Pembenihan Ikan Nila
Click here to load reader
-
Upload
anggavikiingmaniaselaloe -
Category
Documents
-
view
235 -
download
2
description
Transcript of Pembenihan Ikan Nila
PEMBENIHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.)
Oleh:
Adi Sucipto
DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA BALAI BESAR PENGEMBANGAN BUDIDAYA AIR TAWAR
SUKABUMI 2007
BUDIDAYA IKAN NILA (Oreochromis sp.)
Oleh:
Adi Sucipto [email protected]
I. PENDAHULUAN
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan jenis ikan yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi dan merupakan komoditas penting dalam
bisnis ikan air tawar dunia. Beberapa hal yang mendukung pentingnya
komoditas nila adalah a) memiliki resistensi yang relatif tinggi terhadap
kualitas air dan penyakit, b) memilliki toleransi yang luas terhadap kondisi
lingkungan c) memiliki kemampuan yang efisien dalam membentuk protein
kualitas tinggi dari bahan organik, limbah domestik dan pertanian, d)
memiliki kemampuan tumbuh yang baik, dan e) mudah tumbuh dalam sistem
budidaya intensif
Sebagai salah satu jenis ikan air tawar, nila telah lama pula
dikembangkan sebagai komoditi ekspor baik dalam bentuk ikan utuh maupun
dalam bentuk fillet. Negara-negara pengekspor ikan nila antara lain China,
Ekuador, Kuba, Honduras, dan juga Indonesia. Adapun negara-negara yang
tercatat sabagai pengimpor ikan nila antara lain Timur Tengah, Singapura,
Jepang dan Amerika Serikat. Kebutuhan ikan nila Amerika Serikat cukup
tinggi sedangkan produksi nila domestik belum dapat memenuhi
kebutuhannya. Pada tahun 1998 impor nila Amerika Serikat dari manca
negara mencapai 45 ton dan pada tahun 1999 meningkat lagi 15% atau
sekitar 52 ton (infofish, 2001).
Pengembangan Budidaya nila di Indonesia telah dimulai sejak tahun
1969. Namun demikian budidaya secara intensif mulai berkembang tahun
1990-an yang berkaitan dengan maraknya budidaya nila di Keramba Jaring
Apung. Perkembangan budidaya intensif di Indonesia belum begitu
menggembirakan karena beberapa faktor antara lain masih rendahnya
efisiensi produksi dan rendahnya harga pasar disamping pengadaan benih
dan induk yang bermutu.
Pengkajian teknologi budidaya ikan nila dalam mendukung
intensifikasi pembudidayaan diarahkan untuk meningkatkan efisiens
produksi, dalam rangka meningkatkan daya saing harga. Beberapa upaya
yang berkaitan dengan pengkajian teknologi antara lain pengkajian teknik
pembenihan, yang meliputi; kontruksi kolam pemijahan, teknik pengelolaan
induk dalam pemijahan (jumlah induk minimal yang dipijahkan dalam
rangka menghambat laju silang dalam), teknik produksi benih tunggal
kelamin jantan dan benih steril (melalui hormonisasi, YY-Male, dan
tetraploidisasi). Sedangkan pengkajian teknik pembesaran diarahkan untuk
menghasilkan ikan konsumsi yang memenuhi persyaratan ukuran
permintaan ekspor (ukuran ikan minimal 500 gram per ekor) antara lain
melalui kajian penggunaan benih tunggal kelamin.
II. TEKNIK PRODUKSI IKAN NILA
1. Pembenihan
a. Kontruksi Kolam
Kontruksi kolam yang digunakan merupakan penyempurnaan dari
kontruksi sebelumnya yang menggunakan pintu monik sebagai out let.
Outlet kolam menggunakan “standing pipe”. Kontruksi ini tidak memerlukan
kayu papan untuk menutup pintu pengeluaran kolam (outlet), saat
pemanenan cukup dengan memiringkan pipa sedikit demi sedikit sehingga
larva tidak terbawa arus kuat, kematian larva dan induk pun relatif sangat
sedikit. Tenaga kerja efisien dan efektif, yaitu cukup dua orang untuk kolam
dengan luas 800 m2. Konstruksi dasar kolam dilengkapi dengan bak yaitu
disebut dengan istilah kobakan berbentuk persegi panjang dengan luas
sekitar 0,5 sampai 1,5% dari luas kolam, dan tingginya 50-70 cm. dibuat dekat
outlet kolam, dengan fungsi utamanya adalah sebagai tempat berkumpulnya
induk dan larva pada saat pemanenan. Saluran dasar kolam (kemalir) dibuat
dari inlet hingga ke kobakan yang berfungsi untuk memudahkan induk dan
larva dapat berkumpul dalam kobakan pada saat panen. Penampang kolam
pemijahan seperti pada Gambar 1.
B
A C D
H
b. Persiapan Kolam
Persiapan kolam untuk kegiatan pemijahan ikan nila antara lain
peneplokan/ perapihan pematang agar pematang tidak bocor, meratakan
dasar kolam dengan kemiringan mengarah ke kemalir, membersihkan bak
kobakan, menutup pintu pengeluaran dengan paralon, pemasangan saringan
di pintu pemasukan serta pengisian kolam dengan air. Pemasangan saringan
dimaksudkan untuk menghindari masuknya ikan-ikan liar sebagai predator
atau kompetitor yang dapat mempengaruhi kuantitas hasil produksi maupun
kualitas benih yang dihasilkan.
Gambar 1. Penampang kolam pemijahan ikan nila
Keterangan: A. Panjang kolam B. Lebar kolam C. Dasar Kolam D. Kemalir E. Kobakan F. Outlet Kolam G. Outlet Kobakan H. Inlet kolam
F G
c. Pemijahan
BBAT Sukabumi mengembangkan sistem pengelolaan induk dalam
satu unit produksi benih dengan mempertimbangkan bilangan pemijah.
Jumlah induk dalam satu populasi pemijahan secara masal disebut satu
paket. Satu paket induk berjumlah 400 ekor yang terdiri dari 100 ekor jantan
dan 300 ekor betina (Ne = + 133,3). Dengan induk sejumlah ini diharapkan
dapat menghambat laju silang dalam dan memungkinkan keturunannya
dapat dijadikan induk kembali setelah melalui kegiatan seleksi.
Penebaran induk dilakukan pada pagi hari saat suhu udara dan air
masih rendah. Padat tebar induk adalah 1 ekor/m2, sehingga satu paket
induk sebanyak 400 ekor memerlukan lahan untuk pemijahan seluas 400 m2.
Satu periode pemijahan berlangsung selama 10 hari untuk dapat
dilakukan pemanenan larva. Proses pemijahan sendiri dapat berlangsung
selama delapan periode pemijahan dengan delapan kali pemanenan larva,
tanpa harus mengangkat induk. Setelah akhir periode, induk diangkat dari
kolam pemijahan dan dipelihara secara terpisah antara jantan dan betina
untuk pematangan gonad selama 15 hari. Selanjutnya paket induk tersebut
dimasukkan kembali kedalam kolam pemijahan yang telah dipersiapkan
sebelumnya.
d. Pengelolaan Pakan dan Air
Dosis pemberian pakan adalah 3% dari bobot biomas untuk lima hari
pertama pemijahan dan 2-2,5% untuk lima hari berikutnya sampai panen
larva. Penurunan dosis pemberian pakan ini disesuaikan dengan kondisi
bahwa sebagian induk betina sedang mengerami telur dan larva. Pakan yang
diberikan harus cukup mengandung protein ( 28-30%).
Selama pemijahan debit air diatur dalam dua tahap, yakni 5 hari
pertama lebih besar 5 hari kedua. Debit air dalam 5 hari pertama adalah
dalam rangka meningkatkan kandungan oksigen dalam air, memacu nafsu
makan induk disamping mengganti air yang menguap. Dengan demikian air
yang mengalir ke kolam terlimpas ke luar kolam melalui saluran pengeluaran.
Sedangkan untuk 5 hari kedua debit air hanya dimaksudkan untuk mengganti
air yang terbuang melalui penguapan sedemikian rupa tanpa melimpaskan
air ke luar kolam. Hal ini untuk menghindari hanyutnya larva juga
menghindari limpasnya pakan alami yang terdapat di kolam pemijahan,
sebagai makanan awal bagi larva.
e. Panen Larva
Panen larva dilakukan setiap sepuluh hari sekali pada pagi hari.
Tergantung luas kolam, penyurutan kolam dapat mulai disurutkan sehari
sebelumnya. Penyurutan air kolam dilakukan pertama-tama sampai
setengah-nya. Sebelum surut total, bak tempat panen larva perlu dibersihkan
dari lumpur dengan cara membuka sumbat outlet kobakan. Penyusutan
secara total dilakukan sampai air hanya tersisa pada kobakan saja. Induk dan
larva akan berkumpul pada kobakan, dan segera dilakukan pengambilan larva
menggunakan scoop net. Kemudian larva ditampung sementara dalam hapa
ukuran 2 x 2 x 1 m3 dengan mesh size 1,0 mm. Proses pengambilan larva ini
dapat dilakukan oleh dua orang. Pemungutan larva dilakukan secara total
sampai bersih termasuk yang masih terdapat dalam sarang, dengan cara
membongkar sarang dan mengarahkan larva ke kobakan. Sarang tempat
pemijahan induk nila yang berbentuk bulat di dasar kolam perlu dihitung
untuk menaksir jumlah induk yang memijah dan diratakan kembali. Ukuran
larva yang dipanen ada dua ukuran, untuk itu perlu dilakukan sortasi
menggunakan hapa mesh size 1,5 mm. Jumlah induk betina yang memijah
sebanyak 30-40% dengan perolehan larva sebanyak 60.000-80.000
ekor/paket/10 hari
Larva ukuran kecil ( 9,0 sampai 13 mm) dapat digunakan untuk tujuan
jantanisasi menggunakan pakan berhormon. Sedangkan larva ukuran besar
dapat langsung didederkan dalam wadah pendederan.
2. Pendederan
a. Kontruksi kolam
Kontruksi kolam pendederan sama dengan untuk pemijahan. Tujuan
lain dari kontruksi yang sama tersebut adalah bahwa antara kolam induk dan
kolam benih dapat saling bergantian dalam penggunaannya.
b. Persiapan Kolam
Persiapan kolam untuk kegiatan pendederan ikan nila antara lain
peneplokan pematang dengan kontruksi tanah, meratakan dasar kolam
dengan kemiringan mengarah ke kemalir, membersihkan bak kobakan,
menutup pintu pengeluaran dengan paralon, pemasangan penyaring di pintu
pemasukan air, pemupukan dengan dosis 250-500 gram/m2 (sesuai dengan
kesuburan tanah dan air), pengapuran (bila perlu) serta pengisian kolam
dengan air. Pemasangan penyaring dimaksudkan untuk menghindari
masuknya predator, ikan-ikan lain dan atau ikan nila jenis lain yang dapat
mempengaruhi tidak hanya dari segi kuantitas hasil produksi, tetapi juga
kualitas benih yang dihasilkan.
c. Padat Tebar
Pendederan ikan nila dilakukan dalam dua atau tiga tahap.
Pendederan tiga dapat langsung merupakan lanjutan dari pendederan kedua.
Lama pendederan pertama adalah 30 hari dengan target benih berukuran 3-5
cm. Pendederan kedua dan ketiga, masing-masing juga 30 hari. Benih hasil
pendederan ketiga berukuran sekitar 20-30 gram/ekor.
Padat tebar pendederan pertama adalah 100-200 ekor/m2, sedangkan
untuk pendederan kedua dan ketiga masing-masing 75-100 dan 50 ekor/m2.
d. Pengelolaan Pakan dan Air
Dosis pemberian pakan pendederan 1, 2 dan 3 masing-masing adalah
20, 10 dan 5% dari bobot biomas/hari. Pakan diberikan sehari 3 kali.
Kandungan protein dalam pakan sekitar 26-28%.
Debit air dalam pendederan satu dan kedua tidak terlalu besar, yakni
sekedar mengganti air yang menguap dan rembes. Namun untuk pendederan
ketiga debit air juga dimaksudkan untuk meningkatkan daya dukung media
terutama ketersedian oksigen yang berguna dan dapat meningkatkan nafsu
makan serta laju pertumbuhan.
e. Panen Benih
Panen benih harus dilakukan pada saat suhu air kolam dan udara
relatif sejuk, terutama pada pagi hari. Hal ini untuk menekan angka
kematian saat panen. Langkah-langkah kerja dalam aktifitas panen benih
sama halnya dengan kegiatan panen larva
f. Kriteria Mutu Benih Ikan Nila
Selain penguasaan teknik pembenihan, para pembenih juga sangat
dianjurkan mengetahui kriteria benih yang sesuai dengan SNI. Berikut ini
merupakan kriteria mutu benih ikan nila hitam berdasarkan SNI 01-6140-
1999, yang terdiri dari kriteria kualitatif (Tabel 1) dan kriteria kuantitatif
(Tabel 2)
Tabel 1. Kriteria Kualitatif Larva dan Benih Nila Hitam Kelas Benih Sebar
KRITERIA LARVA BENIH a. Asal Hasil penetasantelur
dari pemijahan induk kelas pokok antara induk jantan dan induk betina bukan satu keturunan (inbreed)
Larva berumur 7 hari, hasil pemijahan induk kelas induk pokok antara induk jantan dan induk betina tidak satu keturunan (inbreed)
b. Warna Hitam Bagian perut berwarna putih, bagian punggung berwarna gelap sampai hijau kelabu
c. Bentuk tubuh Normal Normal d. Gerakan Bergerak di
permukaan sampai dasar wadah
Bergerombol di permukaan tepi wadah dan aktif menyongsong air baru serta ekor bergerak sangat cepat sehingga tidak terlihat jelas gerakannya.
Tabel 2. Kriteria Kuantitatif Larva dan Benih Nila Hitam Kelas Benih Sebar.
No. Kriteria Satuan Larva Kebul Gabar Belo Sangkal 1. Umur
maksimal Hari 7 20 40 70 100
2. Panjang total Cm 0.6-0.7 1 - 3 3 – 5 5 – 8 8 - 12 3. Berat
minimal Gram 0.02 0.1 1.5 3.0 15
4. Keseragaman ukuran
% 90 90 90 80 80
5. Keseragaman warna
% 90 90 90 100 100
6. Keseragaman kelincahan gerak akibat rangsangan luar
% 80 – 90
90 – 100 90 – 100 90 – 100 90 - 100
7. Keseragaman gerak berenang melawan arus
% 80 – 90
90 – 100 90 – 100 90 – 100 90 - 100
III. DAFTAR PUSTAKA
Badan Standardisasi Nasional. 1999. SNI01-6138-1999 (induk ikan nila hitam, Oreochromis niloticus Bleeker kelas induk pokok). Jakarta
Badan Standardisasi Nasional. 1999.SNI 01-6139-1999 (Produksi induk ikan
nila hitam, Oreochromis niloticus Bleeker kelas induk pokok). Jakarta Badan Standardisasi Nasional. 1999.SNI 01-6140-1999 (benih ikan nila
hitam, Oreochromis niloticus Bleeker kelas benih sebar). Jakarta Badan Standardisasi Nasional. 1999. SNI 01-6141-1999 (produksi benih ikan
nila hitam, Oreochromis niloticus Bleeker kelas induk pokok). Jakarta Macinthosh, D.J and Sampson, D.R.T, 1985. Tilapia Culture : Hatchery
methods for Oreochromis mossambicus and O. niloticus. Institute of Aquaculture, University of Stirling. Scotland. 154 pp
Sucipto, A. 2002. Budidaya ikan nila (Oreochromis sp.). Makalah
disampaikan pada Workshop Teknologi dan Manajemen Akuakultur, Himpunan Mahasiswa Akuakultur IPB, di Bogor tanggal 20, 21 dan 28 April 2002. Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. 9 hal