Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukum

29
MAKALAH Pelanggaran Terhadap Polstranas di Bidang Hukum Disusun Oleh: Dinar Dina Karamani (210110130231) Fuji Lestari (210110130215) Nada Bilqis. A (210110130203) Ilmu Komunikasi - Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran BANDUNG

Transcript of Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukum

Page 1: Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukum

MAKALAH

Pelanggaran Terhadap Polstranas

di Bidang Hukum

Disusun Oleh:

Dinar Dina Karamani (210110130231)

Fuji Lestari (210110130215)

Nada Bilqis. A (210110130203)

Ilmu Komunikasi - Fakultas Ilmu Komunikasi

Universitas Padjadjaran

BANDUNG

2013

Page 2: Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukum

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat-

Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Pelanggaran

Terhadap Polstranas di Bidang Hukum”.

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pancasila

dan Kewarganegaraan. Selain itu, makalah ini juga disiapkan sebagai bahan latihan

bagi rekan mahasiswa yang ingin mengamati lebih jauh mengenai pelaksanaan Politik

dan Strategi Nasional (Polstranas) di Indonesia.

Penulis sangat menyadari begitu banyak kekurangan yang terdapat di dalam

makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

konstruktif dari semua pihak.

Proses penyusunan makalah ini tentu tak luput dari dukungan semua pihak,

terutama dari dosen mata kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan, Hj. Kismiyati El

Karimah, Dra. dan Sri Rahayu, juga rekan mahasiswa Ilmu Komunikasi B, Fakultas

Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran.

Dengan demikian, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang

sebesar-besarnya atas perhatian dan dukungan semua pihak.

Bandung, November 2013

Penulis

Page 3: Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukum

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………………...i

Daftar Isi …………………………………………………………………....................ii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………..……1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………….....................1

1.3 Tujuan …………………………………………………………………………1

BAB II Pembahasan

2.1 Pengertian Politik…………………………………………………………..….3

2.2 Pengertian Strategi…………………………………………………………….4

2.3 Politik Nasional dan Strategi Nasional………………………………………...5

2.3.1 Pengertian Politik Nasional …………………………………………...5

2.3.1.1 Stratifikasi Politik Nasional ………..………………………..5

2.3.2 Strategi Nasional …………………………………………………...…7

2.4 Implementasi Polstranas ………………………………………………………7

2.4.1 Korupsi, Kolusi dan Nepotisme di Indonesia ….……………………...8

2.4.2 Bentuk-bentuk Korupsi di Indonesia ………………………………...10

2.4.3 Solusi dan Penanganan Korupsi ……………………………………..12

BAB III Penutup

3.1 Simpulan ……………………………………………………………………..16

Daftar Pustaka

Page 4: Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukum

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia tengah berada dalam kondisi yang tidak diharapkan. Sebutan negara

berkembang yang sedang disandang, nyatanya tak mampu membuat negeri ini

menjadi sejahtera. Tingkat pendidikan yang masih rendah, rakyat miskin yang

telantar, aksi kriminal yang tak mengenal ruang dan waktu, serta pelayanan di bidang

kesehatan yang belum optimal. Demikian wajah bangsa ini di tengah petinggi yang

mengemban amanah, justru mengianati rakyat Indonesia.

Kerakusan serta keegoisan yang dimiliki oleh petinggi yang bermental

koruptor, tentu membuat rakyat geram. Politik dan Strategi Nasional (Polstranas)

yang semestinya dapat berjalan dengan lancar, justru berubah menjadi tolak ukur yang

diabaikan petinggi di Negara ini.

Berangkat dari keadaan carut marut tersebut, maka penulis mengangkat

sebuah permasalahan yang semestinya tidak ada jika setiap individu memahami dan

mengaplikasikan betul arti keadilan yang sebenarnya.

1.2 Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud dengan politik?

Apa yang dimaksud dengan strategi?

Apa yang dimaksud dengan politik nasional dan strategi nasional?

Bagaimana implementasi Politik dan Strategi Nasional di Indonesia?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui pengertian politik

Untuk mengetahui pengertian strategi

Untuk mengetahui penegertian politik nasional dan strategi nasional

Untuk mengetahui implementasi Politik dan Strategi Nasional di Indonesia

BAB II

Page 5: Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukum

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Politik

Kata politik secara etimologi berasal dari Yunani politeia dengan akar kata polis,

berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri, yaitu negara; dan teia, berarti

urusan. Dalam bahasa Indonesia, politik dalam arti politics bermakna kepentingan

umum warga negara suatu bangsa. Politik merupakan rangkaian asas, prinsip,

keadaan, jalan, cara, dan alat yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tertentu

yang dikendaki. Politics dan policy memiliki hubungan yang erat dan timbal balik.

Politics memberikan asas, jalan, dan arah sedangkan policy memberikan

pertimbangan cara pelaksanaan asas, jalan, dan arah tersebut sebaik-baiknya.

Dalam bahasa inggris, politics adalah suatu rangkaian asas (prinsip), keadaan,

arah yang digunakan untu mencapai tujuan, sedangkan policy yang dalam bahasa

Indonesia menjadi kebijaksanaan adalah penggunaan pertimbangan yang dianggap

dapat lebih menjamin terlaksananya usaha mencapai tujuan yang dikehendaki dengan

pengambilan kebijaksanaan oleh seorang pemimpin.

Politik secara umum menyangkut proses penentuan tujuan negara dan cara

melaksanakannya. Pelaksanaan tujuan itu memerlukan kebijakan-kebijakan umum

(public politics) yang menyangkut peraturan, pembagian, atau alokasi sumber-sumber

yang ada.

Penentuan kebijaksanaan umum memerlukan kekuasaan dan wewenang

(authority) yang berperan penting dalam pembinaan kerja sama dan penyelesaian

konflik yang muncul dalam proses pencapain tujuan. Jadi, politik membicarakan hal-

hal yang berkitan dengan negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan, dan

distribusi.

1. Negara

Negara merupakan bentuk masyarakat dan suatu organisasi politik dalam

wilayah yang berdaulat dan memilki kekuasaan tertinggi yang ditaati oleh

rakyatnya.

2. Kekuasaan

Page 6: Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukum

Kekuasaan kemampuan seseorang atau kelompok untuk mempengaruhi

tingkah laku atau kelompok lain sesuai dengan keinginannya. Dalam politik,

yang perlu diperhatikan adalah bagaimana cara memperoleh, bagaimana

mempertahankan, dan bagaimana melaksanakan kekuasaan.

3. Pengambilan keputusan

Pengamilan keputusan adalah aspek utama politik. Dalam pengambilan

keputusan, perlu diperhatikan siapa pengambilan keputusan, perlu

diperhatikan siapa pengambil keputusan dan untuk siapa keputusan itu dibuat

yang diambil melalui sarana umum dan menyangkut sector public suatu

negara.

4. Kebijakan umum

Kumpulan keputusan yang diambil oleh politisi dalam memilih tujuan dan

cara mencapai tujuan. Dengan dasar pemikiran bahwa masyarakat memiliki

beberapa tujuan bersama yang ingin dicapai secara bersama pula sehingga

perlu ada rencana yang mengikat, yang diruuskan dalam kebijakan oleh pihak

yang berwenang.

5. Distribusi

Pembagian dan pengalokasian nilai-nilai (values) yang diinginkan dan penting

dalam masyarakat. Nilai adalah sesuatu yang diinginkan dan penting yang

harus dibagi secara adil juga bagaimana pembagian dan pengalokasian nilai

secara mengikat.

2.2 Pengertian Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani, strategia yang artinya sebagai “the art of the

general” atau seni seorang panglima dalam berperang. Karl Von Clausewitz (1780-

1831) berpendapat bahwa strategi adalah pengetahuan tentang penggunaan

pertempuran untuk memenangkan peperangan.

Pada abad modern, istilah strategi digunakan secara lebih luas, dan digunakan

dalam banyak disiplin ilmu seperti ilmu komunikasi, ilmu ekonomi ataupun bidang

olahraga. Dalam pengertian umum, strategi adalah cara untuk mendapatkan

kemenangan atau pencapaian tujuan.

Page 7: Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukum

Dengan demikian, stratgi tidak hanya menjadi monopoli para jendral atau bidang

militer, tetapi telah meluas kesegala bidang kehidupan. Strategi pada dasarnya

merupakan seni dan ilmu dalam menggunakan serta mengembangkan kekuatan dalam

ideology, politik, ekonomi, social budaya, dan hankam untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan sebelumnya.

2.3 Politik Nasional dan Strategi Nasional

2.3.1 Pengertian Politik Nasional

Politik nasional diartikan sebagai kebijakan umum dan pengambilan

kebijakan untuk mencapai tujuan nasional, yaitu tentang pembinaan (perencanaan,

pengembangan, pemeliharaan, dan pengendalian) serta pengunaan kekuatan nasional.

Politik nasional Indonesia tertuang dalam cita-cita bangsa, yaitu membentuk negara

merdeka, besatu, berdaulat, adil, dan makmur. Cita-cita nasional tersebut di capai

dengan menggunakan strategi, seperti yang tertuang dalam tujuan nasional, yaitu

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut dalam

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamain abadi dan keadilan

nasional.

2.3.1.1 Stratifikasi Politik Nasional

a. Tingkat Penentu Kebijakan Puncak

Tingkat kebijakan puncak meliputi kebijakan tertinggi yang menyeluruh

secara nasional dan mencakup penentuan UUD 1945, penggarisan makro

politik bangsa dan Negara.

Kebijakan ini dilakukan oleh MPR.

Dala keadaan yang menyangkut kekuasaan kepala Negara, tingkat penentuan

kebijakan puncak ini mencakup kewenangan presiden sebagai kepala Negara,

yaitu dekrit, peraturan, atau piagam kepala Negara.

b. Tingkat Kebijakan Umum

Page 8: Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukum

Tingkat kebijakan di bawah tingkat kebijakan puncak yang juga secara

nasional berupa penggarisan masalah makro strategis guna mencapai situasi dan

kondisi tertentu. Hasil kebijakan ini dapat berupa seperti di bawah ini.

a. Undang-undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang

(Perpu)

b. Peraturan Pemerintah untuk mengatur pelaksanaan undang-undang

yang merupakan wewenang presiden.

c. Keputusan Presiden, Peraturan Presiden, atau Instruksi Presiden yang

berisi kebijakan penyelenggaraan pemerintahan atau pelaksanaan kebijakan nasional,

merupakan wewenang presiden.

d. Maklumat Presiden, yang dikeluarkan presiden dalam keadaan tertentu

c. Kebijakan Khusus

Kebijakan khusus merupakan penggarisan terhadap suatu bidang utama

pemerintahan, yang menjabarkan kebijakan umum guna merumuskan strategi,

administrasi, system, dan prosedur dalam bidang utama. Kebijakan ini ada di tangan

menteri berdasarkan kebijakan pada tingkat di atasnya. Hasilnya dalam bentuk

Peraturan Menteri, Keputusan Menteri, Instruksi Menteri dalam pekerjaan yang

menjadi tanggung jawabnya. Dalam keadaan tertentu, menteri dapat mengeluarkan

Surat Edaran Menteri.

d. Kebijakan Teknis

Penjabaran suatu sektor (bidang) dari bidang utama dalam bentuk prosedur

dan teknis untuk mengimplementasikan rencana, program dan kegiatan. Wewenang

kebijakan itu ditangan pimpinan eselon pertama departemen dan lembaga-lembaga

non departemen.

e. Kekuasaan membuat aturan di daerah

a. Penentuan kebijakan mengenai pelaksanaan pemerintah pusat di daerah

dipegang oleh Gubernur, Bupati/Walikota. Bentuknya putusan atau Intruksi.

b. Penentuan kebijakan pemerintah daerah (otonom) dipegang oleh kepala daerah

tingkat I/II bentuknya Perda I/II.

Page 9: Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukum

Jabatan Gubernur, Bupati/Walikota dan Kepala Daerah tingkat I/II disatukan

dalam satu jabatan sehingga penyebutannya :

Gubernur/Kepala Daerah tingkat I

Bupati/Kepala Daerah tingkat II

Walikota/Kepala Daerah tingkat II

Polstranas dalam aturan ketatanegaraan dituangkan dalam bentuk GBHN yang

ditetapkan oleh MPR, selanjutnya pelaksanaannya dilaksanakan oleh Presiden/

Mandataris MPR.

Tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kesejahteraan seluruh

bangsa dan dalam pelaksanaannya bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah

saja, tetapi juga seluruh rakyat. Keikutsertaan setiap warga negara dalam

pembangunan nasional dapat dilakukan dengan berbagai cara dan mengikuti wajib

belajar, membayar pajak, melestarikan lingkungan hidup, mentaati peraturan yang

berlaku, menjaga ketertiban dan keamanan, dan sebagainya.

2.3.2 Strategi Nasional

Strategi nasional disusun untuk melaksanakan politik nasional, yaitu cara

mencapai tujuan naisonal atau sasaran nasional atau keadaan tertentu yang dikendaki

dan ditetapkan bersama. Agar strategi nasional dapat berjalan dengan benar, terlebih

dahulu diadakan pemikiran strategi, yaitu kegiatan mengantisipasi perkembangan

strategi nasional.

2.4 Implementasi

Penerapan atau implementasi polstranas terdapat didalam berbagai bidang,

salah satunya dalam bidang hukum. Berikut ini kegiatan-kegiatan yang seharusnya

diterapkan dalam bidang hukum:

1. Menegakkan hukum secara konsisten untuk lebih menjamin kepastian hukum,

keadilan, kebenaran, dan supremasi hukum serta menghargai hak asasi manusia.

Page 10: Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukum

2. Mengembangkan peraturan perundang-undangan yang mendukung kegiatan

perekonomian dalam menghadapi era perdagangan bebas tampa merugikan

kepentingan nasional.

3. Menyelenggarakan proses pengadilan secara cepat, mudah, murah, dan

terbuka, serta bebas korupsi, kolusi dan nepotisme dengan tetap menjunjung tinggi

asas keadilan dan kebenaran.

4. Meningkatkan pemahaman dan penyadaran, serta meningkatkan perlindungan,

penghormatan, dan penegak hak asasi manusia dalam seluruh aspek kehidupan.

5. Menyelesaikan berbagai proses peradilan terhadap pelanggaran hukum dan

hak asasi manusia yang belum ditangani secara tuntas.

Bila kita melihat point ke-3, menyelenggarakan proses pengadilan yang bebas

korupsi, kolusi, dan nepotisme sebagai wujud dari implementasi polstranas, pada

kenyataanya belum tercapai.

2.4.1 Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) di Indonesia

Tindakan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) telah ada sejak Indonesia

belum merdeka. Runtuhnya kerajaan Majapahit pun disebabkan karena adanya perang

saudara atau perang Paregreg yang memperebutkan kekuasaan. Terlebih kedatangan

Belanda ke Indonesia semakin memperkeruh keadaan dengan adanya sikap

nepotisme. Keruntuhan VOC yang bahkan dipimpin oleh bangsa Belanda sendiri juga

disebabkan oleh korupsi.

Dalam buku History of Java karya Thomas Stanford Raffles (Gubernur

Jenderal Inggris yang memerintah Pulau Jawa tahun 1811-1816), terbit pertama tahun

1816 mendapat sambutan yang “luar biasa” baik dari kalangan bangsawan lokal atau

pribumi Jawa maupun bangsa Barat. Buku tersebut sangat luas memaparkan aspek

budaya meliputi situasi geografi, nama-nama daerah, pelabuhan, gunung, sungai,

danau, iklim, kandungan mineral, flora dan fauna, karakter dan komposisi penduduk,

pengaruh budaya asing dan lain-lain.

Hal menarik dalam buku itu adalah pembahasan seputar karakter penduduk

Jawa. Penduduk Jawa digambarkan sangat “nrimo” atau pasrah terhadap keadaan,

meskipun di sisi lain mempunyai keinginan untuk lebih dihargai oleh orang lain.

Page 11: Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukum

Karkater lainnya adalah tidak terus terang, suka menyembunyikan persoalan, dan

termasuk suka mencuri kesempatan di kala orang lain tidak mengetahui.

Hal rnenarik lainnya adalah adanya bangsawan yang gemar menumpuk harta,

memelihara sanak (abdi dalem) yang pada umumnya abdi dalem lebih suka mendapat

atau mencari perhatian majikannya. Akibatnya, abdi dalem lebih suka mencari muka

atau berperilaku oportunis. Dalam kalangan elit kerajaan, raja lebih suka disanjung,

dihorrnati, dihargai dan tidak suka menerima kritik dan saran. Kritik dan saran yang

disarnpaikan di muka umum lebih dipandang sebagai tantangan atau perlawanan

terhadap kekuasaannya. Oleh karena itu, budaya kekuasaan di Nusantara (khususnya

Jawa) cenderung otoriter. Dalam aspek ekonomi, raja dan lingkaran kaum bangsawan

mendominasi sumber-sumber ekonomi di masyarakat. Rakyat umumnya “dibiarkan”

miskin, tertindas, tunduk dan harus menuruti apa kata, kemauan atau kehendak

“penguasa”.

Budaya yang sangat tertutup dan penuh “keculasan” itu turut menyuburkan

“budaya korupsi” di Nusantara. Tidak jarang abdi dalem juga melakukan tindakan

korupsi dalam mengambil upeti (pajak) dari rakyat yang akan diserahkan kepada

Demang (Lurah), selanjutnya oleh Demang akan diserahkan kepada Turnenggung.

Abdi dalem di Katemenggungan setingkat kabupaten atau propinsi juga melakukan

tindakan korupsi (walaupun sedikit) harta yang akan diserahkan kepada Raja atau

Sultan.

Pada era di bawah kepemimpinan Soekarno, tercatat sudah dua kali dibentuk

Badan Pemberantasan Korupsi, di antaranya Panitia Retooling Aparatur Negara

(Paran) dan Operasi Budhi. Namun, pada waktu itu pemerintah tidak menjalankannya

secara optimal. Paran dibentuk berdasarkan Undang-undang Keadaan Bahaya,

dipimpin oleh Abdul Haris Nasution dan dibantu oleh dua orang anggota yakni Prof

M Yamin dan Roeslan Abdulgani.

Dalam kurun waktu 3 bulan sejak Operasi Budhi dijalankan, keuangan negara

dapat diselamatkan sebesar kurang lebih Rp 11 miliar, jumlah yang cukup signifikan

untuk kurun waktu tersebut. Karena dianggap mengganggu prestise Presiden,

akhirnya Operasi Budhi dihentikan. Menurut Soebandrio dalam suatu pertemuan di

Bogor, “Prestise presiden harus ditegakkan di atas semua kepentingan yang lain”.

Page 12: Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukum

Selang beberapa hari kemudian, Soebandrio mengumurnkan pembubaran

Paran/Operasi Budhi yang kemudian diganti namanya menjadi Komando Tertinggi

Retooling Aparat Revolusi (Kotrar), di mana Presiden Sukarno menjadi ketuanya

serta dibantu oleh Soebandrio dan Letjen Ahmad Yani. Sejarah kemudian mencatat

pemberantasan korupsi pada masa itu akhirnya mengalami stagnasi.

Begitupun pada zaman orde baru dan reformasi, korupsi semakin merajalela

dan pemerintahan semakin merosot. Jadi, dapat disimpulkan bahwa implementasi

polstranas dalam bidang hukum belumlah terwujud.

Pemerintah dan segenap warga Negara Indonesia telah berusaha untuk

memberantas korupsi di masa kini, namun hal tersebut tidak semudah membalikkan

telapak tangan. Pada dasarnnya, korupsi bukan hanya menghambat proses

pembangunan negara menuju ke arah yang lebih baik, yaitu peningkatan

kesejahteraan serta pengentasan rakyat miskin. Ketidakberdayaan hukum di hadapan

orang kuat, ditambah minimnya komitmen dari elit pemerintahan rnenjadi faktor

penyebab mengapa KKN masih tumbuh subur di Indonesia. Semua itu karena hukum

tidak sama dengan keadilan, hukum datang dari otak manusia penguasa, sedangkan

keadilan datang dari hati nurani rakyat.

Kini, hukum di Indonesia bagaikan mata pisau yang runcing di bagian bawah.

Kalangan bawah yang melakukan kesalahan kecil, akan merasakan hukuman yang

berat dengan cepat. Namun, sebaliknya kalangan atas yang melakukan kesalahan yang

besar, proses hukum akan berjalan sangat alot, juga cenderung ringan.

2.4.2 Bentuk-bentuk Korupsi di Indonesia

Korupsi merupakan tindakan yang sangat tercela. Hukuman yang diberikan

kepada koruptor, bukan hanya berupa sanksi hukum Negara saja, namun juga sanksi

sosial yag diberikan oleh seluruh lapisan masyarakat di Indonesia.

Seara garis besar, tindakan korupsi di Indonesia sdapat digolongkan ke dalam

beberapa bentuk. Khusus untuk intansi yang melakukan administrasi penerimaan

(revenue administration) yang meliputi instansi pajak bea cukai, tidak termasuk

pemda dan pengelola penerimaan PNPB, tindakan korupsi dapat dibagikan menjadi

beberapa jenis, antara lain :

Page 13: Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukum

a.    Korupsi Kecil-kecilan (Petty Corruption) dan Korupsi Besar–besaran (Grand

Corruption)

Korupsi kecil–kecilan merupakan bentuk korupsi sehari–hari dalam

pelaksanaan suatu kebijakan pemerintah. Korupsi ini biasanya cenderung terjadi saat

petugas bertemu langsung dengan masyarakat. Korupsi ini juga di sebut dengan

Korupsi Rutin (routine corruption) atau Korupsi untuk Bertahan Hidup (survival

corruption). Korupsi kecil – kecilan umumnya dijalankan oleh pejabat junior dan

penjabat tingkat bawah sebagai pelaksana fungsional. Contohnya adalah pungutan

untuk mempercepat pencairan dana yang terjadi di KPPN.

Korupsi besar–besaran umumnya dilakukan oleh penjabat level tinggi, karena

korupsi jenis ini melibatkan uang dalam jumlah yang sangat besar. Korupsi ini terjadi

saat pembuatan, perubahan, atau pengecualian dari peraturan. Contohnya adalah

pembebasan pajak bagi perusahaan besar.

b. Penyuapan (bribery)

Untuk penyuapan yang biasanya dilakukan dalam birokrasi pemerintahan di

Indonesia khususnya di bidang atau intansi yang mengadministrasikan penerimaan

Negara (revenue administration) dapat dibagi menjadi empat antara lain :

1.      Pembayaran untuk menunda atau mengurangi kewajiban bayar pajak dan cukai.

2.      Pembayaran untuk meyakinkan petugas agar tutup mata terhadap kegiatan illegal.

3.      Pembayaran kembali (kick back) setelah mendapatkan pembebasan pajak, agar

dimasa mendatang mendapat perlakuan yang yang lebih ringan daripada administrasi

normal.

4.      Pembayaran untuk meyakinkan atau memperlancar proses penerbitan ijin

(license) dan pembebasan (clearance).

 C. Penyalahgunaan atau penyelewengan ( misappropriation)

Penyalahgunaan atau penyelewengan dapat terjadi bila pengendalian

administrasi (check and balances) dan pemeriksaan serta supervise transaksi

keuangan tidak berjalan dengan baik. Contoh dari korupsi jenis ini adalah pemalsuan

catatan, klafikasi barang yang salah, serta kecurangan (fraud).

Page 14: Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukum

d.    Penggelapan (embezzlement)       

Korupsi ini adalah korupsi dengan cara menggelapkan atau mencuri uang

negara yang dikumpulkan, menyisakan sedikit atau tidak sama sekali.

e.    Pemerasan (extortion)

Pemerasan ini terjadi ketika masyarakat tidak mengetahui tentang peraturan

yang berlaku, dan dari celah inilah petugas melakukan pemerasan dengan menakut-

nakuti masyarakat untuk membayar lebih mahal daripada yang semestinya.

f. Perlindungan  (patronage)

Perlidungan dilakukan dalam hal pemilihan, mutasi, atau promosi staf

berdasarkan suku, kinship, dan hubungan sosial lainnya tanpa mempertimbangkan

prestasi dan kemampuan dari seseorang tersebut.

2.4.3 Solusi dan Penanganan Korupsi

a. Penanganan Korupsi oleh KPK

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah komisi di Indonesia yang dibentuk

pada tahun 2003, untuk mengatasi, menanggulangi dan memberantas korupsi di

Indonesia. Komisi ini didirikan berdasarkan kepada Undang–undang Republik

Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 mengenai Komisi Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi.

    Sejauh ini, KPK telah menangani kasus–kasus korupsi di Indonesia. Di antaranya:

Tahun 2004 tercatat ada 6 (enam) kasus korupsi besar yang ditangani oleh

KPK.

Tahun 2005 tercatat ada 6 (enam) kasus korupsi besar yang ditangani oleh

KPK.

Tahun 2006 tercatat ada 8 (delapan) kasus korupsi besar yang ditangani oleh

KPK.

Tahun 2008 tercatat ada 10 (sepuluh) kasus korupsi besar yang ditangani oleh

KPK.

Page 15: Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukum

Tahun 2009 tercatat ada 1 (satu) kasus korupsi besar yang ditangani oleh

KPK.

Tahun 2010 tercatat ada 2 (dua) kasus korupsi besar yang ditangani oleh KPK.

Tahun 2011 tercatat ada 13 (tiga belas) kasus korupsi besar yang ditangani

oleh KPK.

     Dari uraian diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa penanganan korupsi

paska pembentukan KPK dari tahun ketahun meningkat dan membaik.

b. Solusi dari Korupsi

Dalam melakukan analisis atas perbuatan korupsi dapat didasarkan pada 3

(tiga) pendekatan berdasarkan alur proses korupsi yaitu :

Pendekatan pada posisi sebelum perbuatan korupsi terjadi,

Pendekatan pada posisi perbuatan korupsi terjadi,

Pendekatan pada posisi setelah perbuatan korupsi terjadi.

Dari tiga pendekatan ini dapat diklasifikasikan tiga strategi untuk mencegah dan

memberantas korupsi yang tepat yaitu:

1.      Strategi Preventif.

      Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan dengan diarahkan pada hal-hal yang

menjadi penyebab timbulnya korupsi. Setiap penyebab yang terindikasi harus dibuat

upaya preventifnya, sehingga dapat meminimalkan penyebab korupsi. Disamping itu

perlu dibuat upaya yang dapat meminimalkan peluang untuk melakukan korupsi dan

upaya ini melibatkan banyak pihak dalam pelaksanaanya agar dapat berhasil dan

mampu mencegah adanya korupsi.

2.      Strategi Deduktif.

      Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan agar apabila

suatu perbuatan korupsi terlanjur terjadi, maka perbuatan tersebut akan dapat

diketahui dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan seakurat-akuratnya, sehingga

dapat ditindaklanjuti dengan tepat. Dengan dasar pemikiran ini banyak sistem yang

harus dibenahi, sehingga sistem-sistem tersebut akan dapat berfungsi sebagai aturan

yang cukup tepat memberikan sinyal apabila terjadi suatu perbuatan korupsi. Hal ini

Page 16: Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukum

sangat membutuhkan adanya berbagai disiplin ilmu baik itu ilmu hukum, ekonomi

maupun ilmu politik dan sosial.

3.      Strategi Represif.

      Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan untuk

memberikan sanksi hukum yang setimpal secara cepat dan tepat kepada pihak-pihak

yang terlibat dalam korupsi. Dengan dasar pemikiran ini proses penanganan korupsi

sejak dari tahap penyelidikan, penyidikan dan penuntutan sampai dengan peradilan

perlu dikaji untuk dapat disempurnakan di segala aspeknya, sehingga proses

penanganan tersebut dapat dilakukan secara cepat dan tepat. Namun

implementasinyaharus dilakukan secara terintregasi. Bagi pemerintah banyak pilihan

yang dapat dilakukan sesuai dengan strategi yang hendak dilaksanakan.

Adapula strategi pemberantasan korupsi secara preventif maupun secara represif

antara lain :

1.      Gerakan “Masyarakat Anti Korupsi” yaitu pemberantasan korupsi di Indonesia

saat ini perlu adanya tekanan kuat dari masyarakat luas dengan mengefektifkan

gerakan rakyat anti korupsi, LSM, ICW, Ulama NU dan Muhammadiyah ataupun

ormas yang lain perlu bekerjasama dalam upaya memberantas korupsi, serta

kemungkinan dibentuknya koalisi dari partai politik untuk melawan korupsi. Selama

ini pemberantasan korupsi hanya dijadikan sebagai bahan kampanye untuk mencari

dukungan saja tanpa ada realisasinya dari partai politik yang bersangkutan. Gerakan

rakyat ini diperlukan untuk menekan pemerintah dan sekaligus memberikan dukungan

moral agar pemerintah bangkit memberantas korupsi.

2.      Gerakan “Pembersihan” yaitu menciptakan semua aparat hukum (Kepolisian,

Kejaksaan, Pengadilan) yang bersih, jujur, disiplin, dan bertanggungjawab serta

memiliki komitmen yang tinggi dan berani melakukan pemberantasan korupsi tanpa

memandang status sosial untuk menegakkan hukum dan keadilan. Hal ini dapat

dilakukan dengan membenahi sistem organisasi yang ada dengan menekankan

prosedur structure follows strategy yaitu dengan menggambar struktur organisasi

yang sudah ada terlebih dahulu kemudian menempatkan orang-orang sesuai posisinya

masing-masing dalam struktur organisasi tersebut.

3. Gerakan “Moral” yang secara terus menerus mensosialisasikan bahwa korupsi

adalah kejahatan besar bagi kemanusiaan yang melanggar harkat dan martabat

Page 17: Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukum

manusia. Melalui gerakan moral diharapkan tercipta kondisi lingkungan sosial

masyarakat yang sangat menolak, menentang, dan menghukum perbuatan korupsi dan

akan menerima, mendukung, dan menghargai perilaku anti korupsi. Langkah ini

antara lain dapat dilakukan melalui lembaga pendidikan, sehingga dapat terjangkau

seluruh lapisan masyarakat terutama generasi muda sebagai langlah yang efektif

membangun peradaban bangsa yang bersih dari moral korup.

4.      Gerakan “Pengefektifan Birokrasi” yaitu dengan menyusutkan jumlah pegawai

dalam pemerintahan agar didapat hasil kerja yang optimal dengan jalan menempatkan

orang yang sesuai dengan kemampuan dan keahliannya. Dan apabila masih ada

pegawai yang melakukan korupsi, dilakukan tindakan tegas dan keras kepada mereka

yang telah terbukti bersalah dan bilamana perlu dihukum mati karena korupsi adalah

kejahatan terbesar bagi kemanusiaan dan siapa saja yang melakukan korupsi berarti

melanggar harkat dan martabat kehidupan.

5.      Perlu adanya sanksi yang tegas. Selama ini sanksi yang diberikan kepada para

pelaku tindak pidana korupsi sangatlah ringan. Seperti contoh kasus Aulia Pohan ini,

dia hanya menerima hukuman 4,5 tahun penjara. Bahkan Aulia Pohan bersama

dengan rekan – rekannya menerima pengurangan hukuman selama tiga bulan. Usai

menerima remisi, sejak 18 Agustus 2010 Aulia Pohan bersama dengan rekan –

rekannya resmi bebas bersyarat. Seharusnya remisi dihapuskan bagi para tersangka

tindak pidana korupsi. Serta perlu adanya hukuman mati bagi mereka yang melakukan

tindak pidana korupsi.

6.      Memiskinkan harta para tersangka tindak pidana korupsi. Hal ini perlu dikukan

agar para pelaku tindak pidana korupsi tidak bias lagi menggunakan harta mereka

yang notabene bersumber dari negara tersebut untuk melakukan suap terhadap para

pelaku peradilan, contohnya suap terhadap hakim.

Page 18: Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukum

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Secara umum, tentu kita dapat merasakan dampak dari implementasi Politik

dan Strategi Nasional (Polstranas) oleh pemerintah di dalam berbagai sektor

kehidupan. Dengan demikian, seluruh rakyat Indonesia mengharapkan dampak positif

dari implementasi polstranas secara utuh. Namun, pada kenyataannya masih banyak

terjadi penyimpangan dalam implementasi polstranas di Indonesia yang tidak dapat

dihindari. Salah satu contohnya adalah tindak pidana korupsi.

Tindak pidana korupsi merupakan bentuk pelanggaran etika. Etika adalah

suatu sikap yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu

ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil sikap yang bertanggung

jawab berhadapan dengan ajaran moral. Contoh dalam kasus ini adalah Aulia Pohan

telah melakukan pelanggaran etika dalam pekerjaan. Aulia Pohan melanggar kode

etik pekerjaan, yaitu melakukan suatu pekerjaan di luar kewenangannya.

Dewasa ini, setiap manusia di muka bumi diberikan anugerah tiada tara oleh

Tuhan Yang Maha Esa. Anugerah tersebut berupa potensi otot, otak, dan hati nurani.

Jika ketiga potensi tersebut digunakan secara seimbang, maka perilaku kita akan

senantiasa berada dalam jalur yang benar. Pengoptimalan potensi yang tidak

seimbang, akan menumbuhka perilaku yang buruk, termasuk korupsi.

Sebenarnya segala sesuatu mungkin dilakukan. Koruptor di negeri ini

mungkin tidak akan ada, jika mereka mempunyai keseimbangan dalam menggunakan

potensi otot, otak, dan hati nurani.

Page 19: Pelangaran terhadap polstranas di bidang hukum

DAFTAR PUSTAKA

http://books.google.co.id/ diakses pada tanggal 20 November 2013

http://blogstoryaboutme.blogspot.com/2012 diakses pada tanggal 20 November 2013

http://muh-arsyad92.blogspot.com/201 3 diakses pada tanggal 20 November 2013

http://id.wikipedia.org/wiki/ diakses pada tanggal 20 November 2013

http://syafieh74.blogspot.com/2013 diakses pada tanggal 20 November 2013