Pembahasan Kasus Toyota
-
Upload
olin-meisa-ludipa -
Category
Documents
-
view
128 -
download
54
description
Transcript of Pembahasan Kasus Toyota
ANALISIS KASUS BUDAYA PERUSAHAAN TOYOTA
DAN PENARIKAN PEDAL YANG RUSAK
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Prilaku Organisasi
Disusun oleh
(Kelompok 7)
ADRI NURMAN (1520532038)
OLIN MEISA LUDIPA (1520532046)
RAHMAD HERIADI (1520532067)
MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS
2015
I. PENDAHULUAN
a. Gambaran Umum Perusahaan
Toyota Motor Corporation adalah pabrikan mobil yang berasal dari jepang,
berpusat di Toyota Aichi, dan merupakan penghasil mobil terbesar didunia. Toyota
didirikan oleh Sakichi Toyoda, yang berawal dari sebuah industri tekstil (Marimutu
Sinivasan, pendiri Texmaco). Toyota Motor Corporation didirikan pada
September 1933 sebagai divisi mobil Pabrik Tenun Otomatis Toyota, pada 27
Agustus 1937 divisi mobil perusahaan melepaskan diri dari industri tekstil mereka
kemudian menciptakan Toyota Motor Corporation seperti saat ini. Tahun 1937
merupakan era penting kelahiran Toyota Motor Co, Ltd. cikal bakal raksasa Toyota
Motor Corp (TMC). Nama Toyota dalam bahasa Jepang terwakili dalam 8 karakter, dan
delapan adalah angka keberuntungan bagi kalangan masyarakat Jepang. Disamping
memproduksi mobil Toyota juga memberikan pelayanan Financial, dan juga membuat
robot, dan meupakan anggota dari TOYOTA GROUP dan memproduksi mobil dengan
merek Lexus dan Scion, memiliki sebagian besar saham Daihatsu dan Hino dan juga
memiliki saham Subaru dan Isuzu.
b. Gambaran Umum Kasus
Toyota motor Corporation melakukan penarikan kembali atau recall unit
kendaraan mereka diseluruh dunia, yang disebabkan karna lima masalah yang berbeda
yaitu masalah kabel spiral yang melekat pada kemudi sisi airbag sehingga airbag tidak
berfungsi saaat terjadi kecelakaan, cacat rel kursi, masalah kolom kemudi, cacat pada
power window, masalah karpet interior yang menganggu pedal gas dan masalah
akselerasi yang tiba-tiba semakin tinggi. Pada kasus recall ini toyota dijatuhi denda
USS1,2 M atau sekitarRp 13,7 Triliun oleh kejaksaan agung Amerika Serikat,
dikarenakan toyota dianggap telah sengaja menutup-nutupi keselamatan yang berujung
pada sejumlah kecelakaan fatal, dan juga harus menarik kembali 10 juta kendaraan
mereka dari pasaraan Amerika Serikat.
II. PERMASALAHAN
Yang menjadi permasalahan yang dialami oleh Toyota Motor adalah :
1. Mengapa toyota harus menungggu sekian lama untuk mempublikasikan dan
mengakui kesalahan dan mengatasi masalah akselerasi pedal gas
2. Merubah kebiasaan dari yang menjaga rahasia menjadi lebih transparan
(terutama saat kritis) nampaknya menjadi sulit, mengapa ?
3. Jika kamu menjadi president dari perusahaan toyota motor apa yang akan
kamu lakukan untuk mengatasi masalah akselari yang tak terduga tersebut?
III. TINJAUAN LITERATUR
Sistem Organisasi
Defenisi Budaya Organisasi
Selain menjadi konsep yang penting, budaya organisasi, sebagai
perspektif untuk memahami perilaku individu dan kelompok dalam suatu
organisasi, memiliki keterbatasan. Beberapa defenisi budaya :
- Simbol, bahasa, ideology, ritual dan mitos
- Naskah organisasi, yang diambil dari naskah pribadi pendiri
organisasi atau pimpinan yang dominan.
- Merupakan sebuah produk, sebuah sejarah; didasarkan pada symbol;
dan merupakan suatu abstraksi dari perilaku dan produk prilaku.
Budaya organisasi adalah apa yang dipersepsikan karyawan dan cara
persepsi itu menciptakan suatu pola keyakinan, nilai dan ekspektasi.
Edgar Schein mendefenisikan budaya organisasi sebagai :
Suatu pola dari asumsi dasar-yang diciptakan, ditemukan, atau dikembangkan oleh kelompok tertentu saat belajar menghadapi masalah adaptasi eksternal dan integrasi internal-yang telah berjalan cukup baikuntuk dianggap validdan oleh
karena itu, untuk diajarkan kepada anggota baru sebagai cara yang benar untuk berpersepsi, berpikir, dan berperasaan sehubungan dengan masalah yang diahadapinya.
Defenisi Schein menunjukan bahwa budaya melibatkan asumsi, adaptasi,
persepsi dan pembelajaran.
Budaya Organisasi dan Dampaknya
Karena budaya organisasi melibatkan ekspektasi, nilai, dan sikap
bersama, hal tersebut memberikan pengaruh pada individu, kelompok,
dan proses organisasi. Dampak dari budaya tehadap karyawan
menunjukkan bahwa budaya menyediakan dan mendorong suatu bentuk
stabilitas. Terdapat perasaan stabilitas, selain perasaan identitas
organisasi, yang disediakan oleh budaya organisasi.
Membedakan budaya yang kuat dan lemah sering kali berguna. Budaya
yang kuat dicirikan oleh adanya karyawan yang memiliki nilai inti
bersama. Semakin banyak karyawan yang berbagi dan menerima nilai
inti, semakin kuat budaya, semakin besar pengaruh terhadap prilaku.
Menciptakan Budaya Organisasi
Membentuk budaya serung kali berakhir pada penolakan. Sulit untuk
hanya menentukan nilai inti. Juga ketika muncul perbedaan antara
kenyataan dan serangkaian nilai yang ditetapka, karyawan menjadi
bingung, kesal dan skeptis. Mereka juga pada umumnya kurang memiliki
antusias dan rasa hormat ketika citra yang palsu digambarkan.
Menciptakan sekelompok manajer yang pintar dan memiliki maksud
baik bertemu dan mempersiapkan sebuah panduan.
Mempengaruhi Perubahan Budaya
Kesulitan dalam menciptakan budaya bahkan menjadi lebih kompleks
ketika kita berusaha melakukan suatu perubahan budaya signifikan. Yang
sering kali muncul dalam membahas perubahan:
- Budaya begitu membingungkan dan tersembunyi sehingga budaya
tidak dapat didiagnosis, dikelola, atau dirubah secara cukup.
- Karena diperlukan teknik yang sulit, keterampilan yang langka, dan
waktu yang cukup untuk memahami budaya, serta bahkan lebih
banyak waktu lagi untuk mengubahnya, usaha yang terencana dan
terperinci dalam perubahan budaya bukan merupakan hal benar-
benar praktis.
- Budaya membantu orang yang bertahan menghadapi periode
kesulitan dan berperan menghilangkan kecemasan. Salah satu cara
budaya melakukan hal ini adalah dengan menyediakan kontinuitas
dan stabilitas. Itulah sebabnya, orang akan secara alami menolak
perubahan kea rah suatu budaya yang baru.
Jika manager tertarik melakukan perubahan budaya berhadapan dengan
tugas yang sulit. Ada titik-titik intervensi perubahan yang dapat
dipertimbangkan oleh manager :
1. Mengubah prilaku mereka, tetapi perubahan perilaku tidak selalu
menghasilkan perubahan budaya karena proses justifikasi.
2. Manajer harus membuat karyawan melihat nilai yang melekat dengan
berprilaku dengan cara yang baru
3. Komunikasi budaya dapat memasukkan pengumuman, memo, ritual,
cerita dan bentuk komunikasi lainnya.
4. Memperkerjakan dan mensosialisasikan anggota yang sesuai dengan
budaya
5. Menyingkirkan anggota yang menyimpang dari budaya.
Mempertahankan Budaya
Pengertian sosialisasi menurut John M. Ivancevich hal 51 adalah
Sosialisasi adalah proses dimana perusahaan memperkenalkan
karyawan baru pada budaya perusahaan.
Dalam istilah sosialisasi budaya, terdapat perpindahan nilai, asumsi, dan
sikap dari karyawan lama ke karyawan baru. Proses sosialisasi perusahaan
terus berlangsung sepanjang karir seorang individu. Ketika krbutuhan
organisasi berubah harus disosialisasikan.
Tahapan sosialisasi umumnya saling bersinggungan dengan tahap dari suatu
karier. Ada tiga tahap sosialisasi adalah :
Sosialisasi Antisipasi
Tahap pertama melibatkan semua aktivitas yang dilakukan individu
sebelum memasuki organisasi atau menerima pekerjaan yang berbeda
dalam organisasi yang sama. Tujuan utama dari aktivitas ini adalah
memperoleh informasi mengenai organisasi baru dan/atau pekerjaan
baru. Informasi yang diinginkan adalah informasi yang secara
spesifik terkait dengan pekerjaan atau organisasi.
Akomodasi
Tahap kedua dari sosialisasi muncul setelah individu menjadi
anggota dari organisasi, setelah dia menerima pekerjaan. Dalam
tahap ini, individu ,elihat organisasi dan pekerjaan seperti apa
adanya. Empat aktivitas utama membentuk tahap akomudasi: semua
individu, pada suatu tingkatan harus terlibat dalam aktivitas
Membangun hubungan interpersonal baru, baik dengan rekan
kerja dan supervisor
Mempelajari tugas yang diperlukan untuk melakukan
pekerjaan.
Memperjelasnya peran dalam organisasi dan dalam kelompok
formal dan informal yang relevan dengan peran tersebut
Mengevaluasi kemajuan yang dicapainya dalam pemenuhan
permintaan pekerjaan dan peran.
Jika semua berjalan baik dalam tahap ini, indivudu akan merasa
diterima oleh rekan kerja dan supervisor dan merasa mampu
melaksanakanpekerjaan yang diberikan.
Manajemen Peran
Tahap manajemen peran mengambil serangkaian persoalan dan masalah
yang lebih luas. Selama tahap ketiga, konflik muncul. Karyawan yang
tidak mampu memecahkan konflik pekerjaan/kehidupan sering kali
dipaksa untuk meninggalkan organisasi atau untuk berkinerja pada
tingkat yang tidak efektif. .Konflik selama tahap manajemen peran
adalah antara kelompok kerja individu dan kelompok kerja lain di dalam
organisasi
Karakteristek Dari Sosialisasi Yang Efektif
Daftar praktek sosialisasi yang efektif yakni
a. Sosialisasi Antisipasi yakni 1) rekrutmen menggunakan ulasan pekerjaan
yang realities 2) Pemilihan dan penempatan menggunakan jalur karier
yang realities.
b. Sosialisasi Akomodasi yakni 1) program orinetasi yang dibuat secara
khusus dan individual 2) Pelatihan sosial dan juga pelatihan keterampilan
sosial 3) Umpan balik yang mendukung dan akurat 4) Penugasan
pekerjaan yang menantang 5) Supervisor yang menuntut tapi adil
c. Sosialisasi Manajemen Peran yakni 1) Penetapan dan konseling
profesional 2) penugasan yang adaptif 3) Manajer yang tulus dan
beroperasi pada karyawan
Kemampuan Manajemen Untuk Mengkapitalisasi Keanekaragaman
Manajer harus mempelajari sosialisasi dengan kebih teliti dan melakukan
intervensi sedemikian rupa agar mereka dapat meraih manfaat
maksimum dari memperkerjakan tenaga kerja yang semakin beragam.
Tantangan manajerial adalah mengidentifikasi cara menginteraksikan
jumlah dan bauran orang yang semakin meningkat dari budaya yang
beragam dalam tempat kerja.
Spiritualitas dan Dimensi Kerja
Spiritual di tempat kerja mulai dipelajari dan dibahas secara empiris.
Dengan spritualitas sebagian besar praktisi dan peneliti mengartikan
bahwa karyawan memiliki sebuah konsep pribadi atau kehidupan dalam
arti diri sendiri yang dapat diperkuat dan dikembangkan di pekerjaan.
IV. PEMECAHAN MASALAH
Penarikan mobil dari seluruh dunia menjadi jalan keluar yang di ambil Toyota
demi mempertahankan kepercayaan pelanggan kepada produk mereka. Perusahaan
Toyota yang ingin mendominasi pasar mobil dunia, mencoba inisiasi ke wilayah Eropa
dan Amerika. Rencana inisiasi kedua dunia yang sangat berpengaruh di dunia tersebut
ternyata tidak semulus apa yang dibayangkan. Banyak tuntutan yang harus dipenuhi
oleh perusahaan Toyota termasuk membangun pabrik di wilayah Amerika. Tentunya
pembangunan pabrik ini mengalami kendala dimana-mana.
Kendala yang paling mendominasi adalah masalah budaya kerja. Budaya kerja
Toyota yang sangat disiplin dan ketat dalam kualitas ternyata tidak dapat dengan
mudah diterapkan di daratan Amerika dan Eropa. Perbedaan budaya kerja ini menjadi
mata pisau bagi perusahaan yang sewaktu-waktu dapat menjadi masalah besar. Ini
dibuktikan dengan masalah pedal gas dan sistem ren yang terjadi.
Kualitas dan kinerja dijadikan satu-satunya alasan yang mendasari masalah ini.
Ternyata bila dilihat secara mendalam, budaya kerja yang tidak sesuai yang menjadi
penyebab utamanya. Ketidaknyamanan para pegawai menjadi salah satu penyebab
penurunan control kualitas yang terjadi dalam perusahaan. Akibat dari kesalahan yang
berujung pada penarikan itu saja pangsa pasar mobil AS menjadi berubah posisinya.
Semula Toyota berada pada posisi kedua setelah General motor (GM), maka ini
diprediksi Toyota akan turun ke posisi ketiga dengan GM tetap pada posisi paling
tertinggi.
Ketika kesalahan ataupun kegagalan maka sungguh akan besar dampak nya
terhadap citra perusahaan dalam hal ini citra produknya. Bila penanganannya kurang
tepat, atau bahkan salah, akan tamat riwayat perusahaan itu. Sehingga akan beratlah
kerja keras yang harus dilakukan untuk mengembalikan citra itu kembali seperti semula.
Maka ketika ditemukan identifikasi kesalahan pada pedal gas dan sitem remnya,
masalah kualitas yang berhubungan erat dengan keselamatan, Toyota segera hasil
produknya secara keseluruhan Toyota merecall sebanyak lebih dari 8 juta unit mobil
yang sudah berada di tangan pelanggannya. Juga patut dicatat, Toyota bakal mengalami
kegugian sebesar US $ 2 Miliar sebagai biaya atas penarikan mobilnya itu. Sesungguh,
suatu harga yang sangat teramat besar untuk suatu kesalahan. Harga yang teramat mahal
untuk mempertahankan citra baik perusahaan. Harga yang teramat luar biasa untuk tetap
focus kepada filosofi kepuasan pelanggan.
Itulah bagaimana cara organisasi besar sekelas dunia bertindak menanggani
kesalahannya. Mereka mengakui kesalahannya dan meminta maaf secara terbuka di
depan publik. Presiden Toyota rela membungkukkan badannya dan meminta maaf
kepada dunia mengenai kesalahan produksi yang telah dilakukan perusahaannya. Ini
adalah contoh sikap baik pemimpin yang patut kita teladani. Mereka bertindak cepat
dan tepat untuk memperbaiki dengan merecall produknya untuk keluar, sedangkan
untuk kedalam dengan membentuk panitia khusus yang dipimpin langsung oleh
Presiden Toyota Motor Crop sendiri yaitu AKIO TOYODA. Dan untuk memperbaiki
organisasinya untuk kembali ke filosofi dasar yang telah dimilikinya kemudian bergerak
cepat merebut kembali posisisnya dipasar global. Tentu saja hal ini memerlukan analisis
terhadap akar penyebab kesalahan itu dan kemudian melakukan sejumlah tindakan-
tindakan perbaikan yang tepat dan sistematis. Dan tentu saja hal ini berarti belajar
kemabali dari kesalahan.
Alasan Toyota menunggu sekian lama untuk mempublikasikan dan mengakui
kesalahan dan mengatasi masalah akselerasi pedal gas karena budaya dari Toyota itu
sendiri yang tidak melihat sebuah kesalahan untuk mengatasi masalah kegagalan
akselerasi dan kurangnya komunikasi tentang dampak dan penyebab masalah tersebut
sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama setelah komplen terhadap akselerasi
Toyota tersebut.
Merubah kebiasaan dari yang menghargai rahasia menjadi transparan (terutama
saat kritis nampaknya menjadi sulit hal ini sebabkan budaya organisasi Toyota mungkin
tidak melihat sebuah kesalahan yang dibuat untuk mengatasi masalah kegagalan
akselerasi. Hal ini kebiasaan Toyota untuk memyimpan informasi yang memiliki
petensi negative mengunci informasi tersebut dalam perusahaan adalah sebuah hal yang
aneh dengan banyak organisasi melakukan selama krisis. Dan takut terhadap reaksi
global terhadap kegagalan produksi tersebut.
Yang dilakukan seorang presiden dari perusahaan Toyota motor untuk
mengatasi masalah akselerasi yang tak terduka tersebut adalah melakukan komunikasi
yang transparan dan terbuka dengan manajer produksi untuk mengambil langkah cepat
untuk mengatasi masalah tersebut. Selanjut melakukan perbaikan kualitas terhadap
produk yang bermasalah.
V. REKOMENDASI KEBIJAKAN
Berdasarkan keputusan manajemen pada filosofi jangka panjang meskipun
harus mengorbankan tujuan keuangan jangka pendek. Proses yang benar akan
membuahkan hasil yang benar
Buat alur proses yang kontiniu untuk mengangkat masalah kepermungkaan
Gunakan proses tarik (pull system) untuk menghindari produk yang
berlebihan
Bangun budaya agar berhenti untuk memperbaiki masalah dan memperoleh
kualitas yang baik sejak awal
Standar kerja merupakan fondasi dari peningkatan secara terus menerus dan
pemberdayaan karyawan
Gunakan pengendalian visual agar tidak ada masalah yang tersembunyi
Hanya menggunakan teknologi yang handal yang sudah benar-benar teruji
untuk membantu orang-orang dan melaksanakan proses. Menambah nilai
untuk organisasi denganmengembangkan orang dan mitra kerja andal.
Kembangkan pemimpin yang benar-benar memahami pekerjaannya,
menjiwai filosofi dan mengajarkan kepada orang lain.
Hormati jaringan mitra kerjasama dan pemasok anda dengan memberikan
tantangan dan membantu mereka melakukan peningkatan.
Menyelesaikan akar permasalahan secara terus menerus mendorong
pembelajaran organisasi
Ambil keputusan secara perlahan-lahan melalui consensus, pertimbangkan
semua pilihan dengan seksama, kemudian implementasikan keputusan itu
dengan cepat
Menjadikan suatu organisasi pembelajaran melalui refleksi diri tanpa
kompromi dan peningkatan perbaikan yang berkesinambungan
VI. PEMBELAJARAN DARI KASUS
Selain biaya finansial yang luar biasa besar, penarikan juga berdampak negatif
terhadap reputasi sebuah produk yang berarti membahayakan penjualannya di masa
depan. Padahal walaupun mereka melakukan penarikan produk tersebut akan
menimbulakan dampak yang lain, seperti kepercayaan konsumen meningkat dengan
adanya perbaikan yang mereka lakukan pada produk gagal tersebut. Dibandingkan
mereka membiarkan saja hal itu sampai menyebabkan kerugian bagi konsumen menjadi
lebih parah bahkan merenggut keselamatan konsumen.
Dapat disimpulkan bahwa pada perusahaan manapun, bahkan perusahaan besar
sekelas Toyota, masih saja terdapat kesalahan. Namun hal ini tergantung bagaimana
perusahaan mengatasinya untuk menjadi lebih baik lagi dan membuat kesalahan yang
sama. Seperti Presiden Direktut Toyota yang rela meminta maaf kepada dunia mengenai
kesalahan produksi yang telah dilakukan perusahaannya. Ini adalah suatu contoh sikap
baik pemimpin yang patut kita teladani. Mari tetap terbuka untuk belajar dari kesalahan
kita sendiri. Serta membuat budaya organisasi yang memiliki keterbukaan informasi
VII. REFERENSI
Gibson, Ivancevich, Donelly, Konopaske (2012). Organization: bahvior,
structure, process. 14 th Ed. Mc.Graw-Hil
http://www.toyota-global.com/company/profile/,10 juni 2015