PEMBELAJARAN MENGEVALUASI PEMERAN TOKOH DALAM PEMENTASAN DRAMA

23
PEMBELAJARAN MENGEVALUASI PEMERAN TOKOH DALAM PEMENTASAN DRAMA Oleh: Siti Khurota A’yunin Abstrak Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana pembelajaran mengevaluasi pemeran tokoh dalam pementasan drama di kelas VIII A Madrasah Tsanawiyah Ma’arif 01 Tulakan, Pacitan tahun pelajaran 2011/2012? dan (2) Mengapa pembelajaran mengevaluasi pemeran tokoh dalam pementasan drama di kelas VIII A Madrasah Tsanawiyah Ma’arif 01 Tulakan, Pacitan tahun pelajaran 2011/2012 terjadi seperti saat peneliti melakukan pengamatan? Berdasarkan analisis udaut, dapat disimpulkan bahwa: Pembelajaran mengevaluasi pemeran tokoh dalam pementasan drama di kelas VIII A Madrasah Tsanawiyah Ma’arif 01 Tulakan, Kab. Pacitan tahun pelajaran 2011/2012, dapat dilihat dari: a) Guru secara umum dalam melaksanakan pembelajaran sudah sesuai dengan tahapan RPP akan tetapi peranan guru sebagai motivator sangat kurang sehingga kurang menarik perhatian siswa. (b) Sebagian siswa banyak yang ramai dan bercakap-cakap sendiri, tetapi sebagian siswa lainnya merasa senang dan bersemangat dalam pembelajaran. (c) Guru sudah menggunakan beberapa media dalam pembelajaran diantaranya papan tulis, media naskah, dan bermain peran. (d) Guru juga menggunakan beberapa metode dalam pembelajaran, yaitu tanya jawab, metode kerja kelompok dan metode penugasan. (e) Adapun dalam evaluasi pembelajaran guru belum melaksanakan dengan maksimal.

Transcript of PEMBELAJARAN MENGEVALUASI PEMERAN TOKOH DALAM PEMENTASAN DRAMA

Page 1: PEMBELAJARAN MENGEVALUASI PEMERAN TOKOH DALAM PEMENTASAN DRAMA

PEMBELAJARAN MENGEVALUASI PEMERAN TOKOH

DALAM PEMENTASAN DRAMA

Oleh: Siti Khurota A’yunin

Abstrak

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana pembelajaran

mengevaluasi pemeran tokoh dalam pementasan drama di kelas VIII A Madrasah Tsanawiyah

Ma’arif 01 Tulakan, Pacitan tahun pelajaran 2011/2012? dan (2) Mengapa pembelajaran

mengevaluasi pemeran tokoh dalam pementasan drama di kelas VIII A Madrasah Tsanawiyah

Ma’arif 01 Tulakan, Pacitan tahun pelajaran 2011/2012 terjadi seperti saat peneliti melakukan

pengamatan?

Berdasarkan analisis udaut, dapat disimpulkan bahwa: Pembelajaran mengevaluasi

pemeran tokoh dalam pementasan drama di kelas VIII A Madrasah Tsanawiyah Ma’arif 01

Tulakan, Kab. Pacitan tahun pelajaran 2011/2012, dapat dilihat dari: a) Guru secara umum

dalam melaksanakan pembelajaran sudah sesuai dengan tahapan RPP akan tetapi peranan guru

sebagai motivator sangat kurang sehingga kurang menarik perhatian siswa. (b) Sebagian siswa

banyak yang ramai dan bercakap-cakap sendiri, tetapi sebagian siswa lainnya merasa senang dan

bersemangat dalam pembelajaran. (c) Guru sudah menggunakan beberapa media dalam

pembelajaran diantaranya papan tulis, media naskah, dan bermain peran. (d) Guru juga

menggunakan beberapa metode dalam pembelajaran, yaitu tanya jawab, metode kerja kelompok

dan metode penugasan. (e) Adapun dalam evaluasi pembelajaran guru belum melaksanakan

dengan maksimal.

Page 2: PEMBELAJARAN MENGEVALUASI PEMERAN TOKOH DALAM PEMENTASAN DRAMA

LATAR BELAKANG

Pembelajaran sastra di sekolah masih banyak menghadapi berbagai permasalahan. Hal ini

dapat diamati dari banyaknya keluhan, misalnya jumlah dan mutu pengajar, ataupun jumlah dan

mutu buku-buku yang dipergunakan, maupun minat kemampuan menikmati, dan mengahargai

karya-karya sastra dari pihak para siswa sendiri. Bahkan kurangnya ketertarikan para siswa

terhadap karya sastra terutama pementasan drama.

Hal ini dikarenakan salah satunya terjadi penggabungan pembelajaran sastra ke dalam

pembelajaran bahasa Indonesia, sehingga banyak keluhan dari para guru yang pengajaran sastra

tidak bisa fokus atau hanya menjadi pelajaran pelengkap saja, selain itu waktu yang tersedia

sangat minim. Pada dasarnya melalui pembelajaran sastra inilah menjadi media untuk

mencerdaskan siswa, memperkaya pengalaman batin, dan memanusiawikan manusia.

Pembelajaran sastra pada umumnya dan pembelajaran drama pada khususnya mengemban misi

afektif, yaitu memperkaya pengalaman siswa dan menjadikannya lebih tanggap terhadap

peristiwa-peristiwa di sekelilingnya. Tujuan akhirnya adalah menanamkan, menumbuhkan, dan

mengembangkan kepekaan terhadap masalah-masalah manusiawi, pengenalan dan rasa

hormatnya terhadap tata nilai-baik dalam konteks individual maupun sosial.

Perkembangan drama di Indonesia sangatlah pesat. Hal ini terlihat dari banyaknya

pertunjukan drama di televisi, internet, vcd, dan juga dalam pementasan di panggung sekolah

ataupun gedung teater. Organisasi remaja, baik di sekolah, universitas, karangtaruna maupun

gelanggang remaja tidak terlepas dari kegiatan teater. Dalam acara-acara dan kegiatan kesenian

belum afdol kiranya tanpa pertunjukan drama. Demam drama sudah begitu meluas, sehingga jika

televisi menyajikan drama, masyarakat pasti antusias menyaksikannya.

Untuk mengikuti perkembangan drama tersebut, maka pengajaran sastra khususnya

drama di sekolah dituntut untuk lebih ekstra, sehingga sastra drama dimasukkan dalam kegiatan

ekstrakulikuler yang berbentuk teater. Hal ini dimaksudkan agar mempunyai banyak kesempatan

dalam latihan, sebab jika dimasukkan dalam jam pelajaran, maka pelajaran bahasa Indonesia pun

kurang maksimal selain pengajaran sastra.

Selama ini guru sastra masih terpaku pada penilaian dan tujuan mengajar dalam aspek

kognitif. Padahal drama sebagai karya seni, mestinya juga mencapai aspek apresiasi. Seorang

guru hanya sekedar mengajarkan teori kemudian mempraktekkan teori tersebut dalam

Page 3: PEMBELAJARAN MENGEVALUASI PEMERAN TOKOH DALAM PEMENTASAN DRAMA

pementasan drama yang membutuhkan waktu relatif singkat tanpa adanya suatu evaluasi,

sehingga murid tidak mengetahui betul kesalahan dan kekurangannya ketika bermain peran

dalam pementasan, apalagi ketika harus mengevaluasi kelemahan dan kelebihan pemeran tokoh

drama.

Seperti halnya yang terjadi di MTs Ma’arif 01 Tulakan, siswa kurang tertarik dan

perhatian dengan adanya pembelajaran mengevaluasi pemeran tokoh dalam pementasan drama.

Ini disebabkan siswa masih malu-malu dan kurang serius ketika mementaskan sebuah naskah

drama, bahkan ketika temannya bermain peran ada yang ramai dan bermain sendiri. Guru pun

sebaliknya, kurang memberi motivasi maupun dorongan kepada siswanya agar tujuan

pembelajaran bisa tercapai, terlebih dalam hal mengevaluasi pemeran tokoh drama. Sehingga

para siswa tidak mengetahui betul apakah karakter yang dibawakan sudah sesuai dengan karakter

yang dimaksudkan atau belum.

Selain itu sekolah belum memberikan wadah atau sarana kepada siswanya untuk

mengembangkan bakat dibidang teater, ini terbukti selama bertahun-tahun belum ada kegiatan

ekstrakurikuler teater. Tidak hanya itu, selama 6 tahun guru bahasa Indonesia mengajar ditempat

itu belum pernah sekalipun siswanya mengikuti perlombaan drama atau teater, sehingga

pengalaman yang diperoleh sangat minim.

Hasil pembelajaran pun masih rendah, ini terbukti ketika siswa memberi evaluasi kurang

memahami dan tidak memperhatikan unsur-unsur yang dievaluasi. Ketika temannya bermain

peran, teman yang lain tidak memperhatikan dan mengevaluasi apa kekurangannya dalam

memerankan tokoh pementasan drama. Ini sangatlah bertentangan dengan perkembangan drama

teater yang berkembang saat ini. Seharusnya siswa lebih semangat dan aktif untuk

mempelajarinya, tidak hanya sekedar menonton tanpa ada bimbingan evaluasi.

Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagaimanakah pembelajaran mengevaluasi pemeran tokoh dalam pementasan drama di kelas

VIII-A Madrasah Tsanawiyah Ma’arif 01 Tulakan, Pacitan, tahun pelajaran 2011/2012?

2. Mengapa pembelajaran mengevaluasi pemeran tokoh dalam pementasan drama di kelas VIII-

A Madrasah Tsanawiyah Ma’arif 01 Tulakan, Pacitan, tahun pelajaran 2011/2012 terjadi

seperti saat peneliti melakukan pengamatan?

Page 4: PEMBELAJARAN MENGEVALUASI PEMERAN TOKOH DALAM PEMENTASAN DRAMA

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui:

1. proses pembelajaran mengevaluasi pemeran tokoh dalam pementasan drama di kelas VIII-A

Madrasah Tsanawiyah Ma’arif 01 Tulakan, Pacitan, tahun pelajaran 2011/2012.

2. Mengapa pembelajaran mengevaluasi pemeran tokoh dalam pementasan drama di kelas VIII-

A Madrasah Tsanawiyah Ma’arif 01 Tulakan, Pacitan, tahun pelajaran 2011/2012 terjadi

seperti saat peneliti melakukan pengamatan.

LANDASAN TEORI

1. Pembelajaran Mengevaluasi Pemeran Tokoh dalam Pementasan Drama

Menurut Kunandar (2007:287), pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik

dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik.

Para ahli psikologi kognitif menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan suatu usaha

untuk mengaktifkan indera siswa agar siswa memperoleh pemahaman. Cara untuk mengaktifkan

indera siswa dapat dilakukan denagan cara menggunakan alat bantu belajar atau metode belajar

seperti metode cetak atau metode elektronik sesuai dengan kebutuhan. Sehubungan dengan hal

itu pula, Djamarah (1997: 11) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses perubahan

tingkah laku berkat pengalaman dan latihan. Sejalan dengan pendapat di atas, Slameto (1995: 2)

mengartikan pembelajaran sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil

pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah perubahan tingkah

laku yang diperoleh karena adanya usaha yang disengaja yang berupa pengalaman atau reaksi

situasi.

Berkaitan dengan tujuan pembelajaran pementasan drama menurut Endraswara

(2003:253), antara lain sebagai berikut: 1) peserta didik akan mampu menjadi pemain atau tokoh

yang disegani oleh audien. Melalui berlatih aktor dan casting pentas, peserta didik mampu

melakukan drama berbagai lakon. Mereka mampu bermain peran pada drama yang gembira

(komedi), sedih (tragedi), monolog dan sebagainya. 2) Peserta didik mampu mendramatisikan

sebuah wacana bacaan, prosa, puisi dan sejumlah fragmen. Dari sini mereka akan memiliki

Page 5: PEMBELAJARAN MENGEVALUASI PEMERAN TOKOH DALAM PEMENTASAN DRAMA

keterampilan yang kelak dapat digunakan ketika terjun di masyarakat. 3) Peserta didik mampu

memimpin atau menyutradarai sebuah pementasan drama pendek di kelas atau ketika sekolah

ada pementasan di akhir tahun. 4) Peserta didik mampu menata artistik pementasan drama

menurut kondisi dan eksistensi yang diinginkan.

2. Evaluasi atau Penilaian

Penilaian atau evaluasi sebagai suatu proses untuk mengetahui (menguji) apakah suatu

kegiatan, proses, keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah

ditentukan (Nurgiyantoro, 1988:5).

Dalam mengevaluasi pembelajaran pementasan drama, maka siswa dapat menilai

pemeran tokoh. Beberapa penilaiannya antara lain: 1) Penilaian vokal difokuskan pada kejelasan

suara, tuturan, ujaran dan nada berbicara dari tokoh yang dinilai. 2) Penilaian kemampuan akting

difokuskan pada kemampuan seorang dalam memerankan jenis tokoh tertentu. 3) Aspek

penghayatan ditekankan pada ekspresi wajah, penampilan, dan penjiwaan peran. 3) Penampilan

fisik tokoh ditekankan pada gerak tubuh dan kostum.

3. Pengertian Drama

Perkataan “drama” berasal dari bahasa Yunani “draomai” yang berarti berbuat, berlaku,

bertindak, atau beraksi (Waluyo, 2003:2). Ini berarti drama berwujud tindakan, perilaku, dan

action. Drama juga dapat didefinisikan sebagai cerita yang dipertunjukkan karena pada dasarnya

drama merupakan dialog dari tokoh dalam cerita yang diperankan dalam panggung. Ketika

sebuah drama baru berbentuk naskah, drama tersebut baru dapat dipahami belum dapat

dinikmati.

Kata “drama” mempunyai arti yang luas. Dalam Dictionary of World Literature, kata

“drama” berarti segala pertunjukan yang memakai mimik (any kind of mimetic performance).

Dari pertunjukkan Hamlet, pertunjukan banjolan (badut), pantomimi yang tanpa kata-kata,

sampai upacara-upacara suci keagamaan bangsa primitif. Menurut Encyclopedia britanica, kata

“drama” alih tulis (transliteration) dari kata Yunani yang berarti perbuatan atau pertunjukan (“a

thing done” or “perrformed), dan “teater” adalah alih tulis dari kata Yunani yang berarti tempat

peninjauan (a secing-place), (Brahim, 1968:51).

4. Pemeran Tokoh Drama

Character biasa juga disebut tokoh, adalah bahan yang paling aktif yang menjadi

penggerak jalan cerita. Character di sini adalah tokoh yang hidup, bukan mati; dia adalah boneka

Page 6: PEMBELAJARAN MENGEVALUASI PEMERAN TOKOH DALAM PEMENTASAN DRAMA

di tangan kita. Karena character ini berpribadi, berwatak, dia memiliki sifat-sifat karakteristik

yang tiga dimensional. Tiga dimensi yang dimaksud adalah dimensi fisiologi, sosiologis,

psikologis (Harymawan, 1988: 25).

Penokohan erat hubungannya dengan perwatakan. Adapun tokoh-tokoh dalam drama

dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

a. Berdasarkan peranannya terhadap jalan cerita, terdapat tokoh-tokoh seperti di bawah ini.

1) Tokoh Protagonis, yaitu tokoh yang mendukung cerita. Biasanya ada satu atau dua figur

tokoh protagonis utama, yang dibantu oleh tokoh-tokoh lainnya yang ikut terlibat sebagai

pendukung cerita.

2) Tokoh antagonis, yaitu tokoh penentang cerita. Biasanya ada seorang tokoh utama yang

menetang cerita, dan beberapa figur pembantu yang ikut menentang cerita.

3) Tokoh tritagonis, yaitu tokog pembantu, baik untuk tokoh protagonis maupun untuk tokoh

antagonis.

b. Berdasarkan peranannya dalam lakon serta fungsinya, maka terdapat tokoh-tokoh sebagai

berikut.

1) Tokoh sentral, yaitu tokoh-tokoh yang paling menentukan gerak lakon. Mereka merupakan

proses perputaran lakon. Tokoh sentral merupakan biang keladi pertikaian. Dalam hal ini

tokoh sentral adalah tokoh protagonis dan tokoh antagonis.

2) Tokoh utama, yaitu tokoh pendukung`atau penentang tokoh sentral. Dalam hal ini adalah

tokoh tritagonis. Dapat juga sebagai medium atau perantara tokoh sentral. Dalam tokoh ini

adalah tokoh tritagonis.

3) Tokoh pembantu, yaitu tokoh-tokoh yang memegang peran pelengkap atau tambahan

dalam mata rangkai cerita. Kehadiran tokoh pembantu ini menurut kebutuhan cerita saja.

5. Pementasan Drama

Yang dimaksud dengan kata “pentas” di sini adalah sebuah tempat yang dipergunakan

untuk mempertunjukkan suatu pemeranan yang dengan sadar mengisyaratkan sebuah nilai

kesenian (Padmodarmaya, 1988:26).

Untuk menghidupkan peran di pentas, peralatan teknis akan membantu. Peralatan tersebut

meliputi: pengaturan pentas (stage), dekorasi (scenery), tata lampu (lighting), tata suara (sound

system), dan segala sesuatu yang berhubungan dengan pentas (Waluyo, 2007:38-39).

Page 7: PEMBELAJARAN MENGEVALUASI PEMERAN TOKOH DALAM PEMENTASAN DRAMA

6. Studi Kasus

Menurut Yin (2011:1) Studi kasus adalah salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial.

Dari studi kasus inilah dapat menambah pengetahuan tentang fenomen individual atau sosial.

METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini di Madrasah Tsanawiyah Ma’arif 01 Tulakan, Kabupaten Pacitan.

Kelas yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian adalah kelas VIII-A, semester I tahun

pelajaran 2011/2012. Adapun waktu penelitian dilaksanakan dalam satu periode yaitu semester

ganjil tahun pelajaran 2011/2012, dimulai bulan Januari 2012 sampai bulan Maret 2012.

Bentuk dan Strategi Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif

menggunakan metode kualitatif karena pertama, lebih mampu mengungkap realitas ganda;

kedua, lebih mengungkapkan hubungan wajar antara peneliti denga responden; dan ketiga,

metode kualitatif lebih sensitif dan adaptif terhadap peran berbagai pengaruh timbal balik

(Ismawati, 2011:12)

Data dan Sumber Data

Penelitian ini data utamanya hasil observasi pembelajaran mengevaluasi pemeran tokoh

dalam pementasan drama. Adapun data pendukungnya berupa hasil wawancara, baik dengan

guru maupun siswa dan hasil analisis dokumen, yaitu RPP dan Silabus.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data peneliti menggunakan teknik observasi (sebagai data utama),

wawancara dan kajian dokumen (sebagai data penunjang). Untuk mendapatkan data utama

peneliti mengadakan tahap-tahap sebagai berikut:

Observasi, Tekstualisasi, Segmentasi, Tematisasi, Proposisionalisasi, Reduksi PID, Analisis.

Untuk mendapatkan data penunjang dalam penelitian ini adalah

dengan cara mengadakan:

1. Wawancara mendalam (in-depth interview)

Page 8: PEMBELAJARAN MENGEVALUASI PEMERAN TOKOH DALAM PEMENTASAN DRAMA

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh

dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) dan yang diwawancarai (Interviewee). Tujuan

utama melakukan wawancara adalah untuk: (1) menyajikan konstruksi saat sekarang dalam suatu

konteks mengenai para pribadi, peristiwa, aktivis, organisasi, perasaan, motivasi, tanggapan atau

persepsi,tingkat dan bentuk keterlibatan, dan sebagainya,(2) untuk merekonstruksi beragam hal

seperti itu sebagai bagian dari pengalaman masa lampau, dan (3) memproyeksikan hal-hal itu

dilakukan dengan harapan bisa terjadi di mana yang akan datang (Sutopo, 2006:68)

Selain wawancara dengan guru juga dengan siswa-siswi kelas VIII-A untuk mengetahui

sejauh mana sikap siswa-siswi terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia terutama dalam materi

dan proses pembelajaran mengevaluasi pemeran tokoh dalam pementasan drama.

2. Kajian Dokumen

Kajian dokumen digunakan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari dokumen

yang berkaitan dengan perangkat pembelajaran. Dokumen yang dikaji untuk mendapatkan data

adalah yang berhubungan langsung dengan penelitian yaitu berupa silabus, RPP, dan materi ajar.

Kajian dokumen pembelajaran mengevaluasi pemeran tokoh dalam pementasan drama dengan

cara mendengarkan/menyimak. Setelah diketemukan datanya kemudian dicatat dengan memberi

kode data, maka disebut teknik simak catat. Setiap dokumen yang berhubungan dengan proses

pembelajaran dicermati secara teliti dan dijelaskan secara sistematik, agar data-data yang

diketemukan dapat melengkapi temuan data utama.

Teknik Analisis Data

Setelah data diperoleh yaitu berupa segdur (segmen-segmen duratif) dan dikelompok-

kelompokkan yang disebut tapak-tapak jejaring interaksi (tejerin), maka diproposionalisasikan

yang menghasilkan pernyataan identitas data (PID).

Sebagai contoh pada gambar berikut:

TINDAKAN / AKTIVITAS

GURU Rentang

waktu

dari

menit

SISWA

Non Verbal Verbal Verbal Non Verbal

Page 9: PEMBELAJARAN MENGEVALUASI PEMERAN TOKOH DALAM PEMENTASAN DRAMA

ke

menit

(a) Memasuki

ruang

kelas VIII

A sambil

berdiri

1. “Assalamu

’alaikum Wr.

Wb. !

(1) 1. “Wa’alaikum

salam Wr.

Wb. !

(a) Menjawab

salam dengan

serampak

sambil

mengeluarkan

bukunya

Gambar 2

Tekstualisasi Kegiatan Pembelajaran

Maka akan diperoleh PID I: setelah memasuki ruang kelas sambil berdiri, guru

mengucapkan salam. Dan ketika mendengar guru mengucapkan salam secara bersamaan siswa

menjawab salam sambil mengeluarkan bukunya masing-masing.

Maka kode PID: GNVa, GV1; SV1, SNVa dan begitu seterusnya sesuai dengan tajerin yang

kemudian menghasilkan PID.

PID yang dimaksud dalam penelitian ini masih berstatus data mentah, untuk itu setiap

PID harus dicermati dan diteliti. Hanya yang relevan dengan toik saja yang diilih dan dijadikan

unit analisis. Dalam tahap ini diilih dan diambil PID-PID yang benar-benar relevan dengan topik

penelitian. Mengambil PID ini yang dimaksud dengan mereduksi dan hasilnya disebut dengan

unit data utama. Unit data utama atau UDAUT itulah yang sebenar-benarnya data yang fungsi

pertama dan utamanya untuk dianalisis, diulas, dikomentari dan ditafsirkan. Setelah unit

data utama ditentukan sebagai data utama dalam penelitian, selanjutnya peneliti melakukan

analisis menggunakan lima langkah analisis data utama sebagaimana dalam gambar berikut:

Page 10: PEMBELAJARAN MENGEVALUASI PEMERAN TOKOH DALAM PEMENTASAN DRAMA

1) diurai

berdasarkan jenis satuan

dasar yang berupa para

pelibat: (si) apa (saja)

2) diulas/ditafsirkan

satu persatu K/F KL secara

saksama/hati-hati dengan

menggunakan :

a) akal sehat yang kaya

dengan konsep teoretis;

b) data penunjang yang

berupa dokumen-dokumen

dan hasil wawancara

3) dirangkum secara

Kategorial

4) disimpulkan

bagaimananya dan

mengapanya serta akibat

lanjutannya

5) disarankan

tindak lanjut pemecahannya

dan diperkirakan wujud realitas

barunya

Gambar 3

Skema Lima Langkah Analisis Data Utama

Unit-unit data utama (udaut)

klausa-klausa/frasa-frasa konstituen

(yang) langsung (membentuk udaut)

[K/F KL] (konuda-konuda

[

K

/

F

K

L

]

(

k

o

n

u

d

a

-

k

o

n

u

d

a

)

[

K

/

F

K

L

]

(

k

o

n

u

d

a

-

k

o

n

u

d

a

)

pernyataan-pernyataan interpretatif

bermakna berdasarkan aspek yang

relevan yang ada dalam konuda dan

komentar evaluatif argumentatif

terhadap kualitas/kuantitas

identitas realitas yang ditemukan

pernyataan-pernyataan umun

perkategori yang bersifat perampatan

[K/F KL] (konuda-konuda)

[K/F KL] (ko

konklusi dan implikasi

[K/F KL] (konuda-konuda)

[K/F KL

rekomendasi dan prediksi

[K/F KL] (konuda-konuda)

[K/

Page 11: PEMBELAJARAN MENGEVALUASI PEMERAN TOKOH DALAM PEMENTASAN DRAMA

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dari observasi kegiatan pembelajaran mengevaluasi pemeran tokoh dalam pementasan

drama di kelas VIII-A Madrasah Tsanawiyah Ma’arif 01 Tulakan Kabupaten Pacitan diperoleh

data yang relevan dengan topik dijadikan Unit-Unit Data Utama (Udaut) beserta pembahasannya

yaitu:

UDAUT-1: Guru berdiri sambil membuka buku dan memberitahukan KD hari itu,

kemudian menyuruh Agus untuk mengambil buku di kantor dan Agus berdiri untuk mengambil

buku di kantor.

Guru sebelum masuk pada materi pembelajaran terlebih dahulu membacakan kompetensi

dasar (KD), karena Kompetensi Dasar merupakan penjabaran Standar Kompetensi yang cakupan

materinya lebih sempit dibanding dengan Standar Kompetensi. Hal itu sangat penting dilakukan

oleh guru disetiap awal pembelajaran karena akan menjadi petunjuk bagi siswa selama mengikuti

proses pembelajaran berlangsung.

UDAUT-2: Guru menanyakan maksud dari pementasan drama kemudian Dewi

menjawab drama itu adalah cerita yang dipentaskan di atas panggung. Guru menulis jawaban

Dewi di papan tulis sambil memberi penjelasan tentang drama dan siswa yang lain ada yang

memperhatikan gurunya dan ada juga yang masih menoleh sambil bercakap-cakap dengan

temannya.

Guru setelah membacakan Kompetensi dasar melanjutkan dengan menanyakan materi

yang ada kaitannya dengan topik pembelajaran. Guru pun kemudian menulis jawaban Dewi di

papan tulis. Hal ini dimaksudkan agar siswa mengingat kembali materi yang pernah

disampaikan.

Namun upaya guru dalam memusatkan perhatian atau konsentrasi masih kurang,

makanya masih banyak siswa yang bercakap-cakap sendiri, karena pikiran mereka belum tertuju

pada materi pembelajaran, terlebih suara guru atau volume suara yang terlalu lemah sehingga

mengganggu konsentrasi siswa.

Adapun diawal pembelajaran guru memanfaatkan media papan tulis, yang dapat

membantu memberi pemahaman pada siswa. Papan tulis merupakan alat yang sangat diperlukan

disetiap sekolah dan di kelas. Bahkan papan tulis dikatakan fasilitas yang mutlak diperlukan,

seperti halnya diperlukan meja dan kursi. Dengan papan tulis, pengajar dapat menulis dan

Page 12: PEMBELAJARAN MENGEVALUASI PEMERAN TOKOH DALAM PEMENTASAN DRAMA

menjelaskan materi pelajaran secara efektif dan efisien, sehingga pembelajar dapat menerima

pelajaran dengan baik. Papan tulis dapat digunakan secara baik, dengan memerhatikan prinsip-

prinsip penggunaan papan tulis. (Sanaky, 2011:53)

UDAUT-3: Guru berdiri di depan siswa dan menanyakan tentang apa yang dievaluasi

dari drama yang dipentaskan. Disela pertayaan, Agus masuk ruangan dan guru menyuruh

langsung membagikan buku ke teman-temannya.

Guru melakukan pre test untuk mengetahui kesiapan siswa dalam mengikuti

pembelajaran. Hal ini guru berarti telah melakukan eksplorasi sesuai yang tercantum dalam RPP

yaitu melibatkan secara aktif dalam pembelajaran, selain itu juga memfasilitasi terjadinya

interaksi dengan peserta didik.

Agus masuk ruangan kemudian membagikan buku kepada teman-temanya sedangkan

konsentrasi temannya berpindah ke agus, ada yang menanti dibagikan buku dan yang sudah

mendapat bagian langsung membuka-buka bukunya sesuai

dengan materi yang dipelajarinya.

UDAUT-4 :Guru berdiri di depan papan tulis menanyakan pokok pertama yang

dievaluasi dari pementasan drama. Karena siswa tidak ada yang menjawab, sebagian bercakap-

cakap dengan temannya dan sebagian memandang gurunya, maka guru pun memberitahukan

pokok pertama yang dievaluasi adalah gestur.

Guru berusaha menghidupkan suasana kelas dengan mengadakan interaksi tanya jawab

terhadap siswanya. Namun dari pertanyaan guru tersebut tidak ada siswa yang menjawab maka

guru langsung memberikan jawaban agar semua siswa segera mengetahuinya.

Siswa tidak ada yang merespon pertanyaan gurunya. Hal ini membuktikan bahwa siswa

masih takut ataupun ragu dalam menjawab pertanyaan guru, bahkan ada siswa yang masih malu

dan kurang percaya diri untuk mengacungkan tangan guna menjawab pertanyaan guru.

UDAUT-5: Guru berjalan mendekat siswa dan menanyakan pokok kedua yang dievaluasi

dari drama yang dipentaskan, siswa menjawab kwalitas drama sambil memandang guru.

Guru mendekati siswa dalam mengajar, hal ini dimaksudkan agar siswa berkonsentrasi

dalam pembelajaran. Konsentrasi sangat diperlukan agar tujuan pembelajaran bisa tercapai.

Siswa mulai terespon pertanyaan guru. Ini membuktikan bahwa siswa sudah terangsang

dan berkonsentrasi dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran mulai berjalan sesuai

rencana.

Page 13: PEMBELAJARAN MENGEVALUASI PEMERAN TOKOH DALAM PEMENTASAN DRAMA

UDAUT-6: Guru berdiri dan memandang Yusuf serta menanyakan pokok ketiga yang

dievaluasi dari naskah drama tetapi Yusuf hanya diam dan memandang temannya.

Guru menerapkan metode tanya jawab kepada salah satu siswa yang terlihat asyik

berbincang-bincang kepada temannya. Untuk mefokuskan perhatian siswa tersebut, Guru

langsung memberi pertanyaan kepada salah satu siswanya yaitu Yusuf. Tindakan guru ini

menurut peneliti sudah benar karena sebagian dari motivasi dalam pembelajaran. Motivasi

adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu

tujuan (Kunandar, 2007:353). Dari motivasi tersebutlah siswa akan belajar dengan sungguh-

sungguh.

Siswa yang bernama Yusuf hanya diam dan kaget ketiga guru langsung memberi

pertanyaan kepadanya. Karena Yusuf berbincang-bincang sendiri dengan temannya. Ia tidak

tertarik dengan pembelajaran saat itu dan merasa bosan.

UDAUT-7: Guru memandang siswa dan menanyakan kembali pokok apa selain

ketepatan nada dalam mengevaluasi pemeran tokoh dalam pementasan drama dan Puput

menjawab pokok berikutnya yaitu penempatan di atas panggung sambil memandang guru.

Guru melakukan interaksi dengan siswanya yaitu mengadakan tanya jawab sambil

memandang siswanya dengan seksama.

Sumadi Suryabrata (1981: 2) berpendapat bahwa pembelajaran adalah aktivitas yang

menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar aktual maupun potensial. Perubahan itu

pada hakikatnya adalah didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif

lama dan perubahan itu terjadi karena usaha.

Siswa yang bernama Puput menjawab pertanyaan dari gurunya sedangkan yang lain

masih ragu dalam menjawab sehingga memilih untuk diam. Hal ini membuktikan terjadinya

interaksi yang baik antara guru dengan Puput.

UDAUT-8: Guru berdiri di sebelah meja dan memandang siswa kemudian menanyakan

pengertian nada. Chintya menjawab dan memandang gurunya.

Guru memandang siswa dan menanyakan materi yang terkait hal yang harus dievaluasi

dari drama. Guru sudah mengunakan metode tanya jawab sesuai yang tertulis dalam RPP.

Siswa yang bernama Chintya berinteraksi dengan baik. Hal ini membuktikan bahwa

siswa tersebut memperhatikan dan konsentrasi terhadap setiap penjelasan dari gurunya.

Page 14: PEMBELAJARAN MENGEVALUASI PEMERAN TOKOH DALAM PEMENTASAN DRAMA

UDAUT-9: Guru berdiri di sebelah meja, menanyakan kembali kepada siswanya tentang

pengertian nada. Siswa tidak menjawab pertanyaan tersebut, tetapi sebagian memperhatikan,

sebagian siswa lainnya bercakap-cakap dengan temannya. Akhirnya guru pun menjawab

pertanyaan tersebut.

Guru menanyakan kembali tentang pengertian nada, ternyata tidak ada yang merespon

akhirnya langsung menjawab sendiri. Menurut pendapat peneliti apa yang dilakukan guru

tersebut kurang benar. Seharusnya memberikan kesempatan dan berinteraksi dengan para siswa

untuk berfikir dan menjawab pertanyaan.

Siswa sambil duduk sebagian memperhatikan penjelasan guru dengan penuh perhatian,

tetapi sebagian lain asyik bermain dan bercakap-cakap. Menurut peneliti kelihatannya banyak

siswa yang belum siap dengan metode tanya jawab. Sehingga sebagian besar siswa terlihat

kurang bersemangat dan kurang bersungguh-sungguh.

UDAUT-10: Guru berdiri di sebelah meja, dan membacakan nama-nama kelompok yang

akan bermain drama. Ketika menyebut nama Juriyanto, sebagian siswa menjawab tidak hadir.

Setelah membacakan kelompok tiga, guru menanyakan siapa berikutnya, dengan serempak siswa

pun menjawab kelompok empat dengan posisi duduk dan memandang gurunya.

Dalam pembagian kelompok pun guru menggunakan sistem random, agar kelompok

tidak berat sebelah dan tidak ada kecenderungan pilih kasih. Dengan demikian menumbuhkan

sikap kerjasama dan sosialisasi antar siswa.

Siswa merespon apa yang di tanyakan guru dengan penuh perhatian dan kemudian

menjawabnya. Sebelum masing-masing kelompok berkumpul dengan anggota kelompoknya,

mereka sibuk mencari nama-nama yang sudah di sebutkan oleh guru. Siswa mulai bersemangat

dalam proses pembelajaran yaitu bermain drama.

UDAUT-11: Guru berjalan ke depan dan mendekati pengamat, siswapun menoleh

kebelakang. Kemudian guru berjalan kembali menuju meja guru dan memberi penjelasan kepada

Chintya untuk masuk ke kelompok dua, setelah itu guru memberi kesimpulan bahwa kelompok

ada empat. Siswapun duduk dan memandang Chintya.

Guru memberikan penjelasan pada siswa yang bernama Chintya untuk masuk dalam

kelompok dua agar tidak terjadi kebingungan dalam melaksanakan tugas kelompok dan siswa

yang bernama Chintya mulai memahami penjelasan guru dan siswa lain pun juga ikut

mendengarkan. Karena dengan mendengarkan kita akan memperoleh banyak informasi.

Page 15: PEMBELAJARAN MENGEVALUASI PEMERAN TOKOH DALAM PEMENTASAN DRAMA

UDAUT-12: Guru berdiri di depan papan tulis dan menanyakan apa masih ada yang

ingin bertanya dari materi yang sudah disampaikan sedang sebagian siswa menulis dan sebagian

lagi bercakap-cakap dengan temannya. Karena dianggap sudah faham, guru pun menulis pokok-

pokok yang dievaluasi dari pementasan drama.

Guru mencoba untuk menanyakan kembali materi yang sudah disampaikan dan

dijelaskan di awal. Guru sebagai fasilitator memang seharusnya sering berkomunikasi dengan

peserta didik. Karena siswa tidak ada yang bertanya, guru langsung menulis pokok-pokok yang

dievaluasi dari pementasan drama di papan tulis. Guru mencoba memanfaatkan waktunya

dengan baik agar tujuan pembelajaran tercapai dan sesuai dengan apa yang direncanakan.

UDAUT-13: Guru berdiri di samping kanan meja guru dan memegang selembar kertas,

memberikan penjelasan tentang cara mengevaluasi pementasan drama yang sudah di tuliskan di

papan tulis. Sebagian siswa memperhatikan dan sebagian lain menulis.

Guru memberikan penjelasan tentang cara mengevaluasi pemeran tokoh dalam

pementasan drama kepada masing-masing kelompok. Guru mencoba memfasilitasi peserta didik

untuk mengevaluasi pemeran tokoh dalam pementasan drama, akan tetapi guru lupa memberi

penjelasan tentang watak tokoh dan latarnya sesuai yang telah direncanakan dalam RPP.

Siswa sebagian memperhatikan penjelasan guru karena merasa penting akan tetapi

sebagian lain asyik menulis sambil berbincang-bincang dengan temannya karena apa yang

ditulisnya belum cukup dan belum penting untuk mendengarkan penjelasan.

UDAUT-14: Guru berjalan mendekati siswa dan menyuruh berpindah tempat duduknya

sesuai dengan kelompok masing-masing kemudian berjalan keluar ruangan. Siswa berdiri dan

berjalan mencari anggota kelompoknya dengan ramai.

Guru menyuruh siswanya untuk berpindah tempat dan berkumpul dengan teman

kelompoknya. Hal ini guru memberikan fasilitas kepada peserta didiknya untuk memulai kerja

kelompoknya.

Siswa berjalan dan berpindah tempat untuk mencari kelompoknya masing-masing sesuai

dengan perintah gurunya. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik memiliki hakikat subyek

didik yang pada dasarnya merupakan insan yang aktif menghadapi lingkungannya.

UDAUT-15: Guru berjalan masuk ruangan dan menoleh ke siswa dan menanyakan

apakah sudah berkumpul dengan kelompokmya, Siswa menjawab sudah dengan posisi duduk,

Page 16: PEMBELAJARAN MENGEVALUASI PEMERAN TOKOH DALAM PEMENTASAN DRAMA

ada yang memandang guru dan ada yang sibuk bercakap-cakap dengan temannya. Kemudian

Guru membagikan naskah drama dan siswa menerima naskah tersebut.

Guru mengetahui tentang kesiapan anak dalam menjalankan tugas kelompoknya. Sebagai

perencana pembelajaran yang efektif dan efisien, maka guru menanyakan kesiapan anak agar

pembelajaran berjalan efektif dan efisien.

Sarwiji Suwandi (2006: 49-51) mengatakan sejumlah peranan penting yang diemban guru

dalam upaya mengefektifkan pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu: (1) Guru berperan sebagai

perencana pembelajaran yang efektif dan efisien, (2) Guru berperan sebagai fasilitator yang

kreatif dan dinamis, (3) Guru berperan sebagai model, (4) Guru berperan sebagai motivator, (5)

Guru berperan sebagai evaluator.

Media merupakan alat atau sarana untuk merangsang pembelajaran. Dalam pembelajaran

di sini guru menggunakan media berupa naskah drama. Hal ini bertujuan agar peserta didik dapat

belajar mengevaluasi pemeran tokoh dalam pementasan drama dengan mengetahui watak dan

latar tokoh yang terdapat dalam naskah.

UDAUT-16: Guru berdiri di depan siswa sambil membawa naskah dan menyuruh siswa

membentuk ketua kelompok dan masing-masing ketua membagi peran anggotanya, kemudian

berjalan mendekati kelompok satu dan menyuruh untuk membentuk ketua kelompok. Sebagian

siswa ada yang memperhatikan guru dan sebagian yang lain bercakap-cakap dengan temannya

sedangkan Aan menjawab pertanyaan gurunya.

Guru sebagai motivator dan pengarah pendidikan menyarankan untuk membentuk ketua

kelompok dan membagi peran tokoh kepada anggotanya.

Aan memperhatikan penjelasan gurunya dan turut aktif dalam pembelajaran. Sedangkan

teman-temannya lain masih asyik bercakap-cakap.

Disamping menggunakan metode kerja kelompok, guru juga menggunakan metode

penugasan. Metode penugasan ini dimaksudkan agar siswa memiliki tanggung jawab dan

berusaha menyelesaikan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan guru.

UDAUT-17: Dewi memandang guru dan bertanya apakah prolognya juga dibaca

sedangkan Guru berjalan di samping Dewi dan melihat naskah, guru pun menjawab ya kemudian

menyuruh membagi perannya dulu.

Sebagai fasilitator maka guru mendekati salah satu siswanya yang bernama Dewi untuk

menyelesaikan permasalahannya.

Page 17: PEMBELAJARAN MENGEVALUASI PEMERAN TOKOH DALAM PEMENTASAN DRAMA

Belajar bersama dalam kelompok mampu menumbuhkan keterampilan dasar yang

diperlukan dalam hidup. Keterampilan itu antara lain sikap mendengarkan, menerima pandangan

orang lain, berkomunikasi secara efektif, menyelesaikan konflik, dan bekerja sama untuk

mencapai tujuan bersama (Harsanto, 2007:44). Dengan adanya kerja kelompok maka Dewi

mempunyai keberanian untuk menyelesaikan konflik dan berkomunikasi secara efektif dengan

gurunya.

UDAUT-18: Guru berjalan mendekati siswa kemudian berbalik badan memandang Irul,

Eko, Fajar, dan dewo kemudian menyuruh membagi peran dan memahami tokohnya. Kemudian

Irul bertanya tentang peran Andi yang tidak ada dalam naskah tetapi adanya Agus. Guru pun

berdiri di samping Irul dan menyarankan peran Andi diganti Agus sedangkan Irul duduk dan

mendengarkan penjelasan guru.

Guru berkomunikasi dengan siswanya dan memberi penjelasan berkaitan dengan naskah

dramanya. Sebagai guru yang komunikatif, sudah tentu selalu menanyakan permasalahan apa

yang dihadapi oleh siswanya. Nasihat dan dorongan guru sangat dibutuhkan oleh siswa dalam

proses belajar mengajar. Apabila siswa kesulitan dan jalan buntu dalam proses penguasaan

materi pelajaran akan berlari pada guru. Dalam hal ini guru wajib memberikan nasihat dan solusi

untuk menambah pengetahuan anak.

Sebagaimana temannya yang lain, Irul pun menanyakan permasalahannya kepada. Dari

sini motivasi belajar Irul mulai nampak dengan memperhatikan bahan ajar yang ada

dihadapannya dan ingin memperoleh informasi.

UDAUT-19: Guru berdiri di samping Sri dan menanyakan apa ada permasalahan

kemudian memberitahukan untuk peran Andi diganti dengan Agus. Sarno Adi menegaskan

kembali perkataan guru. Kemudian guru memberi waktu 5 menit untuk mengevaluasi drama

yang akan dipentaskan. Siswa duduk dan mendengarkan penjelasan guru.

Sebagai guru yang komunikatif, sudah tentu selalu menanyakan permasalahan apa yang

dihadapi oleh siswanya. Guru memperhatikan gerak-gerik siswanya dalam berdiskusi.

Sarwiji Suwandi (2006: 49-51) mengatakan sejumlah peranan penting yang diemban guru

dalam upaya mengefektifkan pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu: (1) Guru berperan sebagai

perencana pembelajaran yang efektif dan efisien, (2) Guru berperan sebagai fasilitator yang

kreatif dan dinamis, (3) Guru berperan sebagai model, (4) Guru berperan sebagai motivator, (5)

Guru berperan sebagai evaluator.

Page 18: PEMBELAJARAN MENGEVALUASI PEMERAN TOKOH DALAM PEMENTASAN DRAMA

Untuk mengefektifkan pembelajaran, guru pun memberi waktu kepada siswanya untuk

menyelesaikan diskusi agar tujuan pembelajaran tercapai.

Siswa yang bernama Sarno Adi ini menunjukkan keaktifan dan keberaniannya dengan

menanyakan permasalahan yang mengganjal dipikirannya. Berarti terlihat Sarno Adi memang

selalu memperhatikan penjelasan guru.

UDAUT-20: Guru berjalan dan berdiri di sebelah meja dan menanyakan kesudahan

untuk mempersiapkan sementara itu Nur bertanya tentang peran Andi apakah diganti Agus. Guru

pun mendekati Nur dan berdiri di samping Riska dan memberi penjelasan peran Andi memang

diganti Agus kemudian membaca sedikit cuplikan naskah.

Guru masih secara aktif mengawasi kegiatan kerja kelompok dengan sering mengajak

berkomunikasi dan menanyakan permasalahan dalam kelompok. Ini menunjukkan guru yang

selalu perhatian kepada siswanya. Dengan begitu siswa akan terbangun motivasinya dalam

belajar.

Pada dasarnya setiap anak mempunyai rasa ingin tahu. Ketika anak itu memperhatikan

penjelasan yang diberikan oleh gurunya, maka perkembangan pemahamannya akan meningkat.

Terkadang ketika siswa ditanya di depan umum, lebih baik diam karena takut salah, berbeda

ketika ditanya secara pribadi maka anak itu dengan mudah untuk menjawab karena memiliki

keberanianuntuk menjawab, seperti halnya dengan Nur. Ini menunjukkan kemampuan anak yang

berbeda-beda.

Setelah semua kelompok memahami naskahnya, seharusnya guru mengevaluasi bersama

tentang naskah yang sudah dipelajari sebelum diperankan di depan kelas, sehingga terjadin

kesepakatan dan kesamaan persepsi tentang watak dan latar tokoh berdasarkan evaluasi bersama

dalam naskah yang akan dipentaskan. Siswa pun nantinya dapat mengevaluasi masing-masing

pemeran tokoh yang akan ditampilkan oleh kelompok lain, selain itu juga lebih percaya diri dan

yakin terhadap peran yang akan dipentaskan.

UDAUT-21: Guru berjalan dan berdiri di sebelah meja guru dan menyuruh kelompok

satu untuk memerankan drama sedangkan Roy menjawab belum siap. Sambil mendekati Roy,

guru menyuruh ke depan dengan membawa naskah dan Roy beserta asrul berdiri dan berjalan ke

depan kelas, menyusul Aan, Anggit, Agus, Dewi berdiri dan berjalan ke depan kelas.

Dalam hal ini guru mencoba untuk memanfaatkan waktu dengan baik yaitu segera

menyuruh kelompok satu untuk mementaskan naskah drama di depan kelas walaupun siswa

Page 19: PEMBELAJARAN MENGEVALUASI PEMERAN TOKOH DALAM PEMENTASAN DRAMA

belum siap. Kalaupun guru menanti kesiapan anak, maka pembelajaran hari itu tidak berjalan

sesuai rencana. Dengan ketelatenan guru, akhirnya melakukan pendekatan dengan pemain

drama.

Siswa yang bernama Roy ini melatih keberaniannya meskipun tidak percaya diri karena

belum siap untuk bermain peran. Dia sudah berani untuk mencoba. Kalaupun hasilnya tidak

maksimal yang terpenting sudah berani tampil. Begitu juga dengan Agus yang masih malu-malu

dalam bermain peran, karena merasa ragu terhadap karakter yang dibawakannya.

Adapun metode yang digunakan dalam pembelajaran disini adalah role playing atau

bermain peran. Metode ini salah satu bentuk penugasan guru yang berupa mengapresiasikan

pementasan drama. Hal ini dimaksudkan agar siswa berlatih mengekspresikan dirinya melalui

watak tokoh dalam naskah drama sehingga diwujudkan dalam bentuk pementasan drama.

UDAUT-22: Guru duduk di kursi pandangan tertuju pada anak yang membaca naskah

drama sedangkan kelompok satu mulai membaca dan memerankan satu persatu secara

bergantian sesuai dengan bagiannya masing-masing. Dewi memerankan tokoh Ani dengan

percaya diri walaupun dengan membaca. Asrul sebagai tokoh Hana dalam memerankan kurang

menghayati. Sebagai peran Agus, intonasi seharusnya keras, tetapi Agus memerankan kurang

tegas dan malu. Anggit sebagai Anto dalam memerankan sudah memiliki ekspresi yang cukup

bagus akan tetapi dalam membacanya kurang lancar, masih terbata-bata, jadi terlihat

penghayatannya kurang. Sedangkan Aan memerankan tokoh Markus sudah memiliki intonasi

yang pas tapi dalam penguasaan panggungnya yang kurang tepat.

Guru dalam hal ini memposisikan dirinya hanya sebagai pengamat saja, tidak

mencampuri siswa dalam bermain peran. Guru hanya duduk di kursi seakan hanya sebagai

penonton. Peneliti berpendapat dalam hal ini guru kurang mengambil perannya sebagai evaluator

atau penilai. Seharusnya tidak hanya diam akan tetapi juga mengarahkan, sehingga bisa dijadikan

evaluasi untuk kelompok yang lain.

Dewi memerankan tokoh Ani dengan percaya diri walaupun dengan membaca. Asrul

sebagai tokoh Hana dalam memerankan kurang menghayati, sambil tersenyum-senyum malu.

Sebagai peran Agus, intonasi seharusnya keras, tetapi Agus memerankan kurang tegas dan malu.

Anggit sebagai Anto dalam memerankan sudah memiliki ekspresi yang cukup bagus akan tetapi

dalam membacanya kurang lancar, masih terbata-bata, jadi terlihat penghayatannya kurang.

Page 20: PEMBELAJARAN MENGEVALUASI PEMERAN TOKOH DALAM PEMENTASAN DRAMA

Sedangkan Aan memerankan tokoh Markus sudah memiliki intonasi yang pas tapi dalam

penguasaan panggungnya yang kurang tepat.

Adapun guru menggunakan media role playing sebagai bentuk media pembelajaran, agar

siswa lainnya memperhatikan ketika kelompok yang lain bermain peran.

UDAUT-23: Guru berdiri dan berjalan menuju kelompok dua dan menyuruh untuk

kedepan. Novi, Chintya, Irul, Eko, Fajar, Dewo langsung berdiri ke depan kelas dan memulai

dialognya yang diawali dengan ucapan salam. Novi sebagai pemeran Ani cukup menghayati dan

sesuai dengan intonasi, tetapi masih terlihat malu-malu. Irul sebagai Hanna terlihat kurang

bersemangat dan suara kurang lantang, sehingga teman-temannya banyak yang bercakap-cakap

sendiri. Eko sebagai Agus kurang sedikit tegas, intonasi dan suara sudah cukup bagus, sehingga

ekspresinya terlihat kurang. Fajar yang berperan sebagai Markus terlihat kurang bijaksana,

terlalu tergesa-gesa dalam membaca. Sedangkan Dewo berperan sebagai Anto kurang tegas dan

terlihat malu-malu, kurang percaya diri. Pementasan berakhir sebagian teman memberi tepuk

tangan dan sebagian bercakap-cakap sendiri dengan teman sebangkunya.

Guru seperti biasa memposisikan dirinya duduk dikursi guru sampai pementasan

berakhir. Guru berperan sebagai pengamat dan evaluator bagi siswa. Guru juga memberi

kebebasan pada siswa untuk mengeluarkan bakat, potensi dan semua kemampuannya di depan

temannya sendiri secara bebas. Akan tetapi peneliti berpendapat, guru belum bisa menjadi

motivator yang baik dalam pementasan drama.

Novi sebagai pemeran Ani cukup menghayati dan sesuai dengan intonasi, tetapi masih

terlihat malu-malu. Irul sebagai Hanna terlihat kurang bersemangat dan suara kurang lantang,

sehingga teman-temannya banyak yang bercakap-cakap sendiri. Eko sebagai Agus kurang sedikit

tegas dan kasar, intonasi dan suara sudah cukup bagus, sehingga ekspresinya terlihat kurang.

Fajar yang berperan sebagai Markus terlihat kurang bijaksana, terlalu tergesa-gesa dalam

membaca. Sedangkan Dewo yang berperan sebagai Anto kurang tegas dan terlihat malu-malu,

kurang percaya diri.

UDAUT 24: Guru berdiri di depan siswa dan menyuruh kelompok empat untuk maju

terlebih dahulu, sementara pementasan berlangsung guru mengamati masing-masing peserta

pentas. Sri sebagai pemeran tokoh Ani memiliki ekspresi dan intonasi baca yang tepat. Ulin

sebagai pemeran tokoh Hanna terlihat ekspresif dan bersahabat. Begitu juga dengan Sulasmi

yang memerankankan tokoh Agus, ekspresi dan intonasi jelas dan suara lantang. Witri sebagai

Page 21: PEMBELAJARAN MENGEVALUASI PEMERAN TOKOH DALAM PEMENTASAN DRAMA

tokoh Anto terlihat bersemangat dengan ekspresinya yang meyakinkan sedangkan Yusuf fauzi

sebagai tokoh Markus meskipun masih terlihat malu tapi suara dan intonasi sudah cukup jelas.

Diakhir pementasan siswa bertepuk tangan dengan serempak.

Guru berdiri di depan siswa dan menyuruh kelompok empat untuk maju bermain drama

sambil berjalan mondar-mandir. Seperti biasanya guru hanya mengamati tanpa mengevaluasi,

sehingga pementasan terjadi kurang menyenangkan dan kurang bersemangat. Bagi anak yang

memiliki bakat tentu akan bermain drama dengan baik.

UDAUT 25: Guru berdiri di depan kelas dan mendekati meja siswa untuk menyuruh

msing-masing kelompok memberi penilaian terhadap pementasan dari kelompok lain, kemudian

Nur dan Riska menanyakan apakah yang dinilai semua kelompok termasuk kelompok yang

tampil pentas, guru pun memberi penjelasan bahwa yang dievaluasi cukup kelompok lain.

Adapun siswa yang lain masih bercakap-cakap dengan temannya.

Ketika ada siswanya yang bertanya maka guru memberi penjelasan. Hal ini sesuai

dengan peran guru sebagai fasilitator. Guru memfasilitasi setiap permasalahan siswa agar

memperoleh sebuah pemahaman terhadap materi yang disampaikan pada pembelajaran. Berarti

guru tersebut sudah berupaya menarik dan mempertahankan perhatian siswa terhadap kegiatan

pembelajaran.

Beberapa siswa mulai menanyakan tentang materi atau tugas yang diberikan guru.

Mereka merasa kurang faham terhadap apa yang ditugaskan oleh gurunya. Hal ini membuktikan

ada motivasi belajar dalam kelompoknya yaitu ingin menyelesaikan tugas dari gurunya.

UDAUT 26: Guru diam dan duduk dikursi sementara siswa menulis format aspek

penilaian dalam pementasan drama sambil bercakap-cakap dan bergurau dari masing-masing

kelompoknya. Selang beberapa menit guru memberi arahan supaya langsung memberi penilaian

terhadap masing-masing kelompok, sebagian siswa belum selesai karena asyik ngobrol dengan

temannya.

Guru duduk dan diam di kursi sambil menunggu siswanya menulis format aspek

penilaian. Guru tidak mempersiapkan format itu sebelumnya sehingga kurang fokus dan

maksimal dalam memberikan penilaian. Seharusnya dalam pertemuan kedua guru harus bertanya

jawab tentang karakter tokoh dan latar dalam naskah drama sehingga dalam memberikan

penilaian faham betul tentang karakter tokoh yang dibawanya.

Page 22: PEMBELAJARAN MENGEVALUASI PEMERAN TOKOH DALAM PEMENTASAN DRAMA

UDAUT 27: Guru berjalan keluar ruangan sedangkan siswa masih sibuk mengerjakan

tugas. Beberapa menit kemudian Roy, Dewo, dan Agus ke luar ruangan.

Guru berjalan keluar ruangan karena merasa jenuh menunggu anak-anak yang masih

sibuk mengerjakan tugas. Seharusnya guru mengamati dan memperhatikan masing-masing

kelompok dalam mengerjakan tugas. Sebagian siswa sibuk mengerjakan tugas dari gurunya

tetapi Roy, Dewo dan Agus keluar ruangan. Karena merasa tidak ada yang ngawasi, mereka

pergi keluar begitu saja. Ini menunjukkan bahwa anak tersebut tidak berminat terhadap kerja

kelompok yang diberikan oleh gurunya.

UDAUT 28: Guru masuk ruangan dan berdiri di depan siswa untuk mempersilahkan

mengumpulkan tugas bagi yang sudah selesai. Masing-masing kelompokpun satu persatu

mengumpulkan tugasnya yang dimulai oleh Siti dari kelompok tiga kemudian Aan dari

kelompok satu, berikutnya Chintya kelompok dua, terakhir Sri dari kelompok empat.

UDAUT 29: Pandangan guru ke siswa dan berdiri di sebelah meja, menanyakan apakah

tugas sudah dikumpulkan semua, secara serentak siswa pun menjawab sudah. Kemudian guru

menyuruh kembali ke tempat duduk seperti posisi semula. Siswa pun berdiri dan berpindah

tempat.

Guru berjalan mendekati siswa dan berdiri di sebelah meja siswa untuk memastikan

apakah tugas sudah dikumpulkan semua. Karena tugas sudah dikumpulkan semua, maka guru

pun menyuruh siswanya untuk kembali ke tempat duduknya masing-masing seperti semula.

UDAUT 30: Guru berdiri di depan siswa dan menanyakan kembali apa ada yang mau

bertanya dari pembelajaran hari itu. Siswa menjawab tidak ada yang ditanyakan sambil

memasukkan bukunya dalam tas. Kemudian menyuruh siswa untuk mengumpulkan kembali

buku paketnya, siswa pun mengumpulkan bukunya di meja guru.

Dalam kegiatan akhir ini berarti guru tidak melakukan refleksi terhadap kegiatan yang

sudah dilaksanakan ataupun merefleksi kesulitan dan kemudahan yang ditemuinya dalam proses

pembelajaran. Dengan alasan karena waktu sudah habis, padahal maih ada tersisa sekitar 10

menit. Seharusnya guru melakukan refleksi tersebut sesuai dengan rencana dalam RPP.

Page 23: PEMBELAJARAN MENGEVALUASI PEMERAN TOKOH DALAM PEMENTASAN DRAMA

DAFTAR PUSTAKA

Brahim. 1968. Drama dalam Pendidikan. Jakarta: PT Gunung Agung.

Djamarah. 1997. Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi. Malang: UNM.

Endraswara, Suwardi. 2003. Membaca, Menulis, Mengajakan Sastra. Yogyakarta: Kota

Kembang.

Hamalik, Oemar. 2007. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Rosdakarya.

Harsanto, Radno. 2007. Pengelolaan Kelas yang Dinamis. Yogyakarta: Kanisius.

Harymawan. 1988. Dramaturgi. Bandung: Rosdakarya.

Ismawati, Esti. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra. Surakarta: Yuma

Pustaka.

Kunandar. 2007. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Nurgiyantoro, Burhan. 1988. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta:

BPFE.

Padmodarmaya, Pramana. 1988. Tata dan Teknis Pentas. Jakarta: Balai Pustaka.

Sanaky AH, Hujair. 2011. Media Pembelajaran; Buku Pegangan Wajib Guru dan Dosen.

Yogyakarta: Kaukaba Dipantara.

Sarwiji Suwandi. 2006. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen P dan K.

Satoto, Sudiro. 2012. Analisis Drama dan Teater, Bagian 1. Yogyakarta: Ombak.

Slameto.1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara.

Sumadi Suryabrata. 1981. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Perkasa.

Sutopo, H.B. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret Press.

Syamsuddin,Vismaia. 2006. Metodologi Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT

Rosdakarya.

Waluyo, Herman J. 2003. Drama, Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita Graha

Widia.

_________. 2007. Drama Naskah, Pementasan, dan Pengajarannya. Surakarta: LPP UNS dan

UNS Press.

Yin, Robert K. 2011. Studi Kasus, Desain dan Metode. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.