PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI...

118
PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI YANG DITALAK CERAI KARENA NUSYUZ (Analisis Putusan Pengadilan Agama Slawi No. 2408/Pdt.G/2014/PA Slawi) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh : M. SAEKHONI NIM. 1111044100099 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA (A H W A L S Y A K H S H I Y Y A H) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/ 2015 M

Transcript of PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI...

Page 1: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI YANG DITALAK CERAI KARENA NUSYUZ

(Analisis Putusan Pengadilan Agama Slawi No. 2408/Pdt.G/2014/PA Slawi)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh :

M. SAEKHONI NIM. 1111044100099

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

(A H W A L S Y A K H S H I Y Y A H)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/ 2015 M

Page 2: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

ii

Page 3: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Page 4: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Page 5: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

v

ABSTRAK

M. Saekhoni, 1111044100099, Pemberian Nafkah Iddah Terhadap Mantan Istri yang Ditalak Cerai Karena Nusyuz (Analisis Putusan Pengadilan Agama Slawi No. 2408/Pdt.G/2014/PA. Slawi). Konsentrasi Peradilan Agama Program Studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436 H/ 2015 M. x + 91 halaman + 15 halaman lampiran.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dasar hukum pertimbangan hakim Pengadilan Agama Slawi dan pandangan hakim tentang putusan cerai talak yang menetapkan nafkah iddah kepada istri yang nusyuz pada perkara Nomor 2408/Pdt.G/201/Pa. Slw. serta kedudukan nafkah iddah bagi istri yang nusyuz perspektif hukum Islam dan hukum positif serta implikasi hukum yang terjadi dari adanya ketentuan nafkah iddah tersebut.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yang menekankan pada kualitas dengan pemahaman deskriptif pada putusan pengadilan tersebut. Pendekatan yang penulis lakukan menggunakan pedekatan yuridis-normatif dengan melihat objek hukum yang berkaitan dengan Undang-undang. Sumber data diperoleh melalui studi kepustakaan yang didukung dengan wawancara kepada hakim yang memutus perkara di Pengadilan Agama Slawi serta hakim lainnya. Adapun pengelolaan bahan hukum dilakukan dengan cara deduktif yaitu menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan yang kongkret yang dihadapi.

Studi ini menunjukkan bahwa istri yang telah bercerai dari suaminya dengan talak raj’i maka masih mendapatkan hak-hak dari mantan suaminya yang disebut nafkah iddah selama menjalani iddahnya. Namun, istri yang melakukan nusyuz dan suami menceraikannya maka hak nafkahnya gugur. Sebagaimna dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 80 ayat 7 yang berbunyi Kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat (5) gugur apabila isteri nusyuz dan pasal 152 berbunyi Bekas istri berhak mendapatkan nafkah iddah dari bekas suaminya, kecuali bila ia nusyuz. Namun tidak semua perkara yang disebabkan nusyuz istri gugur mendapatkan nafkah iddah, apabila dalam persidangan suami suka rela dan sanggup untuk memberikan nafkah iddah kepada mantan istrinya. Maka dalam hal ini hakim dapat memutuskan bahwa mantan istri dapat mendapatkan nafkah iddah dari mantan suaminya tersebut dengan alasan adanya kerelaan dan kesanggupan.

Kata Kunci : Nusyuz, Perceraian, Iddah, Nafkah Iddah Pembimbing : Drs. Siril Wafa, MA Daftar Pustaka : Tahun 1985 sampai Tahun 2013

Page 6: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

vi

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. Yang dengan rahmat dan

hidayah-Nya selalu memberikan kekuatan iman dan Islam, sehingga setelah melalui

proses yang panjang, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat

guna memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.Sy).

Shawalat dan salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada Nabi

Muhammad saw, yang telah membawa dan menyempurnakan agama Islam sebagai

penyelamat umat manusia di muka bumi ini.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, tentunya tidak terlepas dari beberapa pihak

terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan

motivasi, saran dan kritik yang membangun. Maka, sudah barang tentu menjadikan

suatu kewajiban bagi penulis untuk menghaturkan terimakasih yang setinggi-

tingginya kepada:

1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Asep

Saepudin Jahar, MA.

2. Dr. Abdul Halim, MA., dan Arip Purkon, MA., selaku Ketua Program Studi dan

Sekretaris Program Studi Hukum Keluarga (Ahwal Syakhshiyyah) Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta.

Page 7: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

vii

3. Dosen pembimbing skripsi Siril Wafa, MA, yang telah meluangkan waktu dan

pikiriannya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi

ini.

4. Dr. H. Kamarusdiana, MA selaku dosen pembimbing akademik, terimakasih atas

nasihat dan arahannya.

5. Dr. Hj. Mesraini, M.Ag., dosen Program Studi Hukum Keluarga Fakultas

Syariah dan Hukum yang telah ikhlas berbagi pengetahuan dan pengalamannya

dalam kegiatan belajar dan mengajar yang penulis jalani.

6. Terimakasih kepada lembaga Pengadilan Agama Slawi, khususnya kepada Drs.

H. Suharto, MH., yang telah banyak membantu dan memberikan informasi dalam

penyelesaian skripsi ini.

7. Terimakasih kepada staf perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas

kemudahan, arahan dan bantuannya kepada penulis dalam memperoleh data-data

kepustkaan dalam penulisan skripsi ini.

8. Salam hormat beriring doa penulis haturkan kepada kedua pelita yang selalu

menerangi tiap langkah dalam hidup ini, ayahanda tercinta Bapak Suhito dan Ibu

Siti Khodijah, terimakasih atas doa dan limpahan kasih sayangnya.

9. Kaka tercinta teteh Endang Isnaini beserta suami Edy Sufyan terimakasih atas

dukungan yang diberikan selama ini.

10. Kedua adik tercinta Aufa Riski Rabbani dan Azka Arsaka Shafwan, hadirnya

kalian menjadi semangat dan motivasi dalam hidup ini.

Page 8: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

viii

11. Marti Riani Maghfiroh tersayang, terimakasih atas dukungan yang diberikan dan

tak bosan memberikan motivasi dalam setiap goresan tinta dalam skripsi ini.

12. Teman-teman seperjuangan, Ahmad firdaus, M. Nazir, Badru Tamam,

Rahmatullah Tiflen, Ahmad Farhan Qodumi, Savira Maharani, Lilis Sumiati dan

seluruh teman-teman Peradilan Agama A/B, tetap semangat dan teruslah

menggapai cita-cita kalian.

13. Keluarga Besar Ikatan Mahasiswa Tegal (IMT) Ciputat Kamal Fuadi, LC., M.Si

Moh. Ali Husen, Anisa Hidayati, Hasna Fikriyani, Ali Eseren, yang telah

memberikan motivasi kepada penulis disaat penulis menemukan kejenuhan.

14. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini penulis

haturkan banyak terimakasih semoga kebaikan kalian menjadi amal sholeh dan

dilipat gandakan pahalanya oleh Allah SWT.

Akhirnya kepada Allah swt jualah penulis serahkan segalanya serta panjatkan

doa dan semoga amal kebaikan mereka diterima oleh-Nya. Penulis berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya serta bagi para pembaca pada

umumnya serta menjadi amal baik di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Jakarta, 11 Juli 2015

Penulis

Page 9: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

PERSETUJUAN BIMBINGAN .................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ........................................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... iv

ABSTRAK.................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................. vi

DAFTAR ISI ................................................................................................ ix

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang .................................................................... 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................... 10 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................ 12 D. Review Studi Terdahulu ...................................................... 13 E. Metode Penellitian ............................................................... 15 F. Sistematika Penulisan .......................................................... 19

BAB II Tinjauan Umum Tentang Nusyuz

A. Pengertian Nusyuz ............................................................... 21 B. Dasar Hukum Nusyuz .......................................................... 22 C. Macam-macam Nusyuz dan Cara Penanggulangannya......... 25 D. Faktor-Faktor Istri Melakukan Nusyuz ................................ 39

BAB III Nafkah Iddah

A. Pengertian Nafkah Iddah ..................................................... 41 B. Dasar Hukum Nafkah Iddah ................................................ 42 C. Nafkah Sebelum Perceraian ................................................. 47 D. Ketentuan Pemberian Nafkah Iddah ..................................... 57

Page 10: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

x

BAB IV Analisis Putusan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Slawi

No. 2408/Pdt.G/2014/PA. Slawi

A. Profil Pengadilan Agama Slawi ........................................... 62 1. Lokasi dan Sejarah ......................................................... 62 2. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Slawi ................ 63 3. Kekuasaan atau Yuridiksi .............................................. 65

B. Duduk Perkara No. 2408/Pdt.G/2014/PA. Slawi .................. 68 1. Gambaran Putusan ......................................................... 69 2. Pertimbangan dan Amar Putusan Majlis Hakim ............. 73

C. Analisis Putusan No. 2408/Pdt.G/2014/PA. Slawi ............... 79 1. Analisa Proses Persidangan............................................ 79 2. Amar Putusan ................................................................ 80

BAB V Penutup

A. Kesimpulan ......................................................................... 84 B. Saran-saran .......................................................................... 85

Daftar Pustaka ............................................................................................. 87

Lampiran-lampiran

1. Surat Mohon Kesediaan Pembimbing Skripsi 2. Surat Permohonan Data/Wawancara Ke PA Slawi 3. Hasil Wawancara dengan Hakim PA Slawi 4. Putusan Nomor 2408/Pdt.G/2014/PA Slawi

Page 11: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berpasang-pasangan merupakan salah satu sunnatullah atas seluruh

ciptaan-Nya, tidak terkecuali manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Berpasang-pasangan merupakan pola hidup yang ditetapkan oleh Allah swt.

Bagi umat-Nya sebagai sarana untuk memperbanyak keturunan dan

mempertahankan hidup setelah Dia membekali dan mempersiapkan masing-

masing pasangannya agar dapat menjalankan peran mereka untuk mencapai

tujuan tersebut dengan sebaik-baiknya.1 Sebagaimana terdapat dalam QS. Al-

Hujrat [49]:13 dan QS. An-Nisa [4]:1.

Sarana yang diberikan oleh Allah terhadap laki-laki dan perempuan untuk

menjalin hubungan yang sah tercakup dalam sebuah ikatan yang sakral

berupa pernikahan, yang berdasarkan ridha keduanya. Dari ikatan yang sakral

tersebut akan memunculkan sikap kasih sayang, cinta mencintai antara laki-

laki dan perempuan tersebut. Pernikahan adalah salah satu sunah dan

menyebabkan ikatan lahir batin melalui akad dengan tujuan membentuk

rumah tangga yang bahagia.

Perkawinan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 pasal (1) adalah

ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami

istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan

1 Sayid Sabiq, Fiqh Sunah, Jilid 3, diterjemahkan oleh Abu Syauqina dan Aulia Rahma,

Cet II (Jakarta: PT. Tinta Abadi Gemilang, 2013), h. 193

Page 12: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

2

kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2 Sedangkan dalam Kompilasi

Hukum Islam (KHI) Pasal 2 perkawinan adalah akad yang sangat kuat atau

mitsaqan gholidzan untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya

merupakan ibadah.3

Menurut hukum Islam pernikahan ialah suatu akad suci dan luhur antara

laki-laki dan perempuan yang menjadi sebab sahnya status sebagai suami istri

dan dihalalkannya hubungan seksual dengan tujuan mencapai keluarga

sakinah, penuh kasih sayang, kebajikan dan saling menyantuni.4

Pernikahan merupakan sarana yang paling benar untuk memadu kasih

sayang dan cinta sejati, upaya untuk bekerja sama dan berpadu didalam

mengarungi kehidupan dunia, membina rumah tanggga dan memakmurkan

dunia.5

Perkawinan juga merupakan syariat islam yang tujuannya bukan saja

untuk menyalurkan hasrat biologis manusia dan meletakkannya pada jalan

yang benar, tapi berfungsi sebagai sarana reproduksi manusia untuk

mengagungkan nama Allah.6 Tidak hanya bernilai ibadah kepada Allah saja,

namun mengandung aspek keperdataan yang menimbulkan hak dan kewajiban

2 Hasbullah Bakry, Kumpulan Lengkap Undang-Undang dan Peraturaan Perkawinan Di

Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1985), h. 3 3 Abdurahman, Kompilasi Hukum Islam (KHI), cet 4, (Jakarta: CV Akademika Pressindo,

2010), h. 114 4 Sudarsono, Hukum Kekeluargaan Nasional, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991), h. 62 5 Sayid Sabiq, Fiqh Sunah, Jilid 3, diterjemahkan oleh Abu Syauqina dan Aulia Rahma,

Cet II (Jakarta: PT. Tinta Abadi Gemilang, 2013), h. 327 6 Yayan Sopyan, Islam Negara : Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum

Nasional, (Jakarta: PT Semesta Rakyat Merdeka, 2012), h. 172

Page 13: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

3

antara suami istri. Oleh karena itu, antara hak dan kewajiban merupakan

hubungan timbal balik antara suami dengan istrinya.7

Perkawinan yang merupakan suatu perjanjian yang mengakibatkan

perikatan antara suami istri, yang menempatkan suami istri dalam kedudukan

yang seimbang dan mengandung hak dan kewajiban yang seimbang pula bagi

kedua belah pihak. Namun, penting dipahami bahwa perikatan yang

bersumber dari perjanjian dalam perkawinan itu adalah perikatan lahir dan

batin antara seorang laki-laki yang kemudian berstatus sebagai suami dan

seorang perempuan yang kemudian berstatus sebagai istri.8

Akad pernikahan yang terjadi, menimbulkan konsekuensi-konsekuensi

diantara laki-laki dan perempuan. Maka konsekuensi-konsekuensi yang ada

wajib untuk dilaksanakan dan hak suami istri wajib ditunaikan. Pelaksanaan

kewajiban dan penunaian tanggung jawab oleh masing-masing suami istri

merupakan suatu yang dapat mewujudkan kedamaian dan ketenangan jiwa.

Dari itu, kebahagian suami istri akan tercipta.9

Hak dan kewajiban suami istri dalam Undang-Undang Perkawinan diatur

di dalam pasal 30-34. Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) diatur dalam

pasal 77-84. Pengaturan tentang hak dan kewajiban suami istri yang diatur

dalam Kompilasi Hukum Islam lebih sistematis dibandingkan dalam Undang-

7 Zainudin Ali, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, cet. II (Jakarta : Sinar Grafika, 2007),

h. 51 8 Muhamad Syaifuddin, dkk. Hukum Perceraian (Jakarta : Sinar Grafika, 2013), h. 386-

387 9 Sayid Sabiq, Fiqh Sunah, Jilid 3, diterjemahkan oleh Abu Syauqina dan Aulia Rahma,

Cet II (Jakarta: PT. Tinta Abadi Gemilang, 2013), h. 411

Page 14: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

4

Undang Perkawinan.10 Terkait dengan hak dan kewajiban suami istri pun,

setidaknya ada dua pandangan yang mengemuka. Pertama pandangan

tradisional seperti halnya yang ada dalam kitab-kitab klasik, sementara

pandangan kedua, yang diwarnai oleh kebutuhan-kebutuhan masyarakat

modern yang semakin hari semakin mementingkan hak-hak perempuan.11

Terselenggaranya akad nikah, seperti yang telah dikemukakan di atas akan

menimbulkan adanya hak dan kewajiban antara suami dan istri. Diantara

kewajiban suami terhadap istri yang paling pokok adalah kewajiban memberi

nafkah, baik berupa makanan, pakaian, (kiswah), maupun tempat tinggal

bersama.12

Kewajiban suami terhadap istri yang terdapat dalam kitab Uqud al-Lujjain

adalah berlaku adil, dalam mengatur waktu untuk istri, memberi nafkah, dan

lemah lembut dalam berbicara terhadap istri.13 Namun, kewajiban yang

diberikan suami merupakan hak bagi istri. Sebagaimana Soemiyati

berpendapat bahwa hak istri yaitu suatu yang merupakan milik atau dapat

dimiliki oleh istri yang diperolehnya dari hasil perkawinannya. Hak ini dapat

hapus apabila yang berhak rela jika haknya tidak dipenuhi atau dibayar oleh

pihak lain. Sedangkan kewajiban adalah hal-hal yang wajib dilakukan atau

10 A. Rofiq, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta : Rajawali Press, 2013), h. 148-

149 11 A. Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika, 2013) h. 249 12 M. A. Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Lengkap, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2010), h. 163 13 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia: Studi

Kritis Perkembangan Hukum Islam Dari Fikih, UU No. 1 /1974 Sampai KHI, (Jakarta: Kencana, 2004), h.181

Page 15: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

5

diadakan oleh salah seorang dari suami istri untuk memenuhi hak dari pihak

lain.14

Namun dalam mengarungi kehidupan yang mempunyai banyak dinamika

dalam kesehariannya. Mengharuskan suami istri untuk dapat bertahan dan

mewujudkan tujuan pernikahan. Dimana tujuan pernikahan adalah untuk

penataan hal ihwal manusia dalam kehidupan duniawi dan ukhrowi, untuk

menata keluarga sebagai subjek untuk membiasakan pengalaman-pengalaman

ajaran agama serta bertujuan untuk membentuk perjanjian yang suci antara

seorang pria dan seorang wanita.15 Sehingga keluarga yang kekal dan bahagia

dapat terwujud.

Pernikahan pada dasarnya itu dilakukan untuk selamanya, sampai

wafatnya salah seorang suami istri, inilah yang sebenarnya dikehendaki oleh

Islam. Kehidupan suami istri hanya tegak kalau ada dalam ketenangan, kasih

sayang, pergaulan yang baik, dan masing-masing pihak menjalankan

kewajiban dengan baik. Namun dalam hal tertentu terdapat hak-hak yang

menghendaki putusnya perkawinan. Dalam arti bila hubungan perkawinan

dilanjutkan maka kemadharatan yang terjadi dalam rumah tangga tersebut.16

Terkadang dalam menjalankan bahtera rumah tangga itu tidak selalu

mulus, pasti ada kesalah pahaman, kekhilafan, dan pertentangan. Percekcokan

dalam menangani permasalahan keluarga ini, ada pasangan yang dapat

mengatasinya. Terkadang percekcokan itu perlu ada di tengah dinamika

14 Muhammad Syaifuddin, dkk. Hukum Perceraian, (Jakarta : Sinar Grafik, 2013), h. 387 15 M. A. Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Lengkap, (Jakarta:

Rajawali Pers, 2010), h. 15-16 16 Amir syarifudin, Garis-Garis Besar Fiqh, cet. 4 (Jakarta : Kencana, 2013) h. 124

Page 16: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

6

keluarga sebagai bumbu keharmonisan dan variasi rumah tangga, tentunya

dalam porsi yang tidak terlalu banyak. Namun ada juga keluarga yang tidak

dapat mengatasi percekcokan yang terjadi di dalam keluarga tersebut. Jika

keutuhan keluarga tersebut dipertahankan, baik suami atau istri akan

mengalami penderitaan. Di mana masing-masing pasangan merasa teraniaya

oleh yang lainnya.17

Percekcokan yang sudah tidak dapat diatasi dan perselisihan yang semakin

hari semakin tidak terkendali. Di mana antara satu pihak dengan yang lainnya

saling menyalahkan dan jika terus dipertahankan maka akan menimbulkan

mafsadat (madharat) bagi suami atau istri. Maka Islam memberikan solusi

melalui penetapan talak sebagai obat untuk perselisihan kekeluargaan ketika

obat selainnya tidak bermanfaat. 18

Talak merupakan sebuah institusi yang digunakan untuk melepaskan

sebuah ikatan perkawinan. Dengan demikian ikatan perkawinan sebenarnya

dapat putus dan tata caranya telah diatur baik di dalam fikih maupun di dalam

Undang-Undang Perkawinan.19

Ketentuan talak atau perceraian ditegaskan dalam pasal 38 undang-undang

nomor 1 tahun 1974 yang berbunyi:

“Perkawinan dapat putus karena: a. kematian, b. Perceraian, c. atas

Keputusan Pengadilan”.

17 Yayan Sopyan, Islam Negara : Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum

Nasional, (Jakarta: PT Semesta Rakyat Merdeka, 2012), h. 172-173 18 Ali yusuf As-Subki, Fiqh Keluarga, diterjemahkan oleh Nur Khozin, (Jakarta: Amzah,

2012), h. 330 19 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia: Studi

Kritis Perkembangan Hukum Islam Dari Fikih, UU No. 1 /1974 Sampai KHI, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 207

Page 17: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

7

Talak yang diucapkan oleh suami kepada istri merupakan pelepasan ikatan

pernikahan. Ucapan talak ini terjadi dikarenakan oleh beberapa sebab, salah

satunya terjadinya nusyuz oleh istri. Nusyuz dalam artian kedurhakaan yang

dilakukan oleh istri terhadap suaminya. Hal ini bisa terjadi dalam bentuk

pelanggaran perintah, penyelewengan, dan hal-hal yang dapat mengganggu

keharmonisan rumah tangga.20

Talak yang terjadi dalam hal tersebut adalah talak raj’i. talak raj’i adalah

talak di mana suami diberi hak untuk kembali kepada istrinya tanpa melalui

nikah baru, selama istrinya itu masih dalam masa iddah. Talak raj’i itu adalah

talak satu atau talak dua tanpa didahului tebusan oleh pihak istri.21

Akibat dari talak raj’i yang telah diucapkan oleh suami tidak serta merta

putusnya perkawinan secara mutlak. Dalam talak raj’i ini mantan suami tidak

dilarang untuk berkumpul (selain berhubungan badan) dengan mantan

istrinya, sebab akad perkawinannya tidak hilang dan tidak menghilangkan hak

(kepemilikan), serta tidak mempengaruhi hubungan yang halal (kecuali

persetubuhan). Sekalipun tidak mengakibatkan perpisahan, talak ini tidak

menimbulkan akibat-akibat hukum yang lain, selama masih dalam masa iddah

istrinya.22

Status hukum perempuan dalam talak raj’i itu sama dengan istri dalam

masa pernikahan dalam semua keadaanya, kecuali dalam satu hal, menurut

20 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia: Studi

Kritis Perkembangan Hukum Islam Dari Fikih, UU No. 1 /1974 Sampai KHI, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 209

21 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam: Antara Fiqh Munakahat Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 220-221

22 M. A. Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Lengkap, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 307

Page 18: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

8

sebagaian ulama, yaitu tidak boleh bergaul (bersetubuh) dengan mantan

istrinya.23

Istri yang dalam talak raj’i ini tetap mendapatkan nafkah dari mantan

suaminya, baik tempat tinggal, pakaian dan uang belanja tetapi bagi istri yang

durhaka (nusyuz) maka tidak berhak mendapat apa-apa. Sebagaimana hadist

yang diriwayatkan oleh Nasa’i.24

)رواه النسائى(السكني و النفقة لمن لزوجھا علیھا الرجعة انما

Artinya:”Perempuan yang berhak mendapat nafkah dan tempat tinggal

(rumah) dari suaminya adalah apabila suaminya itu berhak merujukinya kembali”. (HR. Nasa’i)

Kewajiban memberikan nafkah kepada bekas istri dalam Islam disebutkan

dalam Al-quran surat At-Thalaq ayat 1.

ربكم لا تخرجوھن من بیوتھن ٱللھ ٱتقواو ٱلعدةفطلقوھن لعدتھن وأحصوا ٱلنساءإذا طلقتم ٱلنبي یأیھالا تدري ۥفقد ظلم نفسھ ٱللھومن یتعد حدود ٱللھ ود وتلك حدمبینة جن إلا أن یأتین بفحشةولا یخر

١ ایحدث بعد ذلك أمر ٱللھلعل

Artinya:”Hai Nabi, apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) keluar kecuali kalau mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang, itulah hukum-hukum Allah, maka sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru”. (QS. At-Thalaq: 1)

23 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam: Antara Fiqh Munakahat Undang-

Undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 221 24 An-Nasai, Sunan An-Nasai, Jilid 6 (libanon, Beyrouth- Dar El-fikr, 2005) h. 144-445

Page 19: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

9

Berdasarkan ayat di atas, dapat dipahami bahwa seorang wanita yang

berada dalam masa iddah hanya dibenarkan tinggal di rumah keluarga mereka.

Bila wanita tersebut melanggar, maka berarti ia melakukan nusyuz.25

Para ulama sepakat bahwa perempuan yang dicerai dengan talak raj’i

memiliki hak nafkah dan tempat tinggal selama perempuan tersebut masih

dalam iddahnya.26

Muhammad Bagir Al-Habsyi berpendapat bahwa ada hak perempuan yang

berada dalam masa iddah yaitu perempuan dalam masa akibat talak raj’i

berhak menerima tempat tinggal dan nafkah, mengingat bahwa statusnya

sebagai istri belum lepas semuanya karenanya tetap memiliki sebagian hak-

hak sebagai istri. Kecuali ia dianggap nusyuz (melakukan hal-hal yang

dianggap durhaka yakni melanggar kewajiban taat kepada suaminya) maka ia

tidak berhak apa-apa.27

Hal ini pun dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), yaitu dalam

pasal 149 yang berbunyi bahwa bilamana perkawinan putus karena talak,

maka bekas suami wajib:

a. Memberikan mut’ah yang layak kepada bekas istrinya, baik berupa uang

atau benda, kecuali bekas istri tersebut belum dicampuri.

25 Chuzaimah T. Yanggo dan A. Hafiz Anshary, Problematikan Hukum Islam

Kontemporer 1, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008), h. 200 26 Ali yusuf As-Subki, Fiqh Keluarga, diterjemahkan oleh Nur Khozin, (Jakarta: Amzah,

2012), h. 358 27 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia: Studi

Kritis Perkembangan Hukum Islam Dari Fikih, UU No. 1 /1974 Sampai KHI, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 249

Page 20: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

10

b. Memberikan nafkah, maskan (tempat tinggal), dan kiswah (pakaian)

kepada bekas istri selama dalam masa iddah, kecuali bekas istri telah

dijatuhi talak bain atau nusyuz dan dalam keadaan tidak hamil.

Hal yang sama juga dijelaskan dalam pasal 152 Kompilasi Hukum Islam

(KHI) yang berbunyi:

“Bekas istri berhak mendapatkan nafkah iddah dari bekas suaminya, kecuali

bila nusyuz”.

Hal ini bertentangan dengan Putusan Pengadilan Agama Slawi Nomor

2408/Pdt.G/2014/PA. Slawi yang memberikan putusan bahwa istri yang

nusyuz mendapatkan nafkah iddah selama dalam masa iddahnya.

Inilah yang membuat penulis tertarik untuk menganalisis putusan hakim

Pengadilan Agama Slawi tersebut. Untuk itu maka penulis memberi judul:

“Pemberian Nafkah Iddah Terhadap Mantan Istri Yang diTalak Karena

Nusyuz (Analisis Putusan No. 2408/Pdt.G/2014/PA. Slawi)”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih akurat dan terarah sehingga tidak

menimbulkan masalah baru serta pelebaran secara meluas, maka penulis

membatasi pembahasan ini pada masalah Pemberian Nafkah iddah

Terhadap Mantan istri Yang diTalak Cerai Karena Nusyuz pada putusan

Pengadilan Agama Slawi Nomor 2408/Pdt.G/2014/PA. Slawi.

Page 21: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

11

2. Rumusan Masalah

Di dalam pasal 149 angka b Kompilasi Hukum Islam (KHI)

menjelaskan bahwa bilamana perkawinan putus karena talak, maka bekas

suami wajib memberikan nafkah, maskan (tempat tinggal), dan kiswah

(pakaian) kepada bekas istri selama dalam masa iddah, kecuali bekas istri

telah dijatuhi talak bain atau nusyuz dan dalam keadaan tidak hamil.

Serta dalam pasal 152 Kompilasi Hukum Islam (KHI) menjelaskan

bahwa Bekas istri berhak mendapatkan nafkah iddah dari bekas suaminya,

kecuali bila nusyuz. Namun kenyatan yang terjadi di lapangan nafkah

iddah kepada istri yang nusyuz di berikan oleh Hakim di Pengadilan

Agama Slawi. Hal inilah yang membuat penulis terdorong untuk

menelusuri dan melakukan penelitian terkait dengan permasalahan

tersebut.

Rumusan tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan sebagai

berikut:

1. Bagaimana Pertimbangan Hukum Hakim Mengenai Cerai Talak Yang

Menetapkan Nafkah iddah Kepada Termohon Yang Nusyuz Pada

Perkara Nomor 2408/Pdt.G/2014/PA. Slawi?

2. Bagaimana pandangan hakim terhadap putusan cerai talak yang

menetapkan nafkah iddah kepada istri yang nusyuz pada perkara

Nomor 2408/Pdt.G/201/Pa. Slw?

Page 22: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

12

3. Bagaimana Perspektif hukum Islam dan hukum positif terhadap

putusan Majlis Hakim Pengadilan Agama Slawi terhadap Perkara

Nomor 2408/Pdt.G/2014/PA. Slawi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap realitas hukum yang

ada di lingkungan Pengadilan Agama, khususnya ruang lingkup perkara

istri nusyuz di Pengadilan Agama Slawi. Seiring dengan pembatasan dan

perumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dari

penelitian ini adalah:

a. Mengetahui dasar hukum pertimbangan hakim Pengadilan Agama

Slawi dalam memutus perkara nomor 2408/Pdt.G/2014/PA. Slawi.

b. Mengetahui pandangan hakim tentang putusan cerai talak yang

menetapkan nafkah iddah kepada istri yang nusyuz pada perkara

Nomor 2408/Pdt.G/201/Pa. Slw.

c. Mengetahui kedudukan nafkah iddah bagi istri yang nusyuz perspektif

hukum Islam dan hukum positif dalam perkara nomor

2408/Pdt.G/2014/PA Slawi.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang penulis kaji untuk:

a. Memberikan wawasan dan pengetahuan kepada penulis agar dapat

lebih memahami tentang hak-hak istri ketika diceraikan oleh suami

dan hal-hal yang dapat menggugurkan tersebut.

Page 23: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

13

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berkontribusi dan memperkaya

keilmuan dalam memutus perkara talak dengan memperhatikan hak-

hak pemohon ketika terjadi perceraian.

c. Hasil penelitian ini setidaknya bisa ikut andil dalam memperkaya

kajian keislaman tentang perceraian, khususnya pemberian nafkah bagi

mantan istri.

D. Review Studi Terdahulu

Tinjauan pustaka berfungsi untuk mengetahui apakah hal yang akan diteliti

tersebut sudah dibahas atau belum sama sekali.28 Oleh karena itu untuk

menjaga keaslian penelitian ini, penulis telah melakukan review kepustakaan

terlebih dahulu. Ada beberapa penelitian terdahulu yang mengangkat

pembahasan yang hampir sama dengan yang diteliti oleh penulis jika dilihat

secara umum, namun jika ditelusuri lebih mendalam tentu ada perbedaan dari

sudut pambahasan maupun objek kajian didalam penelitian ini. Adapaun

penelitian tersebut diantaranya:

1. Nafkah Iddah bagi istri nusyuz (Analisis putusan hakim Pengadilan

Agama Bogor no. 169/pdt.g/2011/PA. Bgr dan putusan hakim pengadilan

agama Depok no.96/pdt.g/2009/pa.dpk) oleh IIn Winiarti dalam skripsi ini

menjelaskan pandangan hakim terhadap nafkah iddah yang diberikan

kepada istri nusyuz di Pengadilan Agama Bogor dan Pengadilan Agama

Depok. Dan hanya membandingkan pandangan hakim yang memutus di

Pengadilan Agama Bogor dan Depok. Sedangkan yang menjadi perbedaan

28 Sultan Zanti Arbi dan Wayan Ardhan, Rancangan penelitian kebijakan sosialisasi,

(Jakarta: Postekkom Dikbud dan CV Rajawali, 1984) h. 80

Page 24: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

14

dari skripsi yang ingin penulis angkat ialah penulis ingin membahas

pandangan hakim Pengadilan Agama Slawi dalam memutus perkara

tentang nafkah iddah yang diberikan kepada istri yang nusyuz dan

argumentasi hakim dalam memutus perkara ini.

2. Hak Nafkah Iddah Istri Dalam Cerai Talak Akibat nusyuz (Studi

Komparatif Putusan No. 0033/Pdt.G/2011/PA JT dan Putusan No.

1550/Pdt.G/2011/PAJS) oleh Hani Nurhanipah dalam skripsi ini

menjelaskan tata cara penyelesaian perkara karena istri nusyuz di

Pengadilan Agama dan tidak menyinggung pengenai permasalahan nafkah

iddah ketika seorang istri diceraikan oleh suaminya karena nusyuz dan

mengkomparasikan pemberian nafkah iddah terhadap istri nusyuz antara

pengadilan Agama Jakarta Timur dan Jakarta Selatan . Sedangkan yang

menjadi perbedaan dari skripsi yang ingin penulis angkat ialah penulis

ingin membahas pandangan hakim Pengadilan Agama Slawi dalam

memutus perkara tentang nafkah iddah yang diberikan kepada istri yang

nusyuz dan argumentasi hakim dalam memutus perkara ini.

3. Implementasi Pemberian Nafkah Iddah Bagi Istri Nusyuz (Analisa Putusan

Perkara No. 1223/Pdt.G/2011/PA. Depok) oleh Ahmad Faisal dalam

skripsi ini hanya menjelaskan tentang mekanisme implementasi pemberian

nafkah iddah bagi istri nusyuz. Sedangkan yang menjadi perbedaan dari

skripsi yang ingin penulis angkat ialah penulis ingin membahas pandangan

hakim Pengadilan Agama Slawi dalam memutus perkara tentang nafkah

Page 25: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

15

iddah yang diberikan kepada istri yang nusyuz dan argumentasi hakim

dalam memutus perkara ini.

4. Nafkah iddah bagi mantan istri korban kekerasan dalam rumah tangga

(analisis putusan perkara nomor 103/pdt.g/2008/pa.jt) oleh Hanif Bagus

Azhar, dalam skripsi ini menjelaskan tentang nafkah iddah perkara cerai

gugat yang diberikan kepada istri akibat korban kekerasan dalam rumah

tangga. Sedangkan yang menjadi perbedaan dari skripsi yang ingin penulis

angkat ialah penulis ingin membahas pandangan hakim Pengadilan Agama

Slawi dalam memutus perkara tentang nafkah iddah yang diberikan

kepada istri yang nusyuz dan argumentasi hakim dalam memutus perkara

ini.

E. Metode Penelitian

Dalam penggumpulan bahan/data penyusunan skripsi agar mengandung

suatu kebenaran yang objektif, penulis menggunakan metode penelitian ilmiah

sebagai berikut:

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian mendasarkan pada penelitian hukum yang dilakukan

dengan memakai pendekatan normatif. Dilakukan pendekattan ini yaitu

untuk lebih mengidentifikasikan konsep dan dituangkan dengan meneliti

hasil pertimbangan hakim dalam memutus perkara nomor

2408/Pdt.G/2014/PA. Slwi. Dengan dilakukannya pendekatan ini, penulis

melakukan wawancara dan akan lebih aktual mendapatkan informasi

tentang Nafkah Iddah yang diberikan kepada istri yang nusyuz.

Page 26: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

16

2. Jenis Penelitian

Dalam penyusunan penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian

kaualitatif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang menghasilkan

deskriptif berupa kata-kata atau tulisan dari fenomena yang diteliti atau

dari orang-orang yang berkompeten di bidangnya. Penelitian kualitatif

dilakukan terhadap banyaknya studi dokumenter yang ada, sehingga

penulis mengedepankan penelitian ini terhadap kualitas isi dari segi jenis

data.

3. Sumber Data

Jenis-jenis data dalam proposal skripsi ini yaitu kualitatif dan terbagi

menjadi dua:

a. Data Primer

Sumber data didapat dari Pengadilan Agama berupa putusan

perceraian kerena istri nusyuz yang terjadi di Pengadilan Agama

Slawi. Melalui penelitian lapangan yaitu wawancara langsung terhadap

pihak-pihak yang terkait dan berkaitan degan penelitian terutama

hakim-hakim yang memutus perkara No. 2408/Pdt.G/2014/PA. Slawi

tentang pemberian nafkah kepada istri yang nusyuz.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan mengadakan studi

kepustakaan atas dokumen-dokumen yang berhubungan degan

masalah yang diajukan. Dokumen-dokumen yang dimaksud adalah Al-

Quran, Hadist, buku-buku ilmiah, undang-undang Perkawinan,

Page 27: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

17

Kompilasi Hukum Islam (KHI), undang-undang pengadilan Agama

serta peraturan lainnya yang erat kaitannya dengan skripsi ini.

4. Teknik Pengolahan Data

Dalam rangka mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan-bahan

yang diperlukan, maka di lakukan pengolahan data dengan cara sebagai

berikut:

a. Studi Dokumentasi (Document research)

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia

dalam catatan dokumen.29 Melalui studi ini untuk dapat menelaah

bahan-bahan atau data-data yang diambil dari dokumentasi dan berkas

yang mengatur tentang pemeriksaan putusan yang terkait masalah

pemberian nafkah iddah kepada istri yang nusyuz dalam perkara

nomor 2408/Pdt.G/2014/PA. Slawi serta putusan-putusan seorang

majlis hakim dalam memutus.

b. Wawancara (interview)

Dengan mengambil objek penelitian di Pengadilan Agama Slawi,

penulis menggunakan jenis penelitian lapangan (field research), yang

bertujuan untuk memperoleh kejelasan dan kesesuaian antara teori dan

praktek yang terjadi di lapangan mengenai pemberian nafkah iddah

kepada istri yang nusyuz di Pengadilan Agama Slawi.

Dilakukan dengan cara interview, adalah suatu proses tanya jawab

lisan, dalam mana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik, yang

29 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),

h. 158

Page 28: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

18

lain dapat melihat muka yang lain dan mendengar dengan telinga

sendiri dari suaranya.30 Penulis mewawancarai hakim yang memutus

perkara No. 2408/Pdt.G/2014/PA Slawi.

c. Studi Pustaaka (library research)

Melalui studi pustaka ini dikumpulkan data yang berhubungan dengan

penulisan skripsi ini yaitu dari literatur-literatur, buku-buku

perpustakaan, tulisan-tuisan sebagai dasar teori dalam pembahasan

masalah. Pengolahan data studi pustaka ini dilakukan dengan cara

dibaca, dikaji dan dikelompokkan sesuai dengan pokok yang masalah

yang terdapat dalam proposal skripsi ini.

5. Pengolahan Data

Setelah memperoleh data-data tersebut di atas, penulis mengolah

data dengan metode deskriptif dan komparatif. Dan kemudian dalam

penyajian tersebut dikomparatifkan antara data yang tertera pada teori

yang diambil dari studi pustaka dan kenyatan sesungguhnya yang

didapatkan dari penelitian di lapangan dan data-data yang menyangkut

masalah pemberian nafkah kepada istri yang nusyuz.

6. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif,

yaitu upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat

dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan

30 Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian: Petujuk Praktis Untuk Peneliti Pemula, cet II,

(Yogyakarta: UGM Press, 2004), h. 88

Page 29: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

19

yang penting dan apa yang dipelajari31 serta menghasilkan data deskriptif

analisis, yang tujuannya untuk menggambarkan masalah-masalah yang

terkait terhadap kasus-kasus yang diteliti. Dan dalam teknis penulisan,

penulis berpedoman pada buku pedoman penulisan skripsi dan buku

metode penelitian.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penyususan penelitian ini ialah berformat karangka outline

dalam bentuk bab dan sub bab, secara ringkas terurai dalam penjelasan

berikut:

BAB I Berisi pendahuluan yang memuat latar belakang masalah,

identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan

dan manfaat, metode penelitian, review studi terdahulu serta

sistematika penulisan.

BAB II Penulis membahas, pengertian nusyuz, dasar hukum nusyuz,

macam-macam nusyuz dan cara menanggulanginya, faktor-faktor

istri melakukan nusyuz. Sehingga penulis mengkaitkan kepada

pasal 80 Kompilasi Hukum Islam (KHI).

BAB III Dalam bab ini penulis membahas tentang pengertian nafkah iddah,

dasar hukum nafkah iddah, nafkah sebelum perceraian dan

ketentuan nafkah iddah akibat nusyuz. Sehingga penulis

mengaitkan kepada pasal 149 huruf b dan pasal 152 Kompilasi

Hukum Islam (KHI).

31 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian kualitatif, cet. 26, (Bandung: PT Remaja

rosdakarya, 2009), h. 248

Page 30: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

20

BAB IV Bab ini penulis menerangkan profil Pengadilan Agama Slawi,

duduk perkara no. 2408/Pdt.G/2014/PA.Slw, Pertimbangan hakim,

putusan atau amar, analisis terhadap putusan Pengadilan Agama

No. 2408/Pdt.G/2014/PA Slawi kemudian penulis menganalisis

pertimbangan majlis hakim terhadap putusan tersebut tentang

pemberian nafkah kepada istri yang nusyuz.

BAB V merupakan tahap akhir dari penulisan proposal skripsi yang berupa

kesimpulan dari beberapa persoalan yang dibahas dan saran dari

penulis untuk masyarakat.

Page 31: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

21

BAB II

Tinjauan Umum Tentang Nusyuz

A. Pengertian Nusyuz

Nusyuz berasal dari kata nasyaza, yansyuzu, nusyuzan, yang memberi

beberapa maksud, antaranya nusyuz memberi maksud bangkit dari tempatnya

atau bangun.1 Kata nusyuz yang berasal dari bahasa Arab yang secara

etimologi berarti ارتفاع yang berarti meninggi atau terangkat2, membangkang

atau durhaka3. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

nusyuz adalah perbuatan tidak taat dan membangkang seorang istri terhadap

suami tanpa alasan yang tidak dibenarkan oleh hukum.4 Kalau dikatakan istri

nusyuz terhadap suaminya berarti istri merasa dirinya sudah lebih tinggi

kedudukannya dari suaminya, sehingga ia tidak lagi merasa berkewajiban

mematuhinya. Secara definitif nusyuz diartikan dengan: “kedurhakaan istri

terhadap suami dalam hal menjalankan apa-apa yang diwajibkan Allah

atasnya.5 Maksudnya, seorang istri melakukan perbuatan yang menentang

suami tanpa alasan yang dapat diterima oleh syara’. Ia tidak menaati

suaminya atau menolak diajak ke tempat tidurnya.6 Secara arti luas nusyuz

1 Norzulaili Mohd Ghazali dan Wan Abdul Fattah Wan Ismail, Nusyuz, Shiqaq dan

Hakam,: menurut Al-Quran, Sunnah dan Undang-undang Keluarga Islam, (Malaysia: KUIM, 2007) h. 1-2

2Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. I, h. 190

3 Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), h. 185

4 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 970

5 Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia: Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. I, h. 190-191

6 Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat : kajian Fikih Nikah Lengkap, h. 185

Page 32: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

22

adalah perbuatan suami atau istri yang meninggalkan kewajiban bersuami

istri yang membawa kesengjangan hubungan diantara keduanya.7

Selain itu nusyuz membawa maksud tempat yang tinggi atau suami istri

saling membenci antara satu sama lain. Ulama memberi berbagai definisi

mengenai nusyuz, salah satunya menurut Imam Syirazi, nusyuz ialah

perbuatan istri yang mendurhakai, angkuh serta ingkar terhadap apa yang

telah diperintahkan oleh Allah kepada mereka mengenai tanggung jawab

yang perlu dilaksanakan terhadap suami.8 Abu Malik Kamal berpendapat

bahwa nusyuz berarti tempat yang tinggi, sedangkan dari segi istilah, nusyuz

adalah pembangkangan istri pada suaminya dalam hal-hal yang diwajibkan

oleh Allah untuk menaatinya, seolah-olah yang meninggikan diri dan merasa

lebih tinggi dari pada suaminya.9

B. Dasar Hukum Nusyuz

1. Al-Quran

Tindakan nusyuz istri merupakan perbuatan yang diharamkan, sebab

Allah telah menyiapkan serangkaian hukuman bagi istri pembangkang jika

ia tidak bisa disembuhkan. Adapun ayat yang berkenaan dengan nusyuz ini

adalah firman Allah QS. An-Nisa [4]: 34

7 Sudarsono, Hukum Kekeluargaan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipata, 1991), h. 95 8Norzulaili Mohd Ghazali dan Wan Abdul Fattah Wan Ismail, Nusyuz, Shiqaq dan

Hakam,: menurut Al-Quran, Sunnah dan Undang-undang Keluarga Islam, (Malaysia: KUIM, 2007) h. 1-2

9 Abu Malik Kamal Bin Sayid Salim, Shahih Fiqh Sunnah, diterjemahkan oleh Khairul Amru Harahap, Faisal Saleh, editor, Besus Hidayat Amin, Cet. 1 (Jakarta : Pustakan Azzam, 2007), h. 350.

Page 33: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

23

Artinya: “Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka

nasehatilah mereka, dan pisahkanlah mereka dari tempat tidur

mereka dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu,

maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.

Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”. (QS. An-Nisa

[4]: 34).

QS. An-Nisa [4]: 128

ا وٱلصلح ا فلا جناح علیھما أن یصلحا بینھما صلحوإن ٱمرأة خافت من بعلھا نشوزا أو إعراض ١٢٨ا یر وأحضرت ٱلأنفس ٱلشح وإن تحسنوا وتتقوا فإن ٱللھ كان بما تعملون خبخیر

Artinya:”Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak

acuh dari suaminya, Maka tidak mengapa bagi keduanya

mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya dan perdamaian

itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut

tabiatnya kikir dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik

dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), Maka

Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui apa yang kamu

kerjakan”.(QS. An-Nisa [4]: 128)

2. Hadist Nabi

Hadist Rasulullah SAW, yaitu

ان : ماحق زوجة احدنا علیھ قال , یا رسول اهللا: قلت :عن حكیم بن معاویة القشیري عن ابیھ قال رواه ابو (تطعمھا اذا طعمت وتكسوھا اذا كتسیت وال تضرب الوجھ وال تقبح وال تھجر اال في البیت

)دود

Artinya:" Dari Hakim Bin Muawiyah Al-Qusyairi, dari Ayahnya ia berkata, saya

bertanya kepada rasulullah, wahai rasulullah, apakah hak seorang istri

kepada suaminya?, beliau bersabda. “hendaklah engkau memberi

Page 34: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

24

makan jika engkau makan, berilah pakaian kepadanya seperti engkau

berpakaian. Jangan pukul mukanya, jangan engkau menjelekkannya,

dan jangan engkau meninggalkannya kecuali dalam serumah,” (HR Abu

Daud).10

3. Dasar Hukum Kompilasi Hukum Islam pasal 8411

Ayat 1

Isteri dapat dianggap nusyuz jika ia tidak mau melaksanakan kewajiban-

kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 83 ayat (1) kecuali dengan

alasan yang sah

Ayat 2

Selama isteri dalam nusyuz, kewajiban suami terhadap isterinya tersebut

pada pasal 80 ayat (4) huruf a dan b tidak berlaku kecuali hal-hal untuk

kepentingan anaknya.

Ayat 3

Kewajiban suami tersebut pada ayat (2) di atas berlaku kembali sesudah

isteri tidak nusyuz

Ayat 4

Ketentuan tentang ada atau tidak adanya nusyuz dari isteri harus

didasarkan atas bukti yang sah.

Penjelasan pasal di atas dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) aturan

mengenai permasalahan nusyuz dipersempit hanya pada nusyuz istri saja

serta akibat hukum yang ditimbulkannya.12 Mengawali pembahasannya

10 Abi Thoyib Muhamad Syam, Aunul Ma’bud: Syarah Sunan Abu Daud, Jilid 6

(Libanon: Dark Fikr, 2003), h. 143 11 Muhammad Amin Suma, Himpunan Undang-Undang Perdata Islam & Peraturan

Pelaksana Lainnya di Negara Hukum Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), h. 587 12 Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) dimana hanya menyebutkan nusyuz terhadap

istri saja tanpa menyebutkan ketentuan nusyuz suami, hal ini sangat bias terhadap gender dan KHI lebih mengunggulkan suami dari pada istri dan adanya pandangan subordinat ,

Page 35: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

25

dalam persoalan nusyuz, Kompilasi Hukum Islam berangkat dari

ketentuan awal tentang kewajiban bagi istri, yaitu bahwa dalam kehidupan

rumah tangga kewajiban utama bagi seorang istri ialah berbakti lahir batin

kepada suami dalam batas-batas yang dibenarkan oleh hukum Islam. Dan

istri dianggap nusyuz jika ia tidak mau melaksanakan kewajiban-

kewajiban sebagaimana maksud tersebut. Walaupun dalam masalah

menentukan ada atau tidak adanya nusyuz istri tersebut menurut KHI harus

didasarkan atas bukti yang sah.13

C. Macam-macam Nusyuz dan Cara Penanggulangannya

Mengarungi kehidupan rumah tangga terdapat beberapa hal yang dapat

menyebabkan perceraian diantaranya adalah nusyuz. Dalam hal ini, nusyuz

dapat dilakukan oleh suami atau istri, nusyuz dapat dibedakan menjadi dua

macam yaitu:14

1. Nusyuz Istri

steriotype dan diskriminasi. Tidak menyebutkannya ketentuan dan sanksi untuk suami jika melakukan nusyuz membuat suami seperti penguasa (Raja) yang ketika salah tidak ada hukuman. Seperti dikatakan The king can do no wrong. Sehingga pasal ini terlihat mengekang kebebasan hak-hak perempuan dan tidak mendudukkan hubungan suami istri secara seimbang. Nusyuz merupakan keniscayaan dalam ajaran Islam sehingga nusyuz itu ada. Akan tetapi, nusyuz itu semestinya tidak tidak hanya diberlakukan terhadap istri saja, tetapi juga terhadap suami. Karena baik suami atau istri, kedua-duanya punya peluang untuk nusyuz. Jika istri melakukan nusyuz, maka suami mempunyai legitimasi untuk melakukan tindakan. Demikian juga sebaliknya, jika suami melakukan nusyuz maka istri pun mempunyai wewenang untuk melakukan tindakan. Sehingga suami atau istri tidak melakukan tindakan sewenang-wenang yang merugikan salah satu pihak. Untuk itu harus adanya perbaikan terhadap Kompilasi Hukum Islam (KHI) agar tidak ada lagi hak-hak salah satu jenis kelamin yang dirugikan dan KHI lebih ramah terhadap gender sehingga menimbulkan keadilan dan kesetaraan gender, baca Menggagas Fiqh Pemberdayaan Perempuan, Zaitunah Subhan.

13 Hani Nurhanipah, Hak Nafkah Iddah Istri dalam Cerai Talak Akibat Nusyuz, (Skripsi S1, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 37

14 Amiur Nuruddin & Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia: Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No 1/1974 sampai KHI, (Jakarta:Kencana, 2004), h. 209

Page 36: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

26

Kita ketahui bahwa nusyuz bisa terjadi pada perempuan dan juga laki-

laki. Akan tetapi watak perempuan berbeda dengan watak laki-laki. Oleh

karena itu, penyembuhannya berbeda juga secara teori, karena berbedanya

bentuk nusyuz antara mereka berdua. Meskipun terdapat kesamaan antara

keduanya dan bahwa pada setiap diri mereka mencemaskan bagi

lainnya.15

Kadang-kadang perilaku istri menyalahi aturan, ia berpaling dalam

bergaul dengan suaminya, lalu ucapannya menjadi kasar, tampaklah

kedurhakaan, meninggalkan ketaatan, dan menampakkan perlawanan.16

Nusyuz yang dilakukan oleh istri dapat juga berupa pelanggaran perintah,

penyelewengan dan hal-hal yang dapat mengganggu keharmonisan rumah

tangga.

Adapun beberapa perbuatan yang dilakukan istri, yang termasuk

nusyuz, antara lain sebagai berikut:17

a. Istri menolak ajakan suaminya untuk menetap di rumah yang telah

disediakannya tanpa alasan yang pantas.

b. Apabila keduanya tinggal di rumah istri atas seizin istri, kemudian

pada suatu saat istri melarangnya untuk masuk ke rumah itu dan

bukan karena hendak pindah rumah yang disediakan oleh suami.

15Ali Yusuf As-Subekti, Fiqh Keluarga, diterjemahkan oleh Nurkhozin, Cet. 2 (Jakarta :

Amzah, 2012), h. 302 16 Amiur Nuruddin dan Azhari Akamal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia :

Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam Dari Fikih, UU No. 1 1/1974 Sampai KHI, h. 209 17 Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat : kajian Fikih Nikah Lengkap, h. 185-186

Page 37: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

27

c. Istri tidak mau pindah mengikuti suami untuk menempati rumah yang

telah disediakan sesuai dengan kemampuan suami, atau istri

meninggalkan rumah tanpa izin suami.

d. Apabila istri berpergian tanpa suami atau mahramnya walaupun

perjalanan itu wajib, seperti haji, karena perjalanan perempuan tidak

dengan suami atau mahramnya termasuk maksiat.

Bagi suami jika telah jelas baginya bahwa nusyuz karena berpalingnya

perilaku istri sehingga ia membangkang dan durhaka dengan melakukan

dosa dan permusuhan, kesombongan dan tipu daya, Islam mewajibkan

suami untuk menempuh tiga tingkatan.18 Langkah-langkah tersebut antara

lain:

a. Memberi Nasihat

Hendaknya seorang suami menasihatinya dengan lembut dan

mengingatkannya tentang wajibnya menaati suaminya dan haramnya

menentang suami sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Allah.19

Hendaklah ia mendorong untuk lebih mengharap pahala dan ridho

dari Allah dengan cara mematuhinya. Peringatkan pula agar ia selalu

berusaha menjadi wanita yang sholehah, yaitu wanita yang taat

kepada Allah, senantiasa menjaga diri ketika suami tidak berada di

18 Ali Yusuf As-Subekti, Fiqh Keluarga, diterjemahkan oleh Nurkhozin, h. 303 19 Abu Malik Kamal Ibnu As-Sayid Salim, Fiqh Sunnah Wanita Jilid 2, diterjemahkan

oleh Agus Faisal Karim, cet. III (Depok : Madina Adipustaka, 2013) h. 268

Page 38: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

28

sisinya. Serta, jangan lupa untuk mengingatkannya kepada ancaman

dan siksa dari Allah jika ia berani membangkang kepada suaminya.20

Ada sebagian wanita yang bisa diluruskan dari kebandelan dan

kekeliruannya dengan kata-kata, lalu sadar dan menuruti nasihat

tersebut. Jika sudah demikian halnya, suami tidak boleh melakukan

aksi pisah ranjang apalagi memukulnya. Sebagaimana firman Allah:

)34: النساء (فان أطعنكم فال تبغوا علیھن سبیال

Artinya:”Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu

mencari-cari jalan untuk menyusahkannya.”(QS. An-Nisa [4]: 34)

Namun tidak sedikit wanita yang tidak terpengaruh dengan kata-

kata maupun nasihat. Jika menghadapi istri seperti ini, suami bisa

menempuh pendekatan kedua.

b. Mendiamkan Saat di ranjang

Pendekatan kedua yang bisa ditempuh untuk menyadarkan istri

yang bersikap nusyuz adalah dengan cara mendiamkannya.

Pendekatan ini dapat dilakukan bila istri tidak memperlihatkan

perbaikan sikapnya dan memang secara nyata nusyuz itu telah terjadi

dengan perhitungan yang objektif, maka suami dapat menggunakan

cara yang kedua yaitu mendiamkan istri atau pisah tempat ranjang,

dalam artian suami menghentikan hubungan seksual.21 Sebagaimana

firman Allah, Yaitu:

واھجروھن في المضاجع

20 Abu Malik Kamal Ibnu As-Sayid Salim, Fiqh Sunnah Wanita Jilid 2, h. 268 21 Abu Malik Kamal, Fiqh Sunnah Wanita Jilid II, h. 269

Page 39: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

29

Artinya:”Dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka.” (QS. An-

nisa [4]: 34)

Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa suami mula-mula dapat

memberikan ultimatum untuk mendiamkannya dan tidak melakukan

hubungan intim dengannya, dengan harapan jika istri termasuk

perempuan yang tidak tahan untuk tidak melakukan hubungan intim,

maka ia akan segera sadar dan taat. Namun jika tetap membangkang,

maka aksi pisah ranjang harus benar-benar dilakukan.22

Mekanisme Pisah Ranjang

Banyak pendapat yang berkembang di kalangan ulama mengenai

pisah ranjang. Ada yang mengatakan, tidak berhubungan intim

dengannya. Ada lagi yang mengatakan suami tidak boleh

berhubungan intim dengannya, namun tanpa bicara sepatah katapun

dengannya sewaktu melakukannya. Alasan bagaimanapun senggama

adalah hak bersama keduanya, dan hukum kedisiplinan tidak boleh

sampai mengandung unsur bahaya. Adapula yang mengatakan,

menolak bercumbu dengannya ketika istri sangat menginginkannya

dan saat libidonya naik tinggi. Bukan pada saat si suami bergairah dan

ingin melakukan hubungan intim, sebab pisah ranjang ini bertujuan

untuk menghukum isteri dan bukan suami.23

Pendapat yang benar, suami boleh mendiamkannya dengan cara

apapun yang ia sukai sesuai kondisi si istri, selama memang bisa

22 Abu Malik Kamal, Fiqh Shahih Sunnah jilid 4, h. 351-352 23 Abu Malik Kamal, Fiqh Shahih Sunnah jilid 4, h. 352

Page 40: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

30

membuat sang istri jera dengan pembangkangannya. Akan tetapi,

perlu diingat, suami seyogyanya tidak mendiamkan istri kecuali di

dalam rumah saja, merujuk pada sabda Nabi SAW dalam riwayat

وال تھجر اال في البیت

Muawiyah dari Haidan ra, “…dan janganlah engkau mendiamkannya

kecuali di dalam rumah.24

Etika lain, suami seyogianya tidak memperlihatkan aksi

pendiamnya di hadapan anak-anak, sebab hal itu dapat berefek buruk

bagi pribadi mereka.25

Batas Waktu Pisah Ranjang

Mengenai batas waktu terlama mendiamkan istri dalam tempat

tidurnya, berkembang dua arus pendapat di kalangan ulama, yaitu:26

1) Waktu mendiamkan istri adalah sebulan, dan bisa diperpanjang

hingga empat bulan. Ini adalah pendapat kalangan mazhab

Maliki, mengacu pada perbuatan nabi SAW yang mendiamkan

istri-istri beliau selama sebulan, dan batas waktu ila’.

2) Tidak terbatas, sampai istri menyadari kekeliruannya. Ini adalah

pendapat jumhur kalangan mazhab Hanafi, Syafi’I dan Hanbali.

c. Memukul Istrinya yang Berbuat Nuysuz

Jika dengan berpisah belum berhasil, maka bagi suami berdasarkan

teks Al-Quran diperintahkan untuk memukul istrinya. Pemukulan ini

24 Abi Thoyib Muhamad Syam, Aunul Ma’bud: Syarah Sunan Abu Daud, Jilid 6

(Libanon: Dark Fikr, 2003), h. 143 25 Abu Malik Kamal, Fiqh Shahih Sunnah jilid 4, h. 353 26 Abu Malik Kamal, Fiqh Shahih Sunnah jilid 4, h. 353

Page 41: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

31

tidak wajib secara syara dan tidak baik untuk dilakukan. Hanya saja

ini merupakan cara terakhir bagi laki-laki setelah ia tidak mampu

menundukkan istrinya, mengajaknya dengan bimbingan, nasihat, dan

pemisahan. Hal tersebut adalah hubungan fisik dari segi syara’ dan

tidak dimaksudkan terbatas pada pemberian rasa sakit pada fisik

perempuan yang durhaka. Atau untuk mempertahankan perempuan

agar tidak pergi dan marah darinya. Akan tetapi, ini merupakan usaha

untuk menyalamatkan tabiat keluarga dari kehancuran, membersihkan

rumah tangga dari keterpecahan yang dihadapinya. Tiadalah seorang

pun yang ragu bahwa memukul itu lebih sedikit madharatnya terhadap

keadaan dari terjadinya perceraian bagi perempuan yang bercerai-

berai dalam lingkungan keluarga. Termasuk bagian dari kebodohan

adalah meningalkan semua perkara yang membawa pada hubungan

yang lebih parah antara kedua keadaan, tanpa mencurahkan usaha

untuk mengubah kesempitan perempuan antara dua bahaya yang lebih

ringan.27 Sebagaimana kaidah fiqh mengatakan:

اذا تعارض مفسدتان روعي اعظمھما ضررا بارتكاب اخفھا

Artinya: “Apabila dua mafsadat bertentangan maka diperhatikan

mana yang lebih besar madhoratnya dengan dikerjakan yang lebih

kecil atau ringan madharatnya.28

Namun dalam melakukan pemukulan ini, suami harus

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:29

27 Ali Yusuf Subekti. Fiqh Keluarga. h. 307-308 28 Abdul Mudjib, Kaidah-Kaidah Ilmu Fiqih, (Jakarta : Kalam Mulia, 2001). h. 40

Page 42: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

32

1) Tidak terlalu keras, misalnya hingga mematahkan tulang atau

melukai daging layaknya pukulan orang yang dibakar dendam.

Sebab firman Allah,

واضربو ھن

”Dan pukullah mereka” (QS.An-Nisa [4]: 34), dibatasi dengan

bentuk pukulan yang tidak terlalu keras dan tidak melukai. Misi

dari pemukulan ini adalah untuk menasehati, bukan untuk

melukai atau merusak. Sehingga yang dituntut adalah pemukulan

yang melukai perasaan dan dapat menyadarkannya, bukan yang

melukai fisik.

2) Tidak lebih dari sepuluh kali pukulan, merujuk kepada sabda

Nabi SAW,

30)البخاري(ال یجلد فوق عشرة اسواط اال في حد من حدود اهللا

Artinya:”Janganlah pukul (cambuk) lebih dari sepuluh kali Pukulan (cambukan) kecuali dalam kasus pelanggaran salah satu had (hukum) Allah”. (HR Bukhari)

3) Tidak memukul wajah dan bagian-bagian tubuh yang rentan

(mudah cidera). Merujuk pada sabda Nabi SAW dalam Hadist

yang diriwayatkan Muawiyah bin Haidah:

ال تضرب الوجھ وال تقبح وال تھجر اال في البیت

4) Beranggapan kuat bahwa pukulan atau tamparannya itu akan

membuatnya jera. Sebab, bagaimanapun pukulan dalam konteks

ini merupakan salah satu sarana memperbaiki kondisi, dan sebuah

29 Abu Malik Kamal bin As-Sayid Salim, Shahih Fikih Sunnah, h. 355 30 Muhammad Ismail bin Ibrahim bin Mughiroh Bukhori, Abu Abdullah, Shahih Bukhori,

(Kaairo: Darul As-shiab, 1987), h. 215

Page 43: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

33

sarana tidak dianggap sah jika ada dugaan kuat tidak

terimplementasikannya tujuan yang dimaksud. Jika suami tidak

yakin bisa menginsyafkannya dengan pukulan, maka ia sebaiknya

tidak memukulnya.

5) Menghentikan pukulan jika istri menarik pembangkangannya dan

telah menaatinya.

Setelah melakukan tindakan yang telah dianjurkan dan sesuai

dengan tahapan-tahapan yang disebutkan di atas istri tetap melakukan

nusyuz. Maka barulah ikut campur orang ketiga dibutuhkan. Suami

dianjurkan meminta bantuan orang tua atau orang bijak yang dituakan

untuk menasehati istri tersebut. Orang tua atau orang bijak tersebut

diharapkan dapat menyadarkan istri agar kembali kepada kewajiban-

kewajiban yang semestinya ditunaikan istri, bukan untuk memisahkan

atau menceraikan keduanya.31 Hal ini sesuai dengan Firman Allah

Surat An-Nisa [4]: 35.

Dari uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulannya bahwa

durhakanya atau nusyuznya istri ada tiga tingkatan, yaitu:32

1) Ketika tampak tanda-tanda kedurhakan atau nusyuz istri, maka

suami berhak memberikan nasihat kepadanya.

31 Mesraini, Fiqh Munakahat, (Ciputat: Pusat Studi Dan Pengembangan Pesantren, 2008),

h. 131 32 Tihami & Sobari Sahrani, Fikih Munakahat : Kajian Fikih Nikah Lengkap, h.187

Page 44: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

34

2) Sesudah nyata kedurhakan atau nusyuznya, suami berhak untuk

berpisah tidur dengannya

3) Kalau istri tetap msih durhaka, suami berhak memukulnya.

4) Jika dari tahapan diatas istri tetap nusyuz, maka baru mencari juru

damai dari orag ketiga untuk menasehati istri agar kembali dari

nusyuznya.

2. Nusyuz Suami

Nusyuz ternyata tidak hanya datang dari istri tetapi dapat juga datang

dari suami. Selama ini sering kali disalah pahami bahwa nusyuz hanya

datang dari pihak istri saja. Padahal al-Quran menyebutkan adanya

nusyuz dari suami33 seperti yang terlihat dalam QS. An-Nisa [4]: 128.

ا ا فلا جناح علیھما أن یصلحا بینھما صلحخافت من بعلھا نشوزا أو إعراض ٱمرأة وإن

ایركان بما تعملون خب ٱللھوإن تحسنوا وتتقوا فإن ٱلشح ٱلأنفسأحضرت وخیر ٱلصلحو

١٢٨

Artinya:“Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz, atau sikap

tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya

mengadakan perdamaian yang sebenarnya, dan perdamian itu

lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut

tabiatnya kikir.Dan jika kamu menggauli istrimu dengan baik

dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), maka

sesungguhnya Allah adalah maha mengetahui apa yang kamu

kerjakan.” (QS. An-Nisa [4]: 128)

Nusyuz suami mengandung arti pendurhakan suami kepada Allah

karena meninggalkan kewajibannya terhadap istri. Nusyuz suami terjadi

33 Amiur Nuruddin & Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia: Studi

Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No 1/1974 sampai KHI,, h. 210

Page 45: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

35

bila suami tidak melaksanakan kewajibannya terhadap istrinya, baik

meninggalkan kewajibannya yang bersifat materi atau nafakah atau

meninggalkan kewajiban yang bersifat non materi di antaranya

Mu’asyarah bi al-ma’ruf atau menggauli istri dengan baik.34

Nusyuz suami juga dapat berupa suami menjauhi istri, bersikap kasar,

meninggalkan untuk menemaninya, meninggalkan dari tempat tidurnya,

mengurangi nafkahnya, atau berbagai beban berat lainnya bagi istri.35

Nusyuz yang dilakukan oleh suami terhadap istri mempunyai

beberapa tahap penyembuhannya sesuai dengan keadaan yang

menuntutnya, yaitu:36

a. Hendaknya diminta darinya ketetapan istri akan kemuliaan

pemeliharaannya beserta sifat-sifat yang dituntut bagi istri seperti hak

memberikan tempat tinggal, nafkah atau yang lainnya.

b. Sebaiknya bagi istri mengadakan perjanjian perdamian terhadap

suaminya. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi jika dikemudian

hari suami kembali nusyuz.37 Hal ini sesuai dengan surat an-Nisa ayat

128. Menurut sayuti Thalib ayat inilah yang mendasari perjanjian

yang berbentuk dalam taklik talak, tetapi bentuk dan cara-caranya itu

34 Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia : Antara Fiqh Munakahat dan

Undang-Undang Perkawinan, h. 193 35 Ali Yusuf As-Subki, Fiqh Keluarga, h. 317 36 Ali Yusuf As-Subki, Fiqh Keluarga, h. 318 37 Sayuti Thallib, Hukum Kekeluargaan, (Jakarta : UI-Press, 2009), h.94

Page 46: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

36

hendaklah diperbaiki dengan lebih jelas sehingga betul-betul lebih

merupakan perjanjian dua pihak.38

Pendapat Mahmud Syaltut yang dikutip oleh Abdul Manan

menjelaskan bahwa perjanjian taklik talak adalah jalan terbaik dalam

melindungi kaum wanita dari perbuatan tidak baik dari pihak suami.

Sekiranya seorang suami telah mengadakan perjanjian taklik talak ketika

akad nikah dilaksankan dan perjanjian itu telah disepakati bersama, maka

perjanjian taklik talak itu dianggap sah untuk semua bentuk taklik.

Apabila suami melanggar perjanjian tersebut, maka istri dapat

mengajukan cerai kepada hakim yang telah ditunjuk oleh pihak yang

berwenang. Inilah yang merupakan sarana yang baik dalam

menanggulangi nusyuz dari pihak suami yang ada di Indonesia.39

Bila dibandingkan dengan tata cara menanggulangi nusyuz istri

sebagaimana diatur dalam QS. An-Nisa [4]: 34 dan 128 yang berbicara

tentang penanggulangan nusyuz suami terkesan sangat bias gender,

diskriminatif, atau sangat tidak berpihak kepada kepentingan perempuan.

Betapa tidak, ketika istri yang berbuat nusyuz, suami diperbolehkan

melakukan tiga macam tindakan, yakni menasehati, pisah ranjang, dan

memukul istrinya yang nusyuz. Sebaliknya bila suami yang berbuat

nusyuz terhadap istrinya, jangankan memukul, sekedar menasehati

suaminya saja seorang istri tidak dianjurkan. Yang dianjurkan untuk

38 Sayuti Thallib, Hukum Kekeluargaan, h. 94 39 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, cet

VI (Jakarta : Kencana, 2012) h. 398

Page 47: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

37

dilakukan istri justru mengalah dan atau menoleransi sikap nusyuz yang

dilakukan suaminya terhadap istrinya.40

Imam Malik memberikan ulasan tentang cara menanggulangi suami

yang nusyuz oleh istri yang sangat ramah terhadap gender, yaitu:

permulaan dengan cara musyawarah yang dilakukan istri dan suami untuk

menyelesaikan suami nusyuz. Apabila dengan jalan musyawarah tetap

tidak tercapai perdamaian (antara suami istri yang bertikai), maka seorang

istri dibenarkan mengadukan (tindakan nusyuz) suaminya kepada hakim

(atau ke pengadilan). Bila pengaduannya diterima, selanjutnya hakim

yang akan memberikan nasihat kepada suaminya yang berbuat nusyuz

terhadapnya. Bila nasihat tidak mempan, maka hakim dapat melarang istri

untuk menaati suaminya yang nusyuz, dengan tetap mewajibkan kepada

suaminya untuk memberikan nafkah kepadanya. Bila nasehat hakim tidak

efektif untuk menyadarkan sang suami yang berbuat nusyuz, maka hakim

juga dapat memaksa suami pisah ranjang dengan istrinya atau untuk

sementara waktu hakim juga dapat meminta istri untuk tidak tinggal

dalam satu rumah dengan suaminya yang nusyuz. Jika dengan kedua cara

yang disebutkan terakhir ini, ternyata sang suami masih tetap belum dapat

menyadari kekeliruannya, maka sebagai alternatif ketiga, hakim dapat

menyiapkan algojo untuk melakukan pemukulan terhadap suami yang

berbuat nusyuz terhadap istrinya. Bila setelah dilakukan pemukulan

ternyata sang suami yang berbuat nusyuz terhadap istrinya masih belum

40 Mujar Ibnu Syarif, “Pemukulan Istri Terhadap Suaminya Ketika Nusyuz Menurut Perspektif Hukum Islam”, Ahkam IX, no. 2 (September 2007): h. 120-121

Page 48: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

38

juga memperbaiki sikapnya, maka hakim dapat memutuskan ikatan

perkawinan antara keduanya, jika sang istri menghendakinya. Pendapat

Imam Malik tersebut seimbang dengan sikap yang harus diambil suami

untuk menanggulangi nusyuz istrinya. Bedanya, untuk kasus nusyuz

suami, ketiga penyelesaian nusyuznya, yakni menasehati, meminta pisah

ranjang dan pemukulan dilakukan oleh hakim, bukan langsung oleh istri

yang suaminya berbuat nusyuz kepadanya.41

Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam

menanggulangi nusyuznya suami dengan diadakannya perjanjian yang

membawa kepada perdamaian, sehingga suami tidak sampai menceraikan

istrinya, diantaranya dengan kesedian istri untuk dikurangi hak materi

dalam bentuk nafkah atau kewajiban nonmateri yang lainnya.42

D. Faktor-faktor Istri melakukan Nusyuz

Mengarungi bahtera rumah tangga pasti memiliki cobaan dan rintangan. Di

mana akan munculnya kedurhakaan atau tidak melaksanakan hak dan

kewajiban sebagai istri atau suami. Dalam hal ini dapat dikatan sebagai

nusyuz. Nusyuz ini ditimbulkan oleh beberapa sebab, bisa jadi sebabnya datang dari

pihak istri atau dari pihak suami, pihak kerabat atau orang luar, atau karena

faktor lain. Faktor yang menyebabkan istri melakukan nusyuz adalah:43

a. Persoalan Ekonomi

41 Mujar Ibnu Syarif, “Pemukulan Istri Terhadap Suaminya Ketika Nusyuz Menurut Perspektif Hukum Islam”, Ahkam IX, no. 2 (September 2007): h. 120-121

42 Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, h. 194 43https://fadhlihsan.wordpress.com/2010/08/04/nusyuz-petaka-dalam rumah-tangga/,

diakses jam 05:16, tanggal 7 Mei 2015

Page 49: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

39

Persoalan ekonomi adalah suatu hal yang sangat urgent dalam rumah

tangga. Sebagai kepala rumah tangga suami harus dapat memenuhi biaya

hidup istri, yakni belanja sandang dan papan. Perhiasan ataupun

kebutuhan dandan istri. Dengan begitu istri dapat melakukan

kewajibannya dalam mengurus rumah tangga. Namun terkadang istri

tidak mensyukuri ats penghasilan suami. Ketika suami telah berusaha

maksimal, istri tetap menuntut lebih dari kemampuan suami.44

b. Faktor seksual

Salah satu penyebab istri bersikap acuh terhadap suami ialah ketika istri

mengetahui bahwa suaminya menderita impotensi. Impotensi adalah cacat

seksual yang mengakibatkan seorang suami tidak mempunyai potensi

untuk melakukan hubungan seksual. Atau dapat juga dengan sibuknya

sang suami dalam bekerja sehingga istri tidak diperhatikan kebutuhan

seksualnya. Suami yang bekerja berlebihan mengakibatkan energy dan

minat terhadap seks menjadi menurun, sebagai akibatnya kebutuhan

libido istri tidak terpenuhi yang dapat berdampak istri mencari kepuasaan

diluar. 45

c. Seorang istri sibuk berkarier di luar rumah hingga menelantarkan urusan

rumah tangganya, bahkan suami pun tersia-siakan.

d. Istri tidak mengetahui bagaimana menjalani kehidupan rumah tangga,

tidak mengerti hak dan kewajibannya terhadap suami.

44 Uwes Hujjatul Islam, Penyelesaian Perceraian Karena Istri Nusyuz: Studi Pada Pengadilan Agama Serang) (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 53

45 Uwes Hujjatul Islam, Penyelesaian Perceraian Karena Istri Nusyuz: Studi Pada Pengadilan Agama Serang), h. 53

Page 50: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

40

e. Khayalan seorang wanita sebelum menjalani kehidupan rumah tangga.

Dalam bayangannya pernikahan itu ibarat taman bunga yang selalu indah,

harum semerbak, didampingi seorang kekasih yang selalu sejalan, penuh

cinta dan pengertian. Namun ketika ia memasuki kehidupan rumah

tangga, ia tidak mendapatkan apa yang dia khayalkan sebelumnya hingga

kekecewaan merebak di hatinya.

f. Nusyuz juga dapat disebabkan oleh sifat dan sikap istri yang selalu

menyusahkan suaminya, suka membuat gaduh, suka bertengkar baik itu

ada sebabnya maupun tidak.46

46 Husni Mubarok, Nusyuz (Studi Komparatif antara Imam As-Syafii dan Amina Wadud)

(Skripsi S1 Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009), h. 27

Page 51: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

41

BAB III

NAFKAH IDDAH

A. Pengertian Nafkah Iddah

Nafkah iddah berasal dari dua kata yaitu nafkah dan iddah. Nafkah berasal

dari bahasa Arab ) نفقة –ینفق –نفق( nafaqa-yanfuqu-nafaqatan yang berarti

biaya, belanja, pengeluaran uang.1 Nafkah berarti apa yang diberikan suami

pada istri dan anak-anaknya berupa makanan, pakaian, tempat tinggal dan

sejenisnya.2 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia nafkah adalah belanja

untuk hidup yang dilakukan oleh suami.3 Nafkah dalam hal ini adalah

penyediaan kebutuhan istri seperti makanan, tempat tinggal, pembantu, dan

obat-abatan, meskipun sang istri kaya. Sebab nafkah merupakan suatu yang

wajib bagi suami kepada istri.4 Sedangkan iddah berasal dari bahasa Arab

yang diambil dari kata “al add” dan ‘al ihsha” yang berarti hitungan. Disebut

demikian karena iddah pada umumnya mengandung jumlah quru’ dan bulan.5

Dapat berarti juga sesuatu yang dihitung oleh perempuan, ia menempatinya

dalam beberapa hari dan masa.6 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) iddah adalah masa tunggu bagi wanita yang berpisah dengan suami,

1 Ahmad Warso Munawir, Al-Munawir: Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka

Progresif, 1997), h. 1449 2 Abu Malik Kamal bin As-Sayid Salim, Shahih Fikih Sunnah Jilid 3, diterjemahkan oleh

Khairul Amru Harahap, Faisal Saleh, Editor Besus Hidayat Amin, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007). h. 314

3 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 947

4 Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah jilid 3, dterjemahkan oleh Abu Syauqina dan Abu Aulia Rahma, (Jakarta: PT Tinta Abadi Gemilang, 2013). h. 430

5 Abu Malik Kamal, Shahih Fikih Sunnah, h. 499 6 Ali yusuf As-Subki, Fiqh Keluarga: Pedoman Berkeluarga dalam Islam, diterjemahkan

oleh Nur Khozin, (Jakarta: Amzah, 2012). h. 348

Page 52: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

42

baik karena ditalak maupun bercerai mati.7 Ringkasnya, iddah adalah istilah

untuk masa-masa bagi seorang perempuan menunggu dan mencegah dirinya

dari menikah setelah wafat sang suami atau setelah suaminya menceraikan

dirinya.8 Dari pengertian kata di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa nafkah

iddah adalah pemberian atau penyediaan kebutuhan istri dalam masa

menunggu dan mencegah dirinya dari menikah setelah wafatnya sang suami

atau setelah suaminya menceraikan dirinya. Dalam masa menunggu tersebut

maka istri (mantan istri) mendapatkan nafkah iddah selama dalam iddahnya.

B. Dasar Hukum Nafkah Iddah

1. Al - Quran

Wanita yang menjalani iddah talak raj’i tetap dianggap sebagai

istri, sebab kepemilikan nikah tetap ada. Karena itu kalangan ahli ilmu

menyepakati kewajiban memenuhi hal-hal yang dibutuhkan bagi

kelangsungan hidup mantan istri. Seperti nafkah, tempat tinggal, dan

sandang. Hal ini berdasarkan firman Allah QS. At-thalaq [65]: 6

من حیث سكنتم من وجدكم ولا تضاروھن لتضیقوا علیھن وإن كن أولت حمل أسكنوھن وفبمعر ینكماتوھن أجورھن وأتمروا ب فأنفقوا علیھن حتى یضعن حملھن فإن أرضعن لكم ف

٦أخرى ۥوإن تعاسرتم فسترضع لھArtinya :” Temapatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat

tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu

menyusahkan mereka untuk menyempitkan hati mereka dan

jika mereka (istri-istri yang sudah ditalak) itu sedang hamil,

maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hinga mereka

bersalin, kemudian bila mereka menyusukan anak-anak mu

untukmu maka berikanlah kepada mereka imblannya, dan

7 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 516 8 Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid 4, h. 1

Page 53: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

43

musyawarahkanlah diantara kamu sekalian (segala sesuatu)

dengan baik dan jika kamu menemui kesulitan maka

perempuan lain dapat menyusukan (anak itu) untuknya”. (QS.

At-Thalaq[65]: 6)

ٱللھلا یكلف ٱللھفلینفق مما ءاتىھ ۥومن قدر علیھ رزقھ ۦمن سعتھ ذو سعة لینفق

٧ ایسر بعد عسر ٱللھنفسا إلا ما ءاتىھا سیجعل

Artinya: “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut

kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezkinya

hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah

kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang

melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah

kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.(QS.

At-thalaq [65]: 7)

QS. At-Taubah [9]: 121

أحسن ما ٱللھولا یقطعون وادیا إلا كتب لھم لیجزیھم ولا كبیرة صغیرة ینفقون نفقة ولا

١٢١كانوا یعملون

Artinya: “Dan mereka tiada menafkahkan suatu nafkah yang kecil dan

tidak (pula) yang besar dan tidak melintasi suatu lembah,

melainkan dituliskan bagi mereka (amal saleh pula) karena

Allah akan memberi balasan kepada mereka yang lebih baik

dari apa yang telah mereka kerjakan”.(QS. At-Taubah [9]:

121)

QS. Al-Baqarah [2]: 233

٢٣٣لا تكلف نفس إلا وسعھا ٱلمعروفرزقھن وكسوتھن ب ۥلھ ٱلمولودوعلى

Artinya:”dan kewajiban ayah (suami) memberi makan dan pakaian

kepada para ibu dengan cara yang makruf. Tempatkanlah

mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal menurut

Page 54: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

44

kemampuan dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk

meyempitkan (hati) mereka ” (QS. Al-Baqarah [2]: 233)

2. Hadist Nabi

Hadist Nabi yang disampaikan oleh Fatimah binti Qais, bahwasannya

nabi bersabda,

9انما النفقة والسكني للمرأة اذا كان لزوجھا علیھا الرجعة

Artinya:”Sesungguhnya nafakah dan tempat tinggal adalah hak istri jika

suaminya memiliki hak rujuk atasnya.

Hadist riwayat Jabir yang mendeskripsikan haji Nabi SAW yang

memuat sabda beliau:

فاتقوا اهللا في النساء فانكم اخذ تموھن بكلمة اهللا واستحللتم فروجھن بكلمة اهللا لكم علیھن ان ال یوطئن فرشكم احدا تكرھو نھ فان فعلن ذلك فاضربوھن ضربا غیر مبرح ولھن علیكم رزقھن

10كسوتھن بالمعروفو Artinya:”Bertakwalah kalian kepada Allah ketika menggauli perempuan.

Sungguh, kalian telah mengambil mereka dengan kalimat Allah dan

menhalalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah. Hak kalian atas

mereka adalah agar mereka tidak mengizinkan seorangpun yang tidak

kalian sukai untuk memasuki rumah kalian. Apabila mereka melakukan itu

maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak menyakitkan. Dan hak

mereka atas kalian adalah nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang

patut”. (HR. Muslim)

Hadist di atas di samping menjelaskan bahwa istri adalah amanah dari

Allah di tangan suami, juga menjelaskan kewajiban suami untuk memelihara

9 An-Nasai, Sunan An-Nasai, Jilid 6 (libanon, Beyrouth- Dar El-fikr, 2005) h. 144-445 10 Imam Abu Husain Muslim bin Al-Hajaj Al-Qusyairi Al-Naisyaburi, Shahih Muslim, h.

301

Page 55: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

45

amanah itu dengan cara memelihara dan memberikan nafkah kepadanya

dalam bentuk makanan dan pakaiannya.11

Ayat dan hadist di atas mengatakan bahwa suami berkewajiban

memberikan nafkah kepada istrinya dengan cara yang patut. Para ulama

sepakat bahwa nafkah wajib diberikan suami kepada istrinya yang merdeka

dan tidak berbuat nusyuz (durhaka). Mereka berbeda pendapat mengenai istri

yang berbuat nusyuz. Dalam hal istri berbuat nusyuz ulama berpandangan

yaitu:12

1. Jumhur ulama sepakat bahwa istri yang berbuat nusyuz tidak wajib diberi

nafkah.

2. Sedangkan segolongan ulama lain berpendapat bahwa istri yang berbuat

nusyuz wajib diberi nafkah.

Penyebab perbedaan ini karena bertentangannya hadis Nabi saw. yang

umum dengan maksud yang dapat dipahami dari pemberian nafkah itu. Sabda

nabi yang bermakna umum yaitu: “Kalian mempunyai kewajiban kepada

istri-istri kalian untuk memberi mereka makanan dan pakaian dengn

carayang patut,” menetapkan bahwa hak istri, baik yang berbuat nusyuz

maupun yang tidak berbuat nusyuz adalah sama dalam hal mendapatkan

nafkah. Adapaun yang dapat dipahami dari pernyataan nafkah diberikan

11Abdul Wahab Abd. Muhaimin, Hukum Islam dan Kedudukan Perempuan Dalam

Perkawinan dan Perceraian, (Jakarta: Gaung Persada-Press, 2013), h. 146 12 Ibnu Rusydi, Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtashid jilid 2, diterjemahkan oleh

Mad’ Ali, (Bandung: trigenda karya, 1996), h. 146

Page 56: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

46

kepada istri agar dapat istimta (bersenang-senang dengannya) menetapkan

tidak ada kewajiban memberikan nafkah kepada istri yang berbuat nusyuz.13

Menurut pendapat umum yang ada sampai saat ini dalam lingkungan ahli

fiqh Islam bahwa biaya istri yang telah ditalak oleh suaminya tidak menjadi

tanggungan suaminya lagi. Pendapat itu yang banyak pengikutnya terutama

lagi, kalau dalam perceraian itu si istri yang diangap bersalah, sehingga suami

menjatuhkan talak sebab nusyuznya istri, sehingga istri tidak mendapatkan

biaya nafkah selama masa iddah tersebut.14

3. Dasar Hukum Perdata

1. Undang-undang perkawinan No. 1 Tahun 1974 pasal 41 huruf cyang

berbunyi: “Pengadilan Agama dapat mewajibkan kepada mantan

suami untuk memberikan biaya kehidupan dan atau untuk menentukan

suatu kewajiban bagi mantan suami”.15

2. Pasal 149 huruf b Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang berbunyi: “

Bilamana perkawinan putus karena talak, maka bekas suami wajib

memberikan nafkah, maskan dan kiswah kepada bekas istri selama

dalam masa iddah, kecuali bekas istri telah dijatuhi talak bain atau

nusyuz dan dalam keadaan tidak hamil.16

13 Ibnu Rusydi, Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtashid jilid 2, diterjemahkan oleh

Mad’ Ali, (Bandung: trigenda karya, 1996), h. 146 14 Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, (Jakarta: UI-Press, 1986), h. 131 15 Muhammad Amin Suma, Himpunan Undang-Undang Perdata Islam & Peraturan

Pelaksana Lainnya di Negara Hukum Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), h. 530-531 16 Muhammad Amin Suma, Himpunan Undang-Undang Perdata Islam & Peraturan

Pelaksana Lainnya di Negara Hukum Indonesia, h. 600

Page 57: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

47

3. Pasal 152 Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang berbunyi “Bekas istri

berhak mendapatkan nafkah iddah dari bekas suaminya, kecuali bila

nusyuz”.

C. Nafkah sebelum Perceraiaan

Terselenggaranya akad nikah menimbulkan adanya hak dan kewajiban

antara suami istri. Nafkah terjadi ketika akad nikah selesai secara sah. Hak

dan kewajiban antara suami istri timbul tanpa dapat dihindari, akad nikah

secara sah menyebabkan timbulnya hak dan kewajiban. Suami istri dituntut

untuk menunaikan kewajibannya masing-masing. Kelalaian diantara salah

satu pihak dalam menunaikan kewajibannya, berarti menelantarkan hak pihak

yang lain, begitulah hubungan suami istri sejak terjadinya akad perkawinan.17

Diantara kewajiban suami terhadap istri yang paling pokok adalah kewajiban

memberi nafkah, baik berupa makanan, pakaian (kiswah), maupun tempat

tinggal bersama.18 Berkenaan dengan nafkah yang berkaitan dengan hak istri

dalam pernikahan. Hak istri dalam pernikahan terdiri dari dua macam.

Pertama hak finansial, yaitu mahar dan nafkah. Kedua hak non finansial,

yaitu seperti hak untuk diperlakukan secara adil dan hak untuk tidak

disengsarakan. Dalam kaitan dengan pembahasan saat ini hanya berkenaan

dengan hak finansial dan terfokus dengan nafkah yang diberikan suami

terhadap istri.19

17Dedi Supriadi Dan Mustofa, Perbandingan Hukum Perkawinan Di Dunia Islam,

(Bandung: Pustaka Al-Fikriis, 2009) h.76 18 Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian fikih Lengkap, (Jakarta: Rajawali

Press, 2010), h. 163 19 Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah jilid 3, h. 412

Page 58: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

48

Konsepsi mengenai masalah kewajiban suami istri dapat dilihat dalam

Kompilasi Hukum Islam bab XII Hak dan Kewajiban Suami Istri. Bab ini

menjelaskan bahwa hak dan kewajiban suami istri telah ditentukan dan

diberikan kepada keduanya.20 Pemberian nafkah kepada istri dari suami

merupakan kewajiban yang harus diberikan oleh suami kepada istrinya.

Kewajiban ini terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 80 dan

81, yaitu:

1. Suami adalah pembimbing, terhadap isteri dan rumah tangganya, akan

tetap mengenai hal-hal urusan rumah tangga yang penting-penting

diputuskan oleh sumai isteri bersama.

2. Suami wajib melidungi isterinya dan memberikan segala sesuatu

keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya

3. Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada isterinya dan

memberi kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermanfaat

bagi agama, nusa dan bangsa.

4. sesuai dengan penghasilannya suami menanggung : nafkah, kiswah dan

tempat kediaman bagi isteri; biaya rumah tangga, biaya perawatan dan

biaya pengobatan bagi isteri dan anak; biaya pendididkan bagi anak.

5. Kewajiban suami terhadap isterinya seperti tersebut pada ayat (4) huruf

a dan b di atas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari

isterinya.

6. Isteri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya

sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf a dan b.

7. Kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat (5) gugur apabila isteri

nusyuz.

Pasal 81

20Dedi Supriadi Dan Mustofa, Perbandingan Hukum Perkawinan Di Dunia Islam, h.76

Page 59: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

49

1. Suami wajib menyediakan tempat kediaman bagi isteri dan anak-anaknya

atau bekas isteri yang masih dalam iddah.

2. Tempat kediaman adalah tempat tinggal yang layak untuk isteri selama

dalam ikatan perkawinan, atau dalam iddah talak atau iddah wafat.

3. Tempat kediaman disediakan untuk melindungi isteri dan anak-anaknya

dari gangguan pihak lain, sehingga mereka merasa aman dan tenteram.

Tempat kediaman juga berfungsi sebagai tempat menyimpan harta

kekayaan, sebagai tempat menata dan mengatur alat-alat rumah tangga.

4. Suami wajib melengkapi tempat kediaman sesuai dengan kemampuannya

serta disesuaikan dengan keadaan lingkungan tempat tinggalnya, baik

berupa alat perlengkapan rumah tangga maupun sarana penunjang

lainnya.

Pasal-pasal di atas menguraikan bahwa suami sebagai kepala rumah

tangga, adalah nahkoda dalam menjalankan rumah tangganya. Ia memiliki

hak dan kewajiban begitu pula istri. Secara umum, hak nafakah adalah hak

mutlak suami yang harus diberikan kepada istri baik sandang, pangan atau

pun papan. Dalam arti lain, suami memiliki hak untuk memberikan biaya

rumah tangga dan semua keperluan istri dan anak dan berbagai keperluan

lainnya. Lalai dalam memberikan nafkah memberikan pengaruh hukum bagi

keduanya. Dalam hal ini, hak nafkah atas suami kepada istrinya merupakan

Page 60: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

50

suatu tanggung jawab penuh selama istri setia atau tidak melakukan hal-hal

yang dilarang oleh agama dan tanpa seizin suami (nusyuz).21

Mengenai pemberian nafkah yang terjadi selama pernikahan akan dibahas

tentang:

1. Waktu Pemberian Nafkah

Waktu pemberian nafkah kepada istri ulama berbeda pendapat yaitu:22

a. Malik berpendapat bahwa mencari nafkah tidak diwajibkan kepada

seorang suami kecuali setelah dia mencampuri istrinya atau mengaku

telah mencampurinya dan suami telah baligh.

b. Abu Hanifah dan Syafii berpendapat bahwa suami yang belum baligh

pun wajib memberi nafkah apabila istrinya sudah baligh. Adapun jika

suami sudah baligh sementara istri belum baligh, Syafi’I mempunyai

dua pendapat, yaitu:

1) Sama dengan pendapat Malik di atas

2) Istri berhak mendapatkan nafkah dari suaminya secara mutlak,

baik sudah dicampuri maupun belum.

Penyebab perbedaan pendapat di antara mereka ialah apakah nafkah

itu merupakan tujuan istimta (bolehnya bersenang-senang dengan

istri) atau merupakan tujuan bahwa istri sudah terikat oleh suaminya,

seperti suaminya berpergian atau sedang sakit.

21 Dedi Supriadi Dan Mustofa, Perbandingan Hukum Perkawinan Di Dunia Islam, h. 78 22 Ibnu Rusydi, Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtashid, h. 144-145

Page 61: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

51

2. Penyebab Pemberian Nafkah

Syariat mewajibkan memberikan nafkah bagi istri atas suami karena

berdasarkan akad pernikahan yang sah. Wahbah Zuhaili dalam kitabnya

Al Fiqh al Islam Wa Adilatuhu mengemukakan penyebab pemberian

nafkah kepada istri, dalam bukunya ulama mengalami perbedaan

pendapat, diantaranya:23

a. Kalangan Hanafiyah berpendat bahwa yang menjadi alasan mengapa

seorang suami diwajibkan menafkahi istrinya sebagai imbalan dari

hak suami untuk membatasi kebebasan gerak-gerik si istri, dan pihak

istri memberikan loyalitasnya kepada ketentuan suami. Begitu akad

nikah diucapkan secara sah kebebasan seorang istri menjadi terbatas

oleh beberapa ketentuan sebagai seorang istri. Istri tidak lagi

dibolehkan secara bebas bepergian ke mana-mana atau melakukan

sesuatu kebijakan kecuali dengan lebih dahulu berkonsultasi dengan

pihak suami. Atas dasar itu, maka istri berhak mendapatkan nafkah

dari suaminya. Sebagaimana kaidah fiqh mengatakan:

“setiap orang yang dibatasi kewenangan dan diambil manfaatnya

oleh suatu pihak, maka nafkahnya harus dijamin oleh pihak yang

membatasi dan mengambil manfaatnya itu”.

Oleh karena itu yang menjadi penyebab wajibnya nafkah atas

suami untuk istrinya adalah kewenangan suami untuk membatasi

ruang gerak istri dan kerelaan istri untuk memberikan loyalitasnya,

23 Wahbah Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adilatuhu, diterjemahkan oleh Abdul Hayyie al-

Khatani dkk (Jakarta: Gema Insani, 2011), h. 111

Page 62: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

52

maka kewajiban memberikan nafkah tetap dibebankan kepada suami

untuk istri selama hal yang menjadi sebabnya itu masih dimilikinya.

Atas dasar itu suami wajib menafkahi istrinya yang masih dalam

iddah, baik disebabkan oleh cerai talak. Maka hak nafkah menjadi

gugur apabila istri tidak lagi memberikan loyalitasya kepada suami,

dalam artian sudah tidak lagi mematuhi atau membangkang kepada

suami. Yang sering dikatakan dengan istilah nusyuz. Jika istri nusyuz

maka akan menyebabkan hilangnya nafkah atas diri istri.24

b. Mayoritas ulama dari kalangan Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah

berpendapat bahwa alasan mengapa pihak suami diwajibkan

menafkahi istrinya adalah karena adanya hubungan timbal balik antara

suami istri. Atau dengan kata lain yang menjadi sebab adalah posisi

suami sebagai suami dan istri sebagai istri, termasuk kewajiban istri

untuk menyerahkan dirinya kepada suami secara sukarela untuk

diperlakukan sebagai istri. Hubungan suami istri telah diikat dengan

tali perkawinan sah di samping mempunyai konsekuensi di mana istri

wajib bersedia menyerahkan dirinya kepada suaminya untuk

diperlakukan sebagai istrinya.

3. Syarat-syarat wajib Nafkah

Beberapa persyaratan agar nafkah berhak untuk didapatkan oleh istri

dari suaminya, yaitu:25

24Abdul Wahab Abd. Muhaimin, Hukum Islam dan Kedudukan Perempuan Dalam

Perkawinan Dan Perceraian, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2013), h. 149 25 Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah Jilid 3, h. 432

Page 63: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

53

a. Akad pernikahan yang dilakukan adalah sah (legal). Jika tidak maka

suami tidak wajib menafkahinya, dan istri tidak bisa dianggap sebagai

pengabdi pada suami sebab ia tidak bisa tinggal serumah dengan

suami mengingat akad nikahnya tidak sah, sehingga konsekuensinya

ia pun tidak berhak menerima nafkah.

b. Istri menyerahkan dirinya kepada suami.

c. Istri memungkinkan suami untuk menikmatinya. Dalam artian istri

bukan anak kecil atau memiliki halangan yang tidak memungkinkan

untuk disenggamainya.

d. Istri tidak menolak untuk berpindah ke tempat mana pun yang

dikehendaki oleh suami.

e. Kondisi keuangan suami baik. seandainya ia sedang mengalami

kesulitan ekonomi dan tidak mampu memberi nafkah, maka ia tidak

wajib memberi nafkah selama krisis.26 Hal ini berdasarkan firman

Allah, “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut

kemempuannya, Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang

melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya.”(Qs. At-

Thalaq:7)

f. Istri setia sepenuhnya pada suami dan tidak membangkang. Jika istri

sudah enggan menaati suami, maka tidak ada kewajiban nafkah

untuknya.27

26 Abu Malik Kamal, Shahih Fikih Sunnah Jilid 3, h. 317 27 Abu malik Kamal, Shahih Fikih Sunnah Jilid 3, h. 317

Page 64: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

54

Apabila salah satu dari syarat-syarat itu tidak terpenuhi maka nafkah

tidak wajib untuk diberikan. Untuk itu, maka semua persyaratan yang

disebutkan di atas harus terpenuhi sehingga nafkah dapat atau berhak

untuk diberikan suami atas istrinya.

4. Ukuran Nafkah

Adapun mengenai ukuran nafkah yang wajib diberikan terdapat

beberapa pendapat, yaitu:28

a. Malik berpendapat bahwa ukuran nafkah tidak ditentukan di dalam

syara’ hal itu bergantung pada ukuran yang dituntut oleh kondisi

suami istri. Ukuran itu berbeda-beda sesuai dengan perbedaan

kedudukan, waktu dan kosndisi. Pendapat Malik ini disepakati pula

oleh Abu Hanifah.

b. Syafi’i berpendapat bahwa ukuran minimal pemberian nafkah itu

sudah ditentukan, yaitu suami yang kaya wajib memberikan nafkah 2

mud, bagi suami yang menengah wajib memberikan nafkah 1ଵଶ mud,

dan bagi suami yang miskin wajib memberikan nafkah 1 mud.

5. Gugurnya Nafkah

Nafkah untuk istri dapat gugur atau hilang disebabkan oleh beberapa

hal, yaitu:29

a. Lewatnya masa tanpa ada keputusan Mahkamah atau saling

merelakan

28 Ibnu Rusydi, Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtashid, h. 145 29 Wahbah Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adilatuhu, diterjemahkan oleh Abdul Hayyie al-

Khatani dkk (Jakarta: Gema Insani, 2011), h. 104-106

Page 65: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

55

Menurut mazhab Hanafi, nafkah istri gugur jika masanya lewat

setelah ditetapkan kewajibannya sebelum nafkah itu menjadi utang

dalam tanggungan. Tetapi, nafkah itu tidak gugur jika lewat masanya

setelah ditetapkan mahkamah dan menjadi utang. Mazhab Malikiyah

dan mazhab lainnya berpendapat bahwa nafkah istri tidak gugur

dengan dengan lewatnya masa dan sang suami kembali memberi

nafkah kepada istri dengan nafkah yang baru.30

b. Pembebasan Nafkah yang Telah Lewat

Pembebasan atas nafkah yang telah lewat termasuk salah satu sebab

yang menggugurkan utang wajib. Akan tetapi, ulama Hanafiyah

berpendapat bahwa membebaskan atau memberikan nafkah yang akan

datang, karena nafkah istri itu wajib diberikan secara berkala sesuai

waktu dan kebutuhan.

c. Wafatnya salah satu dari Suami Istri

Jika seorang lelaki meninggal dunia sebelum memberikan nafkah,

istrinya tidak berhak atas nafkah tersebut. Dan jika yang meninggal

istri, ahli warisnya juga tidak berhak mengambil nafkahnya.

d. Nusyuz

Nusyuz yaitu maksiat yang dilakukan istri atas hak suaminya dalam

hal-hal yang mewajibkannya melalui akad nikah. Nafkah istri

dianggap gugur atau hilang jika ia melakukan nusyuz, meski dengan

menolak bersentuhan tanpa uzur, yang menjadi pembukaan untuk

30 Wahbah Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adilatuhu, h. 105

Page 66: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

56

melakukan senggama. Karena, nafkah itu sebagai pengganti

kesenangan yang diperoleh. Jika istri menolak disentuh maka ia tidak

berhak untuk mendapat nafkah dari suaminya. Ulama Hanafiyah

berpendapat bahwa nafkah yang gugur karena nusyuz dan mati adalah

nafkah yang wajib, bukan nafkah yang diutangkan menurut pendapat

yang ashah.31

Adapun jika istri keluar rumah tanpa izin suami, atau bepergian tanpa

izin, atau melakukan ibadah haji tanpa izin maka itu juga termasuk

nusyuz, kecuali dalam keadaan darurat atau uzur. Adapun jika

keluarnya istri dari rumah itu atas izin suaminya maka ulama

syafiiyah membuat perincian sebagai berikut: jika perginya itu

bersama suami atau karena memenuhi kebutuhan suami maka

nafkahnya tidak gugur. Namun jika untuk memenuhi kebutuhannya

sendiri maka nafkahnya menurut qaul yang azhar. Ulama Hanabilah

berpendapat bahwa seorang istri tidak berhak mendapatkan nafkah

jika ia keluar tanpa izin suaminya, baik keluarnya untuk keperluan

sendiri, berwisata, atau berziarah meski dengan izin suami, atau dalam

menjalani hukuman buang, atau ditahan meski karena zhalim, atau

puasa kafarat, atau mengqadha puasa Ramadhan yang waktunya msih

luas, atau puasa secara mutlak, atau melakukan ibadah haji baik

sunnah maupun nadzar dan tanpa izin dari suami. Akan tetapi,

31 Wahbah Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adilatuhu, h. 105-106

Page 67: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

57

menurut Hanabilah dan Malikiyah, nafkahnya tidak gugur jika ia

menjalankan ibadah haji wajib.

D. Ketentuan Pemberian Nafkah Iddah

Para ulama sepakat bawa wanita atau perempuan yang berada dalam masa

iddah talak raj’i berhak mendapatkan nafkah dan tempat tinggal dari suami

yang mentalaknya. Meraka juga sepakat menyatakan bahwa perempuan hamil

yang dicerai suaminya, baik dengan talak raj’i maupun talak bain, berhak

mendapatkan nafkah dari suaminya.32

Nafkah dari seorang suami tidak hanya sewaktu dia masih menjadi istri

sahnya dan terhadap anak-anak dari istri itu, suami wajib menafkahinya

bahkan pada saat perceraian. Terkadang ada seorang mantan suami yang

memperlakukan istri dan membuatnya sengsara setelah talak pertama dan

ketika ia menjalani masa iddah. Hal ini tidak dibolehkan, dia harus memberi

nafkah yang yang seimbang, sesuai dengan standar hidup suami.33

Perempuan yang tetap diberi nafkah pada masa iddah terdapat pada

perempuan yang sedang beriddah dari talak raj’i dan perempuan yang sedang

beriddah dalam keadaan hamil berhak mendapatkan tempat tinggal dan

nafkah. Sedangkan para ulama berbeda pendapat berkenaan dengan

32 Chuzaimah Tahido Yanggo dan Hafiz Anshary ed. Problematika Hukum Islam

Kontemporer, Cet. V, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008) h. 201 33 Abdur Rahman I. Doi, Karakteristik Hukum Islam dan Perkawinan (Syari’ah I),

diterjemahkan oleh Zaimudin dan Rusydi Sulaiman, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996) h. 372-373

Page 68: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

58

perempuan yang dalam iddah talak bain.34 Berkenaan dengan perempuan

yang ditalak raj’i sesuai dengan firman Allah.

“Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal menurut

kemampuanmu…..”(Qs. At-Thalaq: 6)

Adapun perempuan yang dalam keadaan iddah akibat talak ba’in, para

ulama berbeda pendapat, jika perempuan yang ditalak bain tidak dalam

keadaan hamil, yaitu:35

a. Dia berhak mendapatkan tempat tinggal dan ia tidak berhak mendapatkan

nafkah. Hal ini merupakan pendapat Malik dan Syafi’i, mereka

berlandaskan dengan firman Allah,

“Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal

menurut kemampuannmu.”(Qs. At-Thalaq: 6)

b. Dia berhak mendapatkan nafkah dan tempat tinggal. Hal ini merupakan

pendapat Umar bin Khatab, Umar bin Abdul Aziz, ats-Tsauri, dan para

ulama mazhab Hanafi. Mereka berdasarkan atas keumuman firman

Allah, yaitu:

“Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal

menurut kemampuannmu.”(Qs. At-Thalaq: 6)

Nash yang yang menyebutan kewajiban tempat tinggal, dan kapan saja

tempat tinggal wajib secara syar’i, maka nafkah wajib pula karena nafkah

34 Ali Yusuf As-Subki, Fiqh Keluarga: Pedoman Berkeluarga, h. 358 35 Sayid Sabiq, FIqh Sunnah Jilid 3, h. 447

Page 69: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

59

mengikuti tempat tinggal bagi istri yang di talak raj’i, istri yang sedang hamil

dan istri yang ditalak bain.

Pendapat yang dikemukakan para ulama tersebut sejalan dengan ketentuan

nafkah iddah yang disebutkan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang

termuat dalam pasal 149 huruf b yaitu:36

“Bila perkawinan putus karena talak, maka bekas suami wajib memberi

nafkah, maskan dan kiswah kepada bekas istri selama massa iddah, kecuali

bekas istri telah dijatuhi talak bain atau nusyuz dan dalam keadaan tidak

hamil.”

pasal 152

“Bekas istri berhak mendapatkan nafkah iddah dari bekas suaminya, kecuali

bila ia nusyuz.”

Ketentuan di atas yang disebutkan oleh Kompilasi Hukum Islam (KHI)

menjalaskan bahwa nafkah iddah berhak untuk istri yang dicerai talak raj’i

dan perempuan yang dicerai dalam keadaan hamil.

Ketentuan nafkah iddah itu akan hilang jika istri melakukan nusyuz, yaitu

istri membangkan atau durhaka kepada suaminya. Tolak ukur mengenai istri

yang nusyuz adalah sang istri membangkang terhadap suaminya, tidak

mematuhi ajakan atau perintahnya, menolak berhubungan suami istri tanpa

alasan yang jelas dan sah berdasarkan hukum Islam dan/atau istri keluar

meninggalkan rumah tanpa seizin suaminya atau setidak-tidaknya diduga

36 Cik Hasan Bisri, Kompilasi Hukum Islam dan Peradilan Agama di Indonesia, (Jakarta:

Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 186

Page 70: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

60

sang suami tidak menyetujuinya.37 Maka terjadinya nusyuz istri

mengharamkannya dari hak nafkah dalam pembelanjaan-pembelajaan yang

berlaku antara suami dan pemanfaatan dengan istri.38 Maka dengan demikian

istri yang dalam keadaan iddah tidak berhak mendapatkan nafkah dari sang

suami, baik itu berupa makanan, pakaian ataupun tempat tinggal. Namun

ulama berbeda pendapat berkenaan dengan batasan nusyuz istri yang

mengakibatkan gugurnya nafkah, yaitu:39

Hanafi berpendapat manakala istri mengeram dirinya dalam rumah

suaminya, dan tidak keluar dari rumah tanpa izin suaminya. Maka dia massih

disebut patuh, sekalipun dia tidak bersedia dicampuri tanpa dasar syara’ yang

benar. Penolakannya yang seperti itu, sekalipun haram, tetap tidak

menggugurkan haknya atas nafkah. Bagi Hanafi, yang menjadi sebab

keharusan memberikan nafkah kepadanya adalah beradanya wanita tersebut

di rumah suaminya. Persoalan ranjang dan hubungan seksual tidak ada

hubungannya dengan kewajiban nafkah. Namun, apabila istri meninggalkan

rumah tanpa izin suami, atau menolak tinggal di rumah (suami) yang layak

baginya, maka dianggap istri nusyuz dan menurut kesepakatan seluruh

mazhab, dia tidak berhak atas nafkah. Hanya saja Syafii dan Hambali

menambahkan bahwa, apabila istri keluar rumah demi kepentingan suami,

maka hak atas nafkah tidak menjadi gugur. Tetapi bila bukan untuk

kepentingan suami, sekalipun dengan izinnya, gugurlah hak atas nafkahnya.

37 Zainudin Ali, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012) h. 55 38 Ali Yusuf As-subki, Fiqh Keluarga, h. 187 39 Muhamad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima: Ja’fari, Hanafi, Maliki, Syafi’I, Hambali,

Penerjemah Masykur A.B, Afif Muhamad, Idrus Al-Kaff, Cet. 27 (Jakarta: Lentera, 2012), h. 402-404

Page 71: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

61

Syafii dan Hanafi menambahakan walaupun istri berpergian dalam rangka

menunaikan ibadah haji wajib maka hak nafkahnya menjadi gugur,

sedangkan menurut Imamiyah dan Hambali menyatakan tidak gugur.40

Demikianlah perbedaan pendapat para fuqaha mengenai batasan nusyuz yang

menyebabkan istri tidak mendapatkan nafkah atau gugurnya nafkah dari

suami. Sedangkan menurut penulis jika istri keluar rumah tanpa izin dari

suaminya namun perginya tersebut untuk kepentingan suami maka istri tidak

dianggap nusyuz dan berhak mendapatkan nafkah iddah.

40 Muhamad Jawad Mughniyah, Fiqih Lima: Ja’fari, Hanafi, Maliki, Syafi’I, Hambali, h.

402-404

Page 72: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

62

BAB IV

Analisa Putusan Cerai Talak Di Pengadilan Agama Slawi

No. 2408/Pdt.G/2014/PA. Slawi

A. Profil Pengadilan Agama Slawi

1. Lokasi dan Sejarah1

Pengadilan Agama Slawi termasuk instansi yang relatif masih

muda karena baru dibentuk pada tahun 1987, beralamatkan di Jalan Gajah

Mada No. 34. Diresmikan pada hari Kamis tanggal 2 Juli 1987 M atau 6

Dzulqoidah 1407 H dan mulai melaksanakan kegiatannya pada tanggal 1

Nopember 1987. Sebelumnya para pencari keadilan di Kabupaten Tegal

dilayani oleh Pengadilan Agama Tegal yang berkedudukan di Tegal dan

saat itu wilayah hukumnya meliputi, Kabupaten dan Kotamadya Tegal.

Berdasarkan surat keputusan Menteri Agama Nomor : 207 Tahun

1986 Jo Keputusan Menteri Agama Nomor 18 Tahun 1987 dan

diresmikan berdirinya pada tanggal 2 Juli 1987 M/6 Dzulqo’dah 1407 H.

Mulai kegiatan tanggal 1 Nopember 1987. Dengan demikian maka baru

sejak 1 Nopember 1987, para pencari keadilan di Kabupaten Tegal

dilayani oleh Pengadilan Agama Slawi.

Sejarah dibentuknya Pengadilan Agama Slawi tidak terlepas dari

sejarah dipecahnya Wilayah Tegal menjadi 2 (dua) Wilayah

1 http://www.pa-

slawi.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=51&Itemid=66

Page 73: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

63

Pemerintahan, yaitu Wilayah Pemerintahan Kabupaten Tegal dan

Wilayah Pemerintahan Kotamadya Tegal.

Sebelum dipecah menjadi dua wilayah Pemerintahan , Ibu Kota

Kabupaten Tegal adalah di Kota Tegal sehingga hampir semua Kantor

Tingkat Kabupaten bertempat di Kota Tegal, termasuk Kantor Pengadilan

Agama Tegal yang wilayah Yuridiksinya meliputi wilayah Kabupaten

Tegal dan Wilayah Kota Madya Tegal.

Selanjutnya berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 2 tahun

1984 Ibu Kota Pemerintahan Dati II Tegal yang semula berasal di Kota

Tegal (wilayah Kota Madya) dipindahkan ke Kota Slawi (wilayah

Kabupaten) termasuk kantor-kantor tingkat Kabupaten, kecuali Kantor

Pengadilan Agama Tegal, sehingga para justiabelen yang berdomisili di

Wilayah Kabupaten Dati II Tegal mengajukan perkaranya ke Pengadilan

Agama Slawi yang diresmikan berdirinya pada tanggal 2 Juli 1987 atau

tanggal 6 Dzulqoidah 1407 Hijriyah. Pengadilan Agama Slawi mulai

kegiatannya pada tanggal 1 Nopember 1987 dengan hanya didukung oleh

6 personil yang terdir dari :

1) H.CHUMAIDI ZA, SH (Hakim/Ketua)

2) Drs. A NAJIB UMAR (Panitera Kepala)

3) Drs. MASYKURIN HAMID

4) Drs. MUHAMMAD MA’MUN

5) BAEDOWI, BA

6) ARWANI, BA

Page 74: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

64

2. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Slawi

Struktur organisasi Pengadilan Agama Slawi saat ini, meliputi:

a. Ketua : Drs. Masthur Huda, SH., MH

b. Wakil Ketua : Drs. Mohamad Moenawar Subkhi

c. Hakim-hakim : 1. Drs. Khaerun

2. Drs. Nursidik, MH

3. Drs. Fahrudin, MH

4. Drs. Ahmad Faiz, SH., M.Si

5. Drs. Suharto, MH

6. Drs. Mahsun

7. Drs. H. Subandi Wiyono, SH

d. Panitera/Sekretaris : H. Machyat, S. Ag., MH

e. Wakil Panitera : Agus Hirsyam, SH

f. Wakil Sekretaris : Hj. Nur Urdimatiningsih, SH

g. Panitera Muda Permohonan : Sobirin, BA

h. Panitera Muda Gugatan : Mundzir, SH

i. Staf Panmud Gugatan : Siti Izati, SH

j. Panitera Muda Hukum : Drs. Hj. Hunaenah

k. Sub Bagian Kepegawaian : H. Masruri

l. Sub Bagian Keuangan : -

m. Sub Bagian Umum : H. M. Subchan, SH

n. Panitera Pengganti :1. Taurotun, SH

2. Bustomi, SH

Page 75: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

65

3. Pupri Cahyono, SH

o. Juru Sita :1. Jamroni

2. H. Masruri

3. H. M. Subchan

3. Kekuasaan atau Yuridiksi

Kekuasan disini sering disebut dengan kompetensi yang berasal dari

bahasa Belanda “Competentie” yang kadang-kadang diterjemahkan pula

dengan “kewenangan”, sehingga ketiga kata tersebut dianggap semakna.

Berbicara tentang kekuasaan peradilan dalam kaitannya dengan Hukum

Acara Perdata, biasanya menyangkut dua hal, yaitu “kekuasaan absolut

dan “kekuasaan relatif”.2

a. Kompetensi Absolut

Kekuasaan absolut adalah kekuasaan Pengadilan yang

berhubungan dengan jenis perkara atau jenis Pengadilan atau tingkat

Pengadilan, dalam perbedaannya dengan jenis perkara atau jenis

Pengadilan atau tingakat Pengadilan lainnya.3

Kewenangan atau tugas pokok Pengadilan Agama Tugas pokok

Pengadilan Agama Slawi sesuai dengan ketentuan Pasal 2 jo Pasal 49

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama

berbunyi sebagai berikut:

2 Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, Cet. 4, (Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada, 1995), h. 25 3 Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, Cet. 4, h. 27

Page 76: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

66

Pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus,

dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang

yang beragama islam di bidang:

1) Perkawinan

2) Waris

3) Wasiat

4) Hibah

5) Wakaf

6) Zakat

7) Infaq

8) Shadaqah

9) Ekonomi Syariah

Selain tugas pokok dimaksud di atas, Pengadilan Agama Slawi

mempunyai fungsi, antara lain sebagai berikut:

1) Fungsi mengadili, (judicial power), yaitu menerima, memeriksa,

mengadili dan menyelesaikan perkara.

2) Fungsi pembinaan, yaitu memberikan pengarahan, bimbingan, dan

petunjuk kepada pejabat struktural dan fungsional di bawah

jajarannya, baik menyangkut teknis yudisial, administrasi

peradilan, maupun administrasi umum/perlengkapan, keuangan,

kepegawaian, dan pembangunan.

3) Fungsi Pengawasan, yaitu mengadakan pengawasan melekat atas

pelaksanaan tugas dan tingkah laku Hakim, Panitera Sekretaris,

Page 77: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

67

Panitera Pengganti, dan Jurusita/Jurusita Pengganti di bawah

jajarannya agar peradilan diselenggarakan dengan seksama dan

sewajarnya.

4) Fungsi Nasehat, yaitu memberikan pertimbangan dan nasehat

tentang Hukum Islam kepada instansi pemerintah di daerah

hukumnya, apabila diminta.

5) Fungsi Administratif, yaitu menyelenggarakan administrasi

peradilan (teknis dan persidangan) dan administrasi umum

(kepegawaian, keuangan, dan umum/ perlengkapan).

b. Kompetensi Relatif

Kekuasaaan relatif diartikan sebagai kekuasaan pengadilan yang

satu jenis dan satu tingkatan, dalam perbedaannya dengan kekuasaan

pengadilan yang sama jenis dan sama tingkatan lainnya.4 Dengan

demikian kekuasaan relatif berhubungan dengan daerah hukum suatu

pengadilan, baik pengadilan tingkat pertama maupun pengadilan

tingkat banding.5

Tiap Pengadilan Agama mempunyai wilayah hukum tertentu.

Dalam hal ini meliputi satu kota madya atau satu kabupaten, atau

dalam keadaan tertentu sebagai pengecualiaan, mungkin lebih atau

mungkin kurang.6 Untuk itu Pengadilan Agama Slawi mempunyai

4Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, Cet. 4, h. 25 5 Cik Hasan Bisri, Peradilan Agama di Indonesia: Naskah Buku Daras (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2003), h. 218 6 A. Basiq Djalil, Peradilan Islam, (Jakarta: Amzah, 2012), h. 203

Page 78: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

68

yuridiksi untuk mengadili terdiri dari 18 kecamatan dan terdiri dari

280 desa, di antaranya yaitu:

1) Kecamatan Warureja, meliputi 13 desa;

2) Kecamatan Suradadi, meliputi 11 desa;

3) Kecamatan Kramat, meliputi 20 desa;

4) Kecamatan Tarub, meliputi 20 desa;

5) Kecamatan Talang, meliputi 13 desa;

6) Kecamatan Dukuhturi, meliputi 18 desa;

7) Kecamatan Adiwerna, meliputi 21 desa;

8) Kecamatan Pangkah, meliputi 22 desa;

9) Kecamatan Slawi, meliputi 10 desa;

10) Kecamatan Dukuhwaru, meliputi 10 desa;

11) Kecamatan Pagerbarang, meliputi 13 desa;

12) Kecamatan Margasari, meliputi 13 desa;

13) Kecamatan Lebaksiu, meliputi 15 desa;

14) Kecamatan Bojong, meliputi 16 desa;

15) Kecamatan Jatinegara, meliputi 17 desa;

16) Kecamatan Balapulang, meliputi 20 desa;

17) Kecamatan Bumijawa, meliputi 18 desa;

18) Kecamatan Kedung Banteng, meliputi 10 desa;

B. Duduk Perkara No. 2408/Pdt.G/2014/PA. Slw

1. Gambaran Putusan

Page 79: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

69

Pada perkara Nomor 2408/Pdt.G/2014/PA. Slw diketahui bahwa

antara pemohon dengan termohon telah melangsungkan pernikahan pada

tanggal 24 Maret 2012 yang dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah Kantor

Urusan Agama Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal (Kutipan Akta Nikah

Nomor : 150/67/III/2012 tanggal 26 Maret 2012. Dari perkawinan

tersebut pemohon dan termohon belum dikarunia anak. Jadi pernikahan

antara pemohon dan termohon itu adalah sah menurut hukum karena

merupakan pernikahan yang dicatatkan oleh pegawai pencatat nikah.7

Sejak dua bulan setelah pernikahan atau sekitar bulan Juni 2012

kehidupan rumah tangga Pemohon dengan Termohon sudah tidak ada

ketentraman lagi karena sering berselisih dan bertengkar karena

Termohon sebagai istri tidak bisa di atur oleh Pemohon dalam kehidupan

rumah tangga. Termohon seringkali melalaikan tanggungjawabnya

sebagai istri dan ibu rumah tangga. Semenjak hidup berumah tangga

Termohon seringkali membantah dan selalu acuh atas perintah dari

Pemohon;8

Akibat perselisihan dan pertengkaran tersebut yang terus berlanjut,

kemudian sekitar bulan Desember 2013 Pemohon dengan Termohon

terjadi pisah tempat tinggal. Karena sikap Termohon yang demikian

sehingga terpaksa Pemohon kembali kerumah orang tuanya sendiri di

Desa Mindaka, Kecamatan Tarub, Kabupaten Tegal yang hingga saat ini

7 Salinan Putusan Pengadilan Agama No. 2408/Pdt.G/2014/PA. Slw, h. 1 8 Salinan Putusan Pengadilan Agama No. 2408/Pdt.G/2014/PA. Slw, h. 2

Page 80: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

70

berjalan selama 8 bulan lebih dan selama itu pula Pemohon dengan

Termohon sudah tidak saling memperdulikan lagi.9

Kejadian di atas menuturkan bahwa antara pemohon dan termohon

sudah tidak dapat dibina dengan baik lagi, sehinga keluarga yang

diidamkan menjadi keluarga yang sakinah mawadah dan rahmah tidak

dapat tercapai. Pemohon merasa termohon sudah tidak ada lagi iktikad

baik untuk memertahankan rumah tangga dan tidak ada jalan terbaik

kecuali perceraian.

Alasan-alasan tersebut di atas, Pemohon berkesimpulan bahwa rumah

tangga antara Pemohon dengan Termohon tidak dapat dipertahankan lagi,

oleh karenanya Pemohon mohon kepada Ketua Pengadilan Agama Slawi

C.q Majlis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini, berkenan

menjatuhkan putusan sebagai berikut:10

1. Mengabulkan permohonan Pemohon;

2. Menetapkan memberi ijin kepada Pemohon (PEMOHON) untuk

menjatuhkan talak terhadap Termohon (TERMOHON);

3. Membebankan biaya perkara menurut hukum;

4. Mohon putusan yang seadil-adilnya

Pada hari sidang yang telah ditetapkan, Pemohon dan Termohon telah

datang menghadap sendiri di persidangan. Sesuai dengan PERMA No. 1

Tahun 2008 tentang Mediasi, Majelis Hakim berusaha mendamaikan

Pemohon dan Termohon akan tetapi tidak berhasil damai, kemudian

9 Salinan Putusan Pengadilan Agama No. 2408/Pdt.G/2014/PA. Slw, h. 2 10 Salinan Putusan Pengadilan Agama No. 2408/Pdt.G/2014/PA. Slw, h. 3

Page 81: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

71

dilakukan upaya perdamaian melalui mediasi oleh Drs. H. Subandi

Wiyono, S.H. Hakim Pengadilan Agama Slawi sebagai Mediator namun

gagal karena tidak tercapai kesepakatan damai, sebagaimana ternyata dari

Laporan Hasil Mediasi tanggal 29 September 2014.11

Setelah proses mediasi gagal, maka dibacakanlah surat permohonan

pemohon tersebut dalam persidangan tertutup untuk umum yang isinya

tetap dipertahankan oleh pemohon.

Pemohon juga menambahkan apabila terjadi perceraian akan

memberikan kepada termohon mut’ah kepada Termohon sebesar Rp.

1.000.000,- (satu juta rupiah) dan nafkah selama masa iddah sebesar Rp.

1.500.000,- (Satu juta lima ratus ribu rupiah).12

Bahwa atas permohonan pemohon tersebut termohon telah

menyampaikan jawaban secara lisan yang pada pokoknya membenarkan

seluruh dalil permohonan pemohon. Bahwa rumah tangga Pemohon dan

Termohon sudah sulit untuk dirukunkan lagi, tidak keberatan bercerai

dengan Pemohon dan Termohon menyatakan menerima pemberian

mut’ah dan nafkah iddah dari Pemohon tersebut.13

Untuk memperkuat dalil-dalil permohonannya Pemohon telah

mengajukan bukti tertulis berupa fotocopy Kartu Tanda Penduduk Nomor

3328141205760013, tanggal 07 Pebruari 2011 atas nama Pemohon.

11 Salinan Putusan Pengadilan Agama No. 2408/Pdt.G/2014/PA. Slw, h. 3 12 Salinan Putusan Pengadilan Agama No. 2408/Pdt.G/2014/PA. Slw, h. 5 13 Salinan Putusan Pengadilan Agama No. 2408/Pdt.G/2014/PA. Slw, h. 3

Page 82: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

72

Bermaterai cukup dan telah dinazegelen. Telah dicocokkan dan telah

sesuai dengan aslinya. Fotocopy Kutipan Akta Nikah Nomor

150/67/III/2012 Tanggal 24 Maret 2012 yang dikeluarkan oleh Kantor

Urusan Agama Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal. Bermaterai cukup

dan telah dinazegelen. Telah dicocokkan dan telah sesuai dengan aslinya

dalam persidangan, setelah diparaf oleh ketua Majlis lalu diberikan kode

P-1 dan P-2.14

Selain mengajukan bukti-bukti tertulis seperti surat-surat autentik.

Pemohon dan Termohon telah diperintahkan untuk memanggil saksi

dalam persidangan dari pihak keluarganya atau orang terdekat untuk

didengarkan dalam persidangan keterangannya. Untuk itu pemohon telah

menghadirkan saksi di persidangan. Saksi I, umur 43 tahun, agama Islam,

pekerjaan ibu rumah tangga, bertempat tinggal di Kabupaten Tegal.

Dalam kesaksiannya menerangkan sebagai berikut: saksi kenal dengan

Pemohon dan Termohon karena saksi Kakak Pemohon, setelah menikah,

Pemohon dan Termohon hidup bersama di rumah orang tua Termohon

dan belum dikaruniai anak; Bahwa Pemohon dan Termohon sering terjadi

perselisihan dan pertengkaran namun saksi tidak tahu masalahnya, Bahwa

Pemohon dan Termohon telah berpisah tempat tinggal, Pemohon pulang

ke rumah orang tua sendiri sejak Desember 2013. sampai dengan

sekarang sudah 8 bulan tidak pernah hidup bersama lagi, Bahwa saksi

14 Salinan Putusan Pengadilan Agama No. 2408/Pdt.G/2014/PA. Slw, h. 4

Page 83: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

73

sudah berusaha merukunkan Pemohon dan Termohon tetapi tidak

berhasil.15

Selanjutnya termohon juga telah menghadirkan saksi dari pihak

keluarganya, Saksi II, umur 35 tahun, agama Islam, pekerjaan dagang,

bertempat tinggal di Kabupaten Tegal. Dalam kesaksianya menerangkan

sebagai berikut: saksi kenal dengan Pemohon dan Termohon karena saksi

Keponakan Termohon. Bahwa setelah menikah, Pemohon dan Termohon

hidup bersama di rumah orang tua Termohon namun belum dikaruniai

anak. Bahwa antara Pemohon dan Termohon sering terjadi perselisihan

dan pertengkaran namun masalahnya saksi tidak tahu. Bahwa Pemohon

dan Termohon sekarang sudah pisah tempat tinggal, Pemohon pulang ke

rumah orang tua sendiri sejak Desember 2013 sampai dengan sekarang

sudah 8 bulan lamanya. Bahwa saksi sudah berusaha merukunkan

Pemohon dan Termohon tetapi tidak berhasil.

Setelah medengarkan keterangan saksi tersebut, baik Pemohon dan

Termohon mencukupkan alat bukti yang telah diajukan tersebut dan

selanjutnya Pemohon menyampaikan kesimpulan yang pada pokoknya

tetap ingin bercerai dengan Termohon, mohon putusan dan Pemohon akan

memberikan Mut’ah sebesar 1.000.000,- (Satu juta rupiah) dan nafkah

iddah sebesar 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah) sedangkan

Termohon menyampaikan kesimpulan yang intinya tidak keberatan

15 Salinan Putusan Pengadilan Agama No. 2408/Pdt.G/2014/PA. Slw, h. 4-5

Page 84: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

74

bercerai dan mohon putusan serta Termohon menerima pemberian mut’ah

dan nafkah iddah dari Pemohon Tersebut.16

2. Pertimbangan dan Amar Putusan Majlis Hakim

Berdasarkan gambaran perkara di atas, kemudian majlis hakim

memutuskan perkara ini dengan berbagai pertimbangan. Adapun

pertimbangan majlis hakim dalam memutus perkara tersebut adalah

sebagai berikut:

Sesuai dengan ketentuan PERMA No. 1 Tahun 2008 tentang

mediasi bahwa majlis hakim telah berupaya mendamaikan Pemohon

dengan Termohon melalui pemberian nasehat dan menganjurkan kepada

Pemohon dan Termohon agar kembali rukun dan telah memerintahkan

kepada Pemohon dan Termohon untuk mediasi terdahulu yang telah

dilaksanakan pada tanggal 29 September 2014 dengan mediator Drs. H.

Subandi Wiyono, SH., tetapi gagal.17

Permohonan Pemohon adalah perkara Cerai Talak yang diajukan

oleh Pemohon yang menikah berdasarkan hukum Islam, maka

berdasarkan Penjelasan Pasal 49 ayat (2) Undang-undang Nomor 7 Tahun

1989 yang diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 dan

perubahan kedua dengan Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009, perkara

tersebut termasuk dalam kewenangan Peradilan Agama untuk memeriksa,

memutus dan menyelesaikannya.18

16 Salinan Putusan Pengadilan Agama No. 2408/Pdt.G/2014/PA. Slw, h. 5 17 Salinan Putusan Pengadilan Agama No. 2408/Pdt.G/2014/PA. Slw, h. 6 18 Salinan Putusan Pengadilan Agama No. 2408/Pdt.G/2014/PA. Slw, h. 5

Page 85: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

75

Berdasarkan bukti P.1 yang telah dicocokkan dan sesuai dengan

aslinya serta bermaterai cukup sehingga dapat dinyatakan sebagai alat

bukti yang sah, terbukti Pemohon berdomisili di RT.03 RW. 01 Desa

Mindaka Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal. Sedangkan Termohon,

berdasarkan keterangan Pemohon, pengakuan Termohon dan saksi-saksi,

telah terbukti pula Termohon berdomisili di RT.01 RW. 03 Desa Mindaka

Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal, yang termasuk dalam wilayah

yurisdiksi Pengadilan Agama Slawi.19

Oleh karena Termohon berdomisili di wilayah yurisdiksi

Pengadilan Agama Slawi, maka berdasarkan Pasal 66 ayat (2) Undang-

undang Nomor 7 Tahun 1989 yang diubah dengan Undang-undang

Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-undang

Nomor 50 Tahun 2009, perkara a quo termasuk dalam kewenangan

Pengadilan Agama Slawi untuk memeriksa, memutus dan

menyelesaikannya.20

Berdasarkan bukti P.2 yang telah dicocokkan dan sesuai dengan

aslinya serta bermaterai cukup sehingga dapat dinyatakan sebagai alat

bukti yang sah, terbukti Pemohon dan Termohon adalah suami isteri yang

masih terikat dalam perkawinan yang sah, oleh karena itu Pemohon

mempunyai kualitas (legal standing/kedudukan hukum) sebagai pihak

dalam perkara ini.21

19 Salinan Putusan Pengadilan Agama No. 2408/Pdt.G/2014/PA. Slw, h. 6 20 Salinan Putusan Pengadilan Agama No. 2408/Pdt.G/2014/PA. Slw, h. 6 21 Salinan Putusan Pengadilan Agama No. 2408/Pdt.G/2014/PA. Slw, h. 6

Page 86: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

76

Pemohon dan Termohon telah datang menghadap di persidangan

dan Majelis Hakim telah berusaha mendamaikan Pemohon dan Termohon

sesuai dengan amanat pasal 69 dan pasal 82 ayat (1) Undang-undang

Nomor 7 tahun 1989 yang diubah dengan Undang-undang Nomor 3

Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-undang Nomor 50

Tahun 2009 jo. Pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975, akan

tetapi tidak berhasil damai.22

Terhadap perkara ini telah pula dilakukan upaya perdamaian

melalui mediasi oleh Mediator Drs. H. Subandi Wiyono, SH. Hakim

Pengadilan Agama Slawi, sesuai dengan Peraturan Mahkamah Agung RI

Nomor 1 tahun 2008, namun upaya tersebut gagal dan tidak dapat

menghasilkan kesepakatan damai antara Pemohon dan Termohon.

Permohonan Pemohon pada pokoknya adalah mohon agar

Pemohon diberi izin untuk menjatuhkan talak terhadap Pemohon dengan

alasan bahwa sejak bulan Juni 2012 rumah tangga Pemohon dan

Termohon sudah tidak ada ketentraman lagi karena sering terjadi

perselisihan dan pertengkaran karena Termohon tidak bisa diatur dan

sering melalaikan kewajiban sebagai istri, akhirnya bulan Desember 2013

Pemohon kembali ke rumah orang tua Pemohon sendiri sampai sekarang

8 bulan lamanya antara Pemohon dan Termohon pisah rumah dan selama

itu pula antara Pemohon dan Termohon sudah tidak saling

mempedulikan;

22 Salinan Putusan Pengadilan Agama No. 2408/Pdt.G/2014/PA. Slw, h. 6

Page 87: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

77

Atas permohonan Pemohon tersebut, Termohon telah memberikan

jawaban yang pada pokoknya mengakui dan membenarkan semua dalil

gugatan Pemohon, saksi keluarga Pemohon dan Termohon telah hadir di

persidangan dan telah memberikan keterangan pada pokoknya bahwa

pihak keluarga telah berusaha mendamaikan dan merukunkan Pemohon

dan Termohon akan tetapi tidak berhasil.23

Berdasarkan fakta terjadinya perselisihan dan pertengkaran antara

Pemohon dan Termohon yang telah berlangsung sejak Juni 2012 hingga

Desember 2013, Majelis Hakim berpendapat bahwa perselisihan dan

pertengkaran yang demikian itu sudah termasuk dalam klasifikasi

perselisihan dan pertengkaran yang bersifat terus-menerus sebagaimana

yang dimaksud Pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun

1975 jo. Pasal 116 huruf f Kompilasi Hukum Islam.24

Berdasarkan fakta telah terjadinya perpisahan tempat tinggal antara

Pemohon dan Termohon yang telah berlangsung sejak Desember 2013

hingga sekarang, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa antara

Pemohon dan Termohon sudah tidak ada harapan akan hidup rukun lagi

dalam rumah tangga, sebagaimana yang dimaksud pasal 19 huruf (f)

Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 jo. Pasal 116 huruf (f)

Kompilasi Hukum Islam.25

Adanya perselisihan yang bersifat terus menerus dan telah pisah

rumah selama 8 bulan serta tidak ada harapan bagi Pemohon dan

23 Salinan Putusan Pengadilan Agama No. 2408/Pdt.G/2014/PA. Slw, h. 7 24 Salinan Putusan Pengadilan Agama No. 2408/Pdt.G/2014/PA. Slw, h. 8 25 Salinan Putusan Pengadilan Agama No. 2408/Pdt.G/2014/PA. Slw, h. 8

Page 88: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

78

Termohon untuk hidup rukun lagi dalam rumah tangga, maka Majelis

Hakim berkeyakinan bahwa rumah tangga Pemohon dan Termohon telah

pecah karena telah hilang ikatan batin antara Pemohon dan Termohon.

Sehingga mempertahankan Pemohon dan Termohon tetap berada dalam

ikatan perkawinan justru akan menimbulkan dampak yang tidak baik bagi

kedua belah pihak. Oleh karena itu, menceraikan Pemohon dari

Termohon adalah lebih baik dan lebih bermanfaat.26

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, Majelis

Hakim berkesimpulan bahwa permohonan Pemohon telah beralasan

hukum sesuai dengan Pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 9

Tahun 1975 jo. Pasal 116 huruf f Kompilasi Hukum Islam, oleh karena itu

permohonan Pemohon patut untuk dikabulkan sebagaimana tersebut

dalam diktum putusan ini;

Sesuai Pasal 41 huruf c Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo.

Pasal 149 huruf a dan b maka Pemohon harus dibebani memberikan

mut’ah dan nafkah iddah kepada Termohon. Oleh karena Pemohon telah

menyatakan kesanggupannya untuk memberi mut’ah kepada Termohon

sebesar Rp. 1.000.000,- dan nafkah iddah sebesar Rp. 1.500.00,- serta

Termohon menyatakan menerima pemberian mut’ah dan nafkah iddah

dari Pemohon tersebut, maka kesanggupan Pemohon tersebut harus

ditetapkan sebagai hukum dan akan dicantumkan dalam amar putusan ini.

26 Salinan Putusan Pengadilan Agama No. 2408/Pdt.G/2014/PA. Slw, h. 8

Page 89: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

79

Berdasarkan pertimbangan hukum di atas, maka ditetapkan amar

putusannya sebagai berikut:27

1. Mengabulkan permohonan Pemohon;

2. Memberi izin kepada Pemohon (PEMOHON) untuk menjatuhkan

talak satu roj’i terhadap Termohon (TERMOHON,) di depan sidang

Pengadilan Agama Slawi;

3. Menghukum Pemohon untuk membayar kepada Termohon:

3.1 Mut’ah sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah);

3.2 Nafkah maskan dan kiswah selama masa iddah sebesaer Rp.

1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah

4. Memerintahkan kepada Panitera Pengadilan Agama Slawi untuk

mengirimkan salinan Penetapan Ikrar Talak kepada Pegawai Pencatat

Nikah yang wilayahnya meliputi tempat tinggal Pemohon dan

Termohon dan kepada Pegawai Pencatat Nikah di tempat perkawinan

Pemohon dan Termohon dilangsungkan untuk dicatat dalam daftar

yang disediakan untuk itu;

5. Membebankan kepada Pemohon untuk membayar biaya perkara ini

sebesar Rp. 231.000,- (dua ratus tiga puluh satu ribu rupiah);

C. Analisa Putusan No. 2408/Pdt.G/2014/PA. Slw

1. Analisa Proses Persidangan

Proses persidangan pada nomor perkara 2408/Pdt.G/2014/PA. Slw

sama saja seperti perkara perdata lainnya. Langkah pertama adalah

27 Salinan Putusan Pengadilan Agama No. 2408/Pdt.G/2014/PA. Slw, h. 9-10

Page 90: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

80

permohonan diterima oleh Majlis Hakim. Kemudian sesuai dengan

PERMA No. 1 Tahun 2008 tentang mediasi, maka antara pemohon dan

Termohon diadakan mediasi, dengan ketentuan kedua belah pihak hadir,

namun ketika mediasi gagal atau tidak dapat didamaikan maka harus

ditulis dalam berita acara bahwa mediasi gagal dan langkah selanjutnya

baru pembacaan surat permohonan oleh pemohon. Setelah pembacaan

permohonan oleh pemohon maka hakim menanyakan kepada Termohon

perihal jawaban dari termohon apa akan dijawab dengan lisan atau

tulisan. Setalah jawaban diberikan oleh termohon maka selanjutnya ada

Replik, Duplik dan pembuktian. Pada proses pembuktian ini maka para

pihak yaitu Pemohon dan Termohon harus membawa bukti dan semua

alat bukti harus disampaikan kepada Majlis Hakim. Pembuktian ini

dilakukan oleh kedua belah phak agar hakim dapat mengkonstatir semua

bukti yang ada. Setelah pembuktian maka kesimpulan dari masing-masing

pihak perihal permohanan yang telah disampaikannya. Setelah

kesimpulan disampaikan oleh kedua belah pihak kemudian proses

selanjutnya adalah pembacaan putusan.

2. Amar Putusan

Dalam putusan perkara cerai Nomor 2408/Pdt.G/2014/PA. Slw

Majlis hakim telah mengabulkan permohonan pemohon untuk

menceraikan istrinya dikarenakan alasan-alasan yang telah dikemukakan

di atas. Dari semua pertimbangan dan amar putusaan yang ditetapkan

Page 91: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

81

Majlis Hakim telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan di

Indonesia.

Jika melihat dari pecahnya rumah tangga antara pemohon dan

termohon itu terjadi disebabkan oleh termohon yang telah melakukan

nusyuz sehingga Pemohon mengajukan perceraian kepada Pengadilan

Agama. Jika saja alasan-alasan yang dikemukakan pemohon tidak terjadi,

maka mungkin saja rumah tangga antara Pemohon dan Termohon akan

sesuai dengan tujuan Perkawinan, yaitu sakinah, mawadah dan rahmah.

Dari beberapa pertimbangan Majlis Hakim tersebut di atas,

menurut penulis dasar pertimbangan tersebut sudah tepat untuk

mengabulkan permohonan pemohon untuk menceraikan istrinya. Namun

dalam hal lain menurut penulis pertimbangan dan amar putusan yang

menyatakan pemohon untuk memberikan nafkah iddah terhadap

termohon, karena perceraian terjadi atas permintaan pemohon tidak tepat.

Karena dari beberapa alasan yang telah dikemukakan oleh pemohon dapat

diketahui bahwa termohon telah melakukan nusyuz terhadap suami,

seperti termohon melalaikan tanggung jawab sebagai istri dan ibu rumah

tangga, termohon seringkali membantah dan selalu acuh terhadap perintah

dari pemohon. Dalam hal ini termohon melalaikan tanggung jawab istri

dan ibu rumah tangga merupakan perbuatan nusyuz istri terhadap suami.

Sebab-sebab tersebut menyababkan termohon tidak mendapatkan hak

nafkahnya selama masa iddah. Walaupun menurut pasal 84 ayat 4

Kompilasi Hukum Islam (KHI) menyebutkan bahwa “ketentuan tentang

Page 92: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

82

ada atau tidknya nusyuz dari istri harus di dasarkan atas bukti yang sah”.

Artinya Majlis hakim seharusnya menggali lebih jauh alasan-alasan

kenapa pemohon menginginkan perceraian. Tidak hanya sebatas

manganggap bahwa rumah tangga pemohon dan termohon sudah tidak

bisa dirukunkan kembali dan tidak perlu menggali lebih jauh.

Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Sayid Sabiq dalam

kitab Fiqh Sunah berpendapat bahwa yang dimaksud dengan nusyuz

adalah durhaka kepada suami dan tidak menaatinya, atau menolak

ajakannya ke tempat tidur. Atau keluar dari rumah tanpa izinnya.28

Dengan demikian termohon telah melakukan nusyuz kepada suaminya,

hal ini terbukti dengan adanya pengakuan dari termohon bahwa semua

dalil gugatan dari Pemohon adalah benar dan tidak ada bantahan lagi dari

termohon. Oleh karena, pengakuan merupakan bukti yang mengikat dan

sempurna sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 174 HIR, pemohon

dan termohon masing-masing terikat dengan pengakuannya tersebut dan

terhadap fakta yang telah diakui tersebut dinyatakan telah terbukti

kebenarannya. Untuk itu, seharusnya termohon tidak mendapatkan

nafkah iddah dan kewajiban suami untuk memberikan nafkah menjadi

gugur.

Namun dalam hal ini Majlis hakim tetap memberikan nafkah iddah

sebab adanya kesepakatan dari suami untuk memberikan nafkah iddah

28 Sayid Sabiq, Fiqh Sunnah, diterjemahkan oleh Abu Syauqina dan Abu Aulia Rahma,

cet. II (Jakarta: Tinta Abadi Gemilang, 2013), h. 482

Page 93: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

83

kepada mantan istrinya, hal ini disesuaikan dengan adanya kaidah sebagai

berikut:

المسلمون علي شروطھم اال شرطا احل حراما وحرم حالال

“orang-orang islam terikat dengan perjanjian yang mereka buat,

kecuali perjanjian yang menghalalkan yang haram atau yang

mengharamkan yang halal”

Atas dasar di ataslah menurut penulis maka hakim boleh

memberikan nafkah iddah terhadap istrinya walaupun istri itu nusyuz.

Namun dalam pemberian nafkah iddah ini seharusnya hakim dapat

menggali lebih jauh apa pemberian nafkah iddah tersebut sebab ketidak

tahuan dari pemohon itu sendiri atau tidak, walaupun penulis ketahui

bahwa hukum itu mempunyai asas fiksi dimana setelah hukum di

undangkan maka dianggap semua masyarakat mengetahuinya.

Setelah diwawancarai penulis ketua Majlis Hakim yang memutus

perkara mengungkapkan bahwa pemberian nafkah itu dengan alasan

kemaslahatan dan mantan suami ridha akan pemberian nafkah iddah

tersebut sebab adanya kerelaan yang diberikan oleh mantan suami.

Menurut Suharto29 sebagai ketua majlis dalam memutus perkara

tersebut tidaklah berdosa hukumnya memberikan nafkah iddah kepada

istri yang nusyuz. Namun demikian yang dilihat oleh ketua majlis

hakim adalah sebab adanya kemaslahatan untuk meberikan nafkah

iddah terhadap mantan istri. Hal ini sesuai kaidah fiqhiyah

29 Hakim Pengadilan Agama Slawi, sebagai ketua Majlis Hakim dalam Memutus Perkara

No. 2408/Pdt.G/2014/PA. Slw

Page 94: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

84

ء المفا سد مقدم علي جلب المصالحدر

Artinya:”menghindari kemafsadatan (kerusakan) lebih diutamakan

untuk menjaga kemaslahatan”.30

Oleh karena itu, menurut penulis seharusnya hakim lebih dapat

menggali lagi tentang pemberian nafkah iddah terhadap istri yang

nusyuz agar dikemudian hari nanti tidak terjadi persinggungan antara

peraturan yang ada, dalam hal ini Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal

152 yang berbunyi bahwa “Bekas istri mendapatkan nafkah iddah dari

bekas suaminya, kecuali bila ia nusyuz. Sehingga tidak ada yang

dirugikan di antara kedua belah pihak.

30 Sebagaimana dikutip oleh Majlis Hakim dalam putusan Perkara Nomor

2408/Pdt.G/2014/PA Slw, lihat juga dalam buku Nashr Farid Muhammad Washil dan Abdul Aziz Muhammad Azzam, Qawa’id Fiqhiyyah, diterjemahkan oleh Wahyu Setiawan (Jakarta: Amzah, 2009), h. 21

Page 95: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

85

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil kajian dan analisis penulis terhadap hasil penelitian yang

telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

Tidak semua mantan istri yang sedang menjalani masa iddah mendapatkan

nafkah iddah dari mantan suaminya. Hal ini dapat digolongkan menjadi beberapa

jenis:

a. Istri yang berhak mendapatkan nafkah pada saat iddah yaitu: istri yang dalam

menjalani iddah talak raj’i dan istri dalam menjalani iddah talak bain yang

sedang hamil.

b. Istri yang sedang beridah dan tidak mendapatkan nafkah iddah yaitu: istri

yang beriddah karena wafat suaminya, istri yang akad perkawinannya batal,

perceraian yang terjadi karena fasakh dan istri yang cerai karena nusyuz.

c. Mengenai nafkah istri dalam keadaan talak bain yang tidak hamil, para ulama

berbeda pandangan, diantaranya Imam Malik dan Imam Syafii berpendapat

bahwa istri hanya berhak mendapatkan tempat tinggal dan tidak berhak

mendapatkan nafkah. Umar bin Khatab, Umar bin Abdul Aziz, ats-Tsauri,

dan para ulama mazhab Hanafi berpendapat bahwa istri berhak mendapatkan

nafkah dan tempat tinggal.

Page 96: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

86

Sedangkan yang menjadi pertimbangan Majlis Hakim Pengadilan Agama

Slawi yang menjatuhkan putusan untuk tetap memberikan nafkah iddah kepada

istri yang nusyuz adalah karena pemohon atau suami di persidangan tidak

mempermasalahkan dan suka rela serta sanggup memberikan nafkah iddah

tersebut kepada mantan istrinya yang nusyuz. Oleh karena hakim perdata bersifat

pasif, maka hakim tidak dapat memutuskan bahwa istri tidak boleh mendapatkan

nafkah iddah jika suami rela dan sanggup memberikan nafkah iddah.

B. Saran

Selain beberapa kesimpulan yang diuraikan penulis di atas, penulis juga akan

memberikan saran-saran yang berkaitan dengan perceraian yang disebabkan oleh

nusyuznya istri. Saran-saran tersebut yaitu:

1. Diharapkan adanya regulasi khusus berkenaan dengan alasan perceraian

karena nusyuz istri dan suami, termasuk didalamnya ketentuan-ketentuan

perbuatan nusyuz supaya para pihak dapat mengetahui perbuatan apa saja

yang dikategorikan nusyuz dan membatalkan seorang istri mendapatkan hak

atas nafkah iddah serta mengatur juga ketentuan tentang nusyuz suami agar

peraturan yang ada tidak bias terhadap gender.

2. Dalam pemeriksaan perkara perceraian karena nusyuz hendaknya hakim

lebih teliti dan menggali lebih mendalam perceraian yang disebabkan karena

istri nusyuz. Kemudian hakim memerintahkan kepada kedua belah pihak

untuk membuktikannya, tidak kemudian hakim karena sifatnya yang pasif

Page 97: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

87

tidak menggali lebih detail atau mendalam. Sebab, Hal ini berkaitan dengan

implikasi hukum yang timbul pasca perceraian, terkait dengan nafkah iddah.

3. Dalam memeriksa perkara perceraian dengan alasan nusyuz, diharapkan

pemohon mengungkapkan bahwa termohon telah melakukan nusyuz

sehingga pemohon ingin menceraikannya, tidak hanya mengungkapkan

alasan yang mengandung nusyuz saja. Hal ini disebabkan untuk memperjelas

apakah alasan perceraian itu karena nusyuz atau lainnya.

Page 98: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

88

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur anul Karim.

Abdurahman, Kompilasi Hukum Islam (KHI), cet 4, Jakarta: CV Akademika Pressindo, 2010

Abu Abdullah, Muhammad Ismail bin Ibrahim bin Mughiroh Bukhori, Shahih

Bukhori, cet 1, Kairo: Darul As-shiab, 1987. Ali, Zainudin. Hukum Perdata Islam Di Indonesia, cet. II, Jakarta : Sinar Grafika,

2007. As-Subki, Ali yusuf. Fiqh Keluarga, Penerjemah Nur Khozin, Jakarta: Amzah,

2012. An-Nasai, Sunan An-Nasai, Jilid 6, libanon, Beyrouth- Dar El-fikr, 2005

Bakry, Hasbullah. Kumpulan Lengkap Undang-Undang dan Peraturaan

Perkawinan Di Indonesia, Jakarta: Djambatan, 1985. Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta,

2008. Bisri, Cik Hasan, Kompilasi Hukum Islam dan Peradilan Agama di Indonesia,

(Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999. ___________, Peradilan Agama di Indonesia: Naskah Buku Daras (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2003 Djalil, A. Basiq, Peradilan Islam, Jakarta: Amzah, 2012. Doi, Abdur Rahman I, Karakteristik Hukum Islam dan Perkawinan (Syari’ah I),

diterjemahkan oleh Zaimudin dan Rusydi Sulaiman, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996

Ghazali, Norzulaili Mohd dan Wan Abdul Fattah Wan Ismail, Nusyuz, Shiqaq dan

Hakam,: menurut Al-Quran, Sunnah dan Undang-undang Keluarga Islam, Malaysia: KUIM, 2007.

Kamal, Abu Malik Bin Sayid Salim, Shahih Fiqh Sunnah, diterjemahkan oleh

Khairul Amru Harahap, Faisal Saleh, editor, Besus Hidayat Amin, Cet. 1 Jakarta : Pustakan Azzam, 2007.

Page 99: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

89

______________, Fiqh Sunnah Wanita Jilid 2, diterjemahkan oleh Agus Faisal Karim, cet. III, Depok : Madina Adipustaka, 2013.

Kharlie, Ahmad Tholabi. Hukum Keluarga Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika,

2013. Manan, Abdul, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan

Agama, cet VI (Jakarta : Kencana, 2012 Mesraini, Fiqh Munakahat, Ciputat: Pusat Studi Dan Pengembangan Pesantren,

2008 Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian kualitatif, cet. 26, Bandung: PT Remaja

rosdakarya, 2009. Mudjib, Abdul. Kaidah-Kaidah Ilmu Fiqih, (Jakarta : Kalam Mulia, 2001 Mughniyah, Muhamad Jawad, Fiqih Lima: Ja’fari, Hanafi, Maliki, Syafi’I,

Hambali, Penerjemah Masykur A.B, Afif Muhamad, Idrus Al-Kaff, Cet. 27 Jakarta: Lentera, 2012

Muhaimin, Abdul Wahab Abd. Hukum Islam dan Kedudukan Perempuan Dalam

Perkawinan dan Perceraian, Jakarta: Gaung Persada-Press, 2013. Muslim, Imam Abu Husain, bin Al-Hajaj Al-Qusyairi Al-Naisyaburi, Shahih

Muslim Nuruddin, Amiur dan Azhari Akmal Tarigan. Hukum Perdata Islam Di Indonesia:

Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam Dari Fikih, UU No. 1 /1974 Sampai KHI, Jakarta: Kencana, 2004.

Rasyid, Roihan A, Hukum Acara Peradilan Agama, Cet. 4, (Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada, 1995 Rofiq, Ahmad. Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Jakarta : Rajawali Press,

2013. Rusydi, Ibnu, Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtashid jilid 2, diterjemahkan

oleh Mad’ Ali, Bandung: trigenda karya, 1996 Sabiq, Sayid. Fiqh Sunah, Jilid 3, Penerjemah Abu Syauqina dan Aulia Rahma,

Cet II, Jakarta: PT. Tinta Abadi Gemilang, 2013. Sopyan, Yayan. Islam Negara : Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam

Hukum Nasional, Jakarta: PT Semesta Rakyat Merdeka, 2012.

Page 100: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

90

Sudarsono, Hukum Kekeluargaan Nasional, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1991.

Sukandarrumidi, Metodologi Penelitian: Petujuk Praktis Untuk Peneliti Pemula, cet II, Yogyakarta: UGM Press, 2004.

Suma, Muhammad Amin. Himpunan Undang-Undang Perdata Islam &

Peraturan Pelaksana Lainnya di Negara Hukum Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press, 2008.

Supriadi, Dedi Dan Mustofa, Perbandingan Hukum Perkawinan Di Dunia Islam,

(Bandung: Pustaka Al-Fikriis, 2009 Syam, Abi Thoyib Muhamad, Aunul Ma’Mud: Syarah Sunan Abu Daud, Jilid 6

Libanon: Dark Fikr, 2003. Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam: Antara Fiqh Munakahat Undang-

Undang Perkawinan, Jakarta: Kencana, 2011. _____________, Amir. Garis-Garis Besar Fiqh, cet. 4, Jakarta : Kencana, 2013. Syaifudin, Muhammad, dkk. Hukum Perceraian, Jakarta : Sinar Grafika, 2013 Thalib, Sayuti. Hukum Kekeluargaan Indonesia, cet V, Jakarta : UI-Press, 2009. Tihami, M. A, dan Sohari Sahrani. Fikih Munakahat: Kajian Fikih Lengkap,

Jakarta: Rajawali Pers, 2010. Washil, Nashr Farid Muhammad dan Abdul Aziz Muhammad Azzam, Qawa’id

Fiqhiyyah, diterjemahkan oleh Wahyu Setiawan, Jakarta: Amzah, 2009. Yanggo, Chuzaimah T dan Hafiz Anshary ed. Problematika Hukum Islam

Kontemporer, Cet. V, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008. Zuhaili, Wahbah. Fiqh Islam Wa Adilatuhu, diterjemahkan oleh Abdul Hayyie al-

Khatani dkk, Jakarta: Gema Insani, 2011. Kamus Munawir, Ahmad Warso, Al-Munawir: Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya:

Pustaka Progresif, 1997. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),

(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Page 101: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

91

Jurnal Syarif, Mujar Ibnu, “Pemukulan Istri Terhadap Suaminya Ketika Nusyuz Menurut

Perspektif Hukum Islam”, Ahkam IX, no. 2, September 2007. Skripsi Husni Mubarok, Nusyuz (Studi Komparatif antara Imam As-Syafii dan Amina

Wadud) Skripsi S1 Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2009.

Hani Nurhanipah, Hak Nafkah Iddah Istri dalam Cerai Talak Akibat Nusyuz,

Skripsi S1, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.

Uwes Hujjatul Islam, Penyelesaian Perceraian Karena Istri Nusyuz: Studi Pada

Pengadilan Agama Serang) (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009),

Internet https://fadhlihsan.wordpress.com/2010/08/04/nusyuz-petaka-dalam rumah-

tangga/, diakses jam 05:16, tanggal 7 Mei 2015

Page 102: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Page 103: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Page 104: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Wawancara

1. Apa nafkah iddah itu?

Nafkah yang diberikan kepada seorang istri setelah dicerai oleh suami.

2. Kapan nafkah iddah dapat diberikan suami kepadda istri?

Nafkah diberikan kepada istri setelah cerai, yaitu pada waktu ikrar talak dibacaka

oleh suami.

3. Apa setiap cerai talak istri pasti dapat nafkah iddah?

Tidak tentu dapat nafkah iddah, dalam nafkah iddah untuk istri ada ketentuan

bahwa istri tidak melakukan nusyuz atau durhaka kepada suaminya. Maka istri

dapat diberikan nafkah iddah selama masa iddahnya.

4. Apa batasan nusyuz istri?

Banyak batasan nuysuz, kita dapat merujuk kepada fiqh, salah satunya nusyuz

meninggalkan rumah tanpa alasan, tidak mau melayani suaminya.

5. Apa pertimbangan yang mendasar sehingga majlis hakim memberikan putusan

istri yang nusyuz mendapatkan nafkah iddah? Sedangkan dalam kompilasi

hukum islam pasal 149 huruf b telah dijelaskan istri yang nusyuz tidak

mendapatkan nafkah iddah, serta dalam pasal 152

Dalam hal ini majlis hakim berdasarkan kepada kerelaan seorang suami kepada

istrinya untuk memberikan nafkah iddah kepada istrinya. Dengan alasan inilah

maka majlis hakim memutus berdasarkan kepada keralaan suami untuk

memberikan nafkah iddah kepada istri. Serta menggunakan kemaslahatan yang

diambil, hal ini tidak semuanya hanya pada kasus-kasus tertentu saja.

Page 105: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

6. Suami memberikan nafkah iddah bisa jadi karena ketidak tahuan suami terhadap

ketentuan-ketentuan istri nusyuz. Bagaimana menurut bapak?

Bahwasannya jika peraturan sudah diundangkan maka semua masyarakat

dianggap tahu, hal ini sesuai dengan asas fiksi. Jadi dianggap suami tahu tentang

ketentuan nafkah iddah yang diberikan kepada istri.

7. Upaya-upaya apa yang dilakukan oleh seorang hakim untuk memberikan

pengetahuan terhadap seorang suami yang mungkin tidak mengetahui tentang

nusyuz?

Pada dasarnya sesuai dengan asas fiksi maka suami dianggap tahu dan dalam

ranah perdata haim bersifat pasif sehingga dengan alsan tersebut maka hakim

mengganggap suami sudah tahu ketentuan yang akan dilakukannya tersebut.

8. Kenapa dalam perkara tersebut hakim masih memberikan nafkah kepada istri-

istri yang telah melakukan nusyuz Dasar apa yang paling pokok sehingga istri

nusyuz mendapatka nafkah iddah?

Dasar yang digunakan oleh hakim yaitu sebab adanya kerelaan seorang suami

untuk memberikan nafkah kepada istrinya dan kemaslahatan yang diambil oleh

hakim.

9. Dalam pandangan ulama klasik, bagaimana pandangan dan batasan istri yang

nusyuz sehingga mendapat nafkah iddah?

Batasan yang istri nusyuz yaitu istri membangkang atau tidak melakukan

kewajiban sebagai istri dan istri pergi meninggalkan rumah tanpa sebab.

10. Apa ketentuan istri yang nusyuz bisa berubah sesuai dengan kondisi?

Page 106: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Page 107: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

PUTUSAN

Nomor 2408/Pdt.G/2014/PA.Slw.

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Agama Slawi yang memeriksa dan mengadili perkara-

perkara tertentu pada tingkat pertama dalam persidangan Majelis telah

menjatuhkan putusan atas perkara Cerai Talak antara:

PEMOHON, umur 38 tahun, agama Islam, pendidikan SMA, pekerjaan Dagang,

bertempat tinggal di RT.XXXX RW. XXXX Desa XXXX

Kecamatan XXXX Kabupaten Tegal, selanjutnya disebut

Pemohon;

LAWAN

TERMOHON, umur 39 tahun, agama Islam, pendidikan SD, pekerjaan Buruh,

bertempat tinggal di RT.XXXX RW. XXXX Desa XXXX

Kecamatan XXXX Kabupaten Tegal, selanjutnya disebut

Termohon;

Pengadilan Agama tersebut:

Telah membaca berkas perkara;

Telah mendengar keterangan Pemohon, Termohon dan saksi-saksi;

TENTANG DUDUK PERKARANYA

Menimbang, bahwa Pemohon dengan surat permohonannya tertanggal 01

September 2014 yang terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama Slawi

Nomor: 2408/Pdt.G/2014/PA.Slw. tanggal 01 September 2014, telah

mengemukakan hal-hal sebagai berikut:

1. Bahwa Pemohon dengan Termohon melangsungkan pernikahan pada

tanggal 24 Maret 2012 yang dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah Kantor

hlm. 1 dari 12 hlm. Putusan No. 2408/Pdt.G/2014/PA.Slw.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 108: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Urusan Agama Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal (Kutipan Akta Nikah

Nomor : 150/67/III/2012 tanggal 26 Maret 2012);

2. Bahwa setelah pernikahan Pemohon dengan Termohon bertempat tinggal di

rumah orang tua Termohon di, Kecamatan XXXX, Kabupaten XXXX Tegal

selama 1 tahun 9 bulan;

3. Bahwa perkawinan Pemohon dengan Termohon telah bercampur

(Ba’daddukhul) namun belum dikaruniai anak;

4. Bahwa sejak dua bulan setelah pernikahan atau sekitar bulan Juni 2012

kehidupan rumah tangga Pemohon dengan Termohon sudah tidak ada

ketemtraman lagi karena sering berselisih dan bertengkar perihal Termohon

sebagai istri tidak bisa di atur oleh Pemohon dalam kehidupan rumah

tangga. Termohon seringkali melaliakan tanggungjawabnya sebagai istri dan

ibu rumah tangga. Semenjak hidup berumah tangga Termohon seringkali

membantah dan selalu acuh atas perintah dari Pemohon;

5. Bahwa akibat perselisihan dan pertengkaran tersebut yang terus berlanjut,

kemudian sekitar bulan Desember 2013 Pemohon dengan Termohon terjadi

pisah tempat tinggal. Karena sikap Termohon yang demikian sehingga

terpaksa Pemohon kembali kerumah orang tuanya sendiri di Desa Mindaka,

Kecamatan Tarub, Kabupaten Kabupaten Tegal yang hingga saat ini berjalan

selama 8 bulan lebih dan selama itu pula Pemohon dengan Termohon sudah

tidak saling memperdulikan lagi;

6. Bahwa karena sikap Termohon yang demikian, maka Pemohon beranggapan

bahwa Termohon sudah tidak memperdulikan rumah tangganya bersama

dengan Pemohon oleh karenanya perkawinan Pemohon dengan Termohon

sudah tidak patut lagi untuk dipertahankan maka sudah selayaknya

Pemohon mengajukan permohonan cerai talak ini;

7. Bahwa dengan permohonan cerai talak ini, Pemohon berkeinginan agar

permohonan cerai talak ini dikabulkan oleh Ketua Pengadilan Agama Slawi

melalui Majelis Hakim Pemeriksa Perkara ini dengan memberikan ijin kepada

Pemohon untuk menjatuhkan talak terhadap Termohon;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 109: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

8. Bahwa atas hal-hal atau peristiwa yang terjadi dalam rumah tangga

Pemohon dan Termohon sebagaimana tersebut di atas, Pemohon siap

mengajukan saksi-saksi untuk didengar keteranganya di muka siding;

9. Bahwa Pemohon sanggup membayar seluruh biaya yang timbul akibat

perkara ini;

Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas, Pemohon

berkesimpulan bahwa rumah tangga antara Pemohon dengan Termohon tidak

dapat dipertahankan lagi, oleh karenanya Pemohon mohon kepada Ketua

Pengadilan Agama Slawi C.q Majlis Hakim yang memeriksa dan mengadili

perkara ini, berkenan menjatuhkan putusan sebagai berikut:

PRIMAIR

1. Mengabulkan permohonan Pemohon;

2. Menetapkan memberi ijin kepada Pemohon (PEMOHON) untuk menjatuhkan

talak terhadap Termohon (TERMOHON);

3. Membebankan biaya perkara menurut hukum;

SUBSIDAIR

Mohon putusan yang seadil-adilnya;

Menimbang, bahwa pada hari sidang yang telah ditetapkan, Pemohon dan

Termohon telah datang menghadap sendiri di persidangan dan Majelis Hakim

berusaha mendamaikan Pemohon dan Termohon akan tetapi tidak berhasil

damai, kemudian dilakukan upaya perdamaian melalui mediasi oleh Drs. H.

Subandi Wiyono, S.H. Hakim Pengadilan Agama Slawi sebagai Mediator

namun gagal karena tidak tercapai kesepakatan damai, sebagaimana ternyata

dari Laporan Hasil Mediasi tanggal 29 September 2014;

Menimbang, bahwa selanjutnya dibacakan permohonan Pemohon yang

isinya tetap dipertahankan oleh Pemohon;

Menimbang, bahwa atas permohonan Pemohon tersebut, Termohon telah

memberikan jawaban pada pokoknya sebagai berikut:

- Bahwa semua dalil gugatan/permohonan Pemohon adalah benar;

hlm. 3 dari 12 hlm. Putusan No. 2408/Pdt.G/2014/PA.Slw.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 110: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

- Bahwa rumah tangga Pemohon dan Termohon sudah sulit untuk dirukunkan

lagi;

- Bahwa Termohon tidak menuntut apa-apa dan tidak keberatan bercerai

dengan Pemohon;

Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil-dalil permohonannya,

Pemohon telah mengajukan alat bukti surat berupa:

1. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk Nomor 3328141205760013, tanggal

07 Pebruari 2011 atas nama Pemohon. Bermeterai cukup dan telah

dinazegelen. Telah dicocokkan dan telah sesuai dengan aslinya. Diberi

tanda P.1;

2. Fotocopy Kutipan Akta Nikah Nomor 150/67/III/2012 Tanggal 24 Maret

2012 yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Tarub

Kabupaten Tegal. Bermeterai cukup dan telah dinazegelen. Telah

dicocokkan dan telah sesuai dengan aslinya. Diberi tanda P.2;

Menimbang, bahwa selain itu Pemohon telah mengajukan bukti saksi-

saksi:

1. SAKSI I, umur 43 tahun, agama Islam, pekerjaan ibu rumah tangga,

bertempat tinggal di RT.XXXX RW. XXXX XXXX, Kecamatan XXXX,

Kabupaten Tegal, yang memberikan keterangan di bawah sumpah pada

pokoknya sebagai berikut:

• Bahwa saksi kenal dengan Pemohon dan Termohon karena saksi Kakak

Pemohon;

• Bahwa setelah menikah, Pemohon dan Termohon hidup bersama di

rumah orang tua Termohon dan belum dikaruniai anak;

• Bahwa Pemohon dan Termohon sering terjadi perselisihan dan

pertengkaran namun saksi tidak tahu masalahnya;

• Bahwa antara Pemohon dan Termohon telah berpisah tempat tinggal,

Pemohon pulang ke rumah orang tua sendiri sejak Desember 2013

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 111: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

sampai dengan sekarang sudah 8 bulan tidak pernah hidup bersama

lagi;

• Bahwa saksi sudah berusaha merukunkan Pemohon dan Termohon

tetapi tidak berhasil;

2. SAKSI II, umur 35 tahun, agama Islam, pekerjaan dagang, bertempat

tinggal di RT.XXXX RW. XXXX , Kecamatan XXXX, Kabupaten Tegal, yang

memberikan keterangan di bawah sumpah pada pokoknya sebagai berikut:

• Bahwa saksi kenal dengan Pemohon dan Termohon karena saksi

Keponakan Termohon;

• Bahwa setelah menikah, Pemohon dan Termohon hidup bersama di

rumah orang tua Termohon namun belum dikaruniai anak;

• Bahwa antara Pemohon dan Termohon sering terjadi perselisihan dan

pertengkaran namun masalahnya saksi tidak tahu;

• Bahwa Pemohon dan Termohon sekarang sudah pisah tempat tinggal,

Pemohon pulang ke rumah orang tua sendiri sejak Desember 2013

sampai dengan sekarang sudah 8 bulan lamanya;

• Bahwa saksi sudah berusaha merukunkan Pemohon dan Termohon

tetapi tidak berhasil;

Menimbang, bahwa Pemohon menyatakan akan memberikan mut’ah

kepada Termohon sebesar Rp. 1.000.000,- dan nafkah selama masa iddah

sebesar Rp. 1.500.000,- kemudian Termohon menyatakan menerima

pemberian Pemohon tersebut;

Menimbang, bahwa Pemohon dan Termohon mencukupkan alat bukti

yang telah diajukan tersebut dan selanjutnya Pemohon menyampaikan

kesimpulan yang pada pokoknya tetap ingin bercerai dengan Termohon dan

mohon putusan sedangkan Termohon menyampaikan kesimpulan yang intinya

tidak keberatan bercerai dan mohon putusan;

Menimbang, bahwa segala sesuatu yang menyangkut pemeriksaan dalam

persidangan telah dicatat dalam Berita Acara Persidangan, maka untuk

hlm. 5 dari 12 hlm. Putusan No. 2408/Pdt.G/2014/PA.Slw.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 112: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

menyingkat uraian putusan ini cukup kiranya Majelis Hakim menunjuk Berita

Acara Persidangan tersebut sebagai bagian dari putusan ini;

TENTANG HUKUMNYA

Menimbang bahwa maksud dan tujuan permohonan Pemohon adalah

sebagaimana telah diuraikan dalam duduk perkaranya;

Menimbang, bahwa permohonan Pemohon adalah perkara Cerai Talak

yang diajukan oleh Pemohon yang menikah berdasarkan hukum Islam, maka

berdasarkan Penjelasan Pasal 49 ayat (2) Undang-undang Nomor 7 Tahun

1989 yang diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 dan

perubahan kedua dengan Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009, perkara

tersebut termasuk dalam kewenangan Peradilan Agama untuk memeriksa,

memutus dan menyelesaikannya;

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P.1 yang telah dicocokkan dan

sesuai dengan aslinya serta bermeterai cukup sehingga dapat dinyatakan

sebagai alat bukti yang sah, terbukti Pemohon berdomisili di RT.03 RW. 01

Desa Mindaka Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal. Sedangkan Termohon,

berdasarkan keterangan Pemohon, pengakuan Termohon dan saksi-saksi,

telah terbukti pula Termohon berdomisili di RT.01 RW. 03 Desa Mindaka

Kecamatan Tarub Kabupaten Tegal, yang termasuk dalam wilayah yurisdiksi

Pengadilan Agama Slawi;

Menimbang, bahwa oleh karena Termohon berdomisili di wilayah yurisdiksi

Pengadilan Agama Slawi, maka berdasarkan Pasal 66 ayat (2) Undang-undang

Nomor 7 Tahun 1989 yang diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun

2006 dan perubahan kedua dengan Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009,

perkara a quo termasuk dalam kewenangan Pengadilan Agama Slawi untuk

memeriksa, memutus dan menyelesaikannya;

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P.2 yang telah dicocokkan dan

sesuai dengan aslinya serta bermeterai cukup sehingga dapat dinyatakan

sebagai alat bukti yang sah, terbukti Pemohon dan Termohon adalah suami

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 113: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

isteri yang masih terikat dalam perkawinan yang sah, oleh karena itu Pemohon

mempunyai kualitas (legal standing/kedudukan hukum) sebagai pihak dalam

perkara ini;

Menimbang, bahwa Pemohon dan Termohon telah datang menghadap di

persidangan dan Majelis Hakim telah berusaha mendamaikan Pemohon dan

Termohon sesuai dengan amanat pasal 69 dan pasal 82 ayat (1) Undang-

undang Nomor 7 tahun 1989 yang diubah dengan Undang-undang Nomor 3

Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-undang Nomor 50 Tahun

2009 jo. Pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975, akan tetapi tidak

berhasil damai;

Menimbang, bahwa terhadap perkara ini telah pula dilakukan upaya

perdamaian melalui mediasi oleh Mediator Drs. H. Subandi Wiyono, SH. Hakim

Pengadilan Agama Slawi, sesuai dengan Peraturan Mahkamah Agung RI

Nomor 1 tahun 2008, namun upaya tersebut gagal dan tidak dapat

menghasilkan kesepakatan damai antara Pemohon dan Termohon;

Menimbang, bahwa permohonan Pemohon pada pokoknya adalah mohon

agar Pemohon diberi izin untuk menjatuhkan talak terhadap Pemohon dengan

alasan bahwa sejak bulan Juni 2012 rumah tangga Pemohon dan Termohon

sudah tidak ada ketentraman lagi karena sering terjadi perselisihan dan

pertengkaran karena Termohon tidak bisa diatur dan sering melalaikan

kewajiban sebagai istri, akhirnya bulan Desember 2013 Pemohon kembali ke

rumah orang tua Pemohon sendiri sampai sekarang 8 bulan lamanya antara

Pemohon dan Termohon pisah rumah dan selama itu pula antara Pemohon dan

Termohon sudah tidak saling mempedulikan;

Menimbang, bahwa atas permohonan Pemohon tersebut, Termohon telah

memberikan jawaban yang pada pokoknya mengakui dan membenarkan

semua dalil gugatan Pemohon;

Menimbang, bahwa saksi keluarga Pemohon dan Termohon telah hadir di

persidangan dan telah memberikan keterangan pada pokoknya bahwa pihak

hlm. 7 dari 12 hlm. Putusan No. 2408/Pdt.G/2014/PA.Slw.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 114: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

keluarga telah berusaha mendamaikan dan merukunkan Pemohon dan

Termohon akan tetapi tidak berhasil;

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan Pemohon, Termohon, saksi-

saksi serta bukti-bukti surat dapat ditemukan fakta-fakta hukum sebagai berikut:

1. Bahwa Pemohon dan Termohon adalah suami isteri yang sah, menikah di

hadapan Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Tarub

Kabupaten Tegal pada tanggal 24 Maret 2012;

2. Bahwa Pemohon dan Termohon pernah hidup bersama, di rumah orang tua

Termohon, namun belum dikaruniai keturunan;

3. Bahwa sejak Juni 2012 antara Pemohon dan Termohon sering terjadi

perselisihan dan pertengkaran karena Termohon tidak bisa diatur dan sering

melalaikan kewajibannya sebagai istri;

4. Bahwa akhirnya antara Pemohon dan Termohon berpisah tempat tinggal

sejak Desember 2013 sampai dengan sekarang tidak pernah hidup bersama

lagi;

5. Bahwa pihak keluarga telah berusaha mendamaikan dan merukunkan

Pemohon dan Termohon, akan tetap tidak berhasil damai dan rukun

kembali;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta terjadinya perselisihan dan

pertengkaran antara Pemohon dan Termohon yang telah berlangsung sejak

Juni 2012 hingga Desember 2013, Majelis Hakim berpendapat bahwa

perselisihan dan pertengkaran yang demikian itu sudah termasuk dalam

klasifikasi perselisihan dan pertengkaran yang bersifat terus-menerus

sebagaimana yang dimaksud Pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah Nomor 9

Tahun 1975 jo. Pasal 116 huruf f Kompilasi Hukum Islam;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta telah terjadinya perpisahan

tempat tinggal antara Pemohon dan Termohon yang telah berlangsung sejak

Desember 2013 hingga sekarang, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 115: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

antara Pemohon dan Termohon sudah tidak ada harapan akan hidup rukun lagi

dalam rumah tangga, sebagaimana yang dimaksud pasal 19 huruf (f) Peraturan

Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 jo. Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam;

Menimbang, bahwa dengan adanya perselisihan yang bersifat terus-

menerus dan telah pisah rumah selama 8 bulan serta tidak ada harapan bagi

Pemohon dan Termohon untuk hidup rukun lagi dalam rumah tangga, maka

Majelis Hakim berkeyakinan bahwa rumah tangga Pemohon dan Termohon

telah pecah karena telah hilang ikatan batin antara Pemohon dan Termohon.

Sehingga mempertahankan Pemohon dan Termohon tetap berada dalam ikatan

perkawinan justru akan menimbulkan dampak yang tidak baik bagi kedua belah

pihak. Oleh karena itu, menceraikan Pemohon dari Termohon adalah lebih baik

dan lebih bermanfaat. Hal ini sesuai dengan qaidah fiqhiyyah yang berbunyi:

Artinya : “Menghindari mafsadat lebih diutamakan untuk menjaga

kemaslahatan”;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di

atas, Majelis Hakim berkesimpulan bahwa permohonan Pemohon telah

beralasan hukum sesuai dengan Pasal 19 huruf f Peraturan Pemerintah Nomor

9 Tahun 1975 jo. Pasal 116 huruf f Kompilasi Hukum Islam, oleh karena itu

permohonan Pemohon patut untuk dikabulkan sebagaimana tersebut dalam

diktum putusan ini;

Menimbang, bahwa sesuai Pasal 41 huruf c Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1974 jo. Pasal 149 huruf a dan b maka Pemohon harus dibebani

memberikan mut’ah dan nafkah iddah kepada Termohon. Oleh karena

Pemohon telah menyatakan kesanggupannya untuk memberi mut’ah kepada

Termohon sebesar Rp. 1.000.000,- dan nafkah iddah sebesar Rp. 1.500.00,-

serta Termohon menyatakan menerima pemberian mut’ah dan nafkah iddah

hlm. 9 dari 12 hlm. Putusan No. 2408/Pdt.G/2014/PA.Slw.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 116: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dari Pemohon tersebut, maka kesanggupan Pemohon tersebut harus

ditetapkan sebagai hukum dan akan dicantumkan dalam amar putusan ini;

Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 84 Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama yang dirobah dengan Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 2006 dan perobahan kedua Undang-Undang Nomor 50 Tahun

2009 Panitera Pengadilan Agama Slawi diperintahkan untuk mengirimkan

salinan penetapan ikrar talak kepada Pegawai Pencatat Nikah dimana

Pemohon dan Termohon bertempat tinggal dan kepada Pegawai Pencatat

Nikah di tempat perkawinan Pemohon dan Termohon dilangsungkan;

Menimbang, bahwa permohonan Pemohon tersebut termasuk bidang

perkawinan, maka berdasarkan pasal 89 ayat (1) Undang-undang Nomor 7

Tahun 1989, yang diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 dan

perubahan kedua dengan Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009, biaya

perkaranya dibebankan kepada Pemohon;

Memperhatikan segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

hukum syara’ yang berkaitan dengan perkara ini;

MENGADILI

1. Mengabulkan permohonan Pemohon;

2. Memberi izin kepada Pemohon (PEMOHON) untuk menjatuhkan talak satu

roj’i terhadap Termohon (TERMOHON,) di depan sidang Pengadilan Agama

Slawi;

3. Menghukum Pemohon untuk membayar kepada Termohon:

3.1. Mut’ah sebesar Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah);

3.2. Nafkah maskan dan kiswah selama masa iddah sebesaer Rp.

1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu rupiah);

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 117: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

4. Memerintahkan kepada Panitera Pengadilan Agama Slawi untuk

mengirimkan salinan Penetapan Ikrar Talak kepada Pegawai Pencatat

Nikah yang wilayahnya meliputi tempat tinggal Pemohon dan Termohon dan

kepada Pegawai Pencatat Nikah di tempat perkawinan Pemohon dan

Termohon dilangsungkan untuk dicatat dalam daftar yang disediakan untuk

itu;

5. Membebankan kepada Pemohon untuk membayar biaya perkara ini

sebesar Rp. 231.000,- (dua ratus tiga puluh satu ribu rupiah);

Demikianlah putusan ini dijatuhkan dalam rapat permusyawaratan Majelis

Hakim Pengadilan Agama Slawi pada hari Senin tanggal 06 Oktober 2014 M.

bertepatan dengan tanggal 11 Zulhijah 1435 H., oleh Drs. H. SUHARTO, M.H.,

Hakim yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan Agama Slawi sebagai Ketua

Majelis, Drs. MAHSUN dan Drs. SHODIQIN sebagai Hakim-Hakim Anggota

yang diucapkan oleh Ketua Majelis tersebut pada hari itu juga, dalam sidang

terbuka untuk umum dengan dihadiri Hakim-Hakim anggota, dibantu oleh Dra.

Hj. HUNAENAH sebagai Panitera Pengganti dan dihadiri juga oleh Pemohon

dan Termohon;

Ketua Majelis

Drs. H. SUHARTO, M.H.

Hakim Anggota I Hakim Anggota II

Drs. MAHSUN Drs. SHODIQIN

Panitera Pengganti

hlm. 11 dari 12 hlm. Putusan No. 2408/Pdt.G/2014/PA.Slw.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 118: PEMBERIAN NAFKAH IDDAH TERHADAP MANTAN ISTRI …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30014/1/M... · H. Suharto, MH., yang telah banyak ... C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Dra. Hj. HUNAENAH

Rincian Biaya Perkara :

1. Biaya Pendaftaran Rp. 30.000,-2. Biaya Proses Penyelesaian Perkara Rp. 50.000,-3. Biaya Panggilan Rp. 140.000,-4. Redaksi Rp. 5.000,-5. Meterai Rp. 6.000,-Jumlah Rp. 231.000,-

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12