PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB...

70
PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNISI DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT (Skripsi) Oleh ANDAYU FITRI TALISNA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

Transcript of PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB...

Page 1: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN METAKOGNISI DAN KETERAMPILAN

PROSES SAINS PADA MATERI LARUTANELEKTROLIT DAN NON

ELEKTROLIT

(Skripsi)

Oleh

ANDAYU FITRI TALISNA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2016

Page 2: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

ABSTRAK

PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN METAKOGNISI DAN KETERAMPILAN

PROSES SAINS PADA MATERI LARUTANELEKTROLIT DAN NON

ELEKTROLIT

Oleh

ANDAYU FITRI TALISNA

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keefektivan dan kepraktisan

modelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan non-

elektrolit. Metode penelitian ini adalah pre-eksperimen dengan One Group

Pretest-Posttest Design. Teknik pemilihan sampel yang digunakan yaitu teknik

cluster random sampling dan diperoleh sampel kelas X2 dan X13. Keefektivan

model pembelajaran SiMaYang Tipe II diukur berdasarkan peningkatkan ke-

mampuan metakognisi, keterampilan proses sains, aktivitas siswa dan kemampuan

guru dalam mengelola pembelajaran.Kepraktisan model pembelajaran SiMaYang

Tipe II diukur berdasarkan keterlaksanaan RPP dan respon siswa. Kemampuan

metakognisi ditunjukkan dangan skor responden pada angket dan keterampilan

proses sanis diukur melalui nilai n-Gain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

model pembelajaran SiMaYang Tipe II memiliki keefektivan yang tinggi dalam

meningkatkan kemampuan metakognisi dan keterampilan proses sains. Hal ini

dibuktikan dengan kemampuan metakognisi terjadi peningkatan di akhir

Page 3: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

Andayu Fitri Talisna

pembelajaran dengan kategori sangat tinggi, dan keterampilan proses sains

memiliki kriteria sedang, aktivitas siswa memiliki kriteria sangat tinggi, dan

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran memiliki kriteria sangat tinggi.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa model pembelajaran SiMaYang Tipe II

memiliki kepraktisan yang sangat tinggi dalam meningkatkan kemampuan

metakognisi dan keterampilan proses sains. Hal ini dibuktikan dengan

keterlaksanaan RPP memiliki kriteria sangat tinggi dan respon siswa memiliki

kriteriasangat tinggi.

Kata kunci : keefektivan, kepraktisan, metakognisi, proses sains, SiMaYang

Tipe II.

Page 4: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKANKEMAMPUAN METAKOGNISI DAN KETERAMPILAN

PROSES SAINS PADA MATERI LARUTANELEKTROLIT DAN NON

ELEKTROLIT

Oleh

ANDAYU FITRI TALISNA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai GelarSARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan KimiaJurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2016

Page 5: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan
Page 6: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan
Page 7: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan
Page 8: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

RIWAYAT HIDUP

Pada tanggal 28 Desember 1994 penulis dilahirkan di desa Padang Ratu,

Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran dan merupakan anak kedua

dari tiga bersaudara dari Bapak Zainal Hamid dan Ibu Idalina.

Pendidikan formal penulis diawali di SD Negeri 1 Jurumudi Baru tahun 2000 dan

diselesaikan pada tahun 2006, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 7

Tangerang pada tahun 2000 dan lulus pada tahun 2009, dan meneruskan ke SMA

Negeri 7 Tangerang pada tahun 2009 dan lulus pada tahun 2012.

Tahun 2012 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Kimia Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung. Selama menjadi

mahasiswa penulis pernah menjadi Asisten Praktikum Mata Kuliah Kimia Dasar

II dan Kimia Anorganik I. Semasa kuliah penulis mendapat Beasiswa BBP-PPA.

Tahun 2014 dan 2015 penulis mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL)

SMP Pembangunan yang terintergrasi dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN)

Tematik di Pekon Padang Raya, Kec. Krui Selatan, Kabupaten Pesisir Barat.

Page 9: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

PERSEMBAHAN

Ya Allah seperak ilmu telah Engkau karuniakan kepadaku

Hanya mengetahui sebagian kecil dari yang Engkau miliki. Sebagimana firman-Mu

“Seandainya Air laut menjadi tinta untuk menuliskan perkataan

Tuhan-Ku niscaya keringlah laut sebelum habis perkataan,

Walaupun kami datangkan tinta sebanyak itu sebagai tambahnya”

(QS Al-Kahfi: 109)

Hari ini telah kutemukan apa yang dahulu ku dambakan yang aku tempuh dengan penuh kenyakinan

yang membara, Dimana harapan-harapan yang pernah ku ukir hingga berjalannya waktu, Terentang

hari-hari panjang tuk menggapai jati diri Semua tertata rapi di ingatku

Dengan Ridha Allah SWT...

Karya dan keberhasilan ini Kupersembahkan kepada Ayahanda Zainul Hamid dan Ibunda

Idalina yang telah mencurahkan perhatian, kasih sayang, dukungan do’a serta pengorbanan

yang tiara taranya demi kesuksesan masa depanku...

Terima kasih Ayahanda dan Ibunda

Terima kasih yang tak terhingga untuk Kakak-ku Ghana Rendiyansah dan Adik-ku Muhammad

Zulkarnain, kalian yang selalu mampu menghadirkan gelegar tawa di setiap semangatku mulai rapuh,

dan kawan-kawan seperjuangan yang yang selalu membuatku tersenyum bila mengingatnya serta

almamaterku tercinta.

Page 10: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

MOTTO

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari

betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.

- Thomas Alva Edison

Semua orang tidak perlu menjadi malu karena pernah berbuat kesalahan,

selama ia menjadi lebih bijaksana daripada sebelumnya.

-Alexander Pope

Belajarlah dari kesalahan orang lain. Anda tak dapat hidup cukup lama untuk

melakukan semua kesalahan itu sendiri.

- Martin Vanbee

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal,

tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh.

- Confusius

Page 11: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

SANWACANA

Alhamdulillah, segala Puji hanyalah untuk-Mu Allah, Rabb semesta alam, yang

Maha Menciptakan, Menghidupkan dan Mematikan, yang karena rahmat serta

Ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pembelajaran SiMaYang Tipe II untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognisi

dan Keterampilan Proses Sains pada Materi Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit”

sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan.

Shalawat teriring salam semoga senantiasa tercurah untuk uswatun hasanah,

nabiyallah, Muhammad SAW, seorang murabbi terbaik sepanjang masa yang

semoga kita memperoleh syafa’atnya pada hari yang tiada perlindungan kecuali

perlindungan Allah SWT.

Ucapan terima kasih tak lupa penulis haturkan kepada:

1. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kimia.

4. Bapak Dr. Sunyono, M.Si., selaku Pembimbing I atas kesediaan, keikhlasan,

dan kesabarannya memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses

perbaikan skripsi ini.

Page 12: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

5. Ibu Emmawaty Sofya, S.Si.,M.Si., selaku Pembimbing II atas kesediannya

membimbing dan memberi saran guna untuk menunjang studi.

6. Ibu Dr. Ratu Beta Rudibyani, M.Si., selaku Pembahas, terima kasih atas

kritik, saran, dan motivasi untuk skripsi yang lebih baik.

7. Bapak dan Ibu dosen pendidik mahasiswa Pendidikan Kimia 2012.

8. Ibu Dra. Noveria Ridasari, M.Pd. selaku Kepala SMAN 8 Bandarlampung,

Ibu Dra. Erly M. Pd., beserta para jajarannya atas izin yang diberikan untuk

melaksanakan penelitian.

9. Keluarga tercinta Ayahanda, Ibunda, Kiyay Rendi dan Ijul terimakasih atas

perhatian, kasih sayang, dukungan do’a serta pengorbanan yang tiada taranya.

10. Keluarga besar Tuan Andika, Puan, Dito, Nanda, Pak Atu, Binda, Ama dan

Mami terimakasih atas bantuan baik moril maupun materil.

11. Tim skripsi (Grace, Reni, dan Vivi) terimakasih telah memberikan semangat

dan berjuang bersama hingga skripsi ini selesai, serta sahabat-sahabat dan

rekan-rekan Pendidikan Kimia 2012. Terimakasih atas ikatan persaudaraan

dan dukungan selama perjuangan kita semenjak menginjakkan kaki di altar

Unila.

Akhirnya, penulis memohon maaf atas segala khilaf yang menyakiti. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandarlampung, 18 Mei 2016Penulis,

Andayu Fitri TalisnaNPM.1213023004

Page 13: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL................................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. xiv

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian......................................................................................... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian.............................................................................. 8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Representasi Ilmu Kimia ............................................................................... 10

B. Model Pembelajaran SiMaYang Tipe II........................................................ 11

C. Efektivitas ...................................................................................................... 16

D. Kepraktisan.................................................................................................... 18

E. Kemampuan Metakognisi .............................................................................. 19

F. Keterampilan Proses Sains ............................................................................. 21

G. Analisis Konsep............................................................................................. 26

H. Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 27

Page 14: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

I. Hipotesis.......................................................................................................... 29

III. METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

b. Kemenarikan Model SiMaYang Tipe II yang Ditinjau dari

A. Subjek Penelitian ........................................................................................ 31

B. Metode Penelitian........................................................................................ 31

C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 32

D. Definisi Operasional ................................................................................... 34

E. Perangkat Pembelajaran .............................................................................. 35

F. Instrumen Penelitian .................................................................................... 36

G. Analisis Data .............................................................................................. 37

A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 47

1. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...................................................... 47

2. Keefektifan Model Pembelajaran SiMaYang Tipe II ............................. 49

a. Kemampuan Metakognisi Siswa ....................................................... 49

b. Keterampilan Proses Sains ................................................................ 51

c. Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Berlangsung ......................... 53

d. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran .......................... 55

3. Kepraktisan Model Pembelajaran SiMaYang Tipe II ............................. 57

a. Keterlaksanaan Model Pembelajaran SiMaYang Tipe II ................. 57

Respon Siswa .................................................................................... 59

B. Pembahasan ................................................................................................. 61

Page 15: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

V. KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

7. Analisis Validitas dan Reliabilitas Angket Kemampuan

11. Perhitungan Interval Kepercayaan Rerata N-gain Kemampuan Metakognisi

A. Kesimpulan ................................................................................................ 72

B. Saran ........................................................................................................... 73

1. Analisis Konsep .......................................................................................... 79

2. Analisis KI-KD .......................................................................................... 81

3. Silabus ........................................................................................................ 86

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .......................................................... 95

5. Lembar Kerja Siswa.................................................................................... 103

6. Lembar Validasi Ahli Angket Kemampuan Metakognisi........................... 119

Metakognisi................................................................................................. 124

8. Kisi-Kisi Angket Kemampuan Metakognisi ............................................... 129

9. Angket Kemampuan Metakognisi............................................................... 132

10. Rekapitukasi Kemampuan Metakognisi Siswa ......................................... 136

..................................................................................................................... 139

12. Kisi-Kisi Soal Pretes-Postes........................................................................ 141

13. Soal Keterampilan Proses Sains.................................................................. 143

14. Rubrik Penilaian Soal Keterampilan Proses Sains...................................... 146

15. Analisis Validitas Butir Soal Keterampilan Keterampilan Proses Sains .... 150

16. Analisis Reabilitas Soal Keterampilan Proses Sains................................... 151

Page 16: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

24. Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran

17. Analisis Data Pemeriksaan Jawaban Soal Keterampilan Proses Sains ....... 152

18. Analisis Data Keterampilan Proses Sains ................................................... 160

19. Analisis Interval Kepercayaan n-Gain Keterampilan Proses Sains ............ 162

20. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa ......................................................... 163

21. Rekapitulasi Aktivitas Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran ..................... 165

22. Lembar Observasi/Penilaian Kemampuan Guru......................................... 167

23. Rekapitulasi Observasi kemampuan Guru ................................................ 169

SiMaYang Tipe II ....................................................................................... 177

25. Rekapitulasi Observasi Keterlaksanaan Model SiMaYang Tipe II ............ 179

26. Angket Respon Siswa Terhadap Pembelajaran SiMaYang Tipe II ............ 185

27. Rekapitulasi Respon Siswa Terhadap Pembelajaran SiMaYang Tipe II .... 187

Page 17: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Fase-fase pembelajaran model SiMaYang tipe II ..................................... 15

2. Komponen keterampilan proses sains....................................................... 23

14. Data lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran SiMaYang

3. Desain Penelitian....................................................................................... 31

4. Kisi-kisi kemampuan metakognisi ............................................................ 39

5. Penskoran pada angket kemampuan metakognisi..................................... 40

6. Tafsiran skor (persen) ............................................................................... 42

7. Kriteria tingkat keterlaksanaan ................................................................. 44

8. Data angket kemampuan metakognisi selama pembelajaran.................... 49

9. Rekapitulasi kemampuan metakognisi untuk kedua kelas........................ 51

10. Data rata-rata nilai pretes dan postest keterampilan proses sains ............. 51

11. Rekapitulasi keterampilan proses sains untuk kedua kelas....................... 53

12. Data lembar observasi aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran....... 54

13. Data lembar observasi kemanpuan guru dalam mengelola pembelajaran 56

tipe II ......................................................................................................... 58

15. Data angket respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran ................ 60

Page 18: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Fase-Fase Model Pembelajaran Si-5 Layang-Layang............................... 14

2. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ............................................................... 34

3. Grafik rata-rata n-Gain keterampilan proses sains .................................... 52

Page 19: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kimia merupakan salah satu ilmu sains yang memiliki karakteristik yang sama

dengan IPA yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Ilmu kimia

mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam

yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan

energitika zat. Concise Dictionary of Science & Computers (Tim Pengembang

Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007) mendefinisikan kimia sebagai cabang dari ilmu

pengetahuan alam (sains), yang berkenaan dengan kajian-kajian tentang struktur

dan komposisi materi, perubahan yang dapat dialami materi, dan fenomena-

fenomena lain yang menyertai perubahan materi.

Hakikat ilmu kimia mencakup dua bagian, kimia sebagai produk (pengetahuan

kimia yang berupa fakta, konsep, hukum dan teori) dan kimia sebagai proses yaitu

kerja ilmiah (Mulyasa, 2006). Mata pelajaran kimia diklasifikasikan sebagai mata

pelajaran yang cukup sulit bagi sebagian siswa SMA/MA. Hal tersebut disebab-

kan materi kimia terdiri dari konsep-konsep yang kompleks serta fenomena-

fenomena yang abstrak dan tidak teramati, sehingga menjadi salah satu hal yang

mengakibatkan kimia sangat sulit untuk dimengerti oleh sebagian besar siswa

(Wang, 2007).

Page 20: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

2

Pembelajaran kimia tidak hanya menuntut penguasaan pengetahuan yang berupa

fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja melainkan proses penemuan-

nya. Kegiatan proses didapat dari pengalaman melalui kegiatan percobaan, untuk

mendapatkan kegiatan proses dibutuhkan suatu keterampilan tertentu yang disebut

keterampilan proses. Keterampilan dalam melakukan aktivitas-aktivitas yang

terkait dalam sains biasa disebut dengan keterampilan proses sains (Dewi, 2008).

Keterampilan proses sains adalah semua keterampilan yang diperlukan untuk

memperoleh, mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip,

hukum-hukum, dan teori-teori sains, baik berupa keterampilan mental, keteram-

pilan fisik (manual), maupun keterampilan sosial. Keterampilan proses sains

dikelompokkan ke dalam 5 (lima) jenis, yaitu mengamati (observasi), meng-

klasifikasikan (menggolongkan), meramalkan (memprediksi), mengkomunikasi-

kan, serta penggunaan alat dan pengukuran (Nugraha, 2005).

Keterampilan proses sains penting bagi setiap siswa untuk memperoleh dan

mengembangkan produk sains (Anitah, 2007). Pengembangan keterampilan

proses sains pada siswa dapat berimplikasi pada pengembangan kemampuan ber-

pikir tingkat tinggi pada siswa atau high order of thinking (Mahmuddin dalam

Susilo, 2013). Salah satu kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan

memecahkan masalah. Kemampuan memecahkan masalah merupakan indikator

penting dalam kompetensi berpikir matematis, dan faktor keberhasilan pemecahan

masalah bergantung pada kemampuan metakognisi seseorang, sehingga menurut

para pakar dan perumus kurikulum 2013 yang tercantum dalam Standar

Page 21: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

3

Kompetensi Lulusan (SKL), salah satu kemampuan yang akan dibidik dalam

kurikulum 2013 adalah kemampuan metakognisi siswa (Permendikbud, 2013).

Metakognisi merupakan penentu penting dalam keberhasilan akademik (Dunning,

et al., 2003; Eggen & Kauchak, 1996). Metakognisi mengarah pada siswa ber-

pikir tentang berpikirnya mereka dan kemampuan mereka untuk menggunakan

strategi belajar tertentu dengan tepat (Arends, 2001). Menurut Schraw dan

Dennison (1994) menyatakan bahwa kemampuan metakognisi merupakan penge-

tahuan individu tentang pengetahuan mereka mengenai keadaan dan proses pe-

mikiran mereka sendiri serta kemampuan mereka memulai dan mengubah sesuai

keadaan dan proses pemikiran tersebut yang meliputi komponen pengetahuan

deklaratif, prosedural dan kondisional yang mewakili komponen pengetahuan

tentang kognisi seseorang.

Fakta di lapangan dalam pembelajaran kimia saat ini kurang memfasilitasi penge-

mbangan keterampilan proses sains dan kemampuan metakognisi. Kurangnya

keterampilan proses sains dapat dilihat dari data PISA (Program For

Internasional Student Assessment) tahun 2012 menunjukkan hasil rata-rata skor

literasi sains Indonesia adalah 382, sedangkan rata-rata skor literasi sains

internasional adalah 501. Berdasarkan data hasil literasi sains tersebut

menunjukkan kurangnya keterampilan proses sains. Hasil studi PISA juga

menunjukkan kurangnya kemampuan metakognisi pada siswa khususnya siswa

SMA masih rendah. Hal ini terlihat dari rendahnya siswa menjawab benar dalam

PISA tahun 2012 dan menempati urutan 64 dari 65 negara. Siswa Indonesia

lemah dalam menyelesaikan soal-soal yang membutuhkan Higher Order Thinking

Page 22: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

4

Skill (HOTS) seperti soal yang berhubungan dalam penyelesaian masalah

kehidupan nyata (OECD, 2013).

Kurangnya keterampilan proses sains dan kemampuan metakognisi pada siswa

disebabkan metode pembelajaran masih berpusat pada teacher center (berpusat

pada guru) bukan student center sehingga pembelajaran menjadi kurang efektif.

Pembelajaran kimia yang berpusat pada guru cenderung mentransfer pengetahuan

kimia yang dimilikinya ke dalam pikiran siswa tanpa memberikan kesempatan

kepada siswa untuk mengajukan gagasan atau pendapat. Hal ini didukung dari

hasil penelitian yang dilakukan oleh Afdila (2015) bahwa pembelajaran kimia

masih menggunakan metode ceramah dan pembelajarannya belum mere-

presentasikan materi kimia yang bersifat abstrak dalam bentuk submikroskopis.

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Sunyono, dkk., (2009) di beberapa SMA

di Lampung menunjukkan bahwa dalam penyampaian materi kimia SMA umum-

nya guru kurang memberikan contoh konkrit baik langsung maupun visual tentang

reaksi kimia, siswa hanya dijejali informasi yang bersifat teoritis dan verbalistis.

Pembelajaran kimia yang berlangsung pun lebih banyak direpresentasikan dengan

hanya dua representasi, yaitu makroskopis dan simbolis atau matematis. Selain

itu siswa juga lebih banyak belajar memecahkan soal matematis tanpa mengerti

dan memahami maksudnya.

Chittleborough & Treagust (2004) tidak diapresiasikannya dimensi submikros-

kopis dalam pembelajaran merupakan salah satu penyebab siswa terhambat dalam

upayanya meningkatkan kemampuan representasional. Berdasarkan uraian diatas

dibutuhkan langkah-langkah yang inovatif, yang akan mampu menginter-

Page 23: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

5

koneksikan ketiga level representasi, yaitu level makroskopis, submikroskopis dan

simbolik. Salah satu pembelajaran yang dapat menunjang pembelajaran tersebut

adalah pembelajaran berbasis multipel representasi yang telah dikembangkan

yaitu model pembelajaran SiMaYang Tipe II.

Model pembelajaran SiMaYang Tipe II merupakan keterpaduan antara pendekat-

an saintifik dengan model pembelajaran SiMaYang. Model pembelajaran

SiMaYang Tipe II melibatkan siswa menginterkoneksikan ketiga level

representasi fenomena kimia (makro, submikro, dan simbolik). Adapun fase

dalam model pembelajaran SiMaYang Tipe II terdiri dari 4 (empat), yaitu

orientasi (fase I), eksplorasi-imajinasi atau imajinasi-eksplorasi (fase II),

internalisasi (fase III), dan evaluasi (fase IV) (Sunyono, 2014a). Model

pembelajaran ini menjadi pembelajaran yang menarik dan siswa didorong untuk

menggunakan visualisasi (statis dan dinamis), yang disampaikan oleh guru atau

siswa dapat mengakses informasi melalui webpage/weblog (Sunyono, et al.,

2015). Model pembelajaran SiMaYang Tipe II memiliki validitas atau kelayakan

yang tinggi berdasarkan penilaian validator. Validitias isi maupun validitas

konstruk model SiMaYang tipe II memiliki kategori tinggi sehingga layak

digunakan dalam pembelajaran (Sunyono, 2014b).

Terdapat beberapa penelitian yang menggunakan model pembelajaran SiMaYang

Tipe II. Afdila (2015) yang memperoleh hasil bahwa model pembelajaran

SiMaYang Tipe II berbasis multipel representasi praktis dan efektif dalam

meningkatkan self-efficacy dan penguasaan konsep siswa kelas X IPA SMA

Negeri 3 Bandar Lampung. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Fauziah

Page 24: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

6

(2015) menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model

SiMaYang Tipe II praktis dan efektif dalam menumbuhkan model mental dan

penguasaan konsep siswa kelas X IPA SMA Gajah Mada Bandar Lampung.

Penelitian ini pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit. Kompetensi Dasar

(KD) Menganalisis sifat larutan elektrolit dan larutan non-elektrolit berdasarkan

daya hantar listriknya. Model pembelajaran SiMaYang Tipe II berbasis multipel

representasi diharapkan mampu menjelaskan kepada siswa penyebab perbedaan

kemampuan daya hantar arus listrik larutan elektrolit dan non-elektrolit melalui

gambar atau analogi yang dapat membantu dan mengarahkan imajinasi siswa agar

lebih mampu dalam memahami fenomena sains yang diberikan. Berdasarkan latar

belakang diatas, dalam rangka meningkatkan kemampuan metakognisi dan

keterampilan proses sains, maka dilakukanlah penelitian yang berjudul

“Pembelajaran SiMaYang Tipe II untuk Meningkatkan Kemampuan Metakognisi

dan Keterampilan Proses Sains pada Materi Larutan Elektrolit dan Non-

Elektrolit”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah :

1. Bagaimana keefektivan model pembelajaran SiMaYang Tipe II dalam

meningkatkan kemampuan metakognisi dan keterampilan proses sains pada

materi larutan elektrolit dan non elektrolit?

Page 25: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

7

2. Bagaimana kepraktisan model pembelajaran SiMaYang Tipe II dalam

meningkatkan kemampuan metakognisi dan keterampilan proses sains pada

materi larutan elektrolit dan non elektrolit?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Keefektivan model pembelajaran SiMaYang Tipe II dalam meningkatkan

kemampuan metakognisi dan keterampilan proses sains pada materi larutan

elektrolit dan non elektrolit

2. Kepraktisan model pembelajaran SiMaYang Tipe II dalam meningkatkan

kemampuan metakognisi dan keterampilan proses sains pada materi larutan

elektrolit dan non elektrolit

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah bagi:

1. Siswa

Model pembelajaran SiMaYang Tipe II dapat membantu siswa dalam

mengatasi kesulitan mengimajinasikan fenomena sains yang bersifat abstrak

serta dapat meningkatkan kemampuan metakognisi dan keterampilan proses

sains pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit

2. Guru

Guru dapat terus berlatih menggunakan model pembelajaran SiMaYang Tipe

II dalam meningkatkan kemampuan metakognisi dan keterampilan proses

sains pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit.

Page 26: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

8

3. Sekolah

Sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran SiMaYang Tipe II terdiri dari 4 (empat) fase yaitu

orientasi (fase I), eksplorasi-imajinasi atau imajinasi-eksplorasi (fase II),

internalisasi (fase III), dan evaluasi (fase IV) (Sunyono 2014a).

2. Kemampuan metakognisi merupakan pengetahuan individu tentang

pengetahuan mereka mengenai keadaan dan proses pemikiran mereka sendiri

serta kemampuan mereka memulai dan mengubah sesuai keadaan dan proses

pemikiran tersebut yang meliputi komponen pengetahuan deklaratif,

prosedural dan kondisional yang mewakili komponen pengetahuan tentang

kognisi seseorang (Schraw dan Dennison, 1994).

3. Keterampilan proses sains adalah semua keterampilan yang diperlukan untuk

memperoleh, mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep, prinsip-

prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori sains, baik berupa keterampilan

mental, keterampilan fisik (manual), maupun keterampilan sosial (Nugraha,

2005).

4. Indikator keterampilan proses sains yang dipakai dalam penelitian ini adalah

mengamati, mengklasifikasikan (menggolongkan), meramalkan

(memprediksi), dan mengkomunikasikan yang mengacu pada komponen

keterampilan proses sains (Nugraha, 2005).

Page 27: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

9

5. Keefektivan model pembelajaran sangat terkait dengan pencapaian tujuan

pembelajaran. Model pembelajaran dikatakan efektif bila pembelajar

dilibatkan secara aktif dalam mengorganisasi dan menemukan hubungan dan

informasi–informasi yang diberikan, dan tidak hanya secara pasif menerima

pengetahuan dari guru/dosen (Nieveen, 1999). Keefektivan diukur

berdasarkan kemampuan metakognisi, keterampilan proses sains, aktivitas

siswa dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.

6. Kepraktisan suatu model pembelajaran merupakan salah satu kriteria kualitas

model yang ditinjau dari hasil penelitian pengamat berdasarkan

pengamatannya selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung (Nieveen,

1999). Kepraktisan diukur berdasarkan keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dan respon siswa.

Page 28: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Representasi Ilmu Kimia

Johnstone (1982) membedakan representasi kimia ke dalam tiga tingkatan

(dimensi). Dimensi pertama adalah makroskopis yang bersifat nyata dan kasat

mata. Dimensi ini menunjukkan fenomena-fenomena yang terjadi dalam

kehidupan sehari-hari maupun yang dipelajari di laboratorium menjadi bentuk

makro yang dapat diamati, dimensi kedua adalah mikroskopis juga nyata tetapi

tidak kasat mata. Dimensi makroskopis menjelaskan dan menerangkan fenomena

yang dapat diamati sehingga menjadi sesuatu yang dapat dipahami. Dimensi ini

terdiri dari tingkat partikular yang dapat digunakan untuk menjelaskan pergerakan

elektron, molekul, partikel atau atom, dimensi yang terakhir adalah simbolik yang

menggambarkan tanda atau bahasa serta bentuk-bentuk lainnya yang digunakan

untuk mengomunikasikan hasil pengamatan. Dimensi ini terdiri dari berbagai

jenis representasi gambar, aljabar dan bentuk komputasi representasi mikroskopis.

Ketiga level tersebut saling berhubungan dan berkontribusi pada siswa untuk

dapat paham dan mengerti materi kimia yang abstrak. Hal ini didukung oleh per-

nyataan Tasker dan Dalton (2006) bahwa kimia melibatkan proses-proses per-

ubahan yang dapat diamati dalam hal (misalnya perubahan warna, bau,

gelembung) pada dimensi makroskopik atau laboratorium, namun dalam hal

Page 29: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

11

perubahan yang tidak dapat diamati dengan indera mata, seperti perubahan

struktur atau proses di tingkat submikro atau molekul imajiner hanya bisa di-

lakukan melalui pemodelan. Perubahan-perubahan ditingkat molekuler ini

kemudian digambarkan pada tingkat simbolik yang abstrak dalam dua cara, yaitu

secara kualitatif menggunakan notasi khusus, bahasa, diagram, dan simbolis, dan

secara kuantitatif dengan menggunakan matematika (persamaan dan grafik).

Ainsworth (dalam Sunyono, 2012a) membuktikan bahwa banyak representasi

dapat memainkan tiga peranan utama. Pertama, mereka dapat saling melengkapi.

Kedua, suatu representasi yang lazim dapat menjelaskan tafsiran tentang suatu

representasi yang tidak lazim. Ketiga, suatu kombinasi representasi dapat bekerja

bersama membantu siswa atau pembelajar menyusun suatu pemahaman yang

lebih dalam tentang suatu topik yang dipelajari.

B. Model Pembelajaran SiMaYang Tipe II

Model pembelajaran SiMaYang merupakan model pembelajaran sains berbasis

multipel representasi yang dikembangkan dengan memasukkan faktor interaksi

(tujuh konsep dasar) yang mempengaruhi kemampuan pembelajar untuk mem-

presentasikan fenomena sains ke dalam kerangka model IF-SO (Sunyono, 2012a).

Ada tiga dari tujuh konsep dasar pembelajar tersebut yang telah diidentifikasi oleh

Schonborn and Anderson (dalam Sunyono, 2012a) adalah kemampuan penalaran

pembelajar (Reasoning; R), pengetahuan konseptual pembelajar (Conceptual; C);

dan keterampilan memilih mode representasi pembelajar (Representation modes;

M). Faktor M dapat dianggap berbeda dengan faktor C dan R, karena faktor M

tidak bergantung pada campur tangan manusia selama proses interpretasi dan

Page 30: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

12

tetap konstan kecuali jika ER dimodifikasi, selanjutnya empat faktor lainnya

adalah faktor R-C merupakan pengetahuan konseptual dari diri sendiri tentang

ER, faktor R-M merupakan penalaran terhadap fitur dari ER itu sendiri, faktor C-

M adalah faktor interaktif yang mempengaruhi interpretasi terhadap ER, dan

faktor C-R-M adalah interaksi dari ketiga faktor awal (C-R-W) yang mewakili

kemampuan seorang pembelajar untuk melibatkan semua faktor dari model agar

dapat menginterpretasikan ER dengan baik.

Model pembelajaran berbasis multipel representasi yang dikembangkan didesain

sedemikian rupa dengan langkah-langkah pembelajaran yang disusun dengan

memperhatikan tiga faktor utama (Waldrip, dalam Sunyono 2012a) dan

(Abdurrahman, dalam Sunyono 2012a) yaitu aspek konseptual (guru/dosen dan

pembelajar), penalaran (pembelajar), dan representasi (baik guru/dosen maupun

pembelajar), selanjutnya dihubungkan dengan 7 (tujuh) konsep dasar kemampuan

pembelajar (Schonborn dan Anderson dalam Sunyono, 2012a). Mempertimbang-

kan model teoritis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan pembel-

ajar dalam menginterpretasikan representasi eksternal, model kerangka IF-SO

dapat disempurnakan dengan menghasilkan model pembelajaran yang menginter-

koneksikan ketiga level fenomena sains.

Sunyono (2012a) menjelaskan bahwa model pembelajaran SiMaYang merupakan

model pembelajaran yang menekankan pada interkoneksi tiga level fenomena

kimia, yaitu level submikro yang bersifat abstrak, level simbolik, dan level makro

yang bersifat nyata dan kasat mata. Multipel representasi yang digunakan dalam

model pembelajaran SiMaYang ini adalah representasi-representasi dari fenomena

Page 31: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

13

sains (khususnya sains) baik dari skala riil maupun abstrak (misalnya stoikiometri

dan struktur atom), selanjutnya dikembangkan perangkat pembelajaran yang di-

lengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan baik pada level makro, submikro, maupun

simbolik untuk memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk berlatih

merepresentasikan tiga level fenomena sains sepanjang sesi pembelajaran yang

berfokus kepada permasalahan sains level molekuler.

Model pembelajaran SiMaYang disusun dengan mengacu pada ciri suatu model

pembelajaran menurut Arends (dalam Sunyono, 2012a) yang menyebutkan se-

tidak-tidaknya ada 4 ciri khusus dari model pembelajaran yang dapat digunakan

untuk mecapai tujuan pembelajaran, yaitu:

1. Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh perancangannya.

2. Landasan pemikiran tentang tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dan

bagaimana pembelajar belajar untuk mencapai tujuan tersebut.

3. Aktivitas guru/ dosen dan pembelajar (siswa/ mahasiswa) yang diperlukan agar

model tersebut terlaksana dengan efektif.

4. Lingkungan belajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran SiMaYang memiliki 4 fase, yaitu

orientasi, eksplorasi-imajinasi, internalisasi, dan evaluasi (Sunyono, 2012a).

Keempat fase dalam model pembelajaran tersebut memiliki ciri dengan akhiran

“si” sebanyak lima “si”. Fase-fase tersebut tidak selalu berurutan bergantung

pada konsep yang dipelajari oleh pembelajar, terutama pada fase dua yaitu fase

eksplorasi-imajinasi. Oleh sebab itu, fase-fase dalam model pembelajaran yang

dikembang dan hasil revisi ini tetap disusun dalam bentuk layang-layang,

Page 32: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

14

sehingga tetap dinamakan Si-5 layang-layang atau disingkat SiMaYang (Sunyono,

2012a). Fase-fase model pembelajaran Si-5 layang-layang digambarkan pada

Gambar 1 berikut:

Fase I

Fase II

Fase III

Fase IV

Gambar 1. Fase-Fase Model Pembelajaran Si-5 Layang-Layang (SiMaYang)

(Sunyono, 2012a)

Pada fase I ada orientasi, yaitu peninjauan untuk menentukan sikap dan pandang-

an yang mendasari pikiran sehingga siswa dapat terfokus pada tujuan pembelajar-

an dan materi yang akan dipelajari. Fase II ada eksplorasi dan imajinasi yang

saling berkaitan. Eksplorasi adalah kegiatan untuk memperoleh pengalaman-

pengalaman baru dari situasi yang baru. Pada kegiatan eksplorasi, guru melibat-

kan siswa dalam mencari dan menghimpun informasi, menggunakan media untuk

memperkaya pengalaman mengelola informasi, memfasilitasi siswa berinteraksi

sehingga siswa aktif, mendorong siswa mengamati berbagai gejala, menangkap

tanda-tanda yang membedakan dengan gejala pada peristiwa lain, mengamati

objek di lapangan dan labolatorium. Fase III ada internalisasi yaitu, proses pe-

masukan nilai pada seseorang yang akan membentuk pola pikirnya dalam melihat

makna realitas pengalaman, dan fase IV ada evaluasi, yaitu mereviu hasil pembel-

ajaran yang sudah diperoleh (Sunyono, 2012a).

Orientasi

Eksplorasi Imajinasi

Internalisasi

Evaluasi

Page 33: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

15

Kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifiknya mempengaruhi adanya per-

ubahan dari sintak model SiMaYang. Berkaitan hal tersebut, Sunyono dan

Yuliyanti (2014) telah mengembangkan lebih lanjut model pembelajaran

SiMaYang dengan memasukkan model SiMaYang dengan pendekatan saintifik

yang dinamakan model Saintifik SiMaYang atau SiMaYang Tipe II. Model

pembelajaran SiMaYang Tipe II memiliki sintaks yang sama dengan model

SiMaYang. Perbedaannya terletak pada aktivitas guru dan siswa, dimana pada

model pembelajaran SiMaYang Tipe II, aktivitas guru dan siswa disertai dengan

pendekatan saintifik (Sunyono dan Yulianti, 2014). Saintifik model pembelajaran

SiMaYang Tipe II dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Fase (Tahapan) Pembelajaran SiMaYang Tipe II (Sunyono dan Yulianti,

2014 dan Sunyono, et al., 2015).

Fase Aktivitas guru Aktivitas siswa

Fase I:

Orientasi

1. Menyampaikan tujuan pembelajaran.

2. Memberikan motivasi dengan

berbagai fenomena yang terkait

dengan pengalaman siswa.

1. Menyimak penyam-

paian tujuan sambil

memberikan tanggap-

an

2. Menjawab pertanyaan

dan menanggapi

Fase II:

Eksplorasi-

Imajinasi

1. Mengenalkan konsep dengan

memberikan beberapa abstraksi yang

berbeda mengenai fenomena alam

secara verbal atau dengan

demonstrasi dan juga menggunakan

visualisasi: gambar, grafik, atau

simulasi atau animasi, dan atau

analogi dengan melibatkan

siswauntuk menyimak dan bertanya

jawab.

2. Mendorong, membimbing, dan

memfasilitasi diskusi siswa untuk

membangun model mental dalam

membuat interkoneksi diantara level-

level fenomena alam yang lain, yaitu

dengan membuat transformasi dari

level fenomena alam yang satu ke

1. Menyimak

(mengamati) dan

bertanya jawab dengan

dosen tentang

fenomena kimia yang

diperkenalkan

(menanya).

2. Melakukan

penelusuran informasi

melalui webpage /

weblog dan/atau buku

teks (menggali

informasi).

3. Bekerja dalam kelom-

pok untuk melakukan

imajinasi terhadap

fenomena kimia yang

Page 34: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

16

Lanjutan Tabel 1.

Fase Aktivitas guru Aktivitas siswa

level yang lain (makro ke mikro dan

simbolik atau sebaliknya) dengan

menuangkannya ke dalam lembar

kegiatan siswa.

diberikan melalui LKS

(mengasosiasi /

menalar)

4. Berdiskusi dengan te-

man dalam kelompok

dalam melakukan la-

tihan imajinasi repre-

sentasi (mengasosiasi/

menalar).

Fase III:

Internalisasi

1. Membimbing dan memfasilitasi

siswa dalam mengartikulasikan/

mengkomunikasikan hasil pemikiran-

nya melalui presentasi hasil kerja

kelompok.

2. Memberikan latihan atau tugas dalam

mengartikulasikan imajinasinya.

Latihan individu tertuang dalam

lembar kegiatan siswa/LKS yang

berisi pertanyaan dan/atau perintah

untuk membuat interkoneksi ketiga

level fenomena alam.

1. Perwakilan kelompok

melakukanpresentasi

terhadap hasil kerja

kelompok

(mengomunikasikan).

2. Kelompok lain menyi-

mak (mengamati) dan

memberikan tanggap-

an/pertanyaan terhadap

kelompok yang sedang

presentasi (menanya

dan menjawab).

3. Melakukan latihan

individu melalui LKS

individu (menggali

informasi dan

mengasosiasi).

Fase IV:

Evaluasi

1. Mengevaluasi kemajuan belajar

siswa dan reviu terhadap hasil kerja

siswa.

2. Memberikan tugas latihan

interkoneksi. Tiga level fenomena

alam (makro, mikro/submikro, dan

simbolik).

1. Menyimak hasil reviu

dari guru dan menyam-

paikan hasil kerjanya

(mengomunikasikan),

serta bertanya tentang

pembelajaran yang

akan datang.

C. Efektivitas

Nieveen (1999) menyatakan bahwa keefektivan model pembelajaran sangat

terkait dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Model pembelajaran dikatakan

efektif bila pembelajar dilibatkan secara aktif dalam mengorganisasi dan

menemukan hubungan dan informasi–informasi yang diberikan, dan tidak hanya

secara pasif menerima pengetahuan dari guru atau dosen.

Page 35: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

17

Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan ting-

kat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Kriteria keefektivan menurut

Wicaksono (2008) mengacu pada:

1. Ketuntasan belajar, pembelajaran, dapat dikatakan tuntas apabila

sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai

= 60 dalam peningkatan hasil belajar.

2. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar

siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan per-

bedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman

setelah pembelajaran (gain yang signifikan).

3. Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat

dan motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih ter-

motivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang

lebih baik. Serta siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan.

Eggen dan Kauchak (dalam Warsita, 2008) menyatakan bahwa suatu pembelajar-

an akan efektif bila siswa secara aktif dilibatkan dalam pengorganisasian dan pe-

nemuan informasi (pengetahuan). Hasil pembelajaran tidak saja meningkatkan

pengetahuan, melainkan meningkatkan keterampilan berpikir. Oleh karena itu,

dalam pembelajaran perlu diperhatikan aktivitas siswa selama mengikuti proses

pembelajaran. Semakin siswa aktif, pembelajaran akan semakin efektif. Minat

juga akan mempengaruhi proses belajar mengajar. Jika tidak berminat untuk

mempelajari sesuatu maka tidak dapat diharapkan siswa akan belajar dengan baik

dalam mempelajari hal tersebut. Jika siswa belajar sesuatu dengan minatnya

maka dapat diharapkan hasilnya akan lebih baik. Ada beberapa ciri pembelajaran

efektif yang dirumuskan oleh Eggen & Kauchak (dalam Warsita, 2008) adalah:

1. Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya

melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-

kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan

generalisasi berdasar-kan kesamaan-kesamaan yang ditemukan.

2. Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi

dalam pelajaran.

Page 36: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

18

3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada peng-

kajian.

4. Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan

kepada peserta didik dalam menganalisis informasi.

5. Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan

keterampilan berpikir.

6. Guru menggunakan teknik pembelajaran yang bervariasi sesuai

dengan tujuan dan gaya pembelajaran guru.

Menurut Sunyono (2012a) adapun indikator keefektivan meliputi:

1. Pencapaian tujuan pembelajaran dan ketuntasan belajar pembelajar.

2. Pencapaian aktivitas pembelajar dan guru atau dosesn.

3. Pencapaian kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran.

4. Pembelajar memberi respon positif dan minat yang tinggi terhadap

pembelajaran yang dilaksanakan.

D. Kepraktisan

Nieveen (1999) menyatakan bahwa kepraktisan suatu model pembelajaran

merupakan salah satu kriteria kualitas model yang ditinjau dari hasil penelitian

pengamat berdasarkan pengamatannya selama pelaksanaan pembelajaran

berlangsung. Suatu model pembelajaran dikatakan memiliki suatu kepraktisan

tinggi, bila pengamat berdasarkan pengamatannya menyatakan bahwa tingkat

keterlaksanaan penerapan model dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas

termasuk ke dalam kategori “tinggi”. Keterlaksanaan model dalam pelaksanaan

pembelajaran dapat ditinjau dari keterlaksanaan sintak, keterlaksanaan sistem

sosial, dan keterlaksanaan prinsip reaksi pengelolaan dengan sistem pendukung

yang tersedia. Pengukurannya melalui pengamatan (observasi). Keterlaksanaan

model pembelajaran diukur dengan menggunakan instrumen berupa lembar peng-

amatan (observasi) dengan sistem penskoran yang terdiri dari 5 (lima) kriteria pe-

nilaian, yaitu skor 1 (rendah sekali), skor 2 (rendah), skor 3 (cukup), skor 4

Page 37: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

19

(tinggi), dan skor 5 (sangat tinggi). Tingkat keterlaksanaan ini akan diujikan pada

saat penerapan pembelajaran di kelas dalam suatu.

Menurut Nieveen (1999) menyatakan aspek kepraktisan dipenuhi jika (1) ahli dan

praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat diterapkan, dan (2) ke-

nyataan menunjukkan bahwa apa yang dikembangkan tersebut dapat diterapkan.

Masnurillah dan Masriyah (2014) yang menyatakan bahwa data kepraktisan di-

peroleh dari hasil penilaian umum pada lembar validasi oleh validator yang me-

nyatakan bahwa perangkat pembelajaran dapat digunakan di lapangan dengan

sedikit revisi atau tanpa revisi. Hal tersebut didukung pula hasil pengamatan pe-

laksanaan pembelajaran oleh dua orang pengamat. Cara yang dilakukan ialah me-

masukkan data yang diperoleh ke dalam tabel yang dibuat, menentukan rata-rata

setiap kriteria, rata-rata setiap aspek, dan rata-rata kepraktisan.

E. Kemampuan Metakognisi

Menurut Flavel (1979) metakognisi adalah kesadaran seseorang tentang

bagaimana ia belajar, kemampuan untuk menilai kesukaran sesuatu masalah,

kemampuan untuk mengamati tingkat pemahaman dirinya, kemampuan meng-

gunakan berbagai informasi untuk mencapai tujuan dan kemampuan menilai ke-

majuan belajar sendiri. Metakognisi merujuk kepada pengetahuan tentang proses-

proses kognitif dan cara bagaimana proses-proses tersebut boleh digunakan

dengan baik untuk mencapai suatu matlamat pembelajaran (Biehler & Snowman,

1993).

Page 38: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

20

Schraw dan Dennison (1994) menyatakan bahwa kemampuan metakognisi me-

rupakan pengetahuan individu tentang pengetahuan mereka mengenai keadaan

dan proses pemikiran mereka sendiri serta kemampuan mereka memulai dan

mengubah sesuai keadaan dan proses pemikiran tersebut yang meliputi komponen

pengetahuan deklaratif, prosedural dan kondisional yang mewakili komponen

pengetahuan tentang kognisi seseorang. Pengertian ketiga pengetahuan

dikemukakan oleh Nur (2004) sebagai berikut:

1. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan yang dimiliki siswa tentang sesuatu

2. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan yang dimiliki siswa tentang

bagaimana melakukan sesuatu

3. Pengetahuan kondisional merupakan pengetahuan tentang kapan dan mengapa

menggunakan pengetahuan deklaratif atau pengetahuan prosedural.

Menurut Suherman, dkk, (2001) metakognisi adalah suatu kata yang berkaitan

dengan apa yang diketahui tentang dirinya sebagai individu yang belajar dan

bagaimana dia mengontrol serta menyesuaikan prilakunya. Metakognisi meng-

arah pada siswa berpikir tentang berpikirnya mereka dan kemampuan mereka

untuk menggunakan strategi belajar tertentu dengan tepat (Arends, 2001).

Wellman (dalam Gama, 2004) menyatakan bahwa:

“Metacognition is a form of cognition, a second or higher order thinking

process which involves active control over cognitive processes. It can be

simply defined as thinking about thinking or as a “person’s cognition about

cognition”

Metakognisi sebagai suatu bentuk kognisi yang merupakan proses berpikir dua

tingkat atau lebih yang melibatkan pengendalian terhadap aktivitas kognitif. Oleh

Page 39: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

21

sebab itu, metakognisi dapat dikatakan sebagai berpikir seseorang tentang ber-

pikirnya sendiri atau kognisi seseorang tentang kognisinya sendiri.

Martinez (2006) mendefinisikan metakognisi sebagai pemantauan dan

pengawalan pemikiran. Howard (dalam Wicaksono, 2014) menyatakan bahwa

metakognisi mengacu pada pengetahuan seseorang mengenai proses-proses dan

produk-produk kognisi orang itu sendiri. Livingston (dalam Wicaksono, 2014)

menyatakan bahwa metakognisi mengarahkan kepada proses berpikir tingkat

tinggi yang melibatkan kontrol aktif proses kognisi dalam pembelajaran. Lebih

lanjut, Gagne (dalam Wicaksono, 2014) juga menyatakan bahwa metakognisi

ialah proses kognisi tingkat tinggi dan proses untuk mengantarkan pengetahuan

dan perkembangan siswa dalam merencanakan, memantau dan bahkan

mereorganisasi strategi belajar.

F. Keterampilan Proses Sains

Semiawan (1986) mengatakan keterampilan proses sains adalah keterampilan fisik

dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki,

dikuasai, dan diaplikasikan dengan suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuwan

dapat menemukan sesuatu yang baru. Menurut Firman (2000) ada enam sub

keterampilan proses yang harus dimiliki oleh peserta didik, diantaranya :

1. Mengamati (Observing)

Mengamati ialah melakukan pengumpulan data tentang fenomena atau

peristiwa dengan mengguanakan inderanya. Ini merupakan dasar bagi semua

keterampilan proses lainnya. Kemampuan mengamati diantaranya adalah ke-

Page 40: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

22

mampuan mengumpulkan fakta, mengklarifikasi, mencari persamaan, dan per-

bedaan atau me-milah mana yang penting, kurang atau tidak penting dengan

menggunakan indera untuk melihat, mengecap, atau mencium. Sub ke-

terampilan ini memiliki dua sifat utama yaitu sifat kualitatif dan kuantitatif.

2. Menafsirkan (Interpreting and Drawing Conclusions)

Berupa kemampuan untuk menyatakan pola hubungan atau kecenderungan

gejala tertentu yang ditunjukan oleh sejumlah data.

3. Meramalkan (Predicting)

Kemampuan mengemukakan atau memperkirakan apa yang mungkin terjadi

pada keadaan yang belum diamati berdasarkan penggunaan pola keteraturan/

kecenderungan-kecenderungan gejala yang telah diketahui sebelumnya.

4. Menerapkan Konsep (Applaying concept)

Kemampuan menerapkan konsep yang telah dikuasai untuk memecahkan

masalah tertentu atau menjelaskan suatu peristiwa baru dengan mengunakan

konsep yang telah dimiliki.

5. Merencanakan Penelitian/Percobaan (Planning and Experiment)

Kemampuan menentukan objek yang akan diteliti, alat dan bahan yang akan di

gunakan, variabel atau faktor-faktor yang perlu diperhatikan. Langkah-langkah

percobaan yang akan ditempuh serta cara mencatat dan mengolah data untuk

menarik kesimpulan.

6. Mengkomunikasikan (Communicating)

Kemampuan mendiskusikan dan menyampaikan hasil penemuannya kepada

orang lain, baik secara lisan maupun tulisan berupa gambar, model, tabel,

diagram dan grafik yang dikemas model, tabel, diagram dan grafik yang dapat

Page 41: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

23

dikemas dalam bentuk laporan penelitian, paper atau karangan ilmiah. Ber-

komunikasi terdapat dua keterampilan yang dijadikan acuan penelitian, yaitu

keterampilan berkomunikasi melalui tulisan dan keterampilan berkomunikasi

melalui lisan.

Menurut Ango (2002) keterampilan proses sains merupakan komponen

penting dalam pelaksanaan proses belajar yaitu karena dapat mempengaruhi

perkembangan pengetahuan siswa. Menurut Nugraha (2005) mendefinisikan

keterampilan proses sains adalah semua keterampilan yang diperlukan untuk

memperoleh, mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip,

hukum-hukum dan teori-teori sains, baik berupa keterampilan mental, keterampil-

an fisik (manual) maupun keterampilan sosial. Secara lebih rinci dan jelas

Nugraha (2005) mengelompokkan keterampilan proses dan sub-subnya pada

Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Komponen Keterampilan Proses Sains (Nugraha, 2005)

No Keterampilan proses Sub Keterampilan Proses

1 Mengamati (observasi) a. mengidentifikasi ciri- ciri suatu

benda/peristiwa

b. mengidentifikasi perbedaan dan persamaan

berbagai benda/peristiwa

c. membaca alat-alat ukur

d. mencocokan gambar dengan uraian

tulisan/benda

e. mengurutkan berbagai peristiwa yang terjadi

secara simultan

f. memberikan (memberikan uraian) mengenai

suatu benda atau peristiwa

Page 42: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

24

Lanjutan Tabel 2.

No Keterampilan proses Sub Keterampilan Proses

2 Mengklasifikasikan

(menggolongkan)

a. mengelompokkan benda/peristiwa (kelompok

ditentukan anak)

b. mengelompokkan benda/peristiwa (kelompok

diberikan kepada anak)

c. mengidentifikasi pola dari suatu seri

pengamatan

d. mengemukakan/ mengetahui alasan

pengelompokkan

e. mencari dasar atau kriteria pengelompokkan

f. memberikan nama kelompok berdasarkan ciri-

ciri khususnya

menemukan alternatif pengelompokkan

(kelompok ditentukan anak)

g. menemukan alternative pengelompokkan

(kelompok diberikan kepada anak)

h. mengurutkan kelompok berdasarkan

keinklusifan

3 Meramalkan

(memprediksi)

a. membuat dugaan berdasarkan pola-pola atau

hubungan informasi/ ukuran/hasil observasi

b. mengantisipasi suatu peristiwa berdasarkan

pola atau kecenderungan

4 Mengkomunikasikan a. mengutarakan suatu gagasan

b. mencatat kegiatan-kegiatan atau pengamatan

yang dilakukan

c. menunjukkan hasil kegiatan

d. mendiskusikan hasil kegiatan

e. menggunakan berbagai sumber informasi

f. mendengarkan dan menanggapi gagasan-

gagasan orang lain

c. melaporkan suatu peristiwa atau kegiatan

secara sistematis dan jelas

5 Penggunaan alat dan

pengukuran

5.1 menentukan alat dan pengukuran yang

diperlukan dalam suatu penyelidikan atau

percobaan

5.2 menunjukkan hal-hal yang berubah atau harus

diubah pada suatu pengamatan atau

pengukuran

5.3 merencanakan bagaimana hasil pengukuran,

perbandingan untuk memecahkan suatu

masalah

5.4 menentukan urutan langkah-langkah yang

harus ditempuh dalam suatu percobaan

g. ketelitian dalam penggunaan alat dan

pengukuran dalam suatu percobaan

Page 43: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

25

Anitah (2007) mengemukakan bahwa keterampilan proses sains (KPS) merupakan

keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh para ilmuwan untuk memperoleh

dan mengembangkan produk sains. Kegiatan proses didapat dari pengalaman

melalui kegiatan percobaan, untuk mendapatkan kegiatan proses dibutuhkan suatu

keterampilan tertentu yang disebut keterampilan proses. Keterampilan dalam me-

lakukan aktivitas-aktivitas yang terkait dalam sains biasa disebut dengan ke-

terampilan proses sains (Dewi, 2008).

Hartono (dalam Fitriani, 2009) mengemukakan bahwa:

Untuk dapat memahami hakikat IPA secara utuh, yakni IPA sebagai proses,

produk dan aplikasi, siswa harus memiliki kemampuan KPS. Dalam pembel-

ajaran IPA, aspek proses perlu ditekankan bukan hanya pada hasil akhir dan

berpikir benar lebih penting dari pada memperoleh jawaban yang benar. KPS

adalah semua keterampilan yang terlibat pada saat berlangsungnya proses

sains. KPS terdiri dari beberapa keterampilan yang satu sama lain berkaitan

dan sebagai prasyarat. Namun pada setiap jenis keterampilan proses ada

penekanan khusus pada masing-masing jenjang pendidikan.

Menurut Hariwibowo (dalam Fitriani, 2009):

Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan

kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai

penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan

mendasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih lama-kelamaan akan

menjadi suatu keterampilan, sedangkan pendekatan keterampilan proses

adalah cara memandang anak didik sebagai manusia seutuhnya. Cara

memandang ini dijabarkan dalam kegiatan belajar mengajar memperhatikan

pengembangan penge-tahuan, sikap, nilai, serta keterampilan. Ketiga unsur

itu menyatu dalam satu individu dan terampil dalam bentuk kreatifitas.

Mahmuddin (dalam Susilo, 2013) mengatakan bahwa pembiasaan siswa belajar

melalui proses sains dapat melatih keterampilan ilmiah dan kerja sistematis, serta

membentuk pola berpikir siswa secara ilmiah. Oleh sebab itu, pengembangan ke-

terampilan proses sains pada siswa dapat berimplikasi pada pengembangan ke-

mampuan berpikir tingkat tinggi pada siswa atau high order of thinking.

Page 44: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

26

Indikator keterampilan proses sains yang dipakai dalam penelitian ini adalah

mengamati, mengklasifikasikan (menggolongkan), meramalkan (memprediksi),

dan mengkomunikasikan yang mengacu pada komponen keterampilan proses

sains (Nugraha, 2005).

G. Analisis Konsep

Herron, et al., (1977) berpendapat bahwa belum ada definisi tentang konsep yang

diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep disamakan dengan ide.

Markle dan Tieman (dalam Herron, et al., 1977) mendefinisikan konsep sebagai

sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Mungkin tidak ada satupun definisi yang

dapat mengungkapkan arti dari konsep. Untuk itu diperlukan suatu analisis

konsep yang memungkinkan kita dapat mendefinisikan konsep, sekaligus

menghubungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan.

Lebih lanjut lagi, Herron, et al. (1977) mengemukakan bahwa analisis konsep

merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam

merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Prosedur ini

telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer, dkk.

Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama atau

label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel, posisi

konsep, contoh, dan non contoh.

Page 45: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

27

H. Kerangka Pemikiran

Materi kimia terdiri dari konsep-konsep yang kompleks serta fenomena-fenomena

yang abstrak dan tidak teramati, sehingga menjadi salah satu hal yang meng-

akibatkan kimia sangat sulit untuk dimengerti oleh sebagian besar siswa, selain itu

pembelajaran kimia tidak hanya menuntut penguasaan pengetahuan yang berupa

fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja melainkan proses penemuan-

nya. Kegiatan proses didapat dari pengalaman melalui kegiatan percobaan, untuk

mendapatkan kegiatan proses dibutuhkan suatu keterampilan tertentu yang disebut

keterampilan proses. Keterampilan dalam melakukan aktivitas-aktivitas yang

terkait dalam sains biasa disebut dengan keterampilan proses sains.

Keterampilan proses sains penting bagi setiap siswa untuk memperoleh dan

mengembangkan produk sains. Pengembangan keterampilan proses sains pada

siswa dapat berimplikasi pada pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi

pada siswa atau high order of thinking. Salah satu kemampuan berpikir tingkat

tinggi adalah kemampuan memecahkan masalah. Kemampuan memecahkan

masalah merupakan indikator penting dalam kompetensi berpikir matematis, dan

faktor keberhasilan pemecahan masalah bergantung pada kemampuan

metakognisi seseorang, sehingga menurut para pakar dan perumus kurikulum

2013 yang tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL), salah satu

kemampuan yang akan dibidik dalam kurikulum 2013 adalah kemampuan

metakognisi siswa.

Kemampuan metakognisi dan keterampilan proses sains merupakan penentu

penting dalam keberhasilan akademik. Berdasarkan uraian diatas dibutuhkan

Page 46: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

28

suatu pembelajaran yang akan mampu meningkatkan kemampuan metakognisi

dan keterampilan proses sains, yaitu pembelajaran berbasis multipel representasi

yang telah dikembangkan adalah model pembelajaran SiMaYang Tipe II.

Proses pembelajaran dengan model pembelajaran SiMaYang Tipe II memiliki 4

(empat) fase, yaitu fase awal pada pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran SiMaYang Tipe II adalah guru menyampaikan tujuan dan

memberikan motivasi dengan berbagai fenomena sains yang terkait dengan

pengalaman siswa, tahap ini dikenal dengan fase orientasi. Motivasi berupa

fenomena sains dari kehidupan sehari-hari atau memberikan pertanyaan yang

terkait dengan materi yang akan dibahas.

Fase selanjutnya adalah fase eksplorasi. Pada tahap ini siswa diminta untuk

melakukan eksplorasi untuk memperluas dan memperdalam pengetahuannya

melalui penjelasan dan pemberian visualisasi dari guru, membaca buku teks, dan

menelusuri informasi melalui web, dan diskusi kelompok. Guru menciptakan

aktivitas siswa dalam meningkatkan kemampuan metakognisi berdasarkan

pengetahuan yang diperoleh dengan melakukan imajinasi representasi. Pada

tahap ini siswa akan berimajinasi representasi terkait fenomena sains yang

diberikan dan bekerja keras untuk memahami dan mengembangkan pemikiran

mereka. Pada tahap ini siswa akan dilatihkan metakognisi agar mengalami

peningkatan.

Fase selanjutnya adalah fase internalisasi, pada tahap ini guru membimbing dan

memfasilitasi siswa dalam mengkomunikasikan hasil pemikirannya melalui

presentasi hasil kerja kelompok. Kemudian, memberikan dorongan kepada siswa

Page 47: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

29

lain untuk menanggapi hasil kerja kelompok yang sedang dipresentasikan.

Selanjutnya memberikan latihan atau tugas individu dengan memberikan lembar

kerja siswa yang berisi pertanyaan atau perintah untuk membuat interkoneksi

ketiga level fenomena sains.

Fase terakhir adalah tahap evaluasi. Tahap evaluasi ini adalah tahap untuk men-

dapatkan umpan balik dari keseluruhan pembelajaran di kelas. Pada tahap ini,

guru bersama-sama dengan siswa akan mereviu hasil kerjanya, berlatih untuk

menginterkonekasikan ketiga level fenomena sains, dan melakukan evaluasi

diagnostik, formatif, dan sumatif.

Keterampilan proses sains siswa akan dilatihkan pada fase eksplorasi-imajinasi,

internalisasi, dan evaluasi karena pada fase tersebut terdapat aktivitas siswa

seperti mengamati, menanya, dan mengkomunikasikan yang merupakan jenis-

jenis dari keterampilan proses sains, sehingga diharapkan keterampilan proses

sains siswa ini akan meningkat. Berdasarkan uraian dan langkah-langkah di atas,

dengan diterapkannya model pembelajaran SiMaYang Tipe II diyakini dapat

meningkatkan kemampuan metakognisi dan keterampilan proses sains siswa.

I. Hipotesis

Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran SiMaYang Tipe II efektif dalam meningkatkan

kemampuan metakognisi dan keterampilan proses sains pada materi larutan

elektrolit dan non-elektrolit.

Page 48: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

30

2. Model pembelajaran SiMaYang Tipe II praktis dalam meningkatkan

kemampuan metakognisi dan keterampilan proses sains pada materi larutan

elektrolit dan non-elektrolit.

Page 49: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian

ini adalah semua siswa kelas X SMAN 8 Bandar Lampung tahun pelajaran

2015/2016 dan tersebar dalam 15 (lima belas) kelas kelas. Sampel diambil secara

acak dengan teknik cluster random sampling, sehingga mendapatkan 2 (dua) kelas

penelitian sebagai sampel yaitu kelas X2 dan X13.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-eksperimen

dengan One Group Pretest-Posttest Design (Fraenkel, 2012). Pada desain pe-

nelitian ini melihat perbedaan pretes maupun postes pada kelas yang diteliti.

Penelitian ini dilakukan dengan memberi suatu perlakuan pada subyek penelitian

dari dua kelas sebagai replikasi kemudian diobservasi.

Tabel 3. Desain Penelitian

Kelas Pretes Perlakuan Postes

X sampel 1 O1 X O2

X sampel 2 O1 X O2

Keterangan:

O1 : Kelas replika diberi pretes

X : Pembelajaran kimia dengan menggunakan model pembelajaran SiMaYang

Page 50: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

32

Tipe II

O2 : Kelas replika diberi postes

Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif.

Menurut Sugiyono (2012), analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan

untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan

yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tahap pendahuluan

Prosedur tahap pendahuluan, yaitu:

a. Meminta izin kepada Kepala SMAN 8 Bandar Lampung untuk

melaksanakan penelitian.

b. Menentukan subyek penelitian

2. Tahap pelaksanaan penelitian

Prosedur tahap pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu:

a. Tahap persiapan

Mempersiapkan perangkat pembelajaran meliputi silabus, rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS) serta

mempersiapkan instrumen penelitian meliputi angket kemampuan

metakognisi dan soal keterampilan proses sains.

Page 51: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

33

b. Tahap validasi instrumen penelitian

Insrumen penelitian yang divalidasi instrumen pada tahap ini yaitu

instrumen angket kemampuan metakognisi dan instrumen tes keterampilan

proses sains.

c. Tahap penelitian

Pada tahap pelaksanaannya, penelitian dilakukan pada dua kelas sebagai

replikasi, yaitu kelas yang diterapkan model pembelajaran SiMaYang Tipe

II.

Urutan prosedur pelaksanaan tahap penelitian, yaitu:

1) Melakukan pretes kemampuan metakognisi dan keterampilan proses

sains pada kedua kelas replika.

2) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi larutan elektrolit

dan non elektrolit sesuai dengan model pembelajaran SiMaYang Tipe II.

3) Melakukan postes kemampuan metakognisi dan keterampilan proses

sains pada kedua kelas replika.

3. Tahap akhir penelitian

Prosedur tahap akhir penelitian, yaitu:

a. Analisis data.

b. Pembahasan

c. Kesimpulan.

Page 52: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

34

Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk

Gambar 2 sebagai berikut:

Gambar 2. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap definisi yang digunakan dalam

penelitian ini, berikut dijabarkan istilah-istilah yang digunakan:

a. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan

tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Efektivitas model

pembelajaran diukur melalui kemampuan guru dalam mengelola

Analisis Data

Pembelajaran menggunakan

model SiMaYang Tipe II pada

kedua kelas replika

Validasi instrumen penelitian

Mempersiapkan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian

Menentukan subyek penelitian

Izin Penelitian

Tes

metakognisi

akhir

Postes

Tes

metakognisi

awal

Pretes

Tahap Pendahuluan

Tahap

Pelaksanaan

penelitian

Pembahasan

Kesimpulan

Tahap

akhir

penelitian

Page 53: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

35

pembelajaran, aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung,

peningkatan keterampilan proses sains, dan peningkatan kemampuan

metakognisi.

b. Kepraktisan suatu model pembelajaran merupakan salah satu kriteria kualitas

model yang ditinjau dari hasil penelitian pengamat berdasarkan

pengamatannya selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Kepraktisan

model pembelajaran diukur melalui keterlaksanaan RPP dan respon siswa.

c. Kemampuan metakognisi merupakan pengetahuan individu tentang penge-

tahuan mereka mengenai keadaan dan proses pemikiran mereka sendiri serta

kemampuan mereka memulai dan mengubah sesuai keadaan dan proses

pemikiran tersebut yang meliputi komponen pengetahuan deklaratif,

prosedural dan kondisional yang mewakili komponen pengetahuan tentang

kognisi seseorang. Kemampuan metakognisi diukur melalui angket

kemampuan metakognisi.

d. Keterampilan proses sains adalah keterampilan-keterampilan yang diperlukan

dalam mempelajari dan memahami sains terutama yang berkaitan dengan

kegiatan ilmiah baik berupa keterampilan mental, keterampilan fisik (manual)

maupun keterampilan sosial. Keterampilan proses sains diukur melalui soal

pretes dan postes.

E. Perangkat Pembelajaran

Perangkat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Silabus diadopsi dari Afdila (2015)

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) diadopsi dari Afdila (2015)

Page 54: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

36

3. Lembar kerja siswa yang digunakan berjumlah tiga LKS kelompok, yaitu LKS

1 mengenai daya hantar listrik larutan elektrolit dan non-elektrolit, LKS 2

penyebab larutan elektrolit dapat menghantarkan listrik, dan LKS 3 jenis

senyawa pada larutan elektrolit. Selain itu terdapat tiga LKS individu, diadopsi

dari Putrizal (2015)

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Angket kemampuan metakognisi, didasarkan pada Schraw dan Dennison

(1994).

2. Tes keterampilan proses sains terdiri dari soal prestes dan postes.

3. Lembar penilaian yang digunakan antara lain:

a. Lembar observasi keterlaksanaan model pembelajaran SiMaYang Tipe II,

diadopsi dari Sunyono (2014).

b. Angket respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran, diadopsi dari

Sunyono (2014).

c. Lembar pengamatan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung,

diadopsi dari Sunyono (2014).

d. Lembar observasi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan

model pembelajaran SiMaYang Tipe II, diadopsi dari Sunyono (2014).

Page 55: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

37

G. Analisis Data

1. Analisis Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Analisis validitas dan reabilitas instrumen tes digunakan untuk mengetahui

kualitas instrument yang digunakan dalam penelitian. Uji coba instrumen

dilakukan untuk mengetahui dan mengukur apakah instrumen yang digunakan

telah memenuhi syarat dan layak digunakan sebagai pengumpul data. Instrumen

yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel

(Arikunto, 2006). Berdasarkan hasil uji coba tersebut maka akan diketahui

validitas dan reliabilitas instrumen tes.

a. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrumen tes (Arikunto, 2006). Sebuah instrumen dikatakan

valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Uji validitas dilakukan

dengan menggunakan rumus product moment dengan angka kasar yang

dikemukakan oleh Pearson, dalam hal ini analisis dilakukan dengan menggunakan

SPSS 17.0.

b. Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kepercayaan instrumen

penelitian yang digunakan sebagai alat pengumpul data. Suatu alat evaluasi

disebut reliabel jika alat tersebut mampu memberikan hasil yang dapat dipercaya

dan konsisten. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha

Cronbach yang kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan derajat

Page 56: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

38

reliabilitas alat evaluasi menurut Guilford (Suherman, 2003), dalam hal ini

analisis dilakukan dengan menggunakan SPSS 17.0.

Kriteria derajat reliabilitas (r11) alat evaluasi menurut Guilford:

0,80 < r11 ≤ 1,00; derajat reliabilitas sangat tinggi

0,60 < r11 ≤ 0,80; derajat reliabilitas tinggi

0,40 < r11 ≤ 0,60; derajat reliabilitas sedang

0,20 < r11 ≤ 0,40; derajat reliabilitas rendah

0,00 < r11 ≤ 0,20; tidak reliabel

2. Analisis Data Keefektivan Model Pembelajaran SiMaYang Tipe II

Ukuran keefektivan model pembelajaran dalam penelitian ini ditentukan dari

peningkatan kemampuan metakognisi, keterampilan proses sains, aktivitas siswa

selama pembelajaran berlangsung dan kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran.

a. Analisis Data Kemampuan Metakognisi

Data yang diungkap dalam penelitian ini adalah data mengenai kemampuan

metakognisi, dengan menggunakan instrumen dalam bentuk angket. Instrumen

kemampuan metakognisi yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat dari

Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 dan 5, butir-butir pertanyaan disajikan dalam dua

bentuk, yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif. Analisis data angket

kemampuan metakognisi menggunakan cara sebagai berikut:

1) Mengkode atau klasifikasi data, bertujuan untuk mengelompokan jawaban

berdasarkan pertanyaan angket. Dalam pengkodean data ini dibuat buku kode

Page 57: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

39

yang merupakan suatu tabel berisi tentang substansi-substansi yang hendak

diukur, pertanyaan-pertanyaan yang menjadi alat ukur substansi tersebut serta

kode jawaban setiap pertanyaan tersebut dan rumusan jawabannya.

2) Melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan un-

tuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban

berdasarkan pertanyaan angket dan banyaknya responden (pengisi angket).

3) Memberi skor jawaban responden.

Tabel 4. Kisi-kisi angket kemampuan metakognisi

No Faktor Indikator No. Pernyataan Jumlah

1.

Pengetahuan

deklaratif

1. Siswa memiliki

pengetahuan sebelum

belajar

1 (f), 2 (u), 3 (u),

4 (f)

12 2. Mengetahui tentang

informasi bahan materi yang

digunakan untuk belajar

5 (u), 6 (u), 7 (u)

3. Mengetahui keterampilan

dan kemampuan

intelektualnya

8 (u), 9 (u), 10 (f),

11 (u), 12 (u)

2

.

Pengetahuan

prosedural

1. Menyelesaikan dan

melaksanakan prosedur

pembelajaran

13(f), 14 (f),

15 (f), 16 (u),

17 (f), 18 (f)

12 2. Siswa dapat menentukan

waktu yang tepat dalam

melaksanakan prosedur

pembelajaran

19(f), 20 (u), 21

(u), 22 (u)

3. Siswa dapat memperoleh

pengetahuan melalui

eksperimen atau diskusi

kelompok

23(f), 24 (u)

3 Pengetahuan

kondisional

1. Menentukan kapan prosedur

atau strategi belajar dapat

digunakan

25(f), 26 (u), 27

(f), 28 (u), 29 (u),

30 (f) 12

2. Siswa dapat memperoleh

pengetahuan melalui cara

belajar tertentu

31(f), 32 (f), 33

(f), 34 (f), 35 (f),

36 (u)

Jumlah 36

Page 58: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

40

Keterangan : f (favorable) atau pernyataan positif = 18 item

u (unfavorable) atau pernyataan negatif = 18 item

Tabel 5. Penskoran pada Angket Kemampuan Metakognisi

No Pilihan Jawaban Skala Pemberian Skor

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

1 SL (Selalu) 3 1

2 KD (kadang-kadang) 2 2

3 TP (Tidak pernah) 1 3

4) Mengolah jumlah skor jawaban responden

Pengolahan jumlah skor (Ʃ S) jawaban angket adalah sebagai berikut:

a) Skor untuk pernyataan Selalu (SL)

(1) Pernyataan positif : skor = 3 x jumlah responden

(2) Pernyataan negatif : skor = 1 x jumlah responden

b) Skor untuk pernyataan Kadang-kadang (KD)

(1) Pernyataan positif : skor = 2 x jumlah responden

(2) Pernyataan negatif : skor = 2 x jumlah responden

c) Skor untuk pernyataan Tidak Pernah (TP)

(1) Pernyataan positif : skor = 1 x jumlah responden

(2) Pernyataan negatif : skor = 3 x jumlah responden

5) Menghitung persentase jawaban angket pada setiap item dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

% Xin =

x 100% (Sudjana, 2005)

Page 59: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

41

Keterangan:

%Xin = Persentase jawaban angket-i pada model pembelajaran SiMaYang

Tipe II berbasis multipel representasi pada materi larutan elektrolit

dan non-elektrolit

Ʃ S = Jumlah skor jawaban

Smaks = Skor maksimum yang diharapkan

6) Menghitung rata-rata persentase angket untuk mengetahui tingkat

kemampuan metakognisi pada model pembelajaran SiMaYang Tipe II

berbasis multipel representasi dengan rumus sebagai berikut:

=

(Sudjana, 2005)

Keterangan:

= Rata-rata persentase angket-i pada model pembelajaran

SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit

= Jumlah persentase angket-i pada model pembelajaran SiMaYang

Tipe II berbasis multipel representasi

n = Jumlah butir soal

7) Menvisualisasikan data untuk memberikan informasi berupa data temuan

dengan menggunakan analisis data non statistik yaitu analisis yang dilakukan

dengan cara membaca table-tabel, grafik-grafik atau angka-angka yang

tersedia (Marzuki, 1997).

8) Menafsirkan persentase angket secara keseluruhan dengan menggunakan

tafsiran Arikunto (2008).

Page 60: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

42

Tabel 6. Tafsiran skor (persen)

Persentase Kriteria

80,1%-100% Sangat tinggi

60,1%-80% Tinggi

40,1%-60% Sedang

20,1%-40% Rendah

0,0%-20% Sangat rendah

Setelah kemampuan metakognisi rata-rata siswa sebelum dan setelah

pembelajaran masing-masing aspek diketahui, selanjutnya dihitung kemampuan

metakognisi rata-rata siswa untuk seluruh aspek. Hasil perhitungan kemampuan

metakognisi rata-rata siswa untuk seluruh aspek dianalisis menggunakan statistik

untuk menentukan interval kepercayaan < μ > rata-rata pada taraf signifikan 5%.

Setelah Perhitungan interval kepercayaan dilakukan dengan menggunakan rumus:

x – tp.

< μ < x + tp.

Keterangan:

x = rata-rata n-gain

n = banyak sampel

S = Standar deviasi

γ = koefisien kepercayaan

dk = n-1

tp = nilai t didapat dari daftar distribusi student; p = ½(1+ γ )

λ = interval kepercayaan (Sudjana, 2005).

b. Analisis Data Keterampilan Proses Sains

Peningkatan keterampilan proses sains ditunjukkan melalui skor n-Gain, yaitu

selisih antara skor postes dan skor pretes, dan dihitung berdasarkan rumus berikut:

Page 61: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

43

Kriterianya adalah (1) pembelajaran dengan skor n-Gain “tinggi”, jika n-Gain >

0,7 ; (2) pembelajaran dengan skor n-Gain “sedang”, jika n-Gain terletak antara

0,3 < n-Gain ≤ 0,7 ; dan (3) pembelajaran dengan skor n-Gain “rendah”, jika n-

Gain ≤ 0,3 (Hake dalam Sunyono, 2014a).

Setelah kriteria n-Gain keterampilan proses sains diketahui, selanjutnya

menghitung interval kepercayaan n-Gain pada taraf signifikan 5%. Perhitungan

interval kepercayaan dilakukan dengan menggunakan rumus:

x – tp.

< μ < x + tp.

Keterangan:

x = rata-rata n-gain

n = banyak sampel

S = Standar deviasi

γ = koefisien kepercayaan

dk = n-1

tp = nilai t didapat dari daftar distribusi student; p = ½(1+ γ )

λ = interval kepercayaan (Sudjana, 2005).

c. Analisis Data Aktivitas Siswa Selama Pembelajaran Berlangsung

Aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung diukur dengan menggunakan

lembar observasi oleh dua orang observer. Analisis deskriptif terhadap aktivitas

siswa dalam pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Page 62: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

44

1. Menghitung persentase aktivitas siswa untuk setiap pertemuan dengan rumus:

% Pa =

x100%

Keterangan: Pa = Persentase aktivitas siswa dalam belajar di kelas.

Fa = Frekuensi rata-rata aktivitas siswa yang muncul.

Fb = Frekuensi rata-rata aktivitas siswa yang diamati.

2. Menghitung jumlah persentase aktivitas siswa yang relevan dan yang tidak

relevan dengan pembelajaran untuk setiap pertemuan dan menghitung rata-

ratanya, kemudian menafsirkan data dengan menggunakan tafsiran harga

persentase sebagaimana Tabel 7 berikut (Ratumanan dalam Sunyono, 2012b).

Tabel 7. Kriteria tingkat keterlaksanaan

Persentase Kriteria

80,1% - 100,0%

60,1% - 80,0%

40,1% - 60,0%

20,1% - 40,0%

0,0% - 20,0%

Sangat tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat rendah

3. Mengurutkan aktivitas siswa yang dominan dalam pembelajaran berdasarkan

persentase setiap aspek aktivitas yang diamati.

d. Analisis Data Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Untuk analisis data kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran SiMaYang Tipe II, dilakukan langkah-langkah

sebagai berikut :

1. Menghitung jumlah skor yang diberikan oleh pengamat untuk setiap aspek

pengamatan, kemudian dihitung persentase kemampuan guru dengan rumus:

Page 63: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

45

% Ji =

(Sudjana, 2005)

Keterangan :

%Ji = Persentase dari skor ideal untuk setiap aspek pengamatan pada

pertemuan ke-i

∑Ji = Jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh pengamat

pada pertemuan ke-i

N = Skor maksimal (skor ideal)

2. Menghitung rata-rata persentase kemampuan guru untuk setiap aspek

pengamatan dari dua orang pengamat.

3. Menafsirkan data dengan tafsiran harga persentase kemampuan guru

sebagaimana Tabel 7.

.

3. Analisis Data Kepraktisan Model Pembelajaran SiMaYang Tipe II

Analisis data kepraktisan model pembelajaran SiMaYang Tipe II ditentukan dari

keterlaksanaan model pembelajaran SiMaYang Tipe II dan respon siswa terhadap

pelaksanaan pembelajaran.

a. Analisis Data Keterlaksanaan Model Pembelajaran SiMaYang Tipe II

Keterlaksanaan model pembelajaran SiMaYang Tipe II diukur melalui penilaian

terhadap keterlaksanaan RPP yang memuat unsur-unsur model pembelajaran yang

meliputi sintak pembelajaran, sistem sosial, dan prinsip reaksi. Analisis terhadap

keterlaksanaan RPP model pembelajaran SiMaYang Tipe II, dilakukan langkah-

langkah sebagai berikut:

Page 64: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

46

1. Menghitung jumlah skor yang diberikan oleh pengamat untuk setiap aspek

pengamatan, kemudian dihitung persentase ketercapaian dengan rumus:

% Ji =

(Sudjana, 2005)

Keterangan : %Ji = Persentase ketercapaian dari skor ideal untuk setiap aspek

pengamatan pada pertemuan ke-i

∑Ji = Jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh

pengamat pada pertemuan ke-i

N = Skor maksimal (skor ideal)

2. Menghitung rata-rata persentase ketercapaian untuk setiap aspek pengamatan

dari dua orang pengamat.

3. Menafsirkan data dengan tafsiran harga persentase ketercapaian pelaksanaan

pembelajaran (RPP) sebagaimana pada Tabel 7.

b. Analisis Data Respon Siswa terhadap Pelaksanaan Pembelajaran

Analisis data respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan model

SiMaYang Tipe II,dilakukan langkah-langkah berikut:

1. Menghitung jumlah siswa yang memberikan respon positif dan negatif

terhadap pelaksanaan pembelajaran.

2. Menghitung persentase jumlah siswa yang memberikan respon positif dan

negatif.

3. Menafsirkan data dengan menggunakan tafsiran harga persentase sebagaimana

Tabel 7.

Page 65: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

72

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh simpulan sebagai

berikut:

1. Pembelajaran dengan menggunakan model SiMaYang tipe II memiliki

keefektivan yang tinggi dalam meningkatkan kemampuan metakognisi dan

keterampilan proses sains pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

Hal ini dibuktikan dengan kemampuan metakognisi siswa mengalami

peningkatan dengan kriteria “sangat tinggi”, keterampilan proses sains siswa

mengalami peningkatan dengan kriteria “sedang”, aktivitas siswa yang

relevan selama pembelajaran berlangsung memiliki kriteria “sangat tinggi”,

dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran memiliki kriteria

“sangat tinggi”,

2. Pembelajaran dengan menggunakan model SiMaYang Tipe II memiliki

kepraktisan yang sangat tinggi dalam meningkatkan kemampuan metakognisi

dan keterampilan proses sains pada materi larutan elektrolit dan non-

elektrolit. Hal ini dibuktikan dengan keterlaksanaan model pembelajaran

SiMaYang Tipe II yang memiliki kriteria “sangat tinggi” dan respon siswa

terhadap pelaksanaan pembelajaran yang memiliki kriteria “sangat tinggi”.

Page 66: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

73

B. Saran

Berdasrkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Peneliti merekomendasikan kepada guru IPA untuk menerapkan pembel-

ajaran dengan model SiMaYang tipe II karena dapat meningkatkan hasil

belajar siswa serta khususnya pada mata pelajaran sains yang mengedepankan

mulitipel representasi dan terbukti praktis dan efektif dalam meningkatkan

kemampuan metakognisi dan keterampilan proses sains.

2. Bagi guru yang telah menerapkan model pembelajaran SiMaYang Tipe II

diharapkan telah berlatih dan bagi calon peneliti yang tertarik untuk

menerapkan pembelajaran dengan model SiMaYang Tipe II hendaknya

melakukan persiapan dengan baik agar memudahkan dalam penelitian

sehingga pengelolaan kelas, waktu pembelajaran, dan diskusi dapat berjalan

dengan baik.

3. Pada pelaksanaan dengan model pembelajaran SiMaYang Tipe II

memerlukan infrastruktur tambahan seperti ketersediaan LCD, fasilitas

internet, dan lembar kerja siswa (LKS) berbasis multipel representasi

menggunakan model SiMaYang Tipe II, agar pembelajaran dapat berjalan

dengan baik, lancar, dan lebih menarik.

Page 67: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

DAFTAR PUSTAKA

Afdila, D. 2015. Penerapan Model Pembelajaran SiMaYang Tipe II Berbasis

Multipel Representasi dalam Meningkatkan Efikasi Diri dan Penguasaan

Konsep Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. Skripsi. Universitas

Lampung. Bandar Lampung.

Ango, M.L. 2002. Mastery of Science Process Skills and Their Effective Use in

the Teaching of Science: An Educology of Science Education in the

Nigerian Context. International Journal of Educology 1 (16): 11-20.

Anitah, S. 2007. Strategi Pembelajaran Kimia. Universitas Terbuka. Jakarta.

Arikunto S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta.

Jakarta.

Biehler, R. F., & J. Snowman. 1993. Psychology Applied to Teaching. MA

Houghton Mifflin. Boston.

Chittleborough, G. D. 2004. The Role of Teaching Models and Chemical Repre-

sentations in Developing Mental Models of Chemical Phenomena. Thesis.

Science and Mathematics Education Centre.

Dewi, S. 2008. Keterampilan Proses Sains. Tinta Emas Publishing. Bandung.

Dunning, D., K. Jhonson., J. Ehrlinger., & J. Kruger. 2003. Why people fail to

recognize their own incompetence. Current Directions in Psychological

Science, 12 (3): 65-76.

Eggen, P. D., & D. P. Kauhack. 1996. Strategies for Teachers: Teaching Content

and Thingking Skills. Allyn and Bacon. Boston.

Fauziah, N. 2015. Penerapan Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi

SiMaYang Tipe II untuk Menumbuhkan Model Mental dan Penguasaan

Konsep Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit Siswa. Skripsi. Universitas

Lampung. Bandar Lampung.

Firman. 2000. Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia. Jurusan

Pendidikan Kimia FPMIPA UPI. Bandung.

Page 68: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

75

Fitriani, D. 2009. Penerapan Model Siklus Belajar Empiris-Induktif (SBEI)

Berbasis Keterampilan Proses Sains Untuk Meningkatkan Penguasaan

Konsep Laju Reaksi (PTK Pada Siswa Kelas XII IPA 2 SMAN 1 Bandar

Lampung TP (2009-2010). Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.

Flavell, J. H. 1979. Metacognition and Cognitive Monitoring: A New Area of

Cognitive-Developmental Inquiry. American Psychologist, 34(10): 906-

911.

Fraenkel, J. R., N. E. Wallen., & H. H. Hyun. 2012. How to Design and Evaluate

Research in Education (Eigth Edition). McGrow-Hill. New York.

Gama, C. A. 2004. Integrating Metacognition Instruction In Interactive Learning

Environment. Thesis Tidak Dipublikasikan. University of Sussex.

Herron, J. D., L. Luis., Cantu, R. Ward., V. Srinivasan. 1977. Problems

Associated with Concept Analysis. Journal Science Education, 61(2): 185-

199.

Johnstone, A. H. 1993. The development of chemistry teaching: A changing

response to changing demand. Journal of Chemical Education, 70(9): 701-

705.

Lukman, H. S. 2014. Implementasi Model Problem-Based Learning untuk

Meningkatkan Kemampuan Metakognitif dan Self-Regulated Learning

Siswa SMA. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Martinez, M. E. 2006. What is Metacognition?. Journal of Phi Delta Kappan,

87(9): 696 – 699.

Masnurillah, H., dan Masriyah. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Matematika Kontekstual Yang Mengintegrasikan Pendidikan Keselamatan

Berlalu Lintas (PKBL) Untuk Siswa SMP/MTs. Jurnal Ilmiah Pendidikan

Matematika, 1(3): 83-86.

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Remaja Rosda Karya.

Bandung.

Nieveen. 1999. Prototyping to Reach Product Quality, In Alker, Jan Vander,

“Design Approaches and Tools in Education and Training”. Kluwer

Academic Publisher. Dordrect.

Nugraha, A.W. 2005. Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses IPA pada

Praktikum Kimia Fisika II di Jurusan Kimia FMIPA UNIMED melalui

Kegiatan Praktikum Terpadu. Journal Penelitian Bidang Pendidikan,

11(2): 107-112.

Page 69: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

76

Nugrahaningsih, T. K. 2012. Metakognisi Siswa SMA Akselerasi dalam

Menyelesaikan Masalah Matematika. Magistra, 82(26): 37-50.

Nur, M. 2004. Strategi Belajar. UNESA. Surabaya.

OECD (Organization for Ecomonic Co-operation and Development). 2013. PISA

2012 Assesment and Analytical Framework: matemathics, reading, science,

problemsolving, and financial literacy.[Online]. Tersedia:

http://www.keepeek.com/Digital-Asset-Management/oecd/education/pisa-

2012-assessment-and-analytical-framework_9789264190511-en. (2

desember 2015).

Permendikbud. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54

Tahun 2013 Tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan

Menengah. Kemdikbud. Jakarta.

Putrizal, I. 2015. Lembar Kerja Siswa Berbasis Multipel Representasi

Menggunakan Model SiMaYang Tipe II Untuk Meningkatkan Efikasi Diri

Dan Penguasaan Konsep Larutan Elektrolit Dan Nonelektrolit. Skripsi.

FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Schraw, G., & R. S. Dennison. 1994. Assessing Metacognitive Awareness.

Contemporary Educational Psycology 19 (4): 460-475.

Semiawan. 1986. Pendekatan Keterampilan Proses. PT Gramedia Pustaka

Umum. Jakarta.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Alfabeta.

Bandung.

Sunyono, I. W. Wirya., G. Suyadi., & E. Suyanto. 2009. Pengembangan Model

Pembelajaran Kimia Berorientasi Keterampilan Generik Sains pada

Pebelajar SMA di Provinsi Lampung. Laporan Penelitian Hibah Bersaing

Tahun I – Dikti. Jakarta.

Sunyono. 2012a. Buku Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi

(Model SiMaYang). Aura Printing & Publishing. Bandar Lampung.

Sunyono, 2012b. Analisis Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi

dalam Membangun Model Mental Stoikiometri Mahasiswa. Laporan Hasil

Penelitian Hibah Disertasi Doktor_2012. Lembaga Penelitian Universitas

Negeri Surabaya.

Sunyono dan D. Yulianti. 2014. Pengembangan Model Pembelajaran Kimia

SMA Berbasis Multipel Representasi dalam Menumbuhkan Model Mental

dan Meningkatkan Penguasaan Konsep Kimia Siswa Kelas X. Laporan

Page 70: PEMBELAJARAN SIMAYANG TIPE II UNTUK MENINGKATKAN …digilib.unila.ac.id/22450/12/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfmodelpembelajaran SiMaYang Tipe II pada materi larutan elektrolit dan

77

Penelitian Hibah Bersaing Tahun I. Lembaga Penelitian Universitas

Lampung.

Sunyono. 2014a. Model Pembelajaran Kimia Berbasis Multipel Representasi

dalam Membangun Model Mental dan Penguasaan Konsep Mahasiswa Kimia

Dasar Mahasiswa. Disertasi. Program S3 Pendidikan Sains. Program

Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya: tidak dipublikasikan.

Sunyono. 2014b. Validitas Model Pembelajaran Kimia Berbasis Multipel

Representasi untuk Meningkatkan Model Mental Siswa Pada Topik Struktur

Atom. Prosiding Pendidikan Sains 2014, no. 1 vol. 1. Universitas

Lampung. Bandar Lampung.

Sunyono, L. Yuanita., M. Ibrahim. 2015. Supporting Students in Learning with

Multiple Representation to Improve Student Mental Models on Atomic

Structure Concepts. Science Education International, 26 (2): 104-125. Susilo, H. 2013. Pengembangan Tes Keterampilan Proses Sains Materi Sistem

Pencernaan Kelas XI SMAN 1 Pemalang. Sripsi. Universitas Negeri

Semarang. Semarang.

Tasker, R & R. Dalton. 2006. Research into practice: Visualisation of The

Molecular World Using Animations. [Online]. Chemistry Education

Research and Practice, 7 (2): 141-159. Available:

http://pubs.rsc.org/en/content/pdf/article/2006/rp/b5rp90020d. (27

Desember 2015)

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan

Bagian III: Pendidikan Disiplin Ilmu. Penerbit Imtima. Bandung.

Wang, C. 2007. The Role of Mental-Modeling Ability, Content Knowledge, and

Mental Models in General Chemistry Students' Understanding about

Molecular Polari. Dissertation. The Doctor Degree of Philosophy in the

Graduate School of the University of Missouri. Columbia.

Warsita, B. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan, dan Aplikasinya. Rineka

Karya. Jakarta.

Wicaksono, A. 2008. Efektivitas Pembelajaran. Agung (ed). Diakses di

(http;/agungrudent,wordpress.com/2015/12/02/efektivitas/pembelajaran/trac

kback) pada tanggal 2 Desember 2015.

Wicaksono, C. A. G. 2014. Hubungan Keterampilan Metakognitif dan Berpikir

Kritis terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa SMA pada Pembelajaran

Biologi dengan Strategi Reciprocal Teaching. Jurnal Pendidikan Sains,

2(2): 85-92.