ESTETIKA PADA RITUAL PEMERAS DALAM PEMENTASAN …

5
ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram| 17 http://www.untb.ac.id/Desember-2016/ Volume 2, No. 4, Desember 2016 ESTETIKA PADA RITUAL PEMERAS DALAM PEMENTASAN WAYANG SASAK Oleh: Sunardy Kasim Dosen Tetap pada Fakultas Ilmu Seni UNTB Abstrak: Ritual pemeras merupakan salah satu ritual yang ada dalam tahapan pementasan wayang sasak. Dalam pelaksanaannya ritual pemeras memerlukan bahan-bahan sesaji tertentu, dimana bahan-bahan tersebut mengandung makna filosofi didalamnya. Dalam mengkaji nilai estetika pada ritual pemeras, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik observasi, wawancara, dan telaah dokumen. Teori yang digunakan adalah teori estetika dengan melihat dari keindaha subyektif dan keindahan obyektif. Dari hasil kajian dapat dijelaskan bahwa didalam ritula pemeras pada pementasan wayang sasak memiliki nilai estetika yang meliputi keindahan seni, alam, moral, dan intelektual. Kata kunci: estetika, ritual pemeras, wayang, PENDAHULUAN Pemeras merupakan ritual upacara tradisional yang dilakukan sebelum dimulainya pementasan wayang sasak, ritual pemeras dilakukan dengan cara memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar pementasan berjalan dengan baik, mendapat simpati banyak penonton dan tanpa kendala apapun. Didalam pelaksanaannya ritual ini memerlukan sejulah bahan-bahan yang diperlukan untuk sesaji (bahasa sasak: andang-andang), bahan-bahan yang digunakan adalah bahan kebutuhan pokok masyarakat sehari-hari seperti beras, benang, uang, telur, air, sirih, pinang, dan lain sebagainya, bahan-bahan tersebut harus terpenuhi sebagai syarat wajib dalam pementasan wayang sasak karena disetiap bahan sesaji terdapat makna filosofi tentang kehidupan. Setelah baha-bahan pemeras terpenuhi barulah ritual pemeras dilakukan oleh seorang dalang dengan membacakan mantra-mantra pemikat atau do’a keselamatan dan kelancaran pementasan wayang. Ketika ritual pemeras ini berlangsung kesan magis sangat terasa dan hal inilah yang membuat ritual ini menjadi sangat menarik. Ritual pemeras merupakan karya manusia berupa konsep ritual yang penuh makna, setiap hasil karya manusia tentu memiliki nilai-nilai estetis didalamnya dan hal inilah yang membuat suatu karya itu menjadi sangant menarik. Bedasarkan uraian diatas, muncul permasalahan yang ingin penulis ungkap yaitu adakah nilai-nilai estetika dalam ritual pemeras? dan bagaimanakah bentuk estetika dalam ritual pemeras dalam pementasan wayang sasak? Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk dapat mengetahui nilai-nilai estetika apa yang terkandung dalam ritual pemeras pada pementasan wayang sasak, serta penulis berharap hasil penelitian dapat menambah pemahaman masyarakat terhadap pelaksanaan ritual pemeras dalam pementasan wayang sasak. METODE Metodologi yang digunakan dalam menganalisi estetika pada ritual pemeras dalam wayang sasak adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penlitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan analisis statistik atau secara kuantifikasi lainnya ( Moleong, 2009: 6 ). Didalam penelitian ini penulis mengumpulkan data tidak menggunakan analisi statistik namun melalui obsevasi, wawancara, dan menelaah dokumen. 1. Observasi Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku ( dalang dan sekhe ), kegiatan (pementasan), dan objek (bahan-bahan pemeras). Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau objek. 2. Wawancara Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (indepth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara bertanya sambil bertatap muka dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara. Dalam penentuan informan peneliti menggunakan teknik purposive sampling.

Transcript of ESTETIKA PADA RITUAL PEMERAS DALAM PEMENTASAN …

Page 1: ESTETIKA PADA RITUAL PEMERAS DALAM PEMENTASAN …

ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram| 17

http://www.untb.ac.id/Desember-2016/ Volume 2, No. 4, Desember 2016

ESTETIKA PADA RITUAL PEMERAS DALAM PEMENTASAN WAYANG SASAK

Oleh:

Sunardy KasimDosen Tetap pada Fakultas Ilmu Seni UNTB

Abstrak: Ritual pemeras merupakan salah satu ritual yang ada dalam tahapan pementasan wayang sasak.Dalam pelaksanaannya ritual pemeras memerlukan bahan-bahan sesaji tertentu, dimana bahan-bahantersebut mengandung makna filosofi didalamnya. Dalam mengkaji nilai estetika pada ritual pemeras,penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik observasi, wawancara, dan telaahdokumen. Teori yang digunakan adalah teori estetika dengan melihat dari keindaha subyektif dankeindahan obyektif. Dari hasil kajian dapat dijelaskan bahwa didalam ritula pemeras pada pementasanwayang sasak memiliki nilai estetika yang meliputi keindahan seni, alam, moral, dan intelektual.

Kata kunci: estetika, ritual pemeras, wayang,

PENDAHULUANPemeras merupakan ritual upacara tradisional

yang dilakukan sebelum dimulainya pementasanwayang sasak, ritual pemeras dilakukan dengancara memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agarpementasan berjalan dengan baik, mendapatsimpati banyak penonton dan tanpa kendalaapapun.

Didalam pelaksanaannya ritual inimemerlukan sejulah bahan-bahan yang diperlukanuntuk sesaji (bahasa sasak: andang-andang),bahan-bahan yang digunakan adalah bahankebutuhan pokok masyarakat sehari-hari sepertiberas, benang, uang, telur, air, sirih, pinang, danlain sebagainya, bahan-bahan tersebut harusterpenuhi sebagai syarat wajib dalam pementasanwayang sasak karena disetiap bahan sesaji terdapatmakna filosofi tentang kehidupan.

Setelah baha-bahan pemeras terpenuhi barulahritual pemeras dilakukan oleh seorang dalangdengan membacakan mantra-mantra pemikat ataudo’a keselamatan dan kelancaran pementasanwayang. Ketika ritual pemeras ini berlangsungkesan magis sangat terasa dan hal inilah yangmembuat ritual ini menjadi sangat menarik.

Ritual pemeras merupakan karya manusiaberupa konsep ritual yang penuh makna, setiaphasil karya manusia tentu memiliki nilai-nilaiestetis didalamnya dan hal inilah yang membuatsuatu karya itu menjadi sangant menarik.

Bedasarkan uraian diatas, munculpermasalahan yang ingin penulis ungkap yaituadakah nilai-nilai estetika dalam ritual pemeras?dan bagaimanakah bentuk estetika dalam ritualpemeras dalam pementasan wayang sasak?

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian iniuntuk dapat mengetahui nilai-nilai estetika apayang terkandung dalam ritual pemeras pada

pementasan wayang sasak, serta penulis berharaphasil penelitian dapat menambah pemahamanmasyarakat terhadap pelaksanaan ritual pemerasdalam pementasan wayang sasak.

METODEMetodologi yang digunakan dalam

menganalisi estetika pada ritual pemeras dalamwayang sasak adalah metode penelitian kualitatif.Penelitian kualitatif adalah penlitian yangmenghasilkan prosedur analisis yang tidakmenggunakan analisis statistik atau secarakuantifikasi lainnya ( Moleong, 2009: 6 ). Didalampenelitian ini penulis mengumpulkan data tidakmenggunakan analisi statistik namun melaluiobsevasi, wawancara, dan menelaah dokumen.1. Observasi

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasilobservasi adalah ruang (tempat), pelaku (dalang dan sekhe ), kegiatan (pementasan), danobjek (bahan-bahan pemeras). Alasan penelitimelakukan observasi adalah untuk menyajikangambaran realistik perilaku atau objek.

2. WawancaraWawancara merupakan alat re-cheking ataupembuktian terhadap informasi atau keteranganyang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancarayang digunakan dalam penelitian ini adalahwawancara mendalam. Wawancara mendalam(in–depth interview) adalah proses memperolehketerangan untuk tujuan penelitian dengan carabertanya sambil bertatap muka dengan informanatau orang yang diwawancarai, dengan atautanpa menggunakan pedoman (guide)wawancara.Dalam penentuan informan penelitimenggunakan teknik purposive sampling.

Page 2: ESTETIKA PADA RITUAL PEMERAS DALAM PEMENTASAN …

18 | Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292

Volume 2, No. 4, Desember 2016 http://www.untb.ac.id/Desember-2016/

Purposive sampling adalah teknik pengambilansample sumber data dengan pertimbangantertentu (Sugiyono, 2012:218) didalam hal inipeneliti mecari dalang-dalang wayang dan parabudayawan yang mengetahui perihal rutualmemeras dalam pementasan wayang sasak.

3. DokumenSejumlah besar fakta dan data tersimpan dalambahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagianbesar data yang tersedia adalah berbentukcatatan-catatan hasil wawancara, makalah,buku-buku, foto, video, ketenangan-keterangandi website, dan lain-lain.

Teori yang digunakan untuk mengkaji estetikapada ritual pemeras dalam wayang sasak adalahteori estetika. Ilmu estetika adalah suatu ilmu yangmempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengankeindahan (Djelantik, 2008:9).

Untuk melihat estetika pada ritual pemerasdalam wayang sasak penulis melihat dari dua teorikeindaha yakni yang bersifat subyektif danobyektif. Keidahan subyektif adalah keindahanpada mata yang memandang. Keindahan obyektifmenempatkan pada benda yang dilihat (Dharsono,2007:7 ). Dalam penelitian ini dimanasecara subyektif dapat dilihat dari pandanganberbagai narasuber yang memberikanpemahamannya mengenai ritual pemeras dansecara obyektif tentunya peneliti melihat bahan-bahan yang diperlukan dalam ritual pemeras secarakeseluruhan dan menetukan letak esteika dariberbagai macam bahan yang diperlukan dalamritual pemeras tersebut

Didalam menganalisis estetika pada rutualpemeras dalam wayang sasak harus ditentukanaspek-aspek yang diteliti dengan melihat unsur-unsur yang menunjang sehingga mendapatkansuatu pandangan tentang keindah yang terdapatdalam pemeras tersebut. Semua benda atauperistiwa kesenian mengandung tiga aspek dasar,yakni wujud atau rupa ( Inggris: appearance), bobotatau isi (Inggris: content, substance), danpenampilan atau penyajian (Inggris: persentasion)(Djelantik, 2008:17).

PEMBAHASANPertunjukan Wayang Sasak membutuhkan

sesajian ketika hendak dipentaskan. Dalam bahasaSasak sesajian dinamakan pemeras. Bahan-bahansesajian atau pemeras terdiri dari kelapa, beras,telur ayam dan lain-lain.

Untuk melihat estetika yang ada pada ritualpemeras dalam wayang sasak maka penulis melihatdari keindahan subyektif dan keindah objektif :

Keindah subyektif memperoleh data denganmelakukan wawancara pada beberapa narasumberyang memiliki pemahaman tentang ritual pemeras

dalam wayang sasak. Salah satu dari narasumberyang penulis wawancarai adalah Syaipuddin, beliomerupakan salah seorang dalang yang adadilombok tengah, selain itu selain itu beliaomerupakan pemerhati budaya terutama wayangyang ada dilombok tengah.

Menurut Syaipuddin, ritual pemerasmerupakan bagian dari tahahapan mementasanwayang sasak, ritual ini sangat penting dilakukanuntuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esaagar pementasan wayang berjalan dengan baik,lancar dan mendapat simpati yang positip daribanyak penonton. Lebih lajut beliao menuturkanbahwa ritual pemeras memerlukan baha-bahanuntuk sesaji (bahasa sasak: andang-andang) dandisetiap bahan memiliki kegunaan secara langsungdan kegunaan makna filofofi didalamnya. Beberapabahan-bahan tersebut diantaranya besek (kelowoq),benang mentah (benang katak), tembako hitam(mako bereng), sirih, pinang, kapur (lekoq, buaq,epuh), ayam kampong (manoq jamak), bambu(tereng), beras, telur ayam (teloq manok), koin cina(kepeng bereng), kelapa tua (nyiur toaq) danbumbu-bumbu dapur (embe base). Bahan-bahanpemeras tersebut dapat berfungsi secara langsungseperti benang yang secara langsung dapatberfungsi sebagai pengikat wayang yanggagangnya terlepas, beras bisa dimasak menjadinasi, telur dan ayam dapat dimasak denganbumbu-bumbu dapur untuk dijadikan sayur, kelapatua bisa dijadikan minyak, kepeng berfungsi untukmembeli kebutuhan hidup lainnya, dan sementarabambu berfungsi sebagai bahan pembuat anyamanserta sirih, pinang, tembakau, dan kapur merupakankonsumsi tambahan setelah makan. Selain dapatberfungi secara langsu bahan-bahan pemeras jugamemiliki makna sibolis didalamnya, beberapa darimakna tersebut diantaranya : benang bermakna talipengikat persaudaraan antar anggota pewayangan(sekhe), beras putih bermakna kesucian hati denganharapan pementasan wayang ini dapat memberikanpencerahan kepada semua penikmatnya, telurmempunyai makna persatuan, kelapa tua bermaknasymbol kehidupan, begitu pun dengan bahan-bahanyang lainnya yang secara keseluruhan memilikimakna penunjang kehidupan dalam bermasyarakat.

Narasumber yang penulis wawancaraiselanjutnya adalah H.Durahman, beliao dulunyamerupakan salah seorang dalang namun karenafaktor usia kini beliao sudah tidak aktif lagi mejadidalang. Beliao menuturkan pemikiranya perihalritual pemeras merupakan salah satu tahap dalampementasan wayang sasak yang mempunyai peransangat penting guna terselenggaranya pementasandengan baik dan lancer. Ritual pemeras inidilakukan oleh seorang dalang denganmemanjatkan do’a keselamatan kepada Tuhan

Page 3: ESTETIKA PADA RITUAL PEMERAS DALAM PEMENTASAN …

ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram| 19

http://www.untb.ac.id/Desember-2016/ Volume 2, No. 4, Desember 2016

Yang Maha Esa untuk kelancaran pementasan sertasebagai pemikat para penonton agar dapat terhiburdan merasa senang dengan pementasan yang disajikan. Disalam ritual pemeras memerlukanbahan-bahan sebagai sesaji (andang-andang),masing-masing sesaji mempunyai fungsi danmakna tersendiri. Bahan-bahan yang diperlukandalam melakukan rital pemeras diantaranya: besek( Sok-Sokan), benang mentah (benang kataq),kelapa tua (nyiur toak), ayam putih (manoq poteq),telur ayam (teloq manoq), beras, pinang (buak),sirih (lekoq), kapur (epuh), tembakau (mako),bambu (tereng), koin cina (kepeng bereng) danbumbu-bumbu dapur (embe base). Bahan-bahanpemeras tersebut memiliki makna folosofididalamnya seperti benang yang mengandungmakna pengikat tali persaudaraan antar angota grupkesenian wayang, seirih (lekoq:lakok: meminta)mengandung makna segala sesuatunya kita hatusmeminta (ber Do’a) kepada tuhan, kapur (epuh)mengandung makna bahwa ketika kita berdo’a kitaharus dalam keadaan suci dan pinang ( buaq :buah) mengandung makna setelah kita memintadengan hati yang bersih maka kita akan mendapatbuah dariapa yang kita minta.

Sementara narasumber selanjutnya adalahM.Tahir, belio merupakan seorang Budayawanserta dosen di FKIP UNRAM didalam makalahnyadia menjelaskan bahwa disetiap PertunjukanWayang Sasak membutuhkan sesajian ketikahendak dipentaskan. Dalam bahasa Sasak sesajiandinamakan pemeras. Bahan-bahan sesajian ataupemeras terdiri dari besek, kelapa, beras, telurayam dan lain-lain. Setiap bahan pemeras tersebutmemiliki makna simbolis dari sebagai berikut:besek (Sok-sokan) berfungsi sebagai wadah. Maknasimboliknya melambangkan tempat segala bentukaktivitas kehidupan di atas dunia ini, benang maknasimbolisnya adalah kebersihan dan kesucian,seseorang hendaknya bersih hati, suci pikiran danbertingkah laku santun dalam segala perbuatan.Kepeng Bolong bertendos satak (dua ratus) danyang tidak diikat selae (dua puluh lima biji).Adapun makna simbolisnya adalah: Kepeng satak(200 buah artinya dua kali Asmaul husna)maknanya agar seseorang ingat selalu kepadaTuhan. Kepeng selae (25 buah) artinya supayamengingat kepada semua Nabi dan Rasul yangwajib diketahui. Ceret berisi air putih, airmelambangkan kesuburan yang memberikankesejahteraan dalam kehidupan sehari-hari. Kelapaatau Nyiuh bermakna bahwa dalam hidup di duniaseseorang harus berguna bagi orang lain. Tindakanapapun yang dilakukan harus bermanfaat bagikemaslahatan hidup banyak orang. Telur ayammelambangkan kerentanan yang ditimbulkan darisifat yang tidak baik. Dalam hidup di dunia,

seseorang hendaknya tidak memelihara danmerawat sifat sombong, takabur, angkuh dan riak.

Dari berbagi keterangan narasumber diatasdapat di jelaskan bahwa, Pemeras merupakan suaturitual pada tahapan pementasan wayang sasak yangdilakukan sebelum pementasan di mulai. Adapunritual pemeras ini dilakukan dengan tujuanmeminta keselamatan, kelancara pelaksanaanpergelaran wayang yang akan dilakukan kepadaTuhan Yang Maha Esa. Adapun dalam ritualpemeras ini memerlukan bahan-bahan untuk sesaji(andang-andang) dimana setiap bahan memilikimakna tertentu.

Penjelasan dan makna simbolis dariseperangkat piranti sesajian tersebut adalah sebagaiberikut:1. Sok-Sokan atau Besek

Sok-sokan berfungsi sebagai wadah. Maknasimboliknya melambangkan tempat segalabentuk aktivitas kehidupan di atas dunia ini.

2. Lekoq, Buaq, Apuh, (Lekes)Daun sirih (lekoq), buah pinang (buaq), kapurputih (apuh), bahan-bahan ini biasa digunakanuntuk apa yang dalam bahasa Sasak disebutnginang mamak. Keseluruhan gabungan antaraketiganya disebut lekes. Masing-masingadalah bentuk simbolis yang bermaknasebagai berikut: Lekoq artinya lakoq:memohon, meminta, memanjatkan. Apapunyang kita minta harus dengan baik-baik. Tidakdiperkenankan menggunakan cara-carapemaksaan. Epuh berwarna putih artinya: sucibersih. Di saat memohon, alangkah baiknyasudah dalam keadaan bersih lahir dan bathin.Buaq maksudnya berbuah. Setelah memohondengan tulus ikhlas dan dalam keadaan hatibersih, niscaya akan mendapatkan hasil (buah)yang menyenangkan.Ketiga bahan nginang digabung menjadi satu,disebut lekes. Penggabungan jadi satu inibermakna kebersamaan, bersatu dalam satuikatan batin, agar tetap rukun dalampersaudaraan.

3. Benang Kataq SetokelMakna simbolisnya adalah kebersihan dankesucian. Seseorang hendaknya bersih hati,suci pikiran dan bertingkah laku santun dalamsegala perbuatan.

4. Kepeng Bolong bertendos satak (dua ratus)dan yang tidak diikat selae (dua puluh limabiji).Adapun makna simbolisnya adalah: Kepengsatak (200 buah artinya dua kali Asmaulhusna) maknanya agar seseorang ingat selalukepada Tuhan. Kepeng selae (25 buah) artinyasupaya mengingat kepada semua Nabi danRasul yang wajib diketahui.

Page 4: ESTETIKA PADA RITUAL PEMERAS DALAM PEMENTASAN …

20 | Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292

Volume 2, No. 4, Desember 2016 http://www.untb.ac.id/Desember-2016/

5. BerasBeras melambangkan kemakmuran dalamkehidupan. Hidup hendaknya diarahkan padahal-hal positif, bermanfaat bagi diri sendiridan orang lain dengan penuh keikhlasan dankesabaran.

6. Ceret berisi air putihAir melambangkan kesuburan yangmemberikan kesejahteraan dalam kehidupansehari-hari.

7. Nyiuh Toaq: Kelapa TuaKelapa atau Nyiuh bermakna bahwa dalamhidup di dunia seseorang harus berguna bagiorang lain. Tindakan apapun yang dilakukanharus bermanfaat bagi kemaslahatan hidupbanyak orang.

8. Teloq Manoq: Telur ayamTelur ayam melambangkan kerentanan yangditimbulkan dari sifat yang tidak baik. Dalamhidup di dunia, seseorang hendaknya tidakmemelihara dan merawat sifat sombong,takabur, angkuh dan riak.

9. Treng, Manok irup: Bambu dan Ayam HidupBambu dan ayam hidup ini menyimbolkanrasa bersyukur manusia kepada Tuhan. Rasasyukur diungkapkan sehubungan denganberjalannya pergelaran wayang kulit semalamsuntuk tanpa hambatan.Setelah mendapat ketrangan dari beberapa

narasumber diatas, penulis selanjutnya melakukanpengamatan secara objektif yaitu dengan melihattatacara dan bahan-bahan yang diperlukan dalamritual pemeras tersebut. Dari hasil pengamatanmelalui rekaman video pementasan wayang sasakyang penulis lakukan, maka dapat dilihat beberapafakta yang ada dalam ritual pemeras tersebutdiantaranya adalah bahwa ritual pemeras itudilakukan oleh seorang dalang setelah semuaperlengkapan pemeras disiapkan. dalangmerupakan salah satu dari kru pagelaran, biasanyaseorang dalang dianggap memiliki ilmu mistikyang tinggi sehingga ditunjuk untuk membacakanmantra dengan tujuan agar pementasan wayangkulit semalam suntuk berjalan dengan baik tanpahambatan apapun. Dari hasil rekaman video dapatdiamati ketika dalang melakukan ritual pemeras,semua bahan-bahan pemeras disediakan didepandalang dan semua alat musik tidak boleh dimaikanuntuk diperdengarkan. Seorang dalang yangmelakukan ritual pemeras mengambil beras dengantangan kanan dan tangan kirinya memegang sebuahalat pemukul gong, setelah itu dalang sambilmemejamkan mata dan mengucapkan beberapamantara dengan suara yang sangat kecil. Setelahdalang selesai membaca matra-matranya kemudianberas yang dipegang sebelumnya dilempar disekitaralat dan anggota(kru : skhe) pementasan, kemudian

alat pemukul gong dialihkan ketangan kanan dansecara berlahan alat music gong dipukul untukdibunyikan setelah itu dikuti dengan alat-alat musicpengiring pementasan wayang yang lainnya, danhai ini sekaligus menandakan bahwa pementasanwayang sudah dimulai.

Dari hasil pengamatan maka dapatdiperlihatkan bahwa bahan bahan yang diperlukanantara lain:

Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwakeidahan objektif yang dapat dirasakan adalahkeindahan seni, moral, dan intelektuali. Keindahansecara luas meliputi keindahan seni, alam, moral,dan intelektual (Dharsono, 2007:6). Keindahan senidapat dilihat dari tara cara pertunjukan ritualpemeras, kendahan moral dapat dilihat darikepercayaan yang dianut dengan memohonpertolongan Tuhan Yang Maha Esa, keindahanalam diwujudkan melalui bahan-bahan yangdigunakan berasal dari alam, dan keindahaintelektual yang diwujudkan dalam memaknaisetiap bahan pemeras secara filosofi.

PENUTUPBedasarkan penjelasan dari uraian diatas

makan dapat disimpulkan bahwa pemerasmerupakan ritual yang sangat penting dilakukandalam pementasan wayang sasak, pemerasbertujuan untuk memohon pertolongan kepadaTuhan Yang maha Esa supaya pementasan wayangberjalan dengan lancer. Ritual ini memerlukanbahan-bahan sesaji dan dilakukan oleh seorangdalang. Dalam ritual pemeras terdapat estetika

Page 5: ESTETIKA PADA RITUAL PEMERAS DALAM PEMENTASAN …

ISSN No. 2355-9292 Jurnal Sangkareang Mataram| 21

http://www.untb.ac.id/Desember-2016/ Volume 2, No. 4, Desember 2016

didalamnya, diman estetika yang terkadung adalahetretika secara umum berupa keindahan seni, alam,moral, dam intelktual.

DAFTAR PUSTAKA

Djelantik, A.A.M. 2008. Estetika SebuahPengantar. Jakarta: Masyarakat SeniPertunjukan Indonesia.

Dharsono. 2007. Estetika. Bandung: RekayasaSains Bandung.

Moleong, Lexy J. 2009. Metode PenelitianKualitatif. Bandung: PT RemajaRosdakarya

Sugiyono.2012. Metode Penelitian KuantitatifKualitatif dan R&D. Bandung: CVALFABETA

Sutrisno, Mudji. Dkk., 2005. Teks-Teks KunciFilsafat Seni. Yogyakarta: GalangPress.

Tahir M. 2012. Makalah Mengenal Lebih DekatWayang Menak Sasak. SeminarInventarisasi Perlidungan KaryaBudaya.

Tawalinuddin Haris. 1997. Wayang Menak Sasak,Perpaduan Budaya Jawa, Bali, danSasak. BULETIN Museum MediaInformasi Budaya NTB No 6/1996-1997.

Syaipuddin. Narasumber.

H. Durahman. Narasumber