PELUMPUH OTOT
description
Transcript of PELUMPUH OTOT
PELUMPUH OTOT (MUSCLE RELAXANT)
Muscle relaxant
- Sangat bermanfaat pada anestesi umum
- Laringoskopi dan intubasi menjadi lebih mudah dan menghindari luka
- Muscle relaxation sangat bbermanfaat selama pembedahan dan control
ventilasi
Muscle relaxant yang ideal
- Non depolarization
- Onset cepat, durasi cepat
- Recovery cepat, potensi yang tinggi
- Tidak akumulasi, metabolite tidak aktif
- Efek kardiovaskular tidak ada
- Tidak histamine release
- Dinetralkan dengan antikolinesterase
Terminology muscle relaxant
- ED 50 : dosis yang dapat menyebabkan paralisis 50% kekuatan otot
- ED 90 : dosis yang dapat menyebabkan paralisis 90% kekuatan otot
- Onset : interval antara mulai injeksi sampai timbul efek maksimal
Akibat rangsang terjadi depolarisasi pada terminal saraf. Influks ion
kalsium memicu keluarnya asetilkolin sebagai transmitter saraf. Asetilkolin saraf
akan menyebrang dan melekat pada reseptor nikotinik-kolinergik di otot. Jika
jumlahnya cukup banyak, maka akan terjadi depolarisasi dan lorong ion terbuka,
ion natrium dan kalsium masuk dan ion kalium keluar, terjadilah kontraksi otot.
Asetilkolin cepat di hidrolisa oleh asetilkolin-esterase (kolin-esterase) khusus
atau murni) menjadi asetil dan kolin, sehingga lorong tertutup kembali terjadilah
repolarisasi.
Pembagian pelumpuh otot
1. Pelumpuh otot depolarisasi
Pelumpuh otot depolarisasi (nonkompetitif, leptokurare) bekerja seperti
asetilkolin, tetapi di celah saraf otot tidak dirusak oleh kolinesterase, sehingga
cukup lama berada di celah sinaptik, sehingga terjadilah depolarisasi yang
ditandai oleh fasikulasi yang disusul relaksasi otot lurik .
Termasuk golongan pelumpuh otot depolarisasi adalah suksinilkolin
(diasetilkolin) dan dekametonium.
a. Suksinilkolin
mekanisme kerja
obat penyekat neuromuscular depolarisasi, suksinilkolin melekat pada
resptor nikotinik dan bekerja mirip asetilkolin untuk mendepolarisasi sambungan.
Tidak seperti asetilkolin yang segera dirusak oleh asetilkolinesterase, mak obat
depolarisasi ini kadarnya tetap tinggi dalam celah sinaptik dan tetap melekat pada
reseptor dalam jangka waktu yang relative lama, dan terus menerus memacu
reseptor.
Obat depolarisasi ini mula-mula membuka kanal natrium yang
berhubungan dengan ressptor nikotinik, yang menyebabkan depolarisasi reseptor
(Fase I). Keadaan ini menimbulkan suatu gerakan berkerut sesekali pada otot
(fasikulasi). Ikatan yang berlanjut dari obat ini melumpuhkan reseptor sehingga
tidak mampu lagi mentranmisi impuls lebih lanjut. Setleah beberapa saat,maka
depolarisasi ini justru menimbulkan repolarisasi bertahap seiring dengan
menutupnya kanal natrium atau tersekat. Keadaan ini tidak emmungkinkan
(tahan) terhadap depolarisasi (fase II) dan terjadi kelumpuhan fleksid.
Efek
Sesuai yang terjadi pada penyekat kompetitif, otot-otot pernapasan lumpuh
belakangan. Suksinilkolin mengawali efeknya dengan fasikulasi otot secara
singkat, kemudian dilanjutkan dengan lumpuh beberapa menit. Obat ini tidak
menyebabkan penyekatan ganglion, kecuali pada dosis tinggi. Dalam keadaan
normal, lama kerja suksinilkolin sangat singkat sekali, karena obat ini cepat sekali
dirusak oleh kolinesterase dalam plasma.
Penggunaan terapi
Karena mula kerjanya cepat dan lama kerja singkat, suksinilkolin berguna
untuk intubasi endotrakeal cepat dibutuhkan selama indukasi anestesi (kerja cepat
sangat penting untuk emncegah aspirasi kandungan lambung selama intubasi).
Obat ini juga digunakan se;a,a terapi syok elektrokonvulsif (ECT).
Dosis rata-rata untuk intubasi pada orang dewasa 25-100mg. 1mg/kg.
Infuse 16µg/kg/menit. Efek terjadinya 10-30 detik.
Dosis 1,0-1,5 mg/kg iv akan menghasilkan onset paralise skeletal yang
cepat (30-60 detik) dengan durasi 5-10 menit.
Farmakokinetik
Suksinilkolin disuntikkan intravena. Kerjanya yang sangat singkat
(beberapa menit saja) disebabkan oleh hidrolisis cepat kolinesterase dalam
plasma. Oleh karena itu, obat ini biasanya diberikan dalam bentuk infuse terus
menerus.
Efek samping
- Hipertermia
Pemberian suksinilkolin terkadang menyebabkan hipertermia sangat berat
(dengan gejala kaku otot dan panas tubuh sangat tinggi), pada keadaan demikian
harus diobati dengan mendinginkan segera tubuh pasien dengan pemberian
dantrolen yang menghambat pelepasan Ca++ dari reticulum sarkoplasmik sel otot,
yang berarti mengurangi produksi panas dan melepaskan tonus otot
- Apnea
Pasien yang dasar genetiknya berkaitan dengan defisiensi kolinsterase plasma atau
adanya bentuk atipikal dari enzim tersebut sering terjadi apnea karena
kelumpuhan otot diafragma.
- Nyeri otot pasca pemberian
Nyeri otot dapat dikurangi dengan memberikan pelumpuh otot nondepolarisasi
dosis kecil sebelumnya. Mialgia terjadi sampai 90%, selain itu dapat terjadi
mioglobinuria, terutama pada otot leher, punggung, dan abdomen.
- Peningkatan tekanan intaokular
- Peningkatan tekanan intracranial
- Peningkatan tekanan intragastrik
- Peningkatan kadar kalium plasma
- Artimia jantung (berupa aritmia atau ventricular premature beat)
Pemberian SA atau dosis subparalisis dari OBNM nondepolarizing 1-3
menit sebelum pemberian SCH akan menurunkan respon jantung ini.
- Salivasi (efek muskarinik)
- Alergi, anafilaksis (efek muskarinik)
2. Pelumpuh otot non-depolarisasi
Pelumpuh otot nondepolarisasi (inhibitor kompetitif, takikurare) berikatan
dengan reseptor nikotinik-kolinergik, tetapi tidak menyebabkan depolarisasi,
hanya menghalangi asetil-kolin menempatinya, sehingga asetilkolin tak dapat
bekerja.
Efek
- Efek pada motor End Plate
Mencegah absorbsi asetilkolin kedalam reseptor kolinergik maka mancegah
terjadinya perubahan dalam endplate yang berarti mencegah terjadinya tonus
dan kontaksi otot.
- Respirasi
Paralise otot pernapasan dimulai dari otot dinding dada lalu difragma adalah
otot terakhir yang mengalami paralise
- Sirkulasi
Mungkin bisa terjadi hipotensi dengan tubokurarin , hipertensi dengan
pancuronium, takikardia dengan gallamine, dan ruam kulit dengan atracurium.
- GI
Spingter kardia pada lambung mungkin tidak benar-benar rileks dan masih
memiliki kekuatan gerakan sebesar 25 cm mmHg
- Alergi
Beberapa obat menimbulkan efek pembebasan histamine dari tubuh
- Efek sinergis dan relaksan
Pancuronium bersama atracurium efeknya saling menguatkan
Berdasarkan susunan molekulnya, maka pelumpuh otot nondepolarisasi
digolongkan menjadi:
- 1. bensiliso-kuinolium :d-tubokurarin, metokurin, atrakurium,
doksakurium, mivakurium.
- 2. steroid : pankuronium, vekuronium, pipekuronium, ropakuronium,
rokuronium
- 3. eter-fenolik : gallamin
- 4. nortoksiferin : alkuronium
Sedangkan berdasarkan lama kerja, pelumpuh otot nondepolarisasi dibagi menjadi
kerja panjang, sedang, pendek.
Tabel 1. muscle relaxan
Dosis awal
(mg/kg)
Dosis
rumatan
(mg/kg)
Onset
(menit)
Durasi
(menit)
Efek samping
Nondepol long acting
1. d-tubokurarin
(tubarin)
0,40-0,60 0,10 30-60 Histamine +
hipotensi
2. pankuronium 0,08-0,12 0,15-0,20 30-60 Vagolitik,
takikardi,
3. metakurin 0,20-0,40 0,05 40-60 Histamine
+hipotensi
4. pipekuronium 0,05-0,12 0,01-0,015 40-60 Kardiovaskular
satabil
5. doksakurium 0,02-0,08 0,005-0,010 45-60 Kardiovaskular
satabil
6. alkurium
(alloferin)
0,15-0,30 0,05 40-60 Vagolitik,
takikardi,
Nondepol intermediate acting
1. gallamin 4-6 0,5 30-60 Histamine
+hipotensi
2.atrakurium 0,5-0,6 0,1 2,5 20-45 Aman untuk
hepar, ginjal
3. vekuronium 0,1-0,2 0,015-0,02 2,5 25-45
4. rokuronium 0,6-1,0 0,10-0,15 1-1,5 30-60
5.
cistacuronium
0,15-2,0 0,02 30-45 isomer
atrakurium
Nondepol short acting
1. mivakurium 0,20-0,25 0,05 10-15 Histamine +
hipotensi
2. ropacuronium 1,5-2,0 0,3-0,5 15-30 Histamine +
hipotensi
Depol short acting
1. suksinilkolin 1,0 0,5-1
2.
dekametonium
1,0 3-10
Tabel 2. Perbedaan muscle relaxant depolarisasi dan non depolarisasi
depolarisasi Non depolarisasi
Menimbulkan fasikulasi otot (iv) Tidak ada fasikulasi otot pada iv
Efek meningkat pada antikolinesterase, suhu
tubuh (hipotermi), asetilkolin
Efek meningkat pada pemberian obat non depol
dietileter, halotan, enfluran, isofluran (volatile
anestesi)
Efek menurun dengan obat non depolarisasi
muscle relaxant, anestesi inhalasi
Efek menurun pada pemakaian
antikolinesterase suhu tubuh rendah, dep MR
epinefrin asetilkolin
Tidak ada antagonis, tidak dapat dilawan oleh
neostigmin dan obat antikolinesterase lain
Blok oleh non depol dapat dihilangkan oleh
antikolinesterase (neostigmin, prostigmin)
Onset cepat, durasi cepat Onset lama durasi lama
Serabut otot yang terdepolarisasi tidak
merespon terhadap stimuli . rantai natrium
terblokade terbuka
Diasosiasi cepat yang konstan pada reseptor,
tidak ada ikatan antara obat dan reseptor
Pemberian berulang atau terus menerus dapat
mengarah kepada blockade fase kedua
Pilihan pelumpuh otot
- gangguan faal ginjal : atrakurium, vekuronium
- gangguan faal hati :atrakurium
- miastenia gravis : jika dibutuhkan dosis 1/10 atrakurium
- bedah singkat : atrakurium, rokuronium, mivakuronium
- kasus obstetric : semua dapat digunakan, kecuali gallamin
Tanda-tanda kekurangan pelumpuh otot
- Cegukan (hiccup)
- Dinding perut kaku
- Ada tahanan pada inflasi paru
3. Penawar pelumpuh otot
Antagonis OBM non depolarizing drugs
Penawar pelumpuh otot atau antikolinesterase bekerja pada sambungan
saraf-otot mencegah antikolin-esterase bekerja, sehingga asetilkolin dapat
bekerja . antikolinesterase akan menghambat aktivitas dari asetilkolinesterase
sehingga menyebabkan akumulasi ach pada tempat nikotinik dan muskarinik.
Asetilkolisesterase yang sering digunakan adalah neostigmin (prostigmin)
dosis 0,04-0,08mg/kg, piridostigmin 0,1-0,4mg/kg, dan edrophonium
0,5-1,0mg/kg. Physostigmine (eserin) 0,01-0,03mg/kg hanya untuk penggunaan
per-oral.
Penawar pelumpuh otot bersifat muskarinik menyebabkan hipersalivasi,
keringatan. Bradikardi, kejang bronkus, hipermotilitas usus dan pandangan kabur,
sehingga pemberiannya harus disertai oleh obat vagolitik seperti atropine dosis
0,01-0,02mg/kg atau glikopirolat 0,005-0,01mg/kg sampai 0,2-0,3 mg apda
dewasa.
TUGAS ANESTESI
MUSCLE RELAXANT
Oleh :
1. ARIF FAJAR MAULANA (083100 )
2.FITRIA RATNA SARI (08310125)
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
RSUD TASIKMALAYA 2012