PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

48
PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA MASYARAKAT DESA BOJA, KEC. TERSONO, KAB. BATANG GUNA MENUMBUHKAN KEWIRAUSAHAAN MASYARAKAT SETEMPAT Fitri Nurjanah 1* , Fitriyani Mutiara Cadra 2 , Nur Fauziati 3 , Muchamad Aulia Arifin 4 , Cepi Kurniawan 5 1 Program Studi Pendidikan Tata Boga, Universitas Negeri Semarang 2 Program Studi Pendidikan IPA Terpadu, Universitas Negeri Semarang 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, Universitas Negeri Semarang 4 Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan, Universitas Negeri Semarang 5 Dosen Jurusan Kimia, Universitas Negeri Semarang * Email : [email protected] Abstract The avability of gnetum and catfish in Boja village was quite abundant. However, apart from being processed into vegetables, chips, and side dish, the yields of both potentials was not optimal enough to give income for the community because of the lack of entrepreneur ideas to do products innovation. From that problem, need to manufacturing training "Si bojo" and "Si bole" to the community in Boja village, Tersono district, Batang, to foster entrepreneurship. The purpose of this activity was to foster entrepreneurial interest in the local community with (Si abon, gnetum skins) and (Si bole, catfish nugget balls). This activity has been carried out on October 18th 2019 located in the Boja village hall by involving 15 people of the target community. The method used was interactive counseling and assistance or consultation with pre-activity, implementation, and target motivation stages. The result of the implementation of this activity was the improvement of gnetum and catfish processing skills. Keywords : Gnetum gnemon, Catfish, Abon, Ball nugget Abstrak Ketersediaan melinjo dan lele di Desa Boja cukup melimpah. Namun selain diolah menjadi sayur masak, emping, dan lauk goreng, hasil panen kedua potensi tersebut belum cukup optimal memberikan pendapatan bagi warga desa karena kurangnya ide pengusaha untuk melakukan inovasi produk. Dari permasalahan tersebut, perlu adanya Pelatihan Pembuatan Si Bojo dan Si Bole pada Masyarakat Desa Boja, Kecamatan Tersono, Kabupaten Batang Guna Menumbuhkan Kewirausahaan Masyarakat Setempat. Tujuan kegiatan ini adalah menumbuhkan minat kewirausahaan masyarakat Desa Boja dengan produk berupa Si Bojo (Si abon kulit melinjo) dan Si Bole (Si bola-bola nugget lele). Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 18 Oktober 2019 bertempat di Aula Balai Desa Boja dengan melibatkan 15 orang masyarakat sasaran. Metode yang digunakan adalah penyuluhan interaktif dan pendampingan/konsultasi dengan tahapan pra kegiatan, pelaksanaan, dan motivasi sasaran. Hasil dari pelaksanaan kegiatan ini adalah meningkatnya keterampilan pengolahan melinjo dan lele. Kata kunci : Melinjo, Ikan lele, Abon ,Bola bola nuget

Transcript of PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

Page 1: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA MASYARAKAT

DESA BOJA, KEC. TERSONO, KAB. BATANG GUNA MENUMBUHKAN

KEWIRAUSAHAAN MASYARAKAT SETEMPAT

Fitri Nurjanah1*

, Fitriyani Mutiara Cadra2,

Nur Fauziati3, Muchamad Aulia Arifin

4, Cepi Kurniawan

5

1Program Studi Pendidikan Tata Boga, Universitas Negeri Semarang

2Program Studi Pendidikan IPA Terpadu, Universitas Negeri Semarang

3Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa, Universitas Negeri Semarang

4Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan, Universitas Negeri Semarang

5Dosen Jurusan Kimia, Universitas Negeri Semarang

*Email : [email protected]

Abstract

The avability of gnetum and catfish in Boja village was quite abundant. However, apart from

being processed into vegetables, chips, and side dish, the yields of both potentials was not optimal

enough to give income for the community because of the lack of entrepreneur ideas to do products

innovation. From that problem, need to manufacturing training "Si bojo" and "Si bole" to the

community in Boja village, Tersono district, Batang, to foster entrepreneurship. The purpose of

this activity was to foster entrepreneurial interest in the local community with (Si abon, gnetum

skins) and (Si bole, catfish nugget balls). This activity has been carried out on October 18th 2019

located in the Boja village hall by involving 15 people of the target community. The method used

was interactive counseling and assistance or consultation with pre-activity, implementation, and

target motivation stages. The result of the implementation of this activity was the improvement of

gnetum and catfish processing skills.

Keywords : Gnetum gnemon, Catfish, Abon, Ball nugget

Abstrak

Ketersediaan melinjo dan lele di Desa Boja cukup melimpah. Namun selain diolah menjadi sayur

masak, emping, dan lauk goreng, hasil panen kedua potensi tersebut belum cukup optimal

memberikan pendapatan bagi warga desa karena kurangnya ide pengusaha untuk melakukan

inovasi produk. Dari permasalahan tersebut, perlu adanya Pelatihan Pembuatan Si Bojo dan Si

Bole pada Masyarakat Desa Boja, Kecamatan Tersono, Kabupaten Batang Guna Menumbuhkan

Kewirausahaan Masyarakat Setempat. Tujuan kegiatan ini adalah menumbuhkan minat

kewirausahaan masyarakat Desa Boja dengan produk berupa Si Bojo (Si abon kulit melinjo) dan

Si Bole (Si bola-bola nugget lele). Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 18 Oktober 2019 bertempat

di Aula Balai Desa Boja dengan melibatkan 15 orang masyarakat sasaran. Metode yang digunakan

adalah penyuluhan interaktif dan pendampingan/konsultasi dengan tahapan pra kegiatan,

pelaksanaan, dan motivasi sasaran. Hasil dari pelaksanaan kegiatan ini adalah meningkatnya

keterampilan pengolahan melinjo dan lele.

Kata kunci : Melinjo, Ikan lele, Abon ,Bola – bola nuget

Page 2: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

A. PENDAHULUAN

Desa Boja merupakan salah satu

desa di kecamatan Tersono,

Kabupaten Batang yang berbatasan

langsung dengan Desa Pujut di sisi

utara, Desa Wanar di sisi selatan, dan

disisi timur berbatasan dengan Desa

Plosowangi, sedangkan sebelah barat

berbabasan dengan Desa Rejosari

Timur. Desa Boja terbagi atas dua

padukuhan yaitu padukuhan atas

(Dusun Dambyak, Dusun Mranggen,

dan Dusun Ngampel) dan padukuhan

bawah (Dusun Boja).

Desa Boja memiliki letak

geografis yang unik, karena memiliki

letak geografis yang bervariasi dari

kontur dataran rendah pada sisi barat

dan utara berkontur dataran tinggi

pada sisi selatan dan timur. Pada

dataran rendah didominasi oleh area

persawahan dan pada dataran tinggi

didominasi oleh perkebunan.

Sehingga masyarakatnya banyak

bekerja sebagai petani dan buruh

harian lepas. Selain kegiatan

pertanian, terdapat pula kegiatan

perternakan.

Jika dilihat dari gapura arah

masuk desa Boja dipenuhi oleh

persawahan di kanan dan kiri jalan.

Persawahan dipenuhi dengan tanaman

padi diselingi tanaman talas, kacang

panjang, cabai, dan terong.

Sedangkan jalan menuju padukuhan

atas didominasi oleh perkebunan dan

peternakan. Perkebunan didominasi

oleh tanaman melinjo, jagung,

jengkol, durian, kopi, cengkih,

mentimun, nangka dan sengon.

Sementara peternakan didominasi

oleh peternakan ayam petelur, ayam

pedaging, dan ikan lele.

Berikut adalah distribusi

penduduk desa Boja menurut mata

pencaharian pokok tahun 2016

Jenis Laki-

Perempuan

Pekerjaan laki

Petani 111 90

orang orang

Buruh tani 151 110

orang orang

Buruh migran 7 29

orang orang

Pengrajin 0 151

orang orang

Peternak 14 0

orang orang

Montir 3 0

orang orang

Page 3: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

Pedagang 9 12

keliling orang orang

Purnawirawan/ 4 1

Pensiunan orang orang

Jumlah total 692

Penduduk orang

Tabel 1.1 Tabel mata pencaharian

pokok penduduk Desa Boja tahun

2016

Banyak warga yang menanam

melinjo di kebunnya dikarenakan

situasi dan kondisi lahan serta

cuacanya sangat cocok untuk

tanaman melinjo. Selain itu pasaran

produk melinjo (emping) sangat

mudah, sehingga medorong petani

menanam pohon melinjo.

Hasil panen melinjo biasanya

dijual ke pasar Tersono dan Limpung.

Sebelumnya melinjo diolah menjadi

emping dan kulitnya digunakan

sebagai campuran sayur ketika

memasak untuk dikonsumsi sendiri

atau dibuang. Kulit melinjo belum

dimanfaatkan secara optimal oleh

warga setempat. Padahal kulit melinjo

juga memiliki potensi apabila dapat

diolah menghasilkan suatu produk

pangan.

Hasil panen lele biasanya

dijual langsung dari peternak ke

pengepul tanpa diolah terlebih

dahulu.

Masih rendahnya kegiatan

perekonomian di dusun Boja dapat

terlihat dari tabel 1.1 yangmana

sebagain besar penduduknya

merupakan buruh petani bukan

pelaku usaha ataupun wiraswasta.

Berdasarkan dari

permasalahan dan potensi yang telah

dianalisis, tim KKN kerjasama desa

Boja membuat produk inovasi berupa

si abon kulit melinjo (SIBOJO) dan si

bola-bola lele (SIBOLE).

Serangkaian sosialisasi dan pelatihan

dengan target sasaran ibu PKK, kader

desa, juga masyarakat sekitar.

Tujuan dari kegiatan ini

adalah untuk memberikan berbagai

macam keterampilan pengolahan kulit

melinjo dan lele yang sehat, bernilai

gizi tinggi dan memiliki nilai jual

tambah. Pada sosialisasi dan pelatihan

ini kulit melinjo diolah menjadi abon

dengan cita rasa manis dan gurih.

Sedangkan lele diubah menjadi bola-

bola lele yang sehat dan inovatif. Dari

kegiatan ini diharapkan adanya

peningkatan keterampilan dan

pengetahuan yang dimiliki oleh

peserta mengenai pengolahan kulit

Page 4: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

melinjo dan ikan lele dan dapat

meningkatkan tumbuhnya jiwa

kewirausahaan bagi masyarakat Desa

Boja.

B. METODE PELAKSANAAN

Adapun metode pelaksanaan

program kerja sebagai berikut.

Tempat dan Waktu

Kegiatan pengabdian

masyarakat berupa sosialisasi dan

pelatihan abon kulit melinjo dan bola-

bola lele di Aula Balai Desa Boja,

Hari Jumat tanggal 18 Oktober 2019.

Latar Belakang Peserta

Sasaran dari kegiatan ini adalah Ibu

PKK, Ibu Kader, dan masyarakat

umum biasa yang ada di desa Boja.

Terdapat 13 peserta dalam kegiatan

ini.

Metode Pelaksanaan Kegiatan

Peningkatan pengetahuan dan keterampilan

masyarakat sasaran dilakukan dengan

menggunakan metode penyuluhan interaktif

dan demonstrasi pengolahan produk kulit

melinjo dan ikan lele atau pendampingan/

konsultasi. Adapun tahapan yang dilalui

dalam melaksanakan kegiatan ini adalah

sebagai berikut.

a. Pra Kegiatan

Terdapat tiga kegiatan yang dilakukan

pada tahap ini, yaitu 1) Uji coba pembuatan

si abon kulit melinjo dan si bola-bola lele, 2)

Konsultasi waktu dan tempat pelaksanaan

sosialisasi dengan Ibu ketua PKK, 3)

Penetapan target sasaran yang akan

diundang, persiapan materi tertulis mengenai

resep produk, serta peralatan yang diperlukan

selama kegiatan berlangsung.

b. Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan dibagi dalam 2

sesi, yaitu 1) Pelaksanaan kegiatan dilakukan

dengan penjelasan dan praktik pembuatan si

abon kulit melinjo dan si bola-bola lele, dan

2) Konsultasi/pendampingan berupa demo

masak yang dilakukan di balai desa Boja

pada hari Jumat, tanggal 18 Oktober 2019.

c. Evaluasi pengetahuan dan motivasi

sasaran

Evaluasi dilakukan dengan sesi tanya

jawab, pemberian angket dan wawancara

oleh sebagian peserta mengenai produk

inovasi yang ditawarkan oleh mahasiswa

KKN terkait dengan cita rasa, daya inovasi

produk, dan ketertarikan masyarakat dalam

mengembangkan produk tersebut.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Populasi Tanaman Melinjo dan Ikan Lele

yang Melimpah di Desa Boja

Melinjo merupakan salah satu

komoditas pertanian Indonesia yang

memiliki potensi. Sayangnya, berdasarkan

statistik pertanian 2018 data produksi

Page 5: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

sayuran di Indonesia pertumbuhan tanaman

melinjo dari tahun 2016 sampai 2017

mengalami penurunan sebesar -1,27%.

Berdasarkan data statistik BPS Kabupaten

Batang komoditas melinjo merupakan jenis

sayuran dengan produksi terbesar ketiga

sebesar 42.234 kuintal pada tahun 2015.

Biji melinjo yang telah tua dapat

diolah menjadi emping, sementara kulit

melinjo memiliki potensi yang besar namun

masih belum banyak dimanfaatkan secara

optimal senyawa flavonoid, vitamin C, dan

beta karoten sebagai antioksidan terdapat

pada kulit melinjo. (Wahyuni., et al 2017).

Antioksidan sendiri merupakan suatu

senyawa yang menghambat reaksi oksidasi,

bekerja mengikat radikal bebas. Antioksidan

memiliki peran sebagai pertahanan terhadap

radikal bebas (Aditya dan Ariyanti, 2016).

Gaya permintaan ikan konsumsi terus

meningkat menurut Food Agriculture

Organizaton (FAO) mencatat pertumbuhan

kebutuhan ikan dunia melebihi pertumbuhan

populasi penduduk dunia. Maka dari itu, hal

ini menjadi pendorong peningkatan produksi

lele nasional. (Slamet, 2018)

Berdasarkan data kementrian kelautan

dan perikanan 2018 pertumbuhan rata-rata

produksi ikan lele naik dari 841,75 ribu ton

menjadi 1,81 juta ton (114,82%).

Ikan lele mengandung protein, asam

amino esensial dan beberapa asam lemak

esensial omega 3,6 dan 9 yang

bermanfaat bagi anak-anak maupun orang

dewasa secara fisiologis, selan itu ikan lele

yang reltif murah serta memiliki jumlah

produksi yang cukup tinggi (Widjaja et al.,

2019). Kandungan nilai gizi ikan lele 100

gram disajikan Tabel 1.2

Komposisi kimia Nilai gizi

Air 76,0 g

Protein 17,0 g

Lemak 4,5 g

Karbohidrat 0 g

Kalsium 20 mg

Fosfor 200 mg

Besi 1,0 mg

Vitamin A 150

Vitamin B1 0,05

Sumber : Direktorat Bina Gizi Masyarakat

dan Puslitbang Depkes RI, 1991

Diversifikasi Produk Olahan Abon Kulit

Melinjo dan Bola-Bola Lele

Si Abon Kulit Melinjo (SIBOJO)

Abon seperti yang ditemukan biasanya

terbuat dari serat daging hewan yang

diolah bersama bumbu rempah hingga

menghasilkan warna cokelat terang

maupun kehitam-hitaman. Abon yang

menjadi inovasi tim KKN adalah

Page 6: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

berbahan dasar kulit melinjo, khususnya

kulit melinjo berwarna merah.

Cara pembuatan abon kulit melinjo

Bahan yang diperlukan:

1 kg ayam, rebus, tumbuk dengan

cobek hingga serat halus

1/2 kg kulit melinjo, rebus, iris tipis

200 ml santan kental

4 helai daun jeruk

4 helai daun salam

1 serai geprek

Garam secukupnya

Gula pasir secukupnya

Bumbu halus:

10 butir bawang merah

7 butir bawang putih

4 butir kemiri sangrai

4 ruas jari kunyit

1 sdm merica

1 sdm ketumbar

5 buatlah cabai keriting

Cara pembuatan :

1. Tumis bumbu halus dan rempah

hingga harum.

2. Masukkan ayam dan santan hingga

santan mengering.

3. Masukkan kulit mlinjo, tumis hingga

setengah kering.

4. Goreng dengan minyak banyak yang

telah di panaskan hingga setengah

kering.

5. Angkat, press hingga semua minyak

keluar.

6. Sangrai hingga benar- benar kering,

angkat, dinginkan, siap di kemas.

Abon kulit melinjo cocok untuk

dikonsumsi oleh berbagai kalangan

masyarakat baik anak-anak hingga

dewasa yang dapat dikonsumsi sebagai

camilan maupun lauk. Produk abon kulit

melinjo ini tahan lama hingga 2 minggu

dalam kemasan.

Kulit merah melinjo sendiri

mengandung beta karoten yangmana

karoten dapat disimpan dalam hati dan

diubah menjadi vitamin A sesuai

kebutuhan (Sholekah, 2017). Antioksidan

yang terdapat pada kulit melinjo sendiri

yaitu terdiri dari gamma tokoferol dan

beta tokoferol (Devina, 2011). Tokoferol

merupakan antioksidan yang larut dalam

lemak.

Si Bola-Bola Lele (SIBOLE)

Si bola-bola lele merupakan nugget

yang divariasikan dalam bentuk bola-bola

kecil. Bola-bola lele terbuat dari bahan-

bahan pilihan yang higenis dan

menyehatkan.

Page 7: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

Cara membuat bola-bola lele

Bahan-bahan yang diperlukan:

250 gram daging lele dihaluskan,

5 lembar roti tawar tanpa kulit,

dihancurkan

50 gram keju parut

50 gram wortel parut

2 helai daun bawang/ seledri

10 gram susu bubuk

10 gram tepung tapioka

1 butir telur

1 sdt lada bubuk

1 sdt bawang putih bubuk

Garam secukupnya

Tepung Panir

Pencelup (Kocok Lepas):

1 butir telur

10 gram terigu

Langkah membuat bola-bola lele:

1. Campur semua bahan kecuali bahan

pencelup dan tepung panir, aduk rata.

2. Kukus adonan hingga matang,

3. Angkat adonan kemudian ditiriskan.

4. Bentuk bola-bola, celupkan pada

bahan pencelup, dan baluran pada

tepung panir.

5. Simpan dalam freezer, goreng bila

ingin disajikan.

Pengolaan daging lele yang diolah

menjadi SIBOLE dapat menambah nilai

gizi makanan berbahan dasar daging lele.

SIBOLE memiliki kandungan gizi yang

dapat dilihat dari komposisi bahan-bahan

pembuatannya. Kandungan gizi

komposisi Si Bole disajikan dalam tabel

1.3

Komposisi Kimia Wortel Nilai gizi

Energi 4.2 kkal

Protein 1,2 g

Lemak 0,3 g

Karbohidrat 9,3 g

Kalsium 39 mg

Phospor 37 mg

Vit A 12000 IU

Vit B 0,06 mg

Vit C 6 mg

Komposisi Kimia Roti Tawar Nilai

gizi

Energi 248 kkal

Protein 8 g

Lemak 1,2 g

Karbohidrat 50 g

Kalsium 10 mg

Phospor 95 mg

Besi 2 mg

Vit A 12000 IU

Page 8: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

Komposisi Kimia Keju Nilai gizi

Energi 326 kkal

Protein 22,8 g

Lemak 20,3 g

Karbohidrat 13,1 g

Kalsium 777 mg

Phospor 338 mg

Besi 2 mg

Vit A 750 IU

Vit B 0.01 mg

Vit C 1 mg

Sumber : Tabel DKBM (Daftar Komposisi

Bahan Makanan) Indonesia Tahun 2005.

Penyuluhan Interaktif dan Demonstrasi

Pembuatan SIBOJO dan SIBOLE

Penyuluhan Interaktif

Tujuan diadakannya kegiatan

penyuluhan adalah untuk meningkatkan

pengetahuan masyarakat sasaran tentang

kulit melinjo dan ikan lele meliputi potensi

keunggulan dari segi ekonomi maupun

kesehatan. Materi yang diberikan terkait

dengan karakteristik kulit melinjo,

kandungan gizi kulit melinjo dan ikan lele,

sisi inovatif dari diversifikasi produk yang

akan diberikan, serta ketahanan produk.

Gambar 1. Penyuluhan Interaktif SIBOJO

dan SIBOLE

Kegiatan penyuluhan ini diikuti dengan

aktif oleh seluruh peserta dari awal hingga

akhir. Hal ini ditunjukkan oleh tidak adanya

peserta yang meninggalkan tempat selama

penyuluhan berlangsung. Peserta juga

mengajukan sejumlah pertanyaan terkait

dengan materi yang dijawab dengan tuntas

oleh narasumber, sehingga penyuluhan

berjalan dengan interaktif.

Demonstrasi

Demonstrasi pembuatan produk SIBOJO

dan SIBOLE dilakukan oleh mahasiswa

KKN UNNES. Sebelum demonstrasi

dilakukan, salah satu mahasiswa KKN

sebagai narasumber menjelaskan beberapa

hal mengenai bahan dan tahapan

pembuatan produk kepada peserta. Setelah

itu dilakukan praktik membuat si abon

kulit melinjo dan si bola-bola lele.

Page 9: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

Gambar 2. Demonstrasi pembuatan

SIBOJO

Gambar 3. Demonstrasi pembuatan

SIBOLE

Peserta ikut mencoba selama proses

produksi produk berlangsung. Hasil produk

olahan yang sudah jadi dibagikan kepada

seluruh peserta untuk dicicipi dan dinilai.

Tingkat penerimaan masyarakat sasaran

terhadap SIBOLE dan SIBOJO

Pada kegiatan pelatihan ini, produk

SIBOLE dan SIBOJO telah dibuat

bersama diberikan kepada sasaran.

Kemudian dilakukan pemberian angket

mengenai pengetahuan tambahan

diverifikasi produk kulit melinjo dan lele

serta potensi kewirausahaan dari produk

SIBOJO dan SIBOLE.

D. PENUTUP

Simpulan

Pelatihan Pembuatan Si Bojo dan Si

Bole timbul karena adanya potensi SDA

melinjo dan lele yang melimpah, namun

belum dimanfaatkan secara optimal.

Kegiatan ini dilaksanakan melalui

penyuluhan interaktif yang bertujuan

meningkatkan pengetahuan sasaran

tentang melinjo dan lele dan demonstrasi

untuk meningkatkan keterampilan

sasaran dalam mengolah kedua produk

tersebut. Harapannya dengan adanya

pelatihan ini, maka dapat membantu

memberikan alternatif pendapatan kepada

masyarkat Desa Boja.

Saran

Adapun kegiatan ini memiliki

kelemahan, yaitu kurangnya antusiasme

masyarakat dalam menghadiri pelatihan

sehingga luaran dari kegiatan ini belum

sepenuhnya optimal. Saran kedepannya

agar lebih mengemas secara sedemikian

rupa agar banyak masyarakat yang hadir

pada saat pelatihan berlangsung.

Ucapan Terima Kasih

Page 10: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

Ucapan terima kasih kami sampaikan

kepada (1) UNNES selaku pihak kampus

yang telah mengadakan kegiatan

pengabdian KKN Lokasi tahap 2B di

Desa Boja, (2) Koordinator KKN beserta

jajarannya, dan (3) segenap masyarakat

Desa Boja yang telah mendukung

seluruh rangkaian kegiatan Kuliah Kerja

Nyata (KKN) Lokasi Tahap 2B.

E. DAFTAR PUSTAKA

Aditya, M. and Ariyanti, P.R., 2016.

Manfaat Gambir (Uncaria

gambir Roxb) sebagai

Antioksidan. Jurnal Majority,

5(3), pp.129-133.

BPS KAB.BATANG. 2015. Luas

Panen Produksi dan Rata-rata

Produksi Tanaman Sayuran

Menurut Jenisnya pada laman

https://batangkab.bps.go.id/dy

namictable/2017/02/19/89/luas

-panen-produksi-dan-rata-rata-

produksi-tanaman-sayuran-

menurut-jenisnya-2015.htm di

akses tanggal 7 November

2019

Devina, N., 2011. Optimasi proses

ekstraksi kulit melinjo merah

(gnetum gnemon l.) Dan

pengaruh ph dan cahaya

terhadap aktivitas

antioksidan= Optimization

extraction process red skin

melinjo (gnetum gnemon l.)

And effect ph and light against

antioxidant activity (Doctoral

dissertation, Universitas Pelita

Harapan).

Kementrian Kelautan dan

Perikanan. 2018. Refleksi 2018 dan

Outlook 2019, pp. 11-12

Sholekah, F.F., 2017. Perbedaan

Ketinggian Tempat Terhadap

Kandungan Flavonoid Dan

Beta Karoten Buah Karika

(Carica Pubescens) Daerah

Dieng Wonosobo.

In Prosiding Seminar

Nasional Pendidikan Biologi

Dan Biologi Jurusan

Pendidikan Biologi, Fakultas

Page 11: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

MIPA, Universitas Negeri

Yogyakarta (pp. 75-82).

Slamet. 2018. Tangkap Peluang

Ekspor KKP Dorong ke Arah

Industri Budidaya Lele

Berkelanjutan pada laman

https://kkp.go.id/djpb/artikel/6

475-tangkap-peluang-ekspor-

kkp-dorong-ke-arah-industri-

budidaya-lele-berkelanjutan di

akses tanggal 7 November

2019

Wahyuni, S., Rais, M. and Fadilah,

R., 2018. Fortifikasi Tepung

Kulit Melinjo sebagai

Pewarna Alami pada

Pembuatan Kerupuk

Singkong. Jurnal Pendidikan

Teknologi Pertanian, 3(2),

pp.212-222.

Widjaja, W.P., 2019.

KARAKTERISTIK

MINUMAN JELI IKAN

LELE (Clarias sp.) YANG

DIPENGARUHI OLEH

PEMANIS DAN

KARAGENAN. Pasundan

Food Technology

Journal, 6(1), pp.73-82.

Page 12: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

PERAN PEMUDA DALAM UPAYA MEWUJUDKAN KEARIFAN

LOKAL MELALUI KESENIAN REBANA PADA MASYARAKAT

DESA BOJA, KEC. TERSONO, KAB. BATANG

Eva Restiatin1*

, Muslim Khasbullah2, Rika Ayu Lestari

3, Cepi Kurniawan

4

1Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang, Universitas Negeri Semarang

2Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga, Universitas Negeri Semarang

3Program Studi Pendidikan Kimia, Universitas Negeri Semarang

4Dosen Jurusan Kimia, Universitas Negeri Semarang

*Email : [email protected]

Abstract

The era of globalization provides a very large influence on the perspective, culture, and

mindset of the youth. As a result young people tend to choose new cultures that are of

practical value compared to preserving existing local wisdom. One factor that has eroded

local wisdom is the lack of the role of youth who have an interest in learning and

inheriting their own culture. From these problems, it is necessary to optimize the

utilization of human resources in Boja Village through socialization efforts and

tambourine arts training. This activity was carried out on 10 October 2019 at Madin

Mranggen, Boja Village, involving 10 target peoples. The method used is socialization,

interactive discussion accompanied by pre-activity stages, implementation, evaluation of

knowledge and target motivation. The result of the implementation of this activity is an

increase in the skills and knowledge possessed by young people regarding the importance

of preserving local wisdom, namely tambourine art

Keywords : Globalization, Local Wisdom, Youth, Preserving, Tambourine Art

Abstrak

Era globalisasi memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap cara pandang, budaya,

dan pola pikir pada kalangan pemuda. Akibatnya pemuda cenderung memilih kebudayaan

baru yang di nilai praktis dibandingkan dengan melestarikan kearifan lokal yang telah ada.

Salah satu faktor yang menyebabkan terkikisnya kearifan lokal yaitu kurangnya peran

pemuda yang memiliki minat untuk belajar dan mewarisi kebudayaannya sendiri. Dari

permasalahan tersebut, perlu adanya optimalisasi pemanfaatan SDM di Desa Boja melalui

upaya sosialisasi serta pelatihan kesenian rebana. Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 10

Oktober 2019 bertempat di Madin Mranggen Desa Boja dengan melibatkan 10 orang

sasaran. Metode yang digunakan adalah sosialisasi, diskusi interaktif disertai tahapan pra

kegiatan, pelaksanaan, evaluasi pengetahuan dan motivasi sasaran. Hasil dari pelaksanaan

kegiatan ini adalah adanya peningkatan keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh

para pemuda mengenai pentingnya melestarikan kearifan lokal yaitu kesenian rebana.

Kata kunci : Globalisasi, Kearifan lokal, Pemuda, Melestarikan, Kesenian rebana

Page 13: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

A. PENDAHULUAN

Desa Boja merupakan salah satu

desa yang berada di wilayah Kecamatan

Tersono Kabupaten Batang yang

memiliki jarak 4,5 km dari kecamatan

dengan jarak tempuh sekitar 10 menit.

Desa Boja berbatasan langsung dengan

Desa Tersono di sebelah utara, Desa

Wanar di sebelah selatan, dan di sebelah

barat berbatasan dengan Desa Rejosari

Timur, sedangkan sebelah timur

berbatasan dengan Desa Pujut.

Desa Boja terdiri dari empat dusun

yakni dusun Boja, Mranggen, Dambyak,

dan Ngampel dengan luas keseluruhan

190 Ha, serta jumlah penduduk laki – laki

sebesar 770 orang dan penduduk

perempuan sebesar 807. Adapun total

keseluruhan penduduk Desa Boja adalah

1777 orang.

Keadaan masyarakat Desa Boja

dapat dilihat dari segi sosial, ekonomi

dan pendidikan. Dilihat dari aspek sosial

kehidupan masyarakat Desa Boja sama

dengan masyarakat di pedesaan lainnya,

dimana kehidupan masyarakat sehari –

harinya erat dengan rasa kekeluargaan

serta hidup bergotong royong. Hal ini

dapat dibuktikan dengan adanya kegiatan

yang dapat menjalin kekeluargaan

masyarakat khususnya antar dusun.

Misalnya kegiatan pembangunan

mushola di dusun Boja, maka masyarakat

di dusun lain tetap membantu dalam

melaksanakan kegiatan tersebut. Hal

ini menunjukan bahwa masyarakat di

Desa Boja menjalin hubungan

kekerabatan yang erat antar penduduk.

Dilihat dari aspek ekonomi

masyarakat Desa Boja sebagian besar

bekerja sebagai petani, akan tetapi ada

juga masyarakat yang bekerja di luar

pekerjaan tersebut misalnya sebagai

peternak ayam petelur, peternak lele.

Dengan adanya keberagaman mata

pencahariannya, maka keadaan ekonomi

masyarakat Desa Boja cukup terpenuhi.

Dilihat dari aspek pendidikan,

masyarakat Desa Boja dapat dikatakan

kesadaran akan pendidikan masih rendah.

Hal ini dapat dilihat dari banyaknya anak

yang putus sekolah. Kebanyakan dari

mereka menempuh pendidikan paling

tinggi yakni SMP.

Dilihat dari aspek keagamaan,

masyarakat Desa Boja sangat kental

dengan islami, hal itu didukung oleh

keseluruhan penduduknya yang beragama

islam. Setiap ada kegiatan yang

bernuansa islami masyarakat selalu

antusias untuk mengikutinya mulai dari

kalangan anak – anak, remaja hingga

orang tua. Misalnya terdapat kegiatan

pengajian, selapanan, sholawatan,

Page 14: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

yasinan dan kegiatan lain yang tidak

pernah terlewatkan oleh masyarakat Desa

Boja.

Berdasarkan data jumlah penduduk

di Desa Boja, dapat dikatakan bahwa

jumlah penduduk yang paling banyak

adalah kalangan pemuda. Pemuda di

Desa Boja sangat antusias dalam bidang

keagamaan. Hal ini didukung pula adanya

organisasi terkait yaitu IPNU dan IPPNU.

Para pemuda ini tergabung dalam

organisasi IPNU (Ikatan Pelajar Nadhatul

Ulama) dan IPPNU (Ikatan Pelajar Putri

Nadhatul Ulama). Organisasi ini sebagai

wadah penyaluran bakat dan minat dalam

berbagai bidang kesenian, salah satunya

yaitu berupa kesenian rebana. Kesenian

rebana yang berada di Desa Boja ini

memiliki daya tarik tersendiri, sehingga

kesenian ini digemari oleh berbagai

kalangan khususnya para pemuda Boja.

Meskipun adanya persaingan kesenian di

zaman modern sekarang ini, grup rebana

tersebut tetap mempertahankan

eksistensinya. Adapun nama Grup

Rebananya adalah “ Robitul Fata “ . Grup

rebana tersebut merupakan satu – satunya

grup rebana yang ada di Desa Boja.

Gambaran rebana seperti diatas, perlu di

dikaji lebih dalam lagi terkait peran

pemuda dalam jangka panjang dalam

mewujudkan kearifan lokal melalui

kesenian rebana ini.

Arus globalisasi saat ini telah

menimbulkan pengaruh terhadap

perkembangan budaya bangsa Indonesia.

Dengan adanya arus globalisasi yang

semakin pesat menjadi ancaman

tersendiri bagi eksistensi budaya lokal.

Kita sebagai generasi penerus tidak boleh

melupakan akar budaya yang telah ada

karena budaya-budaya itu mengandung

nilai-nilai yang sangat luhur yang perlu

tetap dilestarikan. Itulah kearifan budaya

lokal yang perlu terus digali disamping

tetap menikmati kebudayaan yang

modern.

Berdasarkan uraian tersebut dapat

diketahui bahwa peran pemuda di Desa

Boja belum sepenuhnya optimal dalam

mewujudkan kesenian rebana. Oleh

karena itu tim KKN UNNES bekerja

sama dengan pemuda setempat serta

organisasi IPNU, IPPNU untuk lebih

mengoptimalkan dan meningkatkan

eksistensi kesenian rebana di Desa Boja.

Kemudian dalam kegiatan ini terdapat

serangkaian kegiatan pembekalan materi

atau sosialisasi serta pelatihan dengan

target sasaran para pemuda Desa Boja

serta masyarakat sekitar.

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk

mengoptimalkan peran pemuda dengan

Page 15: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

potensi kesenian rebana, melestarikan

budaya lokal sebagai sarana wujud cinta

kita terhadap sholawat. Dari kegiatan ini

diharapkan adanya peningkatan

keterampilan dan pengetahuan yang

dimiliki oleh para pemuda mengenai

pentingnya melestarikan kearifan lokal

yaitu kesenian rebana.

B. METODE PELAKSANAAN

Adapun metode pelaksanaan program

kerja sebagai berikut.

Tempat dan Waktu

Kegiatan pengabdian masyarakat berupa

pembekalan materi dan pelatihan

kesenian rebana yang dilaksanakan di

madin Dukuh Mranggen Hari Kamis

tanggal 10 Oktober 2019.

Latar Belakang Anggota Grup Rebana

Sasaran dari kegiatan ini adalah pemuda

Desa Boja, serta masyarakat sekitar.

Adapun anggota grup yang tergabung

dalam kegiatan ini berjumlah 10 orang.

Metode Pelaksanaan Kegiatan

Peningkatan keterampilan dan

pengetahuan dalam kegiatan ini

dilakukan dengan menggunakan metode

diskusi interaktif, pelatihan, serta

pembinaan terhadap grup rebana. Adapun

tahapan yang dilalui dalam melaksanakan

kegiatan ini adalah sebagai berikut.

a. Pra Kegiatan

Pada kegiatan ini dilakukan

observasi terlebih dahulu pada grup

rebana. Sebelum kita melakukan

observasi kita telah menyiapkan beberapa

instrumen. Adapun instrumennya

mengenai latar belakang berdirinya grup

rebana, struktur organisasi, manajamen,

serta kepengurusan. Pada tahap ini

dilakukan konsultasi mengenai waktu dan

tempat pelaksanaan pembekalan materi,

persiapan materi serta pelatihan terhadap

kepala atau pimpinan grup rebana.

b. Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan dibagi dalam 2

sesi, yaitu 1) Pembekalan materi

mengenai bentuk penyajian kesenian

rebana, manajemen beserta pelestarian

kearifan lokal melalui kesenian rebana. 2)

pelatihan rutinan grup rebana yang

dilakukan di Madin Mranggen Desa

Boja, mulai hari Kamis 10 Okober 2019.

c. Evaluasi pengetahuan dan motivasi

sasaran

Evaluasi dilakukan dengan sesi tanya

jawab dan wawancara oleh anggota grup

rebana mengenai materi yang diberikan

serta untuk mengetahui respon pemuda

dari adanya pelatihan rebana.

Selain itu untuk menambah motivasi

target sasaran dalam mengoptimalkan

kesenian rebana tim KKN memiliki

Page 16: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

beberapa cara, yaitu 1) Publish (promosi)

2) Pelatihan rutinan. Dari kedua cara

tersebut, diharapkan para pemuda dan

masyarakat sekitar di Desa Boja semakin

termotivasi untuk melestarikan budaya

lokal yaitu rebana.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kesenian rebana di Indonesia

Indonesia merupakan negara

kepulauan yang penuh dengan kekayaan

serta keberagaman suku, adat istiadat,

dan ciri khas masing-masing daerah.

Setiap daerah memiliki keunikan serta

keunggulan potensi dan budaya yang

perlu dikembangkan dengan baik. Potensi

yang dimiliki setiap daerah sangat

beragam dan bervariasi. Dengan adanya

keberagaman potensi yang dimiliki, maka

suatu daerah tersebut perlu mendapat

perhatian khusus dari berbagai kalangan

khususnya instansi pemerintah daerah,

sehingga para instansi serta masyarakat

akan paham tentang potensi daerah dan

budayanya masing – masing.

Kesenian merupakan salah satu isi

dari ke – budayaan. Kesenian adalah

produk manusia artinya seni lahir dari

proses kemanusiaan dimana eksistensi

seni itu cerminan dari nilai estetis dari

olah cipta, rasa dan karsa manusia dalam

ruang dan waktu (Rohidi, 2000) .

Indonesia memiliki berbagai kesenian

salah satunya yaitu kesenian tradisional.

Kesenian tradisional yang ada di

Indonesia merupakan hasil dari pengaruh

budaya islam seperti Gambus, Tanjidor,

Khasidah, Rebana dan lain – lain.

Kesenian rebana di Desa Boja merupakan

satu – satunya kesenian tradisional yang

masih digemari masyarakat sekitar. Oleh

karena itu kita sebagai anak muda sudah

seharusnya menjadi penerus untuk

melestarikan kesenian tersebut agar tidak

luntur dari ancaman globalisasi.

Menurut Bahasa Arab rebana

berasal dari kata asholawat yang

merupakan bentuk jamak dari kata

asholat yang berarti do’a atau

sembahyang. Sholawat adalah satu

ungkapan yang berisi pujian – pujian

terhadap Nabi Muhammad SAW.

Kesenian rebana telah menjadi tradisi

bagi masyarakat di Desa Boja khususnya

di kecamatan Tersono. Di beberapa

daerah kesenian rebana dikenal dengan

istilah kesenian hadroh. Tetapi di

kabupaten Batang disebut dengan

kesenian rebana. Dalam pertunjukan

kesenian rebana terdapat beberapa alat

musik yang dimainkan diantaranya:

genjring, tumbuk, bedug, kentrung dan

keprak. Alat musik tersebut dapat

Page 17: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

mengeluarkan enam macam bunyi suara,

yaitu: suara tinggi bergema, suara tinggi

tidak bergema, suara sedang bergema,

suara sedang tidak bergema, suara rendah

bergema, dan suara rendah tidak

bergema. Kesenian rebana bukan semata

– mata hanya sebatas hiburan saja bagi

masyarakat Desa Boja tetapi hal yang

menjadi kepuasan tersendiri adalah

lantunan syair dalam sholawat tersebut (

Wahyu et al., 2015).

Peran pemuda dalam mewujudkan

kearifan lokal

Perkembangan zaman yang

semakin pesat menjadikan tantangan

demi tantangan yang harus dihadapi

pemuda Indonesia. Posisi pemuda

Indonesia yang terlahir dari kebudayaan

yang kental dengan kearifan lokal kini

menjadi suatu masalah tersendiri di

tengah arus globalisasi. Oleh karena itu

diperlukan peran pemuda untuk

mewujudkan serta mengoptimalkan

kearifan lokal yang mulai pudar. Kearifan

lokal mengandung nilai-nilai luhur yang

perlu dilestarikan (Bintari, 2016)

Pemuda adalah generasi yang

berada ditahap mencari jati diri. Disini

peran pemuda sangat diperlukan, karena

pemuda merupakan generasi yang

menjadi pelopor untuk menjadi

penghubung antara masyarakat

tradisional dan masyarakat global.

Pemuda dalam masyarakat menjadi peran

utama dalam meneruskan kembali nilai –

nilai budaya yang ada. Betapa

pentingnya peran pemuda dalam

meneruskan kembali segala sesuatu yang

ada dalam masyarakat. Selain itu pula

pemuda memiliki arti manusia yang

berada ditengah – tengah generasi tua

dan generasi yang ada dibawahnya.

Sehingga pemuda harus bisa menjadi

penyeimbang diantara keduanya. Dengan

adanya warisan budaya lokal kita patut

berbangga karena kita sebagai penerus

diberikan kesempatan untuk mempelajari

kearifan lokal dalam mengatasi

permasalahan atau kekurangan yang

dihadapi di masa lalu. Tetapi pada

kenyataanya kearifan lokal seringkali

diabaikan dan dianggap tidak ada

hubungannya dengan masa sekarang.

Hasilnya yang ada banyak warisan

budaya dari leluhur kita yang terabaikan.

Langkah strategis pemuda dalam

mewujudkan kearifan lokal dapat

dilakukan melalui pelestarian nilai - nilai

budaya yang ada dimasing – masing

daerah. Kearifan mempunyai arti

kebijaksanaan, pengetahuan atau

kecakapan untuk mengetahui, mengenal,

menyetujui, membedakan, mencari tahu,

Page 18: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

menyelidiki, dan mengakui yang benar

atau salah (Admaja dalam Mawadawani,

2018).

Pada dasarnya ketika kita

melewati fase remaja riskan sekali

dengan permasalahan. Adapun

permasalahan yang sering terjadi yaitu

menurunnya jiwa idealisme, patriotisme,

belum seimbangnya jumlah generasi

muda dengan fasilitas pendidikan yang

tersedia, banyaknya perkawinan dibawah

umur, generasi muda yang menderita tuna

fisik, mental dan sosial, dan serta

pergaulan yang salah (Suryadi, 2014).

Generasi muda diharapkan memiliki

kesadaran tentang kekayaan budaya yang

ada di daerahnya masing – masing dan

diharapkan memiliki rasa moralitas, etika

dengan solidaritas tinggi, gotong royong,

memperkuat empati kemanusiaan,

kerukunan toleransi dalam keberagaman,

menjunjung tinggi keberadaan dan

keberlanjutan alam tempat tinggal mereka

(Syarif et all, 2016)

Banyak cara dapat dilakukan

dalam melestarikan budaya lokal, namun

yang terpenting adalah menumbuhkan

kesadaran serta rasa memiliki akan

budaya tersebut sehingga dengan rasa

memiliki serta mencintai budaya sendiri,

orang akan termotivasi untuk

mempelajarinya sehingga budaya akan

tetap ada karena pewaris kebudayaannya

akan tetap terus ada. Ada berbagai upaya

yang dapat dilakukan untuk melestarikan

budaya lokal diantaranya: 1)

Menumbuhkan kesadaran akan

pentingnya budaya sebagai jati diri

bangsa. 2) Ikut berpartisipasi dalam

pelestarian dan pelaksanaannya. 3)

Sosialisasi kepada orang lain sehingga

dia dia termotivasi untuk menjaga,

melestarikan, atau mempertahankannya.

Menurut Sendjaja 1994 Ada dua cara

yang dapat dilakukan masyarakat

khususnya sebagai generasi muda dalam

mendukung kelestarian budaya dan ikut

menjaga budaya lokal yaitu : 1) Culture

Experience merupakan pelestarian

budaya yang dilakukan dengan cara

terjun langsung kedalam sebuah

pengalaman kultural. contohnya, jika

kebudayaan tersebut berbentuk tarian,

maka masyarakat dianjurkan untuk

belajar dan berlatih dalam menguasai

tarian tersebut, dan dapat dipentaskan

setiap tahun dalam acara-acara tertentu

atau diadakannya festival-festival.

Dengan demikian kebudayaan lokal

selalu dapat dijaga kelestariannya. 2)

Culture Knowledge merupakan

pelestarian budaya yang dilakukan

dengan cara membuat suatu pusat

Page 19: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

informasi mengenai kebudayaan yang

dapat difungsionalisasi ke dalam banyak

bentuk. Tujuannya adalah untuk edukasi

ataupun untuk kepentingan

pengembangan kebudayaan itu sendiri

dan potensi kepariwisataan daerah.

Dengan demikian para generasi muda

dapat memperkaya pengetahuannya

tentang kebudayaanya sendiri.

Berdasarkan gambaran di atas,

maka sangat penting melestarikan

kesenian rebana bagi pemuda di Desa

Boja. Dengan adanya kegiatan ini

diharapkan pemuda di Desa Boja

semangat untuk melestarikan budaya.

Upaya-upaya dalam melestarikan

kearifan lokal harus dilakukan secara

terus menerus, terarah dan terpadu guna

mewujudkan tujuan tertentu yang

mencerminkan adanya kearifan lokal.

Pelestarian budaya adalah upaya untuk

mempertahankan nilai-nilai seni budaya,

nilai tradisional dengan mengembangkan

perwujudan yang bersifat dinamis, luwes

dan selektif, serta menyesuaikan dengan

situasi dan kondisi yang selalu berubah

dan berkembang (Ranjabar dalam

Hirdigadis, 2019).

Pembekalan materi serta pelatihan

kesenian rebana

Pembekalan materi

Tujuan diadakannya kegiatan

pembekalan materi adalah untuk

meningkatkan pengetahuan anggota grup

rebana tentang bentuk penyajian kesenian

rebana yang dibedakan menjadi dua yaitu

musikalisasi, dan struktur penyajian.

Dalam kegiatan ini dikemukakan tentang

awal terbentuknya grup seni rebana

Robitul Fata, pengelolaan, struktur

organisasi dan publikasi. Awal terbentuk

grup rebana ini yaitu pada bulan maret

tahun 2017. Grup rebana ini diketuai oleh

Khairul umam dengan jumlah pemain

atau anggota grup rebana sebanyak 10

orang yaitu :1) Khairul umam, 2) Yuli

arianto sebagai vocal, 3) Sholehan, 4)

Riyono, 5) Siswanto, 6) Budi prasetya

sebagai terbang, 7) Kusrinto sebagai Bas,

8) Ari afsono sebagai Tam, 9) Rizal

hidayat sebagai darbuka, 10) Dull sebagai

Bass der. Grup rebana ini biasanya tampil

dalam acara pernikahan, selapanan,

akhirussanah, dan pengajian umum.

Gambar 1. Pembekalan materi kesenian

rebana

Page 20: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

Pelaksanaan kegiatan ini pada dasarnya

adalah untuk mengimbangi budaya asing

yang masuk dan bertentangan dengan

budaya Indonesia. Oleh karena itu,

pemuda harus aktif untuk mengikuti

kegiatan yang berkaitan dengan nilai –

nilai budaya. Upaya masyarakat dalam

mengikuti kesenian rebana yaitu untuk

meningkatkan apresiasi pemuda dengan

membangun rasa kebersamaan melalui

kegiatan yang menarik serta

mengaplikasikannya dalam kegiatan

sehari-hari. Sehingga dalam

kenyataannya mereka mampu menjaga

dan mempertahankan tradisi yang berlaku

dalam masyarakat. Kegiatan ini juga tak

lepas dari dukungan oleh pemerintah.

Pemerintah harus mengimplementasikan

kebijakan-kebijakan yang mengarah pada

upaya pelestarian kebudayaan nasional.

Salah satu contoh kebijakan pemerintah

yaitu publikasi grup rebana ini di acara

nasional. Semua itu dilakukan sebagai

upaya pengenalan kebudayaan lokal

kepada generasi muda, bahwa budaya

yang ditampilkan itu adalah warisan dari

leluhurnya. Kegiatan ini diikuti dengan

aktif oleh seluruh peserta dari awal

hingga akhir. Hal ini ditunjukkan oleh

tidak adanya peserta yang meninggalkan

tempat selama kegiatan berlangsung.

Peserta juga mengajukan sejumlah

pertanyaan terkait dengan materi yang

diberikan sehingga pembekalan materi

dapat berjalan dua arah, hal ini

menandakan bahwa kegiatan berjalan

dengan interaktif.

Pelatihan

Tujuan diadakannya kegiatan

pelatihan ini adalah untuk mengasah

keterampilan anggota grup rebana agar

benar – benar menjadi grup yang

professional. Pelatihan ini diikuti oleh

pemuda serta masyarakat Desa Boja.

Pelatihan pertama kali dilakukan pada

hari Kamis 10 Oktober 2019 di Madin

Mranggen Desa Boja.

Gambar 2. Pelatihan kesenian rebana

Pelatihan dilakukan seminggu

sekali pada malam hari kamis setelah

shalat maghrib. Pelatihan ini diketuai

oleh Muslim khasbullah selaku anggota

mahasiswa KKN UNNES yang memiliki

bakat dalam bidang rebana. Proses

pelatihannya berlangsung dalam suasana

santai, kekeluargaan. Hal ini berarti

antara anggota grup rebana beserta

Page 21: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

pelatih saling terbuka mengemukakan

idenya.

D. PENUTUP

Simpulan

Pembekalan materi serta pelatihan

dilakukan karena semakin menipisnya

kesenian tradisional rebana yang berada

di Desa Boja. Kegiatan ini dilaksanakan

melalui penyuluhan atau diskusi interaktif

yang bertujuan untuk meningkatkan

pengetahuan anggota grup rebana tentang

bentuk penyajian kesenian rebana yaitu

musikalisasi, struktur penyajian,

manajemen beserta pelestarian kearifan

lokal melalui kesenian rebana.

Pelatihan bertujuan untuk mengasah

keterampilan anggota grup rebana agar

benar – benar menjadi grup yang

professional, mengoptimalkan peran

pemuda dengan potensi kesenian rebana,

melestarikan budaya lokal sebagai sarana

wujud cinta kita terhadap sholawat. Dari

kegiatan ini diharapkan adanya

peningkatan keterampilan dan

pengetahuan yang dimiliki oleh para

pemuda mengenai pentingnya

melestarikan kearifan lokal yaitu

kesenian rebana.

Saran

Adapun kegiatan ini memiliki

kelemahan, yaitu kurangnya antusiasme

dari pemuda serta masyarakat dalam

menghadiri pembekalan materi serta

pelatihan sehingga luaran dari kegiatan

ini belum sepenuhnya optimal. Kemudian

saran untuk instansi pemerintah lebih

melestarikan lagi budaya lokal sehingga

dapat diminati oleh masyarakat yang

berada Kecamatan Tersono Desa Boja,

serta menjadikan kesenian rebana sebagai

budaya lokal wajib yang mendorong

anak-anak dan masyarakat lebih giat

dalam hal belajar tentang agama.

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih disampaikan

kepada, (1) UNNES selaku pihak kampus

yang telah mengadakan kegiatan

pengabdian KKN kerjasama di Desa Boja

(2) Koordinator KKN beserta jajarannya

(3) Organisasi IPNU dan IPPNU serta

segenap masyarakat Desa Boja yang telah

mendukung seluruh rangkaian kegiatan

Kuliah Kerja Nyata(KKN).

DAFTAR PUSTAKA

Bintari, N.P., dan Cecep Darmawan.

2016. Peran Pemuda Sebagai

Penerus Tradisi Sambatan

Dalam Rangka Pembentukan

Karakter Gotong Royong. Jurnal

Page 22: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

Pendiidkan Ilmu Sosial. Vol 25

(1) : 57 – 58.

Mawardawani dan Lusiana. 2018. Peran

Mahasiswa Dalam Upaya

Membentuk Generasi Muda

Berkarakter Melalui Pendekatan

Humanis Berbasis Kearifan

Lokal Suku Dayak Di Desa

Telaga II. Jurnal PEKAN. Vol

3(1): 5 – 6.

Nahak, Hildigaris M., I. 2019. Upaya

Melestarikan Budaya Indonesia

Di Era Globalisasi. Jurnal

Sosiologi Nusantara. Vol 5 (1) :

8 – 9

Rohidi, T.R. 2000. “ Kesenian Dalam

Pendekatan Kebudayaan ”.

Bandung : STISI Press.

Sendjaja, S. Djuarsa. 1994. Teori

Komunikasi. Jakarta :

Universitas Terbuka.

Suryadi, K. dkk. 2014. Idrus Affandi

Pendidik Pemimpin Mendidik

Pemimpin Memimpin Pendidik.

Bandung. Universitas

Pendidikan Indonesia.

Syarif. Erman et all. 2016. Conservation

Values of Local Wisdom

Traditional Ceremony Rambu

Solo Toraja’s Tribe South

Sulawesi as Efforts the

Establishment of Character

Education. EFL Journal. Vol. 1

(1) : 22

Wahyu, Harpani .,M. Rita, P.T.S. 2015.

Penerapan Nilai Keagamaan

Melalui Seni Hadrah Maullatan

Alhabsyi Di Kelurahan

Pelambuan

Kecamatan Banjarmasin Barat.

Jurnal pendidikan

Kewarganegaraan. Vol. 5 (9) :

683 – 684.

Page 23: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

PENYULUHAN STUNTING MELALUI KELAS IBU HAMIL

DALAM UPAYA MEWUJUDKAN POLA HIDUP SEHAT PADA

MASYARAKAT DESA BOJA, KEC. TERSONO, KAB. BATANG

Bayu Ariadi*1

, Karlina Febriyanti2, Nisa Nugraheni

3, Cepi Kurniawan

4

1Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Semarang

2Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Semarang

3Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, Universitas Negeri Semarang

4Dosen Jurusan Kimia, Universitas Negeri Semarang

*Email : [email protected]

Abstract

The level of awareness of the Boja village community is very important to improve

healthy lifestyles. Stunting is a pattern of development and counseling developed by the

government to optimize stunting prevention by making the stunting extension program a

national priority program. From this problem, the government through the village

midwife jointly optimizes pregnant women through the class of pregnant women. The

purpose of this activity is to minimize and increase public awareness of a noble healthy

life from the most important thing, pregnant women. This activity was carried out on

October 16, 2019 at the house of the Boja Village Midwife involving 8 pregnant women.

The method used is an interactive counseling and demonstration method by doing

pregnancy exercises for pregnant women and counseling / consultation during

pregnancy on maternal and obstetric / infant health.. The results of the implementation

of this activity were increased knowledge of pregnant women and the community and

awareness of the lifestyle of the Boja villagers.

Keywords: Stunting, Class of pregnant women, Boja village community.

Abstrak

Tingkat kesadaran masyarakat desa Boja sangatlah penting untuk meningkatkan pola

hidup sehat. Kegiatan stunting merupakan pola pembinanaan dan penyuluhan yang

dikembangkan pemerintah untuk mengoptimalkan pencegahan stunting dengan cara

menjadikan program penyuluhan stunting sebagai program prioritas nasional. Dari

permasalah tersebut, pemerintah melalui Bidan desa bersama – sama melakukan

optimalisasi terhadap ibu hamil melalui kelas ibu hamil. Tujuan kegiatan ini adalah

meminimalisir serta meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap hidup sehat yang di

mulia dari hal yang paling utama yaitu ibu hamil. Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 16

Oktober 2019 bertempat di rumah Bidan Desa Boja dengan melibatkan 8 orang ibu

hamil. Metode yang digunakan adalah metode penyuluhan interaktif dan demonstrasi

dengan melakukan senam ibu hamil serta pendampingan/konsultasi masa kehamilan

pada kesehatan ibu dan kandungan/bayi. Hasil dari pelaksanaan kegiatan ini adalah

meningkatnya pengetahuan terhadapa ibu hamil dan masyarakat dan kesadaran pola

hidup sehta masyarakat desa Boja.

Kata kunci : Stunting, Kelas ibu hamil, Masyarakat desa Boja.

Page 24: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

A. PENDAHULUAN

Stunting merupakan masalah

kesehatan yang banyak ditemukan di

negara berkembang, termasuk

Indonesia. Menurut United Nations

Children’s Fund (UNICEF), pada

tahun 2016 terdapat 22,9 persen, atau

hampir satu dari empat anak berusia

di bawah lima tahun (balita)

mengalami stunting. Lebih dari

setengah balita yang mengalami

stunting tersebut tinggal di Benua

Asia dan lebih

dari sepertiga tinggal di Benua Afrika.

Menurut Tim Nasional Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan(TNP2K)

2017, prevalensi stunting di Indonesia

menempati peringkat kelima terbesar

di dunia. Keadaan pendek (stunting)

menurut Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang

standar antropometri penilaian status

gizi anak adalah suatu keadaan

dimana hasil pengukuran Panjang

Badan menurut Umur (PB/U) atau

Tinggi Badan menurut Umur (TB/U)

berada di antara -3 Standar Deviasi

(SD) sampai -2 SD. Sangat

pendek (severe stunting) adalah

keadaan dimana hasil pengukuran

PB/U atau TB/U di bawah -3 SD.

Data Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan

prevalensi stunting dalam lingkup

nasional sebesar 37,2 persen, terdiri

dari prevalensi pendek sebesar 18,0

persen dan sangat pendek sebesar 19,2

persen. Hal ini menunjukkan terjadi

peningkatan prevalensi stunting

dibandingkan tahun 2010

(35,6 persen) dan tahun 2007 (36,8

persen).

Masalah kurang gizi dan stunting

merupakan dua masalah gizi yang

belum dapat diselesaikan. Terdapat

beberapa program pemerintah dalam

menyelesaikan masalah kurang gizi

dan stunting. Perbaikan gizi dan

penurunan angka prevalensi

stunting pada anak bawah dua tahun

(baduta) dari 32,9 persen pada tahun

2013 menjadi 28,0 persen pada tahun

2019 menjadi salah satu prioritas

pembangunan nasional seperti yang

tercantum pada Rencana

Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019.

Penurunan prevalensi kejadian balita

pendek (stunting) juga merupakan

salah satu prioritas pembangunan

kesehatan pada periode 2015-2019.

Stunting pada anak merupakan

dampak dari defisiensi nutrien

selama seribu hari pertama kehidupan.

Hal ini menimbulkan gangguan

perkembangan fisik anak yang

irreversible, sehingga menyebabkan

Page 25: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

penurunan kemampuan kognitif dan

motorik serta penurunan performa

kerja. Anak stunting memiliki rerata

skor Intelligence Quotient (IQ)

sebelas poin lebih rendah

dibandingkan rerata skor IQ pada

anak normal. Gangguan tumbuh

kembang pada anak akibat

kekurangan gizi bila tidak

mendapatkan intervensi sejak dini

akan berlanjut hingga dewasa.

Stunting pada balita perlu

mendapatkan perhatian khusus karena

dapat menyebabkan terhambatnya

pertumbuhan fisik, perkembangan

mental, dan status kesehatan pada

anak. Studi-studi terkini menunjukkan

anak yang mengalami stunting

berkaitan dengan prestasi di sekolah

yang buruk, tingkat pendidikan yang

rendah, dan pendapatan yang rendah

saat dewasa. Anak yang mengalami

stunting memiliki kemungkinan lebih

besar tumbuh menjadi individu

dewasa yang tidak sehat dan miskin.

Stunting pada anak juga berhubungan

dengan peningkatan kerentanan anak

terhadap penyakit, baik penyakit

menular maupun Penyakit Tidak

Menular (PTM) serta peningkatan

risiko overweight dan obesitas.

Keadaan overweight dan obesitas

jangka panjang dapat meningkatkan

risiko penyakit degeneratif. Oleh

karena itu, kasus stunting pada anak

dapat dijadikan prediktor rendahnya

kualitas sumber daya manusia suatu

negara. Keadaan stunting yang

menyebabkan buruknya kemampuan

kognitif, rendahnya produktivitas,

serta meningkatnya risiko penyakit

mengakibatkan kerugian jangka

panjang bagi ekonomi Indonesia.

Prevalensi stunting di Kabupaten

Batang menunjukkan angkan 25%

pada Bulan Agustus 2018. Merujuk

dari data tersebut, Kabupaten Batang

masih memiliki angka stunting yang

cukup tinggi. Hal ini tentu menjadi

perhatian bagi pemerintah.

Dalam rangka mewujudkan

program nasional pemerintah,

Pemerintahan Kabupaten Batang terus

berupaya untuk menurunkan

Stunting, salah satunya dengan

bekerja sama bersama PMI dan kader

PKK untuk mensosialisasikan stunting

kepada masyarakat khususnya

masyarakat yang berada di desa-desa.

Desa Boja, yang berada di Kecamatan

Tersono, melakukan penyuluhan

stunting yang dilakukan oleh bidan

desa dibantu oleh kader-kader PKK,

pada saat pertemuan-pertemuan

dengan warga, bidan desa

memberikan penyuluhan tentang

kesehatan salah satunya materi

tentang stunting. Sosialisasi stunting

Page 26: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

juga tidak hanya kepada para ibu,

tetapi juga kepada para ayah. Karena

untuk menjaga kesehatan bayi bukan

hanya seorang ibu yang berperan

melainkan kedua orang tua harus

selalu bekerjasama menjaga kesehatan

bayi.

Selain dengan melakukan

sosialisasi tentang stunting,

Pemerintah Desa Boja yang dibantu

bidan desa juga membuka kelas ibu

hamil yang dilakukan satu bulan

sekali. Kegiatan ini meliputi

pengecekan berkala kesehatan calon

bayi dan ibu hamil, selain itu juga

terdapat materi tambahan yang

diberikan bidan desa kepada para ibu

hamil untuk menambah

pengetahuannya tentang kesehatan.

Pada kelas ibu hamil juga dilakukan

kegiatan senam ibu hamil untuk ibu

hamil yang memasuki trimester II dan

trimester III, kegiatan senam ini

sangat dianjurkan untuk memudahkan

ibu hamil ketika melahirkan.

B. METODE PELAKSANAAN

Adapun metode pelaksanaan

program kerja sebagai berikut.

Tempat dan Waktu

Kegiatan pengabdian mahasiswa

berupa penyuluhan stunting serta

kegiatan senam ibu hamil yang

dilaksanakan di Rumah Bidan Desa

Boja, Hari Rabu 16 Oktober 2019.

Latar Belakang Peserta

Sasaran dari kegiatan ini adalah

Ibu Hamil Desa Boja. Terdapat 8

peserta dalam kegiatan ini.

Metode Pelaksanaan Kegiatan

Peningkatan pengetahuan dan

psikomotorik daya tahan tubuh

terhadap kesehatan ibu hamil

dilakukan dengan menggunakan

metode penyuluhan interaktif dan

demonstrasi senam ibu hamil serta

pendampingan/konsultasi masa

kehamilan serta kesehatan ibu dan

kandungan/bayi. Adapun tahapan

yang dilalui dalam melaksanakan

kegiatan ini adalah sebagai berikut.

a. Pra Kegiatan

Terdapat tiga kegiatan yang

dilakukan pada tahap ini, yaitu 1)

Pemeriksaan berkala bidan dengan

ibu hamil, 2) Konsultasi

mahasiswa KKN dengan Ibu

Bidan materi stunting, 3)

Konsultasi dan latihan senam Ibu

hamil trimester III.

b. Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan dibagi

dalam 2 sesi, yaitu 1) Penyuluhan

Stunting, dan 2) Demonstrari

senam ibu hamil trimester III.

Adapun kegiatan yang dilakukan

Page 27: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

diluar kegiatan ini adalah

serangkaian kegiatan yang

dilakukan oleh Ibu Bidan, yaitu

pemeriksaan kesehatan ibu dan

kandungan/bayi yang dilakukan

dalam posyandu di 2 Padukuhan,

Padukuhan Boja dan Padukuhan

Mranggen yang bertujuan untuk

mengetahui perkembangan ibu

dan kandungan/bayi.

c. Evaluasi Pengetahuan dan

motivasi sasaran

Evaluasi dilakukan dengan

sesi tanya jawab dan questioner

yang di siapkan oleh tim KKN

untuk memperkuat penyuluhan,

serta pengarahan senam untuk ibu

hamil khususnya yang sudah

memasuki masa persalinan untuk

melatih dan menguasai teknik

pernapasan saat persalian, dengan

demikian proses relaksasi dapat

berlangsung lebih cepat dan

kebutuhan oksigen tubuh

terpenuhi dan yang tidak kalah

pentingnya dapat memperkuat

dan mempertahankan elastitas

otot – otot perut, ligamentum,

otot – otot dasar panggul, dan

otot- otot paha bagian dalam.

Dengan demikian proses

kontraksi dan relaksasi yang

berhubungan dengan persalinan

dapat dikuasai.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengertian

Stunting adalah kondisi gagal

tumbuh pada anak balita (bayi di

bawah lima tahun) akibat dari

kekurangan gizi kronis sehingga anak

terlalu pendek bentuk tubuhnya

untuk seusianya. Kekurangan gizi

terjadi sejak bayi dalam kandungan

dan pada masa awal setelah bayi

lahir. Akan tetapi, kondisi stunting

baru nampak setelah bayi berusia 2

tahun. Balita pendek (stunted) dan

sangat pendek (severely stunted)

adalah balita dengan panjang badan

(PB/U) atau tinggi badan (TB/U)

menurut umurnya dibandingkan

dengan standar baku WHO-MGRS

(Multicentre Growth Reference

Study) 2006. Sedangkan definisi

stunting menurut Kementerian

Kesehatan (Kemenkes) adalah anak

balita dengan nilai z-scorenya kurang

dari -2SD/standar deviasi (stunted)

dan kurang dari – 3SD (severely

stunted) 1.

Di Indonesia, sekitar 37%

(hampir 9 Juta) anak balita

mengalami stunting (Riset Kesehatan

Dasar/Riskesdas 2013) dan di

seluruh dunia, Indonesia adalah

negara dengan prevalensi stunting

kelima terbesar.

Page 28: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

Sumber : Danaei G, 2016

Gambar 1. Grafik data penyebab

terjadinya stunting

Balita/Baduta (Bayi dibawah

usia Dua tahun) yang mengalami

stunting akan memiliki tingkat

kecerdasan tidak maksimal,

menjadikan anak menjadi lebih

rentan terhadap penyakit dan di masa

depan dapat beresiko pada

menurunnya tingkat produktivitas.

Pada akhirnya secara luas

stunting akan dapat menghambat

pertumbuhan ekonomi,

meningkatkan kemiskinan dan

memperlebar ketimpangan.

Penyebab Stunting

Stunting disebabkan oleh faktor

multi dimensi dan tidak hanya

disebabkan oleh faktor gizi buruk

yang dialami oleh ibu hamil maupun

anak balita. Intervensi yang paling

menentukan untuk diharapkan dapat

mengurangi pervalensi stunting perlu

dilakukan dengan pengoptimalan

1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)

pada anak balita.

Berikut merupakan faktor-faktor

yang menjadi penyebab stunting

adalah sebagai berikut:

1. Pola pengasuhan

Praktek pola pengasuhan yang

baik dapat berkontribusi untuk

mencegah terjadinya stunting pada

balita. Kurangnya pengetahuan ibu

mengenai kesehatan dan gizi sebelum

dan masa kehamilan, serta setelah ibu

melahirkan harus selalu diperhatikan.

Pemberian Air Susu Ibu harus

diberikan secara eksklusif pada usia

0-24 bulan. Selain itu, Pemberian

Makanan Tambahan Pendamping Air

Susu Ibu (MP-ASI) perlu

diperkenalkan pada ibu hamil.

Pemberian MP-ASI diberikan/mulai

diperkenalkan ketika balita berusia

diatas 6 bulan. Selain berfungsi

0

10

20

30

40

50

Penyebab Terjadinya Stunting

di Negara Sedang Berkembang dan

Negara Asia Selatan dan Tenggara

Negara Berkembang

Asia selatan & tenggara

Page 29: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

untuk mengenalkan jenis makanan

baru pada balita atau bayi, MP-ASI

juga dapat mencukupi kebutuhan

nutrisi tubuh bayi yang mungkin

dalam pemberian ASI belum

memenuhi atau mencukupi.

Banyak terjadi kasus pemberian

MP-ASI yang tidak tepat dengan

usia. Pemberian MP-ASI dibawah 6

bulan sangat tidak dianjurkan, karena

ketika bayi diberikan makanan

pendamping ASI ketika organnya

belum siap menerima makanan dapat

mengakibatkan berbagai penyakit

seperti diare, konstipasi, dan

meningkatnya kandungan gas dalam

tubuh.

Anak stunting penyebab

utamanya asupan gizi. Tak satupun

penelitian yang mengatakan

keturunan memegang faktor yang

lebih penting daripada gizi dalam hal

pertumbuhan fisik anak. Masyarakat,

umumnya menganggap pertumbuhan

fisik sepenuhnya dipengaruhi faktor

keturunan. Pemahaman keliru itu

kerap menghambat sosialisasi

pencegahan stunting yang semestinya

dilakukan dengan upaya mencukupi

kebutuhan gizi sejak anak dalam

kandungan hingga usia dua tahun.

2. Ketersediaan layanan

kesehatan

Ketersediaan layanan kesehatan

sangat diperlukan umtuk menunjang

kesehatan ibu dan anak. Dalam

layanan kesehatan diberikan

beberapa informasi mengenai

pembelajaran dini mengenai prenatal

yang berkualitas.

Pada layanan kesehatan dapat

diberikan informasi mengenai jadwal

imunisasi pada anak termasuk pada

layanan kesehatan berupa posyandu.

3. Kurangnya air bersih dan

sanitasi lingkungan.

Air bersih merupakan salah satu

kebutuhan mendasar manusia untuk

memenuhi standar kehidupan secara

sehat. Masyarakat yang tercukupi

kebutuhan air bersih akan terhindar

dari penyakit yang menyebar lewat

air dan memiliki hidup yang

berkualitas.

Selain gizi buruk, kondisi air

dan sanitasi yang buruk turut

menyebabkan tingginya angka

stunting terhadap anak di Indonesia.

Menurut Ignasius, dalam riset

Kementerian Kesehatan (Kemkes),

stunting bisa disebabkan gizi buruk

(40 persen) dan tidak adanya air

bersih dan sanitasi buruk (60 persen).

1000 Hari Pertama Kehidupan

(HPK) Kunci Penanggulangan

Stunting

Page 30: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

Penanggulangan stunting

dilakukan melalui upaya pencegahan

dan penanganan. Pencegahan

dilakukan dengan memastikan

kesehatan yang baik dan cukup pada

masa 1000 Hari Pertama Kehidupan

pada bayi. Sedangkan upaya

penanganan dilakukan dengan upaya

dengan simulasi pengasuhan dan

pendidikan berkelanjutan.

Bayi membutuhkan gizi yang

cukup agar dapat tumbuh dan

berkembang secara optimal, bukan

hanya ketika bayi dilahirkan tetapi

ketika bayi masih didalam

kandungan segala kebutuhan gizi

harus terpenuhi. Ketika bayi telah

dilahirkan, ia memerlukan Air Susu

Ibu (ASI) eksklusif selama 24 bulan.

Selain itu, pemberian Makanan

Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)

sangatlah dibutuhkan. Pemberian

MP-ASI diberikan setelah bayi

berusia 6 bulan, sangat tidak

dianjurkan untuk memberikan MP-

ASI sebelum usia 6 bulan karena

ketika bayi diberikan makanan

pendamping ASI ketika organnya

belum siap menerima makanan dapat

mengakibatkan berbagai penyakit

seperti diare, konstipasi, dan

meningkatnya kandungan gas dalam

tubuh. Tetapi bisa jadi ketika bayi

berusia 4 bulan sudah menunjukkan

tanda siap makan pada bayi yang

berdasar pada anjuran atau

rekomendasi dari dokter.

Stunting Tanggung Jawab Kita

Bersama

Saat ini, jumlah anak balita di

Indonesia sekitar 22,4 juta. Setiap

tahun, setidaknya ada 5,2 juta

perempuan di Indonesia yang hamil.

Dari mereka, rata – rata bayi yang

lahir setiap tahun berjumlah 4,9 juta

anak. Tiga dari 10 balita di Indonesia

mengalami stunting atau memiliki

tinggi badan lebih rendah dari

standar usianya. Tak hanya bertubuh

pendek, efek domino pada balita

yang mengalami stunting lebih

kompleks. Selain persoalan fisik dan

perkembangan kognitif, balita

stunting juga berpotensi menghadapi

persoalan lain di luar itu. Stunting

bukan berarti gizi buruk yang

ditandai dengan kondisi tubuh anak

yang begitu kurus. Yang sering kali

terjadi, anak yang mengalami

stunting tidak terlalu kentara secara

fisik. Anak atau balita stunting

umumnya terlihat normal dan sehat.

Namun jika ditelisik lebih jauh ada

aspek-aspek lain yang justru jadi

persoalan. Tidak hanya kognitif atau

fisik, anak yang mengalami stunting

cenderung memiliki sistem

Page 31: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

metabolisme tubuh yang tidak

optimal. Misalnya kalau anak lain

bisa tumbuh ke atas, dia justru

tumbuh ke samping. Ini kemudian

yang berisiko terhadap penyakit tidak

menular di Indonesia seperti diabetes

atau obesitas. Tak hanya itu, suatu

saat, balita yang mengalami stunting

akan tumbuh menjadi manusia

dewasa dan bekerja. Sayangnya,

faktor stunting yang dialami sejak

kecil kerap kali menyulitkan mereka

untuk mendapatkan pekerjaan karena

keterbatasan kemampuan yang

dimiliki.

Pemerintah terus berupaya untuk

mengoptimalkan pencegahan

stunting dengan cara menjadikan

program penyuluhan stunting sebagai

program prioritas nasional. Program

prioritas nasional untuk

penanggulangan stunting diupayakan

melalui berbagai cara, sebagai

berikut:

1) Inisiasi Menyusui Dini

(IMD)

Menyusui Dini melalui

pemberian ASI jolong/colostrum dan

Menyusui Dini melalui pemberian

ASI jolong/colostrum dan

memastikan edukasi kepada ibu

untuk terus memberikan ASI

Eksklusif kepada anak balitanya.

Kegiatan terkait termasuk

memberikan pertolongan persalinan

oleh tenaga kesehatan, Inisiasi

Menyusui Dini (IMD), promosi

menyusui ASI eksklusif (konseling

individu dan kelompok), imunisasi

dasar, pantau tumbuh kembang

secara rutin setiap bulan, dan

penanganan bayi sakit secara tepat.

memastikan edukasi kepada ibu

untuk terus memberikan ASI

Eksklusif kepada anak balitanya.

Kegiatan terkait termasuk

memberikan pertolongan persalinan

oleh tenaga kesehatan, Inisiasi

Menyusui Dini (IMD), promosi ASI

eksklusif (konseling individu dan

kelompok), imunisasi dasar, pantau

tumbuh kembang secara rutin setiap

bulan, dan penanganan bayi sakit

secara tepat.

2) Kelas Ibu Hamil

Pada kelas ibu hamil terdapat

edukasi bagi ibu hamil. Kegiatan ini

berisi mengenai informasi,

penyuluhan, senam ibu hamil, dll.

Kegiatan yang paling penting adalah

penyuluhan dan senam ibu hamil.

Senam ibu hamil bertujuan untuk

mempersiapkan fisik dan mental

pada saat persalinan. Kegiatan senam

ini dilakukan melalui gerakan-

gerakan fisik guna meningkatkan

kesehatan pada ibu hamil.

3) PAMSIMAS

Page 32: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

Kementerian Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat (PUPR)

memberikan dukungan terhadap

program pencegahan stunting atau

gangguan pertumbuhan pada anak

balita melalui penyediaan sarana

prasarana air bersih dan sanitasi.

Program Penyediaan Air Minum dan

Sanitasi Berbasis Masyarakat

(Pamsimas) berkontribusi pada

pencegahan stunting melalui

intervensi sensitif atau pengaruh

tidak langsung, yakni dengan

penyediaan sarana air minum dan

sanitasi layak serta perubahan

perilaku hidup bersih dan sehat.

Pamsimas dilaksanakan dengan

menyediakan akses air minum aman

melalui uji kualitas air, penyediaan

sanitasi untuk stop buang air besar

sembarangan (BABS), dan

perubahan perilaku dengan

mengadopsi gaya hidup bersih sehat

seperti gerakan cuci tangan pakai

sabun.

4) Pengoptimalan Program

KB

Pengoptimalan program KB

oleh pemerintah telah diupayakan

guna mencegah stunting.

Selain dengan program Keluarga

Berencana (KB), pencegahan

stunting juga bisa dilakukan melalui

Bina Keluarga Balita (BKB). Jika

program KB sebagai upaya

pengaturan jarak kehamilan, BKB

lebih menyasar pada peningkatan

pengetahuan dan keterampilan

mengasuh anak.

Masyarakat Desa Boja dalam

melaksanakan pengoptimalan

pencegahan stunting masih belum

maksimal. Masyarakat masih belum

mengetahui bagaimana pencegahan

dan gejala-gejala stunting.

Masyarakat, umumnya menganggap

pertumbuhan fisik sepenuhnya

dipengaruhi faktor keturunan.

Pemahaman keliru itu kerap

menghambat sosialisasi pencegahan

stunting yang semestinya dilakukan

dengan upaya mencukupi kebutuhan

gizi sejak anak dalam kandungan

hingga usia dua tahun. Sosialisasi

terus dilakukan. Meski demikian,

diperlukan juga kemauan masyarakat

untuk dapat menerima hal tersebut,

diikuti dengan kesadaran akan

kewajiban menjaga kesehatan.

Berbagai hal yang dapat memicu

terjadinya stunting pada anak

harusnya tak dilalaikan. Masyarakat

Desa Boja sebagian kecil masih

belum memperhatikan mengenai

ketersediaan air bersih dan sanitasi.

Sebagian warganya masih

menggunakan air yang kurang layak

pakai, bahkan digunakan untuk

Page 33: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

konsumsi air minum. Hal ini tentu

sangat beresiko bagi kesehatan

tubuh. Banyak juga yang melalaikan

mengenai sanitasi lingkungan.

Gambar 1. Penyuluhan materi

Stunting

Salah satu faktor penyebab

stunting adalah dikarenakan

masyarakat masih Buang Air Besar

Sembarangan atau BABS. Warga

masih menyalurkan saluran kotoran

ke kali. Dan masih banyak warga

yang menggunakan air kali untuk

mencuci baju, mencuci piring, dan

digunakan untuk mengairi lahan

pertanian. Tak sedikit juga, banyak

anak kecil yang senang bermain,

berenang dan memancing ikan di

kali. Beberapa hal tersebut dapat

memicu stunting pada anak.

Penanggulangan stunting bukan

hanya tanggung jawab pemerintah,

melainkan semua pihak di Desa Boja,

dan setiap keluarga Indonesia. Dalam

jangka panjang, stunting berdampak

buruk tidak hanya terhadap tumbuh

kembang anak tetapi juga terhadap

perkembangan emosi yang berakibat

pada kerugian ekonomi; baik skala

mikro semata dalam keluarga

maupun skala makro, dalam hal ini

anggaran belanja kesehatan nasional.

Karena itu upaya percepatan

perbaikan gizi membutuhkan

komitmen kuat dari berbagai pihak,

baik dari pemerintah pusat dan

pemerintah daerah, lembaga sosial

kemasyarakatan dan keagamaan,

akademisi, organisasi profesi, media

massa, dunia usaha/mitra

pembangunan, dan masyarakat secara

keseluruhan.

Gambar 2. Foto bersama penyuluhan

stunting melalui kelas ibu

hamil

Diharapkan kerjasama ini berhasil

mencapai satu tujuan utama yaitu

perbaikan generasi masa depan yang

sehat dan produktif dan memiliki

daya saing. Dimulai dari pemenuhan

gizi yang baik selama 1000 HPK

Page 34: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

anak hingga menjaga lingkungan

agar tetap bersih dan sehat.

D. PENUTUP

Simpulan

Kegiatan penyuluhan stunting

memiliki peran yang sangat penting

dalam meningkatkan kesehatan dan

tumbuh kembang anak dan ibu saat

hamil, atau dalam masa 1000 hari

pertama kehidupan. Keadaan

lingkungan yang memiliki peran

tinggi perlunya ada pembenahan,

maka dari itu pemerintah terus

berupaya untuk mengoptimalkan

pencegahan stunting dengan cara

menjadikan program penyuluhan

stunting sebagai program prioritas

nasional. Kegiatan ini dilaksanakan

melalui interaktif dalam penyulusan

dan demonstrasi seperti senam ibu

hamil serta pendampingan /

konsultasi masa kehamilan serta

kesehatan ibu dan kandungan / bayi.

Harapannya dengan adanya

penyuluhan stunting dapat membantu

dan meningkatkan kesadaran

masyarakat untuk hidup sehat.

Saran

Adapun berjalannya kegiatan ini

memiliki antusias dari ibu hamil

untuk kesehatan bayi serta kesehatan

ibu tersebut. Namun masih adanya

kelemahan, yaitu pembenahan

lingkungan yang membutuhkan

antusias dan kerjasama masyarakat

desa Boja.

Ucapan Terimakasih

Ucapan terimakasih disampaikan

kepada, (1) UNNES selaku pihak

kampus yang telah mewadahi

mahasiswa/i dalam kegiatan

pengabdian KKN yang bekerjasama

dengan desa Boja (2) Koordinator

dan DPL KKN serta jajarannya dan

(3) Segenap masyarakat desa Boja

yang telah membantu dan

mendukung seluruh kegiatan Kuliah

Kerja Nyata (KKN) 2019.

DAFTAR PUSTAKA

Setiawan, Budi. 2018. Faktor-faktor

Penyebab Stunting Pada Anak

Usia Dini diakses pada tanggal

4 November 2019 pukul 10.00

Tim Nasional Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan.

2017. 100 Kabupaten/Kota

Prioritas Untuk Intervensi Anak

Kerdil (Stunting) diakses pada

tanggal 3 November 2019 pukul

19.00

Page 35: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

Warta KESMAS. 2018. Cegah

Stunting Itu Penting diakses

pada tanggal 3 November 2019

pukul 20.00

Page 36: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

PEMBERDAYAAN EKONOMI KREATIF MASYARAKAT DESA BOJA,

KEC. TERSONO, KAB. BATANG MELALUI PELATIHAN

PEMBUATAN TOPLES KORAN

Aditiya Indra Riawan1*

, Iip Lailatul Kiftiyah2, Iis Fepriyani

3, Rheggie Ovie Lezzaa

Effendy4, Cepi Kurniawan

5

1Program Studi Pendidikan Teknik Infomatika dan Komputer, Universitas Negeri Semarang

2Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Semarang 3Program Studi Pendidikan Ekonomi Koperasi, Universitas Negeri Semarang

4Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Semarang

5Dosen Jurusan Kimia, Universitas Negeri Semarang

*Email: [email protected]

Abstract

Handicraft is a work or activity that is usually done by people in the past until now to

fill spare time by making various shapes and uses of desired handicraft items. This is in

addition to meeting their own needs and can be sold as a side business or main business in

order to increase and provide income and even become a lucrative business opportunity.

With this in mind, it is why UNNES 2019 Phase IIB KKN students develop skills products in

the village of Boja through training in making jars using newspapers as the main ingredient.

The purpose of this activity is to describe efforts to improve the community's economy

through the business of making jars from newspaper materials in Boja Village, Tersono

District, Batang Regency and describe the supporting factors, commitment of training

participants in participating in these activities and factors inhibiting community efforts in the

Boja village through handicraft training activities for making jars from newspaper. The

training method used in this activity is to use interactive counseling methods and

demonstration training of making jars from newspapers in order to improve the knowledge

and skills of the community in Boja village itself. While the Target of this activity is the PKK

Village Boja. The results and discussion of this activity can be concluded as follows: efforts

in improving the community's economy through handicraft businesses by making jars from

newspapers can increase economic income. In addition, the community has developed in

terms of being creative and skilled in designing and creating local products by promoting

natural materials that are environmentally friendly and materials that are not used. In

addition, the inhibiting factors through handicraft training training activities to make jars

from newspaper materials, namely, among others: 1) constrained by the problem of limited

time, 2) hard to find used newspapers in Boja Village, 3) the space used for training is not

too broad / limited.

Keywords: Newspaper, Crafts, Jar

Abstrak

Kerajinan tangan merupakan pekerjaan atau kegitan yang biasa dilakukan oleh orang

orang pada jaman dulu sampai sekarang untuk mengisi waktu luang dengan membuat

berbagai bentuk dan kegunaan barang kerajinan yang diinginkan. Hal tersebut selain untuk

memenuhi kebutuhan sendiri sekaligus dapat dijual sebagai usaha sampingan atau usaha

utama guna menambah dan memberikan income bahkan menjadi peluang bisnis yang

menggiurkan. Dengan hal ini yang menjadi latar belakang mengapa mahasiswa KKN

UNNES 2019 Tahap IIB mengembangkan produk keterampilan di Desa Boja melalui

pelatihan pembuatan toples dengan menggunakan Koran sebagai bahan utamanya. Tujuan

dari kegiatan ini adalah untuk mendeskripsikan upaya peningkatan ekonomi masyarakat

melalui usaha kerajinan tangan pembuatan toples dari bahan Koran di Desa Boja, Kecamatan

Tersono, Kabupaten Batang dan mendeskripsikan factor pendukung, komitmen peserta

Page 37: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

pelatihan dalam mengikuti kegiatan tersebut dan factor penghambat upaya masyarakat di

desa boja melaui kegiatan pelatihan kerajinan tangan pembuatan toples dari bahan koran.

Metode pelatihan yang digunakan dalam kegitan ini adalah dengan menggunakan metode

penyuluhan interaktif dan demonstrasi pelatihan pembuatan toples dari koran agar dapat

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat di desa boja sendiri. Sedangkan

Sasaran kegiatan ini adalah Ibu PKK Desa Boja. Hasil dan pembahasan kegiatan ini dapat

disimpulan sebagai berikut : upaya dalam peningkatan ekonomi masyarakat melaui usaha

kerajinan tangan dengan membuat toples dari Koran dapat menambah pendapatan ekonomi.

Selain itu juga masyarakat menjadi berkembang dalam segi kreatif dan terampil dalam

mendesain dan menciptakan produk local dengan mengedepankan bahan alami yang ramah

lingkungan dan bahan yang tidak terpakai. Selain itu Factor penghambat melalui kegiatan

pelatihan pelatihan kerajinan tangan pembuatan toples dari bahan Koran, yaitu antara lain : 1)

terkendala masalah keterbatasan waktu, 2) susah ditemukannya koran bekas di Desa Boja, 3)

ruangan yang digunakan untuk pelatihan tidak terlalu luas / terbatas.

Kata Kunci: Koran, Kerajinan Tangan, Toples

A. PENDAHULUAN

Tersono adalah kecamatan yang

berada di dalam daerah Kabupaten

Batang, Jawa Tengah, Indonesia.

Terdiri atas 20 desa, kecamatan ini

terletak di sebelah timur kabupaten

Batang dan berbatasan langsung

dengan kabupaten Kendal di

sebelah timur. Wilayah kecamatan

ini secara umum dapat dibagi

dalam dua bagian yaitu sebelah

utara yang berada di dataran

rendahnya, serta sebelah selatan

yang merupakan perbukitan,

terusan dari pegunungan Dieng di

selatan. Sama seperti kecamatan

Limpung, Tersono juga merupakan

daerah penghasil Emping.

Sedangkan Desa Boja sendiri

merupakan salah satu desa yang

terletak di Kecamatan Tersono

yang terdiri atas empat padukuhan,

satu padukuhan yaitu Dukuh Boja

terletak di daerah bawah perbukitan

atau berada di lembah dan tiga

padukuhan Dukuh Mranggen,

Dukuh Ngampel, dan Dukuh

Dambyak terletak di atas

perbukitan, 4 padukuhan ini

terpisah oleh lahan kebun yang

sangat luas. Dengan kondisi

geografis yang seperti itu

menjadikan wilayah Desa Boja

melimpah dengan air sehingga

perkampungan Desa Boja

didominasi dengan lahan

persawahan dan pekarangan di

sekitar rumah sehingga

masyarakatnya banyak bekerja

sebagai petani dan buruh harian

lepas. Sedangkan lahan pekarangan

dimanfaatkan untuk membangun

kandang ayam oleh warga setempat

bahkan warga luar Desa Boja.

Bisnis peternakan ini banyak

dilakukan oleh masyarakat desa,

Page 38: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

para peternak memelihara ayam

pedaging dan ayam petelur,

sehingga tidak heran ketika menuju

Dukuh Mranggen dan Dukuh

Ngampel akan tercium bau tidak

sedap dari peternakan-peternakan

tersebut. Selain ternak unggas,

masyarakat Desa Boja juga

melakukan ternak ikan lele,

sehingga lele juga menjadi salah

satu komoditas hasil ekonomi dan

hasil bumi Desa Boja. Desa Boja

juga terkenal dengan hasil bumi

berupa biji melinjo dan jagungnya,

maka dari itu banyak makanan

khas Boja yang terbuat dari biji

melinjo, contohnya emping melinjo

atau produk olahan dari kulit

melinjo.

Desa Boja termasuk desa dengan

produktivitas tinggi, buktinya

masih banyak warga yang bekerja,

biasanya laki-laki bekerja sebagai

petani atau buruh harian lepas,

sedangkan perempuan hanya di

rumah melakukan kewajibannya

sebagai ibu rumah tangga, merawat

anak, mencuci baju, memasak, dll.

Hal ini yang menjadi latar belakang

mengapa mahasiswa KKN UNNES

2019 Tahap IIB mengembangkan

produk keterampilan di Desa Boja.

Mahasiswa KKN memilih koran

sebagai bahan dasar pembuatan

keterampilan, karena koran

termasuk salah satu sampah yang

dapat didaur ulang menjadi benda

yang layak jual. Hal ini bertujuan

memberikan hal baru untuk para

ibu rumah tangga agar memiliki

kesibukan yang dapat memberikan

income atau bahkan menjadi bisnis.

Menurut Departemen Pendidikan

dan Kebudayaan penyusun KBBI,

kertas adalah bahan lembaran yang

di buat dari bubur rumput, jerami,

kayu, dan sebagainya. Kertas ialah

sebuah benda yang sangat tipis

yang terbuat dari serat-serta

alamiah biasanya batang pohon dan

lain-lain yang berevolusi seiring

pergantian sebuah peradaban dari

zaman. Maka dapat disimpulkan

bahwa sampah koran atau koran

tak terpakai termasuk jenis sampah

organik karena terbuat dari serat-

serat alami, bahkan jika membuat

keterampilan berbahan dasar koran

dapat mengurangi sampah dan

melakukan konservasi lingkungan.

Inovasi sangat diperlukan dalam

era milenial seperti sekarang ini,

dimana saja dapat ditemui benda

unik, entah melalui gawai, leafleat,

dll. Maka dari itu diperlukan

penemuan ide-ide baru untuk

mengembangkan produk menjadi

hal yang belum pernah ditemui.

Page 39: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

Selain inovasi diperlukan juga

kreativitas untuk membuat ide

tersebut menjadi benda yang

berbeda dari sebelumnya, tentunya

yang belum diketahui oleh warga

sekitar. Selain dapat menambah

wawasan baru, kegiatan ini juga

dapat menambah keterampilan,

imajinasi, keberanian dalam

mengambil risiko, dan tentunya

menjadi sumber ekonomi bagi

warga Desa Boja.

Cara pembuatan keterampilan

tangan ini cukup membutuhkan

ketelitian dan ketekunan, mulai

dari memotong koran sesuai

ukuran, kemudian menggulung

koran, lalu membentuk gulungan

koran menjadi bentuk toples

sempurna dengan tutupnya, tanpa

lupa proses pengecatan. Bahan dan

alat yang digunakan dianataranya

koran, lem kayu, lem bakar,

gunting, cutter, dan pilok. Selain

membutuhkan ketelitian dan

ketekunan untuk hasil yang

sempurna proses finishing harus

dilakukan dengan kesabaran.

Kegiatan ini dilakukan tentunya

memiliki tujuan serta manfaat yang

baik untuk masyarakat sekiar,

tujuan dan manfaat dari kegiatan

ini adalah untuk memberikan

keterampilan tangan yang bernilai

jual tinggi. Pada kegiatan ini juga

kertas koran akan disulap menjadi

benda yang sangat spesial dengan

berbagai warna kesukaan. Setelah

adanya pelatihan ini diharapkan

terjadi peningkatan pengetahuan

dan keterampilan yang dimiliki

masyarakat Desa Boja, khususnya

ibu rumah tangga untuk

memnfaatkan waktu luang yang

dimilikinya untuk membuat suatu

barang yang memiliki nilai jual

sehingga mampu untuk

meningkatkan kondisi ekonomi

keluarga.

B. PELAKSANAAN DAN

METODE

Adapun metode pelaksanaan

program kerja sebagai berikut.

1. Lokasi

Rumah Ibu Niken pada acara

PKK RT 01 RW 01

2. Waktu

Hari Jumat, 25 Oktober 2019

pukul 14.00 WIB-Selesai

kegiatan pengabdian

masyarakat berupa sosialisasi

dan pelatihan pembuatan toples

koran keterampilan tangan

3. Latar Belakang Peserta

Sasaran kegiatan ini adalah Ibu

PKK, karena rata-rata

pesertanya adalah ibu rumah

Page 40: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

tangga dan beberapa ibu yang

bekerja. Terdapat lebih dari 30

peserta dalam kegiatan ini.

4. Metode Pelaksanaan Kegiatan

Peningkatan pengetahuan dan

keterampilan masyarakat

dilakukan dengan

menggunakan metode

penyuluhan interaktif dan

demonstrasi pelatihan

pembuatan toples dari koran.

Adapun tahapan yang dilalui

dalam melaksanakan kegiatan

tersebut sebagai berikut.

1. Prakegiatan

Terdapat tiga kegiatan yang

dilakukan pada tahap ini,

yaitu 1) uji coba pembuatan

toples dari koran; 2)

penetapan target sasaran

yang akan diundang,

persiapan materi tertulis

mengenai berapa koran

yang akan digunakan untuk

membuat satu toples

sempurna serta alat yang

akan digunakan selama

kegiatan berlangsung; dan

3) konsultasi waktu dan

tempat pelaksanaan

sosialisasi dengan ketua

PKK.

2. Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan dibagi

dalam dua sesi, yaitu 1)

sosialisasi pengetahuan,

manfaat, serta nilai jual dan

2) demonstrasi pembuatan

toples dari koran. Adapun

sesi tambahan yang

merupakan bagian dari

serangkaian kegiatan

sosialisasi adalah konsultasi

atau pendampingan berupa

praktik membuat produk

yang dilakukan di RT 1 RW

1 Desa Boja bersama

mahasiswa KKN UNNES

yang bertujuan untuk

mematangkan produk

keterampilan yang telah

disosialisasikan

sebelumnya.

3. Evaluasi Pengetahuan dan

motivasi sasaran

Evaluasi dilakukan dengan

cara tanya jawab dan

wawancara oleh sebagian

peserta mengenai produk

yang dihasilkan dengan

inovasi dan kreasi oleh

mahasiswa KKN UNNES

2019. Selain itu mahasiswa

KKN UNNES juga

memberikan angket kepada

peserta pelatihan

pembuatan toples dari

Page 41: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

koran untuk mengetahui

seberapa besar minat dan

antusiasme peserta dalam

mengikuti pelatiihan ini.

Untuk menambah motivasi

target sasaran, tim KKN

memiliki beberapa cara

untuk lebih meningkatkan

kualitas toples koran, yaitu

1) Melapisi toples koran

dengan lem, sehinnga toles

lebih kuat dan tahan

terhadap air, 2)

Memberikan warna-warna

yang elegan pada proses

finishing sehingga toples

akan terlihat lebih mewah,

3) Pada proses pengemasan

di bungkus menggunkan

plastik dan diberi pita, 4)

Membuat analisi Break

Event Point sehingga

produsen tidak akan rugi

ketika memasarkan toples

dari koran, 5) Mengenalkan

prodak toples ini kepada

orang-orang terdekat dan

mencoba memasarkannya

melalui media sosial.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembuatan Toples Koran

Kerajinan Tangan

Dalam proses pembuatan Toples

Koran terdapat dua kegiatan yaitu

proses koordinasi dan kegiatan

pelatihan, Adapun langkah-langkah

dari masing-masing kegiatan

pembuatan Toples Koran Kerajinan

Tangan adalah sebagai berikut :

1) Koordinasi

Langkah pertama yang

dilakukan untuk mengadakan

pelatihan kerajinan tangan

berbahan dasar koran bekas

adalah mengusulkan program

kerja kerajinan tangan kepada

perangkat desa yang

bersangkutan demi kelancaran

kegiatan tersebut.

Koordinasi langkah kedua

yang kami lakukan adalah

dengan melakukan koordinasi

dengan ketua PKK desa Boja

yaitu ibu Dian dimana ternyata

PKK di desa boja ada dua

tingkatan yakni PKK Desa dan

PKK RT. PKK Desa dihadiri

oleh perwakilan dari masing-

masing dukuh, sedangkan

PKK RT diikuti oleh warga RT

yang bersangkutan. Setelah

berkoordinasi disepakati

pelatihan Toples Koran

Kerajinan Tangan dari bahan

Page 42: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

dasar koran di lakukan di PKK

RT 01 RW 1

2) Pelatihan

Pelatihan Toples Kpran

kerajinan tangan dilakukan di

hari jumat, 25 Oktober 2019

pukul 14.00 WIB dimana

biasanya PKK RT dilakukan

satu bulan sekali secara

bergiliran di rumah-rumah

anggota PKK RT. Hari itu

kegiatan PKK di lakukan di

rumah Ibu Niken, PKK RT

beranggota sekitar 30 orang

lebih yang tidak hanya di ikuti

ibu rumah tangga namun

banyak ibu-ibu pekerja yang

menyempatkan waktunya

untuk aktif pada kegiatan PKK

RT. Kegiatan dimulai dengan

pembukaan dan menyanyikan

lagu mars PKK dilajutkan

dengan pemberian materi

kesehatan tentang pencegahan

stunting oleh bu bidan

selanjutnya materi tentang

pembuatan toples koran yang

di awali dengan memberikan

penjelasan tentang

pengetahuan dari toples koran,

manfaat, serta nilai jual dari

toples koran.

Pada kegiatan ini di bagi

menjadi 5 kelompok dimana

Mahasiswa KKN berperan

sebagai trainer/ pembimbing

saat pembuatan toples koran

kerajinan tangan. Sebelum

memasuki praktik pembuatan

toples koran di siapkan terlebih

dahulu alat dan bahan untuk

pembuatan toples sesuai

dengan kebutuhan masing-

masing kelompok. Kemudian

pembimbing dari masing-

masing kelompok

memeberikan arahan dan

praktik setelah di contohkan

ibu–ibu mulai belajar

mempraktikan pembuatan

toples koran dengan panduan

pembimbing masing-masing

kelompok. Disini ibu – ibu pkk

membuat tempat toples dan

penutup toples dengan

menyatukan gulungan kertas

yang direkatkan dengan lem.

Alat dan Bahan

Alat

- tembakan lem

- Gunting

- Cutter

- lidi

- tempat lem

Page 43: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

Bahan

- Lem tembak

- Koran bekas

- Lem fox

- Pilok dan vernis warna emas

Selanjutnya adalah memasuki

kegiatan inti yaitu pelatihan toples

koran kerajinan tangan, adapun

langkah- langkah pembuatan

kerajinan tangan adalah :

1) Sebelumnya gunting terlebih

dahulu koran yang besar dari

dua bagian menjadi satu

kemudian Lipat Koran menjadi

beberapa bagian dengan

disesuaikan ukurannya

2) Setelah koran dilipat, koran

digunting dengan rapi.

3) Lalu koran yang telah

digunting tersebut dilinting

menjadi lintingan agak rapat

menggunakan tangan atau jika

susah dapat menggunakan lidi

terlebih dahulu untuk

memudahkan proses

pelintingan. Lintingan tidak

terlalu kecil atau besar cukup

sedang dengan tujuan agar

mempermudah saat pembuatan

pola penggulungan.

Gambar 1. Proses pelintingan koran

4) Koran di gulung di bagi ada

yang menjadi gulungan besar

itu pada bagian dasar dan tutup

toples sedangkan gulungan

kecil pada bagian samping

toples. Pembuatan gulungan

kertas membutuhkan gulungan

kertas ukuran 1 =6 gulungan

kertas ukuran 1,5 = 8 gulungan

kertas ukuran 8 =0,5 dan

gulungan kertas ukuran 12 = 1

gulungan untuk bagian alas,

dan gulungan ukuran 16 untuk

bagian tutup.

Gambar 2. Proses penggulungan koran

5) Setelah lintingan koran jadi,

maka langkah selanjutnya

adalah mengoleskan lem fox

pada seluruh lintingan koran

Page 44: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

secara merata. Fungsi dari

mengoleskan lem fox adalah

agar produk yang kita buat

menjadi kuat, juga agar

menutupi celah antar lintingan

yang kurang rapat.

6) Koran atau produk yang telah

dioleskan lem fox harus

dijemur hingga mengering

dibawah sinar matahari. Lama

pengeringan sekitar 10 – 15

menit tergantung dari besar

produk koran itu sendiri.

7) Setelah setengah jadi mulai di

bentuk gulungan besar untuk

di buat dasar toples dan tutup

toples dengan menggunakan

lem tembak yang di lelehkan.

Disini setiap gulungan kertas

harus menempel dengan tepat

agar tidak lepas satu sama lain.

Selain itu butuh ketelitian

dalam proses penempelan biar

pola toples dapat terbentuk

sempurna.

8) Proses pengecatan tidak

menggunakan kuas tapi

menggunakan sistem sempot.

Karena bila di kuas justru

akan membuat kerta koran

menjadi basah dan lembab dan

tidak membuat warna menjadi

rata. Dengan menggunakan

sistem semprot ini

dimaksudkan agar cat yang

dihasilkan lebih mengkilat dan

lebih merata. Awal mula di

semprot menggunakan pilok

terlebih dahulu dibawah sinar

matahari kurang lebih sekitar

10 menit tunggu beberapa saat

baru di tambah semprot vernis.

Tujuan pemilihan warna emas

juga agar toples terlihat mewah

meskipun hanya berbahan

dasar koran. Namun jika tidak

ada warna emas bisa di ganti

warna lain sesuai keinginan.

9) Setelah proses pengecatan,

produk koran kembali dijemur

dibawah sinar matahari hingga

mengering secara merata.

Lama pengeringan sekitar 1 - 2

jam tergantung dari besar

produk yang dihasilkan.

Gambar 3. Proses finishing pewarnaan

Produk Koran yang di Hasilkan

Adapun hasil dari kegiatan

pelatihan kerajinan tangan koran

Page 45: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

yang telah dibuat oleh para ibu

rumah tangga yaitu : toples permen

Perhitungan Harga per-Unit

Untuk menambah semangat dari

ibu-ibu PKK mahasiswa KKN

UNNES membantu untuk

melakukan perhitungan yang bisa

digunakan sebagai patokan untuk

dijadikan sebagai modal awal

memulai usaha toples koran

kerajinan tangan:

Harga Jual = Modal (Biaya

Produksi) + Laba

Modal (Biaya Produksi untuk 10 Toples Koran):

Alat dan Bahan Kuantitas Harga Total Harga

Gunting 2 buah 5.000 10.000

Tembakan Lem 1 buah 25.000 25.000

Cutter 2 buah 3.000 6.000

Lem tembak 5 buah 2.000 10.000

Koran Bekas 5 kg 10.000 50.000

Lem Fox 1 bungkus 13.000 13.000

Pilok 4 kaleng 25.000 100.000

Vernis 2 kaleng 25.000 50.000

Plastik kemasan 1 bungkus 10.000 10.000

Total Modal 274.000

Laba: 20% Modal

20% x 274.000 = 54.800

Harga Jual = Modal (Biaya Produksi) + Laba

= 274.000 + 54.800

= 328.800

Harga Jual per-Unit = 328.0000/10

= 32.800

Untuk modal awal pasti

memerlukan dana yang lebih

banyak karena digunakan untuk

membeli peralatan atau mesin yang

bisa digunakan dalam waktu yang

lama. Untuk harga jual toples koran

Page 46: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

per-unit adalah 32.800 atau bisa

dibulatkan menjadi 33.000.

Komitmen Peserta Pelatihan

Peserta pelatihan yang terdiri dari

ibu rumah tangga Desa Boja RT 01

dan RW 1 sangat antusias dan

sangat bersemangat dalam

mengikuti pelatihan dari awal

hingga akhir. Begitu pula pada saat

penugasan dimana para ibu rumah

tangga dituntut untuk membuat

kerajinan tangan koran sendiri, para

ibu rumah tangga sangat

bersemangat dan tidak segan untuk

bertanya seputar kerajinan tangan

dari koran. Bahkan ada ibu–ibu

yang langsung membawa produk

toples karyanya untuk di tiru dan di

gunakan di rumah. Toples yang di

gunakan bisa di gunakan untuk

sebagai wadah makanan ringan

atau permen saat menghidangkan

pada tamu di rumah. Respon dan

antusias peserta pelatihan dapat

kita lihat dari data sebagai berikut:

Tingkat Kepuasan:

Responden puas x 100%

Total Responden

18 x 100% = 67%

27

Melalui perhitungan tersebut dapat

dilihat ada sekitar 67% atau 18 ibu-

ibu yang mengikuti pelatihan

merasa puas dan ingin mencobanya

di rumah sebagai peluang usaha.

Faktor Penghambat

Faktor penghambat dalam kegiatan

pelatihan toples koran kerajinan

tangan ini antara lain: 1) terkendala

masalah keterbatasan waktu.

Jumlah tatap muka sebanyak satu

kali dirasakan kurang efektif dalam

kegiatan pelatihan ini. Dapat

dikatakan antusiasme para ibu

rumah tangga merasa waktu

pelatihan masih terlalu singkat

karena harus berakhir di saat para

ibu rumah tangga telah memahami

materi kerajinan tangan. Walaupun

sebagaian besar para ibu rumah

tangga sudah dapat membuat

produk kerajinan tangan yang

sudah cukup baik dan bagus, 2)

susah ditemukannya koran bekas di

Desa Boja sehingga ibu-ibu bisa

mengganti bahan dasar utamanya

menggunakan kertas yang tidak

terpakai, 3) ruangan yang

digunakan tidak terlalu luas

sehingga sedikit berdesak-desakan

dan jarak antar kelompok sangat

minim sehingga sulit untuk

mengontrol progres perkembangan

dari masing-masing kelompok.

Page 47: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

D. PENUTUP

Simpulan

Desa Boja merupakan salah satu

desa yang ada di kecamatan

tersono yang memiliki

produktivitas tinggi, buktinya

masih banyak warga yang bekerja,

biasanya laki-laki bekerja sebagai

petani atau buruh harian lepas,

sedangkan perempuan hanya di

rumah melakukan kewajibannya

sebagai ibu rumah tangga, merawat

anak, mencuci baju, memasak, dll.

Hal ini yang menjadi latar belakang

mengapa mahasiswa KKN UNNES

2019 Tahap IIB mengembangkan

produk keterampilan di Desa Boja.

Mahasiswa KKN memilih koran

sebagai bahan dasar pembuatan

keterampilan, karena koran

termasuk salah satu sampah yang

dapat didaur ulang menjadi benda

yang layak jual. Hal ini bertujuan

memberikan hal baru untuk para

ibu rumah tangga agar memiliki

kesibukan yang dapat memberikan

income atau bahkan menjadi bisnis.

Kegiatan pelatihan diberikan oleh

mahasiswa KKN melalui forum

PKK RT 01 RW 01 yang dilakukan

rutin setiap bulan, pelatihan yang

diajarkan adalah pembuatan toples

yang berbahan dasar kertas koran

bekas, alat dan bahan yang

digunakan dalam kegiatan

pelatihan cukup mudah didapatkan

sehingga memungkinkan untuk

dilakukan oleh ibu-ibu dirumah

ketika miliki waktu luang yang

lebih. Langkah-langkah dalam

pembuatan toples dari koran bekas

ini ada 9 langkah, yang dimulai

dengan mempersiapkan alat dan

bahan sampai dengan finishing

pewarnaan. Toples dari koran

bekas bisa dijual seharga 32.800

harga yang tidak terlalu mahal

untuk sebuah kerajinan tangan

yang membutuhkan ketekunan dan

kesabaran yang tinggi.

Saran

1) Kegiatan PKK RT 01 RW 01

harus aktif kembali, karena

diketahui sebelum adanya

mahasiswa KKN PKK RT 01 RW

01 mengalami vacum selama kuran

lebih 3 bulan, 2) kegiatan PKK

harusnya dilakukan di aula

balaidesa karena tempatnya lebih

luas dan jika digunakan untuk

pelatihan-pelatihan akan lebih

nyaman, selain itu juga tidak akan

merepotkan atau mengotori rumah

dari warga, 3) kegiatan pelatihan-

pelatihan harus lebih sering

dilakukan untuk menumbuhkan

kreatifitas ibu-ibu PKK, 4) waktu

pelaksanaan PKK bisa di tamabah

Page 48: PELATIHAN PEMBUATAN SIBOJO DAN SIBOLE PADA …

atau bisa dilakukan di hari minggu

saat ibu-ibu memiliki banyak

waktu luang, 4) untuk mahasiswa

KKN walaupun sudah penarikan

tetap memantau perkembangan

pembuatan toples koran.

Ucapan Terima Kasih

Ucapan terima kasih disampaikan

kepada 1) UNNES selaku pihak

kampus yang telah mengadakan

kegiatan pengabdian KKN selama

45 hari, 2) Desa Boja selaku mitra

desa yang telah menerima dan

membimbing mahasiswa KKN

selama melakukan pengabdian, 3)

PKK RT 01 RW 01 yang telah

mendukung kegiatan pelatihan

pembuatan toples koran kerajinan

tangan,

DAFTAR PUSTAKA

Humaira, M.A. “Kerajinan Tangan

Berbahan Dasar Koran Sebagai

Alat Peningkat Ekonomi.” Jurnal

Qardhul Hasan Volume 5 Nomor

1, April 2019. Media Pengabdian

Kepada Masyarakat.

Astuti, Sri. 2012. Pemanfaatan Limbah

Kertas koran Sebagai Utama

Pembuatan Tas dan Sandal di

Dluwang Art Sindu Adi Sleman

Yogyakarta. Skripsi. Tidak

Diterbitkan. Fakultas Bahasa dan

Seni. Universitas Negeri

Yogyakarta: Yogyakarta.

Ervianti, Eri Yusnita, dkk. “Teknologi

Daur Ulang Kertas Koran

Menjadi Kerajinan Tangan

Bernilai Jual Tinggi dan Analisa

Kelayakannya.” Jurnal Buana

Sains Vol 16 No.2: 129-136,

2016.

batangkab.go.id, “Statistik Kabupaten

Batang”

<https://batangkab.go.id/?p=18&i

d=98> [diakses pada 5 November

2019]

batangkab.go.id, “Wilayah Kecamatan

Tersono”

<https://batangkab.go.id/?p=2&id

=9> [diakses 5 November 2019]

pojokbisnis.com, “Strategi Penentuan

Harga”

<https://www.pojokbisnis.com/pe

masaran/strategi-penetapan-

harga-cara-menentukan-harga-

jual-bag-2> [diakses 8 November

2019]