PENGARUH STRATEGI REACT TERHADAP KEMAMPUAN …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Nur...
Transcript of PENGARUH STRATEGI REACT TERHADAP KEMAMPUAN …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Nur...
1
PENGARUH STRATEGI REACT TERHADAP KEMAMPUAN
KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2
LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Nur Fitriani1, Anna Fauziah², As Elly S³
STKIP-PGRI Lubuklinggau
Email: [email protected]
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul “Pengaruh Strategi REACT Terhadap Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 2 Lubuklinggau Tahun
Pelajaran 2016/2017”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah
terdapat pengaruh strategi REACT terhadap kemampuan komunikasi matematis
siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017.
Metode Penelitian yang digunakan adalah True Eksperimental Design.
Populasinya adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Lubuklinggau
Tahun Pelajaran 2016/2017 yang terdiri dari lima kelas dan sebagai sampel adalah
kelas XI IPS 3 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPS 2 sebagai kelas kontrol,
kedua kelas tersebut dipilih secara acak. Pengumpulan data dilakukan dengan
teknik tes, yaitu pre-test dan post-test. Kemudian data yang terkumpul dianalisis
menggunakan uji-t, berdasarkan hasil analisis uji-t dengan taraf signifikansi 𝛼 =
0,05, diperoleh thitung > ttabel (2,53 > 2,00), sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh strategi REACT terhadap kemampuan komunikasi matematis
siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017.
Kata Kunci: Pengaruh, Strategi REACT, Kemampuan Komunikasi Matematis.
PENDAHULUAN
Matematika merupakan ilmu yang penting yang sudah dikenal dan
dipelajari dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Menurut Depdiknas
(2006:387) matematika dapat membekali siswa untuk mempunyai kemampuan
berfikir logis, analitis, sistematis, kritis serta kemampuan bekerja sama.
Permendiknas nomor 22 tahun 2006 mengungkapkan tentang standar isi,
disebutkan bahwa pembelajaran matematika salah satunya bertujuan supaya siswa
memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,
diagram, atau media lainnya untuk memperjelas keadaan atau masalah. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis merupakan aspek yang
1 Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau
2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika
2
sangat penting yang harus dimiliki oleh siswa. Hal ini sejalan dengan Gunawan
(2014:232) yang menyatakan bahwa komunikasi menjadi bagian yang esensial
dari matematika dan pendidikan matematika.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 2
Lubuklinggau pada kamis 28 April 2016, peneliti memberikan tes soal
kemampuan komunikasi matematis. Dari 31 siswa hanya 5 orang yang mampu
menyelesaikan 1 soal dengan tepat dari 3 soal yang diberikan. Sedangkan, dilihat
dari jawaban siswa untuk 2 soal yang lainnya hasil jawaban siswa tersebut belum
memenuhi indikator kemampuan komunikasi matematis yang diinginkan. Selain
itu, siswa mengeluh bahwa soal tes yang diberikan tidak sama dengan contoh soal
yang di berikan oleh guru mereka. Dari hasil tes tersebut menunjukkan bahwa
kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika di SMA Negeri 2
Lubuklinggau, diperoleh bahwa dalam menyampaikan materi, guru masih
menggunakan pembelajaran konvensional, yaitu pembelajaran yang terpusat pada
guru. Selanjutnya, ketika proses belajar mengajar siswa cenderung pasif dan saat
mengerjakan latihan soal siswa cenderung terpaku dengan contoh-contoh yang
diberikan oleh guru sebelumnya.
Dari permasalahan yang telah diungkapkan, maka perlu adanya upaya dari
guru untuk dapat membantu melatih dan menumbuhkembangkan kemampuan
komunikasi matematis siswa. Salah satu yang dapat dilakukan oleh guru adalah
dengan menerapkan strategi pada proses pembelajaran. Salah satu strategi yang
dapat digunakan adalah strategi REACT (relating, experiencing, applying,
cooperating dan transfering). Menurut Crawford (2001:2) strategi REACT
merupakan salah satu strategi pembelajaran kontekstual yang memberikan ruang
gerak dalam membangun pengetahuan yang terdiri dari lima tahapan, yaitu
relating (mengaitkan), experiencing (mengalami), applying (menerapkan),
cooperating (bekerjasama), dan transferring (memindahkan).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh strategi
REACT terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa kelas XI IPS SMA
Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017.
3
KAJIAN TEORI
A. Strategi REACT
Menurut Cord (dalam Fauziah, 2010:2) strategi REACT merupakan
strategi pembelajaran kontekstual terdiri dari lima strategi, yaitu: (1) Relating
(mengaitkan), (2) Experiencing (mengalami), (3) Applying (menerapkan), (4)
Cooperating (bekerjasama), dan (5) Transferring (mentransfer). Sounders (dalam
Komalasari, 2013:8) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual difokuskan
pada REACT, yaitu: (1) Relating, belajar dalam konteks pencarian pengalaman
hidup; (2) Experiencing, belajar dalam konteks pencarian dan penemuan; (3)
Applying, belajar ketika pengetahuan diperkenalkan dalam konteks
penggunaannya; (4) Cooperating, belajar melalui konteks saling berbagi; (5)
Transferring, belajar penggunaan pengetahuan dalam suatu konteks atau situasi
yang baru.
Langkah-langkah pembelajaran dengan strategi REACT pada dasarnya
mengikuti tahapan-tahapannya yaitu: (a) Siswa dikelompokkan ke dalam beberapa
kelompok heterogen dengan beranggotakan 4-5 siswa; (b) Guru mengaitkan
pengetahuan awal siswa dengan pengetahuan yang akan dibahas dengan
memunculkan permasalahan-permasalahan matematika yang akrab dengan
keseharian siswa (tahap relating); (c) Siswa melakukan kegiatan belajar, dimana
guru memberikan penjelasan dan mengarahkan siswa untuk menemukan konsep
atau pengetahuan yang baru (tahap experiencing); (d) Siswa menerapkan
pengetahuan yang telah didapatnya ke dalam latihan soal yang diberikan guru
(tahap applying); (e) Siswa diminta untuk saling bekerjasama dalam kelompoknya
untuk memecahkan permasalahan yang telah diberikan (tahap cooperating); (f)
Siswa diminta untuk menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya dalam
menyelesaikan permasalahan matematika yang berbeda tetapi masih terkait
dengan materi yang telah dibahas (tahap transferring).
Menurut Elly (2015:236) strategi REACT mempunyai kelebihan dan
kelemahannya. Kelebihan strategi REACT, yaitu: (1) memperdalam pemahaman
siswa; (2) mengembangkan sikap menghargai diri siswa dan orang lain; (3)
mengembangkan sikap kebersamaan dan rasa saling memiliki; (4)
4
mengembangkan keterampilan untuk masa depan; (5) membentuk sikap mencintai
lingkungaan; (6) membuat belajar secara inklusif. Kelemahan strategi REACT,
yaitu: (1) membutuhkan waktu yang lama untuk siswa; (2) membutuhkan waktu
yang lama untuk guru; (3) membutuhkan kemampuan khusus guru; (4) menuntut
sifat tertentu dari guru.
B. Kemampuan Komunikasi Matematis
Menurut National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) (2000:4)
komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam menjelaskan suatu
algoritma dan cara unik untuk pemecahan masalah, kemampuan siswa untuk
mengkontruksikan dan menjelaskan sajian fenomena dunia nyata secara grafis,
kata-kata/kalimat, persamaan, tabel dan sajian secara fisik atau kemampuan siswa
memberikan dugaan tentang gambar-gambar geometri. Sedangkan Departemen
Pendidikan Nasional 2006 menyatakan kemampuan komunikasi matematis
merupakan kesanggupan/kecakapan seorang siswa untuk dapat menyatakan dan
menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis, atau mendemonstrasikan
apa yang ada dalam soal matematika.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
komunikasi matematis adalah kemampuan seorang siswa dalam menyatakan dan
menafsirkan gagasan matematika secara lisan maupun tertulis, yang dimaksud
secara tertulis adalah keterampilan siswa dalam menggunakan kata-kata/kalimat,
persamaan, tabel dan sebagainya dalam pemecahan masalah. Komunikasi secara
lisan adalah penjelasan verbal suatu gagasan matematika. Adapun indikator yang
digunakan pada penelitian ini adalah: (1) Menulis, Kemampuan siswa dalam
menjelaskan ide atau situasi dari suatu gambar atau grafik dengan kata-kata
sendiri dalam bentuk tulisan yang tersusun secara logis; (2) Menggambar,
Kemampuan siswa dalam menyatakan situasi ke dalam model matematika yang
dapat berupa gambar, diagram, grafik, tabel; dan (3) Ekspresi matematika.
Kemampuan siswa untuk menyatakan suatu situasi ke dalam bentuk model
matematika dan penyelesaiannya.
5
Tabel 1
Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis Skor Menulis Mengambar Ekspresi Matematika
0 Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperhatikan tidak memahami
konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti
1 Hanya sedikit dari
penjelasan yang benar
Hanya sedikit dari
gambar, diagram,
atau tabel yang benar
Hanya sedikit dari model
matematika yang benar
2 Penjelasan secara
matematis masuk akal
namun hanya sebagian
lengkap dan benar
Melukiskan diagram,
gambar, atau tabel
namun kurang
lengkap dan benar
Membuat model
matematika dengan benar,
namun salah dalam
mendapatkan solusi
3 Penjelasan secara
matematis masuk akal dan
benar, meskipun tidak
tersusun secara logis atau
terdapat sedikit kesalahan
bahasa
Melukiskan diagram,
gambar, atau tabel
secara lengkap dan
benar
Membuat model
matematika dengan benar,
kemudian melakukan
perhitungan atau
mendapatkan solusi
secara benar dan lengkap
4 Penjelasan secara
matematis masuk akal dan
jelas serta tersusun secara
logis
Skor Maksimum = 4 Skor Maksimum = 3 Skor Maksimum = 3 (Sumber: Cai, Lame, dan Jakabscin (Romadhoni, 2016:573))
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah true experimental
design dengan desain penelitiannya adalah random, pre-test, post-test desain.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2
Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017 yang seluruh siswanya berjumlah 178.
Sampel dalam penelitian ini diambil secara acak (sample random). Sample pada
penelitian ini adalah kelas XI IPS 3 sebagai kelas eksperimen dan XI IPS 2
sebagai kelas kontrol.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik tes. Tes dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum
(pre-test) dan sesudah (post-test) siswa diberikan perlakuan dengan menggunakan
strategi REACT. Pre-test diberikan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa
sedangkan pst-test diberikan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa. Tes yang
diberikan dalam penelitian ini berbentuk essay yang terdiri dari enam soal pada
materi Statistika.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanaan di kelas XI IPS SMA Negeri 2 Lubuklinggau
Tahun Pelajaran 2016/2017. Peneliti menerapkan strategi REACT pada materi
Statistika. Penelitian ini dilakukan sebanyak lima kali pertemuan, dengan rincian
satu kali pre-test, tiga kali perlakuan, dan satu kali post-test.
1. Kemampuan Awal Siswa (Pre-test)
Pre-test dilaksanakan pada pertemuan pertama tanggal 26 juli 2016 di
kelas eksperimen dan tanggal 28 juli 2016 di kelas kontrol. Pelaksanaan pre-test
diikuti oleh 32 siswa pada kelas ekperimen dan 32 siswa pada kelas kontrol.
Pelaksanaan pre-test ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal
komunikasi matematis siswa sebelum mengikuti pelajaran yang diberikan. Soal
yang diberikan berbentuk uraian yang terdiri dari enam butir soal yang menguji
kemampuan komunikasi matematis siswa. Berdasarkan hasil perhitungan
menunjukkan bahwa rata-rata skor kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-
masing sebesar 6,31 dan 7,25. Sementara simpangan baku dari kelas eksperimen
dan kelas kontrol masing- masing sebesar 2,51 dan 2,38. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang berarti pada kemampuan awal
komunikasi matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
2. Kemampuan Akhir Siswa (Post-test)
Pelaksanaan post-test dilakukan pada pertemuan terakhir pada tanggal 9
Agustus 2016 kelas eksperimen dan 11 Agustus kelas kontrol. Pelaksanaan post-
test diikuti oleh 33 siswa pada kelas eksperimen dan 31 siswa pada kelas kontrol.
Pelaksanaan post-test ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan komunikasi
matematis siswa setelah diterapkan strategi REACT pada kelas eksperimen dan
konvensional pada kelas kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan
bahwa rata-rata skor kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing sebesar
17,36 dan 14,58. Sementara simpangan baku dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol masing- masing sebesar 5,15 dan 3,85. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas
eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol.
7
Adapun grafik rata-rata perbandingan pre-test dan post-test pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada grafik 4.1
Grafik 1. Perbandingan skor rata-rata pre-test dan post-test
Analisis Inferensial Data Pre-test
Tabel 2
Hasil Uji Normalitas Data Pre-test No Kelas 𝜒2
hitung Dk 𝜒2tabel Kesimpulan
1 Eksperimen 7,8332 5 11,07 Berdistribusi Normal
2 Kontrol 5,3548 5 11,07 Berdistribusi Normal
Tabel 3
Hasil Uji Homogenitas Data Pre-test Data 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 Dk 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kesimpulan
Pre-test 1,11 30:32 1,82 Homogen
Tabel 4
Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data thitung ttabel Kesimpulan
Pre-test -1,60 2,00 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , Terima Ho
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kedua kelas berdistribusi
normal dan homogen sehingga uji kesamaan dua rata-rata yang digunakan adalah
uji-t. Adapun hipotesisnya adalah:
𝐻𝑜 : 𝜇1 = 𝜇2 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata skor kemampuan komunikasi
matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
𝐻𝑎 : 𝜇1 ≠ 𝜇2 : Terdapat perbedaan rata-rata skor kemampuan komunikasi
matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata
skor kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
6,31 7,25
17,3614,58
0
5
10
15
20
Eksperimen Kontrol
Pre-test
Post-tes
8
Analisis Inferensial Data Post-test
Tabel 5
Hasil Uji Normalitas Data Post-test No Kelas 𝜒2
hitung Dk 𝜒2tabel Kesimpulan
1 Eksperimen 1,8027 5 11,07 Berdistribusi Normal
2 Kontrol 2,2926 5 11,07 Berdistribusi Normal
Tabel 6
Hasil Uji Homogenitas Data Post-test Data 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 Dk 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kesimpulan
Post-test 1,79 30:30 1,84 Homogen
Tabel 7
Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data thitung ttabel Kesimpulan
Post-test 2,53 2,00 Tolak Ho
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kedua kelas berdistribusi
normal dan homogen sehingga uji kesamaan dua rata-rata yang digunakan adalah
uji-t. Adapun hipotesisnya adalah:
𝐻𝑜 : 𝜇1 = 𝜇2 : Rata-rata skor kemampuan komunikasi matematis siswa kelas
eksperimen kurang dari atau sama dengan kelas kontrol.
𝐻𝑎 : 𝜇1 ≠ 𝜇2 : Rata-rata skor kemampuan komunikasi matematis siswa kelas
eksperimen lebih dari kelas kontrol.
Berdasarkan perhitungan rata-rata skor kemampuan komunikasi matematis
siswa kelas eksperimen lebih dari kelas kontrol. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh strategi REACT terhadap kemampuan komunikasi matematis
siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017.
PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis data pre-test siswa diperoleh bahwa kemampuan awal
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol relatif sama sedangkan hasil post-test
siswa terdapat perbedaan kemampuan akhir antara kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Hasil perhitungan uji normalitas pada pre-test dan post-test menunjukkan
bahwa 𝜒2hitung < 𝜒2
tabel hal ini menunjukkan bahwa data dari kedua kelas tersebut
berdistribusi normal. Begitu juga dengan hasil perhitungan uji homogenitas, pada
9
pre-test 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dan pada post-test 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , dengan demikian
kedua varians pre-test dan post-test untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol
sama atau homogen. Dengan menggunakan uji-t dengan taraf signifikansi
𝛼 = 0,05 dan dk = 60. Pada perhitungan pre-test 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka 𝐻𝑜
diterima, hal ini berarti rata-rata skor kemampuan komunikasi matematis kelas
eksperimen dan kelas kontrol sama.
Pelaksanaan Pembelajaran di kelas eksperimen menggunakan strategi
REACT dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama tanggal 27
juli 2016, pada pertemuan pertama peneliti terlebih dahulu membagi siswa ke
dalam kelompok yang setiap kelompoknya terdiri 4-5 orang siswa. Setelah siswa
siap peneliti membagikan LKS dan meminta siswa untuk membahas materi yang
ada di LKS tersebut bersama kelompoknya, dimana tujuan dari kegiatan ini yaitu
agar siswa dapat mengalami langsung dalam mendapatkan konsep-konsep pada
materi yang dibahas yakni penyajian data dalam bentuk diagram (experiencing).
Selanjutnya, siswa diminta untuk menyelesaikan soal-soal yang ada dalam LKS
dan saling bekerjasama dalam kelompoknya untuk membahasnya (applying,
cooperating). Setelah menyelesaikan permasalahan yang terdapat di LKS, salah
satu anggota perwakilan kelompok mempersentasikan hasil dari diskusi mereka di
depan kelas dan kelompok lainnya akan menanggapi hasil diskusi mereka.
Pada pertemuan pertama, pelaksanaan pembelajaran dengan strategi
REACT mengalami kesulitan. Adanya perubahan guru dalam mengajar
membutuhkan waktu bagi siswa untuk melakukan penyesuaian. Pada saat
pembagian kelompok mengalami sedikit masalah dimana ada beberapa anggota
kelompok yang merasa tidak cocok dengan pemilihan anggota kelompok yang
telah ditetapkan. Pada tahap experiencing, siswa masih kesulitan untuk
menemukan sendiri suatu konsep baik itu secara mandiri maupun berkelompok.
Siswa juga belum terbiasa untuk bekerjasama dalam kelompok, terlihat pada saat
melakukan aktivitas berkelompok siswa yang lebih pintar cenderung lebih senang
bekerja sendiri dan tidak mau bekerja sama dengan anggota kelompoknya, selain
itu pada saat anggota perwakilan kelompok diminta untuk mempersentasikan hasil
10
diskusi mereka, siswa terlihat masih tidak berani dan kurang percaya diri untuk
menyampaikan pendapat dari hasil kelompok mereka di depan teman-temannya.
Pada pertemuan kedua tanggal 2 Agustus 2016, membahas materi tentang
penyajian data dalam bentuk diagram, histogram, dan ogive. Terlihat siswa mulai
terbiasa dan bersemangat untuk belajar. Siswa sudah dapat mengerjakan LKS
dengan berdiskusi sesama anggota kelompoknya dan mulai berani untuk bertanya
kepada peneliti ketika mereka mengalami kesulitan atau kurang memahami materi
yang sedang dipelajari, pada saat mempersentasikan hasil kelompoknya terlihat
siswa mulai percaya diri dan tidak takut lagi untuk mengemukakan hasil pekerjaan
mereka di depan kelas.
Kemudian pada pertemuan ketiga tanggal 3 Agustus 2016, seperti pada
pertemuan sebelumnya siswa melakukan diskusi dan membahas materi tentang
ukuran pemusatan data tunggal. Pada pertemuan kali ini, siswa sudah siap
berdiskusi. Ketika mewakili kelompoknya terlihat siswa sudah terbiasa
menjelaskan hasil diskusi dengan menggunakan bahasa mereka sendiri dan
kelompok yang lain mulai menanggapi ketika terdapat perbedaan jawaban,
sehingga peneliti memberikan kesempatan kepada kelompok tersebut untuk
mempersentasikan jawaban yang menurut mereka benar. Setelah selesai diskusi
kelompok pada setiap materi, peneliti memberikan soal-soal latihan (transferring)
dimana peneliti mengajak siswa untuk menggunakan pengetahuan yang telah
diperoleh sebelumnya untuk menyelesaikan latihan yang diberikan. Penyelesaian
latihan ini dilakukan secara kelompok dan peneliti membantu siswa jika terdapat
soal yang tidak jelas dan sulit untuk mereka.
Di bawah ini merupakan salah satu jawaban siswa pada saat post-test setelah
diterapkannya strategi REACT dapat dilihat pada gambar 1.
.
11
Gambar 1. Jawaban post-test kelas eksperimen
Berdasarkan gambar 4.2 dapat dilihat bahwa dari skor yang diperoleh
siswa menunjukkan kemampuan komunikasi matematis yang baik. Dimana siswa
sudah mampu dalam menuliskan penjelasan dari jawaban permasalahannya secara
jelas, serta tersusun secara logis, walaupun siswa masih kurang dalam
menjabarkan pendapatnya terlihat pada soal nomor 2b dan 3b, siswa juga sudah
dapat melukiskan gambar dan tabel secara lengkap dan benar pada soal nomor 2a,
3a, dan 4a, tetapi siswa masih belum benar ketika menggambar histogram dan
ogive terlihat pada soal nomor 4b, siswa mampu untuk memodelkan
permasalahan secara benar kemudian melakukan perhitungan dengan benar
12
terlihat pada soal nomor 5 tetapi soal nomor 6 siswa salah dalam mendapatkan
solusinya.
Perolehan skor rata-rata siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan
strategi REACT pada kelas eksperimen, diketahui terdapat peningkatan
kemampuan komunikasi matematis siswa yaitu sebesar 11,05. Data ini
menujukkan bahwa peningkatan kemapuan komunikasi matematis siswa kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang hanya meningkat
sebesar 7,33.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan nilai
rata-rata tes akhir siswa kelas eksperimen yaitu sebesar 17,36 dan kelas kontrol
yaitu sebesar 14,58. Dari hasil uji hopotesis dengan menggunakan uji-t untuk
𝑑𝑘 = 33 + 31 − 2 = 62, karena dk tidak terdapat pada tabel maka digunakan dk
terdekat yaitu 60 dan taraf signifikan 𝛼 = 5% sehingga diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 >
𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 2,53 > 2,00 . Dari kriteria pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan
bahwa “Ada pengaruh yang strategi REACT terhadap kemampuan komunikasi
matematis siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran
2016/2017”.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dicapai pada penelitian ini, maka
peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut: (1) Bagi pembaca, hendaknya
mencari referensi yang lebih banyak dan khusus mengenai strategi REACT; (2)
Bagi guru, penggunaan strategi REACT ini dapat digunakan pada kegiatan
pembelajaran salah satunya untuk meningkatan kemampuan komunikasi
matematis siswa; (3) Bagi peneliti, hasil penelitian ini hendaknya dapat dijadikan
referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan dapat dijadikan sebagai
pengalaman dalam mengajar.
13
DAFTAR PUSTAKA
Crawford, L. M. 2001. Teaching Contextually: Research, Rationale, and
Techniques for Improving Student Motivation and Achievement in
Mathematics and Science. Texas: CCI Publishing, Inc.
Depdiknas. 2006. Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta :
Depdiknas.
Elly, As. 2015. Studi Komparasi Pembelajaran REACT Dengan Pembelajaran
Konvensional Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik dan
Koneksi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Thesis.
Fauziah, Anna. 2010. Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan
Masalah Matematik Siswa SMP Melalui Strategi REACT. Forum
Kependidikan. Vol. 30 No. 1. 1-13.
Gunawan, Gugun. 2014. Peran Strategi REACT Terhadap Peningkatan
Kemampuan Komunikasi Matematik. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Matematika. ISSN 2355-0473. Vol. 1. 231-238.
NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston, Va:
National Council of Teacher of Matematics.
Komalasari, Kokom. 2013. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.
Bandung: PT Refika Aditama.
Romadhoni, Erlina Madyaning Candra. 2016. Implementasi Model Pembelajaran
Matematika Knisley (MPMK) dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswa dan Respon Siswa dalam Pembelajaran.
Prosiding. ISSN 2502-6526. 570-579.