PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN REACT …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ririn Rezabiah...

14
1 PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN REACT TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Ririn Rezabiah 1 , Anna Fauziah 2 , Drajat Friansah 3 STKIP-PGRI Lubuklinggau Email: [email protected] ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran REACT terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau”. Masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh signifikan strategi pembelajaran REACT terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran REACT terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau. Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan desain yang digunakan berbentuk random desain pretest-posttest grup. Populasinya adalah seluruh kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016, yang terdiri dari 9 kelas. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara acak dengan cara pengundian. Setelah dilakukan pengundian, terpilih dua kelas sebagai sampel yaitu kelas X5 dan X8. Kelas X8 terpilih sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang diberikan pengajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran REACT dan kelas X5 sebagai kelas kontrol yaitu kelas yang diberikan pengajaran konvensional. Data kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dikumpulkan dengan teknik tes berbentuk uraian. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis uji-t diperoleh thitung = 5,91 dan ttabel (pada taraf signifikan = 0,05) = 1,671. Hal ini menunjukkan thitung > ttabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan strategi pembelajaran REACT terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau. Rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematika kelas eksperimen sebesar 33,80 dan kelas kontrol sebesar 22,27. Kata Kunci: Strategi Pembelajaran REACT, Pemecahan Masalah Matematika. 1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Transcript of PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN REACT …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ririn Rezabiah...

Page 1: PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN REACT …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ririn Rezabiah 1.pdf · KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 LUBUKLINGGAU

1

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN REACT TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Ririn Rezabiah1, Anna Fauziah2, Drajat Friansah3

STKIP-PGRI Lubuklinggau Email: [email protected]

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Strategi Pembelajaran REACT terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau”. Masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh signifikan strategi pembelajaran REACT terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi pembelajaran REACT terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau. Jenis penelitian ini adalah eksperimen dengan desain yang digunakan berbentuk random desain pretest-posttest grup. Populasinya adalah seluruh kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau tahun pelajaran 2015/2016, yang terdiri dari 9 kelas. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara acak dengan cara pengundian. Setelah dilakukan pengundian, terpilih dua kelas sebagai sampel yaitu kelas X5 dan X8. Kelas X8 terpilih sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang diberikan pengajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran REACT dan kelas X5 sebagai kelas kontrol yaitu kelas yang diberikan pengajaran konvensional. Data kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dikumpulkan dengan teknik tes berbentuk uraian. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji-t. Berdasarkan hasil analisis uji-t diperoleh thitung = 5,91 dan ttabel (pada taraf signifikan 𝛼 = 0,05) = 1,671. Hal ini menunjukkan thitung > ttabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan strategi pembelajaran REACT terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau. Rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematika kelas eksperimen sebesar 33,80 dan kelas kontrol sebesar 22,27.

Kata Kunci: Strategi Pembelajaran REACT, Pemecahan Masalah Matematika.

1 Mahasiswa STKIP-PGRI Lubuklinggau

2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Page 2: PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN REACT …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ririn Rezabiah 1.pdf · KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 LUBUKLINGGAU

2

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan salah satu komponen yang ikut menunjang keberhasilan pembangunan bangsa. Pendidikan juga sebagai pilar utama terhadap pengembangan manusia dan masyarakat suatu bangsa. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat, kualitas kehidupan bangsa juga meningkat. Pendidikan bertujuan untuk membangun dan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berkualitas. Mengingat tujuan pendidikan tersebut, sudah semestinya aspek ini menjadi perhatian pemerintah dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas (Putra, 2014:2).

Dengan demikian diperlukan suatu kemampuan memperoleh, memilih dan mengolah informasi. Kemampuan-kemampuan tersebut membutuhkan pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif, dan kemampuan untuk dapat bekerja sama secara efektif. Sikap dan cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui proses pembelajaran matematika karena matematika memiliki keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari baik masa kini maupun masa mendatang. Oleh sebab itu, matematika menjadi salah satu mata pelajaran penting yang harus diajarkan disekolah, mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai jenjang pendidikan tinggi. National Council of Teacher of Mathematics (dalam Walle, 2002:5) menetapkan bahwa terdapat lima keterampilan proses yang perlu dimiliki siswa melalui pembelajaran matematika, standar proses tersebut yaitu: pemecahan masalah, penalaran dan pembuktian, komunikasi, koneksi, dan representasi.

Salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Ini menandakan bahwa pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting diasah dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran akan lebih bermakna apabila dimulai dengan permasalahan yang harus dipecahkan siswa. Selanjutnya, Sumarmo (dalam Fauziah, 2010:2) menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan jantungnya matematika. Hal ini berarti pemecahan masalah sangat penting dan menjadi tujuan umum pembelajaran matematika. Proses berpikirnya memerlukan kemampuan mengorganisasikan strategi sehingga melatih orang berpikir kritis, logis, dan kreatif yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa SMA masih rendah. Berdasarkan data observasi yang dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri 5 Lubuklinggau, siswa dalam pembelajaran matematika kurang aktif dan cenderung pasif. Kemampuan menyelesaikan masalah matematika masih kurang dan tidak berkembang. Hal ini juga terlihat dari hasil tes yang dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri 5 Lubuklinggau, tampak bahwa dari 32 siswa hanya ada 5 siswa yang mampu menyelesaikan 1 soal dari 4 soal yang diberikan oleh peneliti. Dilihat dari indikator ketercapaian pada langkah-langkah pemecahan masalah, sebagian besar siswa belum mampu memahami masalah dan kesulitan pada tahap

Page 3: PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN REACT …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ririn Rezabiah 1.pdf · KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 LUBUKLINGGAU

3

membuat rencana pemecahan masalah. Siswa juga mengalami kesulitan pada tahap perhitungan dan tahap melihat kembali apa yang telah dikerjakan.

Ada empat permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai penyebab rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa. Pertama, siswa cenderung terpaku pada contoh-contoh penyelesaian yang diberikan oleh guru. Kedua, siswa cepat merasa puas apabila telah mendapatkan jawaban dengan cara pintas dari permasalahan tanpa adanya usaha untuk mengerjakan secara terstruktur. Ketiga, pembelajaran cenderung bersifat konvensional, hal ini menyebabkan kurangnya tantangan bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Keempat, soal-soal yang diberikan guru untuk latihan hanya soal hitungan biasa dan serupa antara satu soal dengan soal yang lain.

Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan di atas peneliti menggunakan strategi pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering) yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Strategi REACT merupakan strategi pembelajaran kontekstual, strategi ini terdiri dari lima tahapan yaitu: (1) Relating (mengaitkan), (2) Experiencing (mengalami), (3) Applying (menerapkan), (4) Cooperating (kerjasama), (5) Transfering (mentransfer) (Wahyudin, 2008:327). REACT merupakan strategi pembelajaran konteks yang didasarkan pada bagaimana siswa belajar untuk mendapatkan pemahaman dan bagaimana guru mengajarkan untuk memberikan pemahaman (Crawford, 2001:7).

Strategi REACT sangat baik digunakan karena pembelajaran menggunakan strategi ini menuntut siswa untuk terlibat dalam berbagai aktivitas yang terus-menerus, berpikir dan menjelaskan penalaran, mengetahui berbagai hubungan antara tema-tema dan konsep-konsep bukan hanya sekedar menghafal dan membaca fakta secara berulang-ulang serta mendengar ceramah dari guru. Dengan demikian, siswa memiliki kesempatan untuk membangun pengetahuan-pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang ia miliki sebelumnya. Dalam pembelajaran matematika, hal ini dapat menjadikan siswa paham lebih mendalam tentang konsep matematika yang ia pelajari, mampu mengaplikasikan konsep-konsep tersebut dalam menyelesaikan masalah matematika, serta dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tingkat kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas X di SMA Negeri 5 Lubuklinggau dengan menerapkan strategi pembelajaran REACT. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh yang signifikan strategi pembelajaran REACT terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas X.

DASAR TEORI Berikut ini adalah beberapa deskripsi teori yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Page 4: PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN REACT …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ririn Rezabiah 1.pdf · KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 LUBUKLINGGAU

4

1. Pengaruh, dalam hal ini artinya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa setelah proses pembelajaran menggunakan strategi REACT (kelas eksperimen) lebih baik dari kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang tidak menggunakan strategi REACT (kelas kontrol).

2. Strategi pembelajaran REACT yang dimaksud disini adalah strategi pembelajaran kontekstual yang mencakup relating, experiencing, applying, cooperating, dan transferring. Relating (mengaitkan) adalah belajar dalam konteks pengalaman dalam kehidupan nyata atau pengetahuan sebelumnya. Experiencing (mengalami) adalah belajar dalam konteks eksplorasi, penemuan, dan penciptaan-penciptaan. Applying (menerapkan) adalah belajar dengan menempatkan konsep-konsep untuk digunakan, dengan memberikan latihan-latihan yang realistik dan relevan. Cooperating (bekerjasama) adalah belajar dalam konteks berbagi, merespon, dan berkomunikasi dengan pelajar-pelajar lain. Transferring (mentransfer) adalah belajar dalam konteks pengetahuan yang telah ada, menggunakan dan membangun apa yang telah diketahui siswa.

3. Kemampuan pemecahan masalah matematika yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah matematika yang mencakup memahami masalah, membuat perencanaan pemecahan masalah, melakukan perhitungan, dan memeriksa kembali hasil.

Tabel 1 Pedoman Penskoran Kemampuan Pemecahan Masalah

Skor Memahami masalah

Membuat rencana pemecahan

Melakukan perhitungan

Memeriksa kembali hasil

0 Salah menginterpretasikan/salah sama sekali.

Tidak ada rencana, membuat rencana yang tidak relevan

Tidak melakukan perhitungan

Tidak ada pemeriksaan atau tidak ada keterangan lain

1 Salah menginterpretasikan sebagian soal, mengabaikan

Membuat rencana yang tidak dapat dilaksanakan, sehingga tidak dapat dilaksanakan

Melaksanakan prosedur yang benar dan mungkin menghasilkan jawaban yang benar tapi salah perhitungan

Ada pemeriksaan tetapi tidak tuntas

2 Memahami masalah soal selengkapnya

Membuat rencana yang benar tetapi salah dalam hasil/tidak

Melakukan proses yang benar dan mendapatkan

Pemeriksaan dilaksanakan untuk melihat kebenaran

Page 5: PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN REACT …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ririn Rezabiah 1.pdf · KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 LUBUKLINGGAU

5

ada hasil hasil yang benar

proses

3 - Membuat rencana yang benar tetapi tidak lengkap

- -

4 - Membuat rencana sesuai dengan prosedur dan mengarah pada solusi yang benar

- -

Skor maksimal 2 Skor maksimal 4 Skor maksimal 2 Skor maksimal 2

(Sumber: Schoen dan Ochmke (dalam Fauziah, 2010:40))

Sounders (dalam Komalasari, 2010:8) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual difokuskan pada REACT. Crawford (2001:8) menyatakan bahwa strategi REACT merupakan salah satu strategi pembelajaran kontekstual yang memberikan ruang gerak dalam membangun pengetahuan, strategi ini terdiri dari lima tahapan, yaitu relating (mengaitkan), experiencing (mengalami), applying (menerapkan), cooperating (bekerjasama), dan transferring (mentransfer). Langkah-langkah strategi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Siswa diberikan apersepsi dan motivasi dengan menjelaskan manfaat materi yang akan dipelajari.

b. Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang heterogen yang terdiri dari 4–5 orang.

c. Siswa diberikan suatu permasalahan matematika yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Permasalahan yang dimunculkan bertujuan untuk mengaitkan atau menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang dipelajarinya (relating).

d. Siswa diminta untuk menemukan konsep tentang materi yang dipelajari dengan bantuan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disediakan dan dibagikan oleh guru (experiencing).

e. Siswa menerapkan konsep matematika yang telah didapatkan pada kegiatan sebelumnya kedalam aktifitas pemecahan masalah melalui latihan soal yang terdapat pada LKS (applying).

f. Siswa diminta bekerjasama dengan siswa lain dalam kelompoknya untuk menyelesaikan permasalahan yang telah dibagikan sebelumnya oleh guru (cooperating).

g. Salah seorang siswa perwakilan dari kelompok mempresentasikan hasil pekerjaan mereka, dan kelompok lain menanggapi. Pada kegiatan ini terjadi diskusi kelompok yang dibimbing oleh guru.

Page 6: PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN REACT …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ririn Rezabiah 1.pdf · KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 LUBUKLINGGAU

6

h. Siswa mentransfer pengetahuan yang dipelajarinya kedalam latihan-latihan soal yang berbeda dengan materi pelajaran yang sama (transferring).

i. Siswa dan guru membuat kesimpulan dari apa yang dipelajari.

METODE PENELITIAN Metode yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah studi eksperimen berbentuk true ekspimental design. Rancangan penelitian yang digunakan adalaah random desain pretest-posttest grup.

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 900 siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan random sampling. Sebagai sampel pada penelitian ini adalah kelas X.8 sebagai kelas eksperimen dan sebagai kelas kontrol adalah kelas X.5.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes. Tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan memberikan skor kemampuan pemecahan masalah matematika dari tiap butir soal tes. Tes dilakukan sebanyak dua kali pada masing-masing kelas, yaitu tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest). Tes awal digunakan untuk mengetahui kemampuan awal pemecahan masalah matematika siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, sedangkan tes akhir diberikan untuk memperoleh data kemampuan pemecahan masalah matematika siswa baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Tes yang digunakan berbentuk uraian yang terdiri dari enam soal, karena dengan tes uraian akan terlihat kemampuan siswa dalam mempresentasikan setiap soal yang diberikan disamping melihat langkah-langkah pengerjaan soal. Materi yang digunakan adalah Sistem Persamaan Linier Dua Variabel.

Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah uji-t, dengan terlebih dahulu menguji normalitas data untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak, selanjutnya dilakukkan uji homogenitas untuk mengetahui varians skor kedua kelompok sama ataukah berbeda.

HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam proses penelitian yang dilaksanakan di kelas X SMA Negeri 5

Lubuklinggau ini peneliti menggunakan strategi pembelajaran REACT dan dilaksanakan pada materi sistem persamaan linier dua variabel. Jumlah pertemuan yang dilakukan peneliti pada kelas eksperimen dalam penelitian ini adalah sebanyak enam kali pertemuan, dengan rincian satu pertemuan sebagai pre-test di awal penelitian, empat pertemuan proses pembelajaran menggunakan strategi REACT, dan satu pertemuan sebagai pelaksanaan post-test di akhir pertemuan pembelajaran.

Page 7: PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN REACT …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ririn Rezabiah 1.pdf · KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 LUBUKLINGGAU

7

1. Data Hasil Pre-test Pemberian pre-test dilakukan pada pertemuan pertama tanggal 06 Agustus 2015 di kelas eksperimen dan tanggal 08 Agustus di kelas kontrol, pre-test ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal pemecahan masalah matematika siswa mengenai materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV), baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol sebelum dilaksanakannya proses pembelajaran. Soal yang diberikan berbentuk uraian sebanyak enam butir soal yang menguji kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Berdasarkan hasil perhitungan dapat dijabarkan bahwa dari 30 siswa kelas eksperimen yang mengikuti pre-test dengan perolehan skor terbesarnya adalah 21 dan skor terkecilnya adalah 5. Sedangkan pada kelas kontrol dengan jumlah siswa yang mengikuti pre-test sebanyak 30 siswa. Perolehan skor terbesarnya adalah 21 dan terkecilnya adalah 4.

2. Data Hasil Post-test Post-test dilaksanakan pada pertemuan terakhir setelah proses

pembelajaran, tanggal 20 Agustus pada kelas eksperimen dan tanggal 22 Agustus pada kelas kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan dapat dijabarkan bahwa pada kelas eksperimen yang mengikuti post-test sebanyak 30 siswa dengan skor terbesarnya adalah 52 dan terkecil adalah 23. Pada kelas kontrol dari 30 siswa yang mengikuti post-test dengan memperoleh skor terbesar adalah 42 dan skor terkecil adalah 12. Perbandingan kemampuan pemecahan masalah matematika awal dan kemampuan pemecahan masalah matematika akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada grafik 1:

Grafik 1 : Perbandingan Skor rata-rata kelas eksperimen dan Kontrol

Analisis Inferensial Data Pre-test a. Uji Normalitas

Tabel 2 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data Pre-test

Tes Kelas 𝜒 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 Dk 𝜒 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

2 Kesimpulan

Pre-test Eksperimen 4,1783 5 11,070 Normal

Kontrol 4,7282 5 11,070 Normal

10.53

33.8

9.6

22.27

0

5

10

15

20

25

30

35

40

Pre-test Post-test

eksperimen

kontrol

Page 8: PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN REACT …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ririn Rezabiah 1.pdf · KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 LUBUKLINGGAU

8

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa 𝜒 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 data pre-test untuk

kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih kecil dari 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

. Dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa masing-masing kelas untuk data pre-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Pasangan hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut.

Ho : Kedua varians sama/homogen Ha : Kedua varians tidak sama/tidak homogen

Tabel 3 Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Data Pre-test

Varians Skor Fhitung Dk Ftabel Kesimpulan

Pre-test 1,32 30:29 1,85 Homogen

Berdasarkan tabel 3 hasil perhitungan uji homogenitas varians skor pre-test diperoleh Fhitung = 1,32. Selanjutnya Fhitung dibandingkan dengan Ftabel dengan derajat kebebasan (dk) = n – 1, dimana n adalah banyak siswa. Jika Fhitung < Ftabel maka dapat dinyatakan bahwa varians kedua kelompok data adalah homogen. Dengan dk = 30:29 diperoleh Ftabel = 1,85, karena Fhitung < Ftabel maka Ho diterima. Dengan demikian kedua varians skor pre-test kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen.

c. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Ho : 21 :

Ha : 21 :

Tabel 4 Rekapitulasi Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data Pre-test

Tes Fhitung ttabel Kesimpulan

Pre-test 0,89 2,000 thitung < ttabel

Ho diterima, Ha ditolak

Pada tabel 4 menunjukkan bahwa hasil perhitungan uji kesamaan dua

rata-rata data pre-test diperoleh thitung < ttabel pada taraf signifikan 𝛼 = 0,05 dan dk = 60, maka Ho diterima sehingga diperoleh kesimpulan rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas eksperimen sama dengan kemampuan pemecahan masalah matematika kelas kontrol.

Tidak terdapat perbedaan rata-rata skor pre-test kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

Terdapat perbedaan rata-rata skor pre-test kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

Page 9: PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN REACT …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ririn Rezabiah 1.pdf · KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 LUBUKLINGGAU

9

Analisis Inferensial Data Post-test a. Uji Normalitas

Tabel 5 Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Data Post-test

Tes Kelas 𝜒 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 Dk 𝜒 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙

2 Kesimpulan

Post-test Eksperimen 8,3520 5 1,070 Normal

Kontrol 8,1997 5 1,070 Normal

Berdasarkan tabel 5 di atas menunjukkan bahwa 𝜒 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 data post-test

untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol lebih kecil dari 𝜒2𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa masing-masing kelas untuk data post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas Tabel 6

Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas Data Post-test

Varians Skor Fhitung Dk Ftabel Kesimpulan

Post-test 1,17 30:29 1,85 Homogen

Berdasarkan tabel 6 hasil perhitungan uji homogenitas varians skor post-test diperoleh Fhitung = 1,17. Selanjutnya Fhitung dibandingkan dengan Ftabel dengan derajat kebebasan (dk) = n – 1, dimana n adalah banyak siswa. Jika Fhitung < Ftabel maka dapat dinyatakan bahwa varians kedua kelompok data adalah homogen. Dengan dk = 30:29 diperoleh Ftabel = 1,85, karena Fhitung < Ftabel maka Ho diterima. Dengan demikian kedua varians skor post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen.

c. Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Ho : 21 :

Ha : 21 :

Tabel 7

Rekapitulasi Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data Post-test

Tes thitung ttabel Kesimpulan

Post-test 5,91 1,671 thitung > ttabel

Ho ditolak, Ha diterima

Rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematika pada kelas eksperimen kurang dari atau sama dengan kelas kontrol.

Rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematika

kelas eksperimen lebih dari kelas kontrol.

Page 10: PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN REACT …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ririn Rezabiah 1.pdf · KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 LUBUKLINGGAU

10

Pada tabel 7 menunjukkan bahwa hasil perhitungan uji-t data post-test

diperoleh nilai thitung = 5,91 dan nilai ttabel = 1,671 ( thitung > ttabel ) pada taraf signifikan 𝛼 = 0,05 dan dk = 60 maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga diperoleh kesimpulan rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas eksperimen lebih dari rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematika kelas kontrol. Dengan demikian ada pengaruh yang signifikan penggunaan strategi pembelajaran REACT terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau.

PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pre-test siswa dapat disimpulkan bahwa kemampuan

awal siswa pada pengetahuan awal sama-sama masih rendah dan tidak ada perbedaan yang begitu besar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, sedangkan hasil post-test siswa terdapat perbedaan kemampuan akhir antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sebelum dilakukan uji hipotesis, maka dilakukan uji prasyarat analisis terlebih dahulu. Uji prasyarat analisis tersebut adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil perhitungan uji normalitas, menunjukkan bahwa nilai 𝜒 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔

2 < 𝜒 𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙2 hal ini menunjukkan bahwa data

kedua kelas berdistribusi normal. Begitu juga dengan hasil perhitungan uji homogenitas, karena pada pre-test Fhitung < Ftabel, demikian juga pada post-test Fhitung < Ftabel dengan demikian kedua varians pre-test dan post-test untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah homogen.

Hasil perhitungan uji normalitas dan uji homogenitas yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kedua kelas tersebut berdistribusi normal dan homogen, sehingga uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t. Pada perhitungan pre-test,

thitung < ttabel maka Ho diterima, dengan kata lain rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematika kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah

sama. Sedangkan hasil post-test didapat thitung > ttabel sehingga Ho ditolak, dengan kata lain rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematika pada kelas eksperimen lebih dari kelas kontrol. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “Ada pengaruh yang signifikan penggunaan strategi pembelajaran REACT terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas X SMA Negeri 5 Lubuklinggau” dapat diterima.

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dikatakan secara umum siswa dengan pembelajaran strategi REACT menunjukkan hasil yang lebih baik dalam kemampuan pemecahan masalah matematika bila dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini dimungkinkan karena pembelajaran dengan strategi REACT merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, dimana siswa didorong untuk melakukan berbagai kegiatan untuk menemukan konsep dan pemahaman mereka. Temuan ini sesuai dengan pernyataan Crawford (dalam Fauziah, 2010:92) yang menyatakan bahwa strategi REACT memiliki kelebihan diantaranya dapat memperdalam pemahaman siswa serta membuat belajar menyeluruh dan menyenangkan. Hal ini terjadi karena

Page 11: PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN REACT …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ririn Rezabiah 1.pdf · KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 LUBUKLINGGAU

11

pembelajaran dengan strategi REACT terdiri dari lima strategi yang satu sama lain mendukung siswa untuk belajar aktif sehingga terbangun suatu kondisi belajar yang kondusif. Lima strategi tersebut adalah relating (mengaitkan), experiencing (mengalami), applying (menerapkan), cooperating (bekerjasama), transferring (mentransfer) (Fauziah, 2010:11).

Pada awalnya, pelaksanaan pembelajaran di kelas eksperimen dengan menggunakan strategi pembelajaran REACT mengalami kesulitan dan menemukan beberapa hambatan. Hal ini dikarenakan pembelajaran yang baru bagi guru dan siswa, sehingga membutuhkan waktu untuk penyesuaian.

Kegiatan penelitian diawali pada tahap relating yaitu pemberian apersepsi pada siswa, guru memberikan motivasi dengan menjelaskan manfaat materi yang akan dipelajari. Kemudian guru memberikan permasalahan kontekstual yang berhubungan dengan materi pelajaran kepada siswa sebagai titik awal dalam pembelajaran. Permasalahan kontekstual disajikan melalui LKS yang terlebih dahulu telah dibagikan kepada siswa. Selanjutnya meminta siswa untuk memahami permasalahan yang disajikan dalam LKS. Jika terdapat hal-hal yang kurang dipahami oleh siswa, guru memberikan petunjuk seperlunya terhadap bagian-bagian yang belum dipahami siswa. Siswa memikirkan strategi pemecahan masalah untuk menyelesaikan permasalahan yang disajikan dalam LKS dengan caranya sendiri secara berkelompok berdasarkan pengetahuan awal yang dimilikinya, sehingga siswa dapat menemukan konsep baru dari permasalahan yang telah mereka selesaikan, tahapan ini merupakan bagian dari tahapan experiencing dan cooperating. Guru mengamati, memotivasi, dan memberi bimbingan terbatas, sehingga siswa dapat memperoleh penyelesaian masalah-masalah tersebut. Selanjutnya pada tahap applying dan transferring, siswa diminta untuk mengerjakan soal-soal pemecahan masalah yang terdapat dalam LKS untuk menerapkan konsep yang telah mereka peroleh dari permasalahan sebelumnya. Pada akhir pembelajaran salah satu siswa dari masing-masing kelompok mempersentasikan hasil pekerjaan mereka dan kelompok lain memberikan tanggapan. Pada tahap ini, siswa masih terlihat malu-malu dan kurang percaya diri untuk mempersentasikan hasil pekerjaannya, demikian pula untuk kelompok yang menanggapi masih terlihat malu-malu untuk bertanya dan kurang percaya diri untuk mengeluarkan pendapatnya. Selanjutnya guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menarik kesimpulan suatu konsep yang terkait dengan permasalahan yang diselesaikan.

Pada pertemuan pertama, siswa diberi tugas untuk mengenal sistem persamaan linier dua variabel dalam berbagai bentuk dan menentukan model matematika dari soal cerita. Siswa diminta untuk menentukan model matematika dari permasalahan yang ada dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Pada pertemuan pertama ini, siswa masih tampak belum terbiasa dengan strategi pembelajaran REACT, hal ini dapat dilihat dari diskusi sesama anggota kelompok dan diskusi kelas. Pada kegiatan ini kondisi kelas mengalami keributan dikarenakan ada beberapa anggota kelompok yang belum bisa

Page 12: PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN REACT …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ririn Rezabiah 1.pdf · KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 LUBUKLINGGAU

12

bekerjasama dengan baik dengan kelompoknya, sehingga beberapa anggota kelompok lainnya mengeluh dengan kondisi tersebut. Kegiatan diskusi kelas juga menyita waktu dikarenakan kelompok yang terpilih untuk mempersentasikan hasilnya kurang percaya diri dan mengakibatkan saling tunjuk sesama anggota kelompok.

Pada pertemuan kedua, siswa diminta untuk menentukan sistem persamaan linier dua variabel dengan menggunakan metode substitusi dan eliminasi. Siswa diberi tugas untuk menentukan nilai variabel dari permasalahan yang disajikan dalam LKS. Pada pertemuan kedua, hambatan yang terjadi pada pertemuan pertama mulai berkurang dan kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik.

Sedangkan pada pertemuan ketiga, siswa diminta untuk menentukan persamaan linier dua variabel dengan menggunakan metode campuran. Pada pertemuan keempat, siswa diminta untuk dapat membuat model matematika dan menyelesaikan masalah sehari-hari yang melibatkan sistem persamaan linier dua variabel serta menentukan sistem persamaan linier dua variabel dengan menggunakan metode yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Pelaksanaan pertemuan ketiga dan keempat dilaksanakan pada hari yang sama dengan jam yang berbeda, karena pada pertemuan keempat peneliti menggunakan jam pelajaran lain yang kebetulan guru mata pelajarannya tidak dapat hadir.

Berbeda dengan kelas eksperimen, pembelajaran yang diterapkan di kelas kontrol adalah pembelajaran konvensional. Pembelajaran ini berpusat pada guru, dimana guru lebih mendominasi aktivitas pembelajaran sehingga siswa pasif dan hanya mendengarkan penjelasan materi dari guru.

Setelah dilakukan pembelajaran pada kelas eksperimen dengan menggunakan strategi pembelajaran REACT dan kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional, dilakukan tes akhir (post-test) yang berguna untuk mengukur kemampuan siswa mengenai materi sistem persamaan linier dua variabel. Dalam penelitian ini, peneliti hanya meneliti kemampuan dari segi kognitifnya yaitu untuk mengukur pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki oleh siswa seperti yang diungkapkan oleh Bloom (dalam Suprijono, 2011:6) yang menyatakan bahwa domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan) dan evaluation (menilai).

Berdasarkan perolehan skor rata-rata siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan strategi REACT, diketahui terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sebesar 23,27 pada kelas eksperimen. Data ini menunjukkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang hanya meningkat sebesar 12,67. Namun, jika dilihat dari indikator ketercapaian pada langkah-langkah pemecahan masalah, baik pada kelas

Page 13: PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN REACT …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ririn Rezabiah 1.pdf · KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 LUBUKLINGGAU

13

eksperimen maupun kontrol, hanya ada beberapa siswa yang sampai pada tahap melihat kembali apa yang telah dilakukan. Sebagian besar siswa lainnya, hanya sampai pada tahap memahami persoalan atau langsung melakukan perhitungan tanpa membuat perencanaan terlebih dahulu, sehingga penyelesaian soal tidak secara bertahap. Hal ini dimungkinkan karena siswa masih merasa asing atau belum terbiasa dengan soal-soal pemecahan masalah.

Temuan ini sesuai dengan pernyataan Polya (dalam Hoseana, 2012:4) yang menyatakan bahwa ada empat indikator pemecahan masalah dalam matematika, yaitu : 1) memahami permasalahan, 2) merancang suatu strategi penyelesaian masalah, 3) melaksanakan strategi, 4) meninjau kembali hasil. Adanya pelaksanaan pembelajaran dengan strategi REACT ini mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Hal ini dikarenakan tahapan-tahapan pembelajaran pada strategi REACT memberikan kesempatan pada siswa untuk memecahkan masalah matematika menggunakan pengetahuan yang sudah dimilikinya, sehingga penggunaan strategi pembelajaran REACT dapat berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

Hasil penelitian ini sejalan juga dengan hasil penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya terkait dengan penggunaan strategi REACT dalam pembelajaran. Fauziah (2010) menyatakan bahwa siswa yang memperoleh pembelajaran melalui strategi REACT mengalami peningkatan hasil belajar yang lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran biasa, sehingga strategi REACT memberikan kontribusi yang cukup signifikan dan lebih baik daripada model pembelajaran konvensional terhadap pemahaman dan pemecahan masalah matematika siswa SMP.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan strategi pembelajaran REACT terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas X SMA

Negeri 5 Lubuklinggau. Hal ini terlihat dari hasil post-test diperoleh thitung = 5,91

dengan ttabel = 1,671, karena nilai thitung > ttabel maka Ho ditolak. Rata-rata skor kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas eksperimen sebesar 33,80 dan kelas kontrol sebesar 22,27.

Saran Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyampaikan saran-saran

kiranya dapat dipertimbangkan untuk kelangsungan proses belajar dan mengajar selanjutnya, yaitu sebagai berikut: 1. Pembelajaran dengan strategi REACT dapat dijadikan salah satu alternatif

yang dapat digunakan guru matematika dalam menyajikan materi matematika untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

Page 14: PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN REACT …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Ririn Rezabiah 1.pdf · KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 5 LUBUKLINGGAU

14

2. Strategi REACT memerlukan waktu yang relatif lama dalam proses pembelajarannya karena memerlukan beberapa langkah yang sudah ditentukan, sehingga disarankan untuk melakukan persiapan yang matang dan mempertimbangkan pengalokasian waktu pada setiap langkah-langkah.

3. Untuk mengurangi kelemahan siswa dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah matematika, guru hendaknya selalu memberi masalah-masalah pemecahan matematika untuk dikerjakan dirumah baik secara individu maupun secara kelompok. Selanjutnya dibahas dan didiskusikan bersama. Hal ini diperlukan sebagai upaya untuk mengatasi keterbatasan waktu disekolah.

4. Dalam penelitian ini dilakukan hanya terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika. Ada baiknya peneliti selanjutnya dapat menerapkan strategi REACT terhadap kemampuan matematika lainnya seperti koneksi, komunikasi, penalaran, dan representasi matematika atupun pada pelajaran lain.

DAFTAR PUSTAKA

Crawford, M. 2001. Teaching Contextually: Research, Rational, and Techniques for Improving Student Motivation and Achievment in Mathematics Science. [online] http://www.cord.org [15 Januari 2015]

Fauziah, A. 2010. Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP melalui Strategi REACT. Forum Kependidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya Palembang. Vol. 30 No 1. (hal. 1-13).

Komalasari, K. 2010. Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Refika Aditama.

Putra, D. 2014. Pengaruh Strategi REACT terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Vol. 2 No 1.

Suprijono, A. 2009. Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAKEM). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Wahyudin. 2008. Model-model Pembelajaran. Tidak diterbitkan

Walle, J. A. 2002. Matematika Sekolah Dasar dan Menengah. Jakarta: Erlangga.