Pembahasan Punya Kevin Tentang Mikpang 8 Salmonella
Click here to load reader
description
Transcript of Pembahasan Punya Kevin Tentang Mikpang 8 Salmonella
Nama : Kevin Kosalim
Npm : 240210110055
VI. PEMBAHASAN
Suhu penyimpanan dan jumlah mikroorganisme biasanya menentukan
daya simpan produk-produk olahan daging dan ikan. Mikroorganisme yang
berperan dalam kebusukan ikan terutama tergolong jenis bakteri Pseudomonas. Di
dalam produk-produk ikan juga ditemukan bakteri-bakteri patogen yang
berbahaya seperti Salmonella, Staphylococcus, Clostridium botulinum, dsb. Pada
produk-produk olahan ikan yang telah mengalami proses pemanasan termasuk
pengasapan dan penggaraman baktei-bakteri yang masih hidup adalah jenis
bakteri Bacillus, Micrococcus, dan mungkinbeberapa khamir. Pada produk-
produk fermentasi ikan banyak ditemui berbagai species Lactobacillus. (Sumanti,
2008)
Mikroorganisme yang ditemukan pada daging adalah jenis bakteri
mesofilik seperti Eschericia coli, Staphylococcus aureus, Clostridium
perferingens, dan Salmonella. Pada daging yang dicuringmikroorganisme yang
dominan adalah bakteri asam laktat, mikrokoki, eterokoki, Bacillus, dan khamir.
Pada daging yang diolah dengan pemanasan termasuk pengasapan,
mikroorganisme yang dominan adalah Bacillus, Clostridium, dan Staphylococcus.
(Sumanti, 2008)
Percobaan yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah pengamatan total
mikroorganisme aerobik dan pengujian Salmonella serta Shigella. Sampel yang
digunakan untuk praktikum kali ini adalah daging dan ikan. Pertumbuhan bakteri
aerobik dilakukan pada media PCA, sedangkan untuk pengujian Salmonella serta
Shigella media yang digunakan adalah SS-Agar.
1. Pengamatan Total Mikroorganisme Aerobik
Percobaan pertama yang dilakukan adalah pengamatan total
mikroorganisme aerobik. Sampel yang digunakan adalah daging dan ikan.
Langkah awal dalam melakukan praktikum kali ini adalah menimbang sampel
sebanyak 1 gram. setelah itu, hancurkan sampel sampai cukup halus. Lalu
masukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 9 ml larutan pengencer, yaitu
NaCl fisiologis 0,85%, larutan itu pun menjadi larutan dengan pengenceran 10-1.
Nama : Kevin Kosalim
Npm : 240210110055
Larutan 10-2 dibuat dengan cara mengambil 1 ml larutan dari larutan 10-1,
namun jangan terlalu bawah karena serat daging dapat terbawa dan menyumbat
pipet ukur. Untuk mendapatkan larutan 10-3, 1 ml larutan diambil dari larutan 10-2
lalu masukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi larutan pengencer.
Sedangkan untuk larutan 10-4, 1 ml larutan dari 10-3 diambil dan dimasukkan ke
tabung reaksi yang telah berisi 9 ml larutan pengencer.
Selesai dilakukan pengenceran, 1 ml larutan diambil dari masing-masing
larutan dengan pengenceran 10-3 dan 10-4 lalu dimasukkan ke dalam cawan petri
kemudian dituangkan media PCA ke dalam cawan petri tersebut kemudian
buatlah angka delapan untuk mencampur media dengan sampel. Lakukan
penginkubasian pada suhu 30o C selama 48 jam.
Tabel 1. Tabel Pengamatan Daging dan Ikan pada Media PCA
Kel Sampel MediaJumlah koloni
Nilai SPC10-3 10-4
1 Ikan peda PCA 1 -<3,0 x 104
(1,0 x 103)
2 Ikan segar PCA 40 1 4,0 x 104
3 Beef steak PCA TBUD 67 6,7 x 105
4Daging sapi
utuhPCA TBUD 69 6,9 x 105
Dua hari kemudian, dilakukan pengamatan terhadap percobaan yang telah
dilakukan. Pengamatan pertama dilakukan terhadap sampel ikan peda. Setelah
dilakukan perhitungan, ternyata jumlah koloni yang didapat pada pengenceran 10-
3 adalah 1 (satu), sedangkan pada pengenceran 10-4 tidak terdapat pertumbuhan
koloni mikroorganisme yang tumbuh pada cawan petri. Dari jumlah koloni
tersebut, nilai SPC yang didapat adalah 1,0 x 103.
Pengamatan selanjutnya dilakukan terhadap sampel ikan segar. Setelah
dilakukan perhitungan, ternyata jumlah koloni yang didapat pada pengenceran 10-
3 adalah 40 (empat puluh), sedangkan pada pengenceran 10-4 jumlah koloni yang
didapat adalah 1 (satu). Dari jumlah koloni tersebut, nilai SPC yang didapat
adalah 4,0 x 104.
Nama : Kevin Kosalim
Npm : 240210110055
Pengamatan selanjutnya dilakukan terhadap sampel beef steak. Setelah
dilakukan perhitungan, ternyata jumlah koloni yang didapat pada pengenceran 10-
3 adalah TBUD, sedangkan pada pengenceran 10-4 jumlah koloni yang didapat
adalah 67 (enam puluh tujuh). Dari jumlah koloni tersebut, nilai SPC yang didapat
adalah 6,7 x 105.
Pengamatan selanjutnya dilakukan terhadap sampel daging sapi utuh.
Setelah dilakukan perhitungan, ternyata jumlah koloni yang didapat pada
pengenceran 10-3 adalah TBUD, sedangkan pada pengenceran 10-4 jumlah koloni
yang didapat adalah 69 (enam puluh sembilan). Dari jumlah koloni tersebut, nilai
SPC yang didapat adalah 6,9 x 105.
2. Pengujian Salmonella
Percobaan yang selanjutnya dilakukan adalah pengujian terhadap bakteri
Salmonella dan Shigella. Langkah pertama yang dilakukan dalam melakukan
percobaan ini adalah memasukkan 1 ml larutan dari pengenceran 10-1 ke dalam
tabung reaksi. Setelah itu tambahkan 9 ml media Tetrathionat Broth, kemudian
diinkubasikan selama 16 (enam belas) jam.
Penumbuhan mikroorganisme dilakukan di dalam media Tetrathionat
Broth karena media tersebut termasuk ke dalam media pengaya. Media pengaya
merupakan media yang kaya akan nutrient tertentu sehingga dapat menumbuhkan
dan memperbanyak sel dengan cepat. (Sumanti, 2008)
Setelah media dan sampel dimasukkan ke dalam inkubator, praktikan
menyiapkan media untuk mengamati bakteri Salmonella dan Shigella tersebut.
Media yang digunakan adalah SS-Agar. Media SSA termasuk ke dalam media
selektif, yaitu media yang hanya ditumbuhi mikroba tertentu. Dalam hal ini, SSA
digunakan untuk pertumbuhan bakteri Salmonella dan Shigella. (Sumanti, 2008)
Enam belas jam kemudian, dilakukan penggoresan sampel dari media
Tetrathionat Broth ke atas media SSA yang terdapat di dalam cawan petri. Metode
penggoresan yang digunakan adalah metode kuadran. Metode yang digunakan
haruslah metode kuadran untuk mendapatkan koloni secara terpisah. (Sumanti,
2008) Setelah melakukan penggoresan, media tersebut diinkubasi selama 24 jam
pada suhu 37o C.
Nama : Kevin Kosalim
Npm : 240210110055
Tabel 2. Tabel Pengujian Salmonella dan Shigella pada Media SSAKel Sampel Media Salmonella Shigella
1 Ikan peda SSA - +
2 Ikan segar SSA + +
3 Beef steak SSA + +
4Daging
sapi utuhSSA + +
Keesokan harinya, dilakukan pengamatan terhadap percobaan yang
dilakukan pada hari sebelumnya. Pengamatan pertama dilakukan pada sampel
ikan peda. Setelah dilakukan pengamatan, ternyata pada sampel ikan peda
ditemukan bakteri shigella namun tidak ditemukan adanya pertumbuhan bakteri
salmonella. Cara membedakan kedua bakteri ini adalah dengan melihat warnanya.
Bakteri Salmonella memiliki warna hitam atau coklat kadang-kadang dengan
kilapan metalik atau koloni berwarna hijau dengan atau tanpa warna hitam di
sekelilingnya (Sumanti, 2008). Sedangkan Bakteri Shigella diketahui dari
warnanya yang merah muda pada media SSA.
Pengamatan selanjutnya yang dilakukan adalah pada sampel ikan segar.
Setelah dilakukan pengamatan, ternyata pada sampel ikan tersebut terdapat koloni
salmonella dan shigella dari warna yang dihasilkan oleh bakteri salmonella yang
berwarna hitam dan bakteri shigella yang berwarna merah muda. Hal ini
menunjukkan bahwa sampel ikan segar telah terkontaminasi oleh salmonella dan
shigella.
Pengamatan berikutnya dilakukan pada sampel beef steak. Setelah
dilakukan pengamatan, ternyata pada sampel daging tersebut pertumbuhan koloni
bakteri salmonella dan bakteri shigella.Hal ini menunjukkan bahwa sampel beef
steak telah terkontaminasi oleh bakteri salmonella dan shigella walaupun sampel
ini merupakan produk olahan dari daging sapi yang seharusnya tidak mengandung
bakteri salmonella dan shigella .
Pengamatan terakhir dilakukan pada sampel daging sapi utuh. Setelah
dilakukan pengamatan, ternyata pada sampel ikan tersebut terdapat koloni
Salmonella dan koloni Shigella pada sampel daging sapi utuh.
Nama : Kevin Kosalim
Npm : 240210110055
Bakteri Salmonella termasuk dalam genus enterobakteria gram negatif,
berbentuk batang, bisa bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfida serta
menjadi penyebab timbulnya penyakit Salmonellosis. (Sukarmina , 2008)
Mikroorganisme yang berperan dakam kebusukan ikan terutama tergolong
jenis bakteri Pseudomonas. Pseudomonas merupakan salah satu jenis dalam
kelompok yang sering menimbulkan kebusukan makanan. Baikteri ini bersifat
motil dengan flagela polar. Bakteri ini berbentuk bulat dan merupakan bakteri
gram negatif. Sifat-sifat Pseudomonas yang penting yang mempengaruhi
pertumbuhnnya pada makan adalah sebagai berikut:
Dapat menggunakan senyawa-senyawa sumber nitrogen sederhana.
Kebanyakan spesies tumbuh baik pada sushu rendah (bersifat
psikotrofilik atau mesofilik dengan suhu optimum relatif rendah),
kecuali P. aeruginosa dan P. flourenscens yang dapat tumbuh pada
suhu 37oC.
Memproduksi senyawa-senyawa yang menimbulkan bau busuk.
Dapat mensintesa faktor-faktor pertumbuhan dan vitamin.
Beberapa spesies bersifat proteolitik (memecah protein) dan lipolotik
(memecah lemak), atau pektinolitik (memecah pektin)
Pertumbuhan pada kondisi aerobik berjalan cepat, dan biasanya
membentuk lendir.
Beberapa spesies memproduksi pigmen, misalnya P. flourescens
memproduksi pigmen flouresein yang bersifat fluoresens dan larut air,
P. nigrifaciens memproduksi pigmen hitam, P. aeruginosa
memproduksi pigmen piosianin yang berwarna biru.
Kebanyakan Pseudomonas, kecuali P. syringe, bersifat oksidase
positif, dan akan membentuk warna biru jika ditambah senyawa
dimetil-p-fenilenediamin dihidrokhorida.
Tidak tahan terhadap panas dan keadaan kering, oleh karena itu mudah
dibunuh dengan proses pemanasan dan pengeringan.
Selain itu dalam produk-produk ikan juga ditemukan bakteri-bakteri
pathogen yang berbahaya seperti Salmonella, Staphylococcus, Clostridium
botulinum, dan sebagainya.
Nama : Kevin Kosalim
Npm : 240210110055
1. Salmonella merupakan bakteri berbentuk batang gram negatif, motil, tidak
membentuk spora. Infeksi oleh bakteri genus Salmonella (oleh sebab itu
disebut salmonelosis) menyerang saluran gastrointestin yang mencakup
perut, usus halus, dan usus besar atau kolon. 8-48 jam setelah makan-
makanan yang tercemar dengan Salmonella, timbul rasa sakit perut yang
mendadak dengan diare encer atau berair, kadang-kadang dengan lendir
atau darah. Seringkali mual dan muntah; demam dengan suhu 38-39o C
umum terjadi.
2. Bakteri Staphylococcus berbentuk bulat menyerupai bentuk buah anggur
yang tersusun rapi dan tidak teratur satu sama lain. Sifat dari bakteri ini
umumnya sama dengan bakteri kokus yang lain yaitu :
1) Berbentuk bulat dengan diameter kira-kira 0,5 – 1,5 µm.
2) Warna koloni putih susu atau agak krem.
3) Tersusun dalam kelompok secara tidak beraturan.
4) Bersifat fakultatif anaerobik.
5) Pada umumnya tidak memiliki kapsul.
6) Bakteri ini juga termasuk juga bakteri nonsporogenous (tidak
berspora).
7) Sel-selnya bersifat gram positif, dan tidak aktif melakukan
pergerakan (non-motile).
8) Bersifat pathogen dan menyebabkan lesi local yang oportunistik.
9) Menghasilkan katalase.
10) Tahan terhadap pengeringan, panas dan Sodium Khlorida (NaCl)
9%.
11) Pertumbuhannya dapat dihambat dengan cepat oleh bahan kimia
tertentu seperti Hexachlorophene 3%.
12) Sebagian besar adalah saprofit yang hidup di alam bebas, namun
habibat alamiahnya adalah pada permukaan epitel golongan
primate/mamalia.
Bakteri yang memiliki genus Staphylococcus ini mempunyai ciri-ciri
morfologi sebagai berikut:
Warna koloni putih susu atau agak krem
Nama : Kevin Kosalim
Npm : 240210110055
Bentuk koloni bulat, tepian timbul
Sel bentuk bola, diameter 0,5-1,5 µm
Terjadi satu demi satu, berpasangan, dan dalam kelompok tidak
teratur.
Bakteri Staphylococcus sp. Adalah bakteri gram positif, tidak berspora,
tidak motil, fakultatif anaerob, kemoorganotrofik, metil red positif, tumbuh
optimum pada suhu 30-37oC dan tumbuh baik pada NaCl 1-7%, dengan dua
pernapasan dan metabolisme fermentatif (Buckle , 1987). Koloni biasanya buram,
bisa putih atau krem dan kadang-kadang kuning keorangeorangean. Bakteri ini
katalase positif dan oksidase negatif, sering mengubah nitrat menjadi nitrit, rentan
lisis oleh lisostafin tapi tidak oleh lisozim. Suhu Optimum pertumbuhan 35-37oC.
Suhu Minimum pertumbuhan 10oC. Suhu Maksimum pertumbuhan 42oC. Suhu
Lethal 62oC selama 30-60 menit
3. Clostiridium botulinum merupakan bahaya utama pada makanan kaleng
karena dapat menyebabkan keracunan botulinin. Tanda-tanda keracunan
botulinin antara lain tenggorokan kaku, mata berkunang-kunang, dan
kejang-kejang yang menyebabkan kematian karena sukar bernapas.
Biasanya bakteri ini tumbuh pada makanan kaleng yang tidak sempurna
pengolahannya atau pada kaleng yang bocor, sehingga makanan di
dalamnya terkontaminasi udara dari luar. Botulinin merupakan sebuah
molekul protein dengan daya keracunan yang sangat kuat. Satu mikrogram
botulinin sudah cukup mematikan manusia. Untungnya karena merupakan
protein, botulinin bersifat termolabil dan dapat diinaktifkan dengan
pemanasan pada suhu 80oC selama 30 menit. Garam dengan konsentrasi 8
persen atau lebih serta pH 4,5 atau kurang dapat menghambat
pertumbuhan C. botulinum, sehingga produksi botulinin dapat dicegah.
Bakteri Salmonella berkembang biak pada suhu hangat. Karena itu,
infeksi bakteri Salmonella biasanya lebih banyak terjadi pada musim panas.
Biasanya, bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui media makan yang
tidak dipanaskan dengan benar, misalnya daging, ayam, telur, atau susu. Atau bisa
juga melewati makanan mentah yang telah terkontaminasi bakteri. (Ahira, 2011)
Nama : Kevin Kosalim
Npm : 240210110055
Keracunan pangan karena Salmonella terutama berhubungan dengan
daging sapi dan ayam yang baru dimasak dengan pemasakan yang kurang
sempurna dan salah dalam hal pengolahannya sebelum produk tersebut
dikonsumsi. Untuk mengamati adanya pertumbuhan Salmonella ini, pada agar
yang telah diinkubasi akan terlihat koloni-koloni yang berwarna hitam, karena
Salmonella merupaka bakteri penghasil sulfur.
Sumber bakteri Salmonella biasanya terdapat pada unggas (ayam, bebek,
kalkun), daging babi, binatang laut, telur dan susu. Bahan makanan hewani yang
paling sering berperan sebagai sumber penularan Salmonella adalah unggas.
Unggas yang terinfeksi Salmonella bisa menyebarkan bibit bakteri melalui
daging, telur baik pada kulit maupun isi telur.
Pendinginan makanan dalam lemari es tidak membunuh bakteri
Salmonella. Bakteri ini dalam suhu dingin (< 8°C) hanya berhenti
memperbanyak dirinya (inaktiv). Salmonella dapat berkembang biak pada suhu
antara 8 derajat sampai 70°C. Diatas 70°C Salmonella akan mati. Oleh sebab
itu ayam, daging ikan atau telur harus dimasak dengan baik sampai betul-betul
matang. Bakteri yang ada dalam daging baru dapat mati bila air daging sudah
tidak lagi berwarna merah atau daging dimasak sampai mendidih atau masak
setidaknya selama 10 menit. Makanan yang telah masak jangan terlalu lama
disimpan dalam kulkas. Sebelum dimakan kembali hangatkan terlebih dahulu.
Ada sekitar 2300 jenis bakteri Salmonella dan yang paling sering ditemui
adalah kasus infeksi Salmonella enteriditis yang terdapat pada unggas atau telur
ayam. Ada juga Salmonella typhi yang terdapat pada kerang. Makanan yang
mengandung Salmonella belum tentu menyebabkan infeksi Salmonella,
tergantung dari jenis bakteri, jumlah dan tingkat virulensi (sifat racun dari suatu
mikroorganisme, dalah hal ini bakteri Salmonella).
Perkembangan bakteri Salmonella terbilang sangat cepat dan
menakjubkan. Setiap selnya mampu membelah diri setiap 20 meni tsekali pada
suhu hangat dan pada media tumbuh yang mengandung protein tinggi. Bisa
dibayangkan, satu sel bakteri bisa berkembang menjadi 90.000 hanya dalam
waktu 6 jam. (Ahira, 2011)
Nama : Kevin Kosalim
Npm : 240210110055
Shigella adalah bakteri yang dapat menginfeksi saluran pencernaan dan
menyebabkan gejala mulai dari diare, nyeri perut, muntah, dan mual, sampai
komplikasi yang lebih serius. Infeksi ini disebut Shigellosis, terkadang dapat
menghilang dalam perjalanan penyakitnya, antibiotik dapat mempersingkat
perjalanan penyakit. (Admin2, 2009)
VII. KESIMPULAN
Nama : Kevin Kosalim
Npm : 240210110055
Sampel daging dan ikan memiiki nilai SPC :
- Ikan peda (< 3,0 x 104) 1,0 x 103
- Ikan segar 4,0 x 104
- Beef steak 6,7 x 105
- Daging sapi utuh 6,9 x 105
Adanya koloni bakteri Salmonella dan Shigella pada sampel:
- Ikan peda : Salmonella -
Shigella +
- Ikan segar : Salmonella +
Shigella +
- Beef steak : Salmonella +
Shigella +
- Daging sapi : Salmonella +
utuh Shigella +
Koloni bakteri Salmonella adalah berwarna hitam karena
memproduksi H2S, sedangkan Shigella berwarna merah muda.
Daging dan ikan rentan terhadap kerusakan setelah penyembelihan
atau penangkapan sehingga sering dilakukan proses pengolahan
seperti pemansan, pengeringan dan pemberian zat-zat tambahan
tertentu pada bahan pangan .
DAFTAR PUSTAKA
Nama : Kevin Kosalim
Npm : 240210110055
Admin2. 2009. Diare : Shigella.Available at : http://www.sehatgroup.web.id/?p=1311 (diakses 18 Mei 2011)
Ahira , Anne. 2011. Awas, Bahaya Bakteri Salmonella. Available at : http://www.anneahira.com/bakteri-salmonella.htm (diakses 18 April 2011)
Buckle, K. A., dkk. 1987. Ilmu Pangan. Diterjemahkan oleh Adiono dan Hari Purnomo. UI Press, Jakarta
Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia Pustaka Utama, JakartaSukarmina, E., Debby M. Sumanti. In-in Hanidah. 2008. Mikrobiologi Pangan.
Jurusan Teknologi Industri pangan. Fakultas Teknologi Industri Pertanian. Universitas Padjajaran. Jatinangor