TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN...
Transcript of TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN...
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN
MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DI PKD
NGUDI WARAS PLUPUH SRAGEN
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh :
Ike Nurjanah
NIM B.12078
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian Makanan
Pendamping ASI Dini di PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen”. Karya Tulis Ilmiah
ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat
kelulusan D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Ibu Retno Wulandari, S.ST, Ketua Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
3. Ibu Wahyu Dwi A, S.ST, Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu
untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.
4. Ibu Sri Rejeki Dwi Hastuti, Amd.Keb, Pimpinan PKD Ngudi Waras Plupuh
Sragen yang telah berkenan memberikan ijin pada penulis dalam mengadakan
penelitian.
5. Kedua orang tua dan keluarga yang senantiasa memberikan dorongan,
bantuan, doa dan dukungan spiritual maupun material selama penelitian ini.
6. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
7. Semua teman tingkat III Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang sudah membantu dan mendukung untuk menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah.
v
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran demi
kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.
Surakarta, Juni 2015
Penulis
vi
Program Diploma III Kebidanan Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah
Ike Nurjanah
12.078
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN
MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DI PKD
NGUDI WARAS PLUPUH SRAGEN
Xiii + 52 halaman + 6 tabel + 2 gambar + 18 lampiran
ABSTRAK
Latar Belakang : Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah angka
kematian bayi atau Infant Mortality Rate (IMR), angka kematian bayi dan balita
terkait dengan beberapa faktor, terutama gizi. Status gizi sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan balita. Secara fisik anak yang menderita
gizi kurang dan gizi buruk akan mengalami gangguan pertumbuhan dan mudah
terkena penyakit infeksi. Penyebab gangguan pertumbuhan usia muda diantaranya
disebabkan karena pola konsumsi makanan pendamping ASI yang kurang benar
dan kurang tepat
Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang makanan
pendamping ASI dini di PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen pada kategori baik,
cukup, kurang.
Metode Penelitian : penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif. Lokasi
penelitian di PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen yang dilaksanakan pada tanggal 7
Mei 2015. Sampel dalam penelitian ini adalah 26 responden dengan menggunakan
teknik sampling jenuh. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal dan
menggunakan analisis univariat.
Hasil penelitian : tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian makanan
pendamping ASI dini di PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen pada kategori baik 4
responden (15,4%), cukup 17 responden (65,4%) dan kurang 5 responden
(19,2%).
Kesimpulan : Tingkat pengetahuan pengetahuan ibu tentang pemberian makanan
pendamping ASI dini di PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen yang paling banyak
pada kategori cukup, yaitu sebanyak 17 responden (65,4%).
Kata kunci : Pengetahuan, Makanan Pendamping ASI, Dini.
Kepustakaan : 22 literatur (2004 – 2014)
vii
MOTTO
1. Jadikan masa lalu sebagai pengalaman dan pandanglah kedepan sebagai tujuan
hidup.
2. Janganlah meminta bukti bahwa doamu akan dijawab oleh Tuhan, tapi
buktikanlah kesungguhan dari doamu
3. Untuk mendapatkan kesuksesan keberanianmu harus lebih besar daripada
ketakutanmu.
4. Musuh yang paling berbahaya di dunia ini adalah penakut dan bimbang.
Teman yang paling setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.
5. Jadilah manusia yang pada kelahiranmu membuat semua orang tertawa
bahagia dan hanya kamu yang menangis, dan pada kematianmu semua orang
menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum.
PERSEMBAHAN
Dengan segala rendah hati, karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan :
1. Kepada Allah SWT yang telah menuntunku, menjagaku, serta
mengingatkanku disetiap langkahku.
2. Bapak dan ibu yang selama ini telah memberikan kasih sayang, serta
mendidikku hingga saat ini.
3. Kakak dan adikku tercinta yang selalu memberikan support setiap langkahku.
4. Seseorang yang selama ini memberikan kasih dan sayang, serta semangat
kepada penulis.
5. Sahabat tercinta yang telah berpartisipasi dalam pembuatan karya tulis ilmiah
ini buat peny, erna, hesty, sri, ayuk, kiki, sucy.
6. Teman-teman DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta angkatan
2012 khususnya 3B.
7. Almamater tercinta.
viii
CURICULUM VITAE
Nama : Ike Nurjanah
Tempat / tanggal lahir : Karanganyar / 08 November 1993
Agama : Islam
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jatimulyo RT 03/01 Gentungan, Mojogedang,
Karanganyar.
Riwayat Pendidikan
1. SD N 03 Gentungan, Mojogedang, Karanganyar Lulus Tahun 2006
2. SMP N 1 Mojogedang, Karanganyar Lulus Tahun 2009
3. SMK N 1 Karanganyar Lulus Tahun 2012
4. Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Angkatan Tahun 2012
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
ABSTRAK ................................................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. vii
CURICULUM VITAE ................................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Perumusan Masalah................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 4
E. Keaslian Penelitian .................................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ......................................................................... 7
1. Pengetahuan .................................................................... 7
2. Gizi ................................................................................. 12
3. MPASI ............................................................................ 20
B. Kerangka Teori ....................................................................... 31
C. Kerangka Konsep .................................................................... 32
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................... 33
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 33
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ................. 34
x
D. Variable penelitian .................................................................. 35
E. Definisi Operasional ................................................................ 35
F. Instrumen Penelitian ................................................................ 35
G. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 39
H. Metode Pengolahan Dan Analisis Data .................................... 40
I. Etika Penelitian ....................................................................... 44
J. Jadwal Penelitian .................................................................... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum .................................................................... 46
B. Hasil Penelitian ....................................................................... 46
C. Pembahasan ............................................................................ 48
D. Keterbatasan Penelitian ........................................................... 50
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 51
B. Saran ....................................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1: Panduan makanan padat untuk bayi ........................................... 26
Tabel 3.1: Definisi Operasional .................................................................. 35
Tabel 3.2: Kisi-kisi Kuesioner .................................................................... 36
Tabel 4.1 : Karakteristik Responden ........................................................... 47
Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Pemberian Makanan Pendamping ASI Terlalu Dini, Nilai Mean dan
Standard Deviation ................................................................. 47
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Teori ......................................................................... 31
Gambar 2. Kerangka Konsep ..................................................................... 32
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Jadwal Penelitian
Lampiran 2 : Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3 : Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4 : Surat Permohonan Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 5 : Surat Balasan Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 6 : Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 7 : Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 8 : Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 9 : Surat Persetujuan Responden (Inform Consent)
Lampiran 10 : Kuesioner
Lampiran 11 : Kunci Jawaban Kuesioner
Lampiran 12 : Lembar Penskoran
Lampiran 13 : Data Tabulasi Uji Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 14 : Data Hasil Uji Validitas
Lampiran 15 : Data Hasil Uji Reliabilitas
Lampiran 16 : Data Tabulasi Uji Hasil Penelitian
Lampiran 17 : Dokumentasi Penelitian
Lampiran 18 : Lembar Konsultasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian
bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Dari hasil penelitian yang
ada, angka kematian bayi dan balita terkait dengan faktor-faktor tertentu,
terutama gizi. Status gizi ibu pada waktu melahirkan, dan gizi bayi itu
sendiri sebagai faktor langsung maupun tidak langsung sebagai penyebab
kematian bayi. Bayi yang kekurangan gizi sangat rentan terhadap
penyakit-penyakit infeksi, termasuk diare dan infeksi saluran akut,
utamanya pneumonia. Oleh sebab itu, perbaikan gizi masyarakat yang
difokuskan pada perbaikan bayi dan balita merupakan awal dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Notoadmodjo, 2011).
Banyak ahli gizi menekankan pentingnya gizi sebagai salah satu
upaya untuk menurunkan AKB (Angka Kematian Bayi) dan anak serta
meningkatkan mutu hidup (Notoadmodjo, 2011).
Status gizi sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan balita. Secara fisik anak yang menderita gizi kurang dan gizi
buruk akan mengalami gangguan pertumbuhan dan mudah terkena penyakit
infeksi. Penyebab gangguan pertumbuhan usia muda diantaranya
2
disebabkan karena pola konsumsi makanan pendamping ASI (MPASI) yang
kurang benar dan kurang tepat (Rochimiwati, 2013).
Gizi untuk bayi yang paling sempurna dan paling murah bagi bayi
adalah Air Susu Ibu. Bayi yang kekurangan zat-zat gizi terutama pada ASI
dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan.
Kekurangan zat-zat gizi pada bayi mengakibatkan menjadi lebih rentan
terhadap penyakit infeksi dan bahkan dapat mengakibatkan kematian bayi
dan balita tersebut. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan gizi sangat
perlu mendapat perhatian yang serius (Notoadmodjo, 2011).
Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategy
for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan
empat hal penting yang harus dilakukan yaitu; pertama memberikan air susu
ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua
memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara
eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan
makanan pendamping air susu ibu (MPASI) sejak bayi berusia 6 bulan
sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak
berusia 24 bulan atau lebih. Rekomendasi tersebut menekankan, secara
sosial budaya MPASI hendaknya dibuat dari bahan pangan yang murah dan
mudah diperoleh di daerah setempat (indigenous food) (Depkes RI, 2006).
Setelah memasuki umur 6 bulan, kebutuhan nutrisi bayi sudah
bertambah, pemberian ASI saja hanya memenuhi sekitar 60-70% kebutuhan
bayi. Oleh karena itu, bayi mulai memerlukan makanan pendamping ASI.
3
Kebutuhan gizi bayi berbeda dengan kebutuhan anak dan dewasa. Bayi
memerlukan karbohidrat dengan bantuan amylase untuk mencerna bahan
makanan yang berasal dari ASI ibu dengan kadar 4-5 % dari total kadar
kalori dalam ASI. Meskipun demikian, ada orang tua yang sudah
memberikan makanan tambahan sebelum bayinya berumur 6 bulan.
Umumnya hal ini lebih banyak terjadi dikalangan orang tua yang kurang
pendidikan (Sudaryanto, 2014; Proverawati dan Asfuah, 2009).
Risiko dari pemberian MPASI kurang dari 6 bulan bisa
mengakibatkan bayi menderita obesitas di kemudian hari dan lebih sering
terjadi alergi makanan (Prabantini, 2010).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di PKD Ngudi Waras Plupuh,
Sragen terdapat 6 posyandu dengan jumlah balita 296. Dari data diperoleh
jumlah anak usia 0-6 bulan sebanyak 26, anak usia 7-24 bulan sebanyak 101
dan usia lebih dari 24 bulan sebanyak 169 anak. Berdasarkan hasil
wawancara dari 8 ibu yang memiliki bayi, yang diberi 5 pertanyaan, 7
(87,5%) ibu dapat menjawab 1 pertanyaan dengan benar, dan 1 (12,5%) ibu
dapat menjawab 4 pertanyaan dengan benar.
Berdasarkan uraian di atas pengetahuan tentang makanan pendamping
ASI penting dimiliki oleh ibu, karena kurangnya pengetahuan dapat
menyebabkan masalah gizi, sehingga peneliti tertarik untuk meneliti
“tingkat pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI dini di PKD
Ngudi Waras Plupuh Sragen”.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasakan latar belakang yang telah diuraikan, dirumuskan masalah
penelitian: “Bagaimana tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian
makanan pendamping ASI dini di PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian makanan
pendamping ASI dini di PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian
makanan pendamping ASI dini di PKD Ngudi Waras Plupuh
Sragen pada kategori baik
b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian
makanan pendamping ASI dini di PKD Ngudi Waras Plupuh
Sragen pada kategori cukup
c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian
makanan pendamping ASI dini di PKD Ngudi Waras Plupuh
Sragen pada kategori kurang
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi ilmu pengetahuan
Menambah pengetahuan tentang makanan pendamping ASI yang tepat
pada ibu dengan bayi usia kurang dari 24 bulan.
5
2. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan
sebagai pengalaman dalam mengaplikasikan teori yang telah didapat di
bangku kuliah, khususnya mengenai makanan pendamping ASI
3. Bagi Institusi
a. Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
pertimbangan masukan untuk menambah wawasan tentang
MPASI dan menyediakan data untuk penelitian lanjutan tentang
MPASI.
b. PKD Ngudi Waras
Memberi informasi dan pengetahuan yang lebih luas tentang MP-
ASI serta sebagai bahan masukan kepada pihak PKD melakukan
intervensi dan pemantauan ke Posyandu-posyandu berkaitan
dengan pemberian MPASI bagi ibu-ibu yang baru menyusui.
E. Keaslian Penelitian
1. Lestari, D (2012), STIKes Kusuma Husada Surakarta, dengan judul “
Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI Pada
Anak Usia 6-24 Bulan Di Desa Rembun Kecamatan Nogosari
Kecamatan Boyolali”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kuantitatif. Teknik pengambilan sampel dengan metode teknik sampling
jenuh dengan analisis data univariat. Hasil penelitian ini adalah tingkat
pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24
6
bulan adalah cukup yaitu 29 responden (64,44%), pengetahuan baik 8
responden (17,78%).
2. Rahmawati, A (2012), STIKes Widyagama Husada Malang. dengan
judul ” Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian MPASI
Pada Bayi Usia 0-12 Bulan Di Posyandu Desa Harjokuncaran
Kecamatan Sumbermanjing Wetan”. Perbedaan terletak pada waktu,
tempat, variabel dan teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah incidental sampling dan desain penelitian yang digunakan dalam
penelitian adalah desain deskriptif untuk mengetahui gambaran tingkat
pengetahuan ibu tentang MPASI pada bayi umur 0-12 bulan di Desa
Harjokuncaran, kecamatan Sumbermanjing wetan, Kabupaten Malang.
Dengan jumlah responden 25 orang, dengan pengetahuan baik sebesar
12%, sedangkan pengetahuan kurang sebesar 60%.
Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang pertama
yaitu pada metode dan teknik pengambilan sampel. Perbedaan dengan
penelitian diatas adalah pada lokasi di PKD Ngudi Waras Plupuh
Sragen, waktu penelitian pada tanggal 7 Mei 2015 dan jumlah
responden 26 orang.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Landasan Teori
1. Pengetahuan
a. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan
terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2011).
b. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2011) tingkat pengetahuan ada enam
tingkat yaitu :
1) Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang
spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat
pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mempelajari
antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,
menyatakan, dan sebagainya. Contoh : dapat menyebutkan tanda-
tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.
8
2) Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan
menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan
menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah
paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya terhadap obyek yang dipelajari. Misalnya dapat
menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.
3) Aplikasi (Application) diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau
kondisi riil (sebenarnya).
4) Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi
masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada
kaitannya satu sama lain.
5) Sintesis (synthesis) menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru.
6) Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau
obyek.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari
subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang
9
ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan
tingkatan-tingkatan di atas.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Wawan dan Dewi (2010) faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain :
1) Faktor Internal
a) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang
terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita
tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan
mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat
informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
b) Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak
merupakan cara mencari nafkah yang membosankan,
berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya
merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-
ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
10
c) Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat
dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur,
tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan
masyarakat, seseorang yang dewasa lebih dipercaya dari
orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan
sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa
2) Faktor Eksternal
a) Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia dan pengaruhnya yang mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
b) Sosial Budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.
d. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Wawan dan Dewi (2010), untuk memperoleh
pengetahuan ada 2 macam cara, yaitu :
a. Cara Kuno untuk memperoleh pengetahuan
a) Cara coba salah (trial and error)
Cara coba salah ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan,
bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah
11
ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam
memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tidak
berhasil, maka dicoba kemungkinan yang lain sampai
masalah tersebut dapat terpecahkan.
b) Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pimpinan
masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang
pemerintahan dan berbagai prinsip yang dikemukakan oleh
orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih
dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan
fakta empiris maupun penalaran sendiri.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat digunakaan sebagai upaya
memperoleh pengetahuan, dengan cara mengulang kembali
pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.
b. Cara Modern atau Cara Ilmiah
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer atau
disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan
oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh
Deobold Van Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan
penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penlitian ilmiah.
12
e. Cara Pengukuran Pengetahuan
Salah satu cara pengukuran pengetahuan adalah dengan
menggunakan tes. Tes adalah sekumpulan pertanyaan yang digunakan
untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, kemampuan yang dimiliki
oleh individu atau kelompok. Pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
pengetahuan. Menurut Riwidikdo (2012), tingkat pengetahuan
dikategorikan menjadi 3 yaitu:
1) Pengetahuan baik, bila (x) > mean + 1 SD
2) Pengetahuan cukup, bila mean – 1 SD £ x £ mean + 1 SD
3) Pengetahuan kurang, bila (x) < mean - 1 SD
2. Zat Gizi
a. Pengertian
Zat gizi merupakan unsur yang penting dalam nutrisi, zat gizi
dapat memberikan fungsi tersendiri pada nutrisi. Kebutuhan nutrisi
tidak akan berfungsi secara optimal jika tidak mengandung beberapa
zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, demikian juga zat gizi
yang cukup pada kebutuhan nutrisi akan memberikan nilai yang
optimal (Hidayat, 2011).
Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan
cukup untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis
besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas,
berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan
13
pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status
gizi yang baik ( Proverawati dan Asfuah, 2009).
b. Macam-macam zat gizi
Menurut Hidayat (2011), Ada beberapa komponen zat gizi
yang dibutuhkan pada nutrisi bayi dan anak yang jumlahnya sangat
berbeda untuk setiap usia. Secara umum zat gizi dibagi menjadi dua
golongan, yaitu golongan makro dan golongan mikro. Zat gizi
golongan makro terdiri atas kalori (berasal dari karbohidrat, lemak,
dan protein) dan H2O (air), sedangkan zat gizi golongan mikro terdiri
atas vitamin dan mineral.
1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi yang tersedia dengan
mudah disetiap makanan. Karbohidrat harus tersedia dalam
jumlah yang cukup sebab kekurangan karbohidrat sekitar 15%
dari kalori yang ada dapat menyebabkan kelaparan dan berat
badan menurun. Demikian sebaliknya, apabila jumlah kalori yang
berasal dari karbohidrat dengan jumlah yang tinggi dapat
menyebabkan terjadi peningkatan berat badan (obesitas). Jumlah
karbohidrat yang cukup dapat diperoleh dari susu, padi-padian,
buah-buahan, sukrosa, sirup, tepung, dan sayur-sayuran.
2. Lemak
Lemak dapat dibagi ke dalam dua kelas, yaitu lemak yang
terdapat dalam pangan tubuh, dan lemak struktural atau komplek
14
yang dihasilkan dalam tubuh untuk membentuk membran, untuk
mentranspor lemak atau untuk mensintesis hormon-hormon atau
katalis. Fungsi lemak bagi tubuh adalah sebagai simpanan lemak,
sumber asam esensial, menghasilkan kalori terbesar dalam tubuh
manusia, sebagai pelarut vitamin A, D, E, K, sebagai pelindung
terhadap bagian-bagian tubuh tertentu dan pelindung bagian
tubuh pada temperatur rendah (Hasdianah dkk, 2014).
3. Protein
Protein dibentuk dari unit-unit pembentukannya yang disebut
asam amino. Dua golongan asam amino adalah asam amino
esensial dan asam amino nonesensial. Protein berfungsi untuk
pertumbuhan dan mempertahankan jaringan, membentuk
senyawa-senyawa esensial tubuh, mengatur keseimbangan air,
mempertahankan kenetralan (asam-basa) tubuh, membentuk
antibodi, dan mentranspor zat gizi, membangun sel-sel yang
rusak, membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon,
membentuk zat inti energi (Hasdianah dkk, 2014).
4. Air
Air merupakan kebutuhan nutrisi yang sangat penting. Kebutuhan
air pada bayi relatif tinggi, yaitu sebesar 75-80% dari berat badan.
Sedangkan orang dewasa hanya 55-60%. Air bagi tubuh dapat
berfungsi sebagai pelarut untuk pertukaran seluler, sebagai
15
medium untuk ion, transport nutrient dan produk buangan, serta
pengaturan suhu tubuh (Hidayat, 2011).
5. Vitamin
Vitamin merupakan senyawa organik yang digunakan untuk
mengatalisasi metabolisme sel yang berguna untuk pertumbuhan
dan perkembangan serta pertahanan tubuh anak. Vitamin yang
dibutuhkan tubuh antara lain sebagai berikut:
a) Vitamin A (retinol) harus tersedia dalam jumlah yang cukup.
Vitamin A mempunyai pengaruh dalam kemampuan fungsi
mata, pertumbuhan tulang dan gigi, serta pembentukan
maturasi epitel. Vitamin ini dapat diperoleh dari hati, minyak
ikan, susu, kuning telur, margarin, tumbuh-tumbuhan, sayur-
sayuran, dan buah-buahan.
b) Vitamin B kompleks (tiamin) merupakan vitamin yang larut
dalam air, namun tidak larut dalam lemak. Kekurangan
vitamin ini dapat menyebabkan penyakit beri-beri, kelelahan,
anoreksia, konstipasi, nyeri kepala, insomnia, takikardi,
edema, dan peningkatan kadar asam piruvat dalam darah.
Kebutuhan vitamin ini dapat diperoleh dari hati, daging, susu,
padi, biji-bijian, kacang, dan lain-lain.
c) Vitamin B2 (riboflavin) merupakan vitamin yang sedikit larut
dalam air. Vitamin ini harus tersedia dalam jumlah cukup
karena jika tidak akan menyebabkan fotopobia, penglihatan
16
kabur, dan gagal dalam pertumbuhan. Vitamin ini dapat
diperoleh dari susu, keju, hati daging, telur, ikan, sayur-
sayuran hijau, dan padi.
d) Vitamin B12 (sianokobalamin) merupakan vitamin yang
sedikit larut dalam air. Vitamin ini sangat baik, untuk
maturasi sel darah merah dalam sumsum tulang. Kekurangan
vitamin ini dapat menyebabkan anemia. Vitamin ini dapat
diperoleh dari daging organ, ikan, telur, susu, dan keju.
e) Vitamin C (asam askorbat) merupakan vitamin yang larut
dalam air yang mudah dioksidasi dan dipercepat oleh panas
atau cahaya. Kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan
proses penyembuhan luka terhambat. Vitamin ini dapat
diperoleh dari tomat, semangka, kubis, dan sayur-sayuran
hijau.
f) Vitamin D merupakan vitamin yang dapat larut dalam lemak
dan akan stabil dalam suasana panas. Vitamin ini selain
berguna untuk mengatur penyerapan serta pengendapan
kalsium dan fosfor dengan memengaruhi permeabilitas
membran usus, juga mengatur kadar alkalin fosfotase serum.
Kekurangan vitamin ini akan menyebabkan gangguan
pertumbuhan dan osteomalasia. Vitamin ini dapat diperoleh
dari susu, margarin, minyak ikan, sinar matahari, dan sumber
ultraviolet lain.
17
g) Vitamin E merupakan vitamin yang larut dalam lemak dan
tidak stabil terhadap sinar ultraviolet. Vitamin E berfungsi
untuk meminimalkan oksidasi karoten, vitamin A, dan asam
linoleat, disamping menstabilkan membran sel. Apabila
kekurangan vitamin ini dapat menyebabkan hemolisis sel
darah merah pada bayi prematur dan kehilangan kebutuhan
sel saraf. Vitamin E ini dapat diperoleh dari minyak, biji-
bijian, dan kacang-kacangan.
h) Vitamin K merupakan vitamin yang larut dalam lemak yang
berfungsi untuk pembentukan protombin, faktor koagulasi II,
VII, IX, dan X yang harus tersedia pada tubuh dalam jumlah
yang cukup. Kekurangan vitamin K dapat menyebabkan
perdarahan dan metabolisme tulang yang tidak stabil.
Vitamin ini tersedia dalam sayur-sayuran hijau, daging sapi,
dan hati (Hidayat, 2011).
6. Mineral
Mineral merupakan komponen zat gizi yang tersedia dalam
kelompok mikro, yaitu mencakup kalsium, klorida, kromium,
kobalt, tembaga, fluorin, iodium, zat besi, magnesium, mangan,
fosfor, kalium, natrium, sulfur, dan seng. Semua unsur tersebut
akan dijelaskan berikut (Hidayat, 2011).
a) Kalsium merupakan mineral yang berguna untuk pengaturan
struktur tulang dan gigi, kontraksi otot, iritabilitas saraf,
18
koagulasi darah, kerja jantung, dan produksi susu. Kalsium
ini akan diekskresi 70% dalam tinja, 10% dalam urine,
sedangkan 15-25% tertahan dan tergantung dalam kecepatan
pertumbuhan. Kadar kalsium ini harus tersedia dalam jumlah
yang cukup, karena jika tidak akan menyebabkan
mineralisasi tulang dan gigi jelek, osteomalasia, osteoporosis,
rakhitis, dan gangguan pertumbuhan. Kalsium dapat
diperoleh dari susu, keju, sayur-sayuran hijau, kerang, dan
lain-lain.
b) Klorida sangat berguna dalam pengaturan tekanan osmotic
serta keseimbangan asam dan basa. Klorida dapat diperoleh
dari garam, daging, susu, dan telur.
c) Kromium berguna untuk metabolisme glukosa dan
metabolisme dalam insulin. Kromium dapat diperoleh dari
ragi.
d) Tembaga berguna untuk produksi sel darah merah,
pembentukan hemoglobin, penyerapan besi, dan lain-lain.
Tembaga dapat diperoleh dari hati, daging, ikan, padi, dan
kacang-kacangan.
e) Fluor merupakan mineral yang berfungsi untuk pngaturan
struktur gigi dan tulang sehingga jika kekurangan fluor dapat
menyebabkan karies gigi. Sumber fluor terdapat dalam air,
makanan laut, dan tumbuh-tumbuhan.
19
f) Iodium merupakan unsur tiroksin dan triodotironin yang
harus tersedia dalam jumlah yang cukup. Kekurangan iodium
dapat menyebabkan penyakit gondok. Iodium dapat diperoleh
dari garam.
g) Zat besi merupakan mineral yang menjadi bagian dari
struktur hemoglobin untuk pengangkutan CO2 dan O2.
Kekurangan zat besi dapat menyebabkan anemia dan
osteoporosis, sedangkan kelebihan zat besi menyebabkan
sirosis, gastritis, dan hemolisis. Zat besi dapat diperoleh dari
hati, daging, kuning telur, sayur-sayuran hijau, padi, dan
tumbuh-tumbuhan.
h) Magnesium berguna dalam aktivasi enzim pada metabolisme
karbohidrat dan sangat penting dalam proses metabolisme.
Magnesium dapat diperoleh dari biji-bijian, kacang-
kacangan, daging, dan susu.
i) Mangan berfungsi dalam aktifitas enzim. Mangan dapat
diperoleh dari kacang-kacangan, padi, biji-bijian, dan sayur-
sayuran hijau.
j) Fosfor merupakan unsur pokok dalam pertumbuhan tulang
dan gigi. Kekurangan fosfor dapat menyebabkan kelemahan
otot. Fosfor dapat diperoleh dari susu, kuning telur, kacang-
kacangan, padi-padian, dan lain-lain.
20
k) Kalium berfungsi dalam kontraksi otot dan hantaran impuls
saraf, keseimbangan cairan, dan pengaturan irama jantung.
Kalium dapat diperoleh dari semua makanan.
l) Natrium berguna dalam pengaturan tekanan osmotic serta
pengaturan keseimbangan asam, basa, dan cairan.
Kekurangan natrium dapat menyebabkan kram otot, nausea,
dehidrasi, dan hipotensi. Natrium dapat diperoleh dari garam,
susu, telur, tepung, dan lain-lain.
m) Sulfur merupakan unsur pokok dalam protein seluler yang
membantu proses metabolisme jaringan saraf. Sulfur
dapatdiperoleh dari garam, susu, telur, tepung, dan lain-lain.
n) Seng merupakan unsur pokok dari beberapa enzim karbonik
anhidrase yang penting dalam pertukaran CO2. Seng dapat
diperoleh dari daging, padi-padian, kacang-kacangan, dan
keju.
3. Makanan Pendamping ASI
a. Pengertian
MPASI adalah singkatan dari Makanan Pendamping Air Susu
Ibu. MPASI adalah makanan yang diberikan untuk bayi atau batita
yang masih menyusu pada ibunya. Sebagaimana diketahui, ASI
merupakan makanan utama yang pertama bagi bayi. Kandungan yang
kaya akan berbagai macam kebutuhan yang diperlukan oleh bayi
21
semuanya berada dalam ASI, sehingga jenis makanan apapun akan
sulit menandingi kehebatan ASI (Sudaryanto, 2014).
Jangka waktu pemberian ASI eksklusif yang baik bagi anak
adalah hingga mencapai usia 6 bulan. Artinya, sampai usia 6 bulan
bayi tidak memerlukan makanan lain karena segala kebutuhan yang
diperlukan oleh bayi terdapat dalam ASI ( Sudaryanto, 2014).
Setelah umur 6 bulan, setiap bayi membutuhkan makanan
lunak yang bergizi yang sering disebut MPASI. MPASI merupakan
makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pengenalan dan
pemberian MPASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk
maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi dan
anak (Proverawati dan Asfuah, 2009).
b. Syarat Pemberian MPASI
Menurut Sudaryanto (2014) makanan bayi dan batita jelas
berbeda dengan makanan orang dewasa. Makanan Pendamping ASI
yang baik harus memenuhi syarat utama, yakni sehat, mudah dicerna,
dan mengandung sejumlah nutrisi terutama energi dan protein.
Apalagi untuk MPASI yang sudah diberikan rutin setiap hari. Berikut
ini beberapa persyaratan MPASI yang baik.
1) Sehat
Makanan harus bebas dari kuman penyakit, pengawet, pewarna,
dan racun. Pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat rentan
terhadap pengaruh kuman penyakit dan bahan tambahan makanan
22
(zat aditif). Zat tambahan yang umunya berupa bahan kimia harus
dijauhkan dari makanan bayi.
2) Mudah diperoleh
Makanan tambahan untuk bayi hanya terdiri dari satu bahan atau
beberapa bahan saja. Ini karena sistem pencernaan bayi yang
belum siap untuk menerima bermacam-macam makanan. Bahan
makanan seperti pisang dan pepaya dapat diperoleh dengan
mudah di negara-negara tropis, sementara apel dan pir
kebanyakan dibudidayakan di daerah subtropis. Demikian pula
dengan jenis-jenis sayuran dan sumber karbohidrat yang berbeda-
beda untuk beberapa daerah. Walaupun telah banyak pusat
perbelanjaan yang menjual barang-barang impor, penggunaan
bahan makanan lokal akan lebih menjamin kesegaran dan
merupakan bentuk ketahanan pangan yang baik.
3) Masih segar
Sebaiknya MPASI disiapkan saat sebelum diberikan kepada bayi
dan dibuat dari bahan-bahan segar yang bebas polusi. Oleh karena
itu, bahan MPASI harus memenuhi standar higienis baik dalam
bentuk bahan mentah maupun cara pengolahannya.
4) Mudah diolah
Pengolahan bahan MPASI sebaiknya tidak terlalu lama, tetapi
teksturnya cukup lembut untuk pencernaan bayi yang baru
23
mengenal MPASI. Bahan yang mudah diolah tentu akan
memudahkan orang tua menyiapkan MPASI untuk anaknya.
5) Harga terjangkau
MPASI tidak harus mahal. Jika harganya terjangkau, tentu lebih
baik. Secara umum, harga bahan pangan nabati lebih murah
daripada bahan pangan hewani. Selain itu, porsi makan bayi
masih sedikit sehingga tidak perlu membeli MPASI terlalu
banyak.
6) Cukup kandungan gizinya
Makanan tambahan yang diberikan ke bayi harus memenuhi
kecukupan gizi bayi. Kombinasi yang tepat antara bahan nabati
dan hewani diharapkan memenuhi kebutuhan nutrisi bayi untuk
tumbuh kembang dengan baik. Selain itu, bahan nabati lebih
berisiko kecil menyebabkan alergi daripada bahan hewani. Selain
itu, perlu diingat bahwa bahan makanan sumber protein dapat
memacu pertumbuhan fisik bayi lebih baik.
7) Jenis makanan sesuai umur bayi
Ada beberapa makanan yang tidak pantas diberikan untuk bayi
usia 6 bulan karena baru tepat diberikan ke bayi berumur 9 bulan.
Ini harus diperhatikan karena kemampuan pencernaan bayi yang
lebih muda usianya berbeda dengan bayi yang sudah besar.
Kemampuan cerna bayi berkembang sesuai dengan umurnya.
Untuk pengenalan MPASI awal, sari buah tunggal, bubur buah
24
tunggal, atau bubur nasi lembut lebih mudah dicerna daripada
buah utuh, bubur aneka buah, atau roti.
8) Pengolahan MPASI harus higienis
Alat yang digunakan juga diperhatikan kebersihannya, agar bisa
memberikan MPASI yang sehat dan aman bagi anak.
c. Tanda-tanda Bayi Siap Menerima MPASI
Menurut Prabantini (2010) secara umum, bayi menunjukkan
kesiapan menerima makanan pendamping jika menunjukkan tanda-
tanda berikut:
1) Bayi mulai memasukkan tangan ke mulut dan mengunyahnya.
2) Berat badan sudah mencapai dua kali lipat berat lahir.
3) Bayi merespon dan membuka mulutnya saat disuapi makanan.
4) Hilangnya refleks menjulurkan lidah.
5) Bayi lebih tertarik pada makanan dibandingkan botol susu atau
ketika disodori puting susu.
6) Bayi rewel atau gelisah, padahal sudah diberi ASI atau susu
formula sebanyak 4-5 kali sehari.
7) Bayi sudah dapat duduk sembari disangga dan dapat mengontrol
kepalanya pada posisi tegak dengan baik.
8) Keingintahuannya terhadap makanan yang dimakan orang lain
semakin besar. Bayi memperhatikan dengan seksama saat orang
lain makan (biasanya mulut mereka ikut mengecap).
25
d. Tahapan Pemberian MPASI
1) Pada umur 6 – 9 bulan
Tekstur makanan untuk bayi sebaiknya makanan cair dan lembut
seperti bubur buah, bubur susu, atau bubur sayuran yang
dihaluskan.
2) Memasuki usia 10 – 12 bulan
Bayi mulai bisa diberikan makanan kental dan padat, tetapi tetap
harus bertekstur lunak, seperti aneka nasi tim.
3) Usia 12 – 24 bulan
Bayi sudah mulai dikenalkan pada makanan keluarga atau
makanan padat, tetapi tetap mempertahankan rasa. Hindari
memberikan makanan-makanan yang dapat mengganggu organ
pencernaan, seperti makanan terlalu berbumbu tajam, pedas,
terlalu asam, atau berlemak. Pada masa ini, kenalkan finger snack
atau makanan yang bisa dipegang seperti cookies, nugget, atau
potongan sayuran rebus atau buah. Ini penting untuk melatih
ketrampilan dalam memegang makanan dan merangsang
pertumbuhan giginya (Sudaryanto, 2014).
26
Tabel 2.1 panduan makanan padat untuk bayi
Umur 6 bulan 7-9 bulan 9-13 bulan
Sifat
makanan
Lembut, tak perlu
dikunyah, cair
hingga agak padat
Makanan lunak,
secara berangsur-
angsur sajikan
makanan kasar
Sebagian makanan
yang disajikan di
meja makan keluarga
Berapa
banyak
1 sendok teh,
secara bertahap
diperbanyak
Porsi kecil:
Bahan dasar ¼
genggam, roti ½
potong, sayur 1/3
genggam
Protein: 1-2 sdm
(kuning telur 1-2 kali
seminggu) keju ½
ukuran kartu domino
yogurt 25 ml.
Porsi kecil:
Bahan dasar ¼
genggam, roti 1
potong, sayur ½
genggam
Protein: 2-3 sdm
(kuning telur 2-3 kali
seminggu) keju 1
ukuran kartu domino
yogurt 50 ml.
Frekuensi 1-2 kali sehari, 1
kali camilan (buah
halus)
2-3 kali sehari
makan besar,1 kali
camilan (air buah,
roti, sayuran)
3-4 kali sehari makan
besar, 2 kali camilan
(air buah, roti,
sayuran, keju)
Prabantini (2010), sumber Pujiarto (2008).
e. Alasan Pemberian MPASI Usia 6 Bulan
Berikut alasan pemberian MPASI umur 6 bulan:
1) ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman yang dibutuhkan
bayi hingga umur 6 bulan
2) Memberikan perlindungan yang lebih baik pada bayi terhadap
berbagai penyakit
3) Memberikan kesempatan pada sistem pencernaan bayi agar
berkembang menjadi lebih matang
4) Mengurangi risiko alergi makanan
5) Membantu melindungi bayi dari anemia karena kekurangan zat
besi
27
6) Menunda pemberian makanan padat membantu para ibu menjaga
suplai ASI
7) Pemberian makanan padat terlalu dini dapat menyebabkan
obesitas dikemudian hari
8) Bayi belum dapat mengontrol dengan baik otot-otot tenggorokan
dan lidah
9) Membantu para ibu memberi jarak pada kelahiran bayi
10) Membuat pemberiannya lebih mudah (Prabantini, 2010; Marmi,
2014).
f. Risiko pemberian makanan tambahan terlalu dini
Menurut Wirda (2009) Risiko pemberian makanan tambahan pada
bayi terlalu dini adalah
1) Tingginya solute load hingga dapat menimbulkan
hiperosmolaritas
2) Peningkatan berat badan terlalu cepat hingga menjerumus ke
obesitas
3) Alergi terhadap salah satu zat gizi yang terdapat dalam makanan
4) Mendapat zat tambahan, seperti garam dan nitrat yang merugikan
5) Mungkin saja dalam makanan padat yang dipasarkan terdapat zat
pewarna atau zat pengawet yang tidak diinginkan
6) Ada kemungkinan pencemaran dalam penyediaan atau
penyimpanan
28
g. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemberian MPASI dini
menurut Siregar (2004) antara lain:
1) Perubahan sosial budaya
a) Ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya.
Kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja dan
adanya emansipasi dalam segala bidang kerja dan di
kebutuhan masyarakat menyebabkan turunnya kesediaan
menyusui dan lamanya menyusui.
b) Meniru teman, tetangga atau orang terkemuka yang
memberikan susu botol. Persepsi masyarakat akan gaya hidup
mewah membawa dampak menurutnya kesediaan menyusui.
Bahkan adanya pandangan bagi kalangan terentu bahwa susu
botol sangat cocok untuk bayi dan dianggap gizi yang
terbaik. Hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup yang selalu mau
meniru orang lain.
c) Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya.
Budaya modern dan perilaku masyarakat yang meniru negara
barat mendesak para ibu untuk segera menyapih anaknya dan
memilih air susu buatan sebagai jalan keluarnya.
2) Faktor psikologis
a) Takut kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita.
Adanya anggapan para ibu bahwa menyusui akan merusak
penampilan. Padahal setiap ibu yang mempunyai bayi selalu
29
mengubah payudara, walaupun menyusui atau tidak
menyusui.
b) Tekanan batin.
Ada sebagian kecil ibu mengalami tekanan batin di saat
menyusui bayi sehingga dapat mendesak si ibu untuk
mengurangi frekuensi dan lama menyusui bayinya, bahkan
mengurangi menyusui.
c) Faktor fisik ibu
Alasan yang cukup sering bagi ibu untuk tidak menyusui
adalah karena ibu sakit, baik sebentar maupun lama. Tetapi.
sebenarnya jarang sekali ada penyakit yang mengharuskan
berhenti menyusui. Dan jauh lebih berbahaya untuk mulai
memberi bayi makanan buatan daripada membiarkan bayi
menyusu dari ibunya yang sakit.
d) Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat
kurang mendapat penerangan atau dorongan tentang manfaat
pemberian ASI.
e) Meningkatkan promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI.
Peningkatan sarana komunikasi dan transportasi yang
memudahkan periklanan distribusi susu buatan menimbulkan
tumbuhnya kesediaan memberikan susu buatan baik di desa
dan perkotaan. Distibusi, iklan, dan promosi susu buatan
berlangsung terus dan bahkan meningkat tidak hanya di
30
televisi, radio dan surat kabar melainkan juga ditempat-
tempat praktek swasta dan klinik-klinik kesehatan
masyarakat di Indonesia.
f) Penerangan yang salah justru datang dari petugas kesehatan
sendiri yang menganjurkan penggantian ASI dengan susu
kaleng. Penyediaan susu bubuk di Puskesmas disertai
pandangan untuk meningkatkan gizi bayi, seringkali
menyebabkan salah arah dan meningkatkan pemberian susu
botol. Promosi ASI yang efektif haruslah dimulai pada
profesi kedokteran, meliputi pendidikan di sekolah-sekolah
kedokteran yang menekankan pentingnya ASI dan nilai ASI
pada umur 2 tahun atau lebih.
g) Faktor pengelolaan laktasi di ruang bersalin. Untuk
menunjang keberhasilan laktasi, bayi hendaknya disusui
segera atau sedini mungkin setelah lahir. Namun tidak semua
persalinan berjalan normal dan tidak semua dapat
dilaksanakan menyusui dini.
31
B. Kerangka Teori
Gambar 2.1 : Kerangka teori
Sumber : Modifikasi Notoadmodjo (2011), Hidayat (2011), Sudaryanto
(2014).
Pengetahuan
Makanan Pendamping ASI
meliputi:
a. Pengertian
b. Alasan Pemberian MPASI Usia
6 Bulan
c. Syarat Pemberian MPASI
d. Tanda Bayi Siap Menerima
MPASI
e. Tahapan Pemberian MPASI
f. Risiko pemberian makanan
tambahan terlalu dini
g. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pemberian
MPASI dini
Faktor-faktor yang
mempengaruhi
1. Tingkat pendidikan
2. Pekerjaan
3. Umur
4. Faktor Lingkungan
5. Sosial Budaya
Zat Gizi Makanan Pendamping
ASI
32
C. Kerangka Konsep
Gambar 2.2 : Kerangka Konsep
Baik
Tingkat pengetahuan
ibu tentang pemberian
makanan pendamping
ASI terlalu dini
Cukup
Kurang
33
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Ditinjau dari segi tujuan penelitian yang hendak dicapai, penelitian ini
menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Arikunto (2013),
deskriptif yang berarti memaparkan atau menggambarkan sesuatu hal,
misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan lain-lain.
Kuantitatif adalah data yang dipaparkan dalam bentuk angka-angka
(Riwidikdo, 2012). Deskriptif kuantitatif adalah mendiskripsikan data
menggunakan angka-angka (Setiawan dan saryono, 2010). Penelitian ini
mendiskripsikan tentang tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian makanan
pendamping ASI dini.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat yang akan dilakukan oleh peneliti dalam
melaksanakan kegiatan penelitian (Hidayat, 2007). Penelitian ini
dilaksanakan di PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah rentang jadwal yang dilakukan oleh peneliti
dalam melaksanakan kegiatan penelitianya (Hidayat, 2007). Penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal 7 Mei 2015.
34
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2012). Populasi dari penelitian yang diambil adalah jumlah
ibu yang mempunyai bayi 0-6 bulan di PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen
yaitu 26 orang.
2. Sampel penelitian
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2012; Sugiyono,
2013). Jika populasi kurang dari 30 maka anggota populasi tersebut
diambil seluruhnya untuk dijadikan sampel penelitian (Hidayat, 2007).
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai
bayi usia dibawah 6 bulan di PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen sebanyak
26 orang.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh
sampel yang benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh atau
menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya. Dengan istilah lain,
sampel harus representatif (Arikunto, 2013). Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini dilakukan dengan cara total sampling atau sampling
jenuh. Total sampling yaitu mengambil semua anggota populasi sebagai
sampel (Hidayat, 2007).
35
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat,
atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang
suatu konsep pengertian tertentu (Notoadmodjo, 2012). Penelitian ini
menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan ibu tentang
pemberian makanan pendamping ASI dini.
E. Definisi Operasional
Menurut Hidayat (2007), definisi operasional berdasarkan karakteristik
yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau
pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena.
Tabel. 3.2. Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Kategori
Tingkat
pengetahua
n ibu
tentang
pemberian
makanan
pendamping
ASI terlalu
dini
Kemampuan responden
untuk menjawab
pertanyaan tentang
makanan pendamping ASI
meliputi :
1. Pengertian MPASI
2. Alasan Pemberian
MPASI usia 6 bulan
3. Syarat MPASI
4. Tanda Bayi Siap
Menerima MPASI
5. Tahapan
6. Risiko Pemberian
MPASI Terlalu Dini
Kuisioner Ordinal 1. Baik, bila nilai
responden yang
diperoleh adalah (x) >
mean + 1 SD
2. Cukup, bila nilai
responden yang
diperoleh adalah
mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD
3. Kurang, bila nilai
responden yang
diperoleh adalah (x) <
mean – 1 SD
(Riwidikdo, 2012)
F. Instrumen Penelitian
Alat yang dipergunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah
kuesioner. Menurut Notoatmodjo (2012), kuesioner adalah daftar pernyataan
36
yang sudah tersusun dengan baik, matang, dan responden tinggal memberikan
jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu.
Kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup, yang
berbentuk pernyataan di mana dalam pernyataan tersebut disediakan pilihan
jawaban “benar” atau “salah” tentang makanan pendamping ASI dan
responden diminta memilih salah satu jawaban tersebut. Cara penskoran
untuk pernyataan positif (favourabel) bila responden menjawab “benar”
skornya 1 dan menjawab “salah” skornya 0. Pernyataan negatif
(unfavourabel) bila responden menjawab “benar” skornya 0 dan menjawab
“salah” skornya 1. Adapun pengisian kuesioner ini dengan cara memberikan
tanda centang ( √ ) pada lembar kuesioner yang sudah disediakan.
Dalam instrumen ini terdapat 32 pertanyaan.
Tabel. 3.3 Kisi-kisi Kuesioner
Variabel Sub variabel Pernyataan Jumlah
soal Favorable Unfavorable
Tingkat
pengetahuan ibu
tentang
pemberian
makanan
pendamping
ASI terlalu dini
1. Pengertian MPASI 1, 2, 4 3 4
2. Alasan pemberian
MPASI usia 6
bulan
6, 7, 8, 9,
10
5 6
3. Syarat MPASI 12, 13 11 3
4. Tanda Bayi Siap
Menerima MPASI
17 14, 15, 16, 18 5
5. Tahapan 20, 22, 23
24, 27
19,21, 24, 25,
26*
9
6. Risiko pemberian
MPASI Terlalu
Dini
29, 30, 31 28, 32* 5
Jumlah 18 14 32
Ket:
* : soal yang tidak valid
37
Kuesioner penelitian ini terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan
reliabilitas untuk mendapatkan hasil yang berkualitas. Uji coba instrumen
telah dilakukan di PKD Ngudi Mulyo Cangkol Sragen. Jumlah responden
yang digunakan adalah 30 orang. Penelitian mengambil responden 30 orang
karena menurut Riwidikdo (2012), uji coba minimal dilakukan terhadap 30
orang.
1. Uji Validitas
Menurut Riwidikdo (2012), validitas didefinisikan sebagai ukuran
seberapa cermat suatu test melakukan fungsi ukurannya. Jadi validitas
adalah yang menunjukan sejauh mana instrumen pengukur mampu
mengukur apa yang ingin diukur. Penelitian ini menggunakan uji validitas
dengan rumus korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan program
komputer SPSS for Windows.
Rumus product moment adalah
Keterangan :
N : Jumlah responden
rxy : Koefisien korelasi product moment
x : Skor pernyataan
y : Skor total
xy : Skor pernyataan dikalikan skor total
( ) ( ) }Y - Y {N }X X {
YX. - XY . N
222 2 SSS-S
SSS=
Nrxy
38
Uji validitas telah dilakukan di PKD Ngudi Mulyo Cangkol Sragen dengan
jumlah responden 30 responden dan soal kuisioner 32 soal. Data yang
diperoleh diolah dengan bantuan komputerisasi program SPSS.
Instrumen dikatakan valid jika nilai p value < 0,05. Dari uji validitas yang
dilakukan dengan membagikan kuesioner yang berisi 32 soal, kepada 30
responden didapatkan hasil valid ada 30 soal dan 2 soal tidak valid. Soal
yang tidak valid dihapus, karena 2 soal yang tidak valid sudah terwakili
soal yang lain.
2. Uji Reabilitas
Menurut Notoadmodjo (2012), reliabilitas artinya sejauh mana hasil
pengukuran itu tetap asas (ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau
lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang
sama.
Untuk menguji relitabilitas instrumen, peneliti menggunakan Alpha
Chronbach dengan bantuan program komputer Chronbach adalah sebagai
berikut
Keterangan
r1 = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pernyataan atau banyaknya soal
∑s1 = Jumlah varian butir
st = Jumlah varian
39
Kuesioner dikatakan reliabel jika nilai koefisien Alpha Cronbach minimal
0,7, sehingga untuk mengetahui sebuah kuesioner dikatakan reliabel atau
tidak dengan melihat besarnya nilai alpha (Riwidikdo, 2012).
Dari uji realibilitas yang telah dilakukan didapatkan hasil nilai Alpha
Cronbach adalah 0, 937, jadi hasil yang didapatkan reliabel karena
hasilnya lebih dari 0,7.
G. Teknik Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan lembar
pernyataan persetujuan dan membagikan kuisioner atau angket pada ibu yang
memiliki bayi di PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen, kemudian menjelaskan
tentang cara pengisiannya. Responden diminta mengisi kuisioner sampai
selesai dan kuisioner diambil pada saat itu juga oleh peneliti.
Data yang diperoleh terdiri dari :
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek
penelitian oleh peneliti (Riwidikdo, 2012). Data primer diperoleh dari
kuesioner mengenai makanan pendamping ASI yang dibagikan pada
responden.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat secara tidak langsung dari obyek
penelitian (Riwidikdo, 2012). Dalam penelitian ini data sekunder
didapatkan dari data jumlah bayi di PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen.
40
H. Metode Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Setelah semua data terkumpul, maka langkah yang dilakukan berikutnya
adalah pengolahan data. Proses pengolahan data menurut Notoatmodjo
(2012) adalah :
a. Editing
Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui
kuisioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu. Jika ternyata masih ada
data atau informasi yang tidak lengkap dan tidak mungkin dilakukan
wawancara ulang, maka kuisioner tersebut dikeluarkan.
b. Coding
Lembaran atau kartu kode adalah instrumen berupa kolom-kolom untuk
merekam data secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor
responden, nomor-nomor pertanyaan dan skor pertanyaan.
c. Entry
Memasukkan data yakni mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar
kode atau kartu kode sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.
d. Tabulating
Tabulating adalah membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan
penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti.
41
e. Pembersihan data (cleaning)
Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali untuk
melihat kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidak lengkapan dan
sebagainya kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.
2. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan analisis univariat. Menurut Notoatmodjo (2012), analisis
univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan karakteristik
setiap variabel penelitian.
Menurut Riwidikdo (2012), untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu,
ditunjukan dengan keterangan sebagai berikut :
a. Baik, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) > mean + 1 SD
b. Cukup, bila nilai responden yang diperoleh adalah mean – 1 SD ≤ x ≤
mean + 1 SD
c. Kurang, bila nilai responden yang diperoleh adalah (x) < mean – 1 SD
Sebelum menentukan tingkat pengetahuan ibu terlebih dahulu peneliti
menghitung nilai mean dan simpangan baku. Rumus untuk menghitung
nilai mean dan simpangan baku menurut Riwidikdo (2012), yaitu :
a. Mean
X = n
Σ 11 i
n
x=
= 26
592
= 22,7
42
Keterangan :
X : Mean
n : Jumlah responden
x1 : Nilai responden
b. Simpangan Baku
SD =
( )
1
2
2
-
S-S
n
n
xi
xi
=126
26
35046414442
-
-
=25
1347914442 -
=25
1594
= 52,38
= 6,2
Keterangan :
SD : Simpangan baku
xi : Nilai responden
n : Jumlah responden
Berdasarkan nilai Mean dan Standard Deviation, tingkat pengetahuan responden
dapat dikategorikan menjadi 3 tingkat, yaitu sebagai berikut:
43
1. Baik = Apabila nilai responden yang diperoleh:
(x) > Mean + 1 SD
(x) > 22,7 + (1 x 6,2)
(x) > 28,9
Jadi tingkat pengetahuan responden baik bila nilai (x) > 28,9
2. Cukup = Apabila nilai responden yang diperoleh:
Mean – 1 SD < x < Mean + 1 SD
22,7 – (1 x 6,2) < x < 22,7 + (1 x 6,2)
16,5 < x < 28,9
Jadi tingkat pengetahuan responden cukup bila nilai (x) 16,5 < x < 28,9
3. Kurang = Apabila nilai responden yang diperoleh:
(x) < Mean – 1 SD
(x) < 22,7 – (1 x 6,2)
(x) < 16,5
Jadi tingkat pengetahuan responden kurang bila nilai (x) < 16,5
Menurut Riwidikdo (2012), rumus untuk mengetahui skor persentase
tiap responden adalah sebagai berikut:
Skor Persentase =diperoleh seharusnya yang maksimalskor Total
respondendiperoleh yangSkor x 100%
Menurut Riwidikdo (2012), sedangkan rumus persentase untuk
mengetahui jumlah ibu yang memiliki bayi menurut tingkat pengetahuan
yaitu :
44
S Ibu menurut Tingkat Pengetahuan
Skor Persentase = ––––––––––––––––––––––––––––––––––––x 100%
S Responden
I. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini mendapat rekomendasi dari pihak
PRODI DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta, setelah disetujui
oleh pembimbing I selaku pembimbing penelitian, kemudian peneliti
meminta ijin ke Kepala PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen, setelah mendapat
ijin untuk melakukan penelitian, peneliti akan melakukan penelitian dengan
memperhatikan masalah etika menurut Hidayat (2007) antara lain sebagai
berikut :
1. Informed Consent
Informed consent diberikan sebelum melakukan penelitian. Informed
consent ini berupa lembar persetujuan untuk menjadi responden.
Pemberian informed consent ini bertujuan agar subjek bersedia, maka
mereka harus menandatangani lembar persetujuan dan jika responden tidak
bersedia, maka peneliti harus menghormati keputusan tersebut. Pada
penelitian ini semua responden akan diberi lembar persetujuan.
2. Anonimity (Kerahasiaan nama/Identitas)
Anonymity berarti tidak perlu mencantumkan nama pada lembar
pengumpulan data (kuisioner). Peneliti hanya menuliskan kode pada
lembar pengumpulan data tersebut. Peneliti tidak akan mencantumkan
nama subjek pada lembar pengumpulan data dalam penelitian ini.
45
3. Confidentiality (Kerahasiaan hasil)
Confidentiality ini menjelaskan masalah-masalah responden yang harus
dirahasiakan dalam penelitian. Kerahasiaan informasi yang dikumpulkan
dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan dalam hasil penelitian. Penelitian ini kerahasiaan hasil atau
informasi yang telah dikumpulkan dari setiap subjek yang akan dijamin
oleh peneliti.
J. Jadwal Penelitian
Menguraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai menyusun proposal
penelitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian, beserta waktu berjalan
atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut (Notoadmodjo, 2012).
46
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
Penelitian ini dilaksanakan di PKD Ngudi Waras Jabung Plupuh
Sragen yang merupakan salah satu PKD yang berada di Kabupaten Sragen.
Lokasi PKD Ngudi Waras terletak di Desa Jabung Kecamatan Plupuh
Kabupaten Sragen. Desa Jabung Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen
mempunyai luas wilayah + 3 Ha, dengan jumlah penduduk + 370 jiwa. Batas
wilayah Desa Jabung sebelah utara Kelurahan Jatinegoro, sebelah selatan
Kelurahan Mundu, sebelah timur Kelurahan Soko dan sebelah barat Kelurahan
Manyaran. PKD Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen ini dipimpin oleh
seorang bidan, yang membawahi 6 Posyandu, dengan jumlah kader 30 orang.
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
Setelah dilakukan penelitian data dapat diketahui karakteristik
responden yang meliputi:
47
Karakteristik Responden
Tabel 4.1
Karakteristik Responden
No. Karakteristik
Responden
Frekuensi
(n=26)
Persentase (%)
1.
2.
Umur
20 – 25 tahun
26 – 30 tahun
31 – 35 tahun
Pendidikan
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
3
18
5
5
14
3
4
11,6
69,2
19,2
19,2
53,9
11,6
15,3
Sumber: Data primer
Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat disimpulkan bahwa
kelompok umur responden terbanyak adalah 26 – 30 tahun, yaitu 18
responden (69,2%), dan karakteristik pendidikan terakhir responden
yang paling banyak adalah berpendidikan SMP yaitu sebanyak 14
responden (53,9%).
2. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Pemberian
Makanan Pendamping ASI Dini, Nilai Mean dan Standard Deviation
No. Pengetahuan Jumlah Persentase
(%) Mean
Std.
Deviation
1.
2.
3.
Baik
Cukup
Kurang
4
17
5
15,4
65,4
19,2
22,7 6,2
Total 26 100%
Sumber: Data Primer
48
Berdasarkan tabel di atas, tingkat pengetahuan pengetahuan ibu
tentang pemberian makanan pendamping ASI dini di PKD Ngudi Waras
Plupuh Sragen dapat dikategorikan dalam pengetahuan cukup, yaitu
sebanyak 17 responden (65,4%).
C. Pembahasan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di PKD Ngudi Waras Plupuh
Sragen, didapatkan hasil tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian makanan
pendamping ASI dini pada kategori baik 4 responden (15,4 %), pada kategori
cukup 17 responden (65,4 %), dan pada kategori kurang 5 responden (19,2 %).
Tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI dini
kebanyakan dengan tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 17 responden
(65,4 %).
Menurut Mubarak, dkk (2007) salah satu faktor yang mempengaruhi
pengetahuan adalah umur. Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi
perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Berdasarkan tabel 4.1
didapatkan hampir seluruh ibu berumur 26 – 30 tahun. Di mana pada usia
tersebut terbentuk usia dewasa. Apabila umur bertambah maka akan lebih
banyak informasi yang didapat serta pengalaman yang didapat juga lebih
banyak. Namun pada kenyataannya banyak yang memiliki pengetahuan
kurang. Hal itu disebabkan karena tidak diimbangi dengan media informasi
yang didapat.
49
Faktor lain yang dapat mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan.
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa sebagian besar ibu berpendidikan SMP. Di
mana pendidikan adalah bimbingan yang diberikan seseorang pada orang lain
terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Dari pendapat tersebut
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan responden diharapkan makin mudah
pula responden dalam menerima pengetahuan yang dimiliki dan sebaliknya
jika pengetahuan kurang akan menghambat sikap seseorang terhadap nilai
baru yang diperkenalkan.
Selain umur, faktor lain yang mempengaruhi ibu yang memiliki
pengetahuan kurang adalah pekerjaan. Dari kuisioner menunjukkan hampir
sebagian ibu bekerja sebagai IRT dan petani yang memungkinkan mereka
lebih sibuk dengan kegiatan mereka sehingga sarana untuk mendapatkan
informasi kurang. Jika seseorang yang tidak bekerja akan lebih sering di
rumah, maka informasi yang didapatkan semakin sedikit sehingga
pengetahuan ibu kurang tentang MP-ASI. Pada bidang swasta di mana ibu
yang bekerja di luar rumah dapat memperoleh hal baru dan mencari informasi
tentang pemberian MP-ASI, yang mana orang yang bekerja diluar rumah bisa
saling bertukar pengalaman atau pengetahuan dengan orang lain. Pengalaman
dan pengetahuan yang didapat akan lebih bervariasi sehingga ibu tidak akan
memberikan MP-ASI secara dini pada bayinya.
Berdasarkan hasil penelitian, mengenai pengetahuan ibu tentang
pemberian makanan pendamping ASI dini sebagian besar responden
50
berpengetahuan cukup. Pengetahuan tentang pemberian makanan pendamping
ASI sangat penting bagi ibu, karena pengetahuan dapat mempengaruhi ibu
dalam memberikan makanan pendamping ASI pada bayinya. Hasil penelitian
yang telah penulis lakukan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Lestari (2012), dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Makanan
Pendamping ASI pada Anak Usia 6-24 Bulan di Desa Rembun Kecamatan
Nogosari Kecamatan Boyolali”, dengan hasil 29 responden (64,44%)
berpengetahuan cukup.
D. Keterbatasan Penelitian
1. Kendala Penelitian
Kendala yang dihadapi peneliti pada saat melakukan penelitian
adalah tidak bisa mengumpulkan responden dalam satu waktu, sehingga
membutuhkan waktu yang lebih lama dan setiap responden memiliki
waktu luang yang berbeda dalam menjawab kuesioner.
2. Kelemahan/ Keterbatasan
a. Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal, sehingga hasil
penelitian terbatas pada tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian
makanan pendamping ASI dini saja.
b. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
tertutup, sehingga responden hanya bisa menjawab “ya” atau “tidak”
dan jawaban responden belum bisa untuk mengukur pengetahuan
secara mendalam.
51
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Mei 2015
dengan judul Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Makanan Pendamping ASI
Terlalu Dini di PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen, dapat disimpulkan bahwa
tingkat pengetahuan ibu tentang Makanan Pendamping ASI dini pada kategori
cukup yaitu sebanyak 17 responden (65,4%).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan saran
sebagai berikut:
1. Bagi Ilmu Pengetahuan
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan tambahan pengetahuan dan
wawasan khususnya tentang makanan pendamping ASI untuk bayi kurang
dari 24 bulan.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya diharapkan melakukan penelitian
menggunakan metode penelitian yang berbeda dengan cara
mengembangkan variabel penelitian dan meningkatkan jumlah responden,
sehingga didapatkan hasil yang lebih baik.
51
52
3. Institusi
a. Pendidikan
Diharapkan dapat dijadikan sumber bacaaan khususnya tentang
makanan pendamping ASI.
b. Bagi PKD Ngudi Waras Plupuh Sragen
Diharapkan dapat menjaga mutu kualitas pelayanan dengan
memberikan penyuluhan secara intensif pada ibu untuk meningkatkan
pengetahuan ibu tentang makanan pendamping ASI.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta.
Depkes RI. 2006. Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu
Ibu ( Mp – Asi) Lokal Tahun 2006. Jakarta : Departemen Kesehatan Ri,
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. 2012
Hasdianah, H.R, Siyoto, S, dan Peristowati, Y. 2014. Gizi Pemanfaatan Gizi,
Diet, dan Obesitas. Yogyakarta : Nuha Medika.
Hidayat, A.A. 2007. Metode Penelitian Data dan Teknik Analisis Data. Jakarta :
Salemba Medika.
. 2011. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.
Lestari, D. 2012. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Makanan Pendamping ASI
Pada Anak Usia 6-24 Bulan Di Desa Rembun Kecamatan Nogosari
Kecamatan Boyolali. STIKes Kusuma Husada Surakarta. Karya Tulis
Ilmiah.
Marmi. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “Puerperium Care”. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Mubarak, W.I, Chayatin, N, Rozikin, K, dan Supradi. 2007. Promosi Kesehatan
Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan.
Yogyakarta : Graha Ilmu.
Notoadmodjo, S. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta : Rineka
Cipta.
. 2012. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Prabantini. D. 2010. A To Z Makanan Pendamping Asi. Yogyakarta : C.V Andi
Offset.
Proverawati, A, dan Asfuah, S. 2009. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Pujiarto, P. 2008. Bayiku Anakku Panduan Praktis Kesehatan Anak. Jakarta :
Intisari.
54
Rahmawati, A. 2012. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian
MPASI Pada Bayi Usia 0-12 Bulan Di Posyandu Desa Harjokuncaran
Kecamatan Sumbermanjing Wetan. STIKes Widyagama Husada Malang.
Karya Tulis Ilmiah
Riwidikdo, H. 2012. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendikia Press.
Rochimiwati, S.N, Mas’ud, H, dan Giringan, J. 2013. Studi Pemberian Mp–Asi
Dini Dan Status Gizi Bayi Umur 0 – 6 Bulan Di Kelurahan Botang
Kecamatan Makale Kabupaten Tana Toraja. Jurnal Media Gizi Pangan.
Vol. Xv, Edisi 1, 2013. Jurusan Gizi, Piliteknik Kesehatan Kemenkes.
Makassar.
Setiawan, A dan Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1,
dan S2. Yogyakarta : Nuha Medika.
Siregar, A. 2004. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian Asi Oleh Ibu
Melahirkan. Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat. Usu Digital Library.
Sudaryanto, G. 2014. MPASI Super Lengkap. Jakarta : Penebar Swadaya Group.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Wawan, A dan Dewi. 2011. Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Manusia.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Wirda, A,H. 2009. Buku Saku Gizi Bayi. Jakarta : EGC.