Pembelajaran IPA - Heri sis | Administrasi Sekolah · Web viewIde utama wacana adalah inti...

48
Materi PPG PGSD UMM MATERI 4 PENDALAMAN MATERI BI SD A. Menyimak 1. Konsep Menyimak Istilah mendengar, mendengarkan, dan menyimak adalah tiga istilah dalam pengajaran keterampilan berbahasa yang diperhatikan. Ketiga istilah tersebut mempunyai arti berbeda. Mendengar berarti kegiatan yang terjadi secara kebetulan, tiba- tiba tidak direncanakan sebelumnya atau tidak ada unsur kesengajaan. Mendengarkan (to hear) berarti mendengar akan sesuatu bunyi yang dibarengi dengan adanya unsur kesengajaan. Namun, dalam kegiatan mendengarkan aktifitas-aktifitas seperti menganalisis, menginterpretasi, menilai, menanggapi, dan memutuskan sesuatu setelah mendengar tidak dilakukan. Berbeda dengan kedua istilah tersebut, menyimak (to listen). adalah mendengarkan baik-baik dengan penuh perhatian akan apa yang diucapkan oleh seseorang taupun orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat dalam buku Program Mengajar Komponen Bidang Studi Bahasa Indonesia (1984/1985), menyimak adalah mendengarkan baik-baik dengan penuh perhatian akan apa yang diucapkan seseorang, mampu menangkap, memahami, mengingat, makna pesan-pesan yang terkandung dalam bunyi. Muhtar dan Anilawati (2006) mengatakan bahwa menyimak adalah mendengarkan dengan penuh pemahaman, perhatian, apresiasi, dengan interpretasi untuk memperoleh informasi, mencakup ide atau pesan serta memahami makna komunikasi yang disampaikan pembicara mulai ujaran atau bahasa lisan. Menyimak merupakan proses interaktif melalui bahasa lisan menangkap makna pesan yang disampaikan penutur (Lundsteen, 1979). Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah proses pemahaman informasi mulai alat pendengaran sehingga mampu mengingat, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai, baik memerlukan segenap kemampuan menyimak dari mendengar sampai dengan mereaksi bahasa simakan. Pendalaman Materi BI SD 4 - 1

Transcript of Pembelajaran IPA - Heri sis | Administrasi Sekolah · Web viewIde utama wacana adalah inti...

Page 1: Pembelajaran IPA - Heri sis | Administrasi Sekolah · Web viewIde utama wacana adalah inti pembicaraan atau hal pokok yang dibicarakan dalam wacana yang disimak. Kemampuan menangkap

Materi PPG PGSD UMM

MATERI 4PENDALAMAN MATERI BI SD

A. Menyimak1. Konsep Menyimak

Istilah mendengar, mendengarkan, dan menyimak adalah tiga istilah dalam pengajaran keterampilan berbahasa yang diperhatikan. Ketiga istilah tersebut mempunyai arti berbeda. Mendengar berarti kegiatan yang terjadi secara kebetulan, tiba-tiba tidak direncanakan sebelumnya atau tidak ada unsur kesengajaan. Mendengarkan (to hear) berarti mendengar akan sesuatu bunyi yang dibarengi dengan adanya unsur kesengajaan. Namun, dalam kegiatan mendengarkan aktifitas-aktifitas seperti menganalisis, menginterpretasi, menilai, menanggapi, dan memutuskan sesuatu setelah mendengar tidak dilakukan. Berbeda dengan kedua istilah tersebut, menyimak (to listen). adalah mendengarkan baik-baik dengan penuh perhatian akan apa yang diucapkan oleh seseorang taupun orang lain. Hal ini sesuai dengan pendapat dalam buku Program Mengajar Komponen Bidang Studi Bahasa Indonesia (1984/1985), menyimak adalah mendengarkan baik-baik dengan penuh perhatian akan apa yang diucapkan seseorang, mampu menangkap, memahami, mengingat, makna pesan-pesan yang terkandung dalam bunyi.

Muhtar dan Anilawati (2006) mengatakan bahwa menyimak adalah mendengarkan dengan penuh pemahaman, perhatian, apresiasi, dengan interpretasi untuk memperoleh informasi, mencakup ide atau pesan serta memahami makna komunikasi yang disampaikan pembicara mulai ujaran atau bahasa lisan. Menyimak merupakan proses interaktif melalui bahasa lisan menangkap makna pesan yang disampaikan penutur (Lundsteen, 1979).

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah proses pemahaman informasi mulai alat pendengaran sehingga mampu mengingat, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai, baik memerlukan segenap kemampuan menyimak dari mendengar sampai dengan mereaksi bahasa simakan. Selanjutnya, istilah menyimak dan mendengarkan dapat digunakan secara bergantian atau disamakan artinya.

2. Tujuan Menyimak

Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai oleh sesorang dalam kegiatan menyimak. Tompkins, GE dan Hoskisson (1995) menyatakan bahwa tujuan menyimak adalah sebagai berikut. a. Menyimak dilakukan untuk membedakan bunyi dan mengembangkan sensitivitas

komunikasi nonverbal. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh seseorang (anak) yang baru belajar suatu bahasa, baik bahasa pertamanya maupun bahasa kedua. Dalam hal ini, penyimak berusaha dapat membedakan bunyi-bunyi bahasa yang didengarnya agar selanjutnya dapat memahami perbedaan bunyi tersebut, baik dari segi lafal, intonasi, lambang tulisannya maupun dari segi maknanya. Kegiatan menyimak ini disebut menyimak deskriminatif.

b. Menyimak dilakukan untuk memahami pesan (comprehension) yang disampaikan oleh pembicara. Kegiatan menyimak ini sering dilakukan oleh seseorang dalam rangka belajar. Misalnya belajar memahami penjelasan guru, menangkap pokok-pokok pembicaraan,

Pendalaman Materi BI SD 4 - 1

Page 2: Pembelajaran IPA - Heri sis | Administrasi Sekolah · Web viewIde utama wacana adalah inti pembicaraan atau hal pokok yang dibicarakan dalam wacana yang disimak. Kemampuan menangkap

Materi PPG PGSD UMM

menangkap ide penjelas, memahami tujuan pembicaraan, memahami perintah, memahami pertanyaan yang disampaikan guru maupun teman, memahami maksud pembicara, dll. Kegiatan menyimak yang dilakukan untuk memahami pesan disebut menyimak komprehensif (menyimak intensif).

c. Menyimak dilakukan untuk memahami dan mengevaluasi pesan pembicara. Kegiatan menyimak ini disebut menyimak kritis. Menyimak kritis merupakan cara cepat menyimak pemahaman. Penyimak harus memahami pesan, kemudian harus menyeleksi pesan untuk mendeteksi pemakaian bahasa, apakah bahasa propaganda atau persuasi. Menyimak kritis lebih dari sekedar mengidentifikasi dan mengingat fakta, ide dan hubungan-hubungan. Menyimak kritis biasanya dilakukan pada saat seseorang menyimak debat, menyimak iklan, menyimak pidato politik, dan jenis argumentasi lainnya.

d. Menyimak dilakukan untuk memperoleh kesenangan. Kegiatan menyimak ini disebut menyimak apresiatif. Menyimak apresiatif dilakukan untuk memahami, menghayati dan menilai bahan yang disimak. Bahan yang disimak dengan tujuan ini biasanya berbentuk karya sastra, seperti cerita atau dongeng dan puisi.

e. Menyimak juga dilakukan mengikuti pembicaraan dan melaksanakannya sesuai dengan materi yang disampaikan pembicara, misalnya untuk memecahkan masalah, melaksanakan perintah, dsb. Kegiatan menyimak ini disebut menyimak terapan.

Dalam Permen no. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi terdapat tujuan mendengarkan bagi siswa sekolah dasar. Tujuan tersebut terimplisit dalam Standar Kompetensi. Untuk mengetahui tujuan mendengarkan bagi siswa sekolah dasar. Di dalam standar kompetensi, tujuan menyimak adalah 1) mendengarkan penjelasan tentang petunjuk denah, 2) mendengarkan pengumuman dan pembacaan pantun, 3) memahami penjelasan narasumber dan cerita rakyat secara lisan, 4) memahami cerita tentang suatu peristiwa dan cerita pendek anak yang disampaikan secara lisan, 5) memahami teks dan cerita anak yang dibacakan, dan 6) memahami wacana lisan tentang berita dan drama pendek. Berdasarkan standar kompetensi tersebut dapat dijelaskan bahwa tujuan pembelajaran mendengarkan bagi siswa sekolah dasar adalah untuk memahami: 1) penjelasan tentang petunjuk denah, 2) pengumuman, 3) pantun, 4) penjelasan narasumber, 5) cerita rakyat, 6) cerita tentang suatu peristiwa, 7) cerita pendek anak, 8) wacana lisan, 9) berita, dan 10) drama pendek.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan MenyimakMenyimak merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kegiatan sehari-hari

maupun dalam pengembangan dan penyebarluasan ilmu pengetahuan. Dalam kenyataan sehari-hari, kegiatan menyimak menempati porsi yang paling banyak dalam aktivitas berbahasa seseorang. De Vito (1989) menyebutkan bahwa sekitar 45% sampai dengan 53% waktu seseorang dihabiskan untuk menyimak. Berdasarkan kenyataan itulah keterampilan menyimak perlu ditingkatkan melalui latihan secara terencana dan terus-menerus. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia, pembelajaran menyimak mendapatkan porsi yang seimbang dengan keterampilan berbahasa yang lain, yakni berbicara, membaca, dan menulis.

Tarigan, (1986) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan menyimak yaitu faktor fisik, psikologis, pengalaman, sikap, motivasi, jenis kelamin, dan yang lainnya. Telinga yang kurang sehat karena penyakit atau ketuaan akan mempengaruhi proses mendengarkan. Begitu juga bila

Pendalaman Materi BI SD 4 - 2

Page 3: Pembelajaran IPA - Heri sis | Administrasi Sekolah · Web viewIde utama wacana adalah inti pembicaraan atau hal pokok yang dibicarakan dalam wacana yang disimak. Kemampuan menangkap

Materi PPG PGSD UMM

kita berprasangka buruk atau kurangnya simpati terhadap pembicara, egois terhadap masalah pribadi, berpandangan sempit terhadap isi pembicaraan; kebosanan atau kejenuhan yang menyebabkan tidak adanya perhatian terhadap pokok pembicaraan, dan sikap tidak senang terhadap pembicara akan mempengaruhi proses mendengarkan. Seseorang yang memiliki pengalaman yang luas terhadap isi pembicaraan dan ditambah dengan penguasaan kosa kata yang lebih akan dapat melakukan proses mendengarkan dengan baik. Sikap sikap menerima atau sikap menolak akan mempengaruhi proses mendengarkan. Orang akan bersikap menerima pada hal-hal yang menarik dan menguntungkan baginya, tetapi ia akan bersikap menolak pada hal-hal yang tidak menarik dan tidak menguntungkan baginya. Kedua hal ini memberi dampak pada pendengar yaitu dampak positif dan negatif.

4. Perkembangan Ketrampilan MenyimakKemampuan menyimak melibatkan proses menginterpretasi dan menerjemahkan suara

yang didengar sehingga memiliki arti tertentu. Kemampuan ini melibatkan proses kognitif yang memerlukan perhatian dan konsentrasi dalam rangka memahami arti informasi yang disampaikan. Didasarkan tingkatan siswa, Soedjiatno (1983) membedakan kemampuan menyimak menjadi dua, yakni pengembangan ketrampilan menyimak tingkat dasar dan pengembangan ketrampilan menyimak tingkat lanjut. Pada tingkat dasar, pengembangan ketrampilan menyimak dapat dikategorikan menjadi 4, yaitu 1) tataran identifikasi, yaitu tahap pengenalan terhadap berbagai jenis bunyi suatu bahasa, kata-kata, frase-frase, kalimat dalam hubungan timbal balik antarstruktur, baik atas pertimbangan waktu, modifikasi, bahkan juga logika, 2) tataran identifikasi dan seleksi tanpa retensi, yaitu tataran menyimak di mana penyimak diharapkan memperoleh kemampuan mengenal dan memahami sesuatu unit kontinum bunyi/ujaran, tetapi belum dituntut adanya kemampuan retensi, 3) tataran identifikasi dengan seleksi terpimpin dan retensi jangka pendek, yaitu tataran menyimak yang menuntut penyimak mengenal bunyi-bunyi dan kemampuan memahami, tetapi masih dalam taraf terpimpin, 4) tataran identifikasi dengan seleksi retensi jangka panjang, yaitu taraf menyimak yang menuntut penyimak untuk mampu mengenal bunyi-bunyi dalam kontinum bunyi yang panjang, mampu memahami makna pesan secara tepat, dengan kemampuan mengingat dalam jangka waktu yang relatif lama.

Keterampilan menyimak tingkat lanjut dapat digolongkan menjadi 3, yaitu 1) menyimak kritis, yaitu kegiatan menyimak yang dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk memberikan penilaian secara objektif, menentukan keaslian, kebenaran, dan kelebihan, serta kekurangan-kekurangan bahan simakan, 2) menyimak kreatif, yaitu kegiatan menyimak yang bertujuan untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreatifitas pembelajar, dan 3) menyimak eksploratif, yaitu kegiatan menyimak yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk mendapatkan informasi baru.

5. Tahapan MenyimakDidasarkan atas tingkatannya, Lund (dalam Tompkings, 1995) mengemukakan bahwa

kemampuan menyimak seseorang dapat dikategorikan ke dalam dua elemen, yakni (1) fungsi, yaitu berkaitan dengan upaya penyimak memproses pesan, dan (2) respon berkaitan dengan cara penyimak menunjukkan pemahaman pesan. Elemen fungsi meliputi enam tingkatan,

Pendalaman Materi BI SD 4 - 3

Page 4: Pembelajaran IPA - Heri sis | Administrasi Sekolah · Web viewIde utama wacana adalah inti pembicaraan atau hal pokok yang dibicarakan dalam wacana yang disimak. Kemampuan menangkap

Materi PPG PGSD UMM

yaitu identifikasi, orientasi, pemahaman gagasan utama, pemahaman detail-detail penjelas, pemahaman menyeluruh, peniruan (replikasi). Masing-masing tahap diuraikan sebagai berikut.a. Identifikasi adalah proses pemahaman informasi dengan memilih aspek-aspek tertentu

yang terdapat dalam wacana yang didengar. Misalnya identifikasi istilah tertentu, penggunaan jenis kata tertentu, perbedaan fonemik, morfologis, dan penanda makna semantik.

b. Orientasi adalah upaya penyimak mengidentifikasi fakta-fakta penting dalam wacana, misalnya partisipan, situasi, topik umum, sikap penutur, tipe wacana, dan sebagainya. Kegiatan ini dilakukan sebagai tahap persiapan menyimak (pramenyimak).

c. Pemahaman gagasan utama, merupakan kegiatan memahai ide utama wacana yang disimak. Ide utama wacana adalah inti pembicaraan atau hal pokok yang dibicarakan dalam wacana yang disimak. Kemampuan menangkap dan memahami gagasan utama wacana yang disimak sangat penting.

d. Pemahaman detail atau gagasan penjelas, adalah proses menangkap dan memahami informasi secara rinci yang merupakan informasi penjelas gagasan utama. Gagasan penjelas bisa berupa fakta-fakta, angka-angka, contoh-contoh, uraian penjelas, analogi-analogi, perbandingan, dan sebagainya.

e. Pemahaman menyeluruh adalah proses memahami gagasan utama maupun gagasan penjelas secara mendalam. Hal ini penting dalam rangka belajar, terutama bagi siswa.

f. Peniruan adalah kemampuan penyimak memproses pemahaman dengan mereproduksi isi pesan. Peniruan dilakukan dengan mengungkapkan kembali isi wacana atau dengan mentranskrip informasi. Peniruan dapat dilakukan dengan mencatat informasi-informasi pokok, selanjutnya mengungkapkannya kembali dengan menggunakan kalimat sendiri.

Respon mencakup sembilan macam kemampuan, yakni melakukan, memilih, mentransfer, menjawab, menyimpulkan, menguraikan, menduplikasi, memodelkan, dan mendiskusikan. Masing-masing tahap diuraikan sebagai berikut.a. Melakukan adalah respon yang ditunjukkan secara fisik, misalnya, jika penyimak

mendengarkan perintah berlari, maka respon yang ditunjukkan penyimak adalah berlari. b. Memilih adalah aktivitas menentukan pilihan di antara dua hal atau lebih sesuai dengan

informasi yang disimaknya. Misalnya mengurutkan gambar atau mengaitkan produk/benda/sesuatu yang sesuai dengan pernyataan yang disimaknya, memilih kata-kata yang sesuai dengan benda-benda atau gambar yang disebutkan dalam wacana yang disimaknya.

c. Mentransfer adalah respon penyimak yang ditunjukkan dengan memindahkan atau mengubah informasi yang disimaknya ke dalam bentuk lain, mislanya dalam bentuk grafik, tabel, denah, gambar, dll.

d. Menjawab adalah respon penyimak yang ditunjukkan dalam bentuk jawaban atas pertanyaan yang disampaikan pembicara. Jawaban yang diberikan dapat secara lisan maupun secara tertulis sesuai dengan permintaan pembicara.

e. Memadatkan atau meringkas/menyimpulkan adalah respon penyimak yang diwujudkan dalam bentuk simpulan, ringkasan isi pokok pembicaraan, kerangka wacana yang didengar.

Pendalaman Materi BI SD 4 - 4

Page 5: Pembelajaran IPA - Heri sis | Administrasi Sekolah · Web viewIde utama wacana adalah inti pembicaraan atau hal pokok yang dibicarakan dalam wacana yang disimak. Kemampuan menangkap

Materi PPG PGSD UMM

f. Memperluas atau menjelaskan adalah respon penyimak yang diwujudkan dalam bentuk menguraikan hal-hal tertentu atau hal-hal penting yang disimak sehingga menjadi lebih jelas.

g. Menduplikasi adalah respon penyimak yang ditunjukkan dalam bentuk kegiatan memberikan contoh-contoh, bukti-bukti, peniruan-peniruan. Tidak jauh berbeda dengan mendulikasi adalah modeling.

h. Mendiskusikan adalah respon penyimak yang ditunjukkan dalam bentuk interaksi berkaitan dengan isi wacana yang disimak, misalnya percakapan bersemuka, berdialog, berdebat, dll.

6. Jenis-jenis Menyimak Kemampuan menyimak merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

diprioritaskan untuk dikembangkan di SD. Sebelum anak diajari membaca dan menulis, terlebih dahulu anak harus memiliki kemampuan menyimak. Didasarkan kemampuan si penyimak, Biggs (1981) mengatakan bahwa menyimak dapat dibedakan menjadi 5, yaitu menyimak deskriminatif, menyimak informatif, menyimak komprehensif, menyimak kritis, dan menyimak apresiatif. Kelima jenis menyimak tersebut dijelaskan sebagai berikut.a. Menyimak deskriminatif. Menyimak deskriminatif yaitu kegiatan menyimak teks pendek

untuk bisa membedakan bunyi sebagai berikut. Misalnya, siswa menyimak kata-kata yang diucapkan guru melalui rekaman.

ini mama ini nana ini daniini mama nana nana adik dani dani kakak nana

Secara berkelompok, siswa melaksanakan adu cepat memasangkan gambar dan kartu kata yang cocok dengan kata-kata yang disimaknya. Gambar yang disajikan bisa dibuat secara bervariasi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

b. Menyimak informatif. Menyimak informatif yaitu menyimak atau mendengarkan informasi untuk mengidentifikasi dan mengingat fakta-fakta, ide-ide dan hubungan-hubungan. Ada beberapa kegiatan yang dapat diterapkan untuk mengembangkan kemampuan menyimak informatif, antara lain: menyimak dialog, menyimak berita singkat, menyimak pengumuman, menyimak pembacaan teks, dan menyimak berbisik berantai.

c. Menyimak Komprehensif. Menyimak komprehensif dilakukan untuk memperoleh pemahaman yang mendalam terhadap isi materi simakan. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh siswa ketika mengikuti pembelajaran dalam rangka belajar. Kegiatan menyimak dilakukan bukan sekedar menangkap informasi penting yang disimak, melainkan juga memahami makna pesan yang disampaikan, memahami ide pokok pembicaraan, menemukan ide-ide penjelas, menemukan hubungan, menemukan pertentangan, dan

Pendalaman Materi BI SD 4 - 5

Page 6: Pembelajaran IPA - Heri sis | Administrasi Sekolah · Web viewIde utama wacana adalah inti pembicaraan atau hal pokok yang dibicarakan dalam wacana yang disimak. Kemampuan menangkap

Materi PPG PGSD UMM

dapat membuat ringkasan isi materi simakan. Oleh sebab itu, kemampuan yang dituntut dalam menyimak komprehensif mencakup kemampuan mengidentifikasi, memahami makna, menerapkan perintah, melakukan analisis, dan membuat sintesis. Adapun jenis-jenis menyimak yang dapat dikembangkan bagi siswa sebagai berikut.

1) Menyimak pengumuman. Dalam hal ini pengumuman yang diperdengarkan bisa sama dengan pengumuman pada menyimak informatif. Akan tetapi jenis pertanyaan atau tugas yang harus dikerjakan siswa yang berbeda, misalnya sebagai berikut.a) Sampaikan pengumuman tersebut kepada teman-teman kamu yang tidak hadir

saat ini.b) Berapa hari waktu yang disediakan untuk melaksanakan pendaftaran peserta

lomba?c) Kegiatan lomba tersebut dilaksanakan selama berapa hari?

2) Melaksanakan perintah. Latihan menyimak perintah diberikan kepada siswa agar siswa mampu memahami isi perintah yang disampaikan kepadanya dan dapat melaksanakan perintah tersebut dalam bentuk kegiatan secara runtut sesuai dengan maksud pembicara. (Perintah yang diperdengarkan)a) Peragakan gerakan senam berikut! Angkat kedua tangan ke depan, tarik ke

samping, angkat ke atas, lalu turunkan!b) Buatlah garis lurus ke samping sepanjang 10 Cm, kemudian tarik lurus ke atas

sepanjang 15 Cm, lalu hubungkan kedua ujungnya!3) Menyimak wacana pendek . Menyimak wacana pendek dapat dilakukan pada

makalah atau artikel pendek, kemudian menjawab isi pertanyaan yang disediakan. Dalam hal ini, yang sangat menentukan adalah jenis pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa setelah menyimak. Pertanyaan yang diberikan harus mengarahkan pada penggunaan kemampuan memahami isi pokok wacana, pemahaman kalimat, paragraf dan struktur wacana. Paling tidak menuntut kemampuan memahami makna kalimat, mampu menganalisis, dan mensintesis isi.

4) Mendengarkan teka-teki atau tebak-tebakan. Kepada siswa diperdengarkan sebuah deskripsi tentang sesuatu, kemudian siswa ditugasi menebak sesuatu yang dideskripsikan tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan teknik adu cepat atau permainan tebak-tebakan. Untuk menjawab tebakan tersebut diperlukan kemampuan memahami pesan yang disampaikan, menganalisis, dan mensintesis.

Contoh deskripsi yang diperdengarkan.“Aku terbuat dari plastik. Mulutku lebar, tubuhku berbentuk tabung tanpa kaki. Aku suka minum banyak sekali, tetapi saya muntahkan lagi. Siapakah aku?Selanjutnya, siswa dibentuk kelompok beranggotakan 4-5 orang. Masing-masing menyusun teka-teki sebanyak lima buah. Secara bersaut-sautan setiap kelompok saling membacakan teka-tekinya untuk dijawab kelompok lain. Kelompok yang dapat menjawab paling cepat dan benar mendapatkan bintang. Selanjutnya, kelompok yang mendapat bintang paling banyak mendapatkan penghargaan.

d. Menyimak kritis. Menyimak secara kritis lebih dari sekedar mengidentifikasi dan mengingat fakta, ide dan hubungan-hubungan. Menyimak kritis memerlukan kemampuan memahami, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi serta memberikan komentar

Pendalaman Materi BI SD 4 - 6

Page 7: Pembelajaran IPA - Heri sis | Administrasi Sekolah · Web viewIde utama wacana adalah inti pembicaraan atau hal pokok yang dibicarakan dalam wacana yang disimak. Kemampuan menangkap

Materi PPG PGSD UMM

terhadap isi materi simakan maupun penggunaan bahasanya. Beberapa kegiatan yang dapat mengembangkan kemampuan menyimak kritis pada anak adalah sebagai berikut.1) Menugasi siswa untuk mencermati wacana yang diperdengarkan dan memberikan

komentar terkait dengan penggunaan bahasanya, isinya, dan dapat juga tentang ekpresi dan sikap pembicara.

2) Siswa ditugasi untuk membacakan cerita pendek lalu ajak siswa lain untuk memberikan komentar terhadap karakter tokoh dalam cerita tersebut dengan memberikan alasan yang logis, menyebutkan tokoh yang paling disenangi beserta alasannya, menyebutkan tokoh yang tidak disukai beserta alasannya, mengomentari penggunaan bahasa pembicara saat bercerita (kejelasan pelafalan kata-katanya, ketepatan intonasinya, dan ketepatan pemenggalan kalimatnya). Misalnya pertanyaan : ”kamu senang tidak dengan cerita tadi?”. Siapa tokoh dalam cerita tersebut ? bagaimana sifat-sifat tokohnya ? Tokoh mana yang kamu sukai ? Mengapa ? ” dan seterusnya.

3) Mengajak anak menonton dialog yang ditayangkan di TV/VCD/ LCD. Setelah diperdengarkan dialog tersebut, siswa ditugasi mengerjakan beberapa perintah dan pertanyaan, misalnya sebagai berikut. Dalam percakapan tersebut, mana yang termasuk pendapat pembicara? Apakah pendapat pembicara tersebut didukung oleh fakta-fakta yang cukup akurat? Apakah pendapat tersebut disertai argumen yang jelas dan dapat diterima akal?

e. Menyimak apresiatif. Menyimak apresiatif adalah kegiatan menyimak yang dilakukan untuk memperoleh kesenangan dan hiburan. Kegiatan tersebut biasanya dilakukan oleh seseorang pada saat menyimak cerita, menyimak lagu-lagu, menyimak pembacaan puisi, dan juga dapat berupa menyimak dongeng. Setelah menyimak cerita, siswa ditugasi menjawab pertanyaan, misalnya apa isi cerita tersebut? Apakah siswa senang mendengarkan cerita tersebut? Apa yang membuat mereka senang?

Adapun beberapa kegiatan yang dapat diberikan untuk meningkatkan kemampuan menyimak apresiatif pada anak adalah sebagai berikut:1) Membacakan koleksi cerita, seperti cerita binatang atau cerita lain sesuai dengan

kebutuhan dan kemampuan anak untuk mengenalkan anak pada pengulangan kata dan nyanyian yang berulang. Bicarakan tentang perasaan, suasana hati, atau gambaran yang muncul dalam cerita.

2) Membacakan puisi pada anak dan membantu mereka merespon isi puisi dengan visualisasi dan perasaan. Gunakan kepekaan penglihatan, pendengaran, perasa, penciuman dan perabaan. Dorong anak untuk bergabung dan membacakannya sehingga mereka merasakan perasaan puisi tersebut dari pengucapannya sendiri.

3) Mengundang seorang pencerita untuk mengunjungi kelas, sehingga anak dapat belajar untuk menikmati bentuk kesenian khusus.

B. Berbicara1. Konsep Berbicara

Sebagai suatu bentuk penggunaan bahasa, berbicara merupakan kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan seseorang sehari-hari. Dengan berbicara, seseorang dapat menyampaikan informasi, mengungkapkan gagasan, mengekspresikan kesenangan, dan

Pendalaman Materi BI SD 4 - 7

Page 8: Pembelajaran IPA - Heri sis | Administrasi Sekolah · Web viewIde utama wacana adalah inti pembicaraan atau hal pokok yang dibicarakan dalam wacana yang disimak. Kemampuan menangkap

Materi PPG PGSD UMM

menyampaikan keinginannya kepada orang lain. Tanpa kemampuan berbicara, seseorang akan mengalami kesulitan menjalin komunikasi dengan orang lain. Oleh sebab itu, setiap orang perlu mengembangkan kemampuan berbicaranya.

Berbicara merupakan kegiatan berbahasa yang aktif-produktif, yang menuntut prakarsa nyata dalam penggunaan bahasa untuk mengungkapkan informasi, ide, perasaan, dan keinginan kepada orang lain secara lisan (Cox, 1999; Djiwandono, 1996). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Anton M. Moeliono, dkk., 1998) dinyatakan bahwa berbicara adalah berkata, bercakap, berbahasa, melahirkan pendapat dengan perkataan, tulisan dan sebagainya atau berunding. Berbicara bukanlah sekedar pengucapan kata atau bunyi, melainkan merupakan suatu kegiatan menyatakan, mengekspresikan, menyampaikan, atau mengkomunikasikan pikiran, ide, maupun perasaan kepada orang lain secara lisan. Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Pendengar menerima pesan atau informasi melalui rangkaian nada, tekanan, dan penempatan persendian. Jika komunikasi berlangsung secara tatap muka, berbicara itu dapat dibantu dengan mimik dan pantomimik pembicara.

2. Tujuan BerbicaraTujuan seseorang berbicara bermacam-macam. Secara umum, orang berbicara karena

ingin menyapaikan pesan kepada orang lain secara lisan. Secara khusus, tujuan orang berbicara antara lain: a) menyampaikan informasi (memperkenalkan diri dan orang lain, menyampaikan berita, pengumuman, laporan pengalaman, laporan perjalanan, laporan pengamatan, laporan kegiatan dan lain-lain), b) mengungkapkan gagasan, pendapat, pesan, dan lain-lain (komentar, debat, diskusi, dan lain-lain), c) menjelaskan sesuatu, baik berupa konsep, proses atau aktivitas, hukum-hukum dan prinsip ( ceramah, penjelasan resep atau kegiatan membuat suatu, dan lain-lain), d) menghibur (bercerita, membacakan puisi, mendongeng, dan lain-lain), dan e) membujuk, dan meyakinkan seseorang (iklan, pidato persuasif, khotbah, dan lain-lain).

3. Jenis-jenis BerbicaraDilihat dari situasi pembicaraan, berbicara dapat dibedakan menjadi tiga, yakni

berbicara formal, berbicara informal, dan berbicara dramatis. Berbicara informal meliputi: bertukar pikiran, percakapan, penyampaian berita, bertelepon, dan memberi petunjuk. Adapun, berbicara formal antara lain: diskusi, ceramah, pidato, wawancara, dan bercerita (dalam situasi formal). Kegiatan berbicara formal, terjadi dalam situasi, topik, dan konteks yang resmi, sehingga bahasa yang digunakan adalah bahasa yang formal juga. Selain wawancara, jenis berbicara yang terolong dalam situasi formal adalah diskusi. Diskusi dapat berwujud diskusi kelompok, diskusi panel, seminar, pidato, dan ceramah. Berikut ini akan diuraikan bentuk-bentuk diskusi tersebut.a. Diskusi. Diskusi dapat diartikan sebagai ‘suatu proses bahasa lisan dalam bentuk tanya

jawab. Selain itu, diskusi juga dapat dimaknai ‘suatu cara untuk memecahkan masalah dengan proses berpikir. Diskusi dapat juga berarti pembicaraan antar dua atau lebih orang dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, atau keputusan bersama mengenai suatu masalah. Diskusi juga diartikan ‘pertemuan ilmiah untuk membahas suatu masalah’ (Anton M. Moeliono, dkk., 1988). Suatu diskusi akan

Pendalaman Materi BI SD 4 - 8

Page 9: Pembelajaran IPA - Heri sis | Administrasi Sekolah · Web viewIde utama wacana adalah inti pembicaraan atau hal pokok yang dibicarakan dalam wacana yang disimak. Kemampuan menangkap

Materi PPG PGSD UMM

berhasil baik apabila memenuhi beberapa kriteria: 1) Peserta dapat menerima tujuan diskusi, 2) Peserta memahami permasalahan yang akan didiskusikan, 3) Peserta memiliki rasa tanggung jawab untuk kelancaran diskusi dan memiliki sikap tenggang rasa serta saling menghormati, 4) Pemimpin diskusi dan pembicara (jika ada) merupakan orang yang tegas, berwibawa, dan dihormati peserta diskusi, 5) Pemimpin diskusi menjamin kebebasan para peserta diskusi untuk mengeluarkan pendapat.

b. Diskusi Kelompok. Kelompok dapat diterjemahkan ‘beberapa individu yang berkumpul dengan suatu tujuan’ atau ‘ kumpulan orang yang memiliki hubungan dengan pihak yang sama’ (Anton M. Moeliono, dkk., 1988). Dengan demikian secara umum dapat sering diartikan bahwa diskusi kelompok adalah bertukar pikiran dalam musyawarah yang direncanakan atau dipersiapkan anatara dua orang atau lebih tentang topik dengan seorang pemimpin. Diskusi kelompok sering juga disebut sebagai ‘percakapan terpimpin’. Berikut ini secara umum dipaparkan langkah-langkah atau tatacara dalam diskusi kelompok, antara lain: 1) pemandu membuka diskusi kelompok, 2) dilakukan pembicaraan hakikat masalah yang didiskusikan, 3) pencarian sebab yang menimbulkan masalah, 4) pendiskusian mengenai kemungkinan cara pemecahan masalah yang dapat digunakan, dan 5) pemandu menutup diskusi kelompok.

c. Diskusi Panel. Diskusi panel adalah diskusi yang dilakukan oleh sekelompok orang yang disebut panelis yang membahas suatu masalah atau topik yang menjadi perhatian umum di depan khalayak atau pendengar atau penonton. Misalnya: Dua atau tiga orang yang mempunyai keahlian atau dianggap ahli dalam bidang tertentu mendiskusika suatu masalah yang dipimpin oleh seorang pemandu atau moderator

di hadapan khalayak, pendengar atau penonton. Dalam kegiatan ini penonton dapat diberi kesempatan untuk bertanya, menyanggah atau berkomentar sesuai dengan tata tertib atau kesepakatan antara para panelis dan moderator diskusi panel.

Langkah-langkah suatu diskusi panel adalah 1) pemandu membacakan tata tertib dan memperkenalkan para panelis, 2) panelis pertama diberi kesempatan berbicara dalam waktu yang telah ditentukan dalam tata tertib. 3) panelis kedua mengutarakan pendapat dan pandangannya terhadap masalah yang dibicarakan sesuai dengan keahliannya, 4) panelis ketiga diberi kesempatan untuk berbicara sesuai dengan keahlianny, 5) setelah semua panelis mengutarakan pandangan mereka, diadakan diskusi informal antarpanelis disertai penjelasan mengapa mereka berbeda pendapat mengenai masalah itu, 6) pemandu menutup diskusi dengan menyimpulkan hasil pembicaraan para panelis.

d. Seminar. Seminar merupakan jenis diskusi kelompok yang diikuti oleh para ahli dan dipimpin oleh seorang pemandu untuk mencari pedoman dan penyelesaian masalah tertentu. Hasil pemikiran atau hasil penelitian yang akan disampaikan oleh pembicara atau penyanggah utama sebaiknya ditulis dalam kertas kerja atau makalah. Langkah-langkah pembicaraan atau tata cara seminar adalah 1) pemandu membuka seminar, membacakan tata tertib, dan memperkenalkan pembicara (serta penyanggah utama dan pembanding jika ada), 2) pembicara menyampaikan pandangannya terhadap masalah yang telah ditentukan, 3) pembicara kedua memgutarakan pandangannya, 4) pembicara ketiga diberi kesempatan yang sama untuk mengemukakan pendapatnya, 5) apabila ada penyanggah atau pembanding diberi kesempatan untuk menyampaikan sanggahannya, 6) peserta

Pendalaman Materi BI SD 4 - 9

Page 10: Pembelajaran IPA - Heri sis | Administrasi Sekolah · Web viewIde utama wacana adalah inti pembicaraan atau hal pokok yang dibicarakan dalam wacana yang disimak. Kemampuan menangkap

Materi PPG PGSD UMM

seminar diberi kesempatan untuk menanggapi, 7) dibentuk kelompok kecil untuk membahas setiap makalah atau kertas keja dan merumuskan hasil (oleh tim perumus) dan 7) pemandu mengakhiri dan menutup seminar.

e. Pidato. Pidato adalah pengungkapan pikiran oleh seseorang dalam bentuk lisan yang ditujukan kepada orang banyak, misalnya pidato kenegaraan, pidato pengukuhan, p idato perpisahan.

f. Ceramah. Ceramah adalah ungkapan pikiran secara lisan oleh seseorang tentang sesuatu atau pengetahuan kepada para pendengar. Dalam ceramah ada beberapa hal yang merupakan ciri khas, yaitu: 1) adanya suatu yang dijelaskan atau diinformasikan, 2) terdapat komunikasi dua arah antara peceramah dengan pendengar yaitu, berupa dialog atau tanya jawab, 3) dapat menggunakan alat bantu (over head projector, gambar untuk menjelaskan uraian).

Dilihat dari segi arah komunikasinya, kegiatan berbicara dikategorikan ke dalam monolog, dialog, polilog. Monolog adalah kegiatan berbicara satu arah, misalnya berpidato, berceramah, bercerita, berkhotbah, berkampanye, melaporkan tugas secara lisan, memberikan sambutan, membacakan puisi secara lisan, menyampaikan berita, dan lain-lain. Dialog merupakan kegiatan berbicara dua arah, misalnya bertanya jawab, bercakap-cakap, wawancara, bertukar pikiran, dan sebagainya. Polilog merupakan kegiatan berbicara banyak arah, contohnya berdebat, berseminar, bersimposium, beramupendapat (brainstorming), bermain peran, dan sebagainya.

4. Teknik BerbicaraAda beberapa teknik berbicara yang perlu diperhatikan dan dipelajari antara lain

menyampaikan informasi, menjelaskan sesuatu proses, mengemukakan komentar, dan bercerita. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.a. Menyampaikan informasi berupa fakta. Penyampaian fakta biasanya dilakukan jika

seseorang ingin memberikan informasi sesuatu yang sebenarnya atau memberikan laporan kepada orang lain. Dalam penyampaian informasi, hendaknya yang disampaikan adalah sesuatu (benda, peristiwa, orang, dll) yang benar-benar terjadi, bukan hal yang ada dalam pikiran, pendapat, atau perasaan pembicara.

b. Menjelaskan Sesuatu. Kegiatan menjelaskan sesuatu sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya tentang konsep, proses, maupun hukum. Baik penjelasan tentang konsep, proses dan hokum hendaknya menggunakan urutan yang logis dan sistematis.

c. Mengemukakan Komentar. Penilaian terhadap sesuatu masalah menurut pendapat pribadi, menurut ukuran atau kriteria tertentu, atau menurut pengetahuan yang dimiliki disebut komentar. Agar komentar yang disampaikan dapat dipahami dan diterima oleh penyimak dengan baik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain: 1) sasaran yang dikomentari jelas (spesifik), 2) komentar yang disampaikan harus disertai dengan argumen yang dapat diterima akal sehat (logis), 3) komentar disampaikan secara jelas, dengan bahasa yang lugas, 4) dikemukakan dengan kalimat yang lengkap dan jelas, dan 5) jika perlu, gunakan bukti-bukti yang mendukung komentar tersebut.

5. Faktor Penentu Keberhasilan Berbicara

Pendalaman Materi BI SD 4 - 10

Page 11: Pembelajaran IPA - Heri sis | Administrasi Sekolah · Web viewIde utama wacana adalah inti pembicaraan atau hal pokok yang dibicarakan dalam wacana yang disimak. Kemampuan menangkap

Materi PPG PGSD UMM

Dalam berbicara ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) pembicara dan (2) pendengar. Kedua faktor tersebut akan menentukan berhasil atau tidaknya kegiatan berbicara. Di bawah ini kedua faktor tersebut akan dibahas satu persatu. a. Pembicara. Pembicara adalah salah satu faktor yang

menimbulkan terjadinya kegiatan berbicara. Selain itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pembicara untuk melakukan kegiatannya, yaitu: (1) pokok pembicaraan,(2) bahasa, (3) tujuan, (4) sarana, dan (5) interaksi. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

Isi atau pesan yang menjadi pokok pembicaraan hendaknya memperhatikan hal-hal: 1) Pokok pembicaraan bermanfaat bagi pendengar baik berupa informasi maupun pengetahuan, 2) Pokok pembicaraan hendaknya serba sedikit sudah diketahui dan bahan untuk memperluas pembicaraan yang sudah diketahui itu lebih mudah diperoleh, 3) Pokok pembicaraan menarik untuk dibahas baik oleh pembicara maupun bagi pendengar, 4) Pokok pembicaraan hendaknya sesuai dengan daya tangkap pendengar, tidak melebihi daya intelektual pendengar atau sebaliknya, dan lebih mudah.

Bagi pembicara, bahasa merupakan suatu alat untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Oleh karena itu, pembicara harus menguasai faktor kebahasaan dan nonkebahasan. Faktor kebahasaan yang terkait dengan keterampilan berbicara antara lain: 1) ketepatan pengucapan atau pelafalan bunyi, 2) penempatan tekanan, nada, jeda, intonasi dan ritme, 3) pemilihan kata dan ungkapan yang bervariasi, dan 4) ketepatan susunan penuturan. Faktor-faktor nonkebahasaan yang harus diperhatikan pembicara adalah 1) sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku, 2) pandangan yang diarahkan pada lawan bicara, 3) kesediaan menghargai pendapat orang lain, 4) kesediaan mengoreksi diri sendiri, 5) keberanian mengungkapkan dan mempertahankan pendapat, 6) gerak-gerik dan mimik yang tepat, 7) kenyaringan suara, 8) kelancaran, 9) penalaran dan relevansi, dan (10) penguasaan topik.

Seorang pembicara dalam menyampaikan pesan kepada orang lain pasti mempunyai tujuan. Tujuan atau harapan pembicaraan sangat tergantung dari keadaan dan keinginan pembicara. Secara umum tujuan pembicaraan adalah sebagai berikut: a. mendorong atau menstimulasi, b. meyakinkan, c. menggerakkan, d. menginformasikan, dan e. menghibur.

Sarana dalam kegiatan berbicara mencakup waktu, tempat, suasana, dan media atau alat peraga. Pokok pembicaraan yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan waktu yang telah ditentukan. Berbicara terlalu lama atau melebihi waktu yang disediakan dapat menimbulkan rasa jenuh para pendengar. Tempat berbicara sangat menentukan keberhasilan pembicaraan. Dalam hal ini perlu diperhatikan faktor lokasi, jumlah pendengar, posisi pembicara dan pendengar, cahaya, udara, dan pengeras suara. Berbicara pada suasana tertentu pun akan mempengaruhi keberhasilan pembicaraan. Media atau alat peraga akan membantu kejelasan dan kemenarikan uraian. Karena itu, jika memungkinkan, dalam berbicara perlu diusahakan alat bantu seperti film, gambar, dan alat peraga lainnya.

Kegiatan berbicara berlangsung menunjukkan adanya hubungan interaksi antara pembicara dan pendengar. Interaksi dapat berlangsung searah, dua arah, dan

Pendalaman Materi BI SD 4 - 11

Page 12: Pembelajaran IPA - Heri sis | Administrasi Sekolah · Web viewIde utama wacana adalah inti pembicaraan atau hal pokok yang dibicarakan dalam wacana yang disimak. Kemampuan menangkap

Materi PPG PGSD UMM

bahkan multi arah. Kegiatan berbicara yang berlangsung satu arah, misalnya laporan pandangan mata pertandingan sepak bola, tinju, pembacaan berita. Kegiatan berbicara yang berlangsung dua arah, misalnya pembicaraan dalam bentuk dialog atau wawancara. Sedangkan kegiatan berbicara yang berlangsung multi arah biasanya terjadi pada acara diskusi, diskusi kelompok, rapat, seminar, dan sebagainya.

b. Pendengar. Suatu kegiatan berbicara akan berlangsung dengan baik apabila dilakukan dihadapan para pendengar yang baik. Karena itu, pendengar harus mengetahui persyaratan yang dituntut untuk menjadi pendengar yang baik. Pendengar yang baik hendaknya memperhatikan hal-hal: 1) memiliki kondisi fisik dan mental yang baik sehingga memungkinkan dapat melakukan kegiatan mendengarkan; memusatkan perhatiandan pikiran kepada pembicaraan; 2) memiliki tujuan tertentu dalam mendengarkan yang dapat mengarahkan dan mendorong kegiatan mendengarkan; 3) mengusahakan agar meminati isi pembicaraan yang didengarkan; 4) memiliki kemampuan linguistik dan nonlinguistik yang dapat meningkatkan keberhasilan mendengarkan; 5) memiliki pengalaman dan pengetahuan luas yang dapat mempermudah pengertian dan pemahaman isi pembicaraan.

6. Tipe Perkembangan BerbicaraSelain faktor kebahasaan dan nonkebahasaan yang harus diperhatikan untuk

mencapai keberhasilan berbicara, faktor tipe perkembangan anak juga perlu dikaji di dalam tulisan ini. Ada dua tipe perkembangan berbicara anak, antara lain: 1) Egosentric Speech, terjadi ketika anak berusia 2-3 tahun, dimana anak berbicara kepada dirinya sendiri (monolog). Perkembangan berbicara anak dalam hal ini sangat berperan dalam mengembangkan kemampuan berpikirnya. 2) Socialized Speech, terjadi ketika anak berinteraksi dengan temannya ataupun lingkungannya. Hal ini berfungsi untuk mengembangkan kemampuan adaptasi sosial anak. Berkenaan dengan hal tersebut, terdapat 5 bentuk socialized speech yaitu (1) saling tukar informasi untuk tujuan bersama ; (2) penilaian terhadap ucapan atau tingkah laku orang lain; (3) perintah, ancaman; (4) pertanyaan, dan (5) jawaban.

C. Membaca 1. Konsep Membaca

Membaca merupakan keterampilan berbahasa yang berhubungan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Hodgson (dalam Tarigan, 2002) mengatakan bahwa membaca ialah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media bahasa tulis. Dalam hal ini, membaca selain sebagai suatu proses, juga bertujuan. Membaca merupakan kegiatan yang sangat penting bagi seseorang, terutama pada era informasi.

Kamijan (1996) menjelaskan bahwa membaca ialah proses pengolahan bacaan secara kritis, kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang bersifat menyeluruh tentang bacaan itu, dan penilaian terhadap keadaan, nilai, fungsi, dan dampak bacaan itu. Definisi ini sesuai dengan membaca pada tingkat lanjut, yakni membaca kritis dan membaca kreatif. Membaca merupakan suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui

Pendalaman Materi BI SD 4 - 12

Page 13: Pembelajaran IPA - Heri sis | Administrasi Sekolah · Web viewIde utama wacana adalah inti pembicaraan atau hal pokok yang dibicarakan dalam wacana yang disimak. Kemampuan menangkap

Materi PPG PGSD UMM

bahasa tulis. Dalam membaca, dituntut pemahaman makna yang terkandung dalam bahasa tulis. Makna tersebut adalah pesan yang ingin disampaikan oleh penulis melalui rangkaian kata-kata dan kalimat yang membentuk wacana.

Syafi’ie (1999) menyebutkan, hakikat membaca adalah: (1) Pengembangan keterampilan, mulai dari keterampilan memahami kata-kata, kalimat-kalimat, paragraf-paragraf dalam bacaan sampai dengan memahami secara kritis dan evaluatif keseluruhan isi bacaan. (2) Kegiatan visual, berupa serangkaian gerakan mata dalam mengikuti baris-baris tulisan, pemusatan penglihatan pada kata dan kelompok kata, melihat ulang kata dan kelompok kata untuk memperoleh pemahaman terhadap bacaan. (3) Kegiatan mengamati dan memahami kata-kata yang tertulis dan memberikan makna terhadap kata-kata tersebut berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dipunyai. (4) Suatu proses berpikir yang terjadi melalui proses mempersepsi dan memahami informasi serta memberikan makna terhadap bacaan. (5) Proses mengolah informasi oleh pembaca dengan menggunakan informasi dalam bacaan dan pengetahuan serta pengalaman yang telah dipunyai sebelumnya yang relevan dengan informasi tersebut. (6) Proses menghubungkan tulisan dengan bunyinyasesuai dengan sistem tulisan yang digunakan. (7) Kemampuan mengantisipasi makna terhadap baris-baris dalam tulisan. Kegiatan membaca bukan hanya kegiatan mekanis saja, melainkan merupakan kegiatan menangkap maksud dari kelompok-kelompok kata yang membawa makna.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses pengucapan tulisan atau lambing-lambang lingusl untuk mendapatkan informasi yang disampaikan penulisnya. Kegiatan membaca merupakan aktivitas yang tidak bisa dilepaskan dari menyimak, berbicara, dan menulis. Sewaktu membaca, pembaca yang baik akan memahami bahan yang dibacanya. Selain itu, dia bisa mengkomunikasikan hasil membacanya secara lisan atau tertulis. Dengan demikian, membaca merupakan keterampilan berbahasa yang berkaitan dengan keterampilan berbahasa lainnya.

Sehubungan dengan itu, secara garis besar terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu 1) keterampilan yang bersifat mekanis dan 2) bersifat pemahaman. Keterampilan yang bersifat mekanis berada pada urutan yang lebih rendah (membaca permulaan). Aspek ini mencakup: pengenalan bentuk huruf; pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem, kata, frase, pola klausa, kalimat, dan lain-lain); pengenalan hubungan pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tulisan). Keterampilan yang bersifat pemahaman berada pada urutan yang lebih tinggi (membaca lanjut/membaca pemahaman). Aspek-aspek keterampilan yang dituntut dalam membaca lanjut/ membaca pemahaman mencakup: memahami pengertian sederhana (leksikal, gramatikan, retorika); memahami makna (signifikansi) yang meliputi maksud dan tujuan penulis, relevansi kebudayaan, dan reaksi pembaca; evaluasi atau penilaian (isi, bentuk); kecepatan membaca yang fleksibel, yang mudah disesuaikan dengan tujuan, jenis bacaan, bahasa bacaan, dan lain-lain.

Untuk mencapai tujuan yang terkandung dalam keterampilan mekanis, aktivitas yang paling sesuai adalah membaca nyaring, membaca bersuara. Untuk keterampilan pemahaman, yang paling tepat adalah dengan membaca dalam hati, baik secara intensif maupun ekstensif. Kemampuan membaca tidak diperoleh secara alamiah, tetapi melalui proses belajar. Proses tersebut berlangsung cukup lama dan melalui upaya yang sungguh-sungguh. Adapun tahapan

Pendalaman Materi BI SD 4 - 13

Page 14: Pembelajaran IPA - Heri sis | Administrasi Sekolah · Web viewIde utama wacana adalah inti pembicaraan atau hal pokok yang dibicarakan dalam wacana yang disimak. Kemampuan menangkap

Materi PPG PGSD UMM

perkembangan kemampuan membaca secara umum dapat dikategorikan sebagai berikut. Tahap pertama merupakan tahap mengenal lambang-lambang bunyi berupa tulisan, baik dalam bentuk huruf maupun kata-kata. Tahap kedua merupakan tahap memahami rangkaian kata-kata menjadi sebuah kalimat, rangkaian kalimat menjadi paragraf dengan mengggunakan kata-kata sederhana (yang dikenal umum). Tahap ketiga mengenal dan memahami pengggunaan kata-kata dengan tingkat kompleksitas struktur kalimat yang lebih tinggi. Tahap kelima memahami bacaan yang sangat beragam, baik dari segi isi maupun ragam bahasanya.

2. Tujuan MembacaTujuan orang membaca sangat beragam sesuai dengan kebutuhan dan jenis bacaan

yang dibacanya. Beberapa tujuan orang membaca antara lain untuk belajar mengenal bunyi bahasa, untuk menemukan informasi tertentu, untuk memahami isi bacaan (sering dilakukan dalam rangka belajar), untuk menelaah isi, untuk menilai isi, untuk menilai penggunaan bahasa, untuk memperoleh hiburan, untuk mengembangkan kemampuan berbahasa, dan lain-lain. Rivers dan Temperly (1978) mengajukan tujuh tujuan utama dalam membaca yaitu: 1) Memperoleh informasi untuk suatu tujuan atau merasa penasaran tentang suatu topic; 2) Memperoleh berbagai petunjuk tentang cara melakukan suatu tugas bagi pekerjaan atau kehidupan sehari-hari; 3) Berakting dalam sebuah drama, bermain game, menyelesaikan teka-teki, 4) Berhubungan dengan teman-teman dengan surat-menyurat atau untuk memahami surat-surat bisnis; 5) Mengetahui kapan dan di mana sesuatu akan terjadi atau apa yang tersedia; 6) Mengetahui apa yang sedang terjadi atau telah terjadi; dan 7) Memperoleh kesenangan atau hiburan.

Selanjutnya, Nurhadi (1989) menyebutkan bahwa tujuan membaca adalah (1) mendapatkan informasi faktual, (2) memperoleh keterangan tentang sesuatu yang khusus dan problematis, (3) memberi penilaian terhadap karya tulis seseorang, (4) memperoleh kenikmatan emosi, dan (5) mengisi waktu luang. Dapat disimpulkan bahwa secara umum tujuan membaca adalah: (1) mendapatkan informasi, (2) memperoleh pemahaman, dan (3) memperoleh kesenangan. Hubungan antara tujuan membaca dengan kemampuan membaca sangat signifikan. Pembaca yang mempunyai tujuan yang sama, dapat mencapai tujuan dengan cara pencapaian berbeda-beda.

3. Jenis-jenis MembacaBerdasarkan berbagai tujuan tersebut, kegiatan membaca dapat dikategorikan ke

dalam membaca nyaring dan membaca dalam hati. Tarigan (1985) menjeniskan membaca ada dua macam, yaitu: 1) membaca nyaring, dan 2) membaca dalam hati. Membaca dalam hati terdiri atas: (a) membaca ekstensif, yang dibagi lagi menjadi: membaca survey, membaca sekilas, dan membaca dangkal, dan (b) membaca intensif, yang terdiri dari: membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi terdiri dari membaca teliti, pemahaman, kritis, dan membaca ide-ide. Membaca telaah bahasa terdiri dari membaca bahasa dan membaca sastra.a. Membaca Nyaring. Membaca nyaring (membaca bersuara) adalah kegiatan melisankan

lambang-lambang tulisan dengan lafal, tekanan, jeda, dan intonasi yang tepat sehingga dapat didengarkan oleh orang lain. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diketahui bahwa membaca nyaring mempersyaratkan beberapa kemampuan, antara lain kemampuan

Pendalaman Materi BI SD 4 - 14

Page 15: Pembelajaran IPA - Heri sis | Administrasi Sekolah · Web viewIde utama wacana adalah inti pembicaraan atau hal pokok yang dibicarakan dalam wacana yang disimak. Kemampuan menangkap

Materi PPG PGSD UMM

mengenal lambang-lambang tulisan, memahami hubungan antara lambang tulisan dan bunyinya, memahami hubungan lambang tulisan, bunyi, dan maknanya serta makna rangkaian lambang bunyi tersebut hingga membentuk wacana.

b. Membaca dalam Hati. Membaca dalam hati dilakukan dengan tanpa bersuara untuk memahami isi bacaan. Adapun tingkat pemahaman yang dibutuhkan bermacam-macam sesuai dengan tujuan pembaca dan jenis bacaan yang dibacanya. Sehubungan dengan itu, membaca dalam hati dikategorikan ke dalam dua jenis, yaitu membaca ekstensif dan intensif.

Membaca ekstensif berarti membaca secara luas. Objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Yang tergolong ke dalam membaca ekstensif adalah membaca survey (survey reading), membaca sekilas (skimming), membaca loncat (scanning) dan membaca dangkal (superficial reading). Membaca survey dilakukan dengan cara membaca secara cepat bagian-bagian tertentu bacaan untuk memahami garis besar isi bacaan. Biasanya yang dibaca antara lain judul bacaan, sub-sub judul, daftar isi, bagian pendahuluan, dan daftar indeks. Membaca sekilas (skimming) adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan menggerakkan pandangan secara cepat ke seluruh bacaan untuk memperoleh kesan umum bacaan atau isi secara umum bacaan. Jika yang dibaca artikel, maka skimming dapat dilakukan dengan membaca sekilas judulnya, sub-sub judul, bagian awal paragraf-paragrafnya. Oleh sebab itu, membaca skimming ini juga diterapkan dalam membaca survei. Membaca loncat (scanning) adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan cepat untuk menemukan informasi tertentu yang terdapat dalam teks yang dibaca. Membaca dangkal dilakukan untuk memperoleh pemahaman yang bersifat luaran (permukaan/ tidak mendalam) dari suatu bacaan. Membaca dangkal biasanya dilakukan jika tujuan membacanya untuk memperoleh kesenangan, memperoleh hiburan, untuk mengisi waktu luang, dan bersantai.

Membaca intensif adalah studi seksama, telaah teliti dan terperinci bacaan untuk memperoleh pemahaman isi bacaan secara mendalam dan terperinci. Tujuan utamanya adalah memahami informasi baik yang tersurat maupun yang tersirat, argumen-argumen, pola-pola teks, strategi pengembangan gagagsan, maksud penulis, dan sarana linguistik yang terdapat dalam bacaan. Yang diutamakan saat membaca dalam hati adalah pemahaman isi bacaan, bukan keterampilan melafalkan lambang-lambang bunyi (tulisan). Erat hubungannya dengan tingkat pemahaman ini adalah kecepatan memahami isi bacaan. Tingkat kecepatan membaca dapat dihitung dengan cara menghitung jumlah kata dalam bacaan dibagi dengan jumlah waktu yang diperlukan untuk membaca bacaan tersebut. Perlu diketahui bahwa kecepatan menyelesaikan bahan bacaan saja belum dapat dikatakan sebagai membaca cepat. Dalam hal ini, pembaca masih dituntut untuk memahami isi bacaan yang dibaca. Oleh sebab itu, penghitungan kecepatan membaca tersebut masih harus dikaitkan dengan prosentase pemahaman isi bacaan. Dengan demikian, penghitungan kecepatan membaca tersebut dihitung dengan menjumlahkan kata dalam bacaan dibagi jumlah waktu baca yang diperlukan dikalikan prosentase pemahaman isi bacaan

Jumlah kata yang dibaca x % pemahaman isi bacaan Jumlah waktu baca

Pendalaman Materi BI SD 4 - 15

Page 16: Pembelajaran IPA - Heri sis | Administrasi Sekolah · Web viewIde utama wacana adalah inti pembicaraan atau hal pokok yang dibicarakan dalam wacana yang disimak. Kemampuan menangkap

Materi PPG PGSD UMM

Agar dapat membaca dengan cepat, diperlukan keterampilan: membaca tanpa bersuara, membaca tanpa berkomat- kamit dan tanpa gerakan kepala, membaca tanpa menunjuk dengan jari kata-kata yang dibaca, membaca dengan gerakan mata yang cepat, melebarkan jangkauan mata, dan berusaha keras untuk menangkap isi bacaan. Di samping beberapa keterampilan tersebut, agar dapat membaca dengan cepat, diperlukan beberapa kemampuan yaitu mengenali pola pengembangan paragraf dan mengenali pola wacana.

4. Tingkatan Kemampuan Memahami BacaanKemampuan memahami bacaan memiliki tingkatan yang merentang mulai dari yang

sangat rendah (sederhana) hingga yang menuntut proses berpikir tingkat tinggi (kompleks). Burns dan Roe (1996); Rubin (19820); dan Syafi’ie (1993) menyebutkan empat tingkatan atau kategori pemahaman bacaan, yaitu pemahaman literal, inferensial, kritis, dan kreatif.

Pemahaman literal adalah pemahaman informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks (pemahaman tingkat paling rendah). Pembaca menerima apa adanya yang dinyatakan penulis. Kemampuan yang dituntut hanya terbatas pada berapa banyak yang mampu diingat kembali apa yang dinyatakan secara eksplisit oleh penulis, yakni dengan menjawab pertanyaan: apa, siapa, kapan, di mana, hal-hal yang tersurat dalam bacaan (Nurhadi, 1989).

Pemahaman inferensial adalah kemampuan memahami informasi yang dinyatakan secara tidak langsung (tersirat) dalam teks. Memahami teks secara inferensial berarti memahami apa yang diimplikasikan oleh informasi-informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks. Dalam hal ini, pembaca menggunakan informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks, latar belakang pengetahuan, dan pengalaman pribadi secara terpadu untuk menemukan informasi (detail bacaan), menemukan ide pokok yang tersirat, menemukan urutan, perbandingan, hubungan sebab-akibat yang tersirat, menemukan suasana (mood) dalam bacaan, menemukan tujuan penulis, membuat kesimpulan, membuat kerangka bacaan, membuat dugaan (prediksi) dampak, dan menemukan tema bacaan.

Pemahaman kritis merupakan salah satu tahapan dalam keterampilan membaca yang paling tinggi. Tujuan membaca kritis adalah untuk mengevaluasi kualitas tulisan, baik dari segi isi maupun dari segi bahasa yang digunakan penulis.

Pemahaman kreatif merupakan kemampuan untuk mengungkapkan respon emosional dan estetis terhadap teks yang sesuai dengan standar pribadi dan standar professional. Pemahaman kreatif melibatkan seluruh dimensi kognitif pembaca karena berkaitan dengan dampak psikologis dan estetis teks terhadap pembaca.

5. Teknik MembacaKeterampilan membaca yang perlu dilatihkan kepada siswa antara lain: latihan

membaca dengan kecepatan tertentu, latihan mengukur kecepatan membaca, latihan menempatkan secara tepat titik pandang mata, latihan memperluas jangkauan pandang mata. Berikut ini beberapa teknik membaca dan penjelasannya.SQ3R

SQ3R dikemukakan oleh Francis P. Robinson (seorang guru besar psikologi dari Ohio State University), tahun 1941. SQ3R merupakan proses membaca yang terdiri dari lima langkah: a. Survey, b. Question, c. Read, d. Recite e. Review.

Pendalaman Materi BI SD 4 - 16

Page 17: Pembelajaran IPA - Heri sis | Administrasi Sekolah · Web viewIde utama wacana adalah inti pembicaraan atau hal pokok yang dibicarakan dalam wacana yang disimak. Kemampuan menangkap

Materi PPG PGSD UMM

Membaca dengan metode SQ3R ini sangat baik untuk kepentingan membaca secara intensif dan rasional. Berikut ini akan dibahas satu persatu tentang proses membaca dalam SQ3R tersebut.a. S (Survey)

Survey (menyelidiki) atau prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum membacanya secara lengkap, dilakukan untuk mengenal organisasi dan ikhtisar umum yang akan dibaca dengan maksud untuk: 1) mempercepat menangkap arti, 2) mendapat abstrak, 3) mengetahui ide-ide yang penting, 4) melihat susunan (organisasi) bahan bacaan tersebut, 5) mendapatkan minat perhatian yang seksama terhadap bacaan, dan 6) memudahkan mengingat lebih banyak dan memahami lebih mudah. Dalam kegiatan survey (prabaca) ini dilakukan dalam beberapa menit tujuannya untuk mengenal keseluruhan anatomi buku. Caranya dengan membuka-buka buku secara cepat dan menyeluruh yang langsung tampak oleh mata. Kegiatan survey tersebut bertujuan untuk memperoleh kesan atau gagasan umum tentang isinya. Kegiatan survey ini selain dilakukan terhadap sebuah buku yang akan dibaca, juga dapat dilakukan untuk melihat suatu artikel di koran atau majalah. Ada beberapa macam survey, yaitu: survey buku, survey bab, survey artikel, survey kliping.

Kegiatan pertama yang perlu dilakukan pada saat survey buku adalah memperhatikan judul buku dan mengajukan pertanyaan tentang topik yang terkandung di dalamnya. Lalu melihat nama penulis dan atributnya yang biasanya memberikan petunjuk isi tulisan. Untuk melihat aktualisasinya, lihat tahun penerbitannya. Kalau ada baca juga sampul buku bagian belakang yang memuat pesan penerbit mengenai hal penting dari buku. Sesudah itu kegiatan yang perlu dilakukan adalah: 1) telusuri daftar isi, 2) baca kata pengantar, 3) lihat tabel, grafik, dan lain-lain, 4) lihat apendiks, 5) telusuri indeks.

Berbagai kegiatan prabaca (survey) perlu dilakukan secara sekilas, minimal untuk mengenal seberapa tinggi tingkat keterpercayaan buku tersebut. Buku ilmiah yang baik minimal mengandung bagian-bagian buku tersebut. Setelah itu kita dapat menentukan sikap sejauh mana kita akan membaca buku tersebut. Apakah akan membaca bagian tertentu saja ataukah akan membacanya secara lengkap. Untuk itu, kita perlu melakukan kegiatan berikutnya, yaitu survey bab.

Survey bab dilakukan lebih teliti dibanding survey pada keseluruhan isi buku. Pada kegiatan survey bab ini, kita bisa mengamati subjudul-subjudul dan kaitannya, juga amati alat bantu visual yang ada di bab tersebut, misalnya: grafik, peta, dan lain-lain. Setelah itu kegiatan yang perlu dilakukan pada survey bab ini adalah: 1) membaca paragraf pertama dan terakhir, membaca ringkasan (bila ada), dan 3) membaca subjudul yang biasanya memperjelas isi bab tersebut.

Survey artikel perlu kita lakukan sebelum kita membaca artikel tersebut secara keseluruhan. Hal ini kita lakukan karena ada bermacam artikel. Ada artikel yang terus saja ditelan, ada yang perlu diuji kembali, ada yang perlu diringkas, ditimbang-timbang, atau mungkin langsung dibuang begitu saja. Survey artikel ini dapat dilakukan dengan tahapan: 1) membaca judul, 2) membaca semua subjudul, 3) mengamati tabel, 4) membaca kata pengantar, 5) membaca kalimat pertama subbab, dan 6) memilih bagian yang perlu atau tidak perlu untuk dibaca.

Pendalaman Materi BI SD 4 - 17

Page 18: Pembelajaran IPA - Heri sis | Administrasi Sekolah · Web viewIde utama wacana adalah inti pembicaraan atau hal pokok yang dibicarakan dalam wacana yang disimak. Kemampuan menangkap

Materi PPG PGSD UMM

Survey kliping dilakukan untuk memilih bahan (kliping) baik dari surat kabar ataupun majalah yang benar-benar memenuhi kebutuhan atau keinginan kita. Kegiatan suvey kliping dilakukan dengan tahapan: 1) baca judul, 2) baca penulisnya agar dapat memperkirakan isinya dan dapat membuat keputusan untuk membaca atau tidak. Selanjutnya lakukan kegiatan seperti pada survey artikel. Dengan kegiatan survey tersebut kita dapat menentukan dengan cepat apakah kliping tersebut cocok dengan kebutuhan kita, sehingga perlu atau tidak untuk dibaca.b. Q (Question)

Bersamaan pada saat survey, ajukan pertanyaan-pertanyaan tentang isi bacaan, misalnya dengan mengubah judul dan subjudul menjadi sebuah pertanyaan. Kita dapat menggunakan 5W+1H (What, Who, Where, When, Why, dan How). Pada waktu survey buku, pertanyaan kita mungkin masih terlalu umum, tetapi pada waktu survey bab, pertanyaan kita akan lebih khusus. Tujuan pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah membuat (pembaca lebih aktif dan lebih mudah menangkap gagasan yang ada. Selain itu, pertanyaan- pertanyaan tersebut akan membangkitkan keingintahuan kita, sehingga lebih meningkatkan pemahaman dan mempercepat penguasaan seluruh isi bab.c. R (Read)

Read (membaca) merupakan langkah ketiga, bukan langkah pertama atau satu-satunya langkah. Pada langkah ketiga ini membaca mencari jawaban berdasarkan

pertanyaan-pertanyaan. Pada tahap ini konsentrasikan pada penguasaan ide pokok. Kita dapat sedikit memperlambat cara membaca pada bagian-bagian yang kita anggap penting dan mempercepatnya pada bagian yang kurang atau tidak penting. Konsentrasikan diri untuk mendapatkan ide pokoknya serta mengetahui detail yang penting.d. R (Recite atau Recall)

Pada kegiatan recite atau recall (mendaras) kita berusaha untuk memperkokoh perolehan kita dari membaca. Pada kegiatan ini apa yang telah diperoleh dihubungkan dengan informasi yang diperoleh sebelumnya dan kita bersiap diri untuk pembacaan selanjutnya. Pada kesempatan ini kita juga dapat membuat catatan seperlunya. Jika masih mengalami kesulitan, ulangi membaca bab itu sekali lagi. Sekalipun bahan itu mudah dimengerti, tahap mengutarakan kembali hal-hal penting itu jangan dilewatkan agar tidak mudah dilupakan. Pada tahap ini disediakan waktu setengah dari waktu untuk membaca. Hal ini bukan berarti pemborosan waktu, melainkan memang penting untuk tahap ini.e. R (Review)

Review atau mengulangi merupakan kegiatan untuk melihat kembali keseluruhan isi buku. Kegiatan ini bertujuan untuk menelusuri kembali judul dan subjudul-subjudul atau bagian-bagian penting lainnya dengan menemukan pokok-pokok penting yang perlu untuk diingat kembali. Tahap ini selain membantu daya ingat dan memperjelas pemahaman juga untuk mendapatkan hal-hal penting yang barangkali kita terlewati sebelum ini. Pada langkah kelima ini berusahalah untuk memperoleh penguasaan bulat, menyeluruh, dan kokoh atas bahan.

Pendalaman Materi BI SD 4 - 18

Page 19: Pembelajaran IPA - Heri sis | Administrasi Sekolah · Web viewIde utama wacana adalah inti pembicaraan atau hal pokok yang dibicarakan dalam wacana yang disimak. Kemampuan menangkap

Materi PPG PGSD UMM

SkimmingSkimming merupakan tindakan untuk mengambil intisari atau saripati dari suatu

hal. Oleh karena itu, skimming merupakan cara membaca hanya untuk mendapatkan ide pokok, yang dalam hal ini tidak selalu di awal paragraf, karena kadang ada di tengah, ataupun di akhir paragraf. Pada kegiatan skimming ini, kita dapat melompati bagian-bagian, fakta-fakta, dan detail-detail yang tidak terlalu dibutuhkan, sehingga kita hanya memusatkan perhatian dan cepat menguasai ide pokoknya. Kegiatan skimming ini sering kita lakukan meskipun tanpa kita sadari. Kegiatan itu untuk sekadar mengetahui apakah sebuah buku yang akan dibaca itu sesuai dengan yang dibutuhkan. Skimming seperti itu juga lazim disebut sebagai browsing buku.

Skimming merupakan suatu keterampilan membaca yang diatur secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien, untuk berbagai tujuan. Tujuan skimming adalah untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya. Selain itu, skimming juga bertujuan untuk: 1) mengenali topik bacaan; 2) mengetahui pendapat (opini) orang; 3) mendapatkan bagian penting yang kita perlukan tanpa membaca keseluruhan; 4) mengetahui organisasi penulisan, urutan ide pokok, kesatuan pikiran, dan hubungan antarbagian dari bacaan tersebut; dan 5) penyegaran apa yang telah dibaca. Gerakan mata saat membaca dengan cara skimming ini hampir seperti jika membaca lengkap, kecuali jika kita akan melompati bagian-bagian tertentu. Cara yang efektif adalah menelusuri awal paragraf yang memuat ide pokok. Lalu cepat bergerak (melompat atau skipping) ke bagian lain paragraf itu dan berhenti (fixate) di sana-sini jika menemukan detail memahami, kemudian bergerak cepat lagi dan berhenti lagi untuk memungut detail atau gagasan yang penting. Detail penting dapat ditunjukkan oleh tipografi atau tanda-tanda rincian yang biasanya dengan mudah kita kenali. Skimming juga disebut sebagai review atau tinjauan balik.

SkanningSkanning adalah suatu teknik membaca untuk mendapatkan suatu informasi

tanpa membaca yang lain-lain, jadi langsung ke masalah yang dicari, yaitu fakta khusus dan informasi tertentu. Skanning sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya untuk mencari: nomor telepon, arti kata pada kamus, entri pada indeks, angka-angka statistik, acara siaran TV, dan melihat daftar perjalanan. Gerakan mata dalam skanning tidak jauh berbeda dengan skimming. Untuk mengetahui tempat informasi tertentu, bantuan yang baik adalah judul-judul bab dan subjudulnya. Jika yang dicari itu suatu angka, gerakan mata dengan cepat dan berhentilah pada setiap angka yang kiranya mirip, jika kiranya bukan, jangan ditunda lagi, teruskan bergerak ke bawah. Demikian juga untuk mencari suatu nama. Jadi, kegiatan skanning adalah untuk mencari informasi khusus. Karena itu kita perlu terlebih dahulu mengetahui apa yang akan kita cari.

Selain itu, skanning juga dapat dilakukan pada bacaan yang berupa prosa. Yang dimaksud dengan skanning prosa adalah mencari informasi topik tertentu dalam suatu bacaan, yaitu dengan mencari letak di bagian mana dari tulisan itu memuat informasi yang dibutuhkan. Caranya adalah: 1) mengetahui kata-kata kunci yang menjadi petunjuk, 2) mengenali organisasi tulisan dan sturuktur tulisan, untuk memperkirakan letak

Pendalaman Materi BI SD 4 - 19

Page 20: Pembelajaran IPA - Heri sis | Administrasi Sekolah · Web viewIde utama wacana adalah inti pembicaraan atau hal pokok yang dibicarakan dalam wacana yang disimak. Kemampuan menangkap

Materi PPG PGSD UMM

jawaban, 3) gerakkan mata secara sistematik dan cepat seperti anak panah meluncur ke bawah atau dengan pola “S” atau zigzag, dan 4) setelah menemukan tempatnya, lambatkan kecepatan membaca untuk meyakinkan kebenaran yang kita cari.

Seorang penulis, jika ingin hasil tulisannya lebih baik tidak dan hanya mengacu pada satu sumber saja, melainkan pada beberapa sumber. Untuk itu, diperlukan cara cepat untuk memperoleh informasi topik tertentu pada beberapa sumber. Penulis tidak perlu membaca keseluruhan tetapi cukup dengan skanning melalui daftar isi dan indeks, serta alat-alat visual, seperti grafik. Dalam sebuah buku, mungkin topik yang dicari tersebut menyebar di berbagai bab buku dan harus segera ditemukan dengan mengantisipasi beberapa kemungkinan. Pencarian tersebut harus cepat agar segera dapat beralih dari satu buku ke buku lainnya agar informasi tersebut dapat segera kita kuasai atau dipahami.

Pada saat membaca mungkin kita menemukan beberapa kata sulit. Hal itu jangan membuat kita memperlambat cara membaca kita. Arti kata sulit tersebut dapat kita sesuaikan dengan konteks kalimat yang ada. Bila memang kata tersebut terlalu sulit dan tidak kita pahami maknanya, barulah kita melakukan skanning kata di kamus. Dalam melakukan kegiatan tersebut, kita perlu memperhatikan: 1) ejaan kata itu dengan seksama; 2) cara pengucapan, panjang pendeknya, dan aksen (tekanannya); 3) etimologinya; 4) pengertian yang sesuai dengan konteks kalimatnya; 5) contoh kalimatnya; dan 6) petunjuk halaman yang ada di setiap halaman.

Untuk menemukan nomor telepon dengan cepat, kita juga perlu melakukan skanning nomor telepon. Terlebih dahulu memperhatikan halaman pertama dari buku telepon tersebut yang sangat membantu dalam mencari nomor yang kita butuhkan. Selain itu, kita juga sering harus melakukan skanning terhadap acara televisi. Hal ini dilakukan agar tidak duduk bengong di depan televisi, sementara banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Kita harus dapat secara cepat menemukan acara televisi mana yang benar-benar ingin ditonton.

D. Menulis 1. Konsep Menulis

Menulis berarti mengekspresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan. Sarana mewujudkan hal itu adalah bahasa. Isi ekspresi melalui bahasa itu akan dimegerti orang lain atau pembaca bila dituangkan dalam bahasa yang teratur, sistematis, sederhana, dan mudah dimengerti. Menulis bukan sesuatu yang diperoleh secara spontan, tetapi memerlukan usaha sadar menuliskan kalimat dan mempertimbangkan cara mengkomunikasikan dan mengatur (Donn Byrne. 1988). Sejalan dengan itu, menurut Lado (1964.) menulis adalah meletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain. Jadi, orang lain dapat membaca simbol grafis itu, jika mengetahui bahwa itu menjadi bagian dari ekspresi bahasa.

Lebih lanjut Rusyana (1984), memberikan batasan bahwa kemampuan menulis atau mengarang adalah kemampuan menggunakan pola-pola bahasa dalam tampilan tertulis untuk mengungkapkan gagasan ataupesan. Kemampuan menulis mencakup berbagai kemampuan, seperti kemampuan menguasai gagasan yang dikemukakan, kemampuan menggunakan unsur-unsur bahasa, kemampuan menggunakan gaya, dan kemampuan

Pendalaman Materi BI SD 4 - 20

Page 21: Pembelajaran IPA - Heri sis | Administrasi Sekolah · Web viewIde utama wacana adalah inti pembicaraan atau hal pokok yang dibicarakan dalam wacana yang disimak. Kemampuan menangkap

Materi PPG PGSD UMM

menggunakan ejaan serta tanda baca. Berdasarkan konsep di atas, dapat dikatakan bahwa menulis merupakan komunikasi tidak langsung yang berupa pemindahan pikiran atau perasaan dengan memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata dengan menggunakan simbol-simbol sehingga dapat dibaca seperti apa yang diwakili oleh simbol tersebut.

Mengombinasikan dan menganalisis setiap unsur kebahasaan dalam sebuah karangan merupakan suatu keharusan bagi penulis. Dari sinilah akan terlihat sejauh mana pengetahuan yang dimiliki penulis dalam menciptakan sebuah karangan yang efektif. Kosakata dan kalimat yang digunakan dalam kegiatan menulis harus jelas agar mudah dipahami oleh pembaca. Di samping itu, jalan pikiran dan perasaan penulis sangat menentukan arah penulisan sebuah karya tulis atau karangan yang berkualitas. Dengan kata lain hasil sebuah karangan yang berkualitas umumnya ditunjang oleh keterampilan kebahasaan yang dimiliki seorang penulis.

Menulis merupakan salah satu media untuk berkomunikasi, yakni anak dapat menyampaikan makna, ide, pikiran dan perasaannya melalui untaian kata-kata yang bermakna melalui tulisan. Menurut Poerwodarminto (1982), menulis memiliki batasan sebagai berikut: (1) membuat huruf, angka dan lainnya dengan pena, kapur dan sebagainya, (2) mengepresikan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, dan lainnya dengan tulisan. Dengan demikian, menulis bukanlah sekedar membuat huruf-huruf ataupun angka pada selembar kertas dengan menggunakan berbagai alternatif media, melainkan merupakan upaya untuk mengkspresikan perasaan dan pikiran yang ada pada diri individu.

2. Tahapan Kemampuan MenulisKegiatan menulis di SD harus memperhatikan kesiapan dan kematangan anak.

Kegiatan tersebut dapat dilakukan jika perkembangan motorik halus anak telah matang yang terlihat dari kemampuannya dalam memegang pensil. Pada awalnya anak hanya memegang pensil untuk mencoret-coret namun seiring perkembangannya anak akan mengkonsentrasikan jari-jarinya untuk menulis lebih baik. Ada dua kemampuan yang diperlukan anak untuk menulis permulaan yaitu kemampuan meniru bentuk, dan kemampuan menggerakkan alat tulis. Syarif (2009) mengatakan ada 4 tahapan dalam kemampuan menulis permulaan, yaitu 1) Scribble Stage, yaitu tahap mencoret atau membuat goresan. Pada tahap ini anak mulai membuat tanda-tanda dengan menggunakan alat tulis. Pada tahap ini mereka mulai belajar tentang bahasa tulis dan cara mengerjakan tulisan tersebut. 2) Liniear Repetitive Stage, yaitu tahap pengulangan linear. Pada tahap ini anak menelusuri bentuk tulisan yang horizontal. 3) Random Letter Stage, yaitu tahap menulis random. Pada tahap ini anak belajar tentang berbagai bentuk yang merupakan suatu tulisan dan mengulang berbagai kata ataupun kalimat. 4) Letter Name Writing of Phonetic Writing, yaitu tahap menulis nama. Pada tahap ini anak mulai menyusun dan menghubungkan antara tulisan dan bunyinya. Anak mulai menulis nama dan bunyi secara bersamaan. Setelah menguasai tahapan kemampuan menulis permulaan yang merupakan tahap persiapan menulis, barulah anak belajar menulis dalam pengertian yang sebenarnya (lebih luas).

Didasarkan proses penyampaian gagasan kepada orang lain, kegiatan menulis memerlukan tahapan-tahapan tertentu. McCrimmon (1972) membagi tahapan penulisan ke dalam tiga tahapan, yakni (1) tahap prapenulisan (prewriting), (2) tahap penulisan draf

Pendalaman Materi BI SD 4 - 21

Page 22: Pembelajaran IPA - Heri sis | Administrasi Sekolah · Web viewIde utama wacana adalah inti pembicaraan atau hal pokok yang dibicarakan dalam wacana yang disimak. Kemampuan menangkap

Materi PPG PGSD UMM

(writing), dan (3) tahap perbaikan (rewriting).Tidak jauh berbeda dengan pendapat tersebut, Farris (1993) mengemukakan bahwa proses menulis dapat dibagi ke dalam empat tahap, yakni tahap prapenulisan (prewriting ), tahap penulisan draf (writting), tahap pascapenulisan (rewritting), dan tahap pemublikasian (publishing).

Pada tahap prapenulisan, kegiatan yang dilakukan meliputi pemilihan topik, penentuan tujuan, penentuan bentuk tulisan dan pembacanya, pengumpulan informasi sebagai bahan tulisan, serta pengorganisasian tulisan (ke dalam kerangka tulisan). Setelah itu, penulis mengembangkan gagasannya ke dalam draf (menulis buram) sesuai dengan topik yang telah ditentukan dan memanfaatkan kerangka pengorganisasian gagasan yang telah disusunnya. Pada saat menulis draf, perhatian utama penulis difokuskan pada pengembangan isi atau gagasan, bukan pada masalah mekanik tulisan. Selanjutnya melakukan pengoreksian draf yang telah dikembangkan untuk mengoreksi penggunaan bahasa maupun pengorganisasian gagasannya. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara membaca ulang draf yang telah ditulis atau meminta bantuan orang lain/teman untuk membacanya. Jika ditemukan kelemahan, kegiatan selanjutnya adalah menyempurnakan tulisan dan pada akhirnya memublikasikan tulisan tersebut.

Oleh sebab itu, untuk menghasilkan tulisan yang baik, seseorang harus memiliki beberapa kemampuan, yang meliputi: (a) kemampuan menemukan masalah yang akan ditulis, (b) kemampuan menyusun perencanaan penulisan, (c) kemampuan menggunakan bahasa, (d) kemampuan memulai tulisan, (e) kepekaan terhadap kondisi pembaca, dan (f) kemampuan memeriksa tulisan. Jadi untuk menghasilkan tulisan yang efektif, pertama-tama penulis harus memiliki objek yang akan dikemukakan. Bila sudah ditemukan objek yang akan ditulis, selanjutnya harus dipikirkan dan direnungkan gagasan atau idenya secara jelas, kemudian gagasan utamanya dikembangkan secara jelas, rinci, serta dipilih dan digunakan bahasa secara cermat untuk mengungkapkannya.

3. Tujuan MenulisSeorang tergerak menulis karena memiliki tujuan objektif yang bisa

dipertanggungjawabkan dihadapan publik. Karena tulisan pada dasarnya adalah sarana untuk menyampaikan pendapat atau gagasan agar dapat dipahami dan diterima orang lain. Tulisan dengan demikian menjadi salah satu sarana berkomunikasi yang cukup efektif dan efesien untuk menjangkau khalayak masa yang luas. Atas dasar pemikiran inilah, maka tujuan menulis dapat dirunut dari tujuan-tujuan komunikasi yang cukup mendasar dalam konteks pengembangan peradapan dan kebudayaan mesyarakat itu sendiri. Adapun tujuan penulisan tersebut adalah sebagai berikut.a. Menyampaikan informasi. Menginformasikan segala sesuatu,

baik itu fakta, data maupun peristiwa termasuk pendapat atau pandangan kepada pembaca merupakan tujuan yang akan dicapai oleh penulis. Hal ini dimaksudkan agar pembaca memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru.

b. Menyakinkan pembaca.Meyakinkan atau membujuk melalui tulisan seorang penulis mengharapkan pula pembaca dapat menentukan sikap, apakah menyetujui atau mendukung yang dikemukakan. Penulis harus mampu membujuk dan meyakinkan pembaca dengan menggunakan gaya bahasa yang persuasif.

Pendalaman Materi BI SD 4 - 22

Page 23: Pembelajaran IPA - Heri sis | Administrasi Sekolah · Web viewIde utama wacana adalah inti pembicaraan atau hal pokok yang dibicarakan dalam wacana yang disimak. Kemampuan menangkap

Materi PPG PGSD UMM

c. Mendidik pembaca. Mendidik adalah salah satu tujuan dari komunikasi melalui tulisan. Melalui membaca hasil tulisan wawasan pengetahuan seseorang akan terus bertambah, kecerdasan terus diasah, yang pada akhirnya akan menentukan perilaku seseorang. Orang-orang yang berpendidikan misalnya, cenderung lebih terbuka dan penuh toleransi, lebih menghargai pendapat orang lain, dan tentu saja cenderung lebih rasional.

d. Menghibur para pembaca. Media cetak dapat pula berperan dalam menghibur khalayak pembacanya. Namun, tulisan-tulisan atau bacaan-bacaan “ringan” yang kaya dengan anekdot, cerita dan pengalaman lucu bisa pula menjadi bacaan pelipur lara atau untuk melepaskan ketegangan setelah seharian sibuk beraktifitas.

4. Jenis-jenis Karya TulisBerdasarkan tujuan penulisannya, karangan (wacana) dapat dikategorikan ke dalam

lima jenis karangan, yaitu (1) deskripsi, (2) narasi, (3) eksposisi, (4) argumentasi, dan (5) persuasi. Dalam tulisan ini dipaparkan empat jenis karangan, yakni deskripsi, narasi, eksposisi, dan argumentasi. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

a. Wacana deskripsi Wacana deskripsi adalah wacana yang memerikan, menggambarkan, atau

melukiskan suatu objek, keadaan, atau kejadian dengan kata-kata sehidup-hidupnya sehingga pembaca merasa seakan-akan menyaksikan sendiri keadaan atau kejadian itu. Ciri utama deskripsi adalah penggambaran secara rinci unsur-unsur yang menjadi ciri khas sesuatu yang dideskripsikan. Jika yang dideskripsikan berupa ruang atau tempat, maka urutan spasial menjadi hal yang sangat pokok dalam deskripsi. Untuk itu, sebelum menulis deskripsi, penulis bertindak sebagai pengamat objek.

Pada saat melakukan pengamatan, penulis dapat memanfaatkan panca inderanya untuk mengindera objek yang akan ditulis. Hasil pengamatan tersebut dapat dituangkan ke dalam diagram penggugusan pancaindera, yakni penglihatan, pendengaran, peraba, penciuman, dan pengecapan. Akan tetapi perlu dipahami bahwa dalam kenyataan kehidupan, tidak semua objek dapat digambarkan dengan kelima indera tersebut. Pada kondisi demikian, wacana deskripsi diperoleh dari hasil perekaman satu atau dua indera. Contoh : Mendeskripsikan tumbuhan di sekitar secara sederhana dengan bahasa tulis

Kompetensi dasar yang dicapai adalah mendeskripsikan tumbuhan di sekitar secara sederhana dengan bahasa tulis. Sumber belajar yang disediakan adalah lingkungan sekitar sekolah, misalnya tanaman bunga mawar. Sebelum mendeskripsikan ke dalam bentuk tulisan, diperlukan kegiatan pengamatan terhadap objek tanaman bunga mawar. Melalui LKS siswa mengidentifikasi bagian-bagian tanaman bunga mawar dan menuliskannya di LKS.

BATANG DAUN BUNGABENTUKNYA Kecil, panjang,

bercabang, dan berduriKecil bergerigi Bulat berlapis-

lapisWARNANYA Coklat Hijau muda dan

hijau tuaMerah dan putih

Pendalaman Materi BI SD 4 - 23

Page 24: Pembelajaran IPA - Heri sis | Administrasi Sekolah · Web viewIde utama wacana adalah inti pembicaraan atau hal pokok yang dibicarakan dalam wacana yang disimak. Kemampuan menangkap

Materi PPG PGSD UMM

BAUNYA - - Harum Berdasarkan hasil identifikasi tersebut, siswa menyusun kalimat dan merangkaikannya menjadi paragraf deskripsi, misalnya sebagai berikut.

Di kebun ada bunga mawar yang indah sekali. Batangnya kecil, panjang dan bercabang penuh duri. Batangnya bercabang-cabang berwarnakecoklatan. Daunnya kecil-kecil bergerigi. Yang tua berwarna hijau tua, sedangkan yang muda berwarna hijau muda. Bunganya bulat-bulat berlapis-lapis. Ada yang merah dan ada yang putih bagus sekali. Jika dicium baunya harum sekali.

b. Wacana NarasiWacana narasi merupakan wacana yang mengisahkan suatu peristiwa. Ciri utama

wacana narasi adalah penyampaian peristiwa berdasarkan urutan waktu tertentu secara kronologis. Sebenarnya secara umum struktur cerita itu terdiri atas alur (plot), latar (setting), penokohan, dan tema. Alur merupakan urutan terjadinya peristiwa dalam cerita. Alur yang runtut terdiri atas tiga bagian, yakni bagian awal (perkenalan), bagian tengah (berisi konflik), dan bagian akhir (penyelesaian konflik). Latar (setting) menunjukkan tempat dan waktu terjadinya peristiwa. Penokohan merujuk pada pelaku yang terlibat dalam cerita beserta sifat-sifatnya (karakter rokoh). Pengungkapan karakter tokoh dapat melalui penggamabaran fisiknya, perilakunya, dialognya, maupun melalui monolog tokoh. Tema merupakan makna yang mendasari cerita dan berisi kebenaran umum yang dimiliki masyarakat atau hakikat kemanusiaan (Dawud, 2008).

c. Wacana Eksposisi Wacana eksposisi adalah karangan yang berisi penjelasan-penjelasan yang bersifat

informatif atau instruktif tentang berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan, agama, politik, keuangan, hokum, dan lain-lain. Artikel-artikel dalam berbagai jurnal, majalah, dan surat kabar pada umumnya dapat digolongkan ke dalam wacana eksposisi.

d. Wacana Argumentasi Wacana argumentasi merupakan wacana yang berisi tiga bagian pokok, yakni

pendirian (pendapat), bukti, dan simpulan. Pada bagian awal penulis menyatakan pendiriannya secara jelas. Pendirian itu berupa pernyataan posisi atau opini penulis. Pendirian itu diikuti oleh sejumlah bukti atau alas an untuk mendukung kebenaran pendiriannya. Bukti-bukti tersebut dinyatakan berdasarkan urutan logis dan dapat pula didukung dengan contoh-contoh. Pada bagian akhir dinyatakan simpulan berupa pernyataan pribadi, prediksi, atau ringkasan.

Di samping mengenal bentuk-bentuk pengembangan gagasan berdasarkan tujuan penulisan, ada hal yang sangat penting diperhatikan dalam menulis, yakni pengembangan paragraf. Agar tulisan mudah dibaca dan dipahami oleh pembaca, penulis harus memperhatikan persyaratan pengorganisasian gagasan dalam paragraf (Syarat-syarat paragraf yang baik), yakni kesatuan gagasan, kepaduan gagasan (koherensi), dan kelengkapan pengmembangan gagasan. Hal itu sesuai dengan batasan paragraf (alinea) sebagai suatu

Pendalaman Materi BI SD 4 - 24

Page 25: Pembelajaran IPA - Heri sis | Administrasi Sekolah · Web viewIde utama wacana adalah inti pembicaraan atau hal pokok yang dibicarakan dalam wacana yang disimak. Kemampuan menangkap

Materi PPG PGSD UMM

kesatuan pikiran/gagasan yang dituangkan dalam kalimat-kalimat yang bertalian membentuk sebuah gagasan.

Kesatuan gagasan mengacu pada pengertian bahwa satu paragraf hanya memuat satu gagasan utama. Hal itu ditunjukkan dengan kalimat-kalimat yang membangun paragraf tersebut secara bersama-sama menyatakan satu hal, satu tema tertentu. Dengan demikian, kalimat-kalimat tersebut berfungsi memperjelas ide pokok paragraf.

Kepaduan paragraf (koherensi) adalah kekompakan hubungan antara sebuah kalimat dengan kalimat yang lain yang membangun paragraf tersebut. Untuk menunjukkan saling hubungan antarkalimat tersebut dapat digunakan penanda hubungan, baik berupa pengulangan kata kunci (repetisi) atau kata yang dianggap penting dalam peragraf tersebut, maupun menggunakan kata gantinya. Selain itu juga dapat dilakukan dengan menggunakan kata transisi, baik yang menyatakan hubungan tambahan, pertentangan, perbandingan, akibat atau hasil,tujuan, singkatan, contoh, waktu, dan juga tempat. Contoh kata-kata atau frase transisi tersebutantara lain: lebih lagi, tambahan lagi, berikutnya, tetapi, namun, sebaliknya, sebagaimana, sama halnya, seperti, oleh karena itu, oleh sebab itu, jadi, untuk itu, agar, untuk maksud tersebut, ringkasnya, secara singkat, yakni, yaitu, setelah itu, sesudah itu, kemudian, selanjutnya, oleh sebab itu, dengan demikian, berdekatan dengan, tidak jauh dari, dan lain-lain.

Kelengkapan pengembangan paragraf mengacu pada bagaimana perincian dan urutan pikiran yang mengembangkan atau memperjelas gagasan utama (ide pokok) serta bagaimana hubungan antara ide pokok dan ide penjelas tersebut dalam paragraf. Penulis dapat merinci ide pokok ke dalam ide penjelas dengan menggunakan urutan berdasarkan urutan ruang, dimulai dari satu sudut tertentu berangsur-angsur bergerak ke sudut yang lain. Ia dapat juga menggunakan urutan waktu atau kronologis ataubisa juga menggunakan logis: sebab-akibat, umum-khusus, klimak, proses, dan sebagainya.

Contoh:Dua buah satuan waktu yang utama kita pakai sekarang ini adalah hari dan tahun. Kedua pengukuran waktu itu berasal dari ketentuan yang didasarkan pada gerakan yang dibuat oleh bumi. Cara bumi berputar pada sumbunya memberikan kepada kita hari-hari yang berdasarkan kedudukan matahari dipandang dari segi berpijak di bumi. Perjalanan yang ditempuh bumi berkeliling matahari memberikan kepada kita perhitungan tahun berdasarkan letak matahari dipandang dari arah bumi.

E.Sastra Anak1. Konsep Sastra Anak

Karya sastra merupakan refleksi dari kehidupan nyata sebagai hasil renungandari realita kehidupan yang dilihat. Sastra mengandung eksplorasi mengenai kebenaran kemanusiaan. Sastra juga menawarkan berbagai bentuk kisah yang merangsang pembaca untuk berbuat sesuatu. Apalagi pembacanya adalah anak-anak yang fantasinya baru berkembang dan menerima segala macam cerita terlepas dari cerita itu masuk akal atau tidak. Sebagai karya sastra tentulah berusaha menyampaikan nilai- nilai kemanusiaan, mempertahankan, serta menyebarluaskannya termasuk kepada anak-anak.

Pendalaman Materi BI SD 4 - 25

Page 26: Pembelajaran IPA - Heri sis | Administrasi Sekolah · Web viewIde utama wacana adalah inti pembicaraan atau hal pokok yang dibicarakan dalam wacana yang disimak. Kemampuan menangkap

Materi PPG PGSD UMM

Sesuai dengan sasaran pembacanya, sastra anak dituntut untuk dikemas dalam bentuk yang berbeda dari sastra orang dewasa hingga dapat diterima anak dan dipahami mereka dengan baik. Sastra anak merupakan pembayangan / pelukisan kehidupan anak yang imajinatif ke dalam bentuk struktur bahasa anak. Sastra anak merupakan sastra yang ditujukan untuk anak, bukan sastra tentang anak. Sastra tentang anak bisa saja isinya tidak sesuai untuk anak-anak, tetapi sastra untuk anak sudah tentu sengaja dan disesuaikan untuk anak-anak selaku pembacanya.

Dalam perkembangan dan pembentukan kepribadian, anak memerlukan segala informasi tentang dunia, tentang segala sesuatu yang ada dan terjadi di sekelilingnya. Anak juga ingin mengetahui berbagai informasi tentang apa saja yang dijangkau pikiranya. Informasi yang diperlukan dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti media cetak, media elektronika, dan buku bacaan, termasuk bacaan sastra. Namun, dalam usia yang masih sangat muda anak masih belum dapat memilih dan memilah bacaan sastra yang baik. Anak akan membaca apa saja bacaan yang ditemui dan menarik bagi dirinya, tak peduli sesuai atau tidak untuknya. Bacaan yang dikonsumsi anak tentu akan berpengaruh pada perkembangan sikap, mental, dan perilaku anak yang ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya anak akan meniru dari apa yang dilihat atau apa yang dibacanya.

2. Jenis Sastra AnakSastra yang dikonsumsi anak secara umum dapat berupa cerita maupun paparan

puisi. Ditinjau dari sasaran pembacanya, sastra anak dapat dibedakan antara sastra anak untuk sasaran pembaca kelas awal, menengah, dan kelas akhir atau kelas tinggi. Sastra anak secara umum meliputi (1) buku bergambar, (2) cerita rakyat, baik berupa cerita binatang, dongeng, legenda, maupun mite, (3) fiksi sejarah, (4) fiksi realistik, (5) fiksi ilmiah, (6) cerita fantasi, dan (7) biografi. Selain berupa cerita, sastra anak juga berupa puisi yang lebih banyak menggambarkan keindahan paduan bunyi kebahasaan, pilihan kata dan ungkapan, sementara isinya berupa ungkapan perasaan, gagasan, penggambaran obyek ataupun peristiwa yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak (Saryono, 2006).

Untuk mengetahui teks sastra yang sesuai perlu mempertimbangkan kesesuaiannya bagi tingkat perkembangan kognitif, tingkat perkembangan bahasa, maupun tingkat perkembangan moral anak. Untuk memahami apakah teks sastra untuk anak telah sesuai

dengan tingkat perkembangan anak yang perlu memperhatikan (1) format buku, (2) cara penulisan, (3) penyajian, (4) bahasa yang digunakan, dan (5) isi bacaan.

3. Apresiasi Sastra AnakApresiasi sastra adalah penghargaan terhadap karya sastra, sedangkan sastra anak-

anak merupakan karya yang dari segi bahasa memiliki nilai estetis dan dari segi isi mengandung nilai-nilai yang dapat memperkaya pengalaman ruhani bagi kalangan anak-anak. Saryono (2006:54) mengungkapkan bahwa sastra anak-anak adalah karya sastra (prosa, puisi, drama) yang isinya mengenai anak-anak; sesuai kehidupan, kesenangan, sifat-sifat, dan perkembangan anak-anak. Dengan demikian, sastra anak-anak dapat dikatakan bahwa suatu karya sastra yang bahasa dan isinya sesuai perkembangan usia dan kehidupan anak, baik ditulis oleh pengarang yang sudah dewasa, remaja atau oleh anak-anak itu sendiri. Karya

Pendalaman Materi BI SD 4 - 26

Page 27: Pembelajaran IPA - Heri sis | Administrasi Sekolah · Web viewIde utama wacana adalah inti pembicaraan atau hal pokok yang dibicarakan dalam wacana yang disimak. Kemampuan menangkap

Materi PPG PGSD UMM

sastra yang dimaksud bukan hanya yang berbentuk puisi dan prosa, melainkan juga bentuk drama.

Wardani (1981) membagi tingkatan apresiasi sastra ke dalam empat tingkatan sebagai berikut.a. Tingkat menggemari, yang ditandai oleh adanya rasa tertarik kepada buku-buku

sastra serta keinginan membacanya dengan sungguh-sungguh, anak melakukan kegiatan kliping sastra secara rapi, atau membuat koleksi pustaka mini tentang karya sastra dari berbagai bentuk.

b. Tingkat menikmati, yaitu mulai dapat menikmati cipta sastra karena mulai tumbuh pengertian, anak dapat merasakan nilai estetis saat membaca puisi anak-anak, atau mendengarakan deklamasi puisi/prosa anak-anak, atau menonton drama anak-anak.

c. Tingkat mereaksi yaitu mulai ada keinginan utuk menyatakan pendapat tentang cipta sastra yang dinikmati misalnya menulis sebuah resensi, atau berdebat dalam suatu diskusi sastra secara sederhana. Dalam tingkat ini juga termasuk keinginan untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sastra.

d. Tingkat produktif, yaitu mulai ikut menghasilkan ciptasastra di berbagai media masa seperti koran, majalah atau majalah dinding sekolah yang tersedia, baik dalam bentuk puisi, prosa atau drama.

Moody dan Leslie S. (dalam Wardani,1981) mengemukakan manfaat apresiasi sastra: (a) melatih keempat keterampilan berbahasa, (b) menambah pengetahuan tentang pengalaman hidup manusia seperti adat istiadat, agama, kebudayaan, dsb, (c) membantu mengembangkan pribadi, (d) membantu pembentukan watak, (e) memberi kenyamanan, (f) meluaskan dimensi kehidupan dengan pengalaman baru.

Ada beberapa pendekatan apresiasi sastra anak, di antaranya adalah pendekatan emotif, pendekatan edukatif atau didaktis, dan pendekatan analitis. Pendekatan emotif merupakan pendekatan yang berusaha menemukan unsur-unsur yang mengajuk emosi atau perasaan pembaca.Ajukan emosi itu berhubungan dengan keindahan penyajian bentuk maupun ajukan emosi yang berhubungan dengan isi atau gagasan yang lucu atau menarik” Sebagai contoh penerapan pendekatan emotif dalam mengapresiasi sastra ank secara reseptif, kita perhatikan puisi berikut.

Dalam termanguAku masih menyebut nama-MuBiar susah sungguhMengingat kau penu seluruh...........................................Jika kita cermati dan resapi larik demi larik puisi di atas akan terasa nilai keindahan

bentuknya, kususnya dari segi persamaan bunyi akhirnya. Pendekatan didaktis adalah suatu pendekatan yang berusaha menemukaan dan memahami gagasan, tanggapan, evaluatif maupun sikap pengarang terhadap kehidupan. Gagasan, tanggapan maupun sikap itu dalam hal ini akan mampu terwujud dalam suatu pandangan etis, filosofis, maupun agamis sehingga akan mampu memperkaya kehidupan rohaniah pembaca (Aminuddin, 1987).

Pendalaman Materi BI SD 4 - 27

Page 28: Pembelajaran IPA - Heri sis | Administrasi Sekolah · Web viewIde utama wacana adalah inti pembicaraan atau hal pokok yang dibicarakan dalam wacana yang disimak. Kemampuan menangkap

Materi PPG PGSD UMM

Sebagai contoh penerapan pendekatan didaktis dalam mengapresiasi sastra anak-anak di sekolah Dasar kita perhatikan dan baca penggalan bait puisi berikut secara saksama.

..................Pada hari Sabtu soreSesudah salat bersama ayah, ibu, nenekSaya dan kawan-kawankuPergi main layang-layangDi tanah lapang

Nasihat apa yang dapat diperoleh setelah membaca puisi di atas? Paling kurang ada tujuh macam: (1) sebagai anak sekolah hendaknya bermain-main pada pada Sabtu sore bukan Rabu sore, supaya semua PR dapat terselesaikan dengan baik, (2) hendaknya pergi bermain sesudah salat ashar, (3) kalau shalat diupayakan berjamaah dengan seisi rumah, (4) kalau pergi bermain jangan sendiri tetapi bersama kawan-kawan agar lebih asyik dan jika mengalami kecelakaan ada yang menolong, (5) biasakan hidup kebersamaan jangan biasakan hidup jalan sendiri (egois), (6) sebagai anak-anak perlu bermain jangan hanya belajar supaya perkembangan jiwanya normal, dan (7) jika bermain layangan kiranya di tanah lapang, bukan di jalan raya, berbahaya.

Pendekatan analitis merupakan pendekatan yang berupaya membantu pembaca memahami gagasan, cara pengarang menampilkan gagasan, sikap pengarang, unsur instrinsik dan hubungan antara elemen itu sehingga dapat membentuk keselarasan dan kesatuan dalam rangka terbentuknya totalitas bentuk dan maknanya. Aminuddin (2004) mengemukakan bahwa unsur dalam prosa atau cerita fiksi adalah tema, latar, alur, penokohan, dan titik pandang, dan gaya. Keenam unsur itulah yang dimanfaatkan oleh pengarang untuk membangun suatu cerita yang menyenangkan dan bermakna. Tema adalah pokok pembicaraan dalam sebuah cerita. Tentu saja pokok pembicaraan artau ide tersebut melandasi lahirnya karya sastra mulai dari awal sampai akhir. Plot merupakan cara pengarang menjalin kejadian-kejadian secara berentetan dengan memperhatikan hukum sebab akibat sehingga membentuk suatu kesatuan cerita yang yang utuh dan padu. Tokoh adalah pelaku cerita yang dapat berbentuk manusia ataubinatang yang terlibat dalam rangkaian peristiwa cerita. Pengarang mengembangkan karakter dalam cerita melalui keadaan pelaku, (penampilan), prilaku yang ditampilkan (lakuan), dari apa yang diucapkan (dialog), dari apa yang dipikirkan (monolog). Cara pengarang menampilkan pelaku beserta karakternya disebut penokohan.

Secara umum, pelaku dapat dikelompokkan atas pelaku utama dan pelaku tambahan. Pelaku utama adalah pelaku yang paling menonjol perannya, terlibat secara penuh dari awal hingga akhir peristiwa dalam cerita. Sedang pelaku tambahan adalah pelaku yang hanya muncul pada peristiwa tertentu. Di samping itu, ada cerita tertentu yang mempunyai tiga macam pelaku, yakni (a) pelaku protogonis yakni pelaku menampilkan berbagai sifat yang baik misalnya, bijaksana, penolong, dermawan, pemaaf dan sebagainya, (b) pelaku antagonis yakni pelaku yang aktif dalam beberapa peristiwa dengan menampilkan sifat-sifat yang berlawanan dengan sifat pelaku utama atau sifat jahat, misalnya misalnya: licik, khianat, bohong, serakah, dan sebagainya, (c) pelaku tritagonis adalah pelaku yang berfungsi melerai

Pendalaman Materi BI SD 4 - 28

Page 29: Pembelajaran IPA - Heri sis | Administrasi Sekolah · Web viewIde utama wacana adalah inti pembicaraan atau hal pokok yang dibicarakan dalam wacana yang disimak. Kemampuan menangkap

Materi PPG PGSD UMM

perseteruan antara pelaku antagonis dan pelaku protogonis. Setiap peristiwa atau perbuatan selalu berlangsung pada waktu, dan tempat tertentu. Waktu dan tempat berlangsungnya peristiwa disebut latar, baik berupa latar fisik maupun berupa latar sosial.

Cara penulis menyajikan peristiwa dalam cerita banyak ditentukan oleh sudut pandang yang digunakan. Sudut pandang adalah posisi penulis dalam cerita yang ditulisnya. Secara garis besar ada dua sudut pandang yang digunakan dalam menulis cerita (a) sudut pandang orang pertama atau gaya saya (aku atau kami) dan (b) sudut pandang orang ketiga atau gaya dia (manusia atau binatang), sedangkan Gaya merupakan teknik pengarang menyampakain gagasanya lewat cerita dengan untaian kalimat atau kata- kata yang khas. Berbicara tentang gaya pengarang dalam bercerita, ada yang bersifat lemah lembut, kata-kata yang indah, rangkaian kalimat yang penuh cinta kasih. Sebaliknya, ada pula yang bergaya keras, pemberontakan terhadap hal yang telah ada, ingin melihat perubahan sesuatu secara cepat atau secara revolusioner. Di samping itu, ada pula yang bergaya moderat, tidak terlalu lembut dan tidak terlalu keras dalam menyampaikan gagasannya.

Bahan BacaanAminuddin, 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Malang: FPBS.Ariani, Farida dkk. 2009. Pembelajaran Menyimak. Jakarta: Dirjen PMPTK.Anton, Moeliono dkk. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Diknas.Biggs, J & Telfer, R. (1981) The Process of Learning, Sydney : Prentice – Hall.Ellies, Arthur dkk. 1989. Elementary Arts Instructions. New Jersey: Prentice Hall.Halim, Amran. 1980. Politik Bahasa Nasional 2.Jakarta:Balai Pustaka. Harris, A.J. Sipay, E.R. 1980. How To Increase Reading Ability: A Giude to Development and

Remedial Methods: New York: Longman Inc.Kamidjan. 1996. Teori Membaca. Surabaya: JPBSI FPBS IKIP Surabaya.Keraf, Gorys. 1980.Komposisi. Flores:Nusa Indah.Mudini dan Salamat Purba. 2009. Pembelajaran Berbicara. Jakarta: Dirjen PMPTK.Pandawa, Nurhayati dkk. 2009. Pembelajaran Membaca. Jakarta: Dirjen PMPTK.Permendiknas. No.22. tentang Standar Isi. Jakarta: Diknas.Saryono, Djoko. 2006. Pengertian dan Ciri Sastra Anak. Malang: UMMSoedjitno. 1993. Menyimak. Malang: FPBS.Syafi’ie, Imam. 1999. Pengajaran Membaca di Kelas-kelas Awal Sekolah Dasar.

Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Pengajaran Bahasa Indonesia pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Dsampaikan pada Sidang Terbuka Senat Universitas Negeri Malang pada Tanggal 7 Desember 1999. Malang: Universitas Negeri Malang.

Syarif, Elina dkk. 2009. Pembelajaran Menulis. Jakarta: Dirjen PMPTK.Tarigan. 2002. Mendengarkan sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Angkasa: Bandung.Tompkins, G.E. dan Hoskisson, K. 1995. Language Arts: Content and Teaching Strategies.

Columbus, O.H.: Prentice Hall Inc.Zuchdi, Darmiati dan Budiasih. 1997. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas

Rendah. Jakarta: Depdikbud.

Pendalaman Materi BI SD 4 - 29