PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KAYU MANIS (Sauropus ...

of 92 /92
TESIS PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KAYU MANIS (Sauropus Androgynus(L.)Merr) MENURUNKAN KADAR ISOPROSTANE DALAM URINE TIKUS WISTAR YANG DIBERIKAN BEBAN AKTIVITAS BERLEBIH MAKSIMAL VITARIANA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2011 TESIS

Embed Size (px)

Transcript of PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KAYU MANIS (Sauropus ...

  • TESIS

    PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KAYU MANIS (Sauropus Androgynus(L.)Merr) MENURUNKAN KADAR ISOPROSTANE DALAM URINE TIKUS WISTAR YANG

    DIBERIKAN BEBAN AKTIVITAS BERLEBIH MAKSIMAL

    VITARIANA

    PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR 2011

    TESIS

  • PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KAYU MANIS (Sauropus Androgynus(L.)Merr) MENURUNKAN KADAR ISOPROSTANE DALAM URINE TIKUS WISTAR YANG

    DIBERIKAN BEBAN AKTIVITAS BERLEBIH MAKSIMAL

    VITARIANA

    0790761046

    PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

    PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR 2011

  • PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KAYU MANIS (Sauropus Androgynus(L.)Merr)

    MENURUNKAN KADAR ISOPROSTANE DALAM URINE TIKUS WISTAR

    YANG DIBERIKAN BEBAN AKTIVITAS BERLEBIH MAKSIMAL

    Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister

    Pada Program Magister Biomedik

    Program Studi Kekhususan Anti-AgingMedicine

    Program Pascasarjana Universitas Udayana

  • VITARIANA

    NIM : 0790761046

    PROGRAM MAGISTER

    PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS UDAYANA

    DENPASAR

    2011

  • Lembar Pengesahan

    PENELITIAN TESIS INI TELAH DISETUJUI

    PADA TANGGAL 12 Januari 2011

    Pembimbing I Pembimbing II

    Prof. Dr.dr.J.Alex Pangkahila, M.Sc.,Sp.And. Prof.rr. Nyoman Agus Bagiada, Sp.BIOK

    NIP : 194402011964091001 NIP : 1302464501

    Mengetahui

    Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Direktur

  • Program Pascasarjana Program Pascasarjana

    Universitas Udayana Universitas Udayana

    Prof.Dr.dr. Wimpie Pangkahila, SpAnd,FAACS Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi, Sp.S

    NIP : 194612131971071001 NIP: 195902151985102001

    Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai

    Oleh Panitia Penguji pada

    Program Pascasarjana Universitas Udayana

    Pada Tanggal 12 Januari 2011

  • Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

    Nomor: 23/H14.4/HK/2011

    Tanggal : 07 Januari 2011

    Ketua : Prof.Dr.dr.Wimpie Pangkahila, Sp.And.FAACS

    Anggota :

    1. Prof. Dr.dr.J.Alex Pangkahila, M.Sc.,Sp.And.

    2. Prof.Dr. Nyoman Agus Bagiada, Sp.BIOK

    3. Prof. Dr.N.Tigeh Suryadhi, MPH, Ph.D

    4. Prof.Dr.dr.N.Adiputra, MOH

  • UCAPAN TERIMA KASIH

    Penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan Allah Bapa di Surga atas berkat,

    rachmat, bimbingan serta petunjukNYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang

    berjudul : Ekstrak Daun Kayu Manis (Sauropus Androgynus (L.)Merr) menurunkan kadar

    isoprostane dalam urine tikus wistar yang diberikan beban aktivitas berlebih maksimal,

    yang merupakan sebagian dari persyaratan untuk menyelesaikan program Pascasarjana

    pada program Studi Kekhususan Anti-Aging Medicine Universitas Udayana.

    Dengan selesainya tesis ini, penghargaan dan ucapan terima kasih yang tak terhingga

    kepada :

    1. Prof. Dr. dr. Wimpie I Pangkahila, SpAnd, FAACS sebagai Ketua Program Studi Kekhususan

    Anti-Aging Medicine yang telah banyak memberikan masukan, saran dan arahan dalam

    menyusun tesis ini.

    2. Prof. Dr. dr.J Alex Pangkahila, MSc, SpAnd, sebagai dosen pembimbing I yang telah banyak

    memberikan ide, motivasi, bimbingan dan saran dalam menyusun tesis ini.

    3. Prof. dr. N Agus Bagiada, SpBIOK, sebagai dosen pembimbing II yang telah banyak

    memberikan gagasan, masukan, saran dan bimbingan selama penyusunan tesis ini.

    4. Prof. dr. N. Tigeh Suryadhi, MPH, Ph.D, yang telah banyak memberikan gagasan, masukan,

    saran dan bimbingan terutama dalam metode penelitian dan statistik yang berguna bagi

    penulis dalam penyusunan tesis ini.

  • 5. Prof. Dr. dr. N Adiputra, MOH, yang telah banyak memberikan gagasan, masukan, saran

    dan bimbingan terutama dalam metode penelitian dan statistik yang berguna bagi penulis

    dalam penyusunan tesis ini.

    6. Prof. Drh. Nyoman Mantik Astawa, Ph.D, dari bagian Virologi Fakultas Kedokteran Hewan

    Universitas Udayana yang telah banyak membantu dalam penelitian terutama bimbingan

    dan masukan dalam menggunakan kit penelitian.

    7. I Gede Wiranatha, S.Si, dari bagian Animal Unit Farmakologi Fakultas Kedokteran

    Universitas Udayana, yang telah banyak membantu dalam penelitian terutama bimbingan

    serta masukan dalam proses pemeliharaan dan pengelolaan hewan uji.

    8. Drs.I Ketut Tunas, M.Si. yang telah banyak membantu dalam penelitian dan penyusunan

    tesis ini terutama saran, ide, masukan dan bimbingan dalam bidang statistik.

    9. Khamdan Khalimi SP., M.Si dari laboratorium Biopestisida Universitas Udayana yang telah

    banyak membantu dan memberikan saran dan bimbingan terutama dalam proses

    pengolahan ekstrak bahan tanaman untuk penelitian.

    10. dr. Desak Wihandani, Mkes, dari bagian Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas

    Udayana, yang telah memberikan saran dalam penyusunan tesis ini.

    Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus

    kepada orang tua, Bapak dan Ibu dr.Yohandoyo, saudara-saudara penulis Febianto

    Yohandoyo, Metta Alsobrook, S.H., M.TrainDev, Ph.D dan Anitasari Yohandoyo, S.Psi dan

    Luciana Jiang yang senantiasa memberikan doa, dukungan dan dorongan moril dalam

    penyelesaian program magister ini.

    Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada suami

    tercinta Agus Budijanto serta anak-anak tersayang Natasha Fabrielle Budijanto, Nathaniel

    Budijanto, dan Natalya Budijanto, yang dengan penuh pengorbanan telah memberikan

  • kepada penulis kesempatan untuk menyelesaikan tesis ini dengan doa serta dukungan

    moril yang tiada hentinya.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dengan segala keterbatasan yang ada, tesis

    ini masih perlu disempurnakan dan lebih dilengkapi lagi, sehingga kritik dan saran sangat

    diharapkan demi penyempurnaan tesis ini.

    Akhir kata semoga tesis ini bermanfaat bagi kepentingan masyarakat serta pengembangan

    Ilmu pengetahuan khususnya Kedokteran Anti-Penuaan dikemudian hari.

    Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat dan berkat-Nya kepada semua

    pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini, serta

    kepada penulis sekeluarga, Amin.

  • PEMBERIAN EKSTRAK DAUN KAYU MANIS (SAUROPUS ANDROGYNUS) MENURUNKAN KADAR ISOPROSTANE DALAM URINE TIKUS WISTAR YANG DIBERIKAN AKTIVITAS

    FISIK BERLEBIH MAKSIMAL

    ABSTRAK

    Aktivitas fisik yang berlebihan dapat meningkatkan konsumsi oksigen menjadi 100-200 kali lipat karena terjadi peningkatan metabolisme dalam tubuh. Hal ini disebabkan oleh kontraksi otot, yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kebocoran elektron dari mitokhondria menjadi ROS (Reactive Oxygen Species) Disamping itu, aktivitas fisik yang berlebihan menyebabkan terjadinya peningkatan produksi radikal bebas dan hal ini disebabkan oleh sekitar 2-5% dari oksigen yang dipakai dalam proses metabolisme di dalam badan, dan akhirnya akan menjadi ion superoksid. Bila kadar radikal bebas terlalu tinggi seperti saat melakukan aktivitas fisik yang berlebihan, maka kemampuan antioksidan yang ada dalam tubuh tidak dapat menetralisir radikal bebas sehingga dapat menimbulkan stress oksidatif. Stress oksidatif jangka panjang telah terbukti dapat menimbulkan berbagai penyakit degeneratif. Pada masa sekarang kebiasaan hidup dengan aktivitas fisik yang berlebihan dan pengaruh lingkungan yang menyebabkan terbentukya radikal bebas sulit dihindari, penggunaan antioksidan dapat mencegah terbentuknya radikal bebas tersebut. Salah satu antioksidan yang banyak ditemukan di lingkungan masyarakat adalah Tumbuhan Kayu manis (Sauropus androgynus (L.) Merr.). Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penurunan kadar 8-iso-PGF2 (isoprostane) dalam urine tikus wistar yang diberikan aktivitas fisik berlebih maksimal setelah pemberian ekstrak daun kayu manis (Sauropus androgynus).

    Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan rancangan penelitian pre-test post-test control group design yang dilakukan pada 28 ekor tikus wistar jantan, berumur 2 3 bulan, berat badan 180- 200 g. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran UNUD Denpasar pada bulan Juni 2010. Pemeriksaan 8-iso-PGF2 dilakukan di Laboratorium Veteriner FKH-UNUD,Denpasar. Data dianalisis dengan uji One Way ANOVA satu arah.

    Berdasarkan hasil analisis, terdapat penurunan kadar isoprostane pada kelompok kontrol (aquadest 2 ml) sebesar 0,12 pg/mL (3,92%) yaitu dari 3,061,01 pg/mL menjadi 3,180,80 pg/mL, pada kelompok Ekstrak kayu manis, pada kelompok Ekstrak kayu manis 2 ml sebesar 1,31 pg/mL (45,87%) yaitu dari 2,850,60 pg/mL menjadi 1,540,61 pg/mL, dan pada kelompok Ekstrak kayu manis 4 ml sebesar 2,02 pg/mL (72,34%) yaitu dari 2,791,16 pg/mL menjadi 0,770,43 pg/mL .

    Pada penelitian ini ternyata pemberian ekstrak kayu manis 1- 4 ml setiap hari selama 14 hari pada tikus wistar jantan mampu menurunkan kadar isoprostane secara bermakna dibandingkan dengan placebo. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui jenis keluhan penyakit apa saja yang dapat diobati dengan kayu manis.

    Kata kunci: ekstrak kayu manis, tikus wistar, aktivitas berlebih maksimal, isoprostane.

  • ADMINISTRATION OF CINNAMON EXTRACT (SAUROPUS ANDROGYNUS) REDUCES THE

    LEVEL OF ISOPROSTANE IN WISTAR MICES URINE TREATED WITH EXCESSIVE PHYSICAL ACTIVITIES

    ABSTRACT

    Excessive physical activities can increase oxygen consumption from100 to

    200 times higher; because there is an increase of metabolism in the body. This happens because of the muscle contraction that can cause the increase of electron leak from mitochondria to reduce ROS (Reactive Oxygen Species). In addition, excessive physical activities can generate an increase of free radical. Constant free radical production is a physiological process of the cells but when the degree of the radical production is multiply can cause senescent of the organism. This happens because two to five percent of oxygen used in the metabolism process turn to ion superoxide

    When the degree of free radical is too high, e.g when people do excessive physical activities, the anti oxidants in the body cannot quenced the free radical; hence, it will create oxydative stress. It is proven that long term oxidative stress can cause degenerative diseases. In todays world, polluted environments and extreme physical activities can cause the generation of free radical; and the use of anti-oxidant can prevent it.

    One of the anti-oxidants that can easily found in Indonesia is the cinnamon extract (Sauropus androgynus (L.) Merr.). The purpose of this study was to discover whether there is a reduction of 8-iso-PGF2 , an isoprostane produced by the non-enzymatic peroxidation of arachidonic acid in membrane phospholipids in the mices urine after given the cinnamon extract (Sauropus androgynus). The study was an experimental study using pre-test post-test control group design. Twenty eight male wistar mice, age two to three months old, with 180 200 gram in weight used in the study. The study was done in June 2010, in the Pharmacology laboratory School of Medicine, University of Udayana Bali. The 8-iso-PGF2 analysis was done at the veterinarian laboratory and the data was analyzed using one-way ANOVA method.

    Findings showed that there was a 0.12 pg/mL (3.92 percent) reduction of isoprostane level in the control group (aquadest 2 ml), from 3.180.80 pg/mL to 3.061.01 pg/mL. There was a reduction of 74 pg/mL (24.91 percent) from 2.97.35 pg/mL to 2.23.36 pg/mL on the group given dose of 1 ml cinnamon extract; a reduction of 1.31 pg/mL (45.87 percent) from 2.85.60 pg/mL to 1.54.61 pg/mL on the group given dose of 2 ml cinnamon extract; a reduction of 2,02 pg/mL (72.34 percent) on the group given dose of 4 ml cinnamon extract from 2.791.16 pg/mL to .77.43 pg/mL . Giving one to four ml of cinnamon extract everyday to the male Wistar mice can reduce the isoprostane level compare to the one given the placebo.This results showed that administration of cinnamon extract significantly

  • reduces isoprostane level in wistar mices urine treated with excessive physical activities.

    Findings from this study can be used to do another study to find other

    disease that can be cured using cinnamon extract.

    Key word: cinnamon extract, wistar mouse, extensive physical activities, isoprostane

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    Prasyarat Gelar ...................................................................................................... i

    Lembar Persetujuan ............................................................................................... ii

    Penetapan Panitia Penguji Tesis ............................................................................ iii

    Ucapan Terima Kasih ........................................................................................... iv

    Abstrak .................................................................................................................. vi

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ x

    DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xv

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 8

    1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 8

    1.3.1. Tujuan Umum ......................................................................... 8

    1.3.2. Tujuan Khusus ......................................................................... 8

    1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 9

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Fisiologi Aktifitas Fisik Berlebih Maksimal .................................... 10

    2.2 Pembentukan Radikal Bebas dalam Latihan Fisik Berlebih ............ 12

    2.3 Antioksidan ...................................................................................... 15

    2.4 Senyawa Bioaktif Tumbuhan ........................................................... 16

    2.5 Senyawa Flavonoid .......................................................................... 17

    2.5.1. Kerangka Dasar Flavonoid ..................................................... 17

    2.5.2. Biosintesa Flavonoid .............................................................. 20

    2.5.3. Identifikasi Flavonoid ............................................................. 21

    2.6 Tumbuhan Yang Berpotensi Antioksidan ........................................ 21

    2.7 Deskripsi Tanaman Daun Kayu Manis (Sauropus androgynus) ...... 22

    2.7.1. Komponen Kimia ................................................................... 24

  • 2.7.2. Efek Farmakologis ................................................................. 26

    2.8. Tikus Wistar (Rattus norvegicus) ..................................................... 27

    BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

    3.1 Kerangka Konsep .............................................................................. 29

    3.2 Hipotesis Penelitian .......................................................................... 30

    BAB IV METODE PENELITIAN

    4.1 Rancangan Penelitian ........................................................................ 31

    4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 32

    4.3 Populasi dan Sampel .......................................................................... 32

    4.4 Variabel Penelitian ............................................................................ 33

    4.4.1. Klasifikasi Variabel ................................................................ 33

    4.4.2. Definisi Operasional Variabel ................................................ 34

    4.5 Prosedur Penelitian ............................................................................ 35

    4.5.1. Pembuatan Ekstrak Daun Kayu Manis.................................... 35

    4.5.2. Pemilihan dan Pemeliharaan Hewan Uji ................................ 35

    4.5.3. Pengujian Ekstrak Daun Katu pada Tikus Wistar ................. 36

    4.5.4. Dosis . 36

    4.5.5. Jalannya Penelitian ................................................................. 37

    4.5.6. Alur Penelitian ..................................................................... 40

    4.6. Alat dan Bahan ......................................................................... 41

    4.6.1. Alat Penelitian ........................................................................ 41

    4.6.2. Bahan Penelitian ..................................................................... 42

    4.7. Cara Pengumpulan Data ........................................................... 42

    4.8. Analisis Data ............................................................................ 42

    BAB V HASIL PENELITIAN .......................................................................... 44

    5.1 Uji Normalitas Data Kadar Isoprostane Sebelum dan Sesudah

    Perlakuan ........................................................................................... 45

    5.2 Uji Homogenitas Varians Kadar Isoprostane Antar Kelompok

    Sebelum dan Sesudah Perlakuan ....................................................... 46

    5.3 Uji Komparabilitas Kadar Isoprostane .............................................. 46

  • 5.4 Analisis Efek Pemberian Ekstrak Daun Kayu Manis ........................ 47

    5.4.1. Analisis Efek Perlakuan Antar Kelompok ............................... 47

    5.4.2. Analisis Efek Perlakuan Antara Sebelum Dengan

    Sesudah Perlakuan ................................................................... 51

    BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................. 53

    6.1 Subjek Penelitian ............................................................................. 53

    6.2 Pemberian Ekstrak Daun Kayu Manis ............................................. 53

    6.3 Pengaruh Ekstrak Daun Kayu Manis Terhadap Isoprostane ........... 53

    6.4 Manfaat Ekstrak Daun Kayu Manis Terhadap Kesehatan .............. 56

    BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 59

    7.1 Simpulan .......................................................................................... 59

    7.2 Saran ................................................................................................ 59

    DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 61

    LAMPIRAN ......................................................................................................... 65

    FOTO-FOTO PENELITIAN ............................................................................... 74

  • DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 2.1 Klasifikasi Tanaman Daun Kayu Manis.... 22

    Tabel 2.2 Kandungan Daun Kayu Manis... 25

    Tabel 2.3 Data Biologi Tikus..... 27

    Tabel 2.4 Klasifikasi Tikus Wistar..... 28

    Tabel 5.1 Hasil Uji Normalitas Kadar Isoprostane Kelompok Sebelum dan

    Sesudah Perlakuan...... 45

    Tabel 5.2 Uji Homogenitas Varians Kadar Isoprostane Antar Kelompok

    Sebelum dan sesudah Perlakuan. 46

    Tabel 5.3 Rerata Kadar Isoprostane antar Kelompok Sebelum dan

    Sesudah diberikan Perlakuan... 47

    Tabel 5.4 Perbedaan Rerata Kadar Isoprostane Antar Kelompok

    Sesudah Diberikan Ekstrak Daun Kayu Manis... 48

    Tabel 5.5 Beda Nyata Terkecil Kadar Isoprostane Sesudah Diberikan

    Ekstrak Daun Kayu Manis antar Dua Kelompok.... 49

    Tabel 5.6 Penurunan Kadar Isoprostane antara Sebelum dan Sesudah

    Diberikan Ekstrak Daun Kayu Manis..... 51

  • DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1.1 Korelasi hubungan antioksidan dalam system biologi......... 5

    Gambar 2.1 Sistem metabolism yang menyuplai energy untuk kontraksi otot.... 12

    Gambar 2.2 Gugus Flavonoida atau 1,3-diarilpropana.... 18

    Gambar 2.3 Gugus Isoflavonoid atau 1,2-diarilpropana..... 18

    Gambar 2.4 Gugus Neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana.. 18

    Gambar 2.5 Tanaman Daun Kayu Manis.... 23

    Gambar 2.6 Daun Kayu Manis.... 23

    Gambar 2.7 Bunga pada tanaman Kayu Manis... 24

    Gambar 3.1 Bagan Kerangka Konsep..... 30

    Gambar 4.1 Rancangan Penelitian...... 31

    Gambar 4.2 Bagan Alur Penelitian..... 40

    Gambar 5.1 Perbedaan Rerata Kadar Isoprostane pada Kelompok Sebelum

    dan Sesudah Perlakuan.... 50

    Gambar 5.2 Perbandingan Rerata Kadar Isoprostane antara Kelompok

    Sebelum dan Sesudah Perlakuan...... 52

    Gambar 5.3 Penurunan Kadar Isoprostane Setelah Pemberian Ekstrak

    Daun Kayu Manis........................ 52

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Uji Normalitas Data........................................................................ 65

    Lampiran 2. Uji Oneway ANOVA Data Sebelum Perlakuan (Pre)............... 66

    Lampiran 3. Uji Oneway ANOVA Data Sesudah Perlakuan (Post)........... 67

    Lampiran 4. Post Hoc Tests............................................. 68

    Lampiran 5. Uji t-paired antara Sebelum Perlakuan (Pre) dengan Sesudah

    Perlakuan (Post) T-Test.......................... 6 9

    Lampiran 6. Kelompok = P1............................................... 70

    Lampiran 7. Kelompok = P2............................................................................... 71

    Lampiran 8. Kelompok = P3............................................................................... 72

    Lampiran 9. Nilai Konversi Dosis Obat Hewan Coba dengan Manusia............. 73

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Dalam kehidupan sehari-hari banyak faktor yang dapat mengganggu metabolisme

    dalam tubuh sehingga dapat timbul proses penuaan dini, salah satunya adalah aktivitas fisik

    yang berlebihan.

    Kegiatan berolahraga dapat meningkatkan konsumsi oksigen (VO2), yang digunakan

    untuk menghasilkan energi berupa ATP, melalui proses fosforilasi oksidatif dalam

    mitokondria. Dalam proses ini oksigen akan tereduksi menjadi air, namun sekitar 4-5%

    oksigen akan berubah menjadi senyawa oksigen reaktif atau ROS yang terjadi pada rantai

    transport elektron pada membran dalam mitokondria (Sutarina & Edward, 2004).

    Salah satu prinsip teori terjadinya proses penuaan, adalah yang disebut Free Radical Theory

    of Aging, yang diperkenalkan pertama kali oleh R.Gerschman pada tahun 1954 dan

    kemudian dikembangkan oleh Dr.Denham Harman dari fakultas kedokteran Universitas

    Nebraska. Radikal bebas adalah istilah yang digunakan dalam menggambarkan molekul yang

    berbeda dengan molekul konvensional yang memiliki elektron bebas, sehingga dapat

    menimbulkan reaksi dengan molekul lainnya dan bersifat destruktif. Molekul konvensional

    memiliki elektron yang berpasangan sehingga memiliki kondisi yang stabil. Dalam kondisi

    yang berlawanan, radikal bebas memiliki elektron ekstra yang menghasilkan pengisian ekstra

    negatif. Kondisi yang tidak seimbang inilah yang membuat radikal bebas cenderung untuk

    melekatkan diri pada molekul lain. Selain itu radikal bebas dapat menyerang struktur

    membran sel, sehingga menghasilkan produk sampah metabolic, salah satu substansi

    tersebut yaitu lipofuscinn. Kondisi kelebihan dari lipofuscin dalam tubuh ditunjukkan dengan

    timbulnya warna gelap pada kulit pada area tertentu yang disebut juga dengan age spots,

    yang merupakan indikasi adanya ekses dari hasil waste metabolic disebabkan oleh terjadinya

    1

  • destruksi seluler. Lipofuscin mempengaruhi kemampuan sel untuk memproduksi dan

    memperbaiki diri. Juga mengganggu sintesa DNA dan RNA, sintesis protein (menurunkan

    level energi dan kemampuan tubuh untuk membangun massa otot), menghancurkan seluler

    enzim yang sangat vital peranannya dalam proses kimia dalam tubuh. Kerusakan karena

    radikal bebas dimulai pada saat kita lahir dan berlanjut hingga akhir hayat. Dalam proses

    penuaan efek akumulasi dari kerusakan karena radikal bebas mengganggu metabolisme sel

    dan dapat menghasilkan mutasi sel yang mengarah pada timbulnya kanker dan kematian

    (Goldman & Klatz, 2007 ; Pangkahila, 2007).

    Aktivitas fisik yang berlebihan dapat meningkatkan konsumsi oksigen menjadi 100-200

    kali lipat karena terjadi peningkatan metabolisme dalam tubuh. Hal ini disebabkan oleh

    kontraksi otot, yang dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kebocoran elektron dari

    mitokhondria menjadi ROS (Reactive Oxygen Species) (Clarkson & Thomson, 2000 ; Sauza et

    al, 2005).

    Di samping hal itu, aktivitas fisik yang berlebihan menyebabkan terjadinya

    peningkatan produksi radikal bebas dan hal ini disebabkan oleh sekitar 2-5% dari oksigen

    yang dipakai dalam proses metabolisme di dalam badan, dan akhirnya akan menjadi ion

    superoksid (Chevion et al, 2003).

    Radikal bebas merupakan atom yang memiliki elektron tidak berpasangan pada orbital

    luarnya sehingga bersifat sangat reaktif terhadap sel atau komponen sel di sekitarnya.

    Karena radikal bebas bersifat reaktif maka akan dapat menimbulkan kerusakan sel dan

    komponen sel seperti lipid, protein, dan DNA, serta menyebabkan timbulnya mutasi

    karsinogenik (Droge, 2002 ; Clarkson & Thomson, 2000).

    Bila kadar radikal bebas terlalu tinggi seperti saat melakukan aktivitas fisik yang berlebihan,

    maka kemampuan antioksidan yang ada dalam tubuh tidak dapat menetralisir radikal bebas

    sehingga dapat menimbulkan stress oksidatif. Stress oksidatif jangka panjang telah terbukti

  • dapat menimbulkan berbagai penyakit degeneratif (Chevion et al, 2003, Ames et al, Keaney,

    2000).

    Suatu substansi yang dapat mencegah efek stress oksidatif adalah antioksidan.

    Antioksidan yang natural termasuk didalamnya vitamin C, vitamin E, dan betakaroten

    (substansi yang dalam tubuh kita digunakan untuk memproduksi vitamin A). Kompleks

    oligomerik proantosianin (OPC) adalah antioksidan tipe khusus yang lebih dikenal dengan

    golongan flavonoid. Jenis antioksidan ini umumnya didapat pada tumbuh-tumbuhan dan

    memberikan pertahanan terhadap invasi jamur, toksin-toksin, dan environmental stress.

    Hewan dan manusia tidak dapat memproduksi flavonoid tapi dapat mengabsorbsi dan

    memperolehnya dari tanaman yang mengandung flavonoid (OPC), dimana gugusan

    kompleks ini dapat melawan kerusakan sel akibat radikal bebas. Hal ini bermakna OPC dapat

    pula bermanfaat sebagai prevensi penyakit dimana stress oksidatif terlibat didalamnya

    (Clarkson & Thomson, 2000).

    Salah satu indikator pada manusia untuk mendeteksi kondisi stres oksidatif adalah kadar

    isoprostane ( 8-iso-PGF2 ) yang merupakan hasil dari peroksidase lipid membrane sel di

    dalam tubuh akibat radikal bebas (Hanak, 2010). Isoprostane adalah komponen

    prostaglandin like yang terbentuk dari katalisa..peroksidasi radikal bebas dari asam lemak

    esensial (primarily arachidonic acid) tanpa perintah atau aksi langsung dari enzim

    cyclooxygenase (COX). Isoprostane merupakan eicosanoids non klasikal dan memiliki

    aktivitas biologikal yang poten sebagai mediator inflamasi yang menimbulkan persepsi nyeri.

    Isoprostane merupakan marker yang akurat dari peroksidasi lipid baik pada manusia

    maupun hewan dalam konteks terjadinya oksidatif stress (Morrow et al, 2002).

    Evaluasi pertanda oksidatif stres yang disebabkan oleh Reactive Oxygen Species

    (ROS) dan Reaktif Nitrogen Species (RNS) dalam bidang kedokteran anti penuaan amatlah

    penting peranannya. Profil Stres oksidatif digunakan dalam institusi kedokteran untuk

    mendukung pemeriksaan fisik dalam konteks cara pandang anti-penuaan. Mengukur tingkat

  • kerusakan yang disebabkan oleh oksidatif stress sehingga dapat memberi masukan tipe

    antioksidan yang akan digunakan dalam konteks dasar hubungan korelasinya dengan nutrisi

    seimbang yang dapat mengkoreksi masalah penyakit yang dihadapi dan memberi anjuran

    dan bimbingan bagaimana memberikan suplemen yang tepat dan menghindari insuffisiensi

    (Yuji et al, 2010).

    Kadar radikal bebas di dalam tubuh dapat meningkat melalui beberapa proses

    seperti aktivitas fisik yang meningkat sehingga metabolisme juga meningkat, radiasi, toksin,

    sinar matahari, peningkatan aktivitas ensim lipoksigenase dan siklooksigenase (Surjohudojo,

    2000; Droge, 2002).

    Gambar 1.1 Korelasi hubungan antioksidan dalam sistem biologi (Yuji et al, 2010)

    Pada masa sekarang kebiasaan hidup dengan aktivitas fisik yang berlebihan dan

    pengaruh lingkungan yang menyebabkan terbentuknya radikal bebas sulit dihindari,

    penggunaan antioksidan dapat mencegah terbentuknya radikal bebas tersebut. Sebagai

    contoh ialah pola makan yang salah dimana makanan yang dikonsumsi banyak mengandung

    gula, lemak dan kalori tinggi, kebiasaan hidup yang salah : kurang istirahat, kurang olah raga

    atau bahkan cara olahraga yang terlalu berlebihan dan lain-lain.

  • Antioksidan dibedakan menjadi antioksidan ensimatik dan non ensimatik.

    Antioksidan ensimatik atau pencegah terdiri dari superoxide dismutase, catalase, dan

    glutahione peroxidase. Sedangkan antioksidan non ensimatik atau pemutus rantai terdiri

    dari vitamin C, E, dan beta karotin (Miyazaki et al, 2000). Selain hal itu, terdapat beberapa

    flavonoid yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan memiliki khasiat antioksidan.

    Tumbuhan Kayu manis (Sauropus androgynus (L.) Merr.) telah lama dimanfaatkan

    oleh masyarakat Indonesia dan beberapa negara tetangga, baik sebagai obat tradisional,

    sebagai sayuran atau pewarna makanan. Dilaporkan bahwa tumbuhan ini sering digunakan

    untuk pengobatan demam, luka, frambusia, sebagai diuretik, memperlancar ASI dan obat

    luar (Sutiyana & Martosupono, 2008).

    Penelitian Agik Suprayogi dari IPB pada tahun 2000 (Sutiyana & Martosupono, 2008)

    mengungkapkan bahwa daun kayu manis dapat digunakan untuk menanggulangi anemia,

    meningkatkan sekresi air susu, dan jumlah sel penghasil laktoferin (bahan bioaktif dalam

    susu yang dapat meningkatkan pertumbuhan sel kekebalan tubuh) (Sutiyana &

    Martosupono, 2008).

    Dengan demikian, untuk mengoptimalkan potensi lingkungan di sekitar kita yang

    belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat umum, kita perlu untuk meneliti potensi-

    potensi tersebut demi kesejahteraan kita semua.

    Suatu penelitian akhir-akhir ini berhasil menemukan adanya senyawa antioksidan

    alami dalam daun kayu manis yang merupakan sayuran indogenous yang mempunyai

    flavonoid tertinggi yaitu 831,70 miligram per 100 gram. Komponen flavonoid pada daun

    kayu manis yang paling dominan adalah kaempferol sebesar 805,48 miligram per 100 gram

    (Andarwulan et al, 2009).

    Mengingat kandungan flavonoid yang merupakan antioksidan terkandung dalam

    daun kayu manis, maka tentu akan dapat meredam kerusakan oksidatif yang disebabkan

    oleh radikal bebas. Untuk mengetahui lebih lanjut efektivitas ekstrak daun kayu manis

  • sebagai antioksidan dalam menurunkan kadar isoprostane (8-iso-PGF2) dalam urine perlu

    dilakukan penelitian eksperimental pada tikus wistar yang diberikan aktivitas fisik berlebih

    maksimal.

    Telah dilakukan penelitian pendahuluan untuk mengetahui pengaruh pemberian

    ekstrak daun kayu manis dalam menurunkan kadar isoprostane dalam urine tikus wistar

    yang diberikan aktivitas fisik berlebih maksimal. Sebanyak 20 ekor tikus wistar jantan

    dewasa , usia 4 bulan, dengan berat badan 180-200 gram, dibagi menjadi 4 kelompok yang

    masing-masing terdiri dari lima ekor tikus yaitu kelompok kontrol (P0) yang diberi aquadest

    2 ml, kelompok P1 yang diberikan ekstrak daun kayu manis sebanyak 1 ml, kelompok P2

    yang diberikan ekstrak daun kayu manis sebanyak 2 ml, dan kelompok P3 yang diberikan

    ekstrak daun kayu manis sebanyak 4 ml. Semua kelompok direnangkan selama 60 menit

    sampai lelah setiap hari selama satu minggu dan diberikan ekstrak sesuai kelompok di atas

    sebanyak satu kali sehari.

    Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan pada kelompok tanpa perlakuan tidak

    didapatkan perubahan penurunan kadar isoprostane dalam urine. Sedangkan pada

    kelompok yang mendapat perlakuan didapatkan penurunan kadar isoprostane dalam urine

    (Vitariana, 2010).

    Dari hasil penelitian pendahuluan ini didapatkan informasi sementara bahwa

    pemberian ekstrak daun kayu manis dapat menurunkan kadar isoprostane dalam urine tikus

    wistar yang diberikan pelatihan fisik berlebih maksimal. Agar dapat memperoleh hasil yang

    lebih akurat dan dipercaya maka dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan

    jumlah sampel yang lebih banyak.

    1.2. Rumusan Masalah

  • Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, untuk mengetahui

    efektivitas ekstrak daun kayu manis sebagai antioksidan dalam menurunkan kadar 8-iso-

    PGF2 dalam urine, maka perlu disusun rumusan masalah sebagai berikut :

    -Apakah pemberian ekstrak daun kayu manis (Sauropus androgynus) dapat

    menurunkan kadar 8-iso-PGF2 dalam urine tikus wistar yang diberikan aktivitas fisik

    berlebih maksimal ?

    1.3. Tujuan Penelitian

    1.3.1. Tujuan Umum

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak daun kayu manis sebagai

    antioksidan dalam meredam efek buruk dari radikal bebas terhadap isoprostane (8-iso-

    PGF2) dalam urine tikus wistar setelah pemberian aktifitas berlebih maksimal.

    1.3.2. Tujuan Khusus

    1. Mengetahui efek dosis 1 ml ekstrak daun kayu manis terhadap kadar

    isoprostane dalam urine tikus wistar.

    2. Mengetahui efek dosis 2 ml ekstrak daun kayu manis terhadap kadar

    isoprostane dalam urine tikus wistar.

    3. Mengetahui efek dosis 4 ml ekstrak daun kayu manis terhadap kadar

    isoprostane dalam urine tikus wistar.

    1.4. Manfaat Penelitian

    1.4.1. Manfaat Akademis

    Memberi informasi ilmiah tentang potensi ekstrak daun kayu manis

    (Sauropus androgynus) yang dapat menurunkan kadar 8-iso-PGF2 dalam urine tikus wistar

    yang diberikan aktivitas fisik berlebih maksimal.

    1.4.2. Manfaat praktis bagi masyarakat

  • 1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang potensi ekstrak

    kayu manis (Sauropus androgynus) dalam menurunkan kadar 8-iso-PGF2 dalam urine

    sehingga ekstrak daun kayu manis dapat dikembangkan sebagai antioksidan.

    2. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang potensi ekstrak

    daun kayu manis dalam mengatasi keluhan atau penyakit tertentu.

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Fisiologi Aktifitas Fisik Berlebih Maksimal.

    Setiap aktifitas fisik akan mengakibatkan terjadinya perubahan baik anatomis , fisiologis,

    biokimia, maupun psikologis pada diri manusia.

    Besar kecilnya perubahan yang terjadi tergantung sekali pada takaran pelatihan. Makin

    besar takaran pelatihan yang diberikan akan semakin besar pula perubahan yang

    terjadi,sampai suatu ambang batas tertentu.

    Bila nilai ambang batas ini dilampaui, akan membahayakan kesehatan atlet. Suatu takaran

    pelatihan akan mencapai sasaran dan tujuan jika dalam program pelatihannya sudah

    tercakup (Bompa, 2009) :

    1) Jenis atau tipe pelatihan yang dipilih

    2) Unsur intensitas (persentase beban dan kecepatan)

  • 3) Volume (durasi, jarak dan jumlah repetisi)

    4) Densitas /kekerapan/frekuensi pelatihan

    Batas maksimal intensitas adalah 80% denyut nadi maksimal (DNM) sesuai umur (220-

    umur dalam tahun), frekuensi pelatihan yang dianjurkan 3 sampai 5 kali seminggu, tipe

    pelatihan yang dianjurkan merupakan kombinasi dari latihan aerobik dan aktivitas kalistenik

    dalam waktu 15-60 menit dengan latihan aerobik terus-menerus, yang mana sebelumnya

    didahului oleh 3-5 menit pemanasan dan disusul oleh 3-5 menit pendinginan (Sriwahyuniati,

    2000)

    Pelatihan berlebih sering akibat dari :

    1) Intensitas pelatihan yang terlalu tinggi

    2) Volume pelatihan yang terlalu lama

    3) Frekuensi pelatihan yang terlalu sering (Hatfield, 2001).

    Akibat dari latihan dengan intensitas berlebihan menyebabkan terjadinya gejala-gejala

    overtraining. Gejala-gejala overtraining ini pada hakekatnya adalah akibat gangguan

    homeostasis (Hatfield, 2001) yaitu :

    1. Insomnia

    2. Sakit kepala

    3. Sulit memusatkan perhatian / konsentrasi

    4. Gairah dan motivasi menurun

    5. Lemah, letih, lesu sehingga menjadi rentan cedera

    6. Mual

    7. Merasa haus dan banyak minum dimalam hari.

    8. Nyeri otot dan sendi

    9. Amenorrhea

    10. Libido menurun

    10

  • 11. Rentan terhadap alergi dan infeksi

    Sumber energi yang digunakan pada pelatihan daya tahan tinggi diperoleh dari

    glikogen otot dan proses glukoneogenesis.

    ATP yang tersedia dalam jaringan otot terbatas, kebutuhan ATP dipertahankan oleh

    creatinin fosfat (CP) dan glikogen yang tersimpan dalam otot (Maglischo, 2003).

    Sistem metabolisme yang mensuplai energi untuk kontraksi otot (Guyton and Hall, 2001)

    sebagai berikut :

    I Fosfokreatinin kreatinin + PO3 ATP

    II Glikogen asam laktat

    III Glukosa ADP

    Asam lemak + O2 CO2 + H20

    Asam amino AMP

    Gambar 2.1. Sistem metabolisme yang menyuplai energi untuk kontraksi otot.

    Akumulasi asam laktat dalam otot dapat menimbulkan masalah serius berupa

    kelelahan otot, oleh karenanya pelatihan berlebih menyebabkan penimbunan banyak asam

    laktat yang dihasilkan dalam otot dan kekurangan cadangan glikogen dalam waktu cepat

    akan menyebabkan terjadinya stres fisik (Maglischo, 2003).

    2.2. Pembentukan Radikal Bebas dalam Latihan Fisik Berlebih.

    Radikal bebas adalah molekul atau atom yang mengandung satu atau lebih elektron yang

    tidak berpasangan pada orbit luarnya. Konsekuensi berupa kecenderungannya memperoleh

    elektron dari substansi lain menjadikan radikal bebas bersifat sangat reaktif (Murray et al.,

    2000).

    Energi

    untuk

    Kontraksi

    otot

  • Dalam tubuh terdapat molekul oksigen yang stabil dan yang tidak stabil. Molekul oksigen

    yang stabil sangat penting untuk memelihara kehidupan sel. Sejumlah radikal bebas

    diperlukan untuk kesehatan, namun kelebihan radikal bebas bersifat merusak dan sangat

    berbahaya (Giriwijoyo, 2004).

    Fungsi radikal bebas dalam tubuh adalah melawan radang dan membunuh bakteri

    (Goldman and Klatz, 2007).

    Proses terjadinya peningkatan radikal bebas akibat latihan fisik berlebih disebabkan oleh

    (Miyazaki et al, 2000) :

    1. Selama latihan fisik berlebih, seluruh tubuh mengkonsumsi oksigen (VO2) menjadi 20 kali lebih

    besar dibandingkan pada saat istirahat. Bahkan di dalam otot, peningkatan konsumsi oksigen

    dapat mencapai 100 200 kali lebih besar dibandingkan saat istirahat. Mitokondria adalah

    tempat utama pembentukan spesies oksigen reaktif (SOR) selama latihan melalui jalur transpor

    elektron. akibatnya akan terbentuk radikal bebas superoksid.

    2. Radikal superoksida (O2) secara cepat akan direduksi menjadi hidrogen peroksida (H2O2) oleh

    enzim superoksid dismutase dalam mitokondria.Bila molekul H2O2 bereaksi dengan logam

    transisi seperti Fe+ dan Cu+ (reaksi Fenton atau reaksi Haber-Wess) akan meningkatkan

    pembentukan radikal hidroksil (OH) yang merupakan senyawa paling reaktif dan berbahaya.

    3. Kondisi hipoksia relatif yang terjadi di dalam organ hati, ginjal dan usus disebabkan redistribusi

    aliran darah ke otot yang bekerja. Keadaan ini akan menyebabkan aktivasi xantin oksidase

    dengan reduksi satu elektron oksigen sehingga akan meningkatkan pembentukan radikal

    superoksida (O2). Pada aktivitas fisik berlebih akan mengaktifkan jalur xanthin oksidase ini.

    Konsentrasi hypoxanthin dan xanthin dalam darah meningkat setelah latihan yang intensif.

    4. Neutrofil dan respon inflamasi

    Neutrofil berperan penting dalam pertahanan jaringan dari invasi virus dan bakteri. Neutrofil akan

    bermigrasi pada tempat injuri yang ditarik oleh faktor kemotaktik yang dihasilkan oleh sel yang

    rusak dan melepaskan dua faktor utama selama fagositosis yaitu lysozim dan radikal superoksida

  • (O2). Lysosome memfasilitasi kerusakan protein sedangkan radikal superoksida (O2) dihasilkan

    oleh myeloperoksidase dan NADPH oksidase.Walaupun respon inflamasi ini adalah mencegah

    infeksi bakteri dan virus,senyawa oksigen reaktif (SOR) dan oksidan lainnya yang dilepaskan dari

    neutrofil juga dapat menyebabkan kerusakan sekunder seperti peroksidasi lipid.

    Radikal bebas yang terbentuk bertemu dengan asam lemah tak jenuh ganda dalam

    membran sel, kemudian terjadi reaksi peroksidasi lipid yang berasal dari membrane sel tersebut

    sehingga mengakibatkan meningkatnya fluiditas membrane,gangguan intregitas membran sel

    serta aktivasi ikatan membrane dengan enzim dan reseptor (Miyazaki et al, 2000). Kemudian

    pada tahap akhir akan dibebaskan aldehid seperti malondialdehyde , etana, pentana , dan

    conjugated diene yang dapat merusak tubuh (Murray et al., 2000).

    5. Suatu hasil oxidant injury yang dapat diketahui dengan jelas adalah lipid peroxidase. Hampir satu

    dekade yang lalu dilaporkan bahwa senyawa yang mirip prostaglandin (PG) ini diproduksi oleh

    radikal bebas katalisa peroksidase dari arachidonic acid secara independent oleh enzim

    cyclooxygenase, dimana sebelumnya merupakan faktor endogen yang penting peranannya

    pada sintesa prostanoid. Sejak itu telah dibuktikan bahwa produk dari peroksidase lipid

    tersebut, yang sekarang disebut isoprostane, menghasilkan pertanda perusakan oksidatif

    baik secara in vivo dan invitro (Morrow et al., 2002).

    2.3. Antioksidan

    Dalam pengertian kimia,senyawa-senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi elektron

    (elektron donor). Namun dalam arti biologis antioksidan adalah senyawa yang dapat meredam

    dampak negatif oksidan dan dapat mencegah terjadinya stres oksidatif (Surjohudojo, 2000).

    Sistem pertahanan ini mengatur produksi dan eliminasi oksidan dan sangat penting dalam

    penanganan kerusakan yang terjadi selama proses stres oksidatif. Pertahanan melawan senyawa

    oksigen reaktif (SOR) meliputi scavenger enzimatik dan antioksidan yang diperoleh dari diet

    (Miyazaki et al, 2000).

  • Ada beberapa antioksidan yang berperan sebagai proteksi terhadap radikal bebas pada olahraga

    antara lain vitamin E, C, glutathion, katalase, superoksida dismutase,dan glutathion peroksidase.

    Antioksidan dibutuhkan lebih banyak pada aktifitas fisik yang berlebih (Goldman & Klatz, 2007).

    2.4. Senyawa Bioaktif Tumbuhan

    Senyawa bioaktif tumbuhan merupakan metabolit sekunder yang dihasilkan melalui

    serangkaian reaksi-reaksi sekunder.

    Senyawa bioaktif umumnya tidak berguna bagi pertumbuhan dan perkembangan

    tumbuhan.Senyawa bioaktif umumnya berupa produk samping dan diakumulasi secara

    spesifik oleh spesies tumbuhan. Beberapa senyawa bioaktif yang ditemukan pada tumbuhan

    adalah flavonoid, terpenoid, fenolik dan saponin (Harborne, 2000).

    Dalam suatu penelitian untuk mengidentifikasi senyawa flavonoid yang terkandung

    dalam daun kayu manis, dilakukan dengan cara berikut : Senyawa flavonoid yang terdapat

    dalam ekstrak etanol 95% daun katu diisolasi dengan menggunakan metode Charaux-Paris.

    Dilakukan fraksinasi ekstrak etanol 95% dengan menggunakan pelarut kloroform, etilasetat

    dan 3 kali dengan n-butanol, kemudian dari fraksi n-butanol I dilakukan isolasi flavonoid

    dengan cara kromatografi kertas preparatif dan diidentifikasi dengan spektrofotometer Ultra

    Violet (UV) dan infrared. Enam senyawa flavonoid berhasil diisolasi, setelah diidentifikasi

    salah satu senyawa flavonoid tersebut adalah rutin sedangkan 5 senyawa lainnya adalah

    golongan flavonol OH-3 tersulih atau golongan flavon. (Wijono, 2003)

  • 2.5. Senyawa Flavonoid

    Flavonoid merupakan senyawa 15-karbon yang umumnya tersebar di seluruh

    tumbuhan. Lebih dari 2000 flavonoid yang berasal dari tumbuhan telah diidentifikasi.

    Kerangka dasar flavonoid terdiri dari dua cincin karbon di ujung kiri dan kanan molekul

    dinyatakan berturut-turut sebagai cincin A dan B. Cincin A dan oksigen cincin tengah berasal

    seluruhnya dari unit asetat yang disediakan oleh asetil CoA.

    Gugus hidroksil hampir selalu terdapat di flavonoid, khususnya tertempel pada cincin

    B di posisi 3 dan 4, atau tertempel pada posisi 5 dan 7 cincin A, atau pada posisi 3 cincin

    tengah. Gugus hidroksil ini merupakan tempat menempelnya berbagai gula yang

    meningkatkan kelarutan flavonoid dalam air. Ada tiga kelompok flavonoid yaitu antosianin,

    flavonol dan flavon (Andersen et al, 2006).

    2.5.1. Kerangka Dasar Flavonoid

    Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon,

    dimana dua cincin benzen (C6) terikat pada suatu rantai propana (C3) sehingga bentuk

    susunan C6-C3-C6. Susunan ini dapat menghasilkan tiga jenis struktur senyawa Flavonoid

    yaitu : Gugus Flavonoida atau 1,3-diarilpropana, Gugus Isoflavonoid atau 1,2- diarilpropana

    dan Gugus Neoflavonoida atau 1,1-diarilpropana. Dengan susunan gambar gugus sebagai

    berikut :

  • Gambar 2.2. Gugus Flavonoida atau 1, 3-diarilpropana

    Gambar 2.3. Gugus Isoflavonoid atau 1, 2- diarilpropana

    Gambar 2.4.Gugus Neoflavonoida atau 1, 1-diarilpropana

    Istilah flavonoida diberikan untuk senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kata

    flavon, yaitu nama dari salah satu flavonoid yang terbesar jumlahnya dalam tumbuhan.

    Senyawa-senyawa flavon ini mempunyai kerangka 2-fenilkroman, dimana posisi orto dari

  • cincin A dan atom karbon yang terikat pada cincin B dari 1.3-diarilpropana dihubungkan oleh

    jembatan oksigen sehingga membentuk cincin heterosiklik yang baru (cincin C). Senyawa-

    senyawa flavonoid terdiri dari beberapa jenis tergantung pada tingkat oksidasi dari rantai

    propana dari sistem 1,3-diarilpropana. Flavon, flavonol dan antosianidin adalah jenis yang

    banyak ditemukan dialam sering sekali disebut sebagai flavonoida utama. Banyaknya

    senyawa flavonoida ini disebabkan oleh berbagai tingkat alkoksilasi atau glikosilasi dari

    struktur tersebut. Senyawa-senyawa isoflavonoid dan neoflavonoida hanya ditemukan

    dalam beberapa jenis tumbuhan, terutama suku Leguminosae. Masing-masing jenis senyawa

    flavonoida mempunyai struktur dasar tertentu. Flavonoida mempunyai pola oksigenasi yang

    berselang-seling yaitu posisi 2,4,6. cincin B flavonoid mempunyai satu gugus fungsi oksigen

    pada posisi para atau dua pada posisi para dan meta atau tiga pada posisi satu di para dan

    dua di meta. Cincin A selalu mempunyai gugus hidroksil yang letaknya sedemikian rupa

    sehingga memberikan kemungkinan untuk terbentuk cincin heterosikllis dalam senyawa

    trisiklis (Andersen et al, 2006).

    Beberapa senyawa flavonoida adalah sebagai berikut :

    Cincin A COCH2CH2 Cincin B Hidrokalkon

    Cincin A COCH2CHOH Cincin B Flavanon, kalkon

    Cincin A COCH2CO Cincin B Flavon

    Cincin A CH2COCO Cincin B Antosianin

  • 2.5.2. Biosintesis Flavonoida

    Pola biosintesis pertama kali disarankan oleh Birch, yaitu : pada tahap tahap pertama

    biosintesa flavonoida suatu unit C6-C3 berkombinasi dengan tiga unit C2 menghasilkan unit C6-

    C3-(C2+C2+C2).Kerangka C15 yang dihasilkan dari kombinasi ini telah mengandung gugus-gugus

    fungsi oksigen pada posisi-posisi yang diperlukan. Cincin A dari struktur flavonoida berasal dari

    jalur polipeptida, yaitu kondensasidari tiga unit asetat atau malonat, sedangkan cincin B dan

    tiga atom karbon dari rantai propana berasal dari jalur fenilpropanoida (jalur shikimat).

    Sehingga kerangka dasar karbon dari flavonoida dihasilkan dari kombinasi antara dua jenis

    biosintesis utama dari cincin aromatik yaitu jalur siklimat dan jalur asetat-malonat. Sebagai

    akibat dari berbagai perubahan yang disebabkan oleh enzim, ketiga atom karbon dari rantai

    propana dapat menghasilkan berbagai gugus fungsi seperti pada ikatan rangkap, gugus

    hidroksil, gugus karbonil, dan sebagainya (Andersen et al, 2006).

    2.5.3. Identifikasi Flavonoida

    Sebagai besar senyawa flavonoida alam ditemukan dalam bentuk glikosida, dimana unit

    flavonoid terikat pada suatu gula. Glikosida adalah kombinasi antara suatu gula dan suatu

    alkohol yang saling berikatan melalui ikatan glikosida. Pada prinsipnya, ikatan glikosida

    terbentuk apabila gugus hidroksil dari alkohol beradisi kepada gugus karbonil dari gula sama

    seperti adisi alkohol kepada aldehida yang dikatalisa oleh asam menghasilkan suatu asetat.

    Pada hidrolisa oleh asam, suatu glikosida terurai kembali atas komponen- menghasilkan gula

    dan alkohol yang sebanding dan alkohol yang dihasilkan ini disebut aglixon. Residu gula dari

    glikosida flavonoida alam adalah glukosa, ramnosa, galaktosa dan gentiobiosa sehingga

    glikosida tersebut masing-masing disebut glukosida, ramnosida, galaktosida dan gentiobiosida.

    Flavonoida dapat ditemukan sebagai mono-, di- atau triglikosida dimana satu, dua atau tiga

    gugus hidroksil dalam molekul flavonoid terikat oleh gula. Poliglikosida larut dalam air dan

  • sedikit larut dalam pelarut organik seperti eter, benzen, kloroform dan aseton (Andersen et al,

    2006).

    2.6. Tumbuhan Yang Berpotensi Antioksidan

    Dari suatu penelitian akhir-akhir ini berhasil ditemukan senyawa antioksidan alami dalam daun

    katu yang merupakan sayuran indigenous yang mempunyai flavonoid tertinggi yaitu 831,70

    miligram per 100 gram. Komponen flavonoid pada daun katu yang paling dominan adalah

    kaempferol sebesar 805,48 miligram per 100 gram (Andarwulan et.al., 2009).

    2.7. Deskripsi Tanaman Daun Kayu Manis (Sauropus androgynus)

    Daun kayu manis adalah daun dari tanaman Sauropus androgynus (L) Merr, famili

    Euphorbiaceae. Nama daerah: Memata (Melayu), Simani (Minangkabau), Katuk (Sunda),

    Kebing dan Katukan (Jawa), Kerakur (Madura), Daun Kayu Manis (Bali). Terdapat di berbagai

    daerah di India, Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia tumbuh di dataran dengan ketinggian

    0-2100 m di atas permukaan laut (Huang, 2008).

    Tabel 2.1 Klasifikasi Tanaman Daun Kayu Manis

    Kerajaan: Plantae

    Divisi: Magnoliophyta

    Kelas: Magnoliopsida

    Order: Malpighiales

    Keluarga: Phyllanthaceae

    Suku: Phyllantheae

    Subtribe: Flueggeinae

    Genus: Sauropus Sauropus

    Spesies: S. androgynous S. dua

    Tanaman ini berbentuk perdu tumbuh tegak ke atas, berbunga dan berbuah. tingginya mencapai 2-3 m.

  • Gambar 2.5. Tanaman Daun Kayu Manis

    Cabang-cabang agak lunak dan terbagi Daun tersusun selang-seling pada satu

    tangkai, berbentuk lonjong sampai bundar dengan panjang 2,5 cm dan lebar 1,25-3 cm tepi

    daun rata dan permukaan daun licin tidak berbulu. Tulang daun menyirip (penninervis) dan

    bagian atas berwarna hijau sampai hijau tua dan bagian bawah berwarna hijau muda.

    Daunnya merupakan daun tunggal yang merupakan daun majemuk, tidak lengkap (tidak

    mempunyai upih daun) tempat duduk daun tersebar (folia sparsa) dan terdapat daun penumpu

    (stipula tipe intrapetiolaris atau axilaris). Daun kayu manis mempunyai ciri spesifik yaitu ,

    jika sudah tua terdapat bintik-bintik putih yang tersebar di bagian atas helai daun (Wiwit,

    2008).

    Gambar 2.6 Daun Kayu Manis

    Bunga tunggal atau berkelompok tiga. Buah bertangkai panjang 1,25 cm.

  • Gambar 2.7 Bunga pada tanaman kayu manis

    Tanaman kayu manis dapat diperbanyak dengan stek dari batang yang sudah berkayu,

    panjang lebih kurang 20 cm disemaikan terlebih dahulu. Setelah berakar sekitar 2 minggu

    dapat dipindahkan ke kebun. Jarak tanam panjang 30 cm dan lebar 30 cm. Setelah tinggi

    mencapai 50-60 cm dilakukan pemangkasan agar selalu didapatkan daun muda dan segar.

    Kondisi tanah yang circum-neutral cocok bagi tanaman ini dan dapat tumbuh pada

    tanah yang mengandung asam. Tanaman ini memerlukan banyak air dan masih dapat

    mentoleransi kondisi tanah yang tergenang banyak air. Lebih dianjurkan untuk ditanam pada

    tempat yang terlindung dari sinar matahari, tetapi disebutkan masih dapat mentolerir kondisi

    sinar matahari secara penuh asalkan diberikan banyak air (Wiwit, 2008).

    2.7.1. Komponen Kimia

    Hasil analisis GCMS pada ekstrak heksana menunjukkan adanya beberapa senyawa

    alifatik. Pada ekstrak eter terdapat komponen utama yang meliputi : monometil suksinat,

    asam benzoat dan asam 2-fenilmalonat ; serta komponen minor meliputi : terbutol, 2 -

    propagiloksan, 2 metoksi 6 metil, furanil, dan asam palmitat. Pada ekstrak etil asetat

    terdapat komponen utama yang meliputi: sis-2 metil - siklopentanol asetat. Kandungan

    daun kayu manis meliputi protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B, dan C.

    Pirolidinon, dan metil piroglutamat serta p-dodesilfenol sebagai komponen minor (Sutiyana

    & Martosupono, 2008).

    Dalam 100 g daun kayu manis terkandung:

  • Flavonoid 831,70 mg

    Energi 59 kal

    Protein 6,4 g

    Lemak 1,0 g

    Hidrat Arang 9,9 g

    Serat 1,5 g

    Abu 1,7 g

    Kalsium 233 mg

    Fosfor 98 mg

    Besi 3,5 mg

    Karoten(Vit.A) 1020 mcg

    Vitamin B 164 mg

    Vitamin C 164 mg

    Air 81 g

    Tabel 2.2 Kandungan Daun Kayu Manis (Sutiyana & Martosupono, 2008 )

    Dari pemeriksaan unsur kimia serbuk ditemukan kalium, kalsium, besi, magnesium

    dan natrium. Dari penapisan fitokimia serbuk ditemukan adanya senyawa golongan alkaloid,

    flavonoid, tanin galat, saponin dan steroid (triterpenoid). Pada pemeriksaan senyawa asam

    fenolat dari fraksi eter ekstrak metanol ditemukan dua jenis asam fenolat dalam bentuk

    bebas, yang diduga asam kafeat dan asam protokatekuat. Dari ekstrak n-heksana diperoleh

    senyawa golongan steroid/triterpenoid yang diduga sebagai stigmasterol (Dwi et al., 1994).

    2.7.2. Efek Farmakologis

    Tumbuhan Katu (Sauropus androgynus (L.) Merr.) telah lama dimanfaatkan oleh

    masyarakat Indonesia dan beberapa negara tetangga, baik sebagai obat tradisional, sebagai

  • sayuran atau pewarna makanan. Dilaporkan bahwa tumbuhan ini sering digunakan untuk

    pengobatan demam, bisul, luka, frambusia, sebagai diuretik, memperlancar ASI dan obat

    luar. Tetapi disebutkan juga bahwa konsumsi daun kayu manis yang berlebihan dapat

    menimbulkan pusing, mengantuk dan sembelit (Azis & Muktiningsih, 2006).

    Pengembangan riset mengenai daun katu terus dilakukan, terutama untuk

    menghilangkan efek negatif yang mungkin timbul. Daun kayu manis disarankan untuk

    dikonsumsi setelah direbus atau ditumis ( Azis & Muktiningsih, 2006).

    Penelitian tentang kandungan daun kayu manis yang tumbuh di Indonesia belum

    banyak dilakukan. Oleh karena itu dalam rangka menunjang program pemerintah untuk

    pengembangan obat tradisional Indonesia menjadi sediaan fitofarmaka, perlu dilakukan

    penelitian kandungan kimia tumbuhan obat yang telah banyak digunakan oleh masyarakat,

    sehingga dapat membantu proses standardisasi bahan baku obat tradisional.

    2.8. Tikus Wistar (Rattus norvegicus)

    Tikus Wistar lebih besar dari famili tikus pada umumnya dimana tikus ini dapat

    mencapai 40 cm diukur dari hidung sampai ujung ekor, dan berat 140-500g. Tikus jantan

    biasanya memiliki ukuran lebih besar dari tikus betina, berwarna kecoklatan, kadang ada

    bercak hitam atau putih, dan memiliki ukuran ekor yang lebih panjang dari tubuhnya. Tikus

    jantan biasanya memiliki kematangan seksual pada umur 3 bulan dan betina pada umur 4

    bulan, serta dapat hidup selama 4 tahun.

    Data biologi tikus menurut Fox disajikan pada Tabel 2.3.

    No. Kondisi Biologi Jumlah

    1. Berat badan : - Jantan

    - Betina

    300-400 g

    250-300 g

    2. Lama hidup 2,5 3 tahun

  • 3. Temperatur tubuh 37,5o C

    4. Kebutuhan : - air

    - makanan

    8-11 ml/100g BB

    5 g/100g BB

    5. Pubertas 50-60 hari

    6. Lama kehamilan 21-23 hari

    7. Tekanan darah : - sistolik

    - diastolik

    84-184 mmHg

    58-145 mmHg

    8. Frekuensi : - Jantung

    - Respirasi

    330-480/menit

    66-114/menit

    9. Tidal Volume 0,6-1,25 mm

    Tabel 2.3 Data Biologi Tikus (Russel et al, 2008)

    Klasifikasi Tikus Wistar menurut Armitage (2006) dalam (Russel et al, 2008) adalah sebagai

    berikut :

    Tabel 2.4 Klasifikasi Tikus Wistar (Russel et al, 2008)

    Kingdom : Animalia

    Filum : Chordata

    Kelas : Mamalia

    Ordo : Rodentia

    Famili : Muridae

    Genus : Rattus

    Spesies : Rattus

    norvegicus

  • BAB III

    KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

    3.1. Kerangka Konsep

    Berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan pustaka, maka dapat disusun kerangka konsep

    sebagai berikut :

    1. Objek perlakuan adalah tikus wistar yang diberikan ekstrak daun kayu manis (Sauropus

    androgynus (L.) Merr.) setelah diberikan aktivitas berlebih maksimal..

    2. Efek yang dimonitoring adalah efek antioksidan yang dapat menimbulkan penurunan kadar 8-

    iso-Prostaglandin F2 dalam urine tikus wistar yang diberi aktivitas fisik berlebih maksimal.

    3. Faktor eksogen berupa takaran pelatihan yang berlebihan dan fase pemulihan yang kurang atau

    ketidakseimbangan antara pelatihan fisik dan waktu pemulihan dan bahan-bahan kimia atau

    obat-obatan. Daun kayu manis merupakan faktor eksogen mengandung antioksidan dapat

    meredam radikal bebas yang disebabkan oleh Reactive Oxygen Species (ROS) seperti ion

    superoksid, dapat membantu pemulihan tikus wistar setelah aktivitas fisik berlebih maksimal.

  • 4. Faktor endogen yaitu faktor dari dalam tubuh sendiri akan menyebabkan konsumsi oksigen akan

    meningkat dan kemudian terbentuk radikal bebas yang berlebihan melalui jalur transpor

    elektron.

    Bagan 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

    3.2. Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konsep yang telah diuraikan maka diajukan

    hipotesis sebagai berikut :

    Pemberian ekstrak daun kayu manis (Sauropus androgynus(L.) Merr.) dapat

    menurunkan kadar isoprostane (8-iso-PGF2) dalam urine tikus wistar dengan aktivitas

    berlebih maksimal.

    Faktor Endogen

    Hormonal Psikologis Genetik Jenis kelamin Umur

    Faktor Eksogen

    Fisik Kimia /Obat-

    obatan Ekstrak Daun

    Kayu manis yang mengandung antioksidan

    29

    Tikus Wistar dengan

    aktifitas berlebih

    maksimal

    Radikal bebas

    Stress oksidatif

    8-iso-PGF2

  • BAB IV

    METODE PENELITIAN

    4.1. Rancangan Penelitian

    Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan pre-test dan

    post-test control group design (Pocock, 2008).

    Skema rancangan penelitian digambarkan berikut ini.

    Pre test Post test

    P0

    O1 O2

    P1

    O3 O4

    P S P2

    O5 O6

    P3

    O7 O8

    Bagan 4.1 Rancangan Penelitian

    Keterangan :

    P = Populasi

    S = Sampel

    R = Random

    O1,O3, O5 dan O7 = Kadar 8-iso-PGF2 sebelum perlakuan

    P0 = Tanpa perlakuan (kelompok kontrol)

    P1 = Perlakuan ekstrak daun kayu manis dengan dosis 1 ml/ekor/hari

    P2 = Perlakuan ekstrak daun kayu manis dengan dosis 2 ml/ekor/hari

    P3 = Perlakuan ekstrak daun kayu manis dengan dosis 4 ml/ekor/hari

  • O2 = Kadar 8-iso-PGF2 tanpa pemberian ekstrak

    selama 1 minggu

    O4 = Kadar 8-iso-PGF2 setelah pemberian ekstrak dengan dosis 1 ml/ekor

    /hari selama 1 minggu

    O6 = Kadar 8-iso-PGF2 setelah pemberian ekstrak dengan dosis 2 ml/ekor

    /hari selama 1 minggu

    O8 = Kadar 8-iso-PGF2 setelah pemberian ekstrak dengan dosis 4 ml/ekor

    /hari selama 1 minggu

    4.2. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian

    Penelitian sudah dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran UNUD

    Denpasar pada bulan Juni 2010. Pemeriksaan 8-iso-PGF2 dilakukan di Laboratorium

    Veteriner FKH-UNUD,Denpasar.

    4.3. Populasi dan Sampel

    Dalam penelitian ini digunakan tikus wistar dengan kriteria: tikus wistar jantan,

    berumur 2 3 bulan, berat badan jantan 180- 200 g yang diberikan aktivitas berlebih

    maksimal.

    Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus (Pocock, 2008) :

    ,2 2

    12

    2

    fn

    n = jumlah sampel

    = simpang baku

    = tingkat kesalahan I (ditetapkan 0,05)

    tingkat kemaknaan (1- ) = 0,95 dua sisi

    = tingkat kesalahan II (ditetapkan 0,1)

    31

  • f ( ,) = 13 (Tabel 9.1 Pocock, 2008)

    1 = rerata nilai isoprostane sebelum perlakuan

    2 = rerata nilai isoprostane sesudah perlakuan

    Dalam penelitian ini nilai rerata kelompok perlakuan adalah (1 = 11,61) , (2 =9,87) dan =

    0,80 (Vitariana, 2010). Perhitungan besar sampel dalam penelitian ini menggunakan =

    0,05 dan = 0,1, sehingga besar sampel adalah:

    13 ) 9,87-11.61 (

    ) 0,80 ( 22

    2

    xn

    = 5,49

    = 6

    Untuk menghindari terjadinya drop out pada sampel maka ditambahkan 15% sehingga

    jumlah sampel menjadi 6,9 dan dibulatkan menjadi 7 ekor tikus wistar per kelompok.

    Sehingga jumlah sampel seluruhnya adalah 28 ekor tikus wistar.

    4.4. Variabel Penelitian

    4.4.1. Klasifikasi Variabel

    a. Variabel bebas : Dosis ekstrak daun kayu manis (Sauropus Androgynus(L)Merr)

    dan tikus wistar yang diberi aktivitas berlebih maksimal.

    b. Variabel tergantung: Kadar 8-iso-PGF2 dalam urine.

    c. Variabel kendali : Strain tikus wistar jantan, umur, berat badan, lingkungan

    (suhu, kelembaban dan cahaya), makanan, kandang kayu tikus wistar.

    4.4.2. Definisi Operasional Variabel

    a. Ekstrak daun kayu manis (Sauropus Androgynus(L.)Merr) adalah ekstrak yang dibuat dari

    daun kayu manis yang kental yang diperoleh dengan memaserasi serbuk kering daun

  • kayu manis dengan menggunakan pelarut ethanol. Diberikan satu kali sehari dengan

    dosis 1 ml, 2 ml dan 4 ml secara oral selama 1 minggu 1 jam setelah tikus wistar

    direnangkan.

    b. Isoprostane( 8-iso-PGF2 ) adalah hasil dari peroksidase lipid arachidonic acid di dalam

    tubuh akibat radikal bebas.Isoprostane merupakan marker yang akurat dari peroksidase

    lipid dalam konteks terjadinya oksidatif stres yang dapat timbul pada aktivitas berlebih

    maksimal.Pengukuran dilakukan dengan cara mengambil specimen urine tikus wistar

    kemudian dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan 8-iso-PGF2 enzyme immuassay

    kit (EIA) pada saat sebelum dan sesudah perlakuan..

    c. Aktivitas berlebih maksimal adalah kemampuan maksimal melakukan renang bebas

    sekuat-kuatnya sampai terjadi tanda-tanda overtraining berubah hamper tenggelam

    oleh karena menurunnya kekuatan otot,menurunnya waktu reaksi serta menurunnya

    frekuensi gerakan dan menurunnya reflek (OToole, 2008). Dari penelitian pendahuluan

    didapatkan kemampuan waktu renang maksimal tikus wistar adalah berkisar 60 menit

    (Vitariana, 2010). Perlakuan pelatihan ini dilakukan satu kali setiap hari dalam wadah

    ember dengan diameter 30 cm dengan kedalaman air 20 cm selama satu minggu.

    4.5. Prosedur Penelitian

    4.5.1. Pembuatan Ekstrak Daun Kayu Manis

    Daun Kayu manis diambil dari tanaman kayu manis dicuci bersih dan diangin-

    anginkan pada suhu kamar, sebanyak 100 gram dicincang kecil untuk mengeluarkan zat

    aktifnya. Kemudian direbus dan setelahnya direndam dengan ethanol analis sebanyak 2 liter

    dan didiamkan selama 3 hari. Setelah itu disaring kemudian diekstrak dalam evaporator dan

    akan dihasilkan ekstrak murni yang cair. Selanjutnya dibuat konsentrasi ekstrak daun kayu

    manis dengan konsentrasi 15% sesuai dengan dosis yang diperlukan dalam perlakuan.

    Ekstrak kemudian ditimbang sesuai dosis dan dilarutkan dalam aquadest.

  • Pembuatan konsentrasi ekstrak tersebut dibuat dengan cara sebagai berikut:

    Diambil 100 g ekstrak murni kemudian dilarutkan dalam 100 cc ethanol.

    4.5.2. Pemilihan dan Pemeliharaan Hewan Uji

    Pemilihan tikus wistar yang akan dijadikan sampel percobaan dengan cara memilih tikus

    jantan yang sehat, dan menimbang tikus dengan bobot 180-200 g. Tikus dipelihara dengan

    pakan standar (pelet) berdasarkan kadar pemeliharaan tikus menurut LabDiet 2005 (Jawi et

    al, 2008) tipe 5LG4 dengan kadar protein kasar 18 %, lemak kasar 6 % dan serat kasar 5 %.

    Makanan dan minuman diberikan secara ad libitum selama penelitian berlangsung dan

    diganti setiap hari. Tikus dipelihara dalam kandang kayu secara individual, berventilasi baik

    dengan penyinaran normal, yang dirancang dengan wadah menggunakan corong untuk

    menampung urine.

    4.5.3. Pengujian Ekstrak Daun Kayu Manis pada Tikus Wistar

    Ekstrak daun kayu manis diberikan secara oral pada tikus wistar 1 jam setelah tikus

    direnangkan sampai lelah setiap hari selama 1 minggu. Langkah pemberian dimulai dengan

    penyedotan ekstrak daun kayu manis dengan alat suntik 1 cc berujung NGT. Tikus

    kemudian dipegang pada kulit bagian dorsal sehingga ujung anteriornya menghadap ke atas.

    Selanjutnya selang NGT dimasukkan dan ekstrak daun kayu manis disemprotkan. Pemberian

    peroral harus berhati-hati, agar total ekstrak dapat masuk ke lambung. Pemberian ini

    diberikan selama 1 minggu dengan dosis bervariasi setiap kelompok, mulai dari dosis

    1ml/ekor/hari, 2ml/ekor/hari dan 4ml/ekor/hari. Kelompok pertama adalah kelompok

    kontrol yang diberikan aquades sebanyak 2 ml/ekor/hari.

    4.5.4. Dosis

  • Dosis yang dipergunakan adalah 1 ml/ekor/hari, 2 ml/ekor/hari, dan 4 ml/ekor/hari

    berdasarkan penelitian pendahuluan yang memberikan hasil penurunan kadar isoprostane

    secara signifikan (Vitariana, 2010).

    4.5.5. Jalannya Penelitian.

    Sebelum dilakukan perlakuan terhadap semua tikus wistar dilakukan pengambilan urine

    untuk pemeriksaan kadar 8-iso-PGF2 yang dikerjakan di Laboratorium Veteriner FKH

    Unud, sebagai pretest. Pengambilan urine tersebut dilakukan setelah selama semalaman

    urine masing-masing tikus ditampung dalam wadah khusus yang diberi penyaring sehingga

    tidak mudah tercampur dengan kotoran tikus.

    Setelah itu seluruh tikus direnangkan sampai lelah selama 60 menit dalam wadah

    ember dengan diameter 30 cm dengan kedalaman air 20 cm, kemudian dibagi menjadi 4

    kelompok masing-masing 7 ekor tiap kelompok. Kelompok 1 sebagai kontrol tidak diberikan

    ekstrak daun kayu manis melainkan diberikan aquades 2 ml/hari/ekor. Kelompok 2

    diberikan ekstrak daun kayu manis 1 ml/ekor/hari. Kelompok 3 diberikan ekstrak daun kayu

    manis 2 ml/ekor/hari. Kelompok 4 diberikan ekstrak daun kayu manis 4 ml/ekor/hari.

    Pemberian dosis tersebut dilakukan selama 7 hari.Kemudian setelah itu pada hari ke-8

    semua kelompok tikus tersebut dilakukan pemeriksaan kadar 8-iso-PGF2 dari urine yang

    ditampung semalaman sebagai post test.

    Pemeriksaan kadar 8-iso-PGF2 dilakukan dengan menggunakan 8-iso-PGF2 enzyme

    immunoassay kit (EIA) dari assay design, yang merupakan immunoassay yang kompetitif

    untuk penentuan kadar bebas 8-iso-PGF2 dalam larutan biological. Kit tersebut

    menggunakan antibody poliklonal terhadap 8-iso-PGF2 untuk dapat mengikatnya dengan

  • cara yang kompetitif yang terdapat dalam sampel atau dalam molekul alkaline phosphatase

    yang memiliki 8-iso-PGF2 yang secara kovalen melekat padanya.

    Prosedur penggunaan kit tersebut adalah sebagai berikut (EIA, 2008):

    1. Pertama-tama ditentukan penomoran sumur yang akan digunakan dengan

    berpedoman pada lembar assay layout.

    2. Memasukkan dengan Pipet 100 L standar diluent (Assay Buffer atau Tissue

    Culture Media) ke dalam sumur NSB dan B0 (0 pg/mL standard).

    3. Memasukkan dengan Pipet 100 L cairan standar ke dalam sumur nomor 1

    sampai dengan 7.

    4. Memasukkan dengan Pipet 100 L cairan sampel ke dalam sumur sesuai

    penomorannya.

    5. Memasukkan dengan Pipet 50 L assay buffer ke dalam sumur NSB.

    6. Memasukkan dengan Pipet 50 L konjugat biru ke dalam semua sumur, kecuali

    Total Activity (TA) dan sumur kosong (blank).

    7. Memasukkan dengan Pipet 50 L antibody kuning ke dalam semua sumur

    kecuali sumur blank,TA dan NSB. Sebagai catatan semua sumur harus berwarna

    hijau kecuali sumur NSB yang seharusnya berwarna biru. Sumur TA dan Blank

    seharusnya kosong dan tidak berwarna pada langkah ini.

    8. Piring sampel kit diinkubasi pada suhu kamar kedalam plate shaker selama

    2 jam pada 500 rpm, selama masa ini dapat digunakan plastik penutup piring

    sampel kit jika dikehendaki.

    9. Masing-masing sumur dikosongkan dan dicuci dengan menambahkan 400 L

    cairan pencuci, diulangi 2 kali sehingga total dilakukan 3 kali pencucian.

    10. Setelah pencucian terakhir, sumur dikosongkan dan piring ditepuk di atas

    kertas pembersih untuk memastikan buffer pencuci tidak ada yang tertinggal.

    11. Ditambahkan 5 L konjugat warna biru terang dalam pengenceran 1:10 ke

  • dalam sumur TA.

    12. Ditambahkan 200 L cairan substrat pNpp kemudian di inkubasi dalam suhu

    kamar selama 45 menit tanpa dikocok.

    13. Ditambahkan 50 L stop solution ke dalam setiap sumur, hal ini akan segera

    menghentikan reaksi yang terjadi dan piring sampel harus segera dibaca

    setelahnya.

    14. Kemudian dibaca dengan densitas optik pada 405 nm, dengan koreksi antara

    570 dan 590 nm.

    4.5.6. Alur Penelitian

    Pretest

    Tikus

    Wistar

    Seluruh urine tikus wistar diperiksa kadar

    8-iso-PGF2

  • Post test

    Bagan 4.2.Alur Penelitian

    4.6. Alat dan Bahan

    4.6.1. Alat Penelitian

    Alat yang digunakan adalah sebagai berikut :

    - Kandang tikus dari kayu , di dalamnya terdapat sekam dan tempat minum, dan di

    bawahnya terdapat tempat corong dan tempat untuk menampung urine, diberi kain kasa

    penyaring supaya urine tidak bercampur dengan kotoran tikus.

    - Waterbath

    - Timbangan Analitik

    Kontrol

    Diberik

    an

    aq

    ua

    Diberika

    n

    ekst

    rak

    dau

    ANALISIS DATA

    Semua tikus direnangkan sampai kelelahan

    setiap hari selama 1 minggu

    Diberika

    n

    ekst

    rak

    dau

    Diberika

    n

    ekst

    rak

    dau

    Seluruh urine tikus wistar diperiksa kadar

    8-iso-PGF2

  • - Stopwatch

    - Botol sampel

    - Kamera

    - Sarung tangan

    - Spuit berujung NGT

    - Pinset

    - Precision Pipet 5L dan 1,000L

    - Repeater pipet untuk dispensing 50L dan 200L

    - Microplate shaker

    - Microplate reader 570-590nm.

    - Buku Tabel untuk mencatat data

    - Kain kasa untuk menyaring.

    4.6.2. Bahan Penelitian

    - Alkohol 70%,80%,95%

    - Etanol

    - Aquades

    - Assay design 8-iso-PGF2 EIA kit.

    4.7. Cara Pengumpulan Data

    Data yang dikumpulkan pada penelitian ini diperoleh dari :

    1. Hasil pemeriksaan pretest terhadap 7 ekor tikus dari masing-masing kelompok dengan

    menampung urine untuk kemudian diperiksa kadar 8-iso-PGF2 dengan menggunakan

    assay design 8-iso-PGF2 EIA kit.

  • 2. Hasil pemeriksaan sampel urine post test terhadap 7 ekor tikus dari masing-masing

    kelompok setelah setiap hari direnangkan dan diberikan ekstrak dengan dosis tertentu

    selama 1 minggu untuk diperiksa kadar 8-iso-PGF2 dengan menggunakan assay design

    8-iso-PGF2 EIA kit.

    4.8. Analisis Data

    Data yang diperoleh akan dianalisis dengan langkah-langkah sebagai berikut (Nazir,

    1999) :

    1. Analisis Deskripsi

    2. Uji Normalitas dan Homogenitas:

    a. Uji Normalitas data dengan Uji Shapiro-Wilks

    b. Uji Kehomogenan variansi dengan Uji Levenes.

    3. Analisis komparasi.

    Uji komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar isoprostane antar kelompok

    sebelum diberikan perlakuan berupa ekstrak daun kayu manis dengan Uji One Way ANOVA

    satu arah pada taraf kemaknaan = 0,05. Data diolah dengan Program SPSS Version 16.0 for

    Windows (Singgih, 2008).

  • BAB V

    HASIL PENELITIAN

    Dalam penelitian ini digunakan sebanyak 56 ekor tikus sebagai sampel, 28 ekor diantaranya

    sebagai kelompok sampel sebelum perlakuan dan 28 ekor sebagai kelompok sampel sesudah

    perlakuan, yang terbagi menjadi 4 (empat) kelompok masing-masing berjumlah 7 ekor, yaitu

    kelompok kontrol (aquadest 2 ml), kelompok ekstrak kayu manis 1 ml, kelompok ekstrak

    kayu manis 2 ml dan kelompok ekstrak kayu manis 4 ml. Dalam bab ini akan diuraikan uji

    normalitas data, uji homogenitas data, uji komparabilitas, dan uji efek perlakuan.

    Sebelum dilakukan perlakuan terhadap semua tikus wistar dilakukan pengambilan urine

    untuk pemeriksaan kadar 8-iso-PGF2 yang dikerjakan di Laboratorium Veteriner FKH

    Unud, sebagai pretest.Pengambilan specimen urine tersebut dilakukan setelah selama

    semalaman urine masing-masing tikus ditampung dalam wadah khusus yang diberi

    penyaring sehingga tidak mudah tercampur dengan kotoran tikus.

    Setelah itu seluruh tikus direnangkan sampai lelah selama 60 menit dalam wadah

    ember dengan diameter 30 cm dengan kedalaman air 20 cm, kemudian dibagi menjadi 4

  • kelompok masing-masing 7 ekor tiap kelompok.

    Kemudian masing-masing kelompok dilakukakn pemberian ekstrak daun kayu manis sesuai

    dosis masing-masing seperti tersebut di atas dan pemberian dosis tersebut dilakukan selama

    7 hari. Setelah itu pada hari ke-8 semua kelompok tikus tersebut dilakukan pemeriksaan

    kadar 8-iso-PGF2 dari urine yang ditampung semalaman sebagai post test.

    Pemeriksaan kadar 8-iso-PGF2 dilakukan dengan menggunakan 8-iso-PGF2 enzyme

    immunoassay kit (EIA) dari assay design.

    5.1. Uji Normalitas Data Kadar Isoprostane Sebelum dan Sesudah Perlakuan

    Data kadar isoprostane diuji normalitasnya dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk.

    Hasilnya menunjukkan data berdistribusi normal (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.1. Oleh

    karena itu selanjutnya dapat digunakan uji parametrik.

    Tabel 5.1

    Hasil Uji Normalitas Kadar Isoprostane Kelompok Sebelum dan Sesudah perlakuan

    Kelompok Subjek N P Keterangan Kontrol (aquadest 2 ml) pre Ekstrak kayu manis 1 ml pre Ekstrak kayu manis 2 ml pre Ekstrak kayu manis 4 ml pre Kontrol (aquadest 2 ml) post Ekstrak kayu manis 1 ml post Ekstrak kayu manis 2 ml post Ekstrak kayu manis 4 ml post

    7 7 7 7 7 7 7 7

    0,195 0,330 0,234 0,159 0,103 0,226 0,660 0,264

    Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal

  • 5.2. Uji Homogenitas Varians Kadar Isoprostane Antar Kelompok Sebelum dan Sesudah

    Perlakuan

    Data kadar isoprostane diuji homogenitasnya dengan menggunakan uji Levenes

    test. Hasilnya menunjukkan data homogen (p>0,05), disajikan pada Tabel 5.2 berikut. Oleh

    karena itu selanjutnya dapat digunakan uji parametrik

    Tabel 5.2

    Homogenitas Kadar Isoprostane antar Kelompok Perlakuan

    Kelompok Subjek F P Keterangan

    Sebelum Perlakuan (pre) Sesudah Perlakuan (post)

    2,33

    2,57

    0,10

    0,07

    Homogen

    Homogen

    5.3. Uji Komparabilitas Kadar Isoprostane

    Uji Komparabilitas bertujuan untuk membandingkan rerata kadar isoprostane antar

    kelompok sebelum diberikan perlakuan berupa ekstrak daun kayu manis. Hasil analisis

    kemaknaan dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.3 berikut.

    Tabel 5.3

    Rerata Kadar Isoprostane antar Kelompok Sebelum Diberikan Perlakuan

  • Kelompok Subjek N Rerata Kadar Isoprostane

    (ng/mL) SB F p

    Kontrol (aquadest 2 ml) Ekstrak kayu manis 1 ml Ekstrak kayu manis 2 ml Ekstrak kayu manis 4 ml

    7

    7

    7 7

    3,06

    2,97

    2,85

    2,79

    1,01

    0,35

    0,60

    1,16

    0,141 0,934

    Tabel 5.3 di atas, menunjukkan bahwa rerata kadar isoprostane kelompok kontrol

    (aquadest 2 ml) adalah 3,061,01 ng/mL, rerata kelompok Ekstrak kayu manis 1 ml adalah

    2,970,35 ng/mL, rerata kelompok Ekstrak kayu manis 2 ml adalah 2,850,60 ng/mL, dan

    kelompok Ekstrak kayu manis 4 ml adalah 2,791,16 ng/mL. Analisis kemaknaan dengan uji

    One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 0,141 dan nilai p = 0,934. Hal ini berarti bahwa

    semua kelompok sebelum diberikan perlakuan, rerata kadar isoprostane tidak berbeda

    secara bermakna (p > 0,05).

    5.4. Analisis Efek Pemberian Ekstrak Daun Kayu Manis 5.4.1 Analisis Efek Perlakuan Antar kelompok

    Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar isoprostane antar kelompok

    sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak daun kayu manis. Hasil analisis kemaknaan

    dengan uji One Way Anova disajikan pada Tabel 5.4 berikut.

    Tabel 5.4

    Perbedaan Rerata Kadar Isoprostane Antar Kelompok Sesudah Diberikan Ekstrak Kayu Manis

    Kelompok Subjek n Rerata Kadar Isoprostane

    (ng/mL) SB F P

  • Kontrol (aquadest 2 ml) Ekstrak kayu manis 1 ml Ekstrak kayu manis 2 ml Ekstrak kayu manis 4 ml

    7

    7

    7

    7

    3,18

    2,23

    1,54

    0,77

    0,80

    0,36

    0,61

    0,43

    22,14 0,00

    Tabel 5.4 di atas, menunjukkan bahwa rerata kadar Isoprostane kelompok kontrol

    (aquadest 2 ml) adalah 3,180,80 ng/mL, rerata kelompok Ekstrak kayu manis 1 ml adalah

    2,230,36 ng/mL, rerata kelompok Ekstrak kayu manis 2 ml adalah 1,540,61 ng/mL, dan

    kelompok 4 ml adalah 0,770,43 ng/mL. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova

    menunjukkan bahwa nilai F = 22,14 dan nilai p = 0,00. Hal ini berarti bahwa rerata kadar

    isoprostane pada keempat kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara

    bermakna.

    Untuk mengetahui kelompok yang berbeda dengan kelompok kontrol (aquadest 2 ml)

    perlu dilakukan uji lanjut dengan Least Significant Difference test (LSD). Hasil uji disajikan

    pada Tabel 5.5 di bawah ini.

    Tabel 5.5

    Beda Nyata Terkecil Kadar Isoprostane Sesudah Diberikan Ekstrak Kayu Manis antar

    Dua Kelompok

    Kelompok Beda Rerata p Interpretasi

    Kontrol dan Ekstrak kayu manis 1 ml 0,95 0,005 Berbeda

  • Kontrol dan Ekstrak kayu manis 2 ml 1,63 0,000 Berbeda

    Berbeda

    Berbeda

    Berbeda

    Berbeda

    Kontrol dan Ekstrak kayu manis 4 ml

    Ekstrak kayu manis 1 ml dan 2 ml

    Ekstrak kayu manis 1 ml dan 4 ml

    Ekstrak kayu manis 2 ml dan 4 ml

    2,41

    0,68

    1,46

    0,77

    0,000

    0,036

    0,000

    0,019

    Uji lanjutan dengan uji Least Significant Differencetest (LSD) di atas mendapatkan hasil

    sebagai berikut.

    1. Rerata kelompok kontrol (aquadest 2 ml) berbeda bermakna dengan kelompok Ekstrak kayu

    manis 1 ml (rerata kelompok kontrol (aquadest 2 ml) lebih tinggi daripada rerata kelompok

    Ekstrak kayu manis 1 ml).

    2. Rerata kelompok kontrol (aquadest 2 ml) berbeda secara bermakna dengan kelompok

    Ekstrak kayu manis 2 ml (rerata kelompok kontrol (aquadest 2 ml) lebih tinggi daripada

    rerata kelompok ekstrak kayu manis 2 ml).

    3. Rerata kelompok kontrol (aquadest 2 ml) berbeda secara bermakna dengan kelompok

    Ekstrak kayu manis 4 ml (rerata kelompok kontrol (aquadest 2 ml) lebih tinggi daripada

    rerata kelompok ekstrak kayu manis 4 ml).

    4. Rerata kelompok Ekstrak kayu manis 1 ml berbeda secara bermakna dengan kelompok

    Ekstrak kayu manis 2 ml (rerata kelompok Ekstrak kayu manis 1 ml lebih tinggi daripada

    rerata kelompok ekstrak kayu manis 2 ml).

    5. Rerata kelompok Ekstrak kayu manis 1 ml berbeda secara bermakna dengan kelompok

    Ekstrak kayu manis 4 ml (rerata kelompok Ekstrak kayu manis 1 ml lebih tinggi daripada

    rerata kelompok ekstrak kayu manis 4 ml).

    6. Rerata kelompok Ekstrak kayu manis 2 ml berbeda secara bermakna dengan kelompok

    Ekstrak kayu manis 4 ml (rerata kelompok Ekstrak kayu manis 2 ml lebih tinggi daripada

    rerata kelompok ekstrak kayu manis 4 ml).

  • Gambar 5.1 Perbedaan Rerata Kadar Isoprostane pada Kelompok Sebelum dan Sesudah

    Perlakuan

    5.4.2. Analisis Efek Perlakuan Antara Sebelum Dengan Sesudah Perlakuan

    Analisis efek perlakuan diuji berdasarkan rerata kadar isoprostane antara kelompok

    sebelum dengan sesudah diberikan perlakuan berupa ekstrak daun kayu manis. Hasil analisis

    kemaknaan dengan uji t-paired disajikan pada Tabel 5.6 berikut.

    Tabel 5.6

    Penurunan Kadar Isoprostane antara Sebelum dan Sesudah Diberikan Ekstrak Kayu Manis

  • Kelompok

    Beda

    Rer

    ata

    P Interpretasi

    Kontrol pre Kontrol post 0,12 0,848 Tidak

    Berbed

    a

    Berbeda

    Berbeda

    Berbeda

    Ekstrak kayu manis 1 ml pre post 0,74 0,002

    Ekstrak kayu manis 2 ml pre post

    Ekstrak kayu manis 4 ml pre post 1,31

    2,02

    0,008

    0,003

    Tabel 5.6 di atas, menunjukkan bahwa dengan uji t-paired rerata kadar isoprostane

    antara kelompok kontrol (aquadest 2 ml) pre dengan kelompok kontrol (aquadest 2 ml) post

    tidak berbeda bermakna (p>0,05), sedangkan antara kelompok ekstrak kayu manis 1 ml pre

    dengan kelompok ekstrak kayu manis 1 ml post, kelompok ekstrak kayu manis 2 ml pre

    dengan kelompok ekstrak kayu manis 2 ml post, dan kelompok ekstrak kayu manis 4 ml pre

    dengan kelompok ekstrak kayu manis 4 ml post berbeda secara bermakna dengan nilai p <

    0,05.

  • Gambar 5.2 Perbandingan Rerata Kadar Isoprostane antara Kelompok Sebelum dan Sesudah

    Perlakuan

    Gambar 5.3 Penurunan Kadar Isoprostane Setelah Pemberian Ekstrak kayu Manis

    BAB VI

    PEMBAHASAN

    6.1. Subyek Penelitian

    Dalam penelitian ini digunakan tikus sebagai hewan coba yang diberikan ekstrak daun kayu

    manis per sonde, yaitu untuk menguji penurunan kadar isoprostane. Tikus yang digunakan

    sebagai hewan coba dari galur Wistar berumur 4 bulan, dengan berat badan 180-200 gram.