PENGARUH STRATEGI REACT TERHADAP KEMAMPUAN …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Nur...

13
1 PENGARUH STRATEGI REACT TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Nur Fitriani 1 , Anna Fauziah², As Elly S³ STKIP-PGRI Lubuklinggau Email: [email protected] ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Pengaruh Strategi REACT Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh strategi REACT terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017. Metode Penelitian yang digunakan adalah True Eksperimental Design. Populasinya adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017 yang terdiri dari lima kelas dan sebagai sampel adalah kelas XI IPS 3 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPS 2 sebagai kelas kontrol, kedua kelas tersebut dipilih secara acak. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tes, yaitu pre-test dan post-test. Kemudian data yang terkumpul dianalisis menggunakan uji-t, berdasarkan hasil analisis uji-t dengan taraf signifikansi = 0,05, diperoleh t hitung > t tabel (2,53 > 2,00), sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh strategi REACT terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017. Kata Kunci: Pengaruh, Strategi REACT, Kemampuan Komunikasi Matematis. PENDAHULUAN Matematika merupakan ilmu yang penting yang sudah dikenal dan dipelajari dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Menurut Depdiknas (2006:387) matematika dapat membekali siswa untuk mempunyai kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis serta kemampuan bekerja sama. Permendiknas nomor 22 tahun 2006 mengungkapkan tentang standar isi, disebutkan bahwa pembelajaran matematika salah satunya bertujuan supaya siswa memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lainnya untuk memperjelas keadaan atau masalah. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis merupakan aspek yang 1 Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau 2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika

Transcript of PENGARUH STRATEGI REACT TERHADAP KEMAMPUAN …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Nur...

1

PENGARUH STRATEGI REACT TERHADAP KEMAMPUAN

KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 2

LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Nur Fitriani1, Anna Fauziah², As Elly S³

STKIP-PGRI Lubuklinggau

Email: [email protected]

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Strategi REACT Terhadap Kemampuan

Komunikasi Matematis Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 2 Lubuklinggau Tahun

Pelajaran 2016/2017”. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah

terdapat pengaruh strategi REACT terhadap kemampuan komunikasi matematis

siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Lubuklinggau tahun pelajaran 2016/2017.

Metode Penelitian yang digunakan adalah True Eksperimental Design.

Populasinya adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Lubuklinggau

Tahun Pelajaran 2016/2017 yang terdiri dari lima kelas dan sebagai sampel adalah

kelas XI IPS 3 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPS 2 sebagai kelas kontrol,

kedua kelas tersebut dipilih secara acak. Pengumpulan data dilakukan dengan

teknik tes, yaitu pre-test dan post-test. Kemudian data yang terkumpul dianalisis

menggunakan uji-t, berdasarkan hasil analisis uji-t dengan taraf signifikansi 𝛼 =

0,05, diperoleh thitung > ttabel (2,53 > 2,00), sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh strategi REACT terhadap kemampuan komunikasi matematis

siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017.

Kata Kunci: Pengaruh, Strategi REACT, Kemampuan Komunikasi Matematis.

PENDAHULUAN

Matematika merupakan ilmu yang penting yang sudah dikenal dan

dipelajari dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Menurut Depdiknas

(2006:387) matematika dapat membekali siswa untuk mempunyai kemampuan

berfikir logis, analitis, sistematis, kritis serta kemampuan bekerja sama.

Permendiknas nomor 22 tahun 2006 mengungkapkan tentang standar isi,

disebutkan bahwa pembelajaran matematika salah satunya bertujuan supaya siswa

memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel,

diagram, atau media lainnya untuk memperjelas keadaan atau masalah. Hal ini

menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematis merupakan aspek yang

1 Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau

2 dan 3 Dosen Prodi Pendidikan Matematika

2

sangat penting yang harus dimiliki oleh siswa. Hal ini sejalan dengan Gunawan

(2014:232) yang menyatakan bahwa komunikasi menjadi bagian yang esensial

dari matematika dan pendidikan matematika.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 2

Lubuklinggau pada kamis 28 April 2016, peneliti memberikan tes soal

kemampuan komunikasi matematis. Dari 31 siswa hanya 5 orang yang mampu

menyelesaikan 1 soal dengan tepat dari 3 soal yang diberikan. Sedangkan, dilihat

dari jawaban siswa untuk 2 soal yang lainnya hasil jawaban siswa tersebut belum

memenuhi indikator kemampuan komunikasi matematis yang diinginkan. Selain

itu, siswa mengeluh bahwa soal tes yang diberikan tidak sama dengan contoh soal

yang di berikan oleh guru mereka. Dari hasil tes tersebut menunjukkan bahwa

kemampuan komunikasi matematis siswa masih rendah.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika di SMA Negeri 2

Lubuklinggau, diperoleh bahwa dalam menyampaikan materi, guru masih

menggunakan pembelajaran konvensional, yaitu pembelajaran yang terpusat pada

guru. Selanjutnya, ketika proses belajar mengajar siswa cenderung pasif dan saat

mengerjakan latihan soal siswa cenderung terpaku dengan contoh-contoh yang

diberikan oleh guru sebelumnya.

Dari permasalahan yang telah diungkapkan, maka perlu adanya upaya dari

guru untuk dapat membantu melatih dan menumbuhkembangkan kemampuan

komunikasi matematis siswa. Salah satu yang dapat dilakukan oleh guru adalah

dengan menerapkan strategi pada proses pembelajaran. Salah satu strategi yang

dapat digunakan adalah strategi REACT (relating, experiencing, applying,

cooperating dan transfering). Menurut Crawford (2001:2) strategi REACT

merupakan salah satu strategi pembelajaran kontekstual yang memberikan ruang

gerak dalam membangun pengetahuan yang terdiri dari lima tahapan, yaitu

relating (mengaitkan), experiencing (mengalami), applying (menerapkan),

cooperating (bekerjasama), dan transferring (memindahkan).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh strategi

REACT terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa kelas XI IPS SMA

Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017.

3

KAJIAN TEORI

A. Strategi REACT

Menurut Cord (dalam Fauziah, 2010:2) strategi REACT merupakan

strategi pembelajaran kontekstual terdiri dari lima strategi, yaitu: (1) Relating

(mengaitkan), (2) Experiencing (mengalami), (3) Applying (menerapkan), (4)

Cooperating (bekerjasama), dan (5) Transferring (mentransfer). Sounders (dalam

Komalasari, 2013:8) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual difokuskan

pada REACT, yaitu: (1) Relating, belajar dalam konteks pencarian pengalaman

hidup; (2) Experiencing, belajar dalam konteks pencarian dan penemuan; (3)

Applying, belajar ketika pengetahuan diperkenalkan dalam konteks

penggunaannya; (4) Cooperating, belajar melalui konteks saling berbagi; (5)

Transferring, belajar penggunaan pengetahuan dalam suatu konteks atau situasi

yang baru.

Langkah-langkah pembelajaran dengan strategi REACT pada dasarnya

mengikuti tahapan-tahapannya yaitu: (a) Siswa dikelompokkan ke dalam beberapa

kelompok heterogen dengan beranggotakan 4-5 siswa; (b) Guru mengaitkan

pengetahuan awal siswa dengan pengetahuan yang akan dibahas dengan

memunculkan permasalahan-permasalahan matematika yang akrab dengan

keseharian siswa (tahap relating); (c) Siswa melakukan kegiatan belajar, dimana

guru memberikan penjelasan dan mengarahkan siswa untuk menemukan konsep

atau pengetahuan yang baru (tahap experiencing); (d) Siswa menerapkan

pengetahuan yang telah didapatnya ke dalam latihan soal yang diberikan guru

(tahap applying); (e) Siswa diminta untuk saling bekerjasama dalam kelompoknya

untuk memecahkan permasalahan yang telah diberikan (tahap cooperating); (f)

Siswa diminta untuk menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya dalam

menyelesaikan permasalahan matematika yang berbeda tetapi masih terkait

dengan materi yang telah dibahas (tahap transferring).

Menurut Elly (2015:236) strategi REACT mempunyai kelebihan dan

kelemahannya. Kelebihan strategi REACT, yaitu: (1) memperdalam pemahaman

siswa; (2) mengembangkan sikap menghargai diri siswa dan orang lain; (3)

mengembangkan sikap kebersamaan dan rasa saling memiliki; (4)

4

mengembangkan keterampilan untuk masa depan; (5) membentuk sikap mencintai

lingkungaan; (6) membuat belajar secara inklusif. Kelemahan strategi REACT,

yaitu: (1) membutuhkan waktu yang lama untuk siswa; (2) membutuhkan waktu

yang lama untuk guru; (3) membutuhkan kemampuan khusus guru; (4) menuntut

sifat tertentu dari guru.

B. Kemampuan Komunikasi Matematis

Menurut National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) (2000:4)

komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam menjelaskan suatu

algoritma dan cara unik untuk pemecahan masalah, kemampuan siswa untuk

mengkontruksikan dan menjelaskan sajian fenomena dunia nyata secara grafis,

kata-kata/kalimat, persamaan, tabel dan sajian secara fisik atau kemampuan siswa

memberikan dugaan tentang gambar-gambar geometri. Sedangkan Departemen

Pendidikan Nasional 2006 menyatakan kemampuan komunikasi matematis

merupakan kesanggupan/kecakapan seorang siswa untuk dapat menyatakan dan

menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis, atau mendemonstrasikan

apa yang ada dalam soal matematika.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

komunikasi matematis adalah kemampuan seorang siswa dalam menyatakan dan

menafsirkan gagasan matematika secara lisan maupun tertulis, yang dimaksud

secara tertulis adalah keterampilan siswa dalam menggunakan kata-kata/kalimat,

persamaan, tabel dan sebagainya dalam pemecahan masalah. Komunikasi secara

lisan adalah penjelasan verbal suatu gagasan matematika. Adapun indikator yang

digunakan pada penelitian ini adalah: (1) Menulis, Kemampuan siswa dalam

menjelaskan ide atau situasi dari suatu gambar atau grafik dengan kata-kata

sendiri dalam bentuk tulisan yang tersusun secara logis; (2) Menggambar,

Kemampuan siswa dalam menyatakan situasi ke dalam model matematika yang

dapat berupa gambar, diagram, grafik, tabel; dan (3) Ekspresi matematika.

Kemampuan siswa untuk menyatakan suatu situasi ke dalam bentuk model

matematika dan penyelesaiannya.

5

Tabel 1

Pedoman Penskoran Kemampuan Komunikasi Matematis Skor Menulis Mengambar Ekspresi Matematika

0 Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperhatikan tidak memahami

konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti

1 Hanya sedikit dari

penjelasan yang benar

Hanya sedikit dari

gambar, diagram,

atau tabel yang benar

Hanya sedikit dari model

matematika yang benar

2 Penjelasan secara

matematis masuk akal

namun hanya sebagian

lengkap dan benar

Melukiskan diagram,

gambar, atau tabel

namun kurang

lengkap dan benar

Membuat model

matematika dengan benar,

namun salah dalam

mendapatkan solusi

3 Penjelasan secara

matematis masuk akal dan

benar, meskipun tidak

tersusun secara logis atau

terdapat sedikit kesalahan

bahasa

Melukiskan diagram,

gambar, atau tabel

secara lengkap dan

benar

Membuat model

matematika dengan benar,

kemudian melakukan

perhitungan atau

mendapatkan solusi

secara benar dan lengkap

4 Penjelasan secara

matematis masuk akal dan

jelas serta tersusun secara

logis

Skor Maksimum = 4 Skor Maksimum = 3 Skor Maksimum = 3 (Sumber: Cai, Lame, dan Jakabscin (Romadhoni, 2016:573))

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah true experimental

design dengan desain penelitiannya adalah random, pre-test, post-test desain.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2

Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017 yang seluruh siswanya berjumlah 178.

Sampel dalam penelitian ini diambil secara acak (sample random). Sample pada

penelitian ini adalah kelas XI IPS 3 sebagai kelas eksperimen dan XI IPS 2

sebagai kelas kontrol.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik tes. Tes dalam penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu sebelum

(pre-test) dan sesudah (post-test) siswa diberikan perlakuan dengan menggunakan

strategi REACT. Pre-test diberikan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa

sedangkan pst-test diberikan untuk mengetahui kemampuan akhir siswa. Tes yang

diberikan dalam penelitian ini berbentuk essay yang terdiri dari enam soal pada

materi Statistika.

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanaan di kelas XI IPS SMA Negeri 2 Lubuklinggau

Tahun Pelajaran 2016/2017. Peneliti menerapkan strategi REACT pada materi

Statistika. Penelitian ini dilakukan sebanyak lima kali pertemuan, dengan rincian

satu kali pre-test, tiga kali perlakuan, dan satu kali post-test.

1. Kemampuan Awal Siswa (Pre-test)

Pre-test dilaksanakan pada pertemuan pertama tanggal 26 juli 2016 di

kelas eksperimen dan tanggal 28 juli 2016 di kelas kontrol. Pelaksanaan pre-test

diikuti oleh 32 siswa pada kelas ekperimen dan 32 siswa pada kelas kontrol.

Pelaksanaan pre-test ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal

komunikasi matematis siswa sebelum mengikuti pelajaran yang diberikan. Soal

yang diberikan berbentuk uraian yang terdiri dari enam butir soal yang menguji

kemampuan komunikasi matematis siswa. Berdasarkan hasil perhitungan

menunjukkan bahwa rata-rata skor kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-

masing sebesar 6,31 dan 7,25. Sementara simpangan baku dari kelas eksperimen

dan kelas kontrol masing- masing sebesar 2,51 dan 2,38. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang berarti pada kemampuan awal

komunikasi matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

2. Kemampuan Akhir Siswa (Post-test)

Pelaksanaan post-test dilakukan pada pertemuan terakhir pada tanggal 9

Agustus 2016 kelas eksperimen dan 11 Agustus kelas kontrol. Pelaksanaan post-

test diikuti oleh 33 siswa pada kelas eksperimen dan 31 siswa pada kelas kontrol.

Pelaksanaan post-test ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan komunikasi

matematis siswa setelah diterapkan strategi REACT pada kelas eksperimen dan

konvensional pada kelas kontrol. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan

bahwa rata-rata skor kelas eksperimen dan kelas kontrol masing-masing sebesar

17,36 dan 14,58. Sementara simpangan baku dari kelas eksperimen dan kelas

kontrol masing- masing sebesar 5,15 dan 3,85. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa kelas

eksperimen lebih baik dibandingkan kelas kontrol.

7

Adapun grafik rata-rata perbandingan pre-test dan post-test pada kelas

eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada grafik 4.1

Grafik 1. Perbandingan skor rata-rata pre-test dan post-test

Analisis Inferensial Data Pre-test

Tabel 2

Hasil Uji Normalitas Data Pre-test No Kelas 𝜒2

hitung Dk 𝜒2tabel Kesimpulan

1 Eksperimen 7,8332 5 11,07 Berdistribusi Normal

2 Kontrol 5,3548 5 11,07 Berdistribusi Normal

Tabel 3

Hasil Uji Homogenitas Data Pre-test Data 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 Dk 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kesimpulan

Pre-test 1,11 30:32 1,82 Homogen

Tabel 4

Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Data thitung ttabel Kesimpulan

Pre-test -1,60 2,00 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , Terima Ho

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kedua kelas berdistribusi

normal dan homogen sehingga uji kesamaan dua rata-rata yang digunakan adalah

uji-t. Adapun hipotesisnya adalah:

𝐻𝑜 : 𝜇1 = 𝜇2 : Tidak terdapat perbedaan rata-rata skor kemampuan komunikasi

matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

𝐻𝑎 : 𝜇1 ≠ 𝜇2 : Terdapat perbedaan rata-rata skor kemampuan komunikasi

matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata

skor kemampuan komunikasi matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

6,31 7,25

17,3614,58

0

5

10

15

20

Eksperimen Kontrol

Pre-test

Post-tes

8

Analisis Inferensial Data Post-test

Tabel 5

Hasil Uji Normalitas Data Post-test No Kelas 𝜒2

hitung Dk 𝜒2tabel Kesimpulan

1 Eksperimen 1,8027 5 11,07 Berdistribusi Normal

2 Kontrol 2,2926 5 11,07 Berdistribusi Normal

Tabel 6

Hasil Uji Homogenitas Data Post-test Data 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 Dk 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Kesimpulan

Post-test 1,79 30:30 1,84 Homogen

Tabel 7

Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data thitung ttabel Kesimpulan

Post-test 2,53 2,00 Tolak Ho

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa kedua kelas berdistribusi

normal dan homogen sehingga uji kesamaan dua rata-rata yang digunakan adalah

uji-t. Adapun hipotesisnya adalah:

𝐻𝑜 : 𝜇1 = 𝜇2 : Rata-rata skor kemampuan komunikasi matematis siswa kelas

eksperimen kurang dari atau sama dengan kelas kontrol.

𝐻𝑎 : 𝜇1 ≠ 𝜇2 : Rata-rata skor kemampuan komunikasi matematis siswa kelas

eksperimen lebih dari kelas kontrol.

Berdasarkan perhitungan rata-rata skor kemampuan komunikasi matematis

siswa kelas eksperimen lebih dari kelas kontrol. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh strategi REACT terhadap kemampuan komunikasi matematis

siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran 2016/2017.

PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis data pre-test siswa diperoleh bahwa kemampuan awal

antara kelas eksperimen dan kelas kontrol relatif sama sedangkan hasil post-test

siswa terdapat perbedaan kemampuan akhir antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol. Hasil perhitungan uji normalitas pada pre-test dan post-test menunjukkan

bahwa 𝜒2hitung < 𝜒2

tabel hal ini menunjukkan bahwa data dari kedua kelas tersebut

berdistribusi normal. Begitu juga dengan hasil perhitungan uji homogenitas, pada

9

pre-test 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dan pada post-test 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , dengan demikian

kedua varians pre-test dan post-test untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol

sama atau homogen. Dengan menggunakan uji-t dengan taraf signifikansi

𝛼 = 0,05 dan dk = 60. Pada perhitungan pre-test 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka 𝐻𝑜

diterima, hal ini berarti rata-rata skor kemampuan komunikasi matematis kelas

eksperimen dan kelas kontrol sama.

Pelaksanaan Pembelajaran di kelas eksperimen menggunakan strategi

REACT dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama tanggal 27

juli 2016, pada pertemuan pertama peneliti terlebih dahulu membagi siswa ke

dalam kelompok yang setiap kelompoknya terdiri 4-5 orang siswa. Setelah siswa

siap peneliti membagikan LKS dan meminta siswa untuk membahas materi yang

ada di LKS tersebut bersama kelompoknya, dimana tujuan dari kegiatan ini yaitu

agar siswa dapat mengalami langsung dalam mendapatkan konsep-konsep pada

materi yang dibahas yakni penyajian data dalam bentuk diagram (experiencing).

Selanjutnya, siswa diminta untuk menyelesaikan soal-soal yang ada dalam LKS

dan saling bekerjasama dalam kelompoknya untuk membahasnya (applying,

cooperating). Setelah menyelesaikan permasalahan yang terdapat di LKS, salah

satu anggota perwakilan kelompok mempersentasikan hasil dari diskusi mereka di

depan kelas dan kelompok lainnya akan menanggapi hasil diskusi mereka.

Pada pertemuan pertama, pelaksanaan pembelajaran dengan strategi

REACT mengalami kesulitan. Adanya perubahan guru dalam mengajar

membutuhkan waktu bagi siswa untuk melakukan penyesuaian. Pada saat

pembagian kelompok mengalami sedikit masalah dimana ada beberapa anggota

kelompok yang merasa tidak cocok dengan pemilihan anggota kelompok yang

telah ditetapkan. Pada tahap experiencing, siswa masih kesulitan untuk

menemukan sendiri suatu konsep baik itu secara mandiri maupun berkelompok.

Siswa juga belum terbiasa untuk bekerjasama dalam kelompok, terlihat pada saat

melakukan aktivitas berkelompok siswa yang lebih pintar cenderung lebih senang

bekerja sendiri dan tidak mau bekerja sama dengan anggota kelompoknya, selain

itu pada saat anggota perwakilan kelompok diminta untuk mempersentasikan hasil

10

diskusi mereka, siswa terlihat masih tidak berani dan kurang percaya diri untuk

menyampaikan pendapat dari hasil kelompok mereka di depan teman-temannya.

Pada pertemuan kedua tanggal 2 Agustus 2016, membahas materi tentang

penyajian data dalam bentuk diagram, histogram, dan ogive. Terlihat siswa mulai

terbiasa dan bersemangat untuk belajar. Siswa sudah dapat mengerjakan LKS

dengan berdiskusi sesama anggota kelompoknya dan mulai berani untuk bertanya

kepada peneliti ketika mereka mengalami kesulitan atau kurang memahami materi

yang sedang dipelajari, pada saat mempersentasikan hasil kelompoknya terlihat

siswa mulai percaya diri dan tidak takut lagi untuk mengemukakan hasil pekerjaan

mereka di depan kelas.

Kemudian pada pertemuan ketiga tanggal 3 Agustus 2016, seperti pada

pertemuan sebelumnya siswa melakukan diskusi dan membahas materi tentang

ukuran pemusatan data tunggal. Pada pertemuan kali ini, siswa sudah siap

berdiskusi. Ketika mewakili kelompoknya terlihat siswa sudah terbiasa

menjelaskan hasil diskusi dengan menggunakan bahasa mereka sendiri dan

kelompok yang lain mulai menanggapi ketika terdapat perbedaan jawaban,

sehingga peneliti memberikan kesempatan kepada kelompok tersebut untuk

mempersentasikan jawaban yang menurut mereka benar. Setelah selesai diskusi

kelompok pada setiap materi, peneliti memberikan soal-soal latihan (transferring)

dimana peneliti mengajak siswa untuk menggunakan pengetahuan yang telah

diperoleh sebelumnya untuk menyelesaikan latihan yang diberikan. Penyelesaian

latihan ini dilakukan secara kelompok dan peneliti membantu siswa jika terdapat

soal yang tidak jelas dan sulit untuk mereka.

Di bawah ini merupakan salah satu jawaban siswa pada saat post-test setelah

diterapkannya strategi REACT dapat dilihat pada gambar 1.

.

11

Gambar 1. Jawaban post-test kelas eksperimen

Berdasarkan gambar 4.2 dapat dilihat bahwa dari skor yang diperoleh

siswa menunjukkan kemampuan komunikasi matematis yang baik. Dimana siswa

sudah mampu dalam menuliskan penjelasan dari jawaban permasalahannya secara

jelas, serta tersusun secara logis, walaupun siswa masih kurang dalam

menjabarkan pendapatnya terlihat pada soal nomor 2b dan 3b, siswa juga sudah

dapat melukiskan gambar dan tabel secara lengkap dan benar pada soal nomor 2a,

3a, dan 4a, tetapi siswa masih belum benar ketika menggambar histogram dan

ogive terlihat pada soal nomor 4b, siswa mampu untuk memodelkan

permasalahan secara benar kemudian melakukan perhitungan dengan benar

12

terlihat pada soal nomor 5 tetapi soal nomor 6 siswa salah dalam mendapatkan

solusinya.

Perolehan skor rata-rata siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan

strategi REACT pada kelas eksperimen, diketahui terdapat peningkatan

kemampuan komunikasi matematis siswa yaitu sebesar 11,05. Data ini

menujukkan bahwa peningkatan kemapuan komunikasi matematis siswa kelas

eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang hanya meningkat

sebesar 7,33.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan nilai

rata-rata tes akhir siswa kelas eksperimen yaitu sebesar 17,36 dan kelas kontrol

yaitu sebesar 14,58. Dari hasil uji hopotesis dengan menggunakan uji-t untuk

𝑑𝑘 = 33 + 31 − 2 = 62, karena dk tidak terdapat pada tabel maka digunakan dk

terdekat yaitu 60 dan taraf signifikan 𝛼 = 5% sehingga diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 >

𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 2,53 > 2,00 . Dari kriteria pengujian hipotesis maka dapat disimpulkan

bahwa “Ada pengaruh yang strategi REACT terhadap kemampuan komunikasi

matematis siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Lubuklinggau Tahun Pelajaran

2016/2017”.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dicapai pada penelitian ini, maka

peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut: (1) Bagi pembaca, hendaknya

mencari referensi yang lebih banyak dan khusus mengenai strategi REACT; (2)

Bagi guru, penggunaan strategi REACT ini dapat digunakan pada kegiatan

pembelajaran salah satunya untuk meningkatan kemampuan komunikasi

matematis siswa; (3) Bagi peneliti, hasil penelitian ini hendaknya dapat dijadikan

referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan dapat dijadikan sebagai

pengalaman dalam mengajar.

13

DAFTAR PUSTAKA

Crawford, L. M. 2001. Teaching Contextually: Research, Rationale, and

Techniques for Improving Student Motivation and Achievement in

Mathematics and Science. Texas: CCI Publishing, Inc.

Depdiknas. 2006. Permendiknas No 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta :

Depdiknas.

Elly, As. 2015. Studi Komparasi Pembelajaran REACT Dengan Pembelajaran

Konvensional Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik dan

Koneksi Matematis Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Thesis.

Fauziah, Anna. 2010. Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan

Masalah Matematik Siswa SMP Melalui Strategi REACT. Forum

Kependidikan. Vol. 30 No. 1. 1-13.

Gunawan, Gugun. 2014. Peran Strategi REACT Terhadap Peningkatan

Kemampuan Komunikasi Matematik. Prosiding Seminar Nasional

Pendidikan Matematika. ISSN 2355-0473. Vol. 1. 231-238.

NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston, Va:

National Council of Teacher of Matematics.

Komalasari, Kokom. 2013. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.

Bandung: PT Refika Aditama.

Romadhoni, Erlina Madyaning Candra. 2016. Implementasi Model Pembelajaran

Matematika Knisley (MPMK) dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan

Komunikasi Matematis Siswa dan Respon Siswa dalam Pembelajaran.

Prosiding. ISSN 2502-6526. 570-579.