Pembahasann
-
Upload
sitisaadah -
Category
Documents
-
view
42 -
download
2
description
Transcript of Pembahasann
“Pendinginan dengan Es (Icing)”
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Proses pembusukan ikan dapat terjadi karena perubahan akibat aktivitas enzim-enzim
tertentu yang terdapat di dalam tubuh, aktivitas bakteri dan mikroorganisme lain atau karena
proses oksidasi lemak oleh udara. Biasanya aktivitas penyebab pembusukan diatas dapat
dikurangi atau dihentikan sama sekali apabila suhu lingkungan diturunkan, misalnya dengan
menggunakan suhu rendah.
Teknologi yang sudah banyak diterapkan untuk mendinginkan ikan adalah pembekuan
dengan es (icing), yaitu mencampur ikan dan es dengan proporsi 1: 2. Untuk perikanan tangkap,
cara itu harus dilakukan sejak ditangkap dan dimasukkan ke kapal. Artinya, es mutlak harus
dibawa saat nelayan berangkat melaut. Kapal besar dan modern biasanya punya unit pendinginan
(bahkan unit pembekuan) sehingga tidak harus membawa es dari darat.
Agar sistem rantai dingin dapat berjalan dengan baik, sarana untuk mempertahankan suhu
ikan agar tetap di bawah 4ºC mutlak adanya. Sarana itu meliputi palka berinsulasi, kotak
pendingin (cool box), pemecah es, sarana distribusi berpendingin, sarana pengeceran, dan
sebagianya. Kebutuhan itu sulit dihitung secara detil, tetapi pasti memerlukan investasi yang
tidak sedikit.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah Teknik Refrigerasi Hasil Perikanan dengan judul
“Pendinginan dengan Es (Icing)” ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pendinginan dan macam-macam pendinginan?
2. Bagaimana proses pendinginan dengan menggunakan es?
3. Bagaimana proses pendinginan dengan menggunakan es + garam?
4. Bagaimana proses pendinginan dengan menggunakan es + es kering?
5. Apa kelebihan dan kelemahan dari pendinginan menggunakan es (icing)?
1
“Pendinginan dengan Es (Icing)”
1.3 Tujuan Masalah
Tujuan masalah pada makalah Teknik Refrigerasi Hasil Perikanan dengan judul
“Pendinginan dengan Es (Icing)” ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari pendinginan dan macam-macam pendinginan.
2. Untuk mengetahui proses pendinginan dengan menggunakan es.
3. Untuk mengetahui proses pendinginan dengan menggunakan es + garam.
4. Untuk mengetahui proses pendinginan dengan menggunakan es + es kering.
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dari pendinginan menggunakan es (icing).
2
“Pendinginan dengan Es (Icing)”
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendinginan dan Macam-Macam Pendinginan
Dalam praktek penggunaan suhu rendah meliputi pendinginan dan pembekuan. Ikan yang
didinginkan atau dibekukan mempunyai daya awet yang temporer, artinya ikan tersebut akan
tetap segar selama disimpan ditempat yang bersuhu rendah. Oleh karena itu, biasanya selama
proses pengangkutan atau sebelum diolah menjadi produk lain ikan selalu diusahakan berada
tetap dalam lingkungan bersuhu rendah agar kualitasnya tetap baik dan memenuhi syarat sebagai
ikan segar.
Menurut Ciobanu (2000), pada dasarnya pendinginan maupun pembekuan memiliki
prinsip yang sama yaitu mengurangi atau menghentikan sama sekali aktivitas penyebab
pembusukan. Perbedaan kedua proses tersebut terletak pada suhu khir yang digunakan. Suhu
akhir yang digunakan pada proses pendinginan adalah 0o C sedangkan pada proses pembekuan
suhu ahkir dapat mencapai -42o C.
Ada beberapa media pendingin yang dapat digunakan diantaranya adalah:
a. Pendinginan dengan pengesan (icing).
b. Pendinginan dengan air yang didinginkan (chilling in cold water).
c. Pendinginan dengan udara yang didinginkan (chilling in cold air).
Menurut Pinar dan Nalan (2015), refrigerasi adalah tindakan menghilangkan panas dari ruang
tertutup atau bahan untuk tujuan menurunkan suhu. Sebuah sistem refrigerasi harus mapu
membuat panas dapat berkurang atau hilang sama sekali. Sistem refrigerasi melakukan ini
dengan memberikan permukaan yang dingin. Karena panas hanya mengalir dari bagian yang
lebih hangat ke bagian yang dingin, suhu permukaan dingin harus lebih kecil dari bahan
pendingin. Sebuah sistem refrigerasi adalah kumpulan peralatan yang menghasilkan dingin dan
permukaan pendinginan yang dapat menghentikan panas. Setelah panas atau energi termal
melewati permukaan yang dingin, maka tujuan sistem refrigerasi adalah untuk memindahkan
energi ke bagian atau tempat yang lain.
Ada berapa hal yang harus diperhatikan dalam system refrigerasi, yaitu
3
“Pendinginan dengan Es (Icing)”
a. Suhu. Suhu adalah komponen utama dalam sistem refrigerasi. Hampir semua sistem
refrigerasi memiliki tujuan untuk mengurangi suhu pada bahan seperti udara pada sebuah
ruang atau bahanyang disimpan siruangan tersebut. Satuan SI untuk suhu adalah K
(Kelvin), K ini merupakan suhu mutlak karena titik acuan (0 K) adalah suhu terendah
dalam teori yang sudah ada. Ketika membahas system refrigerasi maka satuan yang
sering digunakan adalah derahat celcius (OC). Celcius bukan satuan mutlak karena suhu
terendahnya yaitu 0o C merupakan titik beku dari air. Perbedaan antara Kelvin dan Celius
adalah titik acuan.
b. Tenaga dan tekanan. Satuan SI untuk tenagaa dalah Newton (N; kg m/s2). Tekanan adalah
gaya yang diberikan diatas bahan berdasarkan ukuran bahan tersubut. Pada rerigerasi,
tekanan sebagian besar terkait dengan cairan yang digunakan sebagai pendingin. Ketika
sebuah zat pada cairan atau uap air tersimpan didalam sebuah wadah tertututup maka uap
air akan mengerahkan gaya pada bagian dalam dinding wadah. Kekuatan uap pada
permukaan bagian dalam dibagi dengan daerah yang disebut tekanan mutlak. Tekanan
yang berada di atas tekanan atmosfer juga sering disebut sebagai pengukur tekanan.
Refrigerasi ini dibagi menjadi 2 pada umumnya yaitu pendinginan dan pembekuan.
Metode pendinginan pada ikan adalah suatu proses pengawetan ikan dengan menggunakan suhu
rendah, yaitu -1°C sampai -5°C. istilah pendinginan pada perikanan disebut chilling dimana
tujuan dari chilling adalah menghambat kegiatan mikroorganisme dan proses-proses lainnya
yang terdapat pada ikan sehingga ikan tetep dalam kondisi segar dampai jangka waktu yang
lama.
Menurut Koswara (2009), salah satu cara penanganan ikan mati agar kesegaran tetap
maksimal adalah dengan menurunkan suhu tubuh ikan (pendinginan). Semangkin besar panas
ikan yang di serap maka suhu ikan akan semangkin rendah. Pada suhu rendah (dingin atau beku),
proses-proses biokimia yang berlangsung dalam tubuh ikan yang mengarah pada kemunduran
mutu ikan menjadi lebih lambat. Selain itu, pada kondisi suhu rendah pertumbuhan bakteri
pembusuk dalam tubuh ikan juga dapat di perlambat. Dengan demikian, kesegaran ikan akan
semangkin lama dapat di pertahankan. Adapun syarat-syarat yang harus terpenuhi dari media
pending adalah:
Tidak meninggalkan zat racun atau zat berbahaya lainnya.
4
“Pendinginan dengan Es (Icing)”
Mempunyai kemampuan untuk menyerap panas dari tubuh ikan.
Mudah dan praktis dalam penggunaannya.
Ekonomis.
Pendinginan dengan es (icing) dibagi menjadi, yaitu:
a. Pendinginan dengan es
b. Pendinginan dengan es kering
c. Pendinginan dengan garam + es
2.2 Pendinginan dengan Es
Es yang digunakan sebagai media pendingin sebaiknya dibuat dari air bersih sebagai
mana persyaratan untuk air minum. Es yang digunakan untuk media pendingin mempunyai suhu
antara -12ºC sampai -18ºC (es “matang”). Es yang matang memiliki beberapa sifat:
1. Butiran-butiran es nya lebih kecil bila di hancurkan.
2. Waktu peleburannya lebih lama.
3. Tidak mudah membentuk masa padat seperti es biasa.
Bentuk es ada lima kelompok yaitu:
a. Es balok (block ice), berupa balok berukuran 12-60 kg per balok. Sebelum dipakai, es balok
harus dipecahkan.
b. Es tabung ( tube ice), berupa tabung kecil-kecil yang siap pakai
c. Es keping tebal (plate ice), berupa lempengan besar dan tebal (8-15 mm), kemudian
dipecahkan menjadi potongan kecil (diameter 5 cm)
d. Es keping tipis (flake ice), berupa lempengan tipis (5 mm, diameter 3 cm), merupakan hasil
pengerukan dari lapisan es yang terbentuk diatas permukaan pembeku yang berbentuk
silinder.
e. Es halus (slush ice), berupa butiran yang sangat halus (diameter, mm) dan lembek, umumnya
berair.
Menurut Liviawaty dan Eddy (1989), untuk mendapat hasil yang maksimal dari
penggunaan es sebagai media pendingin dalam penanganan ikan segar, berikut beberapa hal
yang harus di perhatikan:
a. Jumlah es yang digunakan
5
“Pendinginan dengan Es (Icing)”
Jumlah es yang di gunakan harus di sesuaikan dengan jumlah ikan yang akan di
tangani akan di peroleh suhu pendinginan yang optimal. Jika jumlah es terlalu sedikit
dibandingkan jumlah ikannya maka suhu pendinginan yang dihasilkan tidak cukup dingin
untuk mempertahankan kesegaran ikan dalam waktu yang di tentukan. Sebaiknya, bila
jumlah es terlalu banyak dapat menyebabkan ikan kerusakan fisik karena himpitan atau
tekanan dari bongkahan es. Es yang di tambahkan harus dapat menurunkan suhu ikan
sampai 0ºC dan suhu tersebut dapat dipertahankan selama penyimpanan dalam waktu
yang ditentukan.
Perbandingan es dan ikan yang dipergunakan selama pendinginan bervariasi antara
1:4 sampai 1:1. Perbandingan tersebut tergantung pada waktu penyimpanan yang
diperkirakan, suhu udara diluar kemasan, dan jenis wadah penyimpanan.
Ketebalan lapisan ikan berpengaruh terhadap kecepatan penurunan suhu tubuh ikan.
Semangkin tipis lapisan ikan, kecepatan penurunan suhunya semangkin cepat. Waktu
yang diperlukan untuk mencapai 1, 5ºC dari suhu awal tubuh ikan 10ºC dari berbagai
perlakuan.
Jumlah es yang digunakan harus tepat, bila terlalu sedikit proses pendingina menjadi
kurang baik sebab es batu dalam jumlah kecil tidak dapat terlalu lama mempertahankan
suhu rendah. Sebaliknya, penggunaan suhu yang terlalu berlebihan berarti suatu
pemborosan.
Tabel 1. Waktu yang diperlukan untuk mencapai suhu 1,5ºC dari 10ºC pada berbagai
ketebalan lapisan ikan (Pinar dan Nalan, 2015).
Tebal lapisan ikan (cm) Waktu (jam)
2,5 2
10 4
12,5 6,5
15 9
25 24
60 120
6
“Pendinginan dengan Es (Icing)”
b. Lama Pemberian Es
Perkiraan lama pendinginan ikan dengan es harus di perhitungkan dengan cermat.
Hal yang menyangkut jumlah es yang digunakan untuk mengatasi es yang mencair.
Kecepatan es mecair atau melebur di pengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
Volume kotak atau wadah yang di gunakan.
Bahan atau material wadah.
Penggunaan isolasi dan jenis isolasi.
Suhu lingkungan di luar wadah atau kotak pendinginan.
c. Ukuran dan Jenis Wadah yang Digunakan
Volume kotak yang lebih luas akan mempercepat pencairan es. Hal ini dengan
jumlah panas yang masuk ke dalam kotak melalui permukaannya. Semakin besar luas
permukaan maka panas yang masuk ke dalam kotak semakin besar pula.
Jenis material kotak pengesan yang sering sering di gunakan saat ini oleh para
pelaku penanganan ikan di Indonesia antara lain: kayu, plastik polietilen, fiberglass, dan
Styrofoam. Dari berbagai macam kemasan tersebut urutan jenis kemasan yang dapat
memperlambat peleburan es adalah Styrofoam, kemudian di ikuti dengan plastik
polietilen, fiberglass, dan kayu. Namun, dalam praktiknya kotak atau wadah untuk
pendinginan ikan dengan es umumnya di buat dari kombinasi berbagai jenis material,
misalnya Styrofoam dengan kayu dan plastik dengan kayu. Penggunaan isolasi dalam
wadah pendinginan di maksudkan untuk memperkecil jumlah panas yang masuk dari
luar kemasan ke dalam kemasan sehingga es menjadi lebih lama untuk melebur. Suhu
luar kemasan yang tinggi akan menyebabkan panas yang masuk kedalam kemasan juga
besar sehingga peleburan es semakin cepat.
d. Kondisi Fisik Ikan
Kondisi fisik ikan sebelum penanganan ( sebelum di eskan ) harus di perhatikan.
Ikan-ikan yang kondisi fisiknya jelek, misalnya lecet-lecet, memar, sobek, atau luka pada
kulit, sebaiknya dipisahkan dari ikan yang kondisi fisiknya baik. Hal ini di sebabkan
darah dari ikan yang luka akan mencemari atau mengontaminasi ikan yang masih baik
kondisinya.
Ada beberapa hal yang harus diketahui alam pendinginan dengsn menggunakan es ini,
diantaranya adalah:
7
“Pendinginan dengan Es (Icing)”
1. Cara kerja es dalam mendinginkan Ikan
Dalam proses pendinginan dengan menggunakan es batu, terjadi perpindahan panas dari
tubuh ikan ke kristal es batu. Ikan dengan suhu tubuh relative lebih tinggi akan melepaskan
sejumlah energi panas yang kemudian diserap oleh kristal es batu. Dengan demikian kristal
es batu akan meleleh karena terjadi peningkatan suhu dan suhu tubuh ikan akan menurun.
Proses perpindahan panas ini akan berhenti jika suhu tubuh ikan sudah mencapai 0o C yaitu
sama dengan suhu es batu.
Jika es batu yang digunakan masih banyak, maka sisa es batu yang belum melelh akan
digunakan untuk empertahankan suhu wadah pendinginan agar tetap 0o C. Dengan demikian
kesegaran ikan dapat dipertahankan lebih lama (Strumillo dan Tadeusz, 1998).
2. Cara pendinginan dengan menggunakan es batu
Menurut Koswara (2009), cara pendinginan dengan es batu ada 2, yaitu:
a. Tumpukan, es batu ditebarkan ke dasar wadah peyimpanan ikan hingga membentuk
lapisan es setebal 5 cm. Kemudian ikan dicampurkan ke dalam wadah tersebut. Pada
lapisan ikan yang paling atas ditutupi dengan hancuran es setebal 7 cm, lalu wadah
ditutup agar tidak terjadi kontak dengan udara disekitarnya.
b. Berlapis, es batu ditebarkan di dasar wadah penyimpanan hingga membentuk lapisan
setebal 5 cm. Selanjutnya di atas lapisan es batu tersebut disusun ikan secara teratur
dengan bagian perut menghadap ke bawah agar cairan es batu yang meleleh tidak
tergenang di bagian perut ikan. Pada bagian atas ditaburkan kembali es batu sehingga
membentuk lapisan setebal 7 cm, selanjutnya wadah ditutup agar tidak terjadi kontak
dengan udara luar.
3. Cara penyusunan Ikan
Cara penyusunan ikan menurut Liviawaty dan Eddy (1989), ada 3 yaitu sebagai berikut :
8
Gambar 1. Pendinginan ikan dengan cara (a) Tumpukan , (b) Berlapis (Google image, 2015).
“Pendinginan dengan Es (Icing)”
1. Bulking
Bulking diartikan bahwa ikan dan es disusun selapis demi selapis dalam sebuah wadah. Dasar
wadah diberi lapisan es setebal 5 cm. Tebal antara lapisan ikan dan lapisan es sebaiknya sama
dan usahakan aga setiap tubuh ikan terbungkus oleh es sehingga lebih cepat dingin. Bil jumlah
ikan yang didinginkan sangat banyak sebaiknya wada dilengkapi dengan sekat hidup (sekat
yang mudah dibongkar pasang) terbuat dari kayu. Pada setiap dasar sekat sebaiknya diberi
lapisan plastik agar cairan es batu tidak jatuh ke lapisan ikan di bawahya tetap mengalir ke
dasar melalui sisi wadah.
2. Shelfing
Prinsip kerja ini sama dengan bulking yang dilengkapi dengan sekat hidup. Jarak antar sekat
sekitar 20 cm dan setiap sekat hanya menampung 1 lapis ikan. Cara ini hanya digunakan
untuk ikan berukuran besar karena dianggap menghabiskan banyak waktu,tenaga, dan tempat.
Namu mutu ikan dapat lebih baik karena kehilangan berat akibat tekanan lebih sedikit jika
dibandingkan dengan cara bulking.
3. Boxing
Penyusunan ikanmenggunakan kotak atau boks yang terbuat dari kayu, aluminium, atau
plastik. Ikan disusun di dalam kotak kemudian dicampur dengan es batu secukupnya.
Keuntungan cara ini jika dibandingkan dengan dua cara penyusunan ikan lain yaitu ikan tidak
banyak mengalami luka, tingkat kesegaran ikan tidak banyak mengalami perubahan,
penyususnan dan pembongkaran ikan dari dalam kotak dapat dilakukan dengan lebih mudah
dan cepat.
2.3 Pendinginan dengan es + garam
9
Gambar 2. Penyusunan ikan dengan cara Bulking dan Shelfing (google image, 2015)
“Pendinginan dengan Es (Icing)”
Media pendinginan es yang di tambah garam (NaCl) juga banyak di gunakan dalam
penanganan ikan segar. Media pendinginan ini terutama digunakan oleh para pedagang
pengencer ikan untuk menyimpan ikan yang tidak terjual pada penjualan hari pertama. Es yang
ditambah garam dapat menyerap panas dari tubuh ikan lebih besar dari pada media es saja. Oleh
karena itu, ikan yang diberi perlakuan dengan media pendingin es di tambah garam mempunyai
suhu yang sangat rendah dan bahkan dapat lebih rendah dari 0ºC. Dengan penggunaan es
ditambah garam, penurunan suhu dalam kotak atau wadah penanganan juga akan berlangsung
lebih cepat dibandingkan penggunaan media pendingin es saja.
Kemampuan media pendingin es ditambah garam dalam pempercepat penurunan suhu
ikan akan menghasilkan suhu akhir ikan yang rendah berdampak positif terhadap upaya
mempertahankan kesegaran ikan. Rendahnya suhu dan kecepatan penurunan suhu ikan dapat
menghambat proses biokimia dan pertumbuhan bakteri pembusuk.
Proses peleburan es dalam media es ditambah garam lebih lama sehingga jumlah es yang
diperlukan lebih sedikit. Table di bawah ini menunjukkan jumlah es yang melebur untuk
penanganan ikan kembung dalam berbagai kotak kemasan selama 16 jam pengesan.
Jenis kemasan Media pendingin es Media pendingin es + garam
Styrofoam 3,67 kg 3,24 kgTong plastik 8,26 kg 7,95 kg
Keranjang bambu 9,72 kg 9,12 kgStyrofoam 3,67 kg 3,24 kg
Tabel 2. Perbandingan jumlah leburan es pada pendingan dengan es dengan pendinginan dengan
es + garam (Pinar dan Nalan, 2015).
Lambatnya proses peleburan es ini disebabkan oleh garam yang dapat menurunkan titik
lebur es. Di samping itu, garam berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri yang terdapat dalam
tubuh ikan. Garam (NaCl) dalam cairan es akan terurai menjadi bentuk ion-ion, yaitu Na+ dan
Cl¯ yang akan menganggu mikroba,terutama bakteri secara fisik dan fisiologis.Na+ akan
menyebabkan perubahan tekanan osmotik antara di luar dan di dalam membrane plasma sel
bakteri.Air di dalam membrane tertarik ke luar dan akhirnya menjadi lisis sehingga pertumbuhan
bakteri terhambat.ion Cl- menyebabkan penurunan daya larut oksigen sehingga kebutuhan
oksigen oleh bakteri menjadi terbatas dan akhirnya mempengaruhi pertumbuhanya.
10
“Pendinginan dengan Es (Icing)”
Pada umumnya garam yang digunakan adalah garam rakyat yang komponen utamanya
adalah natrium klorida dan selebihnya berupa garam-garam kalsium dan magnesium.garam
rakyat diperoleh dari hasil penjemuran air laut yang berkadar garam tinggi dan belum di perkaya
dengan jat mineral lainnya,seperti yodium.kemurnian garam ini dapat mempengaruhi daya
penetrasi garam adalah konsentrasi garam,suhu penetrasi,dan lama penetrasi.
Menurut Ibrahim dan Dewi (2008), jumlah garam yang di tambahkan dalam es minimal
2,5% dan maksimum 10% dari berat es yang digunakan.pemberian garam dari 2,5% justru akan
memacu pertumbuhan bakteri dalam tubuh ikan.sementara itu,penambahan garam lebih dari 10%
akan menyebabkan daging ikan menjadi asin.jumlah penambahan garam pada es juga
mempengaruhi titik lebur es.semakin banyak jumlah garam yang di tambahkan maka titik lebur
es semakin rendah.sebagai gambaran dalam table 6 memperlihatkan hubungan antara konsentrasi
larutan garam dengan titik bekunya.
Tabel 3. hubungan antara konsentrasi garam dalam air dengan
titik bekunya (Pinar dan Nalan, 2015)
Konsentrasi garam(berat/berat) Titik beku 0cO O
1,0 -0,5932,0 -1,1863,0 -1,7904,0 -2,4095,0 -3,046
Prosedur penggunaan media pendingin es di tambah garam dalam penanganan ikan adalah sebagai berikut:
1. Hancurkan es balok dengan palu atau alat pemukul lainnya sehingga menjadi bongkahan bongkahan kecil
2. Masukkan es tersebut ke dalam wadah pendingin secara berlapis seperti pada penggunaan media pendingin es.
3. Tambahkan garam pada setiap lapisan es kira kira 2, 5% dari jumlah es tiap lapisan dengan cara di sebar merata ke permukaan lapisan .
4. Masukkan ikan dengan posisi sebelah mata berada di atas lainnya.
Masukkan kembali bongkahan es dan garam.demikian penyusunan ikan dan media
pendingin di lakukan seterus nya.lapisan paling atas berupa es di tanbah garam.
11
“Pendinginan dengan Es (Icing)”
2.4 Pendinginan dengan es + es kering (CO2 padat)
Penggunaan media pendingin es di tambah es kering dalam penanganan ikan segar masih
terbatas di kalangan tertentu saja.Umumnya penggunaan es di tambah es kering hanya untuk
pengangkutan udang windu dan jenis ikan bernilai ekonomis tinggi saja.hal ini di sebabkan harga
es kering masih relatif mahal.
Menurut Aziz et.al. (2012), media es ditambah es kering mempunyai kemampuan
menyerap panas ikan lebih besar dibandingkan media es saja.dengan demikian,suhu ikan akan
menjadi sangat rendah sampai dibawah 0ºC dan kecepatan penurunan suhunya pun lebih cepat.
Daya serap panas yang besar dari media pendingin es ditambah es kering ini disebabkan oleh
rendahnya titik suhu sublimasi dari es kering,yaitu sekitar -78,5ºC.es kering adalah
karbondioksida (CO2) padat yang dibuat dari gas karbondioksida yang dicairkan,lalu dijadikan
salju,dan salju dimampatkan sehingga padat.
Menurut Huda et.al (2013), gas karbondioksida untuk pembuatan es kering diperoleh dari
hasil samping pabrik petro kimia,pupuk,pembakaran kapur,dan sumur gas alam.Karbondioksida
padat yang digunakan dalam penanganan ikan akan menyublim menjadi gas karbondioksida.gas
karbondioksida ini akan menghambat pertumbuhan bakteri dalam tubuh ikan. Berikut ini
mekanisme penghambatan gas karbondioksida terhadap pertumbuhan bakteri:
1. Kombinasi gas CO2 dengan uap air yang dikeluarkan oleh ikan menhasilkan asam karbonik yang dapat menurunkan pH (derajat keasaman). Dengan adanya penurunan pH ini maka bakteri-bakteri dalam tubuh ikan yang tidak tahan pada keadaan asam akan terhambat. Proses reaksinya sebagai berikut:
CO2 + H2O → H+ + HCO3 dimana disini CO2 menyerang enzim spesifik bakteri sehingga mengakibatkan kerusakan atau kematian bakteri.
Umumnya perbandingan antara ikan, es, dan es kering yang digunakan sebagai media pendingin adalah 8 : 8 : 1 (berat/berat). Cara penggunaan ikan segar dengan media es dan es kering adalah sebagai berikut :
1. Hancurkan es balok menjadi bongkahan-bongkahan kecil.2. Masukkan bongkahan es kedalam wadah sebagai lapisan pertama.3. Masukkan ikan kedalam wadah dengan posisi sebelah mata ikan yang satu berada diatas
mata yang lain.4. Masukkan kembali bongkahan es sehingga menutupi semua permukaan ikan. Begitulah
seterusnya dilakukan penyusunan ikan dan lapisan es.5. Masukkan kepingan-kepingan es kering pada lapisan teratas sebelum wadah pengesan
ditutup.
12
“Pendinginan dengan Es (Icing)”
2.5 Kelebihan dan Kekurangan Pendinginan dengan Es (Icing)
Sebagai media pendingin, es mempunyai beberapa kelebihan:
1. Mempunyai kapasitas pendingin yang besar per satuan berat yaitu 80 kkal per kg es.
2. Tidak membahayakan konsumen.
3. Bersifat thermostatic, yaitu selalu menjaga suhu sekitar 0ºC.
4. Ekonomis
5. Relatife mudah dalam penanganannya
Selain memiliki kelebihan, menurut Toldr (2010), pendinginan dengan menggunakan
media pendingin berupa es juga memiliki beberapa kekurangan seperti:
1. Pada pendinginan dengan menggunakan es balok (blok ice), es balok tersebut dapat melukai
atau menekan permukaan tubuh ikan sehingga ikan menjadi luka.
2. Dapat melarutkan kandungan protein yang terlarut pada ikan.
3. Dapat menjadikan warna ikan menjadi pucat.
4. Perlu penambahan es berkali-kali jika pendinginan dilakukan dalam jangka waktu yang
lama.
BAB 3
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
13
“Pendinginan dengan Es (Icing)”
Dari makalah Teknik Refrigerasi Hasil Perikanan materi “Pendinginan dengan
Menggunakas Es” didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
Refrigerasi adalah tindakan menghilangkan panas dari ruang tertutup atau bahan untuk
tujuan menurunkan suhu. Sebuah sistem refrigerasi harus mapu membuat panas dapat
berkurang atau hilang sama sekali. Sedangkan pendinginan adalah usaha untuk
menurunkan hingga suhu akhir nya adalah 0o C.
Pendinginan dibagi menjadi 3 macam, yaitu: pendinginan dengan es, pendinginan dengan
udara yang didinginkan dan pendinginan dengan air yang di dinginkan.
Pendinginan dengan es dibagi lagi menjadi 3 bagian yaitu: pendinginan dengan es,
pendinginan dengan es + garam dan pendinginan dengan es + es kering.
Kelebihan dari pendinginan dengan es adalah murah, tidak berbahaya, mempunyai
kapasitas pendingian yang besar, bersifat thermostatik dan mudah dalam penanganannya.
Kekurangan dari pendinginan dengan es adalah melarutkan kandungan protein di ikan,
warna daging ikan jadi pucaat, dapat melukai tubuh ikan, dan perlu penambahan es
berkali-kali dalam proses pendinginan yang lama.
3.2 Saran
Disarankan dalam proses pendinginan kita harus benar-benar mengetahui factor yang
dapat memperlancar proses pendinginan seperti media atau bahan pendingin, jumlah es atau
pendingin yang digunakan, cara pemberian es, kondisi ikan dan cara penyusunan bahan
pendingin dan ikan yang akan di dinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
14
“Pendinginan dengan Es (Icing)”
Aziz, A.A., A. Baheramsyah dan B. Cahyono. 2012. Desain Sistem Pendingin Ruang Muat
Kapal Ikan Tradisional Dengan Memanfaatkan Uap Es Kering. Jurnal Teknik Pomits Vol.
1, No. 1, (2012) 1-5.
Ciobanu, Aurel. 2000. Cooling Technology in the Food Industry. CRC Press, 1 Jan 2000.
Halaman 110-116.
Huda, M.A., A. Baheramsyah dan B. Cahyono. 2013. Desain Sistem Pendingin Ruang Muat
Kapal Ikan Tradisional dengan Menggunakan Campuran Es Kering dan Cold Ice yang
Berbahan Dasar Propylene Glycol. Jurnal Teknik Pomits Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-
3539.
Ibrahim, R. dan E.N. Dewi. 2008. Pendinginan Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk.) dengan
Es Air Laut Serpihan (Sea Water Flake Ice) dan Analisis Mutunya. Jurnal Saintek Perikanan
Vol. 3 No. 2 2008 : 27 – 32.
Koswara, Sutrisno. 2009. Pengolahan Pangan dengan Suhu Rendah. Ebookpangan.com. Diakses
pada hari Senin, 1 Juni 2015 pukul 12.34 WIB.
Liviawaty, E. dan Eddy A. 1989. Pengawetan Dan Pengolahan Ikan. Kanisius: Yogyakarta. Hal.
33-37.
Pinar, Y. dan Nalan G. 2015. Seafood Chilling, Refrigeration and Freezing: Science and
Technology. John Wiley & Sons Press: Jul 13, 2015.
Strumillo, C dan Tadeusz K. 1998. Thermal Processing of Bio-Materials. CRC Press, 16 Sep
1998 Hal. 245-255.
Toldr, Fidel. 2010. Handbook of Meat Processing. John Wiley & Sons Press: 21 Jan 2010. Hal.
68-72.
15