LAPORAN farkol antidiare

34
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI PENGUJIAN EFEK ANTIDIARE Disusun Oleh Kelompok I Rabu Pagi Kartika Ramadhan (D1E03026) Cysilia Kusumawati H (D1E03027) Yulia Arista (D1E03028) Ulfiana Hafni (D1E03029) Eka Waty (D1E03030) LABORATORIUM FARMAKOLOGI

Transcript of LAPORAN farkol antidiare

Page 1: LAPORAN farkol antidiare

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

PENGUJIAN EFEK ANTIDIARE

Disusun Oleh

Kelompok I Rabu Pagi

Kartika Ramadhan (D1E03026)

Cysilia Kusumawati H (D1E03027)

Yulia Arista (D1E03028)

Ulfiana Hafni (D1E03029)

Eka Waty (D1E03030)

LABORATORIUM FARMAKOLOGI

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2006

Page 2: LAPORAN farkol antidiare

PENGUJIAN EFEK ANTIDIARE

I. TUJUAN

Mengetahui sejauh mana aktivitas obat antidiare dapat menghambat diare

yang disebabkan oleh oleum ricini pada hewan percobaan.

II. PRINSIP

Pengujian aktivitas antidiare berdasarkan konsistensi feses, bobot feses,

dan frekuensi defekasi pada aktivitas obat atapulgit dan loperamid yang dapat

memperlambat peristaltic usus, sehingga mengurangi frekuensi defekasi dan

memperbaiki konsistensi feses, yaitu metode proteksi terhadap diare oleh oleum

ricini.

III. TEORI

Diare adalah keadaan buang-buang air dengan banyak cairan (mencret)

dan merupakan gejala-gejala dari penyakit tertentu atau gangguan lainnya.

Menurut tori klasik, diare disebabkan oleh meningkatnya peristaltik usus, hingga

pelintasan chymus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat

meninggalkan tubuh sebagai tinja. Penelitian terakhir menunjukkan bahwa

penyebab utama diare adalah bertumpuknya cairan di usus akibat terganggunya

resorpsi air atau dan terjadinya hipersekresi. Pada keadaan normal, proses sekresi

dan reosrpsi dari air dan elektrolit-elektrolit berlangsung pada waktu yang sama di

sel-sel epitel mukosa.

Proses ini di atur oleh beberapa hormon, yaitu resorpsi oleh enkefalin,

sedangkan sekresi diatur oleh prostaglandin dan neurohormon V.I.P (Vasoactive

Intestinal Peptide). Biasanya, resorpsi melebihi sekresi, tetapi karena sesuatu

sebab sekresi menjadi lebih besar daripada resorpsi, maka terjadilah diare.

Terganggunya keseimbangan antara resorpsi dan sekresi, dengan diare sebagai

gejala utama, sering kali terjadi pada gastroenteritis (radang lambung usus) yang

disebabkan oleh kuman dan toksinnya.

1

Page 3: LAPORAN farkol antidiare

Berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan empat jenis gastroenteritis dan

diare sebagai berikut:

1. diare akibat virus, misalnya ’influenza perut’ dan ’travellers diarrhoea’

yang disebabkan antara lain oleh rotavirus dan adenovirus. Virus melekat

pada sel-sel mukosa usus, yang menjadi rusak sehingga kapasitas resorpsi

menurun dan sekresi air dan elektrolit memegang peranan. Diare yang

terjadi bertahan terus sampai beberapa hari sesudah virus lenyap dengan

sendirinya, biasanya dalam 3-6 hari. Di negara-negara barat, jenis diare ini

paling sering terjadi, lebih kurang 60%

2. diare bakterial (invasif) agak sering terjadi, tetapi mulai berkurang

berhubung semakin meningkatnya derajat higiene masyarakat. Bakteri-

bakteri tertentu pada keadaan tertentu, misalnya bahan makanan yang

terinfeksi oleh banyak kuman, menjadi ”infvasif” dan menyerbu ke dalam

mukosa. Di sini bakteri-bakteri tersebut memperbanyak diri dan

membentuk toksin-toksin yang dapat diresorpsi ke dalam darah dan

menimbulkan gejala hebat, seperti demam tinggi, nyeri kepala, dan

kejang-kejang, di damping mencret berdarah dan berlendir. Penyebab

terkenal dari jenis diare ini ialah bakteri Salmonella, shigella,

campylobacter, dan jenis coli tertentu.

3. diare parasiter, seperti protozoa Entamoeba histolytica, Giardia Llambia,

Cryptosporidium, dan Cyclospora, yang terutama terjadi di daerah (sub)

tropis. Diare akibat parasit-parasit ini biasanya mencirikan mencret cairan

yang intermiten dan bertahan lebih dari satu minggu. Gejala lainnya dapat

berupa nyeri perut, demam, anorexia, nausea, muntah-muntah, dan rasa

letih umum (malaise).

4. diare akibat enteroktosin. Diare jenis ini lebih jarang terjadi, tetapi lebih

dari 50 % dari wisatawan di negara-negar berkembang dihinggapi diare

ini. Penyebabnya adalah kuman-kuman yang membentuk enteroktosin,

yang terpenting adalah E. Coli dan Vibrio cholerae, dan jarang Shigella,

Salmonella, Campylobacter, dan Entamoeba histolytica. Toksin melekat

pada sel-sel mukosa dan merusaknya. Diare jenis ini juga bersifat

2

Page 4: LAPORAN farkol antidiare

”selflimiting”, artinya akan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan

dalam lebih kurang 5 hari, setelah sel-sel yang rusak diganti dengan sel-sel

mukosa baru.

Kelompok obat yang sering digunakan pada diare adalah :

1. kemoterapeutika untuk terapi kausal, yakni memberantas bakteri

penyebab diare. Seperti anti biotika, sulfonamida, kinolon, dan

furazolidon.

2. obstipansia untuk terapi simtomatis, yang dapat menghentikan diare

dengan beberapa cara, yakni:

a. zat-zat penekan peristaltik sehingga memberikan lebih banyak

waktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus: candu

dan alkaloidanya, derivat-derivat petidin (difenoksilat dan

loperamida), dan antikolinergika (atropin, ekstrak belladonna).

b. Adstringensia, yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya

asam samak (tanin) dan tannalbumin, garam-garam bismut, dan

alumunium.

c. Adsorbensia, misalnya carbo adsorbens yang pada permukaannya

dapat menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun (toksin) yang

dihasilkan oleh bakteri atau yang adakalanya berasal dari makanan

(udang, ikan). Termasuk disini adalah juga mucilagines, zat-zat

lendir yang menutupi selaput lendir usus dan lukanya dengan

suatu lapisan pelindung, umpamanya kaolin, pektin, (suatu

karbohidrat yang terdapat antara lain dalam buah apel) dan garam-

garam bismut, serta alumunium.

3. spasmolitika, yakni zat-zat dapat melepaskan kejang-kejang otot yang

sering kali mengakibatkan nyeri perut pada diare, antara lain papaverin

dan oksifenonium.

Di bawah ini akan dibicarakan obat-obat khusus untuk mengobati penyakit

infeksi usus terpenting yang sering kali menyebabkan diare, yaitu obat kolera,

disentri basiler, tifus, paratifus, dan campylobacteriosis. Begitu pula pengobatan

3

Page 5: LAPORAN farkol antidiare

beberapa infeksi protozoa penting, yakni Giardia, Cryptosporidium, dan

Cyclospora.

OLEUM RICINI : minyak kastor, minyak jarak

Minyak kastor diperas dari biji pohon jarak (Ricinus communis) dan

mengandung trigliserida dari asam risinoleat, suatu asam lemak tak jenuh. Di

dalam usus halus, sebagian zat ini diuraikan oleh enzim lipase dan menghasilkan

asam risinoleat yang memiliki efek stimulasi terhadap usus halus. Setelah 2-8 jam

timbul defekasi yang cair.

Efek sampingnya berupa kolik, mual, dam muntah. Oleum ricini tidak

boleh digunakan oleh wanita hamil.

Dosis : dewasa 15-30 mL; anak-anak 4-15 mL

LOPERAMIDA (IMODIUM)

Loperamida merupakan derivat difenoksilat dengan khasiat obstipasi 2-3 kali

lebih kuat tetapi tanpa khasiat terhadap SSP, sehingga tidak mengakibatkan

ketergantungan. Zat ini dapat menormalkan keseimbangan resorpsi-sekresi dari

sel-sel mukosa, yaitu memulihkan se-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi

ke keadaan resorpsi normal kembali. Mulai kerjanya lebih cepat, juga bertahan

lebih lama. Efek sampingnya sama tetapi praktis tidak timbul.

Dosis : pada diare akut dan kronis: permulaan 2 tablet dari 2 mg, lalu

setiap 2 jam 1 tablet sampai maksimal 8 tablet seharinya. Anak-anak sampai 8

tahun: 2-3 dd 0,1 mg setiap kg bobot badan, anak-anak 8-12 tahun; pertama kali 2

mg, maksimal 8-12 mg sehari. Tidak boleh diberikan pada anak-anak di bawah

usia 2 tahun, karena fungsi hatinya belum berkembang dengan sempurna untuk

dapat menguraikan obat ini.

ATAPULGIT

Deskripsi :

Atapulgit (at a pull gite) diberikan dalam bentuk oral untuk mengatasi

diare. Atapulgit adalah serbuk yang dapat bekerja dengan cara mengabsorbsi

4

Page 6: LAPORAN farkol antidiare

bakteri atau kuman yang menyebabkan diare.

Obat ini diberikan tanpa aturan pakai, namun bagaimanapun juga aturan

dan peringatan pada produk harus diikuti dengan benar. Di samping itu, dokter

harus memberikan instruksi khusus untuk dosis tertentu dari obat atapulgit untuk

keadaan pengobatan tertentu.

Atapulgit terdapat dalam bentuk dosis : suspensi oral, tablet, dan tablet

kunyah.

Petunjuk penggunaan :

Apabila kita menggunakan obat ini tanpa petunjuk penggunaan obat, baca

dan ikuti peringatan yang tertera pada label secara seksama. Untuk atapulgit,

beberapa kondisi di bawah ini harus diperhatikan.

1. Kehamilan, obat ini tidak diabsorbsi dalam tubuh dan tidak menyebabkan

masalah serius

2. Menyusui, kehilangan banyak cairan tubuh dapat menyebabkan keadaan

yang serius. Untuk alasan tersebut, antidiare tidak dianjurkan untuk

diberikan pada anak kecil (di bawah umur tiga tahun) tanpa terlebih

dahulu berkonsultasi dengan dokter. Untuk anak-anak yang mengalami

diare, antidiare mungkin digunakan, tetapi perlu diperhatikan pula

konsumsi cairan yang diminum untuk menggantikan kehilangan cairan

dalam tubuh.

3. Obat-obatan lain, beberapa obat tidak baik bila digunakan bersamaan,

karena penggunaan obat-obat lain yang digunakan dapat menyebabkan

interaksi yang tidak diinginkan. Pada kasus ini, dokter mungkin akan

mengurangi dosis atau menyarankan cara penggunaan yang lain. Apabila

pasien menggunakan obat lain, perhatikan bahwa pasien tidak boleh

memakan obat tersebut setelah 2 sampai 3 jam setelah mengonsumsi

atapulgit. Bila tidak, obat tersebut tidak akan diabsorbsi oleh tubuh.

4. Masalah pengobatan lain, kehadiran masalah pengobatan lain, misalnya

disentri, dapat mempengaruhi kegunaan atapulgit atau bahkan

menyebabkan keadaan semakin memburuk. Oleh karena itu, segera

konsultasikan dengan dokter bila pasien mengidap penyakit lain.

5

Page 7: LAPORAN farkol antidiare

Kegunaan :

Jangan gunakan atapulgit untuk mengatasi diare bila pasien mengidap

penyakit liver, atau kelainan darah atau mucus.

Gunakan obat ini sesuai dengan petunjuk yang tertera pada label, kecuali

bila dikatakan lain oleh dokter.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat terjangkit penyakit diare:

1. Dalam penggunaan obat diare, perlu diperhatikan bahwa pasien harus

menggantti kehilangan cairan pada tubuh dan mengikuti pola diet tertentu.

Pada 24 jam pertama, pasien harus makan gelatin dan minum cairan yang

banyak, misalnya air jahe, cola bebas kafein, the bebas kafein, dan protein.

Pada 24 jam selanjutnya, pasien harus makan makanan bergizi, misalnya

sereal, roti, kraker, dan lain-lain. Buah, sayur-sayuran, gorengan atau

makanan berbumbu, permen, dan kafein, ataupun alcohol, dapat mebuat

keadaan semakin buruk.

2. Apabila terlalu banyak cairan yang hilang dari tubuh, diare dapat semakin

parah. Cek ke dokter secepatnya apabila terjadi hal-hal berikut :

Decreased urination

Dizziness and lightheadedness

Dryness of mouth

Increased thirst

Wrinkled skin

Dosis :

Dosis atapulgit dapat berbeda untuk pasien yang berbeda. Jumlah tablet atau

sendok the dari suspensi yang diberikan tergantung pada kekuatan obat tersebut.

Untuk diare

Dosis suspensi oral :

Dewasa dan anak-anak di atas 12 tahun dosis yang sering

digunakan adalah 1200-1500 mg setelah diare terjadi, tidak boleh

lebih dari 9000 mg dalam sehari.

Anak-anak umur 6-12 tahun digunakan dosis 600 mg setelah

daire, tidak boleh loebih dari 4200 mg sehari.

6

Page 8: LAPORAN farkol antidiare

Anak-anak umur 3-6 tahun digunakan dosis 300 mg setelah diare,

tidak boleh lebih dari 2100 mg sehari.

Anak-anak di bawah tiga tahun dosisnya harus ditentukan oleh

dokter.

Dosis tablet oral

Dewasa dan anak-anak di atas 12 tahun dosis yang sering

digunakan adalah 1200-1500 mg setelah diare terjadi, tidak boleh

lebih dari 9000 mg dalam sehari.

Anak-anak umur 6-12 tahun digunakan dosis 750 mg setelah

daire, tidak boleh loebih dari 4500 mg sehari.

Anak-anak umur 3-6 tahun digunakan dosis untuk suspensi.

Dosis tablet kunyah

Dewasa dan anak-anak di atas 12 tahun dosis yang sering

digunakan adalah 1200 mg setelah diare terjadi, tidak boleh lebih

dari 8400 mg dalam sehari.

Anak-anak umur 6-12 tahun digunakan dosis 600 mg setelah daire,

tidak boleh loebih dari 4200 mg sehari.

Anak-anak umur 3-6 tahun digunakan dosis 300 mg setelah diare,

tidak boleh lebih dari 2100 mg sehari.

Anak-anak di bawah tiga tahun dosisnya harus ditentukan oleh

dokter.

Penyimpanan :

Untuk menyimpan obat ini:

Jauhkan dari jangkuan anak-anak

Hindarkan dari panas dan cahaya langsung

Hindarkan cairan dalam obat menjadi beku

Jangan simpan obat lebih dari waktu kadaluarsa obat, tetapi yakinkan

bahwa obat terhindar dari jangkauan anak-anak.

Peringatan :

Periksakan ke dokter bila diare tidak berhenti pada satu atau dua hari

pemakaian, atau apabila timbul demam.

7

Page 9: LAPORAN farkol antidiare

Efek samping :

Di samping manfaat pemakainan atapulgit, obat ini juga menyebabkan

pengaruh yang tidak diinginkan. Konstipasi dapat terjadi pada beberapa pasien,

khususnya yang mengonsumsi atapulgit secara berlebihan. Periksakan pada dokter

bila konstipasi mengganggu.

Efek samping lain yang tidak dijelaskan di atas dapat pula terjadi pada

pasien. Apabila pasien merasa efek samping lain, periksakan ke dokter.

IV. BAHAN DAN ALAT

Hewan percobaan : mencit putih jantan, dengan berat badan 20-25 g. Hewan yang

digunakan untuk percobaan memiliki feses normal.

Bahan : - Loperamid HCl (0,24 mg/mL dan 0,48 mg/mL)

- Oleum ricini

- Atapulgit

- Kertas saring

Alat : - Alat suntik 1 mL

- Sonde oral mencit

- Stopwatch

- Timbangan mencit

- Bejana silinder

V. PROSEDUR

1. Bobot mencit ditimbang, dikelompokkan secara acak menjadi tiga

kelompok, yaitu kelompok control negative yang hanya diberi oleum

ricini, kelompok control positif yang diberi loperamid, dan kelompok uji

yang diberi atapulgit

2. Dua jam sebelum percobaan dimulai mencit dipuasakan

3. Sesuai dengan perlakuan yang akan dialaminya tiap mencit diberi peroral

0,5 mL/20 g sediaan uji dan kemudian ditempatkan dalam bejana

individual beralaskan kertas saring untuk pengamatan

8

Page 10: LAPORAN farkol antidiare

4. Satu jam setelah perlakuan pada butir 3 semua mencit diberi peroral 0,5

mL oleum ricini

5. Respon yang terjadi pada setiap mencit diamati selang waktu 30 menit

selama 2 jam, setelah pemberian oleum ricini

6. Parameter yang diamati yaitu waktu muncul diare, frekuensi konsistensi

diare, dan jumlah/bobot feses serta jangka waktu berlangsung diare

7. Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk table dan dibuat grafiknya

8. Evaluasi hasil pengamatan pada tiap kelompok hewan untuk waktu

muncul diare, jangka waktu berlangsung diare, bobot feses dievaluasi

masing-masing secara statistic dengan metode anava dan student t

VI. DATA PENGAMATAN

TABEL PEMBERIAN DOSIS PADA MENCIT

Kelompok Berat Mencit Dosis

Kontrol negatif

(PGA)26,5 g 26,6/20 x 0,5 mL = 0,6625 mL

Kontrol positif

(Loperamid HCl)22,9 g 22,9/20 x 0,5 mL = 0,5725 mL

Uji (Atapulgit) 23,39 g 23,39/20 x 0,5 mL = 0,5825 mL

Tabel. Konsistensi Feses Mencit Setelah Pemberian Ekstrak Kasar (CE)

No. Kelom-

pok

Waktu (jam)

0 – 1 1 – 1,5 1,5 – 2 2 – 2,5 2,5 – 3 3 – 3,5 3,5 – 4 4 – 5 5 – 6 6 – 7

1.

2.

3.

4.

5.

Oleum

ricini

0,75ml

0

-

+

-

0

++

+++

-

++

+

++

+++

++

-

-

+++

+++

+++

-

++

+++

-

-

+++

-

-

-

+++

-

+++

++

++

++

-

++

++

++

-

+++

+

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

9

Page 11: LAPORAN farkol antidiare

6.

7.

8.

9.

10.

/ekor 0

0

0

0

0

+

+

+

+

+

++

++

++

+++

++

+++

+++

++

+++

-

+++

+++

+++

++

+++

+++

++

++

-

-

++

+

-

+

-

+

-

-

+

++

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

PGA

5%/

ml/

ekor

-

0

-

-

0

0

-

0

-

-

+

+++

0

+

+

++

0

+

0

+

+

+++

++

+

++

+++

++

++

++

-

++

+++

+++

++

++

-

+++

-

-

++

-

-

-

+++

++

-

-

-

+++

-

+++

-

-

-

-

+

-

+

-

++

-

-

++

++

+

-

++

-

+

+

+

++

-

-

-

-

+

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Lopera

mid

HCl

0,06

mg/ml/

ekor

-

0

-

-

-

0

-

-

0

-

-

0

-

-

+

++

+

+

+

++

0

0

++

++

0

+

++

+

-

+++

+

++

+

++

-

+

+

-

++

++

-

+

0

+

0

0

-

-

+

-

+++

-

-

0

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

+

0

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

0

-

-

-

-

-

-

-

-

-

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Funica

granat

um L.

250 mg

ekstrak

kering/

ml/

ekor

0

-

-

-

0

-

-

0

-

+

-

0

-

+

+

+

+

+

++

+

+

++

++

+++

-

++

-

+++

+

++

+++

-

+++

++

+++

++

++

-

-

-

0

-

+

++

+

-

++

0

0

-

0

-

-

-

0

+

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

10

Page 12: LAPORAN farkol antidiare

10. 0 + +++ ++ - - - - - -

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Helicte

res

isora

L. 250

mg

ekstrak

kering/

ml/

ekor

0

-

-

-

0

-

-

0

-

0

+

+++

-

-

-

++

+

-

0

-

+

+++

+

++

+

++

++

-

-

-

+++

+++

+++

-

++

+++

++

++

+

+++

+++

-

-

-

-

-

-

-

-

-

++

-

-

+

++

++

+

-

+

++

-

++

++

-

+

-

-

+

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Sindor

a

sumatr

ans

Miq.

250 mg

ekstrak

kering/

ml/

ekor

0

-

-

+

0

0

-

-

-

-

+

0

-

++

++

+

0

+

0

+

++

-

+

+

+++

++

+

-

-

-

++

+

+++

++

++

++

+

++

++

+++

+++

++

-

+

-

+

+++

-

+++

-

-

-

-

-

-

-

++

-

++

+

+

-

++

-

-

-

-

-

+

-

0

+

+

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Uncari

a

gambir

(Hunte

r)

Roxb.

250 mg

ekstrak

kering/

ml/

ekor

-

-

-

0

+

0

0

0

-

0

0

-

0

+

++

0

+

+

+

-

0

0

+

+

+++

0

+

+

+

-

+

++

++

++

++

++

+++

++

++

++

+++

-

-

+

-

+

++

-

-

-

-

-

+

-

-

+

-

+

-

+

+

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

Perlakuan

11

Page 13: LAPORAN farkol antidiare

Kelom-

pok

Oleum

Ricini

Lopera-

mid HCl

PGA U.

Gambi

r

S.

Sumatran

a

H.

Isora

P.

Granatum

Z 1 240 180 240 120 180 150 120

2 240 90 240 120 150 210 150

3 240 60 150 120 180 150 60

4 240 90 180 120 210 120 60

5 240 30 180 120 150 150 90

6 240 90 180 120 90 180 120

7 180 90 150 120 120 180 120

8 180 60 150 120 120 180 120

9 240 150 150 150 18 150 120

10 240 90 150 150 120 180 90

Jumlah 2280 930 177

0

1260 1338 165

0

1050 1027

8

Rata-

rata

228 93 177 126 133,8 165 105

Σy2 = 1.114.200 + 601.524 = 1.715.724

Tabel Anava

Sumber

Variasi (SV)

Derajat

Kebebasan (dK)

Jumlah

Kuadrat (JK)

Kuadrat

Tengah (KT)

F

Rata-rata 1 1.509.104,05

7

1.509.104,05

7

F = P/E =

18,1140971

7Perlakuan 7 – 1 = 6 130.800,343 21.800,05717

Kekeliruan 63 75.819,6 1.203,485714

Jumlah Σn = 70 Σy2 =

1.715.724

Ry = 10278 2 = 1.509.104,057

12

Page 14: LAPORAN farkol antidiare

70

Py = 2280 2 + 930 2 + 1770 2 + 1260 2 + 1338 2 + 1650 2 + 1050 2 – Ry

10 10 10 10 10 10 10

= 1.639.904,4 – 1.509.104,057 = 130.800,343

Σy2 = 1.114.200 + 601.524 = 1.715.724

Fhitung > Ftabel , H0 ditolak

Uji Rentang Newman-Keuls

ЎA = 228 ЎB = 93 ЎC = 177 ЎD = 126 ЎE = 133,8 ЎF = 165 ЎG = 105

Sўi = √Ei/ni = √1203,4855714/10 = 10,97034965

RST = rα. Sўi = rα3 .10,97 & rα4 .10,97 & rα5 . 10,97 & rα6 . 10,97 & rα8 . 10,97 & rα9

. 10,97

rα → (6,63)

RST = (3,40 x 10,97), (3,74 x 10,97), (3,98 x 10,97), (4,16 x 10,97), (4,31 x

10,97), (4,44 x 10,97), (4,55 x 10,97)

= 31,298(A); 41,0278(B); 43,6606(C); 45,6352(D); 47,2807(E); 48,7068(F);

49,9135 (G)

jika lebih kecil dari nilai RST → sama

jika lebih besar dari nilai RST → beda

ЎB =

93

ЎG =

105

ЎD =

126

ЎE =

133,8

ЎF =

165

ЎC =

177

ЎA =

228

RST

ЎB - 12 33 40,8 72* 84* 135* 41,027

8

ЎG - - 21 28,8 60* 72* 123* 49,913

5

ЎD - - - 7,8 39 51* 102* 45,635

2

ЎE - - - - 31,2 43,2 94,2* 47,280

7

ЎF - - - - - 12 63* 48,706

13

Page 15: LAPORAN farkol antidiare

8

ЎC - - - - - - 51* 43,660

6

ЎA - - - - - - - -

Dengan keyakinan 95% dapat disimpulkan bahwa perlakuan stimulus :

B ≠ F G ≠ F D ≠ C E ≠ A F ≠ A C ≠ A

B ≠ C G ≠ C D ≠ A

B ≠ A G ≠ A

Taksiran rata-rata

μi = Ўi ± t (1-α/2) dKE √E/ni

μA = 228 ± 21,94 → 206,06 < μA < 249,94

Dengan keyakinan 95% diduga bahwa rata-rata waktu reaksi yang disebabkan

stimulus A adalah antara 206,06 sampai 249,94 detik.

μB = 93 ± 21,94 → 71,06 < μB < 114,94

Dengan keyakinan 95% diduga bahwa rata-rata waktu reaksi yang disebabkan

stimulus B adalah antara 71,06 sampai 114,94 detik.

μC = 177 ± 21,94 → 155,06 < μC < 198,94

Dengan keyakinan 95% diduga bahwa rata-rata waktu reaksi yang disebabkan

stimulus C adalah antara 155,06 sampai 198,94 detik.

μD = 126 ± 21,94 → 104,06 < μD < 147,94

Dengan keyakinan 95% diduga bahwa rata-rata waktu reaksi yang disebabkan

stimulus D adalah antara 104,06 sampai 147,94 detik.

μE = 133,8 ± 21,94 → 111,86 < μE < 155,74

Dengan keyakinan 95% diduga bahwa rata-rata waktu reaksi yang disebabkan

stimulus E adalah antara 111,86 sampai 155,74 detik.

μF = 165 ± 21,94 → 143,06 < μF < 186,94

Dengan keyakinan 95% diduga bahwa rata-rata waktu reaksi yang disebabkan

stimulus F adalah antara 143,06 sampai 186,94 detik.

μG = 105 ± 21,94 → 83,06 < μG < 126,94

Dengan keyakinan 95% diduga bahwa rata-rata waktu reaksi yang disebabkan

stimulus G adalah antara 83,06 sampai 126,94 detik.

14

Page 16: LAPORAN farkol antidiare

VII. PEMBAHASAN

Percobaan kali ini bertujuan untuk menguji aktivitas obat anti diare dalam

menghambat diare yang ditimbulkan oleh penginduksi oleum ricini, terhadap

hewan percobaan. Pengamatan dilakukan terdapat diare yang dikeluarkan oleh

mencit. Obat yang akan diuji aktivitas anti diarenya pada percobaan kali ini adalah

Loperamid HCl dan atapulgite.

Diare adalah suatu keadaan dimana terjadi pengeluaran feses cair atau

seperti bubur berulang kali (lebih dari tiga kali sehari). Penyebab diare dapat

bermacam-macam, antara lain kurangnya absorpsi zat osmotik dari lumen usus,

meningkatnya sekresi elektrolit dan air ke dalam lumen usus, naiknya

permeabilitas mukosa usus atau terganggunya motilitas usus. Penginduksi

terjadinya diare yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah oleum ricini.

Oleum ricini merupakan zat penginduksi terjadinya diare. Oleum ricini

mengandung trigliserida asam risinoleat yang dihidrolisis di dalam usus halus oleh

lipase pankreas menjadi gliserin dan asam risinolat. Oleum ricini merupakan

penstimulasi peristaltik usus.

Obat antidiare yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah loperamid

dan atapulgite. Loperamid merupakan obat diare yang bekerja dengan mekanisme

penghambatan peristaltik pada reseptor opiat yang digunakan pada diare akibat

15

Page 17: LAPORAN farkol antidiare

gangguan motilitas. Atapulgite merupakan obat diare dengan mekanisme

mengabsorbsi bakteri atau kuman yang menyebabkan diare.

Parameter yang digunakan dalam percobaan ini adalah waktu terjadinya

diare, jangka waktu terjadinya diare dan konsistensi feses. Hewan percobaan yang

digunakan adalah mencit jantan yang mempunyai bobot kurang lebih 20 gram.

Mula-mula hewan dibagi menjadi tiga kelompok yang terdiri dari mencit kontrol,

mencit uji I dan mencit uji II, kemudian masing-masing mencit ditimbang, untuk

menyesuaikan dosis peroral yang diberikan dengan berat badan mencit.

Setelah ditimbang, pada mencit kontrol diberi larutan PGA 1-2 % yang

cenderung tidak mempunyai efek farmakologis. Mencit uji I diberi loperamid

sebagai obat antidiare dan mencit uji II diberi atapulgite sebagai obat antidiare

juga, sebagai pembanding dengan loperamid.

Setelah pemberian obat, mencit didiamkan selama 1 jam, dengan istimasi

bahwa dalam 1 jam, obat telah bekerja di dalam tubuh mencit, kemudian mencit

segera diinduksi dengan oleum ricini sebanyak 0,5 mL untuk tiap mencit. Oleum

ricini akan menyebabkan diare pada mencit. Setelah proses induksi diamati waktu

terjadinya diare, jangka waktu terjadinya diare dan konsistensi feses. Konsistensi

feses dicatat dengan tanda (-) yang artinya normal, (+) yang artinya setengah

padat, (++) yang artinya lembek, dan (+++) yang artinya cair.

Berdasarkan perlakuan pada pemberian penginduksi dan antidiare, pada

mencit kontrol yang hanya diberikan PGA dan kemudian langsung diberikan

penginduksi, akan terjadi aktivitas diare oleh mencit yang lebih banyak

dibandingkan dengan mencit uji I dan mencit uji II yang diberi obat antidiare.

Sehingga mencit kontrol akan memberikan waktu terjadinya diare yang lebih

cepat, frekuensi yang lebih banyak, bobot feses lebih ringan, jangka waktu

terjadinya diare yang lebih lama dan konsistensi feses yang lebih lembek. Pada

mencit uji I yang diberi loperamid sebagai obat antidiare, seharinya memberikan

aktivitas diare yang lebih kecil pada mencit sehingga menghasilkan parameter

yang terbalik dari mencit kontrol yaitu waktu terjadinya diare lebih lambat,

frekuensi lebih sedikit, bobot feses lebih berat (karena padat), jangka waktu

terjadinya diare yang lebih singkat dan konsistensi feses yang lebih padat. Mencit

16

Page 18: LAPORAN farkol antidiare

uji II yang juga diberikan obat antidiare yaitu atapulgite, juga akan memberikan

aktivitas antidiare yang lebih kecil pada mencit sehingga menghasilkan parameter

yang sama dengan mencit uji I, yaitu waktu terjadinya diare lebih lambat,

frekuensi lebih sedikit, bobot feses lebih berat, jangka waktu diare yang lebih

singkat dan konsistensi feses yang lebih padat.

Berdasarkan data pengamatan pada tabel, didapat bahwa pada ketiga

mencit tidak memberikan aktivitas diare sehingga sebagai tidak dapat diamati

parameter-parameter yang digunakan dalam percobaan kali ini, sehingga dipakai

data pengamatan dari percobaan terdahulu.

Pada data pengamatan percobaan terdahulu digunakan 5 jenis obat

antidiare, yaitu Loperamid HCL, Funica granatum L, Helicteres isora L., Sindora

sumatrans Miq., Uncaria gambir. Pada mencit-mencit yang hanya diberikan

oleum ricini sebagai penginduksi, tanpa obat antidiare, mencit menunjukkan

aktivitas diare yang lebih banyak daripada mencit-mencit lain yang diberikan obat

antidiare. Pada satu jam pertama, mencit yang diberikan oleum ricini, hampir

semua mencit tidak memberikan aktivitas diare, dan sebagian masih memberikan

konsistensi feses yang normal. Setelah 1 jam pemberian oleum ricini sampai jam

ke-5; mencit memberikan aktivitas diare yang semakin cair. Pada jam ke-5 sampai

jam ke-7, mencit tidak memberikan aktivitas diare lagi.

Pada mencit yang diberikan PGA. Pada satu jam setelah pemberian

penginduksi oleum ricini sampai jam ke-5 mencit memberikan konsistensi feses

yang lebih cair. Pada jam ke-5 sampai jam ke-7, mencit memberikan konsistensi

feses yang normal. PGA tidak memiliki aktivitas antidiare.

Pada mencit yang diberikan loperamid HCl, mencit memberikan aktivitas

diare yang lebih sedikit daripada obat-obat lain karena loperamid HCl merupakan

salah satu obat anti diare. Pada satu jam pertama, mencit yang diberikan

loperamid HCl, masih memberikan konsistensi feses yang normal. Setelah 1 jam,

pemberian oleum ricini sampai jam ke-2,5; mencit memberikan konsistensi feses

yang setengah padat. Pada jam ke-3 sampai jam ke 3,5 hanya 1 mencit yang

memberikan konsistensi feses yang cair. Setelah 3,5 jam sampai jam ke-7, hampir

semua mencit memberikan aktivitas feses yang normal.

17

Page 19: LAPORAN farkol antidiare

Punica granatum merupakan salah satu tanaman yang diduga memiliki

aktivitas antidiare sehingga dapat mengatasi diare yang disebabkan Oleum ricini.

Setelah pemberian oleum ricini, selama 1 jam mencit yang diberikan Punica

granatum masih memberikan konsistensi feses yang normal. Mencit memberikan

efek diare setelah 1 jam pemberian oleum ricini sampai jam ke-3,5. Mulai jam ke-

3,5 sampai jam ke-7, mencit memberikan konsistensi feses yang normal.

Helicteres isora L. juga merupakan salah satu tanaman yang memiliki

aktivitas antidiare. Pada awal pemberian penginduksi oleum ricini sampai jam ke-

4 mencit memberikan konsistensi feses yang lebih cair (mengalami diare). Pada

jam ke-4 sampai jam ke-7, mencit memberikan konsistensi feses yang normal.

Pada mencit yang diberikan Sindora sumatrans Miq., pada awal

pemberian penginduksi oleum ricini sampai jam ke-1 hanya 1 mencit yang

memberikan feses yang lebih lembek. Setelah 1 jam pemberian penginduksi

oleum ricini sampai jam ke-5 memberikan konsistensi feses yang lebih cair. Pada

jam ke-5 sampai jam ke-7, mencit memberikan konsistensi feses yang normal.

Pada mencit yang diberikan Uncaria gambir, pada awal pemberian

penginduksi oleum ricini sampai jam ke-1 hanya 1 mencit yang memberikan feses

yang lebih lembek. Mencit memberikan konsistensi feses yang lebih cair setelah 1

jam pemberian sampai jam ke-3. Pada jam ke-3 sampai jam ke-7, mencit

memberikan konsistensi feses yang normal. Mencit paling banyak memberikan

konsistensi feses yang cair setelah 2 jam sampai 2,5 jam.

Dengan demikian, obat yang memberikan aktivitas antidiare yang paling

kuat sehingga menjaga konsistensi feses mencit dalam keadaan normal adalah

Loperamid HCl, dibandingkan dengan ekstrak-ekstrak yang lain yaitu Punica

granatum, Helicteres isora L, Sindora sumatrans Miq, dan Uncaria gambir.

Loperamid dianggap memiliki aktivitas antidiare yang lebih kuat karena hanya

sedikit mencit yang memberikan konsistensi feses yang cair (diare) dan

konsistensi feses lebih cepat menjadi normal kembali dibandingkan dengan

ekstrak-ekstrak yang lain.

Berdasarkan dari tabel jangka waktu terjadinya diare, oleum ricini

memberikan rata-rata jangka waktu terjadinya diare selama 228 menit. Loperamid

18

Page 20: LAPORAN farkol antidiare

HCl memberikan rata-rata jangka waktu terjadinya diare selama 93 menit. PGA

memberikan rata-rata jangka waktu terjadinya diare selama 177 menit. U. gambir

memberikan rata-rata jangka waktu terjadinya diare selama 126 menit. S.

sumatrans memberikan rata-rata jangka waktu terjadinya diare selama 133,8

menit. Punica granatum memberikan rata-rata jangka waktu terjadinya diare

selama 105 menit. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa Loperamid HCl

memiliki jangka waktu terjadinya diare yang paling kecil yaitu 93 menit, sehingga

memiliki aktivitas antidiare yang paling kuat.

Berdasarkan perhitungan tabel ANAVA, diketahui bahwa F hitung lebih

besar dari F tabel sehingga H0 ditolak yang menunjukkan bahwa semua bentuk

perlakuan memberikan efek yang berbeda terhadap aktivitas diare mencit. Melalui

perhitungan uji rentang Newman-Keuls, dengan keyakinan 95%, dapat

disimpulkan bahwa perlakuan stimulus Loperamid HCl tidak sama dengan

Helicteres isora L, PGA, dan oleum ricini. Perlakuan stimulus P. granatum tidak

sama dengan Helicteres isora L, PGA, dan oleum ricini. Perlakuan stimulus U.

gambir tidak sama dengan PGA dan oleum ricini. Perlakuan stimulus S.

sumatrans tidak sama dengan oleum ricini. Perlakuan stimulus H. Isora tidak

sama dengan oleum ricini. Perlakuan stimulus PGA tidak sama dengan oleum

ricini.

Dengan keyakinan 95%, melalui perhitungan taksiran rata-rata, diduga

bahwa rata-rata waktu reaksi yang disebabkan stimulus oleum ricini adalah antara

206,06 μA 249,94. Rata-rata waktu reaksi yang disebabkan stimulus

Loperamid HCl adalah antara 71,06 μB 114,94. Rata-rata waktu reaksi yang

disebabkan stimulus PGA adalah antara 155,06 μC 198,94. Rata-rata waktu

reaksi yang disebabkan stimulus U. gambir adalah antara 104,06 μD 147,94.

Rata-rata waktu reaksi yang disebabkan stimulus S. sumatrans adalah antara

111,86 μE 155,74. Rata-rata waktu reaksi yang disebabkan stimulus H.isora

adalah antara 143,06 μF 186,94. Rata-rata waktu reaksi yang disebabkan

stimulus P. granatum adalah antara 83,06 μG 126,94.

VIII. KESIMPULAN

19

Page 21: LAPORAN farkol antidiare

Loperamid HCl memberikan aktivitas antidiare yang paling kuat terhadap

oleum ricini dibandingkan dengan ekstrak-ekstrak lain.

DAFTAR PUSTAKA

20

Page 22: LAPORAN farkol antidiare

Anonimous. 2006. Atapulgite. http:// www. nlm. nih. gov/ medlineplus/ druginfo/

uspdi/ 202076. html.

Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2002.

Farmakologi Dan Terapi Edisi 4. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Muhtadi, Ahmad, Anas Subarnas, Sri Adi Sumiwi. 2004. Penuntun Praktikum

Farmakologi. Jatinangor: Laboratorium Farmakologi, Jurusan Farmasi

FMIPA UNPAD

Mutchler, Ernst. 1991. Dinamika Obat. Edisi Kelima. Bandung: Penerbit ITB

Bagian Farmakologi Universitas Indonesia. 1995. Farmakologi dan

Terapi. Edisi keempat. Jakarta: Universitas Indonesia.

Tjay, Hoan Tan dan Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting Khasiat,

Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya. Edisi kelima. Cetakan kedua.

Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia

21