pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set lebih ...
Transcript of pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set lebih ...
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada zaman globalisasi yang diimbangi dengan kemajuan teknologi,
kegiatan olah raga untuk meningkatkan prestasi telah dikaji secara modern,
yang meliputi taktik, teknik, dan kebugaran fisik dikaji secara menyeluruh.
Prestasi-prestasi yang luar biasa dalam cabang olahraga atletik adalah berkat
peningkatan kondisi fisik para olahragawan terutama yang berhubungan
dengan kekuatan dan daya tahan (Siregar, 2008). Untuk meningkatkan kondisi
fisik dalam mencapai prestasi dibutuhkan adanya kekuatan, daya tahan, dan
kecepatan. Hanya otot-otot yang dilatih secara terus-menerus dan teratur yang
akan menjadi kuat. Oleh karena itu agar jasmani kita segar, maka semua otot
tubuh harus dilatih sehingga kemampuan otot menjadi maksimal (Sadoso,
2008).
Salah satu cara untuk menguatkan otot-otot adalah dengan pelatihan-
pelatihan yang memaksa otot untuk melawan beban. Dalam meningkatkan
kekuatan otot, beban harus cukup berat sedangkan jumlah ulangan kecil saja,
kalau pelatihan beban berhasil, maka akan berpengaruh pada luas penampang
otot-otot (Soebroto, 2001). Untuk meningkatkan kekuatan otot-otot pelatihan
yang paling tepat ialah pelatihan dengan pembebanan berlebihan (overload
training). Kekuatan otot diperlukan untuk dapat melakukan gerakan secara
1
2
optimal, kekuatan otot dapat dicapai dengan melakukan pelatihan yang
memberikan pembebanan berlebih sehingga terjadi kontraksi otot yang
maksimal (Nala, 2003).
Ada beberapa pelatihan untuk meningkatkan kekuatan otot-otot
khususnya otot lengan seperti mengangkat halter, gantung angkat (pull-ups),
melempar bola, tunjang telungkup (push-ups), mengangkat bangku Swedia,
berjalan dengan tangan jarak 5 meter dan lainnya (Nugroho, 2005).
Salah satu pelatihan di atas, pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5
meter merupakan bentuk pelatihan kekuatan otot-otot khususnya otot lengan
tangan, karena pembebanan yang dilakukan lebih menekankan berat pada
kedua lengan yang mempergunakan berat badan sendiri sebagai beban
pelatihan (Sadoso, 2005). Pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter
berat badan bertumpu pada kedua lengan sedangkan kaki tidak menyentuh
tanah dipegang oleh orang lain dilanjutkan bergerak ke depan dengan
kekuatan penuh serta repetisi dan set (Jarver, 2003).
Dengan adanya pelatihan kekuatan otot lengan yang dilaksanakan secara
sistematis, sesuai dengan repetisi dan set akan berpengaruh terhadap
kemampuan otot untuk melakukan gerak yang menggunakan kekuatan otot
lengan, hal ini dimungkinkan karena untuk dapat melakukan gerak
menggunakan kekuatan otot lengan dengan baik dan benar di samping harus
adanya teknik yang baik, harus pula ditunjang oleh faktor kekuatan otot-otot
lengan (Karna, 2007).
3
Pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set lebih
meningkatkan kekuatan otot lengan dari pada 4 repetisi 5 set karena pelatihan
yang memiliki repetisi lebih besar akan dapat meningkatkan lebih besar
kontraksi otot dan berpengaruh pada kekuatan otot, jika dibandingkan dengan
pelatihan yang memiliki repetisi lebih kecil sedangkan setnya lebih besar
akan cenderung meningkatkan daya tahan otot. Otot yang diberikan
pembebanan berlebihan akan semakin kuat dan volume ototnya semakin besar
(Nala, 2009).
Dengan demikian dapatlah diperkirakan melakukan pelatihan gerakan
berjalan dengan tangan jarak 5 meter akan ada pengaruhnya terhadap
kekuatan otot lengan tangan, daya tahan otot, kelentukan, kecepatan,
koordinasi dan lainnya sehingga akan berpengaruh pula pada kemampuan
menolak.
Kenyataan yang ada di lapangan sangat bertolak belakang dengan
harapan peneliti hal ini disebabkan belum dimilikinya kekuatan otot-otot
lengan oleh para siswa putra SMP Negeri 9 Denpasar, hal ini dibuktikan pada
saat diadakannya kejuaraan cabang olahraga baik yang bersifat pertandingan
seperti dalam permainan bola voli, basket mini, bela diri, renang maupun
cabang olahraga yang bersifat perlombaan secara individu / perorangan
seperti, cabang olahraga atletik, nomor lempar dan tolak. Para siswa belum
mampu mencapai prestasi yang mengembirakan.
4
Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya pelatihan-pelatihan yang
menekankan kekuatan, daya tahan, koordinasi otot-otot khususnya pada otot
lengan yang diberikan oleh para guru olahraga atau orang yang berkecimpung
dalam olahraga prestasi, atau bisa juga disebabkan oleh karena para siswa
putra SMP Negeri 9 Denpasar baru menekuni suatu cabang olahraga setelah
umur dewasa, semestinya dasar-dasar cabang olahraga khususnya cabang
olahraga atletik, nomor lempar dan tolak diberikan dari kelas VI walaupun
pelaksanaannya secara sederhana dengan melempar atau menolak bola yang
mempunyai ukuran yang sesuai dengan umur para siswa (Sadoso, 2004).
Berdasarkan pengalaman dan kenyataan di lapangan maka untuk
mendapatkan kekuatan otot lengan, sangat ditentukan dan dipengaruhi oleh
pelatihan yang menekankan pada kekuatan otot-otot lengan seperti pelatihan
berjalan dengan tangan jarak 5 meter yang dilaksanakan secara sistematis,
kontinyu serta terprogram. Penulis perlu mengadakan suatu penelitian dengan
judul” Pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set lebih
meningkatkan kekuatan otot lengan dari pada 4 repetisi 5 set pada siswa putra
kelas VII SMP Negeri 9 Denpasar”.
1.2 Rumusan Masalah.
Berdasarkan atas latar belakang masalah, maka dapat dibuat rumusan
masalahnya sebagai berikut :
5
1) Apakah pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set
dapat meningkatkan kekuatan otot lengan pada siswa putra kelas VII SMP
Negeri 9 Denpasar?
2) Apakah pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 4 repetisi 5 set
dapat meningkatkan kekuatan otot lengan pada siswa putra kelas VII SMP
Negeri 9 Denpasar?
3) Apakah pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set
lebih meningkatkan kekuatan otot lengan dari pada 4 repetisi 5 set pada
siswa putra kelas VII SMP Negeri 9 Denpasar?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Dari latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, maka tujuan
umum yang ingin dicapai adalah mendapatkan tipe pelatihan berjalan dengan
tangan jarak 5 meter serta takaran pelatihan yang lebih baik dalam
meningkatkan kekuatan otot lengan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui peningkatan kekuatan otot lengan pada pelatihan
berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set pada siswa putra kelas
VII SMP Negeri 9 Denpasar.
6
2. Untuk mengetahui peningkatan kekuatan otot lengan pada pelatihan
berjalan dengan tangan jarak 5 meter 4 repetisi 5 pada siswa putra kelas
VII SMP Negeri 9 Denpasar.
3. Untuk mengetahui bahwa berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4
set lebih meningkatkan kekuatan otot lengan dari pada 4 repetisi 5 set pada
siswa putra kelas VII SMP Negeri 9 Denpasar.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan meliputi :
1.4.1 Kegunaan Teoritis
1.4.1.1 Untuk Para Siswa
Memberikan sumbangan pikiran dan pengetahuan terkait dengan
pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set lebih
meningkatkan kekuatan otot lengan dari pada 4 repetisi 5 set pada siswa putra
kelas VII SMP Negeri 9 Denpasar.
1.4.1.2 Untuk Para Guru Olahraga dan Pelatih
Digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan pelatihan untuk
peningkatan kekuatan otot lengan.
1.4.1.3 Untuk Lembaga
Menambah / memperbanyak refrensi di perpustakaan Pascasarjana
UNUD Denpasar yang mana merupakan sumber refrensi bagi para mahasiswa
yang memerlukan.
7
1.4.2. Kegunaan Praktis
1.4.2.1 Bagi Pelatih Guru Olahraga
Berkecimpung dalam olahraga prestasi adalah sebagai pedoman dalam
melakukan pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set
lebih meningkatkan kekuatan otot lengan dari pada 4 repetisi 5 set pada siswa
putra kelas VII SMP Negeri 9 Denpasar.
1.4.2.2 Bagi Mahasiswa dan Masyarakat
Melengkapi kebutuhan perpustakaan pada lembaga pendidikan
khususnya di Pascasarjana UDAYANA Denpasar yang mana nantinya dapat
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan literatur bagi mahasiswa yang
berkepentingan.
1.4.2.3 Bagi Para Mahasiswa
Acuan bagi mahasiswa / siswa bahwa pelatihan berjalan dengan tangan
berjarak 5 meter yang dilaksanakan secara rutin, kontinyu serta
berkesinambungan dengan beban yang cukup akan dapat meningkatkan
kekuatan otot lengan sehingga dapat tampil dengan keyakinan diri yang tinggi
dan dapat mencapai prestasi yang diharapkan dan memperoleh kemenangan.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kekuatan Otot Lengan
Kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk berkontraksi ketika
menerima beban (Nala, 2005). Latihan yang dapat menguatkan otot adalah
latihan dengan beban. Tanpa menggunakan beban kekuatan otot tidak akan
bertambah. Dengan latihan beban sel-sel otot akan membesar, makin besar sel
otot, maka kekuatannya akan semakin besar. Kekuatan otot didapat dari
kontraksi sekelompok atau beberapa kelompok otot. Mengembangkan
kekuatan otot merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan prestasi,
karena kekuatan otot adalah sumber dari perubahan (Hidayat, 2006).
Kekuatan otot melukiskan kontraksi maksimal yang dapat dihasilkan oleh otot
atau sekelompok otot. Secara psikologis kekuatan diartikan sebagai
kemampuan berdasarkan kemudahan bergerak proses sistem saraf dan
perangkat otot untuk melakukan gerak dalam mutu waktu tertentu (Kosasih,
2004).
Kemampuan otot yang dinilai umumnya adalah otot-otot tangan,
lengan, dada, perut, tungkai dan punggung. Kekuatan otot tangan dan lengan
penting untuk memegang, mengangkat, menarik, memukul, mengayun dan
sebagainya. Sedangkan kekuatan otot tungkai diperlukan untuk menyangga
berat tubuh, melompat, jalan, lari, menyepak dan sebagainya. Sedangkan otot-
otot lainnya merupakan dasar tumpuan agar tubuh tegak dan kuat, sehingga
8
9
lengan dan tungkai dapat berfungsi dengan baik, di samping otot-otot itu
sendiri dapat berfungsi untuk membantu gerakan (Nurhasan, 2006).
Otot-otot punggung berfungsi untuk menahan agar tubuh tetap tegak,
sementara lengan atau tungkai berfungsi memukul atau menyepak. Sedangkan
otot-otot dada di samping sebagai alat tumpuan, juga ikut membantu lengan
dalam gerakan memanjat (pull-ups) dan lain-lain. Kekuatan otot ini diukur
dengan alat dinamometer. Biasanya diukur kekuatan otot tangan (dengan
dynamometer tangan), otot dada (dynamometer dada) dan otot punggung
(dynamometer punggung), serta otot tungkai (dengan dynamometer tungkai).
Satuannya adalah dalam kilogram. Dengan mempergunakan pengukuran
dinamometer ini, kita akan mendapatkan kekuatan otot absolute. Sedangkan
bila kekuatan otot dinyatakan per-kg berat badannya, maka kita akan
mendapatkan kekuatan otot relatif. Kekuatan otot relatif ini adalah kekuatan
otot absolute dibagi dengan berat badan masing-masing yang diukur.
Satuannya ialah kilogram (Kg). Teknik pada waktu pengukuran hendaknya
seminimal mungkin (Nala, 2005).
Kekuatan otot dalam mendukung ketangkasan bergerak adalah
kekuatan otot-otot tungkai, karena kekuatan otot tungkai diperlukan untuk
menyangga berat badan atau tubuh dalam melakukan gerakan melompat,
berlari, menyepak dan lain-lainnya. Kekuatan otot-otot adalah kemampuan
otot untuk melakukan suatu kegiatan secara berulang-ulang atau berkontraksi
dalam waktu yang lama (Karna, 2003).
10
Umumnya diakui bahwa kekuatan suatu otot berdasarkan pada dua
faktor utama. Pertama, dipengaruhi oleh unsur-unsur struktur otot itu,
khususnya volume. Telah diketahui bahwa kekuatan otot meningkat sesuai
dengan meningkatnya volume otot. Kedua, semakin jelas bahwa kekuatan otot
ditentukan oleh kualitas kontrol tak sengaja kepada otot yang bersangkutan.
Faktor ini menjadi penting dalam orang berlatih meningkatkan kekuatan otot
dan perlunya menggunakan kekuatan sesuai dengan pelaksanaan nyata
(Sumosarjono, 2008).
Kekuatan otot (Muscle Strength) adalah Kesanggupan otot untuk
menahan / melawan suatu berat / beban. Daya ledak (power) adalah
kesanggupan otot mengeluarkan kekuatan dalam waktu singkat dan berlaku
(gerakan) cepat. Jadi kekuatan otot yang dimaksudkan di sini adalah
kemampuan kerja otot. Kemampuan otot yang mudah dan sering dinilai
adalah otot-otot lengan, otot dada, otot perut. Untuk meningkatkan otot ini
latihan yang paling baik adalah latihan dengan pembebanan berlebih
(overlood training ) seperti latihan mengangkat halter set ups, pull ups (Said,
2004).
Kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tenaga
terhadap suatu tahanan di mana kekuatan itu adalah antara kontraksi otot
secara maksimal sesuai dengan kebutuhan gerak yang digunakan, meskipun
banyak aktivitas olahraga memerlukan kelincahan atau kelentukan, kecepatan
dari otot itu (Wirata, 2004).
11
Dari definisi di atas dapat dinyatakan bahwa kekuatan otot adalah
adanya seseorang untuk membangkitkan tegangan dalam menerima beban
waktu bekerja. Beban dapat berupa anggota tubuh sendiri ataupun beban dari
luar. Kekuatan otot sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara
keseluruhan.
Kekuatan otot merupakan daya penggerak setiap anggota fisik.
Kekuatan otot memegang peranan penting dalam melindungi orang dari
kemungkinan cedera. Dengan kekuatan otot tungkai atlet dapat melompat
tinggi, demikian pula dapat memperkuat stabilitas sendi-sendi (Rusli, 2006).
Kekuatan dijelaskan merupakan komponen kondisi fisik seseorang
tentang kemampuannya dalam mempergunakan otot-otot untuk menerima
beban sewaktu melakukan kegiatan atau bekerja (Sanusi, 2007). Kekuatan-
kekuatan otot melukiskan kontraksi minimal yang dapat dihasilkan oleh
sekelompok otot. Kapasitas otot lokal adalah kualitas yang memungkinkan
kita melangsungkan selama mungkin suatu usaha yang menggunakan otot
lokal dalam kondisi erobik. Kemampuan otot-otot ini tergantung pada
kontraksi otot yang bersangkutan (Karna, 2005). Makin berat masa kekuatan
otot yang diperlukan makin besar kecepatan dan daya ledaknya semakin
besar pula, penggunaan tenaga oleh otot atau sekelompok otot secara
eksplosif berlangsung dalam kondisi dinamis (Nala, 2005).
Kekuatan otot adalah kemampuan otot untuk mengatasi tahanan atau
beban, menahan atau memindahkan beban dalam menjalankan aktivitas
12
olahraga (Soeharno, 2004). Kekuatan otot adalah kemampuan otot skeletal
tubuh untuk melakukan kontraksi atau tegangan maksimal dalam menerima
beban pada waktu melakukan aktivitas (Nala, 2002). Kekuatan adalah
komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuan dalam
mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja (Sajoto, 2007).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan otot adalah sebagai berikut
: 1) besar kecilnya penampang melintang otot (potongan morphologic yang
tergantung dari proses hipertrofi otot). 2) jumlah myofibril yang turut bekerja
dalam melawan beban (makin banyak myofibril yang bekerja maka kekuatan
otot akan semakin besar) tergantung pada besar kecilnya kerangka tubuh dan
bagian-bagiannya seperti panjang tuas (makin besar otot skeletal maka
semakin besar kekuatannya). 3) Inervasi otot yang baik, keadaan zat kimia
dalam otot (glycogen, ATP). 4) keadaan tonus otot saat istirahat (Tonus
makin rendah maka kekuatan otot saat bekerja akan semakin besar). 5) umur
dan jenis kelamin (umur lebih muda maka kecepatan pulih asal akan lebih
baik dan jenis kelamin wanita kecepatan pulih asalnya lebih lambat)
(Soeharno, 2003).
Kekuatan otot adalah kontraksi maksimal yang dihasilkan oleh otot atau
sekelompok otot. Kemampuan otot-otot yang sering diukur dalam kesegaran
jasmani adalah otot lengan, otot perut, otot punggung dan lain-lain. Dalam
buku Atletik dikatakan bahwa untuk menguatkan otot adalah dengan latihan-
latihan yang memaksa otot melawan beban yang lazim (Jarver, 2004).
13
Kekuatan otot merupakan kemampuan otot untuk berkontraksi ketika
menerima beban (Nala, 2007). Pelatihan yang dapat menguatkan otot adalah
pelatihan dengan pembebanan yang cukup tanpa menggunakan beban
pelatihan kekuatan otot tidak akan bertambah. Dengan pelatihan beban sel
otot maka kekuatannya semakin membesar, makin besar sel otot, maka
kekuatannya makin besar pula. Kekuatan otot adalah suatu daya tahan otot
dalam menahan beban atau menahan kelelahan dalam jarak jangka waktu
yang lama (Sanyoto, 2007). Prinsip kenaikan beban yang tetap, teratur dan
ajeg. Suatu pelatihan beban makin lama semakin berat merupakan keharusan
untuk menguatkan otot-otot sehingga nantinya dapat mencapai prestasi yang
maksimal, kenaikan beban itu secara setingkat demi setingkat dengan teratur
dan ajeg, peningkatan beban pelatihan harus berpedoman pada cirri-ciri
loading : intensitas, volume dan frekuensi. Program pelatihan ditentukan
adanya peningkatan baik dalam hal beban, set, repetisi maupun lamanya
pelatihan (Nala, 2007 ).
Setiap olahragawan tentu ingin mempunyai otot-otot yang kuat dan
daya tahan yang tinggi sebab otot yang kuat dan daya tahan yang tinggi
merupakan modal untuk melakukan aktivitas jika otot tidak kuat dan daya
tahan kurang baik maka akan terjadi suatu kegiatan yang sia-sia (Nurhasan,
2007).
Bagi seorang olahragawan yang ingin berprestasi perlu memiliki daya
tahan bagaimanapun tingginya keterampilan yang dimiliki oleh seorang
14
olahragawan tanpa didukung oleh daya tahan yang baik semuanya itu tidak
ada artinya (Nala, 2005 ).
Untuk menguatkan otot, haruslah dilatih dengan beban. Tanpa
menggunakan beban, kekuatan otot tidak akan bertambah. Dengan berlatih
beban seperti ini sel-sel otot akan membesar dan semakin besar sel otot maka
kekuatannya pun akan semakin besar, kekuatan otot di dapat dari kontraksi
sekelompok atau beberapa kelompok otot. Mengembangkan kekuatan otot
berarti salah satu faktor untuk meningkatkan prestasi, karena kekuatan adalah
sumber dari perubahan (Sudarso, 2007).
2.2 Pelaksanaan Pelatihan
Pelatihan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan secara sistematis
terus menerus sehingga menyebabkan terjadinya suatu perubahan (Muhajir,
2004). Pelatihan merupakan sejumlah rangsangan (stimulus) yang
dilaksanakan pada jarak waktu tertentu dengan tujuan untuk meningkatkan
prestasi (Hasnan, 2006). Pelatihan bermaksud untuk memobilisasi cadangan
kesanggupan tubuh dengan jalan memberikan rangsangan gerakan pada
organ-organ tubuh sebagai akibat penyelesaian diri / adaptasi dari organ-organ
tersebut dengan manifestasinya berupa fungsi yang lebih baik (Manuaba,
2003). Pelaksanaan pelatihan yang dimaksud adalah pelatihan berjalan dengan
tangan 5 repetisi 4 set dan 4 repetisi 5 set.
15
Pelatihan dijelaskan sebagai pengulangan suatu kegiatan secara terus
menerus sehingga menyebabkan terjadinya suatu perubahan (Pinayungan,
2001). Pelatihan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan secara
sistematis terus-menerus sehingga menyebabkan terjadinya suatu perubahan
(Purwadarminta, 2005). Pelatihan bermaksud untuk memobilisis cadangan
kesanggupan tubuh dengan jalan memberikan rangsangan gerakan pada
organ-organ tubuh sebagai akibat penyesuaian diri / adaptasi dari organ-organ
tersebut dengan manifestasinya berupa fungsi yang lebih baik (Manuaba,
2009).
Pelatihan harus sesuai dengan prosedur pelatihan yaitu : Sebelum
melakukan pelatihan inti hendaknya dilakukan (warming up) atau pemanasan
yang diikuti dengan pelatihan peregangan (Stretching) yang dilanjutkan
dengan pelatihan inti dan diakhiri dengan pelatihan pendinginan (Cooling
Down) serta pelatihan peregangan (Stretching) untuk pemulihan kondisi
setelah pelatihan yang melelahkan (Sadoso, 2007).
Pelatihan pemanasan (Warming Up) bertujuan untuk mengadakan
perubahan physiologis dalam tubuh dan menyiapkan organismenya dalam
pelatihan menghadapi aktifitas tubuh yang lebih berat, Pelatihan ini juga
bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan konsentrasi yang timbul dalam
latihan atau pertandingan. Pelatihan peregangan (Stretching) bertujuan untuk
menjaga unsur kelentukan tetap terjaga dengan baik dengan mencegah
terjadinya cedera (Syarifuddin, 2008).
16
Berdasarkan pada beberapa pendapat di atas bahwa pelatihan adalah
sejumlah rangsangan yang dilakukan dengan teratur sistematis, berulang-
ulang kian hari kian menambah jumlah beban pelatihan. Komponen-
komponen harus diperhatikan dalam menyusun program atau takaran
pelatihan. Komponen-komponen tersebut meliputi: Frekuensi, Intensitas, dan
tipe pelatihan, lama pelatihan.
2.2.1 Pelatihan Fisik
Pelatihan kondisi fisik memegang peranan penting dalam program
pelatihan seorang olahragawan yang harus direncanakan secara baik,
sistematis dengan tujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan
kemampuan fungsional dari sistem tubuh, sehingga dengan demikian
memungkinkan seorang olahragawan untuk mencapai prestasi yang lebih
tinggi (Rusli Lautan, 2004).
Kalau kondisi fisik dalam keadaan baik maka akan ada peningkatan
dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung, peningkatan dalam
kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan ekonomisasi gerak yang lebih baik
pada waktu pelatihan pemulihan lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah
pelatihan, respon yang cepat dari organisme tubuh bila sewaktu-waktu
dibutuhkan (Harsono, 2005).
Sebelum menghadapi suatu pertandingan seorang atlet atau
olahragawan sudah berada dalam suatu kondisi fisik dan tingkatan fitness
17
yang baik untuk menghadapi intensitas kerja dan segala macam stress yang
bakal dihadapi (Nala, 2007).
2.2.2 Pentingnya Kondisi Fisik
Kalau kondisi fisik dalam keadaan baik maka akan ada peningkatan
dalam kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung. Peningkatan dalam:
kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan ekonomisasi gerak yang lebih baik
pada waktu pelatihan, pemulihan lebih cepat dalam organ-organ tubuh setelah
pelatihan,respon yang cepat dari organisme tubuh bila sewaktu-waktu
dibutuhkan (Harsono, 2005).
2.2.3 Macam - Macam Kondisi Fisik
Macam-macam kondisi fisik yang perlu dimasukkan ke dalam program
pelatihan meliputi : 1) Daya tahan terhadap penyakit dan lingkungan, daya
tahan merupakan keadaan atau kondisi tubuh yang mampu untuk bekerja
dalam waktu yang lama, tanpa kelelahan yang berlebihan setelah
menyelesaikan suatu kegiatan; 2) Kelentukan bergerak seluas-luasnya
kelentukan mengacu pada ruang gerak sendi-sendi tubuh bentuk dan tidaknya
seseorang ditentukan oleh luas tidaknya gerak sendi-sendinya; 3) Stamina,
kecepatan, keseimbangan, koordinasi, daya ledak, waktu reaksi adalah tingkat
yang lebih tinggi dari endurance, seseorang olahragawan yang mempunyai
stamina kemampuan anaerobik yang tinggi akan dapat bekerja lebih lama
sebelum mencapai oxygen debt-nya, juga recovery, lebih cepat (Bompa,
2009).
18
2.2.4 Tujuan Pelatihan
Tujuan pelatihan merupakan suatu proses kegiatan yang sistematis
dalam waktu yang relatif lama makin meningkatkan potensi individu, yang
bertujuan membentuk fungsi fisiologis.
Adapun tujuan pelatihan untuk meningkatkan kondisi fisik umum,
untuk mengembangkan fisik khusus, yang ditentukan oleh olahragawan
tersebut. Untuk menyempurnakan teknik olahraga yang disiplin dan
koordinasi gerak untuk mempertahankan kesehatan atlet, mencegah cedera,
untuk menjamin dan mengamankan persiapan secara optimal, meningkatkan
kepribadian, kemauan yang keras kepercayaan diri, ketekunan semangat dan
disiplin, untuk memperkaya pengetahuan, teori dengan memperhatikan dasar
fisiologis, psikologi dan gizi (Bompa, 2009).
2.2.5 Komponen pelatihan
Dengan kebugaran fisik seorang olahragawan dapat melakukan
aktivitas fisik dengan efisien dan dalam kemampuan selalu optimal waktu
pemulihan lebih cepat yang berarti setelah melaksanakan pelatihan yang berat
istirahat sebentar tenaga akan pulih kembali (Kosasih, 2006). Beberapa syarat
yang harus dipenuhi untuk meningkatkan dan memelihara kebugaran fisik.
2.2.5.1Tipe Aktivitas (Macam Pelatihan).
Tipe kegiatan pelatihan olahraga yang dipilih untuk meningkatkan dan
memelihara kebugaran fisik adalah tipe pelatihan yang mengakibatkan
sebagian besar berkelompok otot tubuh dalam jangka waktu yang lama, dan
19
dinamis dan metabolismenya mempergunakan udara luar/aerobik (Said,
2006). Dalam penelitian ini tipe penelitian untuk meningkatkan kemampuan
menolak peluru adalah pelatihan gerakan berjalan dengan tangan jarak 5
meter.
2.2.5.2 Intensitas Pelatihan
Intensitas adalah kesungguhan atau berat ringannya suatu aktivitas
dilakukan yang sering dinyatakan waktu, beban pengulangan dan denyut
jantung. Pelatihan olahraga atau aktivitas fisik yang dilakukan hendaknya
intensitas pelatihan sebesar 65 - 90% dari denyut nadi maksimal (Sadoso,
2004).
Pembebanan kerja yang dilaksanakan secara berulang-ulang dapat
memperbaiki dan mempertinggi kemampuan fungsi organ terutama
tergantung pada perbandingan antara volume dan intensitas kerja, pelatihan
kerja dan interval dilaksanakan intensitas pelatihan yaitu : beban awal 50%
atau 60% dan tambahan beban setiap minggu menyelesaikan kemampuan tiap
individu rata-rata dapat diberikan 10% - 15% dari gerakan gerakan awal
(Nala,2003 ).
2.2.5.3 Lama Pelatihan
Pada umumnya orang berpedoman bahwa kalau pelatihan lebih sering
dan lebih lama dilaksanakan maka hasilnya akan lebih besar. Tetapi harus
diingat adanya waktu pemulihan asal dan juga tidak boleh adanya kelebihan
20
pelatihan (Over Training). Makin berat intensitas pelatihan maka lama
pelatihan semakin pendek sebaliknya makin ringan intensitas pelatihan maka
makin lama pelatihan akan makin panjang (Soedrajat, 2002). Lama pelatihan
fisik adalah 15 menit sampai 60 menit (Nala, 2005).
2.2.5.4 Frekuensi Pelatihan
Frekuensi pelatihan atau kekerapan pelatihan perminggu atau sering
pula kekerapan melakukan pelatihan suatu gerakan atau aktivitas di sebut
dengan pengulangan (repetision) (Nala, 2002). Frekuensi pelatihan yang baik
setidak-tidaknya 3 atau 4 kali seminggu ini sesuai bagi atlet pemula sehingga
menghasilkan peningkatan kemampuan otot yang baik serta tanpa
menimbulkan kelelahan yang berarti (Harsono, 2006).
Frekuensi pelatihan diusahakan agar tidak ada hari istirahat dua hari
berturut-turut (Umar, 2004). Penelitian ini frekuensi pelatihan yang
dipergunakan adalah empat (4) kali dalam seminggu.
2.2.5.5 Repetisi dan Set
Koordinasi merupakan gabungan berbagai gerakan yang dilakukan
secara harmonis dengan penguasaan koordinasi yang tinggi maka tubuh akan
bekerja secara efisien dan optimal tanpa menguasai koordinasi yang baik
sering tenaga banyak keluar secara sia-sia (Nala, 2005). Repetisi
dikemukakan adalah ulangan dari pada rangkaian pelatihan (Soekarman,
2007). Repetisi adalah ulangan mendorong, menarik, mengangkat menekan
berjalan, berlari, meloncat mempergunakan suatu beban yang dilaksanakan
21
secara teratur dan berulang-ulang dalam penelitian ini repetisi yang
dipergunakan 5 repetisi dan 4 repetisi. Set juga dijelaskan sebagai suatu
rangkaian kegiatan dari suatu repetisi misalnya seorang atlet dapat menarik
beban seberat 1 kg sebanyak 8 kali kemudian istirahat ini berarti seorang atlet
telah melakukan 8 repetisi dan 1 set (Kosasih, 2009). Set yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah 4 set dan 5 set.
2.2.5.6 Tujuan Pelatihan
Tujuan pelatihan merupakan suatu proses kegiatan yang sistematis
dalam waktu yang relatif lama makin meningkatkan potensi individu yang
bertujuan membentuk fungsi fisiologis adapun tujuan pelatihan untuk
meningkatkan kondisi fisik umum, untuk mengembangkan fisik khusus yang
ditentukan oleh olahragawan tersebut untuk menyempurnakan teknik olahraga
yang disiplin dan koordinasi gerak untuk mempertahankan kesehatan
mahasiswa, mencegah cedera, untuk menjamin dan mengamankan persiapan
secara optimal, meningkatkan kepribadian, kemauan yang keras kepercayaan
diri, ketekunan semangat dan disiplin, untuk memperkaya pengetahuan, teori
dengan memperhatikan dasar fisiologis, psikologi dan gizi (Bompa, 2000).
2.2.6 Prisip-Prinsip Pelatihan
Dikemukakan bahwa dalam melaksanakan pelatihan kita harus
berpegangan pada prinsip-prinsip yang akan menghasilkan kondisi fisik yang
baik (Krempel, 2006). Untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai
22
hendaknya memperhatihan prinsip-prinsip pelatihan beban, prinsip pelatihan
ada beberapa macam (Bompa, 2009)
2.2.6.1 Prinsip Beban Berlebihan (Overload)
Pada dasarnya untuk mendapatkan efek pelatihan yang baik, maka
organ tubuh harus diberi beban melebihi beban yang dibiasanya diterima
dalam aktivitas sehari-hari, beban yang diberikan bersifat individual tetapi
pada prinsipnya diberikan beban mendekati beban maksimal dengan
melaksanakan prinsip beban berlebihan, maka kelompok-kelompok otot akan
berkembang kekuatannya secara efektif (Suherman, 2008).
2.2.6.2 Prinsip Kenaikan Beban yang tetap, teratur dan ajeg
Suatu pelatihan beban makin lama semakin berat merupakan
keharusan untuk menguatkan otot-otot sehingga nantinya dapat mencapai
prestasi yang maksimal, kenaikan beban itu secara setingkat demi setingkat
dengan teratur dan ajeg, peningkatan beban pelatihan harus berpedoman pada
ciri-ciri loading: intensitas, volume, frekuensi, kenaikan beban yang terlalu
cepat akan menyebabkan rusaknya otot bagi orang yang melakukan pelatihan,
waktu itu perlu dibuatkan suatu program pelatihan dan berusaha
melaksanakan program itu dengan sesungguhnya (Nala, 2003).
2.2.6.3 Prinsip Individual
Dalam melaksanakan pelatihan yang efektif maka harus mengetahui
tingkatan-tingkatan masing-masing individu agar dapat dilatih secara
sistematis dan metode untuk tujuan mencapai prestasi, pada dasarnya setiap
23
individu memiliki perbedaan balk dalam kemampuan, potensi, karakteristik
maupun psikologi untuk itu faktor individu harus juga diperhatikan
sebaiknya-baiknya, oleh karena ini prinsip individu merupakan syarat yang
penting dalam suatu pelatihan (Said, 2005). Seluruh konsep pelatihan haruslah
disesuaikan dengan keiklasan, setiap individu agar tujuan pelatihan dapat
sejauh mungkin dicapai (Husin, 2002).
2.2.6.4 Prinsip Pelatihan Beraturan
Pelatihan beban hendaknya diatur sedemikian rupa yang dimulai dari
melatih kelompok otot yang besar kemudian baru melatih kelompok otot yang
kecil hal ini karena kelompok otot-otot yang kecil lebih cepat lelah. Pada
prinsip ini juga menekankan tidak diperbolehkan memberikan pelatihan
secara beruntun pada sekelompok otot yang sama karena otot akan mengalami
kelelahan dari membutuhkan waktu lama untuk pemulihannya (Harsono,
2008).
2.2.6.5 Prinsip Kekhususan
Dalam beberapa hal pelatihan berbeban hendaknya selalu bersifat
khusus karena pada dasarnya, setiap cabang olahraga yang ditekuni dan tidak
diperkenankan memberi bentuk pelatihan yang gerakannya berlawanan
dengan gerakan dari masing-masing cabang olahraga. Didalam melakukan
peningkatan kekuatan otot yang perlu diperhatikan adalah tujuan dari
peningkatan otot tersebut. Oleh karena itu pelatihan beban merupakan
pelatihan ketrampilan gerak khusus sesuai dengan cabang olahraga yang
24
diikuti, semakin besar frekuensi pelatihan maka semakin bertambah kekuatan
kontraksi otot (Nala, 2002).
2.2.6.6 Prinsip Pulih Asal
Hasil yang diperoleh dalam peningkatan kualitas fisik yang diperoleh
melalui hasil pelatihan dalam kurun waktu tertentu akan menurun kembali.
Oleh karena itu latihan harus berkesinambungan. Suatu pelatihan memiliki
peranan yang sangat penting dalam memelihara kondisinya (Gunter, 2004).
2.2.6.7 Prinsip Beban Harus Sepanjang Tahun Tanpa Diselingi
Mengingat penyusunan kualitas gerak terhadap beban tersebut bersifat
gagah dan sementara maka untuk mencapai prestasi maksimal, merupakan
suatu keharusan bahwa beban pelatihan yang diberikan sepanjang tahun
secara teratur dan kontinyu. Penyesuaian mahasiswa yang mempunyai
prestasi akan menurun bagi prestasinya. Apabila beban pelatihan selalu ringan
tanpa adanya penambahan (Bernhard, 2004).
2.2.6.8 Prinsip Interval
Pada prinsip ini sangat penting dalam rencana suatu pelatihan yang
bersifat harian, mingguan, bulanan dan tahunan yang berguna untuk
ketahanan jasmani dan rohani seseorang dalam menjalankan pelatihan. Juga
merupakan irama jalannya suatu pelatihan yang pelaksanaannya dalam
penelitian program mingguan (Nala, 2003).
2.2.6.9 Prinsip Beban Gawat atau Prinsip Stress
25
Beban pelatihan harus dapat menimbulkan kelelahan lokal maupun
kelelahan total dari jasmani seseorang olahragawan, kelelahan lokal itu
disebabkan oleh beban yang diberikan dengan waktu tetap dan intenstas
maksimal yang mengakibatkan kelelahan fungsi sistem otot (Sadoso, 2007).
2.2.6.10 Prinsip Nutrisi
Prinsip nutrisi sangat penting bagi tubuh seseorang untuk
meningkatkan prestasi serta menjaga kondisi fisik agar tetap prima
keseimbangan kebutuhan zat makanan dengan pengeluaran tenaga akan dapat
mencegah terjadinya kerusakan dan over training (Harsono, 2008).
2.2.7 Makna Pelatihan
Semua pendekatan yang berhasil untuk suatu pelatihan kekuatan hanya
mempunyai satu faktor kunci yang berlaku secara umum pendekatan yang
memberi beban lebih secara nyata pada kelompok otot aktif, kekuatan akan
mencapai hasil mana kala suatu otot secara berulang-ulang dirangsang untuk
menghasilkan suatu tingkat tenaga yang melebihi tenaga biasa yang
merangsang otot tersebut (Nala, 2006).
2.2.8 Takaran Pelatihan Kekuatan Otot Lengan
Sebuah program pelatihan akan membuahkan hasil yang baik, bila
disusun berdasarkan atas pengembangan kemampuan fisiologis khusus yang
dibutuhkan dalam penampilkan suatu cabang olahraga dengan takaran yang
tepat, tekaran dalam dunia olahraga dipergunakan sebagai suatu ukuran untuk
menentukan kuantitas dan kualitas yang menjadi bagian dari metodologi
26
pelatihan oleh karena itu sangat penting peranannya dalam meningkatkan dan
mengbembangkan fisik olahragawan terutama kemampuan komponen
biomotorik secara tepat dan efisien (Husin, 2010).
Suatu takaran pelatihan akan mencapai sasaran atau tujuan jika dalam
porogram pelatihan sudah mencakup: 1). jenis atau tipe pelatihan yang dipilih;
2).unsur intensitas (persentase beban dan kecepatan); 3). Volume (durasi,
jarak dan jumlah repetisi); 4). Intensitas (kekerapan, prekuensi) pelatihan
(Soekarman, 2003).
2.3 Berjalan Dengan Tangan
Pelatihan berjalan dengan tangan adalah suatu olahraga yang sering
dipergunakan dalam pelatihan fisik. Berjalan dengan tangan adalah suatu
rangkaian gerakan yang memepergunakan berat badan sendiri sebagai beban
pelatihan yang mana pada pelatihan ini semua sampel dari kedua belah pihak
pada observasi awal mempunyai tinggi dan berat badan yang relatif sama
sehingga mempermudah dalam melakukan gerak berjalan dengan tangan,
kedua sampel yang berpasangan harus mempunyai kerja sama yang baik
sehingga tujuan dari pelatihan ini yaitu adanya perubahan pada kekuatan otot
lengan, daya tahan otot, kelentukan keseimbangan tubuh serta koordinasi otot
lengan dapat dicapai dengan baik sehingga berpengaruh pula pada
kemampuan menolak peluru yang sejauh-jauhnya (Nugroho, 2010).
27
2.3.1 Pengaruh Berjalan Dengan Tangan
Pengaruh yang ditimbulkan dengan adanya gerakan berjalan dengan
tangan antaara lain : 1) Kekuatan; 2) daya tahan; 3) fleksibilitas; 4)
keseimbangan; 5) koordinasi (Santoso, 2011).
2.3.1.1 Kekuatan
Dalam buku osteologi umum mengenai tulang dan skletus dijelaskan
bahwa sudut yang dibentuk sumbu panjang tulang otot juga mempunyai
pengaruh pada kerja otot, kalau besar sudut 900 atau otot hampir tegak lurus
dengan tulang atau bekerja sangat efektif, tetapi kalau sudut 00 atau ototnya
hampir terhimpit dengan tulangnya maka otot kurang efektif (Puja, 2008).
Pada setiap gerakan sistem pengungkit, jarak pendekatan otot dengan sumber
pergerakan mempunyai pengaruh yang besar di mana makin jauh pendekatan
otot dari sumber pergerakan gaya diperlukan menjadi makin besar dan gerak
yang ditimbulkan makin kecil (Santoso, 2005).
2.3.1.2 Daya Tahan
Daya tahan bagi setiap individu sangat penting untuk mendukung
aktivitas atau pelatihan yang dilaksanakan daya tahan ada 2 macam. Daya
tahan umum meliputi kerja jantung, paru-paru dan pembuluh darah dalam
melakukan aktivitas dalam jangka waktu yang lama, daya tahan otot adalah
kemampuan otot melakukan gerak secara berulang-ulang dalam waktu yang
lama (Nala, 2006).
2.3.1.3 Fleksibilitas
28
Kelentukan merupakan persyaratan yang secara otomatis benar-benar
diperlukan bagi kelangsungan gerak dalam olahraga, kelentukan membuat
sendi-sendi dapat digerakan dengan baik dan sepenuhnya ke segala arah yang
diinginkan (Nugroho, 2011).
2.3.1.4 Keseimbangan
Keseimbangan diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam
mengontrol posisi tubuh agar tetap seimbang (Nurhasan, 2006).
Keseimbangan yang berpengaruh terhadap pelaksanaan gerakan pelatihan
gerobak dorong terhadap kemampuan pada saat menolak peluru. Tanpa
adanya keseimbangan yang baik tubuh akan tidak dapat dikontrol dan jatuh
kekiri dan kekanan sehingga dapat merugikan seorang penolak peluru (Jarver,
2008).
2.3.1.5 Koordinasi
Koordinasi merupakan gabungan berbagai gerakan yang dilakukan
secara harmonis dengan penguasaan koordinasi yang tinggi maka tubuh akan
bekerja secara efisien dan optimal tanpa menguasai koordinasi yang baik
sering tenaga banyak keluar secara sia-sia (Nala, 2006).
2.4 Sepuluh Komponen Biomotorik Yang diperlukan Dalam Pelatihan
Sepuluh Komponen Bio Motorik (Kebugaran Fisik) yang berpengaruh
terhadap prestasi meliputi:
29
2.4.1 Daya Tahan
Setiap olahragawan atau atlet tentu ingin mempunyai otot-otot yang
kuat dengan daya tahan yang tinggi sebab otot yang kuat dengan daya tahan
yang tinggi merupakan modal untuk melakukan aktivitas. Jika otot tidak kuat
dan daya tahannya kurang baik maka akan terjadi suatu kegiatan yang sia-sia.
Bagi seorang olahragawan atau etlet yang ingin berprestasi perlu memiliki
daya tahan yang tinggi. Bagaimanapun tingginya ketrampilan yang dimiliki
oleh seorang olahragawan atau atlet tanpa didukung oleh daya tahan yang
baik semuanya itu tidak ada artinya (Nala, 2008).
2.4.2 Kekuatan
Kekuatan otot adalah kemampuan otot membangkitkan tenaga
terhadap suatu tahanan (Harsono, 2002). Kekuatan otot-otot melukiskan
kontraksi maksimal yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot dan
kemampuan otot-otot yang dimulai pada umumnya adalah otot-otot tangan,
lengan, bahu, dada, perut, tungkai kaki dan punggung, kekuatan otot tangan
dan lengan penting untuk memegang, mengangkat, mengayun, menarik,
melempar, mendorong, menolak, dan mendorong (Jarver, 2006).
Pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set
merupakan bentuk pelatihan untuk meningkatkan kontraksi, dengan adanya
repetisi lebih banyak maka semakin besar kontraksi otot yang terjadi akan
berpengaruh pula pada kekuatan otot (Nala, 2007).
30
Pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 4 repetisi dan 5 set,
juga merupakan bentuk pelatihan meningkatkan otot, namun yang terjadi
jumlah repetisi yang dimiliki lebih kecil dari setnya sehingga mempengaruhi
kontraksi otot dan kekutan meningkat secara lambat.
2.4.3 Kelentukan
Kelentukan merupakan Persyaratan yang secara otomatis benar-benar
diperlukan bagi kelangsungan gerak dalam olahraga, kelentukan membuat
sendi-sendi dapat digerakan dengan baik dan sepenuhnya ke segala arah yang
diinginkan. Perkembangan kebutuhan tergantung kepada keadaan
perseorangan kelentukan yang baik pada umumnya dicapai bila semua sendi
tubuh menunjukan kemampuan dapat bergerak dengan lancar sesuai dengan
fungsinya (Sumarjono, 2002).
2.4.4 Kecepatan
Kecepatan adalah kemampuan untuk melangkah dari satu tempat ke
tempat lainnya dalam waktu sesingkat mungkin (Kanca, 2008). Kecepatan
adalah kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang sejenisnya secara
berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya (Harsono, 2006).
2.4.5 Keseimbangan
Keseimbangan diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam
mengontrol alat-alat tubuhnya bersifat neuromuskular (Nurhasan, 2008).
Keseimbangan dikemukakan sebagai kemampuan statis atau mengontrol
31
sistem neuro musluilon dalam kondisi statis maupun dinamis (Harsono,
2005).
2.4.6 Daya Ledak
Daya ledak adalah kemampuan seseorang untuk mempergunakan
kekuatan maksimal yang digerakkan dalam waktu yang sependek-pendeknya
(Sajoto, 2003). Daya ledak juga dinyatakan kemampuan otot untuk
mempergunakan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat
(Harsono, 2008 ).
2.4.7 Kecepatan Reaksi
Kecepatan reaksi juga diartikan kemampuan seseorang untuk segera
bertindak secepatnya dalam menanggapi rangsangan yang ditimbulkan lewat
indera, syaraf atau perasaan (feeling) lainnya (Sajoto, 2003). Kecepatan reaksi
adalah kemampuan tubuh untuk memberikan jawaban secepatnya secara
kinetis terhadap suatu rangsangan (Sumosarjono, 2007).
2.4.8 Ketepatan
Ketepatan adalah suatu proses upaya seseorang untuk mengendalikan
gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran. Ketepatan adalah kemampuan
tubuh untuk menempatkan meletakkan suatu benda dengan efektif, efisiensi
sesuai dengan kehendak dan mengurangi kesalahan sekecil mungkin
(Syarifuddin,2003). Ketepatan dikemukakan oleh sumosarjono adalah
kemampuan tubuh untuk menempatkan meletakkan suatu benda dengan
32
efektif, efisiensi sesuai dengan kehendak dan mengurangi kesalahan sekecil
mungkin (Sumosarjono, 2007).
2.4.9 Kelincahan
Kelincahan merupakan kemampuan seseorang mengubah posisi di
area tertentu atau seseorang yang mampu mengubah satu posisi yang berbeda
dalam kecepatan tinggi dengan koordinasi yang baik (Samsudin, 2005). Untuk
mengukur kelincahan seseorang dilakukan dengan berlari sigsag atau belak-
belok maupun bolak-balik melewati beberapa rintangan.
2.4.10 Koordinasi
Koordinasi merupakan gabungan berbagai gerakan yang dilakukan
secara harmonis dengan penguasaan koordinasi yang tinggi maka tubuh akan
bekerja secara efisien dan optimal tanpa menguasai koordinasi yang baik
sering tenaga banyak keluar secara sia-sia (Nala, 2008). Sedangkan kontraksi
dan relaksasi otot berjalan secara mulus bila telah terjadi koordinasi yang
tinggi keseimbangan tidak terganggu sasaran yang diinginkan tepat
terjangkau, tidak cepat lelah dan mengurangi kemungkinan cidera
(Sumosarjono, 2005).
33
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Berpikir
Berjalan dengan tangan jarak 5 meter adalah suatu pelatihan kekuatan
otot lengan menggunakan berat badan sebagai beban pelatihan yang
pelaksanaannya posisi badan telungkup kedua lengan sebagai tumpuan berat
badan, telapak tangan terbuka menyentuh tanah, kedua kaki diangkat ke atas
setinggi 60 cm dipegang oleh teman, gerakan maju ke depan menempuh jarak
5 meter, gerakan ini dilakukan secara berulang-ulang sesuai dengan 5 repetisi
dan 4 set.
Berjalan dengan tangan jarak 5 meter yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah suatu rangkaian gerakan yang mempergunakan berat badan sendiri
sebagai beban pelatihan yang mana pada pelatihan ini semua sampel dari
kedua belah pihak pada observasi awal mempunyai tinggi dan berat badan,
panjang lengan, dan tingkat umur yang relatif sama sehingga mempermudah
dalam melakukan gerakan berjalan dengan tangan jarak 5 meter, kedua
sampel yang berpasangan harus mempunyai kerja sama yang baik sehingga
tujuan dari pelatihan ini yaitu adanya perubahan pada kekuatan otot lengan,
dapat dicapai dengan baik.
Pelatihan dalam penelitian ini adalah pelatihan berjalan dengan tangan
jarak 5 meter 5 repetisi 4 set lebih meningkatkan kekuatan otot lengan dari
33
34
pada 4 repetisi 5 set, hal ini menunjukkan pada pelatihan yang memiliki
repetisi lebih besar atau banyak cendrung meningkatkan 1. kekuatan otot
(Streng), 2. Kelentukan (Plesibilitas), 3. Keseimbangan (Balance), 4.
Koordinasi (Koordination), 5. Tenaga Otot (Power), 6. Kelincahan
(Agality), jika dibandingkan dengan pelatihan yang memiliki repetisi yang
lebih kecil atau sedikit dan set yang besar atau banyak.
Pelatihan yang dilaksanakan secara terprogram akan berpengaruh pada
kekuatan otot lengan, kelentukan persendian, keseimbangan dan koordinasi,
program pelatihan harus dilaksanakan secara sistematis (terprogram,
berkelanjutan). Sebelum memilih tipe pelatihan yang akan digunakan perlu
ditentukan terlebih dahulu komponen biomotorik mana yang dominan pada
cabang olahraaga yang dilatih. Kekuatan otot melukiskan kontraksi maksimal
yang dapat dihasilkan oleh otot, sekelompok otot, kemampuan otot-otot yang
dimulai pada umumnya adalah otot-otot tangan, tungkai, kaki, bahu, dada,
perut, dan punggung, kekuatan otot tangan dan tungkai kaki penting untuk
memegang, mengangkat, mengayun, menarik, melempar, menolak, dan
mendorong. Dengan adanya pelatihan berjalan dengan tangan yang dilakukan
dengan repetisi dan set akan berpengaruh terhadap kekuatan otot lengan
sangat diperlukan dalam kemampuan menolak yang sejauh-jauhnya.
35
3.2 Kerangka Konsep
Berdasarkan permasalahan dan tinjauan pushtaka yang telah diuraikan
di atas, kerangka konsep dapat dibuat sebagai berikut:
Faktor Pelatihan
BERJALAN DENGAN TANGAN JARAK 5 METER
Gambar 3.1
Konsep Penelitian
Kelompok I
Berjalan Dengan Tangan Jarak 5
Meter 5 Repetisi 4 Set
Kelompok II
Berjalan Dengan Tangan Jarak 5
Meter 4 repetisi 5 Set
PENINGKATAN KEKUATAN OTOT LENGAN
Faktor Internal
Siswa putra
Umur
Berat badan
Tinggi badan
Panjang lengan
Panjang tungkai
Psikologis
Faktor Eksternal
Suhu
Gizi
Kelembaban Udara
Komponen Biomotorik
1. Kekuatan (Strengh)
2. Kelentukan (Flesibilitas)
3. Keseimbangan(Balance)
4. Koordinasi(Coordination)
5. Tenaga Otot (Power)
6. Kelincahan (Agality)
Komponen Biomotorik
1. Daya Tahan (Endurance)
2. Kelincahan (Agality)
3. Keseimbangan(Balance)
4. Koordinasi(Coordination)
5. Kekuatan (Strengh)
6. kelentukan (Flesibility)
36
3.3 Hipotesis Penelitian
Sebagai pegangan dalam penelitian ini dipergunakan hipotesis alternatif
yang berbunyi sebagai berikut:
1) Pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set dapat
meningkatkan kekuatan otot lengan pada siswa putra kelas VII SMP
Negeri 9 Denpasar.
2) Pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 4 repetisi 5 set dapat
meningkatkan kekuatan otot lengan pada siswa putra kelas VII SMP
Negeri 9 Denpasar.
3). Pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set lebih
meningkatkan kekuatan otot lengan dari pada 4 repetisi 5 set pada siswa
putra kelas VII SMP Negeri 9 Denpasar.
37
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksprimental dengan rancangan
penelitian yang digunakan adalah randomized Pre and Post Test Control
Group Design (Pocock, 2008). Masing-masing kelompok terdiri dari 14
orang. Semua kelompok diberi tes awal, kemudian diberikan perlakuan empat
kali seminggu selama enam minggu selanjutnya masing-masing perlakuan
diobservasi
KP1
R.A
KP2
Gambar 4.1 Rancangan Penelitian
Keterangan
P : Populasi
R : Random
S : Sampel
RA : Random Alokasi
37
O1 O2
P
R
S
O3 O4
38
KP-1 : Kelompok Perlakuan 1 (pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5
meter 5 repetisi 4 set)
KP-2 : Kelompok perlakuan 2 (pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5
meter 4 repetisi 5 set)
O1 : Pengukuran data awal pada kelompok perlakuan 1 (kekuatan otot
lengan sebelum pelatihan pada perlakuan 1).
O2. : Pengukuran data akhir pada kelompok perlakuan1 (kekuatan otot
lengan setelah pelatihan pada kelompok 1).
O3 : Pengukuran data awal pada kelompok perlakuan 2 (kekuatan otot
lengan sebelum pelatihan pada kelompok 2).
O4 : Pengukuran data akhir pada kelompok perlakuan 2 (kekuatan otot
lengan sesudah pelatihan pada kelompok 2).
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
4.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 9 Denpasar yang terletak di
jalan By Pass Ngurah Rai Sanur Kecamatan Denpasar Selatan.
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama 6 minggu (satu setengah bulan) yang
dimulai dari bulan April sampai dengan bulan Juni 2014 pelatihan dilakukan 4
kali seminggu (Selasa, Kamis Jumat Minggu).
39
4.3 Populasi Dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi ada dua macam yaitu populasi target dan populasi
terjangkau. Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP
yang ada di Denpasar Selatan. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah
semua siswa putra kelas VII SMP Negeri 9 Denpasar selatan.
4.3.2 Kriteria Inklusi
Yang dimasukkan sebagai sampel penelitian dalam penelitian ini harus
memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut :
a). Usia 13-14 tahun
b). Tinggi badan 160-165
c). Berat badan 55-60 kg.
d). Berbadan sehat.
e). Bersedia mengikuti pelatihan.
4.3.3 Kriteria Eksklusi
Kreteria eksklusi yang dipergunakan sebagai dasar untuk menetapkan
bahwa subjek dalam populasi tidak dapat menjadi sampel penelitian adalah
sebagai berikut:
a. Memiliki riwayat penyakit paru
b. Memiliki riwayat penyakit jantung
Kedua kreteria eksklusi ditentukan dan diperkuat dengan surat
keterangan dokter.
40
4.3.4 Kriteria Drop Out
Kreteria yang dipergunakan sebagai dasar untuk membatalkan subjek
dalam populasi yang terpilih sebagai sampel penelitian adalah sebagai berikut.
a. Subjek tidak dapat menyelesaikan beban pelatihan yang diberikan.
b. Subjek mengalami cedera selama penelitian yang dilakukan.
4.3.5 Sampel Penelitian
Besarnya sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini berdasarkan
asumsi yang diperoleh dari penelitian pendahuluan terhadap sepuluh orang
siswa. Berdasarkan hasil tes terhadap sepuluh orang siswa tersebut didapatkan
rata-rata 6 kg. Harapan peningkatan kekuatan otot lengan, setelah pelatihan
sebesar 20 % (Nossek, 2002). Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam
rumus (Pocock, 2008) sebagai berikut:
n = 2
12
2
) - (
2
x f (α,β)
Keterangan
n = besar sampel
α = 0,05
β = 0,1
μ1 = Rerata sebelum pelatihan
μ2 = Rerata sesudah pelatihan
f (α,β) = Nilai yang ada pada tabel
δ = 0,86 (nilai standar diviasi)
n = 2
12
2
) - (
2
x f (α,β)
41
= 2
2
12,1)-(14,4
2.(0,86) x 10,5
= 2(2,3)
2.0,7396 x 10,5
=
5,29
1,4792 x 10,5
= 0,2796 x 10,5
= 2,796 dibulatkan menjadi 2,8 x 10 orang
= 28 Orang
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut di
atas maka diperoleh nilai n = 27,96 dibulatkan menjadi 28 untuk menjaga
sampel yang gagal atau drop out maka ditambah lagi 20 % dari sampel yang
diperoleh maka menjadi 28 orang (dibulatkan ke atas) orang pada satu
kelompok. Jadi sampel seluruhnya adalah 14 x 2 kelompok 28 orang.
4.3.6 Teknik Penentuan Sampel
Penentuan sampel dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Dari populasi siswa kelas VII SMP Negeri 9 Denpasar, berjalan dengan
tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set dan pada 4 repetisi 5 set diadakan
pemilihan sejumlah sampel berdasarkan kriteria inklusi.
b. Subjek dibagai menjadi dua kelompok secara random sampling.
c. Selanjutnya dilakukan pengundian untuk memperoleh nomor urut 1 sampai
14 untuk masing-masing kelompok.
42
d. Banyaknya sampel yang sudah ada dipilih lagi berdasarkan kriteria
eksklusi.
e. Dari banyaknya sampel yang sudah ada (memenuhi syarat) dipilih secara
acak sederhana untuk mendapatkan banyaknya sampel sesuai dengan hasil
perhitungan dengan rumus Pocock.
f. Dari banyaknya sampel yang dipilih selanjutnya dialokasikan menjadi dua
kelompok dengan cara acak sederhana.
4.4 Variabel Penelitian
4.4.1 Variabel Bebas
Dalam penelitian ini yang dimaksud variabel bebas yaitu
1. Pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set
2. Pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 4 repetisi 5 set.
4.4.2 Variabel terikat
Variabel terikat adalah kekuatan otot lengan
4.5 Definisi Operasional Variabel
1. Pelatihan berjalan dengan tangan jarak 5 meter adalah suatu pelatihan
kekuatan otot lengan menggunakan berat badan sebagai beban pelatihan
yang pelaksanaannya posisi badan telungkup kedua lengan sebagai
tumpuan berat badan, telapak tangan terbuka menyentuh tanah, kedua kaki
diangkat ke atas setinggi 60 cm dipegang oleh teman, gerakan maju ke
43
depan menempuh jarak 5 meter, gerakan ini dilakukan secara berulang-
ulang sesuai dengan 5 repetisi dan 4 set untuk kelompok eksperimen I dan
4 repetisi 5 set untuk kelompok eksperimen II, pelatihan berjalan dengan
tangan berjarak 5 meter ini dilakukan secara silih berganti antara siswa
yang berjalan dengan tangan dan siswa yang memegang kaki setelah
mencapai finish.
2. Kebugaran fisik dipergunakan untuk mengetahui kebugaran seseorang
untuk dapat melakukan kegiatan pelatihan, kebugaran fisik adalah
kemampuan fungsional tubuh seseorang dalam melakukan aktivitas
sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti dan masih
mempunyai cadangan tenaga untuk melakukan aktivitas yang datang
secara tiba-tiba pada dirinya. Alat ukur yang digunakan adalah tes lari 2,4
km.
3. Umur adalah usia dalam tahun berdasarkan tanggal bulan kelahiran yang
diambil dari data administrasi sekolah, sesuai akte kelahiran dan ijasah
berkisar antara 13-14 tahun.
4. Berat badan adalah bobot tubuh orang coba yang diukur dengan
timbangan berat badan merek detecto dengan ketelitian 0,1 kg,
penimbngan dilakukan dengan mengenakan pakaian olahraga tanpa alas
kaki.
44
5. Jenis kelamin yang dipakai sampel adalah jenis kelamin laki-laki yaitu
jenis kelamin yang terlihat dari penampakan luar (phenotif) dan
kesesuaian dengan yang tertulis pada administrasi sekolah.
6. Kekuatan otot lengan adalah kemampuan otot yang diukur dengan hand
dinamometer tiga kali, lalu hasilnya dibagi tiga.
7. Repetisi adalah ulangan pelatihan (Soekarman, 2008). Dalam
pengembangan kekuatan otot tungkai dan kaki, kelentukan
sendi/pergelangan ada yang cendrung mempergunakan repetisi dan set
sebagai pedoman dalam penambahan beban. Penelitian ini repetisi yang
dipergunakan untuk meningkatkan kekuatan otot lengan adalah 5
repetisi dan 4 repetisi. Dalam pengembangan kekuatan otot tungkai dan
kaki, kelentukan sendi / pergelangan ada yang cendrung
mempergunakan repetisi dan set sebagai pedoman dalam penambahan
beban.
8. Set adalah suatu rangkaian kegiatan dari repetisi atau ulangan dari pada
pelatihan (Nala, 2008). Set yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah sebanyak 4 set dan 5 set. Pendapat yang menyatakan, kekuatan
otot-otot, kelentukan akan meningkat bila program pelatihan memakai
5 -12 repetisi sedangkan untuk set 5-10 set dengan beban maksimum
(Sajoto, 2009).
45
4.6 Teknik Pengambilan Data
Penelitian ini adalah penelitian berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5
repetisi 4 set dan 4 repetisi 5 set, oleh karena itu sebelum pelatihan berjalan
dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set dan 4 repetisi dan 5 set dilakukan
terlebih dahulu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
4.6.1 Membagi kelompok menjadi dua yaitu kelompok berjalan dengan
tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set dan, kelompok berjalan dengan
tangan jarak 5 meter 4 repetisi 5 set. Tes awal dimaksudkan untuk
membagi kelompok menjadi dua yaitu kelompok berjalan dengan
tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4 set dan berjalan dengan tangan jarak 5
meter 4 repetisi dan 5 set. Caranya dengan melakukan tes awal atau
pretest yaitu tes kekuatan otot lengan menggunakan tes menarik Hand
Dinamometer otot lengan. Berdasarkan hasil tes kekuatan otot lengan
tersebut data diurutkan secara ordinal paring, dengan teknik A-B-B-A
maka kelompok terbagi menjadi kelompok berjalan dengan tangan jarak
5 meter 5 repetisi 4 set dan kelompok berjalan dengan tangan jarak 5
meter 4 repetisi 5 set.
4.6.2 Perlakuan dalam penelitian ini adalah latihan berjalan dengan tangan
jarak 5 meter 5 repetisi 4 set dan 4 repetisi 5 set yang dilakukan 4 X
dalam seminggu selama 6 minggu kemudian diakhiri dengan posttest
kekuatan otot lengan kembali. Frekwensi latihan 4 kali dalam seminggu
ini dilakukan dengan pertimbangan atas anjuran (Fox,2006), bahwa
46
latihan dengan frekuensi 3 sampai 5 kali perminggu lebih berpengaruh
dan akan dapat meningkatkan kekuatan otot lengan dari pada dilakukan
satu kali dalam seminggu atau 6 -7 kali per minggu. Karena melakukan
latihan satu minggu berturut-turun justru dapat menimbulkan cedera
karena adanya overuse. Oleh sebab itu dianjurkan bila melakukan
latihan perlu dalam seminggu latihan untuk memberi recovery.
4.6.3 Apabila pelaksanaan berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5 repetisi 4
set dan 4 repetisi 5 set selesai, dilakukan lagi tes akhir yaitu tes
kekuatan otot lengan.
4.7 Prosedur Penelitian
Jenis penelitian ini adalah berjalan dengan tangan jarak 5 meter 5
repetisi 4 set dan 4 repetisi 5 set, meningkatkan kekuatan lengan, oleh karena
itu perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
4.7.1 Mengajukan tema kepada ketua jurusan
4.7.2 Mengajukan proposal kepada dosen pembimbing.
4.7.3 Mengajukan surat ijin penelitian.
4.8 Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini dipergunakannya analisis statistik dengan alasan
karena data yang diambil dan akan diolah bersifat kuantitatif atau berbentuk
jumlah dan angka. Dari hasil perhitungan statistik deskripsi kemudian
47
dilanjutkan dengan uji persyaratan analisis hipotesis yang meliputi beberapa
langkah sebagai berikut:
4.8.1 Uji Statistik
Dalam penelitian ini uji statistik untuk menganalisis data penelitian
meliputi: 1). Uji analisis deskripsi, 2) Uji Normalitas dengan Shapiro wilk,
3) uji homogenitas data dengan Leven,s, 4). Analisis Komparasi.
1. Uji deskriptif untuk menganalisis umur, tinggi badan, berat badan, dan
kebugaran fisik.
2. Uji normalitas dengan Shapiro wilk, bertujuan untuk menganalisis
normalitas data hasil lanjutan pada kedua kelompok, baik setelah maupun
sebelum pelatihan, batas kemaknaan yang digunakan α = 0,05.
3. Uji homogenitas data dengan Leven,s, yang betujuan untuk mengetahui
homogenitas data hasil penyertaan, baik sesudah maupun sebelum
pelatihan pada kedua kelompok. Batas kemaknaan yang digunakan
adalah 0,05 apabila nilai p > dari 0,05, maka data bersifat homogen.
4. Data normal dan homogen analisis Komparasi digunakan uji sebagai
berikut:
a.Analisis data untuk menguji perbedaan kekuatan otot lengan sebelum
dan sesudah pelatihan berjalan dengan tangan dengan jarak 5 meter,
pada kelompok sampel yang berpasangan digunakan analisis paired
48
sampel. t-test antara tes awal perlakuan satu dengan tes akhir perlakuan
I dan tes awal perlakuan II dan tes akhir perlakuan II.
b.Analisis data untuk menganalisis apakah ada perbedaan kekuatan otot
lengan pada kedua kelompok sampel yang tidak berpasangan
dipergunakan analisis independent sampel t-test antara dua kelompok
sampel yang tidak berpasangan.
49
4.9 Alur Penelitian
Kreteria
Inklusi,Eksklusi
Populasi
Acak Sederhana
Sampel
Alokasi acak sederhana
Kelompok 1 Kelompok 2
Tes awal Tes awal
Perlakuan 1
Berjalan dengan tangan jarak
5 meter 5 repetisi 4 set
Perlakuan 2
Berjalan dengan tangan
jarak 5 meter 4 repetisi 5 set
Tes akhir
Analisis data
Penyusunan Tesis
Gambar 4.2 Bagan Alur Penelitian