Pembahasan Lemak

2
Kelebihan metode Soxhlet adalah mudah dan relatif sederhana, dapat digunakan pada hampir semua bahan makanan dengan kandungan lemak yang tinggi ataupun rendah selama kandungan air dalam bahan tidak lebih dari 10%. Sedangkan untuk kelemahan dari metode Soxhlet antara lain adalah membutuhkan waktu yang relatif lama dibandingkan metode lain, hanya bisa mengekstraksi lipid non-polar dan hanya digunakan untuk menentukan lemak kasar 1 . Sampel yang digunakan adalah tempe sebelum diolah dan tempe goreng. Kandungan lemak pada tempe yang belum diolah lebih rendah dibandingkan dengan tempe goreng. Tempe yang belum diolah memiliki kadar lemak sebesar 10,12% sedangkan tempe yang diolah dengan cara digoreng memiliki kadar lemak 3,3 kali lebih banyak yaitu 33,46%. Lemak pada tempe yang belum diolah diperoleh dari kandungan lemak alami pada kacang kedelai. Kacang kedelai memiliki kandungan lemak sebesar 16,7 gram/100 gram BDD 2 . Proses fermentasi dalam pembuatan tempe dapat menurunkan kadar lemak kedelai sehingga dalam 100 gram BDD tempe terkandung 8,8 gram lemak 23 . Syarat mutu tempe kedelai telah diterbitkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) dengan nomor SNI 3144:2009, Tempe Kedelai. Dalam SNI, syarat mutu tempe kedelai salah satunya adalah memiliki kadar lemak (b/b) minmal 10% 4 . Jika dibandingkan dengan TKPI, kadar lemak tempe kedelai hasil analisis lebih tinggi. Sedangkan berdasarkan SNI, kadar lemak tempe kedelai hasil analisis memenuhi persyaratan minimal 10%. Tempe yang diolah dengan cara digoreng akan mendapatkan tambahan lemak dari proses penggorengan. Minyak yang digunakan untuk menggoreng akan diserap oleh tempe. Tempe yang digoreng akan memiliki daya serap lemak sebesar 24% 5 . Oleh karena itu tempe yang digoreng memiliki kadar lemak yang lebih tinggi dibandingkan tempe yang tidak diolah. 1. Rohman A. 2013. Analisis Komponen Makanan. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.

description

pembahasan uji lemak

Transcript of Pembahasan Lemak

Page 1: Pembahasan Lemak

Kelebihan metode Soxhlet adalah mudah dan relatif sederhana, dapat digunakan pada hampir semua bahan makanan dengan kandungan lemak yang tinggi ataupun rendah selama kandungan air dalam bahan tidak lebih dari 10%. Sedangkan untuk kelemahan dari metode Soxhlet antara lain adalah membutuhkan waktu yang relatif lama dibandingkan metode lain, hanya bisa mengekstraksi lipid non-polar dan hanya digunakan untuk menentukan lemak kasar1.

Sampel yang digunakan adalah tempe sebelum diolah dan tempe goreng. Kandungan lemak pada tempe yang belum diolah lebih rendah dibandingkan dengan tempe goreng. Tempe yang belum diolah memiliki kadar lemak sebesar 10,12% sedangkan tempe yang diolah dengan cara digoreng memiliki kadar lemak 3,3 kali lebih banyak yaitu 33,46%. Lemak pada tempe yang belum diolah diperoleh dari kandungan lemak alami pada kacang kedelai. Kacang kedelai memiliki kandungan lemak sebesar 16,7 gram/100 gram BDD2.

Proses fermentasi dalam pembuatan tempe dapat menurunkan kadar lemak kedelai sehingga dalam 100 gram BDD tempe terkandung 8,8 gram lemak23. Syarat mutu tempe kedelai telah diterbitkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) dengan nomor SNI 3144:2009, Tempe Kedelai. Dalam SNI, syarat mutu tempe kedelai salah satunya adalah memiliki kadar lemak (b/b) minmal 10%4. Jika dibandingkan dengan TKPI, kadar lemak tempe kedelai hasil analisis lebih tinggi. Sedangkan berdasarkan SNI, kadar lemak tempe kedelai hasil analisis memenuhi persyaratan minimal 10%.

Tempe yang diolah dengan cara digoreng akan mendapatkan tambahan lemak dari proses penggorengan. Minyak yang digunakan untuk menggoreng akan diserap oleh tempe. Tempe yang digoreng akan memiliki daya serap lemak sebesar 24%5. Oleh karena itu tempe yang digoreng memiliki kadar lemak yang lebih tinggi dibandingkan tempe yang tidak diolah.1. Rohman A. 2013. Analisis Komponen Makanan. Yogyakarta (ID): Graha

Ilmu.2. Mahmud MK, Hermana, Zulfianto NA, Apriyantono RR, Ngadiarti I, Hartati

B, Bernadus, Tinexcelly. 2009. Tabel Komposisi Pangan Indonesia. Jakarta (ID): Gramedia.

3. Bulan R. 2008. Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kadar Protein, Lemak, Komposisi Asam Lemak dan Asam Fitat pada Pembuatan Tempe [Tesis]. Medan (ID): Universitas Sumatra Utara.

4. Badan Standardisasi Nasional 2009. Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI 3144:2009. Tempe Kedelai. Dewan Standardisasi Indonesia. Jakarta.

5. Krisdinamurtirin, Mahmud MK, Tarwotjo 1974. Daftar Faktor Konversi Berat Bahan Makanan. Bogor (ID): Puslitbang Gizi.