Pembahasan Yaya

5
PEMBAHASAN Muntah bukan merupakan suatu penyakit, melainkan merupakan salah satu manifestasi klinis dari suatu penyakit. 1 Muntah didefinisikan juga sebagai dikeluarkannya isi lambung melalui mulut secara ekspulsif melalui mulut dengan bantuan kontraksi otot-otot perut. 1 Berdasarkan penyebabnya, muntah disesuaikan dengan usia anak. Pada pasien ini, usianya sudah 11 tahun, dan sudah masuk kategori anak. Pada anak penyebab muntah dibagi menjadi tiga bagian yaitu, dari saluran cerna (obstruksi dan non- obstruksi), luar saluran cerna (sistem saraf pusat dan organ lain) dan non-organik. 1,2. Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan bahwa pendekatan diagnosis muntah ini mengarah ke penyakit saluran cerna non-obstruktif yaitu gastritis. 1 Gastritis akut didefinisikan sebagai perubahan mukosa lambung (gaster) akibat proses inflamasi. 3 Penemuan klinis dari gastritis pada anak yang paling sering adalah nyeri di daerah epigastrium dan muntah. 4 Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala muntah dan nyeri tekan pada region epigastrium yang mendukung diagnosis gastritis pada pasien ini. Pada hasil pemeriksaan darah didapatkan leukosit meningkat dari normal yaitu 18.900/mm 3 . Hal ini menandakan adanya infeksi bakteri yang menjadi penyebab gastritis. Pada anak penyebab gastritis terbanyak adalah Helicobacter pylori. 5 H.pylori merupakan

description

Muntah

Transcript of Pembahasan Yaya

PEMBAHASANMuntah bukan merupakan suatu penyakit, melainkan merupakan salah satu manifestasi klinis dari suatu penyakit.1 Muntah didefinisikan juga sebagai dikeluarkannya isi lambung melalui mulut secara ekspulsif melalui mulut dengan bantuan kontraksi otot-otot perut.1 Berdasarkan penyebabnya, muntah disesuaikan dengan usia anak. Pada pasien ini, usianya sudah 11 tahun, dan sudah masuk kategori anak. Pada anak penyebab muntah dibagi menjadi tiga bagian yaitu, dari saluran cerna (obstruksi dan non-obstruksi), luar saluran cerna (sistem saraf pusat dan organ lain) dan non-organik.1,2. Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan bahwa pendekatan diagnosis muntah ini mengarah ke penyakit saluran cerna non-obstruktif yaitu gastritis.1Gastritis akut didefinisikan sebagai perubahan mukosa lambung (gaster) akibat proses inflamasi.3 Penemuan klinis dari gastritis pada anak yang paling sering adalah nyeri di daerah epigastrium dan muntah.4 Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan gejala muntah dan nyeri tekan pada region epigastrium yang mendukung diagnosis gastritis pada pasien ini.Pada hasil pemeriksaan darah didapatkan leukosit meningkat dari normal yaitu 18.900/mm3. Hal ini menandakan adanya infeksi bakteri yang menjadi penyebab gastritis. Pada anak penyebab gastritis terbanyak adalah Helicobacter pylori.5 H.pylori merupakan bakteri gram negatif berbentuk curved atau spiral rod shaped dan tumbuh secara mikroaerob. Helicobacter pylori memproduksi urease, katalase dan oksidase yang berperan penting dalam patogenesis terjadinya ulkus peptikum.6 Pada Negara berkembang Infeksi H.pylori berkisar antara 70 90%, sedangkan pada Negara maju 25 50%. Faktor resiko infeksi H.pylori di antaranya lahir di negara berkembang, status ekonomi lemah, lingkungan yang padat dan sanitasinya kurang bersih, hidup dalam keluarga besar, serta mereka yang sering terpajan dengan isi lambung orang yang terinfeksi H.pylori (perawat dan ahli endoskopi). Frekuensi terjadinya H.pylori sama baik pada laki-laki maupun perempuan.4Berdasarkan faktor resiko tersebut, menurut keterangan yang didapat, pasien tinggal dirumah dengan keluarga inti, luas lingkungan rumah juga baik, memenuhi kriteria standar rumah sehat WHO yaitu 9 m2. Ayah pasien bekerja sebagai tentara angkatan darat, hal ini menunjukkan status ekonomi yang cukup baik. Faktor resiko yang cukup mendukung terjadinya gastritis pada pasien ini adalah gaya hidup pasien yang sanitasinya kurang bersih, seperti kebiasaan jajan dipinggir jalan dan tidak mencuci tangan sebelum makan.Penegakan diagnosis gastritis terutama yang disebabkan oleh Helicobacter pylori tidak cukup hanya dengan menggunakan pemeriksaan darah rutin saja. Harus digunakan pemeriksaan lainnya. Pemeriksaan tersebut dapat berupa pemeriksaan non-invasif maupun invasif. Pemeriksaan non-invasif meliputi serologi dan uji C-urea napas. Pemeriksaan invasif meliputi endoskopi dan biopsy yang diikuti oleh pemeriksaan histologi, biakan, uji urease dan polymerase chain reaction (PCR).7 Pemilihan jenis uji diagnostic bergantung kepada keberadaan alat diagnostik pada suatu pusat pelayanan kesehatan, masalah klinis yang diperlihatkan dan biaya. Pada pasien ini, masalah penegakan diagnostik adalah tidak adanya alat untuk pemeriksaan lebih lanjut.7 Menurut perhitungan antropometri pasien, ditinjau dari indeks masa tubuh per usia, pasien masuk dalam kategori wasting dan ditinjau dari keadaan klinis sesuai, termasuk dalam keadaan malnutrisi ringan. Keadaan malnutrisi merupakan salah satu akibat dari gastritis yang disebabkan oleh Helicobacter pylori.8,9 Jurnal Environmental Research and Public Health mengatakan malnutrisi yang diakibatkan oleh H.pylori ini disebabkan oleh modifikasi pH (hypoachlorhydria).9Pada hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 20 Juni 2015 didapatkan bahwa nilai hemoglobin pasien adalah 10,5 g/dl. Standar normal hemoglobin anak usia 11 tahun adalah 12,5 16,1 g/dl.6 Sehingga anak ini dikatakan mengalami anemia. Pemeriksaan baru dilakukan satu kali. Nilai mean corpuscular volume (MCV) pada pemeriksaan tanggal 20 Juni 2015 adalah 74,3 fl, normalnya nilai MCV pada anak umur 11 tahun adalah 78 95 fl. Rendahnya nilai MCV ini menunjukkan keadaan sel darah merah yang mikrositik. Nilai mean corpuscular hhemoglobin concentration (MCHC) pada pemeriksaan tanggal 19 Juni 2015 adalah 31,6%, normalnya adalah 32 36%. Rendahnya nilai MCHC ini menunjukkan keadaan sel darah merah yang hipokrom. Jadi disimpulkan bahwa anemia yang dialami pasien ini adalah anemia hipokrom mikrositer dengan diagnosis banding berupa anemia defisiensi besi, thalassemia, anemia akibat penyakit kronis dan sideroblastik. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik, tidak ditemukan adanya tanda-tanda thalasemia, penyakit kronis dan anemia sideroblastik. Diagnosis lebih mengarah ke anemia defisiensi besi.8 Penegakan diagnosis anemia defisiensi besi sebaiknya dengan mengukur kadar Fe dalam darah dan total iron binding capacity (TIBC). Tetapi karena keterbatasan alat dan fasilitias tidak dapat dilakukan pemeriksaan kadar Fe dan TIBC. Dalam jurnal Minerva gastroenterol dietol dikatakan bahwa gastritis yang terinfeksi H.pylori menyebabkan malnutrisi, salah satunya adalah menyebabkan anemia defisiensi besi.9

1. IDAI. 2009. Buku Ajar Gastroenterologi Hepatologi. Jilid 1. Jakarta. UKK Gastroenterologi Hepatologi IDAI.2. Greydanus et al. 2008. The Pediatric Diagnostic Examintaion. New York. McGraw Hill.3. Wehbi, M. 2014. Acute Gastritis. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/175909-overview. Diakses pada tanggal 30 Juni 2015.4. Fardah A, et al. 2006. Kuliah: Infeksi Helicobacter pylori pada anak. FK Unair RSU Dr. Soetomo Surabaya. Divisi Gastroenterologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak.5. Guandalini S. 2004. Textbook of Pediatric Gastroenterology and Nutrition. London and New York. Taylor & Francis.6. Kliegman RM, et al. 2011. Nelson Textbook of Pediatrics. 19th edition. Philadelphia. Elsevier.7. Hegar, B. 2000. Infeksi Helicobacter pylori pada Anak. Sari Pediatri. Volume 2 nomor 2; Halaman 82 89.8. Vitalle G et al. Nutritional aspects of Helicobacter pylori infection. PubMed Minerva Gastroenterol Dietol. 2011; 57(4):369-77.9. Rodriguez L, Cervantes E & Ortiz R. Malnutrition and gastrointestinal and respiratory infections in children: a public health problem. International Journal of Environmental Research and Public Health. 2011;8:1174-1205.