pemanfaatan bivalvia
-
Upload
restyzoldyckrafvansmom -
Category
Documents
-
view
341 -
download
6
description
Transcript of pemanfaatan bivalvia
TUGAS TERSTRUKTUR PEMANFAATAN SUMBERDAYA LAUTPEMANFAATAN SUMBERDAYA BIVALVIA LAUT
Oleh:Kelompok 4
Wulan Nurkhasanah H1K009021Haryo Setiyanto W H1K009023Alferrio Imran H1K009025Nila Hutabarat H1K009026Resty Linuwih H1K009027Tomy Adilla Rizky H1K009028
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTANJURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNIKUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO
2012
I. PENDAHULUAN
Bivalvia adalah kelas dalam moluska yang mencakup semua kerang-
kerangan. Ciri utama dari kelas ini adalah tubuhnya yang tertutup oleh dua
cangkang sehinggaa disebut dengan "bivalvia" yang berarti dua cangkang.
Selain itu, bivalvia memiliki nama lain yaitu Lamellibranchia dan Pelecypoda.
Di daerah tropis terdapat bermacam-macam bivalvia seperti tiram, remis
dan kerang, terutama di daerah pantai yang berhutan bakau (Daluningrum,
2009).
Kerang-kerangan banyak bermanfaat dalam kehidupan manusia sejak
masa purba. Dagingnya dimakan sebagai sumber protein. Cangkangnya
dimanfaatkan sebagai perhiasan, bahan kerajinan tangan, bekal kubur, serta
alat pembayaran pada masa lampau. Mutiara dihasilkan oleh beberapa jenis
tiram. Pemanfaatan modern juga menjadikan kerang-kerangan sebagai
biofilter terhadap polutan.
Gambar 1. Bivalvia (sumber: Kunstformen, 1904)
Bivalvia merupakan organisme yang mempunyai banyak manfaat
seperti mengahasilkan glikoprotein sebagai zat imunomodulator, sebagai
bahan membuat lem kaca, sebagai penghasil asam amino, sebagai sumber
makanan, sumber ekonomi penting, bahan bangunan, kerajinan tangan,
sebagai bioindikator perairan, dan sebagai senyawa antibakteri.
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Deskripsi Sumberdaya Bivalvia Laut
Kerang atau Bivalvia adalah hewan air yang termasuk hewan bertubuh
lunak (moluska). Kerang merupakan moluska dengan sepasang cangkang,
hidup pada kedalaman sampai 5000 meter, umumnya terdapat di dasar
perairan berlumpur atau berpasir (Suwignyo et al. 2005). Semua kekerangan
memiliki sepasang cangkang (disebut juga cangkok atau katup) yang
biasanya simetris, terhubung dengan suatu ligamen (jaringan ikat). Kerang
memiliki dua otot adduktor yang mengatur buka-tutupnya cangkang. Kerang
tidak memiliki kepala juga otak dan hanya simping yang memiliki mata.
Organ yang dimiliki adalah ginjal, jantung, mulut, dan anus. Kerang dapat
bergerak dengan “kaki” berupa organ pipih yang dikeluarkan dari cangkang
sewaktu-waktu.
Gambar 1. Struktur Luar Bivalvia(sumber :Ilman et al, 2009)
Hewan ini memiliki dua kutub (bi = dua, valve = kutub) yang
dihubungkan oleh semacam engsel, sehingga disebut Bivalvia. Kelas ini
mempunyai dua cangkok yang dapat membuka dan menutup dengan
menggunakan otot aduktor dalam tubuhnya. Cangkok ini berfungsi untuk
melindungi tubuh. Cangkok di bagian dorsal tebal dan di bagian ventral tipis.
Kepalanya tidak nampak dan kakinya berotot. Fungsi kaki untuk merayap
dan menggali lumpur atau pasir.
Menurut Franc, A. 1960 bahwa Cangkang/rumah Pelecypoda terdiri atas
bagian-bagian berikut :
Periostrakum, Periostrakum merupakan lapisan terluar,
dibentuk dari zatkitin yang disebut konkiolin berfungsi sebagai
pelindung. Jika basah berwarna biru tua, jika kering berwarna
coklat.
Prisma, Prisma merupakan lapisan tengah yang tersusun dari
kristal kalsit.
Nakre, Nakre disebut sebagai lapisan induk mutiara yang
tersusun dari lapisanlapisan tipis paralel dan kalsit (karbonat)
yang tampak mengkilat.
Mantel, Mantel terletak di bawah nakreas yang terdiri atas sel-
sel nakreas (yangsekretnya membentuk lapisan nakreas dan
membentuk mutiara) jaringan ikat, dan sel-sel epitelium yang
bersilia.
Gambar 2. (kiri) penampang melintang tubuh Bivalvia ; (kanan) penampang melintang cangkok dan mantel (Sumber : sumber : Ilman et al,
2009)
Pelecypoda (pelekis = kapak kecil; podos = kaki). Kerang bernafas
dengan dua buah insang dan bagian mantel. Insang ini berbentuk lembaran-
lembaran (lamela) yang banyak mengandung batang insang. Sementara itu
antara tubuh dan mantel terdapat rongga mantel. Rongga ini merupakan
jalan masuk keluarnya air.
Sistem pencernaan dimulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus
dan akhirnya bermuara pada anus. Anus ini terdapat di saluran yang sama
dengan saluran untuk keluarnya air. Sedangkan makanan golongan hewan
kerang ini adalah hewan-hewan kecil yang terdapat dalam perairan berupa
protozoa diatom, dll. Makanan ini dicerna di lambung dengan bantuan getah
pencernaan dan hati. Sisa-sisa makanan dikeluarkan melalui anus.
Gambar 3. Anatomi Bivalvia (sumber : Ilman et al, 2009)
Sistem sirkulasinya terbuka, berarti tidak memiliki pembuluh darah.
Pasokan oksigen berasal dari darah yang sangat cair, kaya nutrisi dan
oksigen yang menyelubungi organ-organnya. Makanan kerang adalah
plankton, dengan cara menyaring. Kerang sendiri merupakan mangsa bagi
cumi-cumi dan hiu. Semua kerang adalah jantan ketika muda kemudian
beberapa akan menjadi betina seiring dengan kedewasaan (Suwignyo et al.
2005).
Tabel 1 Kandungan gizi dan mineral kerang per 100 gram.
Sumber : Poedjiadi (1994)
Jika diamati, cangkangnya terbagi dalam dua belahan yang diikat oleh
ligamen sebagai pengikat yang kuat dan elastis. Ligamen ini biasanya selalu
terbuka, apabila diganggu, maka akan menutup. Jadi, membuka dan
menutupnya cangkang diatur oleh ligamen yang dibantu oleh dua macam
otot, yaitu pada bagian anterior dan posterior. Tampak garis konsentris yang
sejajar, garis ini disebut sebagai garis pertumbuhan yang menunjukkan
masa pertumbuhan lamban atau tidak ada pertumbuhan. Garis ini berselang
seling dengan pita pertumbuhan yang menunjukkan pertumbuhan cepat.
Semakin banyak garis dan pita pertumbuhan, maka makin tua umur hewan
tersebut. Bagian cangkang yang paling tua biasanya paling tebal, menonjol,
Komposisi Kadar (g)
Air 85
Lemak 1.1
Protein 8.0
Abu 2.3
Mineral Kadar
Kalsium 45.76
Besi 13.95
Magnesium 8.89
Fosfor 168.96
Kalium 313.72
Seng 1.36
Selenium 24.29
letaknya pada bagian persendiaan yang disebut umbo. Pada bagian posterior
cangkang ada dua macam celah yang disebut sifon. Celah yang berada di
dekat anus dinamakan sifon, berfungsi untuk keluar masuknya air dan zatzat
sisa. Sebaliknya sifon masuk terletak di bagian sebelah bawah sifon keluar
yang berfungsi untuk masuknya oksigen, air, dan makanan (Ilman et al,
2009).
II.2. Contoh – contoh Pemanfaatan
II.2.1. Penghasil Glikoprotein Sebagai Zat Imunomodulator
Bivalvia dapat hidup di lingkungan yang bersih maupun tercemar. Bila
hidup di lingkungan perairan yang tercemar maka ia akan memiliki sistem
pertahanan tubuh yang spesifik termasuk melawan zat-zat yang bersifat
racun dan karsinogenik. Kerang mengandung senyawa glikoprotein yang
dapat berperan sebagai zat imunomodulator dengan aktivitas tinggi (Balai
penelitian Perikanan Laut, 1998).
Glikoprotein adalah senyawa kompleks antara protein dengan rantai
oligosakarida (glikan) yang terikat secara kovalen. Glikoprotein terdapat
pada tubuh manusia, hewan, virus, bakteri, jamur dan tumbuhan dengan
fungsi yang beragam, misalnya sebagai: molekul struktural, pelumas dan
bahan pelindung, molekul pengangkut (vitamin, lipid, mineral dan unsur
runutan), molekul imunplogik, hormon, enzim, tempat
pengenalan/pengikatan sel-sel, lektin dan zat antibeku. Berat molekul
glikoprotein berkisar antara 15.000 sampai lebih dari 1.000.000 (Murray, R.K,
2002).
Banyak kasus penyakit sebagai akibat dari terjadinya penyimpangan
atau gangguan metabolisme dalam sistem reseptor pada membran sel.
Glikoprotein sebagai salah satu komponen membran sel memegang peranan
penting dalam mempertahankan kondisi metabolisme normal di dalam
membrane sel. Kerusakan sistem membran sel dapat terjadi akibat fraksi
protein atau karbohidrat mengalami mutasi atau kerusakan oleh bahan kimia
atau virus sehingga menyebabkan sinyal-sinyal reaksi untuk proses
metabolisme tidak dapat berjalan dengan lancar atau menjadi terganggu.
Akibat selanjutnya adalah timbul rasa tidak nyaman pada tubuh yang
dirasakan sebagai kelainan atau penyakit (Balai penelitian Perikanan Laut,
1998).
Air rebusan daging kerang Patinopectan yanoensis yang selama ini
tidak pernah digunakan, ternyata mengandung senyawa glikoprotein yang
dapat berperan sebagai zat imunomodulator atau sebagai antitumor (Sasaki
T, 1987). Kandungan glikoprotein dalam daging kerang diperkirakan sekitar
0,5% sehingga tidak mungkin bagi kita untuk mendapatkan glikoprotein dari
kerang secara langsung. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk
mendapatkan glikoprotein dari daging kerang, dengan kemungkinan
selanjutnya dapat dibuat menjadi sediaan sebagai makanan suplemen
(supplement food).
Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi glikoprotein dan analisis
komposisi asam amino glikoprotein dari jenis kerang hijau (Mytilus viridis),
kerang darah (Anadara granosa) dan kerang bulu (Anadara maculosa) yang
diambil dari nelayan di pantai teluk Jakarta pada bulan Desember 2002.
Ekstraksi glikoprotein dari masing-masing daging kerang yang dilakukan
selama 60 menit menghasilkan kadar glikoprotein lebih banyak dari pada
selama 30 menit. Ekstraksi glikoproteindari masing-masing daging kerang
yang dilakukan selama 60 menit menghasilkan kadar asam aminoyang lebih
banyak dari pada selama 30 menit. Waktu perebusan yang sama terhadap 3
jeniskerang yang diteliti menghasilkan kadar glikoprotein yang berbeda
cukup jauh, diduga karena adanya perbedaan lokasi dan habitat tempat
hidup kerang tersebut sehingga berbeda ketersediaan makanannya.
II.2.2. Sebagai Bahan Pembuat Lem Kaca
Kandungan terbesar kulit kerang berupa kalsium karbonat, magnesium
karbonat, kalsium fosfat, dan sebagian kecil materi anorganik lain. Bahan-
bahan tersebut sering digunakan sebagai filler pada produksi cat, kertas,
adhesif, kosmetik, semen adhesif dan lain-lain. Materi ini juga merupakan
bahan dasar pada pembuatan kaca. Kandungan chitin sekitar 3,6% juga
dapat digunakan sebagai adhesive (Douglas, 1974; Indra dan Syafsir, 1993).
Bahan adhesif kaca umumnya berupa adhesif anorganik seperti natrium
silika, dan adhesive selulosa. Komponennya terdiri atas pengencer, katalis,
pengeras, inhibitor, modifier, bergantung dari sifat adhesive yang
dikehendaki.
Kulit kerang yang digunakan diambil dari jenis dan tempat yang sama
agar memiliki kandungan serta lingkungan kimia yang sama. Pada proses
pembuatan lem pertama kali dilakukan pelarutan gum dalam air, putih telur
ditambahkan ketika gum telah berbentuk gel, kemudian ditambahkan bubuk
kulit kerang. Komposisi tiap campuran lem diperlihatkan pada Tabel 1 dan
Tabel 2.
Tabel 1.Komposisi lem dengan variasi jumlah kulit kerang
Tabel 2. Komposisi lem dengan variasi jumlah gum arabik
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kuat geser yang diperoleh
pada produk lem 4A yang memiliki kandungan kulit kerang sebanyak 75
gram memiliki kuat geser terbesar yaitu 12,760.105 NM–2. Uji berikutnya
adalah untuk komposisi yang memvariasikan jumlah gum Arabik. Kuat geser
terbesar diperoleh pada produk lem 1B dengan jumlah gum arabik 9,0091
gram, baik pada kaca 3 mm maupun 5 mm dengan waktu pengeringan 11
hari.
Data yang didapat dari penelitian memperlihatkan bahwa gum
berfungsi sebagai bahan peliat yang dapat menyebabkan produk lem
menjadi lebih ulet, tetapi dalam jumlah yang lebih besar, proses
pengeringan lebih lama dan kuat geser juga menurun. Gum dan putih telur
yang memiliki sifat dasar rekat, kurang optimal jika tidak ditambahkan zat
pengisi (filler), dalam hal ini kulit kerang.
Dengan membandingkan lem penelitian dengan lem pembanding yang
beredar dipasaran dilakukan pengujian pada kondisi yang serba sama
meliputi dimensi kaca, ketebalan, lama pengeringan, dan lingkungan
kimianya. Tampak bahwa lem pembanding juga tidak tahan terhadap
lingkungan asam meskipun penurunannya lebih kecil 50% dibandingkan
produk lem hasil penelitian. Tetapi pada lingkungan basa, lem hasil
penelitian justru lebih baik daripada lem pembanding.
Dari hasil uji penyimpanan, lem penelitian terdapat timbulnya
jamur.Hal ini dapat disebabkan adanya beberapa faktor seperti kemasan
yang tidak steril, suhu penyimpanan tidak sesuai, serta kandungan air yang
terdapat pada produk lem.
Uji Volatilitas berpengaruh dari segi penampakan lem, kerataan
rekatan, dan cepat atau tidaknya lem mongering pada saat digunakan.
Volatilitas produk lem penelitian jauh lebih tinggi dari pembandingnya. Nilai
ini masih dapat diperbaiki dengan meningkatkan homogenitas produk lem.
Kulit kerang memiliki kandungan rata-rata 76,64% CaCO3 yang
berfungsi sebagai filler dan pengeras yang mampu memperbaiki sifat kerja
lem dari segi kuat geser. Komposisi optimal produk lem adalah 68,45% kulit
kerang; 8,22% gum arabik; 1,42% putih telur; dan 21,90% air. Kuat geser
optimal teramati pada waktu pengeringan 11 hari, sebesar 16,620.105 NM–
2.
Lingkungan kimia juga berpengaruh terhadap kuat geser dengan
penurunan sebesar 64,33% pada lingkungan asam; penurunan 17,96% pada
lingkungan berair; dan penurunan sebesar 1,83% pada lingkungan basa.
Penyimpanan lem dalam kemasan kedap udara, diketahui adanya
pertumbuhan jamur pada minggu keempat. Sementara itu volatilitas produk
lem sebesar 23,14% dengan nilai viskositas 909,5830 poise.
II.2.3. Sebagai Penghasil Asam Amino
Bivalvia sebagai bahan pangan memiliki banyak kandungan yang baik
bagi manusia. Salah satunya asam amino yangmerupakan komponen
penyusun protein yang dihubungkan oleh ikatan peptida (Sitompul 2004). Asam
amino terdiri dari 2 jenis yaitu asam amino esensial dan asam amino non-
esensial. Dalam bivalvia terkandung kedua jenis asam amino tersebut.
Beberapa asam amino esensial yang terkandung dalam bivalvia yaitu histidin,
treonin, arginin, valin, metionin, isoleusin, leusin, fenialanin, lisis. Asam amino
non esensial pada bivalvia diantaranya asam aspartat, tironin, alanin, glisin,
serin, asam glutamat. Kegunaan dari masing-masing asam amino yaitu :
a. Asam amino histidin diperoleh dari hasil hidrolisis protein yang terdapat
pada sperma suatu jenis ikan (kaviar). Histidin berfungsi mendorong
pertumbuhan dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak (Edison 2009).
Asam amino ini juga bermanfaat baik untuk kesehatan radang sendi. Histidin
merupakan asam amino yang esensial bagi perkembangan bayi, tetapi tidak
diketahui pasti apakah dibutuhkan oleh orang dewasa (Linder 1992).
b. Treonin dapat meningkatkan kemampuan usus dan proses pencernaan,
mempertahankan keseimbangan protein, penting dalam pembentukan
kolagen dan elastin, membantu fungsi hati, jantung dan sistem syaraf pusat
serta mencegah serangan epilepsi (Harli 2008).
c. Arginin adalah asam amino yang dibentuk di hati dan beberapa
diantaranya terdapat dalam ginjal. Arginin bermanfaat untuk meningkatkan
daya tahan tubuh atau produksi limfosit, meningkatkan pengeluaran hormon
pertumbuhan (HGH) dan meningkatkan kesuburan pria (Linder 1992).
d. Valin merupakan asam amino rantai bercabang yang berfungsi sebagai
prekursor glukogenik. Valin sangat penting untuk pertumbuhan dan
memelihara jaringan otot. Valin juga dapat memacu kemampuan mental,
memacu koordinasi otot, membantu perbaikan jaringan yang rusak dan
menjaga keseimbangan nitrogen (Harli 2008). Kekurangan asam amino ini
dapat menyebabkan kehilangan koordinasi otot dan tubuh menjadi sangat
sensitif terhadap rasa sakit, panas dan dingin (Edison 2009).
e. Metionin penting untuk metabolisme lemak, menjaga kesehatan hati,
menenangkan syaraf yang tegang, mencegah penumpukan lemak di hati
dan pembuluh darah arteri terutama yang mensuplai darah ke otak, jantung
dan ginjal, penting untuk mencegah alergi, osteoporosis, demam rematik,
dan detoksifikasi zat-zat berbahaya pada saluran pencernaan. Metionin
memberikan gugus metal untuk sintesis kolin dan kreatinin. Metionin juga
diperlukan tubuh untuk membentuk sistein (Edison 2009).
f. Isoleusin diperlukan untuk pertumbuhan yang optimal, membantu dalam
perbaikan jaringan yang rusak, perkembangan kecerdasan,
mempertahankan keseimbangan nitrogen tubuh, pembentukan asam amino
non esensial lainnya dan pembentukan hemoglobin serta menstabilkan
kadar gula darah. Kekurangan isoleusin dapat memicu gejala hypoglycemia
(Harli 2008).
g. Leusin dapat memacu fungsi otak, menambah tingkat energi otot,
membantu menurunkan kadar gula darah yang berlebihan, membantu
penyembuhan tulang, jaringan otot dan kulit (terutama untuk mempercepat
penyembuhan luka post-operative). Leusin juga berfungsi dalam menjaga
sistem imun (Edison 2009) .
h. Fenilalanin merupakan prekursor tirosin. Fenilalanin diperlukan oleh
kelenjar tiroid untuk menghasilkan tiroksin yang dapat mencegah penyakit
gondok. Selain itu, fenilalanin juga berfungsi memproduksi epinefrin dan
neropinefrin . Asam amino ini dipakai untuk mengatasi depresi juga untuk
mengurangi rasa sakit akibat migrain, menstruasi dan arthritis,
menghasilkan neropinephrine otak yang membantu daya ingat dan daya
hafal, serta mengurangi obesitas (Harli 2008).
i. Lisin berfungsi sebagai bahan dasar antibodi darah, memperkuat sistem
sirkulasi, mempertahankan pertumbuhan sel-sel normal bersama prolin dan
vitamin C akan membentuk jaringan kolagen, menurunkan kadar trigliserida
darah yang berlebih. Kekurangan lisin dapat menyebabkan mudah lelah,
sulit konsentrasi, rambut rontok, anemia, pertumbuhan terhambat dan
kelainan reproduksi (Edison 2009).
Kegunaan asam amino non esensial antara lain :
a. Asam glutamat dan asam aspartat dapat diperoleh masing-masing dari
glutamin dan asparagin. Gugus amida yang terdapat pada molekul glutamin
dan asparagin dapat diubah menjadi gugus karboksilat melalui proses
hidrolisis asam atau basa. Asam glutamat bermanfaat untuk menahan
konsumsi alkohol berlebih, mempercepat penyembuhan luka pada usus,
meningkatkan kesehatan mental serta meredam depresi. Asam aspartat
merupakan komponen yang berperan dalam biosintesis urea, prekursor
glukonik dan prekursor pirimidin. Selain itu asam aspartat bermanfaat untuk
penanganan pada kelelahan kronis dan peningkatan energi (Linder 1992).
b. Glisin adalah asam amino yang dapat menghambat proses dalam otak
yang menyebabkan kekakuan gerak seperti pada multiple sclerosis (Harli
2008).
c. Alanin merupakan asam amino dengan gugus R nonpolar yang digunakan
sebagai prekursor glukogenik dan pembawa nitrogen dari jaringan
permukaan untuk ekskresi nitrogen (Linder 1992).
d.Tirosin merupakan asam amino yang mempunyai gugus fenol dan bersifat
asam lemah. Asam amino ini dapat diperoleh dari kasein, yaitu protein
utama yang terdapat pada keju. Tirosin memiliki beberapa manfaat, yaitu
dapat mengurangi stress, anti depresi serta detoksifikasi obat dan kokain
(Linder 1992).
e. Serin merupakan komponen pada fosfolipid yang mengandung gugus
hidroksil. Serin digunakan sebagai prekursor etanolamin dan kolin (Linder
1992).
II.2.4. Sebagai Bahan Makanan dan Kerajinan
Satu alasan yang mendasari pemanfaatan bivalvia sebagai bahan
makanan adalah karena memiliki cita rasa lezat serta kandungan gizi yang
tinggi. Dody (2004) menyatakan bahwa hasil analisis proksimat dari daging
limpet (Bivalvia) diketahui 50% merupakan protein, 5% lemak, 5% abu, dan
sisanya air. Selain itu, daging dari beberapa jenis moluska dipercaya dapat
meningkatkan stamina (Setyono, 2006). Bahkan, di kalangan konsumen
Asia, daging kima dianggap mempunyai khasiat meningkatkan gairah
seksual (Ellis, 1999).
Beberapa jenis Bivalvia seperti Fimbria fimbricata, Fragum unedo,
Chlamys senatoria, Tellina virgata, Maleus maleus, Tapes literatus, dan
Timoclea marica merupakan jenis moluska yang paling banyak dimanfaatkan
karena langsung dapat diolah menjadi makanan. Sedangkan jenis Modiolus
philippinarum, Atrina vexillum, Pinna muricata, dan Spondylus spp. tidak
dapat langsung dimanfaatkan karena ada bagian dari dagingnya yang harus
dibuang karena mengandung racun. Kerang yang diperoleh biasanya dijual
di pasar, sebagian lagi dimanfaatkan untuk konsumsi pribadi. Patterson
(2004) menyatakan kerang remis, kerang simping (Chlamys spp.), dan tiram
mutiara merupakan beberapa jenis moluska yang diolah melalui teknik
pengasapan dan dijadikan makanan di seluruh belahan dunia. Kerang
simping asap merupakan makanan pembuka dan sering dijadikan cemilan.
Masyarakat Italia menjadikan kerang ini sebagai bumbu rahasia dalam
spaghetti.
Kelas Bivalvia terutama yang memiliki lapisan mutiara dapat dijadikan
hiasan, seperti familia Pteriidae, Pinnidae, dan Vulsellidae. Para pengrajin
hiasan biasanya membentuk cangkang kerang tersebut menjadi kepingan-
kepingan kecil, lalu dirangkai menjadi berbagai bentuk hiasan seperti
lukisan, lampu gantung, hiasan dinding dan lain-lain. Familia Tridacnidae
(kima) merupakan kelompok Bivalvia ekonomis penting karena nilai
cangkangnya. Calumpong (1992) menyatakan bahwa perdagangan
cangkang kima telah berlangsung sejak lama yang akhirnya memicu
terjadinya eksploitasi secara besar-besaran untuk mendapatkan
cangkangnya. Kini, perdagangan kima dan/atau produknya telah dibatasi
secara internasional oleh CITES (The Conservation International Trade in
Endangared Species).
Heslinga (1996) mendeskripsikan berbagai produk cangkang kima
yang menjadi komoditas perdagangan. Masyarakat di kawasan Asia Pasifik
telah membentuk cangkang kima, menjadi berbagai hiasan dan peralatan
yang indah, tahan lama, dan bermanfaat seperti berbagai ornamen,
peralatan masak (untuk salad, sashimi, saus), tempat sabun, asbak, lampu
hias, lampu kristal akrilik kulit kerang, tempat lilin, hiasan taman, anting-
anting, pin baju (bros), memo magnetik, gantungan kunci, hiasan akuarium
dan sebagai substrat akuarium.
Tabel ….. Pemanfaatan bivalvia (Kusnadi, 2008)
II.2.5. Sebagai Bioindikator Lingkungan
Kerang hijau hidup di perairan payau hingga laut dan memiliki sifat
menempel pada benda-benda yang ada di sekelilingnya, seperti kayu,
bambu, badan kapal, jaring, dan tempat budidaya ikan. Kerang hijau makan
dengan cara menyaring makanan yang terlarut di dalam air (filter feeder)
seperti limbah cair. Kerang hijau sangat subur hidup di teluk Jakarta
sehubungan dengan ketersediaan bahan organik yang digunakan sebagai
pakannya. Karena sifat kerang sebagai filter feeder organisme, maka dapat
menimbulkan bahaya untuk dikonsumsi, karena kerang hijau yang hidup
pada perairan tercemar maka dagingnya akan terakumulasi zat-zat beracun.
Menurut hutagalung (2001), kerang hijau mempunyai kemampuan
mengakumulasi logam berat pada lingkungan yang tercemar. Perairan teluk
Jakarta telah mengalami pencemaran oleh logam berat, bahkan telah
mencapai kepulauan Onrust seperti logam merkuri dan kadmiun yang
masing-masing mencapai kosentrasi 35 ppb dan 450 ppb.
Logam berat masuk kedalam tubuh kerang melalui mulut (oral),
insang, dan kulit, berada dalam sistem peredaran darah dengan terjadi
pengikatan hingga mencapai organ target. Dalam kurun waktu yang lama
telah terdapat akumulasi dalam jaringan daging, sehingga akan berpengaruh
terhadap aktivitas fisiologi dan biokimia tubuh kerang. Setyobudiandi (2004)
menyatakan bahwa matang gonad kerang hijau di teluk banten. Keadaan ini
menunjukkan bahwa pencemaran di teluk Jakarta telah berpengaruh pada
reproduksi kerang. Dengan demikian besar kemungkinan terdapat
bioakumulasi logam berat dalam gonad dan berpengaruh pada proses
oogenesis kerang hijau.
II.2.6.Pemanfaatan Komponen Bioaktif Kerang Darah sebagai
Senyawa Antibakteri
Kerang darah banyak ditemukan di sepanjang pantai di daerah tropis
dengan substrat lumpur halus atau kadang-kadang pasir berlumpur dan
dilindungi atau berasosiasi dengan pohon-pohon bakau. Kerang darah hidup
di daerah pasang surut, umumnya ditemukan pada lahan pantai yang
berada di antara daerah rataan pasang dan rataan surut berlumpur lunak
berbatasan dengan hutan bakau dengan habitat ideal berupa substrat
lumpur halus berukuran kurang dari 0,124 mm sebanyak 90% pada
hamparan pasang (tidal flat) yang terlindung dari ombak, di luar muara
sungai dengan salinitas 18-30 ppt.
Ekstrak kerang darah konsentrasi 2% diuji aktivitasnya sebagai
senyawa antibakteri terhadap dua jenis bakteri patogen yaitu
Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Davis dan Strout (1971) dalam
penelitiannya menjelaskan bahwa antibiotik dengan diameter zona hambat
20 mm atau lebih berarti sangat kuat, diameter zona hambat 10-20 mm
berarti kuat, diameter zona hambat 5-10 mm berarti sedang dan diameter
zona hambat 5 mm atau kurang berarti lemah.
Hasil pengujian menggunakan pelarut etil asetat memiliki daya hambat
sedang yaitu 6 mm terhadap E. Coli dan 7 mm terhadap S. aureus.
Komponen aktif pada kerang darah yang berpotensi sebagai senyawa
antibakteri bersifat semi polar karena terlarut pada pelarut etil asetat yang
bersifat semi polar. Ekstrak kerang darah memiliki aktivitas yang lebih lemah
dalam menghambat pertumbuhan E. Coli. Hal ini karena E. Coli lebih tahan
terhdap senyawa anti-bakteri dibandingkan S. Aureus.
Setelah dilakukan analisis fitokimia, menunjukkan bahwa ekstrak
kerang darah mengandung senyawa metabolit sekunder berupa alkaloid dan
steroid. Alkaloid dan steroid ini yang berfungsi sebagai antibakteri.
II.3. Alternatif – alternatif Pemanfaatan Yang Lain
II.3.1.
Penelitian Sarkono et al., 2010 mengujikan isolat bakteri yang diambil
dari cairan saluran pencernaan kerang abalon dengan bakteri indikator
Eschericia coli, Bacillus cereus dan Staphylococus aureus. Penelitian tersebut
menghasilkan zona jernih pada medium isolasi yang menunjukkan bahwa
isolat memiliki kemampuan membunuh bakteri indikator. Isolat bakteri
abalon ini setelah diidentifikasi merupakan bakteri asam laktat bergenus
Lactobacillus. Bakteri asam laktat dapat berfungsi sebagai probiotik pada
sistem pemeliharaan larva kerang mata tujuh. Probiotik ini bermanfaat untuk
menekan pertumbuhan mikroorganisme patogen dan penambah imunitas
larva abalon untuk meningkatkan sintasan larva yang dibudidayakan.
Penggunaan bakteri probiotik yang berasal dari induk abalon itu sendiri akan
mempermudah proses adaptasi bakteri probiotik saat diaplikasikan.
Penelitian terhadap abalon ini berpotensi besar dapat dilakukan pula pada
jenis-jenis bivalvia budidaya yang bernilai ekonomis. Kemiripan anatomi,
fisiologi, morfologi, dan tingkah laku antara abalon dan jenis-jenis bivalvia
kemungkinan akan didapatkan jenis-jenis bakteri saluran pencernaan yang
mirip pula. Potensi ini dapat digunakan untuk budidaya bivalvia bernilai
ekonomis untuk mempertinggi tingkat sintasan larva bivalvia sehingga
produksi meningkat.
III. PEMBAHASAN
IV. KESIMPULAN
V. DAFTAR PUSTAKA
Balai Penelitian Perikanan Laut. Prosedur analisis kimia ikan dan produk
olahan hasil-hasil perikanan. Jakarta: Balai penelitian Perikanan Laut; 1998.
hal.1- 16.
Murray RK. Glikoprotein. dalam: Murray, R.K.,D. Anner, P.A. Mayes dan V.M. Rodwell (Eds.).Biokimia Harper. Eds. 24. Jakarta: EGC; 2002. p.668-86.
Sasaki T, Uchida H, Uchida NA, Takasuka N,Tachibana Y, Nakamichi K. Antitumor and immunomodulatoryeffect of scallop. Nippon SuisanGakkaishi. 1987. 53(2): 287-72.
Douglas MC, 1974. Chemical and Process Technology Encyclopaedia. McGraw-Hill Book,
Company, USA.Doddy, S. 2004. Biologi Reproduksi Limpet-Tropis (Cellana testudinaria Linnaeus, 1758) di
Perairan Pulau-pulau Banda, Maluku. [Disertasi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
CITES (The Conservation International Trade in Endangared Species). 2007. Appendices
I, II and III. http://www.cites.org/eng/app/appendices.shtml..
Ellis, S. 1999. Aquafarmer information sheet: lagoon farming of giant clams (Bivalvia:
Tridacnidae). Center for Tropical and Subtropical Aquaculture Publication 139: 1-6.
Hartomo AJ dkk., 1992. Memahami Polimer dan Perekat. Andi Offset, Yogyakarta.Hutagalung, H.P. 2001. Mercury and Cadmium content in green mussel,
Mytilus viridis
L. From Onrust waters, Jakarta Bay Creator. Bull. Env. Cont. And Tox. 42(6): 814-820.
Indra dan Syafsir A, 1993. Hidrolisa Khitin Menjadi Pendukung Zat Padat, Laporan
Penelitian Program Studi Kimia FMIPAITS, Surabaya.Kusnadi. A., Teddy. T., Udhi. E. 2008. Inventarisasi Jenis dan Potensi Moluska
Padang Lamun di Kepulauan Kei Kecil, Maluku Tenggara. Biodiversitas Volume 9, Nomor 1 Hal: 30-34.
Setyobudiandi, I. 2004. Beberapa Aspek Biologi Reproduksi Kerang Hijau Perna viridis Linnaeus, 1758 pada Kondisi Perairan Berbeda. Desertasi. Pascasarjana. IPB. Bogor. p. 58-110.
Setyono, D.E.D. 2006. Karakteristik biologi dan produk kekerangan laut. Oseana 31 (1): 1-7
Sarkono, Faturrahman, Sofyan, Y. 2010. Isolasi dan identifikasi bakteri asam laktat dari induk abalon (Haliotis asinina) yang berpotensi sebagai kandidat probiotik. Bioteknologi, Vol. 7, No.2
Suwignyo S, Widigdo B, Wradiatno Y, Krisanti M. 2005. Avertebrata Air. Depok: Penebar Swadaya.
Patterson, J. 2004. Smoking: an ideal method to preserve mollusc meat. SPC Trochus Information Bulletin 11: 8-10
Edison T. 2009. Amino acid: Esensial for our bodies. http://livewellnaturally.com. Diakses tanggal 6 Desember 2012.
Linder MC. 1992. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme dengan Pemakaian Secara Kimia. Aminuddin P, Penerjemah. Jakarta: UI Press.
Harli M. 2008. Asam amino esensial. http://www.suparmas.com. [6 Desember 2012].
Sitorus, BR. Dermawan. 2008. Keanekaragaman dan Distribusi Bivalvia serta Kaitannya dengan Faktor Fisik-Kimia di Perairan Pantai Labu KabupatenSerdang. Tesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera UtaraMedan.
Calumpong, H.P. (ed.). 1992. The giant clam: an ocean culture manual. ACIAR Monograph No. 16. Sidney: ACIAR.
Heslinga, G. 1996. Clams to cash: How to make and sell giant clam shell products. Center for Tropical and Subtropical Aquaculture Publication 125: 1-35.