PEMBAHASAN KASUS

47
PEMBAHASAN KASUS SKIZOFRENIA Definisi Skizofrenia adalah suatu gangguan psikosis fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik yang khas dan oleh kemunduran fungsi sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri. Skizofrenia Tipe I ditandai dengan menonjolnya gejala-gejala positif seperti halusinasi, delusi, dan asosiasi longgar, sedangkan pada Skizofrenia Tipe II ditemukan gejala-gejala negative seperti penarikan diri, apati, dan perawatan diri yang buruk. Skizofrenia terjadi dengan frekuensi yang sangat mirip di seluruh dunia. Skizofrenia terjadi pada pria dan wanita dengan frekuensi yang sama. Gejala-gejala awal biasanya terjadi pada masa remaja atau awal dua puluhan. 8

description

asd

Transcript of PEMBAHASAN KASUS

Page 1: PEMBAHASAN KASUS

PEMBAHASAN KASUS

SKIZOFRENIA

Definisi

Skizofrenia adalah suatu gangguan psikosis fungsional berupa gangguan

mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik yang khas dan oleh

kemunduran fungsi sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri. Skizofrenia Tipe I

ditandai dengan menonjolnya gejala-gejala positif seperti halusinasi, delusi, dan

asosiasi longgar, sedangkan pada Skizofrenia Tipe II ditemukan gejala-gejala

negative seperti penarikan diri, apati, dan perawatan diri yang buruk.

Skizofrenia terjadi dengan frekuensi yang sangat mirip di seluruh dunia.

Skizofrenia terjadi pada pria dan wanita dengan frekuensi yang sama. Gejala-gejala

awal biasanya terjadi pada masa remaja atau awal dua puluhan. Pria sering

mengalami awitan yang lebih awal daripada wanita.

Epidemiologi

Schizophrenia terjadi pada laki-laki dan perempuan, walaupun biasanya

muncul lebih awal pada laki-laki berusia 16 – 25 tahun adalah permulaan bagi laki-

laki dan untuk perempuan usia 26 – 32 tahun.

Prevelensi schizophrenia seumur hidup dengan mengalami penyakit tersebut

setiap saat umumnya sebesar 1 %. Namun, tahun 2002 banyak studi yang

8

Page 2: PEMBAHASAN KASUS

9

menemukan prevelensi seumur hidup. Sebesar 0,55 %. Meskipun hikmah

schizophrenia yang terjadi pada tingkat yang sama diseluruh dunia, dengan prevalensi

bervariasi pula. Schizophrenia dikenal menjadi penyebab utama cacat. Pada studi

1999 sebuah studi dari 14 negara, gila telah menjadi perangkat ketiga

setelah quadriplegia dan singkat akal di depanparaplegia dan kebutaan.

Etiologi

Penyakit Skizofrenia Tidak ada jalur etiologi tunggal yang telah diketahui

menjadi penyebab skizofrenia. Penyakit ini mungkin mewakili sekelompok heterogen

gangguan yang mempunyai gejala-gejala serupa. Secara genetik, sekurang-kurangnya

beberapa individu penderita skizofrenia mempunyai kerentanan genetic herediter.

Kemungkinan menderita gangguan ini meningkat dengan adanya kedekatan genetic

dengan, dan beratnya penyakit, probandnya. Penelitian Computed Tomography (CT)

otak dan penelitian post mortem mengungkapkan perbedaan-perbedaan otak

penderita skizofrenia dari otak normal walau pun belum ditemukan pola yang

konsisten. Penelitian aliran darah, glukografi, dan Brain Electrical Activity Mapping

(BEAM) mengungkapkan turunnya aktivitas lobus frontal pada beberapa individu

penderita skizofrenia. Status hiperdopaminergik yang khas untuk traktus mesolimbik

(area tegmentalis ventralis di otak tengah ke berbagai struktur limbic) menjadi

penjelasan patofisiologis yang paling luas diterima untuk skizofrenia.

Page 3: PEMBAHASAN KASUS

10

Faktor Resiko

1. Riwayat skizofrenia dalam keluarga

2. Perilaku premorbid yang ditandai dengan kecurigaan, eksentrik, penarikan diri,

dan/atau impulsivitas.

3. Stress lingkungan

4. Kelahiran pada musim dingin. Faktor ini hanya memiliki nilai prediktif yang

sangat kecil.

5. Status sosial ekonomi yang rendah sekurang-kurangnya sebagian adalah karena

dideritanya gangguan ini

Tanda dan Gejala

Gejala skizofrenia adalah sebagai berikut :

1. Gejala Positif

Delusi

Halusinasi

Bicara tidak teratur

Perilaku tidak teratur

Perilaku katatonik

2. Gejala Negatif

Gangguan ekspresi wajah

Sedikit bicara

Page 4: PEMBAHASAN KASUS

11

Kurang motivasi

Penyakit ini mempunyai beberapa tanda dan gejala, yang paling sering antara

lain :

a. Waham; yaitu suatu keyakinan yang salah yang tidak sesuai dengan latar

belakang sosial budaya serta pendidikan pasien, namun dipertahankan oleh

pasien dan tidak dapat ditangguhkan.

b. Halusinasi; gangguan persepsi ini membuat pasien skizofrenia dapat

melihat sesuatu atau mendengar suara yang tidak ada sumbernya. Halusinasi

yang sering terdapat pada pasien adalah halusinasi auditorik (pendengaran).

Terkadang juga terdapat halusinasi penglihatan dan halusinasi perabaan.

c. Siar pikiran, yaitu pasien merasa bahwa pikirannya dapat disiarkan melalui

alat-alat bantu elektronik atau merasa pikirannya dapat dibaca oleh orang lain.

Terkadang pasien dapat mengatakan bahwa dirinya dapat berbincang-bincang

dengan penyiar televisi maupun radio. Beberapa pasien juga mengatakan

pikirannya dimasuki oleh pikiran atau kekuatan lain atau ditarik/diambil oleh

kekuatan lain.

Psikofisiologi

1. Tahapan halusinasi dan delusi yang biasa menyertai gangguan jiwa.

a. Tahap Comforting

Page 5: PEMBAHASAN KASUS

12

Timbul kecemasan ringan disertai gejala kesepian, perasaan berdosa, klien

biasanya mengkompensasikan stresornya dengan koping imajinasi sehingga

merasa senang dan terhindar dari ancaman.

b. Tahap Condeming

Timbul kecemasan moderat, cemas biasanya makin meninggi selanjutnya klien

merasa mendengarkan sesuatu, klien merasa takut apabila orang lain ikut

mendengarkan apa-apa yang ia rasakan sehingga timbul perilaku menarik diri

( with drawl ).

c. Tahap Controling

Timbul kecemasan berat, klien berusaha memerangi suara yang timbul tetapi suara

tersebut terus menerus mengikuti, sehingga menyebabkan klien susah

berhubungan dengan orang lain. Apabila suara tersebut hilang klien merasa sangat

kesepian atau sedih.

d. Tahap Conquering

Klien merasa panik, suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak diikuti

perilaku klien dapat bersifat merusak atau dapat timbul perilaku suicide.

2. Waham

Kelompok ini ditandai secara khas oleh berkembangnya waham yg umumnya

menetap dan kadang-kadang bertahan seumur hidup. Waham dapat berupa waham

Page 6: PEMBAHASAN KASUS

13

kejaran, hipokondrik, kebesaran, cemburu, tubuhnya dibentuk secara

abnormal,merasa dirinya bau dan homoseks.

Tidak dijumpai Gangguan lain, hanya depresi bisa terjadi secara intermitten.Onset

biasanya pada usia pertengahan, tetapi kadang-kadang yg berkaitan dgn bentuk tubuh

yang salah dijumpai pada usia muda. Isi waham dan waktu timbulnya sering

dihubungkan dengan situasi kehidupan individu, misalnya waham kejaran pada

kelompok minoritas. Terlepas dari perbuatan dan sikapnya yang berhubungan dengan

wahamnya, afek dan pembicaraan dan perilaku orang tersebut adalah normal.Waham

ini minimal telah menetap selama 3 bulan.

PEDOMAN DIAGNOSTIK SKIZOFRENIA PPDGJ III

1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua

gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):

a. - Thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam

kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun

kualitasnya berbeda, atau

- Thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk

kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu

dari luar dirinya (Withdrawal) dan

- Thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau

umumnya mengetahuinya.

Page 7: PEMBAHASAN KASUS

14

b. - Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan

tertentu dari luar atau

- Delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan

tertentu dari luar atau

- Delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah

terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya= secara jelas ,merujuk ke

pergerakan tubuh/anggota gerak atau kepikiran, tindakan atau penginderaan

khusus).

- Delusion perception = pengalaman inderawi yang tidak wajar, yang bermakna

sangat khas bagi dirinya , biasanya bersifat mistik dan mukjizat.

c. Halusional Auditorik ;

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap prilaku pasien

- Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara

yang berbicara atau

- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.

d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap

tidak wajar dan sesuatu yang mustahi,misalnya perihal keyakinan agama atau

politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya

mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan mahluk asing atau

dunia lain).

Page 8: PEMBAHASAN KASUS

15

Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik oleh

waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif

yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap,

atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus

menerus.

f. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation)

yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.

g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh

tertentu (posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.

h. Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional yang

menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan

sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak

disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika.

* adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu

satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);

* Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan

(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior),

bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu,

sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.

Page 9: PEMBAHASAN KASUS

16

Perjalanan Gangguan Skizofrenik dapat diklasifikasi dengan menggunakan kode lima

karakter berikut: F20.X0 Berkelanjutan, F20.X1 Episodik dengan kemunduran

progresif, F20 X2 episodik dengan kemunduran stabil, F20.X3 Episode berulang ,

F20. X4 remisi tak sempurna, F20.X5 remisi sempurna, F20.X8. lainnya, F20.X9.

Periode pengamatan kurang dari satu tahun.

F.20 Skizofrenia Paranoid

Pedoman diagnostik

1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

2. Sebagai tambahan:

* Halusinasi dan/ waham arus menonjol;

(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau

halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling),

mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing).

(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual , atau lain-

lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.

(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan

(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence) atau passivity

(delussion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam,

adalah yang paling khas;

Page 10: PEMBAHASAN KASUS

17

Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala

katatonik secara relatif tidak nyata / tidak menonjol.

Diagnosa Banding :

- Epilepsi dan psikosis yang diinduksi oleh obat-obatan

- Keadaan paranoid involusional (F22.8)

- Paranoid (F22.0)

F20.1 Skizofrenia Hebefrenik

Pedoman Diagnostik

- Memenuhi Kriteria umum diagnosis skizofrenia

- Diagnosis hebefrenik untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia

remaja atau dewasa muda (onset biasanya 15-25 tahun).

- Kepribadian premorbid menunjukan pemalu dan senang menyendiri

(solitary), namun tidak harus demikian untuk memastikan bahwa

gambaran yang khas berikut ini

- Untuk meyakinkan umumnya diperlukan pengamatan kontinu selama

2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang

khas berikut ini memang benar bertahan :perilaku yang tidak

bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta manerisme, ada

kecenderungan untuk menyendiri (solitaris) dan perilaku menunjukan

hampa tujuan dan hampa perasaan. Afek pasien yang dangkal

Page 11: PEMBAHASAN KASUS

18

(shallow) tidak wajar (inaproriate), sering disertai oleh cekikikan

(gigling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum-senyum

sendiri (self absorbed smiling) atau sikap tinggi hati (lofty manner),

tertawa menyerigai, (grimaces), manneriwme, mengibuli secara

bersenda gurau (pranks), keluhan hipokondriakalI dan ungkapan dan

ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases), dan proses

pikir yang mengalamu disorganisasi dan pembicaraan yang tak

menentu (rambling) dan inkoherens

- Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir

biasanya menonjol, halusinasi dan waham biasanya ada tapi tidak

menonjol ) fleeting and fragmentaty delusion and hallucinations,

dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determnation) hilang

serta sasaran ditinggalkan, sehingga prilaku tanpa tujuan (aimless) dan

tanpa maksud (empty of purpose) Tujuan aimless tdan tampa maksud

(empty of puspose). Adanya suatu preokupasi yang dangkal, dan

bersifat dibuat-buar terhadap agama, filsafat, dan tema abstrak lainnya,

makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien.

F20.2 Skizofrenia Katatonik

Pedoman diagnostik

Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia

Page 12: PEMBAHASAN KASUS

19

Satu atau lebih perilaku berikut harus mendominasi gambaran klinisnya:

a. Stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan

dalam gerakan dan aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara)

b. Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan,

yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)

c. Menampilkan posisi tubuh tertentu( secara sukarela mempertahankan

posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh)

d. Negativisme ( tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap

semua perintah atau upaya untuk menggerakan atau pergerakan kearah

berlawanan)

e. Rigiditas ( mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan

upaya menggerakan dirinya)

f. Flexibilitas cerea (mempertahankan anggota gerak atau tubuh dalam

posisi yang dapat dibentuk dari luar)

g. Gejala-gejala lain seperti : command automatism (kepatuhan secara

otomatis terhadap perintah dan pengulangan kata-kata serta kalimat-

kalimat

Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi dengan manifestasi

perilaku dari gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus

ditunda sampai diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala

lain. Penting untuk diketahui bahwa gekala-gejala katatonik bukan

Page 13: PEMBAHASAN KASUS

20

petunjuk diagnostik untuk skizofrenia gejala katatonik dapat dicetuskan

oleh penyakit otak, gangguan metabolik, atau alkohol, dan obat-obatan

serta dapat juga terjadi pada gangguan afektif.

F20.3 Skizofrenia Tak terinci (undifferentiated )

Pedoman diagnostik :

(1) Memenuhi kriteria umum untuk diagnosa skizofrenia

(2) Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia paranoid, hebefrenik,

katatonik.’

(3) Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca

skiszofrenia

F20.5 Skizofrenia Residual

Pedoman diagnostik:

Untuk suatu diagnostik yang menyakinkan , persyaratan berikut harus di penuhi

semua:

(a) Gejala “Negatif” dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan

psikomotorik, aktifitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan

ketidak adaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan,

komunikasi non verbal yang buruk, seperti ekspresi muka, kontak mata,

Page 14: PEMBAHASAN KASUS

21

modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri, dan kinerja sosial yang

buruk.

(b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang

memenuhi kriteria untuk diagnosa skizofrenia

(c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan

frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat

berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negatif dari skizofrenia

(d) Tidak terdapat dementia, atau penyakit/gangguan otak organik lainnya,

depresi kronis atau institusionla yang dapat menjelaskan disabilitas negatif

tersebut.

F20.6 Skizofrenia Simpleks

Pedoman diagnostik

- Skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena

tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan berlahan

dan progresif dari: (1) gejala negatif yang khas dari skizofrenia

residual tanpa didahului riwayat halusinasi waham, atau manifestasi

lain dari episode psikotik. Dan (2) disertai dengan perubahan-

perubahan perilaku pribadi yang bermakna, bermanifestasi sebagai

kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu tanpa tujuan

hidup, dan penarikan diri secara sosial.

Page 15: PEMBAHASAN KASUS

22

- Gangguan ini kurang jelas gejala psokotiknya dibanding dengan sub

type skisofrenia lainnya.

Penatalaksanaan

A. Psikofarmaka

Terapi farmakologi merupakan terapi utama dari pelaksanaan skizofrenia.

Syarat-syarat psikofarmaka yang ideal untuk skizofrenia adalah :

1. Dosis rendah dengan efektivitas terapi dalam waktu relative singkat

2. Tidak ada data/sedikit efek samping

3. Dapat menghilangkan gejala-gejala skizofrenia dalam waktu relative singkat

4. Lebih cepat memulihkan fungsi kognitif

5. Tidak menyebabkan kantuk

6. Memperbaiki pola tidur

7. Tidak menyebabkan habituasi, adiksi atau dependensi

8. Tidak menyebabkan lemas otot

9. Pemakaiannya dosis tunggal (jika mungkin)

Antipsikotik merupakan obat utama yang digunakan dalam terapi psikofarmaka untuk

penderita skizofrenia. Bagaimanapun, obat-obat lain mungkin digunakan untuk

mengatasi gejala anxietas, gangguan tidur, depresi, gangguan mood, juga untuk

mengurangi efek samping yang mungkin timbul akibat penggunaan obat utama.

Page 16: PEMBAHASAN KASUS

23

1. Neuroleptik (Antipsikotik)

Obat-obat neuroleptika tipikal (tradisional) adalah inhibitor kompetitif pada berbagai

reseptor, tetapi efek anti psikotiknya mencerminkan penghambatan kompetitif dari

reseptor dopamin. Obat-obat ini berbeda dalam potensinya tetapi tidak ada satu

obatpun yang secara klinik lebih efektif dari yang lain. Sedangkan obat-obat

neuroleptika atipikal yang lebih baru, disamping berafinitas terhadap ‘Dopamine D2

Receptors’ juga terhadap ‘Serotonin 5 HT2 Receptors’.

Obat neuroleptika bukan untuk pengobatan kuratif dan tidak menghilangkan

gangguan pemikiran yang fundamental, tetapi sering memungkinkan pasien psikotik

berfungsi dalam lingkungan yang suportif.

Efek kerja

Penghambatan reseptor dopamin adalah efek utama yang berhubungan dengan

keuntungan terapi obat-obatan antipsikotik lama. Terdapat beberapa jalur utama

dopamin diotak, antara lain :

1. Jalur dopamin nigrostriatal

Jalur ini berproyeksi dari substansia nigra menuju ganglia basalis. Fungsi jalur

nigrostriatal adalah untuk mengontrol pergerakan. Bila jalur ini diblok, akan

terjadi kelainan pergerakan seperti pada Parkinson yang disebut extrapyramidal

reaction (EPR). Gejala yang terjadi antara lain akhatisia, dystonia (terutama pada

wajah dan leher), rigiditas, dan akinesia atau bradikinesia.

2. Jalur dopamin mesolimbik

Page 17: PEMBAHASAN KASUS

24

Jalur ini berasal dari batang otak dan berakhir pada area limbic. Jalur dopamin

mesolimbik terlibat dalam berbagai perilaku, seperti sensasi menyenangkan,

euphoria yang terjadi karena penyalahgunaan zat, dan jika jalur ini hiperaktif

dapat menyebabkan delusi dan halusinasi. Jalur ini terlibat dalam timbulnya

gejala positif psikosis.

3. Jalur dopamin mesokortikal

Jalur ini berproyeksi dari midbrain ventral tegmental area menuju korteks limbic.

Selain itu jalur ini juga berhubungan dengan jalur dopamine mesolimbik. Jalur ini

selain mempunyai peranan dalam memfasilitasi gejala positif dan negative

psikosis, juga berperan pada neuroleptic induced deficit syndrome yang

mempunyai gejala pada emosi dan sistem kognitif.

4. Jalur dopamin tuberoinfundibular

Jalur ini berasal dari hypothalamus dan berakhir pada hipofise bagian anterior.

Jalur ini bertanggung jawab untuk mengontrol sekresi prolaktin, sehingga kalau

diblok dapat terjadi galactorrhea.

Page 18: PEMBAHASAN KASUS

25

Tindakan-tindakan penghambatan relatif pada reseptor oleh obat-obatan antipsikotik

terdapat pada tabel berikut.

Tindakan penghambatan relatif pada reseptor oleh obat-obatan neuroleptik

Obat D2 D4 Alfa1 5-HT2 M H1

Kebanyakan

phenothiazine

dan

thioxanthene

++ - ++ + + +

Thiordazine ++ - ++ + +++ +

Haloperidol +++ - + - - -

Clozapin - ++ ++ ++ ++ +

Page 19: PEMBAHASAN KASUS

26

Molindone ++ - + - + +

Olazapin + - + ++ + +

Quetiapin + - + ++ + +

Risperidon ++ - + ++ + +

Sertindole ++ - + +++ - -

SEDIAAN ANTIPSIKOSIS dan DOSIS ANJURAN

No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran

1 Chlorpromazine LARGACTIL

PROMACTIL

MEPROSETIL

ETHIBERNAL

Tab. 25 mg, 100 mg

Amp.25 mg/ml

150-600 mg/h

2 Haloperidol SERENACE

HALDOL

GOVOTIL

LODOMER

HALDOL DECA-

NOAS

Tab. 0,5 mg, 1,5&5 mg

Liq. 2 mg/ml

Amp. 5 mg/ml

Tab. 0,5 mg, 2 mg

Tab. 2 mg, 5 mg

Tab. 2 mg, 5 mg

Amp. 50 mg/ml

5-15 mg/h

50 mg / 2-4

minggu

3 Perphenazine TRILAFON Tab. 2 mg, 4&8 mg 12-24 mg/h

4 Fluphenazine

Fluphenazine-

Decanoate

ANATENSOL

MODECATE

Tab. 2,5 mg, 5 mg

Vial 25 mg/ml

10-15 mg/h

25 mg / 2-4

minggu

5 Levomepromazine NOZINAN Tab.25 mg 25-50 mg/h

Page 20: PEMBAHASAN KASUS

27

Amp. 25 mg/ml

6 Trifluoperazine STELAZINE Tab. 1 mg, 5 mg 10-15 mg/h

7 Thioridazine MELLERIL Tab. 50 mg, 100 mg 150-600 mg/h

8 Sulpiride DOGMATIL –

FORTE

Tab. 200 mg

Amp. 50 mg/ml

300-600 mg/h

9 Pimozide ORAP FORTE Tab. 4 mg 2-4 mg/h

10 Risperidone RISPERDAL

NERIPROS

NOPRENIA

PERSIDAL-2

RIZODAL

Tab. 1,2,3 mg

Tab. 1,2,3 mg

Tab. 1,2,3 mg

Tab. 2 mg

Tab. 1,2,3 mg

Tab 2-6 mg/h

11 Clozapine CLOZARIL Tab. 25 mg, 100 mg 25-100 mg/h

12 Quetiapine SEROQUEL Tab. 25 mg, 100 mg,

200 mg

50-400 mg/h

13 Olanzapine ZYPREXA Tab. 5 mg, 10 mg 10-20 mg/h

2. Antiparkinson

Terpisah dari antipsikotik, obat-obat antiparkinson merupakan obat lain yang

paling sering diresepkan dalam terapi skizofrenia, meskipun obat-obat golongan ini

tidak bersifat causative. Beberapa obat antiparkinson antikolinergik yang sering

digunakan antara lain, benztropine mesylate (Cogentin), trihexyphenidyl (Artane),

procyclidine (Kemadrin), amantadine (Symmetrel).

Obat golongan in juga sering disebut “terapi efek samping”. Antiparkinson

diindikasikan pada kondisi dimana efek samping gangguan otot yang timbul akibat

Page 21: PEMBAHASAN KASUS

28

penggunaan antipsikotik sudah sampai membuat pasien merasa tidak nyaman. Dosis

pemberian bergantung pada derajat ketidaknyaman pasien. Jika dibutuhkan,

pemberian dalam dosis tunggal lebih dianjurkan dan paling baik diminum saat pasien

terjaga, agar pasien dapat benar-benar merasakan kerja obat tersebut. Obat golongan

ini sangat efektif untuk mengatasi kekauan otot dan tremor serta dapat juga

membantu mengatasi gelisah.

3. Sedatives and Anxiolytics

Obat-obat golongan ini memberikan efek terapeutik sesuai dengan namanya.

Misalnya, beberapa obat golongan benzodazepine digolongkan sebagai sedatif karena

obat-obat tersebut menyebabkan kantuk, sementara yang lainnya digolonkan sebagai

anxiolitik karena obat-obat tersebut mengurangi anxietas.

Tidak ada satupun obat dalam golongan ini yang digunakan untuk mengatasi

skizofrenia, kecuali jelas dinyatakan pada referensi yang ada, sangat dianjurkan untuk

mencegah penggunaan berlebih obat-obat golongan ini, guna mencegah terjadinya :

1. Obat kehilangan efek terapeutiknya

2. Pasien mengalami ketergantungan secara psikologis maupun fisiologis terhadap

obat tersebut.

Terdapat tiga kelompok obat sedative utama, yaitu :

1. Barbiturat – hati-hati terhadap efek toksisitas dan adiksi yang mungkiin timbul

akibat penggunaan obat golongan ini.

Page 22: PEMBAHASAN KASUS

29

2. Benzodiazepin

3. Sedatif non-barbiturat.

Diantara ketiganya, golongan benzodiazepine paling banyak digunakan. Obat-

obat golongan benzodiazepine yang paling sering dipakai antara lain, flurazepam

(Dalmane), triazolam (Halcion), nitrazepam (Mogadon). Digunakan pada waktu

(menjelang) tidur, obat-obat ini dapat membantu mengatasi gangguan tidur.

Bagaimanapun, jika obat-obat ini digunakan dalam jangka waktu lama, antara 4-6

minggu, dapat menombulkan efek toleransi.

Pada golongan non-barbiturat, obat –obat yang sering diresepkan sebagai

sedative yaitu chloral hydrate (Noctec). Seperti juga benzodiazepine, obat ini dapat

mennimbulkan kebiasaan / sugesti pasien, sehingga sangat tidak dianjurkan untuk

digunakan lebih dari 4-6 minggu.

Sebagian besar anxiolotik (yang juga dikenal secara kurang tepat sebagai

minor tranquilizers) juga termasuk golongan benzodiazepine. Terdapat juga

anxiolotik golongan non-benzodiapin, tetapi lebih jarang digunakan daripada

golongan benzodiazepine. Obat-obat golongan benzodiazepine yang sering dipakai

antara lain, lorazepam (Ativan), chlordiazepoxide (Librium), oxazepam (Serax),

clorazepate (Tranxene), diazepam (Valium), alprazolam (Xanax).

Dalam penatalaksanaan skizofrenia, anxiolitik digunakan untuk dua alasan,

yaitu :

1. Mengurangi anxietas

Page 23: PEMBAHASAN KASUS

30

2. Mengatasi efek samping antipsikotik yang mencakup gelisah, kaku otot, dan

tremor. Untuk alas an yang kedua ini, anxiolitik sering digunakan selama lebih

dari 6 minggu.

Benzodiazepin tergolong obat yang aman, tetapi tetap harus dihindari

penggunaanya bersamaan dengan alkohol maupun dengan obat lain. Kombinasi

dengan obat – obat lain sangat tidak dianjurkan, kecuali jika atas permintaan dokter.

Pada keadaan tertentu, benzodiazepine dapat memperburuk anxietas. Pada kasus

seperti ini, penggunaan lebih lanjut harus dihindari. Obat-obat ini harus dihentikan

secara bertahap untuk membantu mencegah terjadinya gejala putus obat.

4. Antidepressant

Antidepresant paling sering digunakan untuk mengatasi gangguan mood.

Ketika digunakan pada penatalaksanaan skizofrenia, obat-obat golongan ini berfungsi

sebagai terapi penyerta (bersamaan dengan antipsikotik sebagai obat utama) guna

mengatasi gangguan mood yang sering menjadi gejala penyerta pada pasien

skizofrenia. Obat golongan ini, dalam dosid kecil dapat juga digunakan sebagai

sedatif maupun hipnotik. Oleh karena itu, obat-obat golongan ini dapat digunakan

sebagai terapi alternatif terhadap benzodiazepin. Antidepresant terbagi ke dalam

empat kelompok utama :

Page 24: PEMBAHASAN KASUS

31

1. Trisiklik (amitriptyline (Elavil), imipramine (Tofranil), doxepin (Sinequan),

clomipramine (Anafranil)). Gejala depresi dan anxietas tertentu juga dapat

berespon terhadap obat obat trisiklik.

2. Inhibitor Monoaminoksidase (phenelzine (Nardil) dan tranylcypromine

(Parnate)). Obat – obat ini digunakan untuk mengatasi gangguan mood, tetapi

jarang digunakan dalam penatalaksanaan skizofrenia.

3. Tetrasiklik (maprotiline (Ludiomil)).

4. Lain-lain (trazodone (Desyrel) and fluoxetine (Prozac)).

Keempat kelompok utama golongan ini digunakan untuk gangguan depresif

yang disebabkan oleh perubahan biokimiawi. Obat-obat ini tidak menolong untuk

pasien yang mengalami depresi karena kondisi dasar yang tidak menyenangkan.

Karena sebagian besar pasien-pasien skizofrenia sering mengalami depresi karena

kondisi yang memang tidak menyenagkan (bukan karena perubahan biokimiawi),

penggunaan antidepressant sering tidak banyak menolong. Jika antidepressant

dibutuhkan, obat-obat ini memerlukan waktu sampai dengan 2 minggu, sebelum efek

terapeutik obat tersebut tercapai. Obat-obat ini dapat memperburuk efek samping

antipsikotik dan antiparkinson (misal, mulut kering dan pengelihatan kabur). Efek

samping yang mempengaruhi fungsi lain dari tubuh juga dapat terjadi.

B. Psikoterapi

Page 25: PEMBAHASAN KASUS

32

Psikoterapi ini banyak macam dan ragamnya tergantung dari kebutuhan dan

latar belakang penderita sebelum sakit (pramorbid). Psikoterapi yang sering

diterapkan antara lain :

a. Psikoterapi Suportif

Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memberikan dorongan, semangat dan

motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan semangat juangnya (fighting

spirit) dalam menghadapi hidup ini tidak kendur dan menurun.

b. Psikoterapi Re-edukatif

Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memberikan pendidikan ulang yang

maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu lalu dan juga dengan

pendidikan ini dimaksudkan mengubah pola pendidikan lama dengan yang baru

sehingga penderita lebih adaptif terhadap dunia luar.

c. Psikoterapi Rekonstruktif

Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memperbaiki kembali (rekonstruksi)

kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi kepribadian utuh seperti semula

sebelum sakit.

d. Psikoterapi Kognitif

Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif

(daya pikir dan daya ingat) rasional sehingga penderita mampu membedakan nilai-

Page 26: PEMBAHASAN KASUS

33

nilai moral etika, mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dan tidak,

mana yang halal dan haram, dan lain sebagainya.

e. Psikoterapi Psikodinamik

Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk menganalisa dan menguraikan proses

dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan seseorang jatuh sakit dan upaya untuk

mencari jalan keluarnya. Dengan psikoterapi ini diharapkan penderita dapat

memahami kelebihan dan kelemahan dirinya dan mampu menggunakan mekanisme

pertahanan diri (defense mechanism) dengan baik.

f. Psikoterapi Perilaku

Jenis psikoterapi ini dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yang

terganggu (maladaptif) menjadi perilaku yang adaptif (mampu menyesuaikan diri).

Kemampuan adaptasi penderita perlu dipulihkan agar penderita mampu berfungsi

kembali secara wajar dalam kehidupannya sehari-hari baik di rumah, di

sekolah/kampus, di tempat kerja dan lingkungan sosialnya.

g. Psikoterapi Keluarga

Secara umum tujuan dari psikoterapi tersebut di atas adalah untuk

memperkuat struktur kepribadian, mematangkan kepribadian (maturing personality),

memperkuat ego (ego strength), meningkatkan citra diri (self esteem), memulihkan

kepercayaan diri (self confidence), yang kesemuanya itu untuk mencapai kehidupan

yang berarti dan bermanfaat (meaningfulness of life).

Page 27: PEMBAHASAN KASUS

34

C. Terapi Psikososial

Salah satu dampak dari skizofrenia adalah terganggunya fungsi sosial

penderita atau hendaya (impairment). Hendaya ini terjadi dalam berbagai bidang

fungsi rutin kehidupan sehari-hari, seperti dalam bidang studi (sekolah/kuliah),

pekerjaan, hubungan sosial dan perawatan diri. Dengan terapi psikososial

dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi dengan lingkungan sosial

sekitarnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak tergantung pada orang lain

sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat.

D. Terapi Psikoreligius

Terapi keagamaan yang dimaksudkan dalam penelitian di atas adalah berupa

kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang, berdoa, memanjatkan puji-pujian

kepada Tuhan, ceramah keagamaan, dan kajian kitab suci, dan lain sebagainya.

Penafsiran yang salah terhadap agama dapat mencetuskan terjadinya

gangguan jiwa skizofrenia, yang dapat diamati dengan adanya gejala-gejala waham

(delusi) keagamaan atau jalan pikiran yang patologis dengan pola sentral keagamaan.

Dengan terapi psikoreligius ini gejala patologis dengan pola sentral keagamaan tadi

dapat diluruskan, dengan demikian keyakinan atau keimanan penderita dapat

dipulihkan kembali ke jalan yang benar.

E. Rehabilitasi

Page 28: PEMBAHASAN KASUS

35

Program rehabilitasi sebagai persiapan kembali keluarga dan ke masyarakat

meliputi berbagai macam kegiatan, antara lain :

1. Terapi kelompok

2. Menjalankan ibadah keagamaan bersama (berjamaah)

3. Kegiatan kesenian (menyanyi, musik, tari-tarian, seni lukis dan sejenisnya)

4. Terapi fisik berupa olah raga (pendidikan jasmani)

5. Keterampilan (membuat kerajinan tangan)

6. Berbagai macam kursus (bimbingan belajar/les)

7. Bercocok tanam (bila tersedia lahan)

8. Rekreasi (darmawisata)

9. Dan lain sebagainya

Lembaga rehabilitasi yang ideal seyogyianya memiliki sarana dan prasarana yang

memadai serta para pengasuh/ pelatih/ pembimbing (instruktur) yang profesional,

terdiri dari psikiater, psikolog, pekerja sosial, guru agama, guru kesenian, guru olah

raga, guru keterampilan, guru bimbingan belajar/les, guru pertanian dan lain-lain

yang terkait.

Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara

berkala dilakukan evaluasi paling sedikit 2 kali, yaitu evaluasi sebelum mengikuti

program rehabilitasi dan evaluasi pada saat si penderita akan dikembalikan ke

keluarga dan masyarakat. Bila program rehabilitasi dapat diikuti dengan baik, maka

diharapkan bila penderita kembali ke keluarga dan masyarakat sudah mempunyai

Page 29: PEMBAHASAN KASUS

36

keterampilan dan penyesuaian diri yang lebih baik sehingga produktivitas kerjanya

dapat dipulihkan. Penelitian yang dilakukan oleh Russel Barton (1970) menyatakan

bahwa 50% dari penderita skizofrenia kronis yang menjalani program rehabilitasi

dapat kembali produktif dan mampu menyesuaikan diri kembali di keluarga dan

masyarakat.

Program rehabilitasi bagi penderita kronis ini semakin memberi harapan yang

jauh lebih baik dibandingkan masa lalu, karena ditemukannya obat-obat

psikofarmaka yang lebih canggih, dan juga obat – obat psikofarmaka yang memiliki

efek jangka panjang (long acting transquilizer).

Prognosis:

Prognosis pada pasien ini tergantung dari

1. Usia.

Semakin muda umur seseorang maka prognosis semakin buruk.

2. Faktor pencetusnya.

Pada pasien ini faktor pencetusnya adalah tidak dapat kerja. Secara objektif dapat

dikatakan bahwa hal ini merupakan suatu stressor berat sehingga prognosisnya

buruk.

Page 30: PEMBAHASAN KASUS

37

3. Kecerdasan.

Kecerdasan seseorang menentukan prognosis dari penyakitnya. Pada pasien ini

kecerdasannya cukup baik sehingga prognosisnya baik.

4. Kepribadian.

Pasien ini mempunyai kepribadian yang tertutup sehingga prognosisnya cenderung ke

arah buruk.

5. Progresivitas penyakit.

Perjalanan penyakit penting untuk menentukan prognosis.

6. Terapi.

Dengan terapi yang adekuat : tepat obat, dosis, dan cara pemberiannya maka

prognosis penyakit baik.

7. Support System.

Hal ini merupakan salah satu faktor penting dalam membantu dalam proses

penyembuhan pasien. Adanya dukungan dan support dari keluarga dan lingkungan

akan memberikan pengaruh positif kepada pasien dalam menghadapi penyakit serta

dalam menjalankan fungsi sosialnya.

Menurut Kaplan, ada beberapa faktor yang mempengaruhi prognosis :

Baik Buruk

Tua Muda

Page 31: PEMBAHASAN KASUS

38

Faktor presipitasi yang jelas

Onset akut

Premorbid baik

Gejala gangguan mood

Menikah

Riwayat keluarga gangguan mood

Support sistem yang baik

Gejala positif

Tidak ada faktor presipitasi

Onsetnya insidious

Riwayat pekerjaan, seksual, sosial, buruk

premorbidnya

Tingkah laku autistik, menarik diri

Singel, bercerai atau janda

Riwayat keluarga skizofernia

Support sistem yang buruk

Gejala negatif

Tanda dan gejala neurologis

Riwayat trauma perinatal

Tidak ada remisi dalam 3 tahun

Relapse banyak, Riwayat menyerang

Hanya 10-20% pasien yang memiliki hasil baik, lebih dari 50 % persen pasien

digambarkan memiliki hasil yang buruk, dengan perawatan yang berulang,

eksaserbasi gejala, episode gangguan mood berat, dan usaha bunuh diri.

Rentang angka pemulihan pasien di literature adalah 10-60 persen, perkiraan

yang beralasan adalah bahwa 20 sampai 30 persen pasien skizofernia dapat menjalani

kehidupan agak normal. Kira-kira 20-30 persen dari pasien terus mengalami gejala

yang sedang, dan 40 sampai 60 persen dari pasien terus terganggu secara bermakna

oleh gangguannya selama hidupnya.