pembahasan antidiare

7
VII. PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini dilakukan uji tentang efek antidiare. Tujuan praktikum adalah praktikan dapat mengetahui sejauh mana aktivitas obat antidiare dapat menghambat diare yang diinduksi melalui metode transit intestinal. Diare adalah suatu kondisi, buang air besar (defekasi) yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus. Penyebab diare dibagi menjadi dua yakni diare sekresi disebabkan Infeksi virus, kuman- kuman patogen dan apatogen, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, dan Defisiensi imun terutama SIGA (secretory imonol globulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida. Diare osmotik disebabkan kurangnya asupan makanan seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral. Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian efek anti diare berdasarkan metode transit

description

farmakologi

Transcript of pembahasan antidiare

VII. PEMBAHASANPada praktikum kali ini dilakukan uji tentang efek antidiare. Tujuan praktikum adalah praktikan dapat mengetahui sejauh mana aktivitas obat antidiare dapat menghambat diare yang diinduksi melalui metode transit intestinal. Diare adalah suatu kondisi, buang air besar (defekasi) yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus. Penyebab diare dibagi menjadi dua yakni diare sekresi disebabkan Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, dan Defisiensi imun terutama SIGA (secretory imonol globulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida. Diare osmotik disebabkan kurangnya asupan makanan seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral.Pada praktikum kali ini dilakukan pengujian efek anti diare berdasarkan metode transit intestinal, dimana metode ini digunakan untuk mengevaluasi aktivitas obat antidiare, laksansia, antispasmodik dimana prinsipnya berdasarkan pengaruhnya pada rasio jarak usus yang ditempuh oleh suatu marker (tinta cina) dalam waktu tertentu terhadap panjang usus keseluruhan pada hewan percobaan. Metode ini digunakan untuk mengetahui efektivitas obat antidiare pada hewan percobaan dimana hewan percobaan tidak diberi ransangan diare. Obat antidiare akan memperkecil rasio, sedangkan obat laksansia dan obat antispasmodik akan memperbesar rasio. Metode ini untuk mengevaluasi obat yang mekanisme kerjanya terhadap motilitas seperti loperamid HCL. Untuk obat yang bekerja mempengaruhi osmotik, sekretorik, eksudatif, dan invasif bakteri maka tidak dapat digunakan metode transit intestinal.Hewan yang digunakan adalah mencit karena memiliki keuntungan mudah ditangani, mudah dikembangbiakan kembali, siklus hidup sempit, terdapat sifat anatomis serta fisiologis dan suhu normal badan 37,4o C menyerupai manusia. Disamping itu efek dosis yang diberikan kepada mencit dapat diubah ke manusia dengan menggunakan tabel konversi dosis. Pada mencit yang memiliki berat 20 gram, dengan factor konversi ke manusia berat 70 kg sebesar 387,9 maka dapat ditentukan dengan mudah evaluasi dosis penggunaan obat antidiare pada manusia.Bahan obat yang digunakan adalah loperamid HCL. Obat ini termasuk dalam golongan antimotilitas dan sekresi usus golongan opiat. Obat ini turunan difenoksilat khasiatnya berupa obstipasi. Obat ini tidak menimbulkan kecanduan karena tidak dapat menyebrangi sawar-darah otak dibandingkan opiate lain. Selain loperamid HCL, bahan kedua yang digunakan adalah tinta cina (marker). Marker ini digunakan karena mudah diperoleh dipasaran serta murah, stabil, tidak toksik, tidak dapat diserap dinding usus. Marker dapat mewarnai dinding usus . Adanya bahan ini pada lumen mencit yang sebelumnya sudah diberi obat antidiare menyebabkan kecepatan aliran marker melewati usus akan terhambat.. Terhambatnya disebabkan pemberian loperamid HCL bekerja mengurangi motilitas usus mencit dibandingkan normal. Bahan ketiga adalah PGA 2%. PGA dipilih sebagai kontrol karena PGA dapat melarutkan loperamid HCL dengan baik. Bahan tersebut digunakan sebagai control negatif yang akan dibandingkan terhadap obat antidiare. Mencit yang sudah diberi melewati tahap prosedur metode transit intestinal akan dilakukan dislokasi, lalu pembedahan untuk mengukur rasio marker terhadap panjang usus keseluruhan. Pemberian obat dilakukan secara peroral agar obat dapat melalui saluran usus mencit.Pada praktikum ini mencit dibagi menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama kontrol (PGA), kedua uji 1 (loperamid HCL 0,24 mg/ml), ketiga uji 2 (loperamid HCL 0,48 mg/ml). pembagian kelompok bertujuan memudahkan untuk perbandingan perlakuan antara mencit yang diberikan PGA, loperamid HCL 0,24 mg/ml, dan loperamid HCL 0,48 mg/ml. Lalu dilakukan pemberian obat yang sudah dihitung jumlah volume pemberiannya ke tiap kelompok melalui peroral. Yang perlu diperhatikan adalah kelompok uji 1 dan kelompok uji 2. Antara dua kelompok itu yang membedakan adalah besarnya dosis. Tujuannya adalah untuk mengetahui dengan adanya perbedaan dosis apakah memiliki kerja farmakologi yang berbeda atau tidak.Pada menit ke 45, semua kelompok hewan diberi tinta cina sebesar 0,1 gram/ml mencit secara oral. Tinta cina akan melewati sistem pencernaan sampai ke usus. Pada usus tinta cina akan berfungsi sebagai penanda usus yang dilalui obat serta dapat mengetahui kerja obat. Kerja obat dapat diketahui dengan menurunnya jarak tinta cina di usus. Pada menit ke 65, dilakukan dislokasi kepada semua mencit. Tujuannya ialah untuk melakukan pembedahan terhadap mencit dengan cara membuka perutnya. Lalu dilakukan proses pembedahan diatas meja bedah. Dilakukan pembedahan perut mencit dengan hati-hati lalu ususnya dikeluarkan. Usus yang sudah dikeluarkan lalu diukur panjang lintasan tinta cina mulai dari pylorus sampai pemberhentian terakhir. Lalu dihitung juga panjang usus total mencit dari pylorus sampai rectum.Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa rasio kelompok kontrol 0, 0,237. Kelompok uji 1 adalah 0,494 dan rasio kelompok uji 2 adalah 0,517. Dari sini dapat diambil kesimpulan dengan peningkatan dosis menyebabkan peningkatan motilitas usus sehingga marker menempuh lintasan lumen usus menjadi besar. Dari hasil ini juga bisa dikatakan bahwa pemberian loperamid HCl memberikan efek yang tidak diinginkan pada usus karena mencit yang diberikan loperamid HCl memiliki nilai rasio yang lebih besar dari pada rasio kontrol negatif. Pemberian loperamid HCL berlebih akan lebih menurunkan kecepatan motilitas usus sehingga kandungan air yang berlebih pada zat yang masuk ke usus dapat diserap dengan lamanya zat tersebut menempati usus. Namun, pada hasil pratikum ini, peningkatan dosis loperamid malah mengakibatkan peningkatan motilitas usus yang ditandai dengan cepatnya marker melewati lumen usus. Adanya kesalahan data pengamatan disebabkan beberapa hal. Pertama, tidak tepatnya pengukuran dengan menggunakan penggaris yang memiliki ketelitian hanya 0,1 cm. Kedua, kemungkinan tidak dilakukan puasa tepat selama 18 jam sebelum dilakukan percobaan. Ketiga, kurang tepatnya volume dosis yang diberikan sesuai perhitungan terhadap massa mencit. Keempat, bisa disebabkan banyaknya volume tinta cina yang diberikan sehingga yang fungsi utamanya sebagai penanda obat bekerja di usus malah menyebabkan terlalu encer sehingga dapat denga mudah melintasi usus. Kelima, obat antidiare yang diberikan mengandung kontaminan dan kesalahan mengambil sonde oral yang bekas digunakan tinta cina, malah digunakan volume obat antidiare loperamid HCL.

VIII. KESIMPULANPada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa aktifitas obat antidiare dapat diketahui melalui pemberian loperamida pada mencit dengan menggunakan metode transit intestinal. Hasil loperamid dosis 1 lebih efektif dibandingkan loperamid dosis 2.