pembangunan politik

6
 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan Kondisi parlemen Indonesia pasca reformasi telah mencapai bentuk parlemen yang lebih baik daripada bentuk parlemen pada masa orde lama dan orde baru. Namun kekurangan-kekurangan masih terdapat dalam bentuk parlemen kita. Kekurangan itu dapat kita lihat dalam proses pemilihan legislatif tingkat daerah maupun tingkat pusat. Dimana banyak kelompok kepentingan yang kecewa ketika calon pilihan mereka tidak terpilih dalam pemilihan legislatif tersebut. Mereka kesal dan marah ketika melihat hasil pemilu legislatif tersebut dan menyalahkan semua pihak terutama Komisi Pemilihan Umum KPU! dengan menanamkan isu-isu politik demi mencapai tu"uan kelompok mereka#enomena politik seperti itu sering sekali ter"adi di Indonesia. Ko ndisi parlemen seperti itu$ muncullah tanggapan-tanggapan negatif yang dikel uarkan oleh masyarakat bahwa tidak ada parlemen di Indonesia yang bersih$ adil$ dan "u"ur. %pini masyarak at yang seperti itu dapat merusak demokrasi pancasila yang selama ini kita "aga kemurnian nya dan di"un"ung tinggi oleh leluhur kita. Maka tidak ada lagi kepercayaan rakyat Indonesia terhadap parlemen dan selalu ber&kir negatif terhadap "alannya pemerintahan di Indonesia. Masyarakat mengharapkan adanya pemimpin yang benar-benar memperhatikan kese"ahteraan rakyat bukan sebaliknya. 'anyak kelompok kepentingan atau partai politik yang lebih mementingkan kepentingan partai( kelompoknya. )umlah partai yang semakin banyak tidak lagi menampung aspirasi masyarakat secara keseluruhan dalam mengharapkan partisipasi politik dari masyarakat yang benar-benar sadar akan pentingnya suara mereka dalam mensukseskan pemilu tersebut. Partai politik yang memainkan perannya sebagai agen untuk mempengaruhi suara

description

politik

Transcript of pembangunan politik

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangDengan Kondisi parlemen Indonesia pasca reformasi telah mencapai bentuk parlemen yang lebih baik daripada bentuk parlemen pada masa orde lama dan orde baru. Namun kekurangan-kekurangan masih terdapat dalam bentuk parlemen kita. Kekurangan itu dapat kita lihat dalam proses pemilihan legislatif tingkat daerah maupun tingkat pusat. Dimana banyak kelompok kepentingan yang kecewa ketika calon pilihan mereka tidak terpilih dalam pemilihan legislatif tersebut. Mereka kesal dan marah ketika melihat hasil pemilu legislatif tersebut dan menyalahkan semua pihak terutama Komisi Pemilihan Umum (KPU) dengan menanamkan isu-isu politik demi mencapai tujuan kelompok merekaFenomena politik seperti itu sering sekali terjadi di Indonesia.Kondisi parlemen seperti itu, muncullah tanggapan-tanggapan negatif yang dikeluarkan oleh masyarakat bahwa tidak ada parlemen di Indonesia yang bersih, adil, dan jujur. Opini masyarakat yang seperti itu dapat merusak demokrasi pancasila yang selama ini kita jaga kemurniannya dan dijunjung tinggi oleh leluhur kita. Maka tidak ada lagi kepercayaan rakyat Indonesia terhadap parlemen dan selalu berfikir negatif terhadap jalannya pemerintahan di Indonesia.Masyarakat mengharapkan adanya pemimpin yang benar-benar memperhatikan kesejahteraan rakyat bukan sebaliknya. Banyak kelompok kepentingan atau partai politik yang lebih mementingkan kepentingan partai/ kelompoknya. Jumlah partai yang semakin banyak tidak lagi menampung aspirasi masyarakat secara keseluruhan dalam mengharapkan partisipasi politik dari masyarakat yang benar-benar sadar akan pentingnya suara mereka dalam mensukseskan pemilu tersebut. Partai politik yang memainkan perannya sebagai agen untuk mempengaruhi suara rakyat saat pemilu, dengan mengiming-imingkan sejumlah uang agar dapat merelakan pilihan rakyat terhadap pilihan yang merekapun tidak mengerti negara mereka ini akan mau dibawa kemana, sungguh suatu pembodohan yang jelas dapat kita perhatikan apabila kita melihat fenomena politik tersebut dengan kaca mata ilmu sosial dan politik. Money politic, serangan fajar, pemetaan suara, begitulah istilah yang biasa mereka sebut untuk memudahkan tujuan yang ingin mereka capai. Begitu juga dalam perolehan dana yang mereka dapatkan untuk membiayai proses pemilihan, apakah dana untuk kampanye, pendaftaran calon, dan alokasi dana yang lain untuk memenangkan proses pemilihan tersebut. Bisa dikatakan bahwa segala cara yang dilakukan oleh masing-masing partai untuk memenangkan calon pilihan mereka

B. MasalahMasalah yang di ambil dari latar belakang tersebut adalah :Adakah munculnya golongan baru dalam perebutan kekuasaan pemerintahan khususnya di Mauluku maupun kota Ambon?

C. TujuanMengatahui adakah muncul golongan baru dalam perebuan kekuasaan pemerintahan, khususnya yang di Maluku maupun kota Ambon?

BAB IIISI

Pembahasan

Kalau melihat sekilas tentang parlemen Indonesia, tampak bahwa Indonesia adalah negara yang demokratis, bebas mengeluarkan pendapat, pers secara leluasa menyiarkan berita terkait tentang pemerintahan terlepas dari baik dan buruknya, serta jaminan keselamatan seseorang dalam mengeluarkan kritik dan sarannya terhadap jalannya pemerintahan. Namun negara ini masih tetap terjajah oleh para pemegang kekuasaan.Sistem pemilihan parlemen yang masih dianut oleh negara Indonesia dengan mengandalkan partai-partai politik yang ada untuk menjadi partisipan dalam mencalonkan menjadi anggota parlemen, menjadikan lembaga pemerintahan itu menjadi ajang perebutan kekuasaan oleh antek-antek para penguasa yang menginginkan kekuasaan tanpa batas. Karena sesuai dengan konsep kekuasaan yang bisa dijadikan acuan yaitupower tends to corrupt, absolute power corrupt absolutely, tampak jelas bahwa setiap orang yang memiliki kekuasaan cenderung menyalahkan kekuasaannya, kekuasaan mutlak sudah dipastikan menyalahkan kekuasaanya.Adapun yang namanya muncul golongan-golongan baru yang terdapat dalam perebutan kekuasaan pemerintahan yang terjadi di Indonesia. Golangan baru yang terdapat di daerah-daerah yang merupakan kepercayaan masyarat dalam menanggung aspirasi masyarakat setempat. Golang-golanga tersebutlah yang menjadi dipercayai masyarakat sebagai pemimpin yang akan mensejahterakan kehidupan rakayat. Dimana masyarakat memberikan kepercayaan seutuhnyakepada golongan-golang tersebut. Salah satu contohnya adalah golongan kiyai yang terdapat di Madura, yang merupakan kepercayaan masyarakat Madura, yang mampu menjadi pemimpin di Madura. Golongan-golongan orang tersebutlah yang dipercai masyarakat sebagai pemimpin.

Namun setiap daerah memiliki perbedaan dalam berfikir, lain hal yang terjadi di Maluku. Maluku dengan Ambon Sebagai Ibu kota, memiliki cara tersendiri dalam memilih pemimpin bagi daerah tersebut. Maluku sebelum pernah terjadi perang anatar Agama yang menewaskan banyak masyarakat. Akibat dari insiden tersebutlah, maka timbul cara pemilihan pemimpin yang terdapat di Maluku.

Pemilihan pemimipin atau kepala daerah masih merupakan anggota atau merupakan bagian dari politisi, namun yang lebih ditekankan adalah para calon pemimpin. Cotohnya saja, apabila pada saat pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur maupun pemilihan Walikota maupun wakil Walikota, dimana apabila Seorang Gubernur maupun Walikota yang mencalonkan diri beragama Islama maka, Sang wakil Gubernur maupun wakil Walikota haruslah Bergama Kristen, maupun sebaliknya Seorang Gubernur maupun Walikota yang mencalonkan diri beragama Kristen maka, Sang wakil Gubernur maupun wakil Walikota haruslah Bergama Islam. Itulah bagaimana sistem pemilihan pemerintahan di Maluku maupun Kota Ambon yang merupakan akibat dari insiden perang antar agam yang terjadi Maluku seingga tidak terjadi kecemburuan antar agama yang mengatakan bahwa pemimpin yang ini lebih memihak ke agama yang ini maupun pada agama yang ini, sehingga terjadi keharmonisan antar umat beragama.

BAB IIIPenutup

Kesimpulan

Di maluku tidak terdapat munculnya golongan baru dalam perebutan kekuasaan melainkan bagaimana cara pemilihan atau menetapkan calon pemimpin yang akan menjabat sebagai Gubernur dan wakil Gubernur maupun pemilihan calon Walikota maupun wakil Walikota sehingga terjadi keharmonisan dalam masyarakat maupun umat beragama yang terdapat di Maluku, Kota Ambon

Saran

Kita sebagai umat Bergama seharusnya dapat hidup dengan rukun, karena setiap agama selalu mengajarkan hal-hal yang baik, dan tidak peduli beragama apapun pemimpin yang akan menjabat kita sebagai umat beragama harus hidup denga rukun. Asalakan pemimpin tersebut menjalakan tugas dan tanggujawabnya sesuai dan tidak meyalahi aturan masyarakat akan lebih sejahtera

MAKALAHPEMBANGUNAN POLITIK

OLEHNama: Hanifa Mutia MaRifah HukomNPP: 23.1748KELAS: F- Nindya Praja

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERIKAMPUS SULAWESI SELATANTAHUN 2015