pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

161
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena demokrasi dan menguatnya kesadaran sipil pada tingkat global cukup menarik untuk dicermati. Fenomena ini merupakan aspek yang penting dalam perjalanan demokrasi. Kemajuan segnifikan dari proses negosiasi demokrasi ini, bisa dilihat dari banyaknya forum – forum regional maupun global yang diadakan dalam waktu dan kesempatan yang sama. Keterlibatan para kepala pemerintahan dan semakin seringnya isu lokal yang menjadi bahan diskusi merupakan salah satu contoh varian gerakan sosial dan lebih menarik lagi kesadaran ini justru muncul di negara – negara barat sendiri yang notabene sudah lebih dahulu mengkampanyekan diri sebagai negara demokrasi yang ideal. Di samping itu juga bahwa dewasa ini demokrasi telah menjadi topik bahasan yang penting tidak saja untuk didiskusikan melainkan juga untuk diperjuangkan. Bahkan sejak perang dunia ke 2 berakhir demokrasi merupakan istilah yang populer dan telah menjadi faham, sebagai norma politik diterima secara universal (Mansur Fakih dalam D.Juliana,1998:5-6). Terlebih lagi pada era pasca “perang dingin”. Adanya kecenderungan meningkatnya jumlah pemerintahan yang menerapkan nilai – nilai demokrasi di seluruh dunia (Saiful Mujani, 2007:1) Dengan kata lain seolah – olah tak ada satupun negara yang tidak menyatakan dirinya sebagai negara demokrasi walaupun dalam mekanisme pemerintahannya berbeda antara satu dengan lainnya (S.Pamuji,1985 :1).

Transcript of pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

Page 1: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Fenomena demokrasi dan menguatnya kesadaran sipil pada tingkat global

cukup menarik untuk dicermati. Fenomena ini merupakan aspek yang penting

dalam perjalanan demokrasi. Kemajuan segnifikan dari proses negosiasi

demokrasi ini, bisa dilihat dari banyaknya forum – forum regional maupun global

yang diadakan dalam waktu dan kesempatan yang sama. Keterlibatan para kepala

pemerintahan dan semakin seringnya isu lokal yang menjadi bahan diskusi

merupakan salah satu contoh varian gerakan sosial dan lebih menarik lagi

kesadaran ini justru muncul di negara – negara barat sendiri yang notabene sudah

lebih dahulu mengkampanyekan diri sebagai negara demokrasi yang ideal.

Di samping itu juga bahwa dewasa ini demokrasi telah menjadi topik

bahasan yang penting tidak saja untuk didiskusikan melainkan juga untuk

diperjuangkan. Bahkan sejak perang dunia ke 2 berakhir demokrasi merupakan

istilah yang populer dan telah menjadi faham, sebagai norma politik diterima

secara universal (Mansur Fakih dalam D.Juliana,1998:5-6). Terlebih lagi pada era

pasca “perang dingin”. Adanya kecenderungan meningkatnya jumlah

pemerintahan yang menerapkan nilai – nilai demokrasi di seluruh dunia (Saiful

Mujani, 2007:1) Dengan kata lain seolah – olah tak ada satupun negara yang tidak

menyatakan dirinya sebagai negara demokrasi walaupun dalam mekanisme

pemerintahannya berbeda antara satu dengan lainnya (S.Pamuji,1985 :1).

Page 2: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

2

Demikian pula di kalangan akademisi (ilmuan politik) pada dasawarsa

terakir, proses demokrasi atau proses transisi dari otoritisme menuju demokrasi

menjadi salah satu topik yang cukup populer dan menempati posisi utama. Di

Indonesia isu itu mendorong ilmuan politik menggelar berbagai forum diskusi,

penelitian, seminar hasil studi, mengenai demokratisasi, juga mengamati

perkembangan global demokrasi, yang memanfaatkan berbagai sarana

pemantauan. Hal ini semua dilakukan untuk mengetahui bagaimana proses dan

kondisi apa yang memungkinkan berlangsungnya perubahan demokratis di

masyarakat – masyarakat yang sebelumnya otoriter itu (Mohtar Masoed, 2003:v-

vl). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa banyak negara didunia ini

“menuntut” adanya penerapan demokrasi pada pemerintahannya.

Implikasi lebih lanjut dengan adanya “tuntutan” penerapan prinsip

demokrasi disuatu negara adalah diperlukannya sikap dan prilaku demokratis pada

setiap warganegara dalam tatanan hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

Untuk itu adalah menjadi kewajiban bagi setiap warganegara untuk memiliki dan

mengembangkan sikap dan prilaku demokratis agar dapat berperan aktif atau

berpertasi dalam pembinaan dan membangun masyarakat negara dan bangsanya.

Demokrasi masuk di Indonesia melalui aspek kultural dalam hal ini

subkultur pergerakan nasional. Sejak semula demokrasi menimbulkan persoalan

yang cukup rumit dalam mencari perpaduanya dengan nilai – nilai yang hidup

dalam masyarakat Indonesia. Demokrasi yang ingin ditegakkan di Indonesia

adalah demokrasi yang didasarkan pada nilai dasar negara yaitu Pancasila.

Demokrasi Pancasila tidak hanya demokrasi dalam bidang politik kenegaraan

Page 3: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

3

namun juga meliputi bidang ekonomi, sosial, dan budaya, sebagai cita – cita yang

ingin diwujudkan (Rudini, 1994:32)

Konsep demokrasi bila dianut oleh sesuatu negara harus berjalan dengan

kontrol yang ketat dan tidak semata – mata mengandalkan ”Political will”. Ada

dua alasan utama mengapa sebuah negara memilih sistem demokrasi untuk

pemerintahannya. Pertama adanya pengakuan hak azazi manusia sebagai

penghargaan terhadap martabat manusia; Kedua adanya partisipasi dan dukungan

rakyat dalam pemerintahan. Inti pemikiran ini adalah bahwa kemajuan masyarakat

/ negara sejalan dengan sejauh mana perkembangan demokrasi di dalam

kehidupan masyarakat dan manusia (Nusantara, 2003:28-29).

Menurut Susilo Bambang Yudoyono (SBY) bahwa karakteristik dan

efektifitas sistem setiap negara berbeda – beda. Pada bangsa yang tingkat

pendidikan tinggi, maka demokratisasi, kebebasan dan keterbukaan sangat efektif

dalam membangun karakter bangsa. Akan tetapi pada bangsa yang tradisioanal

dan tingkat pendidikan warganya tidak merata, maka keteladanan seorang

pemimpin lebih efektif dibandingkan demokratisasi dan keterbukaan. Pada bangsa

Indonesia demokrasi tidak bisa dilempar ke pasar bebas tanpa melihat nilai – nilai

budaya lokal (Achmad Mubarok, 2005 : xii).

Seperti telah dikemukakan di atas bahwa demokrasi yang ingin di

tegakkan di Indonesia ialah demokrasi yang didasarkan pada nilai dasar negara

yaitu Pancasila. Dengan demikian, maka demokrasi yang dikembangkan di

Indonesia ialah demokrasi Pancasila. Demokrasi Pancasila dapat diartikan secara

luas maupun sempit. Secara luas berarti kedaulatan rakyat yang didasarkan pada

Page 4: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

4

nilai – nilai Pancasila dalam bidang politik ekonomi dan sosial. Sedangkan dalam

arti sempit demokrasi Pancasila berarti kedaulatan rakyat yang dilaksanakan

menurut hikmat kebijaksanaan dalam permussyawaratan perwakilan (Winarno,

2006:74). Menyambut bergulirnya era demokratisasi banyak orang berharap pada

dunia pendidikan yang semakin baik dan bermutu pada setiap negara. Hal ini

adalah wajar karena pendidikan adalah sebagai sebuah wahana penyadaran yang

diyakini mampu membawa bangsa dan warga negara keluar dari krisis (Susetyo,

2005 : v).

Bila dikaitkan dengan demokrasi maka membangun demokrasi sejati

dalam suatu negara memerlukan sikap dan prilaku hidup demokratis

masyarakatnya melalui pendidikan. Untuk itu diperlukan kerja keras dan waktu

yang tidak sedikit. Oleh karena itu secara substantif berdimensi jangka panjang

guna mewujudkan masyarakat yang demokratis maka pendidikan demokrasi

mutlak diperlukan. Tujuannya adalah mempersiapakan warga masyarakat

berprilaku dan bertindak demokratis melalui aktifitas menanamkan pada generasi

muda pengetahuan, kesadaran, dan nilai – nilai demokrasi (Winarno, 2006:82-83).

Selanjutnya untuk mewujudkan kehidupan yang lebih demokratis di Indonesia

dimasa depan faktor yang harus diperhatikan adalah melakukan pembinaan nilai–

nilai demokrasi kepada generasi muda. Dengan pembinaan ini diharapkan nilai–

nilai demokrasi dapat difahami kemudian diamalkan / dipraktekkan dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, yang pada akirnya nanti

dapat membentuk individu yang benar – benar memiliki sikap demokratis.

Page 5: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

5

Salah satu faktor penting yang perlu dicermati adalah sekolah atau

lembaga pendidikan. Melalui proses belajar – mengajar, seorang guru / dosen

dapat memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mempraktekkan nilai –

nilai demokrasi yang telah difahami. Peran ini terasa belum dioptimalkan karena

dalam kenyataan yang terjadi lebih mengarah pada ranah kognitif dan cenderung

belum menyentuh ranah afektif maupun psikomotor. Akibatnya sosialisasi nilai

demokrasi melalui lembaga pendidikan belum berjalan dengan baik. Dampak

lebih jauh adalah peserta didik akan menjadi individu yang hanya mengerti nilai

demokrasi, namun, kurang melaksanakan nilai demokrasi dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Mahasiswa merupakan salah satu komponen generasi muda harus terus

dibina, dikembangkan sikap, dan prilaku demokratisnya pembinaan ini terasa

amat mendesak untuk dilakukan mengingat banyaknya peristiwa yang menjadikan

kurangnya menerapkan prinsip demokrasi dalam penyelesaikan masalah sehari –

hari seperti tawuran, pemaksaan kehendak, dalam menghadapi masalah sosial,

perbuatan anarkis dan sebagainya.

Sebagaimana telah diketahui bahwa Dikwar merupakan pendidikan yang

wajib diberikan pada semua jenjang pendidikan termasuk jenjang pendidikan

tinggi (menurut Ps 37 UU No. 20 tahun 2003). Dikwar di Perguruan Tinggi

diwujudkan dalam matakuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang sebelumnya

bernama Kewiraan. Tujuan Dikwar ini pada dasarnya adalah bagaimana

menjadikan warga negara yang baik (good citizen) yang mampu mendukung

Page 6: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

6

bangsa dan negara. Dalam hal menjadikan warganegara yang baik tergantung dari

pandangan hidup dan sistem politik negara.

Bangsa Indonesia memiliki pengalaman yang cukup panjang dan kaya

dalam upaya meng “Indonesiakan” warganya melalui serangkaian pelaksanaan

pendidikan kewarganegaraan. Pada era reformasi dan demokrasi sekarang ini

tentunya dibutuhkan Dikwar yang bertujuan membentuk warga negara yang

demokratis yaitu warganegara yang cerdas, berkedaulatan dan bertanggung jawab

bagi kelangsungan negara Indonesia. Kiranya inilah kriteria warganegara yang

baik untuk saat ini (Winarno, 2006 : V).

Berdasarkan paparan tersebut di atas terlihat bahwa masalah sikap dan

prilaku demokratis pada generasi muda dalam hal ini mahasiswa perguruan tinggi

menarik untuk dicermati oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas hal ini

secara lebih mendalam. Hal ini didasarkan karena sikap dan prilaku demokratis ini

nantinya akan tercipta kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan

permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada 3

perguruan tinggi di Kota Mataram dalam konteks pembinaan

kehidupan demokrasi ?

Page 7: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

7

2. Faktor apa saja yang berpengaruh dalam pelaksanaan pendidikan

kewarganegaraan pada 3 perguruan tinggi di Kota Mataram dalam

konteks pembinaan kehidupan demokrasi ?

3. Bagaimana makna Pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan dalam

konteks pembinaan kehidupan demokrasi pada 3 Perguruan Tinggi di

Kota Mataram ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk mencari jawaban dari

permasalahan pokok yang diajukan dalam rumusan di atas yaitu mengkaji

pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi dalam membina

kehidupan demokratis.

1.3.1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan

mendiskripsikan pelaksanaan Dikwar pada Perguruan Tinggi di Mataram.

1.3.2. Tujuan Khusus

Secara khusus tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk dapat mengetahui mengidentifikasi pelaksanaan Dikwar pada 3

Perguruan Tinggi di Kota Mataram dalam membina kehidupan demokrasi.

2. Untuk dapat mengungkap faktor-faktor yang berpengaruh dalam pelaksanaan

Dikwar di Perguruan Tinggi di Mataram.

3. Untuk dapat mengungkap makna pelaksanaan Dikwar pada 3 Perguruan

Tinggi di Kota Mataram dalam konteks membina kehidupan demokrasi.

Page 8: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

8

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Secara akademik hasil penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan

terhadap ilmu pengetahuan pada umumnya terutama bagi peneliti ilmu sosial dan

pendidikan lain untuk mengkaji yang lebih mendalam.

1.4.2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian secara praktis sebagai sumbangan pemikiran bagi

pemerintah dalam mengambil kebijakan pembangunan di samping itu sebagai

penggugah masyarakat untuk berdemokrasi dengan baik dalam kehidupan

bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

Page 9: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP LANDASAN TEORI DAN MODEL

PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Dalam kajian pustaka ini akan dibahas atau dikemukakan hasil kajian/

penelitian yang berkaitan dengan demokrasi maupun bahasan tentang demokrasi

dalam literatur yang ada sepanjang pengetahuan penulis ada beberapa hasil

penelitian atau bahasan. Teori tentang budaya dan demokrasi yang berkaitan

dengan pendidikan atau kajian tentang demokrasi itu sendiri. Kajian atau tulisan–

tulisan tersebut antara lain seperti yang diuraikan berikut ini:

Tesis Arief Purnomo yang berjudul “Sikap Demokratis Siswa Sekolah

Menengah Umum di Yogyakarta” (1999). Tesis ini membahas tentang membina

dan pengembangan domokrasi di indonesia yang penekanannya ditekankan pada

generasi muda dalam hal- hal ini pada siswa SMU di Yogyakarta, pada kader-

kader masa depan bangsa, sikap demokrasi generasi muda harus benar – benar

memiliki sikap demokratis sehingga harus selalu dibina dikembangkan. Oleh

karenanya penelitian ini berusaha mendiskripsikan sikap demokratis siswa SMU

dan faktor–faktor yang berpengaruh terhadap terwujudnya sikap demokratis

tersebut. Baik dalam proses belajar mengajar maupun di luar sekolah penelitian

ini mensimpulkan bahwa sikap demokratis siswa akan muncul dalam proses

belajar mengajar di sekolah tergantung dari cara guru memposisikan siswa.

Page 10: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

10

Kesimpulan lainnya adalah : bahwa dalam kasus pemilihan ketua OSIS tanpak

adanya suatu upaya belajar bersikap demokrasi dari siswa. Selanjutnya sikap

demokratis siswa di pengaruhi oleh banyak faktor yang saling berkaitan seperti

guru, teman, orangtua, dan media masa unsur ini saling berinteraksi dalam pikiran

siswa yang menghasilkan sikap demokratis. Hasil penelitian ini bermanfaat bagi

sebagi perbandingan dan masukan yang pada dasarnya sama–sama mengambil

obyek–subyek demokrasi. Perbedaan dengan penelitian ini adalah bahwa

penelitian ini membahas tentang bagaimana pelaksaan pendidkan demokrasi pada

mata kuliah pendidikan kewarganegaraan (Dikwar) di perguruan tinggi.

Selain hasil penelitian di atas ada lagi hasil penelitian Saiful Munjani

berjudul “Muslim Demokrat Islam, Budaya Demokrasi dan Partisipasi Politik di

Indonesia Pasca Orde Baru” penelitian ini menemukan bahwa Islam didefinisikan

sebagai dua satuan ibadah: sunah dan wajib. Jaringan keterlibatan kewargaan,

identitas sosail islam dan orientasi politik islamis tidak memiliki hubungan negatif

yang berarti dengan unsur – unsur demokrasi. Namun demikian adanya islamis

yang intoleran bukanlah ancaman nyata terhadap stabilitas demokrasi karena

kalangan islamis yang intoleran cenderung merupakan partisipan politik pasif

bukan aktif. Tidak ada kaitan antara islamisme yang intoleran dengan aktifitas

protes yang berpotensi menjadi faktor yang mendestabilisasi sistem demokrasi.

Sebaliknya hampir semua unsur Islam mempunyai hubungan yang positif

dan signifikan dengan keterlibatan kewargaan yang bersifat sekuler, dengan

keterlibatan politik dan partisipasi politik. Oleh karena itu islam mendorong warga

Page 11: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

11

negara muslim terlibat aktif dalam politik dan aktifitas ini sejalan dengan sistem

demokrasi secara keseluruhan. Mereka yang berpartisipasi inilah dan kemudian

disebut sebagai : kaum “muslim demokrat”. Hasil penelitian ini juga bermanfaat

untuk menambah hasanah pengetahuan tentang demokrasi di indonesai di samping

pendamping sebagai pembanding dalam membahas penelitian ini.

Hasil penelitian lain yang mirip dengan penelitian ini adalah Tesis dari

“Nor ‘Anida Fateraniah berjudul “Nasionalisme Dalam Pembelajaran IPS Sejarah

SLTP Negeri 8 Yogyakarta”. Penelitian ini menangkap upaya penanaman

nasionalisme melalui pembelajaran IPS sejarah. Selain itu mengungkap faktor

pendorong dan penghambat dalam upaya penanaman nasionalisme pada siswa

serta sikap siswa dalam upaya penanaman sikap nasionalisme dalam pembelajaran

IPS sejarah penelitian ini memenyimpulkan antara lain: dalam proses

pembelajaran guru belum secara optimal menerapkan metode dan penggunaan

media yang berakibat pada kurang menariknya pembelajaran IPS sejarah.

Sedangkan faktor pendorong penanaman nasionalisme adalah kompentensi

personal sosial guru, lingkungan, dan mata pelajaran lain seperti PPKn. Sementara

faktor penghambatnya adalah penerapan metode dan media yang belum optimal

juga sikap siswa terhadap mata pelajaran IPS sejarah tersebut yang bukan menjadi

makna tapi masih bersifat menghafal. Hasil penelitian ini juga penulis gunakan

sebagai pembanding dalam menguraikan pelaksanaan Dikwar di perguruan tinggi.

Lain lagi dengan bahasan tentang demokrasi yang ditulis oleh Afan Gaffar

dalam bukunya yang berjudul Politik Indonesia Transisi Menuju Demokrasi

(2004). Buku ini membahas tentang demokrasi di Indonesia. Apakah yang

Page 12: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

12

dimaksud dengan demokrasi memahami makna demokrasi dengan mudah kita

melawankannya dengan istilah otoritaritarianisme totaliterisme, tirani dan

despotisme. Demokrasi memberi penghargaan yang tinggi kepada rakyat,

memberi peluang pada rakyat untuk berperan dalam diskursus pembuatan

kebijakan politik. Rakyat adalah kunci bagi demokrasi sedangkan istilah lain yang

dilawankannya dengannya menempatkan penguasa pada tempat utama.

Namun sebenarnya demokrasi tidak sesederhana itu. Demokrasi harus

dipahami dari dua dimensi yaitu dimensi normatif dan empirik. Pada dimensi

normatif dijelaskan apa yang sebenarnya secara ideal dari demokrasi. Sedangkan

pada demokrasi empirik, demokrasi membahas apa yang sesungguhnya terjadi

dalam kehidupan politik suatu negara, bagaimana bentuk normatif ideal tersebut

diwujudkan dalam kehidupan politik senyatanya sehari-hari. Seperti yang

diwujudkan dalam Pemilu yang bebas dan persaingan antar parpol berjalan

dengan wajar, memberi peluang bagi semua warga negara untuk menduduki

jabatan politik, memberikan kebebasan berbicara, berkumpul, menikmati hak

dasarnya sebagai manusia dan lain-lain. Akhirnya demokrasi diwujudkan dalam

kehidupan di mana rakyat bebas dari rasa takut.

Selanjutnya menguraikan tentang budaya politik bahwa nilai-nilai

universal dan normatif yang terkandung dalam demokrasi dalam implementasinya

akan berhadapan dengan nilai-nilai lokal. Oleh karena itu dalam perwujudannya

yang menyangkut style demokrasi dapat saja berbeda antara negara satu dengan

yang lainnya namun substansinya tetap sama. Dalam bab lain diuraikan tentang

kilas balik perjalanan demokrasi Indonesia dari kemerdekaan sampai orde baru

Page 13: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

13

kemudian menguraikan demokrasi dan masyarakat madani. Pada bab terakhir

memperlihatkan sebuah pesimisme tentang demokrasi Indonesia dan mencoba

mengajukan sebuah model alternatif yang diberi istilah “demokrasi yang tidak

wajar” adalah sebuah model yang diterapkan di negara-negara Skandinavia dan

Amerika Latin. Model demokrasi ini tetap merupakan demokrasi hanya saja tidak

sempurna karena kondisi sosial ekonomi belum menopang. Ketidakwajarannya

adalah menyangkut kemungkinan rotasi kekuasaan yang sangat terbatas tapi

dimensi-dimensi lain dari demokrasi dapat diwujudkan. Bagaimana pun juga

perkembangan demokrasi selanjutnya sangat tergantung pada dinamika sosial

yang ada dalam masyarakat. Model ini bukan sesuatu yang final tapi masih

bersifat transisional.

Berkaitan dengan praktik demokrasi di Indonesia Maswadi Rauf dalam

kata pengantarnya “Kemajuan Masyarakat dan Demokratisasi” pada buku

Pengkhianatan Demokrasi Ala Orde Baru oleh Eep Saefullah Fatah (2000)

mengatakan bahwa keberhasilan pembangunan berdampak pada demokratisasi.

Pembangunan nasional Indonesia telah meletakkan dasar yang kuat bagi kemajuan

bangsa Indonesia. Akibatnya pembangunan masyarakat Indonesia juga

menyaksikan banyaknya warga negara yang “melek huruf” sehingga akan

memperluas pengetahuan dan cakrawala berpikirnya. Dengan demikian

masyarakat cenderung semakin vokal dalam menyampaikan tuntutan mereka

(2000:xv-xvi).

Perkembangan komtemporer telah menunjukkan bahwa masyarakat

mempunyai kedudukan yang amat kuat dalam berhadapan dengan pemerintah

Page 14: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

14

sehingga protes masyarakat semakin tidak bisa diabaikan oleh pejabat pemerintah.

Penyelesaian kompromis yang menampung aspirasi rakyat adalah cara terbaik

dalam mencari solusinya. Dengan demikian dapat dikatakan satu-satunya cara

untuk mengatasi dampak politik dari kemajuan masyarakat Indonesia adalah

demokratisasi yakni menerapkan kaidah-kaidah demokrasi dalam setiap kegiatan

politik dan lain-lain. Tujuannya adalah terbentuknya kehidupan politik yang

bercirikan demokrasi sehingga demokrasi sangat perlu dikembangkan di

Indonesia dalam hal ini pengembangan sikap dan perilaku pemerintah serta

masyarakat yang lebih luas (2000:xvii-xix).

Untuk mengembangkan dan membina sikap dan perilaku demokratis

tersebut salah satu caranya adalah melalui jalur pendidikan. Zamroni dalam

bukunya berjudul Pendidikan dan Demokrasi dalam Transisi membahas tentang

Nilai-Nilai Demokrasi dan Pendidikan berkaitan dengan globalisasi.

Buku tersebut diawali dengan membahas apa dan mengapa masyarakat

informasi yaitu suatu bentuk baru masyarakat yang melahirkan nilai-nilai, sikap

dan perilaku baru masyarakat. Kemudian diikuti pembahasan masalah kultur yang

diyakini memiliki dampak yang besar terhadap kehidupan masyarakat dengan

segala sistem yang menyertainya. Berikutnya membahas posisi pendidikan dan

demokrasi pada masa kini yang merupakan masa transisi dari suatu bentuk dan

sistem pemerintahan otoriter menuju sistem demokrasi yang liberal dalam waktu

yang relatif singkat. Pendidikan tidak bisa terlepas dari sistem dan pemerintahan

yang ada. Dalam kaitan dengan demokrasi maka pemahaman pendidikan

Page 15: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

15

pluralitas amat penting. Untuk itu perlu pengkajian ulang pendidikan khususnya

pendidikan demokrasi.

Bagaimana demokrasi diharapkan akan dapat mengantarkan masyarakat

menuju masyarakat madani. Bagaimana upaya menjadikan pendidikan sebagai

sarana untuk mempercepat proses mewujudkan masyarakat madani, masyarakat

sipil pada rekayasa proses pendidikan menjadi piranti mempercepat terwujudnya

masyarakat madani tersebut peran civic education atau pendidikan

kewarganegaraan menjadi sangat penting. Secara lebih khusus pendidikan

kewarganegaraan dirancang dengan globalisasi pada tingkat perguruan tinggi.

Untuk dapat memahami pokok masalah dalam penelitian ini perlu

dijelaskan beberapa konsep yang digunakan yaitu :

2.2. Konsep

2.2.1 Pendidikan Kewarganegaraan (Dikwar)

Berbicara tentang Pendidikan Kewarganegaraan (Pendidikan

Kewarganegaraan) bukanlah merupakan sesuatu yang asing atau baru. Pendidikan

Kewarganegaraan sebenarnya telah dilakukan dan dikembangkan di setiap negara

di seluruh dunia. Mata kuliah tersebut dinamakan atau diberi istilah dengan

bermacam-macam di dunia, seperti Civic Education, Citizenship Education, dan

bahkan ada yang menyebut dengan Democracy Education. Mata kuliah ini

memiliki peran yang strategis dalam mempersiapkan warga negara yang cerdas,

bertanggung jawab, dan berkadaban. Berdasarkan rumusan “Civic International”

(1995) disepakati bahwa pendidikan demokrasi penting untuk pertumbuhan Civic

Page 16: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

16

Culture, untuk keberhasilan pengembangan dan pemeliharaan pemerintahan

demokrasi (Mansoer, 2006).

Dikwar merupakan salah satu komponen dari kelompok mata kuliah

pengembangan kepribadian (MKPK) yang wajib diberikan pada seluruh pada

seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Komponen lain dalam kelompok MKPK

adalah pendidikan pancasila dan pendidikan agama. Dikwar menitikberatkan pada

kemampuan penalaran ilmiah yang kognitif dan afektif serta menumbuhkan

kesadaran berbangsa dan bernegara secara rasional dan untuk meyakini kebenaran

serta ketetapatan konsepsi bela negara dalam aplikasi pandangan hidup bangsa

(Noor MS Bachry, 2004: iii).

Secara bahasa istilah Civic Education oleh sebahagian pakar

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi Pendidikan Kewargaan dan

Pendidikan Kewarganegaraan. Bagi Azyuimardi Azra dan tim ICCE (Indonesian

Centre of Civic Education) menyebutnya dengan istilah Pendidikan Kewargaan.

Sedangkan menurut pakr yang lain seperti Zamroni, M. Nu’man Soemantri,

Marphin Panjaitan, TIM CICEO (Centre for Indonesian Civic Education),

Soedijarto, dll, menyebutkan dengan istilah Pendidikan Kewarganegaraan.

Menurut UU no. 2 Tahun 1989 tentang Sisdiknas pada pasal 39(2)

dinyatakan bahwa setiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan wajib memuat

Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan.

Materi pokok Pendidikan Kewarganegaraan adalah hubungan antara warga negara

dengan negara serta Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN). Di Perguruan

Tinggi Pendidikan Kewarganegaraan ini dikenal dengan nama Pendidikan

Page 17: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

17

Kewiraan (Dikwir) yang lebih menekankan pada aspek (PPBN). Pada tahun 2000,

diadakan penyempurnaan kurikulum nasional dimana materi Pendidikan

Kewiraan di samping membahas materi PPBN juga ditambah dengan pembahasan

materi tentang hubungan antara warga negara dengan negara. Sebutan Dikwir

kemudian diganti dengan Pendidikan kewarganegaraan (Pendidikan

Kewarganegaraan). Kemudian menurut SK Dirjen Dikti No. 267/Dikti/2000, mata

kuliah Pendidikan Kewarganegaraan serta PPBN merupakan salah satu komponen

yang tidak dapat dipisahkan dari kelompok Mata Kuliah Pengembangan

Kepribadian (MKPK) dalam suasana kurikulum inti perguruan tinggi di

Indonesia.

Dari paparan di atas dapat ditarik suatu pengertian bahwa pendidikan

kewarganegaraan pada hakikatnya adalah merupakan mata kuliah (studi) tentang

hubungan antara warga negara dengan negara dan sesama warga negara, sebagai

bekal mahasiswa/peserta didik menjadi warga negara yang baik atau handal.

Sebagai bidang studi ilmiah pendidikan kewarganegaraan bersifat inter

disipliner (antar bidang) bukan mono disipliner karena dalam Pendidikan

Kewarganegaraan dibangun dari kumpulan pengetahuan yang di ambil dari

berbagai disiplin ilmu, oleh karena itu upaya pembahasan dan pengembangannya

memerlukan sumbangan dari berbagai disiplin ilmu yang meliputi ilmu politik,

ilmu hukum, ilmu filsafat, ilmu sosiologi, ilmu ekonomi pembangunan, ilmu

administrasi negara, ilmu sejarah bangsa dan ilmu budaya. (H. Kaelan: 2007:4)

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan pada dasarnya adalah bagaimana

menjadikan warga negara yang baik yang mampu mendukung bangsa dan negara.

Page 18: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

18

Dengan kata lain bagaimana pendidikan kewarganegaraan dalam

“mewarganegarakan” individu atau orang-orang yang hidup dalam suatu negara.

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan menurut SK DIRJEN DIKTI

no.207/DIKTI/KEP/2000 mencakup: Tujuan utama, Tujuan ilmu dan khusus.

Tujuan Utamanya adalah : untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran

bernegara serta membentuk sikap dan prilaku cita tanah air yang bersendikan

budaya bangsa. Sedangkan secara ilmu Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan

memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar kepada mahasiswa mengenai

hubungan yang berkenaan dengan hubungan antara warga negara dengan negara

serta pendidikan pendahuluan bela negara (PPBN) sebagai bekal menjadi warga

negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara Republik Indonesia.

Kemudian secara khusus Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk :

1. Agar mahasiswa paham dan mampu melaksanakan hak dan kewajiban

secara jujur, santun dan aktratis serta ikhlas. Sebagai warga negara

Indonesia yang terdidik dan bertanggung jawabpada bangsa dan negara RI;

2. Agar mahasiswa dapat memahami dan menguasai beragam masalah dasar

dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara serta dapat

mengatasinya dengan pemikiran kritis dan bertanggung jawab berdasarkan

pancasila ketahanan nasional (Tannas) dan wawasan nusantara

(Wasantara);

3. Agar mahasiswa memiliki sikap dan prilaku sesuai engan nilai-nilai

perjuangan, cinta tanah air, serta rela berkorban bagi nusa, bangsa dan

negara.

Page 19: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

19

Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan seperti tersebut di atas diperbaharui

lagi menurut SK DIRJEN DIKTI no.43/DIKTI/Kep/2006. tentang rambu-rambu

pelaksanaan kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian di perguruan

tinggi. Hal ini dirumuskan dalam visi dan misi Pendidikan Kewarganegaraan.

Visi Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi adalah merupakan

sumber nilai dan pedoman penyelenggaraan dan pengembangan program studi

guna mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia

Indonesia seutuhnya. Hal ini berdasarkan pada suatu realitas yang harus dihadapi

bahwa mahasiswa adalah sebagai generasi bangsa yang harus memiliki visi

intelektual, religius, berkeadaban, berkemanusiaan, dan cinta tanah air dan

bangsanya, sedangkan Misi Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi

adalah membantu mahasiswa memantapkan kepribadiannya agar secara konsisten

mampu mewujudkan nilai-nilai dasar pancasila, rasa kebangsaan dan cinta tanah

air dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan

teknologi dan seni (IPTEKS) dengan rasa tanggung jawab dan bermoral

(Kaelan:2007:2)

Sebagai mata kuliah yang nomerklaturnya didahului dengan kata

“pendidikan”, maka Pendidikan Kewarganegaraan senantiasa mementingkan

terbentuknya sikap dan atau prilaku. Sehingga fokus utama penerapan tujuan

pembelajarannya adalah pada dimensi afektif dan atau psikomotor. Oleh karena

itu Pendidikan Kewarganegaraan secara umum hendak mengembangkan/membina

mahasiswa menjadi warga negara Indonesia yang baik dengan tidak meninggalkan

aspek akademik sebagai kajian yanag besifat ilmiah.

Page 20: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

20

Sejalan dengan pengembangan dan penerapan kurikulum yang berbasis

kompetensi di perguruan tinggi, maka mahasiswa juga harus memiliki tiga ranah,

yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor dengan mempertimbangkan ciri khusus

dalam Pendidikan Kewarganegaraan lulusan yang telah menempuh mata kuliah

ini diharapkan memiliki kompetensi:

1) CIVIC KNOWLEDGE, yaitu kompetensi yang berkaitan dengan

pengetahuan yang berhubungan dengan keilmuan kewarganegaraan,

seperti teori tentang negara, terbentuknya masyarakat, identitas nasional,

demokrasi, HAM, dan lain sebagainya

2) CIVIC SKILL, yaitu kompetensi yang menyangkut kemampuan atau

keterampilan untuk memasuki masyarakat selaku warga negara yang baik

seperti keikutsertaannya dalam kegiatan kemasyarakatan baik secara

intelektual atau prilaku (behaviour)

3) CIVIC DISPOSITION, yaitu terbentuknya watak mahasiswa yang

bersumber pada kepribadian bangsa atau jati diri bangsa (Majelis Dikti

Litbang PP Muhamadiyah 2005:4)

Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan

yang berhasil adalah akan membuahkan sikap mental yang cerdas penuh tanggung

jawab dari peserta didik dengan sikap dan prilaku yang bertaqwa kepda Tuhan

Yang Maha Esa, menghayati nilai falsafah bangsa, berbudi luhur, berdisiplin,

nasional, dinamis, sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara,

profesional, sadar untuk bela negara, serta cinta tanah air dalam melaksanakan

profesi masing-masing. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dalam

Page 21: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

21

mengisi kemerdekaan dan menghadapi pengaruh global, setiap warga negara RI

pada umumnya dan mahsiswa sebagai calon sarjana/ilmuwan pada khususnya

harus tetap pada jati dirinya yang berjiwa patriotik dan cinta tanah air. Dalam

perjuangan non fisik mahasiswa harus tetap memegang teguh nilai-nilai tersebut

di atas pada senua aspek kehidupan.

Dalam tesis ini akan meneliti bagaimana pelaksanaan Dikwar pada

perguruan tinggi di Mataram. Pelaksanaan yang dimaksud adalah segala hal yang

terkait dengan Dikwar seperti kebijakan, dosen, mahasiswa, materi kuliah, dan

fasilitas pendukung yang lainnya.

2.2.2 Demokrasi

Konsep demokrasi lahir dari tradisi pemikiran bangsa Yunani sekitar abad

ke-4 SM negara dan hukum. Demokrasi adalah suatu bentuk kekuasaan rakyat.

Berdasarkan konsep ini kekuasaan menyiratkan tentang makna politik dan

pemerintahan dan rakyat atau warga masyarakat diartikan sebagiai warganegara.

Demokrasi yang dipraktekkan pada masa itu adalah demokrasi langsung artinya

hak rakuntuk membuat keputusan politik dijalankan secara Langsung tanpa

perwakilan oleh sewluruh rakyat atau warga negara. Hal ini dapat dilakukan

karena Yunani pada waktu itu berupa Negara Kota (Polis) yang penduduknya

relatif sedikit atau terbatas pada sebuah kota dan sekitarnya.

Kata Demokrasi dari segi pengertiannya dapat ditinjau dari dua pengertian

yaitu pengertian secara etimologis dan secara terminologis. Bila ditinjau dari segi

etimologis maka kata demokrasi ini berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari

Page 22: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

22

dua kata yaitu ”demos” berarti rakyat dan ”cratos” berarti kekuasaan atau

pemerintahan . Jadi bila digabung kedua kata ”demos + \cratos” menjadi

”demokrasi” yang memiliki arti pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat dan

selanjutnya dimaknai Sistim Pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat.

Sedangkan pengertian demokrasi secara terminologi banyak sekali

pengertian atau definisi yang dikemukakan oleh para ahli politik. Masing-masing

ahli memberikan pengertian/atau definisi dari sudut pandang yang berbeda.

Berikut ini beberapa definisi tentang demokrasi:

1) Henry B. Mayo

Demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem yang

menunjukkan bahwa kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas

oleh wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-

pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan

diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik .

2) C. F. Strong

Suatu sistem pemerintahan dalam mana mayoritas anggota dewasa dari

masyarakat politik ikut serta atas dasar sistem perwakilan yang menjamin

bahwa pemerintah akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-tindakan

kepada mayoritas itu.

3) Samuel Hatington

Sistem politik sebagai demokratis sejauh para pembuat keputusan kolektif

yang paling kuat dalamsistem itu dipilih melalui pemilihan umum yang

adil, jujur dan berkala dan didalam sistenm itu para calon bebas bersaing

Page 23: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

23

untuk memperoleh suara dan hampir semua penduduk dewasa berhak

memberikan suara.

4) Sidney Hook

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimama keputusan-keputusan

pemerintah yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan

pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat

dewasa.

5) Philippe C.Schmitter

Demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah

dimintai tanggungjawab atas tindakan –tindakan mereka di wilayah publik

oleh warga negara, yang bertindak secara tidak langsung melalui

kompetisi dan kerjaa dengan para wakil mereka yang telah terpilih.

6) Harris Soche

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan rakyat, karena itu kekuasaan

pemerintahan itu melekat pada diri rakyat, diri orang banyak dan

merupakan hak bagi rakyat atau orang banyak untuk mengatur,

mempertahankan dan melindungi dirinya dari paksaan dan pemerkosaan

orang lain atau badan yang diserahi untuk memerintah.

7) Abraham Lincoln (1863)

Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat

(Democracy is government from the people , by the people and for the

people ).

Page 24: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

24

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hakekat

demokrasi adalah peran utama rakyat dalam proses sosial politik Dalam

demokrasi bkekuasaan pemerintahan di negara itu berada di tangan rakyat. Rakyat

adalah pemegang kekuasan tertinggi di Negara tersebut. Jadi pemerintahan yang

menempatkan rakyat sebagi pemegangkekuasaan tertnggi disebut pemerintahan

yang demokratis.

Pengertian demokrasi yang paling popular adalah pengertian yang

dikemukakan oleh mantan Presiden Amerika Serikat Abraham Lincoln tahun

1863 yaitu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Pemerinthan

dari rakyat berate pemerintahannegara yang bersangkutan mendapat mandate dari

rakyat untuk menyelenggarakan pemerintahan. Sedangkan pemerintahan oleh

rakyat berarti pemerintahan Negara yang bersangkutan dijalankan oleh rakyat.

Kemudian pemerintahan untuk rakyat berarti pemerintahan menghasilkan dan

menjalankan kebijakan–kebijakan yang diarahkan untuk kepentingan dan

kesejahteraan rakyat.

Dalam penelitian ini akan membahas bagaimana Pendidikan

Kewarganegaraan dilaksanakan dalam konteks pembinaan kehidupan demokrasi

pada Perguruan Tinggi di Mataram.

Demokrasi menurut UUD 1945

Sejak disahkannya UUD 1945 maka sistem demokrasi yang dianut atau

dijalankan di Indonesia adalah demokrasi berdasarkan UUD 1945 yang bersumber

Page 25: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

25

pada nilai ideologi bangsa yaitu Pancasila. Sehingga demokrasi Indonesia dikenal

dengan istilah Demokrasi Pancasila.

Nilai-nilai demokrasi yang terjabar dari nilai-nilai Pancasila dalam UUD 1945

adalah sebagai berikut :

a. Kedaulatan Rakyat

Hal ini didasarkan Pembukaan UUD 1945 alinea IV yaitu ”............

yang terbentuk dalam Susunan Negara Republik Indonesia yang

berkedaulatan rakyat ..........” Kedaulatan rakyat adalah merupakan

substansi demokrasi.

b. Republik

Negara Indonesia adalah negara yang bentuk pemerintahannya

Republik yang berarti negara untuk kepentingan umum dan rakyat.

Hal ini didasarkan pada Pembukaan UUD 1945 alinea IV yaitu

”.............yang terbentuk dalam Suatu Susunan Negara Republik

Indonesia.

c. Negara berdasarkan Hukum

Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1 ayat 3 ”Negara

Indonesia adalah negara hukum” Negara hukum Indonesia menganut

hukum dalam arti luas atau material yaitu melindungi segenap

bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia (Pembukaan

UUD 1945 alinea IV).

Page 26: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

26

d. Pemerintahan berdasarkan Konstitusi

Hal ini berdasarkan kalimat ”............. maka disusunlah kemerdekaan

kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara

Indonesia, ..............” UUD adalah konstitusi negara.

e. Sistem Pemerintahan Rakyat

Hal ini berdasarkan sila ke empat Pancasila : ”Kerakyatan yang

dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/

Perwakilan.

f. Prinsip Musyawarah

Berdasarkan sila ke empat Pancasila : ”Kerakyatan yang dipimpin

oleh Hikmat Kebijaksanaan dan Permusyawaratan/Perwakilan

g. Prinsip Ketuhanan/Religius

Bahwa demokrasi yang dijalankan harus dapat

dipertanggungjawabkan di samping secara reel kepada rakyat dan

juga secara moral kepada Tuhan.

2.2.3 Pembinaan Kehidupan Demokrasi

Menurut pengamatan dan telaah para pakar politik dan negara paling tidak

ada dua alasan mengapa kajian tentang demokrasi itu amat penting artinya bila

dihubungkan dengan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Alsan

Page 27: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

27

pertama adalah bahwa hampir semua negra di dunia ini telah menjadikan

demokrasi sebagai azas fondamental dalam kehidupan bernegara. Hal ini

ditunjukan dari hasil studi UNESCO pada awal tahun 1950an yang

mengumpulkan lebih dari 100 sarjana Barat dan Timur. Sementara di negara-

negara demokrasi itu pemberian peranan pada negara dan masyarakat hidup dalam

porsi yang berbeda-beda walaupun sama-sama berazas demokrasi. Alasan kedua ,

demok rasi sebagi azas kenegaraan secara esensial telah memberikan arah bagi

peranan masyarakat untuk menyelenggarakan negara sebagai sebagai organisasi

tertingginya tetapi ternyata demokrasi berjalan dalam jalur yang berbeda-beda

(Amin Rais, 1995:1). Dengan alasan tersebut dapat dikatakan bahwa asas

demokrasi hampir sepenuhnya disepakati sebagi model terbaik bagi dsar

penyelenggaraan suatu negara walaupun secara riil dalam penyelenggaraannya

diberbagai negara memberikan implikasi yang berbeda-beda.

Penerapan Demokrasi dalam sistem pemerintahan suatu negara

yang berbeda –beda akan melahirkan sistem berbeda-beda pula seperti:( 1 ).

Sistem Presidensial yang mensejajarkan antara parlemen dan prsiden dengsn

memberi dua kedudukan kepada presiden yakni sebagai kepala negara dan sebagai

kepala pemerintahan. ( 2 ). Sistem Parlementer yang meletakkan pemerintahan

dipimpin oleh Perdana Menteri yang hanya berkedudukan sebagai kepala

poemerintahan , dan bukan sebagai kepala negara.Sedangkan kepala negaranya

bisa diduduki oleh seorang raja/(/ratu ) atau presiden yang hanya sebagai simbol

kedaultan dan persatuan negara. ( 3 ) Sistem Referandum yang meletakkan

pemerintah sebagai bagian (badan pekerja) dari parlemen, dibeberapa negara ada

Page 28: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

28

yang menggunakan sistem campuran antara sistem presidensial dengan sistem

parlemen (Kaelan; 2007: 54 ).

Pada masa-masa awal perkembangan demokrasi difahami sebagai salah

satu bentuk pemerintahan. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan

pemikiran umat manusia serta perkembangan ilmu dan teknologi demokrasi

difahami lebih luas lagi. Sekarang demokrasi bukan saja sebagai bentuk

pemerintahan tetapi sebagai sistem politik bahkan sebagai sistem ekonomi.

Pada masa sekarang tidak semata difahami sebagai suatu bentuk

pemerintahan akan tetapi sebagai sistem politik pengertiannya lebih luas dari

bentuk pemerintahan. Bahkan luas lagi sampai pada sistem ekonomi. Menurut

Samuel Huntington (2001 : 30). Sistem politik yang demokratis adalah dimana

pembuat keputusan kolektif yang paling kuat adalah yang dipilih melalui Pemilu

yang adil dan jujur dan berkala yang para calonnya bebas bersaing untuk

memperoleh suara dari rakyat yang berhak memberikan suara.

Sistem politik demokrasi tidak datang tumbuh dan berkembang dengan

sendirinya. Namun membutuhkan usaha nyata dari setiap warga negara maupun

penyelenggara negara dalam bentuk prilaku yang demokratis. Untuk itu

diperlukan pendidikan tentang demokrasi yang sungguh-sungguh.

Demokrasi yang telah menjadi prinsip dalam pemerintahan dan sistem

pemerintahan Indonesia sangat penting dibina agar memasyarakat pada warga

negara Indonesia melalui pendidikan. Hal ini sesuai pula dengan pendapat Prof.

Zamroni, PhD yang menyatakan bahwa upaya membangun masyarakat yang

demokratis harus diiringi dengan membangun struktur sosial politik dan kultur

Page 29: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

29

yang demokratis. Untuk itu pendidikan kiranya merupakan suatu instrumen untuk

membangun kultur demokrasi dan Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan

tinggi merupakan salah satu bentuk untuk itu. (Asykuri Ibnu Chanim, 2003. VII).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa demokrasi tidak hanya memerlukan

institusi, hukum aturan ataupun lembaga-lembaga negara yang lain. Demokrasi

sejati memerlukan sikap dan prilaku hidup dari masyarakat pendukungnya. Oleh

karenanya pendidikan merupakan bagian yang penting dalam membina warga

negara yang demokratis.

Untuk dapat berkembang dan berjalannya demokrasi pada suatu negara

tidak hanya memerlukan institusi, hukum, aturan ataupun lembaga negara.

Demokrasi sejati memerlukan sikap dan prilaku masyarakatnya di samping

lembaganya. Tersedianya kondisi seperti ini membutuhkan waktu yang lama,

berat dan sulit. Oleh karena itu secara substantif berdimensi jangka panjang guna

mewujudkan masyarakat atau kehidupan demokratis pendidikan demokrasi

mutlak diperlukan. Karena pendidikan demokrasi pada hakekatnya merupakan

pengenalan dan mensosialisasikan nilai-nilai demokrasi agar dapat diterima dan

dijalankan serta dapat ditegakkan dalam kehidupan berbangsa bermasyarakat dan

bernegara oleh warga negara.

Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pendidikan demokrasi

bertujuan mempersiapkan warga masyarakat berprilaku dan bertindak demokratis

melalui penanaman pengetahuan, kesadaran untuk dapat melaksanakan nilai-nilai

demokrasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Zamroni (2001 : 165) menyatakan

bahwa pengetahuan dan kesadaran akan nilai-nilai demokrasi itu meliputi tiga hal

Page 30: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

30

yaitu : (1) kesadaran bahwa demokrasi adalah pola kehidupan yang paling

menjamin hak-hak warga masyarakat itu sendiri dan merupakan pilihan terbaik

tentang pola hidup bernegara ; (2) demokrasi adalah merupakan sebuah learning

proses yang lama dan tidak sekedar meniru dari masyarakat lain ; (3)

kelangsungan demokrasi tergantung pada keberhasilan mentranspormasikan nilai–

nilai demokrasi pada masyarakat.

2.2.4 Perguruan Tinggi di Mataram

Yang dimaksud perguruan tinggi di sini adalah lembaga yang sesuai

dengan ketentuan yang terdapat dalam UU RI No. 20 tahun 2003 tentang

SisDiknas pada bagian keempat khususnya pasal 19 (1), 20 (1) yaitu bahwa

perguruan tinggi menyelenggarakan pendidikan tinggi yang merupakan jenjang

pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan

diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor. Perguruan tinggi dapat berbentuk

akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas.

Perguruan tinggi dalam penelitian ini merupakan tempat atau lokasi

penelitian yang ada di kota Mataram. Perguruan tinggi di kota Mataram ada yang

berstatus negeri dan swasta. Dikwar diberikan pada semua perguruan tinggi sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

Page 31: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

31

2.2.5 Kajian Budaya

Kajian Budaya menurut Chris Barker (2005, 45) adalah bidang yang

majemuk berisi berbagai perspektif yang saling bersaing melalui produksi teori,

berusaha mengintervensi politik kebudayaan. Kajian Budaya mempelajari

kebudayaan sebagai praktik pemaknaan dalam konteks kekuasaan sosial. Kajian

Budaya dengan metode eklektis menegaskan posisionalitas semua pengetahuan

termasuk dirinya sendiri. Ide kunci dalam Kajian Budaya adalah budaya praktek

pemaknaan representasi wacana kekuasaan artikulasi teks pembaca dan konsumsi.

Kajian Budaya adalah bidang penyelidikan inter displiner yang mempelajari

produksi dan penanaman peta-peta makna. Kajian Budaya juga merupakan projek

yang menarik dan cair yang menunjukkan pada kita tentang dunia yang sedang

berubah dengan harapan kita dapat memperbaikinya.

Selanjutnya Bennet (Chris Barker: 2005, 8-9) menawarkan elemen dari

definisi kajian budaya yaitu (1) kajian budaya adalah bidang inter disipliner yang

secara selektif mengadopsi beberapa perspektif dari berbagai disiplin lain untuk

meneliti hubungan antara kebudayaan dan politik; (2) kajian budaya tertarik pada

segala macam praktik lembaga dan sistem klasifikasi yang memungkinkan

ditanamkannya nilai keyakinan kompetensi rutinitas hidup dan bentuk-bentuk

perilaku khas yang menjadi kebiasaan pada suatu populasi; (3) kajian budaya

mengekplorasi berbagai macam bentuk kekuasaan termasuk gender, klas,

kolonialisme dan lain-lain; (4) kajian budaya mempelajari bentuk kekuasaan

saling berhubungan mengembangkan cara-cara untuk memahami budaya dan

kekuasaan yang digunakan oleh mereka yang menjadi agen dalam upaya

Page 32: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

32

melakukan perubahan; (5) wilayah institusional kajian budaya adalah lembaga

pendidikan tinggi dalam hal ini kajian budaya punya kesamaan dengan bidang-

bidang disiplin akademik lain; (6) kajian budaya berusaha menjalin koneksi di

luar wilayah akademik dengan gerakan sosial politik, para pekerja di lembaga-

lembaga kebudayaan serta manajemen kebudayaan.

Berdasarkan definisi dan konsep tersebut di atas maka kajian budaya

adalah bidang yang sangat majemuk dan bersifat multidisipliner dalam

memberikan makna dan pemaknaan terhadap perkembangan iptek. Kajian budaya

yang dimaksud dalam konsep ini adalah pelaksanaan pendidikan demokrasi dalam

mata kuliah Dikwar yang berorientasi pada nilai-nilai dan norma lokal yang dapat

dikembangkan ke dalam disiplin ilmu. Dengan demikian pembelajaran demokrasi

pada pelaksanaan Dikwar dapat didekatkan pada mata kuliah lainnya.

Potensi yang dimiliki oleh masyarakat lokal untuk dikembangkan dan

diajarkan pada mahasiswa merupakan bidang kajian budaya. Hal ini disebabkan

bahwa kajian budaya berusaha menggali, membela dan melestarikan nilai-nilai

budaya dan tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Nilai-nilai tersebut

dikembangkan ke dalam bentuk pendidikan demokrasi pada pelaksanaan Dikwar

di perguruan tinggi dalam perspektif kajian budaya.

2.3. Landasan Teori

Dalam upaya membahas masalah yang diajukan dalam penelitian ini

digunakan beberapa teori sebagai pijakan teoritis.

Page 33: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

33

2.3.1 Teori Dekonstruksi

Teori dekonstruksi menurut Derrida adalah sebuah makna yang

mengalami penambahan, pergantian, dan memiliki potensi untuk terus mengalami

perubahan secara terbatas dan juga beroperasinya kekuasaan dalam praktek sosial.

Menurut Agger (2003) dalam bukunya Teori Sosial Kritis mengatakan bahwa

teori dekonstruksi merupakan teori yang membedakan keadaan masa lalu dengan

masa kini melalui suatu peristiwa yang ditandai dengan adanya dominasi,

ekploitasi, dan dekonstruksi terhadap gejala yang telah, sedang, maupun yang

akan terjadi.

Teori ini dipakai untuk membahas pelaksanaan pendidikan demokrasi

pada Dikwar di perguruan tinggi dalam hal ini akan melihat keberadaan sarana

prasarana kurikulum tenaga pengajar dan kebijakan dalam pelaksanaan Dikwar.

Terkait dengan pelaksanaan pembelajaran Dikwar pada perguruan tinggi

tampaknya kebijakan pemerintah mendominasi. Selain itu inovasi yang dilakukan

pendidik sangat minim. Hal ini disebabkan oleh kebijakan yang sentralistik dan

tidak boleh keluar dari rambu-rambu yang ditetapkan.

2.3.2. Teori Sosial Multikultural

Teori ini dikemukakan oleh Ritzer dan Rogers yang memiliki tipologi

sebagai berikut bahwa teori ini (1) menolak universalistik yang cenderung

membela yang kuat; (2) Teori ini bebas nilai; (3) bersifat terbuka; (4) membela

yang lemah; (4) tak membedakan narasi; (6) bersifat kritis ; (7) mengakui bahwa

Page 34: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

34

karya mereka dibatasi oleh sejarah tertentu baik dalam konteks kultur maupun

sosial tertentu. Teori ini digunakan untuk membedah masalah yang berpengaruh

terhadap pelaksanaan Dikwar. Pelaksanaan Dikwar dipengaruhi oleh beberapa

aspek antara lain aspek ekonomi, politik, hukum, sosial budaya. Terlebih saat ini

otonomi daerah dalam pendidikan dapat juga berpengaruh dalam pelaksanaan

Dikwar.

2.3.3. Teori Komunikasi

Komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi

seseorang dalam hidup bermasyarakat. Hal yang mendorong manusia

berkomunikasi dengan manusia lain adalah kebutuhan untuk mempertahankan

kelangsungan hidupnya dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan

lingkungannya. Sementara menurut Harold D Lasswell menyebutkan ada tiga

fungsi dasar perlunya manusia berkomunikasi yaitu : (1) Hasrat manusia untuk

mengontrol lingkungannya. Melalui komunikasi manusia dapat mengetahui

peluang yang ada untuk dimanfaatkan, dipelihara atau dihindarkan di sekitar

lingkungannya; (2) Upaya manusia untuk dapat beradaptasi dengan

lingkungannya dan (3) Upaya untuk melakukan transpormasi warisan sosialisai

(Cangara, 2005 : 2). Jadi dengan demikian dapat dikatakan bahwa komunikasi

tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia baik sebagai individu maupun

masyarakat. Komunikasi diperlukan untuk mengatur tatakrama pergaulan antar

manusia.

Dalam penelitian ini teori komunikasi digunakan untuk menganalisis

semua elemen pelaku dan bentuk komunikasi serta proses yang terjadi dalam

Page 35: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

35

pengajaran Dikwar (Demokrasi) pada perguruan tinggi di Mataram. Elemen-

elemen tersebut berupa kurikulum yang meliputi jenis, materi, target dan fasilitas

belajar mengajar seperti, buku, perpustakaan, Lab. dsb. Pelaku komunikasi

mencakup dosen, mahasiswa, pejabat perguruan tinggi dalam kompetensinya

masing-masing. Selanjutnya, yang terkait dengan proses dan efek komunikasi

yang terjadi dalam pengajarn Dikwar, seperti proses belajar mengajar, materi

pelajaran, metode dan sistem evaluasi, target dan penggunaan fasilitas belajar

mengajar.

Page 36: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

36

2.4. Model Penelitian

Gambar 1 :

Sistem Pendidikan Nasional

Pelaksanaan Dikwar pada 3 Perguruan Tinggi

di Mataram

Faktor yang mempengaruhi

Pelaksanaan Dikwar pada 3 PT di Kota

Mataram

Makna Pelaksanaan Dikwar dalam Konteks Pembinaan kehidupan

demokrasi pada 3 PT di Kota Mataram

- Kurikulum - Sarana - Dosen

- Globalisasi - Ideologi - Politik - Sosial

Budaya

Pelaksanaan Dikwar pada 3 PT di Kota

Mataram

EKSTERN

INTERN

UUD 1945

Page 37: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

37

Keterangan Model Penelitian :

Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) adalah merupakan penjabaran Pasal

31 UUD 1945. Pada pasal 37 ayat 3 UUSPN dinyatakan bahwa kurikulum

pendidikan tinggi wajib memuat Pendidikan Agama, Pendidikan

Kewarganegaraan dan Bahasa. Salah satu implementasi UU no. 20 tahun 2003

tentang Sisdiknas adalah penyelenggaraan Pendidikan Kewarganegaraan

(Dikwar) pada perguruan tinggi termasuk perguruan tinggi yang berada di

Kota Mataram. Dalam pelaksanaan/penyelenggaraan Pendidikan

Kewarganegaraan dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern. Faktor

intern adalah faktor yang mempengaruhi berasal dari dalam perguruan tinggi

masing-masing yang terdiri dari kuriklum yang digunakan sarana prasarana

penunjang, dosen yang mengajar dan waktu belajar. Di lain pihak pelaksanaan

dikwar ekstern yang terdiri dari faktor Globalisasi, Ideologi, Politik, Sosial

Budaya Bangsa.

Dalam kurikulum Dikwar terbaru (SK Dirjen Dikti Diknas No.

43/Dikti/Kep/2006) dicantumkan tentang Pendidikan Demokrasi.

Penyelenggaraan Dikwar (demokrasi) pada perspektif kajian budaya di

Perguruan Tinggi perlu/mendesak dilaksanakan, terlebih paradigma baru

pendidikan yang berorientasi pada kearifan lokal dengan berpegang pada

prinsip otonomi. Sedangkan otonomi pendidikan merupakan upaya

menyangkut segala potensi yang dimiliki oleh daerah ke dalam pendidikan

sehingga akan diuraikan bagaimana penyelenggaraan Dikwar, faktor-faktor

apa saja yang mempengaruhi penyelenggaraan Dikwar dan bagaimana makna

Page 38: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

38

pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan dalam konteks pembinaan

kehidupan demokrasi pada 3 perguruan tinggi di Kota Mataram.

Page 39: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

39

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dirancang sebagai metode penelitian yaitu penelitian yang

menyimpulkan dan menganalisis data dengan ukuran tertentu yang dinyatakan

dalam kualitas. Penelitian ini bertitik tolak dari pemikiran bahwa pelaksanaan

pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi dipengaruhi oleh berbagai aspek

atau sistem seperti : politik ekonomi, sistem, sosial dan budaya. Oleh karena itu

penelitian ini secara khusus membicarakan pelaksanaan pendidikan

kewarganegaraan di perguruan tinggi dan aspek serta sistem yang berpengaruh

terhadap pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi dan

maknanya dikaitkan dengan khasanah kebudayaan.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di kota Mataram Propinsi Nusa Tenggara

Barat. Yaitu pada perguruan tinggi yang ada di kota Mataram. Dalam hal ini yaitu

Universitas Mataram, Universitas Muhammadiyah Mataram dan Institut Agama

Islam Negeri Mataram. Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan bahwa perguruan

tinggi tersebut memiliki kekhususan terutama dalam pedoman yang dipakai dalam

penyelenggaraan pendidikan kewarganegaraan. Hal ini ditunjukan pada

pedoman/literatur inti yang digunakan. Di Universitas Mataram digunakan buku

Page 40: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

40

pedoman dari diknas/Lemhanas, di Universtas Muhammadiyah Mataram

menggunakan buku pokok yang disusun oleh Tim Perguruan Tinggi

Muhammdiyah sendiri suatu pedoman Perguruan Tinggi Muhammdiyah se

Indonesia demikian juga dengan buku yang disusun untuk IAIN, STAIN dan UIN

di seluruh Indonesia.

3.3. Jenis dan Sumber Data

3.3.1. Jenis Data

Berdasarkan uraian pendekatan penelitian di atas, maka jenis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif yaitu data yang berupa

pernyataan bukan merupakan angka.

3.3.2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini menggunakan sumber data primer dan

sekunder. Menurut Molleong (1994:157) sumber data primer adalah data yang

didapat secara langgsung dari tangan pertama atau orang pertama sedangkan

sumber data sekunder adalah data yang dioperoleh dari sumber lain atau data

diperoleh secara tidak langgsung. Sumber data primer yang dimaksud berupa

orang yang diwawancara atau informan di lapangan.

Orang yang dijadikan sumber data dalam hal ini adalah orang yang

mengetahui dan memahami Pendidikan Kewarganegaraan (Dikwar) antara lain

pejabat perguruan tinggi yang bersangkutan, dosen yang mengajar dan mahasiswa

yang diajar. Serta koordinator mata kuliah umum di masing – masing perguruan

tinggi. Adapun data yang dicari adalah :

Page 41: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

41

1) Pelaksanaan Dikwar di perguruan tinggi;

2) Aspek –aspek yang mempengaruhi dalam pelaksanaan Dikwar;

3) Makna Dikwar dikaitkan dengan hasanah kebudayaan.

3.4. Teknik Penentuan Informan

Informan adalah orang yang dijadikan sebagai sumber dalam memperoleh

data penelitian yang nantinya akan diwawancarai. Dalam penelitian ini yang

dijadikan sebagai informan ialah mahasiswa, dosen yang mengajar Dikwar pada

Perguruan Tinggi di Mataram. Untuk diketahui dosen yang membina mata kuliah

Dikwar adalah dosen khusus yang telah dikursus/dilatih untuk itu. Jadi tidak

semua dosen bisa membina mata kuliah Dikwar .

Oleh karena itu dalam teknik penentuan informan pada penelitian ini

adalah dengan teknik Purposif yaitu dimana informannya telah ditentukan atau

dipilih tidak berdasarkan strata tapi berdasarkan atas tujuan tertentu yang ingin

dicapai. Dalam hal ini orang yang dipilih adalah orang yang mengetahui dan

memahami masalah Dikwar yang ditentukan sejak awal.

3.5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian

dari awal sampai berakirnya proses penelitian (Suharsimi Arikunto, 2002:26).

Sedangkan M.Singarimbun (Bungin, 2001:71) menyatakan bahwa instrumen

dalam penelitian kualitatif adalah juga peneliti itu sendiri. Oleh karena itu

penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri, maka dengan membawa dirinya

Page 42: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

42

sendiri, peneliti kualitatif sebenarnya sudah siap ke lapangan untuk menghimpun

sabanyak mungkin data atau informasi yang dibutuhkan. Dalam upaya

mengumpulkan data atau informasi tersebut peneliti menggunakan alat bantu

berupa pedoman wawancara, alat perekam gambar, tape recorder, alat – alat tulis

dan lain sebagainya.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Secara garis besar pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan

dengan cara yaitu 1) data yang di peroleh langsung dari lapangan yaitu untuk

mendapatkan data primer, dan 2) studi kepustakaan yang bertujuan untuk

mendapatkan data sekunder. Sehubungan dengan hal tersebut, maka peneliti akan

menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

3.6.1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melihat,

mengamati, subyek penelitian. Cara ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran

yang jelas tentang subyek penelitian. Dalam hal ini sebagai mana pelaksanaan

pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi dalam perspektif kajian budaya.

Kegiatan yang diamati antara lain : 1) kegiatan mahasiswa dalam mengikuti

kuliah di kelas 2) Kegiatan dosen pendidikan kewarganegaraan dalam

memberikan materi pengajaran / melaksanakan tugas 3) mengamati sarana dan

prasarana pendukung kegiatan pengajaran.

Page 43: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

43

3.6.2. Wawancara Mendalam

Selain melakukan obserfasi data primer juga di peroleh dengan

wawancara. Menurut Suharsimi Arikunto (2000 :102) menjelaskan tentang

wawancara mendalam yaitu wawancara yang dilakukan secara informal. Biasanya

dilakukan bersama dengan observasi. Dalam wawancara peneliti melakukannya

dengan informan yang telah di tentukan terlebih dahulu. Informan tersebut adalah

mahasiswa, dosen dan pejabat yang terkait, dalam hal ini seperti ector, dekan,

atau koordinator mata kuliah umum atau MKPK. Adapun data yang akan

dikumpulkan melalui wawancara adalah tentang 1) pelaksanaan pendidikan

kewaqrganegraan di perguruan tinggi 2) aspek – aspek yang berpengaruh dalam

melaksanakan pendidikan kewarganegaraan 3) makna pendidikan

kewarganegaraan dikaitkan dengan khasanah kebudayaan.

3.6.3. Studi Kepustakaan

Data yang dikumpulkan/diperoleh melalui studi kepustakaan merupakan

data sekunder. Data tersebut diperoleh melalui : (1) literatur, yang berhubungan

atau terkait dengan Dikwar di Perguruan Tinggi ; (2) hasil-hasil penelitian

sebelumnya yang mempunyai relevansi dengan Dikwar ; (3) jurnal ilmiah yang

berhubungan dengan penyelenggaraan Dikwar di Perguruan Tinggi.

Data sekunder yang diperoleh dari studi kepustakaan ini diperlukan dalam

penelitian ini adalah untuk memperdalam pengetahuan guna menguasai materi

yang terkait dengan penyelenggaraan Dikwar, juga aspek-aspek yang

mempengaruhi maupun makna penyelenggaraan Dikwar di Perguruan Tinggi.

Page 44: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

44

Dalam hal studi kepustakaan ini peneliti mengumpulkan data dengan jalan

mengkaji buku-buku/literatur atau dokumen yang berkaitan dengan pokok

masalah dalam penelitian ini.

3.7. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan salah satu tahapan yang sangat penting dalam

suatu penelitian. Analisis data merupakan proses mnelaah seluruh data yang

tersedia, yang diperoleh baik melalui pengamatan,wawancara,studi

dokumenr,kajian pustaka dan lain sebagainya (Moleong, 1990.190).

Analisis data dilakukan sepanjang berlangsungnya penelitian dan

dilakukan terus menerus dari awal sampai akhir penelitian. Analisis data

dilakukan secara deskriptif kualitatif dan intenpretatif.

Data yang dikumpulkan adalah data kualitatif dari hasil wawancara dan

dari sumber kepustakaan/dokumentasi sehingga dalam menganalisanya dilakukan

dengan analisis deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh dari sumber-sumber

kepustakaan maupun inforrman selanjutnya dianalisis sebagaimana adanya

melalui pembahasan untuk memperoleh gambaran mengenai Pelaksanaan

Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembinaan kehidupan demokrasi pada

Perguruan Tinggi di kota Mataram. Selanjutnya dilakukan interpretasi dengan

teori-teori yang sesuai dengan rumusan tujuan penelitian guna mendapatkan

pemahaman yang komprehensif dan utuh yang pada akhirnya dapat menarik

kesimpulan.

Page 45: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

45

3.8. Penyajian Hasil Analisis Data

Hasil analisis data disajikan secara informal dalam bentuk naratif,

sedangkan formal berupa tabel, grafik, dan gambar, sesuai dengan laporan

penelitian ilmiah dalam buku pedoman penulisan Tesis dan Disertasi Program

Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar.

Page 46: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

46

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Kota Mataram

4.1.1 Pembentukan Kota Mataram

Lokasi penelitian adalah di kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Bila ditelusuri sejarah terbentuknya kota Mataram adalah merupakan sejarah yang

cukup panjang yaitu sejak zaman raja – raja sebelum kemerdekaan sampai saat

ini. Di sini tidak akan diuraikan secara rinci namun akan diuraikan secara garis

besarnya saja.

Pada masa pulau Lombok diperintah oleh raja – raja. Raja Mataram tahun

1842 menaklukan kerajaan Pagesangan dan setahun kemudian tahun 1843

menaklukan kerajaan Kahuripan kemudian Ibukota kerajaan dipindah ke

Cakranegara dengan Ukir Kawi sebagai nama istana rajanya. Setelah raja

Mataram jatuh maka Pemerintah Hindia Belanda mulai menerapkan sistem

pemerintahan di bawah Afdelling Bali Lombok yang berpusat di Singaraja Bali.

Pada masa ini pulau Lombok menjadi 3 (tiga) order Afdelling. Dari pihak

kolonial sebagai wakil disebut controleur dan dari pihak wilayah administratif

disebut Kepala Pemerintahan Setempat (KPS) sampai ke tingkat kedistrikan.

Adapun ketiga wilayah administratif masih disebut West Lombok (Lombok

Barat), midle Lombok (Lombok Tengah) dan East lombok (Lombok Timur) di

pimpin oleh controleur dan Kepala Pemerintahan Setempat.

Page 47: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

47

Untuk wilayah west lombok membawahi tujuh wilayah administratif yang

meliputi :

a). Kedistrikan Ampenan Barat di Dasan Agung

b). Kedistrikan Ampenan Timur di Narmada

c). Kedistrikan Bayan di Bayan Belek

d). Asisten Distrik Gondang di Gondang

e). Kedistrikan Tanjung di Tanjung

f). Kedistrikan Gerung di Gerung

g). Kepunggawaan Cakranegara di Mayure

Sejak dikeluarkannya UU no 1 tahun 1957 lahir Undang – Undang 64 dan

Undang – Undang no 69 tahun 1958. tentang pembentukan daerah tingkat I Bali

NTB dan NTT serta daerah tinggkat II yang diundangkan pada 4 Agustus tahun

1958. Dengan lahirnya Dekrit Presiden 5 juli 1959 keluarlah Penpres no 6 tahun

1959 yang menentukan bahwa Kepala Daerah merangkap juga sebagai ketua

DPRD.

Pada masa kepemimpinan H.Lalu Anggrat, BA tanggal 1 Mei 1960

sampai dengan 1965 status Kepunggawaan Cakranegara dan Kepala Suku

dihapuskan dan berubah menjadi Kedistrikan Cakranegara. Kemudian setelah

berlakunya UU no 18 tahun 1965 kembali terjadi perubahan yang meliputi :

a. Merubah sebutan daerah Swatantra Tingkat II menjadi Kabupaten Tinggkat II.

b. Bupati Kepala Daerah tidak lagi merangkap menjadi Ketua DPRD

c. Berdasarkan Instruksi Mendagri no : 20 tahun 1967 maka diadakan

penyempurnaan DPR-GR Lombok Barat dari 34 kursi menjadi 32 kursi.

Page 48: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

48

Berdasarkan perkembangan pemerintahan dan dengan SK Gubernur

Kepala Daerah Tingkat I Nusa Tenggara Barat no : 288.Pem.20/1/12 diadakan

perubahan wilayah Kabupaten Lombok Barat yang terdiri dari :

a. Kecamatan Ampenan

b. Kecamatan Cakranegara

c. Kecamatan Narmada

d. Kecamatan Tanjung

e. Kecamatan Gangga

f. Kecamatan Bayan

g. Kecamatan Gerung

h. Kecamatan Kediri

Kemudian pada tahun 1957 berdasarkan SK Gubernur Kepala Daerah

Tinggkat I Nusa Tenggara Barat no: 156/pem.7/2/266 tgl 30 Mei 1969 yang isinya

tentang penambahan satu Kecamatan yang tadinya 2 Kecamatan yaitu Kecamatan

Ampenan dan Kecamatan Cakranegara, dirubah menjadi 3 Kecamatan.

Penambahan Kecamatan tersebut adalah Kecamatan Mataram dengan mengambil

beberapa desa dari dua Kecamatan yang terdahulu. Perkembangan selanjutnya

berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 2 tahun 1978 terbentuklah Kota

Adminstratif (Kotif) Mataram sebagai akibat dari adanya perubahan dan

perkembangan Kota Mataram yang makin pesat dan sebutan desa pun berubah

menjadi Kelurahan.

Peresmian Kota Administratif Mataram waktu itu dilakukan oleh

Mendagri H. Amirmahmud. Sedangkan pelantikan Drs. H. L. Mudjitahid sebagai

Page 49: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

49

Walikota Kota Administratif Mataram yang pertama dilakukan oleh Gubernur

Kepala Daerah Tingkat I Provinsi Nusa Tenggara Barat yang pada waktu itu

dijabat oleh H.R. Wasita Kusumah.

Perubahan status kota Administratif Mataram menjadi Kotamadya

Mataram berdasarkan UU no 4 th 1993 dimana wilayahnya terdiri dari tiga 3

Kecamatan yaitu Kecamatan Mataram, Kecamatan Ampenan dan Kecamatan

Cakranegara, dengan 23 Kelurahan dan 247 Lingkungan. Sejak itu maka terpisah

Kotamadya Mataram dengan Kabupaten Lombok Barat yang dulunya merupakan

induk dari Kotamadya Mataram pada tanggal 31 Agustus 1993 dan peresmian

Kotamadya Mataram waktu itu dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri Mohammad

Yogi Suardi Memet pada tanggal 31 Agustus 1993 dan selanjutnya melantik

Walikota Madya Mataram H.Lalu Mas’ud. Kemudian tanggal 31Agustus 1993 di

tetapkan sebagai hari lahir Kota Mataram.

Sejalan dengan diberlakukannya UU no 22 tahun 1999 tentang Pemerintah

Daerah, maka terjadi perubahan sebutan Kotamadya Mataram menjadi Kota

Mataram dan beberapa perubahan sebutan lainnya sebagaimana dimaksud dalam

UU tersebut. Selanjutnnya pada tanggal 13 Desember 1999 terjadi pergantian

Walikota dari H.L Mas’ud kepada H.Muhammad Ruslan, SH yang dilantik secara

resmi oleh Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Barat, yang pada waktu itu dijabat

oleh Drs. H Harun Al – Rasyid,M.Si.

Kota Mataram yang letaknya sangat strategis dan menjadi pusat berbagai

aktifitas seperti pusat Pemerintahan, Pendidikan, Perdagangan, Industri dan Jasa,

saat ini sedang dikembangkan untuk menjadi Kota Pariwisata. Hal ini mengingat

Page 50: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

50

berbagai fasilitas perhubungan yaitu keberadaan Bandar Udara Selaparang, Pusat

Perbelanjaan dan jalur transportasi yang menghubungkan antar Kabupaten / Kota

di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Kota Mataram selain sebagai Ibukota Pemda, Kota Mataram juga

menyandang status sebagai Ibukota Provinsi Nusa Tenggara Barat. Hal inilah

yang menyebabkan kota Mataram menjadi pusat aktivitas yang memungkinkan

dikembangkan menjadi kota Pariwisata. Di samping itu faktor alam dan budaya

yang memungkinkan untuk itu seperti pantai dan peninggalan peninggalan sejarah

yang berada di wilayah Kota Mataram dan sekitarnya.

4.1.2 Letak Geografis dan Administratif

Kota Mataram yang terbentuk berdasarkan UU no 4 tahun 1993 secara

geografis terletak pada ujung sebelah barat pulau Lombok yang terletak pada

posisi 1160 041 - 1160 101 Bujur Timur dan 080331 – 080381 Lintang Selatan

dengan batas – batas wilayah sebagai berikut.

Sebelah Utara : Kecamatan Gunungsari dan Desa Lingsar Kabupaten Lombok

Barat

Sebelah Timur : Kecamatan Narmada dan Desa Lingsar Kabupaten Lombok

Barat

Sebelah Selatan : Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat

Sebelah Barat : Selat Lombok

Page 51: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

51

Secara administratif kota Mataram yang memiliki luas wilayah ±

61.30km2 terbagi menjadi tiga wilayah Kecamatan 23 Kelurahan dan 279

Lingkungan.

4.1.3 Penduduk

Penduduk kota Mataram sampai pada pertengahan 2005 berjumlah sekitar

342.020 jiwa dengan luas wilayah 61,30 kilometer persegi. Dari data di atas dapat

dihitung kepadatan penduduk kota Mataram mencapai 5.555 jiwa per kilometer

persegi. Bila dirinci maka Kecamatan Mataram yang tertinggi kepadatan

penduduknya yakni 6.160 per kilometer persegi diikuti Kecamatan Cakranegara

5.346 jiwa per kilometer persegi sedang Kecamatan Ampenan terendah 5.225 per

kilometer persegi.

Dilihat dari etnis dan suku bangsa yang mendiami kota Mataram sangat

beragam di samping etnis penduduk asli yaitu etnik atau suku bangsa sasak. Suku

– suku bangsa tersebut antara lain suku Jawa, Bali, Sumbawa, Mbojo (Bima +

Dompu) dan lain lain yang masing – masing etnis bebas menggunakan bahasanya

masing – masing di kalangannya mereka sendiri. Namun dalam berkomunikasi

antar etnis rata – rata dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik. Bahkan

dikatakan penggunaan bahasa Indonesia tertinggi adalah di kota Mataram bila

dibandingkan dengan Kabupaten / Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara

Barat.

Page 52: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

52

4.1.4 Pemekaran Wilayah

Perkembangan Kota Mataram yang diiringi oleh laju pertumbuhan

penduduk menyebabkan semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi oleh

penyelenggara pemerintahan kota. Masyarakat semakin maju dan otomatis

menuntut pelayanan yang semakin bermutu. Hal ini adalah merupakan hal yang

wajar dan logis sebagai imbalan atas kontribusi yang telah mereka berikan bagi

kemajuan kota.

Terkait dengan laju pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan

ekonomi masyarakat, membuka peluang baru bagi pemberdayaan masyarakat dan

meningkatkan intensitas pembangunan untuk kemaslahatan umum. Untuk itu

salah satu strategi yang ditempuh oleh pemerintah Kota Mataram dalam upaya

pendekatan pelayanan pada masyarakat adalah melalui pemekaran wilayah, baik

Kecamatan maupun Kelurahan sampai lingkungan, dan RT/RW. Dengan

demikian maka pemerintah Kota Mataram akan dapat melayani, memberdayakan

dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara efektif. Hal ini dapat

dilakukan melalui berbagai program pembangunan yang akan dilaksanakan oleh

pemerintah kota Mataram.

Berdasarkan Keputusan Walikota Mataram No.103/III/2003 tanggal 31

Maret 2003 menetapkan TIM Pengkajian Pemekaran Kecamatan dan Kelurahan.

Atas dasar keputusan tersebut maka wilayah Kota Mataram yang semula terdiri

dari 3 (tiga) Kecamatan, 23 Kelurahan dan 247 lingkungan setelah pemekaran

akan menjadi 6 (enam) Kecamtan 50 Kelurahan dan 279 lingkungan.

Page 53: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

53

4.1.5 Topografi Iklim dan Curah Hujan

Kondisi Topografi Kota Mataram pada umunya datar dengan tingkat

kemiringan antara 0 - 8% pada Kecamatan Ampenan dan Kecamatan Mataram di

bagian barat. Sedangkan pada Kecamatan Cakranegara di bagian timur

kemiringan 10 - 15%. Ketinggian tanah bervariasi di Kota Mataram yaitu di

Kecamatan Cakranegara mencapai 25 m, Kecamatan Mataram mencapai 15 m,

dan Kecamatan Ampenan mencapai 5 m dari permukaan laut.

Dari segi iklim Kota Mataram pada umumnya merupakan daerah yang

beriklim tropis. Musim hujan antara bulan Oktober sampai dengan bulan April,

sebaliknya musim kemarau antara bulan April sampai dengan bulan Oktober

curah hujan rata – rata 1.256,6mm per tahun. Suhu udara Kota Mataram rata – rata

mencapai 260C dengan kelembaban udara rata – rata mencapai 80% per tahun.

4.1.6 Bidang Sosial Budaya

4.1.6.1 Agama

Pada era reformasi sekarang ini kemampuan dan kemajuan berfikir serta

tingkat intelektulitas individu dalam membaca menganalisis kondisi dan situasi

semakin maju. Hal ini disebabkan tingkat ilmu pengetahuan Kota Mataram yang

semakin meningkat.

Penegakan nilai – nilai keagamaan diupayakan melalui kegiatan

keagamaan berupa peringatan Hari Besar Keagamaan dan kegiatan keagamaan

lainnya. Demikian juga dengan kegiatan - kegiatan tukar pikiran antar pemuka

agama. Hal ini merupakan upaya mewujudkan kerukunan hidup antar umat

beragama. Aktivitas semacam ini untuk Kota Mataram saat ini makin

Page 54: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

54

menunjukkan suasana yang lebih akrab dan erat. Di samping itu tidak

mengabaikan masalah pembangunan sarana dan prasarana keagamaan serta

keputusan tentang pembinaan bimbingan dan penyuluhan oleh para “da’i” pada

umat masing – masing pemeluk agama terus dilakukan secara berkesinambungan

dan bersinergi.

Kesemarakan kehidupan beragama di Kota Mataram antara lain ditandai

dengan makin meningkatnya sarana dan prasarana pribadatan dari masing –

masing pemeluk agama sebagai berikut berikut (sumber : Kandepag Kota

Mataram) : Masjid = 210 buah ; Mushollah = 180 buah ; Gereja Protestan = 15

buah ; Gereja Katolik = 3 buah ; Pura = 121 buah ; Wihara = 3 buah.

Sedangkan jumlah umat beragama di Kota Mataram berdasarkan sumber

dari Kantor Departemen Agama kota Mataram :

Pemeluk agama Islam : 263.439 Orang

Pemeluk agama Kristen Protestan : 4.378 Orang

Pemeluk agama Kristen Katolik : 3.405 Orang

Pemeluk agama Hindu : 51.757 Orang

Pemeluk agama Budha : 3.925 Orang

4.1.6.2 Pendidikan

Melalui pendidikan baik itu pendidikan formal nonformal maupun

informal merupakan sarana pembentukan sumber daya manusia, pembentukan

sikap watak dan kepribadian bangsa dan menopang laju pembangunan yang

sanggat cepat. Dengan demikian dapat dikatakan pendidikan menempati

Page 55: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

55

kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan bangsa, sehingga maju

mundurnya suatu bangsa ditentukan bagaimana mengelola pendidikan ini secara

baik. Oleh karenanya pendidikan harus menjadi perhatian utama bagi pimpinan

negara maupun daerah bila hendak meraih kemajuan.

Untuk lebih meningkatkan kualitas pendidikan pemerintah Kota Mataram

telah membangun sarana dan prasarana pendidikan yang memadai umumnya dan

secara khusus dibangun sekolah percontohan disetiap Kecamatan. Di samping itu

juga dibangun gedung sekolah dan kelas baru untuk menampung warga belajar.

Peningkatan dan pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan adalah merupakan

konsekuensi logis pemerintah Kota Mataram sebagai pusat pendidikan di samping

merupakan pusat pemerintahan dan aktivitas lainnya di Nusa Tenggara Barat.

Dalam menyongsong kehidupan di massa depan yang seimbang antara

intektualitas yang dihasilkan melalui pendidikan dan nilai – nilai kerohanian di

bidang keagamaan yang akan membawa nilai – nilai kepribadian menentukan

kebahagiaan hidup, keharmonisan dan kerukunan, disampaikan melalui pesan –

pesan moral agama. Hal ini diaktualisasikan dalam motto Kota Mataram, Kota

IBADAH yang Maju dan Relegius.

Kemajuan dan perkembangan pendidikan di Kota Mataram menurut

sumber pada Dinas Pendidikan Kota Mataram adalah sebagai berikut:

a. Untuk kelompok usia sekolah 7 – 12 tahun sebanyak 41.572 orang

b. Untuk kelompok usia sekolah 13 – 15 tahun berjumlah 22.049 orang

c. Untuk kelompok usia sekolah 16 – 18 tahun berjumlah 25.592 orang

Page 56: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

56

Sementara data untuk angka putus sekolah berdasarkan jenjang sekolah sebagai

berikut :

a. Untuk SD sebanyak 59 orang

b. Untuk SMP sebanyak 144 orang

c. Untuk SMA sebanyak 103 orang

d. Untuk SMK sebanyak 37 orang

Kemudian data untuk Perguruan Tinggi yang ada di kota Mataram

termasuk akademi : 20 buah dengan jumlah mahasiswa 32.266 orang jumlah

dosen 3.066 orang (sumber, Kota Mataram Dalam Angka:2007)

Dari jumlah Perguruan Tinggi yang ada seperti tersebut di atas yang

menjadi tempat penelitian adalah hanya 3 Perguruan Tinggi sebagai sampel. Hal

ini diambil karena dari sekian banyak Perguruan Tinggi tersebut pedoman yang

dipakai ada 3 (tiga) kelompok yaitu yang umum dari Depdiknas dan Lemhanas,

bahan yang dipakai khusus untuk IAIN dan STAIN, kemudian yang khusus

dipakai untuk Perguruan Tinggi Muhammadiyah.

4.1.6.3 Seni dan budaya

Menurut catatan sejarah tentang seni dan budaya (tradisional) yang

berkembang di Mataram tidak jauh berbeda dengan seni dan budaya yang ada dan

berkembang di pulau Lombok pada umumnya. Ada beberapa kesenian yang saat

ini telah mengalami kemerosotan akibat dari beberapa sebab antara lain tekanan

dari penjajah, arus modernisasi dan globalisasi yang demikan pesat. Sehingga ada

cenderung hilang maupun berubah dari aslinya, disesuaikan dengan

Page 57: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

57

perkembangan zaman. Contoh kesenian / budaya yang pernah ada dan

berkembang baik pada masa lampau yang kini mengalami kemerosotan adalah

seperti, kayak, cepung, lawas, lelakak, genggong, rebana, dan lain – lain.

Sedangkan kesenian yang sampai saat ini masih ada dan berkembang dengan

dimodifikasi adalah oncer, atau yang sekarang populer dengan nama gendang

belek, rudat, cilokak, peresean. Kemudian kalau masalah tradisi yang masih

berkembang di Mataram, atau masyarakat sasak pada umumnya seperti sangkep

(musyawarah) belangar (melayat), serongserah, ajikrame, sejati nyelabar dan

lain – lainnya.

4.1.7 Pelaksanaan Demokrasi di Kota Mataram

Kegiatan politik (demokrasi) di Kota Mataram telah mengalami pasang

surut sebagaimana yang terjadi juga diseluruh Nusa Tenggara Barat bahkan di

Indonesia tidak jauh berbeda. Kekuatan politik sebagaimana dimaklumi pada

umumnya memiliki tujuan untuk merebut kekuasaan politik dengan cara

konstitusional atau dengan demokratis yang diwujudkan dalam Pemilihan Umum

(Pemilu). Melalui Pemilu yang dilaksanakan dengan langgsung, umum bebas,

rahasia, serta jujur, adil dan damai akan mencerminkan terlaksananya demokrasi

dengan baik.

Penegakan dan pelaksanaan demokrasi yang direalisasikan dalam Pemilu

yang pertama pada tahun 1955. Pemilu pada saat itu merupakan multi partai yang

diikuti 118 partai diantaranya 42 partai politik selebihnya ormas dan perorangan.

Pemilu 1955 merupakan Pemilu yang bersejarah. Hal ini disebabkan oleh

Page 58: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

58

komitmen bangsa Indonesia untuk mewujudkan demokrasi dengan memilih wakil

– wakilnya yang akan duduk di lembaga legislatif (DPR dan Konstituante). Pada

tahun 1955 tersebut yang menjadi wakil dari pulau Lombok adalah H.Mustajab,

Djamhur Hakim, Tgh Abdul Hafidz dan Tgh Zainudin Abdullmajid sebagai

anggota konstituante.

Perjalanan sejarah pelaksanaan Pemilihan Umum (PEMILU) selama

pemerintahan Orde Baru diawali dengan pelaksanaan Pemilu yang berasas

Langsung, Umum, Bebas Dan Rahasia (LUBER). Pemilu pertama diadakan

tanggal 3 Juli 1971 diikuti oleh 9 partai politik dan satu Golongan Karya. Nama –

nama 9 partai politik tersebut adalah Parkindo, Nahdatul Ulama (NU), Parmusi,

Perti, Partai Katolik, Partai PNI, Partai Murba, IPKI, PSII, ditambah 1 Golongan

Karya (Golkar). Lihat tabel berikut :

Tabel 4.1. Nama-Nama Partai Politik Peserta Pemilihan Umum Tahun 1971 –

2004

Pemilu 1971 Pemilu 1977 –

Pemilu 1999 Pemilu 1999 Pemilu 2004

1) Nahdatul Ulama 1) PPP 1) PIB 1) PNI Marhaenisme

2) PSII 2) GOLKAR 2) KRISNA 2) Partai Buruh Sosial Demokrat

3) PMI 3) PDI 3) PNI 3) Partai Bulan Bintang

4) PERTI 4) PADI 4) Partai Merdeka

5) Golongan Karya 5) Partai KAMI 5) Partai Persatuan Pembangunan

6) PNI 6) Partai Umat Islam 6) Partai Persatuan Demokrat

7) IPKI 7) PKU Kebangsaan

8) MURBA 8) Masyumi Baru 7) Partai Perhimpunan Indonesia

9) PARKINDO 9) PPP Baru

10) KATHOLIK 10) PSII 8) Partai Nasional Bintang Kemer-

11) PDI-Perjuangan dekaan

12) ABUL YATAMA 9) Partai Demokrat

Page 59: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

59

13) PKM 10) Partai Keadilan dan Persatuan

14) PDKB Indonesia

15) PAN 11) Partai Penegak Demokrasi

16) PRD Indonesia

17) PSII-1905 12) Partai Persatuan Nahdatul

18) PKD Ummah Indonesia

19) PILAR 13) Partai Amanat Nasional

20) PARI 14) Partai Karya Peduli Bangsa

21) PPII-Masyumi 15) Partai Kebangkitan Bangsa

22) PBB 16) Partai Keadilan Sejahtera

23) PSP 17) Partai Bintang Reformasi

24) Partai Keadilan 18) Partai Demoktrasi Indonesia

25) Partai Nahdatul Ummat Perjuangan

26) PNI Front Marhaenis 19) Partai Damai Sejahtera

27) IP-KI 20) Partai Golongan Karya

28) Partai Republik 21) Partai Patriot Pancasila

29) Partai Islam Demokrat 22) Partai Serikat Indonesia

30) PNI Massa Marhaenis 23) Partai Persatuan Daerah

31) MURBA 24) Partai Pelopor

32) PDI

33) Partai GOLKAR

34) Partai Persatuan

35) PKB

36) PUDI

37) PBN

38) Partai MKGR

39) Partai Daulat Rakyat

40) Partai Cinta Damai

41) PKP

42) Partai SPSI

43) PNBI

44) PBI

45) Partai SUNI

46) PND

47) PUMI

48) PPI

Sumber : KPU Kota Mataram

Page 60: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

60

Pemilu Kedua dilaksanakan pada tahun 1977, Pemilu kedua ini diikuti

oleh 2 (dua) Parpol yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai

Demokrasi Inonesia (PDI) serta satu Golongan Karya (Golkar). Hal ini setelah

dilakukan penggabungan (fusi) yaitu yang berjumlah 9 pada pemilu pertama, fusi

parpol didasarkan pada pengelompokan partai yang berdasarkan agama (Islam)

yaitu NU, Permasi, PSII dan Perti berfusi menjadi Partai Persatuan Pembangunan

(PPP). Kedua yang berasaskan Nasionalis yaitu Perkindo Partai Katolik, PNI,

Murba, dan IPKI bergabung atau berfusi menjadi Partai Demokrasi Indonesia

(PDI). Sedangkan Golongan Karya (Golkar) berdiri sendiri.

Pemilu ke 3 dilaksanakan pada tahun 1982, Pemilu ke 4 tahun 1987

Pemilu ke 5 tahun 1992 dan Pemilu ke 6 dilaksanakan tahun 1997. Pada

pelaksanaan Pemilu sejak tahun 1971 sampai tahun 1997 sebagai pelaksana

adalah Lembaga Pemilihan Umum (LPU) yang diketuai atau sebagai penanggung

jawab pelaksanaan adalah Menteri Dalam Negeri (Mendagri).

Pemilu diadakan pada 7 Juni 1999 diikuti oleh 48 parpol. Hasil pemilu ini

melalui sidang umum MPR terpilih KH Abdulrahman Wahid sebagai Presiden RI

ke IV dan Megawati Soekarno Putri sebagai Wakil Presiden. Namun masa

pemerintahan KH Abdulrahman Wahid tidak bertahan lama. Hal ini disebabkan

beberapa peristiwa yang terjadi di Indonesia kemudian laporan pertanggungan

jawaban Presiden Abdulrahman Wahid tidak diterima Oleh MPR maka Presiden

Abdulrahman Wahid dirberhentikan dari jabatannya, kemudian diganti oleh

Megawati Soekarno Putri sebagai Presiden dan Hamzah Has sebagai Wakil

Presiden.

Page 61: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

61

Pemilu berikutnya diadakan pada tahun 2004 berdasarkan UU no 12 tahun

2003 tentang pemilu legislatif dan UU no 31 tahun 2003 tentang Partai Politik.

Pemilu Legislatif (DPRRI, DPD dan DPRD) diadakan 5 april 2004. Kemudian

menurut UU no 23 tahun 2003 tentang pemilihan Presiden dan Wakil Presiden,

diadakan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden sebanyak 2 kali putaran. Putaran

pertama diadakan pada 5 Juli 2004 dan putaran kedua diadakan pada tanggal 20

Septermber 2004. dalam Pemilu Presiden terpilih Susilo Bambang Yudoyono

sebagai Presiden dan Muhammad Jusuf Kalla sebagai Wakil Presiden untuk

periode tahun 2004 sampai tahun 2009.

4.2 Profil 3 Perguruan Tinggi sebagai Lokasi Penelitian

4.2.1 Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram

4.2.1.1 Sejarah Singkat IAIN Mataram

Pada awal berdirinya IAIN Mataram merupakan perwujudan dari gagasan

dan hasrat umat Islam Nusa Tenggara Barat yang merupakan penduduk mayoritas

untuk mencetak kader pemimpin dan intelektual muslim bagi keperluan

perjuangan bangsa. Embrio dari pendirian IAIN Mataram diawali dengan adanya

sekolah persiapan IAIN Al-Jami’ah Yogyakarta yang diresmikan berdirinya

berdasarkan SK Menteri Agama No. 63 Tahun 1965 tentang Pembentukan Panitia

Persiapan Pembukaan Fakultas Tarbiyah IAIN Al-Jami’ah Sunan Ampel Cabang

Mataram tanggal 25 Desember 1965 yang diketuai oleh Kolonel M. Yusuf

Abubakar. Fakultas Tarbiyah ini kemudian diresmikan oleh Menteri Agama Prof.

K.H. Saifuddin Zohri, pada tanggal 24 Oktober 1966 dengan SK Menteri Agama

Page 62: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

62

No. 63 Tahun 1966 bertempat di Pendopo Gubernur Nusa Tenggara Barat.

Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Mataram tahun 1966 mempunyai satu

jurusan yaitu Jurusan Pendidikan Agama Islam Program Sarjana Muda.

Pada tahun 1982 dirintis pembukaan Program Doktoral (Sarjana Lengkap).

Program ini disetujui oleh Dirjen Bimbaga Islam Departemen Agama dengan

Surat No. F/x/1748, tanggal 06 Mei 1982, dan dimulai pada tahun akademik 1983

s/d 1987. Dan selanjutnya, sejak T.A. 1987/1988, mulai diselenggarakan Program

Strata Satu (S1) dengan Sistem Kredit Semester (SKS), Ketika Alih Status dari

Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Ampel Cabang Mataram

menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Mataram, sesuai Keppres

RI, Nomor 11 Tahun 1997, Jurusan Tarbiyah STAIN Mataram terdiri dari 6 buah

Program Studi, yaitu: PAI, PBA, IPS, IPA, Matematika, D.2 PGAI dan D.2

PGMI.

Dalam perjalanan sejarahnya hingga tahun akademik 2005/2006, terutama

setelah berdiri menjadi IAIN induk pada tahun 2004, setidaknya terdapat 8

jurusan/program studi, yaitu (1) jurusan/program studi Pendidikan Agama Islam

(PAI), (2) jurusan/program studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA), (3)

jurusan/program studi Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial/IPS-Ekonomi, (4)

jurusan/program studi Tadris Matematika (MTK), (5) jurusan/program studi

Tadris Ilmu Pengetahuan Alam/IPA-Biologi, 6) program studi D2PGMI, 7)

program studi D2PGPAI, dan 8) program Akta IV.

Seiring dengan perkembangan Fakultas Tarbiyah maka Fakultas Syariah

Mataram IAIN Sunan Ampel yang berasal dari STIS diresmikan berdasarkan SK

Page 63: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

63

Menag RI Nomor 27/1994. Pada tahun 1997 fakultas Syariah IAIN Mataram

membuka jurusan Peradilan Agama, Muamalah, dan Jinayah Siyashah.

Sejak menjadi fakultas syariah di IAIN Sunan Ampel cabang Mataram

tidak pernah mewisuda alumni yang memang berasal dari fakultas Syariah, tetapi

selama tiga kali wisuda selalu mewisuda alumni STIS Mataram. Alumni Fakultas

Syariah diwisuda setelah berubah status menjadi STAIN Mataram dalam jurusan

Syariah. Pada tanggal 13 Juni 1997 (berdasarkan Kep. Menpan Nomor B-

589/1/1997) Tentang Persetujuan Pendirian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri,

terjadi alih status dari fakultas Tarbiyah dan Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel

Cabang Mataram menjadi STAIN Mataram sesuai dengan KEPRES RI, Nomor

11 tahun 1997. Fakultas Tarbiyah berubah menjadi Jurusan Tarbiyah dan Fakultas

Syariah berubah menjadi Jurusan Syariah, sedangkan Jurusan menjadi Program

Studi (Prodi). Ketua Jurusan Tarbiyah pada saat itu adalah Drs. H. Asnawi, MA

Sekretaris Jurusan Drs. Zulkarnain sedangkan Ketua Jurusan Syari’ah adalah Drs.

H.M Fahrir Rahman, MA dan Sekjur adalah Drs. Sainun, M.Ag.

Jurusan Dakwah saat itu terbentuk seiring tuntutan kemandirian Institut

cabang menjadi Institut atau Sekolah Tinggi mandiri. Jurusan Dakwah STAIN

Mataram saat itu memiliki dua Program Studi (Prodi) yakni Program Studi

Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) dan Program Studi Pengembangan

Masyarakat Islam (MPI). Melalui proses yang panjang, Fakultas Tarbiyah,

Fakultas Syari’ah dan Fakultas Dakwah (penyempurnaan syarat dan rukun) IAIN

Sunan Ampel Cabang Mataram berbenah dan berubah status menjadi Sekolah

Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Mataram sejak saat itu memiliki tiga

Page 64: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

64

jurusan yakni Jurusan Tarbiyah, Jurusan Syari’ah dan Jurusan baru (penyempurna

syarat dan rukun) yakni Jurusan Dakwah.

Seiring dengan perkembangan dan kemajuan zaman serta tuntutan era

globalisasi dan sistem informasi, serta untuk dapat berkiprah dalam

mengembangkan potensinya yang lebih leluasa, maka STAIN Mataram dalam hal

ini melakukan pengembangan kelembagaan yang didukung oleh lokal area yang

strategis, dimana STAIN Mataram berada pada kawasan yang diapit oleh wilayah

sebelah timur Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan masyarakat mayoritas

Nasrani dan dari sebelah barat provinsi Bali dengan masyarakat mayoritas Hindu,

sehingga dirasakan sangat strategis dan perlu diadakan penataan serta

pengembangan kelembagaan dari STAIN Mataram menjadi IAIN Mataram,

Setelah melalui proses panjang yang didukung oleh masyarakat NTB dari

berbagai kelangan, yakni Gubernur (Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Barat),

Perguruan Tinggi se – NTB, Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat, serta

Organisasi Kemasyarkatan Islam, kemudian berkat semangat dan perjuangan para

petinggi STAIN Mataram, sesuai dengan visi/misinya maka terlaksana alih status

menjadi IAIN Mataram yang berada pada kawasan Nusa Tenggara. (Bali, NTB

dan NTT). Yang kemudian diresmikan oleh Menteri Agama RI pada hari Senin

tanggal 11 Juli 2005. Berdasarkan Surat Keputusan Alih Status dari Presiden RI.

Nomor 91 Tahun 2004, Tanggal 18 Oktober 2004 tentang : “Perubahan Sekolah

Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Mataram menjadi Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Mataram”.

Page 65: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

65

4.2.1.2 Visi dan Misi IAIN Mataram

Visi IAIN Mataram sebagai berikut :

“Terwujudnya Lembaga Pendidikan Tinggi Agama Islam terkemuka di

kawasan Timur Indonesia dalam mengembangkan dan mengintegrasikan

aspek keislaman, keilmuan, kemanusiaan dan ke-Indonesiaan”

Misi IAIN Mataram sebagai berikut :

a. Menyelenggarakan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang Islami dan

berkualitas;

b. Mewujudkan Insan akademik yang cerdas dan ber-akhlak mulia;

c. Menumbuh kembangkan etos ilmu, etos kerja, etos pengabdian yang

tinggi serta berpartisipasi aktif dalam memperdayakan segenap

potensi masyarakat.

4.2.1.3 Kedudukan, Tupoksi dan Organisasi IAIN Mataram

A. Kedudukan

Sesuai dengan Keputusan Menteri Agama Nomor : 3 tahun 2005 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram

Bab 1 pasal 1, 2 dan 3 bahwa :

a. Institut Agama Islam Negeri Mataram yang selanjutnya disebut

IAIN Mataram adalah perguruan tinggi di Lingkungan Departemen

Agama yang dipimpin oleh Rektor yang berada di bawah dan

bertanggung jawab langsung kepada Menteri Agama.

Page 66: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

66

b. Pembinaan IAIN Mataram secara fungsional dilakukan oleh Direktur

Jenderal Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama.

B. Tupoksi (Tugas Pokok dan Fungsi)

Tugas pokok IAIN Mataram adalah menyelenggarakan pendidikan

akademik, profesi dan/atau vokasi dalam sejumlah disiplin ilmu

pengetahuan, teknologi dan/atau seni agama Islam

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud maka IAIN Mataram

melaksanakan fungsinya sebagai berikut :

a. Perumusan dan penetapan visi, misi kebijakan dan perencanaan

program;

b. Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian

pada masyarakat dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau

seni agama Islam

c. Pelaksanaan pembinaan civitas akademika dan kerjasama dengan

perguruan tinggi dan/atau lembaga-lembaga lain.

d. Pelaksanaan penilaian prestasi dan proses penyelenggaraan kegiatan

serta penyusunan laporan.

e. Pelaksanaan kegiatan/layanan administrasi dan manajemen IAIN.

C. Organisasi

Organisasi Institut agama Islam Negeri (IAIN) Mataram terdiri dari :

1. Dewan Penyantun

2. Rektor dan Pembantu Rektor

3. Senat Institut

Page 67: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

67

4. Fakultas :

a. Tarbiyah

b. Syari’ah

c. Da’wah

5. Lembaga Penelitian (LEMLIT)

6. Lembaga Pengabdian pada Masyarakat (LPM)

7. Biro Administrasi Umum, Akademik dan Kemahasiswaan (AUAK)

8. Unit Pelaksana Teknik;

a. Perpustakaan

b. Pusat Bahasa dan Budaya

Untuk lebih jelasnya tentang Struktur Organisasi IAIN Mataram ini dapat

dilihat pada gambar/bagan struktur organisasi berikut ini :

Page 68: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

68

Gambar 2 :

Bagan Struktur Organisasi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram

Senat Institut

REKTOR

PR, BID, AKAD PR, BID, ADUM PR, BID, KEMAH

Senat Institut

Biro AUAK

Bag Can/ Kua

Bag Kepg Otl Um

Bag Akadma

Bag KSM/ Publikasi

Subag Can

Subag Otl Um

Subag Regist

Subag KSM

Subag Keu

Subag Kepeg

Subag Kemah

Subag Pubdok

LPM LEMLIT

PUSLIT PUSLIT

PERPUSTAKAAN PUSAT BHS/BUDAYA

FAK. SYARIAH

Subag TU

Subag TU

FAK. DA’WAH FAK. TARBIYAH

Page 69: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

69

4.2.1.4 Tata Kerja IAIN Mataram

Dalam melaksanakan tugasnya, setiap pimpinan suatu organisasi/satuan kerja di

lingkungan IAIN Mataram wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan

sinkronisasi, baik di lingkungan masing-masing maupun antar satuan organisasi di

lingkungan IAIN Mataram serta dengan instansi lain di luar IAIN Mataram sesuai

dengan tugas masing-masing.

Setiap pimpinan suatu organisasi/satuan kerja di lingkungan IAIN Mataram,

bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasikan bawahannya masing-

masing dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas

bawahan.

Setiap pimpinan suatu organisasi/satuan kerja wajib mengembangkan tugas dan

fungsinya berdasarkan visi, misi dan kebijakan IAIN Mataram serta wajib

mengikuti dan mematuhi petunjuk kerja pimpinan suatu organisasi di atasnya dan

bertanggung jawab serta wajib menyampaikan laporan tugas secara berkala

kepada atasan masing-masing.

Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan suatu organisasi/satuan kerja dari

bawahan wajib melakukan pengolahan atas laporan pelaksanaan tugas tersebut

untuk dipergunakan sebagai salah satu bahan utama dalam penilaian prestasi

kerja, pengambilan keputusan dan pembinaan karier pegawai serta

penyempurnaan pelaksanaan tugas lebih lanjut.

Pembantu Rektor, Dekan, Ketua Lembaga Penelitian, Ketua Lembaga Pengabdian

Kepada Masyarakat, Kepala Unit Pelaksana Teknis dan Kepala Biro

menyampaikan laporan kepada Rektor, Selanjutnya Kepala Biro Administrasi

Page 70: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

70

Umum, Akademik dan Kemahasiswaan menyusun laporan Akuntabilitas kinerja

pelaksanaan tugas IAIN Mataram.

Dalam menyampaikan laporan kepada atasan, tembusan laproan wajib

disampaikan pula kepada satuan-satuan organisasi lain yang secara fungsional

mempunyai hubungan kerja.

Dalam melaksanakan tugasnya setiap pimpinan suatu organisasi dibantu oleh

kepala-kepala satuan organsasi/satuan kerja dibawahnya dan dalam rangka

pemberian bimbingan kepada bawahan masing-masing wajib mengadakan rapat

berkala.

4.2.2 Universitas Mataram

4.2.2.1 Sejarah

Universitas Mataram (Unram) merupakan perguruan tinggi yang

diselenggarakan di bawah Kementerian Pendidikan Nasional, berkedudukan di

Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Proses berdirinya Universitas

Mataram diawali dengan pembentukan Panitia Persiapan Pendirian Universitas

Negeri di Mataram berdasarkan Surat Keputusan Menteri PTIP nomor 89/62

tanggal 26 Juni 1962. Panitia ini diketuai oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I

NTB, yaitu R. Ar. Moh. Ruslan Tjakraningrat. Panitia persiapan ini kemudian

membentuk Badan Persiapan, yang terdiri atas dua bagian, yaitu Bagian Inti

(Gubernur, Danrem, Kepala Polisi, dan Kepala Cabang Kejati) dan Bagian

Penyelenggara (Seksi Pelajaran diketuai oleh Drs. Soeroso, MA dan Seksi

Page 71: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

71

Material diketuai oleh Sadili Sastrawidjaja, SH). Badan Persiapan ini

menghasilkan dua usulan pokok, yaitu :

a. Pendirian Fakultas Ekonomi, Fakultas Peternakan, dan Fakultas yang

menghasilkan ahli agronomi

b. Alternatif nama Universitas: SANGKAREANG atau MATARAM.

Berdasarkan usulan Badan Persiapan yang diteruskan oleh Panitia

Persiapan, ditetapkan berdirinya Universitas Negeri yang berkedudukan di

Mataram, dengan Surat Keputusan Menteri PTIP Nomor 139/62 tanggal 3

Nopember 1962. Sampai satu tahun setelah penerbitan SK tersebut, tidak ada

kegiatan yang menandai berfungsinya universitas, sehingga atas permintaan

Gubernur, pada tanggal 17 Nopember 1963 Yayasan Pendidikan Sangkareang

membuka Fakultas Ekonomi yang diharapkan kelak akan menjadi salah satu

fakultas di Universitas Negeri di Mataram.

Badan Persiapan Pendirian Universitas Mataram dibubarkan tanggal 7

Desember 1963 karena tugasnya dinyatakan telah selesai. Pada tanggal 19

Desember 1963 Yayasan Pendidikan Sangkareang menyerahkan Fakultas

Ekonomi yang didirikan bersama 41 orang mahasiswanya kepada Gubernur untuk

selanjutnya diresmikan oleh Menteri PTIP. Pada saat inilah secara resmi

Universitas Negeri di Mataram mengawali kegiatannya. Atas dasar inilah pada

masa-masa awal Universitas Mataram memperingati Dies Natalis pada tanggal 19

Desember. Namun setelah serangkaian proses pendirian tersebut dicermati ulang

ditetapkan kemudian bahwa Dies Natalis jatuh pada setiap tanggal 1 Oktober.

Page 72: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

72

Pada tahun 1967, Universitas Mataram mendirikan tiga fakultas sekaligus,

yaitu Fakultas Pertanian (1967), Fakultas Peternakan (1967) dan Fakultas Hukum

(1967). Pada saat itu Universitas Mataram masih berstatus Presidiumschop.

Berdasarkan keputusan Rapat Senat Universitas Mataram tanggal 8 Maret 1968,

presidiumschop Universitas diubah menjadi rectorschop. Keputuisan Senat ini

diperkuat dengan keluarnya Surat Keputusan Direktur Jenderal Perguruan Tinggi

nomor 156/KT/I/SP/68 yang menetapkan terhitung mulai tanggal 1 Maret 1968

presidiumschop Universitas Mataram menjadi rectorschop Universitas Mataram

dengan susunan pimpinan sebagai berikut,

Rektor : Kolonel M. Jusuf Abubakar

Pembantu Rektor I : Drh. H.M. Anwar Abidin

Pembantu Rektor II : Drs. Abdul Karim Sahidu

Pembantu Rektor III : Drs. Abdul Munir

Pembantu Rektor Khusus : Ir. M. Qazuini

Namun demikian, jabatan Rektor tersebut baru dikukuhkan pada tahun

1971 berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 36/M

tahun 1971 tertanggal 22 Maret 1971, terhitung mulai tanggal 1 Maret 1968.

Setelah periode Kolonel M. Jusuf Abubakar, rektor Universitas Mataram berturut-

turut adalah sebagai berikut,

1. Kolonel Gatot Suherman (caretaker) berdasarkan Surat Keputusan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 13856/C/I/74 tanggal 6 Mei

1974.

Page 73: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

73

2. Kolonel CKH Soebiyanto, SH (Rektor periode 1974 – 1979) berdasarkan

Surat Keputusan presiden nomor 62/M/75 21 April 1975.

3. Brigadir Jenderal Soebiyanto, SH. (Rektor periode 1979 – 1984)

berdasarkan Surat Keputusan Presiden nomor 141/M/1979 tanggal 31 Juli

1979.

4. Ir. M. Qazuini, M.Sc. (Rektor periode 1984 – 1988) berdasarkan Surat

Keputusan Presiden nomor 122/M tahun 1984 tanggal 26 Mei 1984.

5. Ir. M. Qazuini, M.Sc. (Rektor periode 1988 – 1993) berdasarkan Surat

Keputusan Presiden nomor 237/M tahun 1988 tanggal 30 Agustus 1988.

6. Dr. Ir. Sri Widodo, M.Sc. (Rektor periode 1993 – 1997) berdasarkan Surat

Keputusan Presiden nomor 43/M tahun 1993 tanggal 8 Februari 1993.

7. Prof. Dr. dr. Mulyanto (Rektor periode 1997 – 2001) berdasarkan Surat

Keputusan Presiden nomor 74/M tahun 1997 tanggal 2 April 1997.

8. Ir. Mansur Ma’shum, Ph.D. (Rektor Periode 2001 – 2005) berdasarkan

Surat Keputusan Presiden nomor 186/M tahun 2001.

9. Prof. Ir. Mansur Ma’shum, Ph.D. (Rektor Periode 2005 – 2009)

berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 170/M Tahun 2005.

10. Prof. Ir. Sunarpi, Ph.D. (Rektor periode 2009 – 2013) berdasarkan Surat

Keputusan Presiden Nomor 96/M tanggal 21 September 2009.

Dalam perkembangannya, hingga tahun akademik 2010/2011 Universitas

Mataram memiliki 8 fakultas. Empat fakultas yang dibentuk setelah Fakultas

Hukum adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), ditetapkan

dengan SK Rektor Universitas Mataram nomor 102/PT.21/H4/1981 tanggal 25

Page 74: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

74

April 1981. Kemudian Fakultas Teknik, fakultas ini didirikan berdasarkan

perubahan status Sekolah Tinggi Teknik Mataram (STTM) menjadi Program

Studi Teknik Sipil sesuai Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi

nomor 68/Dikti/Kep/1991 tanggal 8 Nopember 1991. Berdasarkan Surat

Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 0375/o/1993 tanggal 21

Oktober 1993 secara resmi berdiri Fakultas Teknik di Universitas Mataram. Dua

fakultas terakhir yang didirikan adalah Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam (FMIPA) dan Fakultas Kedokteran, masing-masing

berdasarkan Surat Ketetapan Rektor Universitas Mataram Nomor

10146/H18/2007 tanggal 25 Agustus 2007 dan Surat Ketetapan Rektor

Universitas Mataram Nomor 10147/H18/2007 tanggal 25 Agustus 2007.

Saat ini Universitas Mataram mengelola 44 program studi yang terdiri dari

8 program studi Magister, 29 program S-1 dan 7 program D-3. Khusus untuk

Program Studi Magister (S-2) dikelola langsung oleh Program Pascasarjana

berdasarkan SK Rektor No. 6847/J18.H/HK.01.11/2006 tanggal 3 Juni 2006.

Kantor Pusat Universitas Mataram untuk pertama kali bertempat di Taman

Mayura Cakranegara (sebuah situs bersejarah bagi bangsa Indonesia), kemudian

pindah ke Jalan Pendidikan 37 Mataram, dan akhirnya sejak 1993 menempati

gedung Rektorat yang sekarang di Jalan Majapahit 62 Mataram.

4.2.2.2 Lokasi Kampus

Universitas Mataram memiliki dua area kampus yang agak sedikit terpisah

oleh perumahan dosen dan fasilitas kampus lainnya.

Page 75: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

75

Kampus lama terletak di Jalan Pendidikan Mataram, di lokasi ini semula

terdapat Fakultas Ekonomi, Hukum dan Pertanian, namun pada perkembangannya

kampus lama sekarang digunakan untuk Program Magister Manajemen, UPT

Pusat Bahasa, UPT Penelitian, UPT Pengembangan Masyarakat, dan

Laboratorium Lapangan Fakultas Perikanan.

Kampus Baru Unram, terletak di Jalan Majapahit, dimana gerbang utama

dan Gedung rektorat Unram tepatnya berada di jalan ini. Sementara kampus

fakultas-fakultasnya bisa diakses melalui gerbang utama ini kemudian menyususri

jalan lingkar yang melingkari semua faklutas yang ada di Unram, mulai dari

Rektorat, Fakultas Ekonomi, Fakultas Hukum, Fakultas Teknik, Fakultas

Pertanian, Peternakan, MIPA, Kedokteran, UPT Perpustakaan, UPT Komputer,

Asrama Mahasiswa, GOR, Masjid Baabul Hikmah, Fakultas Keguruan, dan

Auditorium M. Yusuf Abubakar.

4.2.2.3 Visi Misi dan Tujuan

V I S I

Universitas Mataram mampu menghasilkan lulusan berkualitas Ipteks tinggi,

penelitian dan pengabdian yang bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan

masyarakat melalui dukungan kerjasama yang dilandasi oleh nilai – nilai Imtaq.

M I S I

Untuk mewujudkan visi tersebut, maka ditetapkan empat misi Unram sesuai

bidang tugasnya yang dalam implementasinya selalu dilandasi oleh nilai –

nilai keimanan dan ketaqwaan ( Imtaq) dan prinsip – prinsip

Page 76: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

76

“ University Governance” keempat misi tersebut :

1. Menyelenggarakan pendidikan tinggi yang berkualitas dalam rangka

menghasilkan sumberdaya manusia berwawasan Ipteks.

2. Menyelenggarakan penelitian yang mampu menghasilkan Ipteks yang

mendukung kemajuan Pembangunan nasional dan wilayah.

3. Menyelenggarakan pengabdian pada masyarakat untuk menerapkan Ipteks

hasil pendidikan dan penelitian.

4. Menyelenggarakan kerjasama dengan berbagai pihak/lembaga dalam dan

luar negeri untuk mendukung pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

TUJUAN

A. Tujuan Bidang Pendidikan

Menata kelembagaan pendidikan dan pelayanan program studi yang sudah

ada dan mengembangkan program studi baru kebutuhan masyarakat,

pembangunan nasional dan wilayah.

1. Menyediakan sarana, prasarana dan pembiayaan pendidikan yang cukup

dan berkualitas.

2. Menyediakan program pengembangan dosen dan pegawai non dosen

melalui program pendidikan S-2, S-3, promosi Guru Besar, kursus dan

pelatihan baik didalam maupun diluar negeri.

3. Mengembangkan mekanisme dalam seleksi mahasiswa/mahasiswi baru,

pengembangan proses belajar mengajar (PBM) dan pembinaan penalaran

dan minat serta bakat.

B. Tujuan bidang Penelitian

Page 77: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

77

1. Menata dan mewujudkan kelembagaan penelitian yang sehat dan mampu

menghasilkan dan mengembangkan. Memanfaatkan sarana, prasarana

dan pembiayaan secara efektif dan efisien dalam pelaksanaan ipteks yang

bermanfaat bagi kemajuan masyarakat dan pembangunan nasional.

2. Memanfaatkan sarana, prasarana dan pembiayaan secara efektif dan

efisien dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan Ipteks.

3. Membina sumber daya manusia peneliti dan pengembang ipteks yang

profesional dan berdaya saing tinggi.

C. Tujuan Bidang Pengabdian Pada Masyarakat

1. Menata dan mengembangkan kelembagaan dan pola kegiatan Pengabdian

Pada Masyarakat agar mampu melaksanakan kegiatan Pengabdian Pada

Masyarakat dan kemajuan masyarakat dan pembangunan nasional.

2. Mengusahakan sarana, prasarana dan pembiayaan secara efektif dan

efisien dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian Pada Masyarakat.

3. Mengembangkan kemampuan dosen dan mahasiswa dalam merencanakan

dan mengevaluasi kegiatan pengabdian pada masyarakat.

D. Tujuan Bidang Kerjasama

1. Menata dan mengembangkan lembaga kerjasama agar mampu menjalin

hubungan kerjasama dengan berbagai pihak/lembaga ditingkat regional,

nasional dan internasional yang mendukung peningkatan kinerja dan mutu

unram.

2. Meraih peluang pengembangan sumber penerimaan ( revenue generating )

melalui pemanfaatan secara optimal seluruh sumberdaya yang ada.

Page 78: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

78

3. Meningkatkan keterampilan dan kemampuan sumberdaya manusia dalam

menjalin hubungan kerjasama dengan pihak/lembaga lainnya.

4.2.2.4 Fakultas dan Program Pascasarjana

Universitas Mataram memiliki 9 fakultas S1 dan 7 Program Studi Pascasarjana ,

yaitu:

1. Fakultas Ekonomi

2. Fakultas Teknik

3. Fakultas Pertanian

4. Fakultas Hukum

5. Fakultas Peternakan

6. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

7. Fakultas MIPA

8. Fakultas Perikanan

9. Fakultas Kedokteran

Program Pascasarjana Universitas Mataram saat ini memiliki 7 (tujuh) Program

Studi, yakni:

1. Magister Manajemen (MM)

2. Magister Ilmu Hukum (MIH)

3. Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering (MPSLK)

4. Magister Manajemen Sumberdaya Peternakan (MMSP)

5. Magister Pendidikan Sains (MPS)

6. Magister Akuntansi (MAKSI)

7. Magister Ilmu Ekonomi (MIE)

Page 79: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

79

4.2.2.5 Struktur Organisasi

Berdasarkan Statuta Universitas Mataram yang ditetapkan oleh Menteri

Pendidikan Nasional Nomor 088/0/2003 tanggal 4 Juli 2003 susunan organisasi

Unram terdiri dari unsur – unsur sebagai berikut :

1. Dewan Penyantun

2. Senat Universitas

3. Unsur pimpinan terdiri dari :Rektor, Pembantu Rektor I (Bidang

Akademik), Pembantu Rektor II (Bidang Administrasi Umum dan

Keuangan), Pembantu Rektor III (Bidang Kemahasiswaan), dan Pembantu

Rektor IV (Bidang kerjasama dan Perencanaan) jabatan PR IV adalah

jabatan tambahan yang belum masuk dalam Statuta Unram tersebut di

atas.

4. Unsur Pelaksana Akademik :

- Bidang Pendidikan (PR I, Fakultas, Jurusan, Program Studi, UPT

MKU dan Lembaga Pengembangan Pendidikan yang memiliki 6

Pusat Pengembangan : P3AI, Pendidikan Agama, Jaminan Mutu

Pendidikan, Pembelajaran Primer, Pendidikan Masyarakat, dan

Media Pembelajaran dan Multimedia )

- Bidang Penelitian (Lembaga Penelitian yang membawahi 15 Pusat

Penelitian : Lingkungan Hidup, Kependudukan, Peranan Wanita,

Teknologi terapan, Pengembangan pedesaan, Pengembangan Usaha

Mandiri, Bahasa dan Kebudayaan, Hukum dan Pengembangan

Sumber daya, Agribisnis, Perencanaan Regional, Pengembangan

Page 80: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

80

Sumber Daya Hayati, Pesisir Laut, ketahanan Pangan dan Gizi,

Sumberdaya dan Agroklimat, Pengembangan Lahan Kering Tropika.

- Bidang Pengabdian Pada Masyarakat (memiliki 4 pusat

pengembangan yaitu Pemetaan dan Pengolahan Citra, Pemberdayaan

Tenaga Kerja dan Pemuda, Tata Pemerintahan Yang Baik, dan

Pengembangan Agroindustri)

1. Unsur pelaksana administrasi dengan 2 biro : 1) BAAKPSI, terdiri

dari 3 bagian yaitu (1) Pendidikan dan kerjasama, (2)

Kemahasiswaan, (3) Perencanaan dan Sistem Informasi, 2) BAUK, terdiri

dari 3 bagian yaitu (1) Umum, Hukum, Tatalaksana dan Perlengkapan

(UHTLP), (2) Kepegawaian, (3) Keuangan.

2. Unsur Penunjang :

- UPT

- Laboratorium

- Bengkel

- Lahan percobaan dan bentuk lain yang dianggap perlu dalam

menyelenggarakan pendidikan akademik dan atau profesi di

UNRAM.

Page 81: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

81

4.2.2.6 Sarana dan Prasarana

A. Asrama Mahasiswa

Universitas Mataram memiliki satu Asrama Mahasiswa yang berada di dalam

kampus dengan luas gedung 1.760 m2 dan memiliki 26 buah kamar .

B. Koperasi Mahasiswa

Untuk melayani kebutuhan sehari-hari mahasiswa, di kampus juga diadakan

Koperasi Mahasiswa (KOPMA) yang pengelolaannya dilakukan oleh dan untuk

mahasiswa sendiri di bawah supervisor PR III.

C. Poliklinik

Poliklinik Unram dikelola oleh beberapa orang dokter dan 3 orang tenaga para

medis, poliklinik ini memberikan pelayanan kesehatan secara gratis kepada

seluruh sivitas akademika dan karyawan Unram, termasuk pelayanan kesehatan

untuk pemegang polis JPKMK, pelayanaaana kesehatan dilaksanakan dari pukul

08.00 pagi sampai pukul 17.00 Wita.

D. Keagamaan

Untuk menunjang pelaksanaan peribadatan bagi warga kampus yang beragama

Islam, di kampus Unram terdapat 1 buah masjid yaitu masjid “Babul Hikmah”

dan beberapa musholla yang berada di lingkungan masing-masing fakultas.

E. Beasiswa

Saat ini ada 17 jenis beasiswa yang diterima berkisar dari Rp.100.000,- s.d Rp.

300.000,- per bulan. Umumnya setiap jenis beasiswa mensyaratkan prestasi

akademis yang tinggi dan secara ekonomis kurang mampu.

Page 82: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

82

F. Fasilitas Kampus Lainnya Seperti halnya kampus-kampus PTN lain di Indonesia, Universitas Mataram

memiliki berbagai macam fasilitas kampus seperti UPT Perpustakaan (3 lantai

dengan koleksi buku dan Journal terbitan dalam dan luar negeri), UPT Pusat

Komputer (Puskom), yang kemudian berganti nama menjadi UPT Pusat

Teknologi Informasi dan Komunikasi (PUSTIK), UPT Pusat Bahasa, UPT

Workshop, serta UKM atau Unit Kegiatan Kemahasiswaan yang diharapkan dapat

membina mental mahasiswa.

4.2.2.7 Pusat Kegiatan Mahasiswa

Unit Kegiatan Mahasiswa

Unit Kegiatan Mahasiswa memiliki gedung khusus seluas 918 m2, berlantai dua.

Gedung tersebut menjadi pusat kegiatan mahasiswa di seluruh fakultas

Universitas Mataram dengan 26 macam kegiatan yang dikelompokkan dalam 3

(tiga) bidang yaitu bidang Minat dan Kegemaran, bidang Keilmuan dan

Penalaran, dan bidang Keagamaan.

Tabel 4.2 : Daftar Unit Kegiatan Mahasiswa

No. Bidang Minat dan Kegemaran

Bidang Keilmuan dan Penalaran Bidang Keagamaan

1. Media ( Jurnalis) 20. Himp. Mahasiswa Peneliti dan Pengkaji Lingkungan

22. Lembaga Dakwah Kampus

2. Kyokushin 21. Wahana Mhs. Pengabdi Masyarakat

23.Keluarga Mahasiswa Hindu Dharma

3. Kyokushinkai 24. Oikumene 4. Fokus (Fotografi) 25. Studi Pengembangan Al-

Qur’an

Page 83: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

83

5. Tae Kwon Do 26. Keluarga Mahasiswa Budhis

6. Merpati Putih 7. Bola Voli 8. Boxer 9. Koperasi Mahasiswa 10. Perisai Diri 11. Bola Basket 12. Resimen Mahasiswa 13. KSR-PMI 14. Bulutangkis 15. Grahapala (Pencinta

Alam)

16. Pramuka 17. Paduan Suara 18. Sepak Bola 19. Shorinji Kempo Sumber : Buku Pedoman UNRAM

4.2.2.8 Kehidupan Mahasiswa

A. Kehidupan Mahasiswa dalam kampus

Komunitas Mahasiswa Unram dapat melakukan berbagai kegiatan bermanfaat

melalui UKM-UKM yang tersedia. Disamping itu juga terdapat Asrama

Mahasiswa sebagai tempat tinggal bagi mahasiswa umum. beberapa UKMF yang

ada di FK UNRAM antaralain UKM KEROHANIAN ASY_SYIFA yang berdiri

sejak tahyn 2005 dan di ketuai oleh asep nasrullah, kemudian januarman, dan

dedy muhadi, UKMF bola yang diketuai oleh dwityo rahmat setiawan, UKMF

basket diketuai oleh Syaiful jihad AL-Iqbal. UKF Lainnya adalah KMHD (UKF

kerohanian hindu), UKF bulu tangkis, dan UKF Informasi dan Teknologi

(Neuromedic) yang mulai berdiri pada Februari 2009.

Kini UKF Neuromedic telah berhasil merilis portal FK Unram dengan alamat:

www.fkunram.net

Page 84: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

84

B. Kehidupan mahasiswa lingkar kampus

Mahasiswa Unram umumnya memilih tempat tinggal atau kos-kosan di

seputaran lingkungan kampus seperti Gomong, Kekalik, Dasan Agung dan

Ampenan.

Sebagai calon mahasiswa Universitas Mataram, banyak yang harus dipersiapkan

terutama bagi mahasiswa yang berasal dari daerah, dan hal penting yang harus

dipersiapkan adalah memperkirakan besarnya biaya hidup di kota Mataram.

Secara umum komponen biaya hidup bagi seorang mahasiswa terdiri atas

biaya pemondokan, makan, biaya transportasi, SPP, hiburan, dan biaya kegiatan

kemahasiswaan. Universitas Mataram memiliki Asrama Mahasiswa yang berada

di dalam kampus namun hanya memiliki 26 kamar yang hanya dapat menampung

sebanyak 52 orang mahasiswa.

Bagi mahasiswa Universitas Mataram yang mencari pemondokan,

pemondokan banyak tersedia di sekitar Kampus Unram yang dikelola oleh

masyarakat dengan biaya bervariasi sekitar Rp. 2.000.000,- per tahun dengan

fasilitas yang layak, fasilitas yang lebih bagus dapat didapat dengan harga Rp.

3000.000,- per tahun.

Mahasiswa yang sewa kamar bulanan atau mengontrak kamar/rumah,

umumnya makan di kantin kampus atau di warung yang banyak terdapat di sekitar

pemondokan mahasiswa. Sedangkan untuk mahasiswa yang secara bersama

kontrak rumah biasanya iuran dengan memanfaatkan jasa pembantu rumah tangga

dalam menyediakan makan sehari-hari. Pilihan lain untuk cara makan adalah jasa

catering (rantangan) dengan biaya minim.

Page 85: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

85

Mahasiswa yang memilih pondokan lengkap tentu tidak punya masalah

dalam soal makanan, karena telah termasuk kedalam biaya yang dibayar.

Angkutan umumnya hanya satu kali naik kendaraan, bahkan untuk

beberapa tempat cukup dengan jalan kaki dari tempat pemondokan untuk menuju

kampus karena kampus Universitas Mataram berada disatu lokasi.

Bagi mereka yang melakukan keperluan pribadi atau memerlukan

kegiatan rekreasi tidak membutuhkan biaya besar karena seperti pantai-pantai di

sekitar Kota Mataram tidak memungut biaya untuk dikunjungi.

4.2.3 Universitas Muhammadiyah Mataram

4.2.3.1 Sejarah

Universitas Muhammadiyah Mataram (UM. Mataram) berdiri pada tanggal

25 Juli 1980 yang pengelolaannya dilakukan oleh Pimpinan Wilayah

Muhammadiyah Nusa Tenggara Barat/Majelis Pendidikan dan Pengajaran dan

Kebudayaan dan selanjutnya pembinaan dilakukan oleh Yayasan Perguruan

Tinggi Muhammadiyah sesuai dengan Akta Notaris Nomor 355 tanggal 21

Oktober 1981 dan disesuaikan dengan Akta Notaris Nomor 16 tanggal 8 Agustus

1986.

Pada awal berdiri pada tahun 1980 Universitas Muhammadiyah Mataram

memiliki tiga fakultas dan enam program studi, yaitu :

1. FKIP : - Pendidikan Moral Pancasila/Civic Hukum

- Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

2. FISIPOL : - Ilmu Administrasi Negara

Page 86: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

86

- Ilmu Administrasi Niaga

- Ilmu Pemerintahan

3. Fatek : - Teknik Sipil

dengan status terdaftar sampai dengan tingkat Sarjana Muda, pengembangan dan

peningkatan jumlah fakultas dan program studi dilakukan oleh UM. Mataram

seiring dengan meningkatnya minat mahasiswa untuk melanjutkan studi di UM.

Mataram, dalam kurun waktu 31 tahun Universitas Muhammadiyah Mataram

berkembang cukup pesat sehingga sampai sekarang tahun2011 telah memiliki :

tujuh Fakultas/Diploma, dua puluh Program Studi S1 dan D3.

Periode Kepemimpinan di Universitas Muhammadiyah Mataram adalah sebagai

berikut :

1. H. Anwar Ikraman

2. H. Idrus (Rektorium)

3. Prof. Drs. H. Abdul Karim Sahidu

4. K. H. Dimyati Solihan

5. H. Agusfian Wahab, SH

6. Ir. H. Suharto Tjitrohardjono

7. Prof. Dr. H. Baharuddin AB, MS

8. Dr. Ir. Imam Hidayat, M.Ag, Er (Pj)

9. Drs. H. Syamsuddin Anwar (Pj)

10. H. Agusfian Wahab, SH (periode kedua)

11. Drs. H. Lalu Mudjitahid (Pj. Rektor)

Page 87: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

87

12. Drs. Mustamin H. Idris, MS (sampai sekarang)

Universitas Muhammadiyah Mataram selanjutnya disebut UM. Mataram

merupakan salah satu Perguruan Tinggi Swasta milik Persyarikatan

Muhammadiyah yang berkedudukan di Mataram sebagai Ibu Kota Provinsi Nusa

Tenggara Barat. Sebagai salah satu amal usaha Muhammadiyah UM. Mataram

adalah perguruan tinggi berakidah Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan As-

Sunnah serta berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang melaksanakan tugas

Catur Dharma Perguruan Tinggi Muhammadiyah yaitu menyelenggarakan

pembinaan ketakwaan dan keimanan kepada Allah SWT. Pendidikan dan

pengajaran, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat menurut tuntunan Islam.

Universitas Muhammadiyah Mataram sebagai Perguruan Tinggi di usia

yang ke tiga puluh satu tahun terus berbenah diri untuk mewujudkan menjadi

perguruan tinggi sehat dan mandiri menuju UM. Mataram Tanggap Mutu. UM.

Mataram diharapkan mampu menjadi kekuatan moral yang mampu membentuk

akhlaq, karakter dan budaya bangsa yang berintergritas tinggi, menumbuhkan

masyarakat yang demokratis dan menjadi sumber ilmu pengetahuan serta

pembentukan sumber daya manusia yang responsif terhadap kebutuhan

masyarakat. Proses ini akan berhasil apabila Universitas Muhammadiyah

Mataram mampu berinteraksi dengan baik untuk mendapatkan dukungan dan

partisipasi aktif dari Pemerintah dan masyarakat dan dunia swasta dalam

pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

Page 88: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

88

4.2.3.2 Visi – Misi Universitas

Visi : Pada tahun 2030 Universitas Muhammadiyah Mataram menjadi

lembaga pendidikan tinggi mandiri dan unggul berdaya saing yang

mampu menghasilkan lulusan yang berakhlaq mulia, menguasai dan

mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, menghasilkan

penelitian yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan pembangunan

nasional yang berkelanjutan dengan mempertahankan kearifan budaya

lokal dan kelestarian sumber daya alam sebagai da’wah amar ma’ruf

nahi munkar dalam rangka mewujudkan masyarakat utama yang

diridhoi Allah SWT.

Misi : 1. Menyiapkan mahasiswa menjadi Sarjana muslim yang beriman

dan bertaqwa, berakhlaq mulia, yang memiliki kemampuan

akademik dan atau profesinalisme dan beramal menuju

terwujudnya masyarakat utama, adil makmur dan sejahtera yang

diridhoi Allah SWT. Bagi mahasiswa non muslim dididik agar

memiliki kemampuan akademik dan atau profesionalisme dan

beramal menuju terwujudnya masyarakat utama, adil makmur dan

sejahtera.

2. Melaksanakan pendidikan yang dinamis dan berkualitas tinggi.

3. Menyiapkan atau menyediakan infra struktur yang memadai

untuk menunjang proses belajar mengajar berkualitas.

4. Menyiapkan atau menyediakan kerangka kelembagaan yang baik

dan kuat untuk menunjang proses penyelenggaraan pendidikan.

Page 89: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

89

5. Menjalin hubungan kerjasama yang erat dengan pihak lain yang

sifatnya menguntungkan dalam segala bidang berdasarkan prinsip

ajaran Islam.

6. Menyiapkan atau menyediakan prangkat pelayanan internal

maupun eksternal (publik) di bidang teknologi informasi dan

telekomunikasi untuk memajukan perekonomian bangsa dengan

laju pertumbuhan yang tinggi.

7. Melakukan pengembangan jalur pendidikan yang memiliki

relevansi terhadap kemajuan UM. Mataram khususnya dan

bangsa Indonesia umumnya.

8. Melakukan inovasi dan program teknologi dan kapital melalui

program nasional (menjadi input bagi Pemerintah).

4.2.3.3 Dasar dan Tujuan

Universitas Muhammadiyah Mataram menyusun dan mengembangkan

program berdasarkan pada :

1. Pancasila dan UUD 1945.

2. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

3. Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan

Penyelenggaraan Pendidikan.

Adapun dalam kegiatan operasionalnya Universitas Muhammadiyah

Mataram berpedoman pada :

Page 90: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

90

a. Qaidah Perguruan Tinggi Muhammadiyah tahun 1999.

b. Statuta Universitas Muhammadiyah Mataram.

c. Renstra Universitas Muhammadiyah Mataram tahun 2008 – 2013.

d. Renop Universitas Muhammadiyah Mataram tahun 2011.

e. Peraturan-peraturan lain yang terkait dan berlaku.

Tujuan penyelenggaraan pendidikan di Universitas Muhammadiyah

Mataram adalah sebagai berikut :

1. Menghasilkan lulusan yang beriman, bertaqwa, menguasai IPTEKS,

profesional, kreatif, inofatif, bertanggung jawab, dan mandiri manuju

terwujudnya masyarakat utama.

2. Meningkatkan kegiatan penelitian sebagai landasan penyelenggaraan

pendidikan dan mengembangkan IPTEKS.

3. Menghasilkan, mengamalkan, mengembangkan dan menyebarluaskan

IPTEKS dalam skala regional, nasional dan internasional.

4. Mewujudkan pengelolaan yang terencana, terorganisir, produktif, efektif,

efisien dan terpercaya untuk menjamin keberlanjutan universitas.

5. Mewujudkan civitas akademika yang mampu menjadi teladan dan kehidupan

masyarakat.

6. Menjalin kerjasama dengan pihak lain dalam lingkup regional, nasional dan

internasional untuk pengembangan pendidikan, penelitian dan pengabdian

masyarakat.

Page 91: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

91

Untuk mencapai tujuan tersebut Universitas Muhammadiyah Mataram

memaksimalkan pelaksanaan Catur Dharma Perguruan Tinggi, yang meliputi :

1. Penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran.

2. Penyelenggaraan penelitian dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi, pendidikan seni dan budaya.

3. Penyelenggaraan pengabdian kepada masyarakat.

4. Kajian Al-Islam dan Kemuhammadiyahan.

4.2.3.4 Kompetensi Lulusan

Kompetensi lulusan Universitas Muhammadiyah Mataram dapat

berkehidupan yang Islami dan beruswatun khasanah sehingga mampu :

1. Merancang dan mengimplementasikan pengetahuan dan keterampilan di

bidang keilmuan yang ditekuninya.

2. Memiliki kreatifitas dan integritas ilmiah.

3. Memiliki kemampuan mengkaji dan memecahkan masalah di bidang

keilmuan saat ini dan yang akan datang dengan dukungan IPTEKS.

4.2.3.5 Lokasi Kampus

Kampus Universitas Muhammadiyah Mataram terletak di Jl. K. H. Ahmad Dahlan

No. 1 Pagesangan Mataram Telepon : (0370) 633723 Facsimile : (0370) 641906

Homepage : http://www.ummat.ac.id

E-mail : [email protected]

Tgl. berdirinya : 25 Juli 1980

Dies Natalis : 25 Juli

Page 92: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

92

4.2.3.6 Fakultas dan Program Studi

Uraian tentang Fakultas dan Program Studi yang ada di Universitas

Muhammadiyah Mataram lebih lanjut lihat tabel berikut ini :

Tabel 4.3 : Fakultas dan Program Studi di UM. Mataram

FAKULTAS PROGRAM STUDI JENJANG (S-2/S-1/ PROFESI/POLITEKNIK/D3

TAHUN BERDIRI

NILAI DAN TAHUN

AKREDITASI

1. FKIP a. Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

S1 1981 B / 2008

b. Bahasa Inggris S1 1990 C / 2008

c. PPKn S1 1981 B / 2008

d. Geografi S1 1990 C / 2008

e. FISIKA S1 2007 dalam proses

2. FISIP a. Ilmu Pemerintahan S1 1981 C / 2006

b. Ilmu Adm. Negara S1 1981 C / 2006

c. Ilmu Adm. Niaga S1 1981 C / 2006

d. Perpustakaan D3 1990 dalam proses

3. Faperta a. Teknologi Hasil Pertanian S1 1980 C / 2006

b. Teknik Pertanian S1 1980 C / 2006

4. Fatek a. Teknik Sipil S1 1980 C / 2005

b. Teknik Perencanaan Wilayah

S1 2007 dalam proses

c. Tekni Pertambangan D3 1997 dalam proses

5. Fak. Hukum a. Ilmu Hukum S1 2007 dalam proses

6. Diploma Kesehatan

a. Kebidanan D3 2006 dalam proses

b. Farmasi D3 2006 dalam proses

7. Fak. Agama Islam

Pendidikan Bahasa Arab S1 2010 -

Page 93: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

93

BAB V

PELAKSANAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PADA 3

PERGURUAN TINGGI DI KOTA MATARAM DALAM KONTEKS

PEMBINAAN KEHIDUPAN DEMOKRASI

Pelaksanaan atau penyelenggaraan Pendidikan Kewarganegaraan secara

umum dapat dibagi atau dikelompokkan menjadi 2 bagian/kelompok, yaitu

Pendidikan Formal dan Pendidikan NonFormal. Pendidikan secara formal yaitu

Pendidikan Kewarganegaraan yang dilaksanakan secara formal di sekolah dalam

hal ini di perguruan tinggi secara resmi, terencana, dan mempunyai tujuan serta

kompetensi tertentu. Sedangkan pendidikan secara nonformal yang dimaksud

adalah penyelenggaraan Pendidikan Kewarganegaraan diluar sistem persekolahan.

Pendidikan Kewarganegaraan non formal ini dapat diselenggarakan oleh

departemen, non departemen, lingkungan perusahaan, organisasi politik,

organisasi sosial, dan organisasi kemasyarakatan termasuk juga di lingkungan

keluarga.

Pada bagian ini akan dijelaskan secara terperinci mengenai bagaimana

penyelenggaraan atau pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan secara formal

yang diselenggarakan pada perguruan tinggi di Mataram.

Secara formal pelaksanaan pendidikan kewarganegaran di perguruan

tinggi di dasarkan pada kepentingan nasional yang diwujudkan dalam kurikulum

nasional. Kepentingan nasional disusun berdasarkan situasi dan kondisi Negara

yang sedang dan akan dihadapi ke depan. Sebagai contoh pada Orde Reformasi

Page 94: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

94

sekarang ini, ada beberapa ancaman yang dihadapi yang mengarah pada tantangan

nonfisik dan gejolak sosial yang diwujudkan dalam bentuk mempertahankan,

melindungi, atau bela Negara, tidak terlepas dari pengaruh lingkungan dari luar

maupun dari dalam, baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu bangsa

Indonesia harus menyusun rumusan atau konsep bela Negara yang dikaitkan

dengan lingkungan strategis, yaitu pemahaman tentang wilayah Negara (NKRI)

tentang ketahanan nasional (Tannas) dalam memperthankan keutuhan Negara

Kesatuan Republik Indonesia (NKR)I. Konsep tentang hal ini (bela Negara) telah

disusun sejak tahun 1973 pada TAP MPR No. IV/MPR/1973 tentang GBHN yaitu

Wawasan Nusantara (Wasantara) dan Ketahanan Nasional (Tannas).

Sesuai dengan perkembangsn zaman dan muatan Wawasan Nusantara dan

Ketahanan Nasional tersebut, maka semua produk hukum dan system pendidikan

kewarganegaraan yang cenderung melibatkan kemampuan fisik tidak belaku lagi.

Sebagi penggantinya ialah UU No. 20 tahun 1982 tentang pokok-pokok

pertahanan keamanan Negara yang memunculkan penyelenggaraan Pendidikan

Pendahuluan Bela Negara (PPBN) di lingkungan pemukiman pendidikan dan

pekerjaan. Dalam lingkungan pendidikan PPBN diberikan dalam bentuk mata

pelajaran sejak TK sampai Perguruan tinggi. Kemudian, dalam UU No. 2 tahun

1989 dan UU No. 20 tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

direalisasikan dalam kurikulum wajib disemua jenjang dan jalur pendidikan

dengan nama Pendidikan Kewarganegaraan.

Dalam pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan yang riil di lapangan,

ada beberapa komponen yang saling terkait yang perlu mendapat perhatian.

Page 95: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

95

Komponen tersebut antara lain adalah kurikulum dan sarana, tenaga pengajar,

manajemen pembelajaran. Keseluruhan komponen tersebut saling berhubungan

dan terkait satu sama lain dalam mencapai tujuan pendidikan kewarganegaraan.

Untuk itu, berikut ini akan diuraikan masing-masing komponen bagaimana

keadaannya dan pelaksanaannya secara nyata di lapangan (Perguruan Tinggi di

Mataram). Perguruan Tinggi yang dijadikan sampel dalam hal ini adalah

melibatkan 3 (tiga) Perguruan Tinggi, yaitu Universitas Mataram (UNRAM),

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram, dan Universitas Muhammadiyah

Mataram (UMM). Pemilihan ketiga perguruan tinggi tersebut didasarkan bahwa

ketiganya mewakili tiga versi pendidikan kewarganegaraan. UNRAM mewakili

versi umum yang bahan/materinya disusun oleh Lemhanas dan Dirjen Dikti

Diknas. IAIN Mataram mewakili versi khusus untuk perguruan tinggi Islam, dan

Universitas Muhammadiyah Mataram mewakili versi perguruan tinggi

Muhammadiyah di Indonesia.

5.1 Kurikulum dan Sarana

Kurikulum bila ditinjau dari aspek penyusunannya, maka kurikulum

disusun oleh aparat yang berwenang, yaitu pemerintah dalam bentuk

kebijaksanaan pendidikan. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang sifatnya

berkesinambungan dan berorientasi ke masa depan. Oleh karena itu penyusunan

kurikulum hendaknya berpijak pada masa sekarang sebagai untuk menghadapi

masa yang akan datang dan juga didasarkan pada filosofi/filsafat pendidikan yang

jelas sesuai Ideologi atau falsafah negara.

Page 96: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

96

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kurikulum pendidikan

merupakan aspek yang penting untuk menjaga kepentingan nasional maupun

untuk memberikan kreatifitas dan menunjang kepentingan daerah. Untuk itu

pemerintah pusat bertugas dan berkewenangan untuk menetapkan visi dan misi

pendidikan nasional setiap jenjang dan jenis pendidikan dengan indikator

keberhasilan yang jelas sebagai kurikulum nasional. Ketentuan tentang mata

pelajaran apa saja yang wajib bagi setiap jenjang pendidikan dapat dilihat pada

UU Sistem Pendidikan Nasional no. 20 tahun 2003 pasal 37. Khusus untuk

kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat: 1) pendidikan agama; 2) pendidikan

kewarganegaraan; dan 3) bahasa.

Masalah kurikulum yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan

kewarganegaraan pada perguruan tinggi di Mataram seperti yang ungkapkan

informan berikut ini.

”kami melaksanakan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan berpedoman pada kurikulum oleh Depdiknas, karena mata kuliah ini merupakan kurikulum Nasional yang wajib bagi seluruh mahasiswa.” (H. Usman).

Hal senada diungkapkan oleh informan lainnya.

”Di kampus kami pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan berpedoman pada kurikulum Nasional (pedoman dari Depdiknas). Di samping itu kami juga menggunakan pedoman khusus untuk Perguruan Tinggi Muhammadiyah karena kami adalah Perguruan Tinggi Muhammadiyah.” (Taufik).

Agak berbeda dengan informan dari IAIN Mataram yang mengungkapkan :

”Kami di IAIN menggunakan pedoman pada kurikulum bahwa khusus untuk Perguruan Tinggi Agama Islam dalam pelaksnaan pembelajaran Civic Education yang dikembangkan oleh ICCE.” (H. Nashuddin).

Page 97: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

97

Dari ungkapan di atas dapat diketahui bahwa Pendidikan Kewarganegaraan atau

Civic Education yang dilaksanakan merupakan mata kuliah wajib bagi seluruh

mahasiswa dan mempunyai pedoman secara nasional atau kurikulum Nasional.

Bila diteliti dari pedoman/kurikulum yang digunakan oleh para dosen terlihat

bahwa Civic Education ini bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik

memahami hak dan kewajibannya serta menjadikan warga negara yang

demokratis sesuai dengan UUSPN No. 20 tahun 2003 Ps 37. Dengan demikian

harus dilaksanakan dengan benar sesuai dengan pedoman secara nasional. Sebab

kurikulum merupakan atau dapat diakatakan sebagai suatu kebijakan

negara/pemerintah sehingga wajib dilaksanakan. Hal ini juga menunjukkan

adanya hubungan yang erat antara pendidikan dan politik suatu negara. Jadi

pendidikan dan politik secara dinamis dan sinergis berproses dalam pembentukan

karakteristik masyarakat disuatu negara (Indonesia). Tentang hubungan antara

pendidikan dan politik ini sesuai dengan pendapat Abernethy dan Coombe (M.

Sirozi, 2007 : 13) yang menyatakan bahwa pendidikan dan politik terkait tanpa

bisa dipisahkan. Dan ada empat aspek kehidupan masyarakat yang dapat

dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan pendidikan yang dibuat oleh pemerintah

yaitu jenis dan jenjang pekerjaan, mobilitas sosial, ide-ide dan sikap-sikap

masyarakat.

Dinamika hubungan timbal balik antara pendidikan dan politik dalam mata

masyarakat atau negara terus berkembang seiring dengan perubahan-perubahan

yang terjadi dalam masyarakat suatu negara yang bersangkutan. Intensitas

perubahan tersebut sangat nyata terlihat dalam proses yang menghantarkan negara

Page 98: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

98

jajahan menuju kemerdekaan, dari kemerdekaan menuju negara yang lebih maju

lagi. Misalnya bagaimana perkembangan atau perubahan Kurikulum Pendidikan

Kewarganegaraan sejak kemerdekaan sampai saat ini. Seperti yang diungkapkan

oleh informan berikut.

”Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan yang digunakan saat ini di Perguruan Tinggi telah mengalami perubahan sejak sekitar tahun 1973 sampai sekarang. Dulu bernama kewiraan saat ini berdasarkan SK Dirjen Dikti Depdiknas No. 43/DIKTI/KEP/2006 tentang rambu-rambu pelaksanaan kelompok mata kuliah. Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi berubah nama menjadi Pendidikan Kewarganegaraan demikian juga masalah materi, metode, strategi pembelajaran serta sistim evaluasinya juga ikut berubah.” (H.M. Matsir).

Dengan adanya perubahan pengembangan ataupun penyempurnaan

kurikulum seperti di ungkapkan di atas dan menurut SK DIRJEN DIKTI

Depdiknas No. 43/DIKTI/KEP/2006, maka pendidikan kewarganegaraan

memiliki paradigma baru yaitu Pendidikan Kewarganegaraan berbasis filsafat

bangsa Pancasila. Mata kuliah ini mempunyai peran strategis dalam

mempersiapkan warganegara yang cerdas bertanggung jawab dan berkeadaban.

Sehingga mata kuliah ini termasuk dalam kelompok mata kuliah pengembangan

kepribadian (MKPK) yang wajib diberikan pada seluruh mahasiswa disemu

fakultas dan jurusan maupun program studi. Pada hakekatnya Pendidikan

Kewarganegaraan merupakan hasil sintesis antara Civic Education, Democracy

Education serta Citizenship Education yang berlandaskan filsafat Pancasila serta

mengandung identitas nasional Indonesia serta materi muatan tentang bela negara

(MANSOER, 2006 : 4).

Untuk melaksanakan ketentuan yang telah digariskan atau yang termuat

dalam kurikulum diperlukan sarana dan prasarana termasuk di dalamnya tentang

Page 99: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

99

media pembelajaran untuk melaksanakannya. Seperti yang dikemukakan oleh

informan berikut.

”Dalam melaksanakan apa yang dikehendaki kurikulum memerlukan perangkat pembelajaran yang memadai di kampus kami perangkat dimaksud sudah lumayan memadai, tinggal bagaimana kreatifitas dan kecermatan pengajar untuk dapat memanfaatkannya sekalipun belum dikatakan sempurna atau mencukupi.” (Kafrawi).

Hal senada juga dikemukakan oleh informan lain.

”Kalau dicermati apa yang tercantum dalam kurikulum dibutuhkan sarana perasarana atau media media pembelajaran yang lengkap demi tercapai tujuan yang diharapkan untuk menutupi kekurangan sarana prasarana dan media yang belum lengkap kami mengadakan kerjasama dengan pihak lain seperti berkunjung ke instansi terkait atau menugaskan mahasiswa ke instansi terkait untuk observasi tentang tugas-tugas, fungsi dari instansi yang bersangkutan.” (Taufik).

Dari ungkapan di atas dapat dimaknai bahwa kurikulum dan sarana

pembelajaran dapat dikatakan memadai dalam melaksanakan pembelajaran.

5.2 Tenaga Pengajar

Dalam kegiatan pembelajaran, tenaga kependidikan merupakan suatu

komponen yang penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Tenaga

kependidikan adalah seseorang atau kelompok orang yang berprofesi mengelola

kegiatan belajar dan mengajaratau peran yang lain yang memungkinkan

berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang lebih efektif melalui

transformasi. Tenaga kependidikan bertugas menyelenggarakan kegiatan

mengajar, melatih, meneliti, mengembangkan, mengelola, dan atau memberikan

pelayanan teknis dalam bidang pendidikan. Salah satu unsur tenaga kependidikan

adalah tenaga pendidik/tenaga pengajar yang tugas utamanya adalah

Page 100: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

100

mendidik/mengajar. Kehadiran pendidik dalam hal ini yang dimaksud adalah

dosen di perguruan tinggi merupakan motivator, stabilisator, fasilitator, dan

komunikator dalam pembelajaran yang tentunya bertujuan mensosialisasikan

materi pembelajaran kepada peserta didik/ mahasiswa.

Karena tugasnya mengajar, maka dosen/tenaga pengajar harus mempunyai

wewenang mengajar berdasarkan kualifikasi sebagai tengan pengajar. Kedudukan

dosen dalam hal ini difahami demikian penting sebagai ujung tombak dalam

pembelajaran dan pencapaian mutu hasil belajar peserta didik/mahasiswa.

Sebagai tenaga kependidikan dan tenaga pengajar, setiap dosen dalam

melaksanakan tugasnya harus memiliki kemampuan profesional dalam proses

belajar mengajar atau pembelajaran. Kemampuan ini sebagai gambaran bahwa

dosen itu merupakan pekerjaan yang membutuhkan keahlian. Dengan kemampuan

itu, dosen dapat melakukan peranannya sesuai standar kinerja dosen sebagai

tenaga profesional.

Seorang dosen dikatakan kompeten jika ia menguasai dan memiliki

kecakapan profesional menyangkut seorang dosen. Hal ini ditandai dengan

keahliannya selaras dengan tuntutan bidang ilmu yangn menjadi tanggung

jawabnya.

Kompetensi bersifat unik/khas untuk setiap dosen mengingat kompetensi

teknis dan profesional berbeda. Demikian juga spektrum sikap setiapkomponen

kompetensi tiap individu dosen berbeda. Kompetensi seorang dosen dalam

melaksanakan tugasnya membutuhkan analisis dan sintesis atas dasar pengetahuan

dan pengalamannya dalam melaksanakan pelayanan belajar membutuhkan

Page 101: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

101

pemikiran dan kreatifitas. Dengan demikian, mengajar adalah mengusahakan agar

terjadi perubahan perilaku peserta didik yang spesifik.

Dalam pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan hal tersebut diatas perlu

menjadi pertimbangan untuk diketahui dan difahami bahwa dosen yang mengajar

Pendidikan Kewarganegaraan adalah bersifat khusus. Artinya seseorang intuk

dapat bertugas mengajar harus memiliki kriteria/kualifikasi tersendiri disamping

kualifikasi dosen secara umum. Kualifikasi yang dimaksud adalah bahwa seorang

dosen Pendidikan Kewarganegaraan harus memiliki sertifikat atau telah

menempuh kursus atau pelatihan khusus untuk itu. Seperti kursus yang

dilaksanakan lembaga ketahanan nasional (Lemhanas) atau lembaga lain yang

khusus untuk dosen Pendidikan Kewarganegaraan/Civic Education. Seperti yang

dikemukakan oleh Koordinator Dikwar dosen Universitas Mataram H.M. Natsir

sebagai berikut:

”Dosen PKn yang ada sekarang belum mecukupi dan memadai secara ideal. Kami sering kewalahan mengatur jadwal mengajar dosen yang ada, baik di UNRAM maupun di luar yagn belum mempunyai dosen bersertifikat. Dosen yang berkompeten ada pensiun sementara penambahan berjalan lambat akhirnya mangatasi kekurangan itu digunakan dosen belum punya SIM, tapi tanggung jawab tetap pada yang punya SIM” (wawancara 19 Agustus 2010).

Demikian juga yang dikatakan oleh Drs. Taufik, asisten dosen Pendidikan

Kewarganegaraan Universitas Muhammadiyah Mataram:

”Kewenangan untuk mengajar mata kuliah Pendidikan kewarganegaraan adalah dosen yang telah mengikuti kursus untuk itu. Di kampus kam, baru ada satu orang dosen yang telah mengikuti Kursus Calon Dosen Kewarganegaraan (SUSCADOSWAR), baik yang diselenggarakan Lemhanas, maupun yang diselenggarakan khusus bagi perguruan tinggi Muhammadiyah se-Indonesia. Saya hanya sebagai asisten beliau saja.”(wawancara 30 Juli 2010)

Page 102: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

102

Hampir sama dengan tenaga pengajar yang ada di IAIN Mataram :

”Di IAIN tenaga dosen dapat dibilang telah mecukupi sekalipun tidak mempunyai sertifikat khusus tapi dosen-dosen yang ditugasi mengajar Civic Education telah mengikuti serangkaian workshop dan training yang dilakukan di intern kampus maupun di luar kampus”.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa untuk dapat menjadi

dosen yang berkewenangan mengajar pendidikan kewarganegaraan, harus

memenuhi kualifikasi atau kompetensi khusus disamping kompetensi yang harus

dimiliki oleh seorang dosen pada umumnya. Dari pernyataan tersebut di atas

tergambar juga bahwa jumlah dosen pendidikan kewarganegaraan adalah terbatas.

Oleh karena itu, masalah rasio antara dosen dan mahasiswa tidak seimbang/tidak

memadai bagi perguruan tinggi besar dan yang mempunyai mahasiswa yang

banyak. Sementara tidak setiap tahun ada kursus untuk itu, dan jatah pengiriman

dosen yang terbatas. Sehingga diambil kebijakan dalam pelaksanaan

pengajarannya menggunakan asisten dosen dan penggabungan beberapa program

studi dalam satu waktu perkuliahan. Bagi perguruan tinggi yang belum memiliki

dosen yang berkompeten unutk itu, dapat juga meminjam dosen perguruan tinggi

lain untuk mengajar mata kuliah kewarganegaraan.

Dari paparan tentang tenaga pengajar diatas dapat dimaknai bahwa

seseorang untuk dapat menjadi tenaga pengajar Pendidikan Kewarganegaraan

harus mempunyai kompetensi khusus dan bersifat profesional. Hal ini sesuai

dengan pendapat Munsyi, bahwa kompetensi mengacu pada kemampuan

melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan. Kompetensi menunjuk

Page 103: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

103

pada performance dan perbuatan yang rasional memenuhi spesifikasi tertentu

dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan (Hamzah B. Uno, 2007:61).

Selanjutnya macam kompetensi yagn harus dimiliki oleh tenaga pengajar

(dalam hal ini dosen) antara lain ada 4 macam (Hamzah B. Uno, 2007:69).

1. Kompetensi profesional, artinya harus memiliki pengetahuan yang luas

dari subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan.

2. Kompetensi personal, artinya sikap kepribadian yang mantap dan

pantas diteladani.

3. Kompetensi sosial, artinya dapat menunjukkan kemampuan dalam

berinterakasi sosial terhadap peserta didik bahkan dengan masyarakat.

4. Kompetensi untuk melakukan yang sebaik-baiknya yang berarti

mengutamakan nilai-nilai sosial daripada material.

5.3 Manajaemen Pembelajaran Dikwar

5.3.1 Pola Pembelajaran

Mengingat pendidikan kewarganegaraan merupakan pembelajaran yang menitik

beratkan pada ranah afektif maka pembelajarannya berbeda dengan mata kuliah

lain. Pembelajaran dalam pendidikan kewarganegaraan membutuhkan wawasan

baru. Wawasan baru tersebut harus memuat prinsip dialogis, aplikatif tidak terlalu

mementingkan aspek kognetif serta memandang mahasiswa sebagai steakholder

utama. Paradigma baru dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sangat

diniscayakan, sebab selain dalam disiplin keilmuan aspek afektif sangat

ditonjolkan sebagai ciri khas pembentukan watak dan disiplin. Pendidikan

Page 104: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

104

Kewarganegaraan menekankan penerapan dalam kehidupan, bukan wacana tetapi

aplikatif (Akif Khilmiyah, 2005 : 8).

Oleh karena itu dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan

diperlukan bentuk sajian yang berbeda dalam pengajaran, penggunaan metode

serta evaluasinya seperti yang terungkap dalam wawancara dengan informan

sebagai berikut :

”Pembelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan pembelajaran yang khusus dan khas berbeda dengan yang lain. Kita menggunakan metode dan evaluasi yang mengarah pada pembentukan sikap dan tingkah laku.” (H.M. Natsir).

Hal senada diungkapkan oleh informan lain :

”Dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berbeda dengan mata kuliah lain, karena adanya istilah pendidikan di dalamnya. Jadi mempunyai pola yang khas sebagai pendidikan yang menekankan pada ranah pembentukan sikap. Dalam hal ini dosen dituntut di samping menyampaikan materi juga sebagai contoh atau model.” (Kafrawi).

”Kami di IAIN pelaksanaan pembelajaran Civic Educatioan sesuai dengan

pedoman dari ICCE yaitu menggunakan paradigma humanistik yang mengedepankan proses pembelajaran demokratis melalui penerapan strategi pembelajaran partisipatif. Jadi dalam hal ini mahasiswa diposisikan sebagai subjek sekaligus sebagai objek sedangkan dosen sebagai fasilitator.” (H. Nashuddin).

Dari ungkapan di atas dapat difahami bahwa pendidikan kewarganegaraan

adalah merupakan mata kuliah yang khusus dan mempunyai karakteristik yang

khas sebagai pendidikan yang menekankan pada ranah afektif atau pembentukan

sikap. Dengan paradigma pembelajaran tersebut di atas akan dapat terwujud

pengalaman belajar yang bermakna dan fungsional. Di samping itu pengetahuan

dan pengalaman pembelajarannya akan membuat peserta didik menemukan jati

dirinya sebagai manusia yang sadar akan tanggung jawab individu dan sosialnya.

Page 105: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

105

Dalam proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan ada beberapa

hal/komponen yang perlu mendapat perhatian, karena komponen inilah yang pada

intinya saling berinteraksi. Komponen tersebut adalah perencanaan pebelajaran,

materi pembelajaran, strategi pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Komponen

tersebut akan berinteraksi secara sinergis dalam mencapai tujuan pembelajaran

yang tercantum dalam kurikulum pendidikan kewarganegaraan.

5.3.2 Perencanaan Pembelajaran

Proses pembelajaran meniscayakan adanya interaksi yang dinamis antar

dosen dan mahasiswa. Hal ini akan mendorong terciptanya suasana yang kondusip

di kelas. Dalam konteks itu setiap pembelajaran harus direncanakan secara

rasional, sistemtik dan sistemik agar tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai.

Pada pelaksanaan di lapangan para dosen rata-rata sebelum melaksanakan proses

pembelajaran diwajibkan untuk membuat SAP (Satuan Acara Perkuliahan) yang

merupakan rancangan dari apa yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran.

Perencanaan pembelajaran merupakan hal yang amat penting dalam suatu proses

pembelajaran, sebab proses pembelajaran tanpa suatu perencanaan akan menjadi

sia-sia karena tidak mempunyai standar acuan yang akan dicapai dalam proses

tersebut. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh para informan berikut ini.

”Dalam melaksanakan tugas pengajaran kami harus menyusun perencanaan pembelajaran yang dinamakan Satuan Acara Perkuliahan atau SAP yang berisi seluruh aktivitas yang akan kita lakukan dalam perkuliahan.” (Suprapto).

Page 106: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

106

Hal senada dikemukakan oleh Taufik :

”Sebelum mengajar kami harus menyusun perencanaan pembelajaran. Hal ini amat penting dilakukan karena tanpa ini kesulitan menentukan arah tujuan pembelajaran dengan kata lain pembelajaran tidak akan teratur atau sistematis.”

Informan lain mengungkapkan lebih rinci mengapa perencanaan itu penting.

”Perencanaan pembelajaran sangat penting disusun oleh seorang dosen sebelum melaksanakan pembelajaran. Karena dalam perencanaan itu termuat segala hal yang akan dilakukan dalam aktivitas belajar mengajar seperti menentukan kompetensi standar dan indikator kompetensi yang harus dimiliki mahasiswa materi pembelajaran, strategi pembelajaran, media atau alat bantu, sampai pada penentuan model dan alat evaluasi untuk mengukur tingkat keberhasilan”. (H. Usman).

Dari ungkapan di atas dapat dimaknai bahwa perencanaan pembelajaran

itu amat penting artinya disusun oleh para dosen sebelum melaksanakan proses

pembelajaran. Karena dengan perencanaan akan memudahkan bagi dosen dalam

mengajar apalagi bagi dosen yang mengajar lebih dari satu mata kuliah. Dalam

penyusunan perencanaan pembelajaran perlu juga dipertimbangkan fleksibelitas

dari perencanaan pembelajaran tersebut, sehingga dapat mudah diubah dan

disesuaikan dengan kondisi dan dinamika yang berkembang dalam proses

pembelajaran.

5.3.3 Materi Pembelajaran

Setelah menyusun perencanaan pembelajaran selanjutnya adalah

menentukan materi pembelajaran. Dalam hal penyusunan prosedur pembelajaran

pendidikan tinggi dituntut untuk mempertemukan antara perkembangan

masyarakat dan kebutuhan mahasiswa dengan materi perkuliahan. Sehingga

dimasa depan perubahan masyarakat kebutuhan mahasiswa, kepentingan dan

Page 107: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

107

penyesuaian kemampuan mahasiswa menjadi orientasi bagi arah desain

pembelajaran/kependidikan. (Akif Hilmiyah, 2005 : 31).

Tentang sumber materi yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan Perguruan Tinggi di Mataram tercermin dalam pernyataan

informan sebagai berikut :

”Bahwa kuliah yang kami gunakan diambil dari silabi nasional, literatur terbaru serta kasus kasus yang ada dimedia masa yang dijadikan sebagai studi kasus.” (Kafrawi).

”Meteri perkuliahan yang kami pakai sesuai dengan pedoman dari ICCE

yang terdiri dari tiga materi pokok : demokrasi, HAM dan masyarakat madani. Selanjutnya ketiga materi inti tersebut dikembangkan menjadi bahan kajian di kelas. Untuk mengembangkannya kami mengambil dari salain buku teks juga dari jurnal ilmiah media massa internet dan lain sebagainya.” (Suprapto).

”Dalam pelaksanaan pembelajaran bahan kuliah kami peroleh dari

berbagai sumber, selain buku pokok yang disusun oleh Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah seperti buku teks dari Lemhannas dan media massa dari internet untuk memperluas wawasan.” (Taufik).

Dari ungkapan di atas menggambarkan bahwa dalam pelaksanaan

pembelajaran para pengajar rata-rata memiliki pedoman pokok dan selalu

dikembangkan sesuai dengan perkembangan terbaru. Oleh karenanya materi

perkuliahan dan proses penyajiannya harus diorganisir sesuai dengan tuntutan

zaman. Karena menurut Diamond apabila kecendrungan perubahan zaman tidak

direaksi dengan melakukan penyesuaian, maka hasil belajar kurikulum dan materi

kuliah tidak akan mampu menyesuaikan kebutuhan mahasiswa dan sulit dijadikan

sumber belajar (Akif Hilmiyah dkk, 2005 : 31). Oleh karena itu mempersiapkan

materi perkuliahan dan kemutakhiran bahan dan pengorganisasian materi yang

disesuaikan dengan kebutuhan mahasiswa menjadi prioritas. Hal ini penting

Page 108: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

108

dilakukan agar program yang disajikan kepada mahasiswa memenuhi dan sesuai

dengan alam fikir/logika mahasiswa sehingga menghasilkan retensi yang tinggi

bagi pembentukan sikap dan ketrampilan profesional. Hal ini sejalan dengan

pendapat Bligh (Akif Hilmiyah dkk, 2005 : 35) yang menyatakan bahwa penataan

materi/bahan yang baik akan meningkatkan retensi dan menghindarkan retroactive

sehingga pembelajaran tidak kontraproduktif.

Secara umum materi pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan/kewargaan berpedoman pokok pada materi yang disusun oleh

ICCE, Diknas dan Lemhannas serta yang disusun oleh Diktilitbang PP

Muhammadiyah. Diantara ketiga sumber materi pokok tersebut secara substansial

tidak jauh berbeda. Bahan kajian menurut SK Dirjen Dikti Diknas no.

43/DIKTI/KEP/2006 adalah (1) Pendahuluan, (2) Filsafat Pancasila, (3) Identitas

Nasional, (4) Negara dan Konstitusi, (5) Demokrasi Indonesia, (6) HAM dan Rule

of Law, (7) Hak dan Kewajiban Warga Negara, (8) Geopolitik Indonesia, dan (9)

Geostrategi Indonesia. Kemudian menurut ICCE adalah (1) Pendahuluan, (2)

Identitas Nasional, (3) Negara, (4) Kewarganegaraan, (5) Konstitusi, (6)

Demokrasi, (7) Otonomi Daerah, (8) Good Goverment, (9) Hak Asasi Manusia,

dan (10) Masyarakat Madani. Sedangkan menurut Majelis Diktilitbang PP

Muhammadiyah adalah (1) Pendidikan Kewarganegaraan dan Cita-cita menuju

Masyarakat Madani, (2) Tinjauan Umum tentang Nilai-Nilai Demokrasi, (3)

Pemerintahan yang Bersih dan Demokratis, (4) Transpormasi Nilai Demokrasi

dalam Keluarga dan Masyarakat, (5) Membangun Identitas Nasional, (6) Tata

Page 109: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

109

Dunia Baru dalam Globalisasi, (7) Ekonomi Kerakyatan dan Etos Ekonomi

sebagai Basis Kekuatan Nasional, dan (8) Penegakan Hak Asasi Manusia.

5.3.4 Strategi Pembelajaran

Strategi berasal dari kata bahasa Inggris ”strategy yang berarti ilmu siasat

perang siasat akal. Kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia selain berarti

siasat perang juga diartikan sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk

mencapai sasaran khusus (Ananda Santoso dan S. Prianto, 1995 : 333). Bila

dihubungkan dengan pembelajaran, maka dapat diartikan suatu rencana yang

cermat mengenai suatu kegiatan pembelajaran untuk mencapai sasaran dan tujuan

pembelajaran dalam hal ini pembelajaran Civic Education/pendidikan

kewarganegaraan.

Untuk mencapai kompetensi atau tujuan tersebut diperlukan pemilihan dan

penerapan strategi yang tepat dan mampu mendekatkan peserta didik pada realitas

sosial di mana peserta didik dapat menemukan jati dirinya yang sadar akan

tanggung jawabnya. Sehingga dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

model dan paradigma baru sangat diniscayakan. Hal ini dilakukan karena selain

dalam disiplin keilmuan aspek afektif sangat ditonjolkan sebagai ciri khas

pembentukan watak dan disiplin, oleh karena itu dalam pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan diperlukan bentuk sajian yang berbeda baik dalam mengajar,

menerapkan strategi dan metode pembelajaran maupun sistem evaluasinya.

Page 110: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

110

Jadi penentuan strategi dan atau metode yang akan digunakan oleh seorang

dosen amat penting artinya dalam mencapai tujuan pembelajaran. Seperti yang

dikemukakan oleh informan sebagai berikut :

”Dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan keberhasilannya sangat ditentukan dari strategi dan metode yang kita terapkan. Strategi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berbeda dengan mata kuliah lain karena sesuai dengan visi dan misi saya membentuk watak warga negara yang baik sehingga harus cermat dalam memilih strateginya.” (H.M. Natsir).

Hal senada juga dikemukakan oleh informan lain sebagai berikut :

”Sesuai dengan visi dan misi Pendidikan Kewarganegaraan maka pemilihan strategi yang jitu amat penting dilakukan untuk mencapai tujuan, karena sangat mempengaruhi bagaimana proses pembelajaran dilaksanakan dan tingkat keberhasilannya.” (Suprapto).

Ungkapan di atas menunjukkan bahwa dalam melaksanakan pembelajaran

untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan memerlukan strategi tertentu. Hal ini

sesuai dengan pendapat Briggs (Akif Khilmiyah dkk, 2005 : 8) sebuah

pembelajaran secara umum dikembangkan dalam tiga fase, pemahaman utama,

yaitu menyangkut dimensi mau kemana, dengan apa dan bilamana sampai ke

tujuan. Dimensi pertama menyangkut penyusunan silabus. Deminsi kedua

berkaitan dengan perancangan pembelajaran yang langsung terkait dengan

pemilihan strategi pembelajaran yang akan digunakan oleh seorang dosen maupan

aktivitas yang harus dijalani mahasiswa. Sedangkan dimensi ketiga mengarahkan

dosen merancang sistem evaluasi.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sebagai kata lain dari

penyampaian materi perkuliahan dan tujuan sebagai muara dari materi

Page 111: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

111

perkuliahan adalah merupakan satu kesatuan yang harus dikuasai oleh seorang

dosen/pengajar. Pendidikan Kewarganegaraan yang bertujuan menjadikan warga

negara yang demokratis tidak akan berhasil dengan baik bila disampaikan dengan

strategi dan metode yang tidak demokratis. Untuk itu dalam memilih/menentukan

strategi pembelajaran pendidikan kewarganegaraan harus mempertimbangkan

perkembangan dan perbedaan potensi mahasiswa. Pembelajaran bukan sebatas

transpormasi pengetahuan lagi tapi harus mengarah pada pengembangan potensi

serta aplikasi pengetahuan dalam area situasi lain. Hal ini sejalan dengan tujuan

pendidikan nasional (Ps 3 UU no. 20 tahun 2003). Menurut Ausubel dan Dahren

(Akif Hilmiyah, 2005 : 7) pembelajaran dianggap gagal bila mahasiswa hanya

berhasil sebatas mencapai apa yang diajarkan atau sebatas replikasi dosen.

Sebaliknya pembelajaran dianggap berhasil bila mahasiswa mampu

mentranspormasikan apa yang dipelajari dalam situasi yang baru sebagai bentuk

aplikasi. Bila demikian halnya maka sesungguhnya mode pembelajaran tersebut

harus bermuatan prinsip dialogis, aplikatif, tidak mementingkan aspek kognitif

semata serta pembelajaran memihak pada mahasiswa selaku stakeholder utama.

Jadi pembelajaran selalu diorientasikan pada mahasiswa.

Strategi pembelajaran yang dipilih dan digunakan oleh dosen sangat

mempengaruhi dan menentukan seberapa jauh pengalaman yang akan dijalani dan

kemampuan yang harus dimiliki atau dikuasai. Sehingga dalam pembelajaran

pendidikan kewarganegaraan secara khusus mensyaratkan dosen/pengajarannya

untuk menguasai ketrampilan menerapkan strategi yang tidak hanya dapat

Page 112: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

112

mengembangkan kemampuan kognetif tapi dapat menumbuhkan afeksi dan

psikomotorik mahasiswa secara terintegrasi dan komprehenship.

Pedoman lain untuk menentukan/memilih strategi pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan juga termuat secara resmi dalam pasal 5 SK Dirjen

Dikti Depdiknas nomor : 43/Dikti/Kep/2006, sebagai berikut :

1. Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi

prakarsa kreativitas dan kemandirian dengan menempatkan

mahasiswa sebagai subjek pendidikan, mitra dalam proses

pembelajaran dan sebagai umat, anggota keluarga, masyarakat atau

warga negera.

2. Pembelajaran yang diselenggarakan merupakan proses yang

mendidik yang di dalamnya terjadi pembahasan kritis, analisis,

induktif, deduktif dan reflektif melalui dialog kreatif, partisipatoris

untuk mencapai pemahaman tentang kebenaran substansi dasar

kajian berkarya nyata untuk menumbuhkan motivasi belajar

sepanjang hidup.

3. Bentuk aktivitas proses pembelajaran kuliah tatap muka, ceramah,

dialog, diskusi interaktif, studi kasus, penugasan mandiri, tugas baca,

seminar kecil, dan kegiatan kokurikuler.

Page 113: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

113

4. Motivasi menumbuhkan kesadaran bahwa pembelajaran

pengembangan kepribadian, merupakan kebutuhan hidup untuk

dapat eksis di dalam masyarakat global.

5.3.5 Evaluasi Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran masalah evaluasi merupakan hal yang amat

penting dan menempati prosesi yang sangat startegis. Hal ini didasarkan pada

pandangan bahwa untuk perbaikan suatu pembelajaran tidak bisa lepas dari

masalah evaluasi. Tentang hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh informan

sebagai berikut :

”Evaluasi dalam proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sangat penting dilakukan, karena dari evaluasi kita bisa tahu hasil dari proses pembelajaran yang dilaksanakan maksudnya apakah tujuan pembelajaan sudah tercapai atau belum.” (Kafrawi).

Informan lain mengungkapkan hal senada.

”Evaluasi sangat penting dilakukan dalam setaip proses pembelajaran termasuk pendidikan kewarganegaraan. Kami mengadakan/melakukan evaluasi secara terus menerus, dalam arti tidak harus menunggu selesainya proses pembelajaran. Hal ini penting artinya untuk mengetahui perkembangan kegiatan mahasiswa sejak awal sampai hasil akhirnya tentang aktivitas, partisipasi prakarsanya dan lain-lain.” (Taufik).

Ungkapan yang agak berbeda dikemukakan oleh H.M. Natsir sebagai berikut :

”Kami melakukan evaluasi tidak hanya untuk mengetahui hasil belajar mahasiswa tapi juga melakukan evaluasi pada proses pembelajarannya. Hal ini dilakukan dalam rangka memperbaiki proses atau meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan kewarganegaraan secara berkelanjutan.” (wawancara 19 Agustus 2010)

Dengan paparan di atas dapat dimaknakan bahwa evaluasi adalah merupakan

suatu keniscayaan dalam suatu pembelajaran atau proses belajar mengajar. Hal ini

Page 114: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

114

senada dengan ketentuan UU no. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas yang

menyatakan bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian,

penjaminan dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen

pendidikan pada setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan sebagai bentuk

pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan komponen yang dimaksud

adalah menyangkut peserta didik, lembaga dan program pendidikannya.

Evaluasi pendidikan/pembelajaran pendidikan kewarganegaraan seperti

tersebut di atas dapat dilakukan dalam dua hal atau aspek yang saling terkait yaitu

evaluasi proses pembelajaran dan evaluasi terhadap hasil belajar mahasiswa.

Evaluasi proses pembelajaran dimaksudkan untuk mengukur efektivitas sebuah

proses pembelajaran, meliputi ketepatan dan efektivitas penggunaan strategi,

maka pembelajaran dan manajemen kelas. Sedangkan evaluasi dalam arti hasil

belajar mahasiswa adalah dalam rangka mengukur ketercapaian indikator

kompetensi pembelajaran yang diharapkan pada mahasiswa/peserta didik.

Dalam pelaksanaan evaluasi yang secara riel di lapangan para pengajar

pendidikan kewarganegaraan melakukannya berpariasi sesuai dengan kondisi dan

situasi masing-masing. Hal ini diungkap oleh Kafrawi dalam berikut ini.

”Teknik evaluasi yang kami lakukan adalah pada setiap akhir kuliah/penyampaian materi diadakan tanya jawab. Di samping itu kami mengadakan kuis midtern dan UAS pada akhri semester.” (wawancara tgl 21 Juni 2010).

Hal senada diungkapkan oleh Sunarjo Edi S.

”Dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran pengajaran saya menggunakan tes tulis, penugasan baik kelompok maupun individu dan pengamatan terhadap penampilan/sikap mahasiswa.” (wawancara 5 Agustus 2010).

Page 115: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

115

Ungkapan berbeda dikemukakan oleh Suprapto.

”Padal pelaksanaan proses belajar mengajar Civic Education evaluasi yang kami lakukan dengan cara lisan dan tulis diikuti juga dengan evaluasi portofolio yang didahuli dengan tugas kunjungan ke DPRD dan instansi terkait lainnya.” (wawancara 1 Agustus 2010).

Berdasarkan hasil wawancara pengamatan pada umumnya dosen/pengajar

pendidikan kewarganegaraan proses evaluasi yang dilakukan melalui beberapa

tahapan yaitu penentuan tujuan evaluasi, mendesain evaluasi, mengembangkan

instrumen evaluasi, mengumpulkan data, menganalisis dan

menginterpretasikannya sebabagai hasil akhirnya.

Berdasarkan uraian tentang evaluasi di atas dapat ditarik kesimpulan

bahwa (1) evaluasi adalah merupakan bagian integral dari proses pembelajaran

baik pada bagian awal tengah maupun akhir pembelajaran, (2) evaluasi dapat

berbentuk atau berupa hasil karya mahasiswa, penugasan, kinerja atau tes, (3)

evaluasi bersandar pada standar kompetensi yang berlaku atau yang telah

ditentukan, (4) ruang lingkup tahapan evaluasi mencakup perencanaan, program,

proses dan hasil belajar, (5) Penafsiran/penetapan hasil evaluasi

mempertimbangkan standar minimal kompetensi yang ditetapkan.

Page 116: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

116

BAB VI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Sejarah perkembangan kehidupan kenegaraan Indonesia mengalami

perubahan dan perkembangan yang besar terutama yang berkaitan tentang

pendidikan kewarganegaraan. Perubahan dan perkembangan yang berkenaan

dengan pendidikan kewarganegaraan dipengaruhi berbagai factor yang dapat

dikelompokkan dalam faktor intern dan faktor ekstern. Faktor Intern adalah faktor

yang bersumber dari dalam kampus sendiri, sedangkan Faktor Ekstern adalah

faktor yang mempengaruhi pendidikan kewarganegaraan bersumber dari luar

kampus.

Dalam bab ini akan menguraikan tentang faktor Intern yang

mempengaruhi pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan meliputi kurikulum,

sarana prasarana dan dosen. Kemudian menguraikan faktor Ekstern yang

mempengaruhi pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan meliputi factor

globalisasi, ideology, politik dan sosial budaya bangsa.

6.1 Pengaruh Faktor Intern

6.1.1 Pengaruh Kurikulum

Kurikulum diartikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

Page 117: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

117

pendidikan tertentu (UUSPN Pasal 1 ayat 20). Berdasarkan pengertian kurikulum

ini dicermati dapat maknai bahwa kurikulum yang digunakan oleh guru atau

dosen sangat berpengaruh terhadap peserta didik/mahasiswa. Sebab semua hal

yang akan dilaksanakan baik oleh dosen maupun mahasiswa berpedoman utama

pada kurikulum.

Penyelenggaraan/pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada

perguruan tinggi di Kota Mataram menggunakan kurikulum yang bervariasi

seperti ungkapan informan berikut ini :

“Dalam melaksanakan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di Universitas Mataram kami berpedoman pada kurikulum nasional dari Depdiknas dan hasil pertemuan nasional dosen pendidikan kewarganegaraan oleh Lemhannas”. (H.M. Natsir)

Sedikit berbeda dengan pernyataan dari yang dilaksanakan di IAIN dan

Universitas Muhammadiyah Mataram yaitu :

“Kami di IAIN Mataram pembelajaran Civic Education berpedoman pada kurikulum nasional/KBK yang disusun dan dikembangkan oleh Center for Civic Education atau ICCE Jakarta”. (H. Nashuddin). “Di Universitas Muhammadiyah Mataram dalam pelaksanaan pengajaran pendidikan kewarganegaraan kami menggunakan pedoman yang dikembangkan oleh Majlis Diktilitbang PP Muhammadiyah di samping atau kami padukan dengan Kurikulum Nasional”. (Taufik). Dari ungkapan di atas dapat diketahui bahwa pendidikan kewargengaraan

atau Civic Education adalah mata kuliah wajib ditempuh bagi seluruh mahasiswa

di semua perguruan tinggi. Namun demikian pedoman atau kurikulum yang

dipakai berbeda. Peberbedaan tersebut barakibat juga pada buku rujukan materi

yang berbeda pula. Seperti yang ditunjukkan oleh masing-masing dosen. Di

UNRAM rujukan utamanya adalah buku pendidikan kewargangeraan yang

disusun oleh Diknas bersama Lemhannas. IAIN rujukan materi utamanya adalah

Page 118: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

118

buku pendidikan kewargaan yang disusun oleh Indonesian Center for Civic

Education (ICCE) UIN Jakarta. Sedangkan di Universitas Muhammadiyah

Mataram menggunakan pedoman yang dikembangkan oleh Majlis Diktilitbang PP

Muhammadiyah.

Bila ditelusuri lebih jauh materi yang dicantum dalam buku pedoman

tersebut terdapat perbedaan. Secara umum mempunyai dasar pijakan dan misi

yang berbeda, kalau yang digunakan UNRAM sifatnya umum artinya pendidikan

kewarganegaraan tersebut tidak dibahas atau dikaitkan dengan agama tertentu atau

organisasi politik maupun organisasi sosial tertentu. Berbeda dengan

pedoman/rujukan yang ada di IAIN Mataram atau Universitas Muhammadiyah

Mataram. Di IAIN Mataram sesuai dengan nama dan visi misi pelajaran

tertingginya yaitu bernafaskan Islam, maka pedoman/rujukannya dikaitkan

dengan pandangan Islam. Seperti ketika membahas tentang negara ada butir yang

berbicara tentang hubungan Islam dengan Negara. Begitu juga pada pokok

bahasan tentang demokrasi ada sub materi yang membahas Islam dan demokrasi.

Sedangkan di Universitas Muhammadiyah Mataram materi pendidikan di

hubungkan dengan Islam juga dikaitkan dengan visi dan misi Persyarikatan

Muhammadiyah seperti pada salah satu bagian dari rujukan pokoknya yang

membahas bagaimana pendidikan kewarganegaraan di Perguruan Tinggi

Muhammadiyah diawali dengan landasan normatif bagi setiap warga

Muhammadiyah dalam bertindak dan beraktifitas. Hal ini dijadikan dasar/landasan

guna mengembangkan topik bahasan yang lain. Di samping itu perlu ditekankan

pada relevansi metodologi dengan substansi materi “Oleh karena itu peran dosen

Page 119: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

119

dan mahasiswa perguruan tinggi Muhammadiyah sangat diharapkan dalam

mengembangkan magteri melalui pengembangan metodologi pengajaran dan

pengayaan kasus-kasus aktual dan lokal. Dalam hal pembelajaran demokrasi

dikaitkan dengan bagaimana pendidikan Islam baik dalil dalam Al-Qur’an atau

Hadits Nabi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bicara logika materi yang

diajarkan oleh dosen berasal dari Buku Pedoman/kurikulum yang dianut.

Sedangkan kurikulum memuat antara lain apa yang menjadi misi dari lembaga

yang bersangkutan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kurikulum sangat

mempengaruhi dalam proses pembelajaran.

6.1.2 Pengaruh Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana pendidikan merupakan salah satu komponen penting

dalam suatu proses pembelajaran. Sarana dapat diartikan media pembelajaran

sedangkan prasarana dapat diartikan sebagai sumber belajar. Kedua komponen

tersebut amat dibutuhkan dalam proses pembelajaran, karena bila hal ini

bermaslah maka berakibat pada proses pembelajaran tidak berlangsung dengan

baik yang berujung kegagalan mencapai tujuan pendidikan atau pembelajaran itu

sendiri. Dengan kata lain bila sarana dan prasaranan kurang baik akan

berpengaruh pada peserta didik dalam menerima pelajaran seperti yang diungkap

oleh informan berikut ini :

“Kalau kuliahnya hanya dengan ceramah saja cepat ngantuk, apabila waktunya sudah agak siang dan biasanya saya pindah tempat duduk agak kebelakang biar ndak kelihatan sama dosennya”. (Humaedi).

Page 120: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

120

Agak berbeda dengan yang diungkapkan oleh Sumarlin :

“Saya paling kesel kuliah kalau pas mata kuliah umum yang digabung dengan jurusan lain, mana mahasiswa banyak, ribut suara dosen tidak jelas lagi, apalagi suasana kelas panas. Jadi serba ndak enak deh”. Dari ungkapan di atas mengisyaratkan bahwa dalam suatu proses belajar

mengajar faktor media atau sarana prasarana yang memadai amat diperlukan.

Sebab dalam proses pembelajaran media memiliki kontribusi dalam meningkatkan

mutu dan kualitas pengajaran. Kehadiran media tidak saja membantu dosen dalam

menyampaikan materi ajarannya tapi memberikan nilai tambah pada kegiatan

pembelajaran. Baik media yang canggih dan mahal maupun yang sederhana dan

murah. Tentang kontribusai media dalam pembelajaran seperti yang dikemukakan

oleh Kemp dkk (Hamzah B. Uno, 2007 : 116) adalah sebagai berikut : (1)

Penyajian materi ajar menjadi lebih standar; (2) Kegiatan pembelajaran jadi lebih

menarik; (3) Kegiatan belajar jadi lebih interaktif; (4) Efisiensi waktu dalam

pembelajaran; (5) Kualitas belajar dapat ditingkatkan; (6) Penyajian bahan ajar

dapat disesuaikan dengan yang diajarkan; (7) Memberi nilai positif pada peserta

didik dan proses belajar lebih baik; dan (8) Memberi nilai positif bagi pengajar.

Dengan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peranan media dalam

proses pembelajaran di samping memberikan wawasan yang luas mengenai

pemanfaatan media juga amat berpengaruh dalam penerimaan siswa/mahasiswa

dalam memahami bahan ajar yang disampaikan. Selain itu tersedianya sumber

belajar yang lain seperti perpustakaan dan laboratorium dan lain-lain tak dapat

diabaikan keberadaannya. Sebab hal ini sangat menunjang dan berpengaruh dalam

proses pembelajaran

Page 121: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

121

6.1.3 Pengaruh Dosen.

Dosen adalah merupakan salah satu komponen yang amat penting dalam

proses pembelajaran karena tanpa dosen/guru proses pembelajaran tidak dapat

berjalan atau terlaksana. Secara umum dosen dapat dimengerti sebagai orang

dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar dan

membimbing mahasiswa/peserta didik. Untuk itu seorang dosen harus memiliki

kemampuan untuk merancang porgram pembelajaran serta mampu menata dan

mengelola pembelajaran untuk dapat terjadinya atau berlangsungnya proses

pendidikan/pembelajaran.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk dapat menjadi seorang

dosen yang baik cukup banyak persyaratan yang harus dimiliki yang sering

diistilahkan dengan kompetensi profesional guru/dosen meliputi kompetensi

pribadi, kompetensi sosial dan kompetensi profesional mengajar oleh karena itu

jabantan dosen memerlukan keahlian khusus dan tidak dapat dilakukan oleh

sembarangan orang sebab sangat berpengaruh pada produk atau hasil pendidikan

walaupun pada kenyataannya masih terdapat hal-hal di luar bidang profesional

kependidikan.

Pada dasarnya perubahan prilaku yang dapat ditunjukkan oleh mahasiswa

dalam proses pembelajaran atau di luar proses pembelajaran sangat dipengaruhi

oleh dosennya baik pengaruh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang

dimiliki dosen maupun bagaimana dosen memposisikan mahasiswa dalam seluruh

kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain pengetahuan, pengalaman dan iklim

Page 122: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

122

yang dikembangkan dosen dalam proses pembelajaran mempunyai pengaruh

terhadap perubahan prilaku mahasiswa.

Dalam praktek perkuliahan di perguruan tinggi di Kota Mataram yang

masuk pagi hari rata-rata dimulai pada jam 08.00 wita sedangkan yang masuk

siang/sore dimulai pada jam 15.30 wita. Satu mata kuliah rata-rata membutuhkan

waktu 11 menit bagi yang 2 sks dari 150 menit bagi mata kuliah yang berbobot 3

sks. Waktu jeda atau istirahat diantara jam kuliah pertama ke jam kuliah

berikutnya membutuhkan waktu sekitar 15 – 20 menit.

Waktu telah menunjukkan pukul 10.55 berarti lima menit lagi jam ke 2

perkuliahan akan segera dimulai. Mahasiswa semester 3 sudah sebagian besar

berada di depan ruang kuliah 209 menanti jam kuliah berikutnya. Mereka tidak

jauh dari ruang kelas karena belum lama keluar kuliah jam pertama yaitu 10.15.

Ketika dosennya yang mau memberikan kuliah telah nampak dari kejauhan

mereka mulai beranjak untuk masuk kelas dengan sedikit berebut masuk. Pada

saat dosen masuk ruang dan memulai perkuliahan, dosen menjelaskan pokok

bahasan yang akan diuraikan. Setelah proses ini berlangsung terjadilah interaksi di

dalam ruang. Interaksi itu selalu dipandu oleh dosen dengan menggunakan metode

ceramah.

Dalam metode ceramah mempunyai hak berbicara lebih besar dalam

proses pembelajaran. Sedangkan mahasiswa berkewajiban memperhatikan dan

mendengarkan pembicaraan dosen. Bila dosen menghendaki partisipasi

mahasiswa ia akan merubah format interaksi menjadi dua pihak. Yaitu dosen

Page 123: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

123

disatu pihak dan mahasiswa di pihak yang lain. Setelah itu dosen kembali hak

bicara sepenuhnya pada dosen.

Sejak masuk ruang kelas dosen terlihat berupaya untuk menciptakan

ketenangan dan tetap mendapatkan perhatian mahasiswa. Dosen selalu mengawasi

prilaku mahasiswa dan terkadang bila dosen melihat tidak adanya perhatian dosen

menghentkan sejenak pembicaraannya lalu melemparkan pandangannya ke

beberapa mahasiswa untuk meminta perhatian. Bahkan melontarkan pertanyaan

untuk memperoleh perhatian mahasiswa. Upaya ini berhasil sehingga dosen yang

bersangkutan akan selalu menjadi pusat perhatian mahasiswa di kelas saat proses

pembelajaran berlangsung.

Bila dicermati peran dosen selama proses perkuliahan identik dengan

peran pemerintah dalam sebuah negara. Keduanya berposisi sebagai pengajar

ketertiban, menjadi pusat perhatian dan memiliki kekuasaan serta hegemoni yang

besar dalam proses pembelajaran ataupun pemerintahan.

Lain lagi praktek perkuliahan yang dilakukan dosen lain yang hanya

mementingkan kehadiran mahasiswa. Dosen tersebut amat rajin masuk dan tepat

waktu namun waktu perkuliahan jarang sekali sampai berlangsung sampai 100

menit sesuai jadwal. Masuknya tidak lebih dari satu setengah jam, biasanya hanya

mengecek kehadiran mahassiwa lalu memberi tugas atau meringkas foto copy

materi kuliah kemudian keluar. Tanggapan mahasiswa terhadap dosen ini antara

lain :

“Ah pokoknya hadir (isi daftar hadir) dan kumpulkan tugas pasti lulus. Begitu cerita kakak tingkat yang lalu. Jadi ndak perlu belajar banget”. (Randy).

Page 124: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

124

Demikian juga prilaku dan tanggapan mahasiswa yang lainnya. Rata-rata terlihat

rajin masuk namun kebanyakan acuh tak acuh dengan mata kuliah yang diampu

oleh dosen tersebut. Jadi hanya mengisi daftar hadir dan tugas bisa “berdamai”

dengan tugas teman yang lain yang penting ada wujudnya.

Agak berbeda praktek perkuliahan yang dilaksanakan oleh seorang ibu

dosen yang memberikan nuansa lain saat memberikan kuliah. Beliau

mencitptakan iklim kelas yang terbuka sehingga secara tidak langsung bepengaruh

terhadap motivasi mahasiswa mengikuti kuliah. Dalam menyampaikan kuliah ibu

dosen ini selalu meruhasa mengaitkan topik pembicaraannya dengan masalah-

masalah yang aktual di masyarakat. Hal ini dilakukan dengan maksud dalam

rngka menunbuhkan sikap humanistik mahasiswa terhadap sesama dan koneksi

yang ada di masyarakat. Sikap tersebut misalnya antara lain ditumbuhkan melalui

tugas untuk membuat laporan analisis atau tanggapan terhadap peristiwa yang

sedang hangat dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

Kemudian hasil itu didiskusikan pada pertemuan berikutnya. Sehingga suasana

kelas menjadi hidup.

Dari beberapa paparan di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku

mahasiswa ataupun suasana pembelajaran sangat dipngaruhi oleh dosen yang

bersangkutan. Jadi tergantung bagaimana dosen tersebut memposisikan diri

apakah sebagai fasilitator, motivator, atau sebagai “tiran” yaitu sebagai satu-

satunya sumber informasi yang harus diikuti dan lain sebagainya. Hal ini juga

dipengaruhi dengan bagaimana pengetahuan, wawasan dan keterampilan serta

penghayatan dosen terhadap mata kuliah yang diampunya.

Page 125: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

125

Dalam hal ini perlu dingat pada dasarnya perilaku atau perubahan prilaku

dari mahasiswa/peserta didik sangat dipengaruhi oleh latar belakang pengetahuan,

pendidikan dan pengalaman dosen yang bersangkutan. Dengan kata lain dosen

berpengaruh terhadap perubahan prilaku mahasiswa. Oleh karena itu dosen harus

berusaha menjadi contoh tauladan yang baik bagi mahasiswanya. Sebab pada

dasarnya dosen adalah representasi dari sekelompok orang pada suatu komunitas

atau masyarakat yang diharapkan dapat menjadi teladan. Juga seorang dosen

sangat berpengaruh terhadap hasil belajar yang ditunjukkan oleh mahasiswa.

Untuk itu dosen harus selalu meningkatkan profesionalitasnya/wawasan

akademisnya secara berkelanjutan.

6.2 Pengaruh Faktor Ekstern

6.2.1 Pengaruh Globalisasi

Dalam arti luas dan umum globalisasi sesungguhnya sudah berlangsung

lana bila dilihat dari segi historisnya. Sebab hubungan antar bangsa sudah dimulai

berabad-abad yang lalu Seperti hubungan dengan antar bangsa , penyebaran

agama-agama dunia dan transformasi ilmu pengetahuan dan lain-lain. Dengan

demikian globalisasi dalam arti yang luas sebenarnya sudah dimulai sebelum

istilah globalisasi itu ditemukan dan populerkan.

Pada milenium ketiga ini globalisasi dimaknai sebagai sebuah proses

terintegrasinya bangsa-bangsa didunia dalam sebuah sistem global yang melintasi

batas-batas negara. Proses tersebut difasilitasi oleh media informasi dan teknologi

transfortasi yang semakin canggih sehingga perubahan-perubahan sosial akan

Page 126: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

126

berlangsung terus menerus dihampir seluruh permukaan bumi.. Demikian juga

halnya dengan pertukaran budaya akan semakin intensif. Hal ini akan secara

simultan menggerakan perubahan di segalabidang baik dalam bidang ekonomi,

politik, sosial budaya. Ilmu pengetahuan teknologi dan lain sebagainya.

Anthony Giddens (2000) menamai tanda-tanda zaman seperti ini sebagai

the run away world (dunia yang berlari). Dalam halini perubahan sosial yang

terjadi disebuah pelosok bumi ini akan berpengaruh secara signifikan pada

belahan bumi yang lain. ( Asykuri Ibnu Chamim dkk . 2003; 257 )

Globalisasi telah merambah dan mempengaruhi semua bidang kehidupan

termasuk bidang pendidikan. Oleh karenanya, pertanyaan yang muncul adalah apa

dan bagaimana dampak globalisasi bagi dunia pendidikan termasuk di dalamnya

pendidikan kewarganegaraan? Menurut Zamroni (2007:5) bahwa globalisasi

mempengaruhi dunia pendidikan melalui berbagai bentuk. Pertama: efisiensi dan

produktifitas tenaga kerja senantiasa dikaitkan dengan latar belakang pendidikan

yang dimiliki; kedua: terjadi pergeseran kurikulum yang semula bersifat child

centered atau subject centered bergeser ke arah kurikulum yang bersifat economy

centered vocational training; ketiga: pendidikan bergeser dari pelayanan menjadi

komoditas ekonomi. Akibatnya peran kemampuan dan tanggung jawab

pemerintah semakin terbatas. Hal ini akan menimbulkan berbagai persoalan yang

tidak diharapkan. Untuk itu berbagai bentuk baru pendidikan dan latihan

diperlukan. Perkembangan ini akan menimbulkan konsekuensi yang tidak dapat

dihindari. Seperti (1) mata pelajaran yang tidak berhubungan erat dengan ekonomi

akan semakin tidak penting, misalnya pelajaran sejarah termasuk

Page 127: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

127

kewarganegaraan karena dianggap tidak sepenting mata pelajaran matematika,

fisika; (2) prinsip pedagogik yang tidak memiliki hubungan erat dengan ekonomi

akan semakin tidak penting; (3) persoalan-persoalan diskrepansi dan ketidak

adilan akan semakin dperhatikan karena lebih penting membicarakan masalah

efisiensi kualitas.

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan dunia akan

sangat mempengaruhi dunia pendidikan termasuk pendidikan kewarganegaraan,

hal ini terlihat dari berkali-kali perubahan kurikulum pendidikan kewarganegaraan

yang mulai dilaksanakan sejak tahun 1950 di Indonesia. Untuk itu diperlukan

sarana kegiatan pendidikan bagi setiap warga negara Indonesia pada umumnya

dan mahasiswa sebagai calon pendidik dan pemimpin khususnya melalui

Pendidikan Kewarganegaraan.

6.2.2. Pengaruh Aspek Ideologi

Pengertian umum bahwa dalam ideologi terkandung nilai yang dianggap

baik, luhur dan menguntungkan masyarakat, oleh karena ideologi digambarkan

sebagai seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama. Bila nilai tersebut

didukung oleh mayarakat, bangsa maka akan menjadi ideologi bangsa atau

ideologi nasional bengsa yang bersangkutan. Disamping itu ideologi merupakan

sistem nilai dan kebulatan ajaran yang memberikan motivasi dan mengandung

konsep dasar tentang kehidupan yang dicita-citakan suatu bangsa. Keampuhan

ideologi tergantung pada rangkaian nilai yang dikandungnya, apakah dapat

memenuhi dan menjamin segala aspirasi dan kehidupan manusia atau tidak?

Page 128: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

128

Secara teori, ideologi bersumber dari suatu falsafah dan merupakan pelaksanaan

dari sistem falsafah itu sendiri.

Tentang pengaruh ideologi dalam Pendidikan Kewarganegaraan berikut

ungkapan informan adalah :

”Dalam pembelajaran Pendidikan Kewargenageraan masalah ideologi merupakan hal yang wajib, karena ideologi merupakan ciri khas dari suatu bangsa. Sehingga perlu ditanamkan agar mempribadi melalui pendidikan.” (H. Nashuddin).

”Pada era reformasi dewasa ini yang sekaligus merupakan era globalisasi tarik menarik kepentingan ideologi akan sangat mempengaruhi karakter bangsa. Oleh karena itu tugas berat bagi pendidikan kewarganegaraan dalam menanamkannya pada generasi muda/mahasiswa.” (Usman).

”Ideologi sangat berperan dalam kelangsungan hidup suatu bangsa, maka harus membangun ketahanan ideologi suatu bangsa yang berbasis pada falsafah bangsa. Hal ini dapat dilakukan melalui Civic Education atau Pendidikan Kewarganegaraan.” (Drs. Taufik).

Bertolak dari fenomena atau paparan di atas dapat ditarik suatu makna

bahwa ideologi bagi suatu bangsa memiliki dua fungsi pokok, yaitu: pertama,

sebagai tujuan ataau cita-cita dari kelompok masyarakat yang bersangkutan,

artinya nilai0nilai yang hendak dituju secara bersama; kedua, sebagai sarana

pemersatu dari masyarakat yang bersangkutan, artinya masyarakat yang banyak

dan beragam itu bersedia menjadikan ideologi sebagai milik bersama dan

menjadikannya bersatu. (Ramlan Surbakta, 1999:43)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ideologi dapat digunakan

sebagai unsur untuk membangun kekuatan nasional suatu negara. Bagi bangsa

Page 129: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

129

Indonesia,Pancasila telah ditetapkan sebagai ideologi nasional melalui suatu

kesepakatan. Dengan demikian, Pancasila dapat dijadikan rujukan yang mampu

memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dan juga dijadikan

pedoman dalam melaksanakan kehidupan berbangsa, bernegara, dan

bermasyarakat di segala bidang, baik pendidikan, politi, sosial, ekonomi, budaya,

dan sebagainya.

Penanaman dan pengembangan kesadaran berideologi dalam

bermasyarakat, berbangsa, dan benegara pada generasi penerus bangsa dengan

cara menanamkan ideologi pancasila sebagai ideologi yang humanis, religius,

demokratis, nasionalistis, dan berkeadilan. Proses penanaman dilakukan secara

objektif dan ilmiah bukan secara doktriner, melalui barbagai jenjang pendidikan

dan dilakukan dengan metode yang sesuai dengan tingkat pendidikan masing-

masing. (Lemhanas, 2000:52)

6.2.3 Pengaruh Aspek Politik

Pengertian politik dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu

pertama: politik sebagai sarana atau usaha untuk memperoleh kekuasaan dan

dukungan dari masyarakat dalam melakukan kehidupan bersama. Dengan kata

lain bermakna usaha dalam memperoleh, memperbesar, memperluas, serta

mempertahankan kekuasaan; kedua: politik digunakan untuk menunjuk kepada

suatu rangkaian kegiatan atau cita-cita yang dilakukan untuk mencapai suatu

tujuan yang dianggap baik, artinya bahwa politik sebagai suatu kebijakan.

Page 130: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

130

Politik dalam arti kebijakan merupakan suatu proses alokasi sistem nilai

dan norma kehidupan berbangsa dan bernegara yang diyakini baik dan benar. Hal

ini dilakukan oleh suatu instansi yang berwenang agar menjadi pesoman

pelaksanaan dalam mewujudkan cita-cita. Cita-cita bangsa Indonesia dapat dilihat

pula pada pembukaan UUD 1945. salah satu cita-cita tersebut adalah

”mencerdaskan kehidpan bangsa”. Hal ini mengandung makna bahwa bangsa

Indonesia sangat memperhatikan dunia pendidikan, karena dengan pendidikan

segala sesuata dalam negaraini dapat dibangun.

Tentang pengaruh politik pada pengajaran pendidikan kewarganegaraan

lebih lanjut seperti dikemukakan oleh informan berikut ini :

”Pendidikan Kewarganegaraan sangat berhubungan dengan politik. Sebab dalam hal materi pengajarannya banyak berhubungan dengan hubungan warga negara dengan negara dan warga negara dengan negara secara luas termasuk bagaimana menyelenggarakan pemerintahan negara.” (HM. Natsir, SH.,MH).

Berhubungan dengan politik dalam arti kebijakan seorang informan berpendapat :

”Tak dapat dipungkiri antara politik dan pendidikan terjadi saling pengaruh mempengaruhi. Artinya apa yang dilaksanakan oleh pendidikan adalah merupakan kebijakan negara/pemerintah sebaliknya pendidikan yang baik akan dapat meningkatkan kualitas perpolitikan/kehidupan politik negara.” (Suprapto).

Dari teori dan pandangan di atas dapat dikatakan bahwa pendidikan dan

politik adalah merupakan dua unsur penting dalam sistem sosial politik di setiap

negara, baik negara maju maupun negara berkembang. Kedua unsur tersebut

sering dipandang sebagai bagian yang terpisah yang satu sama lain tidak memiliki

Page 131: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

131

hubungan apa-apa. Padahal bila dikaji lebih jauh keduanya saling mengisi dan

saling menunjang dalam proses pembentukan karakteristik masyarakat di suatu

negara. Lembaga dan proses pendidikan berperan penting dalam membentuk

prilaku politik masyarakat di negara bersangkutan. Demikian juga sebaliknya,

lembaga dan proses politik suatu negara akan berdampak besar pada karakteristik

pendidikan di negara tesebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada

hubungan yang erat dan dinamis antara pendidikan dan politik di suatu negara.

Hubungan tersebut adalah merupakan realitas empiris yang telah tejadi sejak awal

peradaban manusia.

Keterkaitan antara pendidikan dan politik terimplikasi pada semua sektor,

baik sektor filosofis maupun sekto rkebijakan. Filsafat pendidikan dari suatu

negara seringkali merupakan refleksi prinsip ideologis yang diadopsi oleh negara

tersebut. Sebagai suatu contoh di negara Indonesia, bahwa filsafat pendidikan

nasional adalah merupakan artikulasi pedagogis dari nilai-nilai yang terkandung

dalam pancasila dan UUD 1945. hal ini dapat dilihat/dibuktikan pada pasal 2 UU

no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional sebagai berikut:

”Pendidikan nasional bedasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945” Demikian juga halnya seperti yang

dikemukakan oleh Abernethy dan Coombe ( M. Sirozi, 2007; 7 ). ”Pendidikan dan

politik terkait tanpa bisa dipisakan. Hubungan timbal balik antara pendidikan dan

politik dapat terjadi melalui tiga aspek, yaitu pembentukan sikap kelompok,

masalah pengangguran, dan peranan politik kaum cendikia. Kesempatan dan

Page 132: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

132

prestasi pendidikan pada suatu kelompok masyarakat dapat mempengaruhi akses

kelompok tersebut dalam bidang sosial, politik, dan ekonomi.”

Dengan paparan di atas dapat ditrik kesimpulan bahwa antara pendidikan

dan politik memiliki hubungan yang signifikan dan saling mempengaruhi secara

timbal balik. Sehingga kebijakan dan pelaksanaan bidang pendidikan di bsuatu

negara seperti di Indonesia sangat dipengaruhi oleh politik atau kebijakan politik

dari negara yang bersangkutan.

6.2.4. Pengaruh Aspek Sosial Budaya

Untuk sampai pada uraian tentang pengaruh aspek sosial budaya pada

pendidikan maka terlebih dahulu akan diuraikan tentang makna sosial itu sendiri .

Setelah itu barulah akan dijelaskan tentang bagaiman pengaruh aspek sosial

budaya tentang bagaimana pengaruh aspek sosial buaya padapendidikan pada

umumnya dan pendidikan kewarganegaraan khususnya

Pengertian ” sosial pada hakekatnya adalah merupakan interaksi dalam

pergaulan hidup manusia dalam masyarakat. Dalam proses ini terkandung di

dalamnya nilai-nilai kebersamaan, solidaritas, kesamaan nasib sebagai unsur

pemersatu kelompok. Untuk menjamin keberadaan dan keberlangsungan hidup

masyarakat, terdapat empat unsur penting.” (Gerungan, 1987:20)

a) Struktur sosial, artinya fungsi utama dari hidup berkelompok di

maksudkan agar mudah dalam menjalankan tugas dan memenuhi

kebutuhan hidup, seperti sandang, pangan, papan, keamanan, dan

sejenisnya.

Page 133: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

133

b) Pengawasan sosial, yaitu merupakan suatu sistem dan prosedur yang

mengatur kegiatan dan tindakan anggota masyarakat dalam

berinterakasi satu dengan yang lain agar tidak terjadi konflik.

Disamping pengawasan sosial dalam masalah pemenuhan kebutuhan

hidup, juga pengawasan dalam hal penggunaan pengetahuan, prakata,

tingkah laku, agama/kepercayaan, moral, serta interaksi dengan

kelompok luas.

c) Media sosial, yaitu dalam suatu masyarakat diperlukan hubugan/relasi.

Untuk itu masyarakat memerlukan landasan material untuk melakukan

kegiatan dengan menggunakan alat transportasi, serta landasan

spiritual untuk mengadakan komunikasi dengan menggunakan bahasa

dan isyarat. Transportasi dan informasi merupakan mekanisme yang

memungkinkan komunikasi dan relasi berlangsung lancar.

d) Standar sosial, yaitu dalam realita kehidupan masyarakat, satandar

sosial baik tertulis maupun tidak tertulis, betapapun sederhananya

selalu ada. Hal itu diperlukan sebagai ukuran unutk menentukan

apakah suatu tindakan itu baik atau buruk, benar atau salah, hina atau

mulia, dan lainnya. Di samping setiap masyarakt itu memiliki standar

sosial, juga menjaga dan mengembangkannya agar kualitas hidup itu

menjadi lebih baik. Dengan kata lain, standar sosial kecuali berfungsi

sebagai pengarah prilaku anggota masyarakat juga memberikan

inspirasi dan pedoman untuk mencapai tujuan hidup yang diyakini

Page 134: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

134

baik oleh kelompok masyarakat, standar sosial berguna untuk

memanfaatkan cara dalam rangka mencapai tujuan.

Pandangan tentang pengaruh pendidikan kewarganegaraan terhadap sosial

budaya suatu bangsa seperti yang dikemukakan seorang informan berikut ini :

”Output pendidikan suatu negara harus atau tidak boleh bertentangan atau tercabut dari sosio budaya bangsa. Sehingga pendidikan itu harus dapat mengembangkan sosio budaya bangsa demikian sebaliknya.” (Usman).

Pendapat senada juga dikemukakan oleh seorang informan lainnya yaitu :

”Pendidikan dan sosio budaya bangsa merupakan dua hal yang memiliki hubungan yang sangat erat. Sebab berkembangnya kebudayaan merupakan hasil dari pendidikan suatu bangsa sebaliknya berkembangnya pendidikan berarti berkembangnya budaya bangsa itu sendiri.” (Drs. Taufik).

Berpijak dari teori diatas dapat dimaknai bahwa manusia itu dalam hidup

bekelompok sesuai kodratnya sebagai makhluk sosial harus sesuai dengan fungsi,

peran dan profesinya untuk memudahkan jalanya tugas-tugas kemanusiaan.

Pembangunan nasional Indonesia selama ini menghasilkan struktur sosial yang

cukup beragam sejalan dengan modernisasi, perkembangan zan dan iptek,

fragmentasi kelompok masyarakat semakin berkembang baik vertikal maupun

horizontal.

Kehidupan masyarakat berdasarkan struktur peran dan profesi melahirkan

bentuk hubungan dan ikatan antar manusia yang dapat menggantikan hubungan

keluarga. Hubungan antar teman seprofesi terkadang lebih erat daripada hubungan

keluarga. Di lain pihak semakin lebarnya struktur sosial secara horizontal juga

melahirkan keanekaragaman aspirasi yang semakin sulit untuk diakomodasikan

bersama.

Page 135: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

135

Unsur sosial masyarakat merupakan unsur yang juga menentukan

kekuatan nasional suatu negara. Hal-hal yang dialami oleh suatu bangsa yang

homogen tentu saja akan berbeda dengan hal-hal yang dihadapi bangsa yang

hetrogen (plural) dari segi sosial masyarakatnya. Seperti struktur sosial

masyarakat Indonesia. Pengembangan integrasi nasional manjadi hal yang amat

penting sehingga dapat memperkuatpersatuan dan kesatuan nasional.

Masyarakat plural atau hetrogen seperti negara Republik Indonesia dapat

difahami sebagai masyarakat yang terdiri dari berbagai kelompok. Di dalam

masyarakat plural setiap orang dapat bergabung dengan kelompok yang ada atau

membentuk kelompok tersendiri tanpa ada rintangan yang mengakibatkan

terhakangnya hak untuk berkelompok atau bergabung dengan kelompok tertentu.

Kemudahan begabung dengan setiap kelompok yang ada diperkuat dengan

kesediaan dan keringanan satu kelompok dalam menerima kemenangan kelompok

lain dalam sebuah persaingan yang jujur. Masyarakat yang hetrogen membuka

peluang bagi persaingan dan konflik antar kelompok yang ada. Namun,

kemenagan suatu kelompok yang telah sesuai dengan aturan yang diketahui harus

diterima dengan rela sehingga konflik yang parah dapat terhindarkan. Tentang hal

ini di negara Republik Indonesia yang notabene masyarakatnya plural atau

hetrogen telah mengatur tentang kehidupan sosial dalam UUD 1945, terutama

pada pasal 28.

Demikian pula dengan kondisi budaya Indonesia tidak jauh dengan

kondisi sosial yang plural. Budaya secara umum dapat dikatakan sebagai

keseluruhan tata nilai dan cara hidup yang manifestasinya tampak dalam tingkah

Page 136: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

136

laku dan hasil tingkah laku yang terlembagakan. Nilai atau sistem nilai dan cara

hidup tersebut merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia yang

menumbuhkan gagasan utama yang menjadi kekuatan pendukung dalam

menggerakkan kehidupan (Minto Rahayu, 2007;248)

Melalui budayanya itulah manusia berkarya, sehingga menjadi makhluk

berbudaya, terhormat, dan beradab. Melalui kebudayaan, kehidupan manusia

menjadi serasi, selaras, serta mempunyai dinamika yang normatif menuju taraf

kehidupan yang lebih tinggi. Dinamika kehidupan manusia terus berkembang

melalui sistem nilai dan norma-norma. Dengan demikian manusia sebagai

individu dan sebagai masyarakat dalam bebuat itu selalu

berkembang/mengembangkan kepribadian ke arah yang lebih baik.

Nilai-nilai kehidupan serta interaksi individu menjadi selaras dan serasi

bila keadaan lingkungan mendukung, artinya selalu dilandasi dengan sistem nilai

dan norma. Dengan demikian dapat dikatakan perkembangan kepribadian manusia

itu dapat terwujud, manakala setiap individu konsisten terhadap sistem nilai dan

norma. Hal ini menempatkan individu dan sosial secara selaras, serasi, dan

seimbang, serta setiap kegiatan individu atau kelompok itu mengacu pada

terwujudnya kesejahteraan bersama. Sebaliknya, kehidupan akan timpang

manakala prilaku individu atau kelompok terdapat kontradiksi- kontradiksi di

dalamnya. Demikian pula dengan kehidupan berbangsa dan bernegara, adanya

erosi penghaytan nilai-nilai luhur budaya bangsa dapat menimbulkan ketegangan

sosial serta membahayakan ketahanan nasional.

Page 137: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

137

Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa sdan subetnis yang

masing-masing memiliki budaya sendiri. Karena suku-suku bangsa tersebut

mendiami daerah tertentu, maka kebudayaannya disebut kebudayaan daerah.

Dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan tersebut merupakan identitas dan

kebangsaan suku bangsa tersebut. Kebudayaan daerah ada di Indonesia telah lama

saling berkkomunikasi dan berintegrasi dalam kesetaraan. Dalam kehidupan

bernegara sekarang ini, dapat dikatakan bahwa kebudayaan daerah tersebut

merupakan kerangka dari kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia. Dengan

demikian, kehidupan sosial budaya bangsa nasional akan terlepas dari

perkembangan sosial budaya daerah. (Lemhanas SUSCADOSWAR,2000)

Kebudayaan nasional menurut Koentjaraningrat (1986) berfungsi sebagai

sumber pemberi identitas kebudayaan bersama sebagai suatu bangsa. Jadi, seluruh

gagasan kolektif seluruh bangsa Indonesia yang beraneka/bhineka merupakan

kebudayaan nasional yang fungsinya untuk saling berkomunikasi dan untuk

memperkuat solidaritas bangsa. Berdasarkan proses interaksi budaya tersebut,

maka kebudayaan nasional Indonesia memiliki ciri-ciri bersifat (1) religius; (2)

kekeluargaan; (3) serba selaras; dan (4) kerakyatan.

Komunikasi dan interaksi suku-suku yang ada di bumi Indonesia pada

tahun 1928 telah menghasilkan aspirasi bersama sebagai satu bangsa di satu tanah

air. Aspirasi ini terwujud secara sah dan diakui oleh bangsa-bangsa lain di dunia

melalui Proklamasi 17 Agustus 1945. Kenyataan ini menunjukkan bahwa

keanekaragaman budaya justru merupakan hikmah bagi bangsa Indonesia. Di

masa lalu telah mampu memunculkan faktor perekat persatuan bangsa yang

Page 138: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

138

merupakan integrasi bangsa. Bangsa Indonesia menyadari bahwa untuk

mewujudkan hakekat kodratnya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial

harus melakukan suatu kontrak untuk menyepakati suatu integrasi hidup bersama

dalam suatu wilayah negara, yaitu negara Indonesia. Untuk selanjutnya di masa

depan,upaya untuk melestarikan keberadaan faktor perekat persatuan bangsa

tersebut, yaitu keinginan dan semangat untuk hidup dan meraih cita-cita bersama

akan menjadi tugas bersama seluruh warga negara.

Untuk mewujudkan apa yang menjadi cita-cita tesebut di atas yang salah

satu jalannya adalah melalui dunia pendidikan, yaitu dengan menyesuaikan atau

memasukkan dalam kurikulum pendidikan nasional. Jadi, dalam rumusan arah

tujuan pendidikan di Indonesia haruslah dalam rangka menjadikan manusia

Indonesia menjadi manusia yang bermartabat, berbudaya, dan cerdas. Hal ini

berarti bahwa pendidikan di Indonesia dipengaruhi secara timbal balik dengan

aspek sosial budaya Indonesia. Dengan kata lain, arah pendidikan di Indonesia

tidak bisa terlepas dari keberadaan sosial budaya yang telah berakar di Indonesia.

Esensinya adalah pengembangan kehidupan sosial budaya dalam merealisasikan

pribadi dan segenap potensi manusia. Indonesia berdasarkan nilai luhur falsafah

negara Pancasila sebagai ukuran tuntutan sikap dan tingkah laku bangsa dan

negara Indonesia yang memberi landasan semangat dan jiwa menjadi ciri elemen

sosial budaya. Koalisi secara kongkret tentang hal ini bisa disimak pada tujuan

pendidikan nasional pada pasal 3 UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

Page 139: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

139

BAB VII

MAKNA PELAKSANAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DALAM KONTEKS PEMBINAAN KEHIDUPAN DEMOKRASI PADA

TIGA PERGURUAN TINGGI DI KOTA MATARAM

Pada bab ini akan dibahas tentang makna pelaksanaan pendidikan

kewarganegaraan dalam konteks pembinaan kehidupan demokrasi. Makna yang

akan dibahas adalah (1) makna kebangsaan; (2) makna solidaritas; (3) makna

religius. Dalam pembahasan ini digunakan teori komunikasi.

Komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi

seseorang dalam hidup bermasyarakat. Hal yang mendorong manusia atau

seseorang berkomunikasi dengan manusia lain adalah kebutuhan untuk

mempertahankan kelangsungan hidupnya dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungannya. Menurut Harold D Lasswell (Langara, 2005 ; 18) salah

seorang peletak dasar ilmu komunikasi lewat ilmu politik memberi pengertian

singkat tentang komunikasi adalah bahwa cara yang tepat untuk menerangkan

suatu tindakan komunikasi ialah menjawab pertanyaan ”siapa yang

menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apa

pengaruhnya”.

Selanjutnya dikatakan bahwa ada tiga fungsi dasar manusia berkomunikasi

yaitu (1) Hasrat manusia untuk mengontrol lingkungannya. Melalui komunikasi

manusia dapat mengetahui peluang yang ada untuk dimanfaatkan, dipelihara atau

dihindarkan di sekitar lingkungannya; (2) Upaya manusia untuk dapat beradaptasi

Page 140: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

140

di lingkungannya dan (3) upaya untuk melakukan tranformasi warisan sosialisasi

(Langara, 2005 : 2).

Jadi ketiga fungsi komunikasi tersebut di atas menjadi patokan dasar bagi

setiap individu dalam berhubungan dengan sesama anggota masyarakat. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa komunikasi tidak dapat dipisahkan dengan

kehidupan umat manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota

masyarakat. Komunikasi diperlukan juga untuk mengatur tata krama pergaulan

antar manusia karena berkomunikasi dengan baik akan memberikan pengaruh

langsung pada struktur keseimbangan seseorang dalam bermasyarakat. Dengan

singkat dapat dikatakan bahwa keberhasilan seseorang dalam mencapai sesuatu

yang diinginkan banyak ditentukan oleh kemampuan berkomunikasi.

Dalam suatu proses komunikasi adalah beberapa unsur atau komponen

yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Artinya terjadinya

komunikasi bila didukung oleh komponen atau unsur-unsur komunikasi. Secara

umum komponen komunikasi itu adalah Sumber, Pesan, Media, Penerima dan

Pengaruh atau akibat/perubahan. Setiap komponen memiliki peranan masing-

masing yang sangat penting dalam membangun proses komunikasi.

Pelaksanaan pendidikan atau suatu pengajaran adalah merupakan proses

komunikasi. Proses komunikasi itu terjadi pada proses belajar mengajar.

Demikian juga halnya dengan pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada

Perguruan Tinggi di Kota Mataram. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah bagaimana mengetahui makna perubahan pola pikir mahasiswa setelah

Page 141: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

141

terjadinya proses belajar mengajar dalam pendidikan kewarganegaraan pada tiga

Perguruan Tinggi di Mataram.

7.1. Makna Nasionalisme/Kebangsaan

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1997 : 604)

Nasionalisme berarti : (1) Faham (ajaran) untuk mencitai bangsa dan negara

sendiri ; (2) Kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial

atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan dan mengabdikan identitas,

integritas, kemakmuran dan kekuatan bangsa itu, yakni semangat kebangsaan.

Menurut Sartono Kartodirdjo (1993 : 21-25) Nasionalisme sebagai suatu

ideologi dijiwai oleh prinsip-prinsip (1) Kebangsaan (Liberty) yang meliputi

kebebasan beragama, berbicara/berpendapat, berkelompok/berorgansasi ; (2)

Kesamaan (unity) prinsip ini menyangkut wilayah teritorial, bangsa, bahasa,

ideologi, doktrin kenegaraan, sistem politik dan sistem perekonomian, hankam

dan perempuan ; (3) Kebebasan (equality) mencakup kedudukan hukum, hak dan

kewajiban ; (4) Kepribadian (personality) meliputi identitas, harga diri, rasa

bangga dan rasa terhadap kepribadian dan identitas bangsa ; (5) Prestasi : cita-cita

untuk mewujdkan kesejahteraan dan kebesaran dan kemuliaan dari bangsanya.

Dari paparan di atas dapat ditarik suatu pengertian tentang nasionalisme

yaitu suatu afinitas atau daya gabung kelompok yang didasarkan bahasa budaya,

keturunan dan terkadang agama dan wilayah/teritorial, juga cita-cita dan

kemerdekaan. Kehendak bersatu sebagai suatu afinitas dari kelompok dalam suatu

wadah negara merupakan syarat utama. Dengan demikan tidak ada tempat untuk

Page 142: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

142

mempersoalkan perbedaan suku, agama, ras, golongan dan budaya.

Konsekuensinya harus siap mengorbankan kepentingan pribadi demi persatuan

dan kesatuan nasional. Karena tanpa pengorbanan mustahil persatuan dan

kesatuan nasional akan terwujud. Jadi dapat dikatakan secara sederhana bahwa

nasionalisme adalah suatu faham yang berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi

individu diserahkan pada negara kebangsaan.

Upaya penanaman semangat dan kesadaran nasionalisme dapat dilakukan

melalui pendidikan. Salah satunya adalah melalui pendidikan kewarganegaraan.

Dalam prakteknya penanaman dimaksud di kalangan perguruan tinggi dari tiga

misi pembelajaran pendidikan kewarganegaraan pada struktur materi yang ada

benar membahas mengkaji atau mencantumkan pokok bahasan tentang identitas

nasional. Sementara pendapat umum bahwa nasionalisme merupakan bagian dari

identitas nasional. Jadi dengan mengkaji atau mempelajari pendidikan

kewarganegaraan adalah dalam rangka penanaman kesadaran nasionalisme pada

mahasiswa dalam rangka membentuk kepribadian bangsa.

7.2. Makna Solidaritas

Solidaritas diartikan atau mengacu pada atau hal yang menggambarkan

hubungan perasaan sepenanggungan atau kesetiakawanan dalam masyarakat

(Burhan MS, tl, 624). Dalam prakteknya seseorang mempunyai perasaan solider

(solidaritas) dengan orang lain bila seseorang dapat mempersepsikan orang lain

setara dengan dirinya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kata atau istilah

solidaritas merupakan istilah yang bersifat positif yang oleh banyak orang

Page 143: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

143

dipahami sebagai mementingkan kelompok dari kepentingan diri sendiri. Dan

memang secara umum dalam masyarakat solidaritas diartikan bahwa kepentingan

bersama/umum didahulukan dari kepentingan bersama.

Dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan/Civic Education baik

menurut acuan/kurikulum Diknas, IAIN dan Perguruan Tinggi Muhammadiyah

dalam struktur materinya semua mengkaji masalah solidaritas. Terutama ketika

mengkaji pokok bahasan tentang Hak Asasi Manusia (HAM). Dalam kajian

tentang ini semua berbicara tentang kesetaraan kesamaan derajat manusia. Semua

itu mengarah pada pembinaan kesetiaan pada prinsip kemanusiaan itu sendiri,

yaitu persamaan derajat dan kebersamaan dalam hidup bermasyarakat berbangsa

dan bernegara seperti pengakuan seorang mahasiswa (Mulyawan) :

”Dalam pembelajaran Civic Education kami diberikan materi tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara atau warga masyarakat. Sehingga kami bisa menempatkan diri dalam pergaulan antar sesama bagaimana sebagai diri sendiri, warga masyarakat maupun warganegara”.

Dari pengakuan di atas bila dikaji dari sesi hakekat manusia sebagai mahluk sosial

maka sangat sejalan. Sebagai mahluk sosial manusia tak bisa hidup sendiri, pasti

membutuhkan bantuan orang lain. Oleh karena itu manusia harus menjalin

hubungan baik dengan orang lain. Dalam konteks berbangsa dan bernegara harus

perlu dibangun solidaritas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Tujuan dalam maksud di atas tidak akan tercapai bila dalam praktek

pembelajarannya tidak didukung oleh metode pembelajaran yang sesuai. Metode

pembelajaran tersebut antara lain adalah melalui diskusi kelompok atau melalui

gerakan mengumpulkan dana bagi korban bencana atau seperti pernyataan

Gunawan sebagai berikut :

Page 144: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

144

”Ketika bencana terjadi di Kabupaten Bima kami mengajak teman-teman mahasiswa melalui organisasi kemahasiswaan mencari dana untuk dapat membantu sesam a manusia yang dalam kesusahan, walaupun jumlahnya tidak besar tapi paling tidak dapat menghibur sesama yang sedang kesusahan”.

Tindakan mahasiswa yang bersangkutan bila dikaji lebih jauh bahwa tindakan itu

didorong oleh rasa kebersamaan sebagai warga masyarakat. Hal ini muncul akibat

kesadaran kemanusiaan sebagai mahluk sosial. Jadi solidaritas itu dibangun

didasarkan pada pemahaman dan kesadaran akan akibat kemanusiaan itu sendiri.

Pengembangan dan kesadaran ini dibangun antara lain melalui dunia pendidikan.

7.3. Makna Religius

Bila dipandang dari sudut agama pulau Lombok didiami oleh mayoritas

masyarakat yang beragama Islam yang pada umumnya merupakan masyarakat asli

pulau ini. Menurut data dari Departemen Agama Provinsi NTB tahun 2001 jumlah

penduduk yang beragama Islam mencapai 94,8% selebihnya adalah menganut

agama Hindu, Budha, Kristen Protestan dan Katholik.

Dominasinya jumlah umat Islam di pulau Lombok tentunya berpengaruh

pada jumlah tempat peribadatan seperti Masjid, Mushola, Langgar dan

sebagainya. Hal ini menjadi indikator lain dari keberadaan umat Islam di pulau ini

adalah adanya lembaga-lembaga pendidikan Islam seperti pondok pesantren dan

lain-lain.

Berbicara tentang sejarah masuknya Islam di pulau Lombok menurut

penuturan-penuturan yang ada sementara ini amat beragam. Diduga keragaman ini

mencerminkan keragaman asal usul penyebarannya. Ada yang mengatakan dari

Page 145: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

145

Jawa, Melayu, Bugis dan lain sebagainya. Salah satu sumber yang menyebutkan

masuknya Islam ke pulau ini dari Jawa adalah Babad Lombok.

Menurut Tawalinudin Haris (M. Noor dkk, 2004 : 82) hal tersebut dapat

dibenarkan dengan bukti-bukti arkeologis yang terdapat dalam situs makam

Selaparang. Pada makam tersebut terdapat sejumlah batu nisan tipe kepala kerbau

bersayap dan tipe silendrik. Selain itu dari segi bentuk dan motif hiasannya

memiliki kesamaan dengan beberapa nisan yang terdapat di Aceh, Banten dan

Madura yang diperkirakan berasal dari kurun waktu yang bersamaan.

Kemudian satu hal yang agak pasti setelah proses Islamisasi ini adalah

berdirinya Kerajaan Selaparang dan Pejanggik Islam. Di mana keduanya

merupakan kerajaan serumpun dari garis keturunan yang sama, Kerajaan

Selaparang berpusat di Lombok Timur sedangkan Kerajaan Pejanggik di Lombok

Tengah. Setelah runtuhnya kedua kerajaan tersebut maka runtuh pula kekuatan

Islam secara struktural. Agama Islam hanya sebagai agama rakyat yang dianut

oleh rakyat kebanyakan dalam suasana ketakutan dan ketertindasan. Berita

tentang Islam baru terdengar kembali setelah pecah perang Sakra I dan II pada

tahun 1841 dan 1845.

Pada tahun 1891 pecah peperangan yang menentang kekuasaaan kerajaan

Mataram (Hindu) yang dipelopori kalangan masyarakat biasa yaitu Tuan Guru

Haji Ali Batu walaupun beliau tewas dalam pertempuran tersebut. Walau

demikian peperangan ini berdampak dengan berkobarnya semangat jihad yang

lebih besar menentang kekuasaan yang lalim. Sepeninggal Tuan Guru Haji Ali

Batu kepemimpinan dipegang oleh murid-muridnya. Satu hal yang agak jelas dari

Page 146: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

146

perkembangan Islam di wilayah ini adalah bahwa Islam telah lama sebagai

kekuatan baru yang cukup diperhitungkan. Dan corak Islam pada periode ini

sangat didominasi oleh kaum tarekat (sufisme).

Selanjutnya penyebaran dakwah Islam oleh para Tuan Guru dilakukan

dengan mendirikan pondok-pondok pesantren dan pengajian di Masjid, Surau dan

Langgar-langgar. Corak pondok pesantren ini masih sangat tradiosional. Para

santri mengaji secara kolektif dan nyaris tanpa program pengajaran yang teratur

dan terencana.

Pada generasi berikutnya lahir seorang pemuda yang kelak menjadi tokoh

kharismatik di pulau Lombok ia adalah Muhammad Saggat yang kemudian lebih

dikenal sebagai Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Majid. Beliau

mengembangkan dakwah Islam dan membentuk sistem pendidikan baru. Pondok

pesantren yang didirikan sekitar tahun 1934 sebagai cikal bakal berdirinya

Madrasah Nahdatul Wathan Diniyah Islamiah (NWDI) yang merupakan pelopor

pondok pesantren modern dengan sistem klasikal, materinya sistematis dan

terukur. Pondok pesantren ini dapat diklaim sebagai pembawa semangat

pencerahan dalam sistem pendidikan Islam di pulau Lombok. Hal ini sangat

berpengaruh hingga saat ini terutama tentang penyebaran agama Islam dan

keberagaman di kalangan masyarakat Lombok khususnya dan NTB umumnya.

Dalam catatan sejarah belum pernah terjadi sebuah kerajaan/pemerintahan

yang kuat membawahi semua komunitas sasak dalam waktu yang relatif lama.

Sehingga memungkinkan lahirnya sebuah identitas bersama yang diakui oleh

semua. Demikian juga yang terjadi dalam kehidupan keberagamaan. Secara

Page 147: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

147

keseluruhan suasana kehidupan keberagamaan diwarnai oleh identitas yang

berkembang dimasing-masing kampung. Tuan Guru K. H. Zainuddin Abdul

Majid mengambil langkah strategis dengan menyiapkan kader dakwah melalui

pendidikan. Akibat kerja keras beliau dengan para Tuan Guru yang lain sekarang

suasana keberagamaan masyarakat Lombok khususnya dan NTB umumnya secara

kualitatif telah berubah. Secara kultural masyarakat sasak memiliki identitas yang

seragam berkaitan dengan ke-Islaman ; Identitas baru ini mengalami perjuangan

panjang untuk menjadi sebagai masyarakat sasak yang Islami.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat Lombok

khususnya dan NTB umumnya merupakan masyarakat yang religius akibat

pengaruh perjuangan tuan guru sampai sekarang masih sangat kuat dalam

masyarakat. Karena tuan guru dipercayai sebagai seorang yang mempunyai dalam

mengajarkan moral etika dalam kehidupan sehari-hari. Demikian pula halnya

dalam dunia pendidikan. Para orang tua di Lombok menyekolahkan anak-anknya

agar dapat membangun/mengabdi pada masyarakat sesuai prinsip ditanamkan

oleh para tuan guru sejak dulu secara turun temurun. Pengaruh seperti ini seperti

yang diungkapkan Muh. Ali

”Saya disuruh menuntut ilmu (sekolah) oleh orang tua saya agar dapat menjadi guru yang mengajar masyarakat untuk berbuat baik. Dalam mata kuliah pendidikan kewarganegaraan saya lebih sadar lagi betapa pentingnya membangun bangsa, karena pembelajarannya dikaitkan dengan agama dan keberagamaan”.

Pernyataan tersebut di atas terbukti dalam kurikulum/acuan pembelajaran

pendidikan kewarganegaraan yang digunakan terutama di IAIN dan Universitas

Muhammadiyah Mataram dikaitkan dengan Islam dan keberagamaan di

Page 148: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

148

Indonesia. Hal ini dapat dilihat dalam struktur materi Civic Education pada

kurikulum yang digunakan IAIN memiliki tiga materi pokok yaitu Demokrasi,

Hak Asasi Manusia (HAM), dan masyarakat Madani. Dari ketiga materi inti ini

dikembangkan menjadi 10 pokok bahasan. Kemudian dari 10 pokok bahasan ini

dikembangkan menjadi 69 sub pokok bahasan. Selanjutnya dalam kajian

demokrasi terdapat dua sub yang beruhubungan dengan Islam yaitu : Islam dan

Demokrasi serta Isu Jender dalam Islam dan Demokrasi. Sementara dalam kajian

tentang HAM terdapat dua sub juga yang berkaitan dengan Islam yaitu HAM

dalam tinjauan Islam serta Isu Jender dalam Islam dan HAM.

Dalam kurikulum yang dipakai di Universitas Muhammadiyah Mataram

yang bertema Pendidikan Kewarganegaraan merupakan kehidupan yang

Demokratis dan berkeadaban terdiri dari 8 materi pokok pada kajian tentang

demokrasi terdapat sub yang berhubungan dengan keagamaan (Islam) yaitu yang

berbicara tentang Transpormasi Nilai Demokrasi dalam keluarga dan masyarakat.

Jadi dari paparan di atas dapat dikatakan pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan sejalan dengan karakter masyarakat NTB dan Indonesia pada

umumnya yang religius. Hal ini didukung juga dengan kurikulum yang digunakan

secara umum yang dikeluarkan oleh Diknas dimana salah satu pokok bahasannya

adalah tentang Filsafat Pancasila yang bersifat religius sebagai dasar dari

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia.

Page 149: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

149

7.4. Refleksi

Demokrasi dimaknai sebagai suatu sistem pemerintahan. Hal ini sesuai

dengan arti etimologis dari demokrasi itu sendiri, yaitu demos yang berarti rakyat

dan kratos yang berarti pemerintahan. Jadi demokrasi adalah suatu pemerintahan

yang melibatkan rakyat sebagai subjek dalam pemerintahan dan subjek dalam

mewujudkan cita-cita dari negara yang bersangkutan. Dengan kata lain demokrasi

sebagai dasar kehidupan bernegara memberikan pengertian bahwa negara

demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan

kemauan rakyat. Oleh karena itu demokrasi saat ini diyakini oleh banyak pihak

merupakan suatu sistem kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang

dapat menjamin warganegaranya mencapai kehidupan yang sejahtera.

Sejalan dengan keyakinan tersebut di atas maka dewasa ini banyak

bangsa-bangsa di dunia termasuk Indonesia tengah melakukan transportasi

menuju masyarakat demokratis. Keyakinan tersebut diperkuat dengan asumsi

bahwa dalam demokrasi kehendak rakyat adalah dasar utama kewenangan

pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya sehingga menjadi basis bagi

tegak dan kokohnya sistem pemerintahan/politik demokrasi. Hal ini menunjukkan

bahwa rakyat diletakkan pada posisi penting walaupun secara operasional

pelaksanaannya diberbagai negara tidak selalu sama.

Proses menjadi negara demokrasi bukanlah suatu proses yang mudah dan

sederhana, melainkan suatu proses yang cukup unik. Banyak hasil

survei/penelitian menunjukkan bahwa proses menuju demokrasi (demokratisasi)

menjalani kegagalan. Kegagalan tersebut cenderung disebabkan bangsa/negara

Page 150: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

150

tersebut memiliki prasyarat utama demokrasi yaitu kultur dan struktur sosial

politik yang demokratis. Kultur demokrasi berhubungan sikap dan prilaku politik

demokrasi masyarakat sedangkan struktur sosial politik berhubungan dengan

institusi politik yang demokratis dari negara yang bersangkutan. Sehingga kedua

aspek ini harus berjalan beriringan untuk dapat menjadi negara demokratis.

Meninjau pernyataan G. Almond & S. Verba bahwa kematangan budaya politik

akan tercapai bila ada keserasian antara struktur dengan kultur maka membangun

masyarakat demokratis berarti usaha menciptakan keserasian antara kultur yang

demokratis dengan kultur yang demokratis.

Membangun kultur demokrasi jauh lebih sulit bila dibandingkan dengan

membangun struktur demokratis. Membangun struktur berarti membangun

institusi atau lembaga demokrasi. Hal ini berarti menciptakan dan menegakkan

lembaga atau institusi politik tersebut dalam negara yang bersangkutan.

Sedangkan membangun kultur politik demokrasi berarti menegakkan,

menanamkan, mensosialisasikan nilai-nilai demokrasi secara terprogram dan

terencana serta membutuhkan waktu yang relatif lama.

Jadi untuk menjadi negara demokrasi tidak hanya memerlukan

struktur/lembaga, hukum, aturan atau institusi negara lainnya. Namun negara

demokrasi sejati juga memerlukan sikap dan prilaku hidup demokratis

masyarakatnya. Untuk itu diperlukan waktu yang relatif lama, berat dan proses

yang rumit. Oleh karena itu secara substantib dan berdimensi jangka panjang guna

memajukan masyarakat pendidikan demokrasi mutlak diperlukan, karena

pendidikan pada hakekatnya adalah suatu proses penanaman sosialisasi dari nilai-

Page 151: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

151

nilai demokrasi agar bisa diterima dan dijalankan oleh segenap warga negara.

Pendidikan demokrasi dapat berarti formal, non formal maupun informal.

Pendidikan demokrasi dapat saja diintergrasikan ke dalam berbagai

bidang studi kelompok ilmu sosial. Di lain pihak pendidikan demokrasi dapat pula

dijadikan mata pelajaran atau mata kuliah yang berdiri sendiri. Bila diintegrasikan

paling tepat untuk saat ini adalah dikemas dalam wujud mata pelajaran atau mata

kuliah pendidikan kewarganegaraan.

Dalam UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

dinyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, beriman, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggun jawab. (Pasal 3 UU

Sisdiknas). Dengan ketentuan tersebut dapat ditarik makna bahwa salah satu

tujuan pendidikan adalah untuk menjadikan warga negara yang demokratis dan

bertanggung jawab terhadap bangsa dan negara bagi tegaknya sistem demokrasi.

Sehingga adalah merupakan hal yang logis bila pendidikan kewarganegaraan baik

sebagai mata pelajaran di sekolah maupun bagi mata kuliah di perguruan tinggi

dihajatkan untuk mengemban misi sebagai pendidikan demokrasi.

Berdasarkan paparan di atas dapat dimaknai bahwa pendidikan demokrasi

amat penting artinya bagi pertumbuhan budaya demokrasi di masyarakat (Civic

Cultur). Dengan demokrasi akan mendukung keberhasilan, perkembangan dan

pemeliharaan serta tegaknya pemerintahan demokrasi. Namun berdasarkan

pengalaman selama ini justru pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan

Page 152: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

152

demokrasi kurang mendapatkan porsi yang memadai dalam pembelajaran

pendidikan kewarganegaraan. Oleh karena itu agar pembelajaran pendidikan

kewarganegaraan dapat membina kehidupan berdemokrasi perlu dilaksanakan

lebih sungguh-sungguh dengan penataan yang cermat.

Penataan dimaksudkan agar pendidikan kewarganegaraan benar-benar

berfungsi sebagai pendidikan demokrasi. Penataan yang perlu mendapat perhatian

antara lain masalah materi, metode dan manajemen pembelajaran serta paradigma

pembelajaran. Pada sisi materi yang perlu ditekankan tentang konsep demokrasi,

sejarah demokrasi dan perkembangannya di Indonesia, nilai dan jiwa demokrasi

yang dikembangkan di Indonesia. Kemudian metode dan manajemen

pembelajaran harus disesuaikan dengan prinsip demokrasi. Sedangkan masalah

paradigma pembelajaran yang dikembangkan adalah paradigma humanistik

dimana peserta didik diposisikan sebagai objek sekaligus sebagai subjek

pendidikan. Jadi pendidikan akan diselenggarakan sebagai suatu proses

pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat (Pasal 4 ayat 3

UU no. 20 tahun 2003) serta mengedepankan proses pembelajaran yang

demokratis, empiris, kontektual, hosuistik, dan problem sulving dengan

melibatkan peserta didik/mahasiswa secara aktif melalui penerapan strategi

pembelajaran partisipatif.

Page 153: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

153

BAB VIII

SIMPULAN DAN SARAN

8.1. Simpulan

Berdasarkan paparan hasil penelitian di atas dapat ditarik kesimpulan:

Pertama Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata kuliah yang

wajib ditempuh bagi seluruh mahasiswa pada semua jurusan. Hal ini berdasarkan

UU no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 37 ayat 2 huruf

b. Dalam pelaksanaan di kota Mataram berpedoman pada 3 (tiga) acuan pokok

atau kurikulum yaitu : (1) Acuan dari Diknas dan Lemhannas yang diperuntukkan

bagi perguruan tinggi pada umumnya di Indonesia ; (2) Acuan yang disusun oleh

Indonesia Center For Civic Education (ICCE) yang diperuntukkan bagi perguruan

tinggi agama Islam dan (3) Acuan yang disusun oleh Majelis Diktilitbang PP

Muhammadiyah diperuntukkan bagi perguruan tinggi di bawah organisasi

Muhammadiyah. Pendidikan Kewarganegaraan mengemban misi

mengembangkan dan membina peserta didik berkenaan dengan peran, fungsi,

tugas, hak dan kewajiban serta tanggung jawab sebagai warga negara dalam

berbagai aspek kehidupan bernegara. Di samping itu mata kuliah ini mengemban

misi sebagai pendidikan moral/karakter dan pendidikan bela negara serta

pendidikan demokrasi. Sebagai pendidikan moral/karakter belum sepenuhnya

menerapkan prinsip pendidikan moral. Sebagai pendidikan bela negara belum

tercantum dengan jelas dalam struktur materi pembelajarannya. Sedangkan

sebagai pendidikan demokrasi yang menumbuhkan, mengembangkan dan

Page 154: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

154

membina kehidupan yang demokratis masih belum mendapat porsi yang

memadai. Hal ini terlihat dari sebaran materi yang ada di lapangan termasuk

penggunaan metode pembelajarannya.

Kedua Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam praktek di

lapangan tidak terlepas dari pengaruh baik yang bersifat intern maupun ekstern

dalam mencapi tujuannya. Pengaruh intern yaitu pengaruh yang datang dari dalam

pembelajarannya sendiri seperti pengaruh kurikulum yang dipahami, pengaruh

sarana dan prasarana belajar dan pengajar atau dosennya. Sedangkan pengaruh

ekstern adalah pegaruh yang datang dari luar pembelajaran sendiri seperti

Globlalisasi, Ideologi negara, politik dan sosial budaya yang berkembang dalam

masyarakat. Berdasarkan pengaruh-pengaruh tersebut hasil pembelajaran secara

kuantitatif bisa berbeda namun secara substantif relatif sama yaitu bagaimana

menjadikan peserta didik menjadi warganegara yang baik yang faham dan

menyadari hak dan kewajibannya. Sehingga dapat menempatkan diri atau

memposisikan diri dalam pergaulan hidup sehari-hari dalam bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

Ketiga Berkenaan dengan makna yang terkandung dari pelaksanaan

pendidikan kewarganegaraan di tiga pergurun tinggi di kota Mataram dalam

konteks pembinaan kehidupan demokrasi di antaranya adalah makna religius,

makna solidaritas dan makna nasionalisme atau kebangsaan. Ketiga makna ini bila

ditinjau lebih jauh sebenarnya sangat berkaitan. Karena makna religius dapat

mendasari membangun solidaritas yang pada gilirannya dapat membangkitkan

Page 155: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

155

semangat nasionalisme dan selanjutanya diharapkan dapat berpatisipasi aktif

dalam kehidupan bemasyarakat, berbangsa dan bernegara.

8.2. Saran-saran

Berkaitan dengan temuan di lapangan ada beberapa saran-saran perlu

disampaikan sebagai masukan :

1. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata kuliah wajib bagi

seluruh mahasiswa. Oleh karena itu harus mempunyai pedoman dasar

yang sama (satu) agar mengarah pada target yang sama, yaitu sesuai

dengan tujuan pendidikan nasional seperti tertera dalam Pasal 3 UU

no. 20 tahun 2003.

2. Sebagai pendidikan yang mengemban misi bela Negara maka harus

memuat materi tentang nilai-nilai bela Negara yang selama ini belum

ada dalam struktur materi pendidikan kewarganegaraan. Hal ini

penting artinya karena nilai-nilai bela Negara merupakan bagian dari

pengamalan nilai-nilai Pancasila.

3. Negara Indonesia adalah Negara yang sejak awal berdirinya telah

memilih demokrasi sebagai sistem pemerintahannya. Oleh karena itu

pendidikan kewarganegaraan mempunyai misi pendidikan demokrasi

agar benar-benar berfungsi sebagai pendidikan demokrasi maka

materinya perlu ditata ulang dengan memperluas materi demokrasi

pada keputusannya. Untuk itu harus dirancang sedemikian rupa

Page 156: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

156

sehingga terjadi keterpaduan konsep material, sikap moral dan prilaku

moral demokratis.

4. Selain penataan masalah materi perlu juga tenaga pengajar yang

professional dibidang pendidikan kewarganegaraan. Keprofesionalan

ini penting artinya karena diharapkan akan mampu menanamkan

pengetahuan dan kemampuan dasar untuk menjadi warga Negara yang

diandalkan. Hal ini penting karena selama ini masih kurang dosen

yang professional di bidang itu.

5. Untuk dapat membina kehidupan demokrasi yang baik hubungan

dosen dan mahasiswa tidak hanya tersusun dalam satuan acara

perkuliahan (SAP) semata, namun memerlukan hubungan sosial yang

kohesif. Sehingga dapat memberikan sesuatu yang lebih mendalam

serta mampu berkembang secara positif dan demokratis dalam

membentuk karakter masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan karena

belum adanya pembinaan dosen pendidikan kewarganegaraan secara

terpadu sehingga belum adanya Grand Disgn Pendidikan Demokrasi

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Page 157: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

157

Daftar Pustaka

Abdulah, Irwan, 2006, Konrtruksi dan Reproduksi Budaya.Yogyakarta: Pustaka pelajar

Abraham, M Francis, 1991, Moderenisasi Di Dunia Ketiga : Suatu Teori Umum Pembangunan. Yogyakarta : Tiara Wacana

Amnur, Ali Mahdi (ED), 2007. Konfigurasi Politik Pendidikan Nasioanal. Yogyakarta : Pustaka Fahima

Ashar, JS, 1994. “Sikap Politisi Nasional dan Citra Demokrasi Pancasila” Bisnis Indonesia. Jakarta tgl 5 Maret hal 7

Bakry, Noor MS, 2004, Pendidikan Kewarganegaran. Yogyakarta : Liberty

Barker, Chris, 2005. Cultural Studies : Teori dan Praktek. Yogyakarta : Bentang Budaya

Branson,Margaret S, Dkk, 1999. Belajar Civic Educatiom Dari Amerika, Yogyakarta : LKIS

Budiyono, Kabul, 2007, Nilai–Nilai Kepribadiaan dan Kejuangan Bangsa Indonesia. Bandung : Alfabeta

Bungin, Burhan, 2001. Metode Penelitian Sosial Format–Format Kualitatif dan Kualitatif. Surabaya: Erlangga Universiti Press

Burhani MS dan Hasbi Lawrens, TT, Kamus Ilmiah Populer. Jombang : Lintas Media

Clark, John, 1995, NGO Dan Pembangunan Demokrasi. Yogyakarta : Tiara Wacana

Cipto B, et tal, 2002. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). Yogyakarta : LP3 UMY

Dahl, Robert A, 1988. Sesudah Revolusi Usai?. Jakarta : Erlangga Daniel Dana, 2006. Resolusi Konflig. Jakarta : Ilmu Populer

Darmaningtyas, 2007, Pendidikan Rusak – Rusakan. Yogyakarta : LKIS Devine, Pat, 1995, Demokrasi dan Perencanaan Ekonomi. Yogyakarta : Tiara

Wacana David Beetham & Kevin Boyle, 2000. Demokrasi Dalam 80 Tanya Jawab.

Yogyakarta: Kanisius

Effendy, Muhadjir, 2003, Masyarakat Equilibrium.Yogyakrarta : Bentang Budaya

Faisal, Sanafiah, 2003. Format – Format Penelitian Sosial. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Page 158: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

158

Fatah, Eep Saefullah, 2000, Penghianatan Demokrasi Ala Orde Baru. Bandung: Alfabeta

Fateranidh, Nor Anida, 2003. “Nasionalisme Dalam Pembelajaran IPS Sejarah Di SLTP Negeri 8 Yogyakarta” Tesis. Yogyakarta : Program Pascasarjana UNY

Gaffar, Afan, 2004, Politik Indonesia : Transisi Menuju Demokrasi.Yogyakarta : Pustaka

Garna Judistira K,1992, Teori –Terori Perubahan Sosial. Bandung : Program Pascasarjana

Giddens, Anthony, 2001. Ranaway World. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Hamidi, 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Malang : Universitas

Muhammadiyah Malang

Hendro Prasetyo, dkk, 2002. Islam & Civil Society. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Tamburaka, H Rustam E,1999, Pengantar Ilmu Sejarah Teori Filsafat Sejarah, Filsafat Dan Iptek. Jakarta : Bina Aksara

Juliantara, Dadang,1998, Meretas Jalan Demokrasi.Yogyakarta : Kanisius Kaelan, dkk,2007, Memaknai Kembali Pancasila. Yogyakarta : Badan

Pemerintahan Filsafat UGM Kertodirjo, Sartono,1999 Multidimensi Pembangunan Bangsa. Yogyakarta :

Kanisius Kertodirjo, A. Sartono,Dkk1995, Negara dan Nasionalisme Indoesia. Jakarat

:Grasindo

Kertodirjo, Sartono,1999, Ideologi Dan Teknologi Dalam Kebangsaan Bangsa. Jakarta : Grasindo

Kohn, Hans,1984, Nasionalisme Arti dan Sejarahnya Jakarta : Erlangga Kompetindo

Kusnadi, H dan Bambang Wahyudi, 2001, Teori Dan Menejemn Konflig. Malang: Taroda

Kusumohamidjoyo, Budiono, 2000, Kebinekaan Mayarakat di Indonesia. Jakarta : Grasindo

Lubis, Akhyar Yusuf, 2006, Dekontruksi Epistemologi Modern. Jakarta : Pustaka Indonesia

Marijan, Kacung, 2006, Demokratisasi Didaerah : Pelajaran dari Pilkada Secara Langsung. Surabaya : Pustaka Eurika dan Pus De HAM

Mas’oed, Mohtar, 2003, Negara, Kaital Dan Demokrasi.Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Masdar, Umaruddin DKK, 1999, Mengasah Naluri Publik Memahami Nalar

Page 159: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

159

Marsadi, H. Subandi Al, 2004. Pancasila dan UUD’45 Dalam Paradigma Reformasi. Jakarta : Ragagrafindo Persada

Moleong. J. Lexy, 2005, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya

Morin, Edgar, 2005. Tujuh Materi Penting Dunia Pendidikan. Yogyakarta : Kanisius

Mubarok Achmad, 2005, Nasionalisme Religius Jati Diri Bangsa Indonesia. Jakarta : Bina Rena Pariwara

Maksum, Ali (Penyunting). 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Malang : PuSAPoM

Mujani, Sayful. 2007. Muslim Demokrat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Munir, Badrul, 2002, Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Perspektif Otonomi

Notonagoro, 1978. Beberapa Hal Mengenai Falsafah Pancasila. Jakarta : Pancuran Tudjuh

Nugroho D. Rian dan Tri Hanurita S, 2005, Tantangan Indonesia : Solusi Pembangnuan Politik Negara Berkembang. Jakarta : Elexmedia Kopotindo

Nusantara, Ariobimo, 2003, Membangun Kembali Karakter Bangsa. Jakarta: Elexmedia

Pamuji S, 1995, Demokrasi Pancasila Dan Ketahanan Nasional. Jakarta : Bina Aksara

Panjaitan, Merphin, 2001, Gerakan Warganegara Menuju Demokrasi. Jakarta : Restu Agung

Panuju, Redi, 2002, Relasi Kuasa Negara Media Massa dan Publik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Pelly, Usman dan Asih Menanti,1994, Teori - Teori Sosial Budaya.Jakarta : Dirjen Dikti

Piliang, Yasraf Amir, 2004, Posrealitas. Yogyakarta : Jalasutra Purnomo Arif,1999, “Sikap Demokratis Siswa SMU di Yogyakarta” Tesis,

Yogyakarta, Program Pascasarjana UNY Pusat Bahasa Depdiknas, 2002, Kamus Besar Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Padmo Wahyono, “Demokrasi Politik Indonesia” dalam Rusli Karim dan Fauzi Rizal. 1991 Dinamika Budaya dan Politik dalam Pembangunan. Jakarta : Tiara Wacana

Prayitno B, 1991. Apakah Demokrasi itu. Jakarta : United States Information Agency

Rahayu, Minto, 2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : PT. Grasindo

Page 160: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

160

Rasyada, Dede Dkk, 2004. Buku Panduan Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). Jakarta : ICCE UIN Syarif Hidayatullah

Rudini,1994, Atas Nama Demokrasi Indonesia Yogyakarta : Bigraf Publishing

Ramlan Surbakti, 1999. Memahami Ilmu Politik. Jakarta : Grasindo Sargent, Lmen Tower,1986. Idiologi Politik Kontempoler. Jakarta : Bina Aksara

Salim, Agus, 2001, Teori dan Peraktik Penelitian Sosial. Yogyakarta : Tiara Wacana

Samawi, A, 1995, “Konsep Demokrasi Dalam Pendidikan Menurut Progrefivisme John Dewe Y” Tesis. Yogyakarta : Program Pascasarjana UGM

Setiawan Benni, 2006, Menifesto Pendidikan Indonesia. Yogyakarta : Ar Ruzz Merdia

Simatupang, Maurits, 2002, Budaya Indonesia Yang Surpaetnis. Papas Sinar Sinauli

Suharsimi, Arikunto, 2000, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Bina

Sukardi, Cekli S Pratiwi, 2002, Mengukuhkan Kesatuan Negara Kesatuan. Malang : UMM

Sumaatmaja, Nursid, TTt, Manusia Dalam Kontek Sosial Budaya Dan Lingkungan Hidup. Bandung : Alfabeta

Sumanto, 1995, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta : Andi Offset

Suparno, HA Dkk, 1986. Pola Berfikir Ilmuwan Dalam Konteks Sosiobudaya Indonesia. Surabaya : Erlangga Universitas Press

Susetyo, Benny, 2005. Politik Pendidikan Penguasa. Yogyakarta : LKIS Susilo, J Basis (Ed),1997. Masyarakatd dan Negara. Surabaya : Erlangga

Universitas Press Syamsuddin, Nazzaruddin,1993, Dinamika Sistem Politik Indonesia. Jakarta :

Gramedia Samuel Huntington, 2001. Gelombang Demokrasitisasi Ketiga Terj. Asril

Marjohan. Jakarta : Pustaka Utama Grafiti Sukarna, 1981. Demokrasi Versus Kediktatora. Bandung Alumni

Sparinga, DT, 2003. Multikulturalisme dalam Multiperspektif di Indonesia. Surabaya : Forum Rektor Simpul Jawa Tiur Universitas Surabaya

Sumarsono. S, 2000. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Lembaga Ketahanan Nasional

Supriatnoko, 2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta : Penaku

Page 161: pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan pada tiga perguruan ...

161

Telaar, HAR, 2007, Mengindonesia Etnisitas Fan Identitas Bangsa Indonesia. Jakarta : Rineke Cipta

Tilaar, HAR, 2003, Kekuasaan dan Pendidikan. Megelang : Indonesia Tera

Triguna, Ida Bagus Gde Yudha.2000. Mengenal Teori – Teori Pembangunan. Denpasar : Widya Darma UNPAD

Tranz Magais Suseno, 1997. Mencari Sosok Demokrasi . Jakarta : Gramedia. Uno, H. Hamzah B, 2007 Profesi Kependidikan. Jakarta : Bumi Aksara

Wahid Hasyim Dkk, Telikungan Kapatilisme Global Dalam Sejarah Kebangsaan Indonesia. Yogyakarta : LKIS

Widjayanto, Andi Dkk, 2007, Transnasionalisasi Masyarakat Sipil.Yogyakarta : LKIS

Winarno, Dwi. 2006. Paradigma Baru Pendidikan Kewargamegaraan. Jakarta: Bumi Aksara

Winarso, 1995. ”Pengaruh Pola Asuh Dan Pemahaman Demokrasi Pancasila Serta Terpaan Media Massa Terhadap Perilaku Demokratis Siswa SMA” Publikasi Berkala Penelitian Pasca Sarjana. UNPAD 6 (2) Hal.23-26 Bandung

Yafie, KH Ali,dkk, 2004, Rapatkan Barisan Untuk Kebangkitan Indonesia Raya. Jakarta : Bina Rena Pariwara

Yaqin, M Ainul, 2005, Pendidikan Multikultural. Yogyakarta : Nuansa Aksara Yogyakarta

Zamroni, 2007. Pendidikan dan Demokrasi Dalam Transisi. Jakarta : PSAP Muhammadiyah

Zamroni, 2001. Pendidikan Untuk Demokrasi. Yogyakarta : Bigraf Publising _________________, 1999. Etika Politik, Prinsip Prinsip Moral Dasar

Kewarganegaraan Modern. Jakarta : Gramedia