repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 13768 › Y…  · Web...

180
ABSTRAK PENELITIAN KOMPETISI INTERNAL TAHUN 2014 Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Hasanuddin Kampus Unhas Tamalanrea Jln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar

Transcript of repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 13768 › Y…  · Web...

ABSTRAK PENELITIAN KOMPETISI INTERNAL

TAHUN 2014

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M)

Universitas Hasanuddin

Kampus Unhas Tamalanrea

Jln. Perintis Kemerdekaan KM. 10 Makassar

Telp. : 0411 587032, , 582500, 588888 Fax.(0411) 587032, 584024

Website : http://www.unhas.ac.id/lppm email : [email protected]

PENGEMBANGAN INDUK UNGGUL TERDOMESTIKASI SERTA PENGALIHAN TEKNOLOGI PRODUKSI KEPADA PELAKU INDUSTRI GUNA MENGATASI

KELANGKAAN BAHAN BAKU EKSPOR DAN PELESTARIAN SUMBERDAYA RAJUNGAN

Development Of Blue Swimming Crab Superior Domesticated Broodstock And Transfer Of Production Technology To The Farmer Due To Overcoming The Raw

Materials Scarcity For Export And Resource Preservation

Yushinta Fujaya, Dody Dharmawan Trijuno, Letty Fudjaja, Faisal Amir (PUSNAS)

Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Kampus Unhas Tamalanrea, Makassar 90245, Indonesia

* Corresponding author: Tel: +6281244255525 Fax: +62411586025 E-mail: [email protected]

ABSTRAK :Sumberdaya rajungan Indonesia terancam punah akibat over eksploitasi. Permintaan yang tinggi dan harga yang kompetitif dari pasar luar negeri mendorong pelaku industri untuk terus mengeksploitasi rajungan tanpa memerhatikan kelestariannya. Dampak dari eksplotasi yang berlebihan adalah semakin kurangnya jumlah dan semakin kecilnya ukuran hasil tangkapan. Budidaya diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Domestikasi dilakukan untuk mendapatkan induk rajungan unggul yang tumbuh cepat dan tahan terhadap cekaman perubahan lingkungan di tambak. Sedangkan pengalihan teknologi kepada pelaku industri diharapkan dapat mendukung kegiatan budidaya sehingga dapat mengatasi kelangkaan bahan baku ekspor rajungan dan mengurangi tingkat eksploitasi rajungan di alam. Tujuan umum penelitian ini adalah: 1) Mengembangkan induk rajungan unggul terdomestikasi yang mampu menghasilkan benih yang tumbuh cepat dan tahan terhadap cekaman lingkungan budidaya melalui selective breeding. 2) Menyempurnakan teknologi perbenihan rajungan di hatchery dan perbesaran rajungan di tambak melalui berbagai penelitian dan pengujian, 3) Melibatkan pelaku industri dalam produksi bibit serta bahan baku daging rajungan untuk ekspor melalui sosialisasi, pelatihan, dan pendampingan. 4) Menjalin hubungan kerjasama antara perguruan tinggi, balai penelitian, pemda dan industri untuk mewujudkan pembangunan perikanan rajungan berkelanjutan. Hasil penelitian dalam dua tahun terakhir antara lain: 1) telah terkoleksi induk Generasi 1 (F1) dan generasi 2 (F2) hasil selective breeding, 2) telah dihasilkan jenis rajungan terseleksi dengan keunggulan tahan terhadap cekaman lingkungan budidaya dan tumbuh lebih cepat, 3) telah di dapatkan informasi fenotipe dan genotipe rajungan liar (sumberdaya genetik), 4) telah dikembangkan model rumah surya untuk mengendalikan suhu pada perbenihan rajungan di backyard, 5) telah dikembangkan penggunaan pakan predigest sebagai pengganti pakan alami pada fase-fase awal kehidupan larva, 6) telah dilakukan sosialisasi, pelatihan, dan pendampingan teknologi terhadap pegawai pemerintahan dan beberapa petambak udang/ikan.

Kata Kunci: Rajungan, Domestikasi, Sumberdaya genetik, Selective breeding, Transfer teknologi

ABSTRACTIndonesian crab resource is threatened with extinction due to over-exploitation. High demand and competitive prices from overseas markets has prompted industry players to continue exploit the crab without regard to sustainability. The impact of excessive exploitation is increasingly lack the number and smaller size of the catch. Aquaculture is expected to resolve the issue. Domestication is done to get superior broodstock that have fast growing and resistant to stress of environmental changes in the pond. While the transfer of production technology to industry players are expected to support the farming activities in order to overcome the scarcity of raw materials exports and reduce the level of crab’s exploitation in nature. The general objective of these studies is: 1) Develop a crab broodstock domesticated who is able to produce seeds that grow rapidly and resistant to environmental stresses cultivation through selective breeding. 2) Enhance crab seed technology and grow up in the pond through several of research and testing, 3) Involve industry in seed production and raw materials of blue swimming crab meat for export through socialization, training, and mentoring, 4) Develop a working relationship between universities, research institution, government and industry to realize the sustainable development of crab fishery. results of research in the last two years include: 1) Collected First and Second Generation of broodstock second generation which is the result of selective breeding, 2) has been produced the advantages of selected types of crabs that resistant to environmental stresses cultivation and grow faster, 3) Has been in get phenotype and genotype information of wild crab (genetic resources), 4) Has been developed a model of solar house to control the temperature in seed crab backyard hatchery, 5) has been developed a predigest feed as a replacement natural food in the early phases of larval life, 6) Has been done socialization, training, and mentoring for government officials and some farmers shrimp/fish.

Keywords: Crabs, Domestication, Genetic resources, Selective breeding, Technology transfer

Acceleration and Increase Provision of Seed Potatoes in “Sulawesi Corridor” Through Utilization of Technological Innovation Packages and Integrated

Management System to Support Self-Sufficiency Of National Seed

Baharuddin, Tutik Kuswinanti, Muh Jayadi, Zulkifli Razak, Kusmana, Achmad Noor

Research Center for Biotechnology, Hasanuddin University, Makassar

ABSTRAKKetersediaan benih kentang jauh dari memadai, hanya 10 % dari kebutuhan nasional 120.000 ton/tahun (termasuk impor), sehingga berdampak pada produktivitas yang hanya 12 ton/ha dari potensi 40 ton/ha. Untuk memacu ketersediaan benih kentang di Indonesia perlu diterapkan inovasi teknologi yang bersinergis khususnya untuk melipatgandakan produksi benih sumber seperti: penerapan teknologi aeroponik pada stek hasil kultur jaringan, deteksi dini virus dan patogen lainnya menggunakan teknologi PCR, pemanfaatan mikrobia PGPR, bioaktivator, biopestisida, pupuk organik dan zat pengatur tumbuh nabati. Melalui pemanfaatan paket teknologi tersebut dan managemen benih secara terintegrasi diharapkan dapat mendukung ketersediaan benih kentang unggulan secara 7 tepat: jenis, varietas, jumlah, mutu, waktu, tempat dan harga. Selama kurung waktu 13 tahun, Center for Potato (CPS) Unhas telah melakukan berbagai aktifitas penelitian dan pengembangan ipteks kentang khususnya pengembangan teknologi ramah lingkungan. Untuk meningkatkan kapasitas produksi benih kentang di mitra Instalasi Kebun Benih di beberapa kabupaten dan perluasan jejaring (mitra baru) pada koridor Sulawesi, beberapa paket teknologi terkini diujicobakan untuk diterapkan dalam rangka menggenjot produksi benih kentang unggulan. Jika sebelumnya kemitraan hanya di 2 lokasi dengan sistem konvensial telah diproduksi 100.000 knol G0/tahun, maka hasil PUSNAS pada tahun I (2013) dapat ditingkatkan dan diperluas menjadi 5 mitra kabupaten di Sulsel dengan produksi 500.000 G0 dan selanjutnya di tahun 2014 bertambah menjadi 7 mitra dengan produksi berkisar 750.000 knol G0 beserta uji produksi benih G2 dilapang. Kegiatan tahun II (2014) dilangsungkan di 7 Kabupaten Mitra (5 kabupaten sebagai mitra sejak 2013 sebagai tahap ke-II dan 2 kabupaten mitra baru yaitu Mamasa dan Minsel sebagai tahap I). Kegiatan tersebut meliputi: 1. Di Laboratorium berupa: Penyediaan dan perbanyakan bibit kultur jaringan 7 varietas beserta uji kesehatan benihnya, perbanyakan starter dan formulasi bioaktifator, biopestisida dan penyediaan nutrisi untuk sistem aeroponik. 2. Di Instalasi Kebun Benih (IKB) dilakukan aklimatisasi dan perbanyakan stek di Green house dan Rumah kasa untuk memproduksi benih kentang G0 baik dengan sistem konvensional maupun sistem aeroponik 3. Dilapang, dengan melakukan demonstrasi area untuk percontohan produksi benih G2. Hasil akhir yang diperoleh di Tahun 2014 yaitu telah diproduksi benih sumber sebanyak 750.000 G0 dari 7 Mitra Kabupaten dan hasil pengembangan benih G2 dilapang dengan melakukan demontrasi area pada 5 kabupaten mitra dengan kisaran produksi mencapai 28,5-32,7 ton/ha. Mahasiswa yang dilibatkan dalam kegiatan penelitian ini (2013-2014) terdiri: 8 orang S3, 4 orang S2 dan 9 orang S1. Ditahun 2014 telah diselesaikan 4 orang Doktor, 3 Magister dan 3 S1. Beberapa hasil penelitian telah dipublikasikan baik pada tingkat seminar maupun pada jurnal internasional. Undangan sebagai keynote speaker antara lain pada 2 Seminar Perhimpunan Fitopatologi Indonesia (PFI) Wilayah Jokyakarta dan Sulawesi Tengah. Presentasi sebagai Invited Speaker pada Seminar Internasional telah dilakukan pada SEAG International Symposium, IPB Bogor

13-15 Agustus 2014 dan 2 lainnya pada International Symposium on Food and Agro-Biodiversity, Semarang 16-17 September 2014. Selain itu telah diterbitkan pada 8 artikel pada jurnal internasional (3 buah tahun 2013 dan 5 buah ditahun 2014) Teknologi dan produk teknologi berjumlah 7 buah yang telah digunakan pada ke 7 mitra khususnya pada sistem produksi benih sumber (G0) di tahun 2014 antara lain: bibit kultur jaringan 7 varietas bebas virus, Teknologi deteksi dini untuk patogen, Desain teknologi aeroponik untuk kentang, formulasi nutrisi aeroponik, formulasi mikrobia antagonis, bioaktifator dan Pestisida nabati. Dua sebelumnya diantaranya telah didaftarkan pada Ditjen HAKI Kementerian Hukum dan HAM dengan nomor: P.00201100890 dan nomor: P00201100889, sedang 1 varietas Kentang Lokal Kalosi telah terdaftar di Kementerian Pertanian dengan nomor: 0085/B.Kn/DKEKG/2013. Launching Peluncuran Varietas kentang Kalosi telah dilakukan oleh Bupati Kepala Daerah Tk II Enrekang pada Tgl 7 Januari 2014 di Masalle Enrekang. 4 Produk sedang dalam proses pendaftaran Merek yaitu: MIKROBAT sebagai Bioaktifator, NUTRILABIOTA sebagai Formulasi Nutrisi Hidroponik Kentang, SINBAT sebagai Pengendali Hayati Penyakit Tular tanah dan air, pupuk, PENA EMAS sebagai Pestisida Nabati untuk hama dan penyakit kentang.

Kata Kunci: Kultur jaringan, teknologi aeroponik kentang, deteksi dini, bioaktifator, mikrobia antagonis, pestisida nabati.

ABSTRACT:Availability of seed potatoes is far from adequate, only 10% of the national requirement of 120,000 tons / year (including imports). This situation give impact on the low productivity of potato, only 12 tons / ha of potential 40 tonnes/ha. To support the availability of seed potatoes, several technological innovation need to be applied such as: application of aeroponic technology from tissue culture cuttings, an early detection of viruses and other pathogens using PCR technique, use of Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR), bioactivator, biopesticides, organic fertilizer as well as botanical plant growth regulators. Through the utilization of these technology packages, it is expected can support the availability of seed potatoes in 7 seed rights: the type, variety, quantity, quality, time, place and price. Over the past 13 years, the Center for Potato Studies (CPS) of Hasanuddin University has conducted several research activities in the development of potato production through environmental friendly technologies. To increase the capacity of seed potato production in the Horticulture Seed Office (BBH) partners in 10 districts of Sulawesi corridor, some technology packages has been applied to improve the production of potato seed. Using conventional systems in two locations of previously partners (Malino and Enrekang), it produced only 50,000 knol of G0/year. In the first year of the project (2013) seed production can be improved and the partners are expanded into 5 districts in South Sulawesi with 500,000 knol G0 production. In 2014 the activities held at 7 District Partners (5 districts as partners since 2013 as phase II and 2 new partner districts namely Mamasa and Minsel as phase I). These activities include: 1. In the Laboratory include: Provision and tissue culture propagation of seedlings 7 seed health testing and its varieties, propagation starter and formulations of bioactifator, biopesticides and providing nutrients for aeroponics system. 2. In the Horticulture Seed Office (BBH) conducted acclimatization and propagation of cuttings in the Green house and the screen house to produce seed potatoes G0 not only through the conventional system and but also through aeroponics system 3. In the field, demonstration area was conducted for G2 seed production. A total production of Seed sources (G0) was obtained from 7 partners in 2014 aproximately 750,000 knol, whereas the productivity of basic seed (G2) was demonstrated in 5 districts partner with a range of 28.5 to 32.7 tonnes/ha. Students are involved in research activities (2013-2014)

comprises: 8 S3, 4 and 9 the S1 S2. Year 2014 has completed 4 people Doctor, 3 Masters and 3 S1. Several parts of these researches have been published both at the seminar as well as in international journals. As a keynote on 2 Seminar Indonesian Phytopathology Society (PFI) Jokyakarta Region and Central Sulawesi. Presentation as invited speaker at the International Seminar has been done on SEAG International Symposium, IPB Bogor 13 to 15 August 2014, and the International Symposium on Food and Agro-Biodiversity, Semarang 16 to 17 September 2014. In addition has published 8 articles in international journals (3 articles in 2013 and 5 articles in 2014). Technology and technology products amounted to 7 pieces that have been used in all seven partners, especially in seed production system resources (G0) in 2014, among others: 7 seed tissue culture virus-free varieties, technologies for the early detection of pathogens, Design aeroponic technology for potatoes, formulation aeroponic nutrients, microbial formulation antagonist, bioactifator and botanical pesticides. Two of them have been registered previously in the Directorate General of Intellectual Property Law and Human Rights Ministry to the numbers: P.00201100890 and number: P00201100889, 1 Local potato varieties (Kalosi) have been registered in the Ministry of Agriculture with the number: 0085 / B.Kn/DKEKG/2013. Launching Kalosi as new potato varieties have been carried out by Regency Goverment of Enrekang at January 7, 2014 in Masalle, Enrekang. Four product is in the registration process, namely: MIKROBAT as Bioactifator, NUTRILABIOTA as Hydroponics Nutrients for Potatoes, SINBAT as Biological control for soil and water borne pathogens, PENA EMAS as botanical pesticides for pests and diseases.

Keywords: Tissue culture, potato aeroponic technology, early detection, bioactifator, microbial antagonists, botanical pesticides

PENGEMBANGAN DAN PENYEBARAN BENIH JAGUNG BERENDOFIT BEAUVERIA BASSIANA UNTUK MENGENDALIKAN PENGGEREK BATANG (OSTRINIA

FURNACALIS)

Itji Diana Daud, Elkawakib, Darwis Ali dan Syatrianti Syaiful (RAPID)

ABSTRAKAwal kegiatan dimulai dengan eksplorasi larva Ostrinia furnacalis dan isolat Beauveria bassiana di lahan untuk mendapatkan viabilitas yang optimum. Telah dibuat benih berendofit 8 varietas yaitu Varietas: Arjuna (ARJ), Lamuru (LAM), Lagaligo (LAG), Sayang (SAY) , Bisma (BIS) , Batara (BAT), Sukmaraga (SUK) dan Gumarang (GUM). Penanaman benih dimulai bulan Mei sampai bulan Agustus 2014. Penanaman benih berendofit setiap varietas memanfaatkan lahan seluas 0.25 ha sehingga seluruh pertanaman jagung berendofit seluas 2,0 Ha Bisma 6.7 tons/ha, Sukmaraga 7.8 tons/ha, Arjuna 7.1 tons/ha, Lagaligo 7.5 tons/ha, Gumerang 6.8 tons/ha, Lamuru 6.2 tons/ha, Batara 6.2 tons/ha and Sayang 5.9 tons/ha. Hasil menunjukkan bahwa produksi yang tertinggi walaupun tidak berbeda nyata secara berturut–turut adalah varietas Sukmaraga, Lagaligo, Arjuna, Gumarang, Bisma, Lamuru, Batara dan Sayang. Kegiatan yang akan dilakukan adalah menanam pada 3 zona iklim yaitu Bone, Sidrap dan Bantaeng. Benih endofit F1 yang akan ditanam ada 4 (empat) varietas yaitu benih varietas Sukmaraga, Lagaligo, Arjuna dan Gumarang. Pemilihan varietas ini berdasarkan dari jumlah produksi yang lebih tinggi dari varietas Bisma, Lamuru, Barata dan Sayang. Sebagai kesimpulan penelitian ini : (1) Jagung komposit berendofit yang terpilih sebagai benih sebar yang akan dikembang sebagai unit bisnis didasarkan pada tingkat produksi tertinggi dari 4 varietas utama yaitu varietas Sukmaraga (7,8 ton/ha), varietas Lagaligo (7,5 ton/ha), varietas Arjuna (7,1 ton/ha), dan varietas Gumarang (6,8 ton/ha). ; (2) BEP-Unit adalah sama untuk semua varietas komposit karena total biaya produksi sama disebabkan perlakuan budidaya yang sama yaitu Rp. 8.498.750,-/ha, dan harga jual produk juga sama yaitu Rp. 2.200,-/kg.; dan (3) Petani jagung yang menggunakan benih komposit berendofit berpeluang lebih besar memperoleh keuntungan (profit) karena BEP- Harga yang terbaik dari 4 varietas terpilih, masing-masing adalah varietas Sukmaraga Rp. 1.089,58/kg, Lagaligo Rp. 1.133,67/kg, Arjuna Rp. 1.197,01/kg, dan varietas Gumerang Rp. 1.249,82/kg, semuanya adalah relatih jauh lebih rendah dari harga jual produk jagung di pasar lokal. Sebagai rekomenadasi yang ditawarkan : (1) Sebaiknya petani jagung meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan terbebas dari penggunaan insektisida tanpa mengabaikan tingkat produktivitas fisik yang tinggi yaitu dengan menggunakan jagung komposit berendofit yang terpilih sebagai benih sebar yaitu varietas Sukmaraga, varietas Lagaligo, varietas Arjuna, dan varietas Gumarang. Dan (2) 2. Dalam mengembangkan produk jagung yang terbebas dari insektisida dianjurkan menggunakan benih komposit berendofit dengan memperhatikan keseimbangan penggunaan pupuk walaupun dengan biaya produksi yang relative tinggi.

Kata kunci : Endofit, komposit, Ostrinia furnacalis dan Beauveria bassiana

PENINGKATAN PRODUKSI UDANG VANNAMEI (PENAEUS VANNAMEI) DI SULAWESI SELATAN MELALUI PEMANFAATAN PAKAN YANG

MURAH, EFISIEN DAN RAMAH LINGKUNGAN

The increasing of Vannamei Shrimp (Penaeus Vannamei) production by the utilization of cheap, efficient and eco-friendly feed in South Sulawesi

Zainuddin*, Siti Aslamyah dan Haryati

Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan PerikananUniversitas Hasanuddin, Makassar

*email : [email protected]

ABSTRAKKeberhasilan usaha budidaya udang vannamei antara lain ditentukan oleh kualitas pakan yang digunakan. Untuk menghasilkan pertumbuhan yang optimal, udang membutuhkan pakan dengan kandungan protein yang cukup tinggi. Namun demikian kandungan protein yang terlalu tinggi di dalam pakan sangat berpotensi menurunkan kualitas air media budidaya. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan meminimalkan kadar protein pakan dan menggatinya dengan karbohidrat dalam kadar yang lebih tinggi (protein-sparring effect by carbohydrates), sehingga energi yang diperoleh udang dari protein hanya dipergunakan untuk memaksimalkan pertumbuhan sedangkan energi untuk metabolisme dan aktivitas diperoleh dari karbohidrat. Hasil penelitian tahun pertama diperoleh komposisi pakan terbaik dengan meningkatkan karbohidrat hingga 43,86% dan menurunkan protein sampai 25%. Komposisi pakan buatan terbaik ini kemudian diperbandingkan dengan pakan komersil yang beredar di pasaran dan diuji cobakan langsung ke tambak pembesaran. Hasil penelitian tahun kedua menunjukkan bahwa pakan dengan level karbohidrat tinggi 43,86% memiliki kualitas yang setara dengan pakan udang komersil yang beredar di pasaran terhadap pertumbuhan, sintasan, FCR, komposisi kimia dan kadar glikogen tubuh udang vannmaei yang dibudidayakan di tambak rakyat. Pakan dengan karbohidrat tinggi terbukti memiliki kualitas yang sama sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas air tambak. Secara umum parameter yang diuji relatif sama namun demikian dengan level karbohidrat yang tinggi hingga 43,86% diyakini akan menurunkan harga pakan dan tetap ramah lingkungan. Sehingga tujuan penelitian untuk menghasilkan pakan yang murah, efisien dan ramah lingkungan dapat dicapai.

Kata kunci : FCR, karbohidrat, pakan, sintasan, vannamei

ABSTRACTThe successful effort of cultivation of vannamei shrimp is determined by feed quality used. To produce optimum growth, shrimps require high protein containing. However hyper-protein containing of feed is, potentially, to reduce the quality of water as cultivation media. One of way can be done is to minimize the protein-sparring effect of feed and to change it by protein-sparring effect by carbohydrates, so energy gained by shrimp from protein is used for growth maximizing, whereas energy for metabolism and activity are got from carbohydrates. The result of first year research was gotten the best feed composition to

increase carbohydrate till 43,86% and decrease protein till 25%. This best made-in of feed composition then compared with commercial feed on market and tested to enlargement pond directly. The result research of second year showed that feed by high level of carbohydrate 43,86% has equal quality with shrimp feed commercial by concerning growth, survival, food convertion ratio (FCR), chemical composition and body glycogen levels vannmaei shrimp farmed in people pond. Feed with a high carbohydrate proven to have equal quality so it has not a negative impact of water quality. In generally, the parameters tested are relatively the same as, nevertheless with a high carbohydrate to 43.86% convinced lowering the price of feed and stay eco-friendly. So the purpose of research is to produce cheap, efficient and eco-friendly feed can be achieved. . Keywords: FCR, feed, carbohydrates, survival, vannamei

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA EKSTRAK KOLAGEN LIMBAH TULANG AYAM BROILER MENGGUNAKAN JENIS BAHAN DAN WAKTU DEMINERALISASI BERBEDA

The Characteristics Physicochemical of Collagen Extract of Bone Waste of Broiler Using on The Different Materials and Demineralization Time

Muhammad Irfan Said, Effendi Abustam, Johana C.Likadja, Farida Nur YuliatiFakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar, Jl.Perintis Kemerdekaan Km. 10

Makassar 90245 Telp/Fax (0411) 587217 E-mail : [email protected]

ABSTRAK Tulang ayam merupakan salah satu limbah hasil pemotongan ternak ayam yang kaya dengan senyawa kolagen. Kolagen merupakan produk hidrokoloid sebagai hasil hidrolisis parsial dari jaringan hewan yang saat ini banyak dimanfaatkan dalam bidang pangan maupun farmasi. Proses demineralisasi tulang dalam proses produksi kolagen mempengaruhi sifatsifat secara kuantitatif maupun kualitatif. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi karakteristik ekstrak kolagen yang diproduksi menggunakan beberapa jenis bahan dan waktu proses demineralisasi berbeda. Materi utama berupa limbah tulang ayam ras pedaging (broiler), CH3COOH 1 M dan HCl 1 M. Desain penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 2x2 dengan 3 kali ulangan. Faktor I adalah dua jenis bahan demineralisasi (CH3COOH dan HCl), faktor II adalah dua waktu proses demineralisasi (48 dan 96 jam). Data dianalisis secara sidik ragam. Parameter yang diamati meliputi rendemen, kekuatan gel, viskositas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan jenis bahan dan waktu proses demineralisasi berbeda berpengaruh nyata (p<0,05) terhadap rendemen, namun tidak berpengaruh (p>0,05) terhadap nilai kekuatan gel maupun viskositas. Penggunaan HCl 1M memberikan hasil terbaik terkait nilai rendemen dibanding CH3COOH 1M pada penggunaan waktu proses 48 jam dan 96 jam.

Kata kunci : ekstrak, kolagen, tulang, ayam ras pedaging, demineralisasi

ABSTRACT Chicken bone is one of the results of poultry waste, which is rich in collagen. Collagen are products of hydrocolloid as a result of the partial hydrolysis of animal tissue, which, currently widely used in the foods and pharmaceutical fields. The properties of collagen both quantitative and qualitative from bone was affected by demineralization process. The purpose of this study was to evaluation the characteristics of collagen extracts, which produced by using types of materials and demineralization times different. The bone waste

of broiler, solution of CH3COOH 1 M dan HCl 1 M was used as materials of study. Completely randomized design (CRD) factorial a 2x2 with three replication was used as design of the study. The first factor was two type of materials (48 and 96 hours) and the second factor was two time of demineralization process (CH3COOH 1 M dan HCl 1 M). The data was analyzed by ANOVA. The yields, gel strength and viscosity was used as parameters in this study. The results of this study showed that the application of the type of materials and demineralization time significantly different (p<0.05) on the yields, but it had no effect (p>0.05) on the gel strength and viscosity value. The use of HCl 1M gave the best results compared CH3COOH 1M related on yields with processing time of 48 and 96 hours.

Key words : extract, collagen, bone, broiler, demineralization

PRODUKSI BENIH UDANG WINDU BEBAS VIRUS PADA PEMBENIHAN DAN PEMELIHARAANNYA DI TAMBAK DENGAN PENDEKATAN PENGELOLAAN

KESEHATAN UDANG SECARA TERPADU, DALAM RANGKA MENINGKATKAN PRODUKSI UDANG WINDU DI KORIDOR SULAWESI

Hilal Anshary, Sriwulan, SukendaFakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin

ABSTRAK Udang windu telah sejak lama dibudidayakan di Indonesia. Budidaya udang mencapai masa kejayaannya pada era tahun 80-an yang ditandai dengan banyaknya budidaya semi-intensif maupun intensif. Namun semenjak munculnya penyakit bakteri dan virus terutama virus WSSV produksi udang menurun sangat drastis dan saat ini budidaya udang windu hanya bias dilakakukan dengan pola yang sangat tradisional. Salah satu permasalahan penting yang dihadapi budidaya udang adalah sulitnya mendapatkan benur/benih udang yang berkualitas dan bebas dari virus. Produksi benur bebas virus sangat terkait dengan induk, karena induk yang terinfeksi virus dapat menularkan virus pada anaknya. Oleh karena itu, induk udang yang digunakan di pembenihan harus bebas virus dan memiliki kualitas yang baik dari segi fisik dan morfologi. Penelitian ini dilakukan dengan mengoleksi induk-induk udang dari berbagai lokasi di Sulawesi Selatan dan Sulawesi, dan hanya induk yang memenuhi standar SNI dari segi panjang dan berat yang diuji kondisi kesehatannya. Induk-induk tersebut ditampung secara terpisah. Induk pertama-tama diseleksi berdasarkan kondisi fisik dan morfologinya dan selanjutnya diskrining keberadaan virusnya, yaitu WSSV, MBV, HPV dan IHHNV dengan teknik multipleks PCR. Hanya induk yang fisik dan morfologinya bagus serta bebas virus yang digunakan dalam pemebenihan. Induk dirawat dan diberikan pakan cacing laut dan cumi-cumi dan selanjutnya setelah mencapai tingkat kematangan gonad (TKG) III induk dipindahkan pada bak peneluran. Larva udang diberi pakan berupa Skeletonema dan Spirulina, dan juga diberikan probiotik Bacillus dan Lactobacillus (produk INVE Sanolife). Peformance larva meliputi tahap perkembangan setiap stadia, sintasan, konsentrasi bakteri Vibrio spp pada media dan larva, serta keberadaan virus pada induk sebelum dan setelah memijah dan Post Larva. Tujuan jangka pendek penelitian ini adalah untuk menghasilkan benur bebas virus yang berkualitas, yang diperoleh dari induk yang bebas virus, melalui perbaikan penerapan teknik pembenihan. Tujuan jangka panjang adalah munculnya kesadaran dari para pembenih udang untuk dapat menghasilkan benur yang berkualitas dan bebas virus serta adanya kesadaran dari pembudidaya tambak untuk hanya menggunakan benur yang berkualitas dan bebas virus. Terwujudnya pusat pembenihan udang yang dapat menjamin tersedianya benur udang yang berkualitas serta bebas virus, serta dapat

mensuplai benur secara berkelanjutan. Hasil penelitian selama beberapa siklus menunjukkan bahwa induk yang diperoleh telah memenuhi syarat standar SNI dari segi ukuran, jumlah telur yang dihasilkan, derajat penetasan telur dan masa peneluran. Pada siklus pertama dari 30 ekor induk yang dideteksi ditemukan bahwa ada 6 induk yang terinfeksi virus, yaitu 2 ekor induk terinfeksi virus IHHNV dan 4 ekor induk terinfeksi virus MBV. Tidak ditemukan infeksi virus WSSV dan HPV pada induk udang. Dengan seleksi induk berdasarkan morfologi dan kesehatan, proses treatmen air yang baik, pemberian pakan yang berkualitas pada induk dan larva, dapat menghasilkan kualitas benur yang baik dari segi performance larva. Namun demikian, hasil pemeriksaan terhadap keberadaan virus pada post larva udang, ditemukan virus pada semua bak pemeliharaan larva, terutama virus MBV dan IHHNV dan tidak ditemukan virus WSSV dan HPV.

Kata Kunci: Induk udang windu, benih bebas virus, pembenihan, skrining, multipleks PCR

ABSTRACTTiger shrimp has long been cultivated in Indonesia. Shrimp cultivation reached its heyday in the era of the 80s when the shrimp production increased sharply. The shrimp was cultured in semiintensive and intensive culture systems. However, since the emergence of bacterial and viral diseases, especially WSSV, shrimp production decreased very rapidly and currently the tiger shrimp is only cultured in a very traditional system, commonly poly-cultured with milkfish. One of the important issues facing the shrimp farming industry is the difficulty of getting high quality of fry /shrimp seed and free from viruses. Production of virus-free seeds is strongly associated with the presence of high quality of spawners. Spawners infected by viruses may pass the virus to the offspring. Therefore, shrimp broodstocks used in the hatchery should be free of viruses and have good performance in both physically and morphologically. Shrimp broodstocks were collected from various locations in South Sulawesi. Only the spawners that meet SNI standards in terms of length and weight were further selected and tested for their health conditions. The broodstocks were separated individually according to its lot. Broodstocks were first selected based on physical and morphological performances and subsequently screened for the presence of viruses, i.e. WSSV, MBV, HPV and IHHNV with multiplex PCR technique. Only broodstocks that meet physical and morphological standard and free from viruses were used as spawners. The broodstocks were adapted to the new environment, fed with worms and squid. After reacing certain level of maturity, they were moved to a spawning pond. Shrimp larvae were fed with Skeletonema and Spirulina, and also commercial probiotic containing Bacillus and Lactobacillus (INVE Sanolife product) were applied to larvae. Peformance of the larval stage and its developmental stage, survival rate, concentration of Vibrio spp in the media and larvae, as well as the presence of the virus in the brooders before and after spawning and post larvae were tested. The aims of this research were to produce virus-free seeds through improvement of hatchery techniques. Long-term goal is the awareness of the fish farmers to produce high quality and virusfree seeds as well as the awareness of farmers to only use high quality and virus free seeds. The presence of broodstock center that can guarantee the availability of high seed quality and virus-free of shrimp seeds is expected to supply sustainably fry. The results of this research over several cycles showed that the broodstocks obtained fulfilled the SNI standards in terms of size and weight, number of egg produced, egg hatching and hatching period. In the first cycle, of the 30 brooders examined 6 were infected with viruses i.e. 2 were infected with IHHNV and 4 individual were infected with MBV. No infection of WSSV and HPV were found. Proper selection of broodstocks based on morphology and health condition, good water treatments processes, good quality of feed for broodstocks and larvae can produce high quality of larvae. However, the results showed that

all shrimp post larvae examined were infected by MBV and IHHNV, but no WSSV and HPV were found in the post larvae.

Key words: broodstock, virus-free seed, hatchery, screening, multiplex PCRPENGEMBANGAN TEKNIS BUDIDAYA PADI DAN PENGELOLAAN AIR BERBASIS MASYARAKAT UNTUK MENUNJANG STOK DAN LIBERALISASI PERDAGANGAN

PANGAN

The Development of Community-Based for Rice Cultivation Techlogy and Water Management to Support Food Stock and Trade Liberalization

A.Nixia Ternriawaru, Mahyuddin, Iqbal dan Agussalimemail:[email protected]

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk 1) menganalisis permasalahan teknis, sosial dan ekonomi yang dihadapi oleh P3A dalam pemanfaatan dan pengelolaan air irigasi dan air non-irigasi; 2) menganalisis perbandingan kelebihan dan kekurangan antar sistem tanam hambur dan sistem tanam pindah, termasuk system legowo; 3) menganalisis perbandingan kelebihan dan kekurangan antar usahatani yang dilakukan dengan menggunakan mesin tanam dan tanpa mesin tanam serta mesin panen dan tanpa mesin panen; dan 4) merancang model pengembangan integrasi pengelolaan teknologi pertanian berbasis masyarakat. Penelitian dilaksanakan pada dua kabupaten sebagai sentra produksi beras di Sulawesi Selatan, yaitu Kabupaten Pinrang dan Wajo. Dua kelompok tani yang dipilih di Kabuaten Pinrang yang diharapkan dengan mudah menerapkan tehnis budidaya karena ditunjang dengan ketersediaaan air pengairan, dua kelompok tani di Kabupaten Wajo yang diharapkan dapat menerapkan SRI karena ketersediaan hujan terbatas, satu kelompok diantaranya memenuhi air kebutuhan air dengan memompa air dari sungai sehingga dapat melakukan dua kali tanam padi dan satu kelompok lainnya menanam satu kali setahun karena hanya mengandalkan air hujan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan tehnis budidaya padi belum optimal karena tidak ditunjang ketersediaan atau pengelolaan sumberdaya pengairan yang tidak efisien karena terjadi pendangkalan pada saluran sekunder, suplai air dari saluran sekunder tidak lancar, pintu air diatur secara bebas oleh petani, beberapa saluran tersier rusak atau dimatikan oleh petani, banyak petani yang membuat balombong, tenaga pengatur pintu air yang kurang; organisasi P3A belum berfungsi secara optimal disebabkan koordinasi antar kolompok P3A dan P3AT yang belum berfungsi. Hasil uji coba penggunaan mesin tanam di KT Macinnae mendorong petani lainnya menggunakan mesin tanam, termasuk salah satu anggota KT Padaidi pada musim tanaman gadu. Petani menggunakan tabur langsung (tabela) karena tidak ada tenaga kerja tanan dan jarak tanam tetap ada, termasuk mudah dilakukan pada daerah sawah hujan. Sebaliknya, petani yang menggunakan system hambur benih secara serempak pada satu hamparan sawah hingga 100 hektar bertujuan untuk menyesuaikan dengan ketersediaan air hujan, waktu serangan hama, dan waktu panen. Panen padi dilakukan dengan mesin panen combine pada daerah yang rata dan tanaman serempak dan power tresher pada lahan sempit dan tidak serempak. Upah panen power tresher lebih mahal dibandingkan dengan combine harverster. Berdasarkan variasi system tanam dan ketersediaan air, teknologi budidaya padi legowo, SRI, dan penggunaan mesin tanam dapat dilakukan melalui uji coba system demonstrasi plot (Demplot).

Kata Kunci: Pengelolaan air, sistem pipa dan pompa, sistem tanam, sistem panen

ABSTRACTThe objectives of the study were to analyze 1) the technical, social and economic problems of the P3A in the water utilization and management of irrigation and non-irrigation; 2) comparison of the advantages and disadvantages between the scattering cropping systems and crop establishment system, including legowo system; 3) comparison of the advantages and disadvantages between the farming done by using a transplanter machine and no transplanter machine and harvesting and without harvesting machine; and 4) designing a model of the development of the integration of community-based management of agricultural technology. The study was conducted in two districts as centers of rice production in South Sulawesi, namely Pinrang and Wajo. Two farmer groups selected in Pinrang expected to easily apply technical cultivation because it is supported by the availability of irrigation water, the two farmer groups in Wajo expected to apply SRI due to limited availability of rain, a group of them meet the water needs of water by pumping water from the river so as to conducted two planting rice and other plant group once a year because it only relies on rainwater. The results showed that the application of technical cultivation of paddy is not optimal because it is not supported the availability of water or in effcient of water resources management due to silting in the secondary channel, the water supply from the secondary channel is not smooth, the floodgates set freely by farmers, some tertiary canals damaged or disabled by farmers, many farmers who make balombong, power regulator sluice less; P3A organization is not functioning optimally due to coordination between P3A and GP3A kolompok does not work. The results of the use of machine planting testing in Macinnae FG encourage other farmers using planting machines, including one member of the Padaidi FG in the second crop season. Farmers using direct sowing (seeded) because there is no labor with spacing planting, including the easily implemented on rainy paddy field area. Conversely, farmers who use the system simultaneously scattering seeds on the rice fields up to 100 acres aims to adjust to the availability of rain water, pest attack time, and time of harvest. Rice harvest is done by combine harvesting machine on a flat area and in unison plant and power tresher on less land, and not in unison plant. Wages harvest power tresher more expensive than the combine harverster. Based on the variation of cropping systems and the availability of water, the rice cultivation technologies of legowo, SRI, and use of machine planting can be done through the system of demonstration test plots (Demplot).

Key words: Rice planting system, water management, harvest system

PENINGKATAN PRODUKSI DAN KUALITAS PADI DENGAN PENGENDALIAN HAMA BERBASIS KONSERVASI

DAN SUMBER DAYA ALAMI

The increasing of rice production with conservation of the natural enemies of pests

Tamrin Abdullah , Ahdin Gassa Nurariaty Agus dan Abdul Fattah Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin

ABSTRAKTujuan jangka panjang penelitian adalah menghasilkan formulasi pola optimalisasi peran musuh alami (predator/ parasitoid) melalui konservasi untuk pengendalian hama padi yang efektif berjangka panjang, ramah lingkungan, murah dan mudah diterapkan petani. Dalam

tahun kedua ini penelitian diarahkan untuk mengkaji dinamika perkembangan populasi serangga hama dan arthropoda predator pada pertanaman padi yang pematang sawahnya ditanami kacang hijau serta hubungan kehadiran parasitoid hama padi dengan pertumbuhan tanaman kedelai di pematang sawah. Hasil penelitian tahun kedua ini menunjukkan bahwa populasi serangga hama lebih rendah pada pertanaman padi yang pematangnya ditanami kacang hijau daripada di pertanaman padi dengan pematang sawah tanpa tanaman. Hal tersebut berhubungan dengan populasi arthropoda predator yang lebih tinggi pada pertanaman padi yang pematangnya ditanami kacang hijau daripada di pertanaman padi dengan pematang sawah tanpa tanaman. Keberadaan parasitoid Tetrastichus schoenobii dan Apanteles sp. pada pertanaman padi tampak tidak dipengaruhi oleh perkembangan jumlah pucuk, bunga, dan polong kedelai di pematang sawah, akan tetapi mengingat nilai ekonomi produksi dan kebutuhan benih kedelai, maka penanam kedelai di pematang sawah tetap layak dipertimbangkan pada lokasi tertentu sesuai selera petani setempat.

Kata kunci: konservasi, predator, parasitoid, padi

ABSTRACTIn the second year of this research is directed to examine the dynamics of population growth and arthropod predators of insect pests in rice crops are planted green beans of their rice fields, and the relationship of parasitoid with the presence of soybean plants growing in the rice field. The results of this study indicate that the insect pest population was lower in the paddy crop planted green beans than in the rice with the rice field without plants. It is associated with arthropod predator population is higher in the paddy crop planted green beans than in the rice with the rice field without plants. The existence of parasitoids Tetrastichus schoenobii and Apanteles sp. for rice cultivation seems not influenced by the number of buds, flowers, and pods of soybean in the rice field.

Keywords: conservation, predators, parasitoids, rice

PENINGKATAN KUALITAS DAGING DAN RENDEMEN PRODUK DAGING OLAHAN MELALUI PENAMBAHAN TEPUNG ASAP CAIR DAN KOLAGEN HIDRATASI TULANG SAPI SEBAGAI

BAHAN PENGIKAT DAN PENGAWET ALAMI RAMAH LINGKUNGAN

(Improving the quality of meat and yields of processed meat products through addition of liquid smoke flour and collagen of bovine bone hidration as natural binder and

preservatives that friendly environment)

Effendi Abustam, Muh. Irfan SaidMuhammad Yusuf, Hikmah M. Ali Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

ABSTRAK Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah pengurangan jumlah daging yang digunakan pada pembuatan produk daging olahan melalui peningkatan sifat fungsional daging sebagai bahan baku yang diakibatkan oleh meningkatnya rendemen dan kualitas daging dan produk daging olahan. Diversifikasi bentuk penggunaan asap cair ke bentuk tepung melalui pengeringan beku, pengeringan semprot dan pengeringan oven serta penambahan kolagen hidratasi tulang sapi pada daging sapi Bali, kerbau dan produk daging olahan (bakso) dalam rangka peningkatan rendemen dan kualitas produk, diharapkan akan mengurangi jumlah daging yang digunakan dalam pengolahan dan meningkatkan daya tahan produk. Asap cair

sebagai bahan pengikat dan pengawet alami menggantikan boraks dan formalin serta bahan antioksidan kimiawi lainnya pada daging segar dan produk daging olahan telah dilakukan sebelumnya dimana pemanfaatan asap dalam bentuk cair pada pembuatan bakso tidak selalu signifikatif sebagai bahan pengawet pada perlakuan level pemberian yang berbeda. Namun demikian asap cair efektif dalam menghambat ketengikan, meningkatkan sifat reologi, mempertahankan daya simpan daging dan produk olahannya. Penelitian akan dilakukan selama 3 tahun dimana tujuan khusus tahun pertama adalah melihat interaksi antara tiga teknik pengeringan tepung asap cair dengan tiga level pemberian tepung asap pada produk bakso sapi, bakso kerbau, daging sapi Bali dan kerbau segar selama penyimpanan 21 hari. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acap lengkap (RAL) pola faktorial 3 x 3 x 4 (faktor pertama: kering oven, kering beku, dan kering semprot; faktor kedua level pemberian: 0%, 1%, dan 2% dari berat daging (b/b); faktor ketiga lama penyimpanan: 0 hari, 7 hari, 14 hari, dan 21 hari). Setiap perlakuan diulang 3 kali masing-masing pada produk bakso, daging segar pascarigor bagian has luar (Otot Longissimus dorsi) dari sapi Bali jantan umur 3 tahun dan kerbau umur 5 tahun. Parameter yang diukur pada daging segar dan produk daging olahan adalah pH awal dan akhir, daya ikat air, warna daging sistim Hunter (L*, a*, dan b*), daya putus daging, analisis mikrostruktur, uji TBA dan uji TPC. Sementara pada daging masak suhu 800C selama 15 menit dilakukan pengukuran susut masak, uji organoleptik (keempukan, kebasahan, sisa residu pengunyahan, dan intensitas flavor). Hasil penelitian memperlihatkan 1. Karakteristik daging sapi Bali: jenis tepung asap memberikan hasil kurang lebih sama pada semua parameter daging sapi Bali. Semakin tinggi level tepung asap pada 2%; pH semakin menurun mencapai pH 6.13, DIA mencapai 28.50%, nilai L* (kecerahan warna) semakin meningkat mencapai 39.77%, nilai a* (kemerahan) dan nilai b* (kekuningan), DPD kurang lebih sama, TBA meningkat mencapai 0.64 MDA/kg, dan total koloni bakteri menurun mencapai 1.43x106. Semakin lama penyimpanan pH meningkat mencapai pH 6.35 pada 14 hari, nilai L* dan b* meningkat nilai b* menurun, daging semakin empuk; DPD mencapai 1.16 kg/cm2 pada 21 hari, susut masak meningkat mencapai 25,.57% pada 14 hari. Total koloni bakteri meningkat mencapai 2.43x107 pada 21 hari. 2. Karakteristik daging kerbau: tepung asap kering beku memberikan nilai b* paling tinggi dan tepung asap kering semprot memberikan nilai TBA paling rendah mencapai 0.18 mg MDA/kg. Pada level tepung asap 2% pH mencapai 5.99, DIA kurang lebih sama, warna L* semakin cerah, warna a* semakin menurun sebesar 12.08%, warna b* kurang lebih sama, DPD semakin menurun; perbaikan keempukan 30.32% pada 14 hari, nilai TBA meningkat mencapai 0.40 mg MDA/kg, total koloni bakteri menurun mencapai 87% (2.02x106 cfu/g). Semakin lama penyimpanan pH meningkat mencapai pH 6.26, TBA mencapai 0.18 mg MDA/kg pada 21 hari, susut masak menurun mencapai 16.54% dan total koloni bakteri meningkat mencapai 2.73x106 cfu/g pada 14 hari. 3. Karakteristik bakso daging sapi Bali: Total koloni bakteri menurun mencapai 83.2% pada level 2%. Semakin lama penyimpanan terjadi penurunan nilai DPB mencapai 0.41 kg/cm2 dan nilai TBA mencapai 0.015 mg MDA/kg, sementara total koloni bakteri meningkat mencapai 5.66E+07 cfu/g pada penyimpanan 21 hari. 4. Karakteristik bakso daging kerbau: semakin meningkat level tepung asap nilai DPB menurun mencapai 0.30 kg/cm2 dan total koloni bakteri mencapai 1.27E+06 cfu/g pada level 2%. Semakin lama penyimpanan, nilai TBA semakin meningkat mencapai 0.014 mgMDA/kg pada penyimpanan 21 hari. 5. Karakteristik organoleptik bakso: skor keempukan dan kekenyalan bakso daging kerbau lebih tinggi dari bakso daging sapi Bali. Sementara skor residu pengunyahan bakso daging kerbau lebih rendah dari bakso daging sapi Bali. 6. Karakteristik kimiawi senyawa tepung asap: penambahan tepung asap level 2% menghasilkan kadar fenol, asam asetat, dan air lebih tinggi pada daging sapi Bali segar sementara kadar karbonil lebih tinggi pada bakso daging sapi Bali. Tepung asap kering beku menghasilkan kadar karbonil yang lebih tinggi mencapai 0.46%. 7. Dapat disampulkan bahwa

tepung asap kering beku level 2% dapat ditambahkan pada daging segar dan produk daging olahan sebagai bahan pengawet alami dan ramah lingkungan.

Kata Kunci :

ABSTRACT The long term objective of this study was to reduce the amount of meat used in making processed meat products through improvement of functional properties of meat as raw material which is that caused by increase of the yield and quality of meat and processed meat products. Diversified forms of the using liquid smoke to powder form through freeze drying, spray drying and oven drying and the addition of collagen bovine bone hydration in Bali beef, buffalo and processed meat products (meatballs) in order to improve the yield and quality of the products, is expected to reduce the amount of meat used in the processing and improve the durability of the product. Liquid smoke as a natural binder and preservative replace borax and formaldehyde and other chemical antioxidant ingredients on fresh meat and processed meat products has been done before in which the use of liquid smoke on making meatballs is not always significant as preservatives in the treatment of different levels of administration. However, liquid smoke is effective in inhibiting rancidity, improving rheological properties, maintaining the storage duration of meat and its processed products. The study will be conducted during three years period in which the objective in the first year was to know the interaction between the three drying techniques of flour liquid smoke with three levels of flour liquid smoke on products of beef meatballs, buffalo meatballs, fresh Bali beef and buffalo during storage of 21 days. The study was designed using a complete randomized design (CRD) of factorial pattern 3 x 3 x 4 (first factor: oven dried, freeze dried and spray dried; the second factor: flour liquid smoke levels: 0%, 1%, and 2% of the weight of the meat (w / w); the third factor storage duration: 0, 7, 14, and 21 improving days). Each treatment was repeated three times of each of the meatballs product, outer part of postrigor fresh meat (Longissimus dorsi muscle) of male Bali cattle aged 3 years and 5 years old of buffalo. Parameters measured on fresh meat and processed meat products were pH at the start and the end, water holding capacity (WHC), meat color of Hunter system (L*, a*, and b*), shear force of the meat, microstructure analysis, TBA and TPC tests. While the cooked meat at temperature of 80°C for 15 min was measured cooking loss, organoleptic test (tenderness, wetness, residue of mastication, and the intensity of the flavor). The results of this study showed 1. Characteristics of Bali beef: Type of flour liquid smoke showed approximately similar results from all parameters of Bali beef. Higher levels of flour smoke on 2%; the pH was decreased, reaches pH of 6.13, WHC reached to 28.50%, the value of L* (brightness) was increased to 39.77%, the value of a* (redness) and b* value (yellowness), shear force value was relatively similar, TBA increased to 0.64 MDA/kg, and the total bacterial colonies decreased reaching 1.43x106. The longer of the storage increased the pH to 6.35 during 14 days, the value of L* and b* were increased while value of b* was decreased, the meat was more tender; shear force value reached up to 1.16 kg/cm2 at 21 days, cooking losses increased to 25.57% in 14 days. Total bacterial colonies increased to 2.43x107 at 21 days. 2. Characteristics of buffalo meat: smoked freeze dried powder showed the highest value of b* and flour spray dried smoked showed lowest TBA value reached at 0.18 mg MDA/kg. At the level of 2% smoked flour, the pH reached 5.99, WHC was relatively similar, the color of L* was brighter, a* color decreased at 12.08%, b* color showed relatively similar, the shear force had declined; improvement of tenderness at 30.32% during 14 days, TBA value increased to 0.40 mg MDA/kg, total bacterial colonies was decreased reaching 87% (2.02x106 cfu/g). The longer of the storage duration, the pH increased to 6.26, TBA reached 0.18 mg MDA/kg in 21 days, cooking losses falling to 16.54% and total bacterial colonies increased to 2.73x106 cfu/g at 14 days. 3. Characteristics of Bali

beef meatballs: Total bacterial colonies decreased to 83.2% at the level of 2%. The longer of the storage duration decreased shear force value that reached to 0.41 kg/cm2 and TBA value reached 0.015 mg MDA/kg, while the total bacterial colonies increased to 5.66E + 07 cfu/g at 21 days of storage. 4. Characteristics of buffalo meatballs: increased levels of flour smoke, the shear force value decreased and reached to 0.30 kg/cm2 and total bacterial colonies reached 1.27E + 06 cfu/g at the level of 2%. The longer of the storage, the TBA value increased to 0.014 mgMDA/kg at 21 days of storage. 5. Characteristics of meatballs organoleptic: tenderness and firmness scores of buffalo meatballs had higher than those of Bali beef meatballs. While scores of buffalo meatballs mastication residue was lower than that of Bali beef meatballs. 6. Characteristics of chemical compounds of flour Smoke: Addition of smoke flour at the level of 2% produced higher level of phenol, acetic acid, and water in fresh Bali beef while carbonyl levels were higher in Bali beef meatballs. Freeze dried of flour smoke produced higher levels of carbonyl and reached 0.46%. 7. It can be concluded that freeze dried of flour smoke at the level of 2% can be added to fresh meat and processed meat products as a natural preservative and environmentally friendly.

Keywords :

EVALUASI KEMURNIAN GENETIK SAPI BALI DI SULAWESI SELATAN BERDASARKAN IDENTIFIKASI FENOTIPE DAN DNA PENCIRI MIKROSATELIT

Lellah Rahim, Muhammad IhsanAndiDagong, Rr Sri RachmaAprilitaBugiwatidan Muhammad Hatta

Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

ABSTRAKSapi Bali sebagai sapi asli Indonesia merupakan salah satu kekayaan plasma nutfah yang perlu dijaga kelestariannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi tingkat kemurnian genetik sapi Bali di sentra pemurnian sapi Bali di Sulsel (Kab. Bone dan Barru) serta membandingkan keragaman genetik sapi Bali dengan sapi hasil persilangan dengan breed exotic dari daerah sentra IB/persilangan (Kab. Bantaeng dan Sidrap). Sampel sapi Bali dan sapi hasil persilangan dikoleksi dari daerah sentra pemurnian sebanyak 200 sampel (80 sampel dari Kabupaten Barru dan 120 sampel dari Kab. Bone) dan sentra persilangan sebanyak 48 sampel sebagai sumber DNA pembanding sehingga total sampel yang akan digunakan sebanyak 248 sampel. Adapun metode yang digunakan untuk mengevaluasi tingkat kemurnian genetik sapi Bali akan dilakukan dalam dua tahapan yakni tahap pertama adalah identifikasi kemurnian genetik sapi Bali berdasarkan karakteristik fenotipe khas sapi Bali seperti pola warna bulu, bentuk tanduk serta warna khas sapi Bali seperti warna bulu. Kemudian tahap kedua adalah identifikasi kemurnian genetik sapi Bali dengan DNA mikrosatelit lokus HEL9 dan INRA035 dengan mengamplifikasi lokus mikrosatelit dengan menggunakan teknik PCR. Keragaman alel mikrosatelit ditentukan berdasarkan variasi pita alel yang ada. Kemudian dihitung frekuensi masing-masing alel setiap lokus. Secara kualitatif umumnya mempunyai pola warna tubuh yang normal yaitu 72,5% sedangkan pola warna tubuh yang menyimpang dari normal yaitu 27,5%. Bentuk tanduk sapi jantan pada umumnya berbentuk silak Bajeg sedangkan pada sapi betina berbentuk silak manggul gangsa. Persentase genotipe lokus mikrosatelit INRA035 yaitu AB sebanyak 96% dan BC sebanyak 3,8%. Menunjukkan bahwa frekuensi genotipe INRA035 dalam keadaan ketidakseimbangan pada hukum Hardy-Weinberg. Pola warna bulu dan bentuk tanduk tidak dapat dijadikan sebagai penanda kemurnian genetik sapi Bali. Berdasarkan mikrosatelit lokus INRA035.

Proporsi alel A pada lokus HEL09 pada sapi Bali di kabupaten Barru 50% lebih rendah dari sapi Bali di provinsi Bali yang mencapai 92,9% yang dilaporkan oleh peneliti lain sebelumnya. Persentase genotipe AB pada sapi Bali di Kabupaten Barru adalah 100%. Sedangkan frekuensi yang ditemukan di Kab. Bone untuk Alel A (0,5083), B (0,4876)dan C (0,0041). Frekuensi genotipe AA (0,0248), AB (0,9670) dan BC (0,0082). Sedangkan untuk populasi sapi persilangan diperoleh frekuensi alel yakni untuk alel A (0.354), alel B (0.489) dan alel C (0.156), dimana proporsi alel C yang lebih besar dibandingkan pada populasi sapi Bali. Dapat disimpulkan bahwa berdasarkan keragaman alel lokus HEL9 dan INRA035 di kedua wilayah pemurnian sapi Bali (Bone danBarru) terdapat alel-alel yang bukan spesifik sapi Bali.

Kata Kunci :Sapi Bali, Kemurnian, Fenotipe, Lokus Mikrosatelit, Penciri Genetik

ABSTRACTBali cattle as native cattle to Indonesia is one of the genetic resources that needs to be preserved. The aim of this study is to evaluate the level of genetic purity of Bali cattle in Bali cattle refining centers in South Sulawesi province (district. Bone and Barru) and compare the genetic diversity of Bali cattle with cow from crosses with exotic breeds from central areas of AI / crosses (Bantaeng and Sidrap ). Samples of Bali cattle from crosses collected from the central areas of the purification of 200 samples (80 samples from Barru and 120 samples from the District. Bone) and crosses center as much as 48 samples as a source of comparison so that the total DNA sample to be used as much as 248 samples. The method used to evaluate the level of genetic purity of Bali cattle will be conducted in two phases ie first stage is the identification of the genetic purity of Bali cattle based phenotypic characteristics typical of Bali cattle such as coat color patterns, shapes,and typical horn. Then the second stage is the identification of the genetic purity of Bali cattle with DNA microsatellite loci (locus INRA035 and HEL9) with microsatellite loci amplified using PCR techniques. Allelic diversity of microsatellite alleles is determined by variations in the existing tape. Then calculated the frequency of each allele of each locus. Qualitatively generally have a normal body color pattern that is 72.5% while the body color patterns that deviate from the normal 27.5%. Bull horn shape is generally shaped SilakBajeg while the cow-shaped Silakmanggulgangsa. Percentage genotype microsatellite loci INRA035 namely AB, BC as much as 96% and as much as 3.8%. Showed that the genotype frequencies in a state of imbalance INRA035 the Hardy-Weinberg law. The pattern of coat color and horn shape can not be used as a marker of genetic purity of Bali cattle. Based on microsatellite loci INRA035. The proportion of allele A at locus HEL09 Bali cattle in the district Barru 50% lower than the province of Bali cattle in Bali, which reached 92.9% that reported by other researchers before. The percentage of genotype AB in Bali cattle in Barru is 100%. While the frequency found in the district. Bone for allele A (0.5083), B (0.4876) and C (0.0041). The frequency of the AA genotype (0.0248), AB (0.9670) and BC (0.0082). As for the population of crossbred cows obtained the allele frequency for allele A (0354), allele B (0489) and the C allele (0.156), where the proportion of allele C greater than the population of Bali cattle.

Key Words :Bali cattle, Genetic purity, Phenotype, MicrosatteliteLoci, Genetic Marker

PENINGKATAN NILAI TAMBAH LIMBAH KAKAO SEBAGAI PUPUK ORGANIK DAN PAKAN TERNAK MELALUI PEMANFAATAN BIOAKTIVATOR UNGGUL ISOLAT LOKAL

SEBAGAI DEKOMPOSER

Tutik Kuswinanti, Melina, Sartika Dewi, Jamila Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin

ABSTRAK Kulit buah kakao merupakan limbah utama dari tanaman kakao yang dapat dimanfaatkan baik sebagai pupuk organik maupun pakan ternak. Untuk luas lahan sebesar 972.400 hektar dapat menghasilkan coklat sebanyak 572,9 ribu ton, sedangkan limbah yang dihasilkan mencapai 1.876.600 ton/tahun. Namun demikian, hanya 94.515 ton limbah yang telah dimanfaatkan. Kandungan hara mineral kulit buah kakao cukup tinggi, khususnya hara Kalium dan Nitrogen. Sebanyak 61% dari total nutrien buah kakao disimpan di dalam kulit buah. Kandungan hara kompos yang dibuat dari kulit buah kakao adalah 1,81 % N, 26,61 % C-organik, 0,31% P2O5, 6,08% K2O, 1,22% CaO, 1,37 % MgO, dan 44,85 cmol/kg KTK. Aplikasi kompos kulit buah kakao terbukti dapat meningkatkan produksi hingga 19,48%. Dilain pihak, limbah tanaman kakao yang sangat melimpah ini jika tidak dikelola dengan baik akan memicu berbagai masalah yang serius seperti sumber pencemaran lingkungan (gas methana, CO2 dan NO2) dan yang utama adalah menjadi tempat berkembangbiaknya Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) seperti patogen busuk buah kakao (Phytopthora palmivora), kanker batang (Diplodia sp) dan beberapa jenis hama. Kebanyakan petani hanya menimbun sisa hasil panen dan limbah lainnya disekitar pertanaman, sehingga menciptakan kondisi yang optimal bagi berkembangnya patogen. Penelitian kami sebelumnya (Sinta, 2007, Penelitian Prodi, 2012), menunjukkan bahwa cendawan Trichoderma sp, bakteri Bacillus sp, Lactobacillus sp, Actinomyces, Pseudomonas sp dan beberapa jenis bakteri lainnya ditemukan berasosiasi dalam perombakan limbah kakao. Dari 25 isolat jamur pelapuk yang diuji, hanya terdapat 7 isolat yang potensil dalam menghasilkan sejumlah enzim perombak (selulase, proteinase, lignase dan amilase), selanjutnya dari uji pertumbuhan pada media sintetik dan media organik, diperoleh 3 isolat jamur pelapuk yang paling cepat pertumbuhannya serta memiliki kemampuan yang tinggi dalam mendekomposisi sekam padi, jerami padi, kulit buah dan daun kakao. Hasil penelitian tahun pertama menunjukkan bahwa pertumbuhan 7 isolat-isolat jamur pelapuk yang diuji pada media MPA paling baik diamati pada isolat JM, MKS dan KSH. Perlakuan dengan kombinasi 3 jenis jamur pelapuk dan biostarter dari kelompok bakteri pada media kulit kakao dapat menurunkan kadar lignoselulosa lebih besar dibanding dengan pemberian secara tunggal. Perbandingan pemberian secara tunggal dan kombinasi isolat dekomposer juga telah dilakukan pada limbah kulit kakao skala lapang terbatas. Hasil pengujian menunjukkan bahwa nilai kadar N, P, dan K pada perlakuan secara kombinasi cenderung lebih tinggi dibandingkan aplikasi tunggal. Rasio C/N pada perlakuan kombinasi juga lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan tunggal yang berarti proses penguraian bahan berlangsung lebih cepat. Bentuk formulasi untuk dekomposer kelompok bakteri dibuat dalam bentuk cair, sedangkan untuk dekomposer dari kelompok jamur dibuat dalam formulasi bentuk padatan dengan menggunakan media organik serbuk kayu yang dicampur dengan dedak dan kapur. Kedua bentuk formulasi dan cara aplikasinya pada limbah kakao telah disosialisasikan kepada kelompok tani di Kec. Eremerasa, Kab. Bantaeng. Hasil penelitian tahun kedua

menunjukkan bahwa jamur pelapuk dan formulasi bakteri yang diberikan secara kombinasi pada media kulit kakao dapat menurunkan kadar lignoselulosa lebih besar dibanding dengan pemberian secara tunggal. Perbandingan pemberian secara tunggal dan kombinasi isolat dekomposer juga telah dilakukan pada limbah kulit kakao skala lapang terbatas. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kadar N, P, dan K pada perlakuan secara kombinasi cenderung lebih tinggi dibandingkan aplikasi tunggal. Rasio C/N pada perlakuan kombinasi juga lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan tunggal yang berarti proses penguraian bahan berlangsung lebih cepat. Pengujian kemampuan jamur pelapuk dalam menghambat pertumbuhan P. palmivora menunjukkan bahwa Trichoderma memiliki kemampuan terbaik dalam menghambat patogen, disusul oleh isolat jamur tiram (P. ostreatus) dan Trametes sp. Hasil yang sedikit berbeda diperoleh pada pengujian dengan isolat L. theobromae dimana isolat P. ostreatus tidak mampu memberikan penghambatan yang nyata. Bentuk formulasi untuk dekomposer kelompok bakteri dibuat dalam bentuk cair, sedangkan untuk dekomposer dari kelompok jamur dibuat dalam formulasi bentuk bubuk menggunakan campuran bentonit, kaolin serta beberapa bahan tambahan. Uji viabilitas pada bulan pertama hingga bulan kedua masa penyimpanan menunjukkan tidak adanya penurunan pertumbuhan bahan aktif jamur pelapuk yang diuji. Hasil pengomposan limbah kakao telah diujikan pada bibit tanaman kakao untuk mengetahui efektivitasnya sebagai pupuk organik. Pengujian pada bibit tanaman kakao menunjukkan bahwa pada pemberian kompos kulit kakao tidak diperoleh adanya pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman, namun berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun yang terbentuk. Diharapkan melalui penyuluhan pada kelompok tani, partisipasi kelompok tani lainnya akan semakin besar. Dari penelitian tahun pertama dan kedua telah diperoleh bentuk formulasi biodekomposer unggulan dari kelompok bakteri, jamur pelapuk putih dan coklat yang dapat dimanfaatkan dalam pengelolaan limbah kakao secara optimal.

Kata kunci: limbah kakao, dekomposer, pengembangan formulasi ABSTRACT Cocoa pod husks is a major waste of cocoa plants that can be used either as an organic fertilizer or animal feed. For a land area of 972.400 hectares, can produce beans as much 572.900 tons, and generate waste reached 1.8766 million tons/year. However, only 94.515 tonnes of waste that has been used. Mineral nutrient content of cocoa pod husk is quite high, especially potassium and nitrogen. A total of 61% of the total nutrients stored in the cocoa pod. Nutrient content of compost made from cacao pod husks was 1.81% Nitrogen, C organic 26.61%, 0.31% P2O5, 6.08% K2O, 1.22% CaO, 1.37% MgO, and 44 , 85 cmol/kg CEC. Application of pod husk compost proven can increase production up to 19.48%. On the other hand, very abundantly cocoa biomass in the field if not managed properly will lead to many serious problems such as environmental pollution source (methane, CO2 and NO2) and mainly as the proliferation place of Plant Pest Organisms (OPT) such as fruit rot pathogens of cocoa (Phytopthora palmivora), stem cancer (Diplodia sp) and several kinds of pests. Most farmers are hoarding the crops residues and other wastes around the crop, thus creating an optimal conditions for the growth of pathogens. Our previous study (SINTA, DIKTI 2007, PRODI, 2012), showed that Trichoderma sp, Bacillus sp, Lactobacillus sp, Actinomyces, Pseudomonas sp and several other bacterial species found associated in decomposing process of cocoa waste. Of the 25 fungal rot isolates tested, there are only 7 isolates have potential in producing decomposer enzymes (cellulases, proteinase, lignase and amylase), growth ability test on synthetic and organic media, obtained 3 fungal rot isolates that growing fastest and have a high ability to decompose the rice husk, rice straw, cocoa pod husk and leaves of the cocoa. The results of the first year study showed that from 7 isolates tested, JM, MKS and KSH isolates have best growth ability on Malt Peptone Agar. Treatment

with a combination of three kinds of fungal and bacterial rot as biostarter on cocoa pod husks can degrade lignocellulose levels greater than with a single application. Comparison of single and combined application of decomposers isolates have also been carried out in the restricted field scale. The results show that the of the levels of N, P, and K value on combination treatment tends to be higher than in single application. C/N ratio in the combination treatment was also lower compared with single treatment. It means that the decomposition process of the waste material was faster. Formulations of bacterial decomposers group was made in liquid form, while for fungal decomposers was made in solid formulations using sawdust mixed with bran and lime. Both forms of formulation and method of application in cocoa waste has been disseminated to farmers' groups in the district of Eremerasa, in Bantaeng Regency. The results of the second year study showed that based on morphological characterization, three isolates JM, MKS and KSH identified as Trichoderma sp, Pleurotus ostreatus and Trametes sp. Application of fungal and bacterial rot formulations on cocoa pod husk given in combination could degrade lignocellulose levels greater than in single treatment. Comparison of single and combined application of fungal and bacterial decomposers have also been carried out in the restricted field scale. The test results showed that the levels of N, P, and K in combination treatment tends to be higher than in a single application. C/N ratio in the combination treatment was also lower compared with single treatment. The ability of fungal rot in inhibiting P. palmivora growth showed that Trichoderma has the best ability to inhibit pathogens, followed by oyster mushroom isolates (P. ostreatus) and Trametes sp. Slightly different results obtained in the test with L. theobromae. P. ostreatus was not able to provide a real inhibition of L. theobromae growth. Development of formulations for bacterial decomposers was made in liquid form, while for fungal decomposers was made in the form of a powder formulation using a mixture of bentonite, kaolin and some additional material. The viability test in the first until second month of the storage period showed no decrease in the growth of the active ingredient of the rot fungi tested. Composted cocoa waste has been tested on cocoa nursery to determine its effectiveness as an organic fertilizer. Testing on the cocoa nursery showed that the application of cocoa compost resulted no significant effects on plant height, but gave real impact on increase of leaves formed. Hopefully, through counseling on farmer groups, the participation of other farmer groups will be even greater. From the first and second years of research have obtained excellent shape biodekomposer formulation of a group of bacteria, fungi and white-rot and brown that can be utilized in an optimal management of cocoa waste. Output that have been achieved in the first and second year are as follows: Development of decomposers formulation in liquid form for bacteria and fungi in the form of powder as well as their packing forms in plastic bottle and in aluminum foil bag. Two articles have been published in International Journal, one was in the Global Veterinaria and the other one in the International Journal of Current Research and Academic Review (IJCRAR). One textbook titled “Menguak Tabir Kehidupan Mikroorganisme” has been published by IPB Press. Involvement of Sudents in this research were: one Doctoral students, Iradatullah Rahim (P0100311416), two Magister students namely Jati Nurkholis (P4100211002), Fitriyanti (P4100212411) and four Sarjana Students (S1) were Rosmiati (G41108277), Nurafni (H41109006), Nur Hardina (G11110317), and Ratnawati (G11110340). Participation as presenter in the International Seminar and Annual Meeting of PERMI Microbiology in Pontianak on October 16 to 19, 2013, as Speaker in the Annual Seminar of PEI and PFI Komda SUL-SEL In December 2013, As Speaker of National Seminar of Research and Community Service held on Feb. 27-28, 2014 in Denpasar, as speakers at the International workshop: Tropical Biodiversity for Sustainable Development, South East Asia German Alumny, IPB and DAAD (13-15 August 2014), as speakers at the Int. Seminar for Food and Agrobiodiversity, September 16 to 17 in Semarang (full paper is under Review for

Publish), as poster presenter at the meeting of SUIJI (Six Universities Initiative Japan-Indonesia) held on 13 to 15 September, 2014.

Keywords: cocoa waste, decomposers, formulation development

PENGEMBANGAN PERIKANAN PELAGIS BESAR UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN KOMODITAS PERIKANAN DI KORIDOR SULAWESI

Large Pelagic Fisheries Development to Support the Development of Fishery

Commodities In a Corridor of Sulawesi

Sudirman, Alfa F.P. Nelwan, Mukti Zainuddin,Muh. Kurnia Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Universitas Hasanuddin

ABSTRAK Perikanan pelagis besar adalah salah satu komoditi perikanan yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, sehingga pengembangan perikanan pelagis besar dapat meningkatkan ekonomi masyarakat dan daerah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka tujuan utama penelitian ini adalah menganalisis pengembangan perikanan pelagis besar di Selat Makassar dan Teluk Bone. Penelitian pelagis besar di tahun ketiga mengkaji optimasi perikanan tangkap ikan pelagis besar dan penyusunan konsep pengembangan perikanan pelagis besar. Jenis ikan pelagis besar yang diamati adalah cakalang, tuna, dan tongkol. Analisis yang dilakukan berdasarkan aspek teknis dan sosial ekonomi, dimana aspek teknis berkaitan dengan produktivitas alat tangkap sebagai indikator kemampuan tangkap dan luasan daerah penangkapan ikan. Analisis data mencakup kondisi oseanografi dan upaya penangkapan ikan kelompok jenis ikan pelagis besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas penangkapan cenderung menurun dengan meningkatnya upaya penangkapan. Pencapaian penelitian ini menjadi acuan pengembangan ekonomi wilayah di koridor Sulawesi, serta sebagai “payung” kebijakan tindakan pengelolaan perikanan tangkap untuk koridor Sulawesi, khususnya di Sulawesi bagian selatan.

Kata kunci: tuna, cakalang, tongkol, selat Makassar, teluk bone, produktivitas penangkapan

ABSTRACT Large pelagic fishery is one of the commodities of fisheries that have high economic value, so the large pelagic fisheries development can improve the economy of communities and regions. The main goal of this research is to analyze the development of large pelagic fisheries in the Makassar Strait and the Gulf of Bone. Research on large pelagic in the third year of reviewing fisheries optimization and preparation of the concept of development of large pelagic fisheries. Large pelagic fish species observed is skipjack, tuna, and tuna. The analysis is carried out based on the technical aspect and the social economy. Technical aspects related to the fishing productivity of the capabilities and as an indicator of fishing ground area. Data analysis includes oceanographic conditions and fishing effort of large pelagic fishes. The results showed that productivity tends to decrease with increasing of fishing effort. The achievement of this research became reference in the area of economic development corridor of Sulawesi, as well as an "umbrella" policy actions capture fisheries management for the corridor of Sulawesi, especially in the southern part of Sulawesi.

Key words: tuna, skipjack tuna, tuna mackerel, Makassar strait, gulf of bone, fishing productivity

PENERAPAN TEKNOLOGI KONSERVASI KADAR AIR TANAH PADA LAHAN KAKAO UNTUK MENCEGAH PENURUNAN PRODUKSI PADA MUSIM KEMARAU

Application of Soil Mouisture Conservation Technology for Cacao Field to Prevent Production Decrease in Dry Season

Suhardi, Ahmad Munir, Olly Sanny Hutabarat, Abdul WarisFakultas Pertanian Universitas Hasanuddin

AbstrakKadar air tanah merupakan satu dari dua faktor yang menentukan keberhasilan budidaya tanaman kakao. Kekurangan kadar air tanah dapat menyebabkan penurunan produksi bahkan kematian karena pada kondisi ini penyakit mudah menyerang seperti penyakit Vascular Streak Dieback (VSD), sehingga petani merugi dan berdampak pada keberlanjutan budidaya kakao. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan teknologi konservasi kadar air tanah sehingga dampak kemarau tersebut dapat diminimalisasi. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi optimal dalam penerapan irigasi kendi dan pengelolaan serasah dalam konservasi kadar air tanah. Secara garis besar, penelitian dilaksanakan di dua tempat yaitu di kebun percobaan (kebun kakao) dan di laboratorium. Pada kebun percobaan dilakukan perlakuan dengan beberapa tingkatan jumlah kendi dan kondisi tutupan tanah oleh serasah. Kegiatan dilakukan dengan untuk mengetahui jumlah kendi dan persentase tutupan lahan yang optimal. Kegiatan selanjutnya adalah penerapan kondisi optimal pada beberapa lahan untuk mengetahui keandalan kondisi tersebut. Di lapangan juga dilakukan pengamatan terhadap pengaruh pemberian irigasi terhadap tanaman kakao dan distribusi kadar air tanah. Sementara di laboratorium dilakukan pengukuran terhadap konduktivitas hidraulik kendi, pengukuran kadar air tanah dan biomassa. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan uji regresi permukaan tanggap untuk mendapatkan kondisi optimal. Kondisi optimal tersebut sebanyak 3 kali. Keandalan kondisi optimal diuji dengan menggunakan uji-t. Selanjutnya kelayakan penerapan teknologi diukur berdasarkan pendekatan analisis ekonomi dengan B/C rasio. Parameter yang diukur berupa: konduktivitas hidraulik kendi, distribusi kadar air tanah sekitar kendi, pengaruh perlakuan terhadap pembentukan buah, kualitas buah, jumlah buah, jumlah biji, bobot biji pembentukan biomassa, serta tingkat serangan penyakit pada buah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konduktivitas kendi berkisar 6,04x10-8 m/dt, pemberian irigasi kendi meningkatkan pembentukan buah, jumlah buah, bobot jenis biomassa, bobot kering biomassa, dan mempertahankan kadar air tanah di sekitar kendi. Penyebaran pola pembasahan disekitar kendi mengikuti suatu kecenderungan berupa model power. Berdasarkan pada uji keandalan model dengan uji-t, diperoleh bahwa kondisi optimal yang telah diterapkan berpengaruh secara nyata. Sedangkan analisis ekonomi menunjukkan bahwa penerapan model dinayatakan layak dengan indicator nilai B/C rasio > 1. Capaian kegiatan penelitian telah mencapai 100% dari keseluruhan rencana kegiatan.

Kata Kunci: Kakao, Irigasi Kendi, Optimal, dan Musim Kemarau.

ABSTRACT

Soil moisture content is one of the two important factors that determines the success of cacao cultivation. The deficit in soil moisture content leads to production decrease or even to cacao plant death, since in this condition, cacao disease (like Vascular Streak Dieback/VSD) can infect cacao plant easily. As a consequence, cacao farmers will experience loss and this will affect the sustainability of cacao cultivation. Efforts to minimize soil moisture content deficit, especially in dry season, can be performed by applying soil moisture conservation technology. This research aims to determine the optimum conditions for pitcher irrigation and mulch management in conserving moisture content. This research was carried out at experimental field consisted of the number of pitcher applied and percentages optimal of land cover.. Observation of the effect of irrigation application on cacao plant and soil moisture content distribution was carried out in the experimental field while measurements of pitcher conductivity, soil moisture content, and biomass were carried out in the laboratory. Data obtained from this observation and measurement were analyzed using response surface regression test to obtain optimum condition. This optimum condition tested with 3 replications. Thereafter, economic analysis of this technology conducted using B/C ratio. Parameters measured were pitcher hydraulic conductivity and soil moisture content distribution surrounding the pitcher. The effects of treatments on pod development, pod quality, pod quantity, cacao bean quantity, biomass development, and disease infestation severity on pod were also assessed. The results showed that pitcher conductivity was around 6.04x10-8 m/s, irrigation application increased pod development, pod quantity, biomass bulk density, biomass dry weight, and maintained soil moisture surrounding the pitcher. The spread of moisture pattern surrounding the pitcher is following a trend of power model. Based on reliability test by using t-test, it can be conclude that optimum condition has been applied and has effected clearly. Whereas, based on economic analysis, it is shown that the application of the model has been stated feasible by the indicator. The B/C ratio > 1. The progress of the research has reached 100% of the whole activities plan.

Key Words: Cacao, Pitcher Irrigation, Optimum, and Dry Season.

PERBAIKAN MUTU JUVENIL KIMA (TRIDACNIDAE) MELALUI PERSILANGAN INDUK ANTAR ZONA DI KEPULAUAN SPERMONDE

Judul Inggris

Andi Niartiningsih, M.Natsir Nessa, Syafyudin YusufFakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

ABSTRAKPopulasi kima (Tridacnidae) di alam sudah semakin menurun, bahkan sudah hampir punah. Kepulauan Spermonde Sulawesi Selatan populasi kima semakin mengkhawatirka, bahkan beberapa spesies tidak pernah ditemukan lagi di perairan Indonesia terutama di Kepulauan Spermonde Sulawesi Selatan. Melihat kondisi tersebut di atas diperlukan upaya konservasi terhadap jenis kima yang lebih intensif. Penelitian ini bertujuan untuk untuk memproduksi juvenil kima hasil persilangan antar zona yang memiliki hubungan kekerabatan yang jauh agar dapat diperoleh juvenil kima yang bermutu sebagai upaya untuk mengefektifkan program konservasi biota langka ini. Persilangan antara kima yang berasal dari Zona 2 dan Zona 4 Kepulauan Spermonde. Sebanyak 8 individu kima sisik (T. squamosa) dari zona 2 dan 12 individu dari zona 4 dipijahkan dengan dua metode yakni metode desikasi atau pemanasan dan injeksi serotonin. Sebanyak enam individu kima dari zona 2 yang memberikan respon pemijahan sperma dan hanya satu individu yang melepaskan telur.

Sedangkan induk kima dari zona 4 . Sedangkan induk kima zona 4 terdapat lima individu yang yang hanya melepaskan sperma dan satu individu melepaskan telur. Jumlah telur dari kima zona 2 sebanyak 29.172.840 telur dan dari induk zona 4 sebanyak 51.812.800 telur. Tingkat fertilisasi gonad hasil persilangan antara telur zona2 dan sperma zona 4 dan sebaliknya mencapai 91,80 % : 91,86 %. Sintasan larva kima sampai hari ke delapan mencapai 4,35 % dan 0,14%. Kepadatan zooxanthella pada juvenil kima sebanyak 3.15 x 10 6

sel/individu yang berukuran 1 mm. Indeks mitotik tertinggi tercatat pada jam 09.00 hingga jam 12.00 mencapai 8.5 % dan terendah pada jam 00.00 hingga jam 03.00 sebesar 1,2%. Konsentrasi klorofil dan phaeo-pigmen rata-rata adalah 2.7 mg/m3 dan 5.5 mg/m.3. Kualitas air berupa suhu, salinitas, pH, fosfat,nitrat, dan nitrit sesuai dengan kriteria dan syarat kehidupan untuk kima.

Kata Kunci : Breeding, mutu juvenil, kima sisik (Tridacna squamosa), Kepulauan Spermonde

Abstrak Inggris

ADAPTASI MANAJEMEN LAHAN PANGAN TERHADAP DINAMIKA SPASIAL KUALITAS LAHAN DAN PERUBAHAN IKLIM

JUDUL INGGRIS…

Sumbangan Baja, Samsu Arif, NurmiatyFakultas Pertanian Universitas Hasanuddin

ABSTRAKSalah satu upaya untuk menjaga stabilitas pangan nasional dan daerah adalah dengan mengoptimalkan pemanfaatan lahan-lahan pertanian potensil yang ada, serta melakukan adaptasi terhadap dinamika keruangan agroekologi yang terjadi di setiap wilayah. Undang-Undang No 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan mengamanatkan mengenai kejelasan lokasi lahan-lahan yang diperuntukkan bagi lahan pertanian pangan, terutama dalam rangka mengantisipasi perubahan penggunaan lahan dan alih fungsi lahan pertanian pangan yang begitu cepat di berbagai daerah di Indonesia. Penelitian ini akan dilakukan secara berseri, dengan tujuan secara keseluruhan adalah: (i) mendeteksi, memantau, dan menganalisis perkembangan penggunaan lahan-lahan pangan pada kawasan budidaya pertanian; (ii) mendeteksi, memantau, dan menganalisis dinamika/perubahan kondisi agroekologi (kondisi tanah dan iklim) lahan-lahan pangan pada kawasan budidaya pertanian, baik dari segi kuantitas, kualitas maupun spasial; (iii) menganalisis kesesuaian dan produktivitas lahan pangan pada kondisi saat ini, dan menghitung kapasitas produksi berdasarkan zona-zona agroekologi atau satuan manajemen lahan (land management unit); (iv) mengkonstruksi suatu sistem evaluasi, melalui zonasi satuan manajemen lahan berbasis pada karakter agroekologi kawasan budidaya pertanian, ber-referensi spasial; (v) mendapatkan sistem manajemen lahan pertanaman pangan secara tepat untuk menciptakan keselarasan sistem/teknologi manajemen dengan dinamika agroekologi kawasan; dan (vi) mendesain SDSS (Spatial Decision Support System) Manajemen Lahan Pangan berbasis web. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam lima

tahapsecara berkesinambungan, yakni: ((i) analisis citra satelit multi-temporal (T0, T1, T2, ...); (ii) analisis kesesuaian dan produktivitas lahan; (iii) deteksi dan analisis dinamika perubahan agroekologi; (iv) analisis adaptasi manajemen lahan pangan; dan (v) desain spatial decision support system (SDSS) manajemen lahan pangan.Penelitin ini menggunakan pendekatan keruangan (spatial based approach), sehingga seluruh bentuk parameter analisis dan hasil-hasilnya disajikan dalam bentuk lapisan data (data layer) Geographic Information System (GIS) dan peta-peta. Penelitian ini didukung oleh beberapa metode sebagai berikut: (i) survei lapangan; (ii) ekstraksi informasi citra satelit multi-temporal dengan pendekatan terintegrasi; (iii) penilaian indeks kesesuaian lahan pangan dengan pendekatan kontinyu berbasis fuzzy set;(iv) analisis ekonomi lahan; dan (v) compromise programming dan analytic hierarchy proces secara spasial.Penelitian ini dilakukan dengan mengambil kasus kawasan budidaya pertanian menurut Rencana Tata Ruang Wilayah, dan diharapkan bahwa model yang dikembangkan dalam penelitian dapat direplikasi pada kawasan sentra pangan di daerah lainnya selain daerah penelitian.

Kata kunci: unit lahan, dinamika spasial, fuzzy set, GIS, Spatial Decision Support System

PENGEMBANGAN PRODUK KONSENTRAT PROTEIN IKAN GABUS (Channa striata)DALAM BENTUK KOLOID

Protein Concentrate Product Development Fish Cork (Channa Striata) Kind Colloid

Meta Mahendradatta, Abu Bakar Tawali, Nandi K. Sukendar, SuryaniProgram Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Pertanian Unhas 2) Bagian

Kesehatan Fakultas Kedokteran Unhas

ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan produk konsentrat protein ikan gabus dalam bentuk koloid yang diharapkan dapat menjadi suplemen pangan sumber albumin bagi anak-anak dan balita. Penelitian akan dilakukan selama 3 tahun, yaitu tahun I penelitian pengembangan produk untuk mendapatkan formulasi dan proses produksi optimal, profil fisik dan nutrisi dari konsentrat protein ikan gabus dalam bentuk koloid, tahun II standarisasi, penentuan umur simpan dan akseptabilitas produk sehingga dihasilkan produk koloid yang akseptable dan terstandart. Penelitian tahun III adalah Scale-up proses produksi ke skala usaha melalui penggandaan skala produksi dan melakukan kajian teknoekonomi produk serta rencana bisnis produk. Penelitian tahun I telah dilakukan dengan luaran yaitu (1) satu artikel yang akan diterbitkan di International Journal of Scientifical and Technology Research bulan November 2014, (2) satu makalah yang dipresentasikan di International Food Conference on Food for Quality Life di Jakarta tanggal 15-16 Oktober 2014, (3) prototype produk yaitu dispersi konsentrat protein ikan gabus dan dispersi ekstrak protein ikan gabus, (4) draf paten dispersi konsentrat protein ikan gabus. Diharapkan dari penelitian ini diperoleh proses, produk (prototype), profil produk dan data teknoekonomi produk serta rencana bisnis produk konsentrat ikan gabus sebagai food supplement bagi anak-anak dan balita. Hal ini sangat penting untuk mengatasi kekurangan protein dan protein albumin serta masalah pertumbuhan pada anak-anak dan balita. Selain itu juga sejalan dengan Rencana Induk Penelitian Unhas pada tema unggulan pangan dan gizi terutama Ketahanan Pangan

Kata kunci: ikan gabus, konsentrat protein, koloid, sistem produksi, rencana bisnis

ABSTRACT The objective of this research was to produce snakehead fish protein concentrate in colloidal form which was expected to be an albumin source of food supplement for children and toddlers. The research will be conducted over three years. Theme of the first year was product development research which will obtain the optimal formulation and production processes, physical and nutritional profiles of snakehead fish protein concentrate in colloidal form. Theme of the second year was standardization, determining shelf life and acceptability of the product to produce an acceptable and standardized colloidal product. In the third year the scale-up of production processes will be conducted to extend the business through doubling the scale of production, as well as reviewing techno-economical business plan. The research has done with outcomes: (1) an article that will be published in the International Journal of Scientific and Technology Research November 2014, (2) a paper presented at the International Food Conference on Food for Life Quality in Jakarta on 15-16 October 2014, (3) a prototype product that is snakehead fish protein colloidal made from concentrate and fish protein concentrate and fish protein extract, (4) draft patent of snakehead fish protein concentrate dispersion. It will be expected that this study will obtain the process, the product (prototype), product profiles, techno-economy data of product and business plan of snakehead fish concentrate fish in form of colloid as food supplement for children and toddlers. It is very important to overcome the lack of protein specially albumin protein and growth problems in children and infants. It is also in line with the Master Plan Study in Hasanudin University on the theme of food and nutrition primarily featured Food Security.

Keywords: snakehead fish, protein concentrates, colloids, production system, business plan

KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN GENETIS SUMBER BENIH TEGAKAN PINUS TERIDENTIFIKASI DI HUTAN PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Morphological Characteristic and Genetic of Identified Pinus Seed Sources at Hasanuddin University Experimental Forest

Muh. Restu, Gusmiaty dan AsriannyFakultas Kehutanan Univerasitas Hasanuddin

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik tegakan pinus teridentifikasi di Hutan Pendidikan berdasarkan penanda morfologi. Metode yang digunakan adalah pengamatan dan pengukuran terhadap variabel daun, batang dan tinggi tanaman. Analisis data menggunakan program NTSYSpc (Numerical Taxonomy and Multicariate Analysis System) versi 2.0. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa kesamaan morfologi meliputi bentuk daun (jarum), bentuk lekukan ujung daun (runcing), bentuk lekukan pangkal daun (runcing), bentuk tepi daun (rata), warna permukaan atas daun (hijau tua), warna permukaan bawah daun (hijau tua), keadaan permukaan atas daun (halus), keadaan permukaan bawah daun (kasar), tekstur kulit batang (beralur), bentuk batang

(persegi), dan bentuk kanopi (kerucut) sedangkan variable lainnya menunjukkan adanya perbedaan. Keragaman genetik individu-individu pinus berdasarkan pengamatan secara morfologi tergolong rendah.

ABSTRACTThis study aims to investigate genetic diversity of identified pine stands at Unhas Experimental Forest based on morphological markers. The methods used are observation and measurement of the variables leaves, stems and plant height. An analysis of data used the NTSYSpc program (Numerical Taxonomy and Multivariate System) version 2.0. The results showed that there are some morphological similarities such as the shape of the leaves (needles), the shape of the curve of the leaf tip (tapered), the shape of the curve of the leaf base (tapering), the shape of the leaf margins (flat), the color of top surface of the leaf (dark green), the color of lower surface of leaf (dark green), the state of the upper surface of the leaf (smooth), the state of the lower leaf surface (rough), bark texture (grooved), rod shape (square), and the shape of the canopy (cones) while the other variables showed a difference. The genetic diversity of individuals pine based on morphological observations is low.

Keywords : Morfological, Genetis, Diversity, Pinus

PENINGKATAN PRODUKTIFITAS SAPI BALI DENGAN PERBAIKAN PAKAN PADA PERIODE BREEDING DAN FASE PEDET

Improvement Of Productivity Bali With Feed Improved On The Breeding Season And Calfphase

Sudirman Baco, RatmawatiMalakadan Muhammad HattaJurusan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin,

Makassar 9024, e-mail :[email protected]

ABSTRAK Sapi Bali merupakan ternak asli Indonesia yang banyak dipelihara olehpetani dan merupakan sumber pendapatan masyarakat petani ternak di Sulawesi Selatan dan bahkan sebagai sumber bahan pangan daging nasional asal ternak potong. Karena itu ternak ini menjadi komoditas unggulan Sulawesi Selatan pada bidang peternakan. Berdasarkan hal ini, Rencana Induk Penelitian (RIP) Universitas Hasanuddin, sapi Bali merupakan prioritas utama dalam pengembangan komoditas unggulan pada bidang peternakan. Masalahnya adalah tingkat produktifitas dan performans sapi Bali masih rendah. Hal ini dapat dilihat bahwa sangat sulit untuk mendapatkan sapi bibit betina dengan tinggi pundak melebihi dari 104 cm. Rendahnya tingkat produktifitas ternak mungkin disebabkan karena peternak tidak memperhatikan faktor manajemen dan bibit yang digunakan. Oleh karena perlu dilakukan penelitian pengembangan yang komprehensif dan berkelanjutan yaitu bagaimana peningkatan produktifitas dan performans sapi Bali melalui perbaikan manajemen terutama perbaikan pakan pada periode breeding dan fase pedet. Target khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan bibit sapi Bali yang berstandard nasional dengan tingkat produktifitas tinggi. Untuk mencapai tujuan dan target tersebut, maka metode penelitian adalah dirancang dengan melakukan perbaikan pakan pada periode breeding/pembiakan dan fase pedet secara berkelanjutan. Kemudian melihat body condition

score (BCS), tingkat produktifitas induk, pertumbuhan pedet, Berat dan dimensi tubuh pedet sapihan (weaner), berat dan ukuran dimensi tubuh dara (yearling), berat dan umur sapi pada kelahiran I (first calving age). Hasil menunjukan bahwa perbaikan managemen dengan perbaikan pakan dapat memperbaiki kondisi induk setelah melahirkan BCS 5,4 menjadi 6,3 selama 3 bulan pemeliharaan dengan sistem intensif. Hasil penelitian pada tahun pertama (tahun 2013), menunjukan bahwa perbaikan managemen dengan perbaikan pakan pada periode breeding dapat memperbaiki kondisi induk setelah melahirkan dengan BCS 5,40,8 menjadi 6,31,0 selama 3 bulan pemeliharaan dengan sistem intensif dan 6,70,8 selama 6 bulan pertama pemeliharaan. Post-partus esterus pertama 64,531,5 hari. Tingkat kebuntingan 53,8% dengan S/C 2,20,5 selama 3 bulan pemeliharaan dan 100% tingkat kebunting dengan S/C 2,50,8 selama 6 bulan pemeliharaan.Tingkat kebuntinganmencapai 100% dalamwaktu 6 bulanperiode breeding.Tingkat kelahiran pedet mencapai 100 % dari total kebuntingan, tetapi diantara kelahiran terdapat prematur sebanyak 15,4% dan tingkat kematian pedet 23,1%. Pola pertumbuhan pedet sapi setelah kelahiran berfluktuasi tergantung fase produksi susu induk dan perlakuan pakan pedet yang diberikan. Pertumbuhan pada fase brooder pedet selama 21 mencapai rata-rata 0,3 kg per hari setelah itu menurun dan kembali meningkat setelah diberikan pakan tambahan (calf starter). Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa perbaikan manajemen sistem intensif perlu pengkajian lebih komprehensif. Indikator capaian luaran yang targetkan 1) model managemen pada periode breeding dan pedet pada sapi Bali, 2) publikasi akreditasi Nasional dan International dan 3) satu buku pedoman praktis dengan judul “Peningkatan Produktifitas Sapi Bali dengan Perbaikan Manajemen dan Pakan Basis LEISA”.

Kata Kunci :Sapi Bali, ManajemenIntensif, Produktifitas, Beratlahir, PertumbuhanPedet.

ABSTRACTBali cattle are native breed in Indonesia that many kept by farmers and a source of public income of farmers in South Sulawesi, and even as a source of national food meat from beef cattle, because it has become the leading commodity in South Sulawesi in the field of animal husbandry. Based on this, the Research Master Plan (RIP), Hasanuddin University, Bali cattle is the main priority in the development of leading commodity in farm fields. The problem is the level of productivity and performance of Bali cattle is low. It can be seen that it is very difficult to get female seeds cows with high shoulders/wither high excess of 104 cm. The low level of productivity of cattle might be due to the breeder did not take into account the management and the seeds are used. Therefore, research needs a comprehensive and sustainable development, namely how an increase in productivity and performance through improved management of Bali cattle improvement especially in the period of breeding and feeding calves. Specific targets to be achieved in this research, is to get seed cows Bali cattle national standardized with high productivity levels. To achieve the objectives and targets, the research method was designed to make improvements in the feed breeding period and phase calf sustainable manner. Then look at body condition score (BCS), the level of productivity of the cows included the post-parturition estrus, gestation rate and service preconception (S/C), calving rate, birth weight, calf mortality and calf pre-weaning growth. The results of the study showed that in the first year(2013) with improved feed management in the breeding period can improve the body condition score (BCS) of 5.40.8 to 6.31.0 during the first 3 months with system maintenance intensive and 6.70.8 during the first 6 months of maintenance. The first estrus post parturition is 64.531.5 days. Gestation/ pregnancy rate for 3 months rearing with intensively is 53.8% with S/C 2.20,5 and 100% pregnancy rate with S/C 2.5 during the first 6-months maintenance by improved feed intensively. Calf birth ratereached 100% of the pregnancy, butthere is premature birth

amongas many as 15.4% and 23.1% calf mortality rate. The patternof growth after birth calf fluctuates depending onthe phasemilk production main sand treatment ofcalf feedgiven. Brooder calf growth phasefor 21 reaches 0.3 kg per day there after decrease and increased again after being given additional feed (calf starter). The results ofthis study indicate that the improvement of the management system of intensiveneeda more comprehensive studies. Performance indicator target outputs 1) management models in the Bali cattle on breeding period and calf phase, 2) publication of the National and International accreditation and 3) a practical handbook entitled "Increasing Productivity of Bali Cattle with Management and feed Improvement LEISA Base".

Key Words: Bali Cattle, ManagementIntensive, Productivity, birth weight, calfgrowth.

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DAN SALIN MELALUI PERAKITAN GENOTIPE JAGUNG TOLERAN KEKERINGAN DAN SALINITAS DENGAN DETEKSI MOLEKULER

Judul Inggris

Yunus Musa, Tigin Dariati, Cri WahyuniFakultas Pertanian Universitas Hasanuddin

ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mendapatkan genotipe unggul jagung yang mampu beradaptasi pada lahan kering dan salin dengan produktifitas tinggi. Hasil penelitian diharapkan memberi konstribusi dalam pengembangan lahan di sekitar pantai. Target khusus penelitian ini adalah diperoleh tolok ukur ketahanan, metode induksi mutasi, metode seleksi ketahanan mutan jagung terhadap salinitas dan kekeringan, serta pewarisan sifat dan heritabilitas dari karakter ketahanan jagung hasil induksi mutasi dengan dengan sinar gamma terhadap kekeringan dan salinitas. Peningkatan keragaman genetik dilakukan dengan induksi mutasi melalui penyinaran sinar gamma dari 3 kultivar jagung yaitu Sukmaraga, Lamuru dan Bisma. Benih tersebut diiradiasi dengan 6 dosis radiasi, yaitu 0 Gy, 100 Gy, 200 Gy, 300 Gy, 400 Gy dan 500 Gy. Penelitian dilaksanakan secara bertahap, yaitu seleksi dan pengujian pada fase kecambah, seleksi dan pengujian pada tingkat fase vegetatif serta seleksi dan pengujian pada tingkat produksi. Hasil penelitian tahun pertama menunjukkan bahwa: dosis iradiasi 200 Gy merupakan dosis optimum yang dapat digunakan untuk menghasilkan mutan jagung yang toleran terhadap kekeringan dan salinitas, kultivar Bisma merupakan kultivar yang menunjukkan ketahanan terhadap kekeringan dan salinitas pada pengujian fase kecambah dan vegetatif sedangkan kultivar Lamuru pada pengujian fase generatif. Batas ketahanan berbagai kultivar jagung hasil iradiasi terhadap kekeringan dan salinitas adalah 15 g PEG L-1 + 8 g NaCl L-1, terdapat korelasi nyata dan sangat nyata antara parameter persentase daun kering (fase vegetatif), pertambahan jumlah daun, umur berbunga betina, ASI, jumlah stomata dan jumlah baris biji, letak tongkol, dan jumlah biji per baris (fase generatif) dengan produksi biji per tanaman pada kondisi cekaman salinitas dan kekeringan. Nilai heritabilitas secara umum hampir semuanya bernilai tinggi. Nilai heritabilitas tertinggi adalah karakter panjang radikel (99,07 %) dan terendah adalah lebar bukaan stoma (18,87 %). Kultivar yang lolos seleksi untuk pengujian generasi berikutnya adalah Mutan Kultivar Bisma dan Lamuru hasil iradiasi sinar gamma 100 gy dan 200 gy berserta induknya sebagai kontrol. Hasil penelitian Tahun II adalah sebagai benih G0 nuntuk pengujian dengan menggunakan agen seleksi air laut dan tingkat ketersediaan air untuk mendapatkan benih generasi G1, kemudian dilakukan analisis molekuler untuk mengetahui terjadinya mutasi secara genetik (Tahun II). Tanaman yang lolos pada G1 dan mengalami mutasi genetik, kemudian diuji adaptasi dan multi lokasi pada lahan salin dan kering pada pertanaman dilapangan sebagai

generasi kedua (G2) (Tahun III), Berdasarkan hasil maka dapat disimpulkan sebagai berikut : Genotipe g7 dan g8 memperlihatkan pertumbuhan yang lebih baik pada parameter vegetatif dan generatif dibandingkan dengan genotipe lainnya termasuk tetuanya, yang diperlihatkan. Genotipe g7 dan g8 memperlihatkan pertumbuhan dan produktivitas yang baik pada pemberian taraf pengairan dan penerapan pertanian organik.

Kata Kunci : Jagung, kekeringan, salinitas, toleran, deteksi molekuler

IDENTIFIKASI HUBUNGAN KEKERABATAN GENETIK AYAM GAGA DENGAN AYAM LOKAL LAINNYA DI SULAWESI SELATAN DENGAN MENGGUNAKAN HIPERVARIABEL I

DAERAH KONTROL DNA MITOKONDRIA

Rr Sri Rachma Aprilita Bugiwaty, Muh. Ihsan A.Dagong, Lellah Rahim dan Kusumandari Indah Prahesti

Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

ABSTRAKAyam Gaga’ atau ayam Ketawa merupakan ayam lokal khas Sulawesi Selatan dan merupakan salah satu plasma nutfah hewan Indonesia yang harus dilestarikan. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah mendapatkan informasi keragaman genetik dan performans ayam Gaga melalui analisis keragaman genetiknya (asal-usul dan hubungan kekerabatan ayam Gaga’ dengan ayam lokal Indonesia lainnya) berdasarkan keragaman DNA mitochondria D-Loop dan diperkuat dengan data dimensi tubuh dan suara kokoknya sebagai studi awal potensi ayam Gaga yang ada di habitat asli perkembangbiakannya. Penelitian ini menggunakan metode survey lapangan, pengukuran dan pengamatan langsungpada ayam Gaga’ jantan, ayam Kampung, dan ayam Bangkok di kab.Sidrap, kab.Soppeng, kab. Barru, dan kodya Parepare Sulsel untukanalisis DNA di laboratorium terpadu Fakultas Peternakan UNHAS. DNA target pada penelitian identifikasi hubungan kekerabatan adalah DNA mitokondria D Loop. Hasil amplifikasi DNA D loop mitokondria diperoleh hasil dengan panjang produk PCR 592 bp. Produk PCR kemudian disekuensing dengan menggunakan primer internal sekuens, yang kemudian dilanjutkan dengan analisis sekuens dengan program MEGA. Hasil analisis menunjukkan ayam Ketawa dari jenis Dangdut dan Slow masih dalam satu kelompok dan belum terpisah sebagai satu garis ayam yang berbeda, dari hasil sekuensing juga menunjukkan bahwa ayam Ketawa secara genetik sudah terpisah dari kelompok ayam Kampung namun hubungan genetiknya masih lebih dekat dibandingkan dengan ayam Bangkok.

Kata Kunci : Ayam Gaga, hubungan kekerabatan, dimensi tubuh, bioakustik suara kokok

ABSTRACTGaga’ chicken is a typical local chickens in South Sulawesi province and one of Indonesia animals germplasm that must be preserved. The specific objective of this study is to obtain information and the genetic diversity of chicken Gaga's performance through the analysis of genetic diversity (the origin and kinship of Gaga chicken 'with other Indonesian Local Chicken) based on the diversity of mitochondrial DNA D-loop and reinforced with a body dimension data and crowing voice as a preliminary study of potential chicken Gaga in the original breeding habitat. This study uses field surveys, measurements and direct observations in chickens Gaga 'male, Kampung chicken, and Bangkok chicken in kab.Sidrap, kab.Soppeng, kab. Barru, and the Municipality of Pare-Pare in South Sulawesi. DNA analysis was done in the integrated laboratory of Hasanuddin University Faculty of Animal

Husbandry. Target DNA in the identification of research kinship is mitochondrial DNA D Loop. The results of the D-loop mitochondrial DNA amplification results obtained with the 592 bp long PCR products. PCR products were then sequenced using an internal primer sequences, followed by sequence analysis of the MEGA program. The analysis showed Gaga chickens of the type Slow and Dangdut is still in one group and not separated as a distinct chicken lines, from the sequencing results also showed that Gaga chickens are genetically been separated from the group Kampung chicken but still closer genetic relationship than Bangkok chicken.

PERFORMANCE OF LAYING HEN REARED IN FREE-RANGE SYSTEMS WITH DIFFERENT TYPES OF FORAGE

Wempie Pakiding, Sahari Banong, Ambo Ako dan Mustakim MattauFakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin Makassar

ABSTRAK Pengembangan ayam organic melalui system pemeliharaan free-range merupakan suatu upaya untuk menghasilkan produk yang sehat dan berkualitas dan juga dapat menghindari polusi lingkungan dari akumulasi feses yang dihasilkan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui performa ayam ras petelur yang dipelihara pada sistem free-range dengan jenis hijauan yang berbeda. Penelitian dilakukan secara experiment dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), 6 perlakuan dengan 3 ulangan. Perlakuan yang diterapkan adalah pemeliharaan sistem free-range dengan jenis hijauan yang terdiri atas: R0 = Tanpa pemberian rumput (sistem intensif) (kontrol), R1 = Rumput Gajah Paitan (Axonopus compressus), R2 = Rumput Setaria (Setaria sphacelata), R3 = Arachis (Arachis pitoi), R4 = Rumput Benggala (Panicum maximum), R5 = Calopo (Calopogonium spp). Parameter yang diamati adalah produksi, berat dan massa telur, konsumsi dan konversi pakan. Hasil yang diperoleh mengindikasikan bahwa sistem pemeliharaan free-range dengan jenis hijauan yang berbeda memberi performa produksi telur, massa telur, konversi pakan yang sama, kecuali pada performa berat telur dan konsumsi pakan perlakuan tanpa pemberian hijauan (intensif) nyata lebih tinggi dibanding perlakuan pemberian hijauan.

Kata kunci: Free-range, Hijauan, Ayam petelur, Performa, Hematologis

ABSTRACTDevelopment of organic chicken through free-range system is an effort to produce healthy and high quality products and also can avoid the environmental pollution resulting from the accumulation of feces. The objective of this study was to determine the performance of laying hen reared in free-range systems with different types of forage. The experiment was conducted using a completely randomized design (CRD), 6 treatments with 3 replications. The treatment applied were different types of forage consisting of : R0 = Without giving grass (intensive system) (control), R1 = Elephant Grass Paitan (Axonopus compressus), R2 = Setaria grass (Setaria sphacelata), R3 = Arachis (Arachis pitoi), R4 = Bengal Grass (Panicum maximum), R5 = Calopo (Calopogonium spp). Parameters measured were egg production, egg weight, egg mass, feed intake and feed convertion ratio. The results indicate that the free-range system with different types of forage gives the similar performance of egg production, egg mass, feed conversion, except in the performance of egg weight and feed intake where the without giving forage (intensive) treatment was significantly higher than the provision of forage treatments.

Keywords: Free-range, Forage, Laying hens, Performance.

PENGGUNAAN RAMUAN HERBAL DAN DAUN MURBEI SEBAGAI KONSENTRAT DAUN PADA AYAM BURAS PETELUR

Laily Agustina, Andi Mujnisa, Jamila, Rohmiyatul Islamiyati.Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

Kampus Tamalanrea Jl. Perintis Kemerdekaan Km 10 Makassar 90245Telepon (0411) 587217/Fax (0411) 587217Contact email: [email protected]

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan daun murbei sebagai bahan konsentrat hijauan yang berkualitas, mengetahui komposisi zat nutrisi, kandungan zat bioaktif dan kemampuan daya hambat terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif. Daun murbei yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari tiga umur pemotongan yang berbeda yaitu 30, 45 dan 60 hari. Penelitian ini terdiri dari 4 tahap yaitu : Tahap I untuk mengukur produksi daun murbei menggunakan metode Halls et al (1964); Tahap II melakukan analisis proksimat (AOAC, 1990) untuk mendapatkan kandungan nutrisi daun murbei dan melakukan analisis terhadap kandungan bioaktif menggunakan metode fitokimia. Tahap III adalah pengujian daya hambat daun murbei sebagai antimikroba menggunakan metode difusi disk (Carter, 1979). Bakteri Gram positif yang digunakan terdiri dari Staphylococcus fecalis, Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aerogunosa. Bakteri Gram negatif yang digunakan adalah bakteri Salmonella pullorum, Bacillus subtillis dan E coli motil. Tahap IV uji biologis pada ayam buras untuk melihat pengaruhnya terhadap produksi dan kualitas telur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemotongan yang paling efisien pada umur 45 hari, produksi daun kering 46.080 kg/ha/tahun, dengan protein kasar 17,49 %. Mengandung ß-caroten 2044 μg/g dan quersetin (12,96 %) serta flavonoid sebagai antimikroba terhadap bakteri Gram positif dengan kisaran luas hambatan 10,33 – 11,33 mm dan Gram negative dengan luas hambatan berkisar 10,67 – 14,00 mm. Penggunaan tepung daun murbei konsentrasi 12.5% menunjukkan efek daya hambat yang lebih kuat dibandingkan 5%. Disimpulkan bahwa daun murbei sebanyak 5% sangat potensial dijadikan sebagai konsentrat hijauan pada ayam buras fase petelur dilihat dari segi performa dan kualitas interior telur.

Kata kunci: Daun Murbei, Potensi, Nutrisi, Zat Bioaktif, Daya Hambat, Performa, Kualitas Telur, Ayam Buras

ABSTRACT

The research objectives were to utilize mulberry leaves as high quality concentrate forage, to evaluate the nutrient composition, bioactive substance and inhibitory effects on both gram positive and gram negative bacteria. Mulberry leaves used in this study were obtained at three different cutting time, i.e. 30, 45, and 60 day. The study consisted of four phases: the first phase was to measure the production/ ha of mulberry leaves using the method of Halls et al (1964), the second phase was to analyze nutrient content of mulberry leaves using proximate analysis and to analyze it is bioactive compound using phytochemical method. The third phase was to test inhibition effects of mulberry leaves as antibacterial using the disk diffusion method. Gram positive bacteria used were S. fecalis, S. aureus, and P. aerogunosa while the Gram negative bacteria used were Salmonella pullorum, B. Subtilis, and E. Coli. The fourth phase was biological test in domestic poultry to see the effect on the production and quality of eggs. The result of the study showed that that the most efficient time for cutting the mulberry leaves was on the age of 45 days, producing 46,080 kg/ha of dried leaves with crude protein content of 17.49%. It also contained 2044 ug/g of ß-Caroten, 12.96 ppm of quersetin, and flavonoids as an antimicrobial. The area of inhibition ranged from 10.33-11.33 mm on Gram positive and 10.67-14.00 mm on Gram negative bacteria, respectively. With regard to mulberry leaves extract concentration, application 12.5% of mulberry leaves extract resulted in a stronger inhibition effects than that of 5% extract. In conclusion, application mulberry leaves 5% are very potential as forage concentrate for poultry laying phase in terms of performance and interior quality of eggs.Keywords: mulberry leaf, potential, nutrients, bioactive substances, in hibition, performance, eggs quality, native chicken.

KAJIAN STATUS HARA DAN BIOMASSA BEBERAPA TIPE TEGAKANHUTAN TANAMAN DAN HUTAN ALAM KABUPATEN MAROS

Study Of Nutrients And Biomass Condition On Tree Stands Of Plantation And Natural Forests In Maros Regency

Anwar Umar, Mukrimin, Baharuddin Nurkin, GusmiatyFakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin

ABSTRAK : Hutan tanaman dan hutan alam di Kabupaten Maros merupakan bagian dari kawasan hutan Wallacea yang berfungsi sebagai sistem penyangga kehidupan. Kawasan ini memiliki kondisi lingkungan yang beragam baik dari karakteristik tanah dan topografi maupun karakteristik vegetasi penyusunnya yakni terdapat tegakan pinus, mahoni, akasia, dan eboni. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mendeskripsikan akumulasi unsur hara dan bimassa masing-masing tegakan, selanjutnya untuk mengetahui elemen-elemen yang menyebabkan tinggi rendahnya akumulasi unsur hara dan biomassanya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Nopember 2014. Sampel yang digunakan untuk analisis hara jaringan tanaman berupa daun, ranting, cabang dan batang. Penentuan plot sampel di lapangan dilakukan secara purposive yang ditempatkan pada setiap jenis tegakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akumulasi hara dalam tegakan lebih tinggi dibandingkan akumulasi hara dalam tanah dengan perbandingan 6:4. Urutan akumulasi hara dari tertinggi ke terendah yaitu kulit batang 22,30%, disusul daun 21,96%, Batang 20,04%, ranting 17,88%, dan cabang 17,82%. Tegakan mahoni memiliki biomassa dan akumulasi hara tertinggi

dibanding tegakan lainnya. Semakin tinggi hara pada tegakan semakin tinggi pula biomassanya.

Kata kunci: hutan tanaman, hutan alam, akumulasi unsur hara, biomassa

ABSTRACT : Plantation and natural forests in Maros Regency are parts of the Wallacea Forest Area as a life buffer system. This area has variety environmental condition both in edhapis and biotis since they have pinus mercusii, Swietenia machrophylla, Acacia mangium and Dyospiros celebica stands. This research aims to provide nutrient accumulation and biomass description of those stands. Field research was carried out from April to November 2014. Through purposive plot samples. The results showed that. Accumulation of nutrients in the stands is higher than the accumulation of nutrients in the soil with a ratio 6: 4. Sequencing of accumulation of nutrients is the bark of 22.30%, leaf of 21.96%, Stem of 20.04%, twigs of 17.88% and branches of 17.82%. Stands of mahogany have the highest biomass and nutrient accumulation than other stands. The higher the nutrient of stands means the higher of their biomass.

keywords: plantation forest, natural forest, nutrient accumulation, biomass

ANALISIS SYSTEM PENGATURAN HASIL (YIELD REGULATION) TEGAKAN HUTAN YANG DITANAM OLEH RAKYAT DI DALAM KAWASAN TAMAN NASIONAL

BANTIMURUNG BULUSARAUNG

Analysis of Yield Regulation System of Forest Stand that Planted by Community in Bantimurung Bulusaraung National Park

Supratman, Daud Malamassam, Rasyid Kalu, Muh. RidwanFakultas Kehutanan Universaitas Hasanuddin

ABSTRAKPengaturan hasil hutan kayu pada zona khusus dan zona tradisional taman nasional merupakan suatu hal yang penting dan urgen. Hutan tanaman yang telah dibangun oleh rakyat pada kedua zona tersebut memiliki potensi nilai ekonomi apabila ditebang, namun demikian, juga memiliki potensi mengganggu fungsi konservasi taman nasional apabila ditebang dengan system pengaturan yang tidak tepat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis input-input yang seharusnya dipertimbangkan dan sistem pengaturan hasil (yield regulation) yang tepat pada areal taman nasional. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Oktober 2014 di Desa Samangki, Kecamatan Simbang dan Desa Labuaja, Kecamatan Cenrana, Kabupaten Maros. Inventarisasi tegakan, wawancara mendalam, FGD, dan studi dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data primer dan data sekunder. Analisis struktur vegetasi, growing stock, keanekaragaman jenis, kelerengan, ketergantungan masyarakat, dan analisis kompatibilitas dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian. Hasil penelitian menemukan bahwa input-input yang seharusnya dipertimbangkan di dalam sistem pengaturan hasil pada zona khusus dan zona tradisional taman nasional adalah kelerengan, jarak lahan dengan zonasi, kerapatan tegakan, distribusi diameter, growing stock, keanekaragaman jenis tumbuhan, serta ketergantungan masyarakat terhadap hutan. Sistem pengaturan hasil yang dapat diterapkan adalah kombinasi The Residual Growing Stock Method dengan The Growth Method dengan mengunakan suatu factor yaitu ”FCoS”.

Kata Kunci: pengaturan hasil, hutan tanaman, rakyat, taman nasional

ABSTRACTYield Regulation of timber forest product at specific and traditional zones of national park is an important and urgent issues. Forest plantation that have been developing by the community in both of zones has potential economic value if it’s cut down, however, it has the potential discomfiture of conservation of the national park system if it is cut down with improper yield regulation system. This study aims to analyze the inputs that should be taken and Yield Regulation System that can be implemented in the national park. The study was conducted in June till October 2014 in the village of Samangki, District of Simbang and village of Labuaja, District of Cenrana, Maros Regency. Stand Inventory, In-depth interview, Focus Group Discussions, and documentation study was conducted to collect primary and secondary data. Analysis of vegetation structure, growing stock, species diversity, slope, dependency of community and compatibility analysis were used to achieve the research aims. The result of research was found that the inputs that should be considered in the Yield Regulation in specific and traditional zones are slope, the space of land and zoning, stand density, diameter distribution, growing stock, diversity of plant species, and community dependency of forest. The Yield Regulation that can be applied is combination of the Residual Growing Stock Method with The Growth Method by using a factor of "FCoS".

Keywords: yield regulation, forest plantation, community, national park

KERAGAMAN DAN KAJIAN BIO-EKOLOGI KEPITING PORTUNIDAE UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN KOMODITAS KEPITING LUNAK

Diversity and Bio-Ecology of Portunid Crabs in Order to Support Softshell Crabs Commodity

Inayah Yasir, Budimawan, Supriadi, Ahmad Bahar, dan A. Iqbal Burhanuddin1) Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin,Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10,Tamalanrea, Makassar 90245,

Indonesia 2) Email: [email protected]

ABSTRAKKepiting Portunidae berpotensi menjadi komoditas yang dapat dikembangkan, diantaranya adalah genus Thalamitadan Scylla, yang selama ini telah dimanfaatkan untuk kepiting soka. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji keragaman jenis, distribusi,struktur populasi,pertumbuhan, nisbah kelamin dan tingkat kematangan gonad (TKG)kepiting Portunid (Scylla dan Thalamita). Pengambilan sampel dilakukan di dua Kabupaten (Luwu Utara dan Sinjai). Kepiting ditangkap dengan Rakkang berukuran mata-jaring 20 mm. Analisis keragaman dan distribusi dilakukan dengan tabulasi, struktur populasi dengan menggunakan Piranti FISAT. Parameter pertumbuhan dianalisis dengan metode von Bertalanffy (L∞ dan K). Hasil penelitian menunjukkan di kedua lokasi ditemukan dua jenis kepiting yaitu Thalamita crenatadan Scylla serrata. Thalamita crenata cenderung ditemukan pada habitat dengan kerapatan mangrove lebih tinggi dan kondisi dasar perairan yang tidak kering saat surut, sementara Scylla serrata cenderung ditemukan pada daerah yang

cenderung kering saat surut tiba. Thalamita crenata hanya memiliki 1 kohor jantan dan 1 kohor betina, masing-masing dengan ukuran 56,35 dan 51,00 mm. Parameter pertumbuhanvon Bartalanffy (L∞ and K)masing-masing untuk jantan dan betina adalah 95,75 mm; 0,25 per tahun dan 112,0 mm; 0,35 pertahun. Nisbah kelamin (jantan/betina) Thalamita crenata pada Kabupaten Luwu Utara (Bonebone dan Tanralili) adalah 11/20, sementara di Kabupaten Sinjai (Tongke Tongke) 95/79. TKG Thalamita crenata dari Kab. Sinjai untuk tingkatan 0, dan II masing masing 10, 6 dan 9 individu. Kedua Kabupaten (Luwu Utara dan Sinjai) berpotensi sebagai pusat produksi benih kepiting Portunidae.

Kata kunci: Thalamita crenata, Scylla serrata, Keragaman, Bioekologi,Luwu Utara, Sinjai

ABSTRACTPortunid crabs are potential candidate for softshell commodity, e.g generaThalamitaand Scylla. Based on this fact, the present research was aimed to analyse the Portunid crabs (Thalamita and Scylla) diversity and their distribution as well as the growth of its population structure, sex ratio and gonad maturity index. Sampling was done at two district area, namely North Luwu and Sinjai Districts. The crabs were captured using rakkang with mesh size of 20mm. Diversity analysis and distribution were done using tabulation, while population structure was obtained using software FISAT-II. The result showed that both area were inhabited by Scylla serrata and Thalamita crenata. Thalamita crenata prefered area with high density of mangrove tree and the habitat never dry during low tide. In contrary, Scylla serrata tend to be found in ‘drier’ area. Male and female Thalamita crenata has one cohort with size 56.35 and 51,00 mm respectively. Von Bartalanffy growth parameter (L∞ and K) was 95.75mm and 0.25 per year for male, and 112.0 and 0.35 per year for female. Ratio male/female for T. Crenata was 11/20 for North Luwu District and 95/79 for Sinjai District. Gonad maturation index ofThalamita crenatafor 0, I, and II were 10, 6 and 9 individu, respectively.

Keywords: Thalamita crenata, Scylla serrata, Diversity, Bio-ecology, North Luwu, Sinjai

PENGUJIAN DAN EVALUASI KUALITAS RUMPUT LAHAN PASCA TAMBANG PT. INCO SOROWAKO DALAM UPAYA PENGEMBANGAN TERNAK RUMINANSIA (2013)

Syamsuddin Hasan, Asmuddin Natsir, Ambo Ako

Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui produksi biomassa, komposisi botanis, daya

cerna (bahan kering dan bahan organik), kandungan logam berat (Ni, Cr dan Pb) hijauan

pakan yang tumbuh pada lahan pasca tambang PT.Vale Tbk. ( nama sebelumnya PT.Inco

Tbk), Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian ini

dilaksanakan dua (2) tahap. Tahap pertama (I) dilaksanakan untuk meneliti vegetasi yang

tumbuh (Produksi, komposisi botanis), sekaligus melakukan pengambilan sampel penelitian

dengan metode Dry Weight Rank yang dimodifikasi (Mannetje.L, and K.P. Hoydock, 1963;

Wadi, dkk, 2006) dan (2) Tahap II; dengan melakukan analisa di laboratorium Kimia

Makanan Ternak, univ Hasanuddin dengan analisa-analisa yang dilakukan sebagai berikut;

Analisa kandungan logam berat; Ni, Cr dan Pb( Arsentina, 2008); Analisa kandungan NDF,

ADF, ADL, Sellulose, Hemicellulose (AOAC, 2000) dan Analisa daya cerna (Goto and Minson

1977). Hasil Penelitian menunjukkan sebagai berikut : Komposisi botanis rumput 87%; 6%;

4% dan 3 % untuk masing-masing Brachiaria decumbens (BD); Centrocema pubescens (CP);

Calopogonium muconoides (CM) dan Imperata cylindrica (IC). Produksi bahan kering rumput

BD; CP; CM dan (IC) masingmasing: 13,68 ton/ha/thn; 3,96 ton/ha/thn; 0,8 ton/ha/thn dan

0,8 ton/ha/thn. Daya cerna bahan kering dan bahan organic untuk rumput BD, CM, dan CP

jauh lebih baik dibandingkan dengan IC. Kandungan logam berat untuk Ni, Cr, dan Pb

menunjukkan bahwa hasilnya telah melebihi ambang batas yang telah ditetapkan oleh

BPOM RI. Sehingga apabila dijadikan hijauan pakan ternak akan menimbulkan dampak

negatif yang besar.

Kata Kunci : Lahan Pasca Tambang, Produksi Hijauan, Daya Cerna In Vitrov

INOVASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN RUMPUT LAUT MELALUI APLIKASI TEKNOLOGI OHMIC UNTUK MENUNJANG TERBENTUKNYA INDUSTRI PENGOLAHAN RUMPUT

LAUT NASIONAL YANG BERDAYA SAING SECARA GLOBAL (2013)

Salengke, Supratomo, Abdul Waris, SyafiuddinFakultas Pertanian Universitas Hasanuddin

ABSTRAK Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam produksi rumput laut karena memiliki garis pantai yang sangat panjang dan kondisi iklim yang cocok. Sehubungan dengan itu, rumput laut telah menjadi salah satu komoditas ekspor andalan sehingga pembudidayaannya semakin diintensifkan oleh pemerintah melalui pembentukan klaster-klaster produksi rumput laut yang tersebar di berbagai propinsi. Upaya peningkatan produksi tersebut harus diikuti dengan upaya pengembangan teknologi pengolahan yang lebih efisien sehingga dapat menunjang terbentuknya industri pengolahan rumput laut nasional yang berdaya saing secara global. Metode pengolahan rumput laut yang diaplikasikan di industri dalam dan luar negeri sekarang ini merupakan teknologi konvensional yang berbasis pada proses pemanasan rumput laut secara konvensional dalam double jacketed tank yang menggunakan uap sebagai sumber energi panas. Teknologi pengolahan seperti ini sangat tidak efisien karena membutuhkan energi yang besar serta waktu pengolahan yang panjang. Oleh karena itu, perlu dikembangkan teknologi baru dalam pengolahan rumput laut. Penelitian tahun ke-2 difokuskan pada pengembangan sistem ohmic skala laboratorium (volume 7,5 liter per reaktor) yang digunakan untuk pengolahan rumput laut penghasil karaginan. Hasil uji fungsional menunjukkan bahwa sistem ohmic skala pilot yang telah dirancang dapat berfungsi dengan baik sehingga penelitian dapat dilanjutkan ke taraf pengujian dalam pengolahan rumput laut jenis Eucheuma cottonii untuk menghasilkan karaginan semi murni dan karaginan murni. Pengujian telah dilakukan

untuk mempelajari pengaruh lama pemanasan ohmic (1, 2, dan 3 jam), serta rasio massa rumput laut – larutan alkali (1:10, 1:30, dan 1:50 untuk pengolahan karaginan murni) terhadap kualitas karaginan yang dihasilkan (berdasarkan viskositas dan kekuatan gel karaginan).

Kata Kunci :

PENGEMBANGAN MODEL DINAMIK DAMPAK EUTROFIKASI DAN SEDIMENTASI DALAM PENGENDALIAN KERUSAKAN TERUMBU KARANG DI KEPULAUAN SPERMONDE, SULAWESI

SELATAN ((2013)

DYNAMIC MODEL DEVELOPMENT OF EUTRIFICATION AND SEDIMENTATION IMPACT ON CORAL REEF DAMAGE IN SPERMONDE ARCHIPELAGO, SOUTH SULAWESI (2nd Year Grant)

SUMMARY

Chair Rani1, Natsir Nessa2, Jamaluddin Jompa, Syamsuddin Toaha3, Ahmad Faizal1Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasaanuddin, 3Fakultas MIPA Universitas

Hasanuddin

ABSTRAK Pengembangan model dinamik terhadap pengaruh eutrofikasi dan sedimentasi untuk mengendalikan kerusakan terumbu karang telah dilakukan di Kepulauan Spermonde pada penelitian tahun pertama (2012). Model yang telah dibangun telah diuji dan tergolong valid. Oleh karena itu perlu diujicobakan pada skop yang lebih luas. Penelitian di tahun kedua ini bertujuan untuk menguji pengaplikasian model dinamik yang telah dihasilkan pada tahun pertama penelitian untuk skop yang lebih luas untuk menentukan apakah model yang telah dibangun bersifat umum atau spesifik lokasi. Uji coba dilakukan pada dua kawasan utama terumbu karang di Sulawesi Selatan, yaitu di Kepulauan Spermonde dan di Kepulauan Sembilan (Teluk Bone). Kedua wilayah ini dianggap menarik karena memiliki dampak eutrofikasi dan sedimentasi yang bervariasi berdasarkan kehadiran muara sungai dan aktivitas pertanian dan pertambakan yang ada. Pengambilan data meliputi kualitas perairan terumbu karang, dengan pengukuran konsentrasi nutrien (nitrat dan fosfat), laju sedimentasi, pH, suhu, TSS, salinitas, DO, kecerahan, arah dan kecepatan arus. Data ekologi yang diambil yaitu tutupan makroalga, tutupan dasar terumbu karang, dan jenis serta kelimpahan ikan karang herbivora. Pengambilan data dilakukan selama empat bulan pada 6 stasiun (pulau). Tiga stasiun berada di Kep. Spermonde (Pulau Laiya, Kodingareng, dan Samalona), dan tiga stasiun lainnya berada di Kep. Sembilan, Sinjai (P. Batanglampe, Kambuno, dan Burungloe). Pada masing-masing pulau data diambil di dua titik sebagai ulangan. Data kualias air (oseanografi) diambil setiap bulan selama 4 bulan, sedangkan data ekologi (tutupan makroalga, tutupan dasar terumbu karang, dan kelimpahan jenis ikan karang herbivora) diambil pada akhir penelitian. Pengukuran kualitas air dilakukan secara insitu (suhu, salinitas, kecerahan, arah dan kecepatan arus) dan analisis di laboratorium (nutrien, pH, DO, dan TSS). Hasil sementara perbandingan antara kedua lokasi menunjukkan bahwa nilai pH, salinitas, kecerahan dan DO relatif lebih tinggi untuk pulau-pulau yang berada di Kep Spermonde, sedangkan nilai untuk parameter fosfat dan laju sedimentasi relatif lebih tinggi untuk pulau-pulau di Kep. Sembilan, Sinjai. Untuk unsur nitrat relatif sama di kedua wilayah kajian. Tutupan karang hidup masih lebih tinggi dari tutupan makroalga, namun nilai tutupan karang hidupnya tergolong rendah sehingga tingkat kerusakannya sudag tergolong rusak sampai kritis dengan tutupan < 50%. Hasil uji model menunjukkan bahwa model yang telah dikembangkan tergolong valid dan bersifat general sehingga dapat diaplikaiskan pada wilayah lain yang telah mengalami dampak

eutrofikasi dan sedimentasi. Kata Kunci: model dinamik, eutrofikasi,sedimentasi, terumbu karang

ABSTRACTThe development of dynamic model to describe the effect of eutrophication and sedimentation on coral reefs damage in Spermonde Islands has been done during the first year grant in 2012. If the model that has been built is valid, it needs to be tested on a wider scope. Therefore, the aim of the research on this second year, is to determine if the model that has been built is applicable to be used in general basis or specific. The trial were performed in two main areas of coral reefs in South Sulawesi, namely in Spermonde Archipelago and in Sembilan Archipelago in Bone Bay. Both areas are considered interesting based on the variation of their eutrification and sedimentation level. The variation was caused by the presence of estuary and the agriculture and aquaculture activities. Water quality data including the measurement of nutrients level (nitrate and phosphate coverage and herbivorous fish species and its abundance. Data was collected on monthly basis at six stations. Three stations are in Spermonde Archipelago (Laiya Island, Kodingareng Island, and Samalona Island), and the other three in Sembilan Archipelago, Sinjai (Batanglampe Island, Kambuno Island, and Burungloe Island). The data was taken at two points on each island as replicates. Water quality data (oceanography ) was taken in monthly bases for four months, while the ecological data was taken at the end of the trial. Temperature, salinity, brightness, and current and speed direction were measured insitu, while nutrients level, pH, DO, and TSS were measured in laboratory. Interim results showed that the level of pH, salinity, brightness and Dissolved Oxygen is relatively higher in the islands of Spermonde Archipelago compared to the islands of Sembilan Archipelago, Sinjai. The level of nitrate and sedimentation is relatively higher in the islands of Sembilan Archipelago, Sinjai compared to the islands of Spermonde Archipelago. The concentration of nitrate in the two studied areas was relatively equal. The coverage of live corals is higher compared to that of macroalgae, however, the percentage of live coral coverage is low so that the magnitude of the coral damage already reaches critical level with the coverage <50%. The result of the model test showed that the developed model is valid and broad-spectrum and therefore can be applied to other areas already impacted by eutrophycation and sedimentation. Keywords: dynamic model utrification, sedimentation, coral reef

PEMETAAN PROFIL LEMAK, POLIFENOL DAN ASAM LEMAK (OLEAT) DARI BIJI KAKAO (Theobroma Cocoa L) DI SULAWESI BARAT (2013)

Jumriah Langkong, Ir. Mariyati Bilang, Februadi BastianFakultas Pertanian Universitas Hasanuddin

ABSTRAK Kakao merupakan salah satu hasil komoditi perkebunan yang dapat menghasilkan pendapatan dalam menunjang kehidupan masyarakat dan meningkatkan devisa negara. Kakao banyak dibudidayakan di Sulawesi Barat dengan sifat fisiko kimia memenuhi SNI yang mempengaruhi kualitas biji kakao. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui mempelajari pemetaan profil lemak, polifenol dan asam lemak (oleat) pada biji kakao lindak yang difermentasi tingkat petani dan peneliti di kabupaten Mamuju dan Mamuju Tengah Kadar air biji kakao terbaik terdapat pada perlakuan biji kakao fermentasi yang dilakukan oleh peneliti dan petani dari kecamatan Kaluku (6,07-6,31%) dan memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Kadar lemak

biji kakao fermentasi yang dilakukan oleh petani dari kecamatan Karossa dan kecamatan Kaluku lebih tinggi dibandingkan biji kakao hasil fermentasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu 50,80-52,87%. Kadar asam lemak (Oleat) tertinggi terdapat pada biji kakao terfermentasi yang dilakukan oleh petani dari Kecamatan Tapalang Barat yaitu 1,66 %. Dan kadar asam lemak bebas terendah terdapat pada biji kakao fermentasi yang dilakukan oleh peneliti dari kecamatan Tapalang yaitu 0,86%. pH biji kakao fermentasi yang dilakukan petani dan peneliti empat kecamatan yaitu 5,52-6,71. Kadar total polifenol tertinggi terdapat pada biji kakao fermentasi yang dilakukan oleh peneliti dari kecamatan Tapalang Barat yaitu 38,89/g.

Kata Kunci : Kakao, Sulawesi Barat, Fermentasi, Biji Kakao, Sifat Fisiko Kimia

ABSTRACT Cocoa is one of plantation commodities that can generate revenue to support community life and increase foreign exchange . Many cocoa cultivated in West Sulawesi. Their physic-chemical characters influence the are quality SNI cocoa beans . The purpose of this study was to determine the profile fat, polifenoland fat acid (oleat) fermented cocoa beans was produced by farmers and by researcher in distric Mamuju and Center Mamuju. The best result of water content came from fermented cocoa beans which was prepared by researchers and farmers from subdistrict Kaluku (6.07 to 6.30 %). This meet the Indonesian National Standard (SNI). Fat content of fermented cocoa bean which was prepared by farmers from subdistrict Kaluku and Karossa was higher than fermented cocoa beans by researchers. The highest value of fatty acids(oleat) came from fermented cocoa beans which was prepared by farmers from subdistrict West Tapalang which was 1.66 % . On the other hand, the lowest value of resulted from fermented cocoa bean which was prepared by researchers from subdistrict Tapalang which was 0.86 % . The pH value of fermented cocoa beans prepared by farmers and researchers four subdistricts were 5.52-6.71 ; respectively. The highest value polivenol came from fermented cacao bean by researchers subdistric West Tapalang which was 38.89/g.

Key Words : Cocoa, West Sulawesi, Fermentation, Cocoa Beans, Physico Chemical

PENINGKATAN PRODUKSI PADI HASIL RADIASI DAN NON RADIASI SINAR GAMMA YANG DIAPLIKASI PUPUK ORGANIK DARI LIMBAH PERTANIAN DAN MIKROBA

FIKSATOR SEBAGAI SUBSITUSI UREA PADA DUA AGROEKOSISTEM (2013)

Elkawakib Syam’un, Kaimuddin, Amirullah DachlanFakultas Pertanian Universitas Hasanuddin

ABSTRAK Penelitian dilaksanakan di rumah kasa Jurursan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin yang berlangsung dari Februari hingga November 2013 yang dilakukan dalam dua unit percobaan. Percobaan unit I dilaksanakan dalam skala pot dalam bentuk percobaan faktorial dua faktor yang disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK). Faktor I adalah varietas padi hasil radiasi dan non-radiasi yang terdiri atas empat jenis, yaitu: varietas Pandan Putri, Sidenok, Ciliwung dan Ciherang. Faktor kedua adalah paket pemupukan N-organik + mikroba penambat N non-simbiotik yang teridiri dari 10 paket, yaitu: dosis N rekomendasi, 0,5 dosis N rekomendasi + 2.5 L Azospirillium sp., 0,5 dosis N rekomendasi + 5,0

L Azos-pirillium sp., 5,0 L Azospirillium sp., 0,5 dosis N rekomendasi + 2.5 L Azotobacter sp., 0,5 dosis N rekomendasi + 5,0 L Azo-tobacter sp., 5,0 L Azotobacter sp., 0,5 dosis N rekomendasi + 2.5 L Azos-pirillium sp. + 2.5 L Azotobacter sp., 0,5 dosis N reko-mendasi + 5,0 L Azos-pirillium sp. + 5,0 L Azotobacter sp., dan 5,0 L Azospirillium sp.+5,0 L Az-to-bacter sp. Percobaan unit II dilaksanakan dalam bentuk percobaan faktorial tiga faktor yang disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK). Faktor I adalah varietas padi (V), yang terdiri dari empat jenis, yaitu : v1=Varietas Pandan Putri, v2=Varietas Inpari Sidenuk, v3=Varietas Ciliwung, dan v4=Varietas Ciherang. Faktor II adalah lima perlakuan terbaik paket pemupukan pada penelitian tahap pertama (p) yaitu : p1=5,0 L Azospirillum, p2=125 kg urea ha-1 + 2,5 L Azotobacter, p3=125 kg urea ha-1 + 5,0 L Azotobacter, p4=5,0 L Azo-tobacter, p5=125 kg urea ha-1 +2,5 L Azospirillum+ 2,5 L Azotobacter. Faktor III adalah frekuensi waktu pemberian mikroba penambat N nonsimbiotik (f), yaitu :f1=diberikan 1 kali pada saat tanaman (0 hst), f2=diberikan 2 kali pada 0 hst dan 45 hst, f3=diberikan 3 kali pada 0 hst, 21 hst dan 45 hst. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas mem-berikan respon yang signifikan dari aplikasi paket pemupukan 5.0 L Azospirillum sp.;. ½ dosis N rekomendasi + 2.5 L Azotobacter sp.; ½ dosis N rekomendasi + 5.0 L Azotobacter sp.; 5.0 L Azoto-bacter sp., ½ dosis N rekomendasi + 2.5 L Azospirillum sp. + 2.5 L Azotobacter sp. terhadap berat kering tajuk dan akar tanaman serta serapan N yang lebih tinggi. Varietas Pandan Putri memberikan hasil terbaik pada tinggi tanaman (93,94 cm), jumlah gabah per malai (136,46 butir), jumlah gabah berisi (120,87 butir) dan bobot 1000 butir (28,42 g). Paket pemupukan ½ dosis urea rekomendasi + 2,5 L Azotobacter memberikan hasil terbaik pada tinggi tanaman (77,62 cm), jumlah anakan per rumpun (20,34 anakan), jumlah anakan produktif (16,26 anakan) dan bobot malai per rumpun (71,53 g). Interaksi antara paket pemupukan ½ dosis urea rekomendasi + 2,5 L Azotobacter + 2,5 L Azospirillum dengan frekuensi waku pemberian mikroba penambat N sebanyak 3 kali pada 0 hst, 21 hst dan 45 hst memberikan hasil terbaik pada tinggi tanaman ( 78,86 cm). Interaksi antara varietas Inpari Sidenuk dan paket pemupukan ½ dosis urea rekomendasi + 5,0 L Azotobacter dengan frekuensi waktu aplikasi pupuk hayati yang diberikan 3 kali pada 0 hst, 21 hst dan 45 hst memberikan hasil terbaik pada kandungan N total tanah (0,1400). Dan hasilnya sama pada varietas Ciliwung pada paket pemupukan ½ dosis urea rekomendasi + 5,0 L Azotobacter dengan frekuensi waktu pemberian pupuk hayati 2 kali pada 0 hst dan 45 hst.

Kata Kunci :

EKSPLORASI DAN POTENSI CENDAWAN ENTOMOPATOGEN PENICILLIUM SP. SEBAGAI AGENS PENGENDALI HAYATI HAMA PENGGEREK BUAH KAKAO,

CONOPOMORPHA CRAMERELLA (SNELLEN) (2013)

Exploration and Potential of Entomopathogenic fungi Penicillium sp. As biological control of Cocoa Pod Borer, Conopomorpha cramerella (Snellen)

Nurariaty Agus, Annie P. Saranga dan Ade RosmanaJurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, UNHAS

ABSTRAK Penggerek buah kakao (PBK), Conopomorpha cramerella (Snellen) merupakan hama utama tanaman kakao. Potensi kerugian hasil yang disebabkan oleh hama tersebut dapat mencapai

60-80 % dengan kerugian sekitar Rp 810 milyar per tahun. Salah satu musuh alami yang dapat dimanfaatkan dan berpotensi untuk dikembangkan sebagai agens pengendali hayati hama PBK adalah cendawan entomopatogen Penicillium sp. Penelitian bertujuan untuk mengetahui spesies dan karakteristik cendawan entomopatogen Penicillium spp. dari tiga lokasi pertanaman kakao di SulSel dan potensinya sebagai agens pengendali hayati hama penggerek buah kakao. Penelitian direncanakan selama dua tahun yang akan dilaksanakan pada pertanaman kakao yakni di kabupaten Pinrang, Bone dan Bantaeng serta di laboratorium Identifikasi OPT dan Pengendalian hayati, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Unhas. Kegiatan tahun pertama meliputi 1) eksplorasi dan identifikasi spesies Penicillium berdasarkan ciri morfologi; 2) seleksi isolat dan karakter fisiologi melalui pengamatan aspek bioekologi masing-masing isolat cendawan dan 3) perbanyakan cendawan tersebut pada berbagai media/substrat. Kegiatan pada tahun kedua meliputi pengujian virulensi dan tingkat patogenitasnya serta penyimpanan dan aplikasi cendawan Penicillium sp. sebagai agens pengendali hayati hama PBK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah diidentifikasi ternyata bahwa terdapat tiga jenis cendawan yang dominan ditemukan pada saat eksplorasi dan berpotensi sebagai agens hayati yaitu Penicillium sp., Aspergillus sp. dan Fusarium sp. Ada dua isolat cendawan Penicillium yang ditemukan yaitu warna hijau dan merah muda. Isolat cendawan Penicillium sp. warna hijau lebih baik perkembangan dan pertumbuhannya dibandingkan warna merah muda. Pertumbuhan cendawan tersebut lebih baik pada media PDA dari pada media CMA dan CA. Sementara itu, pada media padat ternyata media beras menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan dedak dan serbuk gergaji.

Kata-kata kunci : eksplorasi, potensi, cendawan entomopatogen Penicillium sp., agens hayati, hama penggerek buah kakao ABSTRACTCocoa pod borer ( CPB ), Conopomorpha cramerella ( Snellen ) is a major pest of cocoa plants. The potential loss in yield caused by pests can reach 60-80 % with a loss of about U.S. $ 810 billion per year . One of the natural enemies that can be utilized and the potential to be developed as biological control of CPB are entomopathogenic fungi Penicillium sp . The study aims to determine the species and characteristics of entomopathogenic fungi Penicillium spp. from three locations in South Sulawesil cocoa plantations and their potential as biological control of pod borer of cocoa . The study is planned for two years which will be held on the cocoa plantations in Pinrang , Bone and Bantaeng as well as in the laboratory of pest identification and biological Control, Department of Plant Pests and Diseases Faculty of Agriculture, Hasanuddin University. The first year's activities include 1 ) the exploration and identification of Penicillium species based on morphological characteristics , 2 ) the selection of isolates and physiological characters through the observation of each aspect bioecology fungal isolates and 3 ) propagation of the fungus on various media / substrates. Activities in the second year include testing the virulence and patogenicity level as well as the storage and application of the fungus of Penicillium sp . as biological control of pests CPB. The results showed that there are three dominant types of fungi found during the exploration and potential as biological control agents and having identified the fungus known as Penicillium sp., Aspergillus sp. and Fusarium sp. There are two isolates of the fungus Penicillium that green and pink colors. Development and growth of green isolates of the fungus Penicillium sp. is better than pink colour. The growth of the fungus is better on PDA than the media CMA and CA. Meanwhile, in the solid media showed that fungus growth is better on medium rice compared with bran and sawdust.

Key words: exploration, potential, entomopathogenic fungi Penicillium sp., biological control agents, cocoa pod borer

PENENTUAN KRITERIA SELEKSI KARAKTER REPRODUKSI PADA SAPI BALI MELALUI PELACAKAN PENCIRI MOLEKULER DAN KARAKTER FISIOLOGIS TAHUN 2:

POLYMORPHISM KANDIDAT GEN KEMBAR (2013)

Herry Sonjaya, Upik Andriani Miskad, Hasbi, Indah KusumandariFakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

ABSTRAK Karakter efisiensi reproduksi sapi Bali betina sudah terkenal lebih baik di di banding bangsa sapi lainnya, namun akhir-akhir ini performannya disinyalir menurun sehingga berdampak terhadap rendahnya laju peningkatan populasi ternak sapi di Sulawesi Selatan. Oleh Karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menentukan kriteria seleksi karakter reproduksi, sapi Bali seperti kelahiran kembar berdasar penciri molekuler gen IGF, HSP dan gen Leptin . Penelitian dilakukan dua tahun, tahun pertama mengidentifikasi keragaman genetik karakter reproduksi dan tahun kedua menganalisa hubungannya dengan karakter fisiologisnya. Jumlah sampel ternak yang diambil terdiri dari 68 ekor ada riwayt kembar dan 42 ekor sapi control. Sampel darah diambil dari induk sapi-sapi yang melahirkan kembar dan tunggal, anak jantan dan betina kembar dan tidak kembar . Amplifikasi fragmen kadidat gen karakter reproduksi dengan mesin thermal cycler metode PCR dilakukan menggunakan sepasang primer seperti gen Leptin, gen HSP 70, Bovin IGF1 (223 bp), IGF –IC (700 bp) dan IGF (249 bp) . Penelitian menyimpulkan bahwa Kandidat gen primer gen Bovin IGF-1 merupakan kandidat gen penciri karakter kembar, sedangkan gen IGF-1C, Leptin dan Hsp tidak dapat dijadikan sebagai penanda kelahiran kembar pada sapi Bali dan persilangannya.

Kata Kunci :

PENGEMBANGAN INDUK UNGGUL TERDOMESTIKASI SERTA PENGALIHAN TEKNOLOGI PRODUKSI KEPADA PELAKU INDUSTRI GUNA MENGATASI

KELANGKAAN BAHAN BAKU EKSPOR DAN PELESTARIAN SUMBERDAYA RAJUNGAN (2013)

.Yushinta FujayaFakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin

ABSTRAK

Sumberdaya rajungan Indonesia terancam punah akibat over eksploitasi. Permintaan yang tinggi dan harga yang kompetitif dari pasar luar negeri mendorong pelaku industri untuk terus mengeksploitasi rajungan tanpa memerhatikan kelestariannya. Tekanan eksploitasi nampak dari semakin kurangnya jumlah dan semakin kecilnya ukuran hasil tangkapan. Budidaya diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Domestikasi untuk mendapatkan induk rajungan unggul yang tumbuh cepat dan tahan terhadap cekaman perubahan lingkungan di tambak serta pengalihan teknologi kepada pelaku industri diharapkan dapat mendukung kegiatan budidaya sehingga mengatasi kelangkaan bahan baku ekspor rajungan dan mengurangi tingkat eksploitasi rajungan di alam. Penelitian ini diusulkan untuk mewujudkan harapan tersebut. Kegiatan direncanakan dalam kurun waktu 3 tahun (2013-2015), meliputi: perakitan induk unggul melalui selective breeding untuk menyediakan benih yang tahan terhadap kondisi ekstrim tambak, melakukan pendampingan bagi ukm hatchery dan tambak serta membuat demplot pembenihan dan pembesaran rajungan, melakukan penyuluhan dan sosialisasi, serta membuat model dinamik pengembangan rajungan dalam rangka perencanaan dan pendugaan terhadap dampak atau hasil yang akan dicapai dalam jangka panjang sehingga dapat ditentukan langkah yang tepat untuk mencapai tujuan. Hasil Kegiatan tahun 1 menunjukkan bahwa pembenihan rajungan secara massal dapat dilakukan dengan baik oleh teknisi pembenihan udang. Meskipun sintasan masih rendah namun dapat mensuplai kebutuhan bibit untuk pembesaran rajungan. Rajungan bibit yang dihasilkan dari perbenihan juga dapat dibesarkan di tambak hingga mencapai 150 an gram setelah tiga bulan pemeliharaan bahkan sudah bertelur. Ujicoba pembenihan rajungan F1 ini belum berhasil karena mereka menggugurkan telurnya setelah tiba di hatchery. Dari pembesaran rajungan yang berasal dari perbenihan ditemukan bahwa ada variasi bobot (modus pada petakan di desa kupa antara 30-39 gram sedangkan di desa bojo 90-99 gram) dan lebar karapas (modus pada petakan di desa kupa antara antara 60-69 mm sedangkan di desa bojo 80-89 mm) setelah 3 bulan pemeliharaan. Belum dapat dipastikan apakah perbedaan ini diakibatkan oleh perbedaan induk (asal induk atau ada sub spesies rajungan). Pengamatan di lapangan ditemukan bahwa ada variasi rajungan dilihat dari segi warna dan ukuran berdasarkan daerah penangkapan. Setelah dilakukan sekuen 16sRNA, sampel rajungan yang diuji masih menunjukkan homologi hingga 98%-100%. Pengamatan stock induk rajungan di alam menunjukkan bahwa dugaan pemanfaatannya menunjukkan bahwa tingkat eksploitasi telah lebih tangkap dengan nilai dugaan E yang telah melewati nilai E = 0,5 pada Lc = 10,86 cm dan Lc = 10,5 cm masing-masing untuk jenis kelamin jantan dan betina.

Kata Kunci :

PERCEPATAN DAN PENINGKATAN PENYEDIAAN BENIH KENTANG UNGGULAN DI KORIDOR SULAWESI MELALUI PEMANFAATAN PAKET INOVASI TEKNOLOGI DAN MANAGEMEN TERPADU UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA BENIH NASIONAL

(2013)

Baharuddin, Tutik Kuswinanti, Fachirah Ulfah, Darwis AliFakultas Pertanian Universitas Hasanuddin

ABSTRACT Ketersediaan benih kentang jauh dari memadai, hanya 10 % dari kebutuhan nasional 120.000 ton/tahun (termasuk impor), sehingga berdampak pada produktivitas yang hanya 12 ton/ha

dari potensi 40 ton/ha. Untuk memacu ketersediaan benih kentang di Indonesia perlu diterapkan inovasi teknologi yang bersinergis khususnya untuk melipatgandakan produksi benih sumber seperti: penerapan teknologi aeroponik pada stek hasil kultur jaringan, deteksi dini virus dan patogen lainnya menggunakan teknologi PCR, pemanfaatan mikrobia PGPR, bioaktivator, biopestisida, pupuk organik dan zat pengatur tumbuh nabati. Melalui pemanfaatan paket teknologi tersebut dan managemen benih secara terintegrasi diharapkan dapat mendukung ketersediaan benih kentang unggulan secara 7 tepat: jenis, varietas, jumlah, mutu, waktu, tempat dan harga. Selama kurung waktu 12 tahun, Center for Potato (CPS) Unhas telah melakukan berbagai aktifitas penelitian dan pengembangan ipteks kentang khususnya pengembangan teknologi ramah lingkungan. Untuk meningkatkan kapasitas produksi benih kentang di mitra Instalasi Kebun Benih di beberapa kabupaten dan perluasan jejaring (mitra baru), beberapa paket teknologi terkini diujicobakan untuk diterapkan dalam rangka menggenjot produksi benih kentang unggulan (Nasional: varietas GM05, GM08, Repita, Granola, Atlantik dan varietas lokal: Kalosi, Raja, Supejohn). Jika selama ini kemitraan hanya di 2 lokasi (Malino dan Enrekang) dengan sistem konvensial telah diproduksi 100.000 knol G0/tahun diharapkan pada tahun I (2013) dapat ditingkatkan dan diperluas menjadi 5 mitra kabupaten di Sulsel dengan target produksi 500.000 G0 dan selanjutnya tahun 2015 akan digenjot menjadi 1.000.000 knol G0 pada 10 kabupaten di Kawasan MP3EI Sulawesi atau berkonstribusi 30 % dari kebutuhan nasional. Melalui introduksi paket teknologi bersinergi yaitu produksi benih sehat dan bermutu hasil kultur jaringan yang dikombinasi dengan sistem deteksi dini patogen, ELISA dan PCR telah diperoleh indukan kentang unggulan yang sehat dan bermutu. Pada tahap awal telah dilakukan seleksi Umbi kentang yang diperoleh dari Balitsa Lembang dan Lokal Sulut) antara lain: GM 05, GM08, Superjohn (Sulut). Umbi tersebut diinkubasi selama 4 bulan hingga muncul tunas yang digunakan sebagai eksplan untuk perbanyakan planlet secara in-vitro di laboratorium. Sebelum ditanam ekplan tersebut diuji kesehatannya menggunakan teknik ELISA dan PCR untuk menjamin terbebasnya eksplan dari virus dan penyakit lainnya. Eksplan yang dinyatakan negatif tidak mengandung patogen selanjutnya dilakukan penanaman dalam media modifikasi Muraschige and Skoogs untuk pertumbuhan planlet (tanaman mini). Metode Stek buku tunggal selanjutnya digunakan untuk melipatgandakan planlet secara in-vitro. Stek kultur jaringan yang telah berusia 45-60 hari digunakan sebagai planlet untuk penanaman stek pada media arang sekam di dalam rumah kasa. Untuk mencirikan produksi benih kentang dari ke-5 mitra kabupaten masing-masing diberikan varietas yang berbeda-beda, yaitu varietas Kalosi di Enrekang, Raja di Toraja, Tenggo di Toraja Utara, Granola di Malino Gowa dan MG08 di Bantaeng. Dua Kabupaten mitra baru sedang dalam proses penjajakan kerjasama yaitu: Jeneponto dengan varietas Repita dan Sinjai dengan varietas Atlantik. Kegiatan penanaman di Green house meliputi aklimatisasi, perbanyakan stek pucuk dan stek produksi pada ke 5 mitra kabupaten dilaksanakan pada saat yang berbeda-beda. Hal tersebut tergantung dari kesiapan sarana dan prasarana di lapang dan kemampuan adopsi teknologi dari tenaga kerja masing-masing mitra. Pada umumnya kondisi Green house disetiap mitra memerlukan rehabilitasi setiap tahunnya akibat iklim/cuaca yang ekstrim di daerah dataran tinggi. Untuk memacu produksi benih sumber (G0) pada ke-5 mitra kabupaten digunakan sistem budidaya aeroponik. Prototipe sistem aeroponik untuk produksi benih kentang termuat dalam Buku 104 Inovasi lndonesia, BIC 2012. Green house aeroponik telah terbangun masing-masing di Malino, Gowa (3 buah dengan ukuran @ 7x21m2), Enrekang (1 buah @6 x 15 m2), Toraja (1 buah @ 7x21 m2) dan Toraja Utara (2 buah @ 6 x 21m2 dan Bantaeng (1 buah @ 6 x20 m2). Dengan penanaman 1200-2000 stek yang telah berakar pada 1 GH aeroponik setelah berumur 90 hari akan diperoleh 36.000- 60.000 umbi mini G0/musim, sedang pada penanaman 5000 stek lainnya pada sistem konvensional (media organik dan arang sekam) akan diperoleh sebanyak 25.000 umbi G0. Sebagaimana target yang dicanangkan pada setiap mitra untuk tahun I: Malino, Gowa sebanyak 200.000 G0, Bantaeng sebanyak 100.000 G0, Enrekang sebanyak 100.000 G0, Toraja & Toraja utara masing-masing

sebanyak 50.000 G0, sehingga total keseluruhan sebanyak 500.000 G0. Berdasarkan pengalaman kami selama ini jika menanam 500 botol planlet akan diperoleh 10.000 stek aklimatisasi dengan minimal keberhasilan 5000 stek yang hidup. Dengan perbanyakan stek pucuk akan diperoleh 12.500 stek produksi yang akan menghasilkan umbi sebanyak 62.500 G0 pada sistem konvensional (@ 5 umbi/tanaman). Hasil produksi stek produksi dan umbi G0 pada setiap mitra diperoleh sebagai berikut: Malino terdapat produksi G0 sebanyak 7000 umbi, Akhir november dipanen 6000 tan dengan dengan produksi 30.000 umbi G0 serta masih tersedia 50.000 stek berakar yang diharapkan akan panen dibulan Desember- Januari 2014 sejumlah 250.000 G0. Di Bantaeng hingga bulan Agustus telah diproduksi 70.000 umbi G0 dan sekarang ini terdapat 23.000 stek perbanyakan yang diharapkan pada bulan Januari akan menghasilkan minimal sebanyak 100.000 umbi GO. Di Enrekang, perbanyakan stek hasil kultur jaringan dimulai di awal tahun yang secara bertahap hingga akhir bulan Oktober produksinya telah mencapai 12.000 G0, diharapkan dengan penggunaan sistem aeroponik (baru selesai dibangun) dengan penanaman 1100 tanaman akan menghasilkan 33.000 G0 (@30 umbi/tanaman) akhir bulan Desember (setiap 2 minggu dilakukan panen umbi yang berukuran 2 cm dan masih terdapat sekitar 6500 stek yang diharapkan akan menghasilkan 32.500 umbi G0 di bulan Januari 2014. Hasil panen baru mencapai 10.500 umbi G0 hasil aeroponik. Di Kabupaten Toraja dengan mengandalkan sistem aeroponik, telah dipanen sebanyak 20.000 umbi G0 di bulan Agustus dan hingga sekarang ini masih melakukan perbanyakan stek produksi untuk persiapan penanaman aeroponik periode ke-2. Di Kabupaten baru terbentuk, Toraja Utara, pengembangan budidaya kentang aeroponik telah menghasilkan sebanyak 35.000 G0 pada 2 Green house, lebih rendah dari target produksi 50.000 umbi akibat seringnya mati lampu, namun dengan adanya penanaman periode ke-2 diharapkan hasilnya ditahun ini melampaui target yang dicanangkan yaitu hanya 50.000 umbi G0. Selain kegiatan produksi benih kentang, telah dilakukan juga eksplorasi mikroorganisme berguna pada daerah rizosfer tanaman utama (kentang, padi, markisa, bambu dan terong belanda) serta pupuk kandang. Ditemukan 82 isolat bakteri, 19 isolat diantaranya merupakan isolat unggulan yang berpotensi digunakan sebagai pengendali hayati penyakit layu bakteri dan layu Fusarium setelah dilakukan uji daya hambat terhadap Ralstonia solanacearum dan Fusarium oxysporum secara in-vitro ditunjang oleh uji fisiologis dan uji enzimatik. Hasil identifikasi ke 19 mikrobia tersebut ditemukan 1 isolat Pseudomonas fluorescens, 6 isolat genus Bacillus, 2 isolat genus Streptomyces, 3 isolat genus Pantoea, dan 6 isolat genus Clostridium. Isolat-isolat Clostridium yang mampu hidup pada kondisi anaerob telah diformulasi dan digunakan pada larutan nutrisi tanaman sistem aeroponik (Pendaftaran paten no:P00201100890), sedang mikrobia lainnya masih dalam pengujian lebih lanjut. Pemanfaatan mikrobia antagonis ditujukan untuk melindungi pertanaman dari serangan penyakit layu pada sistem perbenihan G2,G3 dan G4 kelak di lapang. Untuk sosialisasi dan penyamaan persepsi para stakeholder tentang Pengelolaan sistem Perbenihan kentang telah dilakukan Seminar dan Workshop yang diikuti perwakilan petani dan instansi terkait dengan mengundang Dirjen Hortikultura, Kepala Pusat Penelitian Hortikultura, Kapus Hortikultura Tropis IPB, Ahli Kentang dan petani kentang Australia yang dilaksanakan pada tanggal 19-21 September 2013. Pada seminar tsb turut diperkenalkan peran UNHAS dalam mendukung kegiatan perbenihan kentang di Koridor MP3EI Sulawesi. Mahasiswa yang dilibatkan dalam kegiatan penelitian ini terdiri: 4 orang S3, 4 orang S2 dan 3 orang S1(daftar nama dan judul terlampir). Beberapa hasil penelitian telah dipublikasikan baik pada tingkat seminar maupun pada jurnal internasional. Undangan sebagai keynote speaker antara lain pada Kongres dan Seminar Perhimpunan Fitopatologi Indonesia (PFI) ke- 22 dengan judul “Peran Teknologi Fitosanitari dalam Mendukung Sistem Produksi Benih Kentang dan Prospek Agribisnisnya”. Pada kesempatan tersebut telah dipresentasikan juga 3 makalah dari Tim kentang UNHAS. Presentasi pada Seminar Internasional telah dilakukan pada The 6th International Seminar of Indonesian Society for Microbiology di Pontianak October, 16-19th 2013 dengan judul: Diversity of Bacterial Isolates from Potato

Rhizospheres in Toraja Highland and Their Capability to Control of Fusarium oxysporum in-vitro. Selain itu telah diterbitkan pada 3 artikel pada jurnal internasional antara lain 2 artikel pada International Journal of Agriculturae Systems (IJAS) artikel tentang: Bacterial antagonist Isolates in Controlling Bacterial Wilt Disease of Potato (Ralsonia solanacearum) in Aeroponic cultivation system (Nurbaya, Tutik Kuswinanti, Baharuddin) Volume 1(1) June 2013 dan pada jurnal yang sama Vol 1. Issue 2, hal. 98-103 artikel berjudul: Potential of Plant Extracts as Growth Regulators: The Influence of Plant Extract to Growth of Cutting of Potato Seeding ( Ulfa, Enny L.Sengin, Baharuddin, A.Syatrianti S) serta telah “Accepted” pada American Jurnal of Agriculture and Forestry dengan judul artikel: In-vitro selection of rock phosphate solubility by microorganism from ultisols in South Sulawesi, Indonesia (Muh. Jayadi, Baharuddin, Bachrul Ibrahim). Teknologi dan produk teknologi berjumlah 5 buah yang telah digunakan pada ke 5 mitra khususnya pada sistem produksi benih sumber (G0) di tahun 2013 antara lain: bibit kultur jaringan 5 varietas, teknologi deteksi dini untuk patogen, Desain teknologi aeroponik untuk kentang, formulasi nutrisi aeroponik, formulasi mikrobia antagonis. Dua diantaranya telah didaftarkan pada Ditjen HAKI Kementerian Hukum dan HAM dengan nomor: P.00201100890 dengan judul: Proses Produksi dan Formulasi bakteri antagonis Clostridium sp untuk pengendalian penyakit layu (Ralstonia solanacearum pada tanaman kentang Sistem aeroponik dan nomor: P00201100889 dengan judul: Proses pembuatan Formulasi selubung benih berbahan aktif mikroba antagonis untuk perlindungan terhadap patogen tular tanah , sedang 1 varietas Kentang Lokal Kalosi telah terdaftar di Kementerian Pertanian dengan nomor: 0085/B.Kn/DKEKG/2013. Kata Kunci: Kultur jaringan, teknologi aeroponik kentang,

OCEAN ACIDIFICATION IMPACTS UPON CALCIFYING MICROALGAE IN TROPICAL SYSTEMS: MODELLING OCEAN ACIDIFICATION IMPACT UPON CALCIFYING MICRO-

MACROALGAE AND CORAL REEF IN TROPICAL SYSTEMS (2013)

Nita RukminasariMarine Science and Fisheries/Fisheries

ABSTRACT Over the last 200 years, fossil fuel burning has released more than 250 billion tons of carbon in the form of CO2 into the atmosphere. The ocean has taken up an excess of inorganic carbon from the atmosphere equivalent to approximately 25 – 30% of the total emission of CO2 and 80% of which is stored in the upper 200 m of the water column. Decreasing in carbonate saturation state on the calcification rates of individual species and communiteis in both planktonic ad benthic habitats due to seawater acidification. The study was conducted at three different locations, which were Barru, Takalar and Barrang Lompo Island using mesocosm technique with two different of incubation periods (48 and 96 hours). Six CO2 concentrations was used as a treatments based on acid base treatments. CO2 concentrations were 280, 380, 550, 650, 750 and 1000 ppm with 4 replicates for each treatment. The study found that Increasing CO2 concentration affected significantly to alkalinity, DIC, POC, PIC, physiological aspect of phytoplankton and photosynthesis and calcification rate. Alkalinity and DIC were varied trend between location of mesocosm experiment and the treatments of CO2 concentration and length period of incubation. In general, alkalinity decreased with increasing CO2 concentration. However, length of incubation was showed no significant affected to DIC for all CO2 concentration at Barru and Barrang Lompo mesocosm experiment. PIC and POC showed a varied response between all locations of mesocosms experiment. POC at Barru showed a higher at 48 hours than 96 hours of incubation period. For Takalar and Barrang Lompo mesoscosm experiment was an apposite trend, which was higher of POC at 96 hours

than 48 hours of incubation period. There was a trend where increasing of POC with increasing of CO2 concentration. PIC concentration at Barru and Takalar showed a slightl higher at 96 hours than 48 hours of incubation period and for Barrang Lompo mesocosm experiment PIC was higher at 48 hours than 96 hours of incubation period. Chlorophyll a and cell abundance was decresing with increasing CO2 concentration for all location of mesocosm experiment. Increasing CO2 concentration affected negatively to growth, photosynthesis and calcification rate. Growth, photosynthesis and calcification rate decreased with increasing CO2 concentration.

Keywords: Ocean acidification, calcifying microalgae, calcification rate, coral reef and tropical ecosystems.(2013)

ADAPTASI MANAJEMEN LAHAN PANGAN TERHADAP DINAMIKA SPASIAL KUALITAS LAHAN DAN PERUBAHAN IKLIM(2013)

Sumbangan Baja, Samsu Arif

ABSTRACTSalah satu upaya untuk menjaga stabilitas pangan nasional dan daerah adalah dengan mengoptimalkan pemanfaatan lahan-lahan pertanian potensil yang ada, serta melakukan adaptasi terhadap dinamika keruangan agroekologi yang terjadi di setiap wilayah. Undang-Undang No 41 tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan mengamanatkan mengenai kejelasan lokasi lahanlahan yang diperuntukkan bagi lahan pertanian pangan, terutama dalam rangka mengantisipasi perubahan penggunaan lahan dan alih fungsi lahan pertanian pangan yang begitu cepat di berbagai daerah di Indonesia. Penelitian ini akan dilakukan secara berseri, dengan tujuan secara keseluruhan adalah: (i) mendeteksi, memantau, dan menganalisis perkembangan penggunaan lahan-lahan pangan pada kawasan budidaya pertanian; (ii) mendeteksi, memantau, dan menganalisis dinamika/perubahan kondisi agroekologi (kondisi tanah dan iklim) lahan-lahan pangan pada kawasan budidaya pertanian, baik dari segi kuantitas, kualitas maupun spasial; (iii) menganalisis kesesuaian dan produktivitas lahan pangan pada kondisi saat ini, dan menghitung kapasitas produksi berdasarkan zona-zona agroekologi atau satuan manajemen lahan (land management unit); (iv) mengkonstruksi suatu sistem evaluasi, melalui zonasi satuan manajemen lahan berbasis pada karakter agroekologi kawasan budidaya pertanian, ber-referensi spasial; (v) mendapatkan sistem manajemen lahan pertanaman pangan secara tepat untuk menciptakan keselarasan sistem/teknologi manajemen dengan dinamika agroekologi kawasan; dan (vi) mendesain SDSS (Spatial Decision Support System) Manajemen Lahan Pangan berbasis web. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam lima tahap secara berkesinambungan, yakni: ((i) analisis citra satelit multi-temporal (T0, T1, T2, ...); (ii) analisis kesesuaian dan produktivitas lahan; (iii) deteksi dan analisis dinamika perubahan agroekologi; (iv) analisis adaptasi manajemen lahan pangan; dan (v) desain spatial decision support system (SDSS) manajemen lahan pangan. Penelitin ini menggunakan pendekatan keruangan (spatial based approach), sehingga seluruh bentuk parameter analisis dan hasil-hasilnya disajikan dalam bentuk lapisan data (data layer) Geographic Information System (GIS) dan peta-peta. Penelitian ini didukung oleh beberapa metode sebagai berikut: (i) survei lapangan; (ii) ekstraksi informasi citra satelit multi-temporal dengan pendekatan terintegrasi; (iii) penilaian indeks kesesuaian lahan pangan dengan pendekatan kontinyu berbasis fuzzy set; (iv) analisis ekonomi lahan; dan (v) compromise programming dan analytic hierarchy proces secara spasial. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil kasus kawasan budidaya pertanian menurut

Rencana Tata Ruang Wilayah, dan diharapkan bahwa model yang dikembangkan dalam penelitian dapat direplikasi pada kawasan sentra pangan di daerah lainnya selain daerah penelitian. Kata kunci: unit lahan, dinamika spasial, fuzzy set, GIS, Spatial Decision Support System

TEHNOLOGI PENGENDALIAN PENGGEREK BUAH KAKAO (CONOPOMOPRHA CRAMERELLA SNELLEN) DAN BUSUK BUAH KAKAO (PHYTOPHORA PALMIVORA

BULT) DENGAN EKSTRAK TANAMAN SERTA STRATEGI PEMANFAATANNYA (2013)

Ir. Sylvia Sjam,. Ade Rosmana, Untung Surapati M.Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin

ABSTRAK Sulawesi Selatan merupakan penghasil kakao terbesar yaitu lebih dari 60 sampai 80 % dari total produksi nasional di Indonesia. Belakangan ini produksi kakao menurun akibat adanya serangan hama serta penyakit. Penggerek buah kakao (PBK, Conopomorpha cramerella Snellen) dan penyakit busuk buah (Phytophthora palmivora Butl.) merupakan OPT utama pada tanaman kakao, serangan PBK dapat mencapai 50 sampai 60 % sedangkan Phytophtora palmivora dapat menyerang bunga, bantalan bunga, batang, ranting muda, daun muda dan buah. Tingginya serangan PBK dan Phytophtora palmivora membuat perlunya upaya pengendalian yang tepat sasaran. Penelitian ini bertujuan menghasilkan teknologi pengendalian PBK dan Phytophtora palmivora yang bersifat ramah lingkungan dengan memanfaatkan ekstrak bahan alami bioaktif tanaman sebagai biopestisida dengan formulasi cair dan bubuk yang praktis dan efektif digunakan oleh petani serta sesuai dengan prinsip-prinsip pengendalian hama terpadu (PHT). Penelitian ini akan dilakukan secara bertahap selama dua tahun mulai dari menguji ekstrak bahan alami yang berpotensi untuk PBK, isolasi dan pengujian mikroba dari esktrak bahan alami bioaktif tanaman untuk Phytophtora palmivora. Ekstrak bahan alami yang berpotensi kemudian dibuat formulasi dan diuji untuk melihat efektifitas sampai pemanfaatannya secara praktis dilapang. Hasil pengujian menunjukkan formulasi bubuk ekstrak daun A. conyzoides, formulasi cair ekstrak daun A. conyzoides, dan formulasi cair ekstrak buah C. cujete, menghambat perkembangan bercak dan intensitas serangan P. palmivora. Dari empat tingkat konsentrasi biopestisida yang digunakan, maka konsentrasi 5% pada formulasi bubuk ekstrak A. conyzoides bekerja optimal terhadap perkembangan P. palmivora kemudian formulasi cair ekstrak A. conyzoides pada konsentrasi 3,5% dan ekstrak C. cujete dengan konsentrasi 0,5%. ABSTRACT South Sulawesi is the largest cocoa producer of more than 60 to 80 % of the total national production in Indonesia. Lately cocoa production decreased due to pests and diseases. Cocoa Pod Borer (Conopomorpha cramerella Snellen) and fruit rot disease (Phytophthora palmivora Butl) Is a major pest on cocoa plants, CPB attack can reach 50 to 60 % while Phytophtora palmivora can attack flowers, bearing flowers, stems, young twigs, young leaves and fruits. The high attack CPB and Phytophtora palmivora makes the need for targeted control measures. This research aims to produce CPB control technology and Phytophtora palmivora that are environmentally friendly by using plant extracts as biopesticides with liquid and powder formulations are practical and effective use by the farmers as well as in accordance with the principles of integrated pest management (IPM ). This study will be conducted in stages over two years from the test extracts of natural plant product that have the potential to control CPB, isolation and microbial testing from plant extracts for Phytophtora palmivora and make

powder and liquid formulation, and tested for effectiveness to practical utilization in the field. The test results showed that powder and liquid formulation A. conyzoides, and liquid formulations C. cujete, inhibits the development and intensity of attacks P. palmivora. Statistical analysis showed that the concentration does not affect the intensity of P. palmivora but regression analysis showed that the powder formulation with concentrations of 5 % was optimally on the development of P. palmivora and liquid formulation with 3.5 %. Liquid formulation C.

PENGEMBANGAN MODEL KEMITRAAN AGROINDUSTRI JAGUNG TERPADU (PILOT PLAN DI KABUPATEN TAKALAR, SULSEL) (2013)

ZainalFakultas Pertanian Universitas Hasanuddin

ABSTRAK Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia dilaksanakan sesuai dengan keunggulan dan potensi strategis wilayah. Sulawesi melaksanakan MP3EI dengan tema ”pusat produksi dan pengolahan hasil pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, migas dan pertambangan nasional. Salah satu komoditas tanaman pangan yang strategis dan merupakan komoditas unggulan Sulawesi, terutama Sulawesi Selatan adalah jagung. Tujuan peneltian ini adalah menghasilkan model kemitraan agroindustri jagung terpadu. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survey dan kuisioner. Sasaran penelitian adalah petani, ketua kelompok tani, ketua gabungan kelompok tani, penyuluh pertanian lapangan, pengusaha, dan indsutri pengolahan jagung. Data kemudian diolah secara deskriptif. Dari data ini kemudian dirancang model Kemitraan agroindustri jagung terpadu. Model Kemitraan agoridnsutri jagung terpadu kemudian didiskusikan dalam bentuk “focus group discussion”. Kesimpulan dari penelitian adalah 1) proses produksi jagung, petanin menggunakan sistem irigasi pompanisasi, 2) pasca panen jagung belum dilakukan dengan baik, 3) petani menjual hasil panen dalam bentuk jagung pipil (tidak diolah lebih dulu), 4) petani mengeringkan jagung dengan menggunakan sinar matahari, 5) pada musim hujan harga jagung turun karena tingginya kadar air, 6) petani menjual langsung jagungnya ke petani pengumpul, dan 7) kelompok Tani/Gabungan Kelompok Tani belum berfungsi secara optimal untuk meningkatkan pendapatan petani.

PENINGKATAN NILAI TAMBAH HASIL PERIKANAN MELALUI PENGEMBANGAN USAHA OTAK-OTAK DENGAN VARIASI BAHAN BAKU, PENGEMASAN DAN CARA

PENYAJIAN (2013)

SaadahFakultas Pertanian Universitas Hasanuddin

ABSTRAK Tujuan jangka pendek dari penelitian kaji tindak ini adalah mengembangkan dan menerapkan model usaha “otak-otak” berbasis surimi dari berbagai jenis ikan dengan variasi kemasan dan variasi cara penyaian yang menarik. melalui UMKM mitra sehingga memberikan nilai tambah pada produk perikanan tangkap. Sedangkan tujuan jangka panjang adalah

meningkatnya pendapatan, kesejahteraan nelayan serta terwujudnya kemandirian masyarakat nelayan dan pelaku usaha di kawasan senta penghasil ikan dalam mengoptimalkan sumberdaya yang dimiliki di daerah. Penelitian akan dilakukan selama 3 tahun: tahun pertama difokuskan untuk membuat dan model usaha dan “busines plan” melalui “scale-up proses ke skala usaha” produksi surimi dari berbagai ikan sebagai produk antara dan otak-otak dengan berbagai jenis kemasan sebagai produk akhir sserta berbagai cara penyajian yang menarik sebagai kuliner produk. Proses pembesaran skala produksi didasarkan pada hasil penelitian laboratorium yang telah dikembangkan sebelumnya di Universitas Hasanuddin. Dilanjutkan tahun ke dua untuk memperkuat sistim produksi dan pemasaran usaha Mitra UMKM yang telah dikembangkan pada tahun pertama. Tahun ke tiga dilakukan perluasan usaha melaljui replikasi model usaha pada UKM lain yang ada di sentra produksi ikan yang ada di Sulawesi bekerjasama dengan Pemerintah daerah masing-masing. Hasil yang dicapai pada tahun pertama berupa standar operasional proses (SOP) surimi dan SOP produk otak-otak, desain kemasan, variasi penyajian makanan berbahan dasar otak-otak, pengujian laboratorium mengenai kandungan gizi otak-otak dari 3 jenis ikan yang berbeda, serta bussiness plan. Pada tahun kedua kegiatan ini difokuskan untuk mengimplementasi hasil-hasil tahun I melalui penguatan produksi dan pemasaran produk otak-otak dari 3 jenis ikan pada UKM Mitra yaitu UKM. Aroma Laut. Diharapkan kegiatan ini akan mendorong berkembangnya industri pengolahan ikan di kawasan Sulawesi yang selain menyediakan lapangan pekerjaan juga akan menghasilkan produk olahan ikan yang bergizi murah dan sesuai selera masyarakat setempat serta meningkatkan pendapatan nelayan sebagai pensuplai bahan baku dan masyarakat yang terlibat dalam usaha tersebut. Hal ini akan berdampak pada percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi di koridor Sulawesi.

Kata kunci: Perikanan, otak-otak, scale-up, bisnis, koridor sulawesi PENERAPAN TEKNOLOGI KONSERVASI KADAR AIR TANAH PADA LAHAN KAKAO UNTUK MENCEGAH PENURUNAN PRODUKSI PADA MUSIM KEMARAU (2013)

Suhardi, Ahmad Munir, Olly Sanny HutabaratFakultas Pertanian Universitas Hasanuddin

ABSTRAKKadar air tanah merupakan satu dari dua faktor yang menentukan keberhasilan budidaya tanaman kakao. Kekurangan kadar air tanah dapat menyebabkan penurunan produksi bahkan kematian karena pada kondisi ini penyakit mudah menyerang seperti penyakit Vascular Streak Dieback (VSD), sehingga petani merugi dan berdampak pada keberlanjutan budidaya kakao. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan teknologi konservasi kadar air tanah sehingga dampak kemarau tersebut dapat diminimalisasi. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi optimal dalam penerapan irigasi kendi dan pengelolaan serasah dalam konservasi kadar air tanah. Secara garis besar, penelitian dilaksanakan di dua tempat yaitu di kebun percobaan (kebun kakao) dan di laboratorium. Pada kebun percobaan dilakukan perlakuan dengan beberapa tingkatan jumlah kendi dan kondisi tutupan tanah oleh serasah. Di lapangan juga dilakukan pengamatan terhadap pengaruh pemberian irigasi terhadap tanaman kakao dan distribusi kadar air tanah. Sementara di laboratorium dilakukan pengukuran terhadap konduktivitas kendi, kadar air tanah dan hasil biomassa. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan uji regresi permukaan tanggap. Parameter yang diukur berupa: konduktivitas hidraulik kendi, distribusi kadar air tanah sekitar kendi, pengaruh perlakuan terhadap pembentukan buah, kualitas buah, jumlah buah, jumlah biji, bobot biji pembentukan biomassa, serta tingkat serangan penyakit pada buah. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa konduktivitas kendi berkisar 6,04x10-8 m/dt, pemberian irigasi kendi meningkatkan pembentukan buah, jumlah buah, bobot jenis biomassa, bobot kering biomassa, dan mempertahankan kadar air tanah di sekitar kendi. Capaian kegiatan penelitian untuk tahun pertama sudah 100% dari keseluruhan rencana kegiatan. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan penelitian ini adalah keterlambatan pencairan dana sehingga rangkaian kegiatan kami lakukan tidak terstruktur, namun secara substansi tidak mengganggu hasil penelitian. Hal ini lakukan untuk mengejar pencapaian tujuan utama penelitian. Dalam hal ini, perancangan peralatan akuisisi data kadar air tanah terpaksa dilakukan pada akhir kegiatan yang seharusnya dilakukan pada awal kegiatan sehingga pengukuran kadar air tanah pada awal pelaksanaan kegiatan dilaksanakan secara manual. Demikian halnya dengan tekstur tanah diukur kemudian. Rencana kegiatan penelitian pada tahun kedua adalah penyempurnaan sistem akuisisi data kadar air tanah dengan menambahkan sistem penyimpanan data, penerapan kondisi optimal dari jumlah kendi dan persentase tutupan lahan yang telah diperoleh pada tahun pertama untuk diaplikasikan pada berbagai kondisi lahan. Kondisi optimal tersebut akan diujikan pada 3 tempat berbeda, dan setiap tempat akan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Parameter yang akan diukur pada tahun kedua sama dengan pada tahun pertama, hanya ditambahkan parameter pengaruh perlakuan terhadap biaya dan pendapatan petani akibat penerapan teknologi. Disamping itu, pada tahun kedua akan dilakukan pengujian keandalan model dengan melakukan uji berpasangan untuk melihat signifikansi pengaruh perlakuan terhadap beberapa parameter seperti pembentukan buah, jumlah buah, kualitas buah dan pembentukan biomassa. Pada akhir penelitian akan dihasilkan model yang optimal penerapan teknologi konservasi kadar air tanah ini untuk beberapa kondisi lahan. Selanjutnya akan dilakukan analisis ekonomi dari penerapan teknologi konservasi kadar air tanah.

KAJIAN POLIMORFISME KERANG LOLA Trochus niloticus KEPULAUAN SPERMONDE UNTUK RESTOCKING DAN PENGEMBANGAN MARIKULTUR KAWASAN KONSERVASI

LAUT DAERAH (KKLD) PANGKAJENE KEPULAUAN. (2013)

Hadiratul Kudsiah, Syamsu Alam ali, M. Ahsin Rifa’i.Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddn

ABSTRAKKepulauan Spermonde merupakan pusat dari Coral Triangle yang memiliki keragaman ekosistem dan keanekaragaman jenis biota laut yang tinggi. Kepulauan ini terletak di Pesisir barat Propinsi Sulawesi Selatan (Selat Makassar) membentang dari utara ke selatan sepanjang ± 300 km seluas 16.000 km2. Salah satu Kabupaten yang masuk dalam gugusan Kepulauan Spermonde adalah Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep) yang memiliki memiliki 117 pulau, 80 diantaranya telah berpenghuni. Wilayah lautnya lebih luas dari daratan dengan perbandingan 1 : 17. Total luas daratan adalah 1.112 km2, sementara luas lautnya adalah 11.464,44 km2. Dengan potensi geografis tersebut Kabupaten Pangkep memiliki berbagai ekosistem dengan keragaman hayati yang tinggi terutama biota-biota laut ekonomis penting yang berada di sekitar ekosistem terumbu karang dan gugusan pulau-pulau kecil. Seiring bertambahnya jumlah penduduk dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, pemanfaatan sumberdaya hayati laut terus meningkat. Akibatnya beberapa ekosistem dan populasi biota laut telah mengalami degradasi yang sangat intensip. Salah satunya adalah eksosistem terumbu karang dan biota laut kerang lola Trochus niloticus. Menurut Coremap (2005), Kabupaten Pangkep memiliki kawasan terumbu karang seluas 27.027,71%. Dari luasan tersebut 74,26% telah mengalami kerusakan parah, sisanya 25,74% masih dalam kondisi baik.

Selanjutnya menurut Kudsiah, dkk., (2009a), beberapa biota ekonomis penting di Kabupaten ini seperti kerang lola T. niloticus, teripang pasir Holoturia scabra, dan beberapa jenis anemon laut, populasinya terus menurun akibat tingginya intensitas penangkapan yang dilakukan oleh masyarakat nelayan setempat untuk memenuhi permintaan pasar ekspor yang terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan permasalahan tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk menemukan teknologi breeding untuk memproduksi benih kerang lola T. niloticus berbasis bioteknologi melalui serangkaian penelitian polimorfisme (genetik) untuk mendapatkan induk-induk kerang lola T. niloticus terbaik asal kepulauan spermonde. Induk-induk tersebut selanjutnya digunakan untuk rekayasa breeding dan rekayasa budidayanya pada KKLD Pangkep. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi inventarisasi status, restorasi dan konservasi biota laut potensial yaitu T. niloticus untuk memperkaya keragaman hayati laut dan upaya pengelolaan KKLD Pangkejene Kepulauan. Selain itu diharapkan dapat menjadi usaha marikultur alternatif potensial bagi masyarakat pesisir dan kepulauan melalui pengembangan marikultur ramah lingkungan di zona konservasi yang diijinkan. Hasil penelitian tahun kedua ini menunjukkan kelimpahan dan kepadatan kerang lola pra restocking di Pulau Kapoposang lebih tinggi dibandingkan dengan Pulau Badi dan Pulau Salemo. Kelimpahan dan kepadatan kerang lola ditemukan di Pulau Salemo. Restocking benih kerang lola unggul telah dilakukan di tiga lokasi tersebut dengan kepadatan 1000 ekor/500 m2.

ADAPTASI DINI BEBERAPA VARIETAS PADI TERHADAP CEKAMAN SALINITAS DENGAN PEMANFAATAN TEKNOLOGI SEED PRIMING DALAM RANGKA

EKSTENSIFIKASI KE LAHAN PESISIR“APLIKASI KALIUM TERHADAP PENINGKATAN TOLERANSI EMPAT VARIETAS PADI

PADA KONDISI SALIN” (Suatu Kajian Lanjutan terhadap Empat Varietas Padi Terpilih dengan Penerapan Teknologi Halopriming) (2013)

Rinaldi Sjahril, Muh. Riadi, Nadira Rany SennangFakultas Pertanian Universitas Hasanuddin

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan varietas padi toleran salin melalui penerapan teknologi seed priming dan aplikasi kalium secara optimal yang bersifat aplikatif. Penelitian dilakukan di lahan salin belakang Kampus Universitas Hasanuddin, Makassar, yang berlangsung pada April sampai Agustus 2013. Metode penelitian dilaksanakan dalam bentuk Rancangan Petak Terpisah (RPT) dengan dua faktor. Faktor pertama sebagai petak utama adalah varietas padi dengan agen halopriming NaCl 150 mM (V) yang terdiri dari 4 varietas, yaitu: Situ Bagendit (V1), Inpara 3 (V2), Limboto (V3), dan Inpari 7 (V4). Faktor kedua sebagai anak petak adalah aplikasi pupuk kalium (K) yang terdiri atas 3 taraf, yaitu: Kontrol (K0), K20 37,5 kg Ha-1 (K1), dan K20 75 kg Ha-1 (K2). Hasil percobaan menunjukkan bahwa perkembangan keempat varietas yang dikembangkan melalui teknologi seed priming dan aplikasi kalium pada tingkat salinitas tinggi (rata-rata 8,72 mS cm-1), bisa beradaptasi lebih baik dibanding pada percobaan pertama (2012) di lahan yang sama dengan tingkat salinitas yang sangat tinggi (30-40 mS cm-1). Pada fase perkembangan tanaman, respon terbaik varietas adalah: Varietas Limboto (V3) pada variabel jumlah bulir berisi dan bobot bulir berisi serta pada variabel produksi kering giling tanaman, dan Varietas Inpara 3 (V2) pada variabel umur berbunga. Pada faktor kalium,

pengaruh yang berbeda nyata adalah K0 (tanpa kalium) pada variabel kepadatan malai, K1 (37.5 kg ha-1 K20) pada variabel jumlah bulir berisi, dan K2 (75 kg ha-1 K20) pada variabel umur berbunga. Sedang pada faktor interaksi varietas dengan kalium, perlakuan V3K1 (Varietas Limboto-Dosis 37.5 kg ha-1 K20) menunjukkan hasil yang lebih baik pada panjang malai tanaman. Walaupun respon variabel perkembangan setiap varietas tanaman terhadap perlakuan kalium berbeda-beda, namun pengamatan visual produksi tanaman, umumnya pada K2 (75 kg ha-1 K20) memberikan rata-rata hasil berkisar 1,80 – 2,69 ton ha-1, lebih baik dibanding perlakuan lainnya dan percobaan sebelumnya yang berkisar 0,05 – 1,76 ton ha-1 kering panen. Hasil lain yang ditunjukkan adalah serapan ion Na+ oleh tanaman harapan toleran salin menunjukkan besaran rata-rata yang lebih rendah dibanding pada ion K+, dengan besaran rasio Na+/K+ pada daun menunjukkan angka yang lebih rendah dibanding pada akar tanaman.

Kata kunci: seed priming, halopriming, salinitas, varietas, kalium.

PENGEMBANGAN PAKAN BUATAN BERBASIS BAHAN BAKU LOKAL DAN LIMBAH DENGAN SUBTITUSI TEPUNG CACING TANAH UNTUK MENDUKUNG PRODUKSI IKAN BANDENG UKURAN EKSPOR (2013)

Siti Aslamyah, Muh. Yusri KarimFakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

ABSTRAKPermintaan ikan bandeng untuk kebutuhan restoran, daerah lain seperti Jakarta dan Papua, serta ekspor umumnya mensyaratkan ukuran minimal 500 g. Ukuran ini sulit dicapai tanpa pemberian pakan tambahan. Harga pakan buatan yang relatif mahal, membuat petambak mencari alternatif dengan memberikan limbah mie instan, yang sekarang mulai sukar diperoleh karena jumlahnya yang terbatas. Oleh karena itu, perlu dikembangkan formulasi pakan buatan yang murah dan ramah lingkungan, tetapi dengan kualitas gizi yang dapat menjamin pertumbuhan ikan bandeng, sehingga tidak kalah dengan kualitas pakan ikan komersil. Hal ini dapat tercapai dengan memanfaatkan bahan baku pakan berbasis lokal dan limbah, serta pemanfaatan tepung cacing tanah sebagai sumber protein untuk mensubtitusi tepung ikan. Untuk mewujudkan pengembangan pakan buatan untuk ikan bandeng ini perlu dilakukan penelitian yang dirancang dalam periode waktu 3 tahun. Pada penelitian tahun I telah dilakukan percobaan dengan memformulasi pakan dari berbagai jenis bahan baku lokal dan limbah, yang dibagi dalam 2 percobaan. Percobaan 1 : memformulasi 4 formula pakan buatan dengan mensubtitusi tepung ikan dengan tepung cacing tanah (Lumbricus sp.), yaitu pakan A = 0%; pakan B = 34,62%; pakan C = 65,38%; dan pakan D = 100%; dan Percobaan 2 : memformulasi 4 formula pakan buatan dengan mensubtitusi tepung kacang kedelai dengan tepung kacang merah, yaitu pakan A = 0%; pakan B = 33,33%; pakan C = 66,67%; dan pakan D = 100%. Berdasarkan pengujian kualitas organoliptik dan fisik ke-8 formula pakan yang dibuat dapat memenuhi kriteria pakan untuk ikan bandeng. Pengujian kimiawi menunjukkan ke-8 jenis pakan tersebut memenuhi syarat nutrisi yang dibutuhkan ikan bandeng. Ditemukan juga teknologi pembuatan pakan buatan untuk ikan bandeng yang efisien. Pengujian lebih lanjut dengan uji biologis, memperlihatkan bahwa tepung cacing tanah (Lumbricus sp.) dapat mensubtitusi tepung ikan sampai 100% dan kacang merah dapat mensubtitusi kacang kedelai 66.67-100% pada pakan buatan untuk ikan bandeng dengan kualitas gizi yang dapat menjamin pertumbuhan ikan bandeng. Ditemukan pula bahwa pakan buatan yang digunakan

sebaiknya mempunyai kadar nutrien yang seimbang dan merupakan campuran berbagai bahan baku pakan agar kandungan nutriennya saling melengkapi. Pada tahun II dilakukan modikasi formulasi pakan dengan menyeimbankan kadar ener dan protein pakan, yaitu 12; 10; 8; dan 6 kkal/g protein. Berdasarkan data sementara yang diperoleh terlihat bahwa rasio energi dan protein pakan berbeda memberikan respon yang berbeda pada berbagai parameter yang diukur. Semakin tinggi karbohidrat yang merupakan indikator penghasil energi utama dalam pakan dibandingkan protein memberikan tingkat pertumbuhan yang lebih baik. Pakan yang terbaik adalah dengan rasio energi dan protein pakan 12 kkal/g protein atau dengan kadar karbohidrat 50% dan protein 25%. Pada tahun III akan dilakukan aplikasi bioteknologi untuk meningkatkan nilai tambah bahan baku pakan dan pakan buatan, seperti penggunaan mikroorganisme untuk proses fermentasi bahan baku pakan, probiotik dan enzim pencernaan sebagai biodegradator pakan buatan, serta pengaturan persentase dan time schedule pemberian pakan.

PENGEMBANGAN PRODUK FOOD SUPPLEMENT ALBUMIN DARI IKAN GABUS (Channa striatus) (2013)

Meta Mahendradatta1`,Nurpudji Astuti Daud2, Suryani31Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, 2Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,

3Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan produk “konsentrat protein albumin” dari ikan gabus yang diharapkan efektif sebagai food supplement sumber albumin bagi pasien hipoalbuminemia (pasien dengan kadar albumin plasma lebih kecil dari 3 g/dl) dan pasien pasca operasi dan luka bakar. Penelitian akan dilakukan selama 2 tahun, yaitu tahun I penelitian pengembangan produk (optimalisasi proses serta scale-up proses) dan tahun II Uji klinik produk. Pada tahap pertama telah dilakukan penelitian pengembangan untuk mendapatkan proses optimal memproduksi “konsentat protein albumin” dari ikan gabus. Hasil tahun I telah diperoleh proses produksi optimal dan produk. Kadar protein terlarut meningkat dengan meningkatnya jumlah pelarut yang digunakan dengan jumlah bahan ikan gabus yang sama. Pelarut yang optimal untuk melarutkan albumin yang diperoleh pada penelitian ini adala pelarut NaCl 0,9 % yaitu 12,02 % dengan titik Isolektrik albumin ikan gabus yaitu pH 4,7 dan pH 4,6. Produk konsentrat protein albumin yang optimal yang diperoleh adalah pada pH 4,6 dengan kadar albumin 62,9 %, kadar air 7,8 % dan rendemen 11,6 % dengan. Metode optimum tersebut telah dijadikan sebagai standar operasional proses produksi untuk uji klinis. Pada tahun II ini direncanakan untuk melakukan penelitian lapangan (uji klinik) yang dilakukan untuk melihat efektifitas produk sebagai food suplement bagi pasien. Penelitian yang akan dilakukan di R.S. Wahidin Sudirohusodo adalah eksperimen menggunakan desain pre-post intervention dengan kontrol. Dua kelompok pasien hipoalbuminemia, kelompok intervensi dan kelompok kontrol, diamati dengan dilakukan pengukuran status gizi, asupan gizi, kadar albumin sebelum dan setelah intervensi. Diharapkan dari penelitian ini didapatkan proses, produk, profil produk dan serta rekomendasi dosis konsentrat protein albumin sebagai food supplement bagi pasien di rumah sakit. Produk ini rencananya akan diadopsi oleh CV. Pujimin (usaha mitra) yang akan memproduksi skala usaha. Hal ini sangat penting untuk mengatasi permasalahan nasional di bidang kesehatan, penyakit tropis, gizi dan obat obatan, terutama dengan pemanfaatan bahan lokal (ikan gabus) untuk mengatasi masalah gizi dan kesehatan masyarakat secara nasional.

PRODUKSI GULA CAIR DARI TAPIOKA DENGAN TEKNIK IMMOBILISASI ENZIM DALAM UPAYA MENUNJANG STABILITAS GULA NASIONAL (2013)

Amran Laga, Zainal, Februadi BastianFakultas Pertanian Universitas Hasanuddin

ABSTRAK Kebutuhan gula nasional dari tahun ke tahun cenderung meningkat, sedangkan produksi dalam negeri tidak mencukupi, sehingga pemerintah harus mengimpor gula sebanyak 2,2 juta ton per tahun. Olehnya itu perlu pemanfaatan bahan baku lokal sebagai sumber gula alternatif. Tapioka merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan sebagai bahan baku untuk produksi gula cair. Tujuan umum penelitian adalah menyiapkan paket teknologi proses produksi gula cair (sirup glukosa) dengan teknik immobilisasi system kontinyu. Paket teknologi ini diharpkan dapat dimanfaatkan oleh para pelaku usaha untuk memproduksi gula, sehingga kelangkaan gula nasional dan ketergantungan gula impor dapat diatasi. Target yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain adalah, dihasilkannya paket teknologi produksi sirup glukosa yang optimal dan efisien, paket teknologi immobilisasi enzim system kontinyu dalam menghasilkan sirup glukosa, perolehan jenis matriks terbaik dalam immobilisasi system kontinyu untuk menghasilkan sirup glukosa. Metode yang digunakan untuk mencapai target tersebut, meliputi: (1) penentuan waktu tinggal substrat yang optimal dalam kolom, sebelum produk dialirkan keluar, (2) optimasi laju alir substrat hidrolisat tapioka pada kolom immobilisasi enzim, (3) penentuan waktu efektif pemakaian matriks untuk immobilisasi enzim. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa waktu tingal optimal substrat hidrolisat dalam kolom pada proses sakharifikasi adalah 12 jam dengan perolehan gula pereduksi 172,56 g/L dengan tingak 79,66%. Sedangkan laju alir substrat dalam kolom terbaik yang diperoleh adalah 5 ml per menit dengan tingkat perolehan nilai DE sebesar 47,65 %. Penggunaan zeolit sebagai matriks imobil masih efektif dipakai hingga 138 jam sakharifikasi dengan perolehan gula pereduksi sebesar 160,09 g/L dengan tingkat DE 54,87 dan tingkat kemanisan sebesar 33,1 obriks. Kata Kunci: Tapioka, sakharifikasi, immobilisasi, enzim, sirup glukosa.

PENGUATAN PENGETAHUAN LOKAL UNTUK MEREKONSTRUKSI MITIGATE VULNERABILITY DAN DISASTER MANAGEMENT DALAM PERSPEKTIF SUSTAINABILITY PENANGANAN DAN

PENANGGULANGAN BENCANA DI SULAWESI SELATAN

Pawennari Hijjang, A.M. Imran, dan Busthan

Program Studi Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas HasanuddinProgram Studi Geologi Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Email : [email protected]

ABSTRAKBencana longsor dan banjir bandang tidak sekedar melululantahkan barang/tangible, tetapi juga intangible (ekonomi, psikologi, sosial, dan budaya), dan secara spesifik memberi dampak besar bagi kehidupan masyarakat. Seiring dengan itu, artikel ini menganalitik secara komprehensif dan intensif pemaknaan masyarakat terhadap bencana, strategi lokal dan respon masyarakat terhadap kerentanan bencana sebagai komponen utama dalam perencanaan manajemen bencana (disaster management plan) yang masih dimiliki masyarakat Sinjai. Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi dengan tehnik pengumpulan data; observasi, wawancara mendalam, dan diskusi terfokus, kemudian data dianalisis secara deskriptif analitik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Sinjai masih menggunakan preferensi pengetahuan lokal dalam memperlakukan lingkungannya dan menghindari bencana, pemaknaan terhadap bencana diinterpretasi oleh masyarakat dalam dua bagian yaitu penyebab dan makna bencana. Dengan hasil penelitian ini dapat menciptakan strategi baru local policy management dalam proses penyusunan kebijakan mitigate vulnerability dan disaster management berbasis pengetahuan lokal untuk penanganan dan penanggulangan bencana.

Kata Kunci: Pengetahuan Lokal, Bencana, Mitigasi, Penanganan, Penanggulangan.

ABSTRACTThe disaster of the landslides and the flash floods do not just completely crush tangible properties but also those intangible things, (economic, psychological, social, and cultural), and more specifically they cause great impacts on the communities lives. In connection with that, this article will analyze comprehensively and intensively the community understanding about the disasters, the local strategies, and the community response to the disaster susceptibilities as the main component in the disaster management plan, which the Sinjai communities still have. This research used the ethnographic approach with the data collection techniques of observation, in depth interviews, and focused discussion. Then the data were analyzed descriptively and analytically. The research results revealed that the communities in Sinjai still preferred to use their local knowledge when treating the environment and avoiding the disasters. The interpretation of the disasters was done by the communities in two parts, namely the cause and the meaning of the disasters. With the results of this research, it was hoped that we could create a new strategy for the local policy

management and to design a plan for the local-knowledge-based policy in order to mitigate the vulnerability and the disaster management in handling and tackling the disasters.

Keywords: local knowledge, disasters, mitigation, handling, tackling.

IMPLIKASI PRAKTEK-PRAKTEK MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KINERJA DOSEN PERGURUAN TINGGI SWASTA

DI SULAWESI SELATAN

The Implication Of Human Resourse Management Practices On Lecturer’s Performance Of Private University At South Sulawesi

Siti Haerani, Idayanti, Wardhani Hakim, Haeriah HakimFakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui implikasi praktek Manajemen Sumber Daya Manusia yang meliputi penilaian kinerja, pengembangan SDM dan kompensasi terhadap kompetensi, motivasi dan kinerja dosen dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi . Penelitian ini secara khusus menguji: (1) Pengaruh langsung maupun tidak langsung praktek manajemen SDM berupa sistem penilaian kinerja (melalui motivasi dan kompetensi) terhadap kinerja dosen, (2) Pengaruh langsung maupun tidak langsung praktek manajemen SDM berupa pengembangan SDM (melalui motivasi dan kompetensi) terhadap kinerja dosen dalam, (3) Pengaruh praktek manajemen SDM berupa kompensasi (melalui motivasi dan kompetensi) terhadap kinerja dosen, (4) Pengaruh langsung maupun tidak langsung kompetensi (melalui motivasi) terhadap kinerja dosen, dan (5) Pengaruh langsung motivasi terhadap kinerja dosen dalam pelaksanaan TD-PT. Survey dilakukan terhadap dosen PTS sebanyak 325 orang, berasal dari PTS di Sulawesi Selatan antara lain: Makassar, Maros, Palopo, Soppeng, Jeneponto. Pemilihan sampel dilakukan secara acak bertingkat, mulai dari sampel Kota/Kabupaten, sampel PTS, Sampel Fakultas, Sampel Prodi/jurusan, dan sampel dosen. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan wawancara, selanjutnya data dianalisis secara deskriptif dan estimasi regressi dengan SEM (Structural Equation Modelling). Temuan penelitian menunjukan bahwa: (1) Praktek Manajemen SDM berupa Penilaian kinerja berpengaruh signifikan baik langsung maupun tidak langsung (melalui motivasi dan kompetensi) terhadap kinerja dosen PTS, (2) Praktek Manajemen SDM berupa pengembangan SDM berpengaruh signifikan langsung maupun tidak langsung (melalui motivasi dan kompetensi) terhadap kinerja dosen PTS (3) Praktek Manajemen SDM berupa kompensasi (finansial maupun non finansial) tidak berpengaruh langsung terhadap kinerja dosen PTS tetapi berpengaruh tidak langsung yang signifikan bila melalui motivasi sedangkan bila melalui kompetensi pengaruhnya tidak signifikan. (4) Kompetensi dosen berpengaruh langsung maupun tidak langsung (melalui motivasi) terhadap kinerja dosen PTS, dan (5) Motivasi berpengaruh langsung terhadap kinerja dosen PTS dalam pelaksanaan TD-PT.

Kata kunci: Penilaian kinerja, Pengembangan SDM, Kompensasi, Kompetensi, Motivasi dan Kinerja Dosen

ABSTRACTThis research aimed at examining the implication of human resourse management Practices including performance evaluation, human resource development and compensation on competence, motivation and lecturer’s performance in the implementation of University

Three Pledge. This research specifically examining: (1) Direct and indirect impact of performance evaluation (through motivation and competence) of part of the implementation of the Human Resource Management practices to lecturer’s performance, (2) direct and indirect impact of human resource management in a form of human resource development (through motivation and competence) to lecturer’s performance, (3). The impact of human resource management practice (motivation and competence) on lecturer’s performance, (4) direct and indirect impact of competence (through motivation) on lecturer’s performance, (5) Direct impact of motivation on lecturer’s performance in implementing University Three Pledge The research including a survey involving 325 lecturers from many cities/region private universities: Macassart, Maros, Palopo, Soppeng, Jeneponto. The samples are decided through Multi Stages Random Sampling start of city/region sample, Private University, sample of Faculty, Sample of study program or Departmentand, and sample of lecturer. Data collection with structured questionary and interview and then descriptive and Structural Equation Modelling (SEM) werw applied. The research findings shows: (1) performance evaluation as part of human resource management practice have both direct and indirect impact (through motivation and competence) on private Universities lecturer’s performance (2). Human resource development as part of human resource management practice have both direct and indirect (through motivation and competence) on private Universities lecturer’s performance, (3). Compensation as part of human resource management practice hasn’t directly impact on lecturer’s performance but it has significant indirect impact (through motivation) to Private lecture’s performance and it hasn’t significant indirect impact (through competence) to Private lecture’s performance, (4) Lecturer’s competence have both directly and indirectly (through motivation) impact to private lecturer’s performance (5) motivation has direct impact on lecturer’s performance in implementing University Three Pledge

Key word : Performance Evaluation, Human Resource Development, Compensation, Competence, Motivation and Lecturer’s Performance

DAMPAK GAYA KEPEMIMPINAN DAN KELELAHAN EMOSIONAL TERHADAP PENYIMPANGAN ORGANISASI DI INSPEKTORAT KABUPATEN/KOTA PROVINSI

SULAWESI SELATAN

IMPACT OF LEADERSHIP STYLE AND EMOTIONAL EXHAUSTION OF DEVIATIONS IN INSPECTORATE DISTRICT/ CITY OF SOUTH SULAWESI PROVINCE

Hamid HabbeFakultas Ekonomi Universaitas Hasanuddin

ABSTRAKPenyimpangan organisasi adalah suatu perilaku karyawan yang dapat menyebabkan menurunnya kinerja organisasi dan kualitas pekerjaan dari seorang karyawan yang dapat disebabkan oleh pengaruh gaya kepemimpinan dan kelelahan emosional yang timbul pada saat melaksanakan pekerjaan sebagai seorang auditor. Penyimpangan organisasi dapat berupa pelanggaran terhadap norma-norma organisasi yang dapat menyebabkan ketidak efisienan dan dapat mengancam keberadaan sebuah organisasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan instrumen pengumpulan data berupa kuisioner dan wawancara dengan obyek penelitian inspektorat kabupaten/kota di Sulawesi Selatan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan gaya kepemimpinan yang tepat dapat mengurangi kelelahan emosional auditor inspektorat kabupaten/kota di Sulawesi Selatan

dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga akan berdampak pada makin berkurangnya Penyimpangan yang terjadi di dalam organisasi inspektorat.

Kata Kunci : Gaya kepemimpinan, kelelahan emosional dan Penyimpangan organisasi

ABSTRACTDeviations organization is an employee behaviors that can lead to decrease performance of the organization and the work quality of an employee that can be caused by the influence of leadership style and emotional exhaustion that arise when carrying out the work as an auditor. Deviations organization may be a violation of organizational norms can lead to inefficiencies and can threaten the existence of an organization. This research used a quantitative approach with data collection instruments such as questionnaires and interviews with the object of research inspectorate district/city in South Sulawesi. The results of this research showed that with the right leadership style can reduce emotional auditors’ exhaustion inspectorate district /city in South Sulawesi to do the job so that it will have an impact on the less irregularities that occurred in the inspectorate organization. Keywords : Leadership Style, Emotional Exhaustion, and Organizational Deviations

ANALISIS MENGENAI INTERAKSI PENGETAHUAN, KEPERCAYAAN, SIKAP, DAN INTENSI NASABAH TERHADAP BANK SYARIAH DI SULAWESI SELATAN

Analysis Of Interaction Between Knowledge, Trust, Attitude And Customer’s Intention Toward Syariah Bank In Sulawesi Selatan

Abdul Rahman Kadir, Abdul Razak Munir, Nuraeni Kadir, Romi SetiawanFakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin

ABSTRAK Umat muslim merupakan penduduk mayoritas di Sulawesi Selatan, tapi penerimaan bank Syariah cukup rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh: (1) Pengetahuan terhadap Kepercayaan nasabah terhadap bank Syariah; (2) Pengaruh Pengetahuan terhadap Sikap nasabah terhadap bank Syariah; (3) Pengaruh Pengetahuan terhadap Intensi nasabah terhadap bank Syariah; (4) Pengaruh Kepercayaan terhadap Sikap nasabah terhadap bank Syariah; (5) Pengaruh Kepercayaan terhadap Intensi nasabah terhadap bank Syariah; (6) Pengaruh Sikap terhadap Intensi nasabah terhadap bank Syariah. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian survai. Dengan menggunakan sampel sebanyak 200 nasabah bank konvensional yang belum menjadi nasabah bank syariah. Alat statistik yang digunakan adalah model persamaan struktural SEM (structural structural equation model) yang merupakan teknik analisis yang terintegrasi antara analisis faktor konfirmatori dan analisis jalur dengan bantuan software AMOS 20. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa semua hipotesis diterima, dengan demikian interaksi antara Pengetahuan, Kepercayaan dan Sikap mempengaruhi Intensi nasabah untuk menggunakan layanan bank Syariah di Sulawesi Selatan.

Kata Kunci : Bank Syariah, Pengetahuan, Kepercayaan, Sikap, Intensi ABSTRACT Muslims are majority in Sulawesi Selatan but acceptance on syariah bank quite low. This research aims are to find out and analyze influence of: (1) Knowledge toward Customers’ trust

on syariah bank, (2) Knowledge toward Customers’ attitude on syariah bank, (3) Knowledge toward Customers’ intention on syariah bank, (4) Trust toward Customers’ Attitude on syariah bank, (5) Trust toward Customers’ Intention on syariah bank, (6) Attitude toward Customers’ intention on syariah bank. Research methodology that employed is survey method. Amount 200 customers of conventional bank which are currently not bank syariah customer used as sample. Structural equation model used as statistical tool which is an integrated analysis technique between confirmatory factor analysis and path analysis using AMOS 20 Software. Result of research show that all hypotheses are accepted, therefore interaction between Knowledge, trust and attitude influence customer intention to use syariah bank in Sulawesi Selatan.

Keywords: Syariah Bank, knowledge, trust, attitude, intention.

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PRODUK INDUSTRI EKONOMI KREATIF SEBAGAI FAKTOR PENDORONG DAYA TARIK DAERAH TUJUAN WISATA

DI SULAWESI SELATAN

Analysis of Strategy Marketing Industrial Products Creative Economy as Incentives attractions tourist destination area in South Sulawesi.

Otto Randa Payangan, Idrus Taba, Rahman Laba dan Debora RiraFakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin

ABSTRAKTujuan penelitian ini adalah adalah: pertama, untuk mengetahui strategi pemasaran produk industri ekonomi kreatif (PIEK), sebagai faktor pendorong Daya Tarik Daerah Tujuan Wisata (DTW) di Sulawesi Selatan; kedua, untuk mengetahui jenis produk industri ekonomi kreatif yang paling prospektif dalam pemberdayaan ekonomi kerakyatan; ketiga,untuk mengetahui tingkat inovasi yang dilakukan oleh para pelaku industri ekonomi kreatif; keempat,untuk mengetahui citra produk industri ekonomi kreatif dalam mengangkat tingkat kesejahteraan masyarakat daerah tujuan wisata. Adapun jumlah sampel yang menjadi unit analisis yaitu : sebanyak 169 unit bisnis yang bergerak di bidang ekonomi kreatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah : pertama, analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif; kedua, melakukan wawancara langsung dan pengisian kuesioner oleh para pelaku industri ekonomi kreatif; ketiga, analisis SWOT. Hasil penelitian yang diharapkan bagi pengembangan ekonomi kreatif, adalah dapat memberikan informasi bagi pemerintah daerah dan wirausahaan, khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan para pelaku pada setiap destinasi wisata, sehingga kreatifitas dalam mengembangkan jiwa entrepreneurship yang dimiliki oleh setiap pelaku bisnis yang terdapat pada setiap daerah tujuan wisata dapat terwujud antara lain, : pertama, mendorong pertumbuhan sektor industri ekonomi kreatif yang dapat mengangkat citra daerah tujuan wisata; kedua, memberikan motivasi untuk mendorong penciptaan lapangan pekerjaan; ketiga ,mendorong inovasi produk daerah tujuan wisata; keempat, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan kelompok-kelompok unit usaha dan penerimaan daerah; kelima, menjadikan produk lokal sebagai ikon yang dapat mengangkat daerah tujuan wisata ke pasar global dan domestik yang dapat mendatangkan wisatawan ke Sulawesi Selatan.

Kata Kunci : Strategi Pemasaran, Produk Industri Ekonomi Kreatif, Inovasi, dan Kesejahteraan

ABSTRACTThe purpose of research : first, to determine the marketing strategy of Industrial Products Creative Economy (IPEC), as a motivating factor Attractions Tourist Destination Region (TDR) in South Sulawesi; second, to determine the types of products the industry's most creative economy in the prospective populist economic empowerment; third, to determine the level of innovation undertaken by the industry players creative economy; fourth, to determine a product's image in the creative economy industry raised the level of welfare tourism destination. As for the number of samples to be the unit of analysis: as many as 169 business units engaged in the creative economy. The method used in this research are: first, qualitative and quantitative descriptive analysis; second, direct interviews and questionnaires by the creative economy industry; Third, SWOT analysis. The results of the research are expected for the development of the creative economy, is able to provide information to local governments and entrepreneurship, particularly in improving the welfare of the players on each destination, so creativity in developing the entrepreneurial spirit possessed by each businesses found in any tourist destination can manifested, among others,: first, to encourage economic growth in the creative industries sector that can lift the image of a tourist destination; second, providing motivation to encourage job creation; Third, encourage product innovation tourist destination; Fourth, improve the welfare of society and groups of business units and reception area; fifth, to make local products as icons that can lift a tourist destination to domestic and global markets that can interisting tourists to South Sulawesi.

Keywords : Strategic Marketing, Industrial Products Creative Economy, Innovation

PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN DI SEKTOR KEHUTANAN (STUDI KAWASAN HUTAN LINDUNG DI KABUPATEN SINJAI)

M. Yunus Wahid, Aminuddin Ilmar; Naswar; dan AchmadFakultas Hukum Universitas Hasanuddin

ABSTRAKPenelitian ini bertujan untuk mengetahui sejauhmana pelaksanaan penegakan hukum dalam perlindungan hukum terhadap hutan lindung di Kabupaten Sinjai, serta kendala yang dihadapi dalam pelaksanaannya. Penelitian dilaksanakan dengan metode yuridis normatif disertai penelitian lapangan sebagai data pembanding. Dari penelitian yang dilaksanakan ditemukan bahwa upaya pelestarian hutan lindung sudah dijalankan dengan baik oleh semua instansi terkait, meskipun masih menghadapi kendala dalam pelaksanaannya. Sejumlah petugas patrol kehutanan mengalami kendala dalam hal kendaraan menuju area patroli yang kadang tidak memiliki akses jalan yang memadai sehingga dibutuhkan kendaraan khusus, serta senjata api demi mengantisipasi pelaku kejahatan yang menggunakan senjata rakitan. Pihak kepolisian, kejaksaan dan badan peradilan telah menjalankan fungsinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan dengan sinergitas kerja yang cukup baik, serta jumlah petugas yang cukup, telah sangat membantu dalam pelaksanaan tugas perlindungan terhadap hutan Lindung.

PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN MEDIA DAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPETENSI PEDAGOGIK UNTUK KENAIKAN PRODUKTIVITAS EKONOMI KELOMPOK TANI KAKAO SENTRA PERTANAMAN KAKAO DI SULAWESI SELATAN DAN SULAWESI TENGAH (2013)

Tuti Bahfiarti, Andi Alimuddin Unde, Muhammad Farid, Andi Subhan AmirFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin

ABSTRAK Indonesia merupakan produsen kakao terbesar kedua di dunia. Sentra pertanaman kakao wilayah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah sebagai sentra produsen kakao terbesar koridor Sulawesi. Diperlukan pemberdayaan dan peningkatan produktivitas, kualitas kakao termasuk pengembangan diri kelompok tani melalui keberagaman media dan teknologi pembelajaran. Upaya ini menyebabkan individu maupun kelompok tani kakao dapat mandiri, mengakses jaringan media untuk mengetahui, mempelajari secara interaktif berbagai hal tentang tanaman kakao. Misalnya, cara penanaman, pemeliharaan, penyakit, hama, kualitas, dan kompetitif harga kakao lokal, nasional, dan internasional. Tujuan jangka pendek adalah terbentuknya kompetensi pedagogik melalui pengembangan dan pemanfaatan media dan teknologi pembelajaran, pemberdayaaan dalam aktivitas ekonomi untuk meningkatkan keberlanjutan proses produksi, kualitas, kemandirian dan kesejahteraan kehidupan kelompok tani kakao wilayah Sulawesi. Tujuan jangka panjang adalah menciptakan pengembangan dan pemanfaatan media dan teknologi pembelajaran berbasis kompetensi pedagogik melalui strategi pemberdayaan aktivitas ekonomi kelompok tani kakao sentra pertanaman kakao Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah Target khususnya adalah mengidentifikasi kepemilikan, ragam terpaan media dan teknologi pembelajaran. Menciptakan model kompetensi pedagogik dalam usaha manajemen pengelolaan ekonomi rumah tangga, usaha kelompok, memperluas peluang pasar, kemudahan memperoleh akses sumber daya, mengembangkan usaha dan permodalan bagi anggota kelompok tani kakao. Pencapaian dilaksanakan kegiatan penelitian, seminar, workshop, pelatihan keterampilan berbasis partisipatif untuk kelompok tani kakao.

ABSTRACTThis research title is The Law Enforcement In Forestry Sector (Study of Protected Forest in Sinjai Region). M. Yunus Wahid as team leader, Aminuddin Ilmar, Naswar, and Achmad as team member. This research is designated to find how far the law performed in order to protect the Protected Forrest area, and the law enforcement in Sinjai region. This research is also to find out the problems that occur in the process of law enforcement. This research uses normative judiciary method, also combined with field research to gain some other facts that affected the law enforcement in the protected forest area. The research finds that in Sinjai region, there is still some activities that will affect the forest function. Some people said that there is no markings in the forest area around their village so they don’t recognize the area as a protected part of the forest. In the law enforcement field, all the involving section, such as Police Force, Rangers, attorney general and the Local Court house have already given all their best action in order to protect the protected forest area. Even though, some obstacles existed, such as lack of budget in maintaining patrol, also the ranger need some special vehicles and weapon (fire arms) to give them security in order to fulfill their duties.

PENGKAJIAN MODEL KESERASIAN SOSIAL DALAM HUBUNGAN ANTAR SUKUBANGSA

DI SULAWESI SELATAN

Muhammad Basir, M.Yamin Sani, Pawennari Hijjang, Yahya,Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin

ABSTRAKPenelitian ini mengkaji dan menggabarkan bagaimana model keserasian sosial dalam kaitannya dengan hubungan antar sukubangsa di perkotaan dengan wilayah penelitian di Kota Makassar. Tujuan penelitian ini adalah membuat dan mendapatkan model keserasian sosial dalam kaitannya dengan hubungan antar sukubangsa, agar bisa dijadikan sebagai referensi bagi pengambil kebijakan, yakni terkait dengan regulasi yang mungkin bisa dibuat dan diterapkan di daerah-daerah yang multi etnik. Sehingga hubungan antar sukubangsa bisa damai dan harmonis, dan sudah tentu menjadi masukan yang sangat berharga untuk Negara Indonesia yang multi etnik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara untuk menjaring data yang dibutuhkan, sedangkan pendekatan dan analisa yang digunakan adalah pendekatan budaya dan tipe penelitian kualitatif dengan analisa deskriptif interpretatif. Hasil penelitian ini menggambarkan pola-pola hubungan sosial antar sukubangsa, menggambarkan bagaimana pemahaman masyarakat terkait dengan proses dan faktor yang bisa menyebabkan terjadinya konflik antar sukubangsa, menggambarkan bagaimana dan apa pandangan dan harapan dari berbagai sukubangsa terkait dengan makna dan nilai keserasian sosial atau keharmonisan sosial, dan menggambarkan apa yang menjadi nilai dan tata kelakuan bagi setiap suku sehingga hubungan antar sukubangsa dan keharmonisan sosial tetap terjaga di Sulawesi Selatan, khususnya di kota Makassar.

Kata Kunci : Keserasian Sosial, Harmonisasi, Hubungan, Sukubangsa, Kota.

ABSTRACTThis research examines and describes how the model of social harmony and its relevance with inter-ethnic relations in urban society location in the city of Makassar. The aim of this research is to get the model of social harmony and its relevance with inter-ethnic relation, to be used as a reference for policy makers, which is related to the regulation may be made and implemented in the multi ethnic areas. So that inter-ethnic relations can be peace and harmony, and is certainly a very valuable input to the state of Indonesia that multi ethnic. The method used in this study is observation and interviews to capture the required data, while the approach and analysis used was a cultural and types of qualitative research with interpretive descriptive analysis. The results of this study describes the patterns of social relations between ethnic, describe how citizens associated with processes and factors that could cause inter-ethnic conflict, describe how and what the views and expectations of various ethnic related to the meaning and value of social aptitude or social harmony, and describe what the values and code of conduct for each tribe so that the relationship between ethnic and social harmony is maintained in South Sulawesi, especially in the city of Makassar.

Keywords: Social Aptitude, Harmonisation, Relation, Ethnic, City

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS BUDAYA LOKAL BUGIS-MAKASSAR : INVENTARISASI DAN IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL

MENUJU HARMONISASI KEHIDUPAN BANGSA

The Concept Of Educational Character Based On The Local Culture Of Buginese-Makassarese : Inventory And Implementation On Local Wisdom Value To National

Life Harmoniously

Ery IswaryFakultas Sastra Universitas Hasanuddin

ABSTRAKKarakter dan moral para generasi muda yang mengalami disorientasi serta fenomena tawuran di kalangan mahasiswa yang notabene calon insan cendekia merupakan latar belakang diadakannya penelitian ini agar dapat mencari solusi konflik yang bersumber dan mengakar dari budaya lokal Bugis-Makassar yang dikenal mempunyai peradaban yang tinggi dengan dimilikinya aksara Lontara dan sejumlah naskah yang sarat dengan kearifan lokal. Penggalian nilai budaya dan jati diri dengan karakter lokal perlu diresosialisasi agar dapat menjadi karakter positif yang mengglobal. Sumber data untuk penelitian tahun pertama berasal dari sejumlah dokumen atau teks naskah lontara seperti kelong, pappasang, aru, cerita rakyat, pakkiok bunting, pau-pau, pakdoangang yang mengandung konsep pendidikan karakter. Sumber data lainnya diperoleh dari observasi di lapangan.Teknik triangulasi data juga dilakukan untuk keabsahan data. Lokasi penelitian ini mengambil representasi wilayah bahasa Makassar (kab.Gowa dan Takalar), dan bahasa Bugis (kab.Bone). Penelitian ini akan menginventarisasi dan mengindentifikasi bentuk-bentuk konsep pendidikan karakter berbasis budaya lokal Bugis-Makassar, baik yang terdapat dalam teks tertulis (naskah Lontara) maupun dalam bentuk cerita rakyat, pakkiok bunting, kelong, Aru, pakdoangang, pau-pau yang substansinya memuat pendidikan karakter tentang kejujuran,

kepintaran ,keberanian, akibat buruk dari kelicikan, pentingnya menjaga persatuan dan menghindari konflik. Penelitian ini menemukan model implementasi dan transmisi yang efektif agar konsep pengembangan karakter tersebut dapat dioperasionalisasi menjadi habituasi dan diinternalisasi oleh anak didik sehingga dapat menjadi insan cendekia yang menciptakan terwujudnya harmoni bangsa. Model implementasi tersebut adalah teladan/contoh, konstruksi dn rekonstruksi serta integrasi nilai-nilai berkarakter dalam kurikulum. Cara resosialisasi dapat ditempuh dengan menjadikan sebagai habituasi dalam internal keluarga, sosialisasi dalam lingkungan pergaulan/komunitas, serta pada media cetak dan elektronik. Penelitian ini diorientasikan hanya pada strategi pendidikan dan sosialisasi sesuai wilayah kepakaran akademisi yang diharapkan dapat memberikan rekomendasi kepada Perguruan Tinggi di Makassar.. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi rujukan konseptual pengembangan karakter dengan konsep yang berkarakter Bugis-Makassar, dalam rangka menyukseskan Rencana Aksi Nasional pendidikan karakter secara nasional.

ABSTRACTDisoriented character and moral of young generation also engage phenomena in a gang fight of students as intellectual people is a background of this research. It aims at finding the conflict solution of taking from local culture og Buginese-Makassarese called as a higher civilization in Lontara character and manuscript consist of local wisdom. Digging up cultural value and personality of local culture are needed to socialize into global positive character. The source research data of first year is taking from documents and lontara manuscripts such as kelong, pappasang, aru, folkltale, pakkiok bunting, pau-pau, pakdoangang , which those contain the concept of educational character. Other data is obtained from field observation. Technical triangulation data is also done to data validity. The research location is represented Makassarese Language regions (regency of Gowa and Takalar) and Buginese language (regency of Bone) This research results present the identification and inventory of educational concept character based on the local culture of Bugis – Makassarese both lontara manuscript and folktale, such as kelong, pappasang, aru, pakkiok bunting, pau-pau, pakdoangang. Those educational character consist of integrity, bravery, negative impact of cunning, unity to avoid conflict. This redearch find implementation model and transmission effectively the cocept of educational character can be applied to be internalized habit of students as intellectual people in obtaining the national harmoniously. The implementation is provided model of the best attitude, construction and reconstruction, character value integrityin curriculum. Re-socialization way can be done in internalized habit of inner family, socialized integrity of environment/community, also published in mass media and electronic. This research orients only for educational strategy and academicals expert several Higher Educations in Makassar. The results of this research also becomes conceptual reference of the improving concept character of Buginese-Makassarese to success the movement of National Action Plan of Educational character.

The key words: educational character, local culture/wisdom, Buginese-Makassarese.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI RENDAHNYA NILAI BAHASA INDONESIA PADA UJIAN NASIONAL SISWA SEKOLAH LANJUTAN ATAS

DI SULAWESI SELATAN

Tadjuddin MaknunFakultas Sastra Universitas Hasanuddin

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan menganalisis seberapa besar pengaruh faktor kompetensi guru terhadap rendahnya nilai ujian nasional (UN) bahasa Indonesia siswa SLTA di Sulawesi Selatan; menganalisis seberapa besar pengaruh faktor sikap mental dan minat siswa terhadap rendahnya nilai ujian nasional bahasa Indonesia siswa SLTA di Sulawesi Selatan; dan menjelaskan faktor-faktor lain yang turut berpengaruh terhadap rendahnya nilai UN bahasa Indonesia siswa SLTA di Sulawesi Selatan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi partisipatif, wawacara, angket, dan studi pustaka. Data dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama terdapat hubungan yang signifikan antara variabel kompetensi guru dan sikap mental siswa terhadap rendahnya nilai bahasa Indonesia pada ujian nasional. Hal itu ditunjukkan dengan nilai R = 0.159 dengan sumbangan efektifnya sebesar 2.5 persen, sedangkan 97.5 persen dipengaruhi oleh faktor lain. Adapun secara parsial atau terpisah kompetensi guru dan sikap mental siswa memiliki hubungan negatif dengan rendahnya nilai bahasa Indonesia pada ujian nasional. Hal ini ditunjukkan oleh nilai Beta standardized Coeffisients sebesar masing-masing -0,148 (SE=2,2%) dan 0,081 (SE=0,7%). Artinya, walaupun kompetensi guru dan sikap mental siswa tinggi, nilai bahasa Indonesia masih tetap rendah. Selanjutnya, faktor lain yang dianggap turut berpengaruh terhadap rendahnya nilai bahasa Indonesia, yaitu (1) proses pembelajaran di kelas belum memenuhi standar walaupun dokumen borangnya (kurikulum, silabus, dan RPP) tersusun sangat rapi; (2) materi bahasa Indonesia yang diajarkan oleh guru tidak sinkron dengan materi ujian nasional; (3) Guru yang mengajarkan bahasa Indonesia di Sekolah Lanjutan Atas pada umumnya berlatar belakang pendidikan Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia (S.Pd.) dan Magister Pendidikan (M.Pd.) sehingga penguasaan pengetahuan kebahasaan tidak memadai; (4) siswa tidak termotivasi untuk belajar menjelang ujian nasional karena mengharapkan kunci jawaban dari luar pada saat ujian; (5) guru tidak terlalu konsentrasi pada kurikulum, silabus, dan rencana pelaksanaan pengajaran karena sering terjadi perubahan kebijakan dari Dinas Pendidikan Nasional dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Selatan secara tiba-tiba.

Kata kunci: kompetensi guru, sikap mental siswa, nilai bahasa Indonesia, ujian nasional

ABSTRACTThis research aims to analyze how big the influence of teacher’s competence to low grade for Indonesian on national test of student at secondry school at South Sulawesi Province; to analyze how big the influence of the student’s mental outlook to low grade for Indonesian on national test of student at secondry school at South Sulawesi Province; and to describe the other factors which joint in influence to low grade for Indonesian on national test of student at secondry school at South Sulawesi Province. The method applied in research are participative observation, interview, quetioner, and library studies. Data are analyzed by quantitative and qualitative method. The result of the research shows that collectively are the significant corelation between teacher’s competence and student’s mental outlook variables to low grade for Indonesian on national test of student at secondry school. That’s indicated by value of R=0,159 with effective contribute as big as 2.5 percen, whereas 97.5 percen is influenced by the other factors. Now, partially of the teacher’s competence and the student’s mental outlook have the negative corelation with low grade for Indonesian on national test of student at secondry school at South Sulawesi Province. That’s indicated by value of Beta Standardized Coeffisients as big as respective -0,148 (SE=2,2%) and 0,081 (SE= 0,7%). That is, althought the teacher’s competence and the student’s mental outlook are high, the grade for Indonesian is still low. Furthermore, the other factors which joint in influence to low grade for Indonesian on national test of student at secondry school, that is (1) the learning process in the classroom is not comply with a request or standard althought the curriculum, syllabus, and the implimention of instruction planning are arranged in orderly; (2) the Indonesian material instruction which is taught by teacher are not synchronous with material of national test; (3) the teacher which teach the Indonesian at secondary school have education scholar background so mastery of the Indonesian language that not enough; (4) the students are not motivated for learning toward the national test because they hope the answer from their teacher; (5) the teacher is not full concentrate for curriculum, syllabus, and implemention of instruction planning because often be happen change of the official policy.

Key words: teacher’s competence, student’s mental outlook, Indonesia language, national test

PENGKAJIAN KONSTRUKSI IDENTITAS SUKU BAJO SEBAGAI PENGUATAN INTEGRASI BANGSA DAN HARMONI SOSIAL DI NEGERA KEPULAUAN INDONESIA

(2013)

Tasrifin Tahara, Munsi Lampe, Gustiana KamboFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin

ABSTRAK Topik penelitian ini ialah ”Pengkajian Konstruksi Identitas Suku Bajo Sebagai Penguatan Integrasi Bangsa dan Harmoni Sosial di Negara Kepulauan Indonesia” dengan tema Integrasi Bangsa dan Harmoni Sosial. Secara keseluruhan penelitian bertujuan menggambarkan detail tentang identitas Suku Bajo sebagai entitas sosial budaya bahari (kesejarahan, kehidupan sosial ekonomi, pola pemukiman, bentukbentuk kelembagaan, sistem kepercayaan, dan wawasan budaya bahari Suku Bajo) sebagai bahan penyusunan program pembinaan dan penguatan integrasi bangsa dan harmoni sosial di Indonesia, khususnya bagi etnis terdepan yang hidup di wilayah pesisir dan pulau-pulau. Hasil penelitian juga akan menyumbangkan

bagi perlunya revitalisasi dan pengembangan identitas komunitas dan wawasan bahari bagi pembinaan jiwa kesatuan bangsa dan harmoni sosial di Negara Kepulauan Indonesia. Secara khusus, kegiatan laporan penelitian tahap pertama ini dimaksudkan sebagai bahan studi etnografi tentang potret keseharian Suku Bajo, kemudian menggambarkan interaksi sosial antar etnik dan stereotipe terhadap Suku Bajo serta bagaimana Suku Bajo mengkonstruksi identitas sebagai bentuk perlawan serta merumuskan kebijakan harmoni sosial dan menjadikan Bajo sebagai sasaran wisata (Tahap Kedua). Metode penelitian yang diterapkan ialah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data kepustakaan, wawancara mendalam dan pengamatan Dari penelitian ini ditemukan bahwa Suka Bajo sangat terbelakang menikmati pembangunan dibanding dengan etnik yang mendiami daratan. Orang Bajo memahami identitasnya dengan konsep sama dan masih mempraktekan kebudayaan leluhurnya melalui sistem kepercayaan, aktifitas sosial ekonomi, dan kelembagaan sebagai wujud pengembangan identitas Bajo sebagai salah satu suku dengan kebudayaan bahari dalam wilayah Indonesia. Kemudian sebagai model harmonisasi antar etnik di wilayah kepulauan, dengan memberi ruang kultural bagi orang Bajo sehingga sama dengan etnik lain.

KAJIAN EFEKTIFITAS PROGRAM KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN (Studi Pada Usaha Mikro dan Kecil di Kota Makassar)

(2013)

Musran Munizu, Sumardi, Armayah1Fakultas Ekonomi, Universitas Hasanuddin Makassar Jln. Perintis Kemerdekaan KM. 10,

Makassar 90245 [email protected]

ABSTRACT Empowerment of micro and small business is one of the 3 packages of government programs to alleviate poverty in Indonesia. Since 2008, the program starts give through financial institutions/banks in Makassar. As one of the strategic programs to alleviate poverty, then the evaluation of programs effectiveness needs to be done in order to determine its impact on growth and poverty reduction efforts. The research was conducted by involving as many as 128 respondents entrepreneurs of micro and small business in Makassar. Determination of the sample using simple random sampling technique. Method of analysis is used in this study are Descriptive statistics analysis, Non Parametric Statistical Analysis (Sign Test), and (3) Analytical Hierarchy Processes (AHP). Data is performed by IBM SPSS 20, and Expert Choice 9.50. The results showed that: (1) the overall of business indicators has increased after micro and small business credit is used by entrepreneurs. Average of increase is happen in very high production, the amount of sales, value of assets, number of customers, technology/methods of work, planning and business evaluation, and activity of recording financial transactions, (2) the business performance before and after getting micro and small business credit is significant, in other words the micro and small business credit program can improve business performance, and (3) the micro and small business credit program can assists the improving of all aspect of the business. So, it can be said that micro and small business credit is effective. Because both statistically and empirically the program can improve business performance of Micro and Small Enterprises (MSE) in Makassar

Keywords: effectiveness, micro and small business credit, poverty alleviation.

POTENSI DAN SISTEM KONVERSI ENERGI ANGIN DENGAN TURBIN TERAPUNG DI PERAIRAN SULAWESI DAN MALUKU

Faisal , Misliah Idrus, Abdul Latief HadHamzah Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

ABSTRAKPada penelitian ini, pemanfaatan energi angin laut di perairan sekitar kepulauan Sulawesi dan Maluku akan menjadi fokus utama. Penelitian terdiri atas 3 tahap dimana pada tahap pertama, dilakukan penelitian tentang pemetaan distribusi angin dan potensi energi angin yang dapat dihasilkan yang termasuk juga penentuan lokasi terbaik pemasangan turbin angin terapung pada setiap musim. Distribusi dan densitas energi angin ini akan disimulasi dan dituangkan dalam sebuah peta/atlas distribusi energi angin. Tahap kedua penelitian akan membahas tentang sistem turbin angin terbaik yang dapat diimplementasikan berdasarkan model distribusi angin dan kondisi geographis perairan Sulawesi dan Maluku. Tahap terakhir akan berfokus pada masalah teknis pemasangan yakni teknik penambatan yang tepat dengan mempertimbangkan kondisi nyata lokasi perairan yang dipilih dari dan juga sistem pendorong (thruster) dari struktur turbin karena turbin yang didesain direncanakan untuk dapat dipindahkan ke lokasi yang mempunyai kecepatan angin yang optimal pada waktu/musim yang berbeda. Pada tahap awal penelitian, telah dilakukan pengumpulan data baik dari badan meteorological maupun menggunakan data satelit atau data scatterometer. Dengan menggunakan data ini, analisa potensi energi angin yang merupakan fokus penelitian tahap pertama telah dilakukan. Sebanyak 32 area perairan disekitar pulau Sulawesi dan Maluku yang telah dianalisa dengan menggunakan distribusi Weibull. Selain itu, densitas energi bulanan setiap perairan telah pula dapat ditentukan. Desnsitas setiap bulan ini kemudian dituangkan kedalam sebuah atlas energi angin. Dengan menggunakan hasil perhitungan dan informasi atlas energi yang telah tersebut, perairan yang mempunyai densitas energi maksimum setiap bulannya dapat ditentukan. Lokasi perairan ini akan dijadikan lokasi turbin terapung atau mobile floating structure (MFS) yang akan dirancang. Dalam melakukan perhitungan dan analisa dalam penelitian ini, sebuah sofware berbasis bahasa pemrograman Fortran yang dinamakan Wind Energy and Conversion System Analysis (WECSA) telah diupdate untuk dapat menghitung wilayah perairan yang cukup banyak secara lebih efisien dan efektif.

Keywords : energi angin laut, peta energi, turbin terapung, metode momentum elemen daun, formasi turbin, wind farm, sistem penambatan, sistem penggerak (thruster).

SISTEM KENDALI OTOMATIS UNTUK PENCEGAHAN TABRAKAN KAPAL

Daeng Paroka, ST, Andi Haris Muhammad, Syamsul AsriFakultas Teknik Universitas Hasanuddin

ABSTRAKSalah satu penyebab terjadinyan tabrakan kapal adalah performa maneuvering kapal yang kurang baik khususnya ketika beroperasi pada kondisi angin dan gelombang. Angin dapat mengakibatkan kapal terseret dan menurunkan kecepatan kapal apabila angin tersebut datang dari arah depan kapal. Selain itu, angin juga akan menimbulkan momen yang bekerja terhadap badan kapal untuk mengubah arah gerak atau haluan kapal sehingga menyimpang dari lintasan yang seharusnya dilewati. Gelombang akan menimbulkan gaya dan momen yang bekerja pada bagian kapal yang ada di bawah permukaan air dengan konsekwensi yang sama dengan pengaruh angin. Oleh karena itu, kemampuan maneuver kapal akibat pengaruh angin dan gelombang penting untuk dianalisis. Hasil analisis ini dapat dijadikan pertimbangan untuk mengetahui batas kemampuan maneuver kapal serta mengetahui karakteristik stabilitas gerak yaw. Data ini penting bukan hanya untuk operasi kapal tetapi juga dapat jadi pertimbangan pada proses desain kapal. Selain itu, hasil dari penelitian ini juga dapat dilanjutkan untuk menentukan kebutuhan bahan bakar khususnya bagi pihak operator. Penelitian dilakukan dengan menggunakan persamaan derak kapal tiga derajat kebebasan: surge, sway dan yaw bersdasarkan mathematic modelling group (MMG) dengan memasukkan angin dan gelombang sebagai gaya dan momen tambahan. Selain turning dan zig-zag maneuver, kondisi steady state kapal juga dianalisis untuk mendapatkan sudut drift dan sudut kemudi yang diperlukan untuk melawan gaya dan momen angin dan gelombang yang bekerja pada kapal. Hasil simulasi numerik tersebut akan divalidasi dengan pengujian model free running yang baru akan dilakukan dalam beberapa hari ke depan. Hasil simulasi menujukkan bahwa angin dan gelombang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap performa maneuvering kapal dimana kecepatan kapal dapat menurun secara signifikan khususnya ketika angin datang dari arah haluan kapal. Pada kasus dimana angin datang dari arah samping badan kapal, kapal dapat mengalami drift yang cukup besar. Untuk kapal yang dijadikan sampel, sudut drift terbesar terjadi pada saat sudut datang angin terhadap kapal sama dengan 40 derajat. Sudut kemudi yang dibutuhkan untuk mempertahankan trajektori atau lintasa kapal pada sudut datang angin tersebut dapat menjadi lebih besar dari sudut kemudi maksimum ±35 derajat ketika kecepatan angin jauh lebih besar dibandingkan dengan kecepatan kapal. Pada tinggi gelombang 3.0 meter atau lebih besar, sudut kemudi yang diperlukan untuk mempertahankan arah gerak kapal lebih besar dari sudut maksimum kemudi. Hal ini berarti kapal tidak akan dapat dikontrol dengan kemudi ketika tinggi gelombang sama dengan 3.0 meter atau

Kata Kunci :

PEMBUATAN MODUL PERHITUNGAN EKSTERNALITAS TOTALPEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP DENGAN MODEL ROBUST

UNIFORM WORLD MODEL

Intan Sari Areni, Wardi, Indrabayu, ZaenabFakultas Teknik Universitas Hasanuddin

ABSTRAKKemajuan suatu negara senantiasa diiringi dengan naiknya kebutuhan akan energi listrik. Indonesia memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang relatif meningkat, juga diiringi dengan kenaikan kebutuhan energi listrik. Untuk mengatasi kenaikan kebutuhan energi listrik dibutuhkan penambahan unit pembangkit yang akan mencegah dari krisis energi listrik dan menjamin pasokan dan kualitas energi listrik kepada masyarakat. Kondisi pembangkit di Indonesia didominasi oleh pembangkit thermal dengan sumber energi primer adalah energi fosil dan gas alam. Proyek 10.000 MW PLTU Batubara merupakan jalan pintas yang dilakukan oleh pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan ini serta menggantikan dominasi bahan bakar minyak terhadap keseluruhan pembangkit thermal di Indonesia. Yang terjadi kemudian adalah adanya dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan manusia akibat aktifitas pembangkitan thermal, utamanya PLTU Batubara, yang menyebabkan pihak yang merasakan dampak, akan mengeluarkan sejumlah biaya ataupun mengalami kerugian terhadap kegiatan perekonomian mereka dan biaya tidak diperhitungkan oleh perusahaan pembangkitan, pemberi kebijakan dan bahkan oleh masyarakat sebagai pihak yang merasakan dampak. Biaya ini disebut sebagai Biaya Eksternal (Eksternalitas) Pembangkit Tenaga Listrik. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan Modul Perhitungan Eksternalitas Total (control cost dan damage cost) yang dapat digunakan pada PLTU-PLTU di Indonesia sehingga memudahkan berbagai pihak dalam menghitung dan menganalisis Biaya Eksternal PLTU, juga dilakukan untuk evaluasi dan optimasi biaya terhadap komponen biaya pembangkit, serta lebih jauh lagi dalam pengambilan keputusan maupun kebijakan strategis terhadap dampak lingkungan maupun kebijakan renewable energy di Indonesia. Beberapa pihak telah berusaha melakukan perhitungan biaya eksternal pembangkit listrik tenaga thermal menggunakan beberapa Modul Perhitungan yang dibuat oleh Negara Maju. Namun belum adanya standarisasi perhitungan yang berlaku, nilai eksternalitas yang dihitung adalah dalaam bentuk biaya dampak (damage cost) serta keterbatasan penggunaan modul perhitungan yang hanya dapat digunakan oleh kalangan tertentu, menyebabkan pentingnya penelitian ini dilakukan. Penelitian ini akan dilakukan dalam 2 (dua) tahun menggunakan model Robust Uniform World Model dan dengan mengadopsi beberapa konsep pada Modul Perhitungan yang telah ada serta melakukan beberapa penyesuaian untuk kondisi di Indonesia. Penelitian pada tahun pertama akan menitik beratkan pada perhitungan biaya eksternal (control cost) dan pemodelan dispersi. Kemudian tahun berikutnya akan dilakukan perhitungan biaya eskternal (damage cost) dan pembuatan modul berbasis perangkat lunak terpilih. Modul Perhitungan Eksternalitas Total PLTU yang akan dihasilkan merupakan penyempurnaan konsep Eksternalitas yang sebenarnya dan sesuai untuk kondisi Indonesia, sehingga akan menghasilkan sebuah besaran biaya eksternal tertentu yang dapat digunakan oleh pihak-pihak terkait sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan maupun sebagai landasan dalam menetapkan suatu kebijakan.

Kata Kunci

MITIGASI BENCANA DI PULAU KECIL: Kajian Tata Bangunan & Lingkungan Berbasis Kearifan Lokal untuk Menghadapi Resiko Bencana di Pulau Samalona, Makassar

Wikantari, Rahmi Amin Ishak, Imriyanti, Abd. Mufti RadjaFakultas Teknik Universitas Hasanuddin

ABSTRAK Bencana marine skala besar maupun kecil hampir menjadi keseharian penduduk pulau-pulau, terutama di Indonesia sebagai Negara kepulauan terluas di dunia. Hempasan angin, topan, maupun badai telah menimbulkan ombak yang menyebabkan abrasi sehingga mengancam keberadaan pulau-pulau, terutama mengancam keselamatan jiwa dan harta pada pulau-pulau berpenghuni. Penelitian ini bertujuan menyusun suatu model konseptual mitigasi bencana di pulau kecil yang mempertautkan kesiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana, karakteristik arsitektur bangunan, dan kearifan local. Dengan studi kasus Pulau Samalona di Kota Makassar, maka sasaran penelitian: Pertama, mengidentifikasi subvariabel tata bangunan, kearifan lokal masyarakat, serta kesiagaan penduduk dan pengunjung menghadapi risiko bencana; Kedua, menghasilkan model mitigasi bencana di pulau kecil dengan variabel utama: kesiagaan terhadap bencana (X1), kearifan lokal masyarakat (X2), serta variabel karakteristik bangunan (Y1), serta karakteristik penduduk (Y2a) dan karakteristik pengunjung (Y2b). Pengumpulan data melalui survei lapangan dengan melibatkan responden 14 kepala keluarga penghuni pulau dan 34 wisatawan. Analisis deskriptif didukung dengan analisis kuantitatif menggunakan teknik korelasi Spearman. Hasil penelitian menunjukkan: Subvariabel signifikan pada Karakteristik Kesiagaan terhadap Bencana adalah: kejadian abrasi, kejadian gelombang laut tinggi karena angin, dan kejadian angin kencang. Subvariabel signifikan pada Karakeristik Bangunan adalah: tipe bangunan berpanggung kayu ataukah bukan berpanggung kayu, penguatan infrastruktur tapak bangunan, dan penguatan konsruksi dinding. Subvariabel signifikan pada Karakteristik Penduduk adalah: lama tinggal di pulau, usia, pekerjaan; sedangkan Karakteristik Pengunjung adalah: frekuensi kedatangan, durasi kunjungan, dan daya Tarik wisata. Subvariabel signifikan pada Kearifan Lokal: aturan konservasi ekologis, tradisi upacara, dan organisasi konservasi ekologi. Model Konseptual mitigasi bencana disusun berdasarkan hubungan antar variabel dan subvariabel seturut derajat korelasinya.

Katakunci: mitigasi bencana, pulau kecil, tata bangunan, kearifan local

ABSTRACT

Large- and small-scale marine disasters have nearly been daily experiences for islanders, particularly in thousands of small islands of our country Indonesia, the largerst archipelagic state. Harsh wind blows and typhons generate high tides and waves, resulted in abrasions that threat the existence of small islands, particularly the safetyof both the inhabitants and visitors. This research aims to develop a conceptual model for disaster mitigation in small island settlements that incorporate architectural characteristics, community alertness, and local wisdom. Samalona, an inhabited small island at off-shore of Makassar City that rely the economic support on tourism rather than fisheries serves as a case study, Objectives of the research are: FIrsly, identification of subvariables pertaining to four variables of community characteristics (Y1) including islanders/inhabitants (Y1a) and visitors (Y1b), architectural characteristics (Y2), community alertness (X1), and local wisdom (X2); Second, development of a conceptual model for disaster mitigation in small island settlement. Data were collected through fiield surveys, also structured and non-structured interviews with all of the 14 heads of islander households and 34 visitors picked-up accidentally. Descriptive analysis was supported by quantitative analysis using Spearman correlation tehnique. Result shows that significant subvariables of community alertness are: occurrence of abrasion, occurrence of high waves due to storm wind, and occurrence of storms and typhoons. Significant subvariables of Building Characteirstics are: building type either wooden on-stilt or non-wooden over-ground, strengthening of infrastructure for building site, and strengthening of wall construction. Significant subvariables of community characteristcs are: length of residence in the iskand, age, occupation including main job and/or addition job. Significant subvariables of visitors; characteristics are: frequency of visits, durastion of visits, and tourist attraction. Significant subvariables of Local Wisdom are: regulation for ecological concervation, ceremonial or ritual tradition, and organisatioin of ecological concervation. Conceptual Model for disaster mitigation has then been developed based on the correlations among subvariables considering degrees of the correlations.

Keywords: disaster mitigation, small island, building design, local wisdom, Samalona

RANCANG BANGUN RANGKAIAN KENDALI ELEKTRONIS UNTUK SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK HIBRID TENAGA SINAR DAN PANAS SURYA

Dewiani, Faizal Arya Samman, Gassing, AdnanFakultas Teknik Universitas Hasanuddin

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan kontribusi-kontribusi ilmiah dalam mengembangkan rancang bangun (prototipe) unit-unit kendali elektronis yang bersifat aplikatif untuk sistem pembangkit listrik tenaga sinar dan panas surya. Panel sel-sel surya memiliki karakteristik yang kurang menguntungkan, yaitu bila temperatur panel surya meningkat tajam akibat terik matahari,maka arus listrik keluaran panelakan jatuhcukup signifikan, yang mempengaruh iturunnya daya listrik yang dihasilkan. Pada kondisi tersebut, temperatur tinggi terdeteksi tepat di bawah panel surya. Fenomena ini pulalah yang mengakibatkan turunnya arus listrik keluaran dari panel surya tersebut. Penelitian ini akan mencoba untuk menemukan metode praktis untuk menuai energi listrik hibrid baik dari panel surya (energi sinar matahari) maupun dari panel pembangkit termol elektrik (Thermo electric Generator–TEG) sekaligus menemukan metode efektif dan efisien dalam mempertahankan titik operas itransfer energ ilistrik dari kedua pane ltersebu tagar tetap berada pada titik maksimal. Selain itu, metode praktis dan efisien dalam mengimplementasi unit-unit kendali elektronik seperti rangkaian proteksi bateri terhadap charging berlebih dan unit kendali saklar elektronis juga menjadi bagian yang akan diinvestigasi dalam penelitian ini. Sistem proteksi bateri berfungsi meningkatkan durasi operasi bateri agar dapat digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama, mengingat bateri merupakan komponen yang cukup mahal dan mudah mengalami kerusakan. Unit kendali saklar elektronis berfungsi mengatur penyaklaran energi listrik dari dua sumber alternatife (Sistem PLTS dan listrik dari PLN), mengingat energi matahari bersifat ambient, yaitu tidak tersedia terusmenerus atau energi matahari tidak dapat dituai setiap saat disebabkan oleh kondisicuacamaupunkondisigelapakibatpergantianmalam. Prosespenyaklaran tentu saja bukanlah hal yang mudah. Kondisi beban listrik dapat mempengaruhi keadaan peralihan proses penyaklaran, yang bila tidak dilakukan dengan tepat, dapat menimbulkan arus listrik peralihan yang cukup tinggi. Penelitian ini akan mencoba mengkaji metode-metode yang praktis dan aman untuk melakukan proses proteksi dan penyaklaran.

Kata Kunci: Pembakit Listrik Tenaga Surya, Panel Sel Surya, Panel Generator Termoelektrik, Algoritma Transfer Daya Maksimum, Saklar Elektronis, Kendali Digital

RANCANGBANGUN SISTEM SEL SURYA PADA KURSI RODA ELEKTRIK DENGAN SISTEM KENDALI PINTAR

Wahyu H. Piarah, Rafiuddin Syam, Mukhtar RahmanFakultas Teknik Universitas Hasanuddin

ABSTRAK

Tingginya polusi dan menipisnya ketersediaan minyak dunia serta tingginya harga bahan bakar minyak dunia menjadi masalah bagi seluruh dunia. Ditambah lagi Indonesia akan mengurangi subsidi bagi BBM tersebut perlahan lahan hingga sesuai harga pasar ditahun 2015. Sementara itu Indonesia berada dinegara tropis merupakan negara yang disinar matahari sepanjang tahun. Energi matahari merupakan sumber tenaga yang dapat digunakan sebagai pembangkit energi listrik cukup berlimpah dan tak perlu membeli. Keuntungan lain, dalam proses konversi energi sistem sel surya tidak menimbulkan pencemaran udara dan lingkungan. Kemudian yang paling menguntungkan adalah kesederhanaan dan kemudahan proses sumber energi tersebut. Produk teknologi yang ramah lingkungan yaitu kursi roda elektrik dengan sel surya menjadi tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini. Hal ini sesuai dengan RIP Universitas Hasanuddin. Selanjutnya peneliti ingin menggali lebih dalam tentang efisiensi penggunaan energi sistem kursi roda elektrik dengansumber energi sistem sel surya atau Photovoltaic System. Selain itu peneliti menentukan algoritma dan persamaan untuk laju perpindahan panas untuk photovoltaic system pada sistem kursi roda. Kemudian peneliti menguji konstruksi kursi roda elektrik dengan menggunakan sel surya dengan beban berubah-ubah (dynamic loading). Metode yang digunakan untuk memecahkan masalah diatas adalah membuat model sistem fisik sistem kursi roda elektrik kemudian menggambar sistem tersebut dengan Autocad 2011. Selanjutnya peneliti mensimulasi dan membuat animasi pada computer sebelum pembuatan produk teknologi sistem kursi roda elektrik dengan sel surya. Sedang untuk analisis sistem kendali, peneliti menggunakan kendali kinematika (control kinematics) and kendali dinamika (dynamic control) sedang untuk kestabilan sistem metode root locus menjadi pilihan peneliti. Selanjutnya pengujian produk dilakukan untuk berbagai medan dan kondisi yang berbeda. Rencana output penelitian adalah produk teknologi kursi roda elektrik dengan menggunakan sel surya yang ramah lingkungan. Selain itu, output penelitian ini adalah buku teks dan buku ajar tentang serial robotika untuk mata kuliah pemanfaatan energy terbarukan dan aplikasi robotika. Peneliti mengaharapkan dan memasukkan paten sederhana untuk penelitian ini.

Kata Kunci :

SISTEM MULTI TAMPILAN PEMONITORING KESEHATAN PASIEN PADA SELF-ROUTING MESH NETWORKING 2.4 GHZ

Dr. Amil Ahmad Ilham, Andani, Muhammad Niswar, Tajuddin WarisFakultas Teknik Universitas Hasanuddin

ABSTRAK

Saat ini pemantauan kondisi pasien oleh tenaga medis secara langsung masih sulit dilakukan secara terus menerus disebabkan karena alat-alat ukur medis yang dipasang pada pasien tidak pat mengirimkan informasi ke tempat lain. Untuk melihat hasil pengukuran alat-alat medis tersebut, dibutuhkan kehadiran tenaga medis di ruang perawatan pasien. Pada penelitian ini dikembangkan suatu sistem pemantau parameter-parameter kondisi kesehatan pasien dari jarak jauh. Sistem ini dibangun dari rangkaian sensor node, mikrokontroller dan jaringan komunikasi nirkabel. Pada sensor node, dipasang pulse sensor yang digunakan untuk mengukur denyut nadi pasien dan sensor suhu yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh pasien. Mikrokontroller digunakan untuk mengendalikan kerja sensor-sensor yang dipasang pada sensor node dan juga mengatur pengiriman data dari sensor node ke web server menggunakan jaringan nirkabel dan Internet secara real time. Tim medis dari tempat yang berbeda dapat memantau kondisi kesehatan pasien berdasarkan data-data medis yang ada di web server. Hasil pengujian menunjukkan bahwa prototipe sistem yang dibuat dapat mengukur denyut nadi dan suhu tubuh pasien secara terus menerus dan dapat mengirimkan data-data medis tersebut ke web server melalui jaringan nirkabel dan Internet secara real time. Sistem ini memungkinkan tenaga medis memantau kondisi pasien secara kontinyu dari tempat yang berbeda (remote).

Kata kunci: sensor, nirkabel, pasien, pemantau, realtime, remote

DURABILITY OF CONCRETE STRUCTURES STRENGTHENED EXTERNALLY USING FIBER REINFORCED POLYMER (FRP) AND IT’S PERFORMANCE DUE TO SEA ENVIRONTMENT

Rudy Djamaluddin, Irmawati, Shinichi Hino

Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin, (Kyushu University, Japan)

ABSTRACT :Overall objective of the research is to establish a strengthening method for damaged concrete structures using Fiber Reinforced Plastics (FRP) as well as to have an understanding of the effect of the tropic and sub-tropic sea environment to its durability and performance. Due to the change of the life demands, the structures may be experiencing changes in the function and an increase in service load so that the structures is no longer safe for use and it may cause a damage on the structural elements or it may be demolished. As an important structural element, beams performance may decrease due to age and or increasing of the service loads as well as due to natural disasters. At certain level of load, a reinforced concrete beams may damage under yielding of the tensile steel reinforcement. The need for strengthening of reinforced concrete structures is become more apparent, particularly when there is an increase in load requirement, a change in use, a degradation problem, or some design/construction defects. The repair of damaged reinforced concrete members by external bonding of fiber reinforced polymer (FRP) is becoming increasingly popular in the construction industry. FRP is a composite made of high strength fibers and a matrix for binding these fibers. FRP system have significant advantages over classical structural material such as steel, including low weight, corrosion resistance, and ease of application. FRP has been successfully used to retrofit all basic structural component, namely, beams, columns, slabs and walls. Flexure strengthening of concrete beams accomplished by epoxy bonding the FRP material are bonded to the beam on the web or the tension face, for shear strengthening the FRP are bonded to the web. The study on the durability of the structures strengthened with FRP materials especially

due to tropical severe sea environment has not been sufficiently explored to provide a rational application into worldwide. Aggressive environmental impact of tropical countries may accelerate the delaminating of the FRP. The delaminating of the FRP should be prevented since it causes a catastrophic failure. In application, the failure of the FRP strengthened structures may occur by FRP rupture as well as debonding due to peeling off of the FRP plate, resulting in a sudden drop in loads and brittle failure. The structures on the severe environment may accelerate the peeling off of the FRP plate, decreasing in the entire structure performance. This research is aimed to fulfill the comprehensive study on durability of the strengthening of the reinforced concrete beams and its performance due to tropic sea environment. In order to achieve the objective of this research, a series of experimental study as well as a numerical study has been conducted. A series specimen has been prepared to simulate the effect of sea water to the strengthening effectiveness of GFRP sheet in reinforced concrete beams. Results indicated that sea water effects to the decreasing of the ultimate load. A mathematical model has been achieved to model the effect of sea water to the ultimate capacity of the concrete beams strengthened using GFRPs. However, the model are still needed to be clarified by long term data that will be continued on the second year of research program.

Keywords: Reinforced concrete, FRP composite, Durability, Strengthening, Debonding

MANIFESTASI SIMBOLIS-FILOSOFIS DALAMPERUMAHAN DAN PERMUKIMAN MASYARAKAT BUGIS DI SULAWESI SELATAN

Arifuddin, Syarif Beddu, Wiwik Wahidah Osman Muhammad BasirFakultas Teknik Universitas Hasanuddin, Fakultas Isipol Universitas Hasanuddin

ABSTRAKPenelitian ini membahas tentang model perumahan berbasis kearifan budaya Bugis yang adaptif dengan dinamika perkembangan Ipteks modern di kota Makassar. Studi ini berupaya mengungkapkan nilai-nilai kearifan lokal dan manifestasinya dalam perencanaan dan perancangan rumah dan perumahan di perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk: a) mengidentifikasi gaya hidup masyarakat Bugis di kota terkait dengan perkembangan modernisasi dan globalisasi, b) mengidentifikasi kondisi perumahan masyarakat Bugis di kota Makassar dilihat dari budaya Bugis dan dinamika perkembangan Ipteks modern, c) untuk menemukan model perumahan masyarakat Bugis yang berbasis budaya lokal yang sejalan dengan dinamika perkembangan Ipteks modern di kota Makassar. Hal ini dimaksudkan untuk mengaktualkan kearifan budaya local yang cenderung punah dalam rangka memperkuat identitas dan karakter bangsa. Penelitian ini diharapkan memberi kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan yang terkait dengan perencanaan dan perancangan perumahan berbasis kearifan budaya lokal; para praktisi pembangunan dalam penyusunan program pembangunan; dan akademisi bidang prodi arsitektur dan PWK. Hal ini dimaksudkan untuk mengungkapkan nilai-nilai kearifan lokal dan manifestasinya dalam perencanaan dan perancangan rumah dan perumahan kota yang layak huni, lestari, dan berjati diri serta antisipatif terhadap perubahan iklim dan dinamika perkembangan Ipteks modern. Penelitian ini dibahas dalam kerangka penelitian deskriptif melalui pendekatan Antropologi-Arsitektur. Penelitian ini melihat fakta-fakta semakin tergerusnya eksistensi budaya lokal akibat pengaruh dinamika perkembangan Ipteks modern. Data-data yang dikumpulkan merupakan informasi menyangkut pandangan masyarakat terkait gaya hidup dan kondisi perumahannya dalam bentuk teks narasi atau gambar visual. Data diperoleh melalui wawancara mendalam, pengamatan lapangan, wawancara menggunakan angket, dan kajian kepustakaan. Penelitian ini menemukan bahwa variabel karakteristik masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap tatanan perumahan masyarakat Bugis

di perkotaan adalah variabel pendidikan dan pekerjaan utama penghuninya. Selanjutnya, variabel gaya hidup masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap tatanan perumahan masyarakat Bugis di perkotaan adalah variabel pandangan terhadap penampilan tubuh dan cara makan; pandangan solidaritas dan interaksi sosial; pandangan harga diri; dan pandangan terhadap peningkatan kualitas hidupnya. Hasil akhir penelitian adalah temuan model perumahan berbasis kearifan budaya Bugis yang sesuai dengan dinamika perkembangan Ipteks modern. Temuan penelitian tersebut dapat diterapkan oleh pemerintah, pihak swasta, dan masyarakat dalam pembangunan perumahan di Kota Makassar.Kata-kata Kunci: Kearifan budaya Bugis, model perumahan, kota Makassar

ABSTRACTThis article discusses a model-based housing of Bugis local wisdom that adaptive on Makassar city, appropriate dynamics of the modern science, technology, and art development. This study seeks to reveal the values of local wisdom and it’s manifestations in the planning and design of residential homes and livablecities, sustainable, and pure self and anticipatory of the socio-cultural development and climate change in urban areas. Before the extinction of local wisdom, then it is necessary can be actual in order to strengthen the identity and character of the Nation. Purpose of the study: a) to identify the lifestyle of Bugis community in the city associated with the development of modernization and globalization, b) to identify the existing housing of Bugis society's in Makassar city base on Bugis culture and the modern science, technology and art dynamics, c) to find Bugis culture-based housing model that related dynamics of the modern science, art, and technology development in Makassar city. It is intended to actualize local wisdom that tends to extinction in order to strengthen the identity and character of the nation. This research is expected to contribute to the development of science associated with the planning and design of housing based on local wisdom; development practitioners, particularly governments and planners; and academics in architecture and urban planning study program. Qualitative research is discussed in the framework of a descriptive study Anthropologyarchitecture approach. The research looked at the facts of the existence of the erosion of local culture due to the influence dynamic of the modern science, technology, artdevelopment. The data collected is information related to people's views regarding lifestyle and housing conditions in the form of narrative text or visual images. The data obtained through interviews, direct observation, interviews using questionnaires, and literature studies. This study found that community characteristics variable which greatly affect to the Bugis community housing order in urban are the variables of education and type of main occupation of inhabitants. Furthermore, people's lifestyle variables which greatly affect to the Bugis community housing order in urban are view of the body styles appearance and how to eat variable, view of solidarity and social interaction, view of the self-esteem, and view to improving the quality of life. The end result of this research is finding a model, Bugis culturebased housing in accordance with the dynamics of the modern science, technology and art development. The research findings can be applied by governments, the private sector, and communities in the housing development in Makassar city.

Key words: Bugis culture wisdom, housing model, Makassar city

KAJIAN EKSPERIMENTAL PADA MIKROSTRUKTUR DAN KEKUATAN BETON YANG MENGGUNAKAN AIR LAUT, PASIR LAUT DAN SEMEN PORTLAND KOMPOSIT SEBAGAI

INOVASI TEKNOLOGI UNTUK MENDUKUNG PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PULAUPULAU TERPENCIL

Wihardi Tjaronge, Rita Irmawaty, Sakti Adji AdisasmitaFakultas Teknik Universitas Hasanuddin

ABSTRAKKendala utama pengembangan budidaya perairan (aqua culture) dan pembangunan infrastruktur di gugusan pulau-pulau terpencil serta daerah pesisir pantai yang lebih rendah dari permukaan air laut (low land) adalah sumber air bersih yang tidak memadai untuk memproduksi beton. Pembuatan kolam dari beton atau pasangan batu yang terbuat dari mortar (semen, air dan pasir) memberikan ketahanan (durability) yang tinggi pada kolam untuk budi daya perikanan. Material beton adalah material yang paling banyak digunakan dalam pengembangan infrastruktur. Penggunaan air laut dan pasir laut dalam pembuatan beton bertulang hingga sekarang dibatasi karena mempercepat karat pada besi tulangan dalam beton. Penelitian ini bagian dari inovasi teknologi untuk mengatasi keterbatasan sumber air bersih dan agregat sungai atau gunung. Penelitian ini menggunakan semen Portland Komposit yang merupakan ecosemen dengan unsur limbah seperti abu terbang. Bentuk penelitian adalah eksperimental sungguhan (true experimental research) yang dilaksanakan 3 tahun. Penelitian tahun I menitikberatkan pada mix desain, analisa karakteristik mikrostruktur dan kekuatan beton yang berorentasi pada optimalisasi air laut dan pasir laut sebagai sumber daya alam nasional. Penelitian tahun ke II dan III melanjutkan uji mikrostruktur dan kekuatan, dan secara bersamaan merancang dan menguji pelat beton serta tulangan non korosif yang dapat diimplimentasikan di gugusan pulau-pulau terpencil. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi detail rujukan bagi pemangku kepentingan (pemerintah daerah, Dinas Pekerjaan Umum, Lingkungan Hidup dll) untuk mengembangkan budi daya perikanan di wilayah pesisir pulau-pulau terpencil. Penelitian ini juga dapat menjadi salah satu rujukan penggunaan material untuk pengembangan infrastrktur yang memperkuat konektivitas darat dan laut dan memperkuat pembangunan kawasan strategis untuk industri perikanan dan maritim di wilayah Koridor Ekonomi (KE)Sulawesi serta gugusan pulau-pulau berdasarkan Master Plan Percepatan dan Pengembangan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

kata kunci : pulau-pulau terpencil, pasir laut, air laut, semen Portland Komposit, karakteristik mikrostruktur, kekuatan beton

SEARCH FOR THE HEISENBERG SPIN GLASS ON REWIRED SQUARE LATTICES WITH ANTIFERROMAGNETIC INTERACTION

Tasrief Surungan1,2, Bansawang BJ1,2, Dahlang Tahir1 1Department of Physics, Hasanuddin University, Makassar 90245, Indonesia 2Indonesian Center for Theoretical and Mathematical Physics

(ICTMP), Bandung Institute of Technology, Bandung 40132, IndonesiaE-mail: [email protected]

E-mail: [email protected]: [email protected]

ABSTRACTSpin glass (SG) is a typical magnetic system with frozen random spin orientation at low temperatures. It is the most complex system in the study of condensed matter physics and has some significance not only in physics, but also in such other fields as computer science, mathematics and biology, The system exhibits rich physical properties, such as infinite number of ground states, memory effect and aging phenomena. There are two main ingredients considered to be pivotal for the existence of SG behavior, namely, frustration and randomness. For the canonical spin glass system, i.e., spin glass system on regular lattices, frustration is led by the presence of competing interaction between ferromagnetic (FM) and antiferromagnetic (AF) couplings. Previously, Bartolozzi et. al., reported spin glass properties of the antiferromagnetic Ising spins on scale free network (SFN). It is a new type of spin glass, different from the canonical one which requires the presence of both FM and AF couplings. In this new system, while frustration is purely caused by the topological factor, the randomness is related to the irregular connectvity. Although the system does not possess similar type of randomness and frustration, it is essentially a class of random frustration systems, thus should indicate spin glass properties. Very recently, Surungan et. al. reported SG bahavior of AF Heisenberg model on scale free networks. We further investigate this type of system by studying an AF Heisenberg model on rewired square lattices. We used Replica Exchange algorithm of Monte Carlo Method and calculated the SG order parameter in searching for the low temperature SG behavior of the system.

Keywords :

POLA ENDAPAN MINERAL DAN UNSUR LOGAM BATUAN DI DAS JENEBERANG BERDASARKAN DATA XRF, XRD DAN AAS

Muhammad Altin Massinai, dkk

ABSTRAKSungai Jeneberang merupakan aliran letusan gunungapi Lompobattang. Erupsi tersebut mengendapkan mineral-mineral di sepanjang aliran sungai Jeneberang, baik dari jenis logam maupun non logam. Indikasi mineralisasi di daerah DAS Jeneberang ditunjukkan dengan ditemukannya kekar-kekar yang berupa urat-urat (veins). Prospek akan mineralisasi ini juga ditunjang oleh struktur geologi yang termasuk cukup kompleks, karena Pulau Sulawesi merupakan pertemuan tiga lempeng bumi yakni Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik. Penelitian ini dilakukan dalam rangka mengungkap kandungan unsur logam dan komposisi mineral batuan dengan menggunakan metode XRF (X-Ray Flourescence) - XRD (X-Ray Difraction), AAS (Atomic Absorption Spectroscopy) serta pola penyebaran unsur logam yang terdapat di aliran sungai Jeneberang hilir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 16 unsur logam dan 15 mineral yang terdapat di lokasi penelitian, namun yang persentasenya cukup tinggi hanya Fe (besi), Ca (kalsium), K (kalium), Al (aluminium) serta Albite, Feldspar, dan Anorthite. Pola penyebaran unsur-unsur logam, diantaranya unsur Fe (besi) terdapat disetiap lokasi pengambilan sampel , namun kadarnya rendah di Bissua dan Kampili, sedangkan di Mawang, Sungguminasa, Malengkeri, dan Barombong cukup tinggi. Unsur Ca (kalsium) terdapat di setiap lokasi pengambilan sampel, namun kadarnya rendah di Bissua, Mawang, Sungguminasa, Malengkeri, Barombong dan hanya di Kampili yang kadarnya sangat tinggi. Unsur Al (aluminium) terdapat di daerah Bissua, Mawang, Sungguminasa, Malengkeri, Barombong

dengan kadar yang rendah, dan tidak didapati unsur aluminium di Kampili. Serta Unsur K (kalium) kadarnya Sangat rendah di Bissua, Mawang, Sungguminasa, Malengkeri, Barombong bahkan di Kampili kandungan unsur kaliumnya tidak ada.

Kata kunci : Metode XRF (X-Ray Flourescence) - XRD (X-Ray Difraction), batuan, kandungan unsur logam, komposisi mineral, pola penyebaran.

ABSTRACTJeneberang river was formed as a flow path from Lompobattang volcanic eruption. The eruption precipitated metals and non metals minerals along the Jeneberang river. The minerals were discovered at the Jeneberang joints and veins watershed. The prospect of mineralization is also supported by geological structures. Geologically, surrounding area of Sulawesi Island is a complex region. The complexity was caused by convergence between three lithosperic plates: the northward moving Indo-Australian plate, the westward moving Pacific plate and the southeast moving Eurasian plate. This research was conducted to determine content of metallic elements and composition of rocks mineral by using the methods of: XRF (X-Ray flourescence), XRD (X-Ray Difraction) and AAS (Atomic Absorption Spectroscopy) and also to determine distribution pattern of the metallic element that found in river flow downstream of Jeneberang. The results showed that there were 16 metals and 15 minerals element contained in the research area. The highest percentage found was Fe (iron), Ca (calcium), K (potassium), Al (aluminum) and albite, Feldspar, and Anorthite. In terms of distribution patterns, Fe (iron) was found each sampling locations. Low levels of Fe were found in Bissua and Kampili, whereas high levels of Fe were found in Mawang, Sungguminasa, Malengkeri, and Barombong. Other element Ca (calcium) was found in each sampling area. Low Ca levels were found in Bissua, Mawang, Sungguminasa, Malengkeri, barombong Barombong while high Ca content was found in Kampili. Low levels of Al (aluminum) were found in the area of Bissua, Mawang, Sungguminasa, Malengkeri, but low level of Al was found in Barombong, and no element of aluminium was found in Kampili. Low level of K (potassium) was found in Bissua, Mawang, Sungguminasa, Malengkeri, Barombong. There was no potassium was found in Kampili.

Keywords: Method of XRF (X-Ray flourescence) - XRD (X-Ray Difraction), rock, metal element content, mineral composition, distribution pattern.

ON MINIMAL PRIME IDEAL WITHOUT A CONSTANT OF SKEW POLYNOMIAL RINGS OVER A DEDEKIND DOMAIN

Amir Kamal Amir Nur Erawaty Andi Galsan Mahie Muh. Nur

Mathematics DepartmentFaculty of Mathematics and Natural Sciences Hasanuddin University

Jl. Perintis Kemerdekaan KM.10, Makassar, Indonesia, 90245.

ABSTRACT Let D be any ring with identity 1, σ be an endomorphism of D, and δ be a left σ -derivation. The skew polynomial ring over D in an indeterminate x, R [ x ;σ ,δ ] consists of polynomials an xn+⋯+a0 wherea i∈D with standard coefficient-wise addition and multiplication rule xa=σ (a)x+δ (a), for all a∈D . This work investigates the minimal prime ideal of R according to σand δ which doesn't have a constant where D is a Dedekind domain and σ is an automorphism of D. Keywords: automorphism, commutative, constant, ideal, minimal, skew

ANTENA MIKROSTRIP SLOT MODEL DASI KUPU-KUPU GANDA LIMA LARIK DENGAN PANDU GELOMBANG COPLANAR UNTUK

KOMUNIKASI 5,8 GHz TANPA KABEL

MICROSTRIP ANTENNA SLOTDOUBLE-BOWTIE -FIVE-ARRAYS MODEL WITH COPLANAR WAVEGUIDES FOR 5.8 GHZ WIRELESS

COMMUNICATION

Bualkar Abdullah, Sri Suryani, Bannu

Fakultras MIPA Universitas Haanuddin

ABSTRAK Telah di desain, diproduksi dan dikarakterisasi antena mikrostrip slot model dasi kupu-kupu

ganda 5 larik dengan menggunakan CPW sebagai pemicu. Antena yang di desain merupakan pengembangan dari antena microstrip model segitiga dan microstrip slot bowtie ganda 1 larik 2 dipole dan 3 larik 6 dipole untuk komunikasi wireless 2,4 GHz yang telah dilakukan sebelumnya. Tetapan dielctric (εr) substrate yang digunakan adalah FR4 Epoxy dengan tetapan dielektrik 4,40; kemudian dilakukan simulasi untuk mendapatkan dimensi dari antena yang dapat bekerja pada range frekuensi 4 – 8 GHz (C-band) dengan frekuensi tengah 5,8 GHz. Penambahan jumlah larik akan meningkatkan gain, directivity dan lebar bandwidth sedangkan penggunaan CPW untuk memudahkan pengontrolan nilai impedansi. Selanjutnya antena yang telah di desain, diproduksi pada PCB FR4 Epoxy dan di etsa dengan larutan FeClO3. Karakterisasi antena dilakukan dengan menggunakan Vector Network Analyzer dan diperoleh RL, VSWR dan Bandwidth masing-masing adalah: -10,9 dB; 1,7 dan 440 MHz. Hasil ini menunjukkan bahwa antena5,8 GHz tersebut dapat diimplemantasikan pada suatu sistem mitigasi bencana secara online.

Kata Kunci: Antena Microstrip, Bowtie ganda, CPW, larik ganda, Return Loss, VSWR dan Bandwidth

ABSTRACT We have designed, produced and characterized microstrip antenna slot double bowties 5 array using CPW as trigger. This new antenna design was developed from a previous model model that has the following modules such as: a triangular microstrip antenna and microstrip slot double bowtie single array 2 dipoles, a double bowtie 3 array 6 dipole for 2.4 GHz wireless communication. The dielectric constant (εr) substrate used was an FR4 Epoxy with dielectric constant of 4.40 and the electronic etching was done using FeClO3 solution. We conducted a couple of simulations to obtain the dimensions of the antenna working at the frequency range 4-8 GHz ( C - band) with a middle

frequency of 5.8 GHz . Adding more arrays enlarged gain, directivity and bandwidth, while the use of CPW was to control impedance. We characterize the antenna performance by using the Vector Network Analyzer to obtain RL, VSWR and bandwidth values of -10.9 dB, 1.7 and 440 MHz, respectively. These results indicate that the 5.8 GHz antenna system is able to be implemented as a part of a wireless online disaster mitigation system.

Keywords : Microstrip Antenna , dual Bowtie , CPW , double array , Return Loss , VSWR and Bandwidth

KOMPOSIT KARBON DARI BAHAN ALAM LOKAL DIPADUKAN DENGAN POLIMER KONDUKTIF DAN NANOPARTIKEL LOGAM SEBAGAI MATERIAL CERDAS

Dahlang Tahir, Syarifuddin Liong, Bidayatul Armynah, Sri Dewi Astuty IlyasFakultas MIPA Universitas Hasanuddin

ABSTRAKHasil penelitian kami untuk Tahun Pertama ini dibagi atas tiga bagian. Pertama, penentuan karakteristik sifat optic beberapa jenis logam seperti Fe, Pd, dan Ti. Hasil ini telah dipublikasikan di Journal of Applied Physics atas kerjasama dengan Prof. Sven Tougaard dari Southern Denmark University. Logam Fe, Pd, dan Ti merupakan bahan penguat pada material cerdas. Kedua, penentuan karakteristik interaksi antara berkas electron dengan elektron orbital pada bahan polimer PMMA, PE, dan PVC. Hal ini muncul dalam bentuk stopping power dan inelastic mean free path (jarak rata-rata antara dua tumbukan). Polimer PMMA, PE, dan PVC merupakan polimer umum yang memiliki sifat khas untuk dapat digunakan sebagai bahan pengikat/matriks pada material cerdas. Hasil analisis tentang sifat polimer ini telah dipublikasikan pada Journal of Applied Radiataion and Isotopes edisi Oktober 2014. Ketiga, penentuan karakteristik material komposit dari bahan alam yang berbentuk arang aktif sebagai pengisi, dipadukan dengan polimer (PVA+Na2SO4+Natrasol) sebagai matriks. Hasil penelitian tentang bahan komposit ini telah berhasil diseminarkan pada kegiatan Internasional Conference on Theoretical and Applied Physics (ICTAP) 2014. Prosiding hasil seminar ini terindeks scopus melalui American Institute of Physics (AIP).

ABSTRACTResults of our first year research are divided into three parts. Firstly, determination the optical properties of some metals such as Fe, Pd, and Ti. This output was published in the Journal of Applied Physics with Prof.Sven Tougaard of the Southern Denmark University. Fe, Pd, and Ti metals are used as reinforcement for smart materials. Secondly, determination of the characteristics found in the interaction between the electron beam with electron orbitals in PMMA, PE, and PVC polymers. This occurs in the form of stopping power and inelastic mean free path (the average distance between two collisions). PMMA, PE, and PVC polymers are used as a binder/matrix for smart materials. The analysis of polymer properties was also published in the Journal of Applied Radiation and Isotopes, October 2014. Thirdly, determination of the composite materials characteristics to those of natural ingredient’s. Those happen in the form of activated charcoal as a filler combined with a polymer (PVA +Na2SO4+Natrasol) as a matrix. Our Results on composite materials was presented in the International Conference on Theoretical and Applied Physics (ICTAP) of the year 2014 and will be published in the Scopus-indexed Proceeding through the ICTAP via the American Physical Society (APS).

THE RAMSEY NUMBERS FOR EVEN STARS VERSUS EVEN WHEELS

Hasmawati, Jusmawati Massalesse, Moh. Ivan Azis, Muh. NurDepartment of Mathematics

Hasanuddin University (UNHAS)Jalan Perintis Kemerdekaan KM.10 Makassar 90245

[email protected]

ABSTRACTThe Ramsey numbers for a graph G versus a graph H, denoted by R(G,H) is the smallest positive integer n such that for any graph F of order n, either F contains G as a subgraph or F contains H as a subgraph. Let Sn be a star of n vertices and Sn be a wheel with m+1 vertices. This paper investigates the Ramsey number R(Sn,Wm) of stars versus those of wheels. It has been proved by other researchers that if 5≤ n≤ 10 , then R(Sn,W8)= 2n+2 for odd n , otherwise R(Sn,W8) =2n+1. We show here that the Ramsey numbers for even stars and even wheels are R(S8,W10)=19 and R(S10,W12) =24, respectively. In general, we show that R(S2n,W2n+2) =5n-1.

Keywords : Ramsey number, Star, wheel

PEMODELAN UNTUK MATERIALANISOTROPIK DAN TIDAK HOMOGEN

Ivan Azis, AidawayatiRangkuti, Muhammad ZakirFakultas MIPA Universitas Hasanuddin

ABSTRAK

Pada penelitian ini akan dilakukan kajian tentang pemodelan matematika dari beberapa masalah fisik yang melibatkan suatu material atau medium yang anisotropik dan tidak homogen. Penelitian direncanakan terlaksana dalam waktu 3 (tiga) tahun. Masalah fisik yang dimaksud meliputi: masalah deformasi material lentur (elastis) anisotropik dan tidak homogen (pada tahun pertama), masalah hantaran panas pada media tidak homogen (pada tahun kedua), dan masalah infiltrasi pada saluran irigasi (pada tahun ketiga). Masalah-masalah ini akan dimodel secara matematika dan solusi analitik dan/atau solusi numerik dari model tersebut akan ditentukan. Dalam hal ini solusi numerik akan ditentukan dengan menggunakan suatu metode numerik yaitu Metode Persamaan Integral atau biasa disebut sebagai Metode Elemen Batas (MEB). Model yang dimaksud di atas berlaku lebih umum untuk material atau media yang anisotropik dan memuat kasus material atau media isotropik sebagai suatu kasus khusus.

Beberapa kajian pada masalah untuk material tidak homogen telah dilakukan sebelumnya. Dalam penelitian ini perhatian khusus diarahkan pada pengembangan model, pengembangan analisis matematika yang digunakan untuk mencari solusi analitik dan numerik, pengembanganaplikasidanperbaikan kinerja Metode Elemen Batas khususnya dalam hal peningkatan keakuratan hasil komputasi dan pengurangan waktu komputasi melalui penghitungan integral secara analitik.

ABSTRACT

This 3-year research focuses in mathematical modeling of some physical problems involving anisotropic and inhomogeneous media. The Physical problems studied are: deformation of elastic anisotropic and inhomogeneous materials (in the first year), the problem of heat conduction in inhomogeneous media (in the second), and infiltration problems in irrigation channels (the third year). The research seeks analytic solutions and/or the numerical solutions of te problems. The latter is determined by using the Integral Equation Method or commonly referred to as the Boundary Element Method (MEB). The referred model applies more generally to anisotropic materials or media including isotropic media as a special case. The model provides more accurate results and faster execution time.

REVITALISASI DAN DISSEMINASI BEBERAPA KONSEP MATEMATIKA

MELALUI WEBDENGAN MAPLE &MAPLET SEBAGAI STRATEGI PEMBELAJARAN SCL

Loeky Haryanto Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk meningkatkan capaian mahasiswa dalam pembelajaran matematika dengan mengusulkan suatu strategy pembelajaran yang sesuai dengan metoda student-centered learning (SCL) yang telah diadopsi oleh Universitas Hasanuddin University sebagai metoda baku pembelajaran di dalam kelas. Strategi yang diusulkan menggunakan fakta bahwa matematika adalah sebuah bahasa yang mengkomunikasikan konsep-konsep matematis dengan banyak simbol-simbol tertulis (misalnya simbol-simbol bilangan, simbol , , d/dx, dan sebagainya). Jadi pembelajaran matematika memerlukan sebuah alat yang dapat memberikan visualisasi simbol-simbol tersebut bersama makna atau definisinya secara efisien dan interaktif.Maplet, salah satu bagian dari software Maple, tidak hanya berperan sebagai alat yang dimaksud, tetapi juga bisa mengerjakan komputasi simbolik dan matematika lanjut secara efisien dan interaktif.

Strategi yang diusulkan di dalam penelitian ini mengeksploitasi kelebihan Maplet untuk pembelajaran dan pengajaran matematika. Untuk tujuan ini, tim peneliti telah menghasilkan banyak Maplet yang bisa digunakan sebagai alat untuk belajar dan mengajar berbagai kelas matematika. Menghasilkan berbagai Maplet adalah tujuan utama penelitian ini, selain menghasilkan makalah keilmuan di dalam berbagai seminar dan penerbitan jurnal. Tim peneliti juga mendapatkan hasil tambahan bahwa dengan cara kombinasi peberian kopian hasil Maplet ke dalam suatu aplikasi presentasi (misalnya Microsoft Power Point), cara ini secara signifikan bisa menurunkan waktu presentasi dibandingkan apabila hasil-hasil Maplet tersebut diperoleh dan dipresentasikanlangsung dari software Maple walaupun hal ini mengurangi sifat interaktif dari presentasi.

Kata kunci: strategi pembelajaran, Maplet, presentasi interaktif.

ABSTRACTThis research aims to enhance student achievements in studying mathematics. We propose a learning strategy in accordance to the student-centered learning (SCL) method adopted by Hasanuddin University as the standard learning method in classrooms. The strategy takes into account the fact that mathematics is a language that communicates concepts using various written symbols (e.g. the symbols for numbers, the symbols , , d/dx, etc). Therefore, it needs a tool that can efficiently and interactively visualize the symbols and their meanings. Maplet, a part of Maple software, provide such a tool. The learning strategy proposed in this reseach exploits the advantages of Maplet for learning and teaching mathematics. For this purpose, the research team has produced number of Maplets that can be used as tools for learning and teaching in various mathematics classes. Producing Maplets is the main objectives of this research, in addition to scientific papers to be presented at seminars and journals. The research team also embedds a series of Maplet outputs in a presentation application (e.g. Microsoft power points). This attempt significantly reduced the time needed when the outputs were directly produced and presented by the Maple software, however, the presentation became less interactive.

Key words: learning strategy, Maplet, interactive presentation

DETERMINING THE TOTAL EDGE IRREGULARITY STRENGTH OF SUBDIVISION OF STAR

Nurdin, L. Haryanto, M. Zakir, J. Massalesse, N.SuardiMathematics Department

Faculty of Mathematics and Natural SciencesHasanuddin University, [email protected]

ABSTRACTThis research was develop from the Siddiqui's research about an edge irregularity strength of subdivision of star. Siddiqui had determined that the total edge irregularity strength of subdivision of star Sn

mfor 1 ≤m ≤8and n ≥ 3. However, the total edge irregularity strength of subdivision of star Snm

for m ≥9 and n≥ 3 are still an open problem. Also, the total edge irregularity strength of subdivision of star by insertingmi vertices for some i in natural number on different to every edge of a starSn is yet to be determined. In this paper, we proved that the total edge irregularity strength of subdivision of star Sn

m form ≥9 and n≥ 3 and the total edge irregularity strength of subdivision of starSn

m1 . m2 .m3 .… ,mn formi≥ 1 ,mi<mi+1 , 1≤ i≤ n and n ≥ 3.

Keywords: irregular total labeling, total edge irregularity strength, subdivision of star

MODELING OF AN EARTHQUAKE RISK AS A POINT PROCESS FROM INDONESIAN REGION

1Sunusi N, 1Kresna A J, 1Islamiyati A, 1Herdiani E.T1Mathematics Department Faculty of Mathematics and Natural Sciences

Hasanuddin University, Indonesia.

ABSTRACT

Study on geophysical risk is still an interesting topic to study. In the seismological context, geophysical risk/hazard rate (earthquake hazard) is defined as the expected rate of occurrence of an event per unit time. In this research, the occurrence of an earthquake was considered as a renewal process in which the last earthquake event was considered as an observed event for the next earthquake. In this process, we assumed that the inter event time was exponentially distributed. To estimate the parameters of model, we used a Bayesian approach in which the Gamma parameter was used as prior information. The result showed that earthquake risk in some parts of Indonesia was depending on the inter event time and the number of earthquake occurrence. Keywords: Geophysical risk, Point process, Renewal process, Bayesian.

Mathematics Subject Classification : 62M86.

VERIFIKAS PETA INDEKS BENCANA PUTING BELIUNG

Paharuddin, Hasanuddin, NurHasanah, Halmar HalideFakultas MIPA Universitas Hasanuddin

ABSTRAKPuting-beliung (PB) adalah salah satu fenomena cuaca ekstrim yang telah menimbulkan korban jiwa dan kerusakan fisik pada daerah yang dilaluinya. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki akurasi peta indeks resiko bencana PB yang dikeluarkan oleh BNPB untuk seluruh wilayah tanah air. Indeks model ini dihitung berdasarkan kemiringan (slope), keterbukaan (openness) dan curah hujan tahunan suatu daerah. Wujud luaran model BNPB adalah berupa peta risiko bencana PB suatu daerah yang terdiri atas 3 kategori yakni risiko rendah, sedang dan tinggi. Model BNPB diuji tingkat akurasinya dengan membandingkan antara prediksi model dengan kejadian (observasi) puting beliung untuk seluruh wilayah Indonesia yang terekam sejak bulan Agustus 2011. Akurasi prediksi untuk masing-masing kategori berdasarkan nilai Peirce Score beserta taksiran nilai ketidakpastiannya adalah: 0,1 ± 1,3 × 10-5, -0,3 ± × 3,0 10-5 , and 0,4 ± 1,21 × 10-5. Rendahnya akurasi peta risiko puting-beliung BNPB ini menunjukkan bahwa peta ini belum handal digunakan dalam mengidentifikasi daerah rawan putting-beliung yang amat dibutuhkan sebagai upaya penyiapan dan penyaluran bantuan bencana.

Kata Kunci: Puting beliung, peta indeks resiko bencana PB, Peirce score, GIS (Geographical Information System)

ABSTRACTPuting-beliung (tornado) belongs to a weather extreme. It has been classified as one of the national disaster by the BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana – National Body for Disaster Reduction) due to its human casualties and physical destructions. This research aims for investigating the accuracy of a tornado risk-index map for the Indonesian region produced by BNPB. The map is calculated using three parameters: land slope and openness and annual rainfall for the area. The risk is categorized as low, medium and high. The map is verified against observed puting beliungs since August 2011 and its accuracy for each risk is determined using Peirce score. Using a GIS tool, we

found that the Peirce score along with its uncertainty was: 0.1 ± 1,3 × 10 -5, -0.3 ± × 3.0 10-5 , and 0.4 ± 1.21 × 10-5 for a low, medium and high risk, respectively. Our study suggested that the BNPB risk map was not useful in terms of locating identifying puting-beliung prone areas needed for pre-cautionary and relief-aids.

Keywords: tornadoes, tornado risk map, Peirce score, GIS

WINDOW LAYERS P-ZNO (ZINC OXIDE) NANOKRISTAL SEBAGAI DIVAIS SEL SURYA DENGAN METODE SPIN COATING SOL GEL

Paulus. L. Gareso1*, N. Rauf1, E. Juarlin1, Sugianto2, and A. Maddu2

1Department of Physics, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Hasanuddin University, Makassar 90245

2Department of Physics, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Bogor Institute of Agriculture, IPB Darmaga Campuss, Bogor* Email: [email protected]

ABSTRACT A window layer of p-ZnO nanocrystal as sel-photovoltage using a spin coating method has

been investigated. There are two layers which were used in this study. The first layer was without doping atom, while the second layer was doped with aluminium and natrium atom. The layers were characterized using Scanning Electron Microscoppy to observe the surface morphology of ZnO thin films, while the optical transmitance UV-Vis and X-ray diffraction (X-RD) measurements were used to determine the structural and optical properties. ZnO films were prepared using zinc acetate dehydrate (Zn(CH3COO)2.2H2O) as precursor, ethanol as solvent, diethanolamine (DEA) as a stabilizer and AlCl3 and NaOH as a dopand, respectively. The undoped and doped aluminium and natrium ZnO films were deposited on a transparent conductive oxide (TCO) substrate using spin coating at room temperature with a rate of 3000 rpm per 30 seconds. The deposited films were annealed at various temperatures from 400oC to 600oC for 60 minutes. The transmitance UV-Vis measurement results for doped aluminium ZNO showed that after annealing at 400oC, the energy band gap profile of nanocrystalline ZnO:Al film was a blue shift. This indicated that the band gap of ZnO:Al increased after annealing due to the increase of crystalinity size for a constant band gap energy. In addition, there was a small oscillation occuring after annealing compared to the as–grown samples. However, in natrium-doped samples, the transmittance was similar before and after annealing. In the case of X-RD measurements, samples doped with aluminium and natrium, the crystalinity of the films were amorphous before annealing, and after annealing the crystalinity enhanced. X-RD results also showed that structure of nanocrystalline ZnO:Al films were hexagonal polycrystalline with lattice parameters are a = 3.290 Å and c = 5.2531 Å. Based on the scanning electron microscopy, the nanowire and nanorod were observed after the sample were annealed at 500oC. Samples doped with natrium, the surface morphology was smooth without any crack.

Keywords: nanocrystalline, zinc oxide, sol-gel, spin coating.ABSTRAK

Telah dilakukan studi tentang window layer p-ZnO (Zinc Oxide) nanokristal sebagai divais sel surya dengan menggunakan metode spin coating sol gel. Ada dua lapisan yang digunakan dalam penelitian ini. Lapisan pertama adalah lapisan yang tidak didoping, sedangkan lapisan kedua adalah menggunakan atom aluminium dan natrium sebagai doping. Lapisan ini dikarakterisasi dengan menggunakan Sanning Electron Microscopy untuk mengamati permukaan film. Pengukuran transmitan optik UV-Vis dan difraksi sinar-X (X-RD) untuk melihat bentuk struktur dan sifat optik

lapisan tipis. Lapisan ZnO disiapkan dengan menggunakan zinc asetat dehidrat (Zn(CH3COO)2.2H2O) sebagai prekursor, etanol sebagai solven dan dietanolamin (DEA) sebagai penyeimbang dan AlCl 3

dan NaOH sebagai bahan doping. Lapisan dengan doping aluminium dan natrium, dan tanpa doping ZnO dideposisi pada gelas TCO dengan menggunakan metode spin coating pada suhu ruang dengan kecepatan putar 3000 rpm selama 30 detik. Lapisan yang sudah dideposisi dipanaskan dari suhu 400oC sampai 600oC selama 60 menit. Untuk sample ZnO dengan doping aluminium, hasil pengukuran transmitans UV-Vis menunjukkan bahwa sesudah pemanasan 400oC, profil pita energi dari lapisan nanokristal ZnO bergeser ke panjang gelombang pendek. Ini menujukkan bahwa pita energi ZnO:Al meningkat sesudah pemanasan akibat peningkatan ukuran kristal. Seiring naiknya temperatur pita energi tetap. Selain itu, ada terbentuk osilasi kecil sesudah pemanasan dibandingkan dengan sampel sebelum dipanaskan. Sedangkan untuk sampel ZnO yang didoping dengan natrium tidak mengalami perubahan baik sebelum dan sesudah pemanasan. Hasil pengukuran difraksi sinar-X (X-RD), kritalisasi lapisan amorf sebelum pemanasan, dan sesudah pemansan kristalisasi menjadi meningkat. Juga, hasil X_RD menunjukkan struktur nanokristal ZnO:Al adalah berbentuk polikristal hexagonal dengan parameter kisi-kisinya adalah a= 3.290 Å and c = 5.2531 Å. Berdasarkan hasil scanning electron microscopy (SEM), nanowire dan nanorod dapat dilihat sesudah sampel dipanaskan pada suhu 500oC. Sedangkan untuk sampel ZnO dengan doping natrium, permukaan sampel nampak halus dan tidak teramati krak.

Keywords: nanokristal, zinc oxide, sol-gel, spin coating.

ANALISIS KESTABILAN DAN KEBIJAKAN PEMANENAN OPTIMAL PADA MODEL MANGSA PEMANGSA DENGAN TAHAPAN STRUKTUR DAN WAKTU TUNDA

Stability Analysis And Optimal Harvesting Policy Of Prey Predator Model With Stage Structure And Time Delay

Syamsuddin Toaha1, Jeffry Kusuma1, Khaeruddin1, Mawardi1

1Jurusan Matematika Terapan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin,

ABSTRAKPenelitian ini mengkaji suatu model mangsa-pemangsa dengan tahapan struktur pada populasi pemangsa dan pemanenan dengan usaha konstan pada populasi mangsa dan pemangsa. Kewujudan dan kestabilan titik keseimbangan interior dianalisis dengan menggunakan metode linearisasi dan uji kestabilan Routh-Hurwitz. Usaha-usaha pemanenan konstan ternyata tidak mempengaruhi kestabilan titik keseimbangan ketika titik keseimbangan tersebut wujud pada oktan pertama. Beberapa kasus pada usaha pemanenan konstan ditinjau dan dianalisis. Dari hasil analisis diperoleh bahwa terdapat suatu kondisi dimana wujud suatu titik keseimbangan yang stabil dan titik kritis dari usaha pemanenan yang memaksimalkan keuntungan dan nilai sekarang dari fungsi keuntungan serta titik keseimbangan juga tetap stabil. Hal ini bermakna bahwa populasi mangsa dan pemangsa dengan tahapan struktur pada populasi pemangsa dapat hidup bersama secara berkelanjutan dan populasi tersebut juga dapat memberikan keuntungan maksimal maupun nilai sekarang dari fungsi keuntungan.

Kata-kata kunci: Mangsa-Pemangsa, tahapan struktur, usaha pemanenan, kestabilan, fungsi keuntungan, nilai sekarang.

ABSTRACTThis is a study of a prey-predator model with stage structure for predator and constant efforts of harvesting of the prey and predator population. Existence and stability of interior equilibrium point were analyzed using linearisation method and Routh-hurwitz stability test. The constant efforts of harvesting did not affect the stability of the equilibrium point when the equilibrium point exists in the first octane. Some cases of constant efforts of harvesting were analyzed. We found that there exists a critical value of the efforts that maximizes the profit and the present value while the equilibrium point also remains stable. This means that the prey and predator populations can live in coexistence gives maximum profit and present value of the revenue.

Keywords: Prey-predator, stage structure, harvesting effort, stability, profit function, present value.

IDENTIFIKASI INFEKSI TERSAMAR CHLAMYDIA TRACHOMATIS, MYCOPLASMA GENITALIUM, UREAPLASMA UREALYTICUM, NEISSERIA GONORHOEA DAN TRICHOMONAS VAGINALIS DI

SULAWESI SELATAN DENGAN PEWARNAAN GIEMSA, KULTUR DAN POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR).

Identification of Occult Mycoplasma genitalium, Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urealyticum, Neisseria gonorhoea and Trichomonas vaginalis Infections

in South Sulawesi by Giemsa staining, Culture and Polymerase Chain Reaction

Andi Mardiah TahirFakultas Kedoteran Universitas Hasanuddin

ABSTRAKPeradangan pada rongga panggul perempuan yang berlangsung kronis dapat berdampak pada subfertilitas dan infertilitas. Sumber peradangan berupa infeksi bermula dari vagina dan serviks yang bergerak ke atas (ascenderen) dan menyebabkan peradangan pada tuba fallopii dan meninggalkan sikatriks. Infeksi pada vagina dan serviks dapat disebabkan oleh berbagai jenis bakteri dan virus, namun yang berpotensi menyebabkan peradangan kronis dengan perlangsungan yang tidak bergejala adalah Mycoplasma genitalium (MG), Chlamydia trachomatis (CT), Ureaplasma urealyticum (UU), Neisseria gonorhoea (NG) dan Trichomonas vaginalis (TV). Keberadaan mikroorganisme ini seringkali tidak bergejala dan bila tidak mendapat pengobatan antibiotika dengan dosis tepat mungkin menyebabkan perlangsungan yang kronis atau rekuren. Penyebaran yang sangat dipengaruhi oleh perilaku seksual juga menjadikan penyakit infeksi ini sulit disembuhkan dengan antibiotika bila tidak sekaligus mengobati pasangan seksual penderita (partner tracing). Tindakan penyaringan (screening) pada ibu hamil yang berguna untuk mencegah penyebaran kontak pada bayi yang dilahirkan pervaginam sesungguhnya dianjurkan oleh Center for Diseases Control (CDC). Meskipun demikian besarnya beban penyakit karena servisitis atau urethritis belum banyak diteliti di Indonesia. Masih sedikitnya perhatian pada penyakit yang berkaitan dengan penyebaran seksual ini menyebabkan tidak diketahuinya prevalensi infeksi karena MG, CT, UU, NG dan TV di Sulawesi Selatan. Dengan mengidentifikasi bakteri penyebab servisitis, terapi antibiotika dapat diberikan untuk mencegah kronisitas dan komplikasi jangka panjang disertai dengan kontrol keberhasilan terapi antibiotika. Identifikasi adanya infeksi meski tanpa gejala ditemukan sebesar 2.3% Chlamydia, 3.1% Gonorrhoea, 2.7% Ureaplasma dan 0.3% Mycoplasma genitalium, serta 1.1% Trichomonas. Identifikasi dilakukan dengan beberapa cara berupa Gram, Giemsa, ditunjang dengan teknik baku emas kultur bakteri dan secara molekuler dari swab serviks dan urin. Langkah selanjutnya adalah mengevaluasi korelasi pasien dengan infertilitas dengan riwayat infeksi CT, MG, UU, NG dan TV. Pada Tahun II akan dilakukan isolasi protein bakteri yang diduga berperan sebagai marker adanya peradangan panggul. Akhirnya diharapkan prevalensi CT, MG, UU, NG dan TV dan korelasinya dengan infertilitas di Sulawesi Selatan dapat dipahami dengan lebih baik, sehingga teknik penyaringan rutin yang berfungsi sebagai pencegahan menjadi wajib dilakukan oleh masyarakat Indonesia.

Kata kunci: Chlamydia trachomatis; Neisseria gonorrhoea; Polymerase Chain Reaction

ABSTRACTPelvic Inflammatory Diseases occurs chronic and result as subfertility and infertility. The source of infection initially in the vagina and cervices that goes upward and may cause inflammation of the fallopii tube and scarring. Infection of the vagina and cervix can be caused by several bacteria and viruses, but those which have a potential of causing chronic asymptomatic infections are Mycoplasma genitalium (MG), Chlamydia trachomatis (CT), Ureaplasma urealyticum (UU), Neisseria gonorhoea (NG) and Trichomonas vaginalis (TV). These bacteria often asymptomatic thus no acquiring the proper

antibiotic and leads to chronic or recurrent infection. The diseae is difficul to cure without antibotics when not curing the partner at the same time. Screening among pregnant women may stop transmission to the babies deliverd per vagainal. The burden ofSTIs among Indonesian women is not yetknown, as not many studies have been done already. Therefore in this study,we aimed to understand the prevalence of MG, CT, UU, NG and TV infections in South Sulawesi. The results were 2.3% Chlamydia, 3.1% Gonorrhoea, 2.7% Ureaplasma, 0.3% Mycoplasma genitalium, and 1.1% Trichomonas. Identification were combination of Culture and multipleks PCR. Giemsa, however did not reveal any indication of Chlamydial infection. Next we aim to evaluate the correlation of infertility with the history of CT, MG, UU, NG and TV infection. We aim to isolate bakterial protein that may become a marker of the presence of STI and inflammation. Hopefully the routine screening may become an effective way of early identification and allowing the patient to receive the appropriate antibiotic treatment.

Kata kunci: Chlamydia trachomatis; Neisseria gonorrhoea; Polymerase Chain Reaction

MOLEKULER VIRUS HEPATITIS B PADA SERUM INFEKSI HEPATITIS B TERSAMAR

Molecular Study on Hepatitis B Virus among Occult Hepatitis B Infected Sera

Rizalinda, St.Maisuri T Chalid, Rinny Rinette, FirdausFakultas Kedoteran Universitas Hasanuddin

ABSTRAKHepatitis B Virus B (HBVB) adalah virus DNA untai ganda dari famili hepadnaviridae. Virus ini mempunyai selubung (envelope) dengan gen sekitar 320 pasang basa di dalam intinya. Urutan gen Virus Hepatitis B yang masuk ke dalam nukleus sel hati akan menjadi DNA sirkuler tertutup dan kovalent (cccDNA) yang akan berperan sebagai cetakan untuk transkripsi RNA virus. Dengan pemeriksaan serologis terhadap Hepatitis B surface antigen (HBs Ag) di Makassar pada tahun 2013 kami mendapatkan 5,3% serum mengandung antigen HBV yang mencerminkan tingginya infeksi HBV di wilayah Makassar. Sebaliknya diantara serum yang tidak memiliki antigen HBV terdapat infeksi Hepatitis B tersamar sebesar 3,7%. Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah karena adanya mutasi gen S HBV sehingga HBsAg yang normal tidak terbentuk sehingga tidak akan terdeteksi oleh reagensia ELISA yang menggunakan antibodi monoklonal. Kami telah membuktikan bahwa kemampuan mendeteksi OBI tergantung pada sensitivitas teknik pemeriksaan molekuler, jumlah sampel dan komposisi populasi yang diteliti. Diantara serum Makassar yang memperlihatkan respon antiHBc terdapat 37% persen diantaranya masih berpotensi infeksius karena DNA virus masih terdapat dalam serum tersebut. Ditemukannya DNA diantara serum yang mempunyai anti-HBs positif tidak menjamin bahwa virus sudah hilang dari serum maupun sel hati. Inilah menjadi dasar pentingnya anti-HBc dan uji NAT terutama pada daerah endemik tinggi seperti Makassar (Indonesia). Analisis molekuler lanjutan telah dilakukan pada serum yang tergolong infeksi Hepatitis B tersamar sehingga susunan genetik yang terdapat pada virus Hepatitis B penyebab infeksi tersamar itu dapat dipahami. Dalam penelitian ini dilakukan karakterisasi genetik dari HBV dan analisis terhadap perubahan-perubahan genetik yang telah menyebabkan limitasi dari tes serologik tersebut. Hasil sekuensing terhadap HBV dapat memperlihatkan adanya variasi antigenisitas dari antigen permukaan HBV. Berdasarkan hasil penelitian ini, sebagai tahap selanjutnya dapat dikembangkan kit diagnostik serologik yang mampu menangkap antigen permukaan virus HBV yang bersumber dari isolat virus lokal dari Indonesia.

Kata kunci: Hepatitis B,Mutasi ,Antigen, permukaanInfeksi tersamar

ABSTRACTHepatitis B Virus (HBV) is a double stranded DNA virus of the hepadnaviridae. The virus has an envelope with a 320 pairs of base inside the capsid. The genes of Hepatitis B Virus that enterd the nucleus of the liver cells is in a closed circular DNA and covalent (cccDNA) that function as a template for RNA transcription. Using serological assays to detect hepatitis B surface antigen (HBs Ag) that we performed in 2013 revealed 5,3% sera contained the HBV DNA. Interestingly there were 3,7% that did not have the HBsAg despite the presence of HBV DNA. One possible reason is due to mutation in gene S of HBV that prevented the forming of normal antigen that will not allow the detection by common ELISA that is based on monoclonal antibody. We have proved that Occult Hepatitis B infection occurred depending on the sensitivity of the molecular assay, the size of sampel and the composition of the population being studied. There were 37% antiHBc that is potential of transmitting virus because of the presence of DNA. The detection of DNA in sera despite AntiHBs positive, shows that antiHBs does not guarantee that virus has been eliminated from sera or the liver cells. This become an important proof that anti-HBc and NAT in high Hepatitis B endemicity is important to perform. The genetic characteristic of HBV have shown the limitation of the serology tests. Sequensing on the HBV is currently performed (awaiting result in 2 weeks time) that may show variety of the antigenicity of the surface antigens of the HBV. Further we aimed to develop a diagnostic kit that is able to detect the specific antigen that have caused OBI to occur among Indonesian.

Key words: Hepatitis B, Mutation , Surface antigen, Occult infection

POLA EKSPRESI GATA-3, ER,PR, HER-2 DAN KI-67 PADA PERTUMBUHAN DAN METASTASTIS DARI KARSINOMA Mamma

Husni CangaraFakultas Kedoteran Universitas Hasanuddin

ABSTRAKKanker payudara adalah suatu penyakit yang multifaktorial hasil interaksi antara faktor genetik dengan faktor lingkungan seperti hormonal, infeksi, bahan kimia dan radiasi. Kanker payudara hingga saat ini masih merupakan urutan teratas penyebab kanker pada wanita dengan angka kematian yang masih tinggi di dunia. Namun, hingga saat ini penyebab pasti kanker payudara belum diketahui. Berdasarkan studi epidemiologik dan penelitian klinis-laboratorium didapatkan beberapa faktor resiko yang memegang peranan penting terjadinya kanker payudara pada wanita, seperti usia menarke, usia menopause, hormon (endogen dan eksogen), riwayat keluarga (genetik), paritas, laktasi, obesitas, aktivitas fisik, diet, alkohol, merokok, lingkungan, dan riwayat biopsi atau pemeriksaan mamma lainnya. Pada penelitian ini, kami bermaksud mengevaluasi dan membandingkan empat subtipe kanker payudara berdasarkan hasil perwarnaan immunohistokimia dari ekspresi estrogen receptor (ER), progesterone reseptor (PR) dan human epidermal growth factor receptor 2 (HER-2) yaitu ER/PR+, HER-2+; ER/PR+,HER-2-; ER/PR-, HER-2+ dan ER-/PR-, HER-2- dalam hubungannya dengan ekspresi Ki-67 dan GATA-3.Penelitian ini merupakan studi retrospektif dari 89 sampel karsinoma mamma invasif. Berdasarkan ekspresi dari IHC, didapatkan 10 (11.2%) sampel ER/PR+,HER2+; 35 (39.3%) sampel ER/PR+,HER2-; 27(30.3%) sampel ER/PR-,HER2+; dan 17 (19.1%) sampel ER/PR-,HER2-. Subyek pada subtipe ER/PR-,HER2- lebih muda dibandingkan subtipe

lainnya (p<0.001). Secara keseluruhan, ekspresi Ki-67 lebih tinggi pada kelompok tumor triple negatif (TN) dibandingkan kelompok non triple negative (non-TN) (p<0.05). Ekspresi Ki-67 ini berbanding terbalik dengan positivitas ekspresi hormone receptor dan berhubungan dengan metastasis ke kelenjar limfe pada tumor tipe TN. Sebanyak 62 (57%) sampel mengekspresikan GATA-3. Sampel tumor yang mengekspresikan GATA-3 secara signifikant lebih banyak ER dan PR positif, Ki-67 negatif, dan tergolong tipe luminal A. Dapat disimpulkan pada penelitian ini bahwa karsinoma mamma subtipe triple negative berhubungan dengan ekspresi Ki-67 yang tinggi yang berkontribusi terhadap prognosa yang jelek dari tipe ini. Tingginya ekspresi Ki-67 berkaitan dengan tidak adanya ekspresi hormone receptor dibandingkan ekspresi Her2 yang negative, dan berperan dalam metastasis ke kelenjar limfe pada tumor triple negative. Karsinoma mamma yang mengekspresikan GATA-3 memperlihatkan differensiasi luminal yang ditandai oleh ekspresi ER dan kebanyakan diklasifikasikan ke dalam tumor tipe luminal A yang memiliki prognosa yang lebih baik.

ABSTRACTBreast cancer is a multifactorial disease as a result of interaction between genetic and environmental factors such as hormonal, infection, chemical material and radiation. Until now, it tooks as the most occurred of cancer in women which have the highest mortality in the world. However, its cause still unknown. According to epidemiologic and clinico and laboratory studies, it was found that there are many risk factors which have important role in female breast cancer like menarche, menopause, hormonal (endogen and exogen), family history (genetics), parity, lactation, obesity, physical activity, diet, alcohol, smoking, environmental factors and history of biopsy and breast examination. The aims of this study to evaluate and compare four breast cancer subtypes defined by immunohistochemistry expression of ER, PR and HER-2 : ER/PR+, HER-2+; ER/PR+,HER-2-; ER/PR-, HER-2+ dan ER-/PR-, HER-2- in correlation with Ki-67 and GATA-3 expression. This study was a retrospective study of 89 invasive breast cancer. ER/PR+,HER2+; ER/PR+,HER2-; ER/PR-,HER2+; and ER/PR-,HER2- types were 10 (11.2%), 35 (39.3%), 27(30.3%), and 17 (19.1%) samples. Subjects with ER/PR-,HER2- were likely to be younger (p < 0.001). Expression of Ki-67 were increased in triple negative (TN) tumor compared than non triple negative (non-TN) tumor subtypes (p<0.05). This Ki-67 expression wereinversely correlated with positivity of hormone receptor expression dan relatedwith metastases tolymph nodein TN type tumor. Sixty two (57 %) samples were immunohistochemically positive for GATA-3. GATA-3 positive samples were significantly more likely ER & PR-positive, Ki-67 negative and luminal A tumors. In conclusion,subtype triple negative of breast cancercorrelate with high expressionof Ki-67 that contributetopoor prognoseof this subtype. The higherof Ki-67 expressionwere correlate withabsence of hormone receptor expressioncompared withnegativity of Her-2 expression, dan play a role innodal metastases in triple negative tumor. GATA-3 positive breast cancer showed luminal differentiation characterized by high ER expression and were mostly classified luminal A type tumor with better prognose.

PERAN POLIMORFISME GEN ENZIM GLUTAMATE CYSTEINE-LIGASE (GCL) TERHADAP STATUS ANTIOKSIDAN DAN STRES OKSIDATIF INDIVIDU YANG KONTAK DENGAN

PENDERITA TUBERKULOSIS PARU

The Polimorfisme Of Enzim Glutamate Cysteine-Ligase (Gcl) Genewith The Status Of Anti-Oxidaneand Stress Oxidativein Individu Contact With Pulmonary Tuberkulosis Patient

Muh.Nasrum Massi1, Sitti Rafiah2, RusdinaBte Ladju1, Ari Juniastuti3

Departemen Mikrobiologi1, Departemen Anatomi2FakultasKedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar, Jurusan Biologi3Fakultas MIPA UNNES, Semarang.

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan ingin melihat adanya hubungan antara adanya polimorfisme pada

gen GCL dengan kadar glutation plasma serta F2 Isoprostane pada orang –orang yang ada kontak dengan penderita TB paru. Sampel diambil dar ikeluarga pasien TB paru yang datang berobat di Balai Paru (Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat = BBKPM) dan RSUP DrWahidin Sudirohusodo, Makassar yang disesuaikan dengan criteria inklusi dan eksklusi. Sebanyak kurang lebih 4 ml darah vena diambil dari setiap orang kontak, kemudian dilakukan analisis genomic dengan metode PCR-RFLP dan pemeriksaan ELISA untuk kadar glutation dan F2-isoprostane. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada orang dengan kontak pasien TB paru selama kurang lebih 6 bulan teridentifikasi polimorfisme genotip C/C sebesar 80,3%, C/T sebesar 18,3 % dan T/T sebesar 1,4% dari total 71 sampel kontak TB paru. Hasi luji Chi-Square menunjukkanbahwaterdapat perbedaanbermakna antar genotype CC, CT dan TT dengan nilai kemaknaan P=0,000 (P<0.05). Kadar F2-isoprostane normal terdapat pada 3 orang yang kontak sedangkan kadar yang tinggi ditemukan pada 68 orang kontak TB paru. Hasil uji korelasi Pearson antarpolimorfisme gene GCLC terhadap kadar F2isoprostane diperoleh nilai Sig (2-tailed)=0,630 berarti tak ada hubungan yang bermakna.

Kata kunci: Kontak TB paru, gen GCL, kadarglutation, F2-isoprostane

ABSTRACTThe study aims to determine the correlation of gene polymorphisms of GCL with glutathione and F2-isoprostane level in contact person with TB pulmonary patients. Sampel contact were obtained from the Centre for lung Health Community (BBKPM) and DrWahidinSudirohusodo hospital in Makassar selective based on inclusive and exclusive criteria. Four milliliters of blood was taken from each sample and was genomicallyanalysed by PCR-RFLP. The glutathione and F2-isoprostane levels were examined with ELISA. The study indicates that polymorphisms genotype C/C of 80,3%, C/T of 18,3% and T/T of 1,4% were identified in the samples of contact with TB pulmonary patients from the total 71 contact samples. The results of Chi-Square test showed that there were significant different between genotype CC,CT and TT with P<0.05. The F2-isoprostane level of those contacts with normal level there were 3 contact only and with high level found 68 person with contact TB pulmonary patients. The results of Pearson Correlation test showed that correlation between polimorphisms gene GCLC and F2-isoprostane has no significant different with Sig (2-tailed)=0,630 (P>0.05).

Keywords: TB contact,gene GCL, levels of glutation and F2-isoprostane

PERAN FRAKSI FLAVONOID SARANG SEMUT (MYRMECODIA PENDANS) TERHADAP HAMBATAN PROLIFERASI DAN HAMBATAN ANGIOGENESIS PADA SQUAMOUS CELL CARCINOMA LIDAH

MANUSIA

The Role of Sarang Semut (Myrmecodia pendans) Flavonoid’s Fraction in Proliferation and Angiogenesis Inhibition of Human Tongue Squamous Cell Carcinoma

Hendra Chandha

2Lecturer, Oral Surgery Department, Faculty of Dentistry, Hasanuddin University

ABSTRAKPendahuluan: Karsinoma sel skuamosa merupakan jenis kanker yang paling sering terjadi di rongga mulut yaitu sekitar 90-95% dari total keganasan pada rongga mulut. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh fraksi flavonoid Sarang Semut (Myrmecodia pendans) sebagai anti kanker terhadap mekanisme hambatan angiogenesis melalui penekanan ekspresi VEGF dan IL-8 pada sel kanker lidah manusia SP-C1. Bahan dan Metode: Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental murni laboratorik dengan menggunakan biakan sel kanker lidah manusia Supri’s-Clone 1 (SP-C1). Penelitian bertahap dimulai uji sitoksisitas untuk mendapatkan fraksinasi flavonoid dengan potensi antikanker, hingga uji hambatan angiogenesis. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan flavonoid fraksi etil asetat dan etanol memiliki peran dalam hambatan ekspresi protein VEGF dan interleukin 8 pada sel kanker lidah SP-C1. Analisis uji ANOVA dengan tingkat kemaknaan (=0.05) menghasilkan perbedaan yang sangat bermakna pada konsentrasi dengan rerata optical density (OD) absorbansi fraksi etanol (p = 0,00), fraksi etil asetat (p =0,00) dan kontrol (p =0,00) terhadap penekanan ekspresi protein VEGF dan Interleukin-8 sel kanker lidah SPC1. Simpulan: Fraksi flavonoid sarang semut menghambat angiogenesis pada sel kanker lidah SP-C1 melalui penekanan ekspresi protein VEGF dan Interleukin 8. Flavonoid fraksi etil asetat sarang semut menghambat ekspresi protein pada sel kanker lidah SP-C1.

Kata kunci: Karsinoma sel skuamosa lidah SP-C1, Fraksi flavonoid sarang semut, Angiogenesis, VEGF, Interleukin-8.

ABSTRACTBackground: Squamous cell carcinoma is the most common type of cancer that occurs in the oral cavity which is about 90-95 % of total malignancy in the oral cavity. The aim of this study was to analyze the effect of the flavonoid’s fraction of Sarang Semut (Myrmecodia pendans) as an anti-cancer to angiogenesis inhibition by suppressing the VEGF and IL-8 expression in SP-C1 human tongue cancer cell. Material and Method: This research was conducted with the pure laboratory experimental method using Supri’s-Clone 1 (SP-C1) human tongue cancer cell culture. This research was started with cytotoxicity test to obtain the fraction of flavonoid that possesses anti-cancer potentiality and angiogenesis inhibition test. Result: The result of this study showed that ethyl acetate and ethanol fraction of flavonoid had a role in inhibiting the VEGF protein and interleukin 8 expressions in SP-C1 tongue cancer cell. ANOVA test with significance level (α = 0,05) which resulted in highly significant difference in the concentration with a mean optical density (OD) absorbance ethanol fraction (p = 0,00), ethyl acetate fraction (p = 0,00), and controls (p = 0,00) for the suppression of VEGF protein expression and interleukin-8 of SP-C1 human tongue cancer cell. Western blotting analysis showed that ethyl acetate fraction of flavonoid application to SP-C1 human tongue cancer cell showed a decrease in SP-C1 protein expression.

Conculusion: Flavonoid fraction of sarang semut inhibit the angiogenesis in SP-C1 tongue cell cancer by suppressing the VEGF and interleukin 8 protein expression. Ethyl acetate fraction from sarang semut’s flavonoid inhibited the expression signal transduction factor from SP-C1 tongue cancer cell.

Keywords: SP-C1 tongue squamous cell carcinoma, sarang semut flavonoid’s fraction, angiogenesis, VEGF, interleukin-8

POLIMORFISME GEN VITAMIN D RESEPTOR SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA SUPERNUMERARY TEETH

Asmawati, Moh. Hatta, Bahruddin Thalib, Lenny IndrianiFakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

ABSTRAKLatar Belakang: Anomali gigi supernumerary teeth adalah kelainan bentuk dan jumlah gigi yang dapat menyebabkan masalah maloklusi, menganggu estetik dan deviasi ordinat gigi. Pada kondisi yang tidak erupsi dapat menyebabkan ameloblastoma dan odontogenic neoplasma. Adanya dugaan kuat faktor herediter sebagai penyebab terjadinya sehingga memerlukan penelitian genetik molekuler untuk membuktikan faktor genetik sebagai faktor risiko terjadinya supernumerary teeth,sehingga meningkatkan optimalisasi fungsi dan estetik gigi. Tujuan penelitian: adalah untuk memperoleh gambaran umum kejadian mengenai prevalensi dan karakteristik supernumerary teeth siswa-siswi di kota Makassar dan untuk mengetahui bahwa polimorfisme gen Vitamin D Reseptor (VDR) sebagai faktor risiko terjadinya supernumerary teeth. Metode Penelitian: Penelitian ini adalah observasional analitik dengan pendekatan rancangan cross sectional study. Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi SMP di kota Makassar yang discreening memiliki kelainan atau terdiagnosa supernumerary teeth melalui pemeriksaan klinis intra oral dan pemeriksaan radiografi. Selanjutnya sampel yang teridentifikasi mengalami kelainan supernumerary teeth menjadi unit sampel yang kemudian dilakukan pemeriksaan polimorfisme gen VDR yaitu PCR (Polymerase Chain Reaction) dengan metode RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphism).Kesimpulan:

- Prevalensi supernumerary teeth pada anak usia 13-15 tahun di makassar dari 3938 sampel ditemukan pada 22 sampel ( 0,6%) dan semuanya terdapat pada rahang atas.

- Prevalensi supernumerary teeth ditemukan single supernumerary teeth sebanyak 20 sampel ( 90,9%), dan multiple supernumerary teeth sebanyak 2 sampel (9,1%), jadi total kasus 24 dari 22 sampel yang ditemukan.

- Prevalensi karakteristik berdasarkan lokasi adanya supernumerary teeth ditemukan mesiodens sebanyak 14 sampel ( 58,3 %), dan lateral sebanyak 10 sampel (41,7%).

- Prevalensi karakteristik berdasarkan status erupsi ditemukan 23 supernumerary teeth ( 93,8 %) yang erupsi sempurna dan 1 supernumerary teeth ( 4,2%) yang parsial erupsi.

- Prevalensi karakteristik berdasarkan morfologi pada 24 kasus supernumerary teeth ditemukan bentuk conical sebanyak 20 sampel ( 83,4%), tubercular sebanyak 2 sampel (8,3 %), bentuk suplementale sebanyak 2 sampel ( 8,3%).

- Polimorfisme gen VDR tidak ditemukan pada supernumerary teeth.- Polimorfisme gen VDR bukan sebagai faktor risiko terjadinya supernumerary teeth.

Manfaat penelitian: sebagai data awal prevalensi dan karakteristik supernumerary teeth pada siswa-siswi SMP di kota Makassar, menambah pengetahuan tentang peran faktor genetik yaitu polimorfisme gen VDR pada supernumerary teeth dan mengetahui polimorfisme gen VDR sebagai penilai risiko untuk memprediksikan kemungkinan terjadinya supernumerary teeth.

Kata kunci : supernumerary teeth, polimorfisme gen vitamin D reseptor (VDR)

ABSTRACT

Back ground: Tooth anomalies of supernumerary teeth are malformed and abnormal number of teeth which can cause malocclusion problems, disturbing the aesthetic and dental ordinate deviation. In the absense of eruptions which can cause ameloblastoma and odontogenic neoplasms. There is a strong suspicion that the hereditary factor are the cause, thus require molecular genetic studies to prove the genetic factors as risk factors of supernumerary teeth, in order to improve the optimalization of dental function and aesthetic. Objectives:To obtain an overview of the prevalence and incidence of supernumerary teeth characteristics of students in Makassar city and to know that the Vitamin D Receptor gene polymorphism as a risk factor for the occurrence of supernumerary teeth. Objectives:To obtain an overview of the prevalence and incidence of supernumerary teeth characteristics of students in Makassar city and to know that the Vitamin D Receptor gene polymorphism as a risk factor for the occurrence of supernumerary teeth. Methods : This study was an observasional with cross sectional study design. The population was junior high school students in Makassar city that have been screened and found to have supernumerary teeth through intra oral clinical examination and radiographs. Samples that have been identified to have anomalous supernumerary teeth then used as sample unit, sample units then examined with VDR gene polymorphisms, ie PCR ( Polymerase Chain Reaction) using RFLP ( Restriction Fragment Length Polymorphism) method.Conclusion :

- Prevalence of supernumerary teeth in children at the age 13-15 years in Makassar from 3938 examined samples founded a supernumerary teeth anomalies were 22 samples ( 0,6%) all found on the maxillary.

- Prevalence of supernumerary teeth was founded single supernumerary teeth as many as 20 sample ( 90,9%) and multiple supernumerary teeth by 2 samples ( 9,1%).

- Prevalence of charateristic of the sample based on location of the supernumerary teeth was founded mesiodens location 14 samples ( 58,3%) and lateral location 10 samples ( 41,7%).

- Prevalence of supernumerary teeth characteristic based on status teeth eruption was founded 23 samples (93,8%) perfect phisiological eruption and partial eruption 1 samples (4,2%).

- Prevalence of morphological charateristic of sample based on 24 samples obtained supernumerary teeth was founded 20 samples conical(83,4%) and 2 samples tubercular (8,3%), 2 sample suplementale ( 8,3%).

- Polymorfism gen VDR was not founded in supernumeray teeth.- Polymorfism gen VDR was not risk factor to be supernumerary teeth.

Benefits of Research: To obtain initial data of the prevalence and characteristics of supernumerary teeth in junior high school students in Makassar city, increasing knowledge about the role of genetic factors ie VDR gene polymorphism on supernumerary teeth, and to investigate the VDR gene polymorphism as a risk assessor to predict the likehood of supernumerary teeth occurrence.

Key words: supernumerary teeth, Polymorphism gen vitamin D receptor ( VDR)

PERANAN PASTA GIGI KATEKIN TEH HIJAU TERHADAP TRANSFORMING GROWTH FACTOR-β1 ( TGF-β1) PADA PENDERITA EARLY CHILDOODH CARIES

The role of green tea cathechins tooth paste to TGF beta -1 in patients with Early childhoodh Caries

Fajriani Ferry1, Sartini 2, Sherly Horax1, Hendrastuty Handayani1

1. Pediatric Dentistry Faculty of Dentistry Hasanuddin Univercity Makassar Indonesia

2. Farmacy. Faculty of Farmacy Hasanuddin Univercity Makassar IndonesiaE-mail: [email protected]

ABSTRAKKaries gigi merupakan penyakit infeksi yang paling umum terjadi pada anak-anak. Karies gigi pada masa anak-anak, atau sering disebut Early Childhood Caries (ECC) merupakan masalah kesehatan yang prevalensinya paling tinggi . ECC yang juga dikenal sebagai karies susu botol merupakan sindrom kerusakan gigi yang parah, berkembang dengan cepat dan mengakibatkan gangguan kesehatan yang panjang pada anak-anak. Penelitian ini bertujuan untuk membuat polifenol teh hijau dalam bentuk pasta gigi untuk mempermudah penggunaannya pada masyarakat khususnya pada anak-anak penderita ECC. Selanjutnya akan dilakukan pemeriksaan tranforming growth factor beta satu (TGF–β1) untuk meneliti apakah pasta gigi katekin teh hijau dapat dijadikan sebagai terapi topikal pada gigi anak yang berfungsi untuk pembentukan dentin tersier, sehingga pulpa gigi akan terjaga tanpa tindakan restorasi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan pre and post design with control group, yaitu dilakukan pembuatan pasta gigi katekin teh hijau disertai dengan tes daya hambat minimum terhadap bakteri streptococus mutans dan menemukan hambatan yang paling optimal. Selanjutnya dilakukan penelitian terhadap pasien dengan penyakit Early Childhood Caries (ECC) diberi perlakuan dengan perawatan penggunaan pasta gigi Polifenol Teh Hijau dan dilakukan pengukuran komponen yang meliputi pengukuran kadar TGFβ-1 sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kadar TGFβ-1 setelah sikat gigi menggunakan pasta gigi katekin teh hijau pada 5 menit pertama , dan pada 10 menit terjadi penurunan. Hasil uji P < 0,05 (0.036) signifikan pada 5 menit setelah penggunaan pasta gigi katekin teh hijau, 5 menit ke2 atau 10 menit setelah perlakuan hasil uji P > 0.05 ( 0,086 ). Gambaran yang di peroleh dari hasil penelitian ini adalah dapat disimpulkan bahwa ditemukan terapi topikal dari bahan alami yang lebih efektif dan aman untuk menghentikan karies progressif dan membentuk lapisan dentin tersier pada gigi, khususnya pada anak penderita ECC .

Kata kunci: Early Childhood Caries, TGF-β1, Pasta Gigi Polifenol teh hijau.

ABSTRACTDental caries is an infectious disease that most commonly occurs in children. Dental caries in childhood, or often called the Early Childhood caries (ECC) is a health problem that the highest prevalence. ECC is also known as the milk bottle caries is a syndrome of severe tooth decay, expanding rapidly and cause health problems long in children. This study aims to make green tea polyphenols in the form of toothpaste to facilitate its use in the community, especially in children with ECC. Next will be the examination of the tranforming growth factor beta (TGF-β1) to examine whether green tea catechins toothpaste can be used as a topical therapy in children's teeth that serve to tertiary dentin formation, so that the dental pulp will be maintained without restoration actions. This study was an experimental study with pre- and post-draft design with control group, which carried out the manufacture of toothpaste green tea catechins is accompanied by minimum inhibitory test against bacteria Streptococcus mutans and find the most optimal barriers. Further study of patients with disease Early Childhood caries (ECC) is treated with care use toothpaste Green Tea Polyphenols and measurement of components that include measurement of TGFβ-1 before and after treatment. The results showed elevated levels of TGFβ-1 after toothbrush using toothpaste green tea catechins in the first 5 minutes, and at 10 minutes decreased. The result of P <0.05 (0.036) is significant at 5 minutes after the use of toothpaste green tea catechins, 5 minutes or 10 minutes

after the 2nd treatment test results P> 0.05 (0.086). Picture obtained from this research is that it can be concluded that found topical therapy of natural ingredients that are more effective and safer to stop the progressive caries and form a layer of tertiary dentin of the teeth, especially in children with ECC.

Keywords: Early Childhood caries, TGF-β1, Toothpaste Green tea polyphenols.

ANTIBACTERIAL ACTIVITY TEST OF SOUTH SULAWESI PROPOLIS EXTRACT AGAINST STREPTOCOCCUS MUTANS

Hasanuddin1, Asdar1, Suryani As’ad2, Sri Oktawati1, Natsir Djide3, Sartini3, Khadijah41Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin, 2Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin,

3Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

ABSTRACT Background: The main cause of periodontal disease is microorganisms that colonize and attached to the tooth surface around the gingival margin. Streptococcus mutans is the first bacteria that forms colonies and become the initiator of the other bacteria to do so. The left bacteria colonies may change to be plaque layer and causes an inflammatory reaction, may lead to tissue damage. Propolis is a natural substance, well known its benefits in dentistry. The type of propolis varies depending on the area or location and type of honey bees that produce it. Propolis is also expected to inhibit Streptococcus mutans that cause periodontal disease. Purpose: The aim of the study is determine the inhibition zone of propolis gel on Streptococcus mutans. Methods: Inhibition test was performed by the agar diffusion method using propolis test materials, provided in a concentration of 2.5%, 5%, and 10% as well as negative control. Inhibition zone was measured after 24 hours incubation. Results: Concentration has effect that causing significant difference in inhibition of the change in concentration of propolis (p <0.005).The use of different solvents in the extraction process also has an influence on the inhibition of propolis or there is a significant difference between the propolis extracted with hexane solution (fat-free propolis) and 70% of propolis solution (p<0.005). The interaction between the type of solvent with a concentration on its effect on the inhibition of propolis also showed a significant difference (p<0.005). Conclusion: Propolis has inhibitory effect on Streptococcus mutans especially those was dissolved in 70% ethanol solution and also influenced by the level of concentration.

Keywords: Propolis, Streptococcus mutans, Antibacterial activity

PENGUKURAN KADAR NIKEL DAN KHROMIUM PADA SERUM DAN URINE PASIEN YANG MEMAKAI ALAT ORTODONTIK CEKAT

Measurement Of Nickel And Khromium Levels In Serum And Urine Of Patients Wearing Fixed Orthodontic Appliance

Susilowati, Mansjur Nasir, Eka Erwansyah, Imam Mudjari, Rika Damayanti

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin

ABSTRAKLatar Belakang: Komponen alat ortodontik cekat adalah logam-logam yang dapat mengalami korosi di dalam mulut. Dua jenis logam yang menonjol adalah nikel dan khromium yang pada kadar tertentu dapat menimbulkan keracunan, alergi, mutasi gen, kanker, dll. Tujuan: untuk mengetahui kadar nikel dan khromium pada serum dan urine pasien yang memakai alat ortodontik cekat. Metode penelitian:Jenis penelitian adalah observasional klinik dengan disain time series dimana subyek penelitian akan diikuti secara periodik . Subyek sebanyak 5 pasien (3 laik-laki dan 2 perempuan) dengan kisaran usia 19-22 tahun dipasangi alat ortodontik cekat tipe edgewise pada kedua rahang. Kadar nikel dan khromium dalam serum dan urine dihitung dengan cara: pada pasien diambil sampel darah dan urine nya sebelum pemasangan alat, kemudian untuk sampel urine dilanjutkan selama 5 hari berturut-turut (sesudah pemasangan alat). Pengambilan sampel urine diulang pada bulan berikutnya, sedang untuk sampel darah diambil lagi sesudah dua bulan dari pemasangan alat. Sampel darah disentrifus untuk mendapatkan serum yang mana dilakukan pengukuran kadar nikel dan khromiumnya dengan Inductivelly Couple Argon Plasma Atomic Emission (ICP-AES/ Mass Spectroscopy. Sampel urine diambil pada pagi hari sebanyak 15 ml kemudian dianalisis dengan alat yang sama. Data yang didapat dianalisis secara statistik dengan uji t berpasangan. Hasil: Rerata kadar nikel dalam serum sebelum dilakukan pemasangan alat adalah 1.640 mg / L (SD ± 0,167) dan rerata setelah dua bulan pemakaian alat adalah 2.160 mg / L (SD ± 0.305). Uji t menunjukkan perbedaan yang signifikan (p = 0.047). Rerata kadar kromium sebelum perawatan adalah 0,277 mg / L (SD ± 0,499) dan rerata setelah dua bulan perawatan adalah 0,054 mg / L (SD ± 0,062). Uji t menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan Kesimpulan : hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terjadi kenaikan kadar nikel dalam serum darah sebelum dan sesudah 2 bulan pemasangan alat ortodontik cekat. Walaupun perbedaan ini bermakna, namun masih dalam kisaran normal. Untuk kadar khromium dalam serum tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara sebelum dan esudah dua bulan pemasangan alat ortodontik cekat. Kadar nikel dalam urine pada waktu sebelum dan sesudah dipasangi alat mengalami penurunan yang tidak bermakna kecuali pada hari ke 4 dan ke 30. Kadar khromium urine sebelum dan sesudah pemakaian alat tidak mengalai perubahan yang bermakna,

Kata-kata Kunci : Nikel; Khromium; Serum;Urine; Alat ortodontik cekat ABSTRACTBackground : Components of fixed orthodontic appliances are metals that can corrode in the mouth. Two prominent types of metals are nickel and chromium, which may cause poisoning, allergies, gene mutations, cancer, etc at certain levels. Purpose: to determine the levels of nickel and chromium in serum and urine of patients wearing fixed orthodontic appliance. Methods: This type of research was clinical observational with time- series design in which the research subjects will be followed periodically. This study included 5 patients undergoing edgewise fixed orthodontic therapy for both arches. The patients’ age ranging between 18-22 years, three males and two females. The serum nickel and chromium levels were assessed by means of collecting 6 mL venous blood,was centrifuged to get 2 mL of serum. The blood samples were taken before insertion of appliance and two months after insertion. The urine samples (15 cc) were taken in the morning before insertion of appliancest, then continued for 5 consecutive days (after the insertion of appliances). It was repeated in the next month, The levels of nickel and chromium were measured by using Inductivelly Couple Argon Plasma Atomic Emission (ICP-AES / Mass Spectroscopy. The data obtained were analyzed by using paired t-test statistic. Results: The mean of nickel level before treatment was 1,640 µg/L (SD± 0.167) and its mean after two month of treatment was 2.160 µg/L (SD± 0.305). The t-test showed a significant difference (p = 0.047). The mean of chromium level before treatment was 0.277 µg/L (SD± 0.499) and its mean after two months of treatment was 0.054 µg/L (SD± 0.062).The t-test showed no significant difference (0,393). Conclusions: The results

of this study can be concluded that an increase in nickel content in blood serum before and after 2 months of the installation of fixed orthodontic appliances. Despite this significant difference, but still within the normal range. For chromium levels in serum no significant difference between before and two months after insertion of fixed orthodontic appliances. Nickel levels in the urine at the time before and after insertion was non-significantly declined except on days 4 and 30. Levels of chromium in the urine before and after insertion of appliance were seen no significant changes

Key words: Nickel; Chromium; Serum; Fixed orthodontic appliance

IMPLIKASI PERAWATAN PERIODONTITIS TERHADAP KADAR PENANDA ATEROSCLOROSIS: HS CRP, ICAM-1 DAN KOLESTEROL PADA PENDERITA DENGAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG

KORONER

Implication Of Scalling And Root Planning On The Level Of High Sensitivity C-Reactive Protein, Cholesterol And Intercelluler Adhesion Molecule-1 On Patients With Cardio

Vasculer Disease Risk

RasmidarSamad*, Burhanuddin DP* RiniPratiwi* and MardianaAdam**

*Public Health Deparment, Faculty of Dentistry,HasanuddinUniversity,Indonesia** Periodontology Departement, Faculty of Dentistry HasanuddinUniversity,Indonesia

ABSTRAKPenyakit jantung koroner (PJK) berhubungan dengan infeksi pada gigi atau pada jaringan periodontal (periodontitis). Keduanya merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya inflamasi khronis dengan penyebab yang kompleks dan memiliki mekanisme phatogenik yang saling mempengaruhi. Beberapa penelitian membuktikan pasien dengan PJK dan periodontitis memiliki kadar kolesterol, hs-CRP dan ICAM-1 yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahu ipengaruh perawatan periodontitis (scaling dan root planing) terhadap kadar hs-CRP, ICAM-1 dan kolesterol dalam serum darah. Rancangan penelitian menggunakan Quasi experimental study with pre and posttest control group design yang melibatkan 30 sampel yang berisiko terhadap PJK. Mereka diberi perlakuan dengan perawatan scaling dan root planning. Kadar kolesterol diukur dengan Direct enzymatic assay ICAM-1 dengan metodeELISA danhs-CRP dengan Particle and enhanced immunoturbidymetric. Seluruh pemeriksaan laboratorium dilakukan di laboratorium PRODIA. Data dianalisis dengan t-test (SPSS version 17.0 for windows). Hasil: Rerata kada rhs-CRP sebelum dan setelah perawatan scaling dan root planing 3:16 ± 2.37 dan 2:18 ± 1.56 (paired t-test statistics, p= 0.007 atau p<0.05). Terjadi peningkatan kadar HDL dan penurunan kadar Triglyceride (p<0.05), tetap itidak menunjukkan penurunan padakadar kolesterol total dan low density lipoprotein (LDL), demikianjugakadar ICAM-1, pada penelitian in itampak tidak memperlihatkan perubahan yang bermakna setelah perawatan.

Kesimpulan: terhadap penurunan kadar hs CRP danTrigliserida serta peningkatan HDL yang bermakna setelah perawatan scaling dan root planning merupakan alternative perawatan untuk menurunkan risiko terhadap PJK

Kata kunci: risiko PJK, hs-CRP, ICAM-1, kolesterol, Scaling and root planing

ABSTRACT

Cardiovascular desease (CVD) have been associated with dental infection/ Periodontaldesease, both of them are inflammatory diseases and have complex etiologies and may share pathogenic mechanism. Several studies found that patients with CVD and periodontitis have higher level of cholesterol and hs-CRP and ICAM-1. The present study was amed to determine the effect of scaling and root planing to hs-CRP and ICAM-1 and cholesterol level in blood serum. The Quasi experimental study with pre and posttest control group design was conducted with 30 persons with CVD risk and chronic periodontitis. There were treated by scaling and root planing. Cholesterol were measured by Direct enzymatic assay ICAM-1 with ELISA method and hs-CRP by Particle and enhanced immunoturbidymetric. Data were analyzed by t-test (SPSS version 17.0 for windows). The results, mean hs-CRP levels beforescaling and root planing 3:16 ± 2:37mg/l and after scaling and root planning2:18 ± 1.56mg/l ( p=0.02).Based on the results of paired t-test statistics, obtained p-value 0,007 (p<0,05). Increased of HDL and decreased Triglyceride level (P<0,05), but for total cholesterol, low density lipoprotein (LDL), have not seen decrease level. Similar for ICAM-1 the study showed there is no change significantly after treatment. Conclusion:There are significant effect of scaling and root planing for reduced hs-CRP level and trigycelide level and increase of HDL level. Scaling and root planing are alternative treatment for reduce risk factor of CVD.

Keywords: risk CVD, hs-CRP, ICAM-1, cholesterol, scaling, and root planing.

EFFECT OF LOCALLY DELIVERED TRIANTIBIOTIC PASTE ON ENDODONTIC TREATMENT OUTCOME OF CHRONIC APICAL PERIODONTITS : EVALUATION OF MMP-9 AND TIMP-1

LEVELS

Effect Of Locally Delivered Triantibiotic Paste On Endodontic Treatmentoutcome Of Chronic Apical Periodontits : Evaluation Of Mmp-9 And Timp-1 Levels

Maria Tanumihardja1, Rehatta Yongki1, Rasmidar Samad2, Burhanuddin Dg Pasiga2

Faculty of Dentistry, Hasanuddin University1Endodontic Department, Faculty of Dentistry, Hasanuddin University, Makassar

2Dental Public Health Department, Faculty of Dentistry, Hasanuddin University, Makassar

ABSTRAKMedikasi saluran akar penting untuk menghilangkan sisa bakteri setelah perawatan saluran akar gigi dengan periodontitis apikalis kronis. Hingga kini, belum ada medikamen saluran akar yang efektif sempurna. Substansi yang memiliki efek antibakteri dan anti inflamasi dapat bermanfaat seperti kombinasi beberapa anitbiotik. MMP-9 merupakan protease yang terdeteksi meningkat pada gigi dengan kelainan periapikal, dan menurun setelah perawatan saluran akar.Ekspresi MMP-9 dimodulasi oleh inhibitor endogen, TIMP-1 Penelitian klinis ini bertujuan untuk mengevaluasi kadar MMP-9 dan TIMP-1 setelah aplikasi lokal pasta antibiotik, dan dibandingkan dengan kalsium hidroksid. Eksudat diambil dari dalam saluran akar. Disain penelitian adalahpre and post test control group design dan dianalisa dengan Chi-Square test. : Eksudat sampeldiambildari24saluran akar gigi nekrotiksetelah preparasi kemomekanik,dibilas dengan 6% NaOCl, saline,17% EDTA dan 2% CHX, dan medikasi antar kunjungan dengan pasta calcium hydroxide selama 7 hari. Sampelkemudian dialokasikan ke dalam 2 kelompok. Kelompok 1 (G1) diaplikasi dengan pasta triantibiotik(dicampur terlebih dahulu denganmakrogol and propylene glykol) pada daerah apikal. Kelompok 2 (G2)

diremedikasi dengan pasta kalsium hidroksid. Eksudat sampeldiambil setiap medikasi 7 hari dan dievaluasi dengan caraEnzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Data dianalisa menggunakanChi-square test.Hasilnya menunjukkan kadarMMP-9 pada kelompok I memiliki kemungkinan perubahan 1.5 kali (RR= 1,5; CI+0.95) dibandingkan dengan kelompok II, tetapi tidak menunjukkan perubahan bermakna secara statistik (p=0.679) Demikian juga kadarTIMP-1pada kelompok I memiliki kemungkinan perubahan 2 kali (RR= 2,0; CI= 0,95) dibandingkan dengan kelompok II, tetapi tidak menunjukkan perubahan bermakna secara statistik (p=0.221).Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah pasta triantibiotiktidak menunjukkan efek tambahan yang bermanfaat dibandingkan dengancalcium hydroxide, dan tidak berpengaruh terhadap outcome perawatan saluran akar gigi dengan periodontitis apikalis kronis.

Kata Kunci : pasta triat=ntibiotik,MMP-9, TIMP-1, perawatan saluran akar gigi

ABSTRACTBackground: The use of intracanal dressing is essential to remove any remaining bacteria in the root canal treatment of chronic apical periodontitis (CAP). However, no single medicament commonly used has been found to be completely effective.Local application of substances with antimicrobial and antiinflammatory activities may be beneficial such as combination of three antibiotics; triantibiotic paste. Matrix metalloproteinase-9 (MMP-9), an enzyme, showed increasing in CAP and decreased following root canal treatment. MMP-9 is controlled by endogene inhibitor, Tissue Inhibitor of Metalloproteinase (TIMP-1). Purpose: This clinical study was aimed to evaluate and compare the levels of MMP-9 and TIMP-1 after medication with triantibiotic paste (ciprofloxacin, metronidazole, minocycline) and commonly used calcium hydroxide from the exudates of human root canals. Methods: Exudates samples were taken from 24 necrotic root canals after chemo-mechanical preparation, rinsing with 6% NaOCl, saline,17% EDTA and 2% CHX, and a 7-day inter appointment medication with calcium hydroxide paste. Samples were then allocated into two groups. Group1 (G1) was locally delivered with triantibiotic paste (mixed with macrogol and propylene glycol) in apical area. Group 2 (G2) was remedicated with calcium hydroxide paste. Exudates samples were taken after each 7-day medication and evaluatedby Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA). Data was analyzed using Chi-square test.Results:Levels of MMP-9 of G1 showed 1.5 timeschange (RR= 1,5; CI+0.95) compared to G1 but no significant differences (p=0.679) between G1 and G2 (p<0.05). Levels of TIMP-1 of G1 showed 2.0 timeschange (RR= 2,0; CI= 0,95) compared to G1 but no significant differences (p=0.221) between G1 and G2 (p<0.05). Conclusion: Triantibiotic paste showed no additional beneficial effect on the treatment outcome of CAP compare to commonly used calcium hydroxide.

Keywords : triantibiotic paste, MMP-9, TIMP-1, endodontic treatment.

PEMANFAATAN PELAYANAN VOLUNTARY AND COUNSELING TESTING PADA KELOMPOK RISIKO TINGGI TERTULAR HIV-AIDS DI SULAWESI SELATAN

The Use Of Voluntary And Counseling Testing Service For High Risk Group Infected By Hiv/Aids In South Sulawesi

DarmawansyahFakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan layanan VCT pada kelompok risiko tinggi tertular HIV-AIDS di Sulawesi Selatan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Penelitian dilakukan di Sulawesi Selatan dengan sampel sebanyak 202 orang dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling. Pengumpulan data menggunakan wawancara dan kuesioner. Analisis data menggunakan uji chi-square dan regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden berusia 2531 tahun (52,0%), berjenis kelamin laki-laki (73,3%), status belum kawin (73,8%), berpendidikan SMA/sederajat (71,8%), dan bekerja sebagai pegawai swasta (25,7%). Hasil uji chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan antara umur (p=0,023), status perkawinan (p=0,002), pengetahuan (p=0,030), dukungan keluarga (p=0,000), dan dukungan petugas kesehatan (p=0,000), perceived threat (p=0,012), perceived benefits (p=0,000) dan perceived barriers (p=0,000), dengan pemanfaatan VCT. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa dukungan keluarga (p=0,000), dukungan petugas kesehatan (p=0,025), perceived benefits (p=0,015), perceived threats (p=0,016), berpengaruh terhadap pemanfaatan VCT. Variabel yang paling berpengaruh terhadap pemanfaatan VCT adalah dukungan keluarga (Wald=14,835). Disarankan perlu perhatian khusus terhadap kelompok LSL, yang mana kelompok ini merupakan kelompok yang paling banyak tidak memanfaatkan VCT. Peningkatan pengetahuan terutama pengetahuan tentang HIV-AIDS dan tujuan serta manfaat VCT perlu dilakukan dan lebih mengaktifkan peran media, seperti TV, surat kabar maupun internet terkait informasi tentang HIV-AIDS kepada masyarakat.

Kata kunci : pemanfaatan VCT, risiko tinggi, HIV-AIDS

ABSTRACT The research aimed to analyze the factors affecting the use of VCT service for high risk group infected by HIV/AIDS in South Sulawesi case study Makassar and Bulukumba. The research was a quantitative study with cross sectional study. The sample consisted of 202 people selected using accidental sampling. The method of obtaining the data was interview using questionnaire. The data were analyzed using chi-square test and multiple logistic regression. The results of the research indicate that most of the respondents range from 25 to 31 (52,0%) years old, are male sex (73,3%), are unmarried status (73,8%), are senior high school graduates (71,8%), and are private employees (25,7%). The output of Chi-square test indicate that there is a relationship between age (p=0,023), marital status (p=0,002), knowledge (p=0,030), family support (p=0,000), health worker support (p=0,000), perceived threat (p=0,012), perceived benefits (p=0,000), perceived barriers (p=0,000) and VCT service. Meanwhile, multivariate analysis indicates family support (p=0,000), health worker support (p=0,025), perceived threat (p=0,016), perceived benefits (p=0,015), and effect the use of VCT service. The most dominant variable affecting the use of VCT is family support (Wald=14,835). It was suggested that MSM groups need special attention, which is this group most likely group not utilizing VCT. Increased knowledge, especially knowledge about HIV/AIDS and the purpose and

benefits of VCT and more needs to be done to activate the role of the media, such as TV, newspapers and internet related information on HIV/AIDS to the community.

Key Words: The Use of VCT, High Risk, HIV-AIDS

STUDI EPIDEMIOLOGI DAN DETEKSI DINI DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PESISIR DANAU TEMPE Kab. WAJO SULAWESI SELATAN

Epidemiology Study and Early Detection DM type 2 in Tempe Lake Wajo District South Sulawesi

Ridwan, Stang, Jumriani Ansar, Dian Sidik

ABSTRAKLatar belakang penelitian ini adalah Prevalensi Diabetes Mellitus Type 2 semakin meningkat pada populasi di seluruh dunia termasuk di Indoesia, yang menyebabkan terjadinya double burden of disease. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan indikator deteksi dini, serta menganalisis hubungan faktor risiko kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di pesisir Danau Tempe. Desain penelitian ini adalah cross sectional study. Dengan poipulasi penelitian masyarakat yang bermukim di pesisir danau Tempe Kab. Wajo. Besar sampel pada penelitian ini yaitu 300 responden. Data dianalisis dengan menggunakan uji statistik yang sesuai dengan kategori dan tujuan studi dianataranya uji sensitifitas, uji spesifitas, uji nilai prediksi positip dan negatip instrument,serta uji statistik bivariat chi square dan multivariat dengan regresi logistik. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, pengambilan kadar gula darah dan pengukuran antropometri. Manfaat utama penelitian ini adalah ditemukannya sebuah model early detectioj DM type 2 yang tepat bagi bagi penduduk benua maritime untuk mendeteksi diri sendiri secara cepat terhadap ancaman penyakit DM yang semakin meningkat. Sehingga dapat mengambil tindakan promotif dan preventif secara efektif dan efisien. Bagi Kementerian kesehatan, indikator ini merupakan metode efektif untuk melaksanakan screening DM di daerah dengan tingkat kepekaaan yang baik. Luaran penelitian adalah atikel untuk jurnal nasional maupun internasional, seminar nasional maupun internasional conference, serta bahan penulisan buku.

Kata Kunci

PENGARUH PEMBERIAN MULTI GIZIMIKRO PADA WANITA PRAKONSEPSI TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL

Effect of multi micronutrient on preconception Women To The Pregnancy Hemoglobin Status

A.R. Thaha1, Nurhaedar jafar1, Burhanuddin Bahar1, Abdul Salam1, Aminuddin Syam1, Asry Dwi Muqni1, Anang Otoluwa2,3

1. Department of Nutrition, School of Public Health, Hasanuddin University, Indonesia.2. Doctor Candidate in Medical Faculty, Hasanuddin University, Makassar.3. Lecturer at Luwuk Nursing School, Indonesia.

ABSTRAKLatar Belakang: Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia masih tinggi 37,1% (Riskesdas 2013). Perbaikan gizi pada ibu hamil sebaiknya dilakukan sebelum terjadi pembuahan (prakonsepsi) karena status gizi pada saat konsepsi sangat menentukan akhir kehamilan. Tujuan penelitian ini untuk menilai dampak pemberian multi gizimikro kepada wanita prakonsepsi terhadap kadar hemoglobin ibu hamil. Metode: Penelitian dilakukan di 4 kecamatan di kota Makassar, mulai Januari - Oktober 2014 dengan desain double blind, randomized controlled trial. Responden adalah wanita yang baru menikah, umur 18-35 tahun, belum pernah hamil sebelumnya. Sampel dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok intervensi yang diberi kapsul multi gizimikro dan kelompok kontrol yang diberi kapsul fe+asam folat. Kapsul diberikan setiap hari sampai ibu diketahui hamil. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan metode SLS-Hemoglobin, dilakukan sebelum dan sesudah intervensi. Analisis dilakukan dengan membandingkan rerata kadar hemoglobin sebelum dan sesudah perlakuan, membandingkan rerata kadar Hb antara kedua kelompok, dan proporsi anemia. Hasil: Dari 40 wanita prakonsepsi, diantaranya 4 orang atau 10% mempunyai kadar hemoglobin < 12 g/dL. Tidak terdapat perbedaan hemoglobin pada kelompok intervensi dan kontrol (p=0,321) setelah intervensi. Kesimpulan: Anemia pada wanita prakonsepsi tergolong tinggi, intervensi pada wanita prakonsepsi menunjukkan tidak berbeda antara multi gizimikro dengan fe+asam folat.

Kata Kunci: Preconception, Hemoglobin, multi gizi mikro, pregnancy

ABSTRAKBackground: The prevalence of anemia among pregnant women in Indonesia is still high 37.1% (Riskesdas 2013). Improve nutrition in pregnant women should be done before conception (preconception) because nutritional status at the time of conception is crucial late pregnancy. The purpose of this study was to assess the impact of multi micronutrient to women preconception against hemoglobin levels of pregnant women. Methods: The study was conducted in four districts in the city of Makassar, from January to October 2014, with the design of a double-blind, randomized controlled trial. Respondents were newly married women, aged 18-35 years, had never been pregnant before. The samples were divided into two groups, namely the intervention group were given capsules of multi micronutrient and control group were given capsules fe + folic acid. Capsules given daily until the mother known to be pregnant. Hemoglobin using SLS-hemoglobin method, performed before and after intervention. The analysis is done by comparing the mean hemoglobin levels before and after treatment, comparing the mean hemoglobin levels between the two groups, and the proportion of anemia. Results: Of the 40 women preconception, of which 4 people or 10% had hemoglobin levels <12 g / dL. There were no differences in hemoglobin in the intervention group and controls (p = 0.321) after the intervention.

Conclusions: Anemia in women preconception is high, intervention in women showed different preconceptions between multi micronutrient with fe + folic acid.

Keywords: Preconception, Hemoglobin, multi micronutrients, pregnancy

PENGARUH PEMBERIAN EMULSI MINYAK SAWIT MERAH TERHADAP KADAR RETINOL PLASMA ANAK SEKOLAH DASAR DI KAWASAN PESISIR KOTA MAKASSAR

THE INFLUENCE OF RED PALM OIL EMULSION TO THE LEVEL OF PLASMA RETINOL OF PRIMARY SCHOOL CHILDREN IN THE COASTAL AREA OF MAKASSAR CITY

Masni1), Saifuddin Sirajuddin2), Syaharuddin3), Aminuddin Syam4)

1) Program Studi Kesmas, Jurusan Biostatististik/KKB FKM Unhas2) Program Studi Ilmu Gizi FKM Unhas

3) Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin4) Program Studi Ilmu Gizi FKM Unhas

ABSTRAKBeta karoten sebagai salah satu komponen dari minyak sawit, merupakan prekusor vitamin A dan berfungsi sebagai provitamin A, sehingga minyak sawit berpotensi untuk digunakan sebagai pangan untuk mencegah kejadian kekurangan vitamin A (KVA). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian emulsi minyak sawit merah terhadap kadar retinol plasma anak sekolah dasar di kawasan pesisir Kota Makassar. Penelitian eksperimental semu dengan rancangan pre-test post test ini dilaksanakan di Sekolah Dasar negeri Cambaya Kecamatan Ujung Tanah Kota Makassar, melibatkan 36 orang siswa kelas enam yang dibagi dalam tiga kelompok perlakuan, masing-masing kelompok terdiri atas 12 orang. Kelompok I diberi emulsi minyak sawit merah 5 mL/hari, kelompok II dan III masing-masing diberi 10 mL/hari dan 15 mL/hari selama satu bulan. Pengukuran kadar Retinol plasma dilakukan sebelum dan setelah pemberian emulsi MSM. Pelaksanaan penelitian dilakukan beberapa tahap, tahap pertama adalah produksi MSM murni menggunakan kondisi optimum yang diperoleh pada penelitian sebelumnya (diameter kolom 8 cm, besar partikel abu sekam padi 20 mesh dan rasio ASP/minyak sawirt 1:4). Tahap kedua adalah produksi emulsi yang divariasikan jenis pemberi bau dan rasanya (Melon, Vanila dan Buah); Tahap ketiga adalah uji hedonik untuk mengetahui tingkat kesukaan dan penerimaan konsumen terhadap produk emulsi yang dibuat dan tahap keempat adalah tahap intervensi untuk mengetahui pengaruh pemberian emulsi minyak sawit terhadap kadar retinol plasma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pada produksi MSM dihasilkan minyak sawit murni dengan konsentrasi karoten 10.121 ppm; 6,4 kali dibanding konsentrasi CPO asalnya (1574 ppm menjadi 10.121 ppm) atau terjadi pemekatan 3,5 kali dibanding konsentrasi karoten dari minyak sawit merah kasar hasil penyaringan (2.865 ppm menjadi 10.121 ppm). Produk emulsi yang paling disukai adalah emulsi minyak sawit merah yang menggunakan perisa melon. Pemberian emulsi dengan dosis 10 mL/hari dan 15 mL/hari memberikan pengaruh yang bermakna terhadap kadar retinol plasma, hal ini ditandai dengan adanya perbedaan yang bermakna antara rerata kadar retinol plasma, sebelum dan setelah intervensi (p<0,05), sedangkan pemberian emulsi dengan dosis 5 mL/hari tidak memberikan pengaruh yang bermakna, meskipun terlihat ada peningkatan kadar retinol plasma setelah intervensi.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa, ada pengaruh pemberian emulsi minyak sawit merah terhadap kadar retinol plasma anak sekolah dasar.

Kata kunci: CPO, Minyak sawit merah, karoten, KVA, retinol, retinol plasma

ABSTRACTBeta-carotene as one component of palm oil, a precursor of vitamin A and functions as provitamin A, so that palm oil has the potential to be used as food for preventing the occurrence of vitamin A deficiency (VAD). This study aimed to determine the effect of red palm oil emulsion on plasma retinol levels of primary school children in coastal areas of Makassar. Quasi-experimental research design with pre-test post-test is conducted in the Cambaya Elementary School Sub District of Ujung Tanah Makassar City, involved 36 sixth-grade students were divided into three treatment groups, each group consisting of 12 persons. Group I was given red palm oil emulsion 5 mL / day, group II and III were each given 10 mL/day and 15 ml/day for one month. Measurement of plasma retinol levels before and after administration of red palm oil emulsion. Research was carried out in several stages, the first stage is the production of pure red palm oil using optimum conditions obtained in previous studies (8 cm diameter column, large rice husk ash particles 20 mesh and the ratio of rice hull ash / palm oil = 1: 4). The second stage is the production of varied types of providers emulsion smells and tastes (Melon, Vanilla and Fruit); The third stage is the hedonic test to determine the level of preference and consumer acceptance of the product emulsion is made and the fourth stage is the stage of intervention to determine the effect of palm oil emulsion on plasma retinol levels. The results showed that, on the production of palm oil produced pure red palm oil with a carotene concentration of 10,121 ppm; 6.4 times that of native CPO concentration (1574 ppm to 10,121 ppm) or 3.5 times compared to the concentration of carotene from red palm oil screening results (2,865 ppm to 10,121 ppm). The most preferred emulsion products is an emulsion of red palm oil using melon Flavor. Giving emulsion at a dose of 10 mL / day and 15 mL / day gives significant effect on plasma retinol levels, it is characterized by a significant difference between the mean plasma retinol levels, before and after the intervention (p <0.05), whereas administration of emulsion at a dose of 5 mL/day did not provide a significant effect, although it appears there was an increase in plasma retinol levels after the intervention. Finally it can be concluded that, there is the effect of red palm oil emulsion on plasma retinol levels of primary school children. Keywords: palm oil, red palm oil, carotene, Vitamin A Deficiency, retinol, plasma retinol

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KELOR PADA IBU HAMIL PEKERJA SEKTOR INFORMAL TERHADAP STRESS KERJA, STATUS GIZI, KERUSAKAN DNA

DAN PERTUMBUHAN BAYI

Effect Of Moringa Leaves Extract On Occupational Stress And Nutritional Status Of Pregnant Women Informal Sector Workers

Veni HadjuFakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

ABSTRAK Daun kelor adalah daun dari pohon kelor yang mengandung berbagai zat gizi makro dan mikro serta bahan-bahan aktif yang bersifat sebagai antioksidan. Penelitian ini ingin melihat pengaruh pemberian ektrak daun kelor pada ibu hamil pekerja informal terhadap tingkat stress dan status gizi meliputi kadar Hb dan Lingkar Lengan Atas (LILA). Desain penelitian ini adalah randomized, double blind, control trial. Ibu hamil perkerja informal (umumnya adalah buruh dan penjual) diperoleh dari empat Puskesmas di Kecamatan Manggala, Kota Makassar. Ibu hamil ini dibagi secara acak ke dalam dua kelompok yaitu kelompok perlakuan yang menerima ekstrak daun kelor sebanyak 2 kali 2 kapsul @800mg setiap hari (KP, n=35) dan kelompok kontrol menerima placebo (KK, n= 33). Kedua kelompok tetap menerima tablet Fe setiap hari. Perlakuan dilakukan selama 3 bulan dimana kapsul ekstrak daun kelor dibagikan langsung oleh petugas lapangan setiap bulan sedangkan tablet Fe didistribusikan oleh bidan pada setiap kali pemeriksaan. Monitoring konsumsi kapsul dan tablet Fe dilakukan oleh petugas lapangan. Pengukuran dilakukan oleh tenaga terlatih meliputi derajat stress melalui survey diagnostic stress questionnaire, status gizi diukur dengan lingkar lengan atas (Lila),dan kadar Hb dengan Hb meter digital. Analisis statistik menggunakan paired dan independent t-tests. Karakteristik subjek sebelum intervensi tidak berbeda secara bermakna kecuali untuk variable umur, gravid, dan hemoglobin (p=0.037, p=0.045, and p=0.001, berturut-turut). Setelah intervensi, terlihat penurunan derajat stress secara bermakna pada KP (66.7±17.9 to 57.4±8.3; p=0.001) tapi tidak pada KK (72.5±22.2 to 77.8±15.3; p=0.07). Terlihat perbedaan yang bermakna dari besar perubahan derajat stress antara ke dua group (-12.3±18.2 vs. 5.5±17.6; p=0.001). Demikian pula pada kerusakan DNA terlihat penurunan derajat kerusakan DNA secara bermakna pada KP (3797±1292 to 1901±187; p=0.000) pada KK (3590±1220 to 2204±782; p=0.000). Terlihat perbedaan yang bermakna dari besar perubahan derajat kerusakan DNA antara ke dua group (1871±1615 vs. -1701±1253; p=0.000). Disamping itu, terlihat peningkatan Lila baik pada KP (25.2±2.7 to 26.2±2.8, p=0.001) maupun KK (26.1±2.8 to 26.5±2.8, p=0.001) tidak terlihat perbedaan yang bermakna untuk perubahan Lila antara ke dua kelompok (0.3±0.4 vs. 0.19±0.3, p=0.130). Kadar Hb pada kelompok intervensi tidak terjadi peningkatan, KP (11,8 ± 0,94 to 11,77 ± 1,29; p=0.909) juga pada KK (11,57 ± 1,20 to 11,88 ± 1,50; p=0.337). terlihat perbedaan yang bermakna dari besar perubahan kadar Hb antara ke dua group (-0,02 ± 1,32 vs. 0,30 ± 1,80; p=0.002). Disimpulkan bahwa pemberian ekstrak daun kelor pada ibu hamil pekerja informal dapat menurunkan tingkat stress, menurunkan tingkat kerusakan DNA dan meningkatkan status gizi (LILA) serta dapat meningkatkan kadar Hb. Kata Kunci : Ekstrak daun kelor, ibu hamil pekerja sektor informal , stres kerja, kerusakan DNA, LILA, kadar Hb.

2

ABSTRACT Moringa leaves are the leaves of the Moringa tree containing various macro and micro nutrients and active ingredients that act as antioxidants. We assess the effect of leaf extracts of Moringa in pregnant women informal workers to the level of occupational stress and nutritional status include hemoglobin levels and Middle Upper Arm Circumference (MUAC). This study design was randomized, double-blind, controlled trials. Pregnant women informal worker (generally the laborers and seller) obtained from four health centers in the District Manggala, Makassar. The pregnant women were divided randomly into two groups: the treatment group (TG) received the extract of Moringa leaves as much as 2 times 2 capsules @ 800mg every day (TG, n = 35) and control group (CG) received a placebo (CG, n = 33). Both groups continued to receive Fe tablet every day. The treatment was done for 3 months where the Moringa leaf extract capsules were distributed directly by the field officers of each month while the Fe tablets distributed by midwives at each antenatal care. Monitoring consumption of capsules and tablets Fe conducted by field officers. Measurements were performed by trained personnel include degrees of stress through stress diagnostic questionnaire, nutritional status measured with middle upper arm circumference (MUAC), and Hb levels with Hb digital meters. Statistical analysis using paired and independent t-tests. Characteristics of the subjects before the intervention did not differ significantly except for the variables age, gravid, and hemoglobin (p = 0.037, p = 0.045, and p = 0.001, respectively). After the intervention, the level of stress visible decline significantly in TG (66.7 ± 17.9 to 57.4 ± 8.3, p = 0.001) but not in CG (72.5 ± 22.2 to 77.8 ± 15.3, p = 0:07). Significant differences seen big changes in the level of stress between the two groups (12.3 ± 5.5 vs. 18.2 ± 17.6, p = 0.001). Besides that, it looks good on TG MUAC increase (25.2 ± 2.7 to 26.2 ± 2.8, p = 0.001) and CG (26.1 ± 2.8 to 26.5 ± 2.8, p = 0.130) but not significant differences seen for MUAC changes between the two groups (0.3 ± 0.4 vs 0.19 ± 0.3, p = 0.001). Hb levels in the intervention group there was no increase, TG (11.8 ± 0.94 to 11.77 ± 1.29, p = 0909) but not in CG (11.57 ± 1.20 to 11.88 ± 1, 50, p = 0.337). significant difference seen big changes in hemoglobin levels between the two groups (0.02 ± 1.32 vs. 0.30 ± 1.80, p = 0002). It is concluded that the leaf extract of Moringa in pregnant women informal workers can reduce stress and improve the nutritional status (MUAC) but can not increase hemoglobin levels.

Keywords: moringa leaf extract, pregnant women informal sector workers, occupational stress, MUAC, Hb levels

DETERMINASI GEN KUNCI POLYKETIDE SYNTHASE (PKS-TYPE 1) dan NONRIBOSOMAL PEPTIDE SYNTHASE (NRPS) PADA ACTINOMYCETES SIMBION SPONS SEBAGAI STRATEGI CEPAT PENEMUAN SENYAWA ANTIINFEKSI TERHADAP MRSA (METHYCILIN RESISTANT

Herlina Rante, Agnes Lidjaja, \Nur Haedar, Ermina PakkiFakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

ABSTRAKPenelitian ini direncanakan selama 2 tahun dengan tujuan utama mencari strategi baru dalam upaya pencarian senyawa bioaktif khususnya antibakteri pada isolat Actinomycetes secara cepat dan efektif. Sebagian besar senyawa bioaktif khusunya antibakteri yang dihasilkan Actinomycetes merupakan poliketida dan non ribosomal peptida. Jalur pembentukan senyawa ini dikatalisis oleh enzim poliketida sintase (PKS) dan non ribosomal peptida sintetase (NRPS), yang masing-masing dikode oleh gen PKS dan NRPS. Mikrobia yang memiliki kedua gen tersebut mempunyai keragaman metabolit sekunder dan keragaman genetik yang berbeda. Kajian molekuler menunjukkan gen

tertentu bertanggung jawab terhadap biosintesis bioaktif pada kelompok Actinomycetes.Untuk itu dilakukan determinasi dan amplifikasi gen PKS dan NRPS isolat Actinomycetes yang memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri patogen resisten Staphylococcus aureus yang potensial. Sekuensi dan alignment dari gen-gen yang diamplifikasi dapat dijadikan sebagai acuan untuk menduga adanya senyawa yang berpotensi baru atau modifikasi senyawa lama. Tingkat homologi yang rendah dari gen isolat Actinomycetes dijadikan sebagai bahan utama kajian ini untuk melakukan proses purifikasi senyawa antifungi. Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, maka langkah yang dilakukan pada tahun pertama antara lain mengisolasi actinomycetes simbion spons kemudian mengamplifikasi gen target PKS dan NRPS dan mengidentifikasi isolat actinomycetes berdasarkan gen 16SrRNA dari isolat yang aktif antibakteri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa actinomycetes yang diisolasi dari spons mampu menghasilkan senyawa antibakteri resisten. Hasil karakterisasi dan identifikasi analisis filogenetik molekuler sekuen 16S rRNA terhadap isolat actinomycetes mengindikasikan bahwa isolat DC1A dan S10A memiliki hubungan kekerabatan yang paling dekat dengan Streptomyces phaeopurpureus dan Streptomyces yogyakartensis. Hasil isolasi gen PKS yang teramplifikasi menunjukkan bahwa isolat actinomycetes yang diisolasi menghasilkan metabolit sekunder dari golongan polyketida.Metode ini diharapkan memiliki efektifitas tinggi untuk digunakan sebagai strategi untuk menemukan isolat dan senyawa baru khususnya pada kelompok Actinomycetes lokal (daerah tropis).

Kata kunci : spons, actinomycetes, Streptomyces, antibakteri resisten, Staphylococcus aureus, 16S rRNA, PKS

ABSTRACTThe study was planned for 2 years with the main goal seeking new strategies in search of bioactive compounds , especially antibacterial from actinomycetes isolates rapidly and effectively . Most especially antibacterial bioactive compounds produced by actinomycetes are polyketides and non- ribosomal peptides . Line formation of these compounds is catalyzed by the enzyme polyketide synthase ( PKS ) and non- ribosomal peptide synthetase ( NRPS ) , each of which is encoded by PKS and NRPS genes . Microbes that have both of these genes have a diversity of secondary metabolites and the different genetic diversity . Molecular studies showed specific genes responsible for the biosynthesis of bioactive Actinomycetes.The conducted determination and PKS and NRPS gene amplification Actinomycetes isolates that have the ability to inhibit the growth of pathogenic bacteria resistant Staphylococcus aureus. Sequence and alignment of the amplified genes can be used as a reference to infer the existence of a potentially new compounds or modification of the old compound . A low level of gene homology Actinomycetes isolates used as the main ingredient of this study to make the process of purification antifungal compounds . To achieve the research objectives , the steps taken in the first year are isolate actinomycetes sponge symbionts then amplify PKS and NRPS gene targets and identify isolates of actinomycetes based on 16SrRNA gene from isolate active antibacterial . The results showed that actinomycetes isolated from sponges are capable of producing antibacterial compounds r. The results of the characterization and identification of molecular phylogenetic analysis of 16S rRNA sequences of the isolates indicated that the isolates of actinomycetes DC1A and S10A has the closest kinship with Streptomyces phaeopurpureus and Streptomyces yogyakartensis . Results are amplified PKS gene isolation showed that isolates of actinomycetes that produce secondary metabolites from polyketide group.this methode is expected to have high effectiveness to be used as a strategy to find and isolate new compounds , especially at the local Actinomycetes group ( the tropics ) .

Keyword : sponge, actinomycetes, Streptomyces, resistant antibacteria, Staphylococcus aureus, 16S rRNA, PKS Staphylococcus aureus)

PRODUKSI ANTIBIOTIKA SECARA FERMENTASI DARI BIAKAN MIKROORGANISME SIMBION RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII

Antibiotic Production By Fermentation of Culture of Microorganisms Symbionts Seaweed Eucheuma cottonii

Syaharuddin, Tadjuddin Naid, Asnah Marzuki, SumarheniFakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

ABSTRAKAntibiotika merupakan obat yang sangat memegang peranan penting dalam menanggulangi

penyakit infeksi. Hal ini dapat dilihat pada penggunaan antibiotika sebagai antiinfeksi yang mencapai 30 % dari seluruh penderita di Rumah Sakit. Kebutuhan antibiotika yang demikian besar, tentunya menjadi tantangan bagi Indonesia untuk memenuhinya. Selama ini untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, bahan baku antibiotika diimpor dari negara lain, sehingga obat antibiotika menjadi lebih mahal. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap negara lain, sebenarnya pemerintah Indonesia telah menetapkan kebijakan bahwa secara bertahap bahan baku antibiotika akan diproduksi secara fermentasi penuh dalam negeri, dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang dimiliki. Namun hingga saat ini belum dapat diwujudkan karena berbagai kendala yang dihadapinya. Salah satunya adalah kurangnya strain mikroorganisme penghasil antibiotika yang potensial. Untuk mengatasi kendala tersebut, telah dilakukan penelitian pada tahun pertama yaitu mengisolasi mikroorganisme dari rumput laut Eucheuma cottonii yang potensial sebagai mikroorganisme penghasil antibiotika. Setelah dilakukan karakterisasi secara biomolekuler maka mikroba tersebut diidentifikasi sebagai Bacillus alcalophylus. Setelah dilakukan fermentasi pada skala laboratorium menggunakan shaker dengan variasi formulasi medium produksi dan kondisi fermentasinya,maka diperoleh hasil sebagai berikut: pertumbuhan bakteri simbion Bacillus alcalophilus paling baik pada medium Marine Agar, pH 8 dan suhu inkubasi 37 oC; jenis medium paling baik untuk produksi antibiotika dari mikroba Bacillus alcalophilus adalah medium M-1 yang mengandung glukosa sebagai sumber karbon dengan konsentrasi 2 %; uji daya hambat terbesar terhadap beberapa mikroba uji diperoleh pada residu hasil fermentasi yang telah disonikasi yaitu masing-masing zone hambatan sebesar 27 mm untuk Staphylococcus aureus dan 28 mm untuk Bacillus subtilis. Medium N-1 yang mengandung asam glutamat sebagai sumber nitrogen dengan konsentrasi 2 %; uji daya hambat terbesar terhadap beberapa mikroba uji diperoleh pada residu hasil fermentasi yang telah disonikasi yaitu masing-masing zone hambatan sebesar 30,05 mm untuk Bacillus subtilis dan 32,00 mm untuk Staphylococcus aureus.

Kata Kunci : Rumput laut, Eucheuma cottonii, Bacillus alcalophilus, fermentasi, antibiotika

ABSTRACTAntibiotic has a major roles in tackling infectious diseases. This is reflected on antibiotics use

for anti-infection as much as 30 % of all hospital treatment. With this great demand, Indonesia has a great challenge to fulfill the requirements. Usually, antibiotic raw materials are imported from another country, leading to costly antibiotic drugs. To reduce the dependency toward other countries. Indonesian goverment encourages antibiotic production in the country with a fermentation method. However, this has same problems including insufficient microorganism strains that can produce patent antibiotic. To solve the problem, research has been conducted to isolate microorganism from seaweed Eucheuma cottonii that has a potential to produce antibiotics. After a biomoleculer characterization, the microbe was identified as Bacillus alcalophylus. Fermentation was conducted on

a laboratory scale using a shaker with a variation of production medium and fermentation condition. The result as follows : The growth of bacteria Bacillus alcalophylus was optimal using Marine Agar, pH 8 and incubation temperature of 37 oC; the best medium for antibiotic production from Bacillus alcalophylus was M-1 medium that has glucose as carbon source with a concentration of 2 %; the greatest inhibition activity was obtained from fermented residue that has been sonicated. The inhibition zone were 27 mm for Staphylococcus aureus, and 28 mm for Bacillus subtilis. N-1 medium that contained glutamic acid as nitrogen source in 2 % concentration; the greatest inhibition on tested microbes was obtained from fermented residue that has been sonicated. The inhibition zone were 30,05 mm for Bacillus subtilis and 32,00 mm for Staphylococcus aureus.

Keywords : Seaweed, Eucheuma cottonii, Bacillus alcalophylus, fermentation, antibiotic

PENGEMBANGAN EKSTRAK KASUMBA TURATE (Carthamus tinctorius Linn.) BERBASIS NANOPARTIKEL SEBAGAI ANTIACNE DAN ANTIOKSIDAN DALAM FORMULASI SEDIAAN

KRIM

Nursiah Hasyim Rahmawaty Syukur, Sumarheni,Andi AffandiFakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

ABSTRAK Penelitian pada tahun pertama dari yang direncanakan selama 2 tahun bertujuan memformulasi nanopartikel ekstrak kasumba turate (Carthamus tinctorius.Linn) dalam matriks kitosan dan alginat ke dalam bentuk sediaan krim yang stabil secara fisika sebagai antiacne dan antioksidan. Nanopartikel merupakan sistem penghantaran yang melindungi obat bersifat labil dalam penghantaran, mempermudah penetrasi obat pada permukaan jaringan, pelepasan bahan aktif mencapai situs aksinya dengan kecepatan yang optimum dan dosis yang sesuai untuk tujuan terapetik. Upaya untuk mengoptimalkan efisiensi penetrasi ekstrak kasumba turate oleh kulit adalah dengan penyalutan menggunakan enkapsulasi. Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, maka langkah yang dilakukan pada tahun pertama antara lain membuat nanopartikel ekstrak etanol kasumba turate, melakukan karakterisasi nanopartikel yang diperoleh dan menentukan aktivitas antiacne dan antioksidan. Nanopartikel Ekstrak etanol kasumba turate diformulasi ke dalam bentuk sediaan krim dan melakukan pengujian kestabilan fisik. Parameter uji kestabilan fisika dilakukan dengan mengamati organoleptik, mengukur viskositas, pH, ukuran partikel dan inversi fasa. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol 70% memiliki kekuatan penjerapan DPPH dengan IC50 = 1.25.31 ppm. Pengujian daya hambat terhadap Staphylococcuus aureus dan Propionibacterium acnes pada konsentrasi 1.25% menunjukkan konsentrasi optimum. Nanopartikel ekstrak kasumba turate dalam matriks kitosan dan alginat (F1) dengan efisiensi penjerapan 86.29% dan ukuran partikel 75-500 nm. Nanopartikel yang terbentuk kemudian dilakukan uji daya hambat terhadap Staphylococcuus aureus dan Propionibacterium acnes. Pada pengujian tersebut terlihat bahwa tidak terdapat pengaruh formulasi terhadap aktivitas antibakteri Staphylococcuus aureus, tetapi aktivitas antibakteri terhadap Propionibacterium acnes mengalami peningkatan setelah ekstrak diformulasi dalam bentuk nanopartikel. Formulasi krim M/A nanopartikel menggunakan emulgator Novomer® dan Viscolam® menunjukkan karanteristik fisik yang baik, tetapi hanya krim yang menggunakan emulgator Novomer® yang stabil setelah melalui Freeze Thaw Method.

ABSTRACT Research on the first year from the one that had been planned within 2 years aimed to formulate nanoparticle of kasumba turate (Carthamus tinctorius) in chitosan-alginate matrix into cream dosage form that physically stable as antiacne and antioxidant. Nanoparticle is one of drug delivery system that can protect labile drug substances on their delivery, allow to make drug penetrate more easily on tissue membrane, drug releasing into site of action with optimum rate and required dose for therapeutics. Optimization of penetration efficiency of kasumba turate extract through the skin is within encapsulation coating. To gain the aim of this research, following steps had been done, preparing nanoparticle of kasumba turate ethanolic extract, determining the characteristic of nanoparticle that produced and determining of antiacne and antioxidant activity. Nanoparticle of kasumba turate ethanolic extract was formulated into cream then evaluated physical stability. Parameter of physical stability test include organoleptic, viscosity, pH, particle size dan phase inversion. The result shows that 70% ethanolic extract has DPPH free radical scavenging activity with IC50 = 125.31 ppm. Inhibitory zone to Staphylococcus aureus and Propionibacterium acnes with the concentration of 1.25% shows the optimum activity. Kasumba turate extract nanoparticle in chitosan-alginate matrix (F1) shows the entrapment efficiency 86.29% and particle size 75500 nm. Nanoparticle that produced was examined its inhibitory activity to Staphylococcus aureus and Propionibacterium acne. The examination showed that there is no influence in antibacterial activity to Staphylococcus aureus, but the antibacterial activity to Propionbacterium acne increased once it is formulated into nanoparticle. Formulation of O/W cream using Novomer® and Viscolam® as emulgator showed good physical characteristic, but only cream with Novomer® that stable still after through-out the Freeze

POTENSI ESKTRAK FAMILI ZINGIBERACEAE DALAM SEDIAAN GEL SEBAGAI KOSMETIK MEDIK ANTIINFEKSI DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN Propionibacterium acne DAN

Staphylococcus aures PENYEBAB JERAWAT

Aisyah Fatmawaty, Aliyah, Abd. Muzakkir Rewa, Andi Dian Permana,Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

ABSTRAK Infeksi jerawat merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus. Pengobatan jerawat yang umum dilakukan dengan menggunakan antibiotika dan hormon menyebabkan efek samping dan resistensi terhadap bakteri, oleh karena itu pendekatan fitoterapetik menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi hal tersebut. Beberapa bahan alam yang berkhasiat antibakteri terutama dari family zingiberaceae secara empiris pada masyarakat digunakan dalam campuran bedak jerawat. Perlu pembuktian secara ilmiah untuk menjustifikasi efektivitas ekstrak family zingiberaceae pada bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus aureus. Sejauh ini penelitian tentang potensi dan pengembangan bahan alam masih terbatas. Penelitian ini akan dimulai tahun pertama dengan pengujian aktivitas antibakteri beberapa famili zingiberaceae dengan variasi pelarut dan konsentrasi ekstrak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa esktrak aseton lengkuas dengan konsentrasi 1% memiliki daya hambat terbesar dengan diameter daya hambat rata-rata 23,8 mm terhadap Propionibacterium acnes dan 17,48 mm terhadap Staphylococcus aureus. Ekstrak lengkuas selanjutnya diformulasi ke dalam bentuk sediaan gel dengan variasi Carbopol, HPMC, dan NaCMC sebagai basis gel. Hasil pengujian stabilitas fisik menunjukkan bahwa Carbobol dengan konsentrasi 0,5% dan 1% memberikan kestabilan fisik yang paling baik dibandingkan basis gel lainnya. ABSTRACT

Acne is one of skin disease that caused by bacterial infection of Propionibacterium acnes and Staphylococcus aureus. The common practice of acne treatment is within antibiotics and hormones that bring adverse effect and bacterial resistance, so phytotherapeutic approaching able to become an alternative way to overcome this condition Some of natural compounds that have antibacterial activity, especially from Zingiberaceae, have been used empirically in anti-acne powder composition. Nowadays, research on potential and development of natural resources has been done, but there are many more things to be explored. There is a need to do scientific proofing to justify the effectiveness of family Zingiberaceae extract on Propionibacterium acnes and Staphylococcus aureus. This research would be started in the first year with antibacterial activity testing of some family Zingiberaceae in a variation of solvent and extract concentration. The result had shown that acetone extract of galangal (Alpinia galanga L.) with concentration of 1% has the highest inhibitory activity with diameter of growth inhibitory zone are 23,8 mm to Propionibacterium acnes and 17,48 mm to Staphylococcus aureus. The extract then formulated into gel with variation of Carbopol, HPMC and NaCMC as gelling agent. The physical stability testing shown that gel with Carbopol 0,5% and 1% have the highest stability compared to other gelling agent used

PEMBUATAN BUBUR BEKATUL INSTAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KADAR GLUKOSA DAN PROFIL LIPID ANAK SEKOLAH DASAR OBESITAS DI KAWASAN

PESISIR KOTA MAKASSAR

Saifuddin Sirajudddin, Burhanuddin Bahar, Ulfah Najamuddin, Masni, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

ABSTRAKDampak obesitas pada anak kini merupakan endemik global sehingga diperlukan modifikasi diet melalui makanan sehat, salah satunya bubur bekatul instan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat formula bubur bekatul instan, menganalisis kandungan zat gizi, penentuan masa kadaluarsa dan daya terima bubur bekatul instan, serta untuk mengetahui pengaruh pemberian bubur bekatul instan terhadap kadar glukosa dan profil lipid pada anak sekolah dasar yang mengalami obesitas. Jenis penelitian adalah eksperimental semu dengan disain pretest-postest dengan kelompok kontrol. Sampel sebanyak 50 siswa sekolah dasar yang obesitas, 29 orang sebagai kelompok intervensi dan 21 orang sebagai kelompok kontrol yang dipilih secara purposif. Bubur bekatul instan diberikan dalam bentuk sachet sebanyak 2 sachet (@ 30 gram) dalam sehari (pagi dan malam) kepada kelompok intervensi selama dua bulan. Penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, tahap pertama adalah mengetahui formula pembuatan bubur bekatul instan; tahap kedua uji penerimaan terhadap bubur bekatul intstan (uji hedonik); tahap ketiga , penentuan kandungan zat gizi makro dan mikro; tahap keempat, uji masa kadaluarsa; dan tahap kelima adalah uji efikasi untuk mengetahui pengaruh pemberian bubur bekatul instan terpilih terhadap kadar glukosa dan profil lipid anak sekolah dasar yang mengalami obesitas. Pengukuran kadar glukosa dan profil lipid dilakukan sebelum dan setelah intervensi, baik pada kelompok intervensi, maupun terhadap kelompok control. Analisis data dilakukan dengan metode regresi linear mengikuti model Arrhenius (masa kadaluarsa), uji anova one-way dan kruskal-wallis (Daya terima), dan uji Wilcoxon (untuk glukosa dan profil lipid). Hasil penelitian menunjukkan bahwa bubur bekatul instan dibuat dengan cara menyangrai bekatul segar,

diayak dengan ayakan 60 mesh kemudian dimasukkan dalam kemasan vakum; Hasil uji hedonik menunjukkan bahwa formula yang paling disuaki adalah formula empat (bekatul +susu non fat), namun karena akan digunakan untuk menurunkan profil lipid maka dipilih formula satu untuk keperluan intervensi. Kandungan zat gizi dari bubur bekatul instan (formula I), Zat gizi makro: kadar air = 0,171%; abu = 12,505%; karbohidrat = 9,33 gr; protein = 2,44 gr; lemak = 2,86%; serat kasar = 9,03% dan energy = 110,12 Kkal. Kandungan zat gizi mikro: Kadar Mg= 10,5 mg; Ca = 58,5 mg; Zn = 1,35 mg; Fosfor = 213 mg. Masa kadaluarsa dari bubur bekatul instan yang disimpan pada suhu ruang = 316 hari. Pemberian bubur bekatul instan pada anak yang mengalami obesitas dapat menurunkan kadar glukosa darah, namun penurunan ini tidak signifikan (p>0,05); dapat meningkatkan kadar kolesterol, trigliserida dan HDL yang signifikan, namun dapat menurunkan kadar LDL secara signifikan.

Kata kunci: Bubur Bekatul instan, Zat Gizi, Masa Kadaluarsa, glukosa darah, profil lipid.

ABSTRACTThe impact of childhood obesity is now a global endemic necessitating modification through healthy food diet, one of them is instant rice bran porridge. This research aims to make instant rice bran porridge formula, analyze the content of nutrients, determination of shelf life and the acceptance of instant rice bran porridge (hedonic test), as well as to determine the effect of rice bran porridge instant on glucose and lipid profile in obese elementary school children. The research type is a quasi-experimental pretest-posttest with control group design. A sample of 50 primary school students, 29 people as the intervention group and 21 people as a control group selected purposively. Instant rice bran porridge is given to the intervention group twice a day (morning and evening) @ 30 grams for two months. This study consists of several stages. The first stage is the manufacture of instant rice bran porridge with the addition of extra material variations; The second stage of the acceptance test for the formula of intstan rice bran porridge; The third stage, the determination of the content of macro and micro nutrients; The forth phase, the period expired test; The fifth stage was efficacy trials to determine the effect of instant rice bran porridge to the blood glucose and lipid profiles of primary school children. Blood glucose and lipid profile was measured for intervention and control group, before and after intervention. Data was analyzed using linear regression method follows the Arrhenius models (expire date), one-way ANOVA test and the Kruskal-Wallis (acceptance test), and Wilcoxon tests (for glucose and lipid profile). The results showed that the instant rice bran porridge was made by roast fresh rice bran powder, sieved with a 60 mesh sieve and then put in the vacuum pack. Hedonic test results showed that the most acceptance formula is the forth formula, but because it will be used to lower the lipid profile, so we choose the first formula for intervention purposes. Nutrient content of instant rice bran porridge (formula I), Macro Nutrients: water content = 0.171%; ash = 12.505%; carbohydrate = 9.33 g; protein = 2.44 g; fat = 2.86%; = 9.03% crude fiber and energy = 110.12 kcal. Micronutrients content: Mg = 10.5 mg; Ca = 58.5 mg; Zn = 1.35 mg; Phosphorus = 213 mg. Expire date of instant rice bran porridge stored at room temperature = 316 days. Giving instant rice bran porridge in children who are obese can lower blood glucose levels, but this decrease was not significant (p> 0.05); instant rice bran porridge can increase levels of cholesterol, triglycerides and HDL were significant, but can significantly reduce levels of LDL.

Keywords: instant rice bran porridge, Substance Nutrition, Expiration Period, blood glucose, lipid profile.

STUDI EKOLOGI ENDEMISITAS PENYAKIT MALARIA DI KAWASAN PESISIR DAN KEPULAUAN

Ecological Study Of Malaria Endemicity In The Island and Coastal Areas

Hasanuddin IshakFakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan mengetahui faktor ekologis endemisitas Penyakit Malaria di Kawasan Pesisir dan kepulauan. Khususnya mengetahui densitas vektor malaria, kondisi lingkungan (rumah, karakteristik habitat) dan faktor manusianya (mobilitas & upaya pencegahan penyakit) pengaruhnya tehadap endemisitas malaria. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional study dan dilaksanakan di beberapa kelurahan/desa endemis di Kabupaten Bulukumba dan Selayar Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan sampel secara purposive berdasarkan tingkat endemisitas malaria. Data diolah menggunakan SPSS melalui analisis univariat, bivariat (Fisher Exact test) dan multivariat (Uji logistic regresi) dengan signifikan alfa < 0.05. Penelitian ini bermanfaat bagi instansi terkait (dinas kesehatan ) dalam menyusun kebijakan dan program eradikasi malaria di lokasi penelitian. Hasil penelitian: Densitas larva vektor ditemukan pada habitat rawa & genangan air terbanyak berada di Kelurahan endemis. Lingkungan rumah penderita malaria sebagian besar rumah panggung dengan suhu optimum (29C), kelembaban 82%, pencahayaan kurang (30 lux); ada semak semak (57%). Lingkungan sosial penderita Malaria yakni mobilitasnya umumnya pernah ke daerah endemis (Sorong Papua). Pola distribusihabitat vektorsebagian besar berada pada jarak <500 m dari rumah penderita dan garis pantai terutama di kelurahan endemis (Tanah Lemo). Kesimpulan: Faktor ekologis mendukung endemisitas tapi mobilitas penderita merupakan sumber penularan Penyakit malaria.Kata kunci: Faktor ekologis, endemisitas, kawasan pesisir

ABSTRACTThe Aims of study is to determine the ecological factors of Malaria endemicity in the islandand Coastal Area. Particularly want to know the density of malaria vectors, environmental conditions (home and habitat characteristics) and human factors (mobility and prevention of disease) affecting of malaria endemicity This study used across sectional design and was conducted inseveralurban / rural endemicand Selayar Bulukumba in South Sulawesi Province. Purposive sample selection based on the level of malaria endemicity. Data were analyses by using SPSS through univariate, bivariate (Fisher Exact test) and multivariate (logistic regressiontest) with significant alpha <0.05. This research isbeneficial to therelevant agencies (health department) in formulating policies and programs to eradicate malariain the study area. The density of vector larval habitats found in swamp sandpudd lesare in themost endemic village. Home environment malaria patients, the majority of houses on stilts, has the optimum temperature (29C), 82% humidity, low light (30 lux) and there are bush shrubs (57%). while the social environment is generally contracted malaria sufferers as ever to endemic areas (Sorong Papua). Vector habitat distribution patterns are mostly located at a distance of <500 m from the patient and the coastline, especially in endemic villages (Lemo’sland). Conclusion: Ecological factors are supportive of endemic area but the mobility of patients is a source of transmission of malaria disease.

Keywords: ecologicalfactors, endemicity, coastal areas

PENGARUH PEMBERIAN MADU TERHADAP PROFIL LIPID,GULA DARAH, TEKANAN DARAH ALANIN TRANSAMINASE

PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2DI MAKASSAR

Nurhaedar Jafar, Rosdiana Natzir, Citrakesumasari, Ulfa NajamuddinFakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasaanuddin

ABSTRAKAngka kejadian Diabetes Mellitus terus mengalami peningkatan, baik di dunia, regional, maupun di Indonesia. Hal ini berhubungan dengan pola hidup yang tidak sehat seperti kurang mengkonsumsi sayur-buah, merokok, minum alcohol, dan sebagainya. Salah satu teori yang berkembang adalah diabetes disebabkan oleh stress oksidatif, sehingga madu sebagai antioksidan alami mampu menurunkan komplikasi yang terjadi pada pasien diabetes. Jenis penelitian adalah quasi eksperimen dengan desain pre-post control. Populasi adalah pasien DM tipe 2 yang berada di dua wilayah kerja puskesmas di kota Makassar. Sampel adalah sebagian dari mereka yang memenuhi criteria inklusi sebanyak 36 penderita DM tipe 2, yang terdiri dari 18 responden kelompok intervensi (diberikan madu dan edukasi gizi), dan 18 responden kelompok control (diberikan edukasi gizi). Dilakukan pemeriksaan kadar profil lipid, gula darah puasa, tekanan darah dan alanin transaminase sebelum dan setelah perlakuan pada resonden tersebut. Kemudian dibandingkan perubahan yang terjadi pada kedua kelompok. Hasil yang diperoleh bahwa pada kelompok intervensi terjadi penurunan tekanan darah sistol dan diastole sedangkan pada kelompok kontrol justru terjadi peningkatan tekanan diastole. Alanin transaminase pada kelompok intervensi dan pada kelompok kontrol meningkat namun tidak secara signifikan. Sementara gula darah puasa, kolesterol total dan LDL pada kelompok intervensi mengalami penurunan sedangkan trigliserida mengalami peningkatan kemungkinan disebabkan oleh konsumsi karbohidrat responden yang berlebih dan protein yang kurang. Kesimpulan bahwa madu menurunkan gula darah puasa, kolesterol total, LDL, HDL (meningkat), tekanan darah sistol dan diastol pada pasien DM tipe 2.

Kata Kunci : Madu, Diabetes Melitus, profil lipid, gula darah puasa, tekanan darah, alanin transaminase

ABSTRACTThe incidence of diabetes mellitus is increasing, both in the world, regional, and in Indonesia. It is associated with an unhealthy lifestyle such as consuming less vegetables and fruits, smoking, drinking alcohol, and so on. One theory is that developing diabetes is caused by oxidative stress, making honey as a natural antioxidant able to reduce the complications that occur in patients with diabetes. This type of research was a quasi experimental design with pre-post control. The population were type 2 diabetes patients who were in two health centers in the working area of Makassar. Samples are some of those who met the inclusion criteria were 36 patients with type 2 diabetes, which consists of 18 respondents intervention group (given honey and nutrition education), and a control group of 18 respondents (given nutrition education). Examined the levels of lipid profile, fasting blood sugar, blood pressure and alanine transaminase before and after treatment in the resonden. . Then compared the changes that occurred in both groups. The results showed that the intervention group decreased systolic and diastolic blood pressure in the control group actually increased diastolic pressure. Alanine transaminase in the intervention group and the control group increased but not significantly. While fasting blood sugar, total cholesterol and LDL cholesterol in the intervention group decreased while triglycerides increased probably due to excessive consumption of carbohydrates and protein respondents less. Conclusion is honey lowers fasting blood sugar, total cholesterol, LDL, HDL (increase), systolic and diastolic blood pressure in patients with type 2 diabetes mellitus.

Keywords: Honey, diabetes mellitus, lipid profile, fasting blood sugar, blood pressure, alanine transaminase