pembelajaran bahasa.doc

30
metPendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran Bahasa Kedua BAB I PENDAHULUAN A. Pendekatan, Metode dan Teknik Apakah yang dimaksud dengan metode? Edward Anthony (1963) mengungkapkan bahwa pendekatan merupakan beberapa asumsi dasar yang melatari pengertian tentang bahasa, pembelajaran, dan pengajaran. Artinya yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran bahasa dalam hal ini adalah sebuah asumsi yang mengungkapkan pengertian-pengertian dasar perihal bahasa, pembelajaran dan pengajaran yang kemudian dihubungkan menjadi sebuah pengertian dasar tentang Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa. Lebih lanjut Edward Anthony (1963) mengungkapkan bahwa Metode Pembelajaran Bahasa adalah rencana pembelajaran bahasa secara keseluruhan secara sistematis yang berdasarkan salah satu pendekatan pembelajaran dan pengajaran bahasa. Artinya berdasarkan kutipan di atas yang dimaksud dengan metode pembelajaran bahasa adalah suatu sistem perencanaan yang disusun secara sistematis dari awal sampai dengan evaluasi mengenai melaksanakan pengajaran dan pembelajaran bahasa di dalam kelas dengan berlandaskan satu pendekatan pengajaran dan pembelajaran bahasa tertentu. Masih menurut Edward Anthony (1963) mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan teknik pembelajaran bahasa ialah suatu aktivitas

description

ada

Transcript of pembelajaran bahasa.doc

Page 1: pembelajaran bahasa.doc

metPendekatan, Metode, dan Teknik Pembelajaran Bahasa Kedua

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Pendekatan, Metode dan Teknik

Apakah yang dimaksud dengan metode? Edward Anthony (1963) mengungkapkan bahwa

pendekatan merupakan beberapa asumsi dasar yang melatari pengertian tentang bahasa,

pembelajaran, dan pengajaran. Artinya yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran bahasa

dalam hal ini adalah sebuah asumsi yang mengungkapkan pengertian-pengertian dasar perihal

bahasa, pembelajaran dan pengajaran yang kemudian dihubungkan menjadi sebuah pengertian

dasar tentang Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa.

Lebih lanjut Edward Anthony (1963) mengungkapkan bahwa Metode Pembelajaran

Bahasa adalah rencana pembelajaran bahasa secara keseluruhan secara sistematis yang

berdasarkan salah satu pendekatan pembelajaran dan pengajaran bahasa. Artinya berdasarkan

kutipan di atas yang dimaksud dengan metode pembelajaran bahasa adalah suatu sistem

perencanaan yang disusun secara sistematis dari awal sampai dengan evaluasi mengenai

melaksanakan pengajaran dan pembelajaran bahasa di dalam kelas dengan berlandaskan satu

pendekatan pengajaran dan pembelajaran bahasa tertentu.

Masih menurut Edward Anthony (1963) mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan

teknik pembelajaran bahasa ialah suatu aktivitas yang secara khusus dan nyata yang

dimanifestasikan dalam suatu pola pembelajaran bahasa di dalam kelas sesuai dengan metode

yang digunakan juga sejalan dengan pendekatan pembelajaran dan pengajaran bahasa tertentu.

Dua abad berselang, Jack Richards dan Theodore Rodgers (1982, 1986) memodifikasi

teori yang diungkapkan oleh Edward Anthony. Istilah-istilah Anthony seperti Pendekatan,

Metode, dan Teknik diubah secara berurutan menjadi Pendekatan, Desain, dan Prosedur. Metode

menurut Richards dan Rodgers ialah payung teori yang spesifik dan hubungan antara teori dan

praktik. Pendekatan didefinisikan sebagai asumsi, kepercayaan mengenai teori dasar bahasa dan

pengajaran bahasa. Desain lebih khusus lagi adalah hubungan antara teori pengajaran di dalam

kelas terkait materi dan aktivitas. Prosedur ialah teknik dan latihan yang mendukung penerapan

dari pendekatan dan desain.

Page 2: pembelajaran bahasa.doc

Berdasarkan formula baru mereka, Richards dan Rogers membuat dua prinsip yang

berkontribusi pada pengertian kita tentang konsep sebuah metode:

1.      Konsep metode tersepesifikasi untuk kepentingan desain pengajaran bahasa yang sekarang

dibiarkan bias atau kabur. Konsep metode mereka terskema dengan enam faktor penting dari

desain; tujuan, silabus, kegiatan, peran pembelajar, peran pengajar, dan peran bahan ajar. Tiga

faktor terakhir memiliki menempati proporsi yang signifikan pada perhatian kita bersama secara

profesi selama sepuluh tahun terakhir atau lebih.

2.      Richard dan Rodger menyinggung kita yang pada akhirnya mengeluarkan gagasan yang terpisah,

terdefinisi, metode deskrit yang pada dasarnya merupakan unsur penting dari metodologi.

Dengan membantu kita untuk berpikir terstruktur dari pendekatan yang menjadi dasar bagi

desain pembelajaran bahasa kita, yang direalisasikan pada berbagai prosedur, kita bisa melihat

bahwa metode, karena kita masih menggunakan dan memahami istilah dan terlalu membatasi,

terlalu diprogram dan terlalu dikemas.

Seluruh konsep metode yang terpisah tidak lebih lama menjadi isu sentral dalam

pembelajaran bahasa secara praktis. Sebagai gantinya kita saat ini membuat referensi yang cukup

mengenai metodologi sebagai payung pemahaman, pemesanan jangka panjang sebuah metode

untuk sesuatu yang lebih khusus, teridentifikasi secara berkelompok dari teori yang cocok

sebagai teknik dalam kelas.

Jadi, rumusan Richard dan Rodger tentang konsep metode telah bertahan lama;

bagaimanapun juga mereka mencoba untuk memberikan sebuah makna baru terhadap

pemahaman di waktu lampau ke istilah lama yang tidak termasuk ke dalam literatur pedagogik.

Permasalahan lain ialah penggunaan istilah desain; sebagai gantinya kita lebih nyaman

dengan kurikulum atau silabus ketika kita yang maksudkan ialah fitur desain program bahasa.

B.     Metode Pemahaman atau Metode Tata Bahasa

“Metode ini sering disebut juga metode tradisional, sebab metode ini merupakan metode

yang paling tua” (Abidin, 2006:38). Walaupun metode ini adalah metode yang paling tua,

namun sampai saat ini metode ini masih digunakan di sekolah-sekolah atau kelas-kelas

pengajaran bahasa. Metode tata bahasa ini berdasarkan asumsi bahwa ada satu logika semesta

yang merupakan dasar semua bahasa di dunia ini dan bahwa tata bahasa adalah cabang dari

logika.

Ciri-ciri utama metode ini menurut Abidin (2006:38) adalah :

Page 3: pembelajaran bahasa.doc

1.      Tujuan belajar bahasa ialah untuk belajar bahasa agar mampu membaca sastra dalam bahasa

tersebut, metode ini bertujuan juga untuk memperoleh keuntungan disiplin mental dan

pengembangan intelektual.

2.      Memandang pengajaran bahasa sebagai penghafalan kaidah-kaidah dan fakta-fakta tentang tata

bahasa agar bisa diterapkan pada morfologi dan sintaksis.

3.      Penekanan pada membaca, mengarang, dan terjemahan.

4.      Seleksi kosakata khususnya berdasarkan teks-teks bacaan yang dipakai.

5.      Unit yang mendasar ialah kalimat.

6.      Tata bahasa diajarkan secara deduktif.

7.      Bahasa pertama digunakan sebagai bahasa pengantar dalam terjemahan, keterangan,

perbandingan dan penghafalan.

C.    Metode Langsung

Abidin (2006: 39) mengungkapkan bahwa asumsi metode langsung ini ialah “bahwa

proses belajar B2 sama dengan belajar B1, yakni penguasaan bahasa secara langsung dan intensif

dalam komunikasi.” Artinya untuk mencapai keberhasilan pembelajaran maka penggunaan B1

harus dihindari dan senantiasa menggunakan B2. Hal ini karena tujuan utama metode langsung

ini ialah penguasaan B2 secara lisan agar pelajar mampu berkomunikasi dalam B2. Lebih lanjut

Abidin (2006: 40) mengungkapkan langkah-langkah penyajian metode ini adalah sebagai berikut

:

1.      Pelajar mulai dengan dialog yang pendek dalam B2.

2.      Materi mula-mula disajikan secara lisan dengan gerakan-gerakan, isyarat-isyarat atau gambar-

gambar.

3.      Dilakukan tanya jawab berdasarkan dialog yang telah dilakukan.

4.      Tata bahasa diajarkan secara induktif, yakni dengan memberikan contoh yang merangsang

pelajar untuk mengambil kesimpulan.

5.      Kata-kata digunakan dalam percakapan dan pengimbuhannya diberikan pada pelajaran

selanjutnya.

6.      Para pelajar yang sudah maju diberikan bacaan yang menarik tetapi bacaan itu tidak dianalisis

secara struktural atau secara sistematis.

7.      Budaya yang relevan dengan B2 diajarkan secara induktif juga.

8.      Dalam melakukan kegiatan tersebut guru harus menghindari penggunaan bahasa pertama.

Page 4: pembelajaran bahasa.doc

D.    Metode Audiolingual

Abidin (2006: 43) mengungkapkan prinsip-prinsip pengajaran bahasa dengan

menggunakan metode audiolingual adalah :

a.       Pelajar harus menyimak, kemudian berbicara, membaca dan akhirnya mengarang.

b.      Tata bahasa harus disajikan dalam bentuk pola-pola kalimat atau dialog-dialog dengan topik

situasi sehari-hari.

c.       Drill harus mengikuti urutan operan conditioning. Harus ada pemberian hadiah.

d.      Semua unsur tata bahasa harus disajikan dari yang mudah ke yang sukar.

e.       Kemungkinan untuk membuat kesalahan memberika respon harus dihindari.

E.     Metode Guru Diam

Abidin (2006: 45) mengungkapkan “materi yang diambil dalam metode ini berdasarkan

struktur-struktur bahasa, bahasa ditinjau sebagai kelompok-kelompok bunyi yang dihubungkan

dengan makna-makna tertentu dan diatur menjadi kalimat-kalimat melalui aturan-aturan tata

bahasa.” Artinya tujuan metode ini adalah untuk melengkapi para pelajar dengan keterampilan

ber B2 secara lisan dan memperkuat kemampuan menyimak.

F.     Metode Sugestopedia

Suggestopedia merupakan suatu metode yang dikembangkan oleh ahli psikiatri Georgi

Lazanov. (dalam Abidin, 2006: 47). Belajar dengan metode ini mencoba untuk menghindarkan

norma-norma umumdan kendala-kendala yang lazim berlaku. Pelajar harus senantisa

menggunakan B2 dan tidak boleh membuat kesalahan. Untuk mencapai tujuan tersebut guru

harus berusaha menimba potensi yang ada pada diri siswa.Kriteria yang menentukan

keberhasilan program adalah :

1.      Prinsip penekanan yang kuat pana penikmatan dan penganggapan betapa mudahnya belajar.

2.      Prinsip perpaduan yang mutlak antara faktor-faktor sadar dan bawah sadar pelajar.

3.      Prinsip interaksi yang mesra dan hidup anata pelajar.

Penyajian yang tidak menggunakan kriteria di atas tidak pantas disebut suggestopedia.Tujuan

pengajaran B2 menurut metode ini adalah :

1.      Membimbing pelajar untuk mencapai kelancaran berbicara dalam tingkat lanjut secara tepat

2.      Memberi penguasaan kosakata yang mencapai jumlah yang cukup banyak.

3.      Menggunakan waktu pelajar secara maksimal.

  Materi metode ini :

Page 5: pembelajaran bahasa.doc

1.      penghafalan kosakata dan istilah dengan kaidah-kaidah tata bahasa yang mendasarinya.

2.      Penggunaan dialog-dialog yang relistis dan ulasan-ulasan dialog.

3.      Penggunaan Sketsa, dramatisasi, penceritaan cerita pendek, deklamasi, nyanyian dan perjalanan

ke lapangan dimana pelajar menggunakan B2.

4.      Penggunaan transkrip fonetik untuk kosakata, perkenalan bentuk kata dan pengguanaan

rekaman.

G.    Metode Respon Psikomotorik Secara Menyeluruh

Abidin (2006: 48) mengungkapkan bahwa metode ini dicetuskan oleh James J. Asher dari

Amerika. Langkah-langkah metode ini adalah :

1.      Empat minggu para mahasiswa mengalami periode diam di mana mereka tidak hanya menyimak

tetapi mereka mengerjakan segala macam tugas sesuai dengan intruksi pengajar.

2.      Penyajian menyimak setiap hari yang lamanya satu jam itu diikuti oleh 5 menit tanya jawab

yang dikerjakan dalam B1.

3.      Sesudah empat minggu para pelajar diberi pelajaran membaca.

4.      Sesudah tujuh minggu latihan menyimak kemudian membaca. Metode ini masih memiliki

kesamaan juga metode pemahaman.

H.    Metode Pendekatan Alamiah

Krashen memberikan pendapat tentang pemerolehan bahasa yang dialami orang dewasa

melaui dua jalur yaitu pemerolehan dan pembelajaran bahasa. “Pemerolehan bahasa adalah cara

yang alamiah untuk mengembangkan kemampuan berbahasa, dan ini suatu proses yang

dikerjakan dibawah sadar, sama seperti seorang anak tidak sadar bahwa ia belajar bahasa, yang ia

ketahui hanyalah ia berkomunikasi dengan orang lain. Pemeroleh bahasa merupakan proses

pemerolehan kaidah-kaidah bahasa secara tidak sadar.” (dalam Abidin, 2006: 51). Lebih lanjut

Abidin (2006: 51) mengungkapkan bahwa “Pembelajaran ialah proses pemerolehan bahasa

dengan mengetahui kaidah-kaidah tata bahasa.”

Sejalan dengan hal di atas Krashen (dalam Abidin, 2006: 51) mengungkapkan “Belajar

B2 secara formal tidak begitu efektif dalam mengembangkan kemampuan komunikatif B2. Jadi

belajar B2 terjadi secara sadar dan melibatkan pembetulan kesalahan dan pengahafalan aturan-

aturan tata bahasa.”

Page 6: pembelajaran bahasa.doc

Menurut teori ini, berbahasa atau berujar itu dirangsang oleh sistem pemerolehan. Kalau

kemamapuan berbahasa itu adalah hasil pemerolehan maka ujaran itu akan dilahirkan secara

lancar. Kalau kemampuan berbahasa dihasilkan lewat pembelajaran maka sebelum atau sesudah

ujaran terjadi sistem hasil belajar itu mengadakan pengecekan tentang kebenaran ujaran

itu.Pembelajaran bahasa secara sadar dan sengaja, pengetahuan tentang kaidah-kaidah tata

bahasa ini bertindak sebagai faktor pengecek atau monitor. Ada beberapa syarat bagi

penggunaan suatu monitor, yaitu, :

1.      Pembicara harus ada waktu yang cukup untuk berfikir tentang dan cara penggunaan kaidah-

kaidah tata bahasa itu.

2.      Orang yang berbahasa itu pikirannya tertumpu pada bentuk dan kebenaran secara tata bahasa.

3.      Orang yang berbicara itu harus tahu kaidah tata bahasa yang bersangkutan.

4.      Penggunaan monitor lebih sesuai untuk orang dewasa atau orang yang telah mencapai tahap

operasional formal yang biasa terjadi setelah pubertas. Sebaliknya pemeroleha bahasa kedua

lebih mudah dicapai pada tahap sebelum tahap operasional formal. Pemerolehan bahasa juga

ditentukan oleh bakat dan sikap. Dalam teori ini bahasa pertama tidak dianggap sebagai

penghabat kemampuan berbahasa kedua sebaliknya justru sebagai pengisi kekurangan-

kekurangan.

Page 7: pembelajaran bahasa.doc

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Definisi Pendekatan, Metode dan Teknik

Edward Anthony (1963, dalam Brown 2001: 14) mengungkapkan bahwa “Pendekatan

merupakan beberapa asumsi dasar yang melatari pengertian tentang bahasa, pembelajaran, dan

pengajaran.” Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat dmaknai bahwa pendekatan

pembelajaran bahasa adalah asumsi dasar yang mengungkapkan pengertian-pengertian dasar

perihal bahasa, pembelajaran dan pengajaran yang kemudian dihubungkan menjadi sebuah

pengertian dasar tentang Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa.

Lebih lanjut Edward Anthony (1963, dalam Brown, 2001: 14) mengungkapkan bahwa

“Metode pembelajaran bahasa adalah rencana pembelajaran bahasa secara keseluruhan secara

sistematis yang berdasarkan salah satu pendekatan pembelajaran dan pengajaran bahasa.”

Berdasarkan kutipan di atas penulis mengartikan metode pembelajaran bahasa adalah suatu

sistem perencanaan yang disusun secara sistematis dari awal sampai dengan evaluasi mengenai

melaksanakan pengajaran dan pembelajaran bahasa di dalam kelas dengan berlandaskan satu

pendekatan pengajaran dan pembelajaran bahasa tertentu.

Lebih lanjut Edward Anthony (1963, dalam Brown, 2001: 14) mengungkapkan “Teknik

pembelajaran bahasa ialah suatu aktivitas yang secara khusus dan nyata yang dimanifestasikan

dalam suatu pola pembelajaran bahasa di dalam kelas sesuai dengan metode yang digunakan

juga sejalan dengan pendekatan pembelajaran dan pengajaran bahasa tertentu.” Jadi, teknik

pembelajaran bahasa merupakan suatu cara nyata yang terwujud secara aktif di dalam kelas

dalam rangka mengajarkan bahasa kepada peserta didik, memiliki pola tertentu dan sejalan

dengan pendekatan serta metode yang digunakan atau dipilih oleh pengajar bahasa tersebut.

Beberapa abad setelah itu Jack Richards dan Theodore Rodgers (1982, 1986, dalam

Brown, 2001: 15) memodifikasi teori yang diungkapkan oleh Edward Anthony. Istilah-istilah

Anthony seperti Pendekatan, Metode, dan Teknik diubah secara berurutan menjadi Pendekatan,

Desain, dan Prosedur. Metode menurut Richards dan Rodgers (dalam Brown, 2001: 15) “ialah

payung teori yang spesifik dan hubungan antara teori dan praktik. Pendekatan didefinisikan

sebagai asumsi, kepercayaan mengenai teori dasar bahasa dan pengajaran bahasa. Desain lebih

Page 8: pembelajaran bahasa.doc

khusus lagi adalah hubungan antara teori pengajaran di dalam kelas terkait materi dan aktivitas.

Prosedur ialah teknik dan latihan yang mendukung penerapan dari pendekatan dan desain.”

Berdasarkan formula baru mereka, Richards dan Rogers membuat dua prinsip yang

berkontribusi pada pengertian kita tentang konsep sebuah metode:

1.      Konsep metode tersepesifikasi untuk kepentingan desain pengajaran bahasa yang sekarang

dibiarkan bias atau kabur. Konsep metode mereka terskema dengan enam faktor penting dari

desain; tujuan, silabus, kegiatan, peran pembelajar, peran pengajar, dan peran bahan ajar. Tiga

faktor terakhir memiliki menempati proporsi yang signifikan pada perhatian kita bersama secara

profesi selama sepuluh tahun terakhir atau lebih.

2.      Richard dan Rodger menyinggung kita yang pada akhirnya mengeluarkan gagasan yang terpisah,

terdefinisi, metode deskrit yang pada dasarnya merupakan unsur penting dari metodologi.

Dengan membantu kita untuk berpikir terstruktur dari pendekatan yang menjadi dasar bagi

desain pembelajaran bahasa kita, yang direalisasikan pada berbagai prosedur, kita bisa melihat

bahwa metode, karena kita masih menggunakan dan memahami istilah dan terlalu membatasi,

terlalu diprogram dan terlalu dikemas.

Seluruh konsep metode yang terpisah tidak lebih lama menjadi isu sentral dalam

pembelajaran bahasa secara praktis. Sebagai gantinya kita saat ini membuat referensi yang cukup

mengenai metodologi sebagai payung pemahaman, pemesanan jangka panjang sebuah metode

untuk sesuatu yang lebih khusus, teridentifikasi secara berkelompok dari teori yang cocok

sebagai teknik dalam kelas.

Jadi, rumusan Richard dan Rodger tentang konsep metode telah bertahan lama;

bagaimanapun juga mereka mencoba untuk memberikan sebuah makna baru terhadap

pemahaman di waktu lampau ke istilah lama yang tidak termasuk ke dalam literatur pedagogik.

Permasalahan lain ialah penggunaan istilah desain; sebagai gantinya kita lebih nyaman

dengan kurikulum atau silabus ketika kita yang maksudkan ialah fitur desain program bahasa.

B.     Metode Pemahaman atau Metode Tata Bahasa

“Metode ini sering disebut juga metode tradisional, sebab metode ini merupakan metode

yang paling tua” (Abidin, 2006: 38). Walaupun metode ini adalah metode yang paling tua,

namun sampai saat ini metode ini masih digunakan di sekolah-sekolah atau kelas-kelas

pengajaran bahasa. Metode tata bahasa ini berdasarkan asumsi bahwa ada satu logika semesta

Page 9: pembelajaran bahasa.doc

yang merupakan dasar semua bahasa di dunia ini dan bahwa tata bahasa adalah cabang dari

logika.

Ciri-ciri utama metode ini menurut Abidin (2006:38) adalah :

1.      Tujuan belajar bahasa ialah untuk belajar bahasa agar mampu membaca sastra dalam bahasa

tersebut, metode ini bertujuan juga untuk memperoleh keuntungan disiplin mental dan

pengembangan intelektual.

2.      Memandang pengajaran bahasa sebagai penghafalan kaidah-kaidah dan fakta-fakta tentang tata

bahasa agar bisa diterapkan pada morfologi dan sintaksis.

3.      Penekanan pada membaca, mengarang, dan terjemahan.

4.      Seleksi kosakata khususnya berdasarkan teks-teks bacaan yang dipakai.

5.      Unit yang mendasar ialah kalimat.

6.      Tata bahasa diajarkan secara deduktif.

7.      Bahasa pertama digunakan sebagai bahasa pengantar dalam terjemahan, keterangan,

perbandingan dan penghafalan.

Langkah-langkah pengajaran dengan metode ini menurut Abidin (2006: 39) adalah

sebagai berikut:

1.      Guru mulai dengan memberikan definisi, kaidah, bahasa kedua dengan bahasa pertama untuk

dihafal.

2.      Guru melatih pelajar dalam terjemahan kalimat-kalimat kemudian paragraf-paragraf.

3.      Guru memberikan daftar kosakata untuk dihafal.

4.      Guru memberikan pekerjaan rumah yang berupa persiapan terjemahan dari buku.

Kekuatan metode ini menurut Abidin (2006: 39) adalah:

1.      Para pelajar mahir menerjemahkan dari dan ke bahasa kedua.

2.      Para pelajar hafal kaidah-kaidah bahasa ke dua yang disampaikan dalam bahasa pertama.

Kelemahan metode ini menurut Abidin (2006: 39) adalah:

1.      Analisa tata bahasa membingungkan siswa karena rumitnya analisis.

2.      Terjemahan kalimat demi kalimat sering mengacaukan makna dalam kontek yang lebih luas.

3.      Para pelajar hanya mendapat satu ragam pembelajaran tertentu.

4.      Para pelajar menghafalkan kaidah-kaidah bahasa yang disajikan secara prespektif, yang mungkin

kaidah tersebut tidak berlaku dalam bahasa sehari-hari.

5.      Para pelajar sebenarnya tidak belajar menggunakan B2 tetapi membicarakan tentang B2 tersebut.

Page 10: pembelajaran bahasa.doc

C.    Metode Langsung

Abidin (2006: 39) mengungkapkan bahwa asumsi metode langsung ini ialah “bahwa

proses belajar B2 sama dengan belajar B1, yakni penguasaan bahasa secara langsung dan intensif

dalam komunikasi.” Artinya untuk mencapai keberhasilan pembelajaran maka penggunaan B1

harus dihindari dan senantiasa menggunakan B2. Hal ini karena tujuan utama metode langsung

ini ialah penguasaan B2 secara lisan agar pelajar mampu berkomunikasi dalam B2. Lebih lanjut

Abidin (2006: 40) mengungkapkan langkah-langkah penyajian metode ini adalah sebagai berikut

:

1.      Pelajar mulai dengan dialog yang pendek dalam B2.

2.      Materi mula-mula disajikan secara lisan dengan gerakan-gerakan, isyarat-isyarat atau gambar-

gambar.

3.      Dilakukan tanya jawab berdasarkan dialog yang telah dilakukan.

4.      Tata bahasa diajarkan secara induktif, yakni dengan memberikan contoh yang merangsang

pelajar untuk mengambil kesimpulan.

5.      Kata-kata digunakan dalam percakapan dan pengimbuhannya diberikan pada pelajaran

selanjutnya.

6.      Para pelajar yang sudah maju diberikan bacaan yang menarik tetapi bacaan itu tidak dianalisis

secara struktural atau secara sistematis.

7.      Budaya yang relevan dengan B2 diajarkan secara induktif juga.

8.      Dalam melakukan kegiatan tersebut guru harus menghindari penggunaan bahasa pertama.

Kekuatan metode ini menurut Abidin (2006: 40) adalah:

a.       Para pelajar terampil dalam menyimak

b.      Para pelajar mengetahui banyak kosakata

c.       Para pelajar memiliki lafal seperti penutur asli

d.      Para pelajar banyak mendapat latihan dalam bercakap-cakap.

Kelemahan metode ini menurut Abidin (2006: 40) ialah:

a.       Metode ini mempunyai prinsif yang mungkin hanya bisa diterima disekolah swasta yang jumlah

muridnya sedikit, dan tidak bisa diterapkan pada sekolah umum yang muridnya banyak.

b.      Metode ini menuntut para guru mampu berbicara seperti penutur asli.

c.       Metode ini mengandalkan kemahiran guru dalam menyajikan materi dan bukan buku-buku teks

yang baik.

Page 11: pembelajaran bahasa.doc

d.      Metode ini menghambat kemajuan siswa sebab banyak waktu yang terbuang dalam

menerangkan suatu konsep dalam B2.

e.       Sering terjadi salah penafsiran dalam B2.

f.        Metode ini terlalu membesar-besarkan persamaan antara pemerolehan B1 dan pemerolehan B2

dan tidak memperhatikan kenyataan-kenyataan keterbatasan dingding kelas.

D.    Metode Audiolingual

Abidin (2006: 43) mengungkapkan prinsip-prinsip pengajaran bahasa dengan

menggunakan metode audiolingual adalah :

a.       Pelajar harus menyimak, kemudian berbicara, membaca dan akhirnya mengarang.

b.      Tata bahasa harus disajikan dalam bentuk pola-pola kalimat atau dialog-dialog dengan topik

situasi sehari-hari.

c.       Drill harus mengikuti urutan operan conditioning. Harus ada pemberian hadiah.

d.      Semua unsur tata bahasa harus disajikan dari yang mudah ke yang sukar.

e.       Kemungkinan untuk membuat kesalahan memberika respon harus dihindari.

Lebih lanjut Abidin (2006: 44) mengungkapkan langkah-langkah penyajian materi

menurut strategi ini ialah:

a.       Penyajian dialog/bacaan pendek yang dibacakan guru berulang-ulang, pelajar menyimak dan

tidak melihat teks.

b.      Peniruan dan penghafalan dialog/bacaan pendek dengan tekink meniru setiap kalimat secara

serentak dan menghafalkan kalimat-kalimat tersebut.

c.       Penyajian pola-pola kalimat yang terdapat dalam dialog/bacaan pendek yang dianggap guru

sukar karena terdapat struktur atau ungkapan yang sukar. Ini dilatih dengan teknik drill untuk

struktur dan kosakata.

d.      Dramatisasi dari dialog/bacaan pendek yang sudah dilakukan di atas.

e.       Pembentukan kalimat-kalimat lain yang sesuai pola kalimat yang sudah diberikan

Kekuatan metode ini menurut Abidin (2006: 43) ialah:

a.       Para pelajar menjadi terampil dalam membuat pola-pola kalimat yang sudah di drill.

b.      Para pelajar mempunyai hafalan yang baik dan benar.

c.       Para pelajar tidak tinggal diam tetapi harus terus-menerus memberi respon pada rangsangan

guru.

Kelemahan metode ini menurut Abidin (2006: 43) ialah:

Page 12: pembelajaran bahasa.doc

a.       Para pelajar cenderung memberi respon secara serentak tanpa mengetahui makna apa yang

diucapkan.

b.      Para pelajar tidak diberi latihan dalam makna-makna lain dari kalimat-kalimat yang dilatih.

c.       Sebetulnya siswa tidak berperan aktif hanya memberi respon terhadap rangsangan guru.

Kesalahan-kesalahan dihindari dan dianggap dosa besar, oleh sebab itu siswa tidak

diperbolehkan berinteraksi secara lisan.

E.     Metode Guru Diam

Abidin (2006: 45) mengungkapkan “materi yang diambil dalam metode ini berdasarkan

struktur-struktur bahasa, bahasa ditinjau sebagai kelompok-kelompok bunyi yang dihubungkan

dengan makna-makna tertentu dan diatur menjadi kalimat-kalimat melalui aturan-aturan tata

bahasa.” Artinya tujuan metode ini adalah untuk melengkapi para pelajar dengan keterampilan

ber B2 secara lisan dan memperkuat kemampuan menyimak.

Langkah-lngkah penggunaan metode ini adalah menurut Abidin (2006: 45) ialah:

a.       Guru menyajikan satu butir bahasa hanya satu kali, dan memaksa pelajar menyimak dengan

baik. Guru tidak mengatakan apa-apa hanya menunjuk simbol yang terdapat pada papan tulis.

Pelajar mengucapkan simbol tersebut dan melafalkannya dengan keras dengan serentak

kemudian satu per satu.

b.      Guru menyajikan papan peraga yang kedua yang berisi kosakata yang dipilih guru berdasakan

kosakata sering digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari, misalnya menghitung 1-1000

dengan bahasa ke dua.

c.       Guru menggunakan tongkat yang berwarna-warni untuk mendorong para pelajar berbicara

Metode guru diam mempunyai kesamaan dengan metode audiolingual, namun ada juga

perbedaan yang menonjol.

F.     Metode Sugestopedia

Suggestopedia merupakan suatu metode yang dikembangkan oleh ahli psikiatri Georgi

Lazanov. (dalam Abidin, 2006: 47). Belajar dengan metode ini mencoba untuk menghindarkan

norma-norma umumdan kendala-kendala yang lazim berlaku. Pelajar harus senantisa

menggunakan B2 dan tidak boleh membuat kesalahan. Untuk mencapai tujuan tersebut guru

harus berusaha menimba potensi yang ada pada diri siswa. Kriteria yang menentukan

keberhasilan program adalah :

1.      Prinsip penekanan yang kuat pana penikmatan dan penganggapan betapa mudahnya belajar.

Page 13: pembelajaran bahasa.doc

2.      Prinsip perpaduan yang mutlak antara faktor-faktor sadar dan bawah sadar pelajar.

3.      Prinsip interaksi yang mesra dan hidup anata pelajar.

4.      Penyajian yang tidak menggunakan kriteria di atas tidak pantas disebut suggestopedia.Tujuan

pengajaran B2 menurut metode ini adalah :

5.      Membimbing pelajar untuk mencapai kelancaran berbicara dalam tingkat lanjut secara tepat

6.      Memberi penguasaan kosakata yang mencapai jumlah yang cukup banyak.

7.      Menggunakan waktu pelajar secara maksimal.

Lebih lanjut Abidin (2006: 48) mengungkapkan materi dalam metode ini ialah:

1.      penghafalan kosakata dan istilah dengan kaidah-kaidah tata bahasa yang mendasarinya.

2.      Penggunaan dialog-dialog yang relistis dan ulasan-ulasan dialog.

3.      Penggunaan Sketsa, dramatisasi, penceritaan cerita pendek, deklamasi, nyanyian dan perjalanan

ke lapangan dimana pelajar menggunakan B2.

4.      Penggunaan transkrip fonetik untuk kosakata, perkenalan bentuk kata dan pengguanaan

rekaman.

Langkah-langkah metode ini menurut Abidin (2006: 48) ialah:

1.      Lima hari pertama disediakan untuk pekerjaa lisan dengan materi dialog atau cerita pendek.

2.      Pada hari keenam dan seterusnya tekanan diberikan pada menyimak dan berbicara.

3.      Siklus metode ini mulai dari ulasan materi, penyajian materi dengan keterampilan tata bahasa

yang relevan serta terjemahan, dan penyajian waktu satu jam untuk pertemuan santai.

Kekuatan Metode ini menurut Abidin (2006: 49) ialah:

1.      Jumlah pelajar yang maksimum 12 orang menambah suasana santai seakan-akan pelajar tidak

ada di dalam kelas.

2.      Pelajar mampu belajar dengan cepat B2 secara umum khususnya kosakata.

3.      Para pelajar memupuk kerja sama yang kuat antara mereka sendiri dan saling tolong menolong

dalam semua pelajaran yang diberikan.

4.      Penggunaan rekaman selama tidur dianggap menambah kemajuan penggunaan B2.

5.      Para pelajar mempunyai perasaan harga diri yang tinggi dan sikap positif terhadap B2.

Kelemahan Metode ini menurut Abidin (2006: 49) ialah:

1.      Metode ini tidak berbeda dengan metode-metode sebelumnya.

Page 14: pembelajaran bahasa.doc

2.      Teknik mendengarkan rekaman waktu tidur belum terbukti menambah keterampilan siswa

dengan lebih cepat.

3.      Teori ini tidak diterima oleh semua orang.

4.      Penyelenggaraan kegiatan belajar dengan metode ini sangat mahal.

Cara evaluasi sukar dilaksanakan dengan tes sumatif dan tes formatif, sedang dengan

pengamatan cenderung subjektif.

G.    Metode Respon Psikomotorik Secara Menyeluruh

Abidin (2006: 50) mengungkapkan bahwa metode ini dicetuskan oleh James J. Asher dari

Amerika. Langkah-langkah metode ini adalah :

1.      Empat minggu para mahasiswa mengalami periode diam di mana mereka tidak hanya menyimak

tetapi mereka mengerjakan segala macam tugas sesuai dengan intruksi pengajar.

2.      Penyajian menyimak setiap hari yang lamanya satu jam itu diikuti oleh 5 menit tanya jawab

yang dikerjakan dalam B1.

3.      Sesudah empat minggu para pelajar diberi pelajaran membaca.

4.      Sesudah tujuh minggu latihan menyimak kemudian membaca. Metode ini masih memiliki

kesamaan juga metode pemahaman.

Kekuatan Metode ini menurut Abidin (2006: 51) ialah sebagai berikut.

1.      Metode ini memungkinkan kebermaknaan dalam belajar B2.

2.      Penundaan berbicara sampai pelajar cukup mengenal dan mengerti B2 memungkinkan

kepercayaan diri pelajar.

3.      Metode ini memberikan tempat yang wajar bagi menyimak yang selama ini kurang diperhatikan.

4.      Akan dapat membantu tercapainya kemampuan belajar yang menajadi tujuan pembelajaran B2

di Indonesia.

5.      Penekanan pada pemahaman dalam metode ini dapat digabungkan dengan metode komunikatif.

Kelemahan metode ini menurut Abidin (2006: 51) ialah sebagai berikut.

1.      Memerlukan waktu yang cukup banyak dalam kurikulum untuk mengembangbiakan pemahaman

B2.

2.      Penerapan metode ini menuntut guru yang mampu berbicara B2 dengan baik dan benar secara

makna dan sesuai dengan situasi-situasi berbicara secara wajar.

3.      Fasilitas untuk menerapkan metode ini sangat terbatas.

H.    Metode Pendekatan Alamiah

Page 15: pembelajaran bahasa.doc

Krashen (Abidin, 2006: 53) memberikan pendapat tentang pemerolehan bahasa yang

dialami orang dewasa melaui dua jalur yaitu pemerolehan dan pembelajaran bahasa.

“Pemerolehan bahasa adalah cara yang alamiah untuk mengembangkan kemampuan berbahasa,

dan ini suatu proses yang dikerjakan dibawah sadar, sama seperti seorang anak tidak sadar

bahwa ia belajar bahasa, yang ia ketahui hanyalah ia berkomunikasi dengan orang lain.

Pemeroleh bahasa merupakan proses pemerolehan kaidah-kaidah bahasa secara tidak sadar.”

(dalam Abidin, 2006: 54). Lebih lanjut Abidin (2006: 54) mengungkapkan bahwa “Pembelajaran

ialah proses pemerolehan bahasa dengan mengetahui kaidah-kaidah tata bahasa.”

Sejalan dengan hal di atas Krashen (dalam Abidin, 2006: 54) mengungkapkan “Belajar

B2 secara formal tidak begitu efektif dalam mengembangkan kemampuan komunikatif B2. Jadi

belajar B2 terjadi secara sadar dan melibatkan pembetulan kesalahan dan pengahafalan aturan-

aturan tata bahasa.”

Menurut teori ini, berbahasa atau berujar itu dirangsang oleh sistem pemerolehan. Kalau

kemamapuan berbahasa itu adalah hasil pemerolehan maka ujaran itu akan dilahirkan secara

lancar. Kalau kemampuan berbahasa dihasilkan lewat pembelajaran maka sebelum atau sesudah

ujaran terjadi sistem hasil belajar itu mengadakan pengecekan tentang kebenaran ujaran

itu.Pembelajaran bahasa secara sadar dan sengaja, pengetahuan tentang kaidah-kaidah tata

bahasa ini bertindak sebagai faktor pengecek atau monitor. Ada beberapa syarat bagi

penggunaan suatu monitor, yaitu:

1.      Pembicara harus ada waktu yang cukup untuk berfikir tentang dan cara penggunaan kaidah-

kaidah tata bahasa itu.

2.      Orang yang berbahasa itu pikirannya tertumpu pada bentuk dan kebenaran secara tata bahasa.

3.      Orang yang berbicara itu harus tahu kaidah tata bahasa yang bersangkutan.

4.      Penggunaan monitor lebih sesuai untuk orang dewasa atau orang yang telah mencapai tahap

operasional formal yang biasa terjadi setelah pubertas. Sebaliknya pemeroleha bahasa kedua

lebih mudah dicapai pada tahap sebelum tahap operasional formal. Pemerolehan bahasa juga

ditentukan oleh bakat dan sikap. Dalam teori ini bahasa pertama tidak dianggap sebagai

penghabat kemampuan berbahasa kedua sebaliknya justru sebagai pengisi kekurangan-

kekurangan. (Abidin, 2006: 56).

Page 16: pembelajaran bahasa.doc

BAB III

SIMPULAN

Edward Anthony (1963) mengungkapkan bahwa pendekatan merupakan beberapa asumsi

dasar yang melatari pengertian tentang bahasa, pembelajaran, dan pengajaran. Artinya yang

dimaksud dengan pendekatan pembelajaran bahasa dalam hal ini adalah sebuah asumsi yang

mengungkapkan pengertian-pengertian dasar perihal bahasa, pembelajaran dan pengajaran yang

kemudian dihubungkan menjadi sebuah pengertian dasar tentang Pengajaran dan Pembelajaran

Bahasa.

Edward Anthony (1963) mengungkapkan bahwa Metode Pembelajaran Bahasa adalah

rencana pembelajaran bahasa secara keseluruhan secara sistematis yang berdasarkan salah satu

pendekatan pembelajaran dan pengajaran bahasa. Artinya berdasarkan kutipan di atas yang

dimaksud dengan metode pembelajaran bahasa adalah suatu sistem perencanaan yang disusun

secara sistematis dari awal sampai dengan evaluasi mengenai melaksanakan pengajaran dan

pembelajaran bahasa di dalam kelas dengan berlandaskan satu pendekatan pengajaran dan

pembelajaran bahasa tertentu.

Edward Anthony (1963) mengungkapkan bahwa yang dimaksud dengan teknik

pembelajaran bahasa ialah suatu aktivitas yang secara khusus dan nyata yang dimanifestasikan

dalam suatu pola pembelajaran bahasa di dalam kelas sesuai dengan metode yang digunakan

juga sejalan dengan pendekatan pembelajaran dan pengajaran bahasa tertentu.

Jack Richards dan Theodore Rodgers (1982, 1986) memodifikasi teori yang diungkapkan

oleh Edward Anthony. Istilah-istilah Anthony seperti Pendekatan, Metode, dan Teknik diubah

secara berurutan menjadi Pendekatan, Desain, dan Prosedur. Metode menurut Richards dan

Rodgers ialah payung teori yang spesifik dan hubungan antara teori dan praktik. Pendekatan

didefinisikan sebagai asumsi, kepercayaan mengenai teori dasar bahasa dan pengajaran

bahasa. Desain lebih khusus lagi adalah hubungan antara teori pengajaran di dalam kelas terkait

materi dan aktivitas. Prosedur ialah teknik dan latihan yang mendukung penerapan dari

pendekatan dan desain.

Metode tata bahasa ini berdasarkan asumsi bahwa ada satu logika semesta yang

merupakan dasar semua bahasa di dunia ini dan bahwa tata bahasa adalah cabang dari logika.

Page 17: pembelajaran bahasa.doc

Asumsi metode langsung ini ialah “bahwa proses belajar B2 sama dengan belajar B1,

yakni penguasaan bahasa secara langsung dan intensif dalam komunikasi.”

Prinsip-prinsip pengajaran bahasa dengan menggunakan metode audiolingual adalah :

a.       Pelajar harus menyimak, kemudian berbicara, membaca dan akhirnya mengarang.

b.      Tata bahasa harus disajikan dalam bentuk pola-pola kalimat atau dialog-dialog dengan topik

situasi sehari-hari.

c.       Drill harus mengikuti urutan operan conditioning. Harus ada pemberian hadiah.

d.      Semua unsur tata bahasa harus disajikan dari yang mudah ke yang sukar.

e.       Kemungkinan untuk membuat kesalahan memberika respon harus dihindari.

Dalam metode diam materi yang diambil dalam metode ini berdasarkan struktur-struktur

bahasa, bahasa ditinjau sebagai kelompok-kelompok bunyi yang dihubungkan dengan makna-

makna tertentu dan diatur menjadi kalimat-kalimat melalui aturan-aturan tata bahasa. Artinya

tujuan metode ini adalah untuk melengkapi para pelajar dengan keterampilan ber B2 secara lisan

dan memperkuat kemampuan menyimak.

Langkah-lngkah penggunaan metode diam adalah:

a.       Guru menyajikan satu butir bahasa hanya satu kali, dan memaksa pelajar menyimak dengan

baik. Guru tidak mengatakan apa-apa hanya menunjuk simbol yang terdapat pada papan tulis.

Pelajar mengucapkan simbol tersebut dan melafalkannya dengan keras dengan serentak

kemudian satu per satu.

b.      Guru menyajikan papan peraga yang kedua yang berisi kosakata yang dipilih guru berdasakan

kosakata sering digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari, misalnya menghitung 1-1000

dengan bahasa ke dua.

c.       Guru menggunakan tongkat yang berwarna-warni untuk mendorong para pelajar berbicara

Metode guru diam mempunyai kesamaan dengan metode audiolingual, namun ada juga

perbedaan yang menonjol.

Belajar dengan metode sugestopedia mencoba untuk menghindarkan norma-norma umum

dan kendala-kendala yang lazim berlaku. Pelajar harus senantisa menggunakan B2 dan tidak

boleh membuat kesalahan. Untuk mencapai tujuan tersebut guru harus berusaha menimba

potensi yang ada pada diri siswa. Kriteria yang menentukan keberhasilan program adalah :

1.      Prinsip penekanan yang kuat pana penikmatan dan penganggapan betapa mudahnya belajar.

2.      Prinsip perpaduan yang mutlak antara faktor-faktor sadar dan bawah sadar pelajar.

Page 18: pembelajaran bahasa.doc

3.      Prinsip interaksi yang mesra dan hidup anata pelajar.

4.      Penyajian yang tidak menggunakan kriteria di atas tidak pantas disebut suggestopedia.Tujuan

pengajaran B2 menurut metode ini adalah :

5.      Membimbing pelajar untuk mencapai kelancaran berbicara dalam tingkat lanjut secara tepat

6.      Memberi penguasaan kosakata yang mencapai jumlah yang cukup banyak.

7.      Menggunakan waktu pelajar secara maksimal.

Metode Respon Psikomotorik Secara Menyeluruh dicetuskan oleh James J. Asher dari

Amerika. Langkah-langkah metode ini adalah :

1.      Empat minggu para mahasiswa mengalami periode diam di mana mereka tidak hanya menyimak

tetapi mereka mengerjakan segala macam tugas sesuai dengan intruksi pengajar.

2.      Penyajian menyimak setiap hari yang lamanya satu jam itu diikuti oleh 5 menit tanya jawab

yang dikerjakan dalam B1.

3.      Sesudah empat minggu para pelajar diberi pelajaran membaca.

4.      Sesudah tujuh minggu latihan menyimak kemudian membaca. Metode ini masih memiliki

kesamaan juga metode pemahaman.

Menurut teori Krashen, berbahasa atau berujar itu dirangsang oleh sistem pemerolehan.

Kalau kemamapuan berbahasa itu adalah hasil pemerolehan maka ujaran itu akan dilahirkan

secara lancar. Kalau kemampuan berbahasa dihasilkan lewat pembelajaran maka sebelum atau

sesudah ujaran terjadi sistem hasil belajar itu mengadakan pengecekan tentang kebenaran ujaran

itu.Pembelajaran bahasa secara sadar dan sengaja, pengetahuan tentang kaidah-kaidah tata

bahasa ini bertindak sebagai faktor pengecek atau monitor. Ada beberapa syarat bagi

penggunaan suatu monitor, yaitu:

1.         Pembicara harus ada waktu yang cukup untuk berfikir tentang dan cara penggunaan kaidah-

kaidah tata bahasa itu.

2.         Orang yang berbahasa itu pikirannya tertumpu pada bentuk dan kebenaran secara tata bahasa.

3.         Orang yang berbicara itu harus tahu kaidah tata bahasa yang bersangkutan.

4.         Penggunaan monitor lebih sesuai untuk orang dewasa atau orang yang telah mencapai tahap

operasional formal yang biasa terjadi setelah pubertas. Sebaliknya pemeroleha bahasa kedua

lebih mudah dicapai pada tahap sebelum tahap operasional formal. Pemerolehan bahasa juga

ditentukan oleh bakat dan sikap. Dalam teori ini bahasa pertama tidak dianggap sebagai

Page 19: pembelajaran bahasa.doc

penghabat kemampuan berbahasa kedua sebaliknya justru sebagai pengisi kekurangan-

kekurangan.

 DAFTAR PUSTAKA

 Abidin, Yunus. (2006). Perspektif dan Prinsip-Prinsip Pembelajaran Bahasa. Tasikmalaya: HZAA

Press. 

Abidin, Yunus. (2006). Terampil Menulis Karya Ilmiah di Perguruan Tinggi. Tasikmalaya: HZAA Press.

Brown, H. Douglas. (2001). Teaching by Principle. San Fransisco: San Fransisco of University.  Diposkan oleh Adita Widara Putra di 13:07 Kirimkan In