BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab5/BAB V...
Transcript of BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN - library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab5/BAB V...
51
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Deskripsi Kasus
PT. XYZ Indonesia merupakan perusahaan informasi teknologi yang terbesar
di Indonesia dimana PT. XYZ Indonesia memfokuskan penjualan produknya pada
perangkat lunak. PT. XYZ Indonesia berlokasi di gedung sentral senayan I. PT. XYZ
Indonesia memulai operasional perusahaannya setelah mengerti benar bahwa pasar
yang ada di Indonesia ini sangat antusias terhadap produk dari XYZ itu sendiri, yaitu
perangkat lunak untuk menyimpan data atau lebih dikenal dengan database. Seiring
dengan berjalannya waktu PT. XYZ Indonesia menjadi perusahaan yang besar untuk
industry informasi teknologi di Indonesia. Pada tahun 1998, terjadi krisis financial di
Indonesia dimana dampak krisis ini tidak hanya terjadi di Indonesia melainkan terjadi
hampir di seluruh kawasan Asia. Krisis ini pun berdampak besar terhadap perusahaan
besar perangkat lunak ini.
Terjadinya krisis financial ini membawa dampak pada PT. XYZ Indonesia
untuk beralih strategi operasi untuk mempertahankan perusahaan agar tetap bertahan
di dalam kondisi yang buruk ini. Dampak terbesar yang terjadi pada PT. XYZ
Indonesia adalah pada strategi operasional perusahaan karena dari sisi operasional
perusahaan yang memiliki pengeluaran atau cost yang paling tinggi. Dari situlah
manajemen dari PT. XYZ Indonesia harus melakukan efisiensi dan optimalisasi
52
terhadap perusahaan dari sisi operasional agar PT. XYZ Indonesia mampu
menghadapi krisis financial yang terjadi di Indonesia.
Kasus ini membahas perjalanan perusahaan PT. XYZ Indonesia dari tahun
1995 sampai dengan 1998, bagaimana perusahaan tersebut mampu beralih strategi
operasi dengan cepat, mengatur strategi operasional perusahaan, serta proses
implementasi strategi tersebut.
Bapak Adi Juwono Rusli selaku Managing Director pada saat itu menghadapi
dilemma yang cukup berat dalam mengubah strategi operasi perusahaan secara besar-
besaran dimana strategi operasi perusahaan yang diubah ini harus benar-benar
membawa dampak positif pada perusahaan ketika terjadi krisis keuangan di
Indonesia.
5.1.1 Skenario Kasus
Pada tahun 1997 merupakan tahun yang baik bagi PT. XYZ Indonesia dalam
menjalankan bisnis informasi teknologi di Indonesia. Kehadiran PT. XYZ Indonesia
pada pasar Indonesia cukup diterima dengan baik, dan pada saat itu PT. XYZ
Indonesia memiliki cukup banyak pelanggan dan produk-produk yang dijual oleh PT.
XYZ Indonesia cukup laku di pasar Indonesia.
Adi Juwono Rusli sebagai managing director XYZ Indonesia memiliki
kapabilitas dalam mengatur strategi operasional perusahaan. Adi melihat bahwa
peluang untuk memasarkan produk-produk XYZ di Indonesia sangat luas dan
permintaan terhadap produk XYZ sendiri cukup tinggi. Hal ini menyebabkan XYZ
53
Indonesia bertumbuh dengan cepat dan memiliki pertumbuhan bisnis yang cukup
cepat.
Pada kuartal 3 tahun 1997 tepatnya dimana terjadi krisis keuangan yang
melanda Asia dan begitu pula terjadi di Indonesia, XYZ Indonesia mengalami
dampak terhadap bisnisnya. Tampak dari menurunnya penjualan produk-produk PT.
XYZ Indonesia disamping juga mengalami kesulitan di dalam melakukan penagihan
terhadap para pelanggannya. Hal tersebut secara langsung banyak diakibatkan karena
menurunnya nilai mata uang Rupiah terhadap US dollar. Selain itu juga permintaan
yang sebelumnya cukup banyak menjadi menurun secara signifikan dan pada saat itu
hampir semua pelanggan XYZ Indonesia melakukan pembatalan atau menunda
semua proyek yang berkaitan dengan informasi teknologi.
Pada situasi dan kondisi inilah Bapak Adi Rusli harus memutuskan untuk
menata ulang strategi perusahaan baik strategi bisnis perusahaan maupun strategi
operasional perusahaan. Hal yang terlintas pertama kali adalah mengubah strategi
operasi perusahaan dengan melakukan efisiensi biaya operasional perusahaan dan
memperbaiki proses-proses yang ada di dalam perusahaan yang dirasa dapat
mempengaruhi kondisi bisnis perusahaan.
5.1.2 Perubahan Mata Uang Rupiah terhadap Mata Uang US
Dollar
Krisis keuangan Asia membawa dampak perubahan yang cukup signifikan
terhadap kegiatan operasional perusahaan PT. XYZ Indonesia, dimana perusahaan
54
tersebut menjual seluruh produknya dalam mata uang Rupiah. Pada tahun 1997, mata
uang Indonesia melemah drastis terhadap mata uang US Dollar. Hal ini menyebabkan
PT. XYZ Indonesia mengalami kemunduran dalam mengembangkan bisnis mereka
terutama dalam hal penjualan dimana sebelumnya banyak sekali proyek yang didapat
namun pada saat krisis terjadi banyak proyek mereka menjadi tertunda bahkan ada
yang dibatalkan untuk direalisasikan.
Table 5.1 Pergerakan Mata Uang IDR terhadap USD (1997-2000)
55
Gambar 5.1. Pertumbuhan Pendapatan PT. XYZ Indonesia (1995 – 2000)
Dari tabel perubahan kurs mata uang Rupiah terhadap US Dollar (Tabel 5.1)
terlihat adanya perubahan kurs yang signifikan pada tahun 1997 dan tahun 1998.
Dimana pada tahun 1997, terlihat bahwa mata uang Rupiah mencapai titik tertinggi
pada nilai Rp 4.650,-. Sedangkan pada tahun 1998, terlihat bahwa mata uang Rupiah
mencapai titik tertingginya yaitu dengan nilai Rp 14.900,-. Sedangkan dari grafik
pertumbuhan pendapatan PT. XYZ Indonesia (Gambar 5.1) terlihat terjadinya
penurunan drastis pertumbuhan bisnis. Ini membuktikan bahwa perubahan kurs mata
uang ini sangat mempengaruhi pendapatan PT. XYZ Indonesia.
PT. XYZ Indonesia menjadi kalang kabut dalam mengatur strategi operasi
mereka karena dari sisi mata uang Rupiah yang tidak stabil dan membuat penjualan
produk-produk PT. XYZ Indonesia tertekan oleh fluktuasi kurs mata uang itu sendiri
56
dan di sisi lain PT. XYZ Indonesia harus melakukan perubahan strategi operasinya
untuk bisa bertahan dalam kondisi tersebut.
Pada tahun 1997 kuartal 3, PT. XYZ Indonesia dituntut untuk mampu
mengatasi dengan cepat perubahan kurs mata uang tersebut sehingga operasional
perusahaan tidak berangsur-angsur menyebabkan pertumbuhan bisnis mereka juga
ikut anjlok. Memang perubahan kurs mata uang Rupiah terhadap US Dollar ini
membuat hampir seluruh perusahaan di Asia, khususnya PT. XYZ Indonesia menjadi
was-was dan bisnisnya menjadi serba tidak pasti.
PT. XYZ Indonesia pun harus mengambil langkah konkrit terhadap perubahan
mata uang Rupiah terhadap mata uang US Dollar ini. Langkah konkrit yang
dilakukan oleh PT. XYZ Indonesia untuk mengatasi hal ini adalah dengan melakukan
perubahan aturan dalam melakukan penjualan produk-produk mereka dengan mata
uang US Dollar. Sebenarnya PT. XYZ Indonesia dapat mengambil langkah lain
seperti menaikkan harga produk-produk mereka. Tetapi langkah tersebut terlalu
beresiko untuk diambil karena perubahan drastis pada mata uang Rupiah terhadap US
Dollar. Hal tersebut membuat demand para pelanggan PT. XYZ Indonesia menjadi
ikut turun dan kenaikan harga ini tidak mungkin untuk diterapkan.
Selain itu karena PT. XYZ Indonesia menjadi bagian dari XYZ Corporation
yang terletak di Unites States membuat PT. XYZ Indonesia tidak dapat menaikkan
harga begitu saja karena harus melakukan pertanggungjawaban dan mendapatkan
persetujuan dari XYZ Corporation. Hal ini dapat dilihat dari hubungan struktur
organisasi PT. XYZ Indonesia dengan XYZ Corporation.
57
5.1.3 Hubungan XYZ Indonesia dengan XYZ Corporation
XYZ Indonesia merupakan bagian dari struktural XYZ Corporation, hal ini
membuat XYZ Indonesia harus melaporkan segala kegiatan XYZ Indonesia kepada
XYZ Corporation. XYZ Indonesia masuk di dalam divisi Asia Pasific XYZ
Corporation dan ini membuat XYZ Corporation harus memimpin dalam pengambilan
keputusan strategi yang dilakukan oleh XYZ Indonesia.
Pada saat krisis ekonomi di Asia terjadi, PT. XYZ Indonesia pun harus
melakukan pelaporan seluruh perubahan yang terjadi di Indonesia kepada XYZ
Corporation. Perubahan yang terjadi seperti perubahan demand terhadap para
pelanggannya, perubahan nilai kurs mata uang Rupiah terhadap mata uang US Dollar
dan perubahan strategi operasi yang dilakukan PT. XYZ Indonesia.
Hal ini terjadi karena PT. XYZ Indonesia masih di bawah struktur organisasi
XYZ Corporation dimana PT. XYZ Indonesia masih di bawah Oracle APAC (Asia-
Pacific) division. Bagan organisasi XYZ Corporation dapat menggambarkan
hubungan PT. XYZ Indonesia dengan XYZ Corporation Corporation dan dapat
dilihat pada gambar 5.2.
58
Gambar 5.2. Hubungan XYZ Indonesia dengan XYZ Corp.
5.1.4 Kepuasan Pelanggan XYZ Indonesia
Perusahaan XYZ dapat dikatakan memiliki market share kurang lebih 23%
dari hampir seluruh market informasi teknologi di Indonesia, khususnya untuk
produk database. Dapat dilihat pada gambar 5.3 di bawah ini.
Chief Executive
Officer
Co-President CFO
Director
EVP Development Server
Technologies Division
EVP XYZ Support and XYZ On
Demand
SVP, General Counsel,
And Secretary
Integrated Defense Systems,
UK
SVP Finance Operations
Chief Corporate Architect
SVP Human Resources
Co-President Director
EVP Application
Development
Director On Demand
EVP North America Sales
and
Chief Security Officer
SVP XYZ Latin America
SVP Worldwide Marketing and
Customer Programs
EVP Europe, Middle East,
Africa Consulting
Director EMEA Content
Collaboration
EVP Asian Pacific and
Japan
Chairman
General Manager Retek Global Business Unit
XYZ Indonesia
59
Gambar 5.3. Market Share XYZ Corporation
Pasar Informasi Teknologi di Indonesia sangat beragam dan hampir dapat dikatakan
XYZ masuk ke dalam semua segmen pasar, baik bisnis kecil, bisnis menengah, dan
bisnis enterprise. XYZ membuat jenis produk yang berbeda-beda untuk melakukan
segmentasi pada pasarnya. Yaitu dengan mengeluarkan beberapa jenis produk seperti
standard edition, standard edition one, dan enterprise edition. Di Indonesia sendiri
pasar XYZ sendiri masih tergolong untuk pasar yang memiliki bisnis yang besar atau
enterprise.
Pada saat krisis ekonomi di Asia terjadi pada tahun 1997 tepatnya kuartal ke
3, PT. XYZ Indonesia dihadapkan masalah dalam menjaga kepuasan pelanggan
mereka. Dimana terjadi penurunan demand yang luar biasa terhadap produk-produk
SAP XYZ Microsoft Other or best-of-breed
60
XYZ di Indonesia, khususnya dikarenakan karena kurs mata uang Rupiah yang kian
lama kian menurun terhadap mata uang US Dollar.
Para pelanggan PT. XYZ Indonesia mulai mempertanyakan apakah produk-
produk XYZ yang telah mereka beli atau yang akan mereka beli memiliki dukungan
yang baik. Hal ini dikarenakan resource untuk dukungan produk XYZ yang
cenderung mahal dan mereka harus mengeluarkan kocek yang cukup lumayan untuk
mendapatkan dukungan tersebut. Di sisi lain para pelanggan mendapatkan masalah
dalam melakukan pembayaran untuk dukungan produk-produk yang mereka beli atau
yang mereka akan beli sedangkan mata uang Rupiah makin melemah terhadap US
Dollar.
Pada saat seperti ini, PT. XYZ Indonesia harus melakukan perubahan strategi
operasi terutama dalam hal memberikan dukungan terhadap para pelanggannya dan
membangun kepercayaan para pelanggannya terhadap produk-produk XYZ. Dengan
memberikan dukungan atau dengan memberikan dukungan yang lebih dari
sebelumnya akan menambah nilai kepercayaan para pelanggan XYZ terhadap
produk-produknya dan akan membuat proses distribusi PT. XYZ Indonesia menjadi
lebih lancar.
5.1.5 Perubahan-perubahan strategi operasi yang terjadi pada
saat krisis ekonomi tahun 1997
61
Pada saat krisis ekonomi terjadi XYZ Indonesia melakukan perubahan yang
signifikan di dalam menyusun strategi operasinya. Perubahan ini dilakukan agar
XYZ Indonesia mampu menghadapi Asian Financial Crisis dimana terjadi perubahan
kurs mata uang Rupiah terhadap US Dollar yang signifikan sehingga menyebabkan
terjadinya penumpukan hutang dari para pelanggannya yang rata-rata tidak dapat
membayar hutang tepat waktu. Hal ini menyebabkan XYZ Indonesia mengalami
penurunan pendapatan yang drastis, maka dari itu XYZ Indonesia segera melakukan
perubahan strategi operasi mereka.
Berbagai hal dilakukan oleh XYZ Indonesia berkaitan dengan perubahan
strategi operasi perusahaan untuk menanggulangi krisis ekonomi yang terjadi di Asia
saat itu. Perubahan strategi operasi yang dilakukan adalah dengan melakukan
pengurangan biaya pengeluaran untuk perjalanan dan entertainment pelanggan. Biaya
pengeluaran untuk perjalanan dan entertainment menjadi biaya yang paling besar
dalam PT. XYZ Indonesia, dan paling tidak terlihat dengan jelas penggunaan biaya
tersebut. Berikutnya PT. XYZ Indonesia juga melakukan pengurangan biaya untuk
dapur perusahaan yang sebelumnya tidak dibatasi pengeluarannya. Sebelum terjadi
krisis ekonomi yang melanda Indonesia PT. XYZ Indonesia merasa biaya untuk
dapur ini tidak signifikan nilainya, tetapi setelah krisis ekonomi terjadi biaya ini
menjadi terlihat sangat signifikan untuk dikurangi pengeluarannya. PT. XYZ
Indonesia juga melakukan penundan untuk mengirim orang ke luar negeri untuk
mengikuti pelatihan.
Karena pembatasan biaya-biaya pengeluran di atas dipangkas atau ditunda
dan melihat kondisi antara pengeluaran secara keseluruhan tidak sesuai dengan
62
pemasukan maka PT. XYZ Indonesia pun membuat beberapa posisi di perusahaan
menjadi berkurang dimana sebelumnya memiliki jumlah pegawai sebanyak 76 orang
menjadi 23 orang. Dan PT. XYZ masih mengurangi pengeluaran-pengeluaran
perusahaan yang lain.
Perubahan-perubahan strategi operasi di atas memiliki efek yang signifikan
terutama di dalam menekan pengeluaran perusahaan. Selain perubahan strategi
operasi di atas, XYZ Indonesia juga melakukan perubahan aturan fungsi operasi pada
proses operasional mereka, dimana hal ini terkait dengan hubungan dengan pasarnya
dan rekan kerja-nya. Perubahan fungsi operasi mereka ini sangat terlihat terutama
terhadap sistem penyaluran pada perusahaan XYZ. Karena dengan adanya perubahan
fungsi operasi pada sistem penyaluran XYZ Indonesia ini, XYZ Indonesia mengalami
pengaruh yang besar terhadap bisnisnya.
Perubahan-perubahan fungsi operasi pada sistem penyaluran yang dilakukan
oleh PT. XYZ Indonesia adalah perubahan pada aturan main terhadap rekan kerjanya.
PT. XYZ Indonesia merubah aturan main kepada rekan kerja dengan cara mengubah
cara pembayaran pada produk-produk XYZ di Indonesia dimana sebelumnya rekan
kerja PT. XYZ Indonesia melakukan pembayaran dengan mata uang Rupiah menjadi
dalam mata uang US Dollar dan pembayaran dilakukan dengan metode cash on
delivery. Hal ini membantu PT. XYZ Indonesia untuk menekan fluktuasi mata uang
Rupiah terhadap mata uang US Dollar dan menghindari hutang yang pembayarannya
lamban oleh rekan kerjanya. Perubahan berikutnya adalah diambilnya keputusan oleh
PT. XYZ Indonesia untuk masalah pengakuan rate untuk valuta asing (terutama
dalam US Dollar).
63
Dalam pengakuan rate di atas ditentukan untuk pembelian produk-produk
XYZ sebelum krisis ekonomi terjadi dan pada saat krisis ekonomi terjadi harga
produk-produk XYZ jadi ikut melambung tinggi. Para pelanggan cenderung tidak
mau melakukan pembayaran dengan harga yang tinggi sesuai dengan rate yang
berlaku, maka dari itu PT. XYZ Indonesia menentukan pengakuan rate dengan para
pelanggannya. Hal ini menjadi dilematis karena di sisi para pelanggan PT. XYZ
Indonesia menginginkan pembayaran dilakukan dengan pengakuan rate yang lama
sedangkan PT. XYZ Indonesia harus memberikan pertanggungjawaban pembayaran
para pelanggan mereka kepada kantor pusat dalam mata uang US Dollar.
Perubahan yang lainnya adalah dengan memberikan jangka waktu
pembayaran yang fleksibel dan untuk pengumpulan pembayarannya. Karena
mengalami kendala dalam pembayaran yang tidak menentu, pada akhirnya PT. XYZ
Indonesia memberikan jangka waktu pembayaran yang fleksible. Hal ini dilakukan
dalam rangka membuat komitmen dari para pelanggan PT. XYZ Indonesia dalam
melakukan pembayaran sesuai pada waktunya.
PT. XYZ Indonesia juga menghentikan penjualan pada pelanggan yang
dirasa beresiko pada saat itu. PT. XYZ Indonesia memilih untuk menghindari para
pelanggan yang beresiko tinggi ketika menjual produk-produk XYZ. Hal ini
dipikirkan untuk mengatur cash flow perusahaan. Pada saat krisis ekonomi, PT. XYZ
Indonesia memilih menjual produk-produk mereka kepada para pelanggan yang
memiliki funding yang cukup besar dan sedikit mengalami dampak terhadap krisis
ekonomi, sebagai contoh adalah PT. XYZ Indonesia memilih perusahaan yang
berkecimpung di dalam oil and gas industry daripada perusahaan distribusi.
64
Selain perubahan-perubahan fungsi operasi di atas, masih banyak perubahan-
perubahan fungsi operasi lainnya yang dilakukan PT. XYZ Indonesia. Tujuan
perubahan-perubahan yang dipilih tersebut untuk mengurangi resiko perusahaan yang
terancam pada saat krisis ekonomi Indonesia terjadi.
5.2 Case Analysis
5.2.1 Framework Analysis
Gambar 5.4. Framework Analysis
5.2.2 Business Strategy
Untuk menganalisa strategi bisnis PT. XYZ Indonesia, penulis menggunakan
SWOT analysis untuk menganalisa situasi yang terjadi pada PT. XYZ Indonesia pada
saat krisis ekonomi terjadi.
65
Pada tahun 1998 yang lalu terutama pada kuartal akhir PT. XYZ Indonesia
dilanda masa sulit dalam pertumbuhan bisnisnya dimana sebelumnya pada tahun
1997 mengalami pertumbuhan bisnis hingga 71% dan pada tahun 1998 hanya
mengalami kenaikan 4% untuk pertumbuhan bisnisnya. Hal di atas juga terpengaruh
dengan kondisi krisis ekonomi yang terjadi pada Asia dan Indonesia. PT. XYZ
Indonesia adalah perusahaan yang berada di Indonesia dan masih di bawah naungan
XYZ Corporation dimana mau tidak mau PT. XYZ Indonesia mengambil andil dalam
berkontribusi dalam pertumbuhan bisnis XYZ Corporation.
5.2.3 SWOT Analysis
Penulis memilih SWOT analysis ini (Gambar 5.5) dikarenakan SWOT
analysis ini berkonsentrasi pada isu-isu yang terjadi pada situasi kompleks dimana
isu-isu tersebut sangat berpotensial membawa dampak terbesar pada bisnis strategi
PT. XYZ Indonesia.
66
Gambar 5.5. SWOT Profile
5.2.3.1 Strengths
• Sejak PT. XYZ Indonesia berdiri di Indonesia maka competitive advantages
mejadi meningkat. PT. XYZ Indonesia sangat mengenal para pelanggan di
Indonesia dan pertumbuhan dunia informasi teknologi di Indonesia sangat
menjanjikan. Selain itu juga tenaga profesional di Indonesia masih cenderung
murah dan cukup kompeten untuk bersaing.
• PT. XYZ Indonesia memiliki produk-produk yang hampir masuk di dalam
segala lini industri untuk solusi teknologi informasi. Produk-produk yang
dimiliki oleh PT. XYZ Indonesia juga mempunyai solusi dari depan sampai
belakang untuk solusi integrasi teknologi informasi. Hal ini menunjukkan
bahwa PT. XYZ Indonesia mampu bersaing dengan produk-produk yang se-
level dengannya.
• PT. XYZ Indonesia yang berada di bawah XYZ Corporation dimana XYZ
Corporation sendiri adalah perusahaan worldwide yang sudah memiliki lebih
dari 370.000 pelanggan dan masuk ke dalam berbagai industri lebih dari 145
negara di seluruh dunia, serta memiliki perputaran revenue sebesar 1,37 miliar
US Dollar pada kuartal pertama tahun 1997. Hal ini menunjukkan PT. XYZ
Indonesia memiliki posisi yang kuat dalam hal finansial.
5.2.3.2 Weaknesses
67
• Meskipun XYZ Corporation merupakan perusahaan informasi teknologi yang
besar tetapi PT. XYZ Indonesia masih termasuk perusahaan informasi
teknologi yang masih tergolong kecil di Indonesia, dibandingkan dengan
perusahaan informasi teknologi yang bercokol di Indonesia, seperti IBM
Indonesia, SAP Indonesia.
• XYZ Corporation juga melakukan banyak akuisisi terhadap perusahaan-
perusahaan informasi teknologi untuk mengakomodir produk-produk mereka.
Dengan melakukan banyak akuisisi ini menyebabkan PT. XYZ Indonesia juga
menjual produk-produk yang diakuisisi tersebut dan hal ini membuat banyak
produk-produk yang overlapping untuk dijual di pasar Indonesia. Sedikit
banyak hal ini membuat PT. XYZ Indonesia mengalami sedikit kesulitan
untuk melakukan penetrasi pasar Indonesia.
• PT. XYZ Indonesia menjual produk-produk mereka di dalam mata uang
Rupiah sedangkan produk-produk yang didistribusikan menggunakan mata
uang US Dollar. Pada saat krisis ekonomi di Indonesia terjadi, hal ini
menyebabkan adanya gap pada penjualan mereka dan ini menyebabkan harga
produk-produk tersebut menjadi terlihat sangat mahal dan cenderung tidak
mau dibeli oleh pasar Indonesia.
5.2.3.3 Opportunities
• Bisnis teknologi informasi di Indonesia memiliki pertumbuhan yang potensial
dan rata-rata pertumbuhan bisnis informasi teknologi di Indonesia meningkat
68
hampir 14% setiap tahunnya. Hal ini menjadikan peluang yang besar untuk
PT. XYZ Indonesia menjual produk-produk XYZ di Indonesia.
• Tenaga pekerja Indonesia yang makin berkembang dan memiliki potensial
yang cukup besar di industri teknologi informasi menjadikan PT. XYZ
Indonesia mudah untuk menambah jaringan untuk pengaturan resource di
Indonesia. Selain itu tenaga kerja di Indonesia relatif lebih murah
dibandingkan dengan negara-negara lain seperti India, China, dan negara
lainnya.
• Adanya revolusi teknologi informasi di Indonesia dimana perusahaan-
perusahaan yang berada di Indonesia sudah mulai memperhatikan keperluan
teknologi informasi untuk perusahaannya. Dimana keperluan teknologi
informasi yang dibutuhkan mereka adalah solusi yang komprehen dan
terintegrasi. Hal ini membuat peluang lebih besar untuk PT. XYZ Indonesia
untuk memperlebar pasarnya di Indonesia.
5.2.3.4 Threats
• Indonesia adalah negara yang ekpansi industrinya berkembang dengan sangat
cepat. Kompetisi akan datang dari berbagai negara lain yang merupakan
pemain besar di industri teknologi informasi ini, seperti Jerman atau Perancis
dimana mereka juga melirik Indonesia karena memiliki pasar yang luas dan
memiliki biaya tenaga kerja yang murah.
69
• Para pelanggan akan lebih mudah untuk beralih kepada perusahaan yang lain
selain PT. XYZ Indonesia untuk memenuhi kebutuhan produk teknologi
informasi mereka.
• Pada saat krisis ekonomi di Indonesia terjadi, pasar teknologi informasi di
Indonesia dan di dunia menjadi menurun permintaannya. Ekonomi di
Indonesia pun juga ikut jatuh hampir pada semua segmen pasar yang ada di
Indonesia, termasuk teknologi informasi. Hal ini terbukti terjadinya
penurunan sekitar kurang lebih 4% untuk informasi teknologi seluruh dunia
pada saat itu.
5.2.4 Operations Strategy Analysis
Penulisan ini juga akan menganalisa secara mendalam tentang operations
strategy untuk PT. XYZ Indonesia. Untuk bertahan di kancah persaingan pasar
teknologi informasi, PT. XYZ Indonesia harus melakukan beberapa perubahan
strategi operasi pada perusahaannya. Bersaing di kompetisi pasar teknologi informasi
yang sedang dilanda krisis ekonomi tidaklah mudah dan benar-benar menjadi
tantangan terbesar di dalam perusahaan PT. XYZ Indonesia.
Untuk mencapai operational excellence pada saat krisis ekonomi terjadi
merupakan tantangan yang sangat besar bagi PT. XYZ Indonesia karena kondisi
pasar yang tidak menentu dan strategi operasi yang lama belum tentu dapat
diimplementasikan dengan situasi dan kondisi tersebut. Maka dari itu penulis
melakukan analisa terhadap perubahan strategi operasi yang sudah diterapkan oleh
70
PT. XYZ Indonesia untuk mencapai operational excellence pada saat krisis ekonomi
di Indonesia terjadi.
Penulis menggunakan teori Hayes dan Wheelwright (1984) untuk melakukan
analisa operational effectiveness PT. XYZ Indonesia. Penulis juga melakukan analisa
order winner dan order qualifiers dari operations performance objective yang
diterapkan PT. XYZ Indonesia pada saat krisis ekonomi terjadi.
5.2.4.1 Operational Effectiveness Analysis
Untuk menganalisa Operational Effectiveness dari PT. XYZ Indonesia,
penulis menggunakan 4 stage model dari Hayes dan Wheelwright. Menurut Hayes
dan Wheelwright ada 4 tahap model dari operations, yaitu
1. Internal Neutrality
2. External Neutrality
3. Internally Supportive
4. Externally Supportive
PT. XYZ Indonesia dapat dikatakan sudah mencapai pada tahap yang ke
empat dari efektifitas fungsi operasi mereka. Karena PT. XYZ Indonesia sudah
mampu untuk menciptakan fleksibilitas untuk pasar teknologi informasi. Selain itu
PY. XYZ Indonesia juga sudah mampu mengatur strategi, dimana produk-produk
dari XYZ tergolong produk-produk yang cukup diminati di pasar Indonesia.
XYZ Corporation juga sudah melakukan banyak akuisisi terhadap produk-
produk informasi teknologi informasi untuk melengkapi solusi mereka. Terkait
71
dengan akuisisi produk-produk XYZ, XYZ benar-benar melakukan seleksi dengan
ketat ketika akan melakukan akuisisi dan rata-rata produk informasi teknologi yang
sudah diakuisisi ini adalah produk nomor satu di pasarnya, dan dirasa cukup untuk
melengkapi solusi yang ada pada XYZ.
Pada saat krisis ekonomi di Indonesia terjadi, PT. XYZ Indonesia mengalami
penurunan pertumbuhan bisnis yang cukup signifikan. PT. XYZ Indonesia
mengalami kemunduran dimana sebelumnya PT. XYZ Indonesia mampu
mengendalikan fungsi operasinya untuk membuat strategi menjadi kesulitan dalam
mengendalikan fungsi operasinya dan menentukan strategi apa yang akan diterapkan.
Hal ini menunjukkan PT. XYZ Indonesia yang tadinya berada pada tahap ke
empat menjadi turun ke tahap yang ketiga, dimana PT. XYZ Indonesia hanya mampu
menjadi yang terbaik di pasarnya tetapi PT. XYZ Indonesia tidak mampu untuk
mengatur fungsi operasinya untuk menentukan strateginya.
5.2.4.2 Order Winner Analysis
Dari hasil analisa operational effectiveness di atas, penulis melakukan analisa
lebih lanjut mengenai order winner dari operations performance objective yang
diterapkan oleh PT. XYZ Indonesia pada tahun 1997. Sejak tahun 1995, PT. XYZ
Indonesia menerapkan operations performance objective yaitu quality. Dimana
objective tersebut digunakan oleh PT. XYZ Indonesia untuk memberikan kepuasan
pelanggan yang optimal.
72
Pada kenyataannya, pada tahun 1997-1998 terjadi krisis ekonomi melanda
Asia dan Indonesia pada khususnya dimana sebagian besar para pelanggan PT. XYZ
Indonesia mengalami kesulitan dalam mengatur keuangan mereka. Kondisi ini
menyebabkan pasar yang tidak menentu dan secara langsung mempengaruhi
pertumbuhan bisnis PT. XYZ Indonesia.
Untuk mengatasi hal di atas, PT. XYZ Indonesia melakukan perubahan
strategi operasi mereka terutama dalam penentuan operations performance objective
mereka agar bisa meningkat menjadi order winner dalam kondisi pasar yang tidak
menentu dan kompetitif.
5.2.4.2.1 Quality
Sebelum krisis ekonomi terjadi PT. XYZ Indonesia menggunakan quality
yang merupakan salah satu operations performance objective-nya sebagai order
winner. Untuk memastikan order winner tersebut maka PT. XYZ Indonesia
menghabiskan banyak uang untuk melakukan research and development dimana
melalui research and development ini PT. XYZ Indonesia menjaga kualitas
produknya. Di dalam memberikan kualitas yang terbaik, PT .XYZ Indonesia
merekrut banyak sumber daya manusia dimana sumber daya manusia ini akan
membantu untuk mendukung jika terjadi komplain terhadap produknya.
PT. XYZ Indonesia juga sangat memperhatikan komplain-komplain para
pelanggannya, baik itu melalui forum yang disediakan oleh PT. XYZ Indonesia
maupun komplain yang langsung diterima oleh mereka. Selain itu PT. XYZ
73
Indonesia juga memperhatikan kompetitor mereka dalam mengembangkan produk-
produk yang sejenis dengan produk-produk miliknya.
Melalui kualitas yang terjaga dengan baik ini maka produk-produk PT. XYZ
Indonesia mendapatkan kepercayaan terhadap para pelanggannya. Tetapi pada saat
krisis ekonomi 1997 terjadi, kualitas ini bukan menjadi hal yang penting bagi para
pelanggannya. Para pelanggan PT. XYZ Indonesia mengurangi biaya-biaya mereka
pada saat krisis ekonomi terjadi terutama biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
keperluan teknologi informasi mereka, karena mereka lebih memilih untuk
mempertahankan biaya-biaya yang mempengaruhi penjualan mereka daripada
memilih mengeluarkan uang untuk pengeluaran-pengeluaran untuk teknologi
informasi mereka. Para pelanggan PT. XYZ Indonesia menjadi lebih cenderung
memilih produk-produk informasi teknologi yang harganya lebih terjangkau dengan
budget yang mereka tentukan pada saat krisis ekonomi terjadi.
Hal ini menyebabkan ketidaksesuaian lagi dengan operations performance
objective PT. XYZ Indonesia dimana memberikan kualitas yang terbaik. Dan hal ini
juga menyebabkan PT. XYZ Indonesia mengambil langkah untuk mengubah strategi
order winner mereka.
5.2.4.2.2 Cost
Seperti yang sudah kita ketahui sebelumnya PT. XYZ Indonesia
menggunakan quality sebagai operations performance objective dan mereka
menentukan untuk mengubah operations performance objective mereka. Pada saat
74
krisis ekonomi terjadi, PT XYZ Indonesia mengubah operations performance
objective mereka menjadi cost. Hal ini terlihat pada saat krisis ekonomi 1997 terjadi
PT. XYZ Indonesia melakukan pengurangan terhadap biaya yang dianggarkan. Untuk
itu diperlukan tinjauan ulang mengenai biaya-biaya mana yang memang sifatnya
pokok dan yang sifatnya sekunder.
Pada saat krisis ekonomi terjadi PT. XYZ Indonesia benar-benar memotong
biaya untuk biaya gaji tenaga kerjanya, yaitu dengan menguranginya dari 76 orang
menjadi 23 orang. Pengeluaran atau biaya gaji ini sangat mambantu perusahaan
dalam menghadapi krisis ekonomi yang terjadi karena PT. XYZ Indonesia dapat
mengurangi pengeluaran secara cukup signifikan. Selain itu PT. XYZ Indonesia juga
melakukan penundaan pengiriman tenaga kerjanya untuk mengikuti pelatihan di luar
negeri. Juga mengurangi pengeluaran untuk entertainment pada bagian penjualan
mereka. Bahkan pengeluaran untuk dapur pun juga terkena pemotongan.
Hal di atas menyebabkan PT. XYZ Indonesia menjadi mampu untuk
mengurangi beban-beban mereka dalam menghadapi krisis ekonomi yang terjadi.
Tetapi di sisi lain, PT. XYZ Indonesia tidak memperhatikan bagaimana penurunan
bisnis mereka akan ikut turun bila tidak memperhatikan penjualan produk-produk
mereka. Dan yang terjadi adalah mereka mengalami penurunan bisnis, karena
penjualan mereka mengalami penurunan yang cukup lumayan jauh dari penjualan
mereka sebelumnya.
Hal ini disebabkan karena mereka hanya fokus terhadap penurunan biaya-
biaya internal saja tanpa menurunkan harga yang ditawarkan kepada para
pelanggannya. Dengan hanya mengurangi biaya dan tidak menurunkan harga pada
75
saat krisis ekonomi 1997 menyebabkan para pelanggan memilih untuk tidak
melakukan pembelian atau melakukan penundaan terhadap produk-produk PT. XYZ
Indonesia.
Perubahan operations performance objective yang dilakukan oleh PT. XYZ
Indonesia ini cukup membawa dampak yang positif terhadap perusahaan, tetapi
dampak positif ini tidak optimal karena PT. XYZ Indonesia tetap mengalami
kemunduran dalam hal pertumbuhan bisnisnya. Dengan melihat hasil perubahan
operations performance objective yang dilakukan oleh PT. XYZ Indonesia tidak
optimal, penulis berpendapat bahwa PT. XYZ Indonesia seharusnya dapat mengambil
keputusan yang lebih baik lagi.
Menurut penulis dengan menggunakan flexibility sebagai operations
performance objective, maka PT. XYZ Indonesia tidak akan mengalami penurunan
pertumbuhan bisnis atau paling tidak mampu menekan penurunan pertumbuhan
bisnis mereka pada saat krisis ekonomi terjadi.
5.2.4.2.3 Flexibility
Menurut penulis, operations performance objective yang seharusnya PT. XYZ
Indonesia pilih adalah flexibility. Dengan menggunakan flexibility sebagai operations
performance objective akan jauh lebih efektif dan membuat PT. XYZ Indonesia
menjadi order winner. Karena dengan flexibility, PT. XYZ Indonesia seharusnya
mampu memberikan solusi yang tepat kepada para pelanggannya dengan harga yang
terjangkau dan produk yang fleksibel. Fleksibel di sini akan memberikan kemudahan
76
bagi PT. XYZ Indonesia dalam melakukan penjualan produk-produknya dan mampu
menghadapi situasi krisis keuangan yang melanda Indonesia.
Sebelum terjadi krisis ekonomi, PT. XYZ Indonesia menjual produk-
produknya dengan cara menjual lisensi produk-produknya dalam jumlah yang besar.
Dengan cara tersebut PT. XYZ Indonesia mendapatkan keuntungan yang besar
karena kualitas produk-produk PT. XYZ Indonesia sangat terjaga dengan baik. Tetapi
pada saat krisis ekonomi terjadi di Indonesia, keadaan menjadi berbalik pada para
pelanggan PT. XYZ Indonesia. Banyak dari para pelanggan PT. XYZ Indonesia yang
memotong budget mereka untuk pengeluaran untuk teknologi informasi karena
melihat kondisi krisis ekonomi tahun 1997 yang terjadi di Indonesia.
Dengan memberikan fleksibel produk kepada para pelanggan, PT. XYZ
Indonesia akan mengubah pemikiran mereka bahwa produk-produk yang ditawarkan
akan masuk ke dalam budget mereka. Selain itu juga akan memberikan keleluasaan
kepada para pelanggannya untuk memilih produk-produk PT. XYZ Indonesia sesuai
dengan kebutuhan para pelanggannya. Dengan memenuhi kebutuhan pelanggannya,
maka pertumbuhan bisnis PT. XYZ Indonesia akan meningkat karena penjualan
produk-produk PT. XYZ Indonesia akan tertolong meskipun kondisi krisis ekonomi
melanda Indonesia.
5.2.4.3 Order Qualifiers Analysis
Penulis juga melakukan analisa seperti apa karakter untuk order qualifiers PT.
XYZ Indonesia. PT. XYZ Indonesia memiliki karakter yang sudah cukup memenuhi
77
standard yang dapat memenuhi permintaan para pelanggannya. Produk-produk
informasi teknologi sangat beragam dan memiliki keunikan pada masing-masing
produknya tetapi ada karakter pada produk-produk informasi teknologi ini yang harus
dipenuhi dan menjadi standard untuk para konsumen produk-produk informasi
teknologi ini.
Standarisasi untuk produk-produk informasi teknologi ini ada berbagai
macam dan sangat banyak, sebagai contoh ada COBIT (Control Objectives for
Information and related Technology), COSO (Commitee of Sponsoring
Organisations of the Treadway Commision), ITIL (Information Technology
Infrastructure Library), dan masih banyak standarisasi yang lain. Produk-produk PT.
XYZ Indonesia sudah mendapatkan standarisasi tersebut sehingga produk-produk
mereka sudah memenuhi standar dan sudah mampu bersaing dengan produk-produk
informasi teknologi yang lain.
Standarisasi ini menjadi order qualifiers bagi produk-produk informasi
teknologi dan juga untuk produk-produk PT. XYZ Indonesia. Produk-produk PT.
XYZ Indonesia sudah mampu mengadopsi standarisasi-standarisasi yang ada dan
yang berlaku di dunia.
5.2.5 Supply Chain Management
Penulis juga mengupas masalah supply chain yang ada pada PT. XYZ
Indonesia terkait dengan pencapaian peningkatan pertumbuhan bisnis PT. XYZ
Indonesia sendiri. Setelah dilakukan analisa oleh penulis bahwa operations
78
performance objectives untuk mencapai order winners PT. XYZ Indonesia adalah
flexibility maka penulis akan melakukan analisa lebih dalam penerapan strategi
operasi yang PT. XYZ Indonesia lakukan dalam meningkatkan pertumbuhan bisnis.
Strategi operasi perusahaan akan sangat mempengaruhi kegiatan atau fungsi
operasi perusahaan. Salah satunya yang penting untuk dibahas dan dilakukan analisa
adalah pengelolaan Supply Chain PT. XYZ Indonesia. Untuk itu PT. XYZ Indonesia
memiliki aliran Supply Chain sebelum krisis ekonomi tahun 1997 sebagai berikut
(Gambar 5.6.)
Gambar 5.6. Supply Chain XYZ pada sebelum krisis ekonomi
Dengan fungsi peran sebagai berikut :
1. Principal
XYZ Corporation dan PT. XYZ Indonesia sebagai principal untuk
menyalurkan produk-produk XYZ ke Indonesia. Sebagai principal,
PT. XYZ Indonesia mengatur seluruh produk yang akan dipasarkan di
Indonesia baik pengaturan dalam harga, pengaturan dalam kuantitas
produk yang akan didistribusikan dan masih banyak yang lain terkait
79
produk XYZ itu sendiri. PT. XYZ Indonesia tidak dapat berdiri sendiri
tanpa bantuan partner untuk mendistribusikan produknya, maka dari
itu PT. XYZ Indonesia harus menggandeng value added reseller-nya
untuk melakukan penetrasi produk mereka ke pasar Indonesia.
2. Value Added Reseller / Business Partner
Value added reseller atau business partner berperan dalam
menyalurkan produk-produk XYZ ke pasar Indonesia dimana business
partner yang dipilih oleh PT. XYZ Indonesia adalah business partner
yang benar-benar mengetahui kebutuhan para pelanggan PT. XYZ
Indonesia akan produk-produk XYZ. Business partner di sini berperan
dalam hal melakukan implementasi produk-produk XYZ sampai
dengan produk-produk XYZ terpasang dan digunakan oleh para
pelanggannya. Peran business partner ini sangat penting dan PT. XYZ
Indonesia tidak dapat melakukan penetrasi pasar tanpa adanya
business partner.
3. Customer
Pada pelanggan PT. XYZ Indonesia adalah kunci utama dimana
perkembangan bisnis PT. XYZ Indonesia diukur. Dengan adanya
proses supply chain yang baik dan efisien maka para pelanggan akan
secara langsung merasakan produk-produk yang ditawarkan oleh PT.
XYZ Indonesia menjadi bermanfaat.
80
Jadi ketiga fungsi ini menjadi bagian utama dari proses Supply Chain PT.
XYZ Indonesia dimana principal atau PT. XYZ Indonesia akan menyalurkan
produknya kepada business partner mereka atau value added reseller mereka. Dan
sesudah produk mereka sampai ke tangan value added reseller PT. XYZ Indonesia
baru akan didistribusikan lagi kepada para pelanggannya.
Proses supply chain ini menjadi tidak efisien lagi pada saat krisis ekonomi
terjadi karena adanya hambatan pada proses supply chain ini dimana Value Added
Reseller menjual dengan mata uang Rupiah sedangkan XYZ menjual dengan mata
uang US Dollar. Dan pada saat krisis ekonomi ini terjadi, PT. XYZ Indonesia belum
menyadari adanya kekurangan pada proses supply chain mereka.
Untuk menghasilkan operations performance objective PT. XYZ Indonesia
yaitu cost objective, maka PT. XYZ Indonesia hampir tidak melakukan perubahan
yang besar dalam pengelolaan Supply Chain mereka pada krisis ekonomi di Indonesia
terjadi. PT. XYZ Indonesia lebih berfokus pada bagaimana mereka bertahan di dalam
kondisi yang tidak mendukung ini, sehingga yang dilakukan oleh PT. XYZ Indonesia
lebih ke arah pengurangan biaya-biaya yang sering dikeluarkan untuk operasional
perusahaan.
Sebelum krisis ekonomi terjadi, kegiatan Supply Chain PT. XYZ Indonesia
cenderung stabil dan tidak ada kendala dalam pengendaliannya. Namun krisis
ekonomi yang terjadi berdampak besar terhadap kegiatan Supply Chain dan fungsi
operasi lainnya sebagaimana analisa berikut :
1. Terjadinya keterlambatan proses penyaluran pada saat krisis ekonomi
di Indonesia terjadi, yaitu terjadi keterlambatan pembayaran pelanggan
81
kepada PT. XYZ Indonesia. Hal ini mulai terlihat setelah PT. XYZ
Indonesia melakukan tutup buku keuangan mereka dimana tutup buku
ini biasa dilakukan pada bulan Mei, sedangkan pada bulan Mei 1997
masih banyak transaksi penjualan atau order terhadap produk-produk
yang dijual oleh PT.XYZ Indonesia.
2. Macetnya pembayaran baik dari para pelanggan dan makin besarnya
hutang dari para value added reseller ini membuat PT. XYZ Indonesia
memiliki penurunan bisnis yang cukup drastis. Pada saat itu PT. XYZ
Indonesia mengambil keputusan untuk menutup keterlambatan
pembayaran dengan memberikan keleluasaan terhadap para
pelanggannya dalam melakukan pembayaran. Hal ini tidak
sepenuhnya berjalan efektif pada proses penyaluran mereka, karena
permasalahan yang mereka hadapi adalah masalah mata uang yang
membuat mereka mengalami keterlambatan dalam melakukan
pembayaran. Masalah pengakuan rate mata uang Rupiah terhadap US
Dollar menjadi masalah utama yang harus mereka selesaikan. Di
dalam pengambilan keputusan untuk masalah pengakuan rate ini, PT.
XYZ Indonesia cukup jeli yaitu dengan mengambil rate yang wajar
dan hal tersebut disetujui oleh kedua belah pihak. Hal ini membuat
permasalahan pembayaran dari pelanggan bukan menjadi masalah
yang besar. Permasalahan yang terbesar yang PT. XYZ Indonesia
hadapi adalah masalah umur pembayaran yang ada pada valur added
reseller mereka. Sebelum terjadi krisis ekonomi terjadi pemberian
82
hutang terhadap pada value added reseller PT. XYZ Indonesia
berjalan dengan lancar dan proses pemberian hutang pun relatif cepat
untuk diproses. Pada tahun 1997 dimana Indonesia dilanda krisis
ekonomi menjadikan hutang yang diberikan kepada value added
reseller menjadi sangat besar dan ini membuat limitasi hutang yang
diberikan pada value added reseller PT. XYZ Indonesia menjadi
menyentuh batas limitasi mereka. Hal inilah yang menyebabkan
ketidakmampuan value added reseller melunasi hutang-hutangnya dan
proses jual-beli produk-produk XYZ tidak berjalan lancar.
3. Adanya over credit limit pada Value Added Reseller dimana value
added reseller masih belum membayar hutang-hutangnya kepada PT.
XYZ Indonesia dan ditambah pula dengan keterlambatan pada
pembayaran-pembayaran hutang yang sebelumnya. Hal ini
menyebabkan terjadinya hambatan pada arus kas PT. XYZ Indonesia
dan mempengaruhi pertumbuhan bisnis mereka.
Dengan kondisi yang terjadi di atas, maka seharusnya PT. XYZ Indonesia
melakukan tindakan yang signifikan terkait dengan perubahan strategi operasi mereka
dan dalam menghadapi kondisi yang tidak bersahabat ini. Tindakan-tindakan untuk
melakukan perubahan pada strategi operasi mereka juga tidak lepas dari fungsi
operasi yang ada pada PT. XYZ Indonesia, dan salah satunya adalah pengelolaan
Supply Chain PT. XYZ Indonesia sendiri.
83
Menurut penulis proses supply chain yang dimiliki oleh PT. XYZ Indonesia
seharusnya akan jauh lebih efisien dan lebih efektif, ketika ditambahkan satu bagian
lagi di dalamnya. Yaitu dengan menambahkan bagian distributor antara PT. XYZ
Indonesia dengan value added reseller. Peran distributor di sini adalah berperan
sebagai penyalur produk-produk XYZ dari principal kepada para value added
reseller.
Dengan menambahkan distributor pada proses supply chain PT. XYZ
Indonesia di dalamnya maka hutang-hutang yang diberikan kepada para value added
reseller PT. XYZ Indonesia tidak lagi dijamin oleh PT. XYZ Indonesia tetapi dijamin
oleh distributor PT. XYZ Indonesia. Melalui distributor inilah PT. XYZ Indonesia
mampu mengatur arus kas mereka dengan baik karena penerimaan uang perihal
pembelian produk-produk XYZ akan dijamin distributor. Dan melalui ini, PT. XYZ
Indonesia dapat mengambil keputusan untuk menerapkan cash-on-delivery atau
pembayaran tunai pada setiap pembelian produk-produk XYZ.
Berikut adalah gambar dari proses yang ideal pada proses supply chain PT.
XYZ Indonesia.
84
Gambar 5.7. Bentuk Ideal Supply Chain PT. XYZ Indonesia
Penulis juga percaya dengan model proses supply chain di atas maka PT.
XYZ Indonesia dapat mempertahankan sustainable growth mereka atau
mempertahankan pertumbuhan bisnis mereka. Dengan proses supply chain ini juga
akan membuat PT. XYZ Indonesia mampu bertahan dalam situasi krisis ekonomi
yang terjadi di negara Indonesia.