Pelapukan

29
1 Pelapukan A. Pengertian Pelapukan Pelapukan diartikan sebagai proses hancurnya batuan. Penghancuran batuan disebabkan oleh gaya eksogenik baik secara fisik, kimia, maupun biologi. Secara umum pelapukan batuan dibagi menjadi 3, yaitu: pelapukan fisik atau mekanik, kimiawi, dan organis. Adapun penjelasan dari ketiga pelapukan tersebut sebagai berikut. 1. Pelapukan fisik (mekanik) Proses penghancuran terhadap batuan di permukaan bumi akibat per- gantian suhu. Pada siang hari suhu udara sangat panas, sedangkan pada malam hari dingin. Penghancuran batuan juga bisa diakibatkan oleh turunnya hujan yang banyak membawa berbagai zat kimia, sehingga menjadi batuan yang retak dan pecah, kemudian menjadi butiran kecil dan akan menjadi tanah. Contoh batuan pecah dapat dilihat pada gambar 8.1. Pelapukan ini disebut juga pelapukan mekanis, karena prosesnya berlangsung secara mekanis. Pelapukan fisis terjadi karena hal- hal sebagai berikut. a. Perubahan suhu Batuan dapat hancur karena perbedaan suhu yang besar. Peristiwa ini terjadi terutama pada daerah beriklim kontinental atau gurun. Di daerah gurun suhu pada siang hari dapat mencapai 45 o C dan di malam hari dapat turun hingga -4 o C. Perbedaan suhu tersebut akan membuat batu memuai dan menyusut. Jika hal demikian terjadi terus-menerus, maka batu besar dapat retak dan pecah. b. Pembekuan air Membekunya air tanah atau air hujan dalam pori-pori batuan disebut Frost Wedging. Air yang membeku mengalami pemuaian volume dan menimbulkan tekanan pada lapisan batuan. Oleh karena adanya tekanan tersebut, batuan menjadi retak. Di daerah beriklim

description

Home Posts RSS Comments RSS EditReferensi Cendikia MuslimBlog ini merupaka referensi bagi dan libary bagi cendikia muslim yang haus akan ilmu pengetahuan. Blog ini merangkul semua bidang ilmu pengetahuan modern. semua yang ada di blog ini diperuntukan untuk kemajuan islamYou are reading ANALISA LEDAKAN TAMBANG BATUBARA DI SAWAHLUNTOANALISA LEDAKAN TAMBANG BATUBARA DI SAWAHLUNTODiposkan oleh Cendikia Muslim Merangin di 21.25 Label: PERTAMBANGANKecelakaan tambang di sawahlunto yang terjadi pada tanggal 16 juni 2010 hari selasa pukul 10.30 WIB ini menjadi cambuk bagi dunia pertambangan indonesia soalnya kecelakaan yang terjadi di kecamatan talawi ini merupakan kecelakaan tambang terparah yang pernah terjadi beberapa dekade ini yang menewaskan 33 pekerja tambang serta puluhan orang dirawat karena mengalami luka-luka. Kecelakaan ini berupa ledakan tambang bawah tanah yang berada diwilayah kuasa pertambangan PT Dasrat Sarana Arang Sejati di bukit ngalau cigak dengan status eksploitasi berdasarkan SK No. 05.39/PERINDAKOP/2006 berlaku mulai 2 juni 2006 sampai dengan 2 juni 2011 dengan pelaksana pertambangan kontraktor CV. Perdana.Sebagai informasi untuk kita menganalisis kesalahan-kesalahan apa yang menimbulkan ledakan tambang bawah tanah yang memakan korban lebih dari 40 orang maka perlu kita meninjau tambng di sawahlunto tersebut. Sawahlunto merupakan sebuah kabupaten yang terletak di provinsi sumatera barat yang kaya akan Sumber daya alamnya berupa Batubara. Saat ini telah tercatat cadangan batubara di sawahlunto sebesar 12.161.521,94 ton dengan cada ngan terbukti sebesar 7.755.690,03 serta cadangan terkira sebesar 12.161.521,94. Besarnya cadangan batubara di sawahlunto telah memanggil para investor untuk menanamkan modalnya untuk perusahaan-perusahaan tambang yang akan mengeksploitasi wilayah tersebut sehingga sampai saat ini tercatat ada 13 perusahaan tambang yang telah mendapat izin dari dinas ESDM setempat untuk melakukan kegiatan pertambangan diwilayah ini. Dengan 10 perusahaan beroperasi dengan menggunakan metode tambang bawah tanah serta tiga perusahaan lainya menggunakan metode tambang terbuka sehingg pendapatan terbesar APBD dari kabupaten sawahlunto adalah dari pertambangan.Dengan potensi yang besar serta banyaknya perusahaan tambang yang beroperasi di wilayah tambang batubara sawahlunto menimbulkan berbagai permasalahan diantaranya masyarakat di sekitar tambang, PETI, serta pengawasan terhadap proses penambangan tersebut sehingga akibat dari semua permasalahan tersebut berujung pada ledakan tambang yang terjadi bukit ngalau cigak tersebut. Ledakan tambang yang terjadi di sawahlunto dikategorikan sebagai kecelakaan tambang karena mengandung unsur-unsur diantaranya:1. Benar - benar terjadi.2. Mengakibatkan cedera pekerja tambang atau orang yang diberi ijin oleh KTT.3. Akibat kegiatan usaha pertambangan.4. Terjadi pada jam kerja pekerja tambang yang mendapat cedera atau setiap saat orang yang diberi ijin.5. Terjadi di dalam kegiatan usaha pertambangan atau wilayah proyek.Tentunya kecelakaan ini diakibatkan oleh adanya kesalahan-kesalahan dari berbagai aspek yang mengakibatkan terjadinya bencana yang merugikan manusia atau perusahaan diantaranya adalah manusia, peralatan, material, dan SOP suatu perusahaan. Empat aspek inilah yang akan membantu kita dalam menganalisis ledakan tambang yang terjadi di sawahlunto ini. Berikut analisis ledakan tambang yang terjadi di sawah lunto.Dapat kita analisis satu persatu kesalahan-kesalahan yang terjadi sehingga mengakibatkan ledakan tambang serta memberikan penegasan apakah aspek ini benar-benar penyebab utama dari kecelakaan tersebut.1. ManusiaPT. Dasrat Sarana Arang Sejati merupakan perusahaan tambang yang memfasilitasi para korban yang melakukan penambangan atau dengan kata lain 50 orang yang menjadi korban ledakan tambang tersebut adalah karyawan dari PT. Dasrat Sarana Arang Sejati. Sebuah data yang dilansir oleh majalah ta

Transcript of Pelapukan

1 PelapukanA. Pengertian Pelapukan

Pelapukan diartikan sebagai proses hancurnya batuan. Penghancuran batuan disebabkan oleh gaya eksogenik baik secara fisik, kimia, maupun biologi. Secara umum pelapukan batuan dibagi menjadi 3, yaitu: pelapukan fisik atau mekanik, kimiawi, dan organis. Adapun penjelasan dari ketiga pelapukan tersebut sebagai berikut.

1. Pelapukan fisik (mekanik)

Proses penghancuran terhadap batuan di permukaan bumi akibat per-gantian suhu. Pada siang hari suhu udara sangat panas, sedangkan pada malam hari dingin. Penghancuran batuan juga bisa diakibatkan oleh turunnya hujan yang banyak membawa berbagai zat kimia, sehingga menjadi batuan yang retak dan pecah, kemudian menjadi butiran kecil dan akan menjadi tanah. Contoh batuan pecah dapat dilihat pada gambar 8.1.

Pelapukan ini disebut juga pelapukan mekanis, karena prosesnya berlangsung secara mekanis. Pelapukan fisis terjadi karena hal-hal sebagai berikut.

a. Perubahan suhu

Batuan dapat hancur karena perbedaan suhu yang besar. Peristiwa ini terjadi terutama pada daerah beriklim kontinental atau gurun. Di daerah gurun suhu pada siang hari dapat mencapai 45oC dan di malam hari dapat turun hingga -4oC. Perbedaan suhu tersebut akan membuat batu memuai dan menyusut. Jika hal demikian terjadi terus-menerus, maka batu besar dapat retak dan pecah.

b. Pembekuan air

Membekunya air tanah atau air hujan dalam pori-pori batuan disebut Frost Wedging. Air yang membeku mengalami pemuaian volume dan menimbulkan tekanan pada lapisan batuan. Oleh karena adanya tekanan tersebut, batuan menjadi retak. Di daerah beriklim sedang, pembekuan terjadi dengan hebat. Jika temperatur udara sangat rendah, maka air tanah bagian atas dapat membeku. Ilustrasi mengenai Frost Wedging dapat dilihat pada gambar 8.2.

Gambar 8.2 menunjukkan desakan air di dalam batuan. Proses ini biasa terjadi di daerah es. Air yang masuk ke dalam batuan akan membeku menjadi es. Struktur es yang lebih keras memiliki daya desakan yang lebih besar daripada air sehingga lama-kelamaan batuan akan pecah. Hasil pecahan dari proses ini sangat halus seperti pada gambar 8.3.

c. Ekfoliasi

Ekfoliasi diartikan sebagai proses pengelupasan batuan menjadi bentuk lempeng lengkung karena bagian luar batuan lapuk oleh hidrasi atau hidrolisis. Gejala ini diakibatkan oleh proses

yang rumit, antara lain untuk mengendorkan tenaga yang terkumpul oleh pengerutan dan pemuaian. Pengerutan dan pemuaian ini terjadi secara selang seling karena perubahan suhu harian maupun musiman. Permukaan batuan kemudian rontok dan mengelupas oleh tenaga mekanik.

Pengelupasan bisa terjadi dalam lapisan tipis pada batu-batu kecil, atau dapat terjadi dalam lembaran tebal seperti halnya, di Enchanted Rock, Texas atau di Half Dome (gambar 8.3). Pada gambar 8.4 memperlihatkan dengan jelas terkupasnya bagian luar batuan yang tersingkap. Hal ini bisa diakibatkan perbedaan tegangan pada mineral batuan. Penyebab lain adalah erosi karena limpasan permukaan sehingga mengurangi tegangan akibat beban di atasnya. Akar-akar tumbuhan juga mempengaruhi terjadinya ekfoliasi pada permukaan batuan tersebut karena desakannya dapat menekan permukaan batuan yang sudah retak.

d. Pengkristalan garam

Pecahnya batuan karena mengkristalnya air garam disebut Salt Wedging. Proses ini diawali dari air tanah yang mengandung garam masuk ke dalam pori-pori batuan. Pada suhu tinggi, air akan menguap dan garam mengkristal. Kristal-kristal garam yang berbentuk tajam akan merusak batuan di sekitarnya. Di daerah lembab, gejala ini jarang ditemui karena kandungan garam ikut meresap ke dalam tanah.

2. Pelapukan kimiawi (dekomposisi)

Pelapukan kimiawi dikenal juga sebagai proses dekomposisi atau proses peluruhan. Peluruhan diartikan sebagai terurai/pecahnya batuan melalui mekanisme kimiawi, seperti karbonisasi, hidrasi, hidrolisis, oksidasi dan pertukaran ion-ion dalam larutan. Pelapukan kimiawi lebih mudah ditemukan di daerah kapur dengan bentukannya yang khas, seperti: gua, dolina, stalaktit, stalagmit, dan lain-lain seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 8.5 di bawah ini menunjukkan hasil pelapukan kimiawi di daerah kapur. Pelapukan ini terjadi akibat masuknya air ke dalam batuan kapur yang mengandung unsur-unsur kimia, sehingga kapur mengalami pelarutan. Air akan mengalir melalui pori-pori kapur. Peristiwa pelarutan ini akan menimbulkan gejala-gejala karst, antara lain: dolina, stalaktit dan stalagmit, dan sungai bawah tanah.

a. Dolina

Dolina terbentuk karena erosi (pelarutan) atau runtuhan. Puncak-puncak pegunungan kapur merupakan bentukan dolina. Puncak itu adalah sisa pelarutan, sedangkan lembah di antaranya adalah dolina-dolina yang melebur seperti pada gambar 8.6.

Pulau Muna yang terletak di Provinsi Sulawesi Tenggara hampir seluruhnya tersusun oleh Batugamping berumur Pleistosen (sekitar 1,8 juta tahun yang lalu). Batugamping ini diperkirakan dari Formasi Wapulaka. Formasi Wapulaka terdapat tebing-tebing Batugamping di sepanjang pantai. Batugamping ini merupakan terumbu karang yang terangkat dan sekarang

membentuk kawasan karst yang luas. Salah satu bentukan lahan karst yaitu danau di Desa Oempu yang berwarna biru seperti pada gambar 8.6.

b. Gua dan sungai bawah tanah

Terbentuknya gua dan sungai bawah tanah disebabkan oleh pelarutan. Pada awalnya, terdapat celah atau retakan di dalam tanah kapur. Akibat pelarutan, retakan itu membesar dan menjadi lubang-lubang atau gua-gua. Jika lubang-lubang itu saling berhubungan satu sama lain, terjadilah sungai bawah tanah, contoh: Gua Pindul. Gua Pindul di Gunung Kidul, Yogyakarta termasuk gua dengan aliran sungai bawah tanahnya seperti pada gambar 8.7.

Pembentukan Gua Pindul hampir sama dengan gua-gua yang terbentuk pada daerah karst. Batugamping yang menjadi penyusun utama mengalami pelarutan dan diperbesar oleh proses erosi/abrasi yang mengikuti suatu jaringan retakan. Sebelumnya, faktor iklim, tanah penutup, dan keberadaan air tanah menjadi kontrol utama proses pengguaan ini.

c. Stalaktit dan stalagmit

Pada gua yang terbentuk dari kapur tebal dan udara mudah masuk, dapat terbentuk kerucut-kerucut kapur yang disebut stalaktit (menggantung) dan stalagmit (berdiri). Contoh stalaktit dan stalagmit terdapat di Gua Gong di dekat Pacitan, Jawa Timur dan Gua Jatijajar di dekat Kebumen, Jawa Tengah.

Terdapat empat proses yang termasuk pada pelapukan kimiawi, yaitu sebagai berikut.

Hidrasi, yaitu proses batuan yang mengikat batuan di atas permukaan saja. Hidrolisa, yaitu proses penguraian air (H2O) atas unsur-unsurnya menjadi ion-ion positif

dan negatif. Jenis proses pelapukan ini terkait dengan pembentukan tanah liat. Oksidasi, yaitu proses pengkaratan besi. Batuan yang mengalami proses oksidasi

umumnya akan berwarna kecoklatan, sebab kandungan besi dalam batuan mengalami pengkaratan. Proses pengkaratan ini berlangsung sangat lama, tetapi pasti batuan akan mengalami pelapukan.

Karbonasi, yaitu pelapukan batuan oleh karbondioksida (CO2). Gas ini terkandung pada air hujan ketika masih menjadi uap air. Jenis batuan yang mudah mengalami karbonasi adalah batuan kapur. Reaksi antara CO2 dengan batuan kapur akan menyebabkan batuan menjadi rusak. Pelapukan ini berlangsung dengan batuan air dan suhu yang tinggi. Air yang banyak mengandung CO2 (Zat asam arang) dapat dengan mudah melarutkan batu kapur (CaCO2). Peristiwa ini merupakan pelarutan dan dapat menimbulkan gejala karst. Proses pelapukan batuan secara kimiawi di daerah karst disebut

3. Pelapukan organis (biologis)

Pelapukan yang disebabkan oleh makhluk hidup, terutama tumbuhan dan binatang. Binatang sebagai agen pelapukan terutama yang hidup di dalam tanah seperti rayap dan cacing. Tumbuhan sebagai agen pelapukan melalui akar-akarnya. Akar-akar tersebut secara terus-menerus menerobos ke dalam lapisan batuan. Akar pohon yang yang terus merayap dan mengandung

asam akan mengakibatkan batuan retak dan akan menghancurkan batuan kemudian menjadi tanah.

Pelapukan yang disebabkan tumbuhan dapat bersifat mekanis dan kimiawi. Pelapukan mekanis berupa penjalaran akar tumbuhan di dalam tanah yang dapat merusak batuan di sekitarnya. Pelapukan kimiawi terjadi akibat asam-asam yang dikeluarkan oleh akar tumbuhan ketika menghisap garam mineral.

Pelapukan yang banyak terjadi di Indonesia adalah pelapukan kimiawi. Hal ini disebabkan tingginya curah hujan. Air hujan memudahkan terjadinya pelapukan kimiawi. Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi terjadinya pelapukan pada batuan, antara lain:

a. Keadaan struktur batuan

Batuan di Indonesia banyak yang terbentuk melalui proses vulkanis dan tektonis sehingga memiliki banyak pori dan rongga. Struktur batuan tersebut akan memudahkan air masuk sehingga air dengan mudah mendesak yang membuat batuan retak dan pecah.

b. Keadaan iklim

Indonesia merupakan daerah tropis yang memiliki intensitas sinar matahari, curah hujan, dan tingkat kelembaban yang tinggi. Sehubungan dengan hal itu,  sinar matahari, curah hujan, dan kelembaban saling mendukung dalam memecahkan batuan. Sinar matahari memuaikan, kelembaban yang menyusutkan, sedangkan air akan mengisi pori-pori dan retakan yang diakibatkan oleh penyusutan dan pemuaian.

c. Keadaan vegetasi

Indonesia memiliki lahan hutan yang luas dan juga lahan pertanian yang luas. Pembusukan dedaunan dan ranting menghasilkan asam humus yang sangat berperan dalam mempercepat proses pelapukan kimiawi. Selain itu, akar-akar tanaman juga berperan dalam menyusup ke celah-celah batuan.

d. Keadaan topografi

Pengaruh relief atau topografi secara langsung terhadap pelapukan terletak pada posisi singkapan batuan (out crops) terhadap matahari. Singkapan batuan yang menghadap sudut datangnya sinar matahari akan mudah mengalami pelapukan. Sinar matahari akan lebih sering menyinari batuan tersebut sehingga mempercepat pelapukan daripada batuan yang tidak mendapat sinar matahari.

1) Proses pelapukan

pelapukan adalah peristiwa penghancuran massa batuan, baik secara fisika,kimia, maupun secara biologis. semua proses pelapukan umumnya di pengaruhi oleh cuaca. batuan yang telah mengalami proses pelapukan akan berubah menjadi tanah.

Ada empat macam faktor terjadinya pelapukan batuan, yaitu sebagai berikut.

A. keadaan topografi

topografi di muka bumi turut memengaruhi proses terjadinya pelapukan batuan. batuan yang berada pada lereng yang curam cenderung akan mudah melapuk jika di bandingkan dengan batuan yang berada di tempat yang landai.

B. keadaan struktur batuan

struktur batuan adalah sifat fisik dan kimia yang di miliki oleh batuan.

C. cuaca dan iklim

unsur cuaca dan iklim yang memengaruhi proses pelapukan adalah suhu udara,curah hujan,sinar matahari dan angin

D. keadaan vegetasi

vegetasi atau tumbuh-tumbuhan juga akan memengaruhi proses pelapukan. Akar-akar tumbuhan tersebut dapat menembus celah-celah batuan.

Di lihat dari prosesnya, pelapukan di kelompokkan menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut.

A. Pelapukan mekanik

Pelapukan mekanik (fisis) yaitu proses atau peristiwa hancur dan lepasnya material batuan. Tanpa mengubah struktur kimiawi batuan tersebut. Pelapukan mekanik merupakan penghancuran bongkah batuan menjadi bagian-bagian yang jauh lebih kecil.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan pelapukan mekanik yaitu sebagai berikut.

1. Perbedaan temperatur, akibatnya batuan akan mengalami proses pemuaian apabila panas dan sekaligus pengerutan pada waktu dingin2. Akibat erosi di daerah pergunungan dan akibat membekunya air di sela-sela batuan3. Pengaruh kegiatan makhluk hidup, seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan4. Berubahnya air garam menjadi kristal

B. Pelapukan kimiawi

Pelapukan kimiawi yaitu proses pelapukan massa batuan di sertai dengan perubahan susunan kimiawi batuan yang lapuk tersebut. Terdapat empat proses yang termasuk pada pelapukan kimia yaitu sebagai berikut.

1. Hidrasi yaitu proses pembentukan batuan.dengan cara mengikat batuan di atas permukaannya saja2. Hidrolisa yaitu proses penguraian air (H2O) atau unsur-unsur nya menjadi ion-ion positif dan negatif3. Oksidasi yaitu proses pengkaratan besi4. Karbonasi yaitu proses pelapukan batuan oleh karbondioksida (CO2)

Proses pelapukan batuan secara kimiawi di daerah karst di sebut kartifikasi. Gejala atau bentuk-bentuk alam yang terjadi di daerah karst, di antaranya dolina (danau karst), gua dan sungai bawah tanah, serta stalaktit dan stalagmit.

Pengertian dan Jenis Pelapukan in Geografi - on 15:11 - No comments Kali ini kita akan membahas tentang pengertian pelapukan, faktor yang mempengaruhi

pelapukan, dan jenis pelapukan.

Pelapukan adalah peristiwa penghancuran massa batuan, baik secara fisika, kimiawi,

maupun secara biologis. Proses pelapukan batuan membutuhkan waktu yang sangat lama.

Semua proses pelapukan umumnya dipengaruhi oleh cuaca. Batuan yang telah

mengalami proses pelapukan akan berubah menjadi tanah. Apabila tanah tersebut tidak

bercampur dengan mineral lainnya, maka tanah tersebut dinamakan tanah mineral.

a) Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan

Ada empat faktor yang mempengaruhi terjadinya pelapukan batuan, yaitu sebagai

berikut.

(1) Keadaan struktur batuan

Struktur batuan adalah sifat fisik dan sifat kimia yang dimiliki oleh batuan. Sifat fisik

batuan, misalnya warna batuan, sedangkan sifat kimia batuan adalah unsur-unsur kimia

yang terkandung dalam batuan tersebut. Kedua sifat inilah yang menyebabkan perbedaan

daya tahan batuan terhadap pelapukan. Batuan yang mudah lapuk misalnya batu lempeng

(batuan sedimen), sedangkan batuan yang susah lapuk misalnya batuan beku.

(2) Keadaan topografi

Topografi muka bumi juga ikut mempengaruhi proses terjadinya pelapukan batuan.

Batuan yang berada pada lereng yang curam, cenderung akan mudah melapuk

dibandingkan dengan batuan yang berada di tempat yang landai. Pada lereng yang curam,

batuan akan dengan sangat mudah terkikis atau akan mudah terlapukkan karena langsung

bersentuhan dengan cuaca sekitar. Tetapi pada lereng yang landai atau rata, batuan akan

terselimuti oleh berbagai endapan, sehingga akan memperlambat proses pelapukan dari

batuan tersebut.

3) Cuaca dan iklim

Unsur cuaca dan iklim yang mempengaruhi proses pelapukan adalah suhu udara, curah

hujan, sinar matahari, angin, dan lain-lain. Pada daerah yang memiliki iklim lembab dan

panas, batuan akan cepat mengalami proses pelapukan. Pergantian temperatur antara

siang yang panas dan malam yang dingin akan semakin mempercepat pelapukan, apabila

dibandingkan dengan daerah yang memiliki iklim dingin.

4) Keadaan vegetasi

Vegetasi atau tumbuh-tumbuhan juga akan mempengaruhi proses pelapukan, sebab akar-

akar tumbuhan tersebut dapat menembus celah-celah batuan. Apabila akar tersebut

semakin membesar, maka kekuatannya akan semakin besar pula dalam menerobos

batuan. Selain itu, serasah dedaunan yang gugur juga akan membantu mempercepat

batuan melapuk. Sebab, serasah batuan mengandung zat asam arang dan humus yang

dapat merusak kekuatan batuan.

b) Jenis-jenis pelapukan

Dilihat dari prosesnya, pelapukan dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu sebagai

berikut:

(1) Pelapukan mekanik

Pelapukan mekanik (fisis), yaitu peristiwa hancur dan lepasnya material batuan, tanpa

mengubah struktur kimiawi batuan tersebut. Pelapukan mekanik merupakan

penghancuran bongkah batuan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan pelapukan mekanik, yaitu sebagai berikut.

(a) Akibat perbedaan temperatur

Batuan akan mengalami proses pemuaian apabila panas dan sekaligus pengerutan pada

waktu dingin. Apabila proses ini berlangsung terus menerus, maka lambat laun batuan

akan mengelupas, terbelah, dan pecah menjadi bongkah-bongkah kecil.

(b) Akibat erosi di daerah pegunungan.

Air yang membeku di sela-sela batuan volumenya akan membesar, sehingga air akan

menjadi sebuah tenaga tekanan yang merusak struktur batuan.

(c) Akibat kegiatan makhluk hidup seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Akar tumbuhan akan merusak struktur batuan, begitu juga dengan hewan yang selalu

membawa butir-butir batuan dari dalam tanah ke permukaan. Selain makhluk hidup dan

tumbuh-tumbuhan, manusia juga memberikan andil dalam terjadinya pelapukan mekanis

(fisik). Dengan pengetahuannya, batuan sebesar kapal dapat dihancurkan dalam sekejap

dengan menggunakan dinamit.

(d) Akibat perubahan air garam menjadi kristal

Jika air tanah mengandung garam, maka pada siang hari airnya menguap dan garam akan

mengkristal. Kristal garam ini tajam sekali dan dapat merusak batuan pegunungan

sekitarnya, terutama batuan karang.

(2) Pelapukan kimiawi

Pelapukan kimiawi, yaitu proses pelapukan massa batuan yang disertai dengan perubahan

susunan kimiawi batuan yang lapuk tersebut. Pelapukan ini terjadi dengan bantuan air,

dan dibantu dengan suhu yang tinggi. Proses yang terjadi dalam pelapukan kimiawi ini

disebut dekomposisi.

Terdapat empat proses yang termasuk pada pelapukan kimia, yaitu sebagai berikut.

(a) Hidrasi, yaitu proses batuan yang mengikat batuan di atas permukaan saja.

(b) Hidrolisa, yaitu proses penguraian air (H2O) atas unsur-unsurnya menjadi ion-ion

positif dan negatif. Jenis proses pelapukan ini terkait dengan pembentukan tanah liat.

(c) Oksidasi, yaitu proses pengkaratan besi. Batuan yang mengalami proses oksidasi

umumnya akan berwarna kecoklatan, sebab kandungan besi dalam batuan mengalami

pengkaratan. Proses pengkaratan ini berlangsung sangat lama, tetapi pasti batuan akan

mengalami pelapukan.

(d) Karbonasi, yaitu pelapukan batuan oleh karbondioksida (CO2). Gas ini terkandung

pada air hujan ketika masih menjadi uap air. Jenis batuan yang mudah mengalami

karbonasi adalah batuan kapur. Reaksi antara CO2 dengan batuan kapur akan

menyebabkan batuan menjadi rusak. Pelapukan ini berlangsung dengan batuan air dan

suhu yang tinggi. Air yang banyak mengandung CO2 (Zat asam arang) dapat dengan

mudah melarutkan batu kapur (CaCO2). Peristiwa ini merupakan pelarutan dan dapat

menimbulkan gejala karst. Proses pelapukan batuan secara kimiawi di daerah karst

disebut kartifikasi.

Gejala atau bentuk-bentuk alam yang terjadi di daerah karst di antaranya sebagai berikut.

(1) Dolina

Dolina adalah lubang-lubang yang berbentuk corong. Dolina dapat terjadi karena erosi

(pelarutan) atau karena runtuhan. Dolina terdapat hampir di semua bagian pegunungan

kapur di Jawa bagian selatan, yaitu di Pegunungan Seribu.

(2) Gua dan sungai bawah tanah

Di dalam batuan kapur biasanya terdapat celah atau retakan yang disebut diaklas. Karena

proses pelarutan oleh air, maka retakan/ celah itu akan semakin membesar dan

membentuk gua-gua atau lubang-lubang di dalam tanah yang sebagian di antaranya

sebagai tempat mengalirnya sungai bawah tanah.

(3) Stalaktit

Stalaktit adalah kerucut kapur yang menempel bergantungan pada atap gua kapur.

Terbentuk dari tetesan air kapur dari atap gua, berbentuk runcing dan mempunyai lubang

pipa tempat menetesnya air. Stalagmit adalah kerucut kapur berbentuk tumpul yang

menempel berdiri pada dasar gua, dan tidak mempunyai lubang pipa. Contohnya, stalaktit

dan stalagmit yang terdapat di kompleks Gua Buniayu dan Ciguha Sukabumi Jawa Barat,

Gua Tabuhan dan Gua Gong di Pacitan, Jawa Timur serta Gua Jatijajar di Kebumen,

Jawa Tengah ataupun gua-gua yang ada di sekitar Maros Sulawesi Selatan.

(4) Pelapukan organik (biologis)

Pelapukan Organik, adalah pelapukan batuan oleh makhluk hidup. Pelapukan jenis ini

dapat bersifat kimiawi ataupun mekanis. Adapun yang menjadi pembedanya adalah

subyek yang melakukannya, yaitu makhluk hidup berupa manusia, hewan ataupun

tumbuhan. Contohnya lumut, cendawan ataupun bakteri yang merusak permukaan

batuan.

Pelapukan Batuan dan Jenisnya Rudi Haryanto Monday, February 23, 2015 0 komentar Pelapukan dan Macam - Macamnya - Pada kesempatan kali ini admin akan mencoba untuk membahas sedikit tentang pelapukan batuan. Beberapa materi yang akan kita bahas pada kesempatan kali ini adalah tentag pengertian pelapukan, macam macam pelapukan : pelapukan fisis (fisik) atau fisika atau mekanis, pelapukan chemis (khemis) atau pelapukan kimiawi, pelapukan biologis atau pelapukan organis.

Pelapukan sendiri merupakan salah satu tenaga eksogen, selain sedimentasi (Baca juga materi tentang sedimentasi dan jenis jenisnya disini) dan erosi (pengikisan). Tenaga eksogen merupakan tenaga yang berasal dari luar bumi yang bersifat merusak.

1 Pengertian Pelapukan Batuan

Pelapukan adalah perusakan batuan menjadi batuan yang lebih kecil akibat pengaruh cuaca, temperatur, air, atau organisme. Adanya perbedaan temperatur ternyata berpengaruh sangat besar terhadap batuan. Batuan akan menjadi lapuk dan terurai. Pelapukan ini hanya terjadi pada lapisan kulit bumi bagian luar. Ketebalan lapisan kulit bumi yang mengalami pelapukan ditentukan oleh beberapa faktor.

2 Faktor Yang Mempengaruhi Pelapukan Batuan

Berdasarkan batuan atau daerah yang akan mengalami pelapukan, kecepatan proses pelapukan dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu :

Keadaan struktur batuan (tingkat kekompakan batuan)

Struktur batuan adalah sifat fisik dan sifat kimia yang dimiliki oleh suatu batuan. Sifat fisik batuan meliputi warna batuan dan susunan Kristal dari batuan. Sedangkan sifat kimia batuan adalah kandungan bahan kimia di dalam batuan tersebut. Kedua sifat inilah yang mempengaruhi daya tahan batuan terhadap pelapukan. Adapun contoh batuan yang mudah lapuk adalah batuan sedimen (Baca juga tentang batuan sedimen dan macam - mcamnya disini), sedangkan batuan yang sulit lapuk adalah batuan beku.

Kemiringan daerah batuan (keadaan topografi)

Ternyata keadaan topografi juga ikut mempengaruhi kecepatan proses pelapukan suatu batuan. Pada batuan yang berada di lereng yang curam, pelapukan akan lebih mudah terjadi pada batu tersebut. Hal ini dikarenakan batuan langsung bersentuhan dengan

cuaca sekitar. Sedangkan pada batuan yang berada di lereng atau tempat yang datar (landai) pelapukan lebih sulit terjadi. Hal ini dikarenakan batuan akan terselimuti oleh berbagai endapan, sehingga dapat memperlambat proses pelapukan.

Cuaca dan iklim

Unsur – unsur cuaca dan iklim yang mempengaruhi proses pelapukan suatu batuan antara lain suhu udara, curah hujan, sinar matahari (penyinaran) dan angin (lebih ke erosi). Batuan yang berada di daerah dengan amplitudo yang tinggi akan lebih mudah mengalami pelapukan daripada batuan yang berada di daerah yang mempunyai amplitudo rendah.

Keadaan vegetasi (tumbuhan)

Tumbuhan juga dapat mempengaruhi poses pelapukan suatu batuan. Hal ini dikarenakan akar – akar dari sebuah tumbuhan dapat menembus celah – celah batuan. Apabila akar – akar tersebut terus membesar, maka kekuatannya akan semakin besar pula dalam menerobos celah batuan. Selain itu, serasah daun juga dapat mempercepat proses pelapukan batuan. hal ini dikarenakan serasah batuan mengandung zat asam arang dan humus yang dapat merusak kekuatan batuan.

Sedangkan jika dilihat dari tenaga yang menyebabkan pelapukan, maka berikut adalah faktor – faktornya

1. Temperatur2. Unsur kimia yang terkandung dalam batu (jika tenaga pelapuknya zat kimia)3. Kekuatan tenaga pelapuk4. Organisme yang merusak atau yang melakukan pelapukan

34 Jenis - Jenis Pelapukan Batuan 

Pelapukan Mekanis atau Fisis atau Fisika

Pelapukan mekanis (fisik) atau fisis (Fisika)adalah pelapukan yang penyebab dominannya adalah temperatur dan suhu. Suhu yang sering berubah – ubah (dingin waktu malam dan panas waktu siang) akan cepat membuat suatu batuan menjadi rapuh atau lapuk. Akhirnya batuan yang berukuran besar akan menjadi kecil dan batuan kecil akan menjadi halus seperti pasir. Pelapukan fisik banyak terjadi di gurun. Faktor faktor penyebab pelapukan mekanis adalah sebagai berikut :

Perbedaan temperatur yang besar

Peristiwa seperti ini banyak terjadi di daerah yang beriklim continental atau beriklim gurun. Di daerah gurun, pada suhu maksimum dapat mencapai 450 celcius, sedangkan

pada suhu minimum dapat mencapai -40 Celcius. Dengan amplitudo suhu yang sangat mencolok ini, batuan yang keras dan besar akan sangat mudah mengalami pelapukan.

Membekunya air tanah atau air hujan di pori – pori batuan

Air yang membeku mengalami pemuaian volume dan menimbulkan tekanan pada lapisan batuan. Oleh karena adanya tekanan tersebut, batuan menjadi retak. Di daerah yang beriklim sedang, pembekuan berlangsung dengan hebat.

Mengkristalnya air garam

Jika air tanah atau air hujan mengandung garam, pada suhu yang tinggi air tersebut akan menguap dan garam akan mengkristal. Kristal – Kristal garam ini berbentuk tajam dan dapat merusak lapisan batuan di sekitarnya.

Erosi di daerah pegunungan

Pelapukan Kimiawi atau Khemis (Chemis)

Pelapukan kimiawi adalah proses penghancuran batuan dengan mengubah susunan kimia batuan yang terlapukkan. Pelapukan ini biasanya dibantuk dengan air dan suhu yang tinggi. Adapun proses yang terjadi dalam pelapukan kimiawi disebut dekomposisi.

Terdapat empat proses yang termasuk dalam proses pelapukan kimiawi, yaittu :

1. Hidrasi, yaitu proses batuan yang mengikat batuan di atas permukaan saja.2. Hidrolisa, yaitu proses pengurain air (H2O) atas unsur – unsurnya menjadi ion

positif dan ion negatif. Proses hidrolisa banyak terjadi di daerah kapur, batu kapur bereaksi dengan air akan hancur atau leleh membentuk endapan kalsium

karbonat seperti terjadinya stalgmit dan stalaktit, gua – gua kapur, dolina, dan sebagainya

3. Oksidasi, yaitu proses pengkaratan besi. Suatu batuan yang mengalami oksidasi warnanya akan berubah menjadi kecoklatan. Hal ini dikarenakan besi yang terkandung di dalam batu mengalami proses pengkaratan. Proses ini berlangsung sangat lama.

4. Karbonasi, yaitu pelapukan batuan oleh kerbondioksida (CO2). Gas ini merupakan salah satu komponen yang terkadung dalam air semasa masih dalam keadaan uap. Reaksi antara CO2 dengan batuan akan menyebabkan batuan menjadi lapuk dan rusak. Air yang banyak mengandung CO2 akan dengan mudah melarutkan batu kapur (CaCO2)

Pada pelapukan kimiawi terdapat berbagai gejala karst. Gejala karst antara lain :

1. Dolina, yaitu lubang – lubang yang berbentuk corong. Dolina dapat terbentuk karena erosi atau reruntuhan. Puncak – puncak pegunungan kapur merupakan akibat dari pembentukan dolina. Puncak – puncak itu adalah sisa dari pelarutan, sedangkan lembah lembah di antaranya adalah dolina yang melebur.

2. Gua dan sungai di dalam tanah. Mula – mula terdapat celah atau retakan di dalam tanah kapur. Akibat pelarutan, retakan itu membesar dan menjadi lubang – lubang atau gua – gua. Jika lubang – lubang itu saling berhubugan satu sama lain maka akan terbentuk sungai bawah tanah.

3. Stalaktit dan stalagmit. Pada gua yang terbentuk dari kapur tebal dan udara dapat masuk dengan mudah, dapat terbentuk kerucut – kerucut kapur yang disebut stalaktit dan stalagmit. Stalaktit adalah kerucut kapur yang bergantungan pada atap gua. Stalagmit adalah kerucut kapur yang berada di dasar gua. Stalaktit dan stalagmit sering bergabung membentuk tiang kapur. Contoh stalaktit dan stalagmit terdapat pada gua Tabuhan di dekat Pacutan Jawa Timur dan gua Jatijajar di dekat Kebumen, Jawa Tengah

Pelapukan Biologis atau Organis

Pelapukan organis atau organik atau biologis merupakan pelapukan batuan oleh makhluk hidup, baik manusia, hewan maupun tumbuhan. Contoh aktivitas manusia yang melapukan batuan adalah proses pemecahan batuan. sedangkan beberapa contoh hewan yang menimbulkan batuan antara lain, cacing tanah, serangga, dan tikus.

Pelapukan yang disebabkan oleh tumbuhan dapat bersifat mekanis dan kimiawi. Pelapukan mekanis berupa penjalaran akar tumbuhan di dalam tanah yang dapat merusak batuan disekitarnya. Pelapukan kimiawi terjadi akibat asam – asam yang dikeluarkan akar tumbuhan ketika mengisap garam mineral. Asam – asam ini bersifat merusak batuan sehingga mendorong pelapukan batuan.

Itulah sekilas tentang materi pelapukan batuan dan macam - macamnya. Semoga materi diatas membantu belajar anda, sekian dan terima kasih.