PEMBELAJARAN PASSING DATAR SEPAKBOLA MENGGUNAKAN …lib.unnes.ac.id/23325/1/6101408007.pdf · ii...
Transcript of PEMBELAJARAN PASSING DATAR SEPAKBOLA MENGGUNAKAN …lib.unnes.ac.id/23325/1/6101408007.pdf · ii...
i
PEMBELAJARAN PASSING DATAR SEPAKBOLA
MENGGUNAKAN MODIFIKASI PERMAINAN 4 LAWAN 4
PADA MATA PELAJARAN PENJASORKES
SD NEGERI TEGOWANU 2
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk mencapai gelar
Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang
oleh
Bekti Yoga Utama
6101408007
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015
ii
ABSTRAK
Bekti Yoga Utama. 2015. “Pembelajaran Passing Datar Sepakbola Menggunakan Modifikasi Permainan 4 Lawan 4 pada Mata Pelajaran Penjasorkes di SD Negeri Tegowanu 2”. Skripsi Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: (1) Dr.Sulaiman, M.Pd (2) Aris Mulyono, S.Pd, M.Pd.
Pembelajaran passing datar sepakbola pada mata pelajaran penjasorkes
dapat menjadi salah satu solusi pembelajaran agar permainan sepakbola bisa mudah dilakukan oleh semua siswa baik laki-laki maupun perempuan dan tidak monoton pada permainan kelompok besar. Namun demikian, dalam pembelajaran passing datar sepak bola siswa kelas V di SD Negeri Tegowanu 2 Kabupaten Demak terdapat hambatan dan permasalahan yang mengakibatkan pelaksanaan pembelajaran passing datar yang terjadi belum bisa maksimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran passing datar sepakbola pada mata pelajaran penjsorkes SD Negeri Tegowanu 2 Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak melalui penerapan modifikasi permainan 4 lawan 4.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) kolaboratif. Penelitian dilakukan dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi yang dilaksanakan dengan 2 siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Tegowanu 2, dimana penelitian dilaksanakan melalui 2 siklus.
Berdasarkan hasil analisis dapat diperoleh hasil bahwa hasil siklus I dan II pada rata-rata nilai siswa di kelas V untuk aspek kognitif yaitu 72,5 dan 88,3. Untuk aspek afektif diperoleh 76,3 dan 87,1 dan aspek psikomotorik diperoleh 67,9 dan 84,6. Selanjutnya, untuk perolehan rata-rata presentase kelas pada siklus I dan II untuk aspek kognitif 73% dan 88%, aspek afektif 76% dan 87% dan aspek psikomotorik 68% dan 85%. Dengan demikian, dapat dilihat adanya peningkatan yang terjadi pada rata-rata nilai dan prosentase nilai di tiap-tiap aspek pada siklus II bila dibandingkan dengan siklus I dalam pelaksanaan pembelajaran passing datar sepak bola menggunakan permainan 4 lawan 4.
Berdasarkan hasil penelitian dikemukakan saran bahwa metode pembelajaran ini hendaknya digunakan dalam mata pelajaran penjasorkes yang diajarkan di sekolah karena dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran sepakbola dalam penjasorkes melalui permainan 4 lawan 4 adalah pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Selain itu, penggunaan alat bantu serta sistem peraturan praktikum sebaiknya sering digunakan untuk lebih meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor peserta didik sebagai penunjang pembelajaran.
Kata kunci: pembelajaran, passing datar sepak bola, permainan 4 lawan 4
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
motto
Ada hal yang tidak bisa kau lihat jika kau tidak merubah sudut
pandangmu (Trafalgar Law).
persembahan
Kedua orangtuaku tercinta dan kakakku
tersayang yang telah memberikan segala
dukungan sepenuhnya baik material
maupun spiritual.
Rekan-rekan yang telah memberikan
bantuan.
Almamater FIK UNNES
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “Pembelajaran Passing Datar Sepakbola Menggunakan Modifikasi
Permainan 4 Lawan 4 pada Mata Pelajaran Penjasorkes SD Negeri
Tegowanu 2”. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa adanya bantuan
dari berbagai pihak, skripsi ini tidak dapat tersusun. Oleh karena itu penulis
sampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang yang
telah memberikan kesempatan menyelesaikan studi di Fakultas Ilmu
Keolahragaan.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu
Keolahragaan, yang telah memberikan motivasi sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
3. Dosen pembimbing I Bapak Dr.Sulaiman, M.Pd, Dosen Pembimbing II
Bapak Aris Mulyono, S.Pd, M.Pd, yang telah memberikan bimbingan,
masukan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
4. Seluruh staf dan dosen pengajar Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan
dan Rekreasi yang telah memberikan banyak ilmu selama mengikuti
perkuliahan.
5. Kepala Sekolah SD Negeri Tegowanu 2 yang telah berkenan memberi izin
untuk melakukan penelitian.
6. Guru penjasorkes SD Negeri Tegowanu 2 yang telah membantu kelancaran
penelitian ini.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL…………………………………………..…………………………....... i
ABSTRAK………………………………………………………….................. ii
PERNYATAAN………………………………………………………….......... iii
PENGESAHAN………………………………………………….................. iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ……………..………………………............. v
KATA PENGANTAR…………………………………………….…............... vi
DAFTAR ISI………………………………………………………………........ viii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….... x
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………… xi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………. xii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang Masalah………………………………......... 1
1.2 Perumusan Masalah……...…………..…………................. 5
1.3 Tujuan Penelitian…………….………………………............ 6
1.4 Kegunaan Penelitian…………………………..…................ 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA 7
2.1 Pengertian Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan ……………………………….............................
7
2.1.1 Pandangan Tradisional ………….…………….......... 9
2.1.2 Pandangan Modern………………………………....... 9
2.2 Tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan……………..…………………….........................
10
2.2.1 Perkembangan Fisik…….......................................... 10
2.2.2 Perkembangan Gerak…………………….................. 10
2.2.3 Perkembangan Mental.............................................. 10
2.2.4 Perkembangan Sosial............................................... 10
2.3 Keterkaitan antara Permainan 4 lawan 4 dengan
Penjasorkes…….…...........................................................
11
2.4 Pembelajaran…………………………………….................. 12
2.4.1 Ciri-ciri Pembelajaran............................................... 13
ix
2.4.2 Prinsip Pembelajaran................................................ 14
2.4.3 Strategi Pembelajaran.............................................. 15
2.5 Permainan……………..……………................................... 16
2.5.1 Fungsi Bermain dalam Pendidikan........................... 17
2.6 Sepakbola.........……………………..……………................ 20
2.6.1 Permainan 4 lawan 4................................................ 21
2.7 Passing.............................................................................. 23
BAB III METODE PENELITIAN 25
3.1 Jenis Penelitian................................................................. 25
3.2 Subjek Penelitian….……………………….…...…............... 25
3.3 Objek Penelitian……………….…………............................ 25
3.4 Waktu Penelitian……..………............................................ 26
3.5 Lokasi Penelitian……………………………........................ 26
3.6 Perencanaan Tindakan per Siklus……..……………......... 26
3.7 Teknik Pengumpulan Data................................................ 29
3.8 Instrumen Pengumpulan Data........................................... 31
3.9 Analisis Data...................................................................... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 34
4.1 Hasil Penelitian……………………………………………..... 34
4.1.1 Hasil Siklus I………………………………………....... 34
4.1.2 Hasil Siklus II............................................................ 41
4.2 Pembahasan…………………………………………………. 48
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 60
5.1 Simpulan…………………………………………………........ 60
5.2 Saran………………………………………………………....... 60
DAFTAR PUSTAKA………………………...........………………..……........ 62
LAMPIRAN................................................................................................ 63
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Perolehan Hasil Angket Siklus I Siswa Kelas V SD Negeri
Tegowanu 2..............................................................................
38
Tabel 4.2 Perolehan Hasil Angket Siklus II Siswa Kelas V SD Negeri
Tegowanu 2…………………………………………….................
46
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Gambar 2.1 Pola Permainan 4 Lawan 4………………………......... 21
2. Gambar 3.1 Tahapan PTK.............................................................. 31
3. Diagram 4.1 Perbandingan Nilai Hasil Aspek Kognitif..................... 50
4. Diagram 4.2 Perbandingan Prosentase Hasil Aspek Kognitif.......... 50
5. Diagram 4.3 Perbandingan Nilai Hasil Aspek Afektif....................... 51
6. Diagram 4.4 Perbandingan Prosentase Hasil Aspek Afektif............ 52
7. Diagram 4.5 Perbandingan Nilai Hasil Aspek Psikomotor............... 52
8. Diagram 4.6 Perbandingan Prosentase Hasil Aspek Psikomotor.... 53
9. Diagram 4.7 Perbandingan Rata-rata Nilai Hasil Pencapaian
Pembelajaran..............................................................
53
10. Diagram 4.8 Perbandingan Prosentase Rata-rata Nilai Hasil
Pencapaian Pembelajaran..........................................
54
11. Diagram 4.9 Perbandingan Prosentase Aktivitas
Siswa...........................................................................
54
12. Diagram 4.10 Perbandingan Prosentase Keterampilan
Guru............................................................................
54
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Salinan Formulir Usulan Topik Skripsi........................................... 63
2. Salinan Surat Keputusan Dekan mengenai Penetapan Dosen
Pembimbing Skripsi.......................................................................
64
3. Salinan Surat Ijin Penelitian........................................................... 65
4. Salinan Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian.......... 66
5. Instrumen Penelitian...................................................................... 67
6. Lembar Pengamatan Keterampilan Guru...................................... 74
7. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa............................................ 78
8. RPP Siklus I................................................................................... 81
9. RPP Siklus II.................................................................................. 93
10. Hasil Pengamatan pada Aspek Kognitif Siklus I............................ 106
11. Hasil Pengamatan pada Aspek Afektif Siklus I.............................. 107
12. Hasil Pengamatan pada Aspek Psikomotor Siklus I...................... 108
13. Hasil Pengamatan pada Aspek Kognitif Siklus II........................... 109
14. Hasil Pengamatan pada Aspek Afektif Siklus II............................. 110
15. Hasil Pengamatan pada Aspek Psikomotor Siklus II..................... 111
16. Nilai Pembelajaran Sepakbola...................................................... 112
17. Dokumentasi ................................................................................. 113
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya merupakan rekontruksi aneka pengalaman dan
peristiwa yang dialami individu agar segala sesuatu yang baru menjadi lebih
terarah dan bermakna. Pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan
menyeluruh, dan sekaligus memiliki potensi yang strategis untuk mendidik
(Adang Suherman, 2000:1).
Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan
keseluruhan, hal ini membawa akibat juga terhadap tujuan yang ingin dicapai
melalui pendidikan jasmani. Tujuan pendidikan secara garis besar
dikelompokkan oleh Bloom dan Krathwohl ke dalam tiga ranah, yaitu: ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Dengan demikian tujuan pendidikan
jasmanipun setidak-tidaknya harus bermuara ke sana (Nadisah, 1992:50).
Ketercapaian tujuan pendidikan itu sendiri tidak terlepas dari peran guru
dalam mengelola pelaksanaan pembelajaran. Peran guru menjadi sangat penting
dimana guru tidak hanya dituntut dapat melakukan transfer of knowlegde saja,
tetapi juga harus melakukan penanaman-penanaman nilai terhadap suatu
pembelajaran agar membawa dampak yang baik dari segi kognitif, afektif
maupun psikomotorik bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari. Pada
pelaksanaan pembelajaran ini pula guru dituntut untuk membuat suasana
pembelajaran dapat lebih menarik dan semua siswa dapat terfasilitasi
kemampuannya agar anak tidak merasa bosan pada pembelajaran.
2
Ketidakmenarikan pembelajaran yang dirasakan oleh siswa akan
berdampak besar pada antusiasme dalam belajar yang akan berdampak pula
terhadap rendahnya hasil belajar siswa.
Hasil belajar menjadi hal yang juga penting dalam proses pembelajaran
selanjutnya karena dengan hasil belajar kita dapat mengetahui apakah tujuan
dari proses pembelajaran itu sudah tercapai atau belum serta untuk mengukur
sejauh mana keberhasilan itu dapat dicapai. Hasil belajar sendiri merupakan
perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan
belajar (Rifa’i, 2009:85). Proses pengalaman ini dapat dari pengalaman fisik,
psikis dan sosial.
Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan dengan Ibu Jatmi,
S.Pd selaku guru mata pelajaran penjasorkes di kelas V SD N Tegowanu 2
UPTD Dikpora Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak pada tanggal 27
Februari 2014 diketahui bahwa permasalahan yang sering ditemukan di kelas V
utamanya adalah masalah masih rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa
dalam pembelajaran yang diiringi rendahnya aktifitas siswa di dalam
pembelajaran. Rendahnya hasil belajar siswa ini dipengaruhi oleh beberapa hal,
diantaranya beberapa siswa yang menganggap mudah pembelajaran
Penjasorkes karena pada dasarnya mereka sering melakukan jenis-jenis materi
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Masalah berikutnya adalah kurangnya
kepercayaan diri siswa terutama siswa putri untuk terlibat aktif dalam
pelaksanaan pembelajaran. Permasalahan lain yang muncul adalah kurangnya
fasilitas sekolah dalam pembelajaran penjasorkes sehingga menyebabkan
banyak siswa harus lama antri untuk mendapat giliran mencoba suatu permainan
3
serta sulitnya pengkondisian siswa saat pembelajaran dilaksanakan di luar kelas
dan pada lapangan yang besar.
Terdapat beberapa materi yang diakui oleh guru sulit untuk dikondisikan
dengan baik. Sulitnya pengkondisian siswa ini biasanya terjadi pada materi-
materi yang membutuhkan lapangan besar seperti pada materi sepakbola.
Sepakbola memang tidak asing bagi siswa terutama siswa laki-laki, namun pada
pelaksanaannya terdapat beberapa kendala yang sering dijumpai dalam kelas
seperti sulitnya siswa dalam melaksanakan teknik sepakbola yang sifatnya dasar
dengan baik dan benar.
Hasil dari pengamatan peneliti berikutnya yang dilakukan saat kegiatan
observasi pada tanggal 6 Maret 2014 pun menunjukkan hal yang sama seperti
yang disampaikan oleh guru. Pada pelaksanaan pembelajaran pengenalan
materi sepakbola yang saat itu sedang dijalankan terlihat bahwa siswa masih
sering terlihat kurang bersungguh-sungguh dalam melaksanakan instruksi guru
ditambah dengan besarnya lapangan dan banyaknya gangguan suara-suara dari
luar menjadikan instruksi yang disampaikan oleh guru juga menjadi tidak
terdengar begitu jelas. Selain itu siswa putri khususnya masih terlihat sekali tidak
percaya diri. Terlihat lebih dari setengah jumlah siswa tidak bersungguh-
sungguh.
Pada pelaksanaan materi berkaitan dengan sepakbola kendala-kendala
seperti yang disampaikan di atas menjadi hal yang biasa terjadi. Terbatasnya
fasilitas olah raga, khususnya bola menyebabkan siswa harus antri dan waktu
pembelajaranpun menjadi kurang efektif dan efisien sehingga siswa menjadi
tidak dapat memaksimalkan kemampuannya dan guru tidak dapat melakukan
pengamatan siswa dengan baik. Banyak siswa yang sudah mampu
4
melaksanakan permainan sepakbola, namun terlihat permainan mereka masih
sebatas permainan yang asal main.
Dasar-dasar teknik sepak bola terlihat belum dapat dikuasai dengan baik
oleh kebanyakan siswa seperti misalnya dalam hal dasar permainan sepak bola
yaitu pemberian umpan atau passing utamanya passing datar. Terlihat masih
banyak siswa yang belum mampu menerapkan passing dengan baik, apalagi
untuk siswa putri. Mereka mengaku masih takut bila melakukan passing atau
mendapatkan umpan bola, karena takut bila salah. Passing datar dalam
permainan sepakbola menjadi hal dasar yang harus mereka kuasai, karena
ketepatan dalam passing akan berpengaruh pada hasil permainan. Hal lain yang
terlihat dalam pembelajaran passing datar pada permainan sepakbola adalah
dimana, pembelajaran seringkali terpaku pada kurikulum sehingga kreatifitas
kesenangan anak kurang berkembang dengan baik. Guru mengajarkan passing
datar sepakbola dengan formasi saling berhadap-hadapan dan melakukan
passing datar secara bergantian secara terus menerus, sehingga anak terlalu
lama menunggu giliran untuk melakukan gerakan passing dan cenderung
merasa bosan dengan pembelajaran tersebut.
Melihat hal demikian di atas maka, seorang guru diharapkan dapat
membuat sebuah modifikasi dalam pembelajaran yang ada agar anak tidak cepat
bosan, sehingga anak bergairah untuk mengikuti pembelajaran dimana hasil
belajar yang diperoleh siswapun dapat menjadi lebih baik. Modifikasi permainan
4 lawan 4 dalam pembelajaran passing datar sepakbola pada mata pelajaran
penjasorkes dapat menjadi salah satu solusi pembelajaran agar permainan
sepakbola tidak monoton pada permainan kelompok besar saja. Melalui
modifikasi 4 lawan 4 siswa dapat dikoordinir dengan baik, sehingga pelaksanaan
5
teknik passing datar yang dilakukan akan mudah diamati oleh guru. Modifikasi 4
lawan 4 ini juga diharapkan mampu memfasilitasi semua siswa dalam
mempraktikkan passing datar permainan sepakbola utamnya siswa perempuan
dan beberapa siswa lainnya yang masih takut serta malu agar dapat lebih terlibat
secara aktif bila dibandingkan saat pelaksanaan permainan sepakbola dalam
jumlah kelompok besar.
Melihat beberapa kelebihan dari penggunaan modifikasi 4 lawan 4 yang
mampu membawa suasana belajar menjadi lebih efektif, kondusif dan
menyenangkan diharapkan mampu berpengaruh juga pada meningkatnya
pencapaian hasil belajar siswa yang nantinya diiringi pula pada peningkatan
aktifitas belajar serta ketertarikan siswa kelas V di SD N Tegowanu 2 UPTD
Dikpora Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak pada pembelajaran yang
disampaikan oleh guru. Hal tersebut menjadi acuan peneliti untuk mencoba
mengadakan penelitian mengenai “Pembelajaran Passing Datar Sepakbola
menggunakan Modifikasi Permainan 4 Lawan 4 pada Mata Pelajaran
Penjasorkes SD Negeri Tegowanu 2 UPTD Dikpora Kecamatan Karangawen
Kabupaten Demak”.
1.2. Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan modifikasi
permainan 4 lawan 4 untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran passing datar sepakbola pada mata pelajaran penjasorkes siswa
SD Negeri Tegowanu 2 UPTD Dikpora Kecamatan Karangawen Kabupaten
Demak?”
6
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah, untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran passing datar sepakbola pada mata pelajaran
penjsorkes SD Negeri Tegowanu 2 Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak
melalui penerapan modifikasi permainan 4 lawan 4.
1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai pedoman bagi
guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dalam menerapkan modifikasi
pembelajaran sepakbola sehingga menjadi sebuah pembelajaran yang mudah
dimengerti dan disenangi oleh siswa.
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Pendidikan Jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara
keseluruhan. Tujuan umum pendidikan jasmani juga selaras dengan tujuan
umum pendidikan. Tujuan belajar adalah menghasilkan perubahan perilaku yang
melekat. Proses belajar dalam penjas juga bertujuan untuk menimbulkan
perubahan perilaku. Guru mengajar dengan maksud agar terjadi proses belajar
secara sederhana, pendidikan jasmani tak lain adalah proses belajar untuk
bergerak, dan belajar untuk gerak. Selain belajar dan dididik melalui gerak untuk
mencapai tujuan pengajaran, dalam penjas anak diajarkan untuk bergerak.
Melalui pengalaman itu akan terbentuk perubahan dalam aspek jasmani dan
rohaninya (Rusli Luthan, 2000:15).
Rijsdrop (1971:30) dalam Sukintaka (1992:10) mengatakan bahwa
pendidikan jasmani itu pendidikan. Dan pendidikan yang menolong anak, dan
orang muda menjadi dewasanya. Selanjutnya juga dikatakan bahwa pendidikan
jasmani itu merupakan pergaulan pendidikan dalam bidang gerak dan pergaulan
tubuh. Pada dasarnya mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan merupakan proses pendidikan melalui aktivitas fisik. Melalui proses
belajar tersebut, Pendidikan Jasmani ingin memberikan sumbangannya terhadap
perkembangan anak, sebuah perkembangan yang tidak berat sebelah.
Perkembangan bersifat menyeluruh, sebab yang dituju bukan aspek fisik/
jasmani.
8
Namun juga perkembangan gerak atau psikomotorik, perkembangan
pengetahuan dan penalaran watak serta kepribadian, yang tercakup dalam
perkembangan afektif. Didalam intensifikasi penyelenggaraan pendidikan
sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup,
peranan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan adalah sangat penting,
yakni memberikan kesempatan pada siswa yang terlibat langsung dalam aneka
pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani yang dilakukan secara sistematis.
Pembekalan pengalaman belajar itu untuk membina, sekaligus membentuk gaya
hidup sehat dan aktif sepanjang hayat.
Lebih lanjut Gabbard, Leblanc, dan Lowy (1987) dalam Sukintaka (1992:10)
menyatakan bahwa pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas jasmani akan
mempengaruhi: (1) ranah kognitif, yang berupa kemampuan berpikir (bertanya,
kreatif dan menghubungkan), kemampuan memahami, menyadari gerak, dan
perbuatan akademik. (2) ranah psikomotor, yang berupa pertumbuhan biologik,
kesegaran jasmani, kesehatan, keterampilan gerak, dan peningkatan
keterampilan gerak, dan (3) ranah afektif, yang berupa rasa senang,
penganggapan yang sehat terhadap aktivitas jasmani, kemampuan menyatakan
diri (aktulisasi diri), menghargai diri sendiri, dan konsep sendiri.
Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan merupakan pendidikan
melalui aktivitas jasmani untuk mencapai Pendidikan Jasmani, Olahraga dan
Kesehatan yang dirumuskan dalam ranah fisik, kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara
keseluruhan. Tujuan umum dari pendidikan jasmani juga selaras dengan tujuan
umum pendidikan. Tujuan belajar adalah menghasilkan perubahan perilaku yang
9
melekat. Pendidikan jasmani dapat dibedakan berdasarkan sudut pandang, yaitu
sebagai berikut:
2.1.1. Pandangan tradisional, yang menganggap bahwa manusia terdiri dari dua
komponen utama yang dapat dipilah-pilah, yaitu jasmani dan rohani.
Pandangan ini menganggap bahwa penjas semata-mata hanya mendidik
jasmani atau sebagai pelengkap, penyeimbang atau penyelaras pendidikan
rohani manusia. Dengan kata lain penjas hanya sebagai pelengkap saja
(Adang Suherman, 2000:17).
2.1.2. Pandangan modern yang sering juga disebut sebagai pandangan holistik,
menganggap bahwa manusia bukan suatu yang terdiri dari bagian-bagian
yang terpilah-pilah. Manusia adalah suatu kesatuan yang terdiri dari
bagian-bagian yang terpadu. Dengan pandangan tersebut pendidikan
jasmani diartikan sebagai proses pendidikan untuk meningkatkan
kemampuan jasmani. Hubungan antara tujuan umum pendidikan, tujuan
pendidikan jasmani, dan penyelenggarannya harus terjamin dengan baik.
Dengan demikian nampak bahwa pendidikan jasmani penting bagi
pengembangan manusia secara utuh dan merupakan bagian dari
pendidikan secara utuh. Oleh karena itu, penjas tidak hanya berorentasi
pada jasmani saja atau hanya untuk kepentingan satu komponen saja.
Pandangan holistik ini, pada awalanya kurang banyak masukan aktivitas
sport karena pengaruh pandangan sebelumnya, yaitu akhir abad 19 yang
menganggap bahwa sports tidak sesuai di sekolah-sekolah. Namun tidak
dapat dipungkiri sport terus tumbuh dan berkembang menjadi aktivitas fisik
yang merupakan bagian intergral dari kehidupan manusia, sport menjadi
populer, siswa menyenangi dan ingin mendapatkan kesempatan untuk
10
berpartisipasi di sekolah-sekolah sehingga para pendidik seolah-olah
ditekan untuk menerima sport dalam kurikulum di sekolah karena
mengandung nilai-nilai pendidikan (Adang Suherman, 2000:19).
2.2. Tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
Adang Suherman (2000:23) menyatakan secara umum tujuan penjasorkes
dapat diklarifikasikan menjadi empat kategori, yaitu:
1. Perkembangan Fisik
Tujuan ini berhubungan dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang
melibatkan kekuatan-kekuatan fisik dari organ tubuh seseorang (physical
fitness).
2. Perkembangan Gerak
Tujuan ini berhubungan dengan melakukan gerak secara efektif, efisien,
halus, indah, sempurna (skillfull).
3. Perkembangan Mental
Perkembangan mental mempunyai tujuan yang berhubungan dengan
kemampuan berpikir dan menginterprestasikan keseluruhan pengetahuan
tentang penjasorkes ke dalam lingkungan sehingga memungkinkan tumbuh
dan berkembangnya pengetahuan, sehingga memungkinkan tumbuh dan
berkembangnya pengetahuan, sikap, dan tanggung jawab siswa.
4. Perkembangan Sosial
Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan
diri dalam kelompok atau masyarakat. Secara sederhana tujuan dari
pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:
11
1. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan
dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan
sosial.
2. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai
keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam
aneka aktivitas jasmani.
3. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang
optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan
terkendali.
4. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas
jasmani baik secara kelompok maupun perorangan.
5. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan
keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif
dalam hubungan antar orang.
6. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk
permainan olahraga (Husdarta, 2009:9).
Diringkaskan dalam terminologi yang populer, maka tujuan pembelajaran
pendidikan jasmani itu harus mencakup tujuan dalam domain psikomotorik,
domain kognitif, dan tak kalah pentingnya dalam domain afektif.
2.3. Keterkaitan Antara Permainan 4 Lawan 4 dengan Penjasorkes
Untuk menentukan pembelajaran yang tepat dan bahan ajar yang berguna
bagi anak, maka seorang guru pendidikan jasmani perlu mengetahui karakteristik
anak, kemampuan anak, kesukaan anak, dan tujuan yang harus dicapai
(Sukintaka, 1956:40).
12
Ketepatan penentuan metode mengajar dan penguasaan tentang tahap
pertumbuhan dan perkembangan anak, merupakan kunci suksesnya usaha
pendidikan (Crow dan Crow dalam Sukintaka, 1992:40).
Kenyataan di lapangan pendidikan jasmani yang ada saat ini belum dikelola
sebagaimana mestinya, sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik, baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotor. Model pembelajaran
yang monoton, tidak ada kreatifitas akan membuat anak merasa bosan, sehingga
anak tidak bergairah untuk melakukan pembelajaran.
Maka seorang guru diharapkan bisa memodifikasi dari pembelajaran yang
ada agar anak tidak cepat bosan, sehingga anak bergairah dan dapat termotivasi
untuk mengikuti pembelajaran.
2.4. Pembelajaran
Menurut paham konvensional (Darsono, 2000:24) pendidikan dalam arti
sempit diartikan bantuan kepada siswa terutama pada aspek moral atau budi
pekerti, sedangkan pengajaran diartikan sebagai bantuan kepada anak didik
dibatasi pada aspek intelektual dan ketrampilan. Unsur utama dari pembelajaran
adalah pengalaman anak sebagai seperangkat event sehingga terjadi proses
belajar. Dengan demikian pendidikan, pembelajaran dan pengajaran mempunyai
hubungan yang konseptual yang tidak berbeda, perbedaannya pendidikan
mempunyai cakupan yang lebih luas yaitu mencakup baik pengajaran maupun
pembelajaran dan pengajaran merupakan bagian dari pembelajaran.
Sesuai dengan pengertian belajar secara umum, yaitu belajar merupakan
suatu kegiatan yang melibatkan terjadi perubahan tingkah laku ,maka pengertian
13
pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa,
sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik (Darsono, 2000:24).
Aliran behavioristik mengemukakan bahwa pembelajaran adalah usaha guru
berbentuk tingkah lakuyang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau
stimulus. Sedangkan aliran kognitif mendefinisikan pembelajaran adalah cara
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar dapat mengenal
dan memahami apa yang sedang dipelajari (Darsono, 2000:24).
Humanistik mendeskripsikan pembelajaran adalah memberikan kebebasan
kepada si belajar untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya
sesuai dengan minat dan kemampuannya (Sugandi, 2004:9).
2.4.1. Ciri-ciri Pembelajaran
Sesuai dengan ciri-ciri belajar, berdasarkan pendapat Darsono (2000:25),
maka ciri-ciri pembelajaran dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.
2. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam
belajar.
3. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik perhatian
dan menantang siswa.
4. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan
menarik.
5. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan
menyenangkan bagi siswa.
6. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik secara
fisik maupun psikologis.
7. Pembelajaran menekankan keaktifan siswa.
14
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan
sengaja. Oleh karena itu pembelajaran pasti mempunyai tujuan. Tujuan
pembelajaran adalah membantu para siswa agar memperoleh berbagai
pengalaman dan pengalaman itu tingkah laku siswa bertambah, baik kuantitas
maupun kualitas. Tingkah laku yang dimaksud meliputi pengetahuan,
ketrampilan, dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan
perilaku siswa.
2.4.2. Prinsip Pembelajaran
Dalam tujuanya dibagi menjadi tiga:
1. Prinsip pengaturan kegiatan kognitif
Pembelajaran hendaknya memperhatikan bagaimana mengatur kegiatan
kognitif yang efisien. Caranya mengatur kegiatan kognitif yang efisien
menggunakan sistematika alur pemikiran dan sistematika proses
pembelajaran itu sendiri.
2. Prinsip pengaturan kegiatan afektif
Pembelajaran afektif perlu memperhatikan dan menerapkam tiga
pengaturan kegiatan afektif, yaitu faktor kondisi (coditioning), tindakan
modifikasi (bahavior modification, human model). Faktor conditioning yaitu
perilaku guru yang berpengaruh terhadap rasa senang atau rasa benci
siswa terhadap guru. Faktor behavior modification yaitu pemberian
penguatan seketika. Faktor human model yaitu contoh berupa orang yang
dikagumi dan dipercaya oleh siswa.
3. Prinsip pengaturan kegiatan psikomotorik
15
Pembelajaran psikomotorik mementingkan faktor latihan penguasaan
prosedur gerak-gerak dan prosedur koordinasi anggota badan. Untuk itu
diperlukan pembelajaran fase kognitif (Sugandi, 2004:11).
2.4.3. Strategi Pembelajaran
Komponen strategi pembelajaran terdiri atas empat hal:
1. Urutan kegiatan pembelajaran
Urutan kegiatan pembelajaran terdiri dari tiga tahapan, yaitu pendahuluan,
penyajian, dan penutup. Pada pendahuluan guru menginformasikan tujuan,
gambaran singkat materi yang akan disajikan dan menghubungkan pesan
pembelajaran dengan pengalaman subjek belajar. Tahap penyajian inti
terdiri atas kegiatan mengurai isi pembelajaran, memberikan contoh dan
memberikan latihan. Pada tahap penutup sebagai kegiatan terakhir guru
memberikan kegiatan tesformatif dan balikan serta tindak lanjut.
2. Metode
Komponen metode pembelajaran ini memuat pendekatan, model mengajar,
Metode mengajar dengan ceramah, diskusi, tanya jawab, dan sebagainya.
Dalam hal ini menyajikan materi secara bertahap. Setelah materi selesai
guru memberikan kesempatan anak untuk bertanya dan juga memberikan
pertanyaan kepada anak. Apabila ada kesalahan dijadikan diskusi lebih
lanjut.
3. Media pembelajaran
Media ini mencakup media visual, auditif, benda tiruan atau nyata dan alat
pembelajaran. Dalam hal ini guru harus pandai memberikan contoh benda
yang berhubungan dengan materi pembelajaran. Contohnya guru
16
menggunakan bola tenis dalam menata teknik tolak peluru, bukan peluru
yang sesungguhnya.
4. Waktu
Waktu yang digunakan dalam pembelajaran penjas orkes harus mengikuti
prosedur kurikulum KTSP (Sugandi, 2004:83-84). Misalnya waktu yang
digunakan dalam mengajar di SD Negeri Tegowanu 2 yaitu 45 menit /1 jam
pelajaran.
2.5. Permainan
Bermain dan permainan adalah dua istilah yang sering dipakai secara
bergantian. Bermain adalah kata kerja dan permainan adalah kata benda.
Bermain adalah melalukan untuk bersenang-senang dan permainan adalah hal
bermain. (Poerwadarminto, 2003: 689).
Teori bermain membahas tentang aktifitas jasmani anak yang dilakukan
dengan rasa senang, serta kaitan bermain sebagai wahana pencapaian dengan
rasa senang, serta kaitan bermain sebagai wahana pencapaian tujuan
pendidikan (Sukintaka, 1992:2).
Dalam peristiwa bermain itu merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan
dengan sungguh-sungguh, tetapi bermain itu bukan merupakan suatu
kesungguhan. Rasa senang bermain itu harus disebabkan karena bermain itu
sendiri, bukan karena sesuatu yang terdapat diluar bermain.
Permainan selalu dipilih sendiri oleh mereka yang akan bermain, jadi dalam
bermain tidak ada paksaan. Mereka bermain karena rasa senang bermain, untuk
memperoleh kesenangan dalam bermain. Rasa senang bermain ini tersebar luas
disegala lapisan dan golongan masyarakat, dan bermain banyak berkaitan
17
dengan hidup dan kehidupan manusia. Oleh sebab itu banyak dibicarakan,
diteliti, dan dibahas para pakar psikologi, fisiologi dan akhirnya diikuti oleh para
pendidik dan para pakar pendidikan jasmani. Mereka mencari dan menentukan
sifat, arti, dan menunjukan arti permainan dalam kehidupan manusia (Huizinga
1952:1 dan 2). Akibat dari keadaan ini maka terdapat banyak batasan tentang
bermain dan permainan yang banyak dan sangat berbeda-beda sesuai dengan
sudut pandang kepentingan dan kepakaan mereka masing-masing. Akibatnya
banyak timbul batasan yang bermacam-macam.
2.5.1. Fungsi Bermain dalam Pendidikan
1. Bigo, Kohnstam, dan Palland (1950:275-276).
Ketiga pakar ini berpendapat bahwa permainan mempunyai makna pendidikan,
dengan uraian sebagai berikut:
1) Permainan merupakan salah satu dari banyak wahana untuk
membawa anak kepada hidup bersama atau bermasyarakat. Anak
akan memahami dan menghargai dirinya atau temanya. Pada anak
yang bermain, akan tumbuh rasa kebersamaan, yang sangat baik bagi
pembentukan rasa sosialnya.
2) Dalam permainan anak akan mengetahui kekuatanya, menguasai alat
bermain, dan mengetahui sifat alat.
3) Dalam permainan, anak akan mempunyai suasana, yang tidak hanya
mengungkapkan fantasinya saja, tetapi juga akan mengungkapkan
semua sifat aslinya, dan pengungkapan itu dilakukan secara patuh dan
spontan. Anak laki-laki dan perempuan yang berumur sama akan
berbuat yang berbeda terhadap permainan yang sama (misalnya
bermain dengan kubus atau boneka).
18
4) Dalam permainan, anak mengungkapkan macam-macam emosinya
dan sesuai dengan yang diperolehnya saat itu jenis emosi itu
diungkapkanya, serta tidak mengarah pada prestasi.
5) Dalam bermain anak akan dibawa kepada kesenangan, kegembiraan,
dan kebahagiaan dalam dunia kehidupan anak. Semua situasi ini
mempunyai makna wahana pendidikan.
6) Permainan akan mendasari kerjasama, taat pada peraturan
permainan, pembinaan watak jujur dalam bermain dan semuanya ini
akan membentuk sifat “fair play” (jujur, sifat ksatria atau baik) dalam
bermain.
7) Bahaya dalam bermain dapat saja timbul dengan keadaan ini akan
banyak gunanya dalam hidup yang sesungguhnya.
2. Pendapat Huizinga (1950) karena masalah permainan dalam perluasanya
merupakan gejala kebudayaan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
permainan itu mempunyai makna pendidikan praktis.
3. Montessori (Bigot, Kohnstam dan Palland, 1950:273) menyebutkan
permainan sebagai alat untuk mempelajari fungsi. Rasa senang akan terdapat
dalam segala macam jenis permainan, akan merupakan dorongan yang kuat
uuntuk mempelajari sesuatu.
4. Bucher (1960:48) berpendapat bahwa permainan yang telah lama dikenal
oleh anak-anak, orang tua, laki-laki maupun perempuan mampu menggerakkan
untuk berlatih, bergembira dan relaks. Permainan merupakan salah satu
komponen pokok pada program pendidikan jasmani, oleh sebab itu guru
pendidikan jasmani harus menganalisis secara mendalam tentang seluk beluk
permainan.
19
5. Cowell dan Hozeltn (1955:46) mengatakan bahwa untuk membawa anak
kepada cita-cita pendidikan, maka perlu adanya usaha peningkatan keadaan
jasmani, sosial, mental dan moral anak yang optimal. Agar memperoleh
peningkatan tersebut, anak dapat dibantu dengan permainan, karena anak dapat
menampilkan dan memperbaiki ketrampilan jasmani, rasa sosial, percaya diri,
peningkatan moral dam spiritual lewat “fair play” dan “sportmanship” atau
bermain dengan jujur, sopan dan berjiwa olahragawan sejati.
6. Drijakara (1955:15) mengutarakan bahwa dorongan untuk, bermain itu
pasti ada pada setiap manusia. Akan tetapi lebih-lebih pada manusia muda,
sebab itu sudah semestinya bahwa permainan digunakan untuk pendidikan.
7. Hadi Sukatna (Taman Siswa 1956:165) mengemukakan bahwa Taman
Siswa mempunyai keyakinan setebal-tebalnya bahwa dengan permainan kanak-
kanak sebagai alat pendidikan itu dapat membimbing anak kita ke arah
kesenangan hidup kebangsaan semurni-murninya.
8. Rob dan leenouwer (1950:38) mengaatakan bila seorang guru permainan
menemukan dan menepati tujuan permainan bahwa anak bermain untuk
kesenanganya para pemain akan bermain dengan senang. Maka akan timbul
realita yang harmonis dengan ditandai adanya ketertiban dan keteraturan akan
timbul banyak situasi pedagogik.
9. Rijsdrop (1971:47) mengutakan baha anak yang bermain kepribadianya
akan berkembang dan wataknya akan terbentuk juga (Sukintaka, 1992:5-7).
Permainan anak-anak biasanya ada dua macam, ialah permainan dengan
peraturan yang dibuat oleh mereka sendiri, biasanya mereka akan bermain
dengan patuh untuk menepati peraturan-peraturan yang mereka sepakati. Siapa
yang curang atau ingkar dari peraturan akan mendapat cemooh atau ejekan dari
20
teman-teman yang lain. Keadaan ini memberikan kesempatan kepada anak
untuk memiliki sifat kreatif, mematuhi kesepakatan yang mereka buat dan
mereka sanggup bermain bersama dan menjadi wasit bersama. Jenis permainan
yang kedua ialah permainan yang diberikan oleh orang dewasa, baik itu guru
pendidikan jasmani, orang tua atau dari para pendidik yang lain. Permainan yang
diberikan oleh orang dewasa ini pada umumnya mempunyai tujuan untuk
mempengaruhi anak agar berkembang sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Jadi anak yang bermain itu, baik yang sengaja maupun yang tidak disengaja,
seluruh aspek pribadinya dapat berkembang. Dengan demikian dapat diartikan
bahwa wahana bermain dapat dicapai peningkatan kualitas manusia Indonesia.
Permainan sebagai wahana pendidikan akan memperoleh sukses apabila
guru pendidikan jasmani memahami peranan permainan dalam pendidikan,
memilih jenis permainan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak,
mengetahui kebutuhan anak dan dapat menentukan metode pembelajaran yang
sesuai dengan keadaan anak (Sukintaka, 1992:8).
2.6. Sepakbola
Sepak bola. Permainan tersebut membangkitkan luapan keinginan dan
emosi yang tidak sama dengan olahraga lainya. Sepakbola merupakan sesuatu
yang umum diantara orang-orang dengan latar belakang dan keturunan yang
berbeda-beda, sebuah jembatan yang menghubungkan jenjang ekonomi, politik,
kebudayaan, dan agama. Dikenal sebagai “bola kaki” hampir di seluruh dunia,
sepakbola merupakan olahraga nasional hampir di seluruh negara di Asia, Afrika,
Eropa, dan Amerika Selatan. Olahraga ini merupakan satu-satunya jenis
permainan bola kaki yang dimainkan di Olimpiade. Berjuta-juta orang lebih
memilih untuk menyaksikan World Cup, pertandingan sepakbola internasional,
21
daripada menyaksikan SuperBowl dan World Series. Tanpa diragukan lagi,
sepakbola merupakan permainan yang paling terkenal (Joseph A. Luxbacher,
2011:1).
Sepakbola adalah olahraga yang memainkan bola dengan menggunakan
kaki. Tujuan utamanya dari permainan ini adalah untuk mencetak gol atau skor
sebanyak-banyaknya yang tentunya harus dilakukan sesuai dengan ketentuan
yang telah ditetapkan (Agus salim, 2008:10).
Sedangkan permainan sepakbola adalah cabang olahraga permainan
beregu atau permainan tim, maka suatu kesebelasan yang baik, kuat, tangguh
adalah kesebelasan yang terdiri atas pemain-pemain yang mampu
menyelenggarakan permainan yang kompak, artinya mempunyai kerja sama tim
yang baik (Sukatamsi,1985:12).
Apa yang membuat sepakbola begitu populer? Satu jawaban yang diyakini
hampir mendekati kebenaran adalah karena kesederhanaanya. Permainan ini
dapat dimainkan oleh siapa saja, tidak peduli usia atau jenis kelamin, dan dimana
saja dimuka bumi ini, di lapangan rumput, jalanan sempit di kota, di pantai
berpasir, di padang salju atau bahkan di tanah becek berlumpur. Tidak perlu
memakai perlengkapan bernilai mahal. Cukup sebuah bola kalau pun tak ada
bola bahkan kaleng bekas minuman atau bola buatan sendiri dari gumpalan
kertas atau kainpun yang penting semua orang bisa bersenang-senang (Daud
darmawan, 2007:6).
2.6.1. Permainan 4 Lawan 4
Permainan 4 lawan 4 adalah salah satu bentuk modifikasi permainan
passing dalam sepakbola. Gambaran permainan 4 lawan 4 sebagai berikut:
22
15-20m
10-15m
Gambar permainan 4 lawan 4.
Gambar 2.1 pola permainan 4 lawan 4
Keterangan: Pemain tim A
Pemain tim B
Bola sepak ukuran 5
Gawang cones
Peraturan permainan 4 lawan 4:
1. Permainan dilakukan di lapangan yang berukuran panjang 15-20 meter dan
lebar 10-15 meter.
2. Bola yang digunakan adalah bola sepak ukuran 5.
3. Ada dua tim dan setiap tim terdiri dari 4 pemain yang saling serang untuk
mencetak gol sebanyak-banyaknya dalam waktu 15 menit.
4. Tidak ada penjaga gawang dalam permainan ini, karena gol akan dihitung
jika bola mengenai gawang yang berupa cones.
5. Jika bola melewati garis permainan, permainan dimulai lagi dengan cara
bola ditendang dari belakang garis permainan bukan dilempar.
6. Jika terjadi gol, serangan dilakukan oleh tim yang kebobolan dimulai dari
belakang garis gawangnya sendiri dengan cara ditendang, dan bukan dari
tengah lapangan.
23
7. Tim yang kalah mendapat hukuman, berlari mengelilingi setengah
lapangan sebanyak 1 kali.
Permainan 4 lawan 4 ke II:
1. Permainan dilakukan di lapangan yang berukuran panjang 15-20 meter dan
lebar 10-15 meter.
2. Bola yang digunakan adalah bola sepak ukuran 5.
3. Ada dua tim dan setiap tim terdiri dari 4 pemain yang saling serang untuk
mencetak gol sebanyak-banyaknya dalam waktu 15 menit.
4. Tidak ada penjaga gawang dalam permainan ini, karena gol akan dihitung
jika bola mengenai gawang yang berupa cones.
5. Jika bola melewati garis permainan, permainan dimulai lagi dengan cara
bola ditendang dari belakang garis permainan bukan dilempar.
6. Jika terjadi gol, serangan dilakukan oleh tim yang kebobolan dimulai dari
belakang garis gawangnya sendiri dengan cara ditendang, dan bukan dari
tengah lapangan.
7. Tim yang kalah mendapat hukuman, berlari mengelilingi setengah
lapangan sebanyak 1 kali.
8. Pemain bertahan dan pemain penyerang tidak diperbolehkan masuk ke
dalam area setengah lingkaran di sekitar gawang, gol dianggap sah jika
shooting dilakukan diluar area garis setengah lingkaran.
2.7. Passing
Passing adalah salah satu teknik menendang dalam sepakbola yang
dilakukan ke antar pemain. Passing merupakan salah satu teknik menendang
24
bola, Passing biasa disebut juga dengan operan. Passing atau operan ini
bertujuan untuk memudahkan untuk si penerima bola untuk melakukan gerakan
selanjutnya. Dalam sepakbola, teknik yang paling banyak digunakan adalah
teknik menendang bola, maka teknik menendang bola merupakan teknik dasar
pertama yang harus dilakukan dalam permainan sepakbola (Soekatamsi,
1992:105).
Ketrampilan untuk mengoper dan menerima bola membentuk jalinan vital
yang menghubungkan kesebelas pemain dalam satu unit yang berfungsi lebih
baik daripada bagian-bagianya. Ketepatan, langkah, dan waktu pelepasan bola
merupakan bagian yang penting dari kombinasi pengoperan bola yang berhasil.
Anda harus mampu mengoper dan mengontrol bola dengan baik setelah rekan
anda memberikan bola kepada anda. Keterampilan mengoper dan menerima
bola yang tidak baik akan mengakibatkan lepasnya bola dari anda dan
membuang-buang kesempatan untuk menciptakan gol (Joseph A. Luxbacher,
2011:11).
Umpan datar yaitu memberikan bola kepada teman dengan cara
menggelindingkan bola diatas tanah, umpan ini dilakukan apabila jarak teman
cukup kita dekat dengan kita, umpan ini sangat mudah diterima teman tapi sulit
dipotong lawan (belajartekniksepakbola.blogspot.com).
Bola yang sedang menggelinding di atas permukaan lapangan lebih mudah
untuk dioper dan diterima daripada bola yang sedang melayang di udara.
Dengan demikian, sebaiknya Anda sebisa mungkin mengoper bola di atas
permukaan lapangan (Joseph A. Luxbacher, 2011:11).
25
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaboratif. Salah satu ciri
khas PTK adalah adanya kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru, kepala
sekolah, siswa, dan lain-lain) dan peneliti (dosen, widyaiswara) dalam
pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang
akhirnya melahirkan kesamaan tindakan (action). Dalam pelaksanaan tindakan di
dalam kelas, maka kerja sama (kolaborasi) antara guru dengan peneliti menjadi
hal sangat penting. Melalui kerja sama, mereka secara bersama menggali dan
mengkaji permasalahan nyata yang dihadapi guru atau siswa di sekolah.
3.2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Tegowanu 2 UPTD
Dikpora Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak sebanyak 24 siswa.
3.3. Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan
dari suatu penelitian. Objek penelitian merupakan sumber diperolehnya data dari
penelitian yang dilakukan. Objek pada penelitian ini yaitu modifikasi permainan 4
lawan 4 dalam pembelajaran passing datar sepakbola pada mata pelajaran
penjasorkes SD Negeri Tegowanu 2 UPTD Dikpora Kecamatan Karangawen
Kabupaten Demak.
26
3.4 Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau 2 kali
pertemuan, 1 kali pertemuan 2 jam pelajaran dengan alokasi waktu 2 x 35 menit,
yang dilaksanakan pada tangal 20 maret 2014 dan 27 maret 2014.
3.5 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian
untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di SD Negeri
Tegowanu 2 UPTD Dikpora Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak.
.
3.6 Perencanaan Tindakan per Siklus
Siklus I
Dalam siklus ini terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi.
1. Perencanaan
Dalam tahap ini peneliti mempersiapkan rancangan pembelajaran terdiri dari:
1) Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar dalam
pembelajaran Penjasorkes.
2) Menyusun RPP dengan materi “Permainan 4 lawan 4”
3) Menyusun instrument yang digunakan dalam siklus PTK, angket berupa
kuesioner.
4) Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran berupa:
(1) Peluit
(2) Bola sepak
(3) Rompi
27
(4) Lapangan
(5) Cones
2. Tindakan
1) Guru masuk kedalam kelas, kemudian mempresensi siswa.
2) Guru memimpin doa sebelum memulai pembelajaran, kemudian memberi
penjelasan kepada siswanya tentang materi apa yang akan diberikan.
3) Guru memberikan apersepsi (menghubungkan materi pembelajaran
dengan pengetahuan awal siswa). Saat ini, siswa didorong untuk berani
berpendapat terkait pengetahuan permainan 4 lawan 4.
4) Guru memberikan materi modifikasi permainan 4 lawan 4.
3. Observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti terhadap aktivitas siswa selama
pembelajaran berlangsung dan interaksi siswa dengan siswa yang lain selama
melakukan permainan. Serta melakukan pengisian lembar pengamatan yang
berisi aspek-aspek penjasorkes.
4. Refleksi
Setelah melakukan tindakan kelas peneliti melakukan perincian kegiatan
siswa yang telah dilakukan saat tindakan kelas. Diteliti, dicermati, dilihat dari
kekurangan dan kelebihan dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Kemudian
kelemahanya dijadikan koreksi dalam pembelajaran selanjutnya.
Siklus II
1. Perencanaan
1) Guru dapat mengorganisasikan waktu dalam pembelajaran dengan baik
sehingga semua tahap dalam pembelajaran dapat dilaksanakan dengan
baik dan optimal.
28
2) Menyusun RPP yang sudah diperbaiki dengan materi “Modifikasi
Permainan 4 lawan 4”.
3) Menyusun instrument yang digunakan dalam siklus PTK, angket berupa
kuesioner.
4) Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran berupa:
(1) Peluit
(2) Bola sepak
(3) Lapangan
(4) Cones
2. Tindakan
1) Guru masuk kedalam kelas, kemudian mempresensi siswa.
2) Guru memimpin doa sebelum memulai pembelajaran, kemudian memberi
penjelasan kepada siswanya tentang materi apa yang akan diberikan.
3) Guru memberikan apersepsi (menghubungkan materi pembelajaran
dengan pengetahuan awal siswa). Saat ini, siswa didorong untuk berani
berpendapat terkait pengetahuan permainan 4 lawan 4.
4) Guru memberikan materi modifikasi permainan 4 lawan 4.
3. Observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti terhadap aktivitas siswa selama
pembelajaran berlangsung dan interaksi siswa dengan siswa yang lain selama
melakukan permainan.
4. Refleksi
Mengevaluasi proses dan pembelajaran pada siklus ke II dan mengkaji
pelaksanaan pembelajaran serta hasil tindakan siklus ke II.
29
3.7 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk mengumpulkan
data,yaitu:
a. Dokumentasi, yaitu untuk memperoleh data nama siswa SD Negeri
Tegowanu 2, Kecamatan Karangawen, Kabupaten Demak.
b. Observasi (pengamatan), yaitu untuk memperoleh data keterampilan
proses siswa yang berupa lembar observasi (pengamatan). Lembar
observasi digunakan untuk mengungkap keterampilan proses siswa
yang meliputi aspek psikomotor dan aspek afektif.
c. Angket diberikan untuk mengetahui minat siswa terhadap
pembelajaran penjasorkes. Adapun angket yang telah di susun
adalah angket tertutup, yaitu angket yang sudah disediakan alternatif
jawabannya sehingga responden tinggal memilih, hal ini akan
memudahkan responden dalam menjawab. Pada skripsi ini angket
digunakan untuk mengungkap data tentang minat siswa terhadap
materi pembelajaran dan tanggapan siswa terhadap materi
pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas kolaborasi. Salah satu chiri
khas PTK adalah adanya kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru, kepala
sekolah, siswa, dan lain-lain) dan peneliti (dosen, widyaiswara) dalam
pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang
akhirnya melahirkan kesamaan tindakan (action). Dalam pelaksanaan tindakan di
dalam kelas, maka kerja sama (kolaborasi) antara guru dengan peneliti menjadi
hal sangat penting. Melalui kerja sama, mereka secara bersama menggali dan
mengkaji permasalahan nyata yang dihadapi guru dan/atau siswa di sekolah.
30
Sebagai penelitian yang bersifat kolaboratif, maka harus secara jelas
diketahui peranan dan tugas yang harus dilakukan antara guru dengan peneliti.
Kerja sama (kolaborasi) antara guru dengan peneliti sangat penting dalam
bersama menggali dan mengkaji permasalahan nyata yang dihadapi. Terutama
pada kegiatan mendiagnosis masalah, menyusun usulan, melaksanakan
tindakan, menganalisis data, menyeminarkan hasil, dan menyusun laporan akhir.
Dalam PTK, kedudukan peneliti setara dengan guru, dalam arti masing-
masing mempunyai peran dan tanggung jawab yang saling membutuhkan dan
saling melengkapi untuk mencapai tujuan. Peran kerja sama (kolaborasi) sangat
menentukan keberhasilan PTK terutama pada kegiatan mendiagnosis masalah,
menyusun usulan, melaksanakan penelitian (melaksanakan tindakan, observasi,
merekam data, evaluasi, dan refleksi), menganalisis data, menyeminarkan hasil,
dan menyusun laporan akhir (Suhardjono, 2007:63).
Penelitian ini menggunakan desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflekatif oleh pelaku
tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari
tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam
pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki
kondisi praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan.
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan 2 siklus, yaitu siklus I dan siklus
II. Siklus I terdiri atas: (1) rencana tindakan l, (2) pelaksanaan tindakan I, (3)
observasi I dan (4) refleksi / evaluasi I. Dalam proses siklus I, apabila belum
terselesaikan, maka dapat dilanjutkan pada siklus yang kedua, yang terdiri atas:
(1) rencana tindakan II, (2) pelaksanaan tindakan II, (3) observasi II dan (4)
31
refleksi/evaluasi II. Untuk lebih jelasnya kedua siklus tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar 3.1 tahapan PTK
Sumber: Suharsimi Arikunto, 2007:16
3.8 Instrumen Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan lembar pengamatan. Lembar pengamatan adalah suatu daftar
yang berisi nama-nama subjek dan faktor-faktor yang hendak diselidiki. Lembar
pengamatan dimaksudkan untuk mensistematiskan catatan observasi, dengan
lembar pengamatan dapat lebih dijamin bahwa peneliti mencatat sikap kejadian
yang betapapun kecilnya tetapi dipandang penting dan telah ditetapkan akan
diselidiki.
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Pelaksanaan Refleksi
Pelaksanaan Refleksi
?
32
Dalam kuesioner akan diungkap aspek-aspek antara lain:
1) aspek kognitif
2) aspek afektif
3) aspek psikomotor
3.9 Analisis Data
Untuk mengetahui keefektifan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran
perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisa
deskriptif prosentase, untuk memperoleh kesimpulan yang diteliti maka analisis
data merupakan salah satu langkah terpenting dalam penelitian, karena dengan
analisis data akan ditarik kesimpulan mengenai masalah-masalah yang akan
diteliti. Setelah data terkumpul lalu diberi skor atau nilai dari tiap-tiap jawaban
responden dengan berpedoman sebagai berikut:
1) Untuk jawaban “Ya” mendapat nilai 1
2) Untuk jawaban “Tidak” mendapat nilai 0
Teknik yang digunakan untuk menganalisis data penelitian adalah statistik
deskriptif prosentase. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
NP = Nilai dalam %
n = Adalah nilai yang diperoleh
N = Jumlah seluruh nilai/jumlah seluruh data
(Mohammad Ali, 1987:187)
Dari hasil presentase yang diperoleh kemudian dapat disimpulkan dengan teori
belajar tuntas. Berdasarkan teori belajar tuntas, maka seorang pendidik
dipandang tuntas jika ia mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau
33
mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran.
Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu
menyelesaikan atau mencapai minimal skor 65, sekurang-kurangnya 85% dari
jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut (Mulyasa, 2005:99). Dalam
penilaian di SD Negeri Tegowanu 2 UPTD Dikpora Kecamatan Karangawen
Kabupaten Demak menggunakan kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebesar 80
dan sekurang-kurangnya 80% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas
tersebut. Dan keberhasilan siswa dalam perkembangan pembelajarannya yang
meningkat dalam melakukan permainan pada penjasorkes.
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Penelitian yang telah dilaksanakan di kelas V SD N Tegowanu 2 UPTD
dikpora Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak merupakan sebuah
penelitian tindakan kelas (Classroom Actions Research). Penelitian tindakan
yang telah dilakukan ini terdiri dari dua siklus, yang setiap siklusnya terdiri dari
empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
4.1.1 Hasil Siklus I
Siklus I dilaksanakan dalam satu kali pertemuan yaitu pada tanggal 20
Maret 2014 dengan alokasi waktu 2 x 35 menit mulai jam 07.00 sampai 08.10
WIB. Pada Siklus I guru menyampaikan materi tentang pembelajaran passing
sepakbola. Penelitian tindakan kelas ini berbentuk kolaborasi dimana, tindakan
dari penelitian ini dilakukan oleh guru mata pelajaran dan peneliti serta guru
independen sebagai observer. Adapun kegiatan yang dilakukan selama proses
pembelajaran pada siklus I meliputi tahap perencanaan, tindakan, pengamatan,
dan refleksi yang diuraikan sebagai berikut.
1. Pesiapan
1) Mempersiapkan Silabus.
2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
3) Mempersiapkan perlengkapan pembelajaran lain yang akan
digunakan sebagai media pembelajaran yaitu berupa peluit, bola
sepak, kondisi lapangan yang baik.
35
4) Menyusun instrumen penilaian dan alat observasi yang digunakan
untuk mengamati guru dan siswa selama proses pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan
1) Kegiatan pendahuluan
(1) Siswa menjawab salam dari guru.
(2) Siswa diminta untuk berdoa terlebih dahulu agar diberikan
kemudahan dan keselamatan dalam pelaksanaan pembelajaran.
(3) Guru memeriksa kehadiran siswa.
(4) Guru menanyakan materi yang sebelumnya kepada siswa.
(5) Siswa mendengarkan penjelaskan guru tentang tujuan
pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.
(6) Siswa diminta untuk pemanasan kecil dengan instruksi dari guru
dan berlari memutar lapangan 2 kali dilanjutkan dengan
peregangan.
2) Kegiatan Inti
Eksplorasi
(1) Siswa mendengarkan penjelasan mengenai pelaksanaan
modifikasi 4 lawan 4 dalam pembelajaran passing datar di
permainan sepakbola sepakbola.
(2) Beberapa siswa diminta untuk memperagakan instruksi dari guru
dan teman yang lain memperhatikan dengan seksama.
(3) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, bila
ada yang masih belum dimengerti.
36
Elaborasi
(1) Siswa diminta untuk membentuk kelompok beranggotakan 4
orang.
(2) Siswa dalam kelompok diminta untuk masing-masing
mempraktikkan modifikasi 4 lawan 4 pada pembelajaran passing
datar dalam permainan sepakbola.
(3) Siswa yang lain memperhatikan dengan seksama dan mencatat
hal-hal sekiranya masih belum tepat.
Konfirmasi
(1) Siswa dalam kelompok diberi kesempatan oleh guru untuk
memberi komentar dan tanggapan bagaimana pelaksanaan
modifikasi 4 lawan 4 pada passing datar yang dimainkan oleh
kelompok lain.
(2) Guru memberi penjelasan umum mengenai kesimpulan
pelaksanaan modifikasi 4 lawan 4 dalam pembelajaran passing
datar di permainan sepakbola yang telah dilaksanakan oleh
siswa.
3) Kegiatan Penutup
(1) Guru mengumumkan kelompok yang telah berhasil menerapkan
modifikasi 4 lawan 4 dengan baik dan meminta siswa yang lain
untuk memberi tepuk tangan.
(2) Guru memberi semangat dan motivasi kepada siswa yang masih
belum bisa melaksanakan modifikasi 4 lawan 4 pada
pembelajaran passing datar dalam permainan sepakbola agar
lebih percaya diri lagi.
37
(3) Guru meminta siswa untuk terus belajar mengenai modifikasi 4
lawan 4 dalam pembelajaran passing datar di permainan
sepakbola karena pada pertemuan berikutnya guru akan meberi
penilaian lagi bagaimana pelaksanaan modifikasi 4 lawan 4 dan
kelompok yang mampu melaksanaakan modifikasi 4 lawan 4
pada passing datar sepakbola dengan baik akan mendapatkan
reward dari guru.
(4) Siswa diminta untuk berdoa sebagai ucapan syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa karena telah diberikan keselamatan dan
kelancaran selama proses pembelajaran.
(5) Guru menutup pembelajaran dengan salam.
Setelah melaksanakan pembelajaran siswa diberi angket tertutup untuk
mengukur aspek kognitif, afektif dan psikomtorik yang harus diisi sesuai dengan
yang mereka rasakan. Agar siswa mengisi angket dengan sungguh-sungguh dan
jujur untuk mengukur sejauh mana hasil belajar yang mereka rasakan pada
pembelajaran sepakbola. Berdasarkan hasil angket yang diisi oleh siswa, nilai
kognitif, afektif maupun kognitif siswa dapat diketahui dengan hasil sebagai
berikut.
i. Aspek Kognitif
Ranah kognitif yaitu berupa kemampuan berpikir (bertanya, kreatif dan
menghubungkan), kemampuan memahami, menyadari gerak, dan perbuatan
akademik. Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian pada siklus pertama,
rata-rata nilai kognitif pada siswa kelas V SD N Tegowanu 2 adalah 72,5
dengan prosentase hasil aspek kognitif sebesar 73%.
38
ii. Aspek Afektif
Ranah afektif yaitu berupa rasa senang, penganggapan yang sehat
terhadap aktivitas jasmani, kemampuan menyatakan diri (aktulisasi diri),
menghargai diri sendiri, dan konsep sendiri. Berdasarkan hasil pengamatan
dan penelitian pada siklus pertama, rata-rata nilai afektif pada siswa kelas V
SD N Tegowanu 2 adalah 76,3 dengan hasil prosentase aspek afektif pada
siswa SD N Tegowanu 2 pada siklus pertama yaitu 76%.
iii. Aspek Psikomotor
Ranah psikomotor yaitu berupa pertumbuhan biologik, kesegaran
jasmani, kesehatan, keterampilan gerak, dan peningkatan keterampilan gerak.
Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian pada siklus pertama, rata–rata
nilai psikomotor pada siswa kelas V SD N Tegowanu 2 adalah 67,9. Kemudian
untuk hasil prosentase aspek psikomotor pada siswa kelas V SD N Tegowanu
2 pada siklus pertama adalah 68%.
Adapun penjelasan data yang diperoleh siswa dalam
pengisian angket adalah sebagai berikut.
NO Hasil Angket Nilai Aspek Rata-
rata Kognitif Afektif Psikomotorik
1 Rata-rata 72,5 76,3 67,9 72,2
2 Nilai tertinggi 100 90 90 93,3
3 Nilai terendah 40 40 30 46,7
4 Persentase tuntas 45,83% 62,50% 41,67% 41,67%
5 Persentase tidak
tuntas
54,17% 37,50% 58,33 % 58,33%
6 Jumlah siswa 24 siswa 24 siswa 24 siswa 24 siswa
7 Jumlah siswa yang
tuntas
11 siswa 15 siswa
10 siswa 10 siswa
8 Jumlah siswa yang
tidak tuntas
13 siswa 9 siswa 14 siswa 14 siswa
9 KKM 80 80 80 80
Tabel 4.1 Perolehan Hasil Angket Siklus I Siswa Kelas V SD N 2 Tegowanu
39
3. Observasi
Observasi dilakukan oleh peneliti dan guru independen untuk menilai
bagaimana aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran
menggunakan modifikasi 4 lawan 4 pada passing datar permainan sepakbola.
Adapun hasil observasi yang diperoleh sebagai berikut.
1) Aktivitas Siswa
Pengamatan aktivitas siswa dilakukan supaya peneliti dapat mengetahui
perkembangan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Indikator yang diamati
meliputi antusiasme siswa dan keaktifan siswa dalam mengkuti pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian pada siklus pertama,
prosentase keaktifan siswa kelas V SD N Tegowanu 2 dalam mengikuti
pembelajaran adalah sebesar 71% yang berarti dalam kategori baik.
2) Keterampilan Guru
Pengamatan aktivitas guru dilakukan agar peneliti dapat mengetahui
perkembangan guru dalam memberikan pembelajaran. Indikator yang diamati
meliputi keterampilan guru membuka pembelajaran, menjelaskan,
memberikan materi, mengelola kelas, bertanya, memberikan penguatan, dan
menutup pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian pada
siklus pertama, prosentase keterampilan guru pelajaran penjasorkes kelas V
SD N Tegowanu 2 dalam memberikan pembelajaran adalah sebesar 76%
yang berarti dalam kategori baik.
4. Refleksi
Tahap akhir pada siklus pertama adalah tahapan refleksi. Tahap ini
digunakan untuk menetapkan langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai
40
tujuan dalam penelitian tindakan kelas ini. Apabila melihat hasil yang
diperoleh pada siklus I dapat diketahui bahwa terdapat beberapa kekurangan
yang menyebabkan tujuan dari penelitian ini belum dapat tercapai.
Setelah menganalisis hasil angket tertutup yang diberikan pada siswa
setelah pelaksanaan siklus I, diketahui bahwa hasil rata-rata nilai yang
diperoleh siswa maupun prosentase klasikal kelas dari masing-masing aspek
masih belum dapat mencapai indikator ketuntasan klasikal yang telah
ditentukan yaitu sebesar 80 untuk rata-rata hasil yang diperoleh siswa dan
80% untuk prosentase ketuntasan klasikal kelas. Selanjutnya dalam hasil
observasi yang dilakukan oleh peneliti maupun guru independen juga
diketahui bahwa ada beberapa hal yang masih belum maksimal dalam proses
pembelajaran.
Pada aktivitas siswa misalnya, masih ada beberapa siswa yang
kesulitan dalam memahami modifikasi 4 lawan 4 dalam passing datar
permainan sepakbola dan terlihat pula siswa masih belum percaya diri dalam
melaksanakan instruksi guru, terutama siswa perempuan. Selain itu masih
banyaknya siswa yang bingung dan melakukan kesalahan umpan karena
masing-masing kelompok susah membedakan mana kelompoknya dan mana
kelompok lawan.
Hal lain yang perlu diperbaiki adalah keterampilan guru dalam
menjalankan modifikasi 4 lawan 4 dalam passing datar permainan sepakbola.
Pada pembelajaran terlihat guru kurang jelas dalam memberi penjelasan
pelaksanaan modifikasi 4 lawan 4 untuk pembelajaran passing datar
dipermainan sepakbola serta kurang dalam memberi motivasi kepada siswa
yang belum bisa dan reward kepada siswa yang sudah mampu melaksanakan
41
modifikasi 4 lawan 4 pada pembelajaran passing datar sepakbola dengan baik
sehingga, masih terlihat beberapa siswa yang kurang serius dalam berlatih.
Selain itu, perbedaan kedua tim yang bermain belum begitu tampak, sehingga
diperlukan adanya pembeda antara tim A dan tim B agar tidak sering terjadi
kesalahan umpan dan pengkondisian guru dapat lebih maksimal. Berdasarkan
hasil yang diperoleh, baik dari hasil evaluasi berupa angket yang diisi siswa
maupun dari laporan observasi yang diisi oleh observer, maka peneliti perlu
mengadakan siklus II untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I.
4.1.2 Hasil Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 2014 dengan alokasi waktu 2
x 35 menit mulai jam 07.00 sampai 08.10 WIB di kelas V SD N Tegowanu 2.
Pada siklus II ini terjadi penambahan sarana yaitu pemakaian rompi kepada
salah satu tim yang bermain. Penambahan sarana tersebut atas saran dari guru
kelas sebagai tindakan refleksi agar terlihat perbedaan dari dua tim yang
bermain, sehingga kejadian salah umpan kepada lawan bisa di minimalisir.
Selain itu ditambahkan pula contoh gambar desain modifikasi 4 lawan 4 yang
diberikan kepada siswa dalam masing-masing kelompok agar siswa tidak
kesulitan mengingat. Adapun kegiatan yang dilakukan selama proses
pembelajaran pada siklus II meliputi tahap perencanaan, tindakan, pengamatan,
dan refleksi yang diuraikan sebagai berikut.
1. Pesiapan
1) Mempersiapkan Silabus.
2) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).
42
3) Mempersiapkan perlengkapan pembelajaran lain yang akan
digunakan sebagai media pembelajaran yaitu berupa peluit, bola
sepak, rompi, kondisi lapangan yang baik, cones.
4) Menyusun instrumen penilaian dan alat observasi yang digunakan
untuk mengamati guru dan siswa selama proses pembelajaran.
2. Tahap Pelaksanaan
1) Kegiatan pendahuluan
(1) Siswa menjawab salam dari guru.
(2) Siswa diminta untuk berdoa terlebih dahulu agar diberikan
kemudahan dan keselamatan dalam pelaksanaan pembelajaran.
(3) Guru memeriksa kehadiran siswa.
(4) Guru menanyakan materi yang sebelumnya kepada siswa.
(5) Siswa mendengarkan penjelaskan guru tentang tujuan
pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.
(6) Siswa diminta untuk pemanasan kecil dengan instruksi dari guru
dan berlari memutar lapangan 2 kali dilanjutkan dengan
peregangan.
2) Kegiatan Inti
Eksplorasi
(1) Siswa diberikan beberapa contoh gambar pola modifikasi 4
lawan 4 pada pelaksanaan passing datar dipermainan sepakbola
(2) Siswa mendengarkan penjelasan mengenai pelaksanaan
modifikasi 4 lawan 4 dalam pembelajaran passing datar di
permainan sepakbola sepakbola sambil melihat gambar yang
diberikan oleh guru.
43
(3) Beberapa siswa diminta untuk memperagakan instruksi dari guru
dan teman yang lain memperhatikan dengan seksama.
(4) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, bila
ada yang masih belum dimengerti.
Elaborasi
(1) Masing-masing siswa mendapatkan potongan kartu yang
berbeda warna, dimana 1 warna terbagi menjadi 4 kartu.
(2) Siswa diminta untuk membentuk kelompok sesuai dengan
potongan kartu warna yang mereka dapatkan dengan masing-
masing kelompok beranggotakan 4 orang siswa.
(3) Siswa dalam kelompok diminta untuk masing-masing
mempraktikkan modifikasi 4 lawan 4 pada pembelajaran passing
datar dalam permainan sepakbola dengan terlebih dahulu
menggunakan rompi yang telah disediakan oleh guru untuk
membedakan kedua tim.
(4) Siswa yang lain memperhatikan dengan seksama dan mencatat
hal-hal sekiranya masih belum tepat.
Konfirmasi
(1) Siswa dalam kelompok diberi kesempatan oleh guru untuk
memberi komentar dan tanggapan bagaimana pelaksanaan
modifikasi 4 lawan 4 pada passing datar yang dimainkan oleh
kelompok lain.
(2) Siswa yang aktif memberi tanggapan dan komentar
mendapatkan reward berupa penambahan nilai dan sticker smile
dari guru.
44
(3) Guru memberi penjelasan umum mengenai kesimpulan
pelaksanaan modifikasi 4 lawan 4 dalam pembelajaran passing
datar di permainan sepakbola yang telah dilaksanakan oleh
siswa.
3) Kegiatan Penutup
(1) Guru mengumumkan kelompok yang telah berhasil menerapkan
modifikasi 4 lawan 4 dengan baik dan meminta siswa yang lain
untuk memberi tepuk tangan serta memberikan reward berupa
penambahan nilai dan stiker bintang untuk kelompok yang telah
melakukan pembelajaran dengan baik tersebut.
(2) Guru memberi semangat dan motivasi kepada siswa yang masih
belum bisa melaksanakan modifikasi 4 lawan 4 pada
pembelajaran passing datar dalam permainan sepakbola agar
lebih percaya diri lagi.
(3) Guru meminta siswa untuk terus belajar mengenai modifikasi 4
lawan 4 dalam pembelajaran passing datar di permainan
sepakbola.
(4) Siswa diminta untuk berdoa sebagai ucapan syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa karena telah diberikan keselamatan dan
kelancaran selama proses pembelajaran.
(5) Guru menutup pembelajaran dengan salam.
Setelah melaksanakan pembelajaran siklus yang kedua siswa
diberi angket tertutup untuk mengukur aspek kognitif, afektif dan
psikomtorik yang harus diisi sesuai dengan yang mereka rasakan.
45
Agar siswa mengisi angket dengan sungguh-sungguh dan jujur seperti
pada instruksi siklus yang pertama, guru juga memberi tahu bahwa
hasil dari angket yang mereka isi digunakan untuk mengukur sejauh
mana hasil belajar mereka pada pembelajaran sepakbola.
Berdasarkan hasil angket yang diisi oleh siswa, nilai kognitif, afektif
maupun kognitif siswa dapat diketahui dengan hasil sebagai berikut.
i. Aspek Kognitif
Ranah kognitif yaitu berupa kemampuan berpikir (bertanya,
kreatif dan menghubungkan), kemampuan memahami, menyadari
gerak, dan perbuatan akademik. Berdasarkan hasil pengamatan
dan penelitian pada siklus pertama, rata-rata nilai kognitif pada
siswa kelas V SD N Tegowanu 2 adalah 88,33. Kemudian untuk
hasil prosentase aspek kognitif pada siswa SD N Tegowanu 2 pada
siklus pertama adalah 88%.
ii. Aspek Afektif
Ranah afektif yaitu berupa rasa senang, penganggapan yang
sehat terhadap aktivitas jasmani, kemampuan menyatakan diri
(aktulisasi diri), menghargai diri sendiri, dan konsep sendiri.
Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian pada siklus pertama,
rata-rata nilai afektif pada siswa kelas V SD N Tegowanu 2 adalah
87,08 dengan hasil prosentase aspek afektif pada siswa SD N
Tegowanu 2 pada siklus pertama yaitu 87%.
iii. Aspek Psikomotor
Ranah psikomotor yaitu berupa pertumbuhan biologik,
kesegaran jasmani, kesehatan, keterampilan gerak, dan
46
peningkatan keterampilan gerak. Berdasarkan hasil pengamatan
dan penelitian pada siklus pertama, rata–rata nilai psikomotor pada
siswa SD N Tegowanu 2 adalah 84,58. Kemudian untuk hasil
prosentase aspek psikomotor pada siswa SD N Tegowanu 2 pada
siklus pertama adalah 85%.
Adapun penjelasan data yang diperoleh siswa dalam
pengisian angket adalah sebagai berikut.
NO Hasil Angket Nilai Aspek Rata-
rata Kognitif Afektif Psikomotorik
1 Rata-rata 88,33 87,08 84,58 86,67
2 Nilai tertinggi 100 100 100 100
3 Nilai terendah 60 70 50 63,33
4 Persentase tuntas 83,33% 87,50% 83,33% 83,33%
5 Persentase tidak tuntas 16,67% 12,50% 16,67% 16,67%
6 Jumlah siswa 24 siswa 24 siswa 24 siswa 24 siswa
7 Jumlah siswa yang
tuntas
20 siswa 21 siswa
20 siswa 20 siswa
8 Jumlah siswa yang tidak
tuntas
4 siswa 3 siswa 4 siswa 4 siswa
9 KKM 80 80 80 80
Tabel 4.2 Perolehan Hasil Angket Siklus II Siswa Kelas V SD N 2 Tegowanu
3. Observasi
Observasi yang dilakukan dalam tindakan pada siklus II ini untuk
mengamati keaktifan siswa ketika dalam proses belajar dengan
menggunakan modifikasi 4 lawan 4 untuk pembelajaran passing datar
permainan sepakbola. Berdasarkan hasil yang telah dikumpulkan,
peneliti dapat menyimpulkan bahwa ada peningkatan keaktifan siswa
dan guru yang signifikan yang diringi dengan meningkatnya hasil
belajar yang dicapai siswa pada proses pembelajaran menggunakan
modifikasi 4 lawan 4 untuk passing datar permainan sepakbola. Pada
47
siklus I masih dijumpai banyak siswa yang bingung dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan modifikasi 4 lawan 4 dan pada siklus II sudah
berjalan lancar. Pada tahap ini juga siswa lebih fokus, antusias dan
percaya diri dalam melaksanakan pembelajaran serta terjadinya salah
umpanpun dapat diminimalisir. Siswa menjadi lebih semangat dan
senang lagi ketika guru memberi reward bagi siswa yang aktif dan
mampu melaksanakan modifikasi 4 lawan 4 dengan baik. Adapun hasil
observasi yang diperoleh sebagai berikut.
1) Aktivitas Siswa
Pengamatan aktivitas siswa dilakukan supaya peneliti dapat
mengetahui perkembangan siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Indikator yang diamati meliputi antusiasme siswa dan keaktifan
siswa dalam mengkuti pembelajaran. Berdasarkan hasil
pengamatan dan penelitian pada siklus pertama, prosentase
keaktifan siswa kelas V SD N Tegowanu 2 dalam mengikuti
pembelajaran adalah sebesar 86% yang berarti dalam kategori baik.
2) Keterampilan Guru
Pengamatan aktivitas guru dilakukan agar peneliti dapat
mengetahui perkembangan guru dalam memberikan pembelajaran.
Indikator yang diamati meliputi keterampilan guru membuka
pembelajaran, menjelaskan, memberikan materi, mengelola kelas,
bertanya, memberikan penguatan, dan menutup pembelajaran.
Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian pada siklus pertama,
prosentase keterampilan guru penjasorkes kelas V SD N Tegowanu
48
2 dalam memberikan pembelajaran adalah sebesar 90% yang
berarti dalam kategori cukup.
4. Refleksi
Berdasarkan hasil analisis angket siklus I dan siklus II dapat
dilihat adanya peningkatan hasil pencapaian pembelajaran siswa yang
juga diiringi dengan meningkatnya aktifitas dan minat siswa terhadap
pembelajaran passing datar dalam permainan sepakbola yang
signifikan melalui penerapan modifikasi 4 lawan 4. Pada siklus II ini
pembelajaran sudah dikatakan berhasil dengan nilai yang memuaskan
dan telah mencapai indikator ketuntasan klasikal yang telah ditentukan
sebelumnya yakni sebesar 80, sehingga penelitian dihentikan sampai
pada siklus II. Melihat keseluruhan data yang diperoleh dalam
penelitian ini pula, hasil belajar siswa dalam pembelajaran passing
datar di permainan sepakbola menggunakan modifikasi 4 lawan 4
dapat dikatakan meningkat.
4.2 Pembahasan
Pembahasan dalam penelitian tindakan kelas ini didasarkan atas
hasil pengamatan yang dilanjutkan dengan kegiatan evaluasi melalui
pengisian angket tertutup oleh siswa dan refleksi pada setiap siklus.
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus I dan II menunjukkan bahwa
pembelajaran penjasorkes dengan menerapkan modifikasi 4 lawan 4 pada
passing datar permaianan sepakbola mengalami peningkatan, baik dari segi
hasil belajar siswa maupun keaktifan siswa dan keterampilan guru selama
proses pembelajaran berlangsung. Hal tersebut dibuktikan dengan
49
meningkatnya rata-rata nilai angket yang telah diisi dan jumlah ketuntasan
klasikal yang diperoleh siswa dari kondisi siklus II bila dibandingkan dengan
siklus sebelumnya.
Melihat kondisi demikian, artinya secara teori modifikasi 4 lawan 4
pada pembelajaran passing datar di permaianan sepakbola dalam penelitian
ini mampu meningkatkan hasil belajar siswa dengan kondisi yang
dipengaruhi oleh aktifitas siswa yang cukup tinggi. Modifikasi 4 lawan 4
dalam pembelajaran passing datar dipermainan sepakbola menjadi pilihan
yang tepat pada penelitian kali ini karena memiliki keunggulan seperti: (1)
Menumbuhkan kegembiraan dalam kegiatan belajar mengajar, (2)
Pengkondisian siswa dalam permainan menjadi lebih mudah, (3)
Meminimalisir antrian bola pada pelaksanaan pembelajaran sehingga waktu
pelaksanaan pembelajaran menjadi lebih efisien, (4) Mendorong dan
memberikan pelatihan bagi siswa untuk aktif dalam pembelajaran. Selain itu
pelaksanaan pembelajaran sepakbola melalui dasar permainan 4 lawan 4
juga sudah banyak dipahami siswa, karena rata-rata siswa sudah pernah
bermain menggunakan dasar dari permainan 4 lawan 4 tetapi dengan nama
dan aturan yang mereka sepakati masing-masing. Beberapa peningkatan
yang terjadi dapat kita lihat sebagai berikut.
1. Aspek kognitif
Pada pelaksanaan pembelajaran passing datar dalam sepak bola
melalui modifikasi 4 lawan 4 secara aspek kognitif terjadi peningkatan.
Faktor peningkat aspek kognitif dalam penelitian ini yaitu siswa telah
memahami tujuan dari permainan 4 lawan 4. Memahami tujuan dari
permainan 4 lawan 4 yang dimaksud yaitu siswa mereka memahami
50
bahwa jika mau bermain dengan baik mereka harus memanfaatkan lebar
lapangan dan membuka ruang untuk meminta bola kepada rekanya saat
bermain permainan unit 4 lawan 4. Indikasi tersebut terlihat ketika saat
bermain permainan 4 lawan 4 , ketika ada seorang teman yang kesulitan
akan mengoper bola kepada rekanya, ada pemain yang berinisiatif untuk
mencoba meminta bola dengan membuka ruang untuk meminta bola agar
mempermudah rekanya untuk melakukan passing. Walaupun hanya
beberapa orang yang memahami hal tersebut. Hasil perbandingan siklus I
dan siklus II pada aspek kognitif yaitu 73% dan 88%.
Diagram 4.1. Rekapitulasi Rata-rata Pencapaian Nilai Aspek Kognitif
Siklus I dan Siklus II
Diagram 4.2. Rekapitulasi Rata-rata Prosentase Aspek Kognitif Hasil
Siklus I dan Siklus II
72.5 88.33
0
20
40
60
80
100
Aspek Kognitif
Siklus I
Siklus II
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Aspek kognitif
73%
88%
Siklus I
Siklus II
51
2. Aspek Afektif
Melalui penerapan modifikasi permainan 4 lawan 4 juga terjadi
peningkatan pada aspek afektif dalam pembelajaran passing datar di
permainan sepakbola. Faktor peningkat dari aspek afektif dari penelitian
ini yaitu dalam hal menerima keputusan wasit. Pada siklus yang pertama
terjadi perselisihan pendapat, yaitu terjadi pada pemain yang mencetak
gol dan pemain dari tim lawan. Saat terjadi sebuah tendangan dan terjadi
gol yang dilakukan di dalam area terlarang untuk mencetak gol. Tim
lawan mengatakan bahwa bola ditendang didalam area terlarang, tetapi
pencetak gol tetap berpendapat bahwa tendanganya dilakukan diluar area
terlarang. Akhirnya terjadi sebuah selebrasi untuk merayakan gol, tetapi
wasit menyatakan bahwa tidak terjadi gol karena tendangan dilakukan di
area terlarang untuk mencetak gol, namun hal itu tidak terjadi lagi pada
siklus kedua berjalan. Hasil perbandingan siklus I dan siklus II pada aspek
afektif yaitu 76% dan 87%.
Diagram 4.3. Rekapitulasi Rata-rata Pencapaian Nilai Aspek Afektif Siklus I
dan Siklus II
76.3
87.08
70
75
80
85
90
Aspek Afektif
Siklus I
Siklus II
52
Diagram 4.4. Rekapitulasi Rata-rata Prosentase Aspek Afektif Hasil Siklus
I dan Siklus II
3. Aspek Psikomotor
Sama halnya dengan data yang diperoleh sebelumnya, pada
aspek psikomotorik juga terjadi peningkatan hasil yang lebih baik. Faktor
yang mempengaruhinya yaitu dapat melakukan passing dengan tepat.
Dibandingkan dengan siklus pertama, dimana pemain yang menguasai
bola sering melakukan kesalahan sendiri, yaitu dengan melakukan pasing
mengarahkanya kepada pemain lawan. Pada siklus kedua hal itu sudah
jarang terlihat, bahkan sesekali ada pemain yang dapat melakukan
passing atau operan tanpa melihat bola. Hasil tersebut diperoleh dari
perbandingan hasil siklus I sebesar 68% menjadi 85% pada siklus II.
Diagram 4.5 Rekapitulasi Rata-rata Pencapaian Nilai Aspek Psikomotorik
Siklus I dan Siklus II
70%
75%
80%
85%
90%
Aspek Afektif
76%
87%
Siklus I
67.9 84.58
0
20
40
60
80
100
Aspek Psikomotor
Siklus ISiklus II
53
Diagram 4.6. Rekapitulasi Rata-rata Prosentase Aspek Psikomotor Hasil
Siklus I dan Siklus II
Melalui analisis angket tertutup yang diisi oleh siswa setelah
pelaksanaan siklus I dan II diketahui adanya peningkatan hasil belajar siswa
yang terjadi pada pelaksanaan pembelajaran melalui modifikasi 4 lawan 4
dalam passing datar di permainan sepakbola. Peningkatan hasil belajar juga
diiringi dengan peningkatan aktifitas siswa, keterampilan guru dalam
pelaksanaan pembelajaran dan peningkatan hasil pembelajaran akhir
sepakbola melalui penilaian pada masing-masing aspek, yakni aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik. Berdasarkan hasil dari ketiga aspek yang
diperoleh pada sisklus I maupun II, maka nilai pembelajaran pada
pelaksanaan modifikasi 4 lawan 4 dalam passing datar di permainan
sepakbola sebagai berikut.
Diagram 4.7. Rekapitulasi Rata-rata Hasil Pencapaian Pembelajaran Siklus
I dan Siklus II
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Aspek Psikomotor
68%
85%
Siklus I
Siklus II
72.2
86.7
0
20
40
60
80
100
Hasil Pencapaian Pembelajaran
Siklus ISiklus II
54
Diagram 4.8. Rekapitulasi Rata-rata Prosentase Hasil Pencapaian
Pembelajaran Hasil Siklus I dan Siklus II
Diagram 4.9. Rekapitulasi Prosentase Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II
Diagram 4.10. Rekapitulasi Prosentase Keterampilan Guru di Siklus I dan
Siklus II
Beberapa kelebihan dari penggunaan modifiksi 4 lawan 4 dalam
pembelajaran passing datar dipermainan sepakbola tidak sepenuhnya
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Prosentase Pencapapaian Pembelajaran
72% 87%
Siklus I
Siklus II
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Prosentase aktivitas siswa
71% 86%
Siklus I
Siklus II
65%
70%
75%
80%
85%
90%
Prosentase keterampilan guru
76%
90%
Siklus I
Siklus II
55
membuat modifikasi pembelajaran ini menjadi satu-satunya sebuah
modifikasi yang sangat sempurna, sehingga dalam pelaksanaannya masih
perlu adanya perbaikan. Ketidaksempurnaan modifikasi 4 lawan 4 dapat
dilihat adanya beberapa kendala dalam pelaksanaannya. Akibatnya, masih
ada 4 siswa dari total siswa keseluruhan sejumlah 24 yang pencapaian hasil
belajar dalam pelaksanaan pembelajaran passing datar dipermaianan
sepakbola melalui modifikasi 4 lawan 4 belum mencapai kriteria ketuntasan
yang telah ditetapkan oleh guru sebesar 80 dan prosentase ketuntasan kelas
sebesar 80%.
Hal tersebut terjadi tidak terlepas dari adanya kelemahan pada
modifikasi 4 lawan 4 dalam pembelajaran passing datar dipermaianan sepak
bola itu sendiri yang diantaranya adalah sebagai berikut: (1) Guru harus
benar-benar menguasai pengelolaan kelas dengan baik, (2) Lamanya
peneliti untuk membuat persiapan, (3) Beberapa siswa terlihat belum bisa
percaya diri dalam permainan passing datar melalui modifikasi 4 lawan 4
disepakbola.
Pada penelitian ini secara teknis memang diketahui bahwa terjadi
peningkatkan nilai dalam penggunaan modifikasi 4 lawan 4 pada
pembelajaran passing datar permainan sepakbola di kelas V SD N 2
Tegowanu. Peningkatan hasil belajar dan hasil pencapaian pembelajaran
yang terjadi tidak menyebutkan jika dipengaruhi oleh penggunaan modifikasi
4 lawan 4 semata, sebab dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas
komponen proses belajar mengajar pada dasarnya akan saling berinteraksi
untuk mencapai tujuan, yakni peningkatan hasil belajar yang diiringi dengan
peningkatan hasil pencapaian pembelajaran. Adapun komponen-komponen
56
yang mempengaruhi dan saling berinteraksi pada pelaksanaan
pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut adalah :
a. Tujuan
Tujuan pembelajaran merupakan bagian yang penting dalam proses
belajar mengajar. Tujuan pembelajaran dari pelaksanaan pembelajaran
menggunakan modifikasi 4 lawan 4 pada passing datar dipermainan
sepakbola menjadi lebih mudah tercapai karena, guru di dalam penelitian
ini bukan hanya sebagai aktor utama dalam pembelajaran melainkan
menjadi fasilitator dan memberi kesempatan kepada semua siswa agar
dapat melakukan passing datar dengan lebih mudah. Hal demikian
mampu menjawab permasalahan di kelas V SD N 2 Tegowanu dalam
pembelajaran passing datar dipermainan sepakbola yang sebelumnya
siswa sering merasa kesulitan karena, sering terjadi perebutan bola yang
jumlahnya hanya terbatas.
b. Manusia
Manusia yang berperan dalam komponen pembelajaran ini adalah guru
dan siswa yang keduanya akan berinteraksi untuk tercapainya tujuan
pembelajaran. Pada pelaksanaan modifikasi 4 lawan 4 terbangun begitu
baik dan semakin baik pula pada pelaksanaan siklus yang ke-2, karena
keduanya terlibat dalam pembelajaran yang aktif dimana semua siswa
dapat terlibat dalam penerapan passing datar dipermainan sepakbola
sedangkan guru dapat menjadi fasilitator yang baik dan mampu
mengkondisikan siswa dengan baik. Guru juga semakin mampu
mengembangkan modifikasi permainan dengan menambah beberapa
57
peraturan yang semakin mengasah kemampuan siswa dalam permainan
sepak bola.
c. Materi
Materi merupakan unsur penting untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Materi passing datar dalam permainan sepakbola merupakan materi yang
cukup luas apalagi bila kita berbicara mengenai teknik dalam
permainannya dan membutuhkan waktu lama dalam mempraktikannya
dalam proses pembelajaran khususnya untuk sekolah yang memiliki
fasilitas bola dan lapangan yang terbatas. Melalui penggunaan modifikasi
4 lawan 4 penyampaian materi tentang passing dasar pada sepakbola
akan lebih mudah karena siswa dibagi menjadi beberapa kelompok
sehingga pengawasan dan transfer informasi yang dilakukan oleh guru
bisa lebih mudah dan efisien, dimana siswa yang belum mendapat
giliranpun dilibatkan secara aktif untuk melakukan pengawasan untuk
nanti dibahas sebagai bahan masukan untuk teman-temannya yang lain.
Apalagi dalam pelaksanaan siklus ke-2, tentunya materi yang sebelumnya
sama pada siklus I masih dimengerti setengah-setengah akan begitu
mudah lagi diterima pada siklus ke-2 ini.
d. Modifikasi 4 lawan 4
Pelaksanaan modifikasi 4 lawan 4 tidak hanya digunakan untuk sarana
menyampaikan materi saja, tetapi juga harus disesuiakan dengan situasi
kondisi siswa dalam suatu kelas. Modifikasi 4 lawan 4 ini tepat digunakan
untuk kelas dengan kondisi siswa yang memiliki tingkat konsentrasi yang
rendah dan fasilitas olahraga yang terbatas sehingga hasil pencapaian
pembelajaran siswa serta keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran
58
untuk pelaksanaan materi passing datar permaianan sepakbola menjadi
rendah. Pelaksanaan dalam modifikasi 4 lawan 4 pada pembelajaran ini
semakin membaik pada siklus II karena memang pada siklus I masih
banyak informasi dan keaktifan siswa yang belum terorganisir dengan
baik, sedangkan untuk siklus II guru telah melakukan berbagai variasi dan
perbaikan dalam menjalankan modifikasi pembelajaran dengan memberi
tambahan seperti, pemberian reward dan perlengkapan permainan yang
ternyata menambah antusias siswa dalam berkompetisi serta
penambahan peraturan yang dimodifikasi dalam juga semakin menambah
kemampuan siswa dalam permainan passing datar .
e. Media
Media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta
merangsang siswa untuk lebih tertarik dalam belajar. Pada penelitian ini
telah dibuktikan bahwa penggunaan media begitu penting seperti yang
terjadi pada siklus I dimana peneliti belum memaksimalkan penggunaan
media yang bervariasi dan menarik menjadikan siswa menjadi kurang
dapat fokus pada pembelajaran. Ketika siswa hanya mendengarkan
informasi saja tanpa adanya media seperti gambar-gambar pola
modifikasi 4 lawan 4, terlihat bahwa masih banyak siswa yang belum
dapat melakukan instruksi tersebut dengan serius. Berbeda dengan yang
terjadi pada siklus II. Siswa terlihat begitu antusias melihat beberapa
contoh yang ditampilkan guru melalui gambar-gambar yang menarik.
Selain itu, penambahan fasilitas seperti rompi menjadikan permainan
siswa menjadi lebih tertata dan meminimalisir kesalahan yang sering
terjadi pada siklus I dimana banyak siswa yang masih bingung dan lupa
59
mana anggota tim lawan dan mana kawan sehingga terjadi kesalahan
dalam memberi umpan.
f. Evaluasi
Pengaruh evaluasi dalam pencapaian tujuan sangatlah penting. Evaluasi
digunakan sebagai pengukur atau patokan untuk melihat seberapa jauh
pencapaian tujuan siswa selama melakukan proses belajar mengajar.
Evaluasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui pencapaian
hasil belajar siswa pada pelaksanaan siklus I maupun siklus II, apakah
ada peningkatan atau tidak. Evaluasi dalam penelitian “Pembelajaran
Passing Datar Sepakbola Menggunakan Modifikasi Permainan 4 Lawan 4
Pada Mata Pelajaran Penjasorkes SD Negeri Tegowanu 2” adalah angket
tertutup berkaitan dengan aspek afektif dan psikomotorik yang harus diisi
oleh masing-masing siswa dengan mengukur kemampuan mereka sendiri
secara jujur dan lembar pengamatan aspek kognitif yang diisi oleh
observer. Pengisian angket yang dilakukan oleh siswa berkaitan dengan
aspek afektif dan psikomotorik merupakan hal yang memang benar-benar
mereka rasakan dan alami dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga
tidak ada kesulitan yang berarti dalam mengisinya.
60
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dibahas pada Bab IV, maka
penelitian yang telah dilaksanakan di SD Negeri Tegowanu 2 tahun 2014 dapat
diambil kesimpulan bahwa aspek kognitif, afektif, dan psikomotor siswa kelas V
SD Negeri Tegowanu 2 terjadi peningkatan setelah diberikan pembelajaran
passing datar sepakbola menggunakan modifikasi permainan 4 lawan 4 dengan
menganalisis lembar pengamatan yang telah disusun sedemikian rupa sehingga
mengacu pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Karena telah mengalami peningkatan dan terdapat pengaruh positif pada
aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa, maka telah memenuhi semua
kriteria pembelajaran efektif.
5.2. Saran
Saran yang dapat penulis sumbangkan terkait dengan hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran ini hendaknya digunakan dalam mata
pelajaran penjasorkes yang diajarkan di sekolah karena dari
penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran
sepakbola dalam penjasorkes melalui permainan 4 lawan 4
adalah pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan aspek
kognitif, afektif dan psikomotor.
61
2. Penggunaan alat bantu serta sistem peraturan praktikum sebaiknya sering
digunakan untuk lebih meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor
peserta didik sebagai penunjang pembelajaran.
62
DAFTAR PUSTAKA Achmad Sugandi. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang: UPT MKK UNNES.
Adang Suherman. 2000. Dasar Dasar Penjaskes. Bandung: Depdikbud.
Agus Salim. 2008. Buku Pintar Sepakbola. Bandung: Nuansa.
Darsono. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
Daud Darmawan. 2007. Sepakbola Dunia. Yogyakarta: Pinus.
Muhamad Ali. 1987. Penelitian Kependidikan. Bandung: Angkasa.
Nadisah. 1992. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Bandung: Depdikbud.
Poerwodarminto.2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balaipustaka. Rusli Luthan. 2000. Perencanaan Pembelajaran Penjaskes. Jakarta: Depdikbud. Suhardjono. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Suharsimi Arikunto. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Sukatamsi. 1985. Teknik Dasar Bermain Sepakbola. Solo: Tiga serangkai. Sukintaka. 1992. Teori Bermain Penjaskes. Jakarta: Depdiknas.
67
Lampiran 5. Instrumen Penelitian
INSTRUMEN PENELITIAN
PEMBELAJARAN PASSING DATAR SEPAKBOLA MENGGUNAKAN
MODIFIKASI PERMAINAN 4 LAWAN 4 UNTUK MENINGKATKAN
AKTIVITAS GERAK SISWA SD NEGERI TEGOWANU 2 UPTD
DIKPORA KECAMATAN KARANGAWEN KABUPATEN DEMAK
TAHUN 2014
I. Identitas Responden:
Nama : …………………………………..
No Absen : …………………………………..
Kelas : …………………………………..
Alamat : SD Negeri Tegowanu 2
II. Petunjuk Pengisian Angket
1. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan sebenar-benarnya dan
sejujurnya
2. Jawablah secara runtut dan jelas
3. Isilah pertanyaan tersebut dengan memberi tanda silang pada huruf a
atau b sesuai dengan pilihanmu
4. Selamat mengisi dan terimakasih
68
Lanjutan lampiran 5
A. PSIKOMOTORIK
I. Indikator
Kemampuan, keseimbangan, keaktifan, motifasi, dan koordinasi gerak.
1. Dapat melakukan passing dengan baik pada permainan 4 lawan 4
a. Ya b. Tidak
2. Dapat melakukan gerakan passing dalam permainan 4 lawan 4 tanpa
terjatuh
a. Ya b. Tidak
3. Mampu bermain sampai tanda waktu permainan berakhir
a. Ya b. Tidak
4. Dapat melalukan passing tanpa melihat bola pada permainan 4 lawan 4
a. Ya b. Tidak
5. Dapat melakukan passing kepada rekanya dengan tepat
a. Ya b. Tidak
69
Lanjutan lampiran 5
6. Dapat membuka ruang agar rekanya bisa melakukan passing
a. Ya b. Tidak
7. Mampu bergerak tanpa bola
a. Ya b. Tidak
8. Mampu melakukan passing dengan mantap
a. Ya b. Tidak
9. Berusaha merebut bola dari lawan
a. Ya b. Tidak
10. Mampu kembali ke daerah pertahananya saat lawan melakukan serangan
a. Ya b. Tidak
70
Lanjutan lampiran 5
B. KOGNITIF
I. Indikator
Identifikasi modifikasi permainan, aturan permainan, etiket bermain dan
bertanding, penggunaan strategi, pengetahuan tentang dampak langsung
dari olahraga.
1. Apakah kamu tahu cara bermain permainan 4 lawan 4?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah kamu memahami peraturan permainan 4 lawan 4?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah kamu mengetahui tujuan dari permainan 4 lawan 4?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah kamu mengetahui jumlah pemain permainan 4 lawan 4?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah kamu menggunakan strategi pada permaian 4 lawan 4?
a. Ya b. Tidak
71
Lanjutan lampiran 5
6. Apakah kamu mengetahui terjadinya pelanggaran pada permainan 4
lawan 4?
a. Ya b. Tidak
7. Apakah kamu butuh kerjasama dengan teman untuk mencetak gol?
a. Ya b. Tidak
8. Apakah dengan bermain permainan 4 lawan 4 bisa membuat tubuhmu
sehat?
a. Ya b. Tidak
9. Apakah dalam permainan 4 lawan 4 setiap peserta harus mematuhi
perturan permainan ?
a. Ya b. Tidak
10. Apakah sebelum melakukan permainan 4 lawan 4 kamu perlu melakukan
pemanasan terlebih dahulu?
a. Ya b. Tidak
72
Lanjutan lampiran 5
C. AFEKTIF
I. Indikator
Antusias, Sportif, menghormati keputusan wasit, kerja sama dengan tim,
mengakui kekalahan.
1. Apakah kamu suka bermain permainan 4 lawan 4?
a. Ya b. Tidak
2. Apakah permainan 4 lawan 4 menarik bagi kamu ?
a. Ya b. Tidak
3. Apakah kamu bersungguh-sungguh ketika bermain permainan 4 lawan 4?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah kamu akan menerima keputusan wasit jika kamu melakukan
pelanggaran?
a. Ya b. Tidak
5. Apakah kamu akan memberikan bola kepada temanmu jika temanmu
lebih berpeluang mencetak gol?
a. Ya b. Tidak
6. Apakah kamu akan bersalaman jika kamu menjatuhkan atau melanggar
lawanmu?
a. Ya b. Tidak
7. Apakah dalam permainan 4 lawan 4 membutuhkan kerjasama tim ?
a. Ya b. Tidak
73
Lanjutan lampiran 5
8. Apakah kamu akan menerima kekalahan apabila tim kamu kalah dalam
bermain?
a. Ya b. Tidak
9. Apa kamu bisa bekerja sama dengan teman satu tim ketika kamu
bermain?
a. Ya b. Tidak
10. Apakah kamu bersedia bermain permainan 4 lawan 4 lagi ?
a. Ya b. Tidak
74
Lampiran 6. Lembar Pengamatan Keterampilan Guru
Lembar Pengamatan Keterampilan Guru
Selama Pembelajaran Melalui Permainan 4 Lawan 4 Untuk Meningkatkan
Aktivitas Gerak Siswa SD Negeri Tegowanu 2 UPTD Dikpora Kecamatan
Karangawen Kabupaten Demak Tahun 2014
PETUNJUK :
1. Cermatilah indikator keterampilan guru.
2. Berikan tanda check (√) pada kolom tingkat kemampuan yang sesuai
dengan indikator pengamatan.
3. Skor penilaian:
3: apabila ada 3 deskriptor muncul
2: apabila ada 2 deskriptor muncul
1: apabila ada 1 deskriptor muncul
0: apabila tidak ada deskriptor yang muncul
Indikator Deskripsi Skor Penilaian
(3) (2) (1) (0)
1. Keterampilan
membuka pelajaran
1. Menyampaikan tujuan
pembelajaran dengan jelas
2. Melaksanakan appersepsi
dengan memberikan
pertanyaan yang berkaitan
75
dengan materi yang akan
diajarkan
3. Memberikan gambaran
sekilas tentang kegiatan
pembelajaran yang akan
dilaksanakan
2. Keterampilan
menjelaskan
1.Guru menjelaskan materi yang
akan diajarkan
2.Guru menggunakan media/
alat bantu dalam menjelaskan
3. Keterampilan
mengadakan variasi
metode pembelajaran
(menggunakan
strategi pendekatan
bermain)
1. Menggunakan metode/
strategi pembelajaran yang
dapat membuat siswa aktif
2.Menerapkan model
pembelajaran sesuai dengan
langkah-langkahnya (pendekatan
bermain)
3.Menggunakan media dalam
pembelajaran
4. Keterampilan mengajar
kelompok kecil dan
perseorangan
1. Guru memberikan penjelasan
materi kepada beberapa siswa
yang belum paham
2. Guru membantu siswa dalam
melakukan permainan 4 lawan 4
pada kelompoknya
76
3.Guru membimbing siswa
dalam kelompok untuk
melakukan teknik dasar sesuai
dengan perintah yang diberikan
5. Keterampilan
mengelola kelas
1. Guru membuat kelompok
secara heterogen
2.Guru dapat melakukan
penguasaan kelas
3.Guru memberikan hukuman
bagi siswa yang gaduh/ bermain
sendiri
6. Keterampilan bertanya 1. Guru memberikan pertanyaan
sesuai dengan materi yang telah
disampaikan
2. Guru memberikan pertanyaan
dengan menunjuk salah satu
siswa
3. Guru memberikan timbal balik
dengan menyuruh siswa yang
belum jelas untuk bertanya
7. Keterampilan
memberikan penguatan
1. Guru memberikan respon
secara verbal (misal; bagus,
pintar, luar biasa) kepada siswa
yang dapat menjawab
pertanyaan/ yang bertanya
77
2. Guru memberikan reward
(hadiah) kepada siswa yang
mendapat poin terbanyak dan
kelompok yang menang
8. Keterampilan menutup
pelajaran
1. Menyimpulkan materi
pembelajaran bersama siswa
2. Memberikan evaluasi
Skor maksimal : 21
Skor minimal : 0
Persentase :
Keterangan :
Keterampilan Guru 85 – 100 % = Sangat baik (A)
Keterampilan Guru 65 – 84 % = Baik (B)
Keterampilan Guru 55 – 64 % = Cukup (C)
Keterampilan Guru 0 – 54 % = Kurang (D)
78
Lampiran 7. Lembar Pengamatan Aktivtas Siswa
Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa
Selama Pembelajaran Melalui Permainan 4 Lawan 4 Untuk
Meningkatkan Aktivitas Gerak Siswa SD Negeri Tegowanu 2 UPTD
Dikpora Kecamatan Karangawen Kabupaten Demak Tahun 2014
PETUNJUK :
1. Cermatilah indikator keterampilan guru.
2. Berikan tanda check (√) pada kolom tingkat kemampuan yang sesuai
dengan indikator pengamatan.
3. Skor penilaian:
3: apabila ada 3 deskriptor muncul
2: apabila ada 2 deskriptor muncul
1: apabila ada 1 deskriptor muncul
0: apabila tidak ada deskriptor yang muncul
Indikator Deskripsi Skor Penilaian
(3) (2) (1) (0)
1. Antusias
mengikuti
pembelajaran
1. Memperhatikan penjelasan guru
dengan sungguh-sungguh
2. Tidak bermain sendiri /
menyimpang saat pembelajaran
berlangsung
79
3. Mampu menjawab dengan
spontan pertanyaan dari guru
2. Siswa aktif
bertanya
1. Siswa bertanya 1 kali
2. Siswa bertanya lebih dari 1 kali
3. Sikap siswa yang baik dalam
menyampaikan pertanyaan
3. Siswa aktif
menjawab
pertanyaan
1. Siswa menjawab pertanyaan 1 kali
2. Siswa menjawab pertanyaan lebih
dari 1 kali
3. Jawaban siswa sesuai dengan
pertanyaan yang diajukan.
4. Siswa melakukan
permainan 4
lawan 4
1. Semua siswa dalam kelompok ikut
berpartisipasi dalam pembelajaran
permainan 4 lawan 4.
2. Siswa melakukan rangkaian
permainan 4 lawan 4 sesuai yang
diperintahkan.
3. Siswa berusaha melakukan
rangkaian permainan 4 lawan 4
untuk mendapatkan poin terbaik
5. Memiliki
perasaan senang
dalam
pembelajaran
1. Siswa senang dengan
pembelajaran mengunakan
permainan 4 lawan 4.
2. Siswa bersemangat dalam
melakukan permainan 4 lawan 4.
80
Skor maksimal : 14
Skor minimal : 0
Persentase :
Keterangan :
Aktivitas Siswa 85 – 100 % = Sangat baik (A)
Aktivitas Siswa 65 – 84 % = Baik (B)
Aktivitas Siswa 55 – 64 % = Cukup (C)
Aktivitas Siswa 0 – 54 % = Kurang (D)
81
Lampiran 8. RPP Siklus I
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
PERMAINAN 4 LAWAN 4 DALAM PEMBELAJARAN PASSING DATAR
PADA PENJASORKES SEPAKBOLA
SIKLUS I
Satuan Pendidikian : SD NEGERI TEGOWANU 2
Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
Semester : 2 (dua)
Alokasi Waktu : 2x 35 menit (1 x pertemuan)
Standar Kompetensi (SK)
1. Mempraktikkan berbagai teknik dasar permainan dan olahraga dan nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya
Kompetensi Dasar (KD)
1.1 Mempraktikkan variasi dan kombinasi teknik dasar salah satu permainan
dan olahraga beregu bola besar lanjutan dengan koordinasi yang baik
serta nilai hormat, tanggung jawab, peduli, jujur, adil, beradab, bersedia
berbagi tempat dan peralatan.
82
Lanjutan lampiran 8
Indikator
Kognitif
Produk
1. Siswa dapat membuat keputusan untuk menempatkan diri pada sasaran
datangnya bola.
2. Siswa dapat membuat keputusan untuk memainkan bola dengan teknik
yang relevan.
3. Setelah memainkan bola, siswa dapat membuat keputusan untuk kembali
mempersiapkan diri menghadapi tugas gerak berikutnya.
Proses
1. Mengamati karakteristik perubahan arah, sasaran, dan kecepatan
datangnya bola.
2. Memperhatikan penjelasan dan instruksi guru.
Psikomotor
1. Melakukan gerakan memainkan bola dengan teknik yang relevan.
2. Melakukan gerak lanjut untuk mempersiapkan diri menghadapai tugas
gerak berikutnya.
Afektif
Perilaku berkarakter
1. Jujur
2. Hormat
3. Tanggung jawab
4. Peduli
83
Lanjutan lampiran 8
Keterampilan sosial
1. Bekerjasama dengan teman dalam menyelesaikan tugas gerak.
2. Bertanya dan berpendapat saat pembelajaran.
3. Mendengarkan penjelasan guru, dan memperhatikan pertanyaan atau
jawaban siswa lain.
4. Percaya diri, toleransi dan menghargai lawan dan kawan saat melakukan
permainan 4 lawan 4.
A. Tujuan Pembelajaran
Kognitif
Produk
1. Siswa dapat menjelaskan cara bergerak kearah datangnya bola.
2. Siswa dapat menjelaskan teknik memainkan bola yang relevan dengan
karakteristik datangnya bola.
3. Siswa dapat menjelaskan gerak lanjut setelah memainkan bola untuk
mempersiapkan diri menghadapi tugas gerak berikutnya.
Proses
1. Secara individu atau berkelompok, siswa mengamati karakteristik
perubahan arah, sasaran, dan kecepatan datangnya bola saat
dijelaskan atau saat diperagakan dalam pembelajaran.
2. Melakukan diskusi dan pencarian informasi tentang karakteristik
perubahan arah, sasaran, dan kecepatan datangnya bola.
84
Lanjutan lampiran 8
3. Melakukan diskusi dan pencarian informasi tentang cara-cara
melakukan gerak lanjut setelah memainkan bola untuk mempersiapkan
diri menghadapi tugas gerak berikutnya.
Psikomotor
1. Dalam melakukan permainan siswa dapat menempatkan diri kearah
datangnya bola.
2. Melakukan gerakan memainkan bola dengan teknik yang relevan.
3. Melakukan gerak lanjut untuk mempersiapkan diri menghadapai tugas
gerak berikutnya.
Afektif
Perilaku Berkarakter
1. Jujur
2. Hormat
3. Tanggung jawab
4. Peduli
Keterampilan Sosial
1. Mengikuti permainan dengan peraturan yang sederhana, siswa
menunjukkan sikap kerjasama.
2. Pada saat diberi kesempatan, siswa bertanya dan berpendapat saat
pembelajaran.
85
Lanjutan lampiran 8
3. Pada saat guru menjelaskan, siswa memperhatikan.
4. Pada saat siswa lain bertanya atau menjawab pertanyaan guru,
seluruh siswa mendengarkan dan memperhatikan.
5. Pada saat melakukan tugas – tugas pembelajaran, siswa
melaksakannya dengan penuh percaya diri, toleransi dan menghargai
lawan dan kawan.
B. Materi Pembelajaran
Pembelajaran permainan 4 lawan 4.
1. Gerak tanpa bola.
2. Gerak dengan bola.
C. Model / Pendekatan / Strategi / Metode / Teknik Pembelajaran
1. Model / Pendekatan : Pendekatan taktis
2. Strategi : Game – Drill - Game
3. Metode / teknik : (bagian – keseluruhan – gabungan),
Diskusi, Tugas, dan Tanya jawab.
D. Langkah - Langkah Pembelajaran
1. Persiapan Guru Penjasorkes Sebelum Pembelajaran
1) Menyiapkan perangkat pembelajaran (RPP, lembar presensi, lembar
penilaian, lembar tugas).
2) Menyiapkan peralatan (bola, cone ) dan peta setting / tata letak alat.
3) Guru menyiapkan pertanyaan-pertanyaan untuk mengelaborasi
respons siswa.
86
Lanjutan lampiran 8
2. Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
(7) Siswa menjawab salam dari guru.
(8) Siswa diminta untuk berdoa terlebih dahulu agar diberikan kemudahan
dan keselamatan dalam pelaksanaan pembelajaran.
(9) Guru memeriksa kehadiran siswa.
(10) Guru menanyakan materi yang sebelumnya kepada siswa.
(11) Siswa mendengarkan penjelaskan guru tentang tujuan
pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.
(12) Siswa diminta untuk pemanasan kecil dengan instruksi dari guru
dan berlari memutar lapangan 2 kali dilanjutkan dengan peregangan.
(13) Siswa diberi contoh bentuk passing sasaran dan permainan unit 4-
2 sebagai pengantar.
Gambaran permainanya adalah sebagai berikut:
Permainan passing sasaran
Keterangan: Pemain tim A
Pemain tim B
Sasaran (cones)
Bola sepak
87
Lanjutan lampiran 8
Peraturan permainan passing sasaran:
1. Siswa berkelompok berbaris saling berhadap-hadapan diantara cones
yang berfungsi sebagai sasaran passing, tiap kelompok terdiri dari 4
siswa.
2. Setiap anggota kelompok bergantian melakukan gerakan passing datar
dengan sasaran cones.
3. Jarak antara setiap kelompok dengan sasaran adalah 3 meter, jika
dirasa terlalu mudah maka jarak dapat diperjauh.
4. Setiap bola yang mengenai sasaran dihitung poin 1 (satu), dan
kelompok yang berhasil mengumpulkan poin terbanyak akan
dinyatakan sebagai pemenang.
Permainan unit 4 – 2
Permainan unit 4 – 2 adalah salah satu bentuk modifikasi permainan
passing.
Gambaran permainan 4 – 2 sebagai berikut:
4m
4m
88
Lanjutan lampiran 8
Keterangan: Pemain yang menguasai bola
Pemain yang merebut bola
Bola
Peraturan permainan unit 4 – 2:
1. Permainan dilakukan di lapangan yang telah dimodifikasi
berukuran 4m x 4m.
2. Bola yang digunakan adalah bola sepak.
3. Pemain 6 orang terdiri dari 4 orang yang menguasai bola dan 2
orang yang berusaha merebut bola.
4. Jika bola hasil passing dari orang yang menguasai bola tersentuh
oleh orang yang merebut bola, maka orang yang menguasai bola
akan bertukar tempat atau peran dengan orang yang bertugas
merebut bola.
5. Jika bola keluar melewati garis permainan, maka orang yang
menyebabkan bola keluar lapangan akan berubah peran menjadi
orang yang merebut bola.
6. Tim yang kalah mendapat hukuman, berlari mengelilingi setengah
lapangan sebanyak 1 kali.
3. Kegiatan Inti (40 menit)
Eksplorasi
89
Lanjutan lampiran 8
(4) Siswa mendengarkan penjelasan mengenai pelaksanaan modifikasi 4
lawan 4 dalam pembelajaran passing datar di permainan sepakbola
sepakbola.
Gambar untuk permainan 4 lawan 4, sebagai berikut:
Keterangan : Pemain tim A
Pemain tim B
Bola
Gawang cones
Peraturan Permainan 4 lawan 4:
8. Permainan dilakukan di lapangan yang berukuran panjang 15-20
meter dan lebar 10-15 meter.
9. Bola yang digunakan adalah bola sepak.
10. Ada dua tim dan setiap tim terdiri dari 4 pemain yang saling
serang untuk mencetak gol sebanyak-banyaknya.
90
Lanjutan lampiran 8
11. Tidak ada penjaga gawang dalam permainan ini, karena gol akan
dihitung jika bola mengenai gawang yang berupa cones.
12. Jika bola melewati garis permainan, permainan dimulai lagi
dengan cara bola ditendang dari belakang garis permainan bukan
dilempar.
13. Jika terjadi gol, serangan dilakukan oleh tim yang kebobolan
dimulai dari belakang garis gawangnya sendiri dengan cara
ditendang, dan bukan dari tengah lapangan.
14. Tim yang kalah mendapat hukuman, berlari mengelilingi setengah
lapangan sebanyak 1 kali.
15. Beberapa siswa diminta untuk memperagakan instruksi dari guru
dan teman yang lain memperhatikan dengan seksama.
16. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, bila ada
yang masih belum dimengerti.
Elaborasi
1. Siswa diminta untuk membentuk kelompok beranggotakan 4 orang.
2. Siswa dalam kelompok diminta untuk masing-masing mempraktikkan
modifikasi 4 lawan 4 pada pembelajaran passing datar dalam
permainan sepakbola.
3. Siswa yang lain memperhatikan dengan seksama dan mencatat hal-
hal sekiranya masih belum tepat.
91
Lanjutan lampiran 8
Konfirmasi
1. Siswa dalam kelompok diberi kesempatan oleh guru untuk memberi
komentar dan tanggapan bagaimana pelaksanaan modifikasi 4 lawan
4 pada passing datar yang dimainkan oleh kelompok lain.
2. Guru memberi penjelasan umum mengenai kesimpulan pelaksanaan
modifikasi 4 lawan 4 dalam pembelajaran passing datar di permainan
sepakbola yang telah dilaksanakan oleh siswa.
4. Kegiatan Penutup (15 menit)
(6) Guru mengumumkan kelompok yang telah berhasil menerapkan
modifikasi 4 lawan 4 dengan baik dan meminta siswa yang lain untuk
memberi tepuk tangan.
(7) Guru memberi semangat dan motivasi kepada siswa yang masih
belum bisa melaksanakan modifikasi 4 lawan 4 pada pembelajaran
passing datar dalam permainan sepakbola agar lebih percaya diri
lagi.
(8) Guru meminta siswa untuk terus belajar mengenai modifikasi 4 lawan
4 dalam pembelajaran passing datar di permainan sepakbola karena
pada pertemuan berikutnya guru akan meberi penilaian lagi
bagaimana pelaksanaan modifikasi 4 lawan 4 dan kelompok yang
mampu melaksanaakan modifikasi 4 lawan 4 pada passing datar
sepakbola dengan baik akan mendapatkan reward dari guru.
92
Lanjutan lampiran 8
(9) Siswa diminta untuk berdoa sebagai ucapan syukur kepada Tuhan
Yang Maha Esa karena telah diberikan keselamatan dan kelancaran
selama proses pembelajaran.
(10) Guru menutup pembelajaran dengan salam.
5. Sumber Belajar / Media Pembelajaran
1) Media pembelajaran.
(1) Peluit
(2) Bola sepak
(3) Cone
2) Prasana
Lapangan yang berukuran panjang 15-20 meter dan lebar 10-15
meter yang dimodifikasi, aman dan nyaman dipakai pembelajaran
permainan 4 lawan 4.
93
Lampiran 9. RPP Siklus II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
PERMAINAN 4 LAWAN 4 DALAM PEMBELAJARAN PASSING DATAR
PADA PENJASORKES SEPAKBOLA
SIKLUS II
Satuan Pendidikian : SD NEGERI TEGOWANU 2
Mata Pelajaran : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
Semester : 2 (dua)
Alokasi Waktu : 2x 35 menit (1 x pertemuan)
Standar Kompetensi (SK)
1. Mempraktikkan berbagai teknik dasar permainan dan olahraga dan nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya
Kompetensi Dasar (KD)
1.1 Mempraktikkan variasi dan kombinasi teknik dasar salah satu permainan
dan olahraga beregu bola besar lanjutan dengan koordinasi yang baik
serta nilai hormat, tanggung jawab, peduli, jujur, adil, beradab, bersedia
berbagi tempat dan peralatan.
94
Lanjutan lampiran 9
Indikator
Kognitif
Produk
1. Siswa dapat membuat keputusan untuk menempatkan diri pada sasaran
datangnya bola.
2. Siswa dapat membuat keputusan untuk memainkan bola dengan teknik
yang relevan.
3. Setelah memainkan bola, siswa dapat membuat keputusan untuk kembali
mempersiapkan diri menghadapi tugas gerak berikutnya.
Proses
1. Mengamati karakteristik perubahan arah, sasaran, dan kecepatan
datangnya bola.
2. Memperhatikan penjelasan dan instruksi guru.
Psikomotor
1. Melakukan gerakan memainkan bola dengan teknik yang relevan.
2. Melakukan gerak lanjut untuk mempersiapkan diri menghadapai tugas
gerak berikutnya.
Afektif
Perilaku berkarakter
1. Jujur
2. Hormat
3. Tanggung jawab
4. Peduli
95
Lanjutan lampiran 9
Keterampilan sosial
1. Bekerjasama dengan teman dalam menyelesaikan tugas gerak.
2. Bertanya dan berpendapat saat pembelajaran.
3. Mendengarkan penjelasan guru, dan memperhatikan pertanyaan atau
jawaban siswa lain.
4. Percaya diri, toleransi dan menghargai lawan dan kawan saat melakukan
permainan 4 lawan 4.
A. Tujuan Pembelajaran
Kognitif
Produk
1. Siswa dapat menjelaskan cara bergerak kearah datangnya bola.
2. Siswa dapat menjelaskan teknik memainkan bola yang relevan dengan
karakteristik datangnya bola.
3. Siswa dapat menjelaskan gerak lanjut setelah memainkan bola untuk
mempersiapkan diri menghadapi tugas gerak berikutnya.
Proses
1. Secara individu atau berkelompok, siswa mengamati karakteristik
perubahan arah, sasaran, dan kecepatan datangnya bola saat
dijelaskan atau saat diperagakan dalam pembelajaran.
2. Melakukan diskusi dan pencarian informasi tentang karakteristik
perubahan arah, sasaran, dan kecepatan datangnya bola.
96
Lanjutan lampiran 9
3. Melakukan diskusi dan pencarian informasi tentang cara-cara
melakukan gerak lanjut setelah memainkan bola untuk mempersiapkan
diri menghadapi tugas gerak berikutnya.
Psikomotor
1. Dalam melakukan permainan siswa dapat menempatkan diri kearah
datangnya bola.
2. Melakukan gerakan memainkan bola dengan teknik yang relevan.
3. Melakukan gerak lanjut untuk mempersiapkan diri menghadapai tugas
gerak berikutnya.
Afektif
Perilaku Berkarakter
1. Jujur
2. Hormat
3. Tanggung jawab
4. Peduli
Keterampilan Sosial
1. Mengikuti permainan dengan peraturan yang sederhana, siswa
menunjukkan sikap kerjasama.
2. Pada saat diberi kesempatan, siswa bertanya dan berpendapat saat
pembelajaran
3. Pada saat guru menjelaskan, siswa memperhatikan.
97
Lanjutan lampiran 9
4. Pada saat siswa lain bertanya atau menjawab pertanyaan guru,
seluruh siswa mendengarkan dan memperhatikan.
5. Pada saat melakukan tugas – tugas pembelajaran, siswa
melaksakannya dengan penuh percaya diri, toleransi dan menghargai
lawan dan kawan.
B. Materi Pembelajaran
Pembelajaran permainan 4 lawan 4.
1. Gerak tanpa bola.
2. Gerak dengan bola.
C. Model / Pendekatan / Strategi / Metode / Teknik Pembelajaran
1. Model / Pendekatan : Pendekatan taktis
2. Strategi : Game – Drill - Game
3. Metode / teknik : (bagian – keseluruhan – gabungan),
Diskusi, Tugas, dan Tanya jawab.
D. Langkah - Langkah Pembelajaran
1. Persiapan Guru Penjasorkes Sebelum Pembelajaran
1) Menyiapkan perangkat pembelajaran (RPP, lembar presensi, lembar
penilaian, lembar tugas).
2) Menyiapkan peralatan (bola, cone ) dan peta setting / tata letak alat.
3) Guru menyiapkan pertanyaan-pertanyaan untuk mengelaborasi
respons siswa.
98
Lanjutan lampiran 9
2. Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
(7) Siswa menjawab salam dari guru.
(8) Siswa diminta untuk berdoa terlebih dahulu agar diberikan kemudahan
dan keselamatan dalam pelaksanaan pembelajaran.
(9) Guru memeriksa kehadiran siswa.
(10) Guru menanyakan materi yang sebelumnya kepada siswa.
(11) Siswa mendengarkan penjelaskan guru tentang tujuan
pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.
(12) Siswa diminta untuk pemanasan kecil dengan instruksi dari guru
dan berlari memutar lapangan 2 kali dilanjutkan dengan peregangan.
(13) Siswa diberi contoh bentuk passing sasaran dan permainan unit 4-
2 sebagai pengantar.
Gambaran permainanya adalah sebagai berikut:
Permainan passing sasaran
Keterangan: Pemain tim A
Pemain tim B
Sasaran (cones)
Bola sepak
99
Lanjutan lampiran 9
Peraturan permainan passing sasaran:
1. Siswa berkelompok berbaris saling berhadap-hadapan diantara
cones yang berfungsi sebagai sasaran passing, tiap kelompok terdiri
dari 4 siswa.
2. Setiap anggota kelompok bergantian melakukan gerakan passing
datar dengan sasaran cones.
3. Jarak antara setiap kelompok dengan sasaran adalah 3 meter, jika
dirasa terlalu mudah maka jarak dapat diperjauh.
4. Setiap bola yang mengenai sasaran dihitung poin 1 (satu), dan
kelompok yang berhasil mengumpulkan poin terbanyak akan
dinyatakan sebagai pemenang.
Permainan unit 4 – 2
Permainan unit 4 – 2 adalah salah satu bentuk modifikasi permainan
passing.
Gambaran permainan 4 – 2 sebagai berikut:
4m
4m
100
Lanjutan lampiran 9
Keterangan: Pemain yang menguasai bola
Pemain yang merebut bola
Bola
Peraturan permainan unit 4 – 2:
1. Permainan dilakukan di lapangan yang telah dimodifikasi berukuran
4m x 4m.
2. Bola yang digunakan adalah bola sepak.
3. Pemain 6 orang terdiri dari 4 orang yang menguasai bola dan 2 orang
yang berusaha merebut bola.
4. Jika bola hasil passing dari orang yang menguasai bola tersentuh
oleh orang yang merebut bola, maka orang yang menguasai bola
akan bertukar tempat atau peran dengan orang yang bertugas
merebut bola.
5. Jika bola keluar melewati garis permainan, maka orang yang
menyebabkan bola keluar lapangan akan berubah peran menjadi
orang yang merebut bola.
6. Tim yang kalah mendapat hukuman, berlari mengelilingi setengah
lapangan sebanyak 1 kali.
3. Kegiatan Inti (40 menit)
Eksplorasi
1. Siswa diberikan beberapa contoh gambar pola modifikasi 4 lawan 4
pada pelaksanaan passing datar dipermainan sepakbola.
101
Lanjutan lampiran 9
Gambar untuk permainan 4 lawan 4, sebagai berikut:
Keterangan : Pemain tim A
Pemain tim B
Bola
Gawang cones
Peraturan Permainan 4 lawan 4:
1. Permainan dilakukan di lapangan yang berukuran panjang 15-20 meter
dan lebar 10-15 meter.
2. Bola yang digunakan adalah bola sepak.
3. Ada dua tim dan setiap tim terdiri dari 4 pemain yang saling serang
untuk mencetak gol sebanyak-banyaknya.
102
Lanjutan lampiran 9
4. Tidak ada penjaga gawang dalam permainan ini, karena gol akan
dihitung jika bola mengenai gawang yang berupa cones.
5. Jika bola melewati garis permainan, permainan dimulai lagi dengan
cara bola ditendang dari belakang garis permainan bukan dilempar.
6. Jika terjadi gol, serangan dilakukan oleh tim yang kebobolan dimulai dari
belakang garis gawangnya sendiri dengan cara ditendang, dan bukan
dari tengah lapangan.
7. Tim yang kalah mendapat hukuman, berlari mengelilingi setengah
lapangan sebanyak 1 kali.
8. Siswa mendengarkan penjelasan mengenai pelaksanaan modifikasi 4
lawan 4 dalam pembelajaran passing datar di permainan sepakbola
sepakbola sambil melihat gambar yang diberikan oleh guru.
9. Beberapa siswa diminta untuk memperagakan instruksi dari guru dan
teman yang lain memperhatikan dengan seksama.
10. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, bila ada yang
masih belum dimengerti.
Elaborasi
1. Masing-masing siswa mendapatkan potongan kartu yang berbeda
warna, dimana 1 warna terbagi menjadi 4 kartu.
2. Siswa diminta untuk membentuk kelompok sesuai dengan potongan
kartu warna yang mereka dapatkan dengan masing-masing kelompok
beranggotakan 4 orang siswa.
103
Lanjutan lampiran 9
3. Siswa dalam kelompok diminta untuk masing-masing mempraktikkan
modifikasi 4 lawan 4 pada pembelajaran passing datar dalam permainan
sepakbola dengan terlebih dahulu menggunakan rompi yang telah
disediakan oleh guru untuk membedakan kedua tim.
4. Siswa yang lain memperhatikan dengan seksama dan mencatat hal-hal
sekiranya masih belum tepat.
Konfirmasi
1. Siswa dalam kelompok diberi kesempatan oleh guru untuk memberi
komentar dan tanggapan bagaimana pelaksanaan modifikasi 4 lawan 4
pada passing datar yang dimainkan oleh kelompok lain.
2. Siswa yang aktif memberi tanggapan dan komentar mendapatkan
reward berupa penambahan nilai dan sticker smile dari guru.
Contoh:
3. Guru memberi penjelasan umum mengenai kesimpulan pelaksanaan
modifikasi 4 lawan 4 dalam pembelajaran passing datar di permainan
sepakbola yang telah dilaksanakan oleh siswa.
4. Kegiatan Penutup (15 menit)
1) Guru mengumumkan kelompok yang telah berhasil menerapkan
modifikasi 4 lawan 4 dengan baik dan meminta siswa yang lain untuk
memberi tepuk tangan serta memberikan reward berupa penambahan
104
Lanjutan lampiran 9
nilai dan stiker bintang untuk kelompok yang telah melakukan
pembelajaran dengan baik tersebut.
Contoh:
2) Guru memberi semangat dan motivasi kepada siswa yang masih belum
bisa melaksanakan modifikasi 4 lawan 4 pada pembelajaran passing
datar dalam permainan sepakbola agar lebih percaya diri lagi.
3) Guru meminta siswa untuk terus belajar mengenai modifikasi 4 lawan 4
dalam pembelajaran passing datar di permainan sepakbola.
4) Siswa diminta untuk berdoa sebagai ucapan syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa karena telah diberikan keselamatan dan kelancaran selama
proses pembelajaran.
5) Guru menutup pembelajaran dengan salam.
5. Sumber Belajar / Media Pembelajaran
1) Media pembelajaran.
(1) Peluit
(2) Bola sepak
(3) Cone
(4) Stiker
(5) Rompi tim
105
Lanjutan lampiran 9
2) Prasana
Lapangan yang berukuran panjang 15-20 meter dan lebar 10-15 meter
yang dimodifikasi, aman dan nyaman dipakai pembelajaran permainan 4
lawan 4.
106
Lampiran 10. Hasil Pengamatan pada Aspek Kognitif Siklus I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Ahmad Abdur Rozak 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 100%
2 Jemi Pertiw i 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 6 60 60%
3 Jimmy Wijaya 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 7 70 70%
4 Yoga Adiansyah 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 80 80%
5 Ade Mariska Pratiw i 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 6 60 60%
6 Afw an Karimul Fuad 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 80 80%
7 Ahmat Iraw an 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 80 80%
8 Ahmad Tri Santoso 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 7 70 70%
9 Ananda Fitra Sabila 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 6 60 60%
10 Anis Ayu Safitri 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 5 50 50%
11 Bambang Budi Prasetyo 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90 90%
12 Deni Setiaw an 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 90 90%
13 Erik Kantona Saputra 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8 80 80%
14 Faizal Rozid Sidiq 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 7 70 70%
15 Hilya Arini 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 6 60 60%
16 Imam Hidayat 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 8 80 80%
17 Muhamadun Zein 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 7 70 70%
18 Nadya Putri Atala 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 6 60 60%
19 Siti Fadhilah 0 0 0 1 0 1 1 1 0 0 4 40 40%
20 Vivi Nur Hidayati 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 7 70 70%
21 Zuhdi Adi Winata 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8 80 80%
22 Rafika Nugraini 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 7 70 70%
23 M. Irfan Nadhif Arrozi 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 80 80%
24 Agus Widiyanto 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 90%
0,83 0,42 0,46 0,79 0,8 0,92 0,83 0,83 0,79 0,58 7,25 72,5 73%Rata-rata
Hasil Pengamatan Pada Aspek Kognitif Siklus Pertama
No Nama
Aspek Kognitif Jum
lah
(∑)
Nilai (N)Prosentase
(%)
107
Lampiran 11. Hasil Pengamatan pada Aspek Afektif Siklus I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Ahmad Abdur Rozak 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90 90%
2 Jemi Pertiw i 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 8 80 80%
3 Jimmy Wijaya 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 8 80 80%
4 Yoga Adiansyah 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 90 90%
5 Ade Mariska Pratiw i 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 7 70 70%
6 Afw an Karimul Fuad 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 80 80%
7 Ahmat Iraw an 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90 90%
8 Ahmad Tri Santoso 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 90 90%
9 Ananda Fitra Sabila 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 5 50 50%
10 Anis Ayu Safitri 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 6 60 60%
11 Bambang Budi Prasetyo 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 90 90%
12 Deni Setiaw an 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 6 60 60%
13 Erik Kantona Saputra 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 8 80 80%
14 Faizal Rozid Sidiq 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 90%
15 Hilya Arini 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 4 40 40%
16 Imam Hidayat 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 8 80 80%
17 Muhamadun Zein 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 8 80 80%
18 Nadya Putri Atala 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 7 70 70%
19 Siti Fadhilah 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 6 60 60%
20 Vivi Nur Hidayati 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 7 70 70%
21 Zuhdi Adi Winata 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 8 80 80%
22 Rafika Nugraini 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 7 70 70%
23 M. Irfan Nadhif Arrozi 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 90%
24 Agus Widiyanto 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 90 90%
0,75 0,63 0,63 0,83 0,8 0,75 0,88 0,88 0,75 0,71 7,63 76,3 76%Rata-rata
No Nama
Aspek Afektif Jum
lah
(∑)
Nilai (N)
Hasil Pengamatan Pada Aspek Afektif Siklus Pertama
Prosentase
(%)
108
Lampiran 12. Hasil Pengamatan pada Aspek Psikomotor Siklus I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Ahmad Abdur Rozak 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90 90%
2 Jemi Pertiw i 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 7 70 70%
3 Jimmy Wijaya 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 7 70 70%
4 Yoga Adiansyah 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 90 90%
5 Ade Mariska Pratiw i 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 5 50 50%
6 Afw an Karimul Fuad 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 6 60 60%
7 Ahmat Iraw an 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 7 70 70%
8 Ahmad Tri Santoso 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 80 80%
9 Ananda Fitra Sabila 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 6 60 60%
10 Anis Ayu Safitri 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 3 30 30%
11 Bambang Budi Prasetyo 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 80 80%
12 Deni Setiaw an 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 8 80 80%
13 Erik Kantona Saputra 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 8 80 80%
14 Faizal Rozid Sidiq 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 7 70 70%
15 Hilya Arini 0 1 1 1 1 0 1 0 1 0 6 60 60%
16 Imam Hidayat 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 80 80%
17 Muhamadun Zein 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 8 80 80%
18 Nadya Putri Atala 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 5 50 50%
19 Siti Fadhilah 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 3 30 30%
20 Vivi Nur Hidayati 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 5 50 50%
21 Zuhdi Adi Winata 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 8 80 80%
22 Rafika Nugraini 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 6 60 60%
23 M. Irfan Nadhif Arrozi 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 7 70 70%
24 Agus Widiyanto 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90 90%
0,63 0,92 0,71 0,42 0,6 0,67 0,75 0,67 0,79 0,63 6,79 67,9 68%
Prosentase
(%)
Rata-rata
No Nama
Aspek Psikomotor Jum
lah
(∑)
Nilai (N)
Hasil Pengamatan Pada Aspek Psikomotor Siklus Pertama
109
Lampiran 13. Hasil Pengamatan pada Aspek Kognitif Siklus II
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Ahmad Abdur Rozak 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 100%
2 Jemi Pertiw i 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 8 80 80%
3 Jimmy Wijaya 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 90 90%
4 Yoga Adiansyah 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 100%
5 Ade Mariska Pratiw i 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8 80 80%
6 Afw an Karimul Fuad 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 100%
7 Ahmat Iraw an 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 100%
8 Ahmad Tri Santoso 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 9 90 90%
9 Ananda Fitra Sabila 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 8 80 80%
10 Anis Ayu Safitri 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 7 70 70%
11 Bambang Budi Prasetyo 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 90 90%
12 Deni Setiaw an 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 100%
13 Erik Kantona Saputra 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 100%
14 Faizal Rozid Sidiq 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 100%
15 Hilya Arini 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 7 70 70%
16 Imam Hidayat 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 100%
17 Muhamadun Zein 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 90 90%
18 Nadya Putri Atala 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 90 90%
19 Siti Fadhilah 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 6 60 60%
20 Vivi Nur Hidayati 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8 80 80%
21 Zuhdi Adi Winata 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 90 90%
22 Rafika Nugraini 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 8 80 80%
23 M. Irfan Nadhif Arrozi 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 90%
24 Agus Widiyanto 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90 90%
0,92 0,88 0,83 0,79 0,9 0,92 0,92 0,92 0,83 0,96 8,83 88,33 88%Rata-rata
No Nama
Aspek Kognitif Jum
lah
(∑)
Nilai (N)
Hasil Pengamatan Pada Aspek Kognitif Siklus Kedua
Prosentase
(%)
110
Lampiran 14. Hasil Pengamatan pada Aspek Afektif Siklus II
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Ahmad Abdur Rozak 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90 90%
2 Jemi Pertiw i 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8 80 80%
3 Jimmy Wijaya 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 100%
4 Yoga Adiansyah 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90 90%
5 Ade Mariska Pratiw i 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 80 80%
6 Afw an Karimul Fuad 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 100%
7 Ahmat Iraw an 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 90 90%
8 Ahmad Tri Santoso 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 100%
9 Ananda Fitra Sabila 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 80 80%
10 Anis Ayu Safitri 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 7 70 70%
11 Bambang Budi Prasetyo 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 90 90%
12 Deni Setiaw an 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 90 90%
13 Erik Kantona Saputra 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 100%
14 Faizal Rozid Sidiq 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 90 90%
15 Hilya Arini 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 7 70 70%
16 Imam Hidayat 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 90 90%
17 Muhamadun Zein 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 90 90%
18 Nadya Putri Atala 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 80 80%
19 Siti Fadhilah 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 7 70 70%
20 Vivi Nur Hidayati 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 8 80 80%
21 Zuhdi Adi Winata 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 100%
22 Rafika Nugraini 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 80 80%
23 M. Irfan Nadhif Arrozi 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90 90%
24 Agus Widiyanto 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90 90%
0,88 0,83 0,88 0,88 0,9 0,92 0,88 0,83 0,88 0,88 8,71 87,08 87%
Prosentase
(%)
Hasil Pengamatan Pada Aspek Afektif Siklus Kedua
Rata-rata
No Nama
Aspek Afektif Jum
lah
(∑)
Nilai (N)
111
Lampiran 15. Hasil Pengamatan pada Aspek Psikomotor Siklus II
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Ahmad Abdur Rozak 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 100%
2 Jemi Pertiw i 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 8 80 80%
3 Jimmy Wijaya 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 90 90%
4 Yoga Adiansyah 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 90 90%
5 Ade Mariska Pratiw i 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 6 60 60%
6 Afw an Karimul Fuad 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 80 80%
7 Ahmat Iraw an 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8 80 80%
8 Ahmad Tri Santoso 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 90 90%
9 Ananda Fitra Sabila 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 8 80 80%
10 Anis Ayu Safitri 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 8 80 80%
11 Bambang Budi Prasetyo 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 90 90%
12 Deni Setiaw an 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 100%
13 Erik Kantona Saputra 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 100%
14 Faizal Rozid Sidiq 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 100%
15 Hilya Arini 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 5 50 50%
16 Imam Hidayat 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 8 80 80%
17 Muhamadun Zein 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 100%
18 Nadya Putri Atala 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8 80 80%
19 Siti Fadhilah 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 7 70 70%
20 Vivi Nur Hidayati 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 8 80 80%
21 Zuhdi Adi Winata 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 90%
22 Rafika Nugraini 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 8 80 80%
23 M. Irfan Nadhif Arrozi 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 90 90%
24 Agus Widiyanto 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 90 90%
0,96 0,83 0,83 0,46 0,9 0,96 0,88 0,75 0,96 0,96 8,46 84,58 85%
Nilai (N)
Hasil Pengamatan Pada Aspek Psikomotor Siklus Kedua
Prosentase
(%)
Rata-rata
No Nama
Aspek Psikomotor Jum
lah
(∑)
112
Lampiran 16. Nilai Pembelajaran Sepakbola
Kognitif Afektif Psikomotor
1 Ahmad Abdur Rozak 100 90 100 96,667
2 Jemi Pertiw i 80 80 80 80
3 Jimmy Wijaya 90 100 90 93,333
4 Yoga Adiansyah 100 90 90 93,333
5 Ade Mariska Pratiw i 80 80 60 73,333
6 Afw an Karimul Fuad 100 100 80 93,333
7 Ahmat Iraw an 100 90 80 90
8 Ahmad Tri Santoso 90 100 90 93,333
9 Ananda Fitra Sabila 80 80 80 80
10 Anis Ayu Safitri 70 60 80 70
11 Bambang Budi Prasetyo 90 90 90 90
12 Deni Setiaw an 100 90 100 96,667
13 Erik Kantona Saputra 100 100 100 100
14 Faizal Rozid Sidiq 100 90 100 96,667
15 Hilya Arini 70 70 50 63,333
16 Imam Hidayat 100 100 80 93,333
17 Muhamadun Zein 90 100 100 96,667
18 Nadya Putri Atala 90 80 80 83,333
19 Siti Fadhilah 60 60 70 63,333
20 Vivi Nur Hidayati 80 80 80 80
21 Zuhdi Adi Winata 90 100 90 93,333
22 Rafika Nugraini 80 80 80 80
23 M. Irfan Nadhif Arrozi 90 90 90 90
24 Agus Widiyanto 90 90 90 90
88,33 87,08 84,583 86,667rata-rata
Nilai Pembelajaran Sepakbola
Nilai per AspekNilai AkhirNamaNo