mengetahui sakit tetapi

berhubungan dengan

penyebab iklim, makanan,

kerja berlebihan, virus, perlu

0 1 2 3 4

Sebelum: 0

Sesudah:0

Page 80: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

69

istirahat dan lain-lain

18 Variasi harian

1. Adakah perubahan atau keadaan

yang memburuk pada waktu

malam atau pagi

0 1 2 3 4

Sebelum: 1

Sesudah: 1

19 Depersonalisasi (perasaan diri berubah)

dan derealisasi (perasaan tidak

nyata/tidak realistis)

0 1 2 3 4

Sebelum: 4

Sesudah: 2

20 Gejala-gejala paranoid

1. Kecurigaan

2. Pikiran dirinya menjadi pusat

perhatian, atau peristiwa/kejadian

di luar tertuju pada dirinya (ideas

of reference)

3. Waham kejaran

0 1 2 3 4

Sebelum: 2

Sesudah: 1

21 Gejala-gejala obsesi dan kompulsi 0 1 2 3 4

Sebelum: 2

Sesudah:1

Total Angka (Total Score) = Sebelum: 38 (depresi berat)

Sesudah: 23 (depresi ringan)

Page 81: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

70

E. Intervensi

Berdasarkan hasil pengkajian, dirumuskan rencana keperawatan. Tujuan

Umum (TUM): Pasien tidak melakukan tindakan kekerasan. Tujuan Khusus

(TUK 1): Pasien dapat membina hubungan saling percaya. Dengan kriteria

evaluasi setelah 1x pertemuan klien tampak: Menunjukkan tanda-tanda percaya

pada perawat, wajah muali mau membalas senyum, mau berkenalan, dan

bersedia menceritakan perasaannya. Intervensi yang akan dilakukan bina

hubungan saling percaya dengan, memberi salam setiap berinteraksi, perkenalan

nama perawat dan tujuan perawat berinteraksi, tanyakan dan panggil nama

kesukaan pasien, tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali

berinteraksi, tanyakan perasaan pasien dan masalah yang dihadapi pasien, buat

kontrak interaksi yang jelas, dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan

perasaan pasien.

TUK 2: pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang

dilakukannya. Dengan kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan pasien

menceritakan penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya, menceritakan

penyebab perasaan jengkel,marah dan kesal baik dari diri sendiri maupun

lingkungannya. Intervensi yang akan dilakukan, bantu pasien mengungkapkan

perasaan marahnya, motivasi pasien untuk menceritakan penyebab rasa jengkel,

dengarkan tanpa mencela atau memberi penilaian setiap ungkapan perasaan

pasien.

TUK 3: Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.

Dengan kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan pasien menceritakan tanda-tanda

Page 82: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

71

saat terjadi perilaku kekerasan, tanda fisik mata merah, tangan mengepal,

ekspresi wajah tegang, tanda emosional, perasaan marah bicara kasar, tanda

sosial bermusuhan yang dialami saat terjadi perilaku kekerasan. Intervensi yang

dilakukan, bantu pasien mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang

dialaminya, motivasi pasien menceritakan kondisi fisik saat terjadi perilaku

kekerasan, motivasi pasien menceritakan kondisi emosinya saat terjadi perilaku

kekerasan, motivasi pasien menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain

saat terjadi perilaku kekerasan.

TUK 4: Pasien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang

pernah dilakukannya. Dengan kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan pasien

menjelaskan, jenis-jenis ekspresi kemarahan yang selama ini telah dilakukan,

perasaan saat melakukan kekerasan, efektifitas cara yang dipakai dalam

menyelesaikan masalah. Intervensi yang akan dilakukan, diskusikan dengan

pasien perilaku kekerasanyang dilakukan selama ini, motivasi pasien

menceritakan jenis-jenis tindakan kekerasan yang selama ini pernah

dilakukannya, motivasi pasien menceritakan perasaan pasien setelah tindakan

kekerasan tersebut terjadi, diskusikan apakah dengan tindakan kekerasan yang

dilakukannya masalah yang dialami teratasi.

TUK 5: Pasien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan. Dengan

kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan pasien menjelaskan akibat tindakan

kekerasan yang dilakukannya, diri sendiri (luka, dijahui teman), orang lain

(keluarga luka, tersinggung, ketakutan), lingkungan (barang atau benda rusak).

Page 83: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

72

Intervensi yang dilakukan, diskusikan dengan pasien akibat negatif (kerugian)

cara yang dilakukan pada diri sendiri,orang lain, keluarga, dan lingkungan.

TUK 6: Pasien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam

mengungkapkan kemarahan. Dengan kriteria evaluasi 2x pertemuan pasien,

menjelaskan cara sehat mengungkapkan marah. Intervensi diskusikan dengan

pasien apakah pasien mau mempelajari cara mengungkapkan marah yang sehat.

Secara fisik dengan melakukan tarik nafas, memukul bantal atau kasur, secara

verbal dengan mendengarkan atau menyanyi musik dangdut, secara sosial

dengan melakukan jadwal kegiatan harian, secara spiritual dengan melakukan

ibadah.

TUK 7: Pasien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku

kekerasan. Dengan kriteria evaluasi 2x pertemuan pasien, mendemonstrasikan

cara mengontrol perilaku kekerasan. Intervensi bantu pasien memilih cara yang

tepat untuk pasien, bantu mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih, bantu

untuk menstimulasi cara tersebut, berreinforcement positif atau keberhasilan

pasien tersebut, anjurkan untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat

jengkel tersebut muncul.

TUK 8: Pasien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol

perilaku kekerasan. Dengan kriteria evaluasi 2x pertemuan pasien, keluarga

dapat menyebutkan cara merawat pasien dan mengungkapkan rasa puas dalam

merawat pasien. Intervensi identifikasi kemampuan keluarga merawat pasien

dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga terhadap pasien, jelaskan peran

serta keluarga dalam merawat pasien, jelaskan cara-cara merawat pasien.

Page 84: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

73

TUK 9: Pasien dapat mengguanakan obat-obatan yang diminum dan

kegunaannya. Dengan kriteria evaluasi 2x pertemuan pasien, dapat menyebutkan

obat-obatan yang diminum dan kegunaannya (jenis, waktu, dan efek), pasien

dapat minum obat sesuai program pengobatan. Intervensi jelaskan jenis-jenis

obatyang diminum pasien pada keluarga dan pasien, diskusikan manfaat minum

obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizin dokter, jelaskan prinsip

benar minum obat (nama, dosis, waktu dan cara), ajarkan pasien minta obat dan

minum tepat waktu, anjurkan pasien melaporkan pada perawat/dokter jika

merasakan efek yang tidak enak, beri pujian, jika pasien minum obat dengan

benar.

F. Implementasi

Implementasi untuk diagnosa keperawatan dilaksanakan dua hari pada

tanggal 07 sampai 08 April 2014 jam 10.20 WIB dengan strategi pelaksanaan 1

pasien dapat membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab

perilaku kekerasan, mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan,

mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan. Penulis membina hubungan saling

percaya, menjelaskan tujuan interaksi, menyampaikan kontrak (topik, waktu,

tempat) memberi kesempatan pada klien mengungkapkan perasaannya,

mengidentifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan gejala yang di rasakan,

perilaku kekerasan yang sudah dilakukan (akibat perilaku kekerasan yang

dilakukan). Mengajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan strategi

pelaksanaan satu yaitu tarik nafas dalamdan memberi kesempatan pada pasien

Page 85: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

74

untuk mempraktekkannya, memberi reinforcement positif kepada pasien jika

sudah bisa mempraktekkannya sendiri, mengnjurkan pasien untuk memasukkan

kedalam jadwal harian. Strategi pelaksanaan 2 mengajarkan dan melatih

mengontrol perilaku kekerasan dengan pukul bantal, memberikan

kesempatanpasien untuk mempraktekkan cara mengontrol perilau kekerasan

dengan pukul bantal, memberikan pujian positif pada pasien jika sudah bisa

mempraktekkannya sendiri, menganjurkan pasien untuk memasukkan kedalam

jadwal harian.

Pada tanggal 08 April 2014 pukul 08.00 WIB memberi salam terapeutik,

menanyakan perasaan pasien, memvalidasi cara mengontrol perilaku kekerasan

dengan tarik nafas dalam, memberi reinforcement positif kepada pasien jika

sudah bisa mempraktekkannya sendiri.Strategi pelaksanaan 2 mengajarkan dan

melatih mengontrol perilaku kekerasan dengan pukul bantal, memberikan

kesempatan pasien untuk mempraktekkan cara mengontrol perilau kekerasan

dengan pukul bantal, memberikan pujian positif pada pasien jika sudah bisa

mempraktekkannya sendiri, menganjurkan pasien untuk memasukkan kedalam

jadwal harian.Melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara

mendengarkan musik dangdut dan memberi kesempatan untuk bernyanyi pada

pasien untuk mempraktekkan untuk bernyanyi dangdut, memberikan pujian

positif pada pasien jika sudah bisa mempraktekkannya sendiri, menganjurkan

pasien untuk memasukkan kedalam jadwal harian.

Page 86: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

75

G. Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan implementasi di dapatkan evaluasi, strategi

pelaksanaan satu, implementasi pada hari Senin tanggal 07 April 2014 pada jam

10.00 WIB. Evaluasi dari subyektifnya pasien memperkenalkan diri nama dan

alamat rumah, pasien mengatakan jengkel dan ingin mengamuk, pasien mau

diajari cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara yang sehat. Obyektifnya

pasien kooperaif, kontak mata ada, nada suara tinggi, pandangan tajam, pasien

mau berjabat tangan, pasien mau menyebutkan atau mengidentifikasi penyebab

marah, tanda dan gejala yang dirasakan, pasien mau diajari cara mengontrol

perilaku kekerasan dengan nafas dalam, pasien tampak bisa mempraktekkan cara

mengontrol perilaku kekerasan dengan cara nafas dalam secara mandiri. Analisa

pasien mampu melakukan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan tarik

nafas dalam. Perencanaan selanjutnya memvalidasi strategi pelaksanaan satu dan

melanjutkan strategi pelaksanaan 2 yaitu dengan cara pukul bantal, dan terapi

musik dangdut.

Pada hari Selasa tanggal 08 April 2014 jam 08.00 WIB, dengan diagnosa

perilaku kekerasan. Evaluasi dari subyeknya pasien mengatakan perasaannya

hari ini senang, pasien masih ingat cara mengontrol perilaku kekerasan SP 1

dengan cara tarik nafas dalam, pasien masih ingat cara mengontrol perilaku

kekerasan SP 2 dengan cara pukul bantal. Obyektifnya pasien mampumelakukan

cara fisik mengontrol rasa marah dengan mandiri dan mendengarkan musik

dangdut kemudian memberi kesempatan bernyanyi dangdut yang didengarkan.

Analisa pasien mampu melakukan cara fisik mengontrol rasa marah dengan

Page 87: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

76

mandiri dan mendengarkan musik dangdut kemudian memberi kesempatan

bernyanyi dangdut yang didengarkan oleh pasien masalah teratasi. Perencanaan

evaluasi dilanjutkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan strategi

pelaksanaan 3 (mengungkapkan marah secara verbal).

Page 88: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

77

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pembahasan

Pada bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan Jiwa

Ny.Y Dengan Perilaku Kekerasan Di Ruang Sembodro RSJD Surakarta.

Pembahasan pada bab ini terutama membahas adanya kesesuaian maupun

kesenjangan antara teori dengan kasus. Asuhan keperawatan memfokuskan pada

pemenuhan kebutuhan dasar manusia melalui tahap, pengkajian, diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk

mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat

mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan

keperawatan klien, baik fisik, mental, social dan lingkungan (Deden, 2012 :

36). Keluhan utama pada tanggal 07 April 2014 pasien saat dikaji bingung,

mengamuk,bicara dengan nada membentak (keras), pandangan tajam,

menarik jilbab perawat.Berdasarkan hal tersebut, kondisi Ny.Y mengalami

perilaku kekerasan karena bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai

seseorang secara fisik maupun secara psikologis. Tanda dan gejala dari

perilaku kekerasan diantaranya adalah muka merah dan tegang, pandangan

tajam, megatupkan rahang dengan kuat, mengepalkan tangan, jalan mondar

Page 89: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

78

mandir, bicara kasar, suara tinggi menjerit atau berteriak, mengancam secara

verbal atau fisik, melempar atau memukul benda/orang lain, merusak barang

atau benda, tidak mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku

kekerasan (Damiyanti, 2010).

Tanda dan gejala depresi antara lain afek disforik (perasaan murung,

sedih, gairah hidup menurun, tidak semangat, merasa tidak berdaya),

perasaan bersalah, nafsu makan menurun, berat badan menurun, konsentrasi

daya ingat menurun, gangguan tidur, agitasi atau retardasi psikomotor

(gaduh, gelisah atau lemah tidak berdaya), hilang rasa senang, produktifitas

menurun, gangguan seksual, pikiran-pikiran tentang bunuh diri (Dadang,

2008). Dari data pasien terlihat bingung, aktivitas motorik saat diajak bicara

pasien terlihat tegang, gelisah dan kurang semangat,pasien hanya sedikit

makan. Penulis belum mencantumkan tingkat depresi Ny.Y pada pengkajian

karena keterbatasan waktu, sebaiknya pengkajian tingkat depresi dengan

skala HRS-D dicantumkan oleh penulis sehingga pada perumusan masalah

dan pencapaian tujuan aplikasi riset tentang pemberian terapi musik dangdut

terhadap penurunan depresi pada asuhan keperawatan jiwa dengan perilaku

kekerasan di ruang sembodro RSJD Surakarta dapat di evaluasi hasilnya.

Faktor predisposisi adalah berbagai faktor yang terjadi perubahan

biologis, psikologis, dan sosiokultural (Dalami, 2009). Sedangkan faktor

predisposisi pasien sebelumnya belum pernah mengalami gangguan jiwa

dan di rawat di RSJD Surakarta, pasien tidak pernah mengalami

penganiayaan fisik, tidak pernah mengalami tindakan kriminal dan

Page 90: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

79

kekerasan dalam rumah tangga, serta tidak ada penolakan dalam masyarakat

dengan gangguan jiwa yang dialami pasien saat ini.

Faktor presipitasi adalah seseorang akan marah jika dirinya merasa

terancam, baik secara fisik, konsep diri, internal, dan eksternal (Dalami,

2009). Sedangkan faktor presipitasi dalam kasus pasien adalah pasien

mengamuk di rumah karena pasien tidak menerima di permasalahan

hubungan kerja (PHK) dari pekerjaannya, lalu berbicara ngelantur, sering

marah-marah, dan ngomong sendiri.

Mekanisme koping dari hasil pengkajian pada Ny.Y yaitu mekanisme

koping maladaptif karena pasien mengatakan dengan perawat kesal karena

di PHK dari pekerjaannya sehingga pasien tidak menerima jika di PHK dari

pekerjaannyasekarang pasien mengalami gangguan jiwa, Ny.Y tampak

emosi, marah, melotot, bicara terdengar keras (membentak), pasien tampak

berbicara sendiri dan suka mengamuk.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon

individu, keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan / proses

kehidupan yang actual / potensial yang merupakan dasar untuk memilih

intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung

jawab perawat (Deden, 2012 : 58).

Pohon masalah pada perilaku kekerasan (core problem) dapat

mengakibatkan seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan

Page 91: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

80

secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan

amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol (Fitria, 2010). Hal ini dapat

terjadi karena beberapa penyebab yaitu perubahan persepsi sensori:

halusinasi, gangguan pemeliharaan kesehatan, ketidakmampuan keluarga

merawat pasien di rumah.

Sedangkan menurut Stuart & Laraia (2005) dalam Trimelia (2011),

halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang

nyata, artinya klien menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/

rangsang dari luar. Data yang diperoleh dari Ny.Y yaitu perilaku kekerasan

yang disebabkan oleh halusinasi yang didukung data subyektif, pasien

mengatakan mendengar suara yang menyuruh dia pergi dan muncul ketika

dia melamun dalam sehari 2-3 kali, saat mendengar suara pasien ingin

marah, mengamuk dan ingin memukul temannya, kemudian pasien

mengamuk, gelisah, mata melotot, ingin memukul perawat dan pasien

mengatakan ingin pulang dan kembali bekerja. Data obyektif, pasien tampak

berbicara sendiri, gelisah ketika ditanya tentang masalahnya. Kemudian

dapat menciderai diri sendiri,orang lain, dan lingkungan yang didukung data

subyektif pasien mengatakan kesal, jengkel,bicara keras (membentak),

marah dan menarik jilbab perawat.

Berdasarkan data yang diperoleh tersebut penulis menyimpulkan

bahwa pohon masalah yang terjadi pada Ny.Y sama dengan teori yang

dituliskan yaitu penyebab dari perilaku kekerasan (core problem) adalah

Page 92: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

81

halusinasi sehingga dapat mngakibatkan perilaku mencederai diri sendiri,

orang lain dan lingkungan.

Pasien mendapat terapi obat yaitu terapi Heloperidol 2 x 100mg,

Trihexypenidile 3 x 200mg, dan Chlorpormazine 2 x 100mg. Salah satu

gejala skizofrenia adalah gangguan proses pikir, emosional, dan cemas.

Didukung terapi obat Haloperidol yang mempunyai indikasi memperbaiki

gejala positif skizofrenia seperti kecurigaan dan rasa permusuhan,

sedangkan Trihexypenidile menetralkan efek dari Halloperidol dan

Chlorpormazine.

3. Intervensi

Perencanaan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang

merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan,

bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua

tindakan keperawatan (Deden, 2012 : 84).

Intervensi atau rencana yang akan dilakukan oleh penulis

disesuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana

tindakan dapat dilaksanakan dengan SMART, Spesifik, Measurable,

Acceptance, Rasional dan Timing (Deden, 2012 : 99). Pembahasan dari

intervensi yang meliputi tujuan, kriteria hasil dan tindakan yaitu pada

diagnosa keperawatan Ny.Y penulis rencanakan berdasarkan pada teori

keperawatan jiwa. Tujuan umumnya adalah klien tidak melakukan tindakan

kekerasan. Tujuan khusus pertama adalah klien dapat membina hubungan

Page 93: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

82

saling percaya. Kriteria evaluasi adalah wajah cerah, tersenyum, mau

berkenalan, ada kontak mata, bersedia menceritakan perasaan. Intervensi

keperawatannya adalah bina hubungan saling percaya dengan beri salam

setiap berinteraksi, perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan

perawat berinteraksi, tanyakan dan panggil nama kesukaan klien, tunjukkan

sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi, tanyakan

perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien, buat kontrak interaksi yang

jelas, dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan klien.

Tujuan khusus kedua yaitu klien dapat mengidentifikasi penyebab

perilaku kekerasan yang dilakukannya. Kriteria evaluasinya yaitu klien

menceritakan penyebab perasaan jengkel/kesal baik dari diri sendiri maupun

lingkungannya. Intervensi keperawatannya adalah bantu klien

mengungkapkan perasaan marahnya dengan motivasi klien untuk

menceritakan penyebab rasa kesal atau jengkel, dengarkan tanpa menyela

atau memberi penilaian setiap ungkapan perasaan klien.

Tujuan khusus ketiga yaitu klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda

perilaku kekerasan. Kriteria hasilnya adalah klien menceritakan tanda-tanda

saat terjadi perilaku kekerasan yaitu tanda fisik, mata merah, tangan

mengepal, ekspresi tegang, dan lain-lain, tanda emosional perasaan marah,

jengkel, bicara kasar, tanda sosial bermusuhan yang dialami saat terjadi

perilaku kekerasan. Intervensi keperawatannya yaitu bantu klien

mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang dialaminya motivasi

klien menceritakan kondisi fisik (tanda-tanda fisik) saat perilaku kekerasan

Page 94: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

83

terjadi, motivasi klien menceritakan kondisi emosinya (tanda-tanda

emosional) saat terjadi perilaku kekerasan, motivasi klien menceritakan

kondisi hubungan dengan orang lain (tanda-tanda sosial) saat terjadi

perilaku kekerasan.

Tujuan khusus keempat yaitu klien dapat mengidentifikasi jenis

perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya. Dengan kriteria evaluasi

klien menjelaskan jenis-jenis ekspresi kemarahan yang selama ini telah

dilakukannya, perasaannya saat melakukan kekerasan, efektivitas cara yang

dipakai dalam menyelesaikan masalah. Intervensi keperawatannya yaitu

diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukannya selama ini

motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindak kekerasan yang selama ini

pernah dilakukannya, motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah

tindak kekerasan tersebut terjadi, diskusikan apakah dengan tindak

kekerasan yang dilakukannya masalah yang dialami teratasi.

Tujuan khusus kelima yaitu klien dapat mengidentifikasi akibat

perilaku kekerasan. Kriteria evaluasinya adalah klien menjelaskan akibat

tindak kekerasan yang dilakukannya diri sendiri luka, dijauhi teman, dll,

orang lain/keluarga, luka, tersinggung, ketakutan, dll, lingkungan barang

atau benda rusak dll. Untuk intervensi keperawatan meliputi diskusikan

dengan klien akibat negatif (kerugian) cara yang dilakukan pada diri sendiri,

orang lain/keluarga, lingkungan.

Tujuan khusus keenam yaitu klien dapat mengidentifikasi cara

konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan. Dengan kriteria evaluasi

Page 95: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

84

klien mampu menjelaskan cara-cara sehat mengungkapkan marah.

Intervensi keperawatan meliputi diskusikan dengan klien apakah klien mau

mempelajari cara baru mengungkapkan marah yang sehat, jelaskan berbagai

alternatif pilihan untuk mengungkapkan marah selain perilaku kekerasan

yang diketahui klien, jelaskan cara-cara sehat untuk mengungkapkan marah

dengan cara fisik nafas dalam, pukul bantal atau kasur, olah raga, secara

verbal mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal kepada orang

laindengan mendengarkan atau menyanyi musik dangdut, secara sosial

latihan asertif dengan orang lain, secara spiritual sholat/doa, zikir, meditasi,

dsb sesuai keyakinan agamanya masing-masing.

Tujuan khusus ketujuh yaitu klien dapat mendemonstrasikan cara

mengontrol perilaku kekerasan. Kriteria evaluasinnya adalah klien

memperagakan cara mengontrol perilaku kekerasantarik nafas dalam,

memukul bantal/kasur, mengungkapkan perasaan kesal/jengkel pada orang

lain tanpa menyakiti, secara spiritual zikir/doa, meditasi sesuai agamanya.

Intervensi keperawatan meliputi, diskusikan cara yang mungkin dipilih dan

anjurkan klien memilih cara yang mungkin untuk mengungkapkan

kemarahan, latih klien memperagakan cara yang dipilih peragakan cara

melaksanakan cara yang dipilih, jelaskan manfaat cara tersebut, anjurkan

klien menirukan peragaan yang sudah dilakukan, beri penguatan pada klien,

perbaiki cara yang masih belum sempurna. Anjurkan klien menggunakan

cara yang sudah dilatih saat marah/jengkel.

Page 96: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

85

Tujuan khusus kedelapan yaitu klien mendapat dukungan keluarga

untuk mengontrol perilaku kekerasan. Kriteria evaluasinya adalah keluarga

dapat menjelaskan cara merawat klien dengan perilaku kekerasan,

mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien. Intervensi keperawatannya

meliputi diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung

klien untuk mengatasi perilaku kekerasan, diskusikan potensi keluarga

untuk membantu klien mengatasi perilaku kekerasan, jelaskan pengertian,

penyebab, akibat dan cara merawat klien perilaku kekerasan yang dapat

dilaksanakan oleh keluarga, peragakan cara merawat klien (menangani

perilaku kekerasan), beri kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang,

beri pujian kepada keluarga setelah peragaan, tanyakan perasaan keluarga

setelah mencoba cara yang dilatihkan.

Tujuan khusus kesembilan yaitu klien menjelaskan manfaat minum

obat, kerugian tidak minum obat, nama obat, bentuk dan warna obat , dosis

yang diberikan kepadanya, waktu pemakaian, cara pemakaian, efek yang

dirasakan dan klien menggunakan obat sesuai program yang telah

ditetapkan. Intervensi keperawatannya adalah jelaskan manfaat

menggunakan obat secara teratur dan kerugian jika tidak menggunakan obat,

jelaskan kepada klien jenis obat (nama, warna dan bentuk obat), dosis yang

tepat untuk klien, waktu pemakaian, cara pemakaian, efek yang akan

dirasakan klien. Dan anjurkan klien untuk minta dan menggunakan obat

tepat waktu, lapor ke perawat/dokter jika mengalami efek yang tidak biasa,

beri pujian terhadap kedisiplinan klien menggunakan obat.

Page 97: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

86

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang lebih baik

yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Deden, 2012 : 118).

Implementasi keperawatan yang dilakukan penulis disesuaikan dengan

rencana tindakan keperawatan yang telah disusun. Implementasi yang

dilakukan penulis untuk mengatasi perilaku kekerasan pada Ny.Y yaitu

membina hubungan saling percaya dan melakukan hubungan saling percaya

dan melakukan pengkajian mulai dari identitas pasien, alasan masuk, faktor

predisposisi, faktor presipitasi, pemeriksaan fisik, status mental, masalah

psikososial dan lingkungan, mekanisme koping dan tingkat pengetahuan

pasien (Keliat, B.A, 2006). Penulis melakukan srategi pelaksanaan satu

perilaku kekerasan yaitu mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, serta

akibat perilaku kekerasan, dan mengontrol perilaku kekerasan dengan cara

fisik satu nafas dalam (agar pasien lebih rileks dan tenang) (Direja, 2011).

Implementasi keperawatan untuk diagnosa keperawatan perilaku

kekerasan dilaksanakan pada tanggal 07 April 2014 pada jam 10.00 WIB

penulis memberikan implementasinya, penulis membina hubungan saling

percaya, menjelaskan tujuan berintraksi, menyampaikan kontrak (topik,

waktu, tempat), memberikan kesempatan pada pasien mengungkapkan

perasaannya, mengidentifikasikan penyebab perasaan marah, tanda dan gejala

yang dirasakan, dan perilaku kekerasan yang sudah dilakukan (akibat perilaku

kekerasan yang dilakukan), mengajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan

Page 98: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

87

dengan srategi pelaksanaan satu yaitu dengan relaksasi nafas dalam, memberi

kesempatan kepada pasien untuk mempraktekkannya cara yang dianjurkan,

memberi pujian positif kepada pasien jika sudah bisa mempraktekkannya

sendiri, menganjurkan pasien memasukkan kedalam jadwal harian.

Implementasi pada hari selasa tanggal 08 April 2014 jam 08.00

WIB, dengan diagnosa perilaku kekerasan, strategi pelaksanaan dua yaitu

mengajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara pukul bantal,

implementasi salam terapeutik, menanyakan perasaan pasien, memvalidasi

strategi pelaksanaan satu (mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik

satu nafas dalam), mengajarkan dan melatih cara mengontrol perilaku

kekerasan dengan cara fisik dua yaitu pukul bantal, memberikan kesempatan

pasien untuk mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan

pukul bantal, memberi reinforcement positif kepada pasien jika sudah bisa

mempraktekkannya sendiri, menganjurkan memasukkannya kedalam jadwal

harian. Kemudian penulis memberikan cara lain yang sehat yaitu dengan

pemberian terapi musik dangdut pada pasien, pengaruh terapi musik dangdut

pada pasien perilaku kekerasan merupakan salah satu intervensi dalam

dimensi kognitif yang dapat diberikan pada pasien yang mengalami masalah

perilaku kekerasan dengan metode mendengarkan musik, ekplorasi perasaan,

diskusi umpan balik.

Dari pemberian terapi musik menunjukkan penurunan perilaku

kekerasan baik dalam respon fisik, respon kognitif, respon perilaku dan

respon sosial pada kelompok pasien yang mendapatkan terapi musik. Terapi

Page 99: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

88

musik direkomendasikan sebagai terapi dalam merawat pasien dengan

perilaku kekerasan (Endang C.S, 2009).

Dalam rumusan The American music Therapy Association (1997),

terapi musik secara spesifik disebut sebagai sebuah profesi di bidang

kesehatan. Terapi musik adalah suatu profesi di bidang kesehatan yang

menggunakan musik dan aktivitas musik untuk mengatasi berbagai masalah

dalam aspek fisik, psikologis, kognitif dan kebutuhan sosial individu yang

mengalami cacat fisik (AMTA, 1997). Menurut MacKay (2002) dalam jurnal

Irma Rahmawati (2008) terapi musik telah menjadi salah satu pelengkap pada

terapi gangguan jiwa seperti skizofrenia, perilaku kekerasan, gangguan alam

perasaan seperti mania dan depresi, gangguan emosional, stres dan

kecemasan. Dan dangdut adalah pembentukan sebuah kata yang menirukan

bunyi gendang yaitu “dang”, dan “dut” dengan suatu ungkapan dan perasaan,

jenis musik ini mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap eksistensi

kalangan muda di berbagai daerah yang di dominasi dengan denyut irama

tarian dan joget dengan ciri khas yang amat popular (Arifianto, 2007).

Terapi musik yang dilakukan di College of Notre Dame Belmont,

California menggunakan stimulus suara (bunyi, musik) untuk mengetahui

dampak suara terhadap kondisi stres dan rileks yang dialami seseorang,

sekarang sudah mendunia (Satiadarma, 2002). Terapi musik dapat berdampak

positif untuk menurunkan stress. Terapi musik merupakan teknik yang sangat

mudah dilakukan dan terjangkau, tetapi efeknya menunjukkan betapa besar

dampak musik dalam pengaruh ketegangan atau kondisi rileks pada diri

Page 100: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

89

seseorang, karena dapat merangsang pengeluaran endorphine dan serotonin,

yaitu sejenis morfin alami tubuh dan juga metanonin sehingga kita bisa

merasa lebih rileks pada tubuh seseorang yang mengalami stress Mucci,

(2002) dalam jurnal Adhe Primadita (2011). Kemudian menganjurkan pasien

memasukkan ke dalam kegiatan harian.Memberikan reinforcement positif

atas keberhasilan pasien.

Dari penanganan bagi penderita depresi yang bersifat bantu diri atau

dilakukan sendiri oleh pasien seperti terapi musik. Terapi musik

menguntungkan bagi pasien, dengan menyediakan tape recordersendiri dan

kaset musik yang dibutuhkan, dapat dibutuhkan kapan saja. Terapi musik

adalah pemanfaatan kemampuan musik dan elemen musik oleh terapis untuk

meningkatkan dan merawat kesehatan fisik, memperbaiki mental, emosional,

dan kesehatan spiritual pasien (M.Dinah Charlota, 2005).

5. Evaluasi

Evaluasi adalah mengevaluasi perkembangan pasien dalam

mencapai hasil yang diharapkan asuhan keperawatan jiwa adalah proses

dinamik yang melibatkan perubahan dalam status kesehatan pasien sepanjang

waktu, pemicu kebutuhan terhadap data baru, berbagai diagnosa keperawatan,

dan modifikasi rencana asuhan keperawatan sesuai dengan kondisi pasien

(Damayanti dan Iskandar, 2012).

Hasil implementasi yang dilakukan penulis untuk mengatasi perilaku

kekerasan pada Ny.Y yaitu membina hubungan saling percaya dan

Page 101: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

90

melakukan hubungan saling percaya dan melakukan pengkajian mulai dari

identitas pasien, alasan masuk, faktor predisposisi, faktor presipitasi,

pemeriksaan fisik, status mental, masalah psikososial dan lingkungan,

mekanisme koping dan tingkat pengetahuan pasien. Respon pasien adalah

menjawab salam, menyatakan nama pasien dan nama panggialannya. Pasien

mengatakan kesal dengan keluarganya yang membawa RSJD karena pasien

ingin bekerja kembali. Selama wawancara pasien mau menjawab semua

pertanyaan yang diberikan penulis.

Evaluasi diagnosa keperawatan perilaku kekerasan dilaksanakan

pada tanggal 07 April 2014 pada jam 10.00 WIB. Evaluasi dari subyektifnya

pasien memperkenalkan diri nama dan alamat rumah, pasien mengatakan

jengkel dan ingin mengamuk, pasien mau diajari cara mengontrol perilaku

kekerasan dengan cara yang sehat. Obyektifnya pasien kooperaif, kontak

mata ada, nada suara tinggi, pandangan tajam, pasien mau berjabat tangan,

pasien mau menyebutkan atau mengidentifikasi penyebab marah, tanda dan

gejala yang dirasakan, pasien mau diajari cara mengontrol perilaku kekerasan

dengan nafas dalam, pasien tampak bisa mempraktekkan cara mengontrol

perilaku kekerasan dengan cara nafas dalam secara mandiri. Analisa pasien

mampu melakukan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan tarik nafas

dalam. Perencanaan strategi pelaksanaan satu evaluasi strategi pelaksanaan

satu (tarik nafas dalam) dan lanjut strategi pelaksanaan dua (pukul bantal).

Pada hari Selasa tanggal 08 April 2014 jam 08.00 WIB, dengan

diagnosa perilaku kekerasan, evaluasi dari subyeknya pasien mengatakan

Page 102: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

91

perasaannya hari ini senang, pasien masih ingat cara mengontrol perilaku

kekerasan strategi pelaksanaan satu dengan cara tarik nafas dalam, pasien

mampu mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan strategi

pelaksanaan dua dengan cara pukul bantal. Analisa pasien mampu melakukan

cara fisik mengontrol rasa marah dengan mandiri dan mendengarkan musik

dangdut kemudian memberi kesempatan bernyanyi dangdut yang

didengarkan oleh pasien. Perencanaan strategi pelaksanaan dua evaluasi

strategi pelaksanaan dua (tarik nafas dalam), pemberian terapi musik dangdut

dan dilanjutkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan strategi

pelaksanaan tiga (mengungkapkan marah secara verbal).

Berdasarkan hasil evaluasi tindakan tentang pemberian terapi musik

dangdut terhadap penurunan depresi pada asuhan keperawatan jiwa Ny.Y

dengan perilaku kekerasan di ruang sembodro RSJD Surakarta selama 2 hari

diperoleh hasil bahwa sebelum dilakukan pemberian terapi musik dangdut

pasien masih bingung, mengamuk,bicara dengan nada membentak (keras),

pandangan tajam, dan menarik jilbab perawat. Setelah dilakukan pemberian

terapi musik dangdut keadaan pasien lebih tenang dan sudah dapat

mengontrol perilaku kekerasan dengan ditandai data subyektif pasien

mengatakan senang dengan pemberian terapi musik dangdut. Dari hasil

pengukuran skala depresi sebelum dilakukan pemberian terapi musik dangdut

didapatkan hasil 38 (depresi berat) kemudian setelah dilakukan pemberian

terapi musik dangdut menjadi 23 (depresi ringan).

Page 103: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

92

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan dan Saran

1. Kesimpulan

Pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara

(allowanamnesa) dan (autoanamnesa) megobservasi klien yaitu dari segi

penampilan, pembicaraan, perilaku klien, kemudian ditambah dengan

menelaah catatan medik dan catatan perawatan Asuhan Keperawatan jiwa

Ny.Y Dengan Perilaku Kekerasan Di Ruang Sembodro metode

mengaplikasikan tentang pemberian terapi musik dangdut maka dapat ditarik

kesimpulan

a. Pengkajian

Hasil pengkajian Ny.Y pasien sering marah, selain itu juga pasien

mengalami perubahan sikap seperti berbicara sendiri, gaduh, gelisah. pasien

tidak menerima karena di PHK dari pekerjaannya sehingga pasien

mengamuk di rumah, lalu berbicara ngelantur, ngomong sendiri, menurut

keluarganya perilakunya semakin jadi mengamuk. Dari data pasien

mengalami tanda dan gejala depresi terlihat bingung, aktivitas motorik saat

diajak bicara pasien terlihat tegang, gelisah dan kurang semangat,pasien

hanya sedikit makan.

Page 104: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

93

b. Diagnosa

Dalam diagnosa keperawatan pada pohon masalah yang menjadi core

problem Ny.Y adalah perilaku kekerasan data yang didukung dari Ny.Y

sesuai dengan teori yang diatas yaitu yang menjadi core problem adalah

perilaku kekerasan yang didukung data subyektif, pasien mengatakan ingin

marah karena tidak menerima di PHK dari pekerjaannya dan data obyektif,

klien tampak kesal, wajah merah, mata melotot, suara dengan nada tinggi

(membentak).

c. Intervensi

Intervensi yang dibuat oleh penulis sesuai dengan SOP (Standart

Operasional Prosedur) yang telah ditetapkan ada tujuan umum yaitu klien

dapat mengontrol marah, pereencanaan tujuan khusus ada semilan yaitu,

tujuan khusus satu membina hubungan saling percaya, tujuan khusus dua

mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya, tujuan

khusus tiga mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan, tujuan khusus

empat mengidentifikasi jenis perilaku, tujuan khusus lima mengidentifikasi

akibat perilaku kekerasan, tujuan khusus enam mengidentifikasi cara

konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan, tujuan khusus tujuh

mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan. tujuan khusus

delapan mendapat dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku kekerasan,

tujuan khusus sembilan menggunakan obat sesuai program yang telah

ditetapkan.

Page 105: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

94

d. Implementasi

Implementasi yang dilakukan penulis, meliputi bina hubungan Saling

percaya, Strategi Pelaksanaan satu relaksasi nafas dalam, Strategi

Pelaksanaan dua pukul bantal, dan memberikan terapi musik dangdut.

e. Evaluasi

Hasil evaluasi masalah keperawatan perilaku kekerasan selama dua

hari teratasi sebagian, karena sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang

dibuat oleh penulis. Dengan ditandai pasien dapat mengontrol perilaku

kekerasan bina hubungan saling percaya, relaksasi nafas dalam, pukul bantal

dan melakukan cara sehat yaitu dengan terapi musik dangdut.

f. Analisa asuhan keperawatan

Analisa hasil pemberian terapi musik dangdut terhadap penurunan

tingkat depresi pada pasien Ny.Y efektif sesuai dengan penelitian dalam

jurnal bahwa terapi musik dangdut dapat menurunkan tingkat depresi pada

seseorang. Dari hasil pengukuran skala depresi sebelum dilakukan

pemberian terapi musik dangdut didapatkan hasil 38 (depresi berat)

kemudian setelah dilakukan pemberian terapi musik dangdut menjadi 23

(depresi ringan).

2. Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan jiwa pada pasien

dengan perilaku kekerasan, penulis akan memberikan usulan dan masukan

yang positif khususnya dibidang kesehatan antara lain :

Page 106: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

95

a. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)

Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan

dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan

maupun klien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan

keperawatan jiwa yang optimal pada umumnya dan pasien perilaku

kekerasan khususnya.

b. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat

Hendaknya para perawat memiliki tanggung jawab dan

ketrampilan yang baik dan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan

dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa pada klien perilaku

kekerasan khususnya, keluarga, perawat dan tim kesehatan lain mampu

membantu dalam kesembuhan klien serta memenuhi kebutuhan

dasarnya.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih

berkualitas sehingga dapat menghasilkan perawat yang profesional,

terampil, inovatif dan bermutu dalam memberika asuhan keperawatan

secara komprehensif berdasarkan ilmu dan kode etik keperawatan.

Page 107: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

DAFTAR PUSTAKA

Adhe Primadita,2011. Efektifitas Intervensi Terapi Musik Klasik Terhadap Stress

Dalam Menyusun Skripsi Pada Mahasiswa PSIK UNDIP Semarang,

http://eprints.undip.ac.id/33143/2/ARTIKEL_efektifitas_intervensi_t

erapi_musik_klasik_terhadap_stres_mahasiswa_skripsi.pdf diakses

pada tanggal 6 April 2014.

Afrianto, 2007. Perkembangan Musik Dangdut Dan Musik Jazz,

http://balitbang.kominfo.go.id/balitbang/aptika-

ikp/files/2013/02/PERKEMBANGAN-MUSIK-DANGDUT-DAN-

JAZZ.pdfdiakses pada tanggal 5 April 2014.

Ana Fuji Rahayu, 2013. Studi Kasus Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Perilaku

Kekerasan,http://digilip.stikeskusumahusada.ac.id/gdl.php?mod=bro

wser&op=read&id=01-gdl-sugiartip-0220 diakses pada tanggal 5

April 2014.

Anik Maryunani, S.Kep, Ns, ETN, RN,2011. Senam Hamil Senam Nifas Dan

Terapi Musik. Penerbit Buku: CV. Trans Info Media. Jakarta.

Damaiyanti & Iskandar, 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Penerbit Buku: PT

Refika Aditama. Bandung.

Dermawan, Deden,2012. Proses Keperawatan: Penerapan Konsep Dan Kerangka

Kerja. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Direja, Ade Herman Surya, 2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Penerbit

buku: Nuha Medika.

Endang Caturini Sulistyowati,2009. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Perubahan

Perilaku Pada Klien Skizoprenia Dengan Perilaku Kekerasan Di

Rumah Sakit Jiwa Daerah

Surakarta.http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/124781-

TESIS0643%20End%20N09p-Pengaruh%20Terapi-HA.pdfdiakses

pada tanggal 5 April 2014.

Endang Triyanto,2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara

Terpadu, http://grahailmu.co.id/previewpdf/978-602-262-139-3-

1159.pdfdiakses pada tanggal 6 April 2014.

Erika Dewi Noorratri,2010. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Perubahan Perilaku

Pada Klien Skizoprenia Dengan Perilaku Kekerasan Di Rumah Sakit

Jiwa Daerah Surakarta.

http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/3602/2.

Page 108: PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT TERHADAP …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/17/01-gdl-merytanovi... · Keabnormalan dibagi menjadi dua meliputi gangguan jiwa (neurosa)

%20ERIKA%20DEWI.pdf?sequence=1 diakses pada tanggal 3 April

2014.

Ermawati Dalami, S.Kp. 2010. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.

Penerbit Buku: Trans Info Media. Jakarta.

Farida Kusumawati, Yudi Hartono, 2010. Buku Ajaran Keperawatan Jiwa.

Penerbit Buku: Salemba Medika. Jakarta.

Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia. 2010. Informasi Spesialite Obat (ISO)

Indonesia. Jakarta. Penerbit Buku: PT IFSI. Yogyakarta.

Irma Rahmawati, Hartiah Haroen, Dkk,2008. Perbedaan Tingkat Stres Sebelum

Dan Sesudah Terapi Musik Pada Kelompok Remaja Di Panti Asuhan

Yayasan Bening Nurani

KabupatenSumedanghttp://pustaka.unpad.ac.id/wp-

content/uploads/2009/10/perbedaan_tingkat_stres.pdf diakses pada

tanggal 4 April 2014.

Keliat Budi A,2010. Model Praktik Profesional Jiwa. Penerbit Buku; EGC.

Jakarta.

M. Dinah Charlota Lerik Dan Johana Endang Prawitasari,2005. Pengaruh Terapi

Musik Terhadap Depresi Di Antara Mahasiswa

http://johana.staff.ugm.ac.id/wp-

content/uploads/Sosiosains_april_05.pdf diakses pada tanggal 6

April 2014.

Nita Fitria. 2010. Prinsip Dasaar dan Aplikasi Penulisan Laporan pendahuluan

dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP).

Penerbit Buku: Salemba Medika. Jakarta.

Riskesdas,2013. Hasil Prevalensi Gangguan Jiwa Berat Di Indonesia.

http://depkes.go.id/downloads/riskesdas2013/Hasil%20Riskesdas%2

02013.pdf diakses pada tanggal 8 April 2014.

Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Penerbit Buku: PT Refika Aditama.

Bandung.

Wikipedia bahasa Indonesia, 2013. http://id.wikipedia.org/wiki/Terapi diakses

pada tanggal 12 April 2014.