CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

92
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya bekerja secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim (Isjoni, 2011). Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan dimana siswa harus secara individual menemukan dan menstranformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu (Soejadi dalam Teti Sobari, 2006:15 dalam Rusman, 2011:201). Pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu timnya

description

BAB II

Transcript of CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

Page 1: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya bekerja

secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu

kelompok atau satu tim (Isjoni, 2011). Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif

adalah teori konstruktivisme. Pada dasarnya pendekatan teori konstruktivisme dalam

belajar adalah suatu pendekatan dimana siswa harus secara individual menemukan

dan menstranformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan

aturan yang ada dan merevisinya bila perlu (Soejadi dalam Teti Sobari, 2006:15

dalam Rusman, 2011:201). Pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa

siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu

timnya mampu membuat diri mereka belajar bersama sama baiknya (Slavin, 2007).

Dalam teori konstruktivisme ini lebih mengutamakan pada pembelajaran siswa yang

dihadapkan pada masalah-masalah kompleks untuk dicari solusinya, selanjutnya

menemukan bagian-bagian yang lebih sederhana atau keterampilan yang diharapkan.

Model pembelajaran ini dikembangkan dari teori belajar konstruktivisme yang lahir

pada gagasan Piaget dan Vigotsky. Berdasarkan penelitian Piaget yang pertama

Page 2: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

dikemukan bahwa pengetahuan itu di bangun dalam pikiran anak (Ratna, 1998: 181

dalam Rusman, 2011:201).

Esensi dari teori konstuktivis adalah ide bahwa siswa sendiri yang

menemukan dan mentransformasikan sendiri suatu informasi kompleks kesituasi lain

apabila mereka menginginkan informasi itu sendiri menjadi milik mereka sendiri

(Elniati, 2007). Konstruktivisme adalah suatu pendapat yang menyatakan bahwa

perkembangan kognitif merupakan suatu proses dimana anak secara aktif

membangun sistem arti dan pemahaman terhadap realita melalui pengalaman dan

interaksi mereka menurut pandangan Konstruktivisme anak secara aktif membangun

pengetahuan dengan cara terus-menerus menganalisis dan mengakomodasi informasi

baru, dengan kata lain konstruktivisme adalah teori perkembangan kognitif yang

menekankan peran aktif siswa dalam membangun pemahaman mereka tentang realita

(Slavin,1994:225 dalam Trianto, 2012:74).

Pendekatan Konstruktivis intinya menekankan belajar siswa akan lebih mudah

menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling

mendiskusikan masalah dengan temannya. Model pembelajaran ini menuntut siswa

saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas

akademik demi mencapai tujuan bersama (Parker 1994 dalam Huda, 2012:29).

Pembelajaran koooperatif merupakan model pembelajaran dengan

menggunakan sistem pengelompokkan/tim Kecil, yaitu antara empat sampai enam

orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, rasa

atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok

Page 3: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

setiap kelompok akan merperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu

menujukkan prestasi yang dipersyaratkan. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok

akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang

selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan

keterampilan interpsersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan

saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok,

sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan

konstribusi demi keberhasilan kelompok (Sanjaya (2012).

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis

kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau di

arahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan

oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan- pertanyaan serta

menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta

didik menyelesaikan masalah yang di maksud. Guru biasanya menetapkan bentuk

ujian tertentu pada akhir tugas (Suprijono, 2011:54-55). Model pembelajaran ini

mengacu pada metode pembelajaran dimana peserta didik bekerja bersama dalam

kelompok kecil saling membantu dalam belajar (Nurhayati, 2011).

Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok

kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat terapi heterogen, kemampuan,

jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan di bentuknya

kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk

terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam

Page 4: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang

disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai

ketuntasan belajar (Trianto, 2011:56)

Dengan demikian, Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk

pembelajaran yang didasarkan dari faham konstruktivis. Dimana pembelajaran

kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota

kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda-beda.sehingga nantinya dapat

memberikan solusi pemikiran tentang suatu konsep dalam pembelajaran yang akan di

berikan dalam memecahkan masalah dalam diskusi dengan mencapai tiga tujuan

pembelajaran yaitu hasil belajar, penerimaan terhadap keseragaman, dan

pengembangan keterampilan sosial (corebima, 2002 dalam Elniati, 2007).

2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Pada hakekatnya cooperative learning sama denga kerja kelompok, oleh

karena itu banyak guru yang beranggapan telah terbiasa menggunakannya. Namun

walaupun, cooperative learning terjadi dalam kelompok, tetapi tidak semua kerja

kelompok dikatakan cooperative learning (isjono, 2011). Belajar dengan kooperatif

dapat dijelaskan dengan beberapa perspektif, yaitu perspektif motivasi, perspektif

social, perspektif perkembangan kognitif, dan perkembangan perspektif elaborasi

kognitif. Perspektif motivasi artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada

kelompok memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu.

Perspektif sosial bahwa dengan kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam

Page 5: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

belajar karena menginginkan semua anggota kelompok memperoleh keberhasilan.

Perspektif perkembangan kognitif bahwa dengan adanya interaksi antara anggota

kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengelola berbagai

informasi, artinya bahwa setiap siswa akan berusaha untuk memahami dan membina

informasi untuk menambah pengetahuan kognitifnya (Slavin, Abrani dan Chambers

1996 dalam Sanjaya, 2012).

Terdiri dari empat karaktersitik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif

(Rusman, 2011) yaitu:

a. Pembelajaran secara Tim

Pembelajaran kooperatif dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk

mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar

setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Didasarkan pada manajemen Kooperatif

Manajemen mempunyai tiga fungsi yaitu; (a) fungsi manajemen sebagai

perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan

sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah

ditentukan. (b) fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa

pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses

pembelajaran berjalan dengan efektif. (c) fungsi manajemen sebagai kontrol,

menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria

keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes.

Page 6: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

c. Kemampuan untuk bekerja sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara

kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerjasama perlu ditekankan

dalam pembelajaran kooperatif. Tanpa kerja sama yang baik, pembelajaran kooperatif

tidak akan mencapai hasil yang optimal.

d. Keterampilan bekerja sama

Kemampuan bekerja sama kemudian dipraktikkan melalui aktivitas dalam

kegiatan Pembelajaran secara berkelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong

untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam

rangkah mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran kooperatif

Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif (Sanjaya 2012), yaitu

sebagai berikut:

a. Prinsip ketergantungan Positif (positive Interdepedence)

Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan sutau penyelesaian tugas sangat

tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab

itu, perlu disadari setiap anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas

kelompok akan ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian,

semua anggota dalam kelompok akan merasa saling ketergantungan.

Page 7: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

b. Tanggung jawab Perseorangan (individual Accountability)

Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama, oleh karena itu

keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota

kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota

harus memberikan yang terbaik untuk keberhasilan kelompoknya. Untuk mencapai

hal tersebut, guru perlu memberikan penilaian terhadap individu dan juga kelompok.

Penilaian individu bisa berbeda, akan tetapi penilaian kelompok harus sama.

c. Interaksi tatap muka (Face to face promotion Interaktion)

Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada

setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan

saling membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang

berharga setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai setiap perbedaan,

memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota, dan mengisi kekurangan masing-

masing. Kelompok belajar kooperatif dibentuk secara heterogen, yang berasal dari

budaya, latar belakang social, dan kemampuan akademik yang berbeda. Perbedaan

semacam ini akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya anggota

kelompok.

d. Partispasi dan Komunikasi (Participation communication)

Kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartispasi aktif dan

berkomunikasi. Kemampuan ini penting Sebagai bekal mereka dalam kehidupan

dimasyarakat. Untuk dapat melakukan partispasi dan komunikasi, siswa perlu

dibekali dengan kemampuan-kemampuan berkomunnikasi. Misalnya, cara

Page 8: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

mengatakan ketidak setujuannya atau cara menyanggah pendapat orang lain secara

santun, tidak memojokkan cara meyampaikan gagasan dan ide-ide yang dianggapnya

baik dan berguna.

Keterampilan berkomunikasi memang memerlukan waktu. Siswa tak mungkin

dapat menguasainya dalam waktu sekejap. Oleh sebab itu, guru perlu terus melatih

dan melatih, sampai pada nakhirnya setiap sisa memiliki kemampuan untuk menjadi

komunikator yang baik.

4. Prosedur Pembelajaran Kooperatif

Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri dari empat macam

(Rusman, 2011) yaitu:

a. Penjelasan Materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok

materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan tahap ini adalah

pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.

b. Belajar Kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan

materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya

c. Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan melalui tes

atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan

memberikan penilaian kemampuan individu, sedangkan kelompok akan

memberikan penilaian pada kemampuan kelompoknya, seperti dijelaskan sanjaya

(2006:247). Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi

dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini

Page 9: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang

merupakan hasil kerja sama dalam setiap anggota kelompoknya

d. Pengakuan Tim, adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim

paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan hadiah, dengan harapan

dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi. Menurut Sanjaya

(2012)

5. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Tujuan pokok dari pembelajaran kooperatif memaksimalkan belajar siswa

untuk meningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun

secara kelompok (sanjaya 2012). Penerapan belajar koooperatif dapat mengurangi

kesenjangan pendidikan khususnya dalam wujud input pada level individual.

Disamping itu, belajar kooperatif dapat mengembangkan solidaritas sosial dikalangan

siswa. Dengan belajar kooperatif, diharapkan kelak akan muncul generasi baru yang

memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas yang kuat

(Zamroni, 2000 dalam Trianto, 2011:57).

Model Cooperative learning membutuhkan pasrtispasi dan bekerja sama

dalam kelompok pembelajaran. Cooperative learning dapat meningkatkan cara siswa

belajar menuju belajar yang lebuh baik, sikap tolong-menolong dalam beberapa

prilaku sosial. Tujuan utama dalam pembelajaran Cooperative learning adalah agar

peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara

saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk

Page 10: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara

berkelompok (Isjono 2011).

Ada tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik cooperative learning

(Slavin dalam Isjono 2011).

a. Penghargaan kelompok

Cooperative learning menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk

memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika

kelompok mencapai skor diatas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok

didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan

hubungan antar personal yang saling mendukung, membantu, dan saling peduli.

b. Pertanggung jawaban Individu

Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran indiidu dari semua

anggota kelompok. Pertanggung jawaban menitikberatkan pada aktivitas anggota

kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggung jawaban secara

individu juga menjadikan anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya

secara mandiri tanpa bantuan teman kelompoknya.

c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

cooperative learning menggunakan metode skoring yang mencakup nilai

perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari siswa

yang bterdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa yang

berprestasi rendah, sedang atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk

berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.

Page 11: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

Dengan demikian siswa memungkinkan mengembangkan pengetahuan,

kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan

demokratis. siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran, namun bisa juga berperan

sebagai tutor sebaya bagi teman lainnya. Model pembelajaran Cooperative learning

dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang

penting yang dirangkum (Ibrahim, et al 2000 dalam Isjoni, 2011) yaitu:

1) Hasil belajar akademik

Selain mencakup beragam tujuan sosial, belajar kooperatif juga memperbaiki

prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat

bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. para

pengembang model ini telah menunjukkan, model struktur penghargaan kooperatif

telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma

yang berhubungan dengan hasil belajar. Disamping itu mengubah norma yang

berhubungan dengan hasil belajar, cooperative learning dapat memberi keuntungan,

baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja sama

menyelesaikan tugas-tugas akademiknya.

2) Penerimaan terhadap Perbedaan individu

Tujuan Pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-

orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan dan ketidak

mampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai

latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas

Page 12: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling

menghargai satu sama lain.

3) Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada

siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial

penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam

keterampilan sosial.

6. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif

Sintak model pembelajaran Kooperatif terdiri dari 6 fase, Keenam tahap

model pembelajaran kooperatif itu dirangkum pada Tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase-Fase Prilaku guru

Fase 1:Present goal and set

Menyampaikan tujuan dan

mempersiapkan peserta didik

Fase 2: Present Information

Menyajikan Informasi

Fase 3: Organize Student into learning

teams

Mengorganisasikan peserta didik ke

dalam tim-tim belajar

Fase 4:Assist team work and studyMembantu kerja tim dan belajar

Menjelaskan tujuan-tujuan pelajaran

dan mempersiapkan peserta didik siap

belajar

Mempersetasikan informasi kepada

peserta didik secara verbal

Memberikan penjelasan kepada peserta

didik tentang tata cara pembentukkan

tim belajar dan membantu kelompok

melakukan transisi yang efesien.

Membantu tim-tim belajar selama

peserta didik mengerjakan tugasnya

Page 13: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

Lanjutan Tabel 2.1

Fase-Fase Prilaku guru

Fase 5: Test on the Materials

Mengevaluasi

Fase 6: Privide recoginition

Memberikan pengakuan atau

penghargaan

Menguji pengetahuan peserta didik

Mengenai berbagai materi belajar atau

kelompok-kelompok mempersentasikan

hasil-hasil kerjanya

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok

Sumber: Suprijono, 2009:65

Fase Pertama; guru mengklarifikasi maksud tujuan pemnbelajaran kooperatif.

Hal ini penting untuk dilakukan karena peserta didik harus memahami dengan jelas

prosedur dan aturan dalam pembelajaran. Fase Kedua; guru menyampaikan

informasi, sebab informasi ini merupakan isi akademik. Fase ketiga; kekakacauan

bisa terjadi pada fase ini, oleh sebab itu transisi pembelajaran dari dan ke kelompok-

kelompok belajar harus di orkestrasi dengan cermat. Guru harus menjelaskan bahwa

peserta didik harus saling bekerja sama dalam kelompok. Penyelesaian tugas

kelompok harus merupakan tujuan kelompok. Pada fase ketiga ini jangan sampai ada

free-rider atau anggota yang hanya menggantungkan tugas kelompok kepada individu

lainnya. Fase keempat; guru perlu mendampingi tim-tim belajar mengingatkan tugas-

tugas yang dikerjakan peserta didik dan waktu yang dialokasikan. Fase ini, bantuan

yang dapat diberikan guru dapat berupa petunjuk, pengarahan, atau meminta

beberapa peserta didik mnegulangi hal-hal yang sudah ditunjukkannya. Fase kelima;

Page 14: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

guru melakukan evaluasi dengan menggunakan strategi evaluasi yang dengan

konsisten dengan tujuan pembelajaran. Fase keenam; guru mempersiapkan struktur

reward bersifat Individualistis, kompetitif, dan kooperatif.

7. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS)

Strategi think pair share atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan

jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi

siswa. Strategi think pair share ini dikembangkan dari penelitian belajar kooperatif

dan waktu tunggu. Pertama kali dikembangkan oleh Frank lyman dan koleganya di

Universitas Maryland. Salah satu keunggulan dari metode TPS adalah mudah untuk

diterapkan pada tingkat kemampuan berpikir dalam seiap kesempatan. Siswa diberi

waktu lebih banyak berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.

Prosedur yang digunakan sangat sederhana yaitu dengan bertanya dengan teman

sebaya atau kelomponya untuk mendapatkan kejelasan terhadap apa yang telah

dijelaskan oleh guru bagi siswa akan lebih mudah dipahami. Diskusi dalam kelompok

kecil ini akan lebih efektif untuk memudahkan siswa dalam memahami materi untuk

memecahkan permasalahan (laura, 2001 dalam septriana dkk, 2006).

Think pair share yang dikembangkan oleh Kagan ini

mengajarkan siswa untuk lebih mandiri dalam mengerjakan soal-

soal yang diberikan sehingga dapat membangkitkan rasa percaya

diri siswa, dimana siswa dapat bekerja sama orang lain dalam

kelompok kecil yang heterogen (Lie, 2002 dalam rosmaini dkk).

Page 15: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

Think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi

suasana pola diskusi dikelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi

membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan

prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih banyak

berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya

melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi

tanda tanya.

Siswa dilatih bernalar dan dapat berpikir kritis untuk memecahkan masalah

yang diberikan oleh guru. Guru juga memberikan kesempatan siswa untuk menjawab

dengan asumsi pemikirannya sendiri, kemudian berpasangan untuk mendiskusikan

hasil jawabannya kepada teman sekelas untuk dapat didiskusikan dan dicari

pemecahannya bersama-sama sehingga terbentuk suatu konsep.

Keunggulan dari pembelajaran kooperatif seperti think pair share ialah dapat

meningkatkan rasa toleransi, memperluas wawasan, meningkatkan keterampilan

proses, mendorong siswa untuk identifikasi masalah sendiri, dan mengutarakannya,

peningkatan kemampuan dalam kepemimpinan, organisasi dan inisiatif,

meningkatkan pemahaman terhadap latar belakang yang berbeda. Kesulitannya

adalah situasi tempat duduk yang sulit diatur dan banyak menyita waktu

pembelajaran. Dalam pembelajaran biologi dengan model pembelajaran kooperatif

tipe think pair share diharapkan siswa aktif, sehingga berakibat ingatan siswa

mengenai apa yang dipelajarinya akan lebih lama.

Page 16: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

Langkah-langkah model pembelajarn kooperatif tipe think pair share sebagai

berikut;

a. Langkah 1 : berpikir (Thinking) Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah

yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu

beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.

b. Langkah 2; Berpasangan (Pairing) Selanjutnya guru meminta siswa untuk

berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama

waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang

diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang

diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit

untuk berpasangan

c. Langkah 3 : Berbagi (sharing). Pada langkah akhir ini guru meminta kepada

pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan.

Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan

melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk

melaporkan (Arends, 1997 disadur Tjokrodihardjo, 2003 dalam Komalasari,

2011:65).

Adapun langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe think pair

share, yaitu:

Page 17: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

Tabel 2.2 Model Pembelajaran Kooperatif dengan Tipe Think Pair Share

Fase Model Kooperatif Think pair share

Fase 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Fase 2 Menyajikan informasi

Fase 3 Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok belajar

Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajara. Mengajukan suatu permasalahan b. Berpikir individu (think)c. Berpikir bersama dalam bentuk pasangan (pair)

Fase 5 Presentasi (share)

Fase 6 Memberikan penghargaan

B. Pendekatan Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP)

1. Pengertian Pendekatan Pemberdayaan berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP)

Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP) atau TEQ (Thinking

Empowerment by Questioning) merupakan pola pembelajaran ini dikembangkan oleh

Corebima sejak tahun 1985 dan sampai sekarang masih terus dikaji melalui berbagai

penelitian, dan terbukti sangat berpotensi memberdayakan kemampuan berpikir siswa

antara lain yang dilaporkan Corebima dkk (2000) dan Corebima dkk (2004, 2005,

2006). Pada pembelajaran PBMP, tidak ada proses pembelajaran yang berlangsung

secara informatif; seluruhnya dilakukan melalui rangkaian atau jalinan pertanyaan

yang telah dirancang secara tertulis dalam ‘lembar-lembar PBMP. Pada pembelajaran

yang didukung oleh kegiatan praktikum sekalipun, pola pembelajaran itu tetap

Sumber: Suprijono (2012:91)

Page 18: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

dipertahankan, meskipun untuk operasionalisasi kegiatan praktikum dibutuhkan pula

perintah-perintah teknis (Corebima, 2000 dalam Rehena dkk, 2010).

Pelaksanaan pembelajaran berupa PBMP sejalan dengan gagasan

pembelajaran IPA bantulah mereka berpikir, bantulah mereka merumuskan

pertanyaan bantulah mereka mencari jawaban pertanyaan, kata operatif adalah

bantulah dan bukan buatkan atau ceritakan, karena peserta didik harus menjadi

partisipan pada pembelajarannya, dan bukan hanya sebagai penerima keinginan guru

(Bruce, 1996 dalam Rehena dkk, 2010).

Melalui pembelajaran dengan PBMP diharapkan dapat dikembangkan

kemampuan berpikir kritis, yang merupakan salah satu ciri dari berkembangnya

penalaran formal (Zubaidah dkk 2001). Seperti yang dikemukakan oleh Crown

(1989) bahwa kemampuan berpikir kritis dapat dikembangkan melalui berbagai

aktivitas, diantaranya melalui penciptaan pertanyaan. Penciptaan pertanyaan tersebut

dapat dilakukan bersama-sama guru dan siswa. Hal tersebut tidak dapat terjadi secara

otomatis. Guru harus mempersiapkannya, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk

siswanya. Guru harus menjadi katalisator dalam penciptaan pertanyaan-pertanyaan.

Pertanyaan-pertanyaan yang bersifat terbuka dan divergen akan menimbulkan respon

dari siswa dan dapat menunjang perkembangan berpikir kritis.

Pertanyaan adalah pembangkit motivasi yang dapat merangsang peserta didik

untuk berpikir. Melalui pertanyaan peserta didik didorong untuk mencari dan

menemukan jawaban yang tepat dan memuaskan. Dalam mencari dan menemukan itu

itu ia berpikir menghubung-hubungkan bagian pengetahuan yang ada pada dirinya

Page 19: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

dengan isi pertanyaan itu. Jawaban yang dapat segera diperoleh jika isi pertanyaan

banyak kaitannya dengan pengetahuan yang ada pada dirinya. Jika jawaban yang

diminta belum siap dimilikinya, maka hal ini mendorongnya untuk menemukannya.

ia akan menjelajahi data-data jawaban melalui berbagai cara yang tepat. Proses yang

dilakukan adalah dengan membaca, meneliti atau diskusi. Membaca informasi dari

berbagai sumber adalah salah satu teknik untuk menemukan jawaban. Penelitian

dilaboraturium, dilapangan, di musium, atau ditempat-tempat sumber belajar lainnya

juga merupakan cara untuk menemukan jawaban. Jika pencarian jawaban dilakukan

melalui penelitian atau membaca informasi atau berbagai sumber sebanyak-

banyaknya maka guru telah berhasil menciptakan suasana belajar yang baik. Kegiatan

belajar seperti ini sangat membantu dalam membina manusia seutuhnya (Sagala

2009:203).

Selain para siswa mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan atau

memecahkan masalah, mereka juga diharapkan termotivasi untuk menciptakan

pertanyaan. Disamping siswa aktif menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam pola

PBMP, ternyata hal tersebut memacu timbulnya pertanyaan-pertanyaan. Hal tersebut

nampaknya berhubungan dengan semakin berkembangnya penalaran siswa

2. Manfaat Pendekatan Pemberdayaan berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP)

            Teori-teori atau saran-saran berdasarkan hasil suatu penelitian telah banyak

dilontarkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa (corebima, 2004 dalam

Page 20: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

Kurniasari, 2011). Ada beberapa pendapat ahli-ahli berikut mengenai pemahaman

dari bertanya dan berpikir pada pembelajaran yaitu :

a. Pertanyaan-pertanyaan dapat melatih siswa untuk berpikir kreatif (Piaget dalam

Corebima, 2004 dalam Kurniasari, 2011)

b. Pertanyaan mempunyai banyak kegunaan diantaranya dapat memotivasi siswa,

membantu siswa berpikir runtut, menemukan minat, melatih mengekspresiskan

sesuatu, mengembangkan kemampuan berpikir, dan sebagainya (Martin dalam

Corebima, 2004 dalam Kurniasari, 2011)

c. Pertanyaan dapat dipakai untuk memfasilitasi pengelolaan kelas atau

memfokuskan perhatian siswa, mengemukakan arah mencek pemahaman dan

untuk meningkatkan proses berpikir siswa (Pasch dalam Corebima, 2004 dalam

Kurniasari, 2011)

d. Pertanyaan dapat dimanfaatkan untuk merangsang kemampuan siswa dalam

mengemukakan opini atau memberikan penilaian tentang nilai-nilai dalam

masyarakat (Wassermann dalam Corebima, 2004 dalam Kurniasari, 2011)

e. Salah satu cara yang paling mudah untuk menantang pola berpikir adalah dengan

pertanyaan-pertanyaan. Guru tidak dapat mengajarkan kreatifitas tetapi dapat

memacu dan memfasilitasinya dengan meningkatkan dan mengembangkan

pertanyaan-pertanyaan (Alindada dalam Corebima, 2004 dalam Kurniasari, 2011)

f. Pertanyaan merupakan alat yang dapat dipergunakan untuk meningkatkan

kemampuan kognitif siswa dan dapat dicapai melalui rangsangan berbagai

pertanyaan (Theo dalam Corebima, 2004 dalam Kurniasari, 2011).

Page 21: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

g. Bertanya dipandang sebagai kegiatan guru dalam mendorong, membimbing, dan

menilai kemampuan berpikir siswa (Trianto, 2011)

Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya banyak

memiliki fungsi (Trianto, 2011)

1) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis

2) Mengecek pemahaman siswa

3) Membangkitkan respon

4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa

5) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa

6) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru

7) Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa

8) Menyegarkan kembali pengetahuan siswa

3. Langkah-langkah Pengembangan Pendekatan Pemberdayaan berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP)

Pengembangan PBMP meliputi; 1) telaah silabus, 2) pengembangan materi,

pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran, 3) pengembangan lembar PBMP bagi

siswa dalam pembelajaran (Corebima, 2001 dalam Zubaidah).

Menurut Corebima (2001) dalam pengembangan PBMP harus melalui tiga tahap,

yang akan dikemukakan lebih lanjut.

A. Telaah kurikulum (modifikasi: Corebima, 2001) Pada tahap ini buku kurikulum harus

benar-benar dicermati, agar perencanaan lembar PBMP dan pelaksanaannya selalu

Page 22: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

mengacu kepada kurikulum. Bagian yang harus dicermati adalah subkonsep, tujuan serta

gambaran umum pembelajaran.

B. Pengembangan materi, pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran secara umum

perencanaan pembelajaran, pelaksanaan, materi pembelajaran, pendekatan strategi dan

metode pembelajaran harus selalu mengacu kepada tujuan pembelajaran yang terdapat

dalam kurikulum.

C. Pengembangan lembar PBMP bagi siswa dalam pembelajaran struktur umum lembar

siswa yang tersusun adalah Sediakan, Lakukan, Renungkan, Pikirkan (Ringkasan),

Evaluasi dan Arahan. Lakukan meliputi kegiatan, penulisan hasil pengamatan, dan

renungkan, pada bagian kegiatan, tersusun kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh

siswa yang bisa berupa tanya jawab atau suatu prosedur kerja pengamatan dengan aneka

hal lain, termasuk yang ada dalam masyarakat (kenyataan di lingkungan) atau juga

merupakan perluasan pikiran terhadap data pengamatan. Pada bagian Renungkan berisi

kaitan antara data pengamatan dan aneka hal lain termasuk yang ada dalam masyarakat

atau merupakan perluasan pikiran terhadap pengamatan. Pada bagian Pikirkan

(Ringkasan) merupakan bagian yang berisi tentang kesimpulan-kesimpulan yang

diperoleh dari bagian Renungkan. Pada bagian Pikirkan inilah suatu konsep

pengetahuan terbentuk secara sempurna. Bagian Evaluasi berisi tentang pertanyaan yang

bertujuan untuk memantapkan konsep yang diperoleh siswa. Hal ini bisa dilakukan

dengan menerapkan/mengaitkan konsep tersebut pada fenomena yang terjadi dalam

kehidupan sehari-hari.

Pada seluruh bagian mulai dari awal hingga akhir lembar PBMP (evaluasi),

tidak ada penyampaian informasi berupa kalimat informatif; seluruhnya berupa

Page 23: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

kalimat tanya dan kalimat perintah. Kalimat perintah antara lain digunakan pada

bagian cara kerja ataupun bagian lain jika diperlukan. Berikut ini dikemukakan

beberapa karakteristik lembar PBMP lain yang selalu diperhatikan pada

pengembangan lembar PBMP bagi siswa dalam pembelajaran.

1) Gramatika Bahasa Indonesia harus selalu dipakai dan digunakan dengan benar.

2) Pertanyaan dapat diupayakan agar dimulai dari konsep besar ke yang kecil.

3) Jalinan antar pertanyaan ditata secara logis.

4) Pertanyaan tentang hal yang sama dapat diulang dan dirumuskan dari sudut

pandang berbeda-beda.

5) Satu konsep dan subkonsep dikaji sebanyak-banyaknya sesuai tingkat

perkembangan. Pertanyaan lain terkait dikembangkan dan diutamakan yang terkait

dengan pengalaman dan kehidupan sehari-hari.

6) Pertanyaan di bagian awal tidak perlu harus langsung dijawab. Dalam hal ini jika

misalnya pertanyaan no. 1 tidak dapat dijawab, maka dilanjutkan dengan upaya

menjawab pertanyaan no. 2; dan jika pertanyaan no. 2 itu juga belum dapat

dijawab, maka pertanyaan no. 3 akan coba dijawab dan seterusnya. Apabila

pertanyaan no.5 berhasil dijawab, maka sebenarnya dalam waktu singkat

pertanyaan no. 4, 3, 2, dan 1 akan terjawab dengan sendirinya. Hal ini akan terjadi

dengan lancar, jika jalinan antar pertanyaan ditata dengan baik dan logis,

disamping memperhatikan konsistensi pola pertanyaan misalnya yang dimulai dari

konsep besar ke yang kecil, serta beberapa hal teknis yang telah dikemukakan.

Page 24: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

Atas dasar beberapa karakter pertanyaan yang telah dikemukakan terlihat jelas

bahwa pada pembelajaran yang menggunakan pola PBMP, kegiatan berpikir

didorong secara maksimal. Melalui upaya ini yang dilakukan secara terus-menerus

diyakini bahwa siswa akan terampil berpikir.

4. Sintaks Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair share (TPS) dengan Pendekatan Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP)

Untuk mengetahui sintaks dari gabungan pola PBMP dalam Pembelajaran

Kooperatif think pair share, disajikan sebuah skema dibawah ini:

Gambar 2.1 Sintaks gabungan TPS dan PBMP (Sumber: Corebima dalam Kristiani, 2009)

Adapun gambaran perbandingan antara sintaks PBMP, sintaks Think pair share

(TPS) dan sintaks gabungan pola PBMP dalam think pair share (TPS) dapat dilihat pada tabel

2.3 berikut.

Penugasan Siswa mengerjakan secara cepat seluruh LKS (PBMP) secara Individual (Think)

Penugasan Siswa untuk melakukan diskusi berpasangan (Pair)

Penugasan Siswa untuk melakukan diskusi persentasi tentang hasil diskusi berpasangan /diskusi Tanya jawab (Share)

Pelaksanaan praktikum/Demonstrasi (jika ada) oleh kelompok Besar (heterogen)

(PBMP) dibagi sebelum Pembelajaran & Penugasan Siswa untuk membaca sumber dan membuat ringkasan hasil bacaaan

Page 25: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

Tabel 2.3 Perbandingan antara sintask PBMP, sintaks TPS dan Sintaks gabungan Pola PBMP dalam pembelajaran kooperatif Think pair share

Sintaks PBMP Sintaks Think Pair Share (TPS)

Sintaks Gabungan PBMP dan Think Pair Share (TPS)

1.Sediakan Siswa menyediakan

alatdan bahan sesuai dengan perintah pada bagian sediakan pada lembar PBMP dengan topic yang akan dibahas

1. Tahap persiapanGuru adalah membuat silabus RPP, Buku siswa, LKS dan system penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan membagi siswa dalam beberapa kelompok.

1. Tahap Persiapan pembagian tugas kepada

siswa 1 minggu sebelum pembelajaran dimulai dan meminta siswa untuk membaca artikel dan bahan referensi lain untuk menunjang pembelajaran pada pertemuan sebelumnya

2. Lakukan Siswa melakukan

kegiatan mulai dari pengamatan, mencatat hasil, dan juga melakukan kegiatan tanya jawab seperti perintah-perintah yang ada pada lembar PBMP. Siswa juga mengerjakan bagian ”Renungkan” yang merupakan perluasan pikiran terhadap data amatan.

2. Tahap presentasi guru

Guru menyampaikan indikator pembelajaran, memberikan pengetahuan awal tentang materi yang akan dipelajari dengan melakukan tanya jawab dan ceramah,

mengenalkan dan menjelaskan tentang model pembelajaran kooperatif Think Pair Share sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.

2. Tahap Presentasi guru

Guru menyampaikan indikator pembelajaran dan ceramah singkat

Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan melakukan tanya jawab. Dari tanya jawab tersebut, siswa termotivasi untuk membahas materi pencemaran.

Guru mengenalkan dan menjelaskan tentang penerapan pola PBMP melalui Think pair share

pembagian kelompok berdasarkan kemampuan akademik dan heterogenitas jenis kelamin

Lanjutan Tabel 2.3 Perbandingan antara sintask PBMP, sintaks TPS dan Sintaks gabungan Pola PBMP dalam pembelajaran kooperatif Think pair share

Page 26: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

Sintaks PBMP Sintaks Think Pair Share (TPS)

Sintaks Gabungan PBMP dan Think Pair Share (TPS)

3. Pikirkan Berisi kesimpulan dari

konsep dan subkonsep. Konsep itu didirikan atas dasar data amatan maupun butir-butir pikiran pada bagian Renungkan

3. Tahap kegiatan kelompok

Diskusi kelompok awal tentang lembar-lembar kegiatan dari guru

Diskusi kelompok dan guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang mereka peroleh.

Diskusi kelompok : dua orang anggota kelompok bergabung kembali ke kelompoknya secara keseluruhan dan melaporkan hasil tukar informasi (mengenai lembar-lembar kegiatan yang telah diberikan guru) dan saling mencocokkan dan membahas hasil kerja siswa.

3. Tahap kegiatan kelompok diskusi kelompok awal

penyelesaian seluruh pertanyaan-pertanyaan pada lembar PBMP secara individu (think)

setiap individu dalam kelompoknya membahas semua permasalahan yang muncul (think).

Selanjutnya dua orang siswa dalam satu kelompok kembali berpsangan tukar informasi dari informasi yang diperoleh secara individu (Pair)

Selanjutnya siswa dalam satu kelompok (2 orang) bergabung secara keseluruhan dengan kelompoknya ( 2orang lainnya) dan menyelesaikan secara bersama-sama permasalahan yang belum terpecahkan dan memberikan kesimpulan (Pair)

4. Evaluasi Berisi pertanyaan untuk

menganalisis sejauh mana konsep atau subkonsep tersebut telah dikuasai oleh siswa

4. Tahap Formalisasi Salah satu kelompok

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal.

4. Tahap Formalisasi salah siswa dalam kelompoknya

mempresentasikan hasil diskusinya tentang pertanyaan-pertanyaan yang terdapat pada PBMP (renungkan, pikirkan, evaluasi) (share)

Lanjutan Tabel 2.3 Perbandingan antara sintask PBMP, sintaks TPS dan Sintaks gabungan Pola PBMP dalam pembelajaran kooperatif Think pair share

Sintaks PBMP Sintaks Think Pair Share Sintaks Gabungan PBMP dan Think

Page 27: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

(TPS) Pair Share (TPS)

kelompok yang lain bisa menambahkan, menyanggah dan mengajukan pertanyaan kepada kelompok tersebut. Dalam kegiatan diskusi kelas ini diharapkan dapat merangsang siswa untuk menganalisis lebih lanjut konsep-konsep yang telah siswa diskusikan pada tahap kegiatan kelompok.

5. ArahanBerisi petunjuk yang meminta siswa untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang ada pada lembar PBMP

Guru memberikan evaluasi berupa kuis

Guru memberikan arahan untuk menjawab semua pertanyaan pada lembar PBMP lalu dilakukan evaluasi pada siswa berupa tes.

(Modifikasi dari Kurniasari, 2011)

C. Beberapa Penelitian Sebelumnya

Nurfahtuhrama (2012:28) dalam hasil penelitiannya pengembangan Perangkat

pembelajaran kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) dengan Metode Resitasi pada

materi system Eksresi untuk siswa kelas XI. Hasil penelitiannya bahwa kualitas

perangkat pembelajaran (RPP, buku siswa, dan Lks) yang digunakan memenuhi

kriteria Valid, praktis, dan efektif. Dilihat dari ketercapaian penguasaan materi

system ekskresi dari 34 siswa yang tuntas dengan persentase 87,18% siswa yang

mencapai ketuntasan klasikal dari 39 siswa.hasil ini menujukkan bahwa secara

klasikal siswa yang mencapai ketuntasan dalam belajarnya yaitu lebih dari 85%

Page 28: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

mencapai standar ketuntasan minimal (KKM=70). Dan respon siswa terhadap

perangkat pembelajaran, meliputi buku siswa (respon sangat positif 58,97%,, respon

positif 41,03%), LKS (respon sangat positif 25,64%, respon positif 74,35%), dan

penerapan pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share dengan metode resitasi

berada pada (respon sangat positif (43,58%, respon positif, 56,41%)

Nurmaisah (2010) dalam penelitiannya Pengaruh peta pikiran (Mind Map)

dipadu dengan pola PBMP (Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan) disimpulkan

bahwa dari hasil analisis dapat diketahui hasil belajar siswa menggunakan peta

pikiran (Mind Map) dipadu dengan pola PBMP (Pemberdayaan Berpikir Melalui

Pertanyaan) lebih baik dari pada hasil siswa yang tidak menggunakan peta pikiran

(Mind Map ) dengan pola PBMP (Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan),

seperti yang terdapat pada hasil akhir dengan materi pengelolaan lingkungan, kelas

VII-3 (eksperimen 1) adalah kelompok yang menggunakan peta pikran (Mind Map)

dipadu dengan pola Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP), diperoleh

nilai yang lebih tinggi dibandingkan kelas VII-1 (kelas kontrol) memperoleh nilai

yang lebih rendah yaitu 79.00. Demikian pula pada kelas VII-2 (eksperimmen 2)

dengan menggunakan peta pikiran (Mind Map) memperoleh nilai yang paling tinggi

dibandingkan dengan kelas VII-1 ( kelas kontrol) yaitu 80.00 tetapi nilai tersebut

tidak seberapa berpengaruh jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Sedangkan

pada kelas VII-2 (eksperimen 2) dan VII-3 (eksperimen 1) diperoleh nilai paling

tinggi yaitu pada kelas VII-3 (ekseperimen 1) yang menggunakan peta pikiran (Mind

Page 29: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

Map) dengan pola PBMP (Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan) dengan nilai

rata-rata 90.00.

D. Pengembangan Perangkat Pembelajaran

1. Perangkat Pembelajaran

Pengembangan perangkat pembelajaran adalah serangkaian proses atau

kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan sesuatu perangkat pembelajaran.

Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam mengelola proses belajar mengajar

dapat berupa silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan

SIswa (LKS), Instrumen evaluasi atau tes hasil belajar (THB), Media Pembelajaran,

serta buku ajar siswa, (Ibrahim, 2003:3 dalam Trianto, 2011) Namun dalam penelitian

ini yang akan dikembangkan adalah RPP, LKS, dan Buku Siswa.

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan penjabaran dari silabus

yang telah disusun pada langkah sebelumnya. Di dalam RPP tercermin kegiatan yang

dilakukan guru dan peserta didik untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.

Dalam pengertian lain rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana yang

menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu

kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus.

Lingkup rencana pembelajaran paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar

Page 30: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

terdiri dari 1 (satu) indikator atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan

atau lebih (Komalasari, 2011: 193-194).

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), yaitu panduan langkah-langkah

yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam skenario

kegiatan. Berdasarkan RPP inilah seorang guru diharapkan bisa menerapkan

pembelajaran secara terprogram, karena itu RPP harus mempunyai daya terap

(applicable) yang tinggi. Pada sisi lain, melalui RPP pun dapat diketahui kadar

kemampuan guru dalam menjalankan profesinya. Dalam hal ini Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) yang berorientasi pembelajaran terpadu yang menjadi pedoman

bagi guru dalam proses belajar mengajar (Trianto, 2011). Ditambahakan oleh

Muslich (2007) tanpa RPP perencanaan yang matang maka mustahil target

pembelajaran bisa tercapai secara maksimal. Melalui RPP akan diketahui kemampuan

guru dalam menjalankan profesinya.

Komponen-komponen penting yang ada dalam rencana pelaksanaan

pembelajaran meliputi: standar Kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator

pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran (kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan

akhir), metode pembelajaran, alat dan bahan serta evaluasi.

Permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses dijelaskan bahwa

RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dan

upaya mencapai Kompetensi dasar. Setiap guru pada setiap satuan pendidikan

berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran

berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi,

Page 31: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

peserta didik untuk berpartispasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan

fisik serta psikologis peserta didik.

1) Langkah-langkah menyususn RPP

a) Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas, semester,

program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah

pertemuan.

b) Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik

yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang

diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata

pelajaran.

c) Kompetensi dasar, adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta

didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator

kompetensi dalam suatu pelajaran.

d) Indikator pencapaian kompetensi Indikator kompetensi adalah perilaku yang

dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi

dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator

pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja

operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap,

dan keterampilan.

e) Tujuan pembelajaran, menggambarkan proses dan hasil belajar yang

diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.

Page 32: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

f) Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan

ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian

kompetensi.

g) Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan

beban belajar.

h) Metode pembelajaran Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan.

Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta

didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak

dicapai pada setiap mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik

digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai kelas 3 SD/MI.

i) Kegiatan pembelajaran

a. Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan

pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan

memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam

proses pembelajaran.

b. Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD.

Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi

aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan

kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta

Page 33: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan

sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

c. Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas

pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau

kesimpulan, penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.

j) Penilaian hasil belajar Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil

belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian kompetensi dan mengacu

kepada Standar Penilaian.

k) Sumber belajar penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi

dan kompetensi dasar, serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikator

pencapaian kompetensi.

2) Prinsip Penyusunan RPP

Adapun Prinsip-prinsip Penyususnan RPP (Permendiknas, 2007) adalah;

1. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik RPP disusun dengan

memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual,

minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar,

kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai,

dan/atau lingkungan peserta didik.

2. Mendorong partisipasi aktif peserta didik Proses pembelajaran dirancang dengan

berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas,

inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar.

Page 34: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

3. Mengembangkan budaya membaca dan menulis Proses pembelajaran dirancang

untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan

berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan

4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program

pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedial.

5. Keterkaitan dan keterpaduan RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan

keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,

indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu

keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan

pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan

keragaman budaya.

6. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi RPP disusun dengan

mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara

terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

b. Buku Siswa

Buku siswa (modul,diktat) merupakan buku panduan bagi siswa dalam

kegiatan pembelajaran yang memuat materi pelajaran, kegiatan penyelidikan

berdasarkan konsep, kegiatan Sains, informasi, dan contoh-contoh penerapan sains

dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, buku bacaan siswa ini juga sebagai panduan belajar baik dalam

proses pembelajaran dikelas maupun belajar mandiri. Materi ajar berisikan garis besar

bab, kata-kata sains yang dapat dibaca uraian materi pelajaran, tujuan yang memuat

Page 35: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

tujuan yang hendak dicapai setelah mempelajari materi ajar, materi pelajaran berisi

uraian materi yang harus dipelajari, bagan atau gambar yang mendukung ilustrasi

pada uraian materi, kegiatan percobaan menggunakan alat dan bahan sederhana

dengan teknologi sederhana yang dapat dikerjakan oleh siswa, uji diri untuk setiap

submateri pokok, dan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari yang perlu

didiskusikan (Trianto, 2011:227).

Bahan atau materi pelajaran (learning materials) adalah segala sesuatu yang

menjai isi kurikulum yang harus dikuasai siswa sesuai dengan kompetensi dasar

dalam rangkah pencapaian standar kompetensi dasar setiap mata pelajaran dalam

satuan pendidikan tertentu. Materi pelajaran merupakan bagian terpenting dalam

proses pembelajaran, bahkan dalam pengajaran yang berpusat pada materi pelajaran

(subject-centered-teaching), materi pelajaran merupakan inti dari kegiatan

pembelajaran. Menurut subject centered teahing keberhasilan suatu proses

pembelajaran ditentukan oleh seberapa banyak siswa dapat menguasai materi

kurikulum.

Ada empat macam isi (materi pelajaran) yaitu: fakta, konsep, prosedur dan

prinsip. Fakta adalah sifat dari suatu gejala, peristiwa, benda, yang wujudnya dapat

ditangkap oleh panca indera. Fakta merupakan pengetahuan yang berhubungan

dengan data-data spesifik (tunggal) baik yang telah maupun yang sedang terjadi yang

dapat diuji atau diobservasi. Fakta merupakan materi pelajaran yang paling

sederhana, karena materi ini sifatnya hanya menggingat hal-hal yang spesifik.

Page 36: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

Konsep adalah abstraksi kesamaan atau keterhubungan dari sekelompok

benda atau sifat. Suatu konsep memiliki bagian yang dinamakan atribut. Atribut

adalah karakteristik yang dimiliki suatu konsep. Gabungan dari berbagai atribut

menjadi suatu pembeda antara satu konsep dengan konsep lainnya.dengan demikian

pemahaman tentang data dan fakta, sebab atribut itu sendiri pada dasarnya adalah

sejumlah fakta yang terkandung dalam objek.

Prosedur adalah materi pelajaran yang berhubungan dengan kemampuan

siswa untuk menjelaskan langkah-langkah secara sistematis tentang sesuatu. misalnya

prosedur tentang langkah-langlah untuk melakukan suatu percobaan.

Hubungan antara dua atau lebih konsep yang sudah teruji secara empiris

dinamakan generalisasi yang selanjutnya dapat ditarik kedalam prinsip. Misalnya

prinsip tentang tentang penguapan, prinsip tentang radiasi dan lain sebagainya. Materi

pelajaran tentang prinsip akan lebih sulit dibandingkan dengan fakta, atau konsep.

Sebab seseorang akan dapat menarik suatu prinsip apabila sudah memahami berbagai

fakta dan konsep yang relevan (Merril, 1997 dalam sanjaya, 2008:142-143).

c. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kegiatan siswa adalah panduan siswa yang digunakan untuk

melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. Lembar kegiatan siswa

dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan

untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen

atau demonstrasi.

Page 37: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

Lembar kegiatan siswa (LKS) memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang

harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya

pembentukkan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus

ditempuh. Pengaturan awal (advane Organizer) dari pengetahuan dan pemahaman

siswa diberdayakan melalui penyediaan media belajar pada setiap kegiatan

eksperimen sehingga situasi belajar menjadi lebih bermakna, dan dapat terkesan

dengan baik pada pemahaman siswa. Karena nuansa keterpaduan konsep merupakan

salah satu dampak pada kegiatan pembelajaran, maka muatan materi setiap lembar

kegiatan siswa pada setiap kegiatannya diupayakan agar dapat mencerminkan hal itu.

Komponen-komponen LKS meliputi: judul eksperimen, teori singkat tentang

materi, alat dan bahan, prosedur eksperimen, data pengamatan serta pertanyaan dan

kesimpulan untuk bahan diskusi (Trianto, 2011:223).

2. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Pelaksanaan pengembangan perangkat pengajaran diperlukan model-model

pengembangan yang sesuai dengan sistem pendidikan. Sehubungan dengan itu ada

beberapa model pengembangan pembelajaran (Sudjana 2001:92 yang dikutip

Trianto, 2011:177). Dalam pengembangan perangkat pembelajaran di kenal tiga

macam model pengembangan perangkat, yaitu model Dick-carey, Model 4-D dan

Model Kemp.

Secara umum setiap model terdiri dari 4 tahap yaitu: pertama, tahap

pendifinisian (define), yaitu tahapan yang bertujuan untuk menentukan dan

Page 38: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

mendefinisikan kebutuhan pembelajaran; kedua, tahap perancangan (design), yaitu

perancangan prototype perangkat pembelajaran; ketiga, tahap pengembangan

(develop) yaitu bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran; dan keempat,

tahap penyebaran (dessiminate), yaitu tahap penggunaan perangkat yang

dikembangkan.

a. Model Smith dan Ragan

Patricia L.Smith dan Tilman J.Ragan (2003 dalam Pribadi, 2009:120) model

desain pembelajaran terdiri dari beearapa langkah dan prosedur sebagai berikut

1. Analisis lingkungan belajar

Analisis lingkungan belajar meliputi prosedur menetapkan kebutuhan akan

adanya proses poembelajaran dan lingkungan tempat program pembelajaran akan

dimplementasikan. Tahap ini digunakan untuk mengetahui dan mengidentifikasi

masalah-masalah dalam pembelajaran.

2. Analisis karakteristik siswa

Analisis karakteristik siswa meliputi aktivitas atau prosedur untuk

mengidentifikasi dan menentukan karakteristik siswa yang akan menempuh program

pembelajaran yang didesain. Karakteristik siswa yang akan menempuh program

pembelajaran meliputi kondisi social ekonomi, penguasaaan isi atau materi pelajaran,

dan gaya belajar

3. Analisis tugas Pembelajaran

Analisis tugas pembelajaran atau disebut juga dengan istilah task analysis

merupakan langkah yang dilakukan untuk membuat deskripsi tugas-tugas dan

Page 39: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

prosedur yang perlu dilakukan oleh individu untuk mencapai tingkat kompetensi

dalam melakukan suatu jenis pekerjaan. Analisis tugas perlu dilakukan untuk

menetapkan tujuan-tujuan pembelajaran sfesifik yang perlu dimiliki oleh pembelajar

untuk mencapai tingkat kompetensi dalam melakukan pekerjaan.

4. Menulis butir soal

Menulis butir-butir dilakukan untuk menilai apakah program pembelajaran

yang dirancang dapat membantu siswa dalam mencapai kompetensi atau tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan. Butir-butir tes yang ditulis harus bersifat valid

dan reliable agar dapat digunakan untuk menilai kemampuan atau kompetensi siswa

dalam mencapai tujuan pembelajaran.

5. Menentukan strategi pembelajaran

Menentukan strategi pembelajaran dilakukan untuk mengelola program

pembelajaran yang didesain agar dapat membantu siswa dalam melakukan proses

pembelajaran yang bermakna.

6. Memproduksi program pembelajaran

Memproduksi program pembelajaran mempunyai makna adanya proses atau

aktivitas dalam menerjemahkan desain sistem pembelajaran yang telah dibuat

kedalam bahan ajar atau program pembelajaran. Program pembelajaran merupakan

output dari desain sistem pembelajaran yang mencakup deskripsi tentang kompetensi

atau tujuan, metode, media, strategi, dan isi atau materi pmbelajaran, serta evaluasi

hasil belajar.

Page 40: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

7. Melaksanakan evaluasi formatif

Melakukan evaluasi formatif untuk menemukan kelmahan-kelemahan dari

draf bahan ajar yang telah dibuat untuk segera direvisi agar menjadi program

pembelajaran yang efektif, efesien, dan menarik. Evaluasi formatif pada umumnya

dilakukan terhadap prototype program pembelajaran yang sedang dikembangkan.

8. Merevisi program pembelajaran

Merevisi program pembelajaran dilakukan terhadap kelemahankelemahan

yang masih terlihat pada rancangan atau draf program pembelajaran. Dengan

melakukan revisi terhadap draf program pembelajaran maka program tersebut

diharapkan dapat menjadi program pembelajaran berkualitas, yaitu pembelajaran

yang efektif, efesien, dan menarik.

Gambar: 2.2 Model Smith dan Ragan (sumber: Pribadi, 2010)

AnalisisLingkungan belajarSiswaTugas Belajar

StrategiPenyusunan PenyampaianPengelolaan

Pemilihan& produksi bahan ajar

Penulisan butir tes

Evaluasi

FormatifREVISI

Page 41: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

b. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Menurut Kemp

Pengembangan perangkat merupakan suatu lingkaran yang kontinum (kemp,

1994). Tiap-tiap langkah pengembangan berhubunganlangsung dengan aktivitas

revisi. Pengembangan perngkat dapat dimulai dari titik mana pun didal siklus tersebut

Kemp,et al (1994:10 dalam Trianto, 2011:179)

Unsur-unsur pengembangan perangkat pembelajaran menurut model kemp

adalah;

1. Identifikasi masalah Pembelajaran tujuan dati tahapan ini adalah mengidentifikasi

antara tujuan menurut kurikulum yang berlaku dengan fakta yang terjadi

dilapangan baik yang menyangkut model, pendekatan, metode, teknik maupun

strategi yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Analisis siswa, analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan

karakteristik siswa yang meliputi ciri, kemampuan dan pengaalaman baik

individu maupun kelompok.

3. Analisis tugas, adalah kumpulan prosedur untuk menemukan isi suatu pengajaran,

analisis konsep, analisis pemerosessan informasi, dan analisis prosedural yang

digunakan untuk memudahkan pemahaman dan penguasaaan tugas-tugas belajar

dan tujuan pembelajartan yang dituangkan dalam bentuk rencana Program

pembelajaran (RPP) dan lembar kegiatan siswa (LKS)

4. Merumuskan indikator, tujuan dari pembelajaran dilakukan untuk

mengkonversikan analisis tugas dan analisis konsep menjadi tujuan pembelajaran

khusus yang lebih oprasional. analisis ini berfungsi sebagai (a) alat untuk

Page 42: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

mendesain kegatan pembelajaran, (b) kerangka kerja dalam merencanakan

evaluasi hasil belajar siswa, dan (c) panduan siswa belajar.

5. Penyususnan instrument evaluasi, bertujuan untuk mengukur ketuntasan indikator

dan ketuntasan penguasaan siswa setelah berlangsungnya proses pembelajaran

yang didasarkan pada jumlah soal yang dijawab. kriteria penilaian yang

digunakan adalah penilaian acuan patokkan, sehingga instrument yang

dikembangkan harus dapat mengukur ketuntasan pencapaian tujuan pembelajaran

khusus yang telah dirumuskan.

6. Strategi pembelajaran, pada tahap ini penilaian strategi belajar mengajar yang

sesuai dengan tujuan. Kegiatan ini meliputi pemilihan model,pendekatan, metode,

pemilihan format, yang dipandang mampu memberikan pengalaman yang

berguna untuk mencapai tujuan pembelajaran.

7. Pemilihan media atau sumber belajar, pemilihan media dan sumber pembelajaran

berdasarkan hasil analisis tujuan, karakteristik siswa, dan tugas, maka memilih

alat dan bahan disesuaikan dengan tuntutan tujuan pembelajaran yang terdapat

rencana pelajaran dan lembar kerja siswa.

8. Merinci pelayanan penujang yang diperlukan untuk mengembangkan dan

melaksanakan semua kegiatan dan untuk memperoleh bahan. Dalam

mengembangkan perangkat.

9. Menyiapakan evaluasi formatif, evaluasi formatif merupakan bagian penting dari

proses perancangan pembelajaran dan berfungsi sebagai pemberi informasi

Page 43: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

kepada pengajar atau tim pengembang seberapa baik program telah berfungsi

dalam mencapai berbagai sasaran.

10. Evaluasi Sumatif, secara langsung mengukur tingkat pencapaian tujuan-tujuan

utama pada akhir pembelajaran. Sumber informasi utama memungkinkan besar

didapatkan baik dai hasil posstes dan uji akhir pembelajaran.

11. Melakukan revisi perangkat pembelajran, kegiatan ini dilakukan secara terus-

menerus pada setiap langkah pengembangan (kemp (1994), bahwa setiap langkah

rancangan pembelajaran selalu berhubungan dengan kegitan revisi. Secara umum

rancangan model pengembangan perangkat pembelajaran Kemp ditunjukkan pada

gambar dibawah ini;

Gambar: 2.3 Model Pengembangan Pembelajaran Kemp,et al,1999 (Sumber: Trianto, 2012:82)

Page 44: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

c. Model Pengembangan Pembelajaran Dick & Carey

Perancangan pengajaran menurut system pendekatan model Dick & Carey,

dikembangkan oleh Walter Dick & Lou Carey (1990 dalam Trianto, 2011:186)

menurut pendekatan ini terdapat beberapa komponen yang akan dilewati dalam

proses pengembangan dan perancangan tersebut yang berupa urutan langkah-langkah

ini tidak kaku. Tetapi sebagaimana ditunjukkan Dick & Carey, bahwa telah banyak

pengembangan perangkat yang mengikuti urutan secara ajek dan berhasil

mengembangkan perangkat yang efektif.

Model-model pengembangan Dick & Carey terdiri dari sepuluh langkah

1. Identifikasi tujuan pembelajaran (identity instruksionalo goals), tujuan pengajaran

merupakan satu komponen yang merupakan batasan terhadap yang diharapkan

dari siswa setelah mereka menyelesaikan program pengajaran. Tahap ini akan

menghasilkan kebutuhan-kebutuhan pada proses penilaian.

2. Melakukan analisis instruksional (counducting a goal analysis) tujuan yang

dianalisis untuk mengidentifikasi keterampilan yang lebih khusus yang harus

dipelajari. Analisis ini akan menghasilkan tentang keterampilan-keterampilan atau

konsep dan menunjukkan keterkaitan antara keterampilan/konsep.

3. Mengidentifikasi tingkah laku awal/karakterstik siswa (identity Entry Behaviours

Characteristic), langkah ini adalah untuk mengetahui keterampilan awal siswa

yang dimiliki yang dapat digunakan dalam saat mulai mengikuti pengajaran, yang

penting diidentifikasi adalah karakteristik siswa yang mungkin ada hubungan

dengan rancangan aktivitas-aktivitas pengajaran.

Page 45: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

4. Merumuskan tujuan kinerja (write performance objectives), langkah ini untuk

merumuskan tingkah laku atau prilaku belajar siswa yang diharapkan dapat

dimunculkan dalam proses pengajaran. Selanjutnya akan dirumuskan pernyataan

khusus tentang apa yang harus dilakukan siswa setelah meyelesaikan

pembelajaran.

5. Pengembangan tes acoan patokkan (developing criterian-referenced test items)

tahap ini adalah yang sangat penting adalah pengembangan butir assessment

untuk mengukur kemampuan siswa seperti yang telah perkirakan didalam tujuan.

6. Pengembangan strategi pengajaran (develop instructional strategy),

pengembangan strategi mengidentifikasi yang akan digunakan untuk mencapai

tujuan akhir. Strategi akan meliputi aktivitas preinstruksional, penyampaian

informasi, praktik dan balikan, testing yang dilakukan lewat aktivitas.

7. Pengembangan atau memilih perangkat pengajaran (develop and select

instructional materials), tahap ini untuk menghasilkan suatu produk perangkat

pembelajaran yang akan digunakan dalam pelaksanaan pengajaran, yang berupa

petunjuk untuk siswa, bahan pelajaran, tes, dan panduan guru.

8. Merancang dan melaksanakan evaluasi formatif (design and conduct formative

evaluation), evaluasi formatif dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui

kemajuan proses belajar untuk beberapa indikator pencapaian hasil belajar

tertentu, juga mengidentifikasikan peningkatan pengajaran.

9. Merancang dan melaksanakan evalusai sumatif (design and Conduct summative

evaluation), evaluasi sumatif dilakanakan untuk dijadikan dasar untuk menulis

Page 46: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

perangkat yang dibutuhkan. Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan diuji

cobakan dikelas.

10. Revisi pengajaran (instructional revations) tahap ini menggulangi siklus

pengembangan perangkat pengajaran. Data dari evaluasi sumatif yang telah

dilakukan pada tahap sebelumnya diringkas dan dianalisis serta diinterprestasikan

untuk diidentifikasi kesulitan yang dialami oleh siswa dalam mencapai tujuan

pembelajaran.

Gambar 2.4: Model Pengembangan Menurut Dick and Carey (sumber: Trianto, 2011:187)

Identifikasi Tujuan

Melakukan anaalisis Pengajaran

Identifikasi Tingkah laku awal

Menulis Tujuan Kinerja

Pengembangan tes Acuan Patokan

Pengembangan Strategi Pembelajaran

Pengembangan dan memilih perangkat pengajaran

Merancang dan melaksanakan Formatif

Merancang dan melaksanakan tes Sumatif

Revisi Pengajaran

Page 47: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

d. Model Pengembangan Pembelajran 4-D (Model Tiagrajan)

Pengembangan perangkat menurut Thiagarajan, Semmel dan Semmel dalam

Trianto, (2011) bahwa model pengembangan perangkat terdiri dari empat tahap yang

dikenal dengan sebutan four–D Model yaitu tahap pendefinisian (define),

perancangan (design), pengembangan (develop), dan pendesiminasian (disseminate).

1. Tahap pendifinisian (Define)

Tujuannnya adalah menetapkan dan menentukan syarat-syarat pembelajaran.

Dalam menentukan dan menetapkan syarat-syarat pembelajaran diawali dengan

analisis tujuan dari batasan Materi yang dikembangkan perangkatnya. Tahap ini

meliputi lima langkah pokok, yaitu: (1) analisis awal, (2) analisis siswa, (3) analisis

Tugas, (4) analisis konsep, (5) Perumusan tujuan pembelajaran

a. Analisis Awal

Analisis awal bertujuan memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang

dihadapi dalam pembelajaran sehingga dibutuhkan pengembangan bahan

pembelajaran. Berdasarkan masalah ini disusunlah alternative perangkat yang

relevan. Dalam melakukan analisis awal perlu mempertimbangkan beberapa hal

sebagai alternative pengembangan perangkat pembelajaran, teori belajar, tantangan

dan tuntunan masa depan.

Analisi awal dimulai dari analisis pengetahuan, keterampilan dan sikap awal

yang dimiliki siswa untuk mencapai tujuan akhir yaitu tujuan yang tercantum dalam

kurikulum. Kesenjangan antara hal-hal yang sudah diketahui siswa dengan apa yang

Page 48: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

seharusnya akan dicapai siswa memerlukan telaah kebutuhan (need) akan materi

sebagai penutup kesenjangan tersebut.

b. Analisis siswa

Analisis siswa merupakan telaah tentang karakteristik-karakteristik yang

dimiliki siswa, dengan memperhatikan ciri, kemampuan, pengalaman siswa baik

individu maupun kelompok. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menelaah

karakteristik siswa yang meliputi latar belakang pengetahuan siswa, bahasa yang

digunakan dan perkembangan kognitif siswa.

c. Analisis Materi

Analisis materi bertujuan untuk mengidentifikasikan bagian-bagian utama

yang akan diajarkan, merinci materi-materi yang relevan dengaan materi pokok, dan

menyusunnya secara sistematis.

d. Analisis Tugas

Analisis tugas adalah kumpulan prosedur untuk menentukan isi dalam satuan

pembelajaran. Analisis tugas dilakukan untuk merinci isi materi ajar dalam bentuk

garis besar yang mencakup; (1) Analisis struktur isi, (2) analisis procedural, dan (3)

analisis proses informasi.

e. Perumusan Tujuan

Perumusan tujuan pembelajaran dilakukan untuk mengkoversi tujuan analisis

materi menjadi tujuan-tujuan pembelajaran khusus yang dinyatakan dengan tingkah

laku. Penyusunan tujuan pembelajaran atau indicator pencapaian hasil belajar

didasarkan pada kompetensi dasar dan indicator yang tercantum dalam KTSP.

Page 49: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

2. Tahap Perancangan (Design)

Tujuan dari mtahap ini adalah untuk menyiapkan pototipe perangkat

pembelajaran. Tahap ini terdiri datri 3 tahap yaitu:

a. Penyusunan Tes acuan patokan, merupakan langkah awal yang menghubungkan

antara tahap define dan tahap design. Tes disusun berdasarkan hasil perumusan

tujuan pembelajaran khusus. Tes ini merupakan suatu alat untuk mengukur

terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa setelah kegiatan pembelajaran.

b. Pemilihan media yang sesuai tujuan pembelajaran, untuk menyampaikan tujuan

pembelajaran.

c. Pemilihan format. Didalam pemilihan format ini misalnya dapat dilakukan

dengan mengkaji format-format perangkat yang sudah ada dan yang sudah

dikembangkan dinegara-negara lain yang lebih maju.

d. Rancangan awal. Desain awal merupakan desain perangkat pembelajaran yang

dirancang dengan mempertimbangkan aktivitas guru dan siswa.

3. Tahap Pengembangan (Develop)

Tujuan dari tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran

yang sudah direvisi berdasarkan masukkan dari para pakar meliputi;

1. Validasi perangkat oleh pakar diikuti dengan revisi,

2. Simulasi, yaitu kegiatan mengoprasionalkan perangkat (rencana Pembelajaran)

3. Uji coba terbatas, hasil tahap simulasi dan uji coba terbatas digunakan sebagai

dasar revisi perangkat.

Page 50: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

4. Tahap Penyebaran (Desseminate)

Pada tahap ini merupakan tahapan penggunaan perangkat yang telah

dikembangkan dan telah diuji coba pada skala yang lebih luas. Misalnya oleh guru

lain. Tujuan tahap ini adalah untuk menguji efektivitas penggunaan perangkat dalam

pembelajaran.

Gambar: 2.5 Model Pengembangan four-D (sumber. Trianto, 2011:190)

Analisis Awal Alkhir

Analisis Tigas

Penyusunan Tes

Analisis Konsep

Spesifikasi tujuan Pembelajaran

Analisis Siswa

Pemilihan format

Pemilihan Media

Rancangan Awal

Validasi Ahli

Uji Pengembangan

Uji Validasi

Pengemasan

Penyebaran dan Pengabdosian

PER

AN

CA

NG

AN

PEN

GEM

BA

NG

AN

PEN

YEB

AR

AN

PEN

DEF

INIS

IAN

Page 51: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

Berdasarkan uraian tentang beberapa model pengembangan perangkat

pembelajaran di atas, maka penulis memilih model pengembangan perangkat

pembelajaran four-D yang dikembangkan Oleh Thiagarajan, Semmel and semmel.

E. Materi Pencemaran dan Perubahan lingkungan

Materi Pencemaran dan prubahan lingkungan dalam KTSP mata pelajaran

Biologi di SMA di ajarkan pada kelas X semester dua.

Tabel 2.4 Standar kompetensi dan kompetensi dasar SMA kelas X

Standar kompetensi Kompetensi Dasar

4. Menganalisis hubungan antara

komponen ekosistem, perubahan

materi dan energi serta peranan

Manusia dalam keseimbangan

ekosistem

4.2 Menjelaskan keterkaitan antara

kegiatan manusia dengan masalah

perusakan/pencemaran lingkungan

dan pelestarian lingkungan

4.3 Menganalisis jenis-jenis limbah

dan daur ulang limbah

Sumber: Standar isi satuan pendidikan dasar dan menengah

Berdasarkan rumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada

kurikulum, maka muatan materi pencemaran dan perubahan lingkungan yang dapat

diajarkan pada SMA kelas X semester dua, dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Keseimbangan Lingkungan

Suatu lingkungan dikatakan seimbang apabila dinamika dalam ekosistem

yang meliputi rantai makanan, jaring-jaring makanan, dan tiap-tiap organisme pada

Page 52: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

tingkat trofi berperan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Keseimbangan

lingkungan tersebut ditentukan oleh keseimbangan ekosistem yang terdiri atas

keseimbangan antara aliran energi yang masuk dan energi yang digunakan,

keseimbangan antara bahan makanan yang terbentuk dan bahan makanan yang

digunakan, serta keseimbangan antara komponen biotik dan komponen abiotik.

Dengan demikian, tidak ada satu pun makhluk hidup yang berkembang lebih cepat

dan mendominasi organisme lainnya. Inti dari permasalahan dari lingkungan adalah

ketidakseimbangan yang terjadi dalam hubungan antar komponen lingkungan akibat

perubahan. Lingkungan adalah sistem yang merupakan kesatuan ruang dengan semua

benda, daya, keadaan dan mahkluk hidup, termasuk didalmnya manusia dan

prilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia

serta mahkluk hidup lainnya.

2. Perubahan lingkungan

Terjadinya perubahan lingkungan akan mempengaruhi keberadaan atau

kelangsungan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Makhluk hidup pada suatu

lingkungan selalu tergantung antara satu dengan yang lain. Jika ada salah satu

komponen yang berubah, akan menyebabkan perubahan pada makhluk hidup lain

yang tidak mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Faktor-faktor apa

sajakah yang dapat menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan.

a. Faktor alam

Lingkungan dalam suatu ekosistem dapat mengalami perubahan sebagian atau

menyeluruh. Biasanya perubahan total terjadi akibat bencana alam, seperti banjir,

Page 53: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

lahar panas atau lahar dingin, letusan gunung berapi, gempa, gelombang tsunami, dan

lain-lain. Bagaimana keadaan suatu wilayah jika terkena suatu bencana

Terjadinya kerusakan atau perubahan yang diakibatkan oleh faktor alam dapat

merusak habis semua komunitas yang ada di lingkungan tersebut. Komunitas itu akan

muncul kembali (suksesi) yang membutuhkan waktu cukup lama, bahkan sampai

ratusan tahun, contohnya suksesi pada Gunung Krakatau akibat letusan dahsyat yang

terjadi lebih dari 150 tahun yang lalu.

b. Faktor manusia

Sumber daya alam yang ada di lingkungan alam sekitar kita bisa berupa

pangan, sandang, papan, transportasi, berbagai macam peralatan, dan mesin-mesin

industri. Semakin besar jumlah populasi manusia dan semakin maju teknologi,

semakin banyak pula ragam dan jumlah sumber daya alam yang dapat diambil dari

lingkungan sehingga semakin besar kerusakan yang timbul akibat dari kegiatan

manusia tersebut. Contohnya, akhir-akhir ini di Pulau Kalimantan dan Sumatera

sering terjadi pembakaran hutan secara besar-besaran. Selain merusak lingkungan

setempat, kebakaran hutan juga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan

sekitarnya.

3. Pencemaran Lingkungan

Masuknya bahan ke dalam lingkungan yang menyebabkan

gangguan terhadap makhluk hidup di dalamnya disebut pencemaran. Jadi,

pencemaran lingkungan terjadi akibat dari kumpulan kegiatan manusia

(populasi) dan bukan dari kegiatan perorangan (individu), selain itu

Page 54: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

pencemaran dapat diakibatkan oleh faktor alam, contoh gunung meletus

yang menimbulkan abu vulkanik, seperti meletusnya Gunung Merapi

belum lama ini. Manusia tidak dapat mencegah pencemaran lingkungan

yang diakibatkan oleh faktor alam, tetapi hanya dapat mengendalikan

pencemaran yang diakibatkan oleh faktor kegiatan manusia itu sendiri

seperti limbah rumah tangga, industri, zat-zat kimia berbahaya, tumpahan

minyak, asap hasil pembakaran hutan dan minyak bumi serta limbah

nuklir. Manusia tidak dapat mencegah pencemaran tersebut, tetapi dapat

berusaha mengurangi terjadinya pencemaran dan dampak yang

ditimbulkannya. Mengapa kita harus dapat mencegah terjadinya

pencemaran lingkungan agar tidak berlanjut, Karena semua makhluk

hidup yang ada di bumi ini mempunyai kemampuan beradaptasi yang

terbatas terhadap perubahan lingkungannya. Pencemaran lingkungan dapat

berupa pencemaran air, pencemran udara, pencemaran tanah.

4. Etika lingkungan

Istilah etika berasal dari kata etis yang berarti pantas atau sopan santun. Etika

artinya penilaian terhadap tindakan moralitas (tingkah laku atau perbuatan) yang baik

atau tidak baik dilakukan dan merupakan hokum tidak tertulis. Etika berasal dari

kesadaran moral seseorang dan tidak ada yang mengawasi. Seseorang yang beretika

tinggi di manapun berada ia akan tetap menjaga perilakunya dengan baik. Etika

lingkungan adalah kebijakan moral manusia dalam bergaul dengan lingkungannya.

Page 55: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

Etika ini diperlukan agar manusia mempertimbangkan setiap aktivitasnya dengan

cermat, sehingga tidak merugikan keseimbangan lingkungan

5. Pengelolaan Limbah

Aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari, seperti

pertanian, aktivitas rumah tangga, industri, dan kegiatan pertambangan banyak

menghasilkan limbah. Limbah merupakan sumber daya alam yang telah kehilangan

fungsinya. Limbah disebut juga sebagai entropi, yaitu sisa energi yang tidak

dimanfaatkan. Keberadaan limbah di dalam lingkungan sangat mengganggu, baik

dalam hal keindahan, kenyamanan, maupun kesehatan. Dalam hal keindahan,

tumpukan sampah yang menggunung merupakan pemandangan yang mengganggu.

Sedangkan gangguan kenyamanan misalnya dialami oleh penduduk yang tinggal di

dekat jalur lalu lintas kendaraan, atau dekat stasiun maupun bandara. Adapun

gangguan kesehatan, dialami oleh penduduk dekat lokasi pabrik yang setiap hari

menghirup limbah pabrik berupa gas yang keluar dari cerobong asap pabrik.

Akumulasi limbah (sisa hasil buangan) mempunyai potensi sebagai polutan

(penyebab polusi). Oleh karena itu, adanya limbah perlu mendapat perhatian saksama

dan penanganan semaksimal mungkin, sebelum menimbulkan kerugian-kerugian

yang lebih besar bagi masyarakat. Berdasarkan komponen penyusunnya, limbah

dibagi menjadi dua, yaitu limbah organik dan limbah anorganik. Limbah organik

merupakan limbah yang berasal dari bagian organisme, yang dapat terurai secara

Page 56: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

alami. limbah anorganik relatif sulit terurai, dan mungkin beberapa bisa terurai

tetapi memerlukan waktu yang lama.

F. Kerangka Pikir

Pada prinsipnya peserta didik memiliki potensi dalam dirinya untuk

mengembangkan kemampuannya dalam belajar. Sebagai manusia yang memiliki

potensi tentunya seorang pendidik harus bisa menggali dalam proses

pembelajarannya. Namun kenyataannya masih banyak pendidik belum bisa

mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. Proses belajar tidak sekadar

menghafal konsep-konsep tetapi bagaimana menghubungkan konsep tersebut

sehingga menghasilkan pemahaman yang baik dalam proses belajarnya

Seorang siswa harus bisa lebih aktif dan berpikir lebih kreatif, kritis dalam

dan mampu bekerjasama dengan orang lain untuk permasalahan yang diberikan

seorang guru. Salah satu pendekatan yang dikembangkan dalam permasalahan yang

dihadapi siswa yaitu dengan menggunakan pembelajaran Kooperatif tipe think pair

Share. Diharapkan dengan pendekatan siswa akan mampu saling berbagi informasi

dan bekerjasama dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang diberikan. Salah

satu pendekatan yang dapat meningkatkan aktivitas siswa agar dapat berpikir lebih

kretaif dan kritis yaitu dengan pendekatan Pemberdayaan Berpikir Melalui

Pertanyaan (PBMP), Kemampuan berpikir memiliki peran yang sangat penting dalam

menentukan keberhasilan belajar seorang siswa.

Page 57: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN

Oleh karena itu, untuk memfasilitasi dari permasalahan tersebut perlunya

untuk mengembangkan suatu perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kedua

pendekatan tersebut. Diharapkan bisa memecahkan salah satu permasalahan yang ada

dalam pembelajaran khusus materi pencemaran dan perubahan lingkungan.

Pengembangan perangkat pembelajaran akan mengacu pada model pengembangan

four-D yang menghasilkan RPP, buku siswa, dan LKS

Gambar kerangka pikir penelitian

Gambar: 2.6 kerangka pikir penelitian Pengembangan perangkatpembelajaran

Siswa memiliki potensi dalam dirinya Hal-hal tersebut antara lain kemampuan berpikir dalam pemahaman konsep.

Model Pembelajaran

Pengembangan Perangkat Pembelajaran

RPP

Penguasaan Materi

Pemberdayaan Berpikir melalui Pertanyaan (PBMP)

Kooperatfi tipe think pair share

Buku Siswa LKS

Model Pengembangan 4-D

Perangkat Pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif think pair share dengan Pendekatan PBMP (RPP,Buku siswa, dan

LKS) yang valid, praktis, dan efektif

Page 58: CONTOH PENGEMBANGAN LANJUTAN