Pembahasan Anstrum lanjutan

3
0 0.5 1 1.5 3 3.5 4 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000 KURVA KADAR OBAT KURVA KADAR OBAT VO LUM E PEG(m l) KADAR OBATm g/50m l) Dari data dan grafik hasil pengamatan kadar asetosal (mg/50ml) dalam pelarut poli etilen glikol (PEG) dapat dinyatakan bahwa pada volume tertinggi dari PEG yakni 4 ml menghasilkan kadar asetosal terkecil yakni 216 mg/50ml sedangkan pada volume PEG yang terkecil yakni 0 ml, kadar asetosal menunjukkan tingkat tertinggi yakni 1818,6 mg/50ml. Hal ini dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi volume poli etilen glikol (PEG) yang ditambahkan maka semakin kecil kadar asetosal yang dihasilkan. Ketidaksesuaian terjadi pada volume PEG 1 ml yang menghasilkan kadar asetosal yang lebih tinggi yakni 1632,4 mg/50 ml dibandingkan dengan volume PEG 0,5 yang menghasilkan kadar 1504 mg/ 50 ml. Ketidaksesuaian juga terjadi padaa volume PEG 3,5 ml yang menghasilkan kadar asetosal lebih tinggi yakni 894,6 mg/ 50 ml dibandingkan dengan volume PEG 3 ml

description

anstrum

Transcript of Pembahasan Anstrum lanjutan

Dari data dan grafik hasil pengamatan kadar asetosal (mg/50ml) dalam pelarut poli etilen glikol (PEG) dapat dinyatakan bahwa pada volume tertinggi dari PEG yakni 4 ml menghasilkan kadar asetosal terkecil yakni 216 mg/50ml sedangkan pada volume PEG yang terkecil yakni 0 ml, kadar asetosal menunjukkan tingkat tertinggi yakni 1818,6 mg/50ml. Hal ini dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi volume poli etilen glikol (PEG) yang ditambahkan maka semakin kecil kadar asetosal yang dihasilkan. Ketidaksesuaian terjadi pada volume PEG 1 ml yang menghasilkan kadar asetosal yang lebih tinggi yakni 1632,4 mg/50 ml dibandingkan dengan volume PEG 0,5 yang menghasilkan kadar 1504 mg/ 50 ml. Ketidaksesuaian juga terjadi padaa volume PEG 3,5 ml yang menghasilkan kadar asetosal lebih tinggi yakni 894,6 mg/ 50 ml dibandingkan dengan volume PEG 3 ml yang menghasilkan kadar asetosal 485 mg/ 50 ml. Ketidaksesuaian tersebut diakibatkan oleh kurang presisinya perlakuan titrasi asetosal yang telah ditambahkan solven etanol dan PEG dengan perbandingan tertentu. Kurangnya kepresisian dalam proses titrasi asetosal ini mengakibatkan perhitungan kadar asetosal dalam perbandingan solven yang telah ditentukan menjadi kurang akurat. Penambahan solven etanol dan PEG yang dilakukan pada asetosal bertujuan untuk melihat pengaruh kepolaran campuran solven terhadap asetosal. Dimana penambahan PEG membuat larutan semakin nonpolar, sedangkan etanol merupakan senyawa yang bersifat semi polar, sehingga penambahan etanol menambahkepolaranlarutan. Prinsip kelarutan yakni like dissolved like yang menyatakan bahwa suatu zat hanya dapat larut dalam pelarut yangsejenis, hal ini menyatakan bahwa zat polar hanya akan larut dalam pelarut polar, yang semi polar juga hanya akan larut pada pelarut semipolar, dan zat yang non polar akan larut pada pelarut non polar. Asetosal dengan rumus struktur yang terdiri dari gugus OH dan gugus benzen, menjadikan asetosal sebagai zat yang bersifat semipolar, ditandai dengan gugus OH sebagai penanda polar dan gugus benzen sebagai penanda non polar, sehingga asetosal hanya akan larut sempurna pada pelarut semi polar, dalam hal ini etanol.Berdasarkan data hasil pengamatan dapat dinyatakan bahwa kelarutan suatu obat dalam hal ini asetosal dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya jenis pelarut (polar dan non polar), konstanta dielektrik, bentuk dan ukuran partikel zat terlarut, dan penambahan zat lain. Dimana asetosal sebagai solut sangat baik larut pada etanol yang merupakan senyawa semi polar dibanding PEG yang bersifat non polar. Sehingga kelarutan obat dinyatakan juga sebagai jenuh solutedalam sejumlahsolven padasuhu tertentuyang menunjukkan bahwa interaksi spontan satu atau lebih solute atau solven telah terjadidan membentuk dispersi molekuler yang homogen. suatu zat hanya dapat larut padapelarut yang sejenis dengan zat tersebut, konsep ini dikenal dengan prinsip like dissolves like.