PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN REACT …jurnal.upi.edu/file/2_Marthen.pdf · kemampuan matematika...

10
11 ISSN 1412-565X PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN REACT MENINGKATKAN KEMAMPUAN MATEMATIS SISWA SMP Oleh: Tapilouw Marthen Dosen FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa dan menggambarkan pencampaian kemampuan matematika siswa, penalaran dan kemampuan komunikasi berdasarkan konteks belajar dan mengajar melalui pendekatan REACT. Metoda yang dipakai dalam penelitian ini adalah quasi eksperimental dan sampel penelitian ini adalah tiga sekolah menegah pertama di kota Bandung yang masing-masing tergolong dalam tingkatan rendah, menegah dan atas. Penelitian ini dilaksanakan trhadap dua kelas VIII di setiap sekolahnya, yang dipilih melalui pemilihan acak. Hasil dari penelitian ini adalah, kemampuan matematika , penalaran dan komunikasi dari kelas REACT lebih baik dari kelas konvensional yang berada pada sekolah SMP tingkat atas. Tetapi pencapaian yang didasarkan pada kemampuan matematika pada keas REACT di SMP yang tingkatannya rendah ,dengan kelas konvesianal perbedaannya sedikit. Hanya saja, pada SMP yang tingkatannya rendah, kemampuan penalaran matematika kelas konvensional lebih tinggi dari pada kelas REACT. Kebanyakan siswa mengalami hambatan dalam memecahkan soal esai matematika yang ditujukan untuk menghitung kemampuan penalaran. Keterbatasan dari pembelajaran REACT yang ditujukan untuk membangun pengetahuan baru berdasarkan kemampuan siswa, adalah pengaturan waktu pada setiap aktivitas kelas dikarnakan keterbatasan jadwal sekolah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pembelajaran melalui pendekatan REACT merupakan pilihan yang lebih baik dalam mendukung perkembangan kemampuan matematika karena para siswa temotivasi untuk belajar dan mengembangkan kemampuan matematika mereka juga. Kata kunci: REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating and Transfering), Kemampuan, Penalaran dan Komunikasi Matematika ABSTRACT The aims of this study are to analyze and describe the students’ achievement on mathematics comprehension, reasoning, and communication ability based on Contextual Teaching and Learning (CTL) through REACT approach. The method of this study is quasi experiment, and the samples are 3 SMPs that consist of higher, middle, and lower rank of students at SMP in Bandung City. This study was carried out at 2 classes of grade VIII from each school, that were chosen through random cluster sampling. The results of this study are, that the mathematics comprehension, reasoning, and communication from REACT classes are better than those of conventional classes of the higher rank SMP. But the achievements based on prior mathematics ability of the lower rank SMP of the REACT class and conventional class is slightly different. Only at the lower rank SMP, the mathematics reasoning ability of conventional class is higher than the REACT class. Most of the students experiencing difficulties on solving mathematics essay test that aimed at measuring their reasoning ability. The constrain of REACT’s learning that focus on giving chance to construct new knowledge based on students’ ability is the time management on each class activity because of the limited school schedule. The conclusion of this study is that Contextual Teaching and Learning through REACT approach is a better choice to promote the development of mathematics ability, because most of the students are motivated to learn and develop their mathematics ability as well. Key word: REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, and Transferring). Comprehension, Reasoning, and Mathematics Communication.

Transcript of PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN REACT …jurnal.upi.edu/file/2_Marthen.pdf · kemampuan matematika...

Page 1: PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN REACT …jurnal.upi.edu/file/2_Marthen.pdf · kemampuan matematika pada keas REACT di SMP yang tingkatannya rendah ... dari pengertian matematika yang

11ISSN 1412-565X

PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN REACTMENINGKATKAN KEMAMPUAN MATEMATIS SISWA SMP

Oleh: Tapilouw MarthenDosen FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAKTujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa dan menggambarkan pencampaian kemampuanmatematika siswa, penalaran dan kemampuan komunikasi berdasarkan konteks belajar dan mengajarmelalui pendekatan REACT. Metoda yang dipakai dalam penelitian ini adalah quasi eksperimentaldan sampel penelitian ini adalah tiga sekolah menegah pertama di kota Bandung yang masing-masingtergolong dalam tingkatan rendah, menegah dan atas. Penelitian ini dilaksanakan trhadap dua kelasVIII di setiap sekolahnya, yang dipilih melalui pemilihan acak. Hasil dari penelitian ini adalah,kemampuan matematika , penalaran dan komunikasi dari kelas REACT lebih baik dari kelaskonvensional yang berada pada sekolah SMP tingkat atas. Tetapi pencapaian yang didasarkan padakemampuan matematika pada keas REACT di SMP yang tingkatannya rendah ,dengan kelaskonvesianal perbedaannya sedikit. Hanya saja, pada SMP yang tingkatannya rendah, kemampuanpenalaran matematika kelas konvensional lebih tinggi dari pada kelas REACT. Kebanyakan siswamengalami hambatan dalam memecahkan soal esai matematika yang ditujukan untuk menghitungkemampuan penalaran. Keterbatasan dari pembelajaran REACT yang ditujukan untuk membangunpengetahuan baru berdasarkan kemampuan siswa, adalah pengaturan waktu pada setiap aktivitaskelas dikarnakan keterbatasan jadwal sekolah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pembelajaran melaluipendekatan REACT merupakan pilihan yang lebih baik dalam mendukung perkembangan kemampuanmatematika karena para siswa temotivasi untuk belajar dan mengembangkan kemampuan matematikamereka juga.

Kata kunci: REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating and Transfering), Kemampuan, Penalaran dan Komunikasi Matematika

ABSTRACTThe aims of this study are to analyze and describe the students’ achievement on mathematicscomprehension, reasoning, and communication ability based on Contextual Teaching and Learning(CTL) through REACT approach. The method of this study is quasi experiment, and the samples are3 SMPs that consist of higher, middle, and lower rank of students at SMP in Bandung City. Thisstudy was carried out at 2 classes of grade VIII from each school, that were chosen through randomcluster sampling. The results of this study are, that the mathematics comprehension, reasoning, andcommunication from REACT classes are better than those of conventional classes of the higher rankSMP. But the achievements based on prior mathematics ability of the lower rank SMP of the REACTclass and conventional class is slightly different. Only at the lower rank SMP, the mathematicsreasoning ability of conventional class is higher than the REACT class. Most of the studentsexperiencing difficulties on solving mathematics essay test that aimed at measuring their reasoningability. The constrain of REACT’s learning that focus on giving chance to construct new knowledgebased on students’ ability is the time management on each class activity because of the limited schoolschedule. The conclusion of this study is that Contextual Teaching and Learning through REACTapproach is a better choice to promote the development of mathematics ability, because most of thestudents are motivated to learn and develop their mathematics ability as well.

Key word: REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, and Transferring). Comprehension, Reasoning, and Mathematics Communication.

Page 2: PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN REACT …jurnal.upi.edu/file/2_Marthen.pdf · kemampuan matematika pada keas REACT di SMP yang tingkatannya rendah ... dari pengertian matematika yang

Jurnal Penelitian PendidikanVol. 11, No. 2, Oktober 2010

12

PENDAHULUAN

Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu

proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta

didik, memberikan keteladanan, membangun

kemauan, membangun kreativitas dalam

pembelajaran adalah suatu ketetapan pada Undang

Undang Nomor 20 Tahun 2003. Sehubungan

dengan pendidikan sebagai suatu proses

pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik,

pada pembelajaran matematika, peningkatan

kemampuan matematis merupakan aspek penting.

Gambaran mengenai kemampuan matematika

dijelaskan sebagai standar kompetensi matematika

pada tingkat satuan pendidikan mulai dari SD dan

MI sampai SMA/K dan MA adalah pemahaman

matematis, memiliki kemampuan

mengkomunikasikan gagasan, menggunakan

penalaran, keterampilan melakukan penyelidikan

atau investigasi, menyelesaikan masalah, dan

memiliki sikap menghargai matematika.

Dalam pembelajaran, guru sekedar

membantu menyediakan sarana dan situasi agar

proses konstruksi pengetahuan berjalan dengan baik

(Suparno, 1997). Namun demikian, bukan sesuatu

yang mudah supaya siswa dapat mempelajari

matematika, karena terkait dengan motivasi, dan

siswa mempunyai strategi pemecahan masalah

sendiri yang belum tentu tepat penyelesaiannya Oleh

karena itu, diperlukan perhatian guru dalam

pembelajaran melalui konteks dan strategi yang

berbeda-beda yang disesuaikan dengan situasi siswa

belajar supaya siswa dapat membangun

pengetahuan baru berdasarkan kemampuan dasar

yang dimilikinya. Pentingnya pembelajaran

kontekstual, diwacanakan oleh Crawford (2001) dan

Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya,

CORD (1999) di USA mempublikasikan hasil

kajian mereka dengan mengedepankan fakta, yaitu:

1) orang tua dan para pemberi kerja menyatakan

bahwa pendidikan matematika dan sains perlu

dibenahi, 2) selama ini kita belum melakukan secara

optimal apa yang harus dilakukan dalam mengajar

anak-anak untuk memahami bagaimana

menggunakan gagasan-gagasan dalam matematika,

3) metode yang digunakan guru, yang dianggap baik

di masa lalu ternyata kurang cocok untuk masa kini,

4) kita perlu mengubah strategi pendidikan dan hal

ini harus dimulai dari kelas, 5) keberhasilan dalam

pembelajaran jika tujuan utama guru adalah

mengembangkan pemahaman yang mendalam

tentang konsep-konsep dasar dalam kurikulum.

Selanjutnya, disarankan oleh CORD dan

Crawford untuk melakukan pembelajaran

komtekstual melalui REACT. Akronim REACT

menjelaskan bahwa lima aspek yang merupakan satu

kesatuan dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu

menghubungkan (Relating), melakukan pencarian

dan penyelidikan yang dilakukan oleh siswa secara

aktif untuk menemukan makna konsep yang

dipelajari (Expeririencing), penerapan pengertian

matematika dalam penyelesaian masalah

(Applying), memberikan kesempatan kepada siswa

belajar melalui bekerjasama dan berbagi

(Cooperating), dan memberikan kesempatan

kepada siswa melakukan transfer pengetahuan

matematika dalam penyelesaian masalah

matematika dan pada bidang aplikasi matematika

lainnya (Transffering).

Pembelajaran yang menekankan pada lima

aspek yang ditunjukkan pada REACT merupakan

urutan pengelompokan keterampilan yang berjalan

bersama-sama di atas “benang rutin” yang

menyokong pedoman pembelajaran (Nisbet &

Schucksmith, 1998). Berdasarkan penjelasan

Page 3: PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN REACT …jurnal.upi.edu/file/2_Marthen.pdf · kemampuan matematika pada keas REACT di SMP yang tingkatannya rendah ... dari pengertian matematika yang

13ISSN 1412-565X

mengenai penerapan pendekatan pembelajaran

melalui REACT, terdapat aspek refleksi terhadap

proses pembelajaran yang melibatkan pengajar dan

pembelajaran. Oleh karena itu, terdapat kaitan antara

tiga aspek yaitu: 1) mengaitkan bahan ajar yang baru

dengan bahan ajar sebelumnya, 2) menentukan dan

memilih langkah terbaik untuk mencapai tujuan

serta keterampilan dan informasi yang diperlukan,

dan 3) merenungkan tentang kualitas pembelajaran

yang dihasilkan, apa yang dapat dipelajari, dan

aspek apa yang dapat digunakan kembali.

Sumarmo (2003) dalam kajiannya tentang

pembelajaran matematika sekolah menyatakan

bahwa Guru perlu mempertimbangkan mengubah

pandangan mereka dalam pembelajaran

matematika, dari guru sebagai pengajar berubah

menjadi pendidik, fasilitator, motivator, dan manajer

pembelajaran. Dari penerapan strategi melayani

siswa secara sama diubah menjadi memerhatikan

siswa sesuai dengan kebutuhannya; semula guru

menetapkan tujuan pembelajaran dimana siswa

mengingat informasi dan prosedur penyelesaian

berubah menjadi pencapaian pemahaman

mendalam, pemecahan masalah, penalaran,

komunikasi, koneksi, dan siswa menemukan makna

konsep yang dipelajari karena mereka aktif belajar

selama pembelajaran.

Melalui studi atas pelaksanaan

pembelajaran matematika di SMP, beberapa peneliti

menyatakan kesimpulan sebagai berikut: (1)

Rendahnya kualitas pemahaman matematis siswa

SMP karena dalam proses pembelajaran matematika

guru terlalu berkonsentrasi pada latihan

menyelesaikan yang bersifat prosedural dan

mekanistis (IMSTEP-JICA, 1999); (2) Guru belum

meerapkan pendekatan pembelajaran karena praktis

seperti terikat pada waktu belajar terjadwal, lebih

efektif bilaman menggunakan pendekatan

pembelajaran yang berpusat pada guru (Siregar,

2005); (3) Terdapat peningkatan kemampuan

berfikir tingkit tinggi bila dalam pembelajaran

digunakan metode pembelajaran tidak langsung atau

metode gabungan dengan proporsi lebih besar

melalui memberikan kesempatan siswa

mengembangkan kemampuan matematis yang

mereka miliki (Suryadi, 2005); (4) Kemampuan

komunikasi matematis siswa lebih meningkat

bilamana dalam pembelajaran diaplikasikan strategi

pembelajaran melalui kelompok kecil (Ansari

2004); (5) Melalui penerapan pendekatan open-

ended dalam pembelajaran secara efektif,

kemampuan penalaran matematis siswa meningkat

signifikan (Dahlan, 2005); dan (6) Pembelajaran

berbasis masalah dan menyajikan masalah terbuka

melalui penggunaan media pembelajaran interaktif

berpengaruh secara signifikan pada peningkatan

kemampuan matematis siswa (Herman, 2006;

Priatna, 2007); (7) Daya matematis siswa yang

mendapatkan pembelajaran melalui investigasi

kelompok lebih baik dari siswa yang mendapatkan

investigasi individual (Syaban, 2008).

Melalui studi pendahuluan yang dilakukan

peneliti, dengan menggunakan pengamatan terhadap

proses pembelajaran matematika di SMP dan tes

matematika menggunakan soal uraian, pendekatan

pembelajaran yang digunakan guru belum optimal

meningkatkan kemampuan matematis siswa, media

pembelajaran belum digunakan untuk meningkatkan

partisipasi aktif siswa menemukan sendiri makna

dari pengertian matematika yang dipelajari, dan

pendekatan pembelajaran yang digunakan lebih

berpusat pada guru. Penggunaan tes hasil belajaran

dengan tujuan mengidentifikasi kemampuan

pemahaman matematis, komunikasi matematis,

Page 4: PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN REACT …jurnal.upi.edu/file/2_Marthen.pdf · kemampuan matematika pada keas REACT di SMP yang tingkatannya rendah ... dari pengertian matematika yang

Jurnal Penelitian PendidikanVol. 11, No. 2, Oktober 2010

14

penalaran matematis, dan pemecahan masalah

belum digunakan efektif karena alasan teknis

pelaksanaan evaluasi, waktu tes, banyaknya murid

pada tiap kelas sebagai kendala digunakannya

bentuk tes uraian untuk mengukur kemampuan

matematis siswa.

Bagaimanakah peningkatan kemampuan

pemahaman matematis, penalaran, dan komunikasi

siswa bilamana pembelajarannya kontekstual,

melalui REACT? Faktor apa saja yang menjadi

kendala dalam pembelajaran matematika melalui

penerapan pendekatan kontekstual?

Memperhatikan pendapat Sumarmo

(2003), pemahaman matematis dapat

dikelompokkan menjadi pemahaman induktif dan

intuitif. Pemahaman induktif meliputi pemahaman

mekanikal, instrumental,, dan komputasional yang

diidentifikasi melalui indikator dapat melaksanakan

perhitungan rutin, algoritmik, dan menerapkan

rumus pada kasus serupa. Pemahaman intuitif

meliputi pemahaman rasional, fungsional,

mengaitkan satu konsep dengan konsep lainnya, dan

dapat memperkirakan suatu kebenaran tanpa ragu.

Kemampuan komunikasi dapat diidentifikasi

melalui kemampuan menyatakan ide dan konsep

matematika secara lisan dan tulisan menggunakan

simbol dan menghubungkan benda nyata, gambar,

dan diagram ke dalam ide matematika. Sementara

itu NCTM (1989) menyatakan bahwa kemampuan

komunikasi matematis diidentifikasi melalui

menyatakan ide matematis dan menjelaskannya

melalui penggunaan notasi matematika, gambar,

tabel, dan alat visualisasi lain supaya konsep yang

disajikan dipahami oleh orang lain. Kemampuan

penalaran matematis meliputi membuat konjektur,

analisis, evaluasi, menemukan pemecahan masalah

tak rutin, melakukan pembuktian, dan membuat

kesimpulan (Mullis, 2001; Suryadi, 2005;

BSNP,2008).

METODE DAN PROSEDUR

Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kuasi eksperimen dengan desain kelompok

kontrol hanya pos-tes, meliputi dua kelompok yang

dinyatakan dengan diagram berikut:

X O

- O

X = pembelajaran melalui REACT

O = tes kemampuan matematis (pemahaman,

penalaran, dan komunikasi matematis).

Populasi penelitian ini adalah siswa pada

tiga SMP di Kota Bandung masing-masing satu dari

sekolah peringkat Tinggi, Sedang, dan Rendah.

Pada tiap sekolah di atas ditentukan secara

purposif yaitu siswa kelas 8 (kelas 2 SMP),

kemudian dipilih dua kelas 8 secara acak yaitu satu

kelas sebagai kelas perlakuan (eksperimen) yang

pembelajarannya melalui REACT dan satu kelas

sebagai kelas kontrol.

Setelah melakukan pembelajaran melalui

penerapan REACT menggunakan LKS, dilakukan

tes kemampuan matematis yaitu Tes Sub-Sumatif

dan Tes Sumatif, observasi kelas dan wawancara.

Berdasarkan nilai sub-sumatif (NSS) dan sumatif

(NS) diperoleh nilai kemampuan matematis (KM)

menggunakan rumus, KM =3

2NSNSS .

Prosedur inferensi diawali melalui uji homogenitas

varian dan uji normalitas. Berdasarkan uji

normalitas yang menunjukkan bahwa data

berdistribusi normal maka uji perbedaan rata-rata

pada penelitian ini menggunakan uji t dengan

tingkat kesalahan α = 5 %

Page 5: PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN REACT …jurnal.upi.edu/file/2_Marthen.pdf · kemampuan matematika pada keas REACT di SMP yang tingkatannya rendah ... dari pengertian matematika yang

15ISSN 1412-565X

HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI

A. Kemampuan Matematis (gabungan)

(1) Sub-Sumatif

Kemampuan matematis siswa pada tes sub

sumatif berdasarkan peingkat sekolah dan

pendekatan pembelajaran dijelaskan pada Gambar

1.

SUB SUMATIF

0

10

20

30

40

50

60

70

tinggi sedang rendah

REACTKONVENSIONAL

Gambar 1. Kemampuan Matematis pada TesSub-Sumatif ditinjau dari peringkat sekolah dan

pendekatan pembelajaran.Skor max 100.

Pada Gambar 1 dijelaskan bahwa nilai

kemampuan matematis siswa peringkat Tinggi,

Sedang, dan Rendah, yang mengalami pembelajaran

maelalui REACT lebih tinggi dari pada siswa yang

belajarnya konvensional..

Melalui uji hipotesis, H0: 21 v.s

H1: 21 1 = nilai rata-rata kelompok

REACT dan 2 = nilai rata-rata kelompok

Konvensional diperoleh, 1) α = 5% > sig = 0,002

berarti Ho ditolak atau nilai KM siswa sekolah

peringkat Tinggi yang pembelajarannya melalui

REACT lebih tinggi daripada Konvensional, 2) α

= 5% > sig = 0,010 berarti H0 ditolak atau nilai

KM siswa sekolah peringkat Sedang yang

belajarnya melalui REACT lebih tinggi daripada

siswa Konvensional, 3) α = 5% > sig = 0,010

berarti Ho ditolak atau dapat diterima nilai KM

siswa sekolah peringkat Rendah yang

pembelajarannya melalui REACT lebih tinggi dari

siswa Konvensional.

(2) Sumatif

Kemampuan Matematis siswa pada tes

Sumatif berdasarkan peringkat sekolah dan

pendekatan pembelajaran disajikan pada Gambar

2.SUMATIF

01020304050607080

tinggi sedang rendah

REACTKONVENSIONAL

Gambar 2. KM pada Tes Sumatif ditinjau dariperingkat sekolah dan pendekatan pembelajaran. Skor

max 100.

Melalui uji hipotesis, H0

: 21 v.s

H1: 21 ; 1 = nilai rata-rata kelompok

REACT; 2 = nilai rata-rata kelompok

Konvensional.

Diperoleh, 1) α = 5% > sig = 0,02 berarti Ho ditolak

atau menerima nilai sumatif kelompok REACT

pada sekolah peringkat Tinggi ternyata lebih tinggi

daripada kelompok Konvensional, 2) α = 5% <

sig = 0,247 berarti Ho diterima atau kemampuan

matematis siswa peringkat Sedang kelompok

REACT tidak berbeda daripada konvensional; 3) α= 5% > sig = 0,004 berarti Ho ditolak atau menerima

nilai siswa sekolah peringkat Rendah ternyata lebih

tinggi dari siswa kelompok REACT.

(3) Kemampuan Matematis Gabungan

Gambaran kemampuan matematis siswa

yang diperoleh dari tes sub-sumatif dan sumatif

disajikan pada Gambar 3 dan Tabel 1

Gambar 3. KM berdasarkan pringkat sekolah danpembelajaran Konvensional (Skor Max 100)

NILAI AKHIR

50

55

60

65

70

tinggi sedang rendah

REACTKONVENSIONAL

Page 6: PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN REACT …jurnal.upi.edu/file/2_Marthen.pdf · kemampuan matematika pada keas REACT di SMP yang tingkatannya rendah ... dari pengertian matematika yang

Jurnal Penelitian PendidikanVol. 11, No. 2, Oktober 2010

16

Tabel 1Kemampuan Matematis Berdasarkan Peringkat Sekolah dan

Penerapan Pendekatan Pembelajaran

Peringkat React KonvensionalSekolah KMSS KMS KMG KMSS KMS KMGTinggi 64.17 72.00 69.39 59.20 61.21 60.54Sedang 62.27 66.91 65.36 50.70 55.24 53.73Rendah 59.00 56.21 57.14 50.00 54.92 53.28Rata-rata 61.81 65.04 63.96 53.30 57.12 55.85

Keterangan:KMSS = Kemampuan Matematis pada Sub-SumatifKMS = Kemampuan Matematis pada SumatifKMG = Kemampuan Matematis Gabungan

Data pada Gambar 3 dan Tabel 1

menjelaskan bahwa kemampuan matematis (KM)

siswa yang belajarnya melalui REACT lebih tinggi

daripada siswa yang belajarnya Konvensional

B. Kemampuan pemahaman matematis

Pada Gambar 4 dan Tabel 2 dijelaskan

bahwa nilai rata-rata kemampuan pemahaman siswa

sekolah peringkat Tinggi, Sedang, dan Rendah yang

pembelajarannya melalui REACT dan

Konvensional.

Pemahaman berdasarkan peringkatsekolah (REACT dan Konvensional)

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

tinggi sedang rendah

peringkat sekolah

skor

rat

a-ra

ta

REACTKonvensional

Gambar 4. Pemahaman Matematis Siswa ditinjau dariperingkat sekolah dan kelompok pembelajaran

Skor Max 40

Tabel 2Pemahan Matematis Berdasarkan Peringkat Sekolah dan

Pendekatan Pembelajaran

Peringkat React KonvensionalSekolah PmSS PmS PmG PmSS PmS PmGTinggi 25.67 29.98 28.54 23.68 26.18 25.35Sedang 24.91 29.53 27.99111 20.28 24.40 23.02667Rendah 23.60 24.30 24.06667 20.00 22.98 21.98889Rata-rata 25.66667 29.98333 28.54444 23.68 26.18333 25.34889

Keterangan:PmSS = Pemahaman Matematis pada Sub-SumatifPmS = Pemahaman Matematis pada SumatifPmG = Pamahaman Matematis Gabungan

Melalui uji perbedaan rata-rata atau uji t

diperoleh: 1) Pada sekolah peringkat tinggi, Sig =

0,048 < α = 5% berarti hipotesis nol ditolak atau

dapat diterima pemahaman matematis siswa yang

pembelajarannya melalui REACT lebih tinggi dari

siswa yang belajarnya Konvensional, 2) Pada

sekolah peringkat Sedang, Sig = 0,001 < α = 5%

berarti hipotesis nol ditolak atau dapat diterima

pemahaman matematis siswa yang pembelajarnnya

melalui REACT lebih tinggi daripada siswa yang

belajarnya konvensional, 3) Pada sekolah peringkat

Rendah. Sig = 0,141 > α = 5% berarti hipotesis nol

diterima atau dapat diterima pemahaman matematis

siswa yang pembelajarannya melalui REACT

berbedanya tidak signifikan dari siswa yang

belajarnya konvension

C. Kemampuan Penalaran Matematis

Kemampuan penalaran siswa peringkat

sekolah Tinggi, Sedang, dan Rendah ditunjukkan

pada Gambar 4.dan Tabel 3

Penalaran berdasarkan peringkatsekolah (REACT dan Konvensional)

0.00

10.00

20.00

30.00

tinggi sedang rendah

peringkat sekolah

skor

rat

a-ra

ta

REACTKonvensional

Berdasarkan Peringkat Sekolah. Skor Max 30Tabel 3

Penalaran Matematis Berdasarkan Peringkat Sekolahdan Pendekatan Pembelajaran

Peringkat React KonvensionalSekolah PnSS PnS PnG PnSS PnS PnGTinggi 19.25 20.09 19.81 17.76 17.45 17.55Sedang 18.68 20.00 19.56 15.21 14.25 14.57Rendah 17.70 14.39 15.49 15.00 15.64 15.43Rata-rata 18.54 18.16 18.29 15.99 15.78 15.85

Keterangan:PnSS = Penalaran Matematis pada Sub-SumatifPnS = Penalaran Matematis pada Sumatif

PnG = Penalaran Matematis Gabungan

Melalui uji perbedaan rata-rata yang

dilakukan diperoleh, 1) Pada sekolah peringkat

Tinggi. Sig = 0,046 < α = 5%. berarti hipotesis nol

ditolak atau dapat diterima penalaran siswa yang

Page 7: PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN REACT …jurnal.upi.edu/file/2_Marthen.pdf · kemampuan matematika pada keas REACT di SMP yang tingkatannya rendah ... dari pengertian matematika yang

17ISSN 1412-565X

belajarnya melalui REACT lebih tinggi dari pada

siswa yang belajarnya konvensional, 2) Pada

sekolah peringkat Sedang, Sig = 0,020 < α = 5%

bearti hipotesis nol ditolak atau dapat diterima

penalaran siswa yang pembelajarannya melalui

REACT lebih tinggi dari siswa yang belajarnya

konvensional, 3) Pada sekolah peringkat Rendah.

Sig = 0,20 > α = 5% berarti hipotesis nol diterima

atau siswa yang pembelajarannya melalui REACT

tidak berbeda daripada siswa yang belajarnya

konvensional..Kondisi ini menunjukkan bahwa

dalam pembelajaran, siswa dengan pemahaman

matematis pada kategori kurang perlu didorong dan

difasilitasi supaua lebih banyak bertanya, lebih

tekun, tidak boleh putus asa menghadapi tantangan

dalam pembelajaran. Selama pembelajaran melalui

REACT pada studi ini, dilakukan berbagai upaya

supaya siswa yang kurang meningkatkan

kemampuan pemahaman dan penalarannya.

Ditinjau dari rekor yang dicapai oleh siswa yang

capaiannya kurang diperoleh informasi bahwa

umumnya siswa tersebut baru sampai pada tahap

memahami masalah seperti temuan Sabandar

(2005).

D. Kemampuan Komunikasi Matematis

Kemampuan komunikasi matematis siswa

yang diperoleh melalui studi ini, disajikan pada

Gambar 5 dan Tabel 4 berikut ini.

Melalui uji perbedaan rata-rata yang

dilakukan diperoleh, 1) Pada sekolah peringkat

Tinggi. Sig = 0,046 < α = 5%. berarti hipotesis nol

ditolak atau dapat diterima penalaran siswa yang

belajarnya melalui REACT lebih tinggi dari pada

siswa yang belajarnya konvensional, 2) Pada

sekolah peringkat Sedang, Sig = 0,020 < α = 5%

bearti hipotesis nol ditolak atau dapat diterima

penalaran siswa yang pembelajarannya melalui

REACT lebih tinggi dari siswa yang belajarnya

konvensional, 3) Pada sekolah peringkat Rendah.

Sig = 0,20 > α = 5% berarti hipotesis nol diterima

atau siswa yang pembelajarannya melalui REACT

tidak berbeda daripada siswa yang belajarnya

konvensional..Kondisi ini menunjukkan bahwa

dalam pembelajaran, siswa dengan pemahaman

matematis pada kategori kurang perlu didorong dan

difasilitasi supaua lebih banyak bertanya, lebih

tekun, tidak boleh putus asa menghadapi tantangan

dalam pembelajaran. Selama pembelajaran melalui

REACT pada studi ini, dilakukan berbagai upaya

supaya siswa yang kurang meningkatkan

kemampuan pemahaman dan penalarannya.

Ditinjau dari rekor yang dicapai oleh siswa yang

capaiannya kurang diperoleh informasi bahwa

umumnya siswa tersebut baru sampai pada tahap

Komunikasi berdasarkan peringkatsekolah (REACT dan Konvensional)

0.00

10.00

20.00

30.00

tinggi sedang rendah

peringkat sekolah

skor

rat

a-ra

ta

REACTKonvensional

Gambar 5 Kemampuan Komunikasi Siswa ditinjaudari peringkat sekolah dan pembelajaran (Skor max

30)Tabel 4

Komunikasi Matematis Berdasarkan Peringkat Sekolah danPendekatan Pembelajaran

Peringkat React KonvensionalSekolah KSS KS KG KSS KS KGTinggi 19.25 21.93 21.03 17.76 17.58 17.64Sedang 18.68 19.46 19.20 15.21 16.59 16.13Rendah 20.00 17.53 18.35 15.00 16.30 15.87Rata-rata 19.31 19.64 19.53 15.99 16.82 16.54

Keterangan:KSS = Komunikasi Matematis pada Sub-SumatifKS = Komunikasi Matematis pada SumatifKG = Komunikasi Matematis Gabungan

Data pada Gambar 5 dan Tabel 4

menunjukkan bahwa nilai rata-rata komunikasi

siswa yang pembelajarannya melalui REACT lebih

Page 8: PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN REACT …jurnal.upi.edu/file/2_Marthen.pdf · kemampuan matematika pada keas REACT di SMP yang tingkatannya rendah ... dari pengertian matematika yang

Jurnal Penelitian PendidikanVol. 11, No. 2, Oktober 2010

18

tinggi daripada siswa yang belajarnya

Konvensional. Melalui uji perbedaan rata-rata

diperoleh, 1) Pada sekolah peringkat Tinggi, . Sig

= 0,001 < α = 5%. Berarti H0 ditolak atau dapat

diterima kemampuan komunikasi siswa yang

mengalami pembelajaran melalui REACT lebih

tinggi dari siswa yang belajarnya konvensional, 2)

Pada sekolah peringkat Sedang. . Sig = 0,013 < α =

5%.berati H0 ditolak atau dapat diterima

kemampuan komunikasi matematis siswa yang

pembelajarannya melalui REACT lebih tinggi

daripada siswa yang belajarnya konvensiona, 3)

Sekolah Peringkat Rendah. . Sig = 0,200 > α = 5%.

Berarti H0 diterima atau perbedaan kemampuan

komunikasi matematis siswa yang mengalami

pembelajaran melalui REACT tidak berbeda

daripada siswa yang belajarnya konvensional.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis, pembahasan,

dan temuan penelitian maka kesimpulan penelitian

ini adalah

1. Kemampuan matematis siswa (gabungan)

ditinjau dari peringkat sekolah, dan

pengelompokan berdasarkan kemampuan

matematika awal adalah:

a. Kemampuan Matematis (KM) siswa yang

mengalami pembelajaran melalui REACT

lebih tinggi daripada siswa yang belajarnya

Konvensional

b. Kemampuan matematis siswa sekolah

peringkat Tinggi, Sedang, dan Rendah yang

mengalami pembelajaran melalui REACT

lebih tinggi daripada siswa yang belajarnya

konvensional

2. Kemampuan pemahaman matematis siswa

ditinjau dari pendekatan pembelajaran,

peringkat sekolah, dan pengelompokan

berdasarkan kemampuan matematika awal

adalah:

a. Pemahaman matematis siswa yang

mengalami pembelajaran melalui

pendekatan REACT lebih tinggi daripada

siswa yang belajarnya konvensional

b. Pemahaman matematis siswa sekolah

peringkat Tinggi, Sedang, dan Rendah yang

mengalami pembelajaran melalui REACT

lebih tinggi daripada siswa yang belajarnya

konvensional.

3. Kemampuan penalaran matematis matematis

siswa ditinjau dari pendekatan pembelajaran,

peringkat sekolah, dan pengelompokan

berdasarkan kemampuan matematika awal

adalah:

a. Penalaran matematis siswa yang mengalami

pembelajaran melalui pendekatan REACT

lebih tinggi daripada siswa yang belajarnya

konvensional

b. Penalaran matematis siswa sekolah

peringkat Tinggi, Sedang yang mengalami

pembelajaran melalui REACT lebih tinggi

daripada siswa yang belajarnya

konvensional.

4. Kemampuan komunikasi matematis siswa

ditinjau dari pendekatan pembelajaran,

peringkat sekolah, dan pengelompokan

berdasarkan kemampuan matematika awal

adalah:

a. Siswa yang mengalami pembelajaran

melalui pendekatan REACT, kemampuan

komunikasi mereka lebih tinggi daripada

siswa yang belajarnya konvensional

b. Komunikasi matematis siswa sekolah

peringkat Tinggi, Sedang, dan Rendah yang

mengalami pembelajaran melalui REACT

lebih tinggi daripada siswa yang belajarnya

Page 9: PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN REACT …jurnal.upi.edu/file/2_Marthen.pdf · kemampuan matematika pada keas REACT di SMP yang tingkatannya rendah ... dari pengertian matematika yang

19ISSN 1412-565X

konvensional.

5. Kesulitan yang dialami siswa umumnya dalam

menyelesaikan masalah matematika yang

disajikan melalui bentuk esai atau soal ceritera

yang indikatornya menunjukkan penalaran

matematis.

SARAN

Berdasarkan uraian mengenai temuan,

kesimpulan, maka disarankan beberapa hal berikut:

1 Bagi guru matematika disarankan untuk mencoba

melakukan pembelajaran melalui REACT,

karena melalui pendekatan REACT dapat

diketahui kemampuan siswa menjelaskan secara

lisan dan tulisan menghubungkan pengertian

matematika yang sudah dipelajari dengan yang

sementara dipelajari, keterlibatan melakukan

kegiatan hands-on, menggunakan pengertian

matematika dalam pemecahan masalah, kerja

dalam kebersamaan melalui kelompok. Untuk

itu yang sebaiknya dilakukan adalah menyiapkan

pertanyaan arahan (pemicu), rencana kegiatan

hands-on dan petunjuk kegiatan kelompok,

menyiapkan masalah matematika yang non-

rutin, dan alokasi waktu melakukan refleksi.

2 Bagi guru matematika yang bermaksud mencoba

untuk mengembangkan pembelajaran melalui

REACT sebaiknya mempertimbangkan, faktor-

faktor (i) konsisten mengajukan pertanyaan

pemicu, agar siswa mampu melakukan

eksplorasi dan penyelidikan; (ii) mengutamakan

kegiatan hands-on dan doing-math untuk

menciptakan suasana pembelajaran yang

menyenangkan dan mendorong siswa melakukan

eksplorasi dan penyelidikan. Pada kondisi

tertentu guru perlu mempertimbangkan untuk

menggunakan kombinasi pengajaran

konvensional dan pembelajaran melalui REACT.

3 Bagi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

khususnya UPT PLP yang selama ini

bekerjasama dengan sekolah mitra melalui

pelaksanaan program PLP, disarankan

identifikasi fakta mengenai penerapan

pendekatan pembelajaran di sekolah-sekolah

tempat mahasiswa melakukan PLP dan

mempublikasikan supaya mahasiswa dosen

pembimbing memahami kondisi sekolah pada

umum. Pemahaman kondisi sekolah sebelum

mahasiswa melaksanakan program PLP

merupakan masukan bila dalam kegiatan PLP

tersebut ada rencana melakukan inovasi

pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKABSNP. (2007). Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Badan Standar NasionalPendidikanCORD. (1999). Teaching Mathematics Contextually. Tersedia: http://www.cord.org [1 Juni 2004]Crawford, M. (2001). Teaching Contextually: Research, Rational, and Techniques for Improving StudentMotivation and Achievement in Mathematics Science. Tersedia: http://www.cord.org [1 Juni 2004]Dahlan. J.A. (2005). Implementasi Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Open-Ended dalam

Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Pemahaman Matematik Siswa SMP. Makalah Pada SeminarNasional Matematika di Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan

Herman, T. (2006). Pengembangan Pembelajaran Matematika Berbasis Masalah untuk Meningkatkan KemampuanBerpikir Kristis dan Kreatif Siswa SMP. Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Tidak Diterbitkan.

IMSTEP-JICA. (1999). Permasalahan Pembelajaran Matematika SD, SLTP, dan SMU di Kota Bandung. Bandung:FPMIPA

Johnson, E.B.(2007). Contextual Teaching & Learning& menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkandan Bermakna. Bandung: Mizan Media Utama.

Page 10: PEMBELAJARAN MELALUI PENDEKATAN REACT …jurnal.upi.edu/file/2_Marthen.pdf · kemampuan matematika pada keas REACT di SMP yang tingkatannya rendah ... dari pengertian matematika yang

Jurnal Penelitian PendidikanVol. 11, No. 2, Oktober 2010

20

National Council Of Teacher of Mathematics (2000). Principles and Standards for School Mathematics.Tersedia:http://www.nctm.org/standards/overview.htm [20 Januari 2004].

Sumarmo, U. (2003).. Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika pada Siswa Sekolah Menengah. Makalahpada Seminar Nasional Nasional Pendidikan Sains dan Matematika. [23 Agustus 2003] kerjasama JICAdan FPMIPA UPI, Bandung.

Suparno,P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.Suryadi,D. (2005). Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung serta Pendekatan Gabungan Langsung

dan Tidak Langsung dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematik Tingkat Tinggi SiswaSLP. Disertasi: Tidak Diterbitkan.

Syaban. M. (2008). Menumbuhkembangkan Daya dan Disposisi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atasmelalui Pembelajaran Investigasi. Disertasi. Tidak Diterbitkan.

BIODATA SINGKATPenulis adalah Dosen FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia