Pembahasan Uji Analgetik

5
Analgesik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Efek ini dapat dicapai dengan berbagai cara seperti menekan kepekaan reseptor rasa nyeri terhadap rangsang nyeri mekanik, termik, listrik atau kimiawi di saraf pusat atau perifer dengan cara menghambat pembentukan prostaglandin sebagai mediator rasa nyeri. Kelompok obat ini terbagi dalam golongan analgesik kuat (analgetika-narkotika) yang bekerja secara sentral terhadap sistem saraf pusat (SSP) dan golongan analgesik lemah (analgetika-non narkotika) yang bekerja secara perifer (Depkes, 1991). Mekanisme kerja analgesik adalah menghambat secara langsung dan selektif enzim-enzim pada SSP yang mengkatalis biosintesis prostaglandin, seperti siklooksigenase, sehingga mencegah sensitasi reseptor rasa sakit oleh mediator-mediator rasa sakit, seperti bradikinin, histamin, serotonin, prostasiklin, prostaglandin, ion- ion kalium dan hidrogen, yang dapat merangsang rasa sakit secara mekanik atau kimiawi (Siswandono, 2000). Obat-obat analgesik, terutama yang non steroid (NSAID) bekerja dengan cara menghambat enzim siklooksigenase (COX), baik COX-1 maupun COX-2. COX-1 mensintesis prostaglandin di lambung, ginjal, dan platelet sehingga jika enzim ini terhambat akan mengganggu fungsi normal lambung, ginjal, dan platelet. Contoh obat yang menghambat COX-1 adalah asetosal, ibuprofen, asam mefenamat. Sedangkan COX-2 mensintesis prostaglandin hanya pada tempat inflamasi, sehingga jika enzim ini terhambat akan mencegah pembentukan prostaglandin di tempat inflamasi saja. Contoh obat yang menghambat COX-2 adalah nabumeton, celecoxib (Katzung, 1998).

description

gfhj

Transcript of Pembahasan Uji Analgetik

Analgesik adalah obat yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Efek ini dapat dicapai dengan berbagai cara seperti menekan kepekaan reseptor rasa nyeri terhadap rangsang nyeri mekanik, termik, listrik atau kimiawi di saraf pusat atau perifer dengan cara menghambat pembentukan prostaglandin sebagai mediator rasa nyeri. Kelompok obat ini terbagi dalam golongan analgesik kuat (analgetika-narkotika) yang bekerja secara sentral terhadap sistem saraf pusat (SSP) dan golongan analgesik lemah (analgetika-non narkotika) yang bekerja secara perifer (Depkes, 1991).Mekanisme kerja analgesik adalah menghambat secara langsung dan selektif enzim-enzim pada SSP yang mengkatalis biosintesis prostaglandin, seperti siklooksigenase, sehingga mencegah sensitasi reseptor rasa sakit oleh mediator-mediator rasa sakit, seperti bradikinin, histamin, serotonin, prostasiklin, prostaglandin, ion-ion kalium dan hidrogen, yang dapat merangsang rasa sakit secara mekanik atau kimiawi (Siswandono, 2000).Obat-obat analgesik, terutama yang non steroid (NSAID) bekerja dengan cara menghambat enzim siklooksigenase (COX), baik COX-1 maupun COX-2. COX-1 mensintesis prostaglandin di lambung, ginjal, dan platelet sehingga jika enzim ini terhambat akan mengganggu fungsi normal lambung, ginjal, dan platelet. Contoh obat yang menghambat COX-1 adalah asetosal, ibuprofen, asam mefenamat. Sedangkan COX-2 mensintesis prostaglandin hanya pada tempat inflamasi, sehingga jika enzim ini terhambat akan mencegah pembentukan prostaglandin di tempat inflamasi saja. Contoh obat yang menghambat COX-2 adalah nabumeton, celecoxib (Katzung, 1998).Percobaan ini menggunakan metode Witkin (Writhing Tes / Metode Geliat), dengan caramemberikan asam asetat 1%(indikator nyeri)kepada mencityangakan menimbulkan geliat ( Writhing ),sehingga dapat diamati respon mencit ketika menahan nyeri pada perut dengan cara menarik abdomen, menarik kaki kebelakang, dan membengkokan kepala kebelakang. Dengan pemberian obatanalgetik (paracetamol)akan mengurangi respon tersebut.Larutan stok dibuat dengan mensuspensikaan tablet paracetamol dengan suspending agent CMC Na karena bahan obat sukar larut di dalam air.Digunakan konsentrasi CMC Na yang rendah 0,5% agar suspensi tidak terlalu kental sehingga mudah untuk mengambil suspensi dengan spuit jarum oral dan mudah masuk ke dalam esofagus mencit.Pemberian obat-obat analgetik pada mencit dilakukan secara peroral, setiap mencit diberikan suspensi obat yang berbeda, sebagai kontrol negatif diberikan CMC Na, setelah obat diberikan mencit didiamkan selama 30 menit. Kemudian disuntik secara intraperitoneal dengan larutan induksi asam asetat 1 %. Pemberian dilakukan secara intraperitoneal karena memungkinkan sediaan lebih mudah diabsorbsi oleh tubuh,cepat memberikan efek,mencegah penguraian asam asetatpadajaringan fisiologik organ tertentu, serta efekmerusak jaringan tubuh jikapada organ tertentu.Misalnyaapabila asam asetat 1% diberikanper oral, akan merusak saluran pencernaan, karenasifat kerongkongan cenderung bersifat tidak tahan terhadap asam.Larutan asam asetat diberikan setelah 30 menit, ini bertujuan agar obat yang telah diberikan sebelumnya sudah mengalami fase absorbsi untuk meredakan rasa nyeri. Selama beberapa menit kemudian, setelah diberi larutan asam asetat 1% mencit akan menggeliat dengan ditandai perut kejang dan kaki ditarik ke belakang. Jumlah geliat mencit dihitung setiap 5 menitselama 30 menit.Penggunaan asam asetat sebagai induktor dalam percobaan ini karena asam asetat merupakan asam lemah yang tidak terkonjugasi dalam tubuh, pemberian sediaan asetat terhadap hewan percobaan akan merangsang prostaglandin untuk menimbulkan rasa nyeri akibat adanya kerusakan jaringan atau inflamasi.Prostaglandin meyebabkan sensitisasi reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi sehingga prostaglandin dapat menimbulkan keadaan hiperalgesia, kemudian mediator kimiawi seperti bradikinin dan histaminmerangsangnya danmenimbulkannyeri yang nyata, sehingga mencitakan menggeliatkan kaki belakang saat efek dari penginduksi ini bekerja.Setelah dilakukan percobaan didapatkan hasil bahwaurutan obatyang memiliki daya analgetik paling tinggi atau kuat adalah antalgin, paracetamol, ibuprofen, dan asam mefenamat.Hasil yang didapatsetelah diujidengan menggunakan tabel ANOVA yang kemudian didapat hasil berbeda bermakna, artinyapemberian obat analgetikyang berbedapada hewan uji mencit akanmempengaruhifrekuensi geliat mencit, sesuai denganefektivitas obat sebagai analgetik, yaituantalgin > Paracetamol > ibuprofen > asam mefenamat.Hasil untuk Asam mefenamat sudah sesuai karena obat memberikan efek analgetik yang lebih ringandisebabkan oleh sifat asam dan efek samping nyeri pada lambung. Sehingga dengan sifat dan efek sampingnya ini justru dapat meningkatkan nyeri pada lambung mencit.Namun hasil ini juga kurang sesuai dengan teori, karena yang seharusnya memiliki efek analgetik yang lebih kuat adalah ibuprofen, karena absorbsinya lebih cepat di lambung, sementara indikator nyeri juga diberikan pada lambung.Kemudian yang seharusnya memiliki efek analgetik yang terkuat kedua setelah ibuprofen adalah Antalgin, karena bekerja secara sentral pada otak untuk menghilangkan nyeri, menurunkan demam dan menyembuhkan rheumatik.Dan diikuti oleh parasetamol, karenahanya mempunyai efek ringan pada siklooksigenase perifer.Penyimpangan ini dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu ketika sudah 30 menit setelah pemberian analgetik, tidak segera disuntikan asam asatet sehingga efek obat analgetiknya sudah berkurang, faktor fisiologis dari mencit, yang mengalami beberapa kali percobaan sehingga kemungkinan mencit stress, Waktu penyuntikan ada larutan yang tumpah sehingga mengurangi dosis obat analgetik yang diberikan, pengambilan larutaan stock yang tidak dikocok dahulu, sehingga dosis yang diambil tiap spuit berbeda, karena larutan stock yang dibuat adalah bentuk sediaan suspensi, seharusnya dalam pengambilan dikocok terlebih dahulu, agar bahan obat yang diambil, bukan hanya larutannya.

Parasetamol menghambat siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi prostaglandin terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase secara berbeda (Wilmana, 1995). Parasetamol menghambat siklooksigenase pusat lebih kuat dari pada aspirin, inilah yang menyebabkan parasetamol menjadi obat antipiretik yang kuat melalui efek pada pusat pengaturan panas. Parasetamol hanya mempunyai efek ringan pada siklooksigenase perifer (Dipalma, 1986). Inilah yang menyebabkan parasetamol hanya menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol tidak mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan efek langsung prostaglandin, ini menunjukkan bahwa parasetamol menghambat sintesa prostaglandin dan bukan blokade langsung prostaglandin. (Wilmana, 1995).