PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat...

46
PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN ANTIBIOTIKA DI APOTEK WILAYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2018 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi Oleh: Riska Yulia Antyta Bahat NIM : 148114078 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat...

Page 1: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN ANTIBIOTIKA

DI APOTEK WILAYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Riska Yulia Antyta Bahat

NIM : 148114078

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

i

PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN ANTIBIOTIKA

DI APOTEK WILAYAH KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Riska Yulia Antyta Bahat

NIM : 148114078

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk Tuhan Yesus Kristus yang selalu

menyertaiku di suka dan dukaku;

untuk Papah dan Adikku yang menjadi sumber semangatku;

untuk mendiang Mamah dan Adik bungsuku tersayang;

untuk rekan dan teman seperjuanganku;

serta untuk almamaterku.

There is no challenge so great

that the fire from deep within your soul cannot overcome it.

You are more powerful than you know.

-

drowning in reverse, Malia K. Auri

“”So do not fear, for I am with you;

do not be dismayed, for I am your God.

I will strengthen you and help you;

I will uphold you with my righteous right hand.”

Isaiah 41 : 10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

vii

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena hanya atas berkat

dan karunia-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan

skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan demi meraih

gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma.

Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan banyak

bantuan serta dukungan dari banyak pihak. Penulis ingin menyampaikan

ucapan terimakasih kepada:

1. Ibu Dra. Th. B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes, Ph.D., Apt selaku

pembimbing utama yang membimbing penulis hingga penulis

mampu menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Putu Dyana Christasani, M.Sc., Apt dan Bapak Dr. Yosef

Wijoyo, M.Si., Apt selaku dosen penguji yang telah membantu

penulis dalam menyempurnakan naskah skripsi.

3. Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Pemerintahan Kota

Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian sehingga

penelitian ini dapat terlaksana.

4. Bapak dan Ibu Apoteker di Apotek wilayah Kota Yogyakarta yang

telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

5. Semua pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu per satu.

Melalui kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan permohonan

maaf kepada seluruh pihak atas kesalahan dan kekurangan yang penulis

lakukan. Penulis mengharapkan saran maupun kritik yang membangun dari

seluruh pihak.

Yogyakarta, 5 Juli 2018

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ..................................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................. vi

PRAKATA ........................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

ABSTRAK ........................................................................................................... xii

ABSTRACT .......................................................................................................... xiii

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

METODE PENELITIAN ........................................................................................ 2

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 4

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

LAMPIRAN ......................................................................................................... 15

BIOGRAFI PENULIS ......................................................................................... 32

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Perbandingan Usia Responden .............................................................. 5

Gambar 2. Perbandingan Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............. 5

Gambar 3. Status Pekerjaan Responden .................................................................. 5

Gambar 4. Perbandingan Lama Bekerja Responden ............................................... 5

Gambar 5. Jenis Antibiotika Yang Sering Dilayani ................................................ 6

Gambar 6. Jumlah Antibiotika Yang Diserahkan Selama Sebulan Terakhir .......... 6

Gambar 7. Frekuensi Pelayanan Resep Dalam Seminggu ...................................... 7

Gambar 8. Perbandingan Jumlah Penerima Resep Berdasarkan Jenis Kelamin ..... 7

Gambar 9. Rentang Usia Penerima Resep .............................................................. 7

Gambar 10. Frekuensi Apoteker Melakukan Konseling Resep .............................. 8

Gambar 11. Dokter Penulis Resep Antibiotika ....................................................... 8

Gambar 12. Perbedaan Frekuensi Resep Antibiotika Berdasarkan Indikasi ........... 9

Gambar 13. Pelayanan Farmasi Klinis Untuk Resep Antibiotika .......................... 10

Gambar 14. Tindakan Bila Antibiotika Tidak Tersedia ......................................... 11

Gambar 15. Alasan Apoteker Bila Tidak Melayani Resep Antibiotika ................. 11

Gambar 16. Pelaksanaan Permenkes 73 Thn 2016 di Kota Yogyakarta ............... 12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Informed Consent .............................................................................. 16

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian ......................................................................... 17

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian .......................................................................... 21

Lampiran 4. Surat Keterangan Kelaikan Etik ........................................................ 22

Lampiran 5. Tabel Hasil Data Penelitian ............................................................... 23

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbandingan Usia Responden ................................................................ 23

Tabel 2. Perbandingan Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ............... 23

Tabel 3. Status Pekerjaan Responden .................................................................... 23

Tabel 4. Perbandingan Lama Bekerja Responden ................................................. 23

Tabel 5. Jenis Antibiotika Yang Sering Dilayani .................................................. 24

Tabel 6. Jumlah Antibiotika Yang Diserahkan Selama Sebulan Terakhir ............ 24

Tabel 7. Frekuensi Pelayanan Resep Dalam Seminggu ......................................... 25

Tabel 8. Perbandingan Jumlah Penerima Resep Berdasarkan Jenis Kelamin ....... 25

Tabel 9. Rentang Usia Penerima Resep ................................................................. 25

Tabel 10. Frekuensi Apoteker Melakukan Konseling Resep ................................. 26

Tabel 11. Perbedaan Frekuensi Resep Antibiotika Berdasarkan Indikasi ............. 26

Tabel 12. Dokter Penulis Resep Antibiotika .......................................................... 27

Tabel 13. Pelayanan Farmasi Klinis Untuk Resep Antibiotika ............................. 27

Tabel 14. Tindakan Bila Antibiotika Tidak Tersedia ............................................ 27

Tabel 15. Alasan Apoteker Bila Tidak Melayani Resep Antibiotika .................... 28

Tabel 16. Pelaksanaan Permenkes 73 Thn 2016 di Kota Yogyakarta ................... 28

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

xii

ABSTRAK

Penggunaan Antibiotika yang tidak terkendali dapat memicu

peningkatan kasus resistensi antibiotika. Peran Apoteker dalam pelaksanaan

pelayanan kefarmasian terkait antibiotika sangat penting. Penelitian ini

bertujuan untuk mendeskripsikan pelayanan kefarmasian yang diberikan

apoteker terkait peresepan antibiotika dan pelaksanaan Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek berdasarkan Permenkes RI Nomor 73 Tahun 2016 di

wilayah Kota Yogyakarta. Penelitian ini termasuk jenis penelitian non-

eksperimental dengan rancangan penelitian cross-sectional. Kriteria inklusi

dalam penelitian ini merupakan Apoteker yang bertugas di apotek di wilayah

Kota Yogyakarta dengan eksklusi Apoteker yang sedang cuti. Analisis data

yang dilakukan adalah analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa Pelayanan Kefarmasian yang diberikan Apoteker

kepada pasien yang menerima peresepan Antibiotika belum dilaksanakan

secara menyeluruh terutama pada pelayanan Home Pharmacy Care (81%),

Monitoring Efek Samping Obat (59%), dan Pemantauan Terapi Obat (56%)

serta belum dilaksanakan sepenuhnya berdasarkan Permenkes No. 73 Tahun

2016 mengenai Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Kesimpulan dari

studi ini adalah bahwa empat dari tujuh jenis Pelayanan Kefarmasian yang

tercantum dalam Permenkes No. 73 Tahun 2016 sudah dilaksanakan dengan

baik, sedangkan tiga jenis pelayanan Kefarmasian lainnya belum dilakukan

dengan optimal.

Kata kunci: Standar Pelayanan Kefarmasian, apotek, apoteker,

resistensi antibiotika, pasien

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

xiii

ABSTRACT

The excessive use of antibiotics could cause the rising amount of

antibiotics resistance cases. Pharmacists’ role related to antibiotics is

important. This research aims to describe the pharmaceutical care given by

pharmacist related to antibiotic prescriptions and also to observe the

implementation of the Standard of Pharmaceutical Care in Pharmacies No. 73

in 2016 in dispensaries at Yogyakarta City. This is a non-experimental and

cross-sectional research. The inclusion of this study sre pharmacists who meet

the inclusion list such as working in dispensaries around Yogyakarta City and

the exclusion list such as in the middle of sick/maternity leave. Data were

analyzed by using descriptive statistical analysis. The results show the

pharmaceutical care given by the pharmacists who received antibiotic

prescription has not been implemented thoroughly, particularly at home

pharmacy care service (81%), adverse effect monitoring (59%), and drug

therapeutic monitoring (56%) and also has not been implemented based off

the Standard of Pharmaceutical Care in Pharmacies. The conclusion of this

study is that four out of seven types of pharmaceutical care are practiced by

the pharmacists, but there are three another types which has not been done

optimally.

Keywords: Standard of Pharmaceutical Care, dispensaries, pharmacist,

role perception, antibiotic patient

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

1

PENDAHULUAN

Antibiotika adalah agen antimikroba yang memiliki kemampuan

untuk membunuh serta menghentikan pertumbuhan bakteri (Bayarski,

2012). Berdasarkan penelitian mengenai tingkat penggunaan antibiotika

secara global dari tahun 2000 hingga tahun 2010, ditemukan bahwa dalam

kurun waktu sepuluh tahun terjadi peningkatan penggunaan antibiotika

yang signifikan yakni sebanyak 19 miliar standar unit (Boeckel et al.,

2014). Tingginya jumlah pemakaian antibiotika sebagai agen anti infeksi

dapat memicu peningkatan kejadian resistensi antimikroba.

Resistensi antimikroba terjadi ketika bakteri menjadi kebal terhadap

antibiotika. Beberapa faktor penyebab resistensi antibiotika ialah

penggunaan antibiotika yang tidak terkendali serta peresepan kepada

pasien yang kurang tepat (Ventola, 2015). Kurangnya informasi dan

edukasi yang akurat serta mudahnya akses masyarakat untuk mendapatkan

antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya

penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al., 2009).

Apoteker berperan penting dalam menghadapi resistensi antibiotika,

di antaranya dengan menyediakan konseling yang tepat saat melakukan

penyerahan obat kepada pasien atau anggota keluarga pasien; mendorong

pasien untuk mengonsumsi antibiotika yang diresepkan hingga habis;

bekerja sama dengan dokter pemberi resep serta tenaga kesehatan lainnya

penggunaan antibiotika secara efektif dan efisien; serta melakukan

pengawasan terhadap sisa antibiotika serta penggunaannya oleh pasien

(Jakab, 2014). Untuk memastikan bahwa apoteker telah melaksanakan

pelayanan kefarmasian dengan baik, Menteri Kesehatan Republik

Indonesia pun menyusun Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek yang

tercantum di dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI Nomor

73 Tahun 2016. Peneliti melakukan penelitian mengenai pelayanan

kefarmasian yang diberikan apoteker kepada pasien yang menggunakan

antibiotika. Lokasi penelitian yang dipilih adalah apotek yang tersebar di

wilayah Kota Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

2

METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk jenis penelitian non-eksperimental dengan

rancangan penelitian cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di apotek-

apotek di wilayah Kota Yogyakarta yang sebelumnya sudah dilakukan

sampling dan pengambilan data dilakukan selama periode Februari-Mei

2018. Populasi pada penelitian ini adalah 117 Apotek aktif yang terdaftar

di Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta hingga September 2017. Untuk

penelitian deskriptif, Uma Sekaran (1992) menyatakan ukuran sampel

sebaiknya di antara 30 sampai dengan 500 sampel dengan jumlah

minimum sebanyak 30 sampel. Dari 135 apotek, pertama dilakukan seleksi

antara apotek yang masih aktif dan tidak aktif berdasarkan penelusuran

mandiri yang dilakukan penulis. Dari hasil seleksi didapatkan 117 apotek

yang masih aktif beroperasi. Dalam melakukan penarikan contoh

(sampling), penulis menggunakan metode systematic sampling. Pada

metode ini ditentukan bahwa tiap subjek nomor ke sekian akan

dimasukkan ke dalam daftar sampel yang didata. Kemudian penulis

menerapkan metode systematic sampling dengan rumus:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛

𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 =

40

117 =

1

2,9 =

1

3

Dari perhitungan di atas dapat dikatakan bahwa setiap 3 nomor urut

pada daftar nama apotek di Kota Yogyakarta akan dijadikan sebagai

sampel, yaitu sebanyak 40 sampel. 40 sampel dipilih dengan pertimbangan

bahwa data sudah memenuhi syarat yakni di atas 30 sampel (Morse, 1994).

Dilakukan penambahan 10 sampel untuk mengantisipasi bila terdapat

responden yang enggan berpartisipasi dalam penelitian ini.

Subyek penelitian adalah responden yang memenuhi kriteria inklusi

yaitu: APA atau Aping yang bekerja di Apotek di wilayah Kota

Yogyakarta berusia minimal 27 tahun dan maksimal 45 tahun yang

memiliki pengalaman melayani peresepan antibiotika, bekerja di apotek

yang melayani minimal 20 resep per minggu, dan bersedia mengisi

kuesioner penelitian secara lengkap dan jelas. Kriteria eksklusi meliputi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

3

APA atau Aping yang bekerja di Apotek di wilayah Kota Yogyakarta yang

sedang cuti.

Kuesioner dalam penelitian ini terdiri atas empat bagian yaitu

gambaran pelayanan kefarmasian klinis yang diberikan apoteker terhadap

pasien, persepsi apoteker mengenai pelaksanaan pelayanan kefarmasian

klinis terkait antibiotika, pelaksanaan pelayanan kefarmasian klinis

terhadap peresepan antibiotika dan data diri Apoteker.

Penelitian telah mendapat ijin dari Dinas Penanaman Modal dan

Perizinan Kota Yogyakarta dengan nomor izin: 070/0628 dan telah

mendapat persetujuan Ethical Clearance dari Komisi Etik Penelitian

Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana

dengan nomor izin: 612/C.16/FK/2018.

Studi Pendahuluan

Peneliti menyusun dan menyelesaikan proposal penelitian serta

mengurus perijinan studi pendahuluan di Dinas Penanaman Modal dan

Perizinan Kota Yogyakarta.

Pengujian Kuesioner

Pada kuesioner dilakukan uji pemahaman bahasa, uji validitas, serta

uji reliabilitas. Uji pemahaman bahasa bertujuan untuk mengetahui tingkat

kesulitan pemahaman responden terhadap kuesioner yang diberikan.

Pengujian pemahaman bahasa dilakukan dengan memberikan kuesioner

kepada lima orang Apoteker yang bekerja di Apotek di luar wilayah Kota

Yogyakarta. Apoteker diminta mengisi pertanyaan pada kuesioner. Hasil

dari uji menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan dalam kuesioner

dapat dipahami oleh Apoteker. Validitas isi kuesioner diuji dengan metode

professional judgement yang dilakukan oleh dosen pembimbing skripsi.

Dosen melakukan peninjauan kembali terhadap pertanyaan di dalam

kuesioner yang akan digunakan. Kuesioner penelitian dapat dikatakan

reliable (dapat dipercaya) ketika alat ukur tersebut bersifat tepat dan

homogen (Adi, 2004). Golafshani (2003) menyatakan bahwa metode

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

4

triangulasi merupakan metode yang tepat terutama untuk penelitian yang

bersifat kualitatif. Penulis menggunakan metode participant feedback,

yang pada penelitian ini dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada

lima Apoteker di luar wilayah penelitian serta melakukan tanya jawab

singkat terkait pertanyaan dalam kuesioner. Feedback yang diterima oleh

penulis kemudian digunakan sebagai dasar untuk melakukan verifikasi

terkait kuesioner. Kuesioner diasumsikan reliable karena kedua sifat

dianggap telah terpenuhi.

Penyebaran dan Pengumpulan Kuesioner

Penulis melakukan penyebaran kuesioner secara bertahap dalam

jangka waktu 1-2 minggu dengan mendatangi satu per satu Apotek di

wilayah Kota Yogyakarta. Setelah memperkenalkan diri serta menjelaskan

maksud dan tujuan dari penelitian ini, penulis kemudian memberikan

kuesioner kepada Apoteker. Kuesioner ditinggalkan selama 2-3 hari dan

dikembalikan setelah penulis menyusun janji dengan responden

Pengolahan dan Penyajian Data

Pengolahan data dilakukan dengan memeriksa kelengkapan

pengisian kuesioner seperti kejelasan tulisan/penandaan pada pilihan

jawaban, konsistensi jawaban, serta relevansi antar jawaban. Jawaban

responden yang sama dalam masing-masing pertanyaan dikelompokkan

dan dianalisis dengan bantuan perangkat lunak Microsoft Excel 2013 serta

dipersentasekan dengan total 100%. Hasil penelitian disajikan dalam

bentuk grafik. Untuk membantu penulis dalam melakukan penarikan

kesimpulan dari penelitian, disusunlah kategori persentase sebagai berikut:

baik jika nilai ≥75%, cukup jika nilai 56-74%, dan kurang baik jika 55%

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari masing-masing Apotek di wilayah Kota Yogyakarta, dipilih 1

orang Apoteker sebagai responden. Dari 40 Apotek, sebanyak 6 Apotek

menolak untuk berpartisipasi, sehingga data yang didapat berasal dari 34

responden.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

5

Deskripsi Responden

Dalam penelitian ini, data diri responden yang ditanyakan adalah

usia, jenis kelamin, peran Apoteker, serta lama pengalaman bekerja. Untuk

kategori usia responden, 55,9% responden berusia di antara 27-35 tahun

dan 44,1% responden berusia di antara 36-45 tahun. Hal ini menunjukkan

bahwa kebanyakan Apotek merekrut Apoteker muda dengan rentang usia

27-35 tahun. Untuk kategori gender responden, 70,6% merupakan

responden wanita dan 29,4% merupakan responden pria.

Untuk kategori peran responden, 52,9% responden adalah Aping dan

47,1% responden adalah APA. Dalam melakukan Pelayanan Kefarmasian,

Apoteker dapat dibantu oleh Aping. Dalam hal ini, pelayanan kefarmasian

di Apotek tetap dilayani oleh Apoteker, baik APA maupun Aping. Untuk

kategori lama pengalaman bekerja sebagai Apoteker, sebanyak 47,1%

responden telah bekerja selama 5-9 tahun, 38,2% telah bekerja selama 10-

14 tahun, dan 14,7% responden bekerja < 5 tahun. Semakin lama Apoteker

bekerja di Apotek, semakin banyak pengalaman yang akan didapatkan

terkait Pelayanan Kefarmasian Klinis.

Gambar 3. Status Pekerjaan Responden Gambar 4. Perbandingan Lama Bekerja Responden

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

27-35 thn

36-45 thn

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Pria

Wanita

0%

20%

40%

60%

80%

100%

APA

Aping

0%

20%

40%

60%

80%

100%

< 5 thn

5-9 thn

10-14 thn

Gambar 1. Perbandingan Usia Responden Gambar 2. Perbandingan Jumlah Responden

Berdasarkan Jenis Kelamin

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

6

Pelayanan Kefarmasian Resep Antibiotika Di Apotek

Responden mengisi satu nama atau merk Antibiotika yang paling

banyak dilayani sehingga total data yang didapatkan adalah sebanyak 34

data. Antibiotika yang paling banyak dilayani oleh Apoteker merupakan

Antibiotika spektrum luas yakni Amoxicillin (29,4%), Siprofloksasin

(23,5%), dan Sefadroksil (11,8%).

Dalam waktu satu bulan, 70,58% Apoteker mengeluarkan 1 boks

antibiotika untuk memenuhi kebutuhan pelayanan peresepan antibiotika.

Diketahui pula bahwa satu Apoteker mengeluarkan 5 boks antibiotika

dalam waktu satu bulan, dengan catatan bahwa 1 boks tersebut berisi 20

tablet antibiotika Ciprofloxacin 500 mg merk paten sehingga jumlah yang

dikeluarkan sebanyak 100 tablet. Terdapat 2 Apoteker yang memilih

“Tidak relevan” karena pengeluaran antibiotika di Apotek tersebut kurang

dari 1 boks. Jumlah pengeluaran sebanyak 1 boks per bulan masih belum

bisa disebut tinggi karena berdasarkan penelitian Armansyah (2013),

jumlah pengeluaran tertinggi antibiotika oleh Apotek dapat mencapai

sebanyak 105 boks.

Gambar 5. Jenis Antibiotika Yang Sering Dilayani Gambar 6. Jumlah Antibiotika Yang Diserahkan Selama

Sebulan Terakhir

Untuk kategori frekuensi pelayanan resep yang dilakukan Apoteker,

52,94% responden melakukan pelayanan resep antibiotika 2-3 kali dalam

seminggu, 44,11% responden lainnya melakukan pelayanan resep

antibiotika setiap hari kerja dalam seminggu. Terdapat 1 responden

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100% Amoksisilin

Siprofloksasin

Sefadroksil

Klindamisin

Azitromisin

Kotrimoksazol

Cefixime

Levofloksasin

Eritromisin

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

1 boks 2 boks 3 boks 5 boks Tidak

relevan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

7

(2,94%) yang melakukan pelayanan resep antibiotika sekali dalam

seminggu. Kebanyakan Apoteker melayani peresepan Antibiotika 2-3 kali

seminggu. Ini karena Apotek tidak mendapatkan resep Antibiotika setiap

hari.

Untuk gender pasien penerima resep antibiotika, 55,9% responden

menyatakan bahwa jumlah laki-laki dan perempuan yang datang ke

Apotek untuk mendapatkan pelayanan resep antibiotika adalah sama

banyak. 29,4% responden menyatakan bahwa perempuan lebih banyak

datang ke Apotek untuk mendapatkan pelayanan resep Antibiotika, 14,7%

responden menyatakan bahwa hal ini tidak relevan karena Apoteker tidak

memperhatikan adanya perbedaan jumlah di antara perempuan dan laki-

laki.

Untuk kategori usia pasien, kebanyakan pasien yang datang ke

Apotek dan mendapatkan pelayanan resep antibiotika adalah pasien dalam

rentang usia produktif (18-45 tahun). Dalam penelitian ini, rentang usia

30-39 tahun (23,5%) lebih banyak pergi ke Apotek untuk mendapatkan

pelayanan resep Antibiotika.

Gambar 7. Frekuensi Pelayanan Resep Dalam Seminggu Gambar 8. Perbandingan Jumlah Penerima Resep

Berdasarkan Jenis Kelamin

Gambar 9. Rentang Usia Penerima Resep

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Setiap Hari

2-3 kali

1 kali

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Perempuan

Laki-Laki

Sama banyak

Tidak relevan

0%

20%

40%

60%

80%

100%<18 th

18-29 th

30-39 th

40-49 th

50-59 th

60-69 th

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

8

Mayoritas apoteker memberikan pelayanan kefarmasian berupa

konseling kepada pasien dengan frekuensi 2-3 kali seminggu yaitu dengan

persentase sebanyak 64,7%. Terdapat pula jawaban lain yaitu frekuensi

setiap hari sebanyak 29,4% dan sekali seminggu dengan persentase 5,9%.

Pelayanan konseling rata-rata dilakukan 2-3 kali seminggu.

Gambar 10. Frekuensi Apoteker Melakukan Konseling Resep

Untuk kategori dokter yang sering menuliskan resep, sebanyak

82,4% Apoteker menerima peresepan antibiotika dari dokter umum. Pada

pertanyaan sebelumnya, antibiotika dengan spektrum luas merupakan

jenis antibiotika yang paling sering diterima dan dilayani oleh Apoteker.

Ini bisa saja terjadi karena mayoritas dokter yang menuliskan resep

merupakan dokter umum yang memberikan resep berupa antibiotika

spektrum luas dengan tujuan untuk menghambat pertumbuhan bakteri

yang diduga menimbulkan infeksi sementara menunggu hasil pemeriksaan

mikrobiologi.

Gambar 11. Dokter Penulis Resep Antibiotika

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Setiap hari

2-3 kali

seminggu

Sekali

seminggu

0%

20%

40%

60%

80%

100%

Dokter

Umum

Dokter

spesialis

PD

Dokter

spesialis

bedah

Lainnya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

9

Untuk jenis indikasi yang sering mendapatkan resep Antibiotika,

gangguan pada paru (44,1%) masuk ke dalam kategori indikasi yang sering

dilayani oleh Apoteker untuk mendapatkan Antibiotika dengan resep.

Gambar 12. Perbedaan Frekuensi Resep Antibiotika Berdasarkan Indikasi

Dapat dikatakan bahwa seluruh responden dalam penelitian ini

melakukan pelayanan obat berdasarkan resep dan pelayanan informasi

obat. Pelayanan kefarmasian yang jarang dilakukan oleh apotek adalah

Monitoring Efektivitas (11,8%), Monitoring Ketaatan (5,9%), dan

Monitoring Efek Samping Obat (2,94%). Penelitian Atmini, dkk (2011)

menyebutkan bahwa pelayanan monitoring penggunaan obat jarang atau

bahkan belum dilakukan secara maksimal karena keterbatasan sumber

daya manusia untuk langsung memberikan pelayanan kepada pasien.

Terdapat hasil yang menarik dari pertanyaan ini, yaitu pilihan

Mengatasi Permasalahan Akibat Obat (55,9%). Permasalahan dapat

diketahui melalui skrining resep dan dapat dipastikan dengan melakukan

pemeriksaan riwayat pasien seperti adanya alergi atau resistensi terhadap

antibiotika kelas tertentu. Dapat dikatakan bahwa Apoteker semakin

peduli dalam mencari solusi untuk mengatasi masalah yang timbul terkait

antibiotika yang diresepkan kepada pasien.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

60%

70%

80%

90%

100%

Jarang

Sedang

Sering

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

10

Gambar 13. Pelayanan Farmasi Klinis Untuk Resep Antibiotika

Diketahui bahwa sebanyak 19 Apoteker (55,9%) memilih untuk

merujuk pasien ke Apotek lain apabila antibiotika yang tercantum di resep

milik pasien tidak dimiliki oleh Apotek. Enam Apoteker (17,6%) meminta

dokter penulis resep untuk mengganti antibiotika sesuai persediaan dan

enam Apoteker lainnya (17,6%) meminta pasien untuk menunggu di

Apotek sementara Apoteker akan pergi membelikan di apotek lain.

Terdapat 3 Apoteker (8,82%) yang memilih pilihan “lainnya”, yaitu

berinisiatif mencari antibiotika pengganti lain yang tersedia di apotek,

dengan catatan antibiotika tersebut memiliki komposisi yang sama dengan

antibiotika tercantum pada resep dan atas persetujuan dokter serta pasien.

Tidak adanya Apoteker yang memilih untuk langsung memberikan

Antibiotika sesuai persediaan dapat menunjukkan bahwa Apoteker

menaati Permenkes RI Nomor 73 Tahun 2016, yaitu bila terjadi keraguan

terhadap resep maka hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis

resep dengan memberikan pertimbangan serta solusi dan tidak lupa untuk

menyertakan persetujuan baik dari dokter maupun pasien.

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

11

Gambar 14. Tindakan Bila Antibiotika Tidak Tersedia

Bagian kuesioner selanjutnya ditujukan untuk mengetahui alasan

Apoteker bila tidak melayani pasien dengan resep antibiotika. Lebih dari

50% responden menyatakan bahwa ketatnya aturan pengelolaan

resep/dokumen penggunaan antibiotika yang harus ditaati sesuai guideline

(55,88%) menjadi pilihan dengan persentase yang cukup tinggi. Hal ini

menunjukkan bahwa masih adanya pandangan yang kurang tepat dari

apoteker. Apoteker harus lebih mengutamakan kepentingan pasien dengan

memberikan pelayanan resep antibiotika sebaik mungkin.

Gambar 15. Alasan Apoteker Bila Tidak Melayani Resep Antibiotika

0%

20%

40%

60%

80%

100% Merujuk pasien ke...

Langsung memberikan

Antibiotika...

Minta dokter

mengganti...

Minta pasien

menunggu...

Lainnya

0%

20%

40%

60%

80%

100%

STS

TS

S

SS

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

12

Bagian selanjutnya ditujukan untuk mengetahui penerapan Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek berdasarkan Permenkes RI No. 73

Tahun 2016.

Gambar 16. Pelaksanaan Permenkes No. 73 Tahun 2016 di Kota Yogyakarta

Pelayanan Kefarmasian Klinis yang dilakukan oleh Apoteker yang

termasuk dalam kategori baik yakni dispensing (100%), skrining resep

(98%), dan PIO (79%). Pelayanan Kefarmasian Klinis yang termasuk

dalam kategori cukup adalah Konseling (71%). Sedangkan Pelayanan

Kefarmasian Klinis yang termasuk ke dalam kategori kurang baik serta

jarang atau bahkan tidak dilakukan oleh Apoteker, yakni Pemantauan

Terapi Obat (44%), MESO (41%), dan Pelayanan Kefarmasian di Rumah

(19%). Berdasarkan penelitian Atmini, dkk (2011), mayoritas apoteker di

Kota Yogyakarta melakukan Pelayanan Kefarmasian seperti pelayanan

resep, konseling, dan promosi edukasi namun untuk Pelayanan

Kefarmasian di Rumah atau Home Care jarang atau belum dilakukan

secara menyeluruh karena beberapa alasan, di antaranya terbatasnya

jumlah SDM untuk melakukan pemantauan kepada pasien serta program

pendidikan seperti seminar atau pelatihan mengenai monitoring yang

jarang dilakukan.

Dalam pengalaman penulis selama menjadi mahasiswa, dosen

memberikan materi terkait monitoring terhadap pasien dalam

0%10%20%30%40%50%60%70%80%90%

100%

Ya

Tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

13

pembelajaran di kelas. Penulis merasa bahwa bekal teori tidak cukup.

Karena itu perlu ditambahkan praktek monitoring dengan turun langsung

ke lapangan sehingga mahasiswa dapat mengaplikasikan teori dan tidak

hanya sekedar mendapatkan teori dan praktek seadanya di ruang kelas.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa empat dari tujuh jenis

Pelayanan Kefarmasian yang tercantum dalam Permenkes No. 73 Tahun

2016 yaitu dispensing, skrining resep, konseling, dan PIO sudah

dilaksanakan dengan cukup baik, sedangkan tiga jenis pelayanan

Kefarmasian lainnya seperti MESO, Pemantauan Terapi Obat, dan

Pelayanan Kefarmasian di Rumah belum dilakukan dengan optimal.

Pelayanan Kefarmasian yang termasuk dalam kategori baik adalah

Pelayanan Obat Resep dan PIO (100%). Pelayanan Kefarmasian yang

termasuk ke dalam kategori cukup adalah Konseling (73,5%) dan

Mengatasi permasalahan terkait obat (55,9%). Pelayanan Kefarmasian

yang masuk ke dalam kategori kurang baik adalah Monitoring Efektivitas

(11,8%), Monitoring ketaatan (5,9%), dan MESO (2,9%). Dalam

melakukan pelayanan terhadap pasien, ketatnya aturan pengelolaan resep

dan dokumen penggunaan antibiotika yang harus ditaati sesuai guideline

mempengaruhi cara pandang Apoteker dalam memberikan pelayanan

kefarmasian kepada pasien. Adapun keterbatasan dalam penelitian ini

adalah pertanyaan pada kuesioner tidak dilengkapi dengan keterangan atau

alasan responden memilih pilihan tersebut.

Saran untuk penelitian ini ialah perlu dilakukan penelitian sejenis

dengan responden pasien Apotek yang menerima resep antibiotika untuk

mengetahui tingkat kepuasan pasien terhadap Pelayanan Kefarmasian

yang diberikan oleh Apoteker serta dilakukan dalam lingkup wilayah serta

jumlah populasi yang lebih besar dengan metode wawancara ataupun

kombinasikan dengan kuesioner. Selain itu perlu juga ditambahkan

penggalian alasan Apoteker yang tidak melakukan Pelayanan Kefarmasian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

14

DAFTAR PUSTAKA

Adi, R., 2004. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta, hal. 79-82.

Armansyah, D., Mekarsari, K.A., Kurniawan, I.M.G.A., 2013. Manajemen

Persediaan Obat Antibiotik (Dispensing) Pada Apotek Mulia Farma Singaraja.

Fakultas Ekonomi Universitas Panji Sakti Singaraja. 1-26.

Atmini, K.D., Gandjar, I.G., Purnomo, A., 2011. Analisis Aplikasi Standar

Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Kota Yogyakarta. Jurnal Manajemen dan

Pelayanan Farmasi, 1 (1), 49-55.

Azevedo, M.M., Pinheiro, C., Yaphe, J., dan Baltazar, F., 2009. Portuguese students’

knowledge of antibiotics: a cross-sectional study of secondary school and

university students in Braga. BMC Public Health, 6, 1–6.

Bayarski, Y., 2012. Antibiotics and Their Types , Uses and Side Effects [online].

Available from:

http://hamiltoncountypreppers.org/Antibiotics_and_Their_Types.pdf

[Diakses 19 Sep 2017].

Boeckel, T.P. Van, Gandra, S., Ashok, A., Caudron, Q., Grenfell, B.T., Levin, S.A.,

dan Laxminarayan, R., 2014. Global antibiotic consumption 2000 to 2010 : an

analysis of national pharmaceutical sales data. The Lancet Infectious Diseases,

3099 (14), 1–9.

Golafshani, N., 2003. Understanding Reliability and Validity in Qualitative

Research. The Qualitative Report, 8 (4), 597-607.

Jakab, Z., 2014. Pharmacists have decisive role in combating antibiotic resistance.

Copenhagen.

Morse, J.M., 1994. Designing funded qualitative research dalam Denizin, N.K. &

Lincoln, Y.S., Handbook of qualitative research. 2nd Ed. Thousand Oaks. CA.

Sage.

Sekaran, U., 1992. Research Methods for Bussiness. 3rd Edition, Southern Illionis

University.

Ventola, C.L., 2015. The Antibiotic Resistance Crisis Part 1 : Causes and Threats,

40 (4), 277–283.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

15

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

16

Lampiran 1. Informed Consent

PERNYATAAN PERSETUJUAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Jenis Kelamin :

Usia :

Tempat tanggal lahir :

Alamat :

Menyatakan bahwa:

1. Saya telah mendapat penjelasan mengenai kegiatan penelitian dengan judul

Pelayanan Kefarmasian Bagi Pasien Dengan Antibiotika Di Apotek

Wilayah Kota Yogyakarta Tahun 2018.

2. Saya berhak memutuskan untuk keluar dan tidak berpartisipasi lagi dalam

penelitian yang diselenggarakan bila terdapat hal yang tidak sesuai dengan

kesepakatan.

3. Data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian

serta dijaga kerahasiaannya.

Setelah saya memahami penjelasan yang diberikan, dengan kesadaran dan tanpa

paksaan dari siapapun, saya bersedia ikut serta dalam penelitian ini. Demikian

pernyataan yang saya buat. Semoga bermanfaat.

Yogyakarta,

Peneliti, Yang membuat pernyataan,

(.....................................) (...........................................)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

17

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

Pelayanan Kefarmasian Oleh Apoteker Untuk Pasien Dengan Antibiotika Di Apotek

I.

1. Tuliskan nama/jenis antibiotika yang sering anda layani:

_________________________________________________________________

_________________________________________________________________

_________________________________________________________________

2. Berapa banyak antibiotika yang digunakan/dikeluarkan dalam 1 bulan terakhir?

a. Tidak ada Penggunaan e. 4 boks * 1 boks = .............Caps/Amp

b. 1 boks f. 5 boks

c. 2 boks g. >5 boks

d. 3 boks h. Tidak relevan

3. Berapa sering anda melayani pasien dengan antibiotika?

a. Setiap hari d. Sekali sebulan

b. 2-3 kali seminggu e. Sekali Setahun

c. Sekali seminggu f. Tidak Pernah

4. Apakah jenis kelamin pasien yang terbanyak mendapatkan antibiotika?

a. Perempuan c. Sama banyak

b. Laki-laki d. Tidak relevan

5. Berapa range (kisaran) umur pasien pada umumnya yang mendapat antibiotika?

a. < 18 th f. 60-69 th

b. 18-29 th g. 70-79 th

c. 30-39 th h. 80-89 th

d. 40-49 th i. 90-99 th

e. 50-59 th j. Tidak relevant

6. Berapa sering anda memberikan konseling kepada pasien yang mendapat antibiotika?

a. Setiap hari d. sekali sebulan

b. 2-3 kali seminggu e. sekali dalam 3-6 bulan

c. Sekali seminggu f. Tidak Pernah

7. Untuk penyakit menular yang manakah antibiotika biasa digunakan ? Silahkan diranking

dari 1-3 dimana 1 adalah yang paling jarang dan 3 yang paling sering digunakan.

Penyakit Menular /Kondisi Ranking

Gangguan fungsi ginjal 1 2 3

Gangguan fungsi Jantung 1 2 3

Gangguan fungsi Paru 1 2 3

Gangguan Fungsi

Pencernakan

1 2 3

Demam 1 2 3

Pre- operasi / Prophylaxis 1 2 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

18

Post-operasi 1 2 3

Operasi Caesar 1 2 3

Yang lain (silahkan tulis):

1 2 3

Pilihan Lain:

a. Tidak yakin tentang apakah penyakit menular memerlukan antibiotika

b. Tidak ada permintaan

8. Peresepan Antibiotika biasanya diberikan oleh :

a. Dokter Umum d. Yang lain : ___________________

b. Dokter Specialis penyakit dalam e. Bukan salah satu di atas

c. Dokter Specialis bedah

9. Pelayanan Pharmaceutical care apa saja yang anda berikan terhadap pasien yang

menggunakan antibiotika? Beri tanda √ sesuai yang anda lakukan.

[ ] Konseling [ ] Monitoring efek samping obat

[ ] Pelayanan obat berdasarkan resep [ ] Monitoring ketatan pasien dalam

menggunakan obat

[ ] Pelayanan Informasi Obat [ ] Tidak melakukan

[ ] Mengatasi permasalahan yang timbul karena penggunaan obat

[ ] Monitoring efektifitas obat [ ] Lainnya

(Tulislah........................................................)

10. Jika ada resep antibiotika yang anda tidak punya, apa yang anda lakukan?

a. Merujuk pasien ke Apotek lain

b. Langsung memberikan antibiotika sesuai persediaan

c. Minta dokter mengganti antibiotika seuai persediaan yang anda punya

d. Minta pasien menunggu sementara anda membelikan ke apotek lain

e. Lainnya (Tulislah): ________________________

II.

Jika Anda tidak melakukan dispensing/pelayanan resep antibiotika, nyatakan alasan Anda

dengan memberi tanda √ pada kolom pilihan sesuai pernyataan pada kolom pertama.

Pernyataan Sangat

Tidak

Setuju

Tidak

Setuju

Setuju Sangat

Setuju

Sebab penyakit menular mempunyai

gejala yang tidak dapat diprediksi dan

saya enggan untuk melayaninya.

Saya takut tertular dan membuat saya

enggan melayaninya.

Takut menghadapi kemungkinan

timbulnya masalah akibat penggunaan

obat/antibiotika

Saya merasa tidak nyaman karena takut

akan timbul masalah adanya interaksi

antibiotika dengan obat lain.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

19

Banyaknya isu penggunaan obat secara

tidak rasional

Ketatnya aturan pengelolaan resep /

dokumen penggunaan antibiotika yang

harus ditaati sesuai guideline.

Tidak memahami mekanisme aksi

Antibiotika

Tidak memahami penyakit menular

Permintaan hanya sedikit

Pelayanan dilakukan oleh Tenaga

Teknis Kefarmasian

Alasan lain (tuliskan):

___________________________________________________________________

___________________________________________________________________

III.

Ketika menerima resep Antibiotika, saya melakukan:

No. Pertanyaan Pilihan

Ya Tidak

1. Pengkajian resep, meliputi:

a. Kajian administratif

b. Kajian kesesuaian farmasetik

c. Pertimbangan klinis

2. Dispensing , meliputi:

a. Penyiapan Obat

b. Penyerahan Obat

c. Pemberian informasi Obat

3 Pelayanan Informasi Obat (PIO), meliputi:

a. Menjawab pertanyaan pasien serta

menyediakan informasi dan edukasi

kepada pasien mengenai obat

b. Melakukan dokumentasi Pelayanan

Informasi Obat (data pasien, metode

pelayanan informasi obat, dll.)

4 Konseling, meliputi:

a. Menanyakan Three Prime Questions

kepada pasien

b. Menggali informasi serta memberikan

penjelasan pada pasien terkait

penggunaan obat

c. Melakukan verifikasi pada pasien

untuk memastikan tingkat kepahaman

pasien

5 Pelayanan Kefarmasian di Rumah (home

pharmacy care), meliputi:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

20

a. Pendampingan pengelolaan obat di

rumah (mis. cara pemakaian obat

asma)

b. Identifikasi kepatuhan dan monitoring

penggunaan obat pasien

6 Pemantauan Terapi Obat (PTO), meliputi:

a. Melakukan identifikasi masalah terkait

obat

b. Memberikan rekomendasi atau rencana

tidak lanjut serta

mengkomunikasikannya dengan tenaga

kesehatan lain (mis. dokter yang

menuliskan resep)

7 Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

Mengidentifikasi obat dan pasien yang

beresiko tinggi mengalami efek samping

suatu obat pada dosis normal

IV. Isilah data diri saudara/i di bawah ini:

1. Jenis Kelamin

a. Laki-laki b. Perempuan

2. Umur : ____

3. Peran :

a. Apoteker Rumah Sakit / Kepala Instalasi Farmasi c. Full time pharmacist

b. Clinical Pharmacist d. Part time pharmacist

4. Pengalaman kerja sebagai managerial/clinical pharmacist:

a. < 5 tahun d. 15-20 tahun

b. 5-9 tahun e. > 20 tahun

c. 10-14 tahun

Terima kasih atas waktu Anda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

21

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

22

Lampiran 4. Surat Keterangan Kelaikan Etik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

23

Lampiran 5. Tabel Data Penelitian

Tabel I. Usia Responden

No. Kategori Jumlah (n) Persentase (%)

1 27 – 35 tahun 19 55,88%

2 36 – 45 tahun 15 44,12%

Total 34 100%

Tabel II. Jenis Kelamin Responden

No. Kategori Jumlah (n) Persentase (%)

1 Pria 10 29,41%

2 Wanita 24 70,59%

Total 34 100%

Tabel III. Peran Apoteker di Apotek

No. Kategori Jumlah (n) Persentase (%)

1 Apoteker Pengelola Apotek 18 52,94%

2 Apoteker Pendamping 16 47,06%

Total 34 100%

Tabel IV. Pengalaman Bekerja Sebagai Apoteker

No. Kategori Jumlah (n) Persentase (%)

1 < 5 tahun 5 14,70%

2 5 – 9 tahun 16 47,07%

3 10 – 14 tahun 13 38,23%

4 15 – 20 tahun 0 0%

5 > 20 tahun 0 0%

Total 34 100%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

24

Tabel V. Antibiotika yang paling banyak dilayani

No Antibiotika Golongan Jumlah Persentase

(%)

1 Amoksisilin Penisilin 10 29,41

2 Siprofloksasin Fluorokuinolon gen 2 8 23,52

3 Sefadroksil Sefalosporin gen 1 4 11,76

4 Klindamisin Makrolida 3 8,82

5 Azitromisin Makrolida 2 5,88

6 Kotrimoksazol Sulfonamida 2 5,88

7 Cefixime Sefalosporin gen 3 2 5,88

8 Levofloksasin Fluorokuinolon gen 3 1 2,94

9 Eritromisin Makrolida 1 2,94

10 Metronidazol Nitroimidazol 1 2,94

Total 34 100

Tabel VI. Penggunaan antibiotika dalam satu bulan terakhir

No Jumlah Antibiotika yang

dikeluarkan (boks)

Jumlah

Responden

Persentase

(%)

1 Tidak ada penggunaan 0 0

2 1 24 70,58

3 2 6 17,64

4 3 1 2,94%

5 4 0 0

6 5 1* 2,94%

7 >5 0 0

8 Tidak relevan 2 5,88%

1 boks = 100 kapsul/tablet

* 1 boks = 20 kapsul/tablet 34 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

25

Tabel VII. Frekuensi apoteker dalam melakukan pelayanan resep antibiotika

No Frekuensi dalam

melakukan pelayanan Jumlah

Persentase (%)

N = 34

1 Setiap hari 15 44,11

2 2-3 kali seminggu 18 52,94

3 Sekali seminggu 1 2,94

4 Sekali sebulan 0 0

5 Sekali setahun 0 0

6 Tidak pernah 0 0

Total 34 100

Tabel VIII. Jenis kelamin pasien penerima resep antibiotika

Tabel IX. Kisaran umur pasien penerima antibiotika

No. Rentang Usia (tahun) Jumlah Persentase (%) n=34

1 < 18 2 5,88

2 18-29 7 20,58

3 30-39 8 23,52

4 40-49 6 17,64

5 50-59 4 11,76

6 60-69 5 14,70

7 70-79 2 5,88

8 80-89 0 0

9 90-99 0 0

10 Tidak relevan 0 0

Total 34 100

No. Pilihan jawaban Jumlah Persentase (%) n=34

1 Perempuan 10 29,41

2 Laki-laki 0 0

3 Sama banyak 19 55,88

4 Tidak relevan 5 14,70

Total 34 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

26

Tabel X. Frekuensi apoteker melakukan konseling resep antibiotika

Tabel XI. Frekuensi penyakit/kondisi tertentu dalam peresepan antibiotika

No. Pilihan

Jumlah (n) & Persentase (%)

Hasil 1

(jarang)

2

(sedang)

3

(sering)

1 Gangguan fungsi

ginjal

31

(91,17)

3

(8,82)

0

(0) Jarang

2 Gangguan fungsi

jantung

30

(88,23)

4

(11,76)

0

(0) Jarang

3 Gangguan fungsi

paru

10

(29,41)

9

(26,47)

15

(44,11) Sering

4 Gangguan fungsi

pencernaan

14

(41,17)

15

(44,11)

5

(14,70) Sedang

5 Demam 14

(41,17)

19

(55,88)

1

(2,94) Sedang

6 Pre-operasi 22

(64,70)

7

(20,58)

5

(14,70) Jarang

7 Post-operasi 27

(79,41)

5

(14,70)

2

(5,88) Jarang

8 Operasi caesar 23

(67,64)

9

(26,47)

2

(5,88) Jarang

9 Lainnya 0 0 0 -

10 Tidak yakin 0 0 0 -

11 Tidak ada

permintaan 0 0 0 -

No. Frekuensi konseling Jumlah Persentase (%)

1 Setiap hari 10 29,41

2 2-3 kali seminggu 22 64,70

3 Sekali seminggu 2 5,88

4 Sekali sebulan 0 0

5 Sekali dalam 3-6 bulan 0 0

6 Tidak pernah 0 0

Total 34 100

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

27

Tabel XII. Frekuensi dokter penulis peresepan antibiotika

No. Pilihan Jumlah Persentase (%)

1 Dokter umum 28 82,35

2 Dokter spesialis penyakit dalam 3 8,82

3 Dokter spesialis bedah 2 5,88

4 Lainnya 1 2,94

5 Bukan yang di atas 0 0

Total 34 100

Tabel XIII. Pelayanan Kefarmasian yang diberikan terkait peresepan antibiotika

Tabel XIV. Tindakan Apoteker bila antibiotika tidak tersedia di Apotek

No. Pilihan Jumlah Persentase

(%)

1 Merujuk pasien ke Apotek lain 19 55,88

2 Langsung memberi antibiotika sesuai persediaan 0 0

3 Minta dokter mengganti antibiotika sesuai persediaan

yang dimiliki 6 17,64

4 Minta pasien menunggu sementara anda membelikan

ke apotek lain 6 17,64

5 Lainnya 3 8,82

Total 34 100

No. Pilihan Jumlah

(n)

Persentase

(%)

1 Konseling 25 73,52

2 Pelayanan obat resep 34 100

3 Pelayanan Informasi Obat 34 100

4 Mengatasi permasalahan karena penggunaan obat 19 55,88

5 Monitoring efektifitas obat 4 11,76

6 Monitoring Efek Samping Obat 1 2,94

7 Monitoring ketaatan 2 5,88

8 Lainnya 0 0

9 Tidak melakukan 0 0

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

28

Tabel XV. Alasan Apoteker jika tidak melakukan pelayanan kefarmasian terkait Antibiotika

No. Pilihan STS

(%)

TS

(%)

S

(%)

SS

(%) Hasil

1 Sebab penyakit menular punya gejala yang tidak dapat diprediksi dan saya

enggan untuk melayaninya.

0

(0)

18

(52,94)

16

(47,05)

0

(0) Tidak setuju

2 Saya takut tertular dan membuat saya enggan melayaninya. 15

(44,11)

19

(55,88)

0

(0)

0

(0) Tidak setuju

3

Takut menghadapi kemungkinan timbulnya masalah akibat penggunaan

obat/antibiotika

1

(2,94)

15

(44,11)

17

(50)

1

(2,94) Setuju

4 Saya merasa tidak nyaman karena takut akan timbul masalah adanya

interaksi antibiotika dengan obat lain

0

(0)

18

(52,94)

16

(47,05)

0

(0) Tidak setuju

5 Banyaknya isu penggunaan obat secara tidak rasional 0

(0)

15

(44,11)

18

(52,94)

1

(2,94) Setuju

6 Ketatnya aturan pengelolaan resep/dokumen penggunaan antibiotika yang

harus ditaati sesuai guideline

0

(0)

14

(41,17)

19

(55,88)

1

(2,94) Setuju

7 Tidak memahami mekanisme aksi antibiotika 14

(41,17)

20

(58,82)

0

(0)

0

(0) Tidak setuju

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

29

Tabel XVI. Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Terkait Resep Antibiotika berdasarkan Permenkes No. 73 Tahun 2016

No. Pilihan Ya

(%)

Tidak

(%)

1.

Skrining

Administratif 34

(100)

0

(0)

Farmasetika 33

(97,05)

1

(2,94)

Klinis 33

(97,05)

1

(2,94)

100

(98,02)

2

(1,98)

8 Tidak memahami penyakit menular 0

(0)

18

(52,94)

16

(47,05)

0

(0) Tidak setuju

9 Permintaan hanya sedikit 0

(0)

18

(52,94)

16

(47,05)

0

(0) Tidak setuju

10 Pelayanan dilakukan oleh Tenaga Teknis Kefarmasian 1

(2,94)

19

(55,88)

14

(41,17)

0

(0) Tidak setuju

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

30

2.

Dispensing

Penyiapan obat 34

(100)

0

(0)

Penyerahan obat 34

(100)

0

(0)

Pemberian informasi Obat 34

(100)

0

(0)

102

(100)

0

(0)

3.

Pelayanan Informasi

Obat (PIO)

Menjawab pertanyaan pasien serta menyediakan informasi dan edukasi kepada

pasien mengenai obat

34

(100)

0

(0)

Melakukan dokumentasi Pelayanan Informasi Obat (data pasien, metode

pelayanan informasi obat, dll.)

20

(58,82)

14

(41,17)

54

(79,41)

14

(20,59)

4.

Konseling

Menanyakan 3 Prime Question kepada pasien yang membawa resep 19

(55,88)

15

(44,11)

Menggali informasi serta memberikan penjelasan pada pasien terkait

penggunaan obat

34

(100)

0

(0)

Melakukan verifikasi pada pasien untuk memastikan tingkat kepahaman pasien 19

(55,88)

15

(44,11)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

31

72

(70,58)

30

(29,42)

5.

Pelayanan Kefarmasian

di Rumah

Pendampingan pengelolaan obat di rumah 13

(38,23)

21

(61,76)

Identifikasi kepatuhan dan penggunaan obat di rumah 0

(0)

34

(100)

13

(19,11)

55

(80,89)

6.

Pemantauan Terapi Obat

Melakukan identifikasi masalah terkait obat 15

(44,11)

19

(55,88)

Memberikan rekomendasi tindak lanjut serta berkomunikasi dengan tenaga

kesehatan lain (mis. dokter penulis resep)

15

(44,11)

19

(55,88)

30

(44,11)

38

(55,89)

7.

Monitoring Efek

Samping Obat (MESO)

Mengidentifikasi obat dan pasien yang beresiko tinggi mengalami efek samping

suatu obat pada dosis normal

14

(41,17)

20

(58,82)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PELAYANAN KEFARMASIAN BAGI PASIEN DENGAN … · antibiotika tanpa perlu menggunakan resep dapat berujung pada tingginya penggunaan antibiotika yang tidak rasional (Azevedo et al.,

32

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi berjudul “Pelayanan

Kefarmasian Bagi Pasien Dengan Antibiotika

Di Apotek Wilayah Kota Yogyakarta Tahun

2018” bernama Riska Yulia Antyta Bahat,

putri pertama dari pasangan Iden S. Bahat, SE

dan (Almh) Yiyin R. Tumon, SE. Penulis lahir

di Palangka Raya pada tanggal 20 Juli 1996.

Pendidikan yang telah ditempuh yakni TK

Adhyaksa XVIII Palangka Raya (2000-2002), kemudian penulis

melanjutkan ke SDN Percobaan Palangka Raya (2002-2008). Setelah lulus,

penulis melanjutkan ke SMPN 2 Palangka Raya (2008-2011). Penulis

kemudian melanjutkan ke SMAN 2 Palangka Raya (2011-2014), dan

selanjutnya menempuh pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun 2014.

Penulis mendapatkan penghargaan dari HMJ Sastra Inggris Universitas

Negeri Malang atas partisipasinya sebagai peserta dalam kegiatan

National English Olympiad “Let Your Creation Burst” (2012). Selama

menjadi mahasiswi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, penulis

berpartisipasi sebagai peserta dalam kegiatan Seminar Nasional

Interprofessional Health Care “Take Care Your Miraculous Filter

Perfectly” (2014) dan Seminar Nasional Interprofessional Health Care

“Good Team, Good Work, Dood Result for The Better Future” (2016),

serta turut berpartisipasi sebagai panitia dalam kegiatan Desa Mitra II:

Penyuluhan Hipertensi dan Desa Mitra III & IV: Senam Sehat, Penyerahan

TOGA, dan Pengobatan Gratis “Pola Hidup Sehat, Tekanan Darah

Terkendali” (2014) sebagai Sekretaris II. Penulis juga mengikuti kegiatan

Farmasi 3 on 3 and Dance Competition “Journey to the Top” (2016)

dengan jabatan Koordinator Divisi P3K.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI