pelatihan pra dokter

44
BAGIAN PERTAMA - HASIL PEMBINAAN KELUARGA BAB I LATAR BELAKANG KELUARGA BINAAN 1.1. Data Demografi Keluarga Binaan Tabel 1. Susunan Keluarga Wayan Putra No Nama JK Umur Pendidik an Hubungan dgn KK Pekerja an 1 Wayan Putra L 35 th Tamat SD KK Supir, Petani 2 Ni Ketut Siki P 26 th Tamat SMP Istri KK Petani 3 Wayan Friska Wahyuni P 8 th SD kelas 2 Anak KK Pelajar 4 Made Ayu Krisnayanti P 15 Bln - Anak KK - Gambar 1. Sistem Kekerabatan Wayan Putra 1. Wayan Putra – KK 2. Ni Ketut Siki – Istri KK 3. Wayan Friska Wahyuni – Anak KK 4. Made Ayu Krisnayanti – Anak KK 1 Keterangan : Laki-laki Perempuan 1 2 3 4

description

pelatihan pra dokter kkn fk unud 2015 desa bayung gede

Transcript of pelatihan pra dokter

BAGIAN PERTAMA - HASIL PEMBINAAN KELUARGA

BAB I

LATAR BELAKANG KELUARGA BINAAN

1.1. Data Demografi Keluarga Binaan

Tabel 1. Susunan Keluarga Wayan Putra

No Nama JK Umur Pendidikan Hubungan dgn KK Pekerjaan

1 Wayan Putra L 35 th Tamat SD KK Supir, Petani

2 Ni Ketut Siki P 26 th Tamat SMP Istri KK Petani

3 Wayan Friska Wahyuni P 8 th SD kelas 2 Anak KK Pelajar

4 Made Ayu Krisnayanti P 15

Bln - Anak KK -

Gambar 1. Sistem Kekerabatan Wayan Putra

1. Wayan Putra – KK

2. Ni Ketut Siki – Istri KK

3. Wayan Friska Wahyuni – Anak KK

4. Made Ayu Krisnayanti – Anak KK

Keluarga Wayan Putra terdiri dari ayah, ibu, dan dua orang anak. Keluarga ini

beragama Hindu. Dalam kehidupan sehari-hari, pengambilan keputusan berada di

tangan KK.

1

Keterangan :

Laki-laki

Perempuan

1 2

3 4

Tabel 2. Susunan Keluarga Nyoman Garis

No Nama JK Umur Pendidikan Hubungan dgn KK Pekerjaan

1 Nyoman Garis L 42 th Tidak tamat SD KK Petani

2 Putu Ayu Apsari P 36 th Tamat SD Istri KK Petani3 Wayan Suyoga L 16 th SMP Anak KK Pelajar4 Made Suputra L 12 th SD Anak KK Pelajar

Gambar 2. Sistem Kekerabatan Nyoman Garis

1. Nyoman Garis – KK

2. Putu Ayu Apsari – Anak KK

3. Wayan Suyoga – Anak KK

4. Made Suputra – Anak KK

Keluarga Nyoman Garis terdiri dari ayah, ibu dan dua orang anak. Saat ini KK

tinggal bersama istri dan dua anaknya. Dalam kehidupan sehari-hari, pengambilan

keputusan berada di tangan KK.

2

Keterangan :

Laki-laki

Perempuan

1 2

43

Tabel 3. Susunan Keluarga Wayan Tomog

No Nama JK Umur Pendidikan Hubungan dgn KK Pekerjaan

1 Wayan Tomog L 40 th Tamat SD KK Petani2 Ni Wayan Warni P 39 th Tamat SD Istri KK Pedagang3 I Wayan Tegayasa L 18 th SMA Anak KK Pelajar4 I Nengah Budarianto L 15 th SMP Anak KK Pelajar5 Ni Nyoman Diantari P 8 th SD Anak KK Pelajar

Gambar 3. Sistem Kekerabatan Wayan Tomog

3

Keterangan :

Laki-laki

Perempuan

1 2

53 4

1. Wayan Tomog – KK

2. Ni Wayan Warni – Istri KK

3. Komang Ariawan – Anak KK

4. Luh Ayu Utami – Anak KK

Keluarga Wayan Tomog terdiri dari ayah, ibu dan tiga orang anak. Saat ini

KK tinggal bersama istri dan dua anaknya. Keluarga ini beragama Hindu.

Dalam kehidupan sehari-hari, pengambilan keputusan berada di tangan KK.

1.2. Status Sosial Ekonomi Keluarga Binaan

Keluarga Wayan Putra

Penghasilan dari keluarga Wayan Putra bersumber dari penghasilan

Wayan Putra, dan Ni Ketut Siki. Wayan Putra bekerja sebagai supir

truk dan petani jeruk memperoleh penghasilan dari hasil bekerja

sebagai supir untuk mengambil pupuk Rp. 100.000 setiap kali bertugas

dan hasil dari bertani didapatkan setiap panen pertahunnya kurang lebih

sebesar Rp 10.000.000, panen besar biasanya berlangsung pada bulan

Agustus atau September. Namun, terkadang Wayan Putra juga bekerja

sebagai buruh tani di lahan orang lain untuk mendapatkan penghasilan

tambahan apa bila tidak ada permintaan untuk menjadi supir dan

memperoleh upah sebesar kurang lebih Rp 30.000,- setiap harinya.

Untuk pengeluaran kebutuhan sehari-hari, seperti makanan, dalam

sehari keluarga Wayan Putra menghabiskan sekitar 1-3 kg beras, lauk

pauk dan sayur didapat dengan membeli di pasar atau terkadang sayur-

sayuran didapat dari hasil menanam sendiri di kebun miliknya. Bapak

Wayan Putra saat ini sudah mendapatkan bantuan beras miskin setiap

bulannya sebanyak 15 Kg per KK miskin dan tiap bulannya bapak

mendapat beras miskin sebesar 15 Kg untuk setiap bulannya. Bantuan

beras ini sangat membantu bagi keluarga Bapak Wayan Putra karena

jatah untuk membeli beras dapat dialihkan untuk membeli lauk dan

untuk bekal anaknya ke sekolah.

Keluarga Bapak Wayan Putra ini tidak menganggarkan secara khusus

biaya-biaya di bidang sosial. Apabila terdapat pengeluaran tertentu di

bidang sosial seperti iuran banjar, uang untuk warga yang memiliki

duka (sakit, kematian, ngaben), uang untuk hadiah apabila terdapat

warga yang mempunyai acara tertentu, dan sebagainya biasanya

disesuaikan. Jadi, apabila ada pengeluaran mendadak yang berkaitan

dengan keperluan sosial maka semua biaya tersebut disesuaikan dengan

kondisi keuangan keluarga pada saat itu.

Keluarga Nyoman Garis

Keluarga Bapak Nyoman Garis termasuk keluarga dengan ekonomi

kurang. Pendapatan keluarga Bapak Nyoman Garis berasal dari hasil

panen perkebunan yang tidak terlalu banyak setiap tahunnya sekitar Rp

8.000.000,- dan juga berasal dari bantuan sang istri dikatakan belum

mencukupi. Ibu Putu Ayu Apsari bekerja sebagai buruh tani dengan

penghasilan rata-rata Rp 30.000,- per hari. Apabila hasil pemasukan ini

ditambahkan dengan penghasilan P ak Nyomann Garis setiap bulannya

rata-rata keluarga Pak Nyoman Garis memperoleh penghasilan ± Rp

1.300.000,-. Untuk keperluan makan sehari-hari, keluarga Pak Nyoman

Garis menghabiskan uang sebesar ± Rp 30.000,- yang digunakan untuk

membeli bahan makanan yang akan dimasak untuk makan keluarga.

Selain biaya makan untuk dirinya, sang istri, dan anaknya, keluarga

Bapak Nyoman Garis juga harus mengeluarkan biaya untuk keperluan

bulanannya seperti listrik dan kebutuhan sehari-hari. Biaya yang harus

dikeluarkan Bapak Nyoman Garis untuk listrik adalah sebesar Rp

50.000,- setiap bulan. Untuk kebutuhan lainnya, seperti deterjen, sabun

mandi, sabun cuci, dan sebagainya, keluarga Bapak Nyoman Garis

menghabiskan biaya sebesar kurang lebih Rp 30.000,- s/d Rp 50.000,-.

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa biaya yang harus dikeluarkan

keluarga Bapak Nyoman Garis untuk memenuhi kebutuhan sehari-

harinya nyaris menghabiskan seluruh pendapatan dari keluarga tersebut.

Keluarga ini tidak menganggarkan secara khusus biaya-biaya di bidang

sosial. Apabila terdapat pengeluaran tertentu di bidang sosial seperti

iuran banjar, uang untuk warga yang memiliki duka (sakit, kematian,

ngaben), uang untuk hadiah apabila terdapat warga yang mempunyai

acara tertentu, dan sebagainya biasanya disesuaikan.

Keluarga Wayan Tomog

Penghasilan dari keluarga Wayan Tomog bersumber dari penghasilan

Bapak Wayan Tomog sebagai petani dan istrinya Ni Wayan Warni yang

berprofesi sebagai pedagang. Ni Wayan Warni yang bekerja sebagai

pedagang memperoleh penghasilan per bulan sekitarRp 1.000.000,-

sampai Rp 2.000.000,- setiap bulannya jika dagangannya laku dan

Wayan Tomog yang bekerja sebagai Petani memperoleh penghasilan

sebesar Rp 12.000.000,- setiap tahunnya jadi kurang lebih Pak Tomog

mendapatkan penghasilan sebesar Rp. 1.000.000,- setiap bulannya.

Apabila hasil pemasukan ini dikonversi setiap bulannya rata-rata

keluarga Bapak Wayan Tomog memperoleh penghasilan ± Rp.

3.000.000,- untuk memenuhi kebutuhan sebanyak empat orang.

Untuk pengeluaran kebutuhan sehari – hari, seperti makanan, dalam

sehari keluarga Wayan Tomog menghabiskan 3-4 kg beras, lauk pauk

dan sayur didapat dengan membeli di pasar. Keluarga ini mengeluarkan

biaya untuk membeli air dari distributor air sebesar Rp 180.000,- per

bulannya karena tidak ada mata air ataupun sumber PDAM di

lingkungan rumah mereka dan mereka juga membuat tempat

penampungan air hujan , sedangkan untuk listrik rata-rata setiap bulan

menghabiskan Rp 100.000,-.

Keluarga Bapak Wayan Tomog ini tidak menganggarkan secara khusus

biaya-biaya di bidang sosial. Apabila terdapat pengeluaran tertentu di

bidang sosial seperti iuran banjar, uang untuk warga yang memiliki

duka (sakit, kematian, ngaben), uang untuk hadiah apabila terdapat

warga yang mempunyai acara tertentu, dan sebagainya biasanya

disesuaikan. Jadi, apabila ada pengeluaran mendadak yang berkaitan

dengan keperluan sosial maka semua biaya tersebut disesuaikan dengan

kondisi keuangan keluarga pada saat itu.

1.3. Rumusan Masalah Kesehatan Keluarga Binaan

Keluarga Wayan Putra

Masalah Kesehatan

Bapak Wayan Putra sendiri memiliki penyakit tekanan darah tinggi.

Penyakitnya diketahui sejak dua tahun yang lalu saat ada pemeriksaan

geratis di desa. Karena cuaca yang dingin, bapak Wayan Putra sering

mengkonsumsi kopi, dalam satu hari Bapak Wayan Putra dapat

mengkonsumsi kopi sebanyak 4 sampai 5 gelas kopi. Sedangkan

istrinya tidak mengalami penyakit tekanan darah tinggi. Keluarganya

terutama kedua anaknya dikatakan sering menderita batuk, pilek, dan

demam. Karena sekarang cuaca di desa dikatakan cukup dingin.

Dikatakan bahwa jika sakit, keluarga berobat ke Puskesmas Kintamani

VI, karena keluarga Bapak Nyoman Putra mempunyai jaminan

kesehatan JAMKESMAS.

Keluarga Nyoman Garis

Masalah Kesehata n

Permasalahan kesehatan keluarga Bapak Nyoman Garis adalah

penyakit infeksi terutama diare. Dikatakan bahwa jika ada anggota

keluarga yang sakit, keluarga berobat ke Bidan desa dan Puskesmas

Kintamani VI, karena dekat dengan rumah.

Keluarga Wayan Tomog

Masalah Kesehatan

Berdasarkan hasil pemeriksaan didapatkan bahwa Bapak Wayan

Tomog menderita penyakit sesak nafas yang dideritanya sejak kecil.

Biasanya Bapak Wayan Tomog datang ke Puskesmas pada saat terasa

keluhan sesak nafas yang berat saja. Selain itu Bapak Wayan Tomog

sering merasakan pusing dan sakit kepala sehingga sering mengganggu

pekerjaannya. Apabila Bapak Wayan Tomog sakit, praktis akan

mengurangi hasil pendapatannya setiap bulan.

BAB IIKEGIATAN PADA KELUARGA BINAAN

2.1. Promosi Kesehatan dan Partisipasi Keluarga Binaan pada Setiap

Kegiatan

Keluarga Wayan Putra

No Tanggal Kegiatan

1 2 Agustus 2015 Perkenalan dengan KK dampingan dan menjelaskan

tujuan dari dilaksanakannya program PPD

2 5 Agustus 2015 Mengetahui profil keluarga KK Dampingan dan

identifikasi riwayat dan masalah kesehatan

3 9 Agustus 2015 Promosi kesehatan mengenai perilaku hidup bersih

dan sehat terutama cara mencuci tangan yang baik dan

benar, mandi dan menggosok gigi yang baik dan benar

pada keluarga bapak Wayan Putra

4 12 Agustus 2015 Promosi kesehatan tentang hipertensi dan bahaya

komplikasi hipertensi

5 16 Agustus 2015 Promosi kesehatan tentang bahaya merokok, alkohol

dan narkoba terhadap penyakit yang diderita

6 19 Agustus 2015 Promosi kesehatan tentang pencegahan penyakit

menular seperti TB, diare dan HIV/AIDS

7 23 Agustus 2015 Promosi kesehatan tentang beberapa penyakit kulit

8 26 Agustus 2015 Promosi kesehatan tentang kesehatan gigi dan mulut

serta pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi

9 29 Agustus 2015 Pemberian beberapa obat-obatan, vitamin serta

kenang-kenangan kepada keluarga bapak Wayan Putra

Partisipasi dari keluarga Bapak Wayan Putra cukup baik dan mereka cukup

antusias menerima saya selaku mahasiswa PPD dan mampu menerima penjelasan

dan edukasi yang saya diberikan selama beberapa kali melakukan kunjungan ke

rumahnya. Promosi kesehatan diberikan pada seluruh keluarga bapak I Wayan

Putra, terutama difokuskan pada kasus hipertensi yang sedang dialami oleh bapak

Wayan Putraya itu tentang edukasi mengenai hipertensi.

Keluarga Nyoman Garis

No Tanggal Kegiatan

1 2 Agustus 2015 Perkenalan dengan KK dampingan dan menjelaskan

tujuan dari dilaksanakannya program PPD

2 5 Agustus 2015 Mengetahui profil keluarga KK Dampingan dan

identifikasi riwayat dan masalah kesehatan

3 9 Agustus 2015 Promosi kesehatan mengenai perilaku hidup bersih

dan sehat terutama cara mencuci tangan yang baik dan

benar, mandi dan menggosok gigi yang baik dan benar

pada keluarga bapak Nyoman Garis

4 12 Agustus 2015 Promosi kesehatan tentang diare

5 16 Agustus 2015 Promosi kesehatan tentang bahaya merokok, alkohol

dan narkoba terhadap penyakit yang diderita

6 19 Agustus 2015 Promosi kesehatan tentang pencegahan penyakit

menular seperti TB, diare dan HIV/AIDS

7 23 Agustus 2015 Promosi kesehatan tentang beberapa penyakit kulit

8 26 Agustus 2015 Promosi kesehatan tentang kesehatan gigi dan mulut

serta pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi

9 29 Agustus 2015 Pemberian beberapa obat-obatan, vitamin serta

kenang-kenangan kepada keluarga bapak Nyoman

Garis

Partisipasi dari keluarga bapak Nyoman Garis sangat baik dan sangat menerima

kedatangan saya selaku mahasiswa PPD. Mereka sangat terbuka dalam

mengemukakan masalah – masalah yang kesehatan yang dialaminya. Promosi

kesehatan diberikan pada seluruh keluarga bapak Nyoman Garis. Promosi PHBS

menjadi salah satu kendala utama dari keluarga ini karena kurangnya pasokan

sumber air bersih di lingkungan rumah. Promosi kesehatan ditekankan pada

penjelasan tentang pengaturan pola hidup sehat dan pola makan yang

berhubungan dengan penyakit yang sedang diderita oleh Bapak Nyoman Garis

yaitu diare.

Keluarga Wayan Tomog

No Tanggal Kegiatan

1 2 Agustus 2015 Perkenalan dengan KK dampingan dan menjelaskan

tujuan dari dilaksanakannya program PPD

2 5 Agustus 2015 Mengetahui profil keluarga KK Dampingan dan

identifikasi riwayat dan masalah kesehatan

3 9 Agustus 2015 Promosi kesehatan mengenai perilaku hidup bersih

dan sehat terutama cara mencuci tangan yang baik dan

benar, mandi dan menggosok gigi yang baik dan benar

pada keluarga bapak Wayan Tomog

4 12 Agustus 2015 Promosi kesehatan tentang Asma

5 16 Agustus 2015 Promosi kesehatan tentang bahaya merokok, alkohol

dan narkoba terhadap penyakit yang diderita

6 19 Agustus 2015 Promosi kesehatan tentang pencegahan penyakit

menular seperti TB, diare dan HIV/AIDS

7 23 Agustus 2015 Promosi kesehatan tentang beberapa penyakit kulit

8 26 Agustus 2015 Promosi kesehatan tentang kesehatan gigi dan mulut

serta pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi

9 29 Agustus 2015 Pemberian beberapa obat-obatan, vitamin serta

kenang-kenangan kepada keluarga bapak Wayan

Tomog

Partisipasi dari keluarga Wayan Tomog sangat baik dan menerima dengan hangat

kunjungan dari saya selaku mahasiswa PPD. Bapak Wayan Tomog sangat terbuka

dalam mengemukakan masalah – masalah yang kesehatan yang dialaminya.

Promosi kesehatan diberikan pada seluruh keluarga bapak Wayan Tomog.

Promosi PHBS menjadi salah satu kendala utama dari keluarga ini karena

kurangnya pasokan sumber air bersih di lingkungan rumah. Promosi kesehatan

menitikberatkan pada penjelasan tentang penyakit asma.

BAB III

HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

Selama melakukan kunjungan ke rumah KK binaan dalam rangka PPD di Desa

Bayung Gede, awalnya keluarga yang menyambut mahasiswa dengan ramah

untuk berdiskusi mengenai permasalahan ekonomi dan kesehatan dalam

keluarganya, dan setelah diberikan penjelasan dan pendekatan yang baik, keluarga

mulai memahami dan menerima informasi baru serta mulai aktif berdiskusi

mengenai permasalahan dalam keluarganya.

3.1 Keluarga Wayan Putra

Dari hasil selama melakukan kunjungan dan promosi kesehatan yang

dilakukan selama kegiatan PPD di Desa Bayung Gede ini, dimana selama

kegiatan keluarga Bapak Wayan Putra cukup antusias menerima edukasi dan

penjelasan dari mahasiswa PPD. Didapatkan hasil telah terjadi peningkatan

pengetahuan dari keluarga binaan ini. Promosi Kesehatan PHBS dilakukan

pada semua keluarga dan cukup merubah pola hidup bersih dan sehat dari

keluarga ini. Dimana keluarga ini setelah mendapatkan edukasi tersebut telah

merubah kebiasaan hidupnya yaitu kegiatan menyikat gigi yang sebelumnya

hanya dilakukan sebanyak 1 kali yaitu saat setelah mandi, saat ini menjadi 2

kali sehari setelah mandi dan sebelum tidur. Mandi dikatakan hanya sekali

sehari karena cuaca dingin dan karena pasokan air yang terbatas karena tidak

adanya sumber mata air. Cuci tangan yang sebelumnya dilakukan hanya saat

setelah makan saat ini kegiatan cuci tangan dilakukan saat sebelum dan

setelah makan. Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) di jamban

pribadi. Pakaian diganti setiap 1 kali sehari. Untuk memasak, bahan makanan

dicuci menggunakan air sebelum dimasak. Air minum dimasak terlebih dahulu

sebelum diminum. Menu makanan sehari-hari biasanya berupa nasi, sayur,

kadang kadang berisi daging seperti ikan atau ayam yang cukup untuk

menunjang status gizi dari keluarga ini. Promosi kesehatan tentang hipertensi

ditekankan pada keluarga ini oleh karena Bapak Wayan Putra menderita

hipertensi yang diderita sejak enam bulan yang lalu. Untuk kesehatan

lingkungan disarankan pada keluarga untuk lebih menjaga kebersihan

terutama menjaga kebersihan kamar dan agar sirkulasi udara di kamarnya

dapat bersirkulasi dengan baik dengan membuka jendela dan pintu setiap pagi

agar udara segar dan cahaya matahari dapat masuk sehingga dapat mengurangi

kelembaban ruangan di kamarnya. Keluarga binaan ini memiliki dapur yang

terkadang masih menggunakan tungku dan kayu bakar yang asapnya tidak

baik untuk kesehatan dan ventilasi ruangan dapur yang kurang. Jadi perlu

ditekankan untuk membuat cerobong asap dan lebih sering membuka jendela

sehingga udara dan sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah.

3.2 Keluarga Nyoman Garis

Dari hasil selama melakukan kunjungan dan promosi kesehatan yang

dilakukan selama kegiatan PPD di Desa Bayung Gede ini, dimana selama

kegiatan keluarga Bapak Nyoman Garis cukup antusias menerima edukasi dari

mahasiswa PPD. Didapatkan hasil telah terjadi peningkatan pengetahuan dari

keluarga binaan ini. Promosi Kesehatan PHBS dilakukan pada semua keluarga

dan cukup merubah pola hidup bersih dan sehat dari keluarga ini. Setelah

diberikan edukasi pada keluarga binaan Bapak Nyoman Garis kegiatan mandi

yang sebelumnya hanya dilakukan sebanyak 1 kali sehari saat ini dilakukan 2

kali sehari. Sikat gigi yang biasanya dilakukan saat setelah mandi, saat ini

menjadi 2 kali sehari yaitu setelah mandi dan sebelum tidur. Pakaian selalu

diganti setiap hari sebanyak 1 kali. Mencuci tangan dilakukan pada wadah

yang berisi air. BAB dan BAK dilakukan di jamban pribadi. Untuk memasak,

bahan makanan dicuci menggunakan air sebelum dimasak. Air minum

dimasak terlebih dahulu sebelum diminum. Untuk keperluan makanan sehari-

hari biasanya berupa nasi dan sayur sayuran. Kadang-kadang disertai daging

atau tempe yang cukup untuk menunjang status gizi dari keluarga ini. Untuk

kesehatan lingkungan disarankan pada keluarga untuk lebih menjaga

kebersihan dan mengelola sampah dengan baik untuk mengurangi populasi

lalat. Keluarga binaan ini memiliki dapur yang masih menggunakan kayu

bakar yang asapnya tidak baik untuk kesehatan. Jadi perlu ditekankan untuk

membuat ventilasi tambahan. Promosi juga ditekankan pada pola makan yang

seimbang, pentingnya olahraga, dan mengubah pola hidup yang lebih sehat.

3.3 Keluarga Wayan Tomog

Dari hasil selama melakukan kunjungan dan promosi kesehatan yang

dilakukan selama kegiatan PPD di Desa Bayung Gede ini, dimana selama

kegiatan keluarga Bapak Wayan Tomog cukup antusias menerima edukasi

dari mahasiswa PPD. Didapatkan hasil telah terjadi peningkatan pengetahuan

dari keluarga binaan ini. Promosi Kesehatan PHBS dilakukan pada semua

keluarga dan cukup merubah pola hidup bersih dan sehat dari keluarga ini.

Setelah diberikan edukasi pada keluarga binaan Bapak Wayan Tomog

kegiatan mandi yang sebelumnya hanya dilakukan sebanyak 1 kali sehari saat

ini dilakukan 1-2 kali sehari. Sikat gigi yang biasanya dilakukan saat setelah

mandi, saat ini dilakukan sebanyak 1 kali yaitu saat setelah mandi, saat ini

menjadi 2 kali sehari yaitu setelah mandi dan sebelum tidur. Pakaian selalu

diganti setiap hari sebanyak 1 kali. Mencuci tangan dilakukan pada wadah

yang berisi air. BAB dan BAK dilakukan di jamban pribadi. Untuk memasak,

bahan makanan dicuci menggunakan air sebelum dimasak. Air minum

dimasak terlebih dahulu sebelum diminum. Untuk memasak, bahan makanan

dicuci menggunakan air sebelum dimasak. Untuk keperluan makanan sehari-

hari biasanya berupa nasi dan sayur sayuran. Kadang-kadang disertai daging,

tempe, ataupun telur ayam cukup menunjang status gizi tersebut. Untuk

kesehatan lingkungan disarankan pada keluarga untuk lebih menjaga

kebersihan dan mengelola sampah dengan baik untuk mengurangi populasi

lalat. Keluarga binaan ini memiliki dapur yang masih menggunakan tungku

dan kayu bakar yang asapnya tidak baik untuk kesehatan dan ventilasi ruangan

yang kurang. Jadi perlu ditekankan untuk membuat cerobong asap dan lebih

sering membuka jendela sehingga udara dan sinar matahari dapat masuk ke

dalam rumah. Promosi kesehatan juga menitikberatkan pada penyakit Asma

yang diderita oleh Bapak Wayan Tomog serta menekankan bahwa penting

untuk meminum obat secara teratur juga memeriksakan diri ke poskedes atau

puskesmas secara rutin.

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1. Simpulan

1. Seluruh Keluarga binaan memiliki lingkungan fisik rumah yang sudah

cukup, dengan kondisi ekonomi yang beragam dan perilaku hidup bersih

dan sehat yang kurang serta telah terjalin hubungan yang baik dan

harmonis dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat sekitarnya.

2. Terdapat persepsi yang kurang tepat mengenai konsep sakit dan anggapan

bahwa sudah sembuh ketika penyakit yang dialaminya tidak menunjukkan

gejala yang disebabkan rendahnya tingkat pendidikan. Pengetahuan

penderita dan keluarga tentang penyakit serta penanganannya masih sangat

kurang, sehingga dianggap tidak perlu untuk memeriksakan diri dan

minum obat secara teratur.

3. Selama kegiatan PPD di Desa Bayung Gede ini, yang telah penulis

lakukan adalah mempraktekkan teori kedokteran keluarga, yaitu dengan

memberikan KIE dan motivasi baik kepada pihak penderita dan juga

keluarganya tentang penyakit yang dihadapi. Juga disampaikan mengenai

pentingnya cuci tangan sebelum melakukan aktivitas yang memerlukan

kebersihan.

4.2. Saran

1. Seluruh anggota keluarga hendaknya turut mendukung proses pengobatan

penderita, baik dengan menyediakan makanan yang sesuai dengan pola

diet penderita dan minum obat secara teratur serta mengingatkan penderita

agar minum obat teratur dan kontrol rutin ke puskesmas setelah minum

obatnya habis.

2. Persepsi sakit yang kurang tepat di masing-masing keluarga binaan diubah

secara perlahan dengan melibatkan dukungan kader-kader di Banjar dan

peran serta pihak puskesmas yang lebih intensif misalnya dengan

melanjutkan program penyuluhan-penyuluhan dan pelatihan bagaimana

hidup sehat yang baik yang telah dilakukan di banjar di Desa Bayung

Gede.

3. Perlu ditekankan mengenai pentingnya mencuci tangan sebelum

melakukan aktivitas.

BAGIAN KEDUA – PENANGGULANGAN PENYAKIT/MASALAH ASMA

DENGAN PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Kasus

Penyakit Asma merupakan peradangan kronis yang umum terjadi pada

saluran napas yang ditandai dengan gejala yang bervariasi dan berulang,

penyumbatan saluran napas yang bersifat reversibel, dan spasme bronkus.

Biasanya penderita asma sering mengalami gejala – gejala seperti mengi,

batuk, dada terasa berat, dan sesak napas. Beberapa tahun terakhir penderita

asma meningkat dibeberapa negara berkembang, menurut WHO diperkirakan

sebanyak 15 juta orang penduduk dunia mengalami ketidakmampuan dalam

setahun akibat menderita asma.

Wayan Tomog merupakan KK binaan ketiga yaitu sebagai kepala

keluarga, suami dari Wayan Warni, dan ayah dari Wayan Tegayasa, Nengah

Budarianto, dan Nyoman Diantari. Wayan Tomog berasal dari suku Bali yang

asli berasal dari Desa Bayung Gede, Kecamatan Kintamani, Kabupaten

Bangli. Saat ini Wayan Tomog berumur 40 tahun. Bapak Wayan Tomog

dikatakan sudah menderita asma sejak usia muda kurang lebih 20 tahun yang

lalu dan sudah pernah 4 kali dirawat di Rumah Sakit. Alasan-alasan inilah

yang mendasari pemilihan kasus Asma sebagai laporan kasus penulis.

Identitas Pasien

Identitas Penderita

Nama : Wayan Tomog

Umur : 40 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pendidikan : Tamat SD

Pekerjaan : Petani

Status Pernikahan : Sudah Menikah

Riwayat Keluarga : Positif

Data Keluarga :

No Nama JK Umur Pendidikan Hubungan dgn KK Pekerjaan

1 Wayan Tomog L 40 th Tamat SD KK Petani2 Ni Wayan Warni P 39 th Tamat SD Istri KK Pedagang3 Wayan Tegayasa L 15 th SMP Anak KK Pelajar4 Nengah Budarianto L 13 th SMP Anak KK Pelajar5 Nyoman Diantari P 8 th SD Anak KK PElajar

1.2. Riwayat Kasus

Perjalanan Penyakit Penderita

Dari penelusuran Bapak Wayan Tomog menderita penyakit Asma selama kurang

lebih sejak usia 20 tahun. Bapak Wayan Tomog sudah pernah 4 kali opname oleh

karena penyakit ini. Saat kambuh, bapak Wayan Tomog biasa mengonsumsi obat-

obatan pribadi terlebih dahulu baru mencari pengobatan lebih lanjut ke

Puskesmas. Walaupun sudah sering terkena serangan asma, bapak Wayan Tomog

dan istrinya mengaku tidak terlalu mengerti mengenai bagaimana asma tersebut

bisa terjadi dan bagaimana mencegahnya. Riwayat penyakit khusus sepeti

hipertensi atau kencing manis dalam keluarganya belum diketahui karena KK dan

istrinya mengaku tidak memeriksakan diri, namun dikatakan selama ini tidak ada

keluhan. Untuk biaya pengobatan keluarga ini menggunakan biaya sendiri

dikarenakan tidak memiliki sistem jaminan kesehatan apa pun.

Riwayat Pengobatan

Penderita pernah dirawat di Rumah sakit karena serangan asma sebanyak 4 kali

pada tahun 1995, 1999, 2004, dan pada tahun 2010. Bapak Tomog tidak

mengetahui obat apa saja yang pernah di dapatkannya waktu di rawat di rumah

sakit. Namun untuk obat yang sekarang di dapatkannya di puskesmas bapak

tomog mendapatkan obat salbutamol.

Status Kesehatan Saat Ini

Selama mahasiswa PPD melakukan kunjungan ke rumah penderita, keadaan

penderita tampak baik. Penderita saat itu mengatakan dirinya sudah tidak

mengalami keluhan apapun, terakhir dikatakan pernah kambuh sesak nafas 1

tahun yang lalu, dan sekarang dikatakan dapat beraktivitas seperti biasa serta

dapat kembali bekerja sebagai petani.

BAB IIANALISIS SITUASI KELUARGA KASUS

2.1. Aspek Lingkungan Fisik Keluarga Binaan

Keluarga Bapak Wayan Tomog tinggal dalam 1 rumah permanen dengan

luas bangunan 10x8 meter. Rumah tersebut terdiri dari 3 ruangan dan 2

digunakan sebagai kamar yang masing-masing digunakan oleh Keluarga

Bapak Wayan Tomog dan istri, serta anak dari KK. Dinding rumah utamanya

terbuat dari bata dan berlantai keramik. Atap rumah terbuat dari seng dan

plafon rumah terbuat dari tripleks. Masing-masing kamar memiliki jendela

dan ventilasi, namun jendela tersebut jarang dibuka dan lebih sering tertutup

tirai. Masing-masing kamar terdapat satu buah lampu putih sebagai

penerangan dan tidak terdapat lampu di luar rumah. Bapak Wayan Tomog

juga memiliki 1 bangunan lainya yang digunakan sebagai dapur seluas 6x4

meter. Dapur KK terpisah dengan rumah, dimana dinding dapur terbuat dari

anyaman bambu dan beralaskan lantai semen. Dapur KK masih terdapat

tungku untuk memasak dan tidak ada cerobong asap di dapur KK. Aktivitas

MCK keluarga ini dilakukan di kamar mandi pribadi. Sumber air keluarga ini

didapat dari mata air yang dialirkan ke rumah menggunakan mesin pompa

pribadi. Ladang Keluarga Bapak Wayan Tomog terletak di sebelah rumahnya.

Transportasi ke ladang biasa dengan berjalan kaki.

2.2. Aspek Sosial Ekonomi Keluarga Binaan

Penghasilan dari keluarga Wayan Tomog bersumber dari penghasilan Bapak

Wayan Tomog sebagai petani dan istrinya Ni Wayan Warni yang berprofesi

sebagai pedagang. Ni Wayan Warni yang bekerja sebagai pedagang

memperoleh penghasilan per bulan sekitarRp 1.000.000,- sampai Rp

2.000.000,- setiap bulannya jika dagangannya laku dan Wayan Tomog yang

bekerja sebagai Petani memperoleh penghasilan sebesar Rp 12.000.000,-

setiap tahunnya jadi kurang lebih Pak Tomog mendapatkan penghasilan

sebesar Rp. 1.000.000,- setiap bulannya. Apabila hasil pemasukan ini

dikonversi setiap bulannya rata-rata keluarga Bapak Wayan Tomog

memperoleh penghasilan ± Rp. 3.000.000,- untuk memenuhi kebutuhan

sebanyak empat orang.

Untuk pengeluaran kebutuhan sehari – hari, seperti makanan, dalam sehari

keluarga Wayan Tomog menghabiskan 3-4 kg beras, lauk pauk dan sayur

didapat dengan membeli di pasar. Keluarga ini mengeluarkan biaya untuk

membeli air dari distributor air sebesar Rp 180.000,- per bulannya karena

tidak ada mata air ataupun sumber PDAM di lingkungan rumah mereka dan

mereka juga membuat tempat penampungan air hujan , sedangkan untuk

listrik rata-rata setiap bulan menghabiskan Rp 100.000,-.

2.3. Aspek Sosial Budaya Keluarga Binaan

Seluruh anggota keluarga Bapak Wayan Tomog beragama Hindu. Apabila

terdapat upacara keagamaan di rumah maupun di Desa biasanya tidak begitu

banyak membeli bahan banten karena sebagian besar dibuat sendiri dari

bahan-bahan yang tersedia di pekarangannya dan cukup membeli beberapa

bahan saja untuk bantennya di pasar. Sedangkan untuk kegiatan sembahyang

sehari-hari keluarga ini biasa mempersiapkan sendiri. Berkaitan dengan biaya

biasanya masih dapat disesuaikan dengan kondisi keuangan pada saat itu

sehingga tidak terlalu membebani keluarga.

Keluarga Bapak Wayan Tomog ini tidak menganggarkan secara khusus

biaya-biaya di bidang sosial. Apabila terdapat pengeluaran tertentu di bidang

sosial seperti iuran banjar, uang untuk warga yang memiliki duka (sakit,

kematian, ngaben), uang untuk hadiah apabila terdapat warga yang

mempunyai acara tertentu, dan sebagainya biasanya disesuaikan. Jadi, apabila

ada pengeluaran mendadak yang berkaitan dengan keperluan sosial maka

semua biaya tersebut disesuaikan dengan kondisi keuangan keluarga saat itu.

2.4. Aspek Sosial Psikologis Keluarga Binaan

Secara psikologis Keluarga Wayan Tomog dalam kondisi psikologis yang

baik dimana hubungan personal antar keluarga dapat terjalin dengan baik

walaupun sesekali terjadi perselisihan pendapat tetapi hal tersebut dapat

diselesaikan secara kekeluargaan. Hubungan antara bapak Wayan Tomog

sebagai KK, dengan istri, dan anak dapat terjalin dengan baik. Bapak Wayan

Tomog merasa bahagia dengan keluarganya walaupun dengan pendapatan

dan penghasilan yang dirasakan pas-pasan ataupun terkadang kurang.

BAB III

RUMUSAN MASALAH DAN SOLUSI

3.1. Status Kesehatan Anggota Keluarga Kasus

a. Status Gizi

Status gizi Bapak Wayan Tomog berada dalam batas normal yaitu dengan

tinggi badan 168 cm dan berat badan 65 Kg, didapatkan BMI sebesar

23,09 (normal).

b. Kelahiran

Bapak Wayan Tomog dikatakan lahir dengan normal di Desa Bayung

Gede. Dikatakan saat kecil beliau tidak pernah mengalami masalah

kesehatan yang serius.

c. Kematian

Di keluarga Bapak Wayan Tomog tidak ada yang pernah mengalami

penyakit serius yang dapat merenggut nyawa. Dalam 1 tahun terakhir ini

keluarga mereka hanya mengalami penyakit umum seperti flu, batuk, dan

demam.

d. Kesakitan

Dalam 1 tahun terakhir ini keluarga Bapak Wayan Tomog hanya

mengalami penyakit umum seperti flu, diare, dan demam. Dalam keluarga

ini tidak ada penyakit berat yang sampai memerlukan perawatan di rumah

sakit. Jika ada anggota keluarga yang sakit akan dibawa berobat ke

Puskesmas Kintamani VI.

e. Latar Belakang Penyakit

Wayan Tomog mengatakan sudah mengalami sesak yang sering kambuh

sejak kecil, tetapi baru dirasakan makin memberat dan nafas terdengear

bunyi mengi sejak berumur 20 tahun belakangan hingga berobat ke dokter

dan didiagnosa menderita penyakit asma. Sesak dikatakan sering kambuh

terutama pada kondisi cuaca yang terlalu dingin, kondisi tubuh kecapaian,

terkena asap. Saat kambuh keluhan utama beliau adalah sesak nafas,

batuk-batuk, rasa berat di dada dan susah bernafas. Juga dikatakan

terdengar bunyi mengi saat bernafas. Pasien juga dikeluhkan aktivitasnya

sangat terganggu. Dikeluarga dikatakan ibu dan saudari pak Wayan

Tomog juga pernah mengalami keluhan serupa, tapi tidak separah beliau.

Selain itu cuaca di tempat tinggal pasien juga sangat dingin dan berdebu.

Pekerjaan Wayan Tomog sebagai petani jeruk terutama saat panen sering

membuatnya kelelahan. Saat berkumpul bersama warga desa bapak Wayan

Tomog sering terpapar asap rokok teman-temannya. Bapak Wayan Tomog

mengatakan memiliki alergi terhadap makanan sari laut. Wayan Tomog

sudah memiliki obat sendiri untuk mengatasi asmanya dan juga telah

memiliki vitamin untuk menjaga daya tahan tubuhnya. Obat asma yang

dimiliki adalah salbutamol yang dibelinya di apotek. Jika serangan asma

muncul, bapak Wayan Tomog biasanya mengonsumsi obat miliknya

terlebih dahulu, jika masih belum merasa enakan, lalu diajak ke

Puskesmas VI.

Pada saat ini Wayan Tomog sedang tidak mengalami keluhan sesak

ataupun serangan asma, tetapi saat berdiskusi dengan penulis, sering

terdengar suara mengi meskipun tidak keras, dan nafasnya terasa sangat

berat dan agak cepat. Wayan Tomog terakhir kali mengalami serangan

lebih dari 1 tahun yang lalu. Biasanya saat serangan, Wayan Tomog lebih

banyak diam di tempat tidur untuk istirahat, bila tidak membaik baru

dibawa ke Bidan Desa di Ulian. Saat dilakukan pemeriksaan nadi 100

x/menit, laju napas 28 x/menit.

3.2 Persepsi Keluarga Tentang Konsep Sehat-Sakit

Persepsi keluarga Bapak Wayan Tomog tentang konsep sehat-sakit

nampaknya masih keliru. Penderita maupun keluarganya mengakui kurang

mengerti tentang bagaimana proses penyakit asma bisa terjadi dan apa saja

yang sebaiknya dilakukan untuk menghindari kambuhnya penyakit. Penderita

tidak tahu apa komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit yang

dideritanya. Adanya suatu persepsi yang salah tentang konsep sehat-sakit di

lingkungan keluarga binaan ini kemungkinan besar disebabkan oleh karena

rendahnya tingkat pendidikan dalam keluarga Bapak Wayan Tomog.

3.3 Solusi Masalah Kesehatan di Keluarga Binaan

Sesuai dengan tujuan dari PPD ini agar kita dapat menangani masalah

kesehatan secara komprehensif dengan pendekatan holistik, maka kedokteran

keluarga merupakan metode yang efektif untuk mengatasinya. Masalah

kesehatan merupakan masalah yang kompleks sehingga dalam

penatalaksanaanya sangat memerlukan tindakan yang bersifat holistik

(menyeluruh). Secara holistik dalam memandang sebuah penyakit,

merupakan suatu pendekatan dalam menilai penyakit yang sedang dialami

oleh seseorang secara utuh, tidak hanya aspek medis atau biologis namun

juga dari aspek lainnya seperti psikologis, sosial, ekonomi dan religius.

Kemunculan sebuah masalah kesehatan atau penyakit itu tidak terlepas dari

berbagai faktor yang mendasari kemunculan penyakit tersebut yang dikenal

dengan faktor risiko. Pendekatan holistik dalam memandang faktor risiko

sebuah permasalahan kesehatan tentunya tidaklah hanya melihat dari sisi

medis atau biologis saja, namun juga dari faktor lingkungan, gaya hidup atau

perilaku, kebugaran, gizi dan sebagainya.

Pemecahan masalah kesehatan pada kasus yang terjadi di keluarga binaan

dilakukan berdasarkan pendekatan kedokteran keluarga. Berbagai aspek harus

diperhatikan dalam pengelolaan kasus penyakit asma baik individu, keluarga

dan lingkungan. Tahapan pengelolaan kasus asma pada keluarga binaan

dilakukan sesuai dengan enam ciri utama layanan kedokteran keluarga, yaitu:

1. Personal

Mengobati penderita dengan memberikan perlakuan sebagai manusia

bukan sekedar mengobati penyakitnya saja. Dalam artian, penderita

ditangani secara holistik dari semua aspek kehidupannya, baik fisik, psikis,

dan lingkungan sosial. Karena sehat menurut WHO mengandung tiga

aspek yaitu fisik, mental dan sosial. Secara fisik, sudah dewasa dan sudah

mengerti sedikit mengenai penyakitnya. Untuk mengatasi masalah fisik

ini, kita perlu memberikan penanganan asma, dengan memberikan obat

yang tepat sesuai dengan diagnosis, indikasi, efektifitas dan tepat guna.

Dari segi mental, di sini perlu dikaji apakah asma pada penderita ini

memberikan suatu pengaruh psikis kepada penderita. Untuk masalah psikis

di sini, penderita tidak perlu mendapatkan penanganan lebih jauh, cukup

dengan dukungan dan kasih sayang dari keluarganya dan lingkungan

sekitar. Dari segi sosial, serangan asma akut pada penderita dapat

menimbulkan gangguan pada aktivitas sehari-hari penderita terutama saat

penderita di opname di rumah sakit.

2. Paripurna (Komprehensif)

Komprehensif artinya meliputi semua aspek tingkat pencegahan (primer,

sekunder, dan tersier). Upaya pencegahan tersebut dilaksanakan sesuai

dengan perjalanan alamiah kekambuhan penyakit tersebut. Penyakit asma

pada pasien ini mulai sejak kira-kira sejak penderita masih kecil, oleh

karena bersifat herediter, pada penderita asma didapatkan

hiperresponsibilitas dari saluran nafas saat terpapar dengan allergen yang

dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas yang pada orang normal tidak

terjadi. Kondisi ini dipicu oleh terpaparnya penderita pada allergen-alergen

yang spesifik seperti allergen dalam rumah, luar rumah, material kecil di

lingkungan, obat-obatan serta makanan dan juga diperberat oleh paparan

asap rokok, polusi udara, dan infeksi saluran nafas. Berdasarkan perjalanan

alamiah dari penyakit asma, pasien digolongkan sebagai penderita asma

intermiten tanpa komplikasi.

Pencegahan primer

Memberi penjelasan tentang asma, penyebab, faktor resiko

kekambuhannya, pengobatan, serta komplikasi kepada penderita dan

keluarganya.

Menyarankan untuk menghindari faktor resiko terjadinya serangan asma.

Adapun cara-caranya adalah sebagai berikut:

1. Membiasakan diri untuk hidup bersih dan sehat, serta membiasakan

diri untuk mencuci tangan dengan sabun baik sebelum maupun

sesudah menyiapkan makanan. Serta menghindari konsumsi makanan

sembarangan terutama sari laaut yang bisa menyebabkan terjadinya

serangan asma itu sendiri.

2. Menghindari faktor-faktor maupun hal-hal yang dapat mencetuskan

serangan asma akut pada penderita seperti menghindari allergen debu,

polusi udara, asap rokok, apabila dingin menggunakan jaket, apabila

bepergian menggunakan motor menggunakan masker, menghindari

bekerja terlalu lelah sehingga angka kekambuhan asma pada penderita

dapat ditekan dan dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

3. Menganjurkan keluarga pasien untuk rajin membersihkan rumah serta

membiasakan diri untuk memulai penggunaan jamban sehat.

Pencegahan sekunder

Memberikan pengobatan serangan asma akut yang tepat. Memberikan

penjelasan mengenai pengobatan asma kepada keluarga penderita. Apa

jenis obatnya, tujuan pengobatannya, efek sampingnya, dan akibatnya

apabila tidak patuh dalam menjalani pengobatannya. Perlu ditekankan

pada penderita bahwa tujuan pengobatan asma akut yang utama adalah

menghilangkan gejala akut, mempertahankan fisiologis paru secepat

mungkin, menghindari obstruksi permanen dari asma, merencanakan

terapi jangka panjang, dan untuk mengurangi hipoksemia.

Menyarankan penderita untuk memeriksakan diri apabila ada yang

memiliki keluhan asma akut untuk mendapat pengobatan yang lebih cepat

agar tidak sampai memburuk.

Pencegahan tersier

Apabila penderita mengalami sakit lain, sebaiknya secepatnya dilakukan

pemeriksaan dan pengobatannya.

Bila penyakitnya sudah sangat mengganggu aktivitas sehari-hari, penderita

disarankan untuk diperiksakan ke dokter spesialis paru.

3. Berkesinambungan

Berkesinambungan artinya melakukan sistem monitoring untuk

meningkatkan kepatuhan keluarga pasien dalam perubahan perilaku dan

pengobatan. Dalam kasus ini, kasus asma yang terjadi pada pasien dapat

dikontrol dengan menggunakan obat baik oral maupun inhalasi, serta tidak

sampai menimbulkan komplikasi yang berarti. Pasien juga teratur untuk

diperiksa ke puskesmas apabila gejalanya kambuh dan mendapat

dukungan dan kasih sayang dari keluarga dalam menghadapi penyakit

asmanya. Dilakukan pemantauan perkembangan penyakit penderita

dengan rutin mengadakan kunjungan rumah selama kegiatan PPD.

4 Koordinatif dan kolaboratif

Bekerja sama dan membagi peran dengan berbagai pihak terkait seperti

kelompok profesional (spesialis, analis, apoteker, dsb), pemuka atau tokoh

masyarakat, termasuk keluarga pasien sendiri. Selain itu dilakukan

koordinasi dengan keluarga penderita untuk berperan aktif mendukung

pengobatan penderita dan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk

mendukung kesehatan penderita.

5. Mengutamakan pencegahan

Pencegahan diutamakan pada anggota keluarga dan masyarakat yang

berisiko (belum sakit). Penyakit asma pada pasien ini terkait dengan faktor

herediter, lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang,

sehingga ada kemungkinan anak penderita di rumah juga mengalami

keluhan asma. Jadi, disarankan kepada pasien dan keluarga untuk

memeriksakan diri apabila mengalami keluhan yang dirasakan sama.

6. Memberdayakan keluarga dan masyarakat

Memberikan penjelasan kepada keluarga penderita tentang kondisi

penderita yang sesungguhnya. Dijelaskan bahwa penyakit penderita

merupakan penyakit yang kronis, dapat berulang, sehingga penderita harus

dihindarkan dari hal-hal yang menyebabkan serangan asma. Peran

keluarga dan lingkungan sangatlah besar dalam mengawasi kesehatan.

Memberikan penjelasan kepada keluarga bahwa penyakit penderita adalah

penyakit yang memiliki kecenderungan diturunkan dan terjadi berulang,

sehingga ada kemungkinan anak-anak penderita terkena penyakit asma

juga.

Menjelaskan mengenai pengobatan apabila terjadi serangan asma akut,

sehingga keluarga bisa mempersiapkan obat agar selalu tersedia di rumah

penderita.

Memberikan penjelasan kepada anggota keluarga penderita tentang

pentingnya kebersihan lingkungan baik itu di halaman rumah ataupun di

dalam rumah. Membiasakan diri agar menerapkan prilaku hidup bersih

dan sehat. Serta menghindari faktor pencetus asma akut, terutama

kebersihan diri dan dibersihkan rumah secara rutin satu minggu sekali.

BAB IV

SIMPULAN DAN SARAN

4.1. Simpulan

1. Keluarga binaan penulis memiliki lingkungan fisik rumah yang kurang

sehat, dengan keadaan ekonomi beragam, dan prilaku hidup sehat yang

masih kurang tetapi terjalin hubungan yang harmonis baik dalam

lingkungan keluarga ataupun masyarakat sekitarnya.

2. Terdapat persepsi yang kurang tepat mengenai konsep sakit dan anggapan

bahwa sudah sembuh ketika penyakit yang dialaminya tidak menunjukkan

gejala yang disebabkan rendahnya tingkat pendidikan. Pengetahuan

penderita dan keluarga tentang penyakit serta penanganannya masih sangat

kurang, sehingga dianggap tidak perlu untuk memeriksakan diri dan

minum obat secara teratur. Selain itu pada salah satu keluarga binaan

didapatkan adanya 1 anggota keluarga yang menderita asma, yang belum

mendapat edukasi dan pemeriksaan yang tepat.

3. Selama kegiatan PPD ini, yang telah penulis lakukan adalah

mempraktekkan teori kedokteran keluarga, yaitu dengan memberikan KIE

dan motivasi baik kepada pihak penderita dan juga keluarganya tentang

penyakit yang dihadapi.

4.2 Saran

1. Seluruh anggota keluarga hendaknya turut mendukung proses pengobatan

penderita, baik dengan menyediakan makanan yang sesuai dengan pola

diet penderita dan minum obat secara teratur serta mengingatkan penderita

agar minum obat teratur dan kontrol rutin ke puskesmas setelah obatnya

habis.

2. Persepsi tentang sehat-sakit yang masih keliru di keluarga binaan

hendaknya diubah secara perlahan dengan melibatkan dukungan kader-

kader kasehatan dan peran serta pihak puskesmas yang lebih intensif

misalnya dengan memberikan penyuluhan-penyuluhan dan pelatihan

bagaimana hidup sehat yang baik.

3. Peran aktif dari petugas kesehatan sangat diperlukan untuk memberikan

komunikasi, informasi dan edukasi yang tepat dan berkelanjutan pada

penderita dan orang-orang terdekatnya.