Pemberian Makanan Tambahan

18
Pemberian Makanan Tambahan PMT

description

PMT. Pemberian Makanan Tambahan. PMT. - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of Pemberian Makanan Tambahan

Page 1: Pemberian Makanan Tambahan

Pemberian Makanan Tambahan

PMT

Page 2: Pemberian Makanan Tambahan

PMTBerdasarkan beberapa sumber pengertian PMT

(Pemberian Makananan Tambahan) adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya

ancaman status gizi dan kesehatan berupa penghancuran protein dan kalori tubuh berlebih sewaktu sakit atau infeksi dengan cara mempertahankan kadar

protein dan kalori tubuh sewaktu terjadi sakit atau infeksi melalui makanan tambahan yang diberikan kepada balita

supaya status gizinya meningkat menjadi lebih baik.

Page 3: Pemberian Makanan Tambahan

Prinsip 1. PMT Pemulihan diberikan dalam bentuk makanan

atau bahan makanan lokal dan tidak diberikan dalam bentuk uang.

2. PMT Pemulihan hanya sebagai tambahan terhadap makanan yang dikonsumsi oleh balita sasaran sehari-hari, bukan sebagai pengganti makanan utama.

3. PMT Pemulihan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan gizi balita sasaran sekaligus sebagai proses pembelajaran dan sarana komunikasi antar ibu dari balita sasaran.

Page 4: Pemberian Makanan Tambahan

Prinsip 4. PMT pemulihan merupakan kegiatan di luar

gedung puskesmas dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang dapat diintegrasikan dengan kegiatan lintas program dan sektor terkait lainnya.

5. PMT Pemulihan dibiayai dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). Selain itu PMT pemulihan dapat dibiayai dari bantuan lainnya seperti partisipasi masyarakat, dunia usaha dan Pemerintah Daerah.

Page 5: Pemberian Makanan Tambahan

Pemantauan dan Bimbingan Teknis 1. Pemantauan dilakukan setiap bulan selama

pelaksanaan PMT Pemulihan. 2. Pemantauan meliputi pelaksanaan PMT

Pemulihan, pemantauan berat badan setiap bulan; sedangkan pengukuran panjang/tinggi badan hanya pada awal dan akhir pelaksanaan PMT Pemulihan menggunakan formulir pada lampiran 7 dan lampiran 8.

3. Pemantauan dan bimbingan teknis dilakukan oleh Kepala Puskesmas, Tenaga Pelaksana Gizi (TPG) puskesmas atau bidan di desa kepada ibu Kader pelaksana PMT Pemulihan.

Page 6: Pemberian Makanan Tambahan

Evaluasi Evaluasi merupakan suatu kegiatan yang penting untuk menilai

kualitas, rasionalitas, efektivitas, efisien dan equity pada pelayanan kesehatan.Evaluasi program kesehatan dilakukanterhadap 3 komponen, yaitu:

1. Input, yang dievaluasi yakni tenaga, dana, sarana, bahan dan metode yg digunakan secara langsung atau mendukung dalam pelaksanaan program

2. Proses,yang dievaluasi ada bagian ini yaitu P1 ( perencanaan), P2 ( pelaksanaan Pengawasan), dan P3 ( Pengawasan Pengendalian dan Penilaian program PMT)

3. Output , evaluasi di bagian output bisa dilihat dari pencapaian tujuannya dalam pembagian PMT.

Page 7: Pemberian Makanan Tambahan

Makanan Tambahan Bergaram Iodium Tinggi Sebagai Upaya Peningkatan

Kekuatan Fisik Anak Perempuan SD Di Desa Endemik GAKI

STUDI KASUS I

Page 8: Pemberian Makanan Tambahan

Studi Kasus I Sebuah penelitian dilakukan di daerah endemik GAKI yakni di desa

Telogolele dan Jerakah, Kecamatan Selo, Boyolali. Jenis disain penelitian yang digunakan adalah Action Research karena di Kabupaten Boyolali memiliki masalah GAKI yang cukup serius pada peserta didik perempuan usia SD. Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat konsumsi energi – protein dan garam beriodium anak usia SD, prevalensi TGR dan VGR pada anak perempuan usia SD, tingkat kekuatan otot anak perempuan usia SD, karakteristik anak perempuan usia SD, karakteristik orang tua dan keluarga, serta pemanfaatan lahan pekarangan. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner, wawancara, dan indepth interview. Identifikasi masalah menggunakan pendekatan Fish Bone, yaitu melihat masalah dari aspek manusia, lingkungan, metode, alat dan materi

Page 9: Pemberian Makanan Tambahan

Studi Kasus I Penelitian didesain untuk mengukur keberhasilan intervensi gizi pada status

gizi anak perempuan usia SD yang tinggal di daerah endemik GAKI. Penilaian menggunakan metode pre dan post tes. Setelah diberikan suplemen iodine (40 mg) dua kali dalam seminggu, menunjukkan bahwa prevalensi goiter (0B degree) menurun sebesar 5,85%. Dari 155 anak yang digunakan penelitian, pada pre dan post tes menunjukkan adanya korelasi positif (r = 0,743, p = 0,03). Grup dengan intervensi suplemen makanan tinggi iodium memiliki perbedaan yang signifikan terhadap grup kontrol. Tiga kelompok yang diberi perlakuan mempunyai kekuatan otot yang sangat berbeda nyata dengan kekuatan otot kelompok kontrol.

Sumber:Anik Lestari, dkk. 2009. “Pemberian Makanan Tambahan Bergaram Iodium Tinggi Sebagai Upaya Peningkatan Kekuatan Fisik Anak Perempuan SD Di Desa Endemik GAKI”. The Indonesian Journal of Public Health,6 (1): 11-18.

Page 10: Pemberian Makanan Tambahan

Analisis Dalam kasus ini, PMT yang diberikan merupakan

intervensi pemberian suplemen tinggi ioudium pada daerah GAKI di Boyolali. Dari peneltian tersebut didapat bahwa pemberian iodium pada daerah endemik GAKI memiliki dampak positif menurunkan angka penderita GAKI dan kretin. Hal ini menunjukkan bahwa intervensi ini tepat sasaran. Selama dua minggu diberi asupan suplemen tinggi iodium dapat mengurangi prevalensi goiter selama 5,85% didaerah tersebut.

Page 11: Pemberian Makanan Tambahan

Analisis Yodium adalah trace element esensial untuk pertumbuhan dan

perkembangan normal. PMT yang mengandung garam beryodium tinggi dan kapsul yodium dosis rendah bisa digunakan sebagai cara untuk meningkatkan status gizi, derajat kesehatan dan kinerja otot anak Kreatin dan penderita GAKY.

Fungsi yodium diantaranya adalah membantu pemeliharaan kelenjar tiroid, mencegah penyimpanan lemak secara berlebih, menghilangkan racun dari dalam tubuh, membantu sistem metabolisme tubuh untuk lebih maksimal dalam memanfaatkan kalsium, membantu proses petumbuhan normal dan kematangan

Page 12: Pemberian Makanan Tambahan

Studi Kasus IIPerilaku Ibu dalam Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi

Usia Kurang dari Enam Bulan di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan

Oleh Renata PardosiSkripsi

Fakultas KeperawatanUniversitas Sumatera Utara

Medan,2009

Page 13: Pemberian Makanan Tambahan

Studi Kasus II Berdasarkan pengambilan data yang telah

dilaksanakan pada tanggal 1 Juli sampai dengan 11 Juli 2009 di Kelurahan Mangga Perumnas Simalingkar Medan terhadap 46 orang ibu dan setelah membahas secara teoritis, maka peneliti mengemukakan beberapa hal yang menjadi kesimpulan:

Page 14: Pemberian Makanan Tambahan

Studi Kasus II

47.80%

47.80%

58.70%

58.70%

43.50%

Ibu usia 20-29Suku Batak tobaSMAIbu Rumah Tanggapenghasilan per bln Rp. 900.000-Rp.1300.000

Page 15: Pemberian Makanan Tambahan

Studi Kasus II

39.20%43.50%

Usia pertama kali diberikan makanan

bayi berusia 3-4 bu-lan

bayi kurang dari 1 bulan

Page 16: Pemberian Makanan Tambahan

Studi Kasus II Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis makanan

tambahan yang diberikan ibu adalah susu formula (93,5%) dan nasi tim (23,9%). Jumlah makanan tambahan yang diberikan ibu kurang dari 5 sendok makan adalah nasi tim (19,5%) dan biskuit (10,8%), serta susu formula lebih dari 300cc (36,9%). Ibu memberikan susu formula (93,5%) pada selingan pagi dan selingan siang dan sore hari. Ibu memberikan nasi tim pada pagi (15,2%), siang (10,8%), dan sore (13%).

Page 17: Pemberian Makanan Tambahan

Studi Kasus II Frekuensi makanan tambahan yang diberikan ibu adalah susu

formula (76,1%) dan air putih (84,6%) setiap hari, makanan pokok (23,9%) setiap hari, nasi tim (19,5%) setiap hari, sayur hijau (13%) setiap hari, dan pisang (6,5%) 1-2 kali seminggu. Alasan ibu memberikan makanan tambahan agar bayi lebih sehat (89,1%), dan resiko setelah pemberian makanan tambahan pada bayi sering susah buang air besar (BAB) (26,1%).

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa masih banyak perilaku ibu yang masih memberikan PMT pada usia kurang dari 6 bulan.

Page 18: Pemberian Makanan Tambahan