PELAKSANAAN E-GOVERNMENT DALAM BENTUK PENGADUAN …repository.ub.ac.id/8951/1/Martyafitri Anung...

154
PELAKSANAAN E-GOVERNMENT DALAM BENTUK PENGADUAN ONLINE GUNA MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI (Studi pada Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang) SKRIPSI Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya MARTYAFITRI ANUNG ANINDITA NIM. 135030101111026 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS ILMU ADMNISTRASI JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK MALANG 2017

Transcript of PELAKSANAAN E-GOVERNMENT DALAM BENTUK PENGADUAN …repository.ub.ac.id/8951/1/Martyafitri Anung...

PELAKSANAAN E-GOVERNMENT DALAM

BENTUK PENGADUAN ONLINE GUNA

MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI

(Studi pada Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Menempuh Ujian Sarjana

pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

MARTYAFITRI ANUNG ANINDITA

NIM. 135030101111026

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS ILMU ADMNISTRASI

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK

MALANG

2017

IDENTITAS TIM PENGUJI

1. Tjahjanulin Domai, Dr., MS.

NIP : 19531222 198010 1 001

Pangkat : Pembina Utama Muda / IV/c

Fungsional : Lektor Kepala / Kepemimpinan

Alamat : Jalan Semanggi Timur

2. Sumartono, Prof., Dr., MS

NIP : 19540916 198212 1 001

Pangkat : Pembina Utama Madya / IV/d

Fungsional : Guru Besar / Reformasi Adm. Negara

Alamat : Perum Griyashanta Blok A 44 Malang

3. Heru Ribawanto, Drs., MS

NIP : 19520911 197903 1 002

Pangkat : Pembina Utama Muda / IV/c

Fungsional : Lektor Kepala

Alamat : Perumahan Tata Surya

Curriculum Vitae

Martyafitri Anung Anindita, S.AP Yogyakarta, 7 Maret 1995

Perumahan Griya Intan Asri Blok CB No.18 Kediri, Jawa Timur

No Hp : 0812 3561 4178 E-mail : [email protected]

Pendidikan Gelar : Sarjana Administrasi Publik

Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya IPK / Kelas : sebesar 3,56 / 4,00 Tahun lulus : 2018

Kualifikasi Akademik Tambahan Tahun Institusi

2001-2007 SDS Pawyatan Dhaha 2 Kediri 2007-2010 SMP Negeri 4 Kediri 2010-2013 SMA Negeri 7 Kediri 2013-2018 Universitas Brawijaya Malang

Seminar/ Kursus/ Pelatihan 2014 : Divisi Peserta Dalam Acara Pagelaran Sanggar Seni Mahasiswa 2014 tanggal 14 – 16

Oktober 2014

2015 : Divisi Peserta Dalam Seminar Milad Kohati HMI Cabang Malang Komisariat Fakultas Ilmu

Administrasi Universitas Brawijaya

Ketrampilan dan Kepribadian Saya senang bersosialisasi dan berpikir positif. Saya memiliki komunikasi yang baik dan keterampilan

organisasi, mudah beradaptasi, kerja keras, pemain tim yang baik dan bersemangat untuk belajar. Saya

dapat beroperasi aplikasi perangkat lunak seperti Ms.office, word, excel, powerpoint, dan sebagian besar

aplikasi internet.

Hobi

Menari dan menyanyi

LEMBAR PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk keluarga penulis, Kedua orang

tua yang sangat diberkahi Allah SWT yang selalu memberikan waktu

untuk memotivasi, dorongan materi dan non materi dimanapun dan

kapanpun. Keluarga besar (Moch. Rochmat, Endang Sulistyowati,

Destalia Lanny Rachmawati, Aditya Candra Tri Saputra) yang selalu

memberikan semangat dan yang selalu memberi motivasi.

Skripsi ini juga penulis persembahkan untuk kekasih penulis Achmad

Dani yang selalu menemani, mendorong dan memberi semangat akan

selesainya skripsi ini, serta teman-teman penulis Diah Lestari, Yulia

Nurul Aini, Novia Mandasari, Daning Pratiwi, Ghina Nurrahma, dll

yang selalu memberikan semangat dan dukungannya serta memberikan

masukan dalam menyusun skripsi. Saya sadar tanpa motivasi, doa dan

dukungan kalian saya bukan apa apa.

vi

SUMMARY

Martyafitri Anung Anindita. 2017. Implementation of E-Government in the Form of

Online Complaint To Improve Employee Performance (Studies at Communication and

Informatics Department of Malang). Tjahjanulin Domai, Dr., MS.

The rapid implementation along with the issuance of Inpres no.3 of 2003 the city

government began to develop E-Government, especially in the form of online complaints. In

the implementation there are inhibiting factors such as tbsp, facilities and infrastructure as

well as supporting factors such as cooperation with several parties, etc.. This study aims to

understand and analyze the implementation as well as inhibiting and supporting factors.

The purpose of this research is to know, describe and analyze the implementation of

e-Government in the form of online complaints to improve the performance of employees in

the Office of Communication and Information Malang City and to know, describe, and

analyze the supporting factors and inhibiting factors from the implementation of e-

Government in the form of complaints online to improve the performance of employees in

the Office of Communications and Information Malang City.

The method used in this research is qualitative to describe the phenomenon

experienced by the research subject, the data source obtained through documentation, field

observation and interview to informants who considered to know the implementation of e-

Government in Diskominfo Malang.

The results of the analysis can be seen that the implementation of e-Government in

the form of online complaints in order to improve the performance of employees in the Office

of Communications and Informatics Malang is to determine the policy/superstructure that

became the basis of the implementation of e-Government in Malang City Government, set the

policy / superstructure on the basis of Information Disclosure Public in Malang City

Government, providing network infrastructure, providing application system infrastructure,

Development of Apparatus Resources (SDA) of Malang City Government, providing

Funding in connection with complaint handling and information. In this case is expected to

improve the performance of the employee that is more effective, efficient and transparent

employee performance, employee performance in accordance with existing online complaint

procedures, the availability of sufficient budget, support flexibility in the curve of activities

and performance realization, innovation from the side of integration with the system social

media, facilitate users for online complaints, clear working SOP’s support acceleration in

performance, and planning and system quota on information spread through measurable SMS

Blast.

Supporting factors in the implementation of e-government are: facilities and

infrastructure are very supportive in serving the community, especially in the service of

complaints and Decree Head of the Office of Communications and Informatics is very

encouraging to carry out service complaints. Inhibiting factors in the implementation of e-

government are: the bureaucracy is too complicated, the lack of socialization in the

community, human resources are still lacking so that activities undertaken by the Office of

Kominfo hampered.

Keywords: Implementation E-Government, Online Complaint, Employee Performance

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis mengucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan lancar. Tidak lupa shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat beliau. Skripsi ini merupakan serangkaian

tugas akhir penulis selama menempuh pendidikan perkuliahan serta untuk memenuhi

syarat mendapatkan gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

Malang. Tema pada skripsi ini adalah pelaksanaan electronic governance dengan

mengambil judul PELAKSANAAN E-GOVERNMENT DALAM BENTUK

PENGADUAN ONLINE GUNA MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI (Studi

pada Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang).

Penulis menyadari bahwa penyusunan karya ilmiah dalam bentuk penelitian

skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak,

sehingga diperoleh hasil yang maksimal. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat, diantaranya :

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Supriyono, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu

Administrasi Universitas Brawijaya Malang.

2. Bapak Andy Fefta Wijaya, Drs, MDA, Ph.D selaku Ketua Jurusan Ilmu

Administrasi Publik Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.

3. Ibu Dr. Lely Indah Mindarti, M.Si selaku Ketua Prodi Administrasi Publik Fakultas

Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya.

4. Bapak Tjahjanulin Domai, Dr., MS, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu

memberikan berbagai arahan, ilmu dan dukungannya dalam penyusunan skripsi.

5. Seluruh dosen Jurusan Ilmu Administrasi Publik beserta pegawai-pegawai Fakultas

Ilmu Administrasi yang juga membantu melancarkan penyusunan skripsi.

6. Seluruh jajaran pimpinan Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang Bapak

Zulkifli Amrizal, S.Sos, M.Si, Bapak Boedi Utomo, SE, M.Si dan pegawai-

pegawai yang lain yang telah senantiasa memberikan kemudahan informasi untuk

penyusunan skripsi.

7. Serta terimakasih kepada seluruh pihak atas bantuan dan dukungannya terhadap

karya tulis ini yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun

sangat penulis harapkan semogar karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan

sumbangan yang berarti pagi pihak yang membutuhkan.

Malang, 4 Oktober 2017

Penulis

DAFTAR ISI

MOTTO ....................................................................................................................... ii

TANDA PERSETUJUAN ......................................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................ v

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ........................................................... v

RINGKASAN ............................................................................................................. vi

SUMMARY ............................................................................................................... vii

LEMBAR PERSEMBAHAN .................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ................................................................................................ ix

DAFTAR ISI............................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xii

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 11

C. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 11

D. Manfaat Penelitian ............................................................................................... 12

E. Sistematika Penelitian .......................................................................................... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 15

A. Pelaksanaan .......................................................................................................... 15

1. Pengertian Pelaksanaan ................................................................................. 15

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pelaksanaan ................................. 16

B. Electronic Government (e-Gov) ............................................................................ 17

1. Pengertian E-Government .......................................................................... 17

2. Manfaat E-Government .............................................................................. 21

3. Ruang Lingkup E-Government ................................................................... 23

4. Elemen Sukses Pelaksanaan E-Government ............................................... 28

5. Tantangan Pengimplementasian E-Government ....................................... 33

6. Pemicu Utama E-Government ................................................................... 34

7. Kerangka Pelaksanaan E-Government di Indonesia .................................. 37

8. Langkah-langkah Pelaksanaan E-Government .......................................... 38

C. Pengaduan Masyarakat ........................................................................................ 40

1. Definisi Pengaduan Masyarakat ................................................................ 40

2. Bentuk-Bentuk Pengaduan Masyarakat..................................................... 40

3. Sumber Pengaduan Masyarakat ................................................................ 41

4. Klasifikasi Pengaduan ............................................................................... 41

5. Pengaduan Online ...................................................................................... 42

D. Kinerja Pegawai ................................................................................................... 44

1. Definisi Kinerja Pegawai ........................................................................... 44

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai ............................... 45

3. Kriteria Dalam Penilaian Kinerja Pegawai ................................................ 45

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 47

A. Jenis Penelitian .................................................................................................... 48

B. Fokus Penelitian ................................................................................................... 49

C. Lokasi Dan Situs Penelitian ................................................................................. 50

D. Sumber Data ........................................................................................................ 51

E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................. 54

F. Instrumen Penelitian ............................................................................................ 56

G. Uji Keabsahan Data ............................................................................................ 57

H. Analisis Data ....................................................................................................... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 62

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................................................... 62

B. Hasil Penelitian ....................................................................................................... 88

1. Pelaksanaan e-Government dalam bentuk pengaduan online guna meningkatkan kinerja

pegawai di Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang ...................... 88

2. Faktor Pendukung dan Penghambat dari Pelaksanaan e-Government dalam Bentuk

Pengaduan Online Guna Meningkatkan Kinerja Pegawai .......................... 106

3. Pengukuran Kinerja Pegawai di Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang 111

C. Pembahasan ............................................................................................................ 114

1. Pelaksanaan e-Government dalam bentuk pengaduan online guna meningkatkan kinerja

pegawai di Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang .................... 114

2. Faktor Pendukung dan Penghambat dari Pelaksanaan e-Government dalam Bentuk

Pengaduan Online Guna Meningkatkan Kinerja Pegawai .......................... 123

3. Pengukuran Kinerja Pegawai di Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang 126

BAB V PENUTUP................................................................................................... 130

A. Kesimpulan ............................................................................................................ 130

B. Saran ...................................................................................................................... 132

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 133

DRAFT WAWANCARA........................................................................................ 137

LAMPIRAN FOTO ................................................................................................ 140

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Komposisi Pegawai Menurut status Kepegawaian ………...…………. 77

Tabel 2: Komposisi Pegawai PNS/CPNS Menurut Tingkat Pendidikan ……… 78

Tabel 3: Komposisi Pegawai Tidak Tetap (Tenaga Kontrak) menurut

Tingkat Pendidikan …………………………………………………... 79

Tabel 4: Komposisi Pegawai PNS Menurut Golongan/Ruang PNS …………... 80

Tabel 5: Komposisi Pegawai PNS menurut eselon ……………...…………….. 81

Tabel 6: Koneksi Internet ……………………………………………………… 108

Tabel 7: Hasil pengukuran atas IKU Dinas Komunikasi dan Informatika

untuk 2 kategori Kota Malang Tahun 2016 …………………………... 113

Tabel 8: Jumlah laporan Yang masuk ke UPT Pengaduan online …………….. 127

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Alur Pelayanan Pengaduan Kota Malang ………………………………… 8

Gambar 2: Konsep e-Government ……………………………………………………. 24

Gambar 3: Elemen Sukses e-Government ……………………………………………. 29

Gambar 4: Kerangka Sisfonas dan e-Government ……………………………………. 37

Gambar 5: Analisis Data Model Interaktif ……………………………………………. 61

Gambar 6: Struktur Organisasi Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang …... 85

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang berkembang di

Indonesia telah memberikan manfaat dan dampak yang signifikan ke dalam

aspek kehidupan masyarakat. Perkembangan ini berdampak dengan semakin

luasnya informasi dan pengetahuan dari dan ke seluruh dunia menembus batas,

jarak, tempat, ruang dan waktu. Pengaruh perkembangan ini pun meluas ke

berbagai kehidupan, diantaranya bidang pendidikan, kesehatan, perekonomian,

politik, pemerintahan, lingkungan hidup, inovasi serta komunikasi masyarakat

dari berbagai disiplin ilmu, budaya, umur, agama. Hampir setiap manusia telah

berkomunikasi menggunakan perangkat teknologi informasi dan komunikasi

dengan menggunakan semua perangkat TIK yang tersedia mudah dan murah di

pasaran.

Pemerintahan yang modern telah menempatkan peran teknologi

informasi dan komunikasi sebagai sarana kerja utama, bukan hanya sebagai

support akan tetapi sudah sejalan senapas dan bahkan sebagai motor penggerak

roda pemerintahan. Manfaat TIK bukan hanya sebagai alat pengganti baca-

tulis-hitung dari tradisional menjadi digital, akan tetapi sudah merambah

sebagai bagian dari alat bantu pengambilan keputusan. Teknologi informasi

2

pemerintahan sangat berpengaruh pada proses manajemen pemerintahan

mulai dari pemerintah pusat hingga ke pemerintahan daerah yang pada saat

ini telah mengalami perubahan mengarah model pemerintahan masa depan

yang bercirikan transparansi, efektifitas pelayanan, efisiensi manajemen,

dan akuntabilitas publik. Maka dari itu diperlukan transformasi secara

mendasar terhadap praktek dalam manajemen pemerintahan daerah yang

lebih efektif dengan salah satunya memanfaatkan teknologi informasi.

Kemajuan dan kecanggihan teknologi informasi sebagai bagian

dari globalisasi tidak tepisah dari masyarakat modern seperti sekarang ini.

Kemajuan dan kecanggihan ini yang membawa pengaruh besar bagi

masyarakat terhadap pemerintah sebagai penyedia layanan untuk lebih

bersifat transparan, efektif dan efisien dalam melaksanakan tugas

kepemerintahannya. Selain itu juga memberikan kemudahan terhadap akses

informasi khususnya informasi tentang pemerintahan, sehingga dapat

mendorong pemerintah untuk melaksanakan suatu konsep tata

kepemerintahan baik yang lazim disebut dengan good governance.

Kecanggihan dalam teknologi informasi dengan bantuan internet

pemerintah dapat memberikan pelayanan publik secara online. Teknologi ini

disebut dengan electronic government (e-Government). E-Government di

Indonesia berkembang sejak tahun 2003. Pemerintah mulai menyadari

perlunya pengembangan e-Government di seluruh jajaran pemerintahan,

maka pada tahun 2003 dikeluarkanlah Intruksi Presiden Nomor 3 Tahun

2003 mengenai pengembangan e-Government di Indonesia. Keluarnya

3

Inpres tersebut maka secara yuridis-formal e-Government memiliki landasan

yang kuat untuk diimplementasikan pada setiap pemerintah daerah di

Indonesia.

Pemerintah daerah dapat mengembangkan prakarsa, inisiatif dan

potensi yang dimilikinya dalam memberikan pelayanan publik yang efektif,

efisien, transparan, responsif, akuntabel dan nonpartisan. Setiap daerah

diberikan keleluasaan dalam mengembangkan pelayanan publik di

daerahnya. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas

pelayanan publik di daerah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah

dengan menerapkan pelayanan publik berbasis teknologi informasi atau

jaringan yang berbasis teknologi internet yang digunakan pemerintah yang

lebih populer dengan sebutan e-Government adalah salah satu cara bagi

pemerintah untuk memanfaatkan teknologi informasi yang memungkinkan

masyarakat mengakses informasi pemerintah secara mudah dan memperoleh

pelayanan berkualitas serta memberikan kesempatan yang lebih besar bagi

masyarakat untuk berpartisipasi dalam institusi dan demokratisasi (Sufianti,

2007 : 356).

E-Government adalah upaya untuk mengembangkan

penyelenggaraan kepemerintahan yang berbasis elektronik. Suatu penataan

sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah dengan

mengoptimalkan pemanfaatan TIK. E-Government dapat diaplikasikan pada

legislatif, yudikatif, atau administrasi publik, untuk meningkatkan efisiensi

4

internal, menyampaikan pelayanan publik, atau proses kepemerintahan yang

demokratis.

E-Government merupakan penggunaan dan pemanfaatan teknologi

informasi oleh pemerintah agar dapat tercipta komunikasi antara

pemerintah, masyarakat, dunia bisnis dan pihak-pihak lain yang

berkepentingan untuk memberikan pelayanan yang cepat dan tepat.

Ringkasnya tujuan dari e-government adalah untuk membentuk suatu

jaringan komunikasi diantara masyarakat, swasta, dan pemerintah lainnya

yang dapat memperlancar adanya interaksi, transaksi, dan layanan. Di dalam

E-Government perlu adanya suatu strategi untuk mengembangkan kearah

yang lebih tinggi lagi. Bagaimana suatu pemerintahan dapat

memaksimalkan pemanfaatan Teknologi Informasi dalam layanan

Electronic-Government (E-Government) ini yang meliputi pengolahan data,

pengelolaan informasi, sistem manajemen dan proses kerja secara

elektronis. Tujuan dari pelaksanaan e-Government adalah untuk

memudahkan warga kota untuk mendapatkan pelayanan publik dan

berinteraksi dengan pemerintah kota; memperbaiki kepekaan dan

respon pemerintah kota terhadap kebutuhan warga; meningkatkan

efisiensi, efektivitas dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Selain itu hal ini dapat ditujukan agar pelayanan publik dapat dilakukan

secara lebih cepat (faster), lebih baik (better) dan lebih murah (cheaper)

baik secara internal (birokrasi) maupun untuk eksternal (masyarakat).

5

E-Government sebenarnya telah lama dicanangkan oleh pemerintah

untuk dapat diterapkan pada instansi-instansi pemerintah, baik di pusat

maupun di daerah. Penerapan E-Government tidak semudah yang

diperkirakan, tentunya banyak hambatan-hambatan yang terjadi pada

penerapan tersebut, seperti di kantor pemerintah daerah. Salah satu yang

menjadi hambatan tersebut yaitu sumberdaya manusia atau pegawai, selain

lembaga yang menangani pelaksanaan E-Government, dan penyediaan

sarana dan prasarana teknologi informasi. Maka dari itu, tidak sedikit yang

dapat mengalami suatu kegagalan di dalam pelaksanaan tersebut.

Pelaksanaan E-Government sekarang ini berjalan seiring dengan

perubahan kehidupan berbangsa dan bernegara yang secara fundamental

selain dengan adanya perubahan sistem pemerintahan otoriter dan

sentralistik menuju sistem pemerintahan demokratis. Perubahan atau

revolusi ini menuntut terbentuknya pemerintahan yang bersih, transparan,

dan lebih efektif. Selain itu, E-Government bukan hanya milik Organisasi

Perangkat Daerah akan tetapi merupakan urusan bersama seluruh Organisasi

Perangkat Daerah dimana dalam melaksanakan implementasi E-Government

perlu dilakukan perencanaan yang komprehensif yang melibatkan seluruh

komponen pemerintah kota, layanan sistem yang menjangkau ke seluruh

tatakelola atau birokrasi pemerintahan, sehingga seluruh komponen

pemerintah kota mau tidak mau siap tidak siap, semua akan terlibat

langsung dalam implementasinya.

6

Pelaksanaan E-Government dalam rangka menuju pemerintahan

yang baik, bukan sebagai suatu inisiatif yang hanya ingin mendapatkan

penghargaan dari institusi pemeringkatan kematangan implementasi, akan

tetapi telah menjadi bagian dari tuntutan masyarakat, kelaziman jaman serta

amanah nasional. Kajian pemeringkatan hanya digunakan sebagai umpan

balik yang selanjutnya digunakan untuk mengejar ketertinggalan dan

memonitor arah implementasinya. Pelaksanaan e-government suatu instansi

pemerintahan tak lepas dari pengaruh peranan pegawai yang ada di instansi

pemerintah tersebut. Kinerja pegawai merupakan kunci keberhasilan

pelaksanaan e-government tersebut. Hal ini sesuai dengan salah satu konsep

e-government yaitu “Government to Employees: Pada akhirnya, aplikasi e-

government juga diperuntukkan untuk meningkatkan kinerja dan

kesejahteraan para pegawai atau karyawan pemerintahan yang bekerja di

sejumlah institusi sebagai pelayan masyarakat: (Indrajit, 2006:41). Dengan

pernyataan tersebut, terdapat keterkaitan antara pelaksanaan e-government

terhadap kinerja pelayanan penyelenggaraan pemerintahan kepada

masyarakat. Dimana kinerja pegawai pemerintahan itu sendiri.

Semakin gencarnya penggunaan teknologi informasi maka

pemerintah daerah Kota Malang bersamaan dengan keluarnya Intruksi

Presiden Nomor 3 Tahun 2003 mengenai pengembangan e-Government di

Indonesia tersebut memulai mengembangkan e-Government didaerahnya

dengan pembuatan program jaringan Malang Online, program jaringan

Malang Online tersebut mempunyai maksud dan tujuan mengembangkan

7

sistem informasi dan komunikasi dengan memanfaatkan teknologi berupa

komputer. Penggunaan teknologi tersebut berdampak pada kemudahan

memberikan informasi maupun berkoordinasi antar lembaga pemerintahan

maupun dengan masyarakat.

Pemerintah Kota Malang dalam hal ini instansi yang menangani

bidang pelayanan publik yaitu Dinas Komunikasi dan Informasi, dimana

Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang melaksanakan perumusan

kebijakan dan penyusunan pedoman, petunjuk teknis operasional bidang

komunikasi dan informatika. Salah satu fungsinya dalam pelayanan publik

melalui Unit Layanan Pengaduan (ULP) adalah sebuah unit kerja di

lingkungan Dinas Komunikasi dan Informatika Daerah Kota Malang

sebagai sub-sistem dari Komisi Penanganan Pengaduan Masyarakat Kota

Malang yang secara khusus diberikan kewenangan untuk mengelola

pengaduan berupa masukan, kritik, saran dan informasi dari masyarakat

sebagai bahan evaluasi dan analisis kinerja Pemerintah Kota Malang menuju

pemerintahan yang lebih baik.

Sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Dimas Ramdhana Prasetya

pada tahun 2013 yang berjudul Analisis Pengelolaan Pengaduan Masyarakat

dalam Rangka Pelayanan Publik menyatakan bahwa:

Proses pengaduan yang ada berawal dari masyarakat mengadu

kepada pemerintah bisa berupa saran, pertanyaan atau keluhan.

Kemudian masyarakat bisa mengadu melalui berbagai macam

cara bisa melalui internet dengan website yang ada di

Pemerintahan Kota Malang atau website Dinas Kominfo dan

bisa melalui telpon ke instansi yang berhubungan dengan yang

8

diadukan, serta masyarakat juga bisa datang langsung ke instansi

yang terkait yang ingin diadukan. Apabila masyarakat mengadu

melalui internet yang sudah di sediakan oleh pemerintah di

website, masyarakat juga bisa melihat sampai mana proses

tersebut di tangani oleh pemerintah dengan cara ketika

masyarakat mengadu melalui internet akan diberikan ticket atau

kode yang dimana berfungsi untuk melihat sejauh mana

pengaduan yang diadukan ditangani atau belum. Berikut alur

pelayanan pengaduan:

Gambar 1: Alur Pelayanan Pengaduan Kota Malang

Sumber: Dinas Komunikasi & Informatika Kota Malang Tahun 2017

Dalam pelaksanaan E-Government di Kota Malang terdapat

permasalahan yang menyebabkan masih minimnya best practices

pelaksanaan e-government di Dinas Komunikasi dan Informasi Kota

9

Malang. Diantaranya adalah terkait dengan belum memadainya kapasitas

sumber daya manusia (SDM) pengelola teknis, keterbatasan infrastruktur

pendukung, terbatasnya dukungan anggaran pemerintah, masih lemahnya

regulasi dan kelembagaan, serta masih rendahnya komitmen dan keseriusan

dari para pimpinan. Seringkali ketika terdapat kelemahan dalam

pelaksanaan e-government, lebih banyak disoroti dari sisi kemungkinan

masih rendahnya kapasitas sumber daya manusia (SDM).

Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor penting

dalam keberhasilan pelaksanaan e-government, dimana SDM tersebut

mampu dan handal di bidang teknologi informasi. Ketidakmampuan

beradaptasi dengan kemajuan teknologi maupun yang disebabkan oleh

kurang baiknya hasil kerja dari sumber daya manusia yang ada, padahal

harus diakui manusia adalah faktor penting yang turut menentukan

keberhasilan suatu pemerintahan. Oleh karena itu, keberhasilan suatu

pemerintahan khususnya di Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Malang

sangat ditentukan oleh pendayagunaan sumber daya manusia yaitu orang-

orang yang menyediakan tenaga, dan bakat kreativitas. Dalam hal ini yang

paling menonjol adalah belum siapnya SDM dalam menghadapi

pelaksanaan e-government ini, sehingga masih banyak pegawai yang tidak

paham tentang tata cara penggunaan komputer dan teknologi lainnya.

Pesatnya kemajuan teknologi terutama teknologi informasi,

sehingga perlu adanya aplikasi dalam pelaksanaan e-government. Hal ini

diperuntukan bagi masyarakat yang ingin melakukan pengaduan secara

10

online terkait dengan kinerja dari para pegawai di Dinas Komunikasi dan

Informasi Kota Malang agar kinerja para pegawai dapat meningkat dan

lebih optimal. Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan penelitian

berkenaan dengan e-government, khususnya dengan menganalisa

pelaksanaan e-government dalam meningkatkan kinerja pegawai di Dinas

Komunikasi dan Informasi Kota Malang.

Berdasarkan data di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian skripsi di Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Malang dengan

judul “Pelaksanaan E-Government dalam Bentuk Pengaduan Online

Guna Meningkatkan Kinerja Pegawai (Studi Pada Dinas Komunikasi

dan Informasi Kota Malang)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai

berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan e-Government dalam bentuk pengaduan

online guna meningkatkan kinerja pegawai di Dinas Komunikasi dan

Informatika Kota Malang?

2. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat dari pelaksanaan e-

Government dalam bentuk pengaduan online guna meningkatkan

kinerja pegawai di Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang?

3. Bagaimana kinerja pegawai di Dinas Komunikasi dan Informatika

Kota Malang?

11

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka

dapat diketahui tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini sebagai

berikut:

1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pelaksanaan e-Government

dalam bentuk pengaduan online guna meningkatkan kinerja pegawai

di Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang.

2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis faktor pendukung dan

faktor penghambat dari pelaksanaan e-Government dalam bentuk

pengaduan online guna meningkatkan kinerja pegawai di Dinas

Komunikasi dan Informatika Kota Malang.

3. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kinerja pegawai di Dinas

Komunikasi dan Informatika Kota Malang?

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan penulis dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Secara Akademis

Dapat memberikan kontribusi teoritis mengenai pelaksanaan e-

Government dalam bentuk pengaduan online guna meningkatkan

kinerja pegawai.

2. Secara Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi

ataupun bahan pustaka dalam ranah studi mengenai pelaksanaan,

faktor pendukung, dan faktor penghambat e-Government dalam

bentuk pengaduan online guna meningkatkan kinerja pegawai..

12

b. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti-peneliti terdahulu,

sebagai bahan referensi dan informasi untuk melaksanakan

penelitian selanjutnya khususnya di dalam lingkup e-government.

c. Sebagai masukan terkait dengan pelaksanaan, faktor pendukung,

dan faktor penghambat dalam e-Government dalam bentuk

pengaduan online guna meningkatkan kinerja pegawai sebagai

upaya meminimalisir praktek maladministrasi dalam mewujudkan

pemerintahan yang baik bagi pihak Dinas Komunikasi dan

Informasi Kota Malang.

E. Sistematika Penelitian

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini merupakan pendahuluan dari proses penelitian

yang berisikan tentang pertama, latar belakang menggambarkan

ruang lingkup dan kedudukan masalah yang akan diteliti dalam

bentuk uraian secara deduktif, dari ruang lingkup yang paling

umum hingga menukik ke masalah yang paling spesifik, yang

relevan dengan judul skripsi. Kedua, rumusan masalah yang

merupakan hasil paparan latar belakang yang dapat ditetapkan

masalah yang urgen atau penting yang berkaitan dengan fokus

penelitian. Ketiga, tujuan penelitian yang mengungkapkan

tentang sasaran yang ingin dicapai dengan dilaksanakannya

penelitian, terhadap masalah yang telah dirumuskan. Keempat,

13

manfaat penelitian yang menjelaskan manfaat akademis/teoritis

dan praktis. Kelima, sistematika penelitian yang menjelaskan isi

bab per bab secara singkat dan jelas.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menguraikan konsep dasar yang menjadi

landasan teori atau pendapat-pendapat serta konsep-konsep yang

berhubungan dengan topik penulisan skripsi sebagai landasan

untuk menganalisis dan membahas permasalahan yang terdapat

di dalam penelitian. Teori atau pendapat-pendapat serta konsep-

konsep dalam bab ini merupakan kutipan dari para ahli.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini membahas tentang metode penelitian, dimana bab

ini membahas tentang langkah-langkah teknis dan praktis

sehingga tujuan penelitian dapat diperoleh ketika mengambil

data yang termuat dalam jenis penelitian, fokus penelitian,

lokasi dan situs penelitian, jenis dan sumber data, teknik

pengumpulan data, instrumen penelitian, uji keabsahan data,

analisis data.

14

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pelaksanaan

1. Pengertian Pelaksanaan

Pengertian pelaksanaan adalah untuk mewujudkan suatu tujuan

atau target, maka haruslah ada pelaksanaan yang merupakan proses kegiatan

yang berkesinambungan sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Santoso Sastroperto sebagai

berikut:“pelaksanaan diartikan sebagai suatu usaha atau kegiatan tertentu

yang dilakukan untuk mewujudkan rencana atau program dalam

kenyataannya”. Selanjutnya Charles D. Jones dalam Silalahi

mengemukakan mengenai pelaksanaan atau implementasi yakni “konsep

dinamis yang melibatkan secara terus menerus usaha-usaha yang mencari

apa yang dilakukan, mengatur aktivitas-aktivitas yang mengarah pada

pendapat suatu program kedalam dampak”. Berbeda halnya dengan pendapat

Parlata Westa, dkk yang menyatakan bahwa: ”implementasi atau

pelaksanaan adalah aktivitas-aktivitas atau usaha-usaha yang dilakukan

untuk melaksanakan semua rencana dan kebijakan yang telah dirumuskan

dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan atau alat-alat yang

16

diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana melaksanakannya, kapan

melaksanakannya, kapan waktu berakhirnya dan bagaimana cara yang harus

dilakukan”. (Westa 1985:17).

Definisi diatas menunjukkan bahwa implementasi atau

pelaksanaan merupakan aspek operasional dan rencana atau penerapan

berbagai progran yang telah disusun sebelumnya, mulai dari penetepan

sampai hasil akhir yang dicapai sebagai tujuan semula. Lebih lanjut,

beliau mengemukakan bahwa didalam mengimplementasikan atau

melaksanakan suatu program yang dipandang sebagai suatu proses. Ada 3

(tiga) unsur utama dalam pelaksanaan yaitu: adanya program yang dapat

menjadi ukuran utama dalam melaksanakan kegiatan target grup yaitu

kelompok yang menjadi sasaran daripada program yang akan

dilaksanakan oleh pemerintah serta unsur-unsur pelaksanan yaitu pihak

mana saja yang terlibat dalam pelaksanaan program yang dibuat.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pelaksanaan

a. Komunikasi, merupakan suatu program yang dapat dilaksanakan

dengan baik apabila jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut

proses penyampaian informasi, kejelasan informasi dan konsistensi

informasi yang disampaikan.

b. Resources (sumber daya), dalam hal ini maliputi empat komponen yaitu

terpenuhinya lumlah staf dan kualitas mutu, informasi yang diperlukan

17

guna pengambilan keputusan atau kewenangan yang cukup guna

melaksanakan tugas sebagai tanggung jawab dan fasilitas yang

dibutuhkan dalam pelaksanaan.

c. Disposisi, yaitu sikap dan komitmen daripada pelaksanaan terhadap

program khususnya dari mereka yang menjadi implemetasi program

khususnya dari mereka yang menjadi implementer program

d. Struktur birokrasi, yaitu SOP (Standar Operating Procedures) yang

mengatur tata aliran dalam pelaksanaan program. Jika hal ini tidak sulit

dalam mencapai hasil yang memuaskan karena penyelesaian masalah-

masalah akan memerlukan penanganan dan penyelesaian khusus tanpa

pola yang baku.

B. Electronic Government (e-Gov)

1. Pengertian E-Government

E-Government adalah penyelenggaraan pemerintahan dengan

menggunakan teknologi informasi dan telekomunikasi untuk

meningkatkan kinerja pemerintah, serta memenuhi kebutuhan masyarakat

akan transparansi dan akuntabilitas informasi keuangan pemerintah

dengan tujuan mencapai good governance. E-Government dapat

diaplikasikan pada legislatif, yudikatif, ataupun administrasi publik, untuk

meningkatkan efisiensi internal, menyampaikan pelayanan publik, atau

proses kepemerintahan yang demokratis. Sedangkan, The World Bank

18

Group mendefinisikan e-Government sebagai berikut: “e-Government

berhubungan dengan penggunaan teknologi informasi (seperti Wide Area

Network, Internet dan mobile computing) oleh organisasi pemerintahan

yang mempunyai kemampuan membentuk hubungan dengan warga

Negara, bisnis dan organisasi lain dalam pemerintahan.” (The World Bank

Group, 2001). UNDP (United Nation Development Programme) juga

memberikan definisi tersendiri dengan lebih singkat untuk E-

Government: “E-Government adalah aplikasi teknologi informasi dan

komunikasi (ICT) dari agen pemerintah.”

Setelah mengetahui bagaimana lembaga-lembaga memberikan

definisi akan E-Government, para ahli pun turut mendefinisikan E-

Government. Zweers and Planque (2001:31) memberikan definisi : “E-

Government berhubungan dengan penyedia informasi, layanan atau

produk yang disiapkan secara elektronis, dengan dan oleh pemerintah,

tidak terbatas tempat dan waktu, menawarkan nilai lebih untuk partisipasi

pada semua kalangan”. (dalam Indrajit, 2004:102). Selain lembaga-

lembaga dan para ahli, dalam Indrajit (2004:104) tiap negara pun

mendefinisikan E-Government secara beragam. Pemerintah Federal

Amerika Serikat mendefinisikan e-Government secara singkat: “E-

government refers to the delivery of government information and services

online through the Internet or other digital means.” (E-government

19

mengacu pada penyampaian informasi dan layanan online pemerintah

melalui internet atau alat digital lainnya).

Sedangkan New Zealand, yang merupakan negara kepulauan di

barat daya Samudera Pasifik ini mendefinisikan: “E-Government adalah

sebuah cara bagi pemerintahaan untuk menggunakan sebuah teknologi

baru untuk melayani masyarakat dengan memberikan kemudahaan akses

bagi pemerintah dalam hal pelayanan dan informasi dan juga untuk

menambah kualitas pelayanan serta memberikan peluang untuk

berpartisipasi dalam proses dan institusi demokrasi.” Kemudian Nevada,

salah satu negara bagian di Amerika Serikat, mendefinisikan: E-

Government is:

a. online services that eradicate the traditional barriers that prevent

citizens and businesses from using government services and replace

those barriers with convenient access;

b. government operations for internal constituencies that simplify the

operational demands of government for both agencies and employees.

A. E-Government adalah :

1. Layanan online yang menghilangkan hambatan tradisional yang

menghambat warga negara dan kalangan bisnis dalam penggunaan

layanan pemerintah serta menggantikan hambatan tersebut dengan

akses yang mudah;

20

2. Operasional pemerintahan untuk konstituen internal yang

menyederhanakan permintaan operasional pemerintah untuk agen

dan pegawai).

Secara konseptual, konsep dasar dari e-Government sebenarnya

adalah bagaimana memberikan pelayanan melalui elektronik (e-service),

seperti melalui internet, jaringan telepon seluler dan komputer, serta

multimedia. Melalui pengembangan e-Government ini, maka sejalan

dengan itu dilakukan pula penataan system manajemen informasi dan

proses pelayanan publik dan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi

informasi dan komunikasi. Adapun ruang lingkup dari e-Government ini

adalah mencakup interaksi antara pemerintah dan masyarakat (G2C-

government to citizens), pemerintah dan perusahaan bisnis (G2B-

government to business enterprises) dan hubungan antar pemerintah

(G2G-inter-agency relationship).

Berdasarkan definisi yang dikemukakan di atas, setidaknya

terdapat tiga karakteristik utama dari e-Government, yaitu: (1) merupakan

suatu mekanisme interaksi baru antara pemerintah dan masyarakat dan

kalangan lain yang berkepentingan (stakeholders); (2) melibatkan

penggunaan teknologi informasi (terutama internet dan jaringan seluler);

(3) memperbaiki mutu (kualitas) pelayanan publik. Meskipun demikian

dalam kenyataannya tidak ada standar baku dalam pengembangan e-

Government.

21

2. Manfaat E-Government

Adanya electronic government sangat diharapkan dapat

membawa manfaat yang optimal di lingkungan pemerintah untuk

mewujudkan pelayanan publik dan tata kepemerintahan yang baik kepada

semua masyarakat. Berkenaan dengan hal tersebut, (Anwar, Khoirul dan

Asianti, 2004) meninjau segi manfaat dari E-Government, yaitu:

1. Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas

penyelenggaraan pemerintahan dengan harapan mencapai Good

Governance dalam pemerintahan.

2. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder-

nya (masyarakat, kalangan bisnis dan industri) terutama dalam hal

kinerja efektifitas dan efisiensi diberbagai bidang kehidupan

bernegara.

3. Menurunkan biaya administrasi yang dikeluarkan pemerintah maupun

stakeholdernya untuk kebutuhan aktivitas sehari-hari.

4. Meningkatkan kecepatan berbagai permintaan dan ketepatan pelayanan

publik terhadap permintaan dan pertanyaan masyarakat.

5. Dapat menyediakan akses pelayanan untuk semua departemen atau

Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) pada semua tingkatan.

6. Memberikan asistensi kepada ekonomi lokal maupun nasional.

7. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan sumber-

sumber pendapatan baru melalui interaksinya dengan berbagai pihak

yang berkepentingan

8. Sebagai sarana untuk menyalurkan umpan balik secara bebas tanpa

perlu ada rasa takut dan khawatir.

9. Menciptakan lingkungan masyarakat yang tanggap menghadapi segala

permasalahan yang timbul sesuai dengan perubahan tren global.

10. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra

pemerintah dalam proses pengambilan keputusan berbagai kebijakan

publik secara demokratis. (Indrajit, 2004)

Kemudian lebih lanjut menurut Junaidi (2005 : 444) manfaat dan

tujuan dari Electronic government adalah sebagai berikut :

22

1) Meningkatkan efisiensi pemerintah.

2) Memberikan berbagai layanan kepada masyarakat secara lebih baik.

3) Memberikan akses informasi kepada publik secara luas.

4) Menjadikan penyelenggaraan pemerintah lebih bertanggung jawab dan

transparan kepada masyarakat

Selanjutnya (Setiadi, H. & Tejoyuwono, P. 2007:203)

menyebutkan beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya

Electronic government, antara lain :

a. Pelayanan yang baik kepada masyarakat. Informasi yang berkaitan

dengan pemerintahan dapat dicari dari kantor, rumah, atau dari mana

saja tanpa harus secara fisik datang ke kantor pemerintahan.

b. Peningkatan hubungan antara pemerintah, pelaku bisnis, dan

masyarakat umum. Adanya transparasi diharapkan hubungan antara

berbagai pihak menjadi lebih baik.

c. Pemberdayaan masyarakat melalui informasi yang mudah diperoleh.

Dengan adanya informasi yang mencukupi, masyarakat akan belajar

untuk dapat menentukan pilihannnya.

d. Pelaksanaan pemerintahan yang lebih efktif dan efisien. Koordinasi

antar lembaga pemerintahan dapat dilakukan tanpa harus bertemu

secara langsung, misalnya melalui email atau dapat dilakukan video

conference.

Lalu menurut Junaidi (2005 : 444) manfaat dan tujuan dari

Electronic government adalah sebagai berikut :

a) Meningkatkan efisiensi pemerintah.

b) Memberikan berbagai layanan kepada masyarakat secara lebih baik.

c) Memberikan akses informasi kepada publik secara luas.

d) Menjadikan penyelenggaraan pemerintah lebih bertanggung jawab dan

transparan kepada msyarakat.

Jadi dari beberapa paparan manfaat electronic government diatas

terlihat bahwa electronic government sangatlah baik dan penting untuk

diterapkan bagi suatu negara dalam mengembangkan administrasi

23

kepemerintahanya, maka dari pelaksanaan electronic government harus

cepat terlaksana secara meluas, agar manfaat dari electronic government

dapat dirasakan berbagai pihak.

3. Ruang Lingkup E-Government

Konsep pengembangan e-Government disetiap lembaga sangat

ditentukan oleh:

e) Tugas pokok dan fungsi dari setiap lembaga

f) Jenis informasi sumber daya

g) Jenis layanan yang diberikan oleh masing-masing lembaga.

Hal ini menentukan struktur data dan proses bisnis yang menjadi

dasar penyusunan rencanan induk e-Government disetiap lembaga. Jenis

layanan yang diberikan dan jenis informasi yang dibutuhkan, menentukan

prioritas pengembangan e-Government suatu lembaga pemerintah,

menyangkut hubungan Government to Government (G2G), Government

to Business (G2B), Government to Citizen (G2C) dan Government to

employees (G2E). Konsep e-Government juga menyangkut Business to

Business, Business to Customer, dan Customer to Business. Berikut

gambar dari ruang lingkup/konsep e-government:

24

Gambar 2: Konsep e-Government

Sumber: Indrajit, 2002: 41

a. Government to Citizens

Tipe G-to-C ini merupakan aplikasi e-Government yang

paling umum, yaitu dimana pemerintah membangun dan menerapkan

berbagai portofolio teknologi informasi dengan tujuan utama untuk

memperbaiki hubungan interaksi dengan masyarakat (rakyat). Dengan

kata lain, tujuan utama dari dibangunnya aplikasi e-Government

bertipe ini adalah untuk mendekatkan pemerintah dengan rakyatnya

melalui kanal-kanal akses yang beragam agar masyarakat dapat dengan

mudah menjangkaau pemerintahnya untuk pemenuhan berbagai

kebutuhan pelayanan sehari-hari. Contoh aplikasinya adalah sebagai

berikut :

25

1. Kepolisian membangun dan menawarkan jasa pelayanan

perpanjangan Surat Ijin Mengemudi (SIM) atau Surat Tanda Nomor

Kendaraan (STNK) dengan internet dengan maksud untuk

mendekatkan aparat administrasi kepolisian dengan komunitas para

pemilik kendaraan bermotor dan para pengemudi, sehingga yang

bersangkutan tidak harus bersusah payah datang ke Komdak dan

antre untuk memperoleh pelayanan.

2. Departemen Agama membuka situs pendaftaran bagi mereka yang

berniat untuk melangsungkan ibadah haji di tahun-tahun tertentu

sehingga sehingga pemerintah dapat mempersiapkan kuota haji dan

bentuk pelayanan perjalanan yang sesuai.

3. Kantor Imigrasi bekerja sama dengan Bandara Udara Internasional

Soekarno- Hatta daan sejumlah bank-bank swasta membangun

jaringan teknologi informasi sehingga para turis lokal yang ingin

melanglang buana dapat membayar fiskal melalui mesin-mesin

ATM sehingga tidak perlu harus meluangkan waktu lebih awal dan

antre di bandara udara.

b. Government to Business

Salah satu tugas utama dari sebuah pemerintahan adalah

membentuk sebuah lingkungan bisnis yang kondusif agar roda

perekonomian sebuah negara dapat berjalan sebagai mana mestinya.

Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, entiti bisnis semacam

26

perusahaan swasta membutuhkan banyak sekali data dan informasi

yang dimiliki oleh pemerintah. Disamping itu, yang bersangkutan juga

harus berinteraksi dengan berbagai lembaga kenegaraan karena

berkaitan dengan hak dan kewajiban organisasinya sebuah entiti

berorientasi profit. Diperlukannya relasi yang baik antara pemerintah

dengan kalangan bisnis tidak saja bertujuan untuk memperlancar para

praktisi bisnis Dallam menjalankan roda perusahaanya, namun lebih

jauh lagi banyak hal yang dapat menguntungkan pemerintah jika

terjadi relasi interaksi yang baik dan efektif dengan industri swasta.

c. Government to Government

Di era globalisasi ini terlihat jelas adanya kebutuhan bagi

negara-negara untuk saling berkomunikasi secara lebih intens dari hari

ke hari. Kebutuhan untuk berinteraksi antar satu pemerintah dengan

pemerintah setiap harinya tidak hanya berkisar pada hal-hal yang

berbau diplomasi semata, namun lebih jauh lagi untuk memperlancar

kerja sama antar negara dan kerja sama antar entiti-entiti negara

(masyarakat, industri, perusahaan, dan lain-lain) dalam melakukan hal-

hal yang berkaitan dengan administrasi perdagangan, proses-proses

politik, mekanisme hubungan sosial dan budaya, dan lain sebagainya.

Berbagai penerapan e-Government bertipe G-to-G ini telah dikenal

luas antara lain :

27

1. Hubungan administrasi antara kantor-kantor pemerintah setempat

dengan sejumlah kedutaan-kedutaan besar atau konsulat jenderal

untuk membantu penyediaan data dan informasi akurat yang

dibutuhkan oleh para warga negara asing yang sedang berada di

tanah air.

2. Aplikasi yang menghubungkan kantor-kantor pemerintah setempat

dengan bank-bank asing milik pemerintah di negara lain dimana

pemerintah setempat menabung dan menanamkan uangnya.

3. Pengembangan suatu sistem basis data intelejen yang berfungsi

untuk mendeteksi mereka yang tidak boleh masuk atau keluar dari

wilayah negara (cegah dan tangkal).

4. Sistem informasi di bidang hak cipta intelektual untuk pengecekan

dan pendaftaran terhadap karya-karya tertentu yang ingin

memperoleh hak paten internasional dan sebagainya.

d. Government to Employes

Aplikasi e-Government juga diperlukan untuk meningkatkan

kinerja dan kesejahteraan para pegawai negeri atau karyawan

pemerintah yang bekerja di sejumlah institusi sebagai pelayanan

masyarakat. Berbagai jenis aplikasi yang dapat dibangun dengan

menggunakan format G-to-E ini antara lain:

1. Sistem pengembangan karir pegawai pemerintah yang selain

bertujuan untuk meyakinkan aadanya perbaikan kualitas sumber

28

daya manusia, diperlukan juga sebagai penunjang proses mutasi,

rotasi, demosi, dan

2. Promosi seluruh karyawan pemerintahan.

3. Aplikasi terpadu untuk mengelola berbagai tunjangan kesejahteraan

yang merupakan hak dari pegawai pemerintahan sehingga yang

bersangkutan dapat terlindungi hak-hak individualnya.

4. Sistem asuransi kesehatan dan pendidikan bagi para pegawai

pemerintahan yang telah terintegrasi dengan lembaga-lemabga

kesehatan (rumah sakit, poliklinik, apotik, dan lain sebagainya) dan

institusi-institusi pendidikan (sekolah, perguruan tinggi, kejuruan,

dll).

5. Aplikasi yang dapat membantu karyawan pemerintah dalam

membantu untuk melakukan perencanaan terhadap aspek finansial

keluarganya termasuk di dalamnya masalah tabungan dan dana

pensiun, dll. (dalam Indrajit, 2002 : 42)

Pelaksanaan e-Government lembaga, perlu diperhatikan dan

disiapkan aspek kepemimpinan (e-Leadership), aspek kesadaran akan

manfaat e-Government (awareness building), aspek sumber daya

manusia dan peraturan peraturan perundangan yang mendukung,

seluruh aspek berperan dalam menentukan arsitektur sistem informasi

yang akan dibangun (enterprise architecture).

4. Elemen Sukses Pelaksanaan E-Government

Menurut hasil kajian dan riset dari Harvard JFK School of

Government, untuk menerapkan konsep-konsep digitalisasi pada sektor

publik, ada tiga elemen sukses yang harus dimiliki dan diperhatikan

sungguh-sungguh. Masing-masing elemen sukses tersebut adalah:

29

Support, Capacity, dan Value. Berikut gambar dari elemen-elemen sukses

pelaksanaan e-government:

Gambar 3: Elemen Sukses e-Government

Sumber: Washington State Digital Government

A. Support

Elemen pertama dan paling krusial yang harus dimiliki oleh

pemerintah adalah keinginan (intent) dari berbagai kalangan pejabat

publik dan politik untuk benar-benar menerapkan konsep e-

Government, bukan hanya sekedar mengikuti trend atau justru

menentang inisiatif yang berkaitan dengan prinsip-prinsip e-

Government. Tanpa adanya unsur “political will” ini, mustahil

berbagai inisiatif pembangunan dan pengembangan e-Government

dapat berjalan dengan mulus. Karena budaya birokrasi cenderung

bekerja berdasarkan model manajemen “top down”, maka jelas

30

dukungan implementasi program e-Government yang efektif harus

dimulai dari para pimpinan pemerintahan yang berada pada level

tertinggi (Presiden dan para pembantun Menteri) sebelum merambat ke

level-level di bawahnya (Eselon 1, Eselon 2, Eselon 3, dan seterusnya).

Maksud dari dukungan ini bukan hanya pada pembicaraan semata,

tetapi lebih jauh lagi dukungan yang diharapkan adalah dalam bentuk

hal-hal sebagai berikut:

1. Disepakatinya kerangka e-Government sebagai salah satu kunci

sukses negara dalam mencapai visi dan misi bangsanya, sehingga

harus diberikan prioritas tinggi sebagaimana kunci-kunci sukses

lain diperlakukan;

2. Dialokasikannya sejumlah sumber daya (manusia, finansial, tenaga,

waktu, informasi, dan lain-lain) di setiap tataran pemerintahan

untuk membangun konsep ini dengan semangat lintas sektoral;

3. Dibangunnya berbagai infrastruktur dan superstruktur pendukung

agar tercipta lingkungan kondusif untuk mengembangkan e-

Government (seperti adanya Undang- Undang dan Peraturan

Pemerintah yang jelas, ditugaskannya lembaga-lembaga khusus-

misalnya kantor e-Envoy sebagai penanggung jawab utama,

disusunnya aturan main kerja sama dengan swasta, dan lain

sebagainya); dan

31

4. Disosialisasikannya konsep e-Government secara merata, kontinyu,

konsisten, dan menyeluruh kepada seluruh kalangan birokrat secara

khusus dan masyarakat secar umum melalui berbagai cara

kampanye yang simpatik. McConnel International meletakkan

faktor leadership sebagai salah satu variabel dalam menentukan

negara mana saja yang telah siap menerapkan konsep e-

Government; dimana berdasarkan hasil kajian di Bulan Agustus

2000, negara-negara tetangga semacam Malaysia, Taiwan, India,

dan China dianggap memiliki unsur leadership yang jauh lebih baik

dibandingkan dengan Indonesia.

B. Capacity

Capacity adalah adanya unsur kemampuan atau keberdayaan

dari pemerintah setempat dalam mewujudkan “impian” e-Government

terkait menajdi kenyataan. Ada tiga hal minimum yang paling tidak

harus dimiliki oleh pemerintah sehubungan dengan elemen ini, yaitu:

1. Ketersediaan sumber daya yang cukup untuk melaksanakan berbagi

inisiatif e-Government, terutama yang berkaitan dengan sumber

daya finansial;

2. Ketersedaan infrastruktur teknologi informasi yang memadai karena

fasilitas ini merupakan 50% dari kunci keberhasilan penerapan

konsep e-Government; dan

32

3. Ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan

keahlian yang dibutuhkan agar penerapan e-Government dapat

sesuai dengan asas manfaat yang diharapkan.

Perlu diperhatikan di sini bahwa ketiadaan satu atau lebih

elemen prasyarat tersebut janganlah dijadikan alasan tertundanya

sebuah pemerintah tertentu dalam usahanya untuk menerapkan e-

Government, terlebih-lebih karena banyaknya fasilitas dan sumber

daya krusial yang berada di luar jangkauan (wilayah kontrol)

pemerintah. Justru pemerintah harus mencari cara yang efektif agar

dalam waktu cepat dapat memiliki ketiga prayarat tersebut, misalnya

melalui usaha-usaha kerja sama dengan swasta, bermitra dengan

pemerintah daerah/negara tetangga, merekrut SDM terbaik dari sektor

non publik, mengalihdayakan (outsourcing) berbagai teknologi yang

tidak dimiliki, dan lain sebagainya.

C. Value

Elemen pertama dan kedua merupakan dua buah aspek yang

dilihat dari sisi pemerintah selaku pihak pemberi jasa (supplyside).

Berbagai inisiatif e-Government tidak akan ada gunanya jika tidak ada

pihak yang merasa diuntungkan dengan adanya implementasi konsep

tersebut; dan dalam hal ini, yang menentukan besar tidaknya manfaat

yang diperoleh dengan adanya e-Government bukanlah kalangan

33

pemerintah sendiri, melainkan masyarakat dan mereka yang

berkepentingan (demandside). Untuk itulah maka pemerintah harus

benar-benar teliti dalam memilih prioritas jenis aplikasi e-Government

apa saja yang harus didahulukan pembangunannya agar benar-benar

memberikan value (manfaat) yang secara signifikan dirasakan oleh

masyarakatnya. Salah dalam mengerti apa yang dibutuhkan

masyarakat justru akan mendatangkan bumerang bagi pemerintah yang

akan semakin mempersulit meneruskan usaha mengembangkan konsep

e-Government.

Perpaduan antara ketiga elemen terpenting di atas akan

membentuk sebuah nexus atau pusat syaraf jaringan e-Government

yang akan merupakan kunci sukses utama penjamin keberhasilan. Atau

dengan kata lain, pengalaman memperlihatkan bahwa jika elemen

yang menjadi fokus sebuah pemerintah yang berusaha menerapkan

konsep e-Government berada di luar area tersebut (ketiga elemen

pembentuk nexus) tersebut, maka probabilitas kegagalan proyek

tersebut akan tinggi

5. Tantangan Pengimplementasian E-Government

Berdasarkan hasil studi sejumlah praktisi e-Government di

berbagai negara, secara pokok ada 3 (tiga) tantangan terbesar yang

34

dihadapi oleh pemerintah maupun masyarakat dalam mengembangkan

konsep e-Government di negaranya masing-masing,yaitu:

1. Tantangan yang berkaitan dengan cara menciptakan dan menentukan

kanal-kanal akses digital (maupun elektronik) yang dapat secara efektif

dipergunakan oleh masyarakat maupun pemerintah;

2. Tantangan yang berkaitan dengan keterlibatan lembaga-lembaga lain

di luar pemerintah (pihak komersial swasta maupun pihak-pihak non

komersial lainnya) dalam mengembangkan infrastruktur maupun

superstruktur E-Government yang dibutuhkan

3. Tantangan yang berkaitan dengan penyusunan strategi institusi

terutama yang berkaitan dengan masalah biaya investasi dan

operasional sehingga program manajemen perubahan e-Government

ini dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diinginkan.

6. Pemicu Utama E-Government

Dilihat dari sejarahnya, konsep e-Government berkembang

karena adanya 3 (tiga) pemicu (drivers) utama, yaitu:

a. Era globalisasi yang datang lebih cepat dari yang diperkirakan telah

membuat isu-isu semacam demokratisasi, hak asasi manusia,

hukum, transparansi, korupsi, civil society, good corporate

governance, perdagangan bebas, pasar terbuka, dan lain sebagainya

menjadi hal-hal utama yang harus diperhatikan oleh setiap bangsa

35

jika yang bersangkutan tidak ingin diasingkan dari pergaulan dunia.

Dalam format ini pemerintah harus mengadakan reposisi terhadap

peranannya di dalam sebuah negara, dari yang bersifat internal dan

fokus terhadap kebutuhan dalam negeri, menjadi lebih berorientasi

kepada eksternal dan fokus kepada bagaimana memposisikan

masyarakat dan negaranya di dalam sebuah pergaulan global. Jika

dahulu di dalam sebuah negara kekuasaan lebih berpusat pada sisi

pemerintahan (supply side), maka saat ini bergeser kearah

masyarakat (demand side), sehingga tuntutan masyarakat terhadap

kinerja pemerintahnya menjadi semakin tinggi (karena untuk dapat

bergaul dengan mudah dan efektif dengan masyarakat negara lain,

masyarakat di sebuah negara harus memiliki sebuah lingkungan

yang kondusif, dimana hal ini merupakan tanggung jawab

pemerintah).

b. Kemajuan teknologi informasi (komputer dan telekomunikasi)

terjadi sedemikian pesatnya sehingga data, informasi, dan

pengetahuan dapat diciptakan dengan teramat sangat cepat dan

dapat segera disebarkan ke seluruh lapisan masyarakat di berbagai

belahan dunia dalam hitungan detik. Hal ini berarti bahwa setiap

individu di berbagai negara di dunia dapat saling berkomunikasi

secara langsung kepada siapapun yang dikegendaki tanpa

dibutuhkan perantara (mediasi) apapun. Tentu saja buah dari

36

teknologi ini akan sangat mempengaruhi bagaimana pemerintah di

masa modern harus bersikap dalam melayani masyarakatnya,

karena banyak aspek-aspek dan fungsi-fungsi pemerintah

konvensional yang secara tidak langsung telah diambil alih oleh

masyarakatnya sendiri (misalnya masalah pers, sosial, agama,

pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya) karena adanya

teknologi ini. Inilah alasan lain mengapa pemerintah dipaksa untuk

mulai mengkaji fenomena yang ada agar yang bersangkutan dapat

secara benar dan efektif mereposisikan peranan dirinya.

c. Meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat di dunia tidak

terlepas dari semakin membaiknya kinerja industri swasta dalam

melakukan kegiatan ekonominya. Keintiman antara masyarakat

(sebagai pelanggan) dengan pelaku ekonomi (pedagang, investor,

perusahaan, dan lain-lain) telah membuat terbentuknya sebuah

standard pelayanan yang semakin membaik dari waktu ke waktu.

Percepatan peningkatan kinerja di sektor swasta ini tidak diikuti

dengan percepatan yang sama di sektor publik, sehingga masyarakat

dapat melihat adanya kepincangan dalam standard kualitas

pemberian pelayanan. Dengan kata lain, secara tidak langsung

tuntutan masyarakat agar pemerintah meningkatkan kinerjanya

semakin tinggi, bahkan jika terbukti terjadinya penyimpangan-

penyimpangan dalam pengelolaan uang rakyat, masyarakat tidak

37

segan-segan untuk mengevaluasi kinerja pemerintah melalui

demonstrasi atau jalur-jalur lainnya.

7. Kerangka Pelaksanaan E-Government di Indonesia

Kerangka pelaksanaan e-Government di Indonesia dapat

mengacu kepada Kerangka Sistem Informasi Nasional (Sisfonas) seperti

yang terlihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 4: Kerangka Sisfonas Dan E-Government

Sumber: Hasibuan (2007:67)

Pada gambar diatas terlihat bahwa Sistem Informasi merupakan

bentuk aplikasi pada masing-masing bidang (dinas atau badan) yang

berada pada masing-masing instansi pemerintah. Secara bertahap Sistem

Informasi ini dipadukan menjadi Sistem Informasi Nasional yang

SISTEM INFORMASI NASIONAL (Sisfonas)

Pengelolaan Sistem Informasi di

seluruh tingkatan pemerintahan

secara sistematis dalam rangka

penyelenggaranaan pelayanan

kepada masyarakat

E-GOVERNMENT Penyelenggaraan

pemerintahan berbasis elektronik (teknologi

informasi) untuk meningkatkan kinerja

pemerintah dalam hubungannya dengan

masyarakat, komunitas bisnis dan

kelompok terkait lainnya menuju Good

Governance (world bank, 2001)

SISTEM INFORMASI Pengelolaan

informasi berdasarkan alur

kerja/proses bisnis yang sesuai dengan

azas efisiensi dan efektifitas dalam

rangka mencapai tujuan organisasi

38

bersinergi antara satu sistem dengan sistem lainnya. Pada akhirnya

terwujudlah suatu Sistem E-Government yang menjamin interaksi G2G,

G2B, dan G2C.

Dalam Hasibuan (2007:67) menyebutkan bahwa dengan

menyusun kerangka e-Gov yang sistematis, akan diperoleh manfaatnya

yang antara lain:

(1) menurunkan biaya administrasi; (2) meningkatkan

kemampuan response terhadap berbagai permintaan dan

pertanyaan tentang pelayanan publik baik dari sisi kecepatan

maupun akurasi; (3) dapat menyediakan akses pelayanan untuk

semua departemen atau LPND pada semua tingkatan; (4)

memberikan asistensi kepada ekonomi lokal maupun secara

nasional; (5) sebagai sarana untuk menyalurkan umpan balik

secara bebas, tanpa perlu rasa takut. Berbagai manfaat tersebut

pada akhirnya diharapkan akan dapat meningkatkan kemampuan

kepemerintahan secara umum.

8. Langkah-langkah Pelaksanaan E-Government

Menurut Hasibuan (2007:68) mengungkapkan bahwa

berdasarkan pelaksanaan e-Government diberbagai negara, khususnya

Malaysia dan di Indonesia, maka dapat diperoleh suatu lesson learned

dari good practices dan bad practices yang masing-masing negara alami.

Apabila lesson learned dipadukan dengan teori yang ada, maka dapat

diusulkan suatu metodologi (langkah-langkah) pelaksanaan e-

Government yang bisa dijadikan panduan untuk lingkungan Pemerintah

Daerah di Indonesia.

39

Menurut Center for Democracy and Technology dan InfoDev,

proses implementasi e-Government terbagi menjadi 3 (tiga) tahapan yang

tidak tergantung antara yang satu dengan yang lainnya. Tahapan tersebut

harus dilakukan secara berurutan dan masing-masing tahapan harus

menjelaskan tujuan dari e-Government. Adapun ketiga tahapan tersebut

antara lain, yaitu:

1. Publish, yaitu tahapan yang menggunakan teknologi informasi

untuk meluaskan akses untuk informasi pemerintah, misalnya

dengan cara pembuatan situs informasi di setiap lembaga,

penyiapan sumber daya manusia, sosialisasi situs informasi baik

untuk internal maupun untuk publik, serta penyiapan sarana akses

yang mudah. Hal ini sepadan dengan teori Agarwal, yaitu tahapan

tingkat 1 dari pengembangan e-Goverment.

2. Interact, yaitu meluaskan partisipasi masyarakat dalam

pemerintahan, misalnya dengan cara pembuatan situs yang

interaktif dengan publik, serta adanya antar muka yang terhubung

dengan lembaga lain. Hal ini sepadan dengan tingkat 2 dan 3 dari

perkembangan e-Goverment.

3. Transact, yaitu menyediakan layanan pemerintah secara online,

misalnya dengan cara pembuatan situs transaksi pelayanan publik,

serta interoperabilitas aplikasi maupun data dengan lembaga lain.

Hal ini sepadan dengan tingkat 4 dan 5 dari perkembangan e-Gov.

40

Agar ketiga tahapan tersebut bisa terlaksana dengan baik, maka

harus ada jaminan komitmen yang tinggi dari pimpinan Pemda, dalam hal

bisa gubernur, bupati, atau walikota. Disamping itu, pelaksanaan e-

Government harus mempertimbangkan beberapa kondisi yaitu prioritas

layanan elektronik yang diberikan, kondisi infrastruktur yang dimiliki,

kondisi kegiatan layanan saat ini, dan kondisi anggaran dan sumber daya

manusia yang dimiliki.

C. Pengaduan Masyarakat

1. Definisi Pengaduan Masyarakat

Pengaduan masyarakat merupakan solusi dari munculnya

penyimpangan yang terjadi dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Menurut Anwar Hadi (2000 : 67-68), pengaduan adalah pernyataan secara

lisan atau tertulis atas ketidak puasan pelanggan terhadap pelayanan yang

diberikan oleh suatu sistem pelayanan.

2. Bentuk-Bentuk Pengaduan Masyarakat

Penyampaian aduan atau informasi dari masyarakat atas

terjadinya dugaan pelanggaran kode etik atau disiplin pegawai dapat

dilakukan dengan berbagai macam cara menurut Putra (2013:20) antara

lain:

a) Pengaduan secara langsung

41

b) Pengaduan secara tidak langsung.

3. Sumber Pengaduan Masyarakat

Adapun sumber pengaduan menurut Putra ( 2013 : 21 ) adalah

sebagai berikut:

1. Individu atau perorangan,

2. Kelompok masyarakat,

3. Lembaga,

4. Institusi pemerintah,

5. Pihak lain yang berkepentingan.

4. Klasifikasi Pengaduan

Di dalam pengaduan terdapat beberapa klasifikasi, menurut Putra

(2013:21) klasifikasi pengaduan antara lain :

a. Pengaduan informatif, yaitu setiap pengaduan yang dapat

diselesaikan dengan memberikan keterangan selengkap-lengkapnya

kepada pengadu. Secara teknis pengaduan informatif merupakan

pengaduan yang terkait dengan layanan yang diberikan.

b. Pengaduan penyimpangan, yaitu setiap pengaduan yang dalam

penyelesaiannya memerlukan penanganan lebih lanjut (investigasi).

Secara teknis pengaduan penyimpangan merupakan pengaduan

yang berisi tentang dugaan terjadinya pelanggaran disiplin pegawai

dan atau kode etik.

42

5. Pengaduan Online

c. Dasar Hukum

Peraturan Walikota malang No. 19 Tahun 2010 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Pelayanan Penanganan Pengaduan

d. Lingkup Pengaduan

1. Penyalahgunaan wewenang

2. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

3. Pelanggaran standar palayanan

4. Pelanggaran disiplin

5. Hambatan pelayanan masyarakat

e. Hak Penerima Pelayanan

1. Menyampaikan berupa keluhan, kritik, pernyataan tidak puas

2. Memperoleh tanggapan

3. Mengetahui hasil pengaduan

f. Cara Penyampaian Pengaduan

1. Datang langsung

2. Melalui surat

3. Melalui media cetak/elektronik

4. Website Pemerintah Kota Malang

5. Layanan SMS Gateway

g. Tugas Pelayanan

1. Menerima pengaduan

2. Registrasi

3. Menindaklanjuti ke instansi pelaksana yang berwenang

4. Menyampaikan hasil penyelesaian ke pemohon

5. Menyusun/mengirim laporan ke Sekretariat pengaduan

h. Waktu Penyelesaian Tanpa Perlu Koordinasi

43

1. Paling lama 3 hari kerja sejak pengaduan diterima harus

identifikasi / klarifikasi

2. Paling lama 7 hari kerja sejak pengaduan diterima harus

menyampaikan hasil

i. Pelayanan Pengaduan

Pengaduan Online dipergunakan untuk menyampaikan

informasi yang bersifat pengaduan tentang pelayanan yang menjadi

wewenang Pemerintah Kota Malang. Tidak diperkenankan

mengirimkan pengaduan yang berupa fitnah, hasutan, penghinaan,

pelecehan, pornografi, narkoba, pendapat yang berbau SARA

(Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan), iklan (advertising) dan

bernuansa politik apapun bentuknya secara On-Line, pergunakan

bahasa yang sopan dan berkaidah.

Untuk menyampaikan pengaduan kepada Pemerintah Kota

Malang. Anda harus mengisi formulir pengaduan online. Anda

diwajibkan mengisi formulir pengaduan dengan jelas dan benar. Hal

tersebut dimaksudkan untuk memberi kemudahan kami

menindaklanjuti pengaduan Anda.

Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang akan

memfasilitasi setiap pengaduan yang masuk di pengaduan online

bila;

1. Menyebutkan lokasi kejadian yang diadukan secara lengkap

(ada nama Kelurahan, Kecamatan, Jalan, atau Kawasan)

44

2. Isi pengaduan (substansi) terkait dengan pelaksanaan

pelayanan yang menjadi wewenang Pemerintah Kota Malang.

3. Disertai dengan bukti-bukti pendukung terhadap

permasalahan yang diadukan untuk menghindari terjadinya

fitnah.

D. Kinerja Pegawai

1. Definisi Kinerja Pegawai

Kinerja pegawai adalah suatu tingkat hasil pekerjaan yang

dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang

dibebankan kepadanya termasuk juga bagaimana proses yang dilaluinya

untuk mencapai hasil tersebut (Bedjo Siswanto, 1996; 159). Menurut

Anwar Prabu Mangkunegara (2005; 67):”Kinerja adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya”. Menurut Prawiro Sentoso (1999; 2) ”Perfomance adalah

hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam

organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing

dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara

legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan etika”.

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Kinerja

bisa diartikan sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau

45

sekelompok orang dalam suatu organisasi dengan wewenang dan

tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan

organisasi.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Pegawai

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2005; 67) ada dua macam

faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu:

a) Faktor Kemampuan

Kemampuan karyawan terdiri dari kemampuan potensi dan

kemapuan potensi dan kemampuan relatif. Artinya, karyawan yang

memiliki IQ diatas rata- rata dengan pendidikan yang memadai

untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-

hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan.

b) Faktor Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang karyawan

dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang

menggerakan diri karyawan yang terarah untuk mencapai tujuan

organisasi.

3. Kriteria Dalam Penilaian Kinerja Pegawai

Adapun kriteria dalam penilaian kinerja (Sedarmayanti, 2007;

269) antara lain didasarkan penilaian terhadap-terhadap aspek berikut ini :

a) Prestasi Kerja, adalah hasil kerja yang dicapai dalam

melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya, yang dipengaruhi

oleh kecakapan, pengalaman dan kesungguhan yang bersangkutan.

b) Tanggungjawab, adalah kesanggupan pegawai dalam

menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan

sebaik-baiknya dan tepat waktu, serta berani memikul risiko atas

keputusan yang diambil.

c) Ketaatan, adalah kesanggupan seorang pegawai untuk menaati

segala peraturan perundangan dan kedinasan yang berlaku.

46

d) Kejujuran, adalah ketulusan hati seorang pegawai dalam

melaksanakan tugas dan kemampuan untuk tidak menyalahkan

wewenang.

e) Kerjasama, adalah kemampuan seorang pegawai untuk bekerja

sama dengan orang lain dalam menyelesaikan tugas yang diberikan

sehingga mencapai daya guna dan hasil guna secara optimal.

f) Prakarsa (Inisiatif), adalah kemampuan seorang pegawai untuk

mengambil keputusan atau melaksanakan tindakan yang diperlukan

dalam melaksanakan tugas.

g) Kepemimpinan, adalah kemampuan seorang pegawai untuk

meyakinkan orang lain sehingga dapat dioptimalkan dalam

pelaksanaan tugas atau pekerjaan.

47

47

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi kedua (1991)

adalah pemeriksaan yang teliti; penyelidikan; atau kegiatan pengumpulan,

pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan

objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk

mengembangkan prinsip-prinsip umum. Penelitian adalah suatu kegiatan yang ilmiah

yang berkaitan dengan analisa dan kondisi yang dilakukan secara metodologi,

sistematis dan konsisten. Metode disini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang

dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai

sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh

fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk

mewujudkan kebenaran (Mardalis, 2010:24). Metode penelitian merupakan cara yang

harus dilalui dalam suatu proses penelitian. Penelitian sendiri adalah tiap usaha untuk

mencari pengetahuan (ilmiah) baru menurut prosedur yang sistematis dan terkontrol

melalui data empiris (pengalaman), yang artinya dapat beberapa kali diuji dengan

hasil yang sama (Adi, 2010:2).

48

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan

untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada,

yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan

(Arikunto, 1996:8). Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah

dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta

situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan,

sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang

berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena (Nazir, 2005:55).

Jadi tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat penjelasan secara

sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi

atau daerah tertentu. Pendekatan penelitian kualitatif adalah pendekatan

penelitian yang menurut Gorman & Clayton melaporkan meaning of event

dari apa yang diamati penulis (Santana, 2007:28). Pada tahap

laporannya,berisi amatan berbagai kejadian dan interaksi yang diamati

langsung penulis dari tempat kejadian (Santana, 2007:28). Ini dimaksudkan

bahwa peneliti terlibat secara partisipasif di dalam observasinya, lalu

mengakumulasikan pemikiran penulis dari berbagai literatur yang diproses

sedemikian rupa sehingga dapat dibaca oleh segenap kalangan (berbagai

lapisan sosial masyarakat) yang berkepentingan dengan bahasan yang

disampaikan penulis.

49

B. Fokus Penelitian

Menurut Moleong (2009 : 62), Fokus penelitian adalah suatu

pembatasan terhadap masalah-masalah yang akan dibahas dalam metode

penelitian yang berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi

(masukan dan keluaran) suatu informasi yang diperoleh dilapangan dan

membatasi studi.

Dalam pendekatan penelitian kualitatif, gejala itu bersifat holistik

(menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), sehingga peneliti kualitatif

tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel

penelitiannya, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti yang meliputi

aspek tempat (place), pelaku (actor) dan aktivitas (activity) yang

berinteraksi secara sinergis (Sugiyono, 2008:207). Karena terlalu luasnya

masalah, maka peneliti akan membatasi penelitian dalam satu variabel atau

lebih variabel. Batasan masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan

fokus, yang berisi pokok masalah yang didasarkan pada kepentingan,

urgensi dan feasibilitas masalah yang akan dipecahkan. adapun yang

menjadi fokus penelitian ini adalah:

1. Pelaksanaan e-Government dalam bentuk pengaduan online guna

meningkatkan kinerja pegawai di Dinas Komunikasi dan Informatika

Kota Malang.

2. Faktor pendukung dan faktor penghambat jalannya pelaksanaan e-

Government dalam bentuk pengaduan online guna meningkatkan

kinerja pegawai di Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang.

50

a. Faktor pendukung pelaksanaan e-Government dalam bentuk

pengaduan online guna meningkatkan kinerja pegawai dalam hal

ini mengenai kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh

Pemerintah Kota Malang, sarana prasarana berupa jaringan atau

koneksi.

b. Faktor penghambat dalam hal ini yaitu mengenai sistem

birokrasi, sosialisasi dan sumber daya manusia.

3. Kinerja pegawai di Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang.

C. Lokasi Dan Situs Penelitian

Lokasi penelitian adalah letak dimana penelitian akan dilakukan

untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan yang berkaitan

dengan permasalahan penelitian. Penentuan lokasi di lakukan secara sengaja

(purposive) yaitu di Kota Malang, Jawa Timur. Sedangkan situs penelitian

adalah tempat atau peristiwa yang di dalamnya peneliti dapat mengamati

keadaan sebenarnya dari obyek penelitian sehingga peneliti mendapatkan

data yang valid, akurat dan benar-benar dibutuhkan dalam penelitian.

Dengan demikian situs dalam penelitian ini adalah Dinas Komunikasi dan

Informatika Kota Malang khususnya pelaksanaan e-Government dalam hal

ini mengenai pelaksanaan e-Government dalam upaya peningkatan kinerja

para pegawai.

51

D. Sumber Data

Sumber data penelitian merupakan faktor penting yang menjadi

pertimbangan dalam penentuan metode pengumpulan data. Sumber data

yang dimaksud dalam penelitian adalah darimana data-data ataupun

informasi itu diperoleh (Purwoko, 2008). Menurut Loufland (dalam

Moleong, 2000:112) “Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah

kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen

dan lain-lain”. Alat yang menjadi sumber informasi adalah seseorang atau

yang dapat dijadikan sebagai narasumber data karena lebih dianggap

menguasai bidang permasalahan yang berhubungan erat dengan pelaksanaan

suatu kegiatan. Sumber data dalam penelitian ini terbagi sebagai berikut:

1. Informan, yaitu orang yang menguasai permasalahan, memiliki

informasi dan bersedia memberikan informasi. Informan dipilih dalam

proses riset secara purposive sampling, yaitu pengambilan sampel

secara acak dimana penentuan jumlah sampel bersifat tidak tentu

untuk menentukan “key informan”. Artinya bila data yang diperoleh

dari sampel yang ada sudah sesuai dengan fokus penelitian, maka

sampel yang ada dinyatakan cukup baik pada pemerintah, swasta

maupun masyarakat. Dalam hal ini peneliti menetapkan informan

kunci sesuai dengan bidangnya dan jumlah informan sesuai dengan

kebutuhan data dan sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Adapun

informan dalam penelitian ini diantaranya:

52

a. Bapak Zulkifli Amrizal, S.Sos, M.Si selaku Kepala Dinas

Komunikasi dan Informatika Kota Malang.

b. Ibu Ita Nurdiyah, S.Kom selaku Kepala Seksi Pengelolaan e-

Government

c. Bapak Boedi Utomo, SE, M.Si selaku Kepala Bidang Informasi

Publik (BIP).

d. Bapak Bahtiar selaku masyarakat.

e. Bapak Muhammad selaku masyarakat.

2. Peristiwa, yaitu berbagai peristiwa, situasi ataupun kejadian yang

berkaitan langsung dengan pelaksanaan e-government dalam bentuk

pengaduan online guna dalam meningkatkan kinerja dari para pegawai

di Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang.

2. Dokumen, yaitu sumber data yang berasal dari bahan-bahan tertulis

dokumen-dokumen serta arsip-arsip yang tersedia dan memiliki

relevansi dengan fokus penelitian. Dokumen ini berhubungan dengan

pelaksanaan e-government. Teknik ini dilakukan dalam rangka

melengkapi informasi peneliti. Adapun dokumen yang digunakan

dalam penelitian ini meliputi:

a. Peraturan Walikota Malang Nomor 19 Tahun 2010 Tentang

Penyelenggaraan Pelayanan Penanganan Pengaduan di Lingkungan

Pemerintah Kota Malang.

b. Kerangka Pelaksanaan e-Government

c. Prosedur pelayanan pengaduan Kota Malang.

Adapun jenis sumber data penelitian ini meliputi:

53

1. Jenis Data Primer

“Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat

autoritatif artinya mempunyai otoritas (Marzuki, 2007 : 141). Sumber

data primer diperoleh peneliti melalui pengamatan atau observasi

langsung yang didukung dengan wawancara terhadap informan.

Pencatatan sumber data utama melalui pengamatan atau observasi dan

wawancara merupakan hasil usaha gabungan dari kegiatan melihat,

mendengar, dan bertanya yang dilakukan secara sadar, terarah, dan

senantiasa bertujuan memperoleh informasi yang diperlukan.

Hubungan antara peneliti dengan responden atau informan

dibuat sedekat/ senyaman mungkin supaya subyek penelitian bersikap

terbuka dalam setiap menjawab pertanyaan. Responden lebih leluasa

dalam memberi informasi atau data, untuk mengemukakan

pengetahuan dan pengalaman yang berkaitan dengan informasi

sebagai jawaban terhadap permasalahan penelitian.

2. Jenis Data Sekunder

Sumber-sumber sekunder terdiri atas berbagai macam, dari

surat-surat pribadi, kitab harian, notula rapat perkumpulan, sampai

dokumen-dokumen resmi dari berbagai instansi pemerintah (Nasution,

2007:143). Data sekunder ini juga dapat diperoleh berdasarkan data

pendukung yang berasal dari dokumen, catatan, laporan serta arsip

yang berkaitan dengan fokus penelitian yang ada di Dinas Komunikasi

dan Informatika Kota Malang.

54

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data dalam

penelitian ini adalah:

1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang

dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya

peristiwa sehingga peneliti berada bersama objek yang diselidiki di

Dinas Komunikasi dan Informasi Kota Malang. Teknik observasi ini

peneliti terjun langsung ke lapangan untuk memperoleh informasi

yang akurat dan benar dari informasi/data yang diperoleh dari subjek

pada saat observasi.

Model observasi yang akan digunakan oleh peneliti adalah

observasi terus terang. Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan

pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data,

bahwa ia sedang melakukan penelitian (Sugiyono, 2008:228).

Teknik observasi dalam penelitian ini menggunakan daftar

pertanyaan yang dapat digunakan untuk mendapatkan data tentang

kemaksimalan penggunaan e-Government melalui pengaduan online

dalam upaya meningkatkan kinerja para pegawai di Dinas Komunikasi

dan Informasi Kota Malang.

2. Wawancara

55

Wawancara atau interview menurut Esterberg (dalam

Sugiono,2010:231) adalah pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan

makna dalam suatu topik tertentu. Metode wawancara yang

dipergunakan adalah semi structure interview yaitu wawancara

dimana pewawancara telah menyiapkan serangkaian pertanyaan dan

urutannya, namun arah wawancara tidak harus sensitif dan menjadi

lebih dalam terhadap berbagai temuan yang diperoleh selama

berlangsungnya wawancara.

Teknik wawancara mendalam dipergunakan untuk

mengungkapkan data subyektif tentang pelaksanaan e-Government.

Teknik wawancara mendalam dipergunakan untuk mengungkapkan

data subyektif tentang bagaimana optimalisasi pelaksanaan e-

Government di Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan

mengkaji dokumen-dokumen baik berupa buku maupun peraturan

atau pasal-pasal yang berhubungan dengan penelitian ini guna

melengkapi data yang diperlukan serta cara pengumpulan data dan

telaah pustaka, dimana dokumen-dokumen yang dianggap menunjang

dan relevan dengan masalah. Dokumen merupakan catatan peristiwa

yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau

karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2008:240).

56

Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data-data

sekunder yang digunakan untuk menambah ulasan atau pembahasan

dari hasil yang diperoleh dari lapangan. Tentang bagaimana

pengoptimalisasian pelaksanaan e-Government dalam bidang

pengaduan dari masyarakat. Dalam penelitian ini, peneliti

memanfaatkan dokumen yang di dapat dari lokasi penelitian unutk

kemudian dipelajari dan memasukkannya ke dalam hasil penelitian

apabila memiliki keterkaitan dengan hal yang sedang diteliti.

F. Instrumen Penelitian

Sugiyono (2008:8) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif

instrumennya adalah orang atau human instrument, yaitu peneliti sendiri.

Untuk dapat menjadi instrumen, peneliti harus memiliki bekal teori dan

wawasan yang luas sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret, dan

mengkonstruksi situasi sosial yang diteliti menjadi lebih jelas dan

bermakna. Sesuai dengan pendekatan yang digunakan, maka instrumen yang

dipakai untuk mengumpulkan data adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai

alat pengumpul data utama. Oleh karena itu kehadiran peneliti di lokasi

penelitian mutlak diperlukan. Karena peneliti berperan sebagai perencana,

pelaksana, pengumpul data dan akhirnya menyajikan hasil penelitian.

Instrumen penelitian ini dilengkapi dengan lembar observasi, catatan

lapangan, panduan wawancara. Untuk dapat menjadi instrumen, peneliti

harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas sehingga mampu

bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkonstruksi situasi sosial yang

57

diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna. Adapun instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Untuk wawancara, peneliti menggunakan pedoman wawancara yang

ditujukan oleh Kepala Bagian Dinas Komunikasi dan Informatika

Kota Malang dan pegawai-pegawai Dinas Komunikasi dan

Informatika Kota Malang.

2) Untuk teknik observasi, peneliti mengamati dan mencatat terhadap

fenomena yang terjadi di tempat penelitian.

3) Untuk teknik pengumpulan data terutama data sekunder, peneliti

menggunakan alat pencatatan dokumentasi.

G. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data biasa disebut dengan validitas data. Validitas

adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau keabsahan

suatu instrumen. Prinsip validitas yaitu pengukuran atau pengamatan yang

berarti prinsip keandalan instrumen dalam pengumpulan data. Jadi validitas

data lebih menekankan pada alat ukur atau pengamatan. Keabsahan data

diperlukan teknik pemeriksaan data. Teknik yang digunakan untuk

menetapkan keabsahan data dalam penelitian di lapangan salah satunya

adalah dengan teknik triangulasi. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan teknik pemeriksaan keabsahan data triangulasi dengan

sumber dan triangulasi dengan metode. Menurut Patton (dalam Lexy J.

Moleong, 2012:330) triangulasi dengan sumber “berarti membandingkan

dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

58

melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif”.

Sedangkan triangulasi dengan metode menurut Patton (dalam Lexy J.

Moleong,2012:330) terdapat dua strategi, yaitu (1) pengecekan derajat

kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan

data dan (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data

dengan metode yang sama. Dengan teknik triangulasi dengan sumber,

peneliti membandingkan hasil wawancara yang diperoleh dari masing-

masing sumber atau informan penelitian sebagai pembanding untuk

mengecek kebenaran informasi yang didapatkan. Selain itu peneliti juga

melakukan pengecekan derajat kepercayaan melalui teknik triangulasi

dengan metode, yaitu dengan melakukan pengecekan hasil penelitian

dengan teknik pengumpulan data yang berbeda yakni wawancara, observasi,

dan dokumentasi sehingga derajat kepercayaan data dapat valid.

H. Analisis Data

Menurut Miles, Huberman dan Saldana (2014:10) menyebutkan

bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat

pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam

periode tertentu.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

kualitatif, yaitu metode yang menggunakan sudut pandang peneliti sebagai

alat analisis utama. Analisis data merupakan upaya mencari dan menata

secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan lainnya untuk

59

meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan

menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Adapun untuk

meningkatkan pemahaman tersebut analisis perlu dilanjutkan dengan

berupaya mencari makna dari berbagai aspek yang ditemui dengan mengkaji

pendapat, pemikiran, persepsi dan interpretasi dari pihak-pihak yang

dianggap kompeten terhadap masalah penelitian. Analisis data dilakukan

secara induktif, dan penularannya didasarkan pada data yang cenderung

bersifat verbal.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.

Analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum

terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian.

Langkah yang dilakukan sebelum di lapangan ialah analisis dilakukan

terhadap data hasil pendahuluan, atau data primer, yang akan digunakan

untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian, fokus penelitian ini

masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan

selama di lapangan. Analisis data yang digunakan selanjutnya ialah analisis

selama di lapangan.

Menurut Miles, Huberman dan Saldana (2014:31-33) di dalam

analisis data kualitatif terdapat tiga alur kegiatan yang terjadi secara

bersamaan. Aktivitas dalam analisis data yaitu : Data Condensation, Data

Display, dan Conclusion Drawing/Verifications.

a. Kondensasi Data (Data Condensation)

60

Kondensasi data merujuk pada proses memilih, menyederhanakan,

mengabstrakkan, dan atau mentransformasikan data yang mendekati

keseluruhan bagian dari catatan-catatan lapangan secara tertulis,

transkip wawancara, dokumen-dokumen, dan materi-materi empiris

lainnya.

b. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data adalah sebuah pengorganisasian, penyatuan dari

infomasi yang memungkinkan penyimpulan dan aksi. Penyajian data

membantu dalam memahami apa yang terjadi dan untuk melakukan

sesuatu, termasuk analisis yang lebih mendalam atau mengambil aksi

berdasarkan pemahaman.

c. Penarikan Kesimpulan (Conclusions Drawing)

Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan dan

verifikasi. Dari permulaan pengumpulan data, seorang penganalisis

kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan

penjelasan, konfigurasi-koritigurasi yang mungkin, alur sebab-akibat,

dan proposisi. Kesimpulan-kesimpulan “final” mungkin tidak muncul

sampai pengumpulan data berakhir, tergantung pada besarnya

kumpulan-kumpulan catatan lapangan, pengkodeannya, penyimpanan,

dan metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan peneliti, dan

tuntutan-tuntutan pemberi dana. Dibawah ini adalah gambar dari

model analisis data dari Miles, Huberman dan Saldana:

61

Gambar 5: Model Miles, Huberman dan Saldana

Sumber: Miles, Huberman dan Saldana (2014:31-33)

Data

Collection

Data

Display

Data

Condensation Conclusion:

drawing/verificatio

n

62

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Dalam bab hasil penelitian dan pembahasan ini, penyajian data lebih

mendeskripsikan mengenai lokasi dan situs penelitian dilakukan. Penyajian data

tersebut terdiri dari:

1. Gambaran Umum Kota Malang

Kota Malang merupakan salah satu daerah otonom dan merupakan

Kota besar kedua di Jawa Timur setelah Kota Surabaya. Sebagai Kota besar,

Malang tidak lepas dari permasalahan sosial dan lingkungan yang semakin

buruk kualitasnya. Kota yang pernah dianggap mempunyai tata kota yang

terbaik di antara kota-kota Hindia Belanda, kini banyak dikeluhkan warganya

seperti kemacetan dan kesemrawutan lalu lintas, suhu udara yang mulai panas,

sampah yang berserakan atau harus merelokasi pedagang kaki lima yang

memenuhi alun-alun kota. Namun terlepas dari berbagai permasalahan tata

kotanya, pariwisata Kota Malang mampu menarik perhatian tersendiri. Dari

segi geografis, Malang diuntungkan oleh keindahan alam daerah sekitarnya

seperti Batu (yang samapai tahun 2000 menjadi Kotamadya) dengan

agrowisatanya, pemandian Selecta, Songgoriti atau situs-situs purbakala

peninggalan Kerajaan Singosari. Jarak tempuh yang tidak jauh dari kota

63

membuat para pelancong menjadikan kota ini sebagai tempat singgah dan

sekaligus tempat belanja. Perdagangan ini mampu mengubah konsep

pariwisata Kota Malang dari Kota peristirahatan menjadi Kota wisata

belanja.

Pada masa penjajahan kolonial Hindia Belanda, daerah Malang

dijadikan wilayah "Gemente" (Kota). Sebelum tahun 1964, dalam lambing

Kota Malang terdapat tulisan ; “Malang namaku, maju tujuanku” terjemahan

dari “Malang nominor, sursum moveor”. Ketika Kota ini merayakan hari

ulang tahunnya yang ke-50 pada tanggal 1 April 1964, kalimat-kalimat

tersebut berubah menjadi : “Malangkucecwara”. Semboyan baru ini

diusulkan oleh almarhum Prof. Dr. R. Ng. Poerbatjaraka, karena kata

tersebut sangat erat hubungannya dengan asal-usul Kota Malang yang pada

masa Ken Arok kira-kira 7 abad yang lampau telah menjadi nama dari

tempat di sekitar atau dekat candi yang bernama Malangkucecwara.1

Pada Tahun 1879, di Kota Malang mulai beroperasi kereta api dan

sejak itu Kota Malang berkembang dengan pesatnya. Berbagai kebutuhan

masyarakatpun semakin meningkat terutama akan ruang gerak melakukan

berbagai kegiatan. Akibatnya terjadilah perubahan tata guna tanah, daerah

yang terbangun bermunculan tanpa terkendali. Perubahan fungsi lahan

mengalami perubahan sangat pesat, seperti dari fungsi pertanian menjadi

perumahan dan industri. Sejalan perkembangan tersebut di atas, urbanisasi

terus berlangsung dan kebutuhan masyarakat akan perumahan meningkat di

1 Kota Malang www.google.com/url?Kota Malang, diakses pada tanggal 17 Juli 2017

64

luar kemampuan pemerintah, sementara tingkat ekonomi urbanis sangat

terbatas, yang selanjutnya akan berakibat timbulnya perumahan-perumahan

liar yang pada umumnya berkembang di sekitar daerah perdagangan, di

sepanjang jalur hijau, sekitar sungai, rel kereta api dan lahan-lahan yang

dianggap tidak bertuan. Selang beberapa lama kemudian daerah itu menjadi

perkampungan, dan degradasi kualitas lingkungan hidup mulai terjadi

dengan segala dampak bawaannya. Gejala-gejala itu cenderung terus

meningkat, dan sulit dibayangkan apa yang terjadi seandainya masalah itu

diabaikan.2

Kota Malang mulai tumbuh dan berkembang setelah hadirnya

pemerintah kolonial Belanda, terutama ketika mulai di operasikannya jalur

kereta api pada tahun 1879. Berbagai kebutuhan masyarakatpun semakin

meningkat terutama akan ruang gerak melakukan berbagai kegiatan.

Akibatnya terjadilah perubahan tata guna tanah, daerah yang terbangun

bermunculan tanpa terkendali. Perubahan fungsi lahan mengalami

perubahan sangat pesat, seperti dari fungsi pertanian menjadi perumahan

dan industri.

Bentuk dan tata ruang Kota Malang, konstruksi-konstruksi utama

yang membentuk struktur sosial di dalamya, merupakan cermin dari adanya

perencanaan dan kordinasi yang dilakukan oleh para elit Kota tersebut.

Perencanaan tata kota yang memiliki sejumlah makna cultural, tentunya

2 Umi Sumbulah, Islam “Radikal” dan Pluralisme Katolik, Studi Konstruksi Sosial Aktivis Hizb

Al-Tahrir dan Majelis Mujahidin di Kota Malang Katolik Kristen dan Yahudi (Jakarta:Badan

Litbang dan Diklat Kementrian Katolik RI 2010), 123

65

akan di-setting sesuai dengan tujuan, ke arah mana dan seperti apa kota dan

seperti apa kota tersebut dicitrakan. Untuk memperkuat dan mencapai citra

yang telah menjadi kesapakatan sejarah tersebut, dilakukan penyediaan

sarana infrastruktur dan suprastruktur. Pemaknaan dan pendefinisian secara

sosial atas Kota Malang, tentunya akan meningkatkan dinamika dan gerakan

yang ada di Kota Malang tersebut. Namun demikian, juga perlu disadari

bahwa disamping bahwa, disamping membawa dampak positif, baik secara

sosial, ekonomi, politik, hal tersebut akan menimbulkan permasalahan-

permasalahan sosial-politik tersendiri bagi masyarakat Kota Malang.3

Menempatkan sebagai acuan perjuangann mereka sebagaimana Kota

Malang sudah terbentuk pada zaman Hindia Belanda. Sehingga sampai

sekarang ini, Kota Malang memiliki citra sebagai pusatnya Kota pendidikan

yang luas dan pariwisata.

a. Kondisi Geografi dan Demografi Daerah Kota Malang

Kota Malang secara geografis terletak pada posisi 112,06-

112,07° Bujur Timur dan 7,06°-8,02° Lintang Selatan sehingga

membentuk wilayah dengan luas sebesar 11.006 ha atau 110,06 km2.

Meskipun hanya memiliki wilayah yang relatif kecil, namun Kota

Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur setelah Surabaya.

3 Umi Sumbulah, Islam “Radikal” dan Pluralisme Katolik, Studi Konstruksi Sosial Aktivis Hizb

Al-Tahrir dan Majelis Mujahidin di Kota Malang Katolik Kristen dan Yahudi, 116

66

Kota Malang berada di tengah-tengah wilayah administrasi Kabupaten

Malang dengan wilayah batas administrasi sebagai berikut:

(1)Sebelah Utara: berbatasan dengan Kecamatan Singosari dan

Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang;

(2)Sebelah Selatan: berbatasan dengan Kecamatan Tajinan dan

Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang;

(3)Sebelah Barat: berbatasan dengan Kecamatan Wagir Kabupaten

Malang dan Kecamatan Dau Kabupaten Malang;

(4)Sebelah Timur: berbatasan dengan Kecamatan Pakis dan Kecamatan

Tumpang Kabupaten Malang.

Dalam ketetapan tentang pembagian wilayah, Kota Malang

secara administratif terbagi menjadi 5 (lima) kecamatan dengan jumlah

kelurahan sebanyak 57 (lima puluh tujuh) kelurahan. Dari 57 kelurahan

tersebut, terbagi lagi menjadi 544 Rukun Warga (RW) dan 4.071 Rukun

Tetangga (RT). Jumlah penduduk semakin meningkat dari tahun

pertahun, sebagian besar jumlah bertambahnya penduduk yang tidak

menetap, ada sebagian menetap di Kota Malang baik dari kalangan

pelajar yang ingin melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, ada

sebagian juga hanya mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan

hidup keluarga sehari-hari seperti pedagang, tani, dan buruh.

Pesatnya perubahan pendidikan, pariwisata dan perindustrian Kota

Malang dinobatkan sebagai Kota nomer dua terbesar di Jawa Timur

67

setelah Kota Surabaya. Hal ini sesuai data yang didapat Surya melalui

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispendukcapil) Kota Malang.

Pada tahun 2015 hingga akhir Desember penduduk Kota Malang

sebanyak 881.794 jiwa. Sedangkan hingga akhir April 2016 penduduk

Kota Malang sebanyak 887.443 jiwa. Pertambahan penduduk yang

terjadi ini sekitar 1,58 persen. Bertambahnya penduduk di Kota Malang

ini banyak disebabkan karena adanya pendatang baru. Meskipun

Dispendukcapil tidak turun langsung ke lapangan untuk mendata

penduduk Kota Malang, akan sangat terlihat dari masyarakat yang

mengurus kependudukan baru. Sesuai UU 23 tahun 2006 tentang

Administrasi Kependudukan, yakni setiap orang yang tinggal disuatu

tempat bukan tempat asalnya lebih dari satu tahun harus terdaftar atau

memiliki KTP sebagai warga di tempat yang saat ini disinggahi. Dari

lima kecamatan di kota Malang, yang terlihat banyak penduduknya ialah

Kecamatan Kedungkandang dna Kecamatan Sukun. Kedua kecamatan ini

paling banyak penduduknya karena selain wilayahnya yang luas dan

letaknya pinggiran juga banyak dibangun perumahan baru.4

Komposisi penduduk asli Kota Malang mayoritas berasal dari

etnis Jawa dan Madura, disamping penduduk asli, penduduk yang tidak

menetap di Kota Malang semakin meningkat, seiring dengan

pertumbuhan Kota Malang sebagai Kota pendidikan, pariwisata dan

4 Surya Malang. Penduduk Kota Malang Bertambah 1,58 Persen Tiap Tahun. Diakses pada

tanggal 15 September 2017

68

industri. Hal ini, mengakibatkan meningkatkan urbanisasi baik dari

golongan pedagang, pekerja pelajar atau mahasiswa. Untuk golongan

pedagang dan pekerja, sebagian berasal dari Kota sekitar Malang.

Sedangkan untuk kalangan pelajan dan mahasiswa, disamping dari Kota

Malang, juga banyak berasal dari luar Jawa maupun luar Negeri.5

b. Kondisi Topografi Kota Malang

Dilihat dari kondisi topografis, Kota Malang terletak pada lokasi

yang cukup tinggi yaitu 440-667 meter di atas permukaan air laut. Salah

satu lokasi yang paling tinggi adalah Pegunungan Buring yang terletak

di sebelah Timur Kota Malang. Dengan letak lokasi yang tinggi dan

berada diantara wilayah pegunungan, menjadikan Kota Malang

sebagai kota yang berpotensi dalam sektor pariwisata. Dari atas

pegunungan ini terlihat jelas pemandangan yang indah antara lain dari

arah Barat terlihat barisan Gunung Kawi dan Panderman, sebelah Utara

adalah Gunung Arjuno, sebelah Timur adalah Gunung Semeru dan jika

melihat kebawah terlihat hamparan Kota Malang.

Lokasi administrasi Kota Malang, dipandang dari aspek

hidrologis, terletak pada Cekungan Air Tanah (CAT) Brantas. Di

dalam CAT Brantas terkandung potensi dan cadangan air tanah dengan

kualitas yang sangat bagus untuk bahan baku air minum. Wilayah CAT

Brantas ini mempunyai wilayah cekungan yang terbesar di Propinsi Jawa

Timur. Karena letak Kota Malang yang berada pada CAT Brantas ini,

5 M. Zaunuddin, Pluralisme Agama Pergulatan Islam Kristen di Indonesia,74

69

maka pemerintah daerah melalui PDAM saat ini menggunakannya

sebagai bahan baku utama untuk air minum bagi masyarakat. Sementara

itu, perairan permukaannya berupa aliran beberapa sungai yang

berfungsi sebagai bahan baku pengairan maupun untuk saluran

pembuangan akhir dari drainase kota. Di wilayah Kota Malang

terdapat 4 (empat) sungai utama yang cukup besar, yaitu Sungai

Brantas, Sungai Metro, Sungai Mewek-Kalisari-Bango, dan Sungai

Amprong. Sungai-sungai yang lain adalah merupakan sungai-sungai

relatif kecil yang merupakan sungai pecahan, maupun sungai terusan

dari keempat sungai besar tersebut. Kondisi Kota Malang berada pada

daerah lereng gunung sehingga Kota Malang menjadi jalur aliran air bagi

daerah dataran rendah dibawahnya.

2. Gambaran Umum Pemerintah Kota Malang

a. Visi Pemerintah Kota Malang

Pengertian Visi menurut Undang-Undang 25 tahun 2004 pasal 1

angka 12 adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada

akhir periode perencanaan. Hal ini berarti bahwa visi yang tercantum

dalam RPJMD Kota Malang harus dicapai pada tahun 2018. Selanjutnya

pada pasal 5 ayat (2) disebutkan bahwa RPJM Daerah merupakan

penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang

penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan

RPJM Nasional. Oleh karenanya, maka perumusan visi, misi dan

70

program dalam RPJMD Kota Malang ini 2013-2018 tidak hanya berasal

dari visi, misi dan program Kepala Daerah saja, namun sudah dilakukan

beberapa penyesuaian dari semua acuan dimaksud.

“MENJADIKAN KOTA MALANG SEBAGAI KOTA

BERMARTABAT”

Selain Visi tersebut di atas, hal lain yang tak kalah pentingnya

adalah ditentukannya Peduli Wong Cilik sebagai SEMANGAT dari

pembangunan Kota Malang periode 2013-2018. Sebagai semangat,

kepedulian terhadap wong cilik menjadi jiwa dari pencapaian visi. Hal ini

berarti bahwa seluruh aktivitas dan program pembangunan di Kota

Malang harus benar-benar membawa kemaslahatan bagi wong cilik. Dan

seluruh hasil pembangunan di Kota Malang harus dapat dinikmati oleh

wong cilik yang notabene adalah rakyat kecil yang mayoritas jumlahnya

di Kota Malang.

Istilah MARTABAT adalah istilah yang menunjuk pada harga

diri kemanusiaan, yang memiliki arti kemuliaan. Sehingga, dengan visi

‘Menjadikan Kota Malang sebagai Kota BERMARTABAT’ diharapkan

dapat terwujud suatu kondisi kemuliaan bagi Kota Malang dan seluruh

masyarakatnya. Hal ini adalah penerjemahan langsung dari konsep Islam

mengenai baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur (negeri yang makmur

yang diridhoi oleh Allah SWT). Untuk dapat disebut sebagai Kota

BERMARTABAT, maka akan diwujudkan Kota Malang yang aman,

tertib, bersih, dan asri, dimana masyarakat Kota Malang adalah

71

masyarakat yang mandiri, makmur, sejahtera, terdidik dan berbudaya,

serta memiliki nilai religiusitas yang tinggi dilandasi dengan sikap

toleransi terhadap perbedaan-perbedaan yang ada di tengah-tengah

masyarakat, dengan Pemerintah Kota Malang yang bersih dari KKN dan

sungguh-sungguh melayani masyarakat. Sehingga, Kota Malang secara

umum akan memiliki keunggulan-keunggulan dan berdaya saing tinggi

untuk dapat menempatkan diri sebagai kota yang terkemuka dengan

berbagai prestasi di berbagai bidang.

Selain itu, visi BERMARTABAT dapat menjadi akronim dari

beberapa prioritas pembangunan yang menunjuk pada kondisi-kondisi

yang hendak diwujudkan sepanjang periode 2013-2018, yakni: BERsih,

Makmur, Adil, Religius-toleran, Terkemuka, Aman, Berbudaya, Asri,

dan Terdidik. Masing-masing akronim dari BERMARTABAT tersebut

akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Bersih, Kota Malang yang bersih adalah harapan seluruh warga Kota

Malang. Lingkungan kota yang bebas dari tumpukan sampah dan

limbah adalah kondisi yang diharapkan dalam pembangunan Kota

Malang sepanjang periode 2013-2018. Selain itu, bersih juga harus

menjadi ciri dari penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintahan yang

bersih (clean governance) harus diciptakan agar kepentingan

masyarakat dapat terlayani dengan sebaik-baiknya.

2. Makmur, Masyarakat yang makmur adalah cita-cita yang

dipercayakan kepada pemerintah untuk diwujudkan melalui

72

serangkaian kewenangan yang dipunyai pemerintah. Kondisi makmur

di Kota Malang tercapai jika seluruh masyarakat Malang dapat

memenuhi kebutuhan hidup mereka secara layak sesuai dengan strata

sosial masing-masing. Dalam kaitannya dengan upaya mencapai

kemakmuran, kemandirian adalah hal penting. Masyarakat makmur

yang dibangun di atas pondasi kemandirian merupakan kondisi yang

hendak diwujudkan dalam periode pembangunan Kota Malang 2013 –

2018.

3. Adil, Terciptanya kondisi yang adil di segala bidang kehidupan adalah

harapan seluruh masyarakat Kota Malang. Adil diartikan sebagai

diberikannya hak bagi siapapun yang telah melaksanakan kewajiban

mereka. Selain itu, adil juga berarti kesetaraan posisi semua warga

masyarakat dalam hukum dan penyelenggaraan pemerintahan. Adil

juga dimaksudkan sebagai pemerataan distribusi hasil pembangunan

daerah. Untuk mewujudkan keadilan di tengah-tengah masyarakat,

Pemerintah Kota Malang juga akan menjalankan tugas dan fungsinya

dengan mengedepankan prinsip-prinsip keadilan.

4. Religius-toleran, Terwujudnya masyarakat yang religius dan toleran

adalah kondisi yang harus terwujudkan sepanjang 2013-2018. Dalam

masyarakat yang religius dan toleran, semua warga masyarakat

mengamalkan ajaran agama masing-masing ke dalam bentuk cara

berpikir, bersikap, dan berbuat. Apapun bentuk perbedaan di kalangan

masyarakat dihargai dan dijadikan sebagai faktor pendukung

73

pembangunan daerah. Sehingga, dengan pemahaman religius yang

toleran, tidak akan ada konflik dan pertikaian antar masyarakat yang

berlandaskan perbedaan SARA di Kota Malang.

5. Terkemuka, Kota Malang yang terkemuka dibandingkan dengan kota-

kota lain di Indonesia merupakan kondisi yang hendak diwujudkan.

Terkemuka dalam hal ini diartikan sebagai pencapaian prestasi yang

diperoleh melalui kerja keras sehingga diakui oleh dunia luas. Kota

Malang selama lima tahun ke depan diharapkan memiliki banyak

prestasi, baik di tingkat regional, nasional, maupun internasional.

Terkemuka juga dapat juga berarti kepeloporan. Sehingga, seluruh

masyarakat Kota Malang diharapkan tampil menjadi pelopor

pembangunan di lingkup wilayah masing-masing.

6. Aman, Situasi kota yang aman dan tertib merupakan kondisi yang

mutlak diperlukan oleh masyarakat. Situasi aman berarti bahwa

masyarakat Kota Malang terbebas dari segala gangguan, baik berupa

fisik maupun non-fisik, yang mengancam ketentraman kehidupan dan

aktivitas masyarakat. Sehingga situasi masyarakat akan kondusif

untuk turut serta mendukung jalannya pembangunan. Untuk menjamin

situasi aman bagi masyarakat ini, Pemerintah Kota Malang akan

mewujudkan ketertiban masyarakat. Untuk itu, kondisi pemerintahan

yang aman dan stabil juga akan diwujudkan demi suksesnya

pembangunan di Kota Malang.

74

7. Berbudaya, Masyarakat Kota Malang yang berbudaya merupakan

kondisi dimana nilai-nilai adiluhung dipertunjukkan dalam sifat,

sikap, tindakan masyarakat dalam aktivitas sehari-hari di semua

tempat. Masyarakat menjunjung tinggi kesantunan, kesopanan, nilai-

nilai sosial, dan adat istiadat dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku

berbudaya juga ditunjukkan melalui pelestarian tradisi kebudayaan

warisan masa terdahulu dengan merevitalisasi makna-maknanya untuk

diterapkan di masa sekarang dan masa yang akan datang.

8. Asri, Kota Malang yang asri adalah dambaan masyarakat. Keasrian,

keindahan, kesegaran, dan kebersihan lingkungan kota adalah karunia

Tuhan bagi Kota Malang. Namun, keasrian Kota Malang makin lama

makin pudar akibat pembangunan kota yang tidak memperhatikan

aspek lingkungan. Maka, Kota Malang dalam lima tahun ke depan

harus kembali asri, bersih, segar, dan indah. Sehingga, segala

pembangunan Kota Malang, baik fisik maupun non-fisik, diharuskan

untuk menjadikan aspek kelestarian lingkungan sebagai pertimbangan

utama. Hal ini harus dapat diwujudkan dengan partisipasi nyata dari

seluruh masyarakat, tanpa kecuali.

9. Terdidik, Terdidik adalah kondisi dimana semua masyarakat

mendapatkan pendidikan yang layak sesuai dengan peraturan

perundangan. Amanat Undang-Undang nomer 12 tahun 2012

mewajibkan tingkat pendidikan dasar 12 tahun bagi seluruh warga

negara Indonesia. Selain itu, diharapkan masyarakat akan

75

mendapatkan pendidikan dan ketrampilan yang sesuai dengan pilihan

hidup dan profesi masing-masing. Masyarakat yang terdidik akan

senantiasa tergerak untuk membangun Kota Malang bersama dengan

Pemerintah Kota Malang.

b. Misi Pemerintah Kota Malang

1. Meningkatkan kualitas, aksesibilitas, dan pemerataan pelayanan

pendidikan dan kesehatan.

Tujuan 1: Terwujudnya peningkatan kualitas, aksesibilitas dan

pemerataan pelayanan pendidikan.

Tujuan 2: Terwujudnya peningkatan kualitas, aksesibilitas dan

pemerataan pelayanan kesehatan.

2. Meningkatkan produktivitas dan daya saing daerah.

Tujuan 1: Terwujudnya peningkatan perekonomian daerah melalui

penguatan sektor koperasi dan usaha kecil menengah, perindustrian

dan perdagangan, serta pariwisata daerah.

Tujuan 2: Terwujudnya perluasan kesempatan kerja.

Tujuan 3: Terwujudnya ketersediaan dan akses pangan.

3. Meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan terhadap masyarakat

rentan, pengarusutamaan gender, serta kerukunan sosial.

Tujuan 1: Terwujudnya peningkatan perlindungan terhadap

masyarakat rentan dan pengentasan kemiskinan.

Tujuan 2: Terwujudnya peningkatan kualitas kehidupan dan peran

peran perempuan, serta terjaminnya pengarusutamaan gender.

76

Tujuan 3: Terwujudnya peningkatan kualitas kerukunan sosial

masyarakat

4. Meningkatnya pembangunan infrastruktur dan daya dukung Kota

yang terpadu dan berkelanjutan, tertib penataan ruang serta

berwawasan lingkungan

Tujuan 1: Terwujudnya peningkatan kualitas infrastruktur dan daya

dukung kota

Tujuan 2: Terwujudnya peningkatan tertib pemanfaatan ruang kota

sesuai peruntukannya

5. Mewujudkan pelaksanaan reformasi birokrasi dan kualitas pelayanan

publik yang profesional, akuntabel dan berorientasi pada kepuasan

masyarakat

Tujuan 1: Terwujudnya transparansi dan akuntabilitas Kinerja

Pemerintah Daerah

Tujuan 2: Terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan publik yang

profesional, akuntabel, dan berorientasi pada kepuasan masyarakat.

3. Gambaran Umum Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang

Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang dibentuk

berdasarkan Peraturan Daerah Kota Malang No. 13 Tahun 2009 tentang

Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 13 Tahun 2007

Tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Dinas Daerah Kota Malang

mempunyai tugas dan kewajiban membantu walikota dalam bidang

77

komunikasi dan informasi dalam menyelenggarakan kewajiban tersebut

Dinas Komunikasi dan Informatika.

a. Sumber Daya Aparatur

Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, Dinas Komunikasi dan

Informatika Kota Malang didukung oleh 42 personil, dengan perincian

sebagai berikut :

Tabel 1: Komposisi Pegawai Menurut Status Kepegawaian

(keadaan s/d Juni 2017)

Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang tahun 2017

Komposisi pegawai menurut tingkat pendidikan dapat diketahui

bahwa tingkat pendidikan terendah yaitu SLTA dan tertinggi yaitu Pasca

Sarjana (S2), dengan komposisi tingkat pendidikan terbanyak yaitu D IV/

S1 sebanyak 26 orang pegawai. Komposisi pegawai PNS dan Pegawai

Tidak Tetap (Kontrak) menurut tingkat pendidikan sebagai berikut:

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 SD -

2 SLPT -

No Status Kepegawaian Jumlah

1 PNS 37

2 Pegawai Tidak Tetap (Kontrak) 5

Jumlah 42

78

3 SLTA 4

4 D III -

5 D IV/S1 26

6 S2 7

JUMLAH 37

Tabel 2: Komposisi Pegawai PNS/CPNS Menurut Tingkat Pendidikan

(keadaan s/d Juni 2017)

Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang tahun 2017

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 SLTA -

2 D III 1

3 D IV/S1 4

JUMLAH 5

Tabel 3: Komposisi Pegawai Tidak Tetap (Tenaga Kontrak) menurut

Tingkat Pendidikan (keadaan s/d Juni 2017)

Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang tahun 2017

Komposisi pegawai PNS menurut golongan/ruang dapat disajikan

pada tabel 4 dibawah ini:

No Golongan/Ruang Jumlah

1 I/a 1

79

2 I/b -

3 I/c 1

4 I/d -

5 II/a 1

6 II/b 1

7 II/c 1

8 II/d 2

9 III/a 3

10 III/b 8

11 III/c 5

12 III/d 9

13 IV/a 4

14 IV/b -

15 IV/c 1

JUMLAH 37

Tabel 4: Komposisi Pegawai PNS Menurut Golongan/Ruang PNS

(keadaan s/d Juni 2017)

Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang tahun 2017

80

Komposisi pegawai PNS menurut eselon dapat disajikan dalam

tabel 5 dibawah ini:

No Eselon PNS Jumlah

1 ESELON II.a -

2 ESELON II.b 1

3 ESELON III.a 2

4 ESELON III.b 4

5 ESELON IV.a 14

6 ESELON IV.b 1

7 STAF 23

JUMLAH

Tabel 5: Komposisi Pegawai PNS menurut eselon

(keadaan s/d Juni 2017)

Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang tahun 2017

b. Tugas dan Fungsi

Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang mempunyai

tugas sebagai berikut :

1. Merumuskan kebijakan teknis dibidang Komunikasi dan Informasi

2. Melaksanakan tugas operasional bidang Komunikasi dan Informatika

yang meliputi: Bidang Pos dan Telekomunikasi, Bidang Telematika,

Bidang Diseminasi Informasi, dan Bidang Hubungan Masyarakat.

81

3. Melaksanakan pelayanan teknis administrasi meliputi: administrasi

umum dan kepegawaian, administrasi perencanaan, dan evaluasi

pelaporan serta administrasi keuangan dinas.

Adapun fungsi Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang

sebagai berikut :

a. perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis di bidang Komunikasi

dan Informatika;

b. penyusunan perencanaan dan pelaksanaan program di bidang

komunikasi dan informatika;

c. pelaksanaan fungsi selaku Pejabat Pengelola Informasi dan

Dokumentasi (PPID);

d. pelaksanaan koordinasi, fasilitasi dan pengawasan penyelenggaraan

kegiatan bidang pos dan telekomunikasi;

e. pelaksanaan koordinasi dan fasilitasi pemberdayaan komunikasi sosial

dan pengembangan kemitraan media serta pelaksanaan diseminasi

informasi Daerah;

f. pengawasan/pengendalian terhadap penyelenggaraan telekomunikasi

yang cakupan areanya kota pelaksana pembangunan telekomunikasi,

penyelenggara warung telekomunikasi, warung seluler atau

sejenisnya;

g. pelaksanaan penyusunan serta penyiapan aplikasi sistem informasi

manajemen;

82

h. pemberian pertimbangan teknis komputerisasi dan telematika kepada

Perangkat Daerah;

i. penyuluhan di bidang komunikasi dan informatika;

j. pelaksanaan penertiban jasa titipan untuk kantor agen;

k. pemberian pertimbangan teknis perizinan di bidang komunikasi dan

informatika;

l. pemberian dan pencabutan perizinan di bidang komunikasi dan

informatika yang menjadi kewenangannya;

m. pelaksanaan penyidikan tindak pidana pelanggaran di bidang

komunikasi dan informatika sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

n. pelaksanaan pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap

berwujud yang akan digunakan dalam rangka penyelenggaraan tugas

pokok dan fungsi;

o. pelaksanaan pemeliharaan barang milik daerah yang digunakan dalam

rangka penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi;

p. pelaksanaan pendataan potensi retribusi daerah;

q. pelaksanaan pemungutan penerimaan bukan pajak daerah;

r. pengelolaan administrasi umum meliputi penyusunan program,

ketatalaksanaan, ketatausahaan, keuangan, kepegawaian, rumah

tangga, perlengkapan, kehumasan, kepustakaan dan kearsipan;

s. pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM);

83

t. penyusunan dan pelaksanaan Standar Pelayanan Publik (SPP) dan

Standar Operasional dan Prosedur (SOP);

u. pelaksanaan pengukuran Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)

dan/atau pelaksanaan pengumpulan pendapat pelanggan secara

periodik yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas layanan;

v. pengelolaan pengaduan masyarakat di bidang komunikasi dan

informatika;

w. penyampaian data hasil pembangunan dan informasi lainnya terkait

layanan publik secara berkala melalui website Pemerintah Daerah;

x. pemberdayaan dan pembinaan jabatan fungsional;

y. penyelenggaraan UPT dan jabatan fungsional.

c. Struktur Organisasi

Struktur organisasi Dinas Komunikasi Kota Malang dapat

dilihat pada gambar berikut:

84

Gambar 6: Struktur Organisasi Dinas Komunikasi dan Informatika Kota

Malang

Sumber: Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang, tahun 2017

85

4. Visi dan Misi

Visi: Terwujudnya Kota Malang INFORMATIF (INovatif, Fleksibel,

ORiginal, MAju, Terukur, Integritas, Faktual)

Misi:

i. Mewujudkan birokrasi layanan komunikasi dan informatika yang

profesional dan memiliki integritas moral yang tinggi.

ii. Mengoptimalkan Sistem Layanan Kepemerintahan (e-Government)

yang terintegrasi.

iii. Meningkatkan kecukupan informasi masyarakat dengan

karakteristik komunikasi lancar dan informasi benar dalam rangka

meningkatan kapasitas layanan publik yang dapat

dipertanggungjawabkan).

iv. Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat serta Mengembangkan

Kemitraan, dan Lembaga Komunikasi dalam Penyebaran Informasi

Publik berbasis Kearifan Lokal.

v. Mewujudkan profesionalisme Layanan Pos dan Telekomunikasi.

Adapun beberapa tujuan untuk mencapai misi tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Mewujudkan birokrasi layanan komunikasi dan informatika yang

profesional dan memiliki integritas moral yang tinggi

a. Meningkatkan Sumber Daya Manusia Aparatur yang mempunyai

kompetensi di bidang Teknologi Informasi Komunikasi (TIK);

86

b. Meningkatkan komitmen dan integritas Aparatur yang tinggi dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya di bidang Teknologi Informasi

Komunikasi (TIK);

c. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik yang didukung oleh

sarana/prasarana yang memadai dan data yang menunjang;

2. Mengoptimalkan Sistem Layanan Kepemerintahan (e- Government)

yang terintegrasi

a. Pengembangan Master Plan e-Government Kota Malang

b. Pembangunan sistem layanan kepemerintahan yang terintegrasi dan

memiliki interoperabilitas dalam layanan publik secara online (e-

Citizen, e-Licensing dan e-Bussines)

c. Peningkatan Sistem Keamanan Komunikasi dan Informatika

3. Meningkatkan Kapasitas Layanan Informasi Publik yang dapat

dipertanggungjawabkan

a. Pengembangan dan Pelayanan Informasi Publik dalam mendukung

Keterbukaan Informasi Publik

b. Peningkatan kualitas pengelolaan, penyebaran dan pemerataan

informasi publik

c. Pelayanan pengaduan merupakan mencerminkan dari New Public

Service (NPS) menjalankan administrasi pemerintahan tidaklah

sama dengan organisasi bisnis. Administrasi negara harus

digerakkan sebagaimana menggerakkan pemerintahan yang

demokratis. Misi organisasi publik tidak sekedar memuaskan

87

pengguna jasa (customer) tapi juga menyediakan pelayanan barang

dan jasa sebagai pemenuhan hak dan kewajiban publik.

B. Hasil Penelitian

1. Pelaksanaan e-Government dalam bentuk pengaduan online guna

meningkatkan kinerja pegawai di Dinas Komunikasi dan Informatika

Kota Malang

E-Government merupakan bentuk implementasi pelayanan publik

yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi, sebagai media informasi

dan sarana komunikasi interaktif antara Pemerintah Kota Malang dengan

pihak-pihak lain baik kelompok masyarakat, kalangan bisnis maupun antar

sesama lembaga pemerintahan. Dasar dalam pelaksanaan e-government

dalam bentuk pengaduan online guna meningkatkan kinerja pegawai di

Diskominfo Kota Malang yaitu sebagai berikut:

a. Undang-Undang nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;

b. Undang-Undang nomor 14 tahun 2014 tentang Keterbukaan Informasi

Publik;

c. Peraturan Walikota Malang no. 19 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan

Pelayanan Penanganan Pengaduan di Lingkungan Pemerintah Kota

Malang;

88

d. Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Komunikasi dan Informatika

Kota Malang berdasarkan Peraturan Walikota Malang nomor 46 Tahun

2012 (Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang, Tahun 2017)

Empat dasar yang digunakan untuk pengaduan online di

Diskominfo Kota Malang tersebut juga sesuai dengan hasil wawancara yang

dilakukan kepada Kepala Diskominfo Kota Malang Bapak Zulkifli Amrizal,

S.Sos, M.Si pada tanggal 5 Juni 2017 pukul 11.30 WIB dimana beliau

mengatakan bahwa:

“Dalam pelaksanaan pengaduan online Pemerintah Daerah Kota

Malang telah menetapkan empat dasar sebagai pelaksanaan

pengaduan tersebut Undang-Undang nomor 25 tahun 2009,

Undang-Undang nomor 14 tahun 2014, Peraturan Walikota Malang

no. 19 Tahun 2010, Peraturan Walikota Malang nomor 46 Tahun

2012. Jadi terdapat ketentuan yang telah ditetapkan oleh

pemerintah dalam pelaksanaan kebijakan mengenai pengaduan

online. Tujuan utamanya yaitu dalam rangka untuk memberikan

pelayanan secara maksimal kepada masyarakat dan meningkatkan

kinerja pegawai”.

Berdasarkan hasil wawancara tersebut maka dapat diketahui secara

jelas ketentuan yang mengatur mengenai pelaksanaan pengaduan online.

Kebijakan tersebut digunakan sebagai dasar dalam proses pelaksanaan

aktivitas pelayanan yang dilakukan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika

Kota Malang sehingga mampu memberikan jaminan atas pelayanan secara

maksimal kepada masyarakat serta dapat meningkatkan kinerja pegawai.

Pengaduan online di Dinas Komunikasi dan Informatika Kota

Malang dapat ditunjukkan dari berbagai upaya yang dilakukan oleh Dinas

Komunikasi dan Informatika Kota Malang dalam pelaksanaan e-goverment.

Tujuan yang akan dicapai dari pengaduan online di Dinas Komunikasi dan

89

Informatika Kota Malang dalam upaya untuk memaksimalkan pelayanan

kepada masyarakat sehingga fasilitas publik benar-benar memberikan

jaminan kepuasan atas pelayanan yang diberikan dan meningkatkan kinerja

pegawai. Hasil wawancara yang dilakukan Bapak Boedi Utomo, SE, M.Si

selaku Kepala Bidang Informasi Publik (BIP) pada tanggal 6 Juni 2017

pukul 10.20 WIB berikut merupakan bentuk nyata dari pengaduan online

untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dan beliau

mengatakan bahwa:

“Dalam pelaksanaan pengaduan online di Kota Malang selama ini

telah berjalan sesuai dengan ketentuan yang telah dilakukan.

Semua menurut saya telah berjalan dengan baik dan kebutuhan

masyarakat dapat diselesaikan sesuai dengan harapan masyarakat.

Kami selalu berupaya untuk memberikan pelayanan yang terbaik

kepada masyarakat sehingga selain menampung segala bentuk

keluhan masyarakat kami juga berupaya menyelesaikan setiap

keluhan yang disampaikan masyarakat terkait dengan pelayanan

umum”.

Selanjutnya hasil wawancara yang dilakukan kepada Kepala Seksi

Pengelolaan e-Government yaitu Ibu Ita Nurdiyah, S.Kom pada tanggal 8

Juni 2017 pukul 13.00 WIB beliau mengatakan bahwa:

“Selaku pengelola kami selalu berupaya menjalankan segala bentuk

prosedur atau ketentuan dengan baik dan benar. Upaya ini kami

lakukan untuk memberikan jaminan bahwa seluruh bentuk

pengaduan yang disampaikan oleh masyarakat dapat secara

maksimal diselesaikan sehingga pelayanan dapat secara maksimal

dirasakan oleh masyarakat”.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa Dinas Komunikasi dan

Informatika Kota Malang selalu berupaya untuk memaksimalkan potensi

yang dimiliki dalam memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat. Namun

demikian dalam pelaksanannya terdapat beberapa kendala terkait dengan

90

pengaduan online di Kota Malang, kondisi ini dapat ditunjukkan dari hasil

wawancara yang dilakukan kepada Bapak Muhammad pada tanggal 13 Juni

2017 pukul 09.25 WIB yang pernah mengajukan pengaduan dalam

pengadaan jasa titipan, beliau mengatakan:

“Ketika saya mengajukan pengaduan mengenai proses pengadaan

jasa yang saya lakukan maka saya merasakan lamanya proses

pelayanan yang diberikan serta masih terbatasnya personel yang

memberikan pelayanan sehingga masih terkesan belum

maksimalnya pelayanan yang diberikan”

Hal yang sama juga dilakukan oleh Bapak Bachtiar merasakan

kurang maksimalnya pelayanan yang diberikan sehingga pengaduan yang

diajukan belum sepenuhnya mendapatkan pelayanan sesuai dengan harapan.

Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil wawancara pada tanggal 14 Juni 2017

pukul 12.30 WIB sebagai berikut:

“Saya pernah memiliki pengalaman yang kurang mengenakkan

ketika mengajukan pendirian tower, dimana proses pelayanan

terkait dengan informasi yang diberikan belum sepenuhnya sesuai

dengan harapan saya. Kondisi ini menjadikan saya merasakan

adanya kekecewaan akan hal tersebut”.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan maka dapat

diketahui bahwa pengaduan online di Kota Malang masih belum secara

maksimal dilakukan, dimana terdapat masyarakat atau pengguna belum

mendapatkan pelayanan sesuai dengan harapan. Kenyataan ini dapat

dikatakan bahwa pengaduan online yang dilakukan oleh Dinas Komunikasi

dan Informatika Kota Malang belum memenuhi tingkat efektivitas

pelayanan secara maksimal kepada masyarakat. Apabila dikaitkan

pelaksanaan e-government di Dinas Komunikasi dan Informatika Kota

91

Malang menunjukkan bahwa belum sepenuhnya dilaksanakan sehingga

kurang memberikan dukungan dalam upaya memaksimalkan pelayanan

yang diberikan kepada masyarakat. Pelaksanaan e-government dalam bentuk

pengaduan online dalam meningkatkan kinerja pegawai di Dinas

Komunikasi dan Informatika Kota Malang dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Tujuan menggunakan e-government dalam bentuk pengaduan

online untuk masyarakat Kota Malang

Secara umum pengaduan online memiliki manfaat dalam rangka

untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat juga, dimana

selama ini masyarakat merupakan target utama dalam pelaksanaan

kebijakan terkait dalam pemberian kebijakan termasuk didalamnya

mengenai pengaduan online. Hal tersebut secara jelas disampaikan oleh

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika yaitu Bapak Zulkifli Amrizal,

S.Sos, M.Si pada tanggal 5 Juni 2017 pukul 11.30 WIB beliau

mengatakan bahwa:

“Menurut Undang-Undang dan Perda jelas dikatakan bahwa

pelaksanaan e-Gov dalam rangka untuk memberikan jaminan

kepuasan masyarakat terkait dengan berbagai fasilitas umum

yang diberikan oleh pemerintah daerah. Manfaat utama yang

diharapkan dari kebijakan e-Gov yaitu memberikan jaminan

kemudahan dalam proses pelayanan fasilitas umum kepada

masyarakat”.

Terdapat beberapa manfaat dalam penggunaan pengaduan

online untuk masyarakat Kota Malang terkait dengan jaminan atas

kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Manfaat dalam

pengaduan online, yaitu sebagai berikut:

92

a. Situasi dan kondisi Kota Malang menjadi relatif aman karena

minimnya potensi gangguan keamanan di Kota Malang yang

disebabkan oleh ketidakpuasan masyarakat terhadap layanan pubik.

Ketidakpuasan tersebut akan berdampak lebih besar bila masyarakat

tidak disediakan saluran menyampaikan pengaduan atas kekurangan

layanan publik;

b. Memudahkan memperoleh informasi dan pengaduan dari masyarakat

secara langsung melalui saluran elektronik;

c. Penanganan informasi dan pengaduan dari masyarakat dapat

didokumentasikan lebih baik;

d. Respon dari Organisasi Perangkat Desa yang terkait dengan informasi

dan pengaduan masyarakat dapat terkirim dengan lebih efektif dan

efisien.

Menurut Bapak Muhammad manfaat menggunakan e-

government dalam bentuk pengaduan online dapat ditunjukkan dari hasil

wawancara pada tanggal 13 Juni 2017 pukul 09.25 WIB sebagai berikut:

“Dengan adanya e-government dalam bentuk pengaduan online

saya benar-benar memberikan dukungan terkait dengan upaya

untuk memaksimalkan kinerja pegawai yang ada di Diskominfo

Kota Malang. Saya dapat dengan lebih untuk menyampaikan

keluhan yang disampaikan dikarenakan kinerja para pegawai

yang lebih cepat dan efektif. Selain itu segala bentuk fasilitas

yang diberikan pemerintah dapat secara maksimal saya rasakan.

Beberapa manfaat yang diberikan penggunaan pengaduan online

memiliki peran yang penting terkait dengan jaminan atas peningkatan

kinerja pegawai yang diberikan. Jaminan dalam rangka peningkatan

93

manfaat tersebut dilakukan maka segala bentuk prosedur atau ketentuan

yang telah ditetapkan. Dengan menggunakan e-government dalam bentuk

pengaduan online untuk masyarakat Kota Malang maka segala bentuk

pelayanan fasilitas umum dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

yang telah ditetapkan.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan strategi yang

digunakan dalam melaksanakan e-government dalam meningkatkan

kinerja pegawai dalam bentuk pengaduan online dapat diuraikan sebagai

berikut:

a. Menetapkan kebijakan/suprastruktur yang menjadi dasar pelaksanaan

e-Government pada Pemerintah Kota Malang, diantaranya:

1. Peraturan Walikota Malang nomor 46 Tahun 2012 tentang Uraian

Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Komunikasi dan

Informatika Kota Malang yang di dalamnya terdapatkan

pelaksanaan e-government;

2. Naskah Rencana Induk Pelaksanaan e-Government Pemerintah

Kota Malang tahun 2014-2019;

3. Surat Keputusan Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan

Informatika tentang Pembentukan Tim Pelaksana Unit Layanan

Pengaduan dan Informasi Masyarakat (ULPIM) (Dinas

Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Malang, Tahun

2015)

94

b. Menetapkan kebijakan/suprastruktur yang menjadi dasar Keterbukaan

Informasi Publik pada Pemerintah Kota Malang, diantaranya;

1. Peraturan Walikota Malang no. 50 Tahun 2010 tentang Pedoman

Pelayanan Informasi Publik;

2. Peraturan Walikota Malang no. 19 Tahun 2010 tentang

Penyelenggaraan Pelayanan Penanganan Pengaduan di Lingkungan

Pemerintah Kota Malang;

c. Menyediakan infrastruktur jaringan dalam bentuk:

1. Penyediaan akses internet gratis untuk masyarakat yang berada di

wilayah Kota Malang menggunakan jalur Free WiFi dengan nama

“Hotspot Pro Rakyat” di 24 titik lokasi;

2. Penyediakan jaringan WiFi WAN Intranet Pemerintah Kota

Malang;

3. Penyediaan akses Internet Pemerintah Kota Malang.

4. Penyediaan Mail Server.

d. Menyediakan Infrastruktur Sistem Aplikasi melalui:

1. Penyediaan situs kominfo.malangkota.go.id yang dikelola oleh

Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang;

2. Pembuatan situs di seluruh Orgaisasi Perangkat Daerah (OPD)

Pemerintah Kota Malang;

3. Pembuatan Domain dan e-Mail di seluruh Orgaisasi Perangkat

Daerah (OPD) Pemerintah Kota Malang.

95

e. Mengembangkan Sumber Daya Aparatur (SDA) Pemerintah Kota

Malang melalui kegiatan:

1. Bimbingan Teknis bagi pengelola TIK, pengelola pengaduan dan

pengelola informasi dan dokumentasi publik;

2. Rapat Koordinasi teknis pengelola TIK, pengelola pengaduan dan

pengelola informasi dan dokumentasi publik;

3. Seminar TIK bagi pengelola TIK, pengelola pengaduan dan

pengelola informasi dan dokumentasi publik.

f. Menyediakan Pendanaan dalam keterhubungan dengan penanganan

pengaduan dan informasi:

1. Penyediaan biaya sewa hosting, domain, sub domain, dan layanan

akses internet di seluruh Orgaisasi Perangkat Daerah (OPD)

Pemerintah Kota Malang;

2. Penyediaan dana pelaksanaan tugas Tim Pelaksana PPID dan

ULPIM;

3. Pemeliharaan Jaringan WiFi WAN Intranet Pemerintah Kota

Malang.

Selanjutnya proses evaluasi juga dilakukan oleh Dinas

Komunikasi dan Informatika Kota Malang dalam rangka untuk

memberikan jaminan bahwa e-Government dapat meningkatkan kinerja

pegawai dalam bentuk pengaduan online yaitu:

a. Menginventarisir data pengaduan dan informasi;

b. Melakukan klasifikasi pengaduan dan informasi;

96

c. Melakukan rekapitulasi pengaduan dan informasi;

d. Melakukan koordinasi lintas Organisasi Perangkat Daerah;

e. Secara berkala menyampaikan laporan pengaduan dan informasi

masyarakat kepada Walikota Malang dan Komisi Informasi Publik

Prop Jatim.

Pelaksanaan e-government dalam meningkatkan kinerja pegawai

dalam bentuk pengaduan online di Dinas Komunikasi dan Informatika

Kota Malang selalu diupayakan secara maksimal sehingga mampu

memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Pemerintah

daerah selalu berupaya untuk memaksimalkan pelayanan dengan

mendukung melalui fasilitas atau sarana dan prasarana yang telah

dimiliki serta berbagai kebijakan yang berkaitan secara langsung dengan

upaya pelayanan melalui e-government.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Pengelolaan

e-Government yaitu Ibu Ita Nurdiyah, S.Kom pada tanggal 8 Juni 2017

pukul 13.00 WIB, peningkatan kinerja pegawai di Dinas Komunikasi dan

Informatika di Kota Malang telah tercapai dengan adanya sistem

pengaduan online dikarenakan sebagai berikut:

“Peningkatan kinerja pegawai di Dinas Komunikasi dan

Informatika di Kota Malang telah tercapai dengan adanya

sistem pengaduan online dikarenakan kinerja pegawai lebih

efektif, efisien dan transparan, kinerja pegawai sesuai dengan

prosedur pengaduan online yang ada, tersedianya anggaran

yang mencukupi, mendukung keleluasaan dalam lekukan

kegiatan dan realisasi kinerja, inovasi dari sisi integrasi

dengan system social media, memudahkan pengguna untuk

pengaduan online, SOP kerja yang jelas mendukung

97

percepatan dalam kinerja. perencanaan dan system quota

pada informasi yang disebar melalui SMS Blast yang terukur.

b. Proses pelaksanaan pengaduan online

Berdasarkan undang-undang dan peraturan daerah tersebut maka

terdapat delapan tahapan dalam pelaksanaan e-goverment dalam bentuk

pengaduan online di Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang,

dan tahap-tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Tahap pertama, Implementasi e-Government di Kota Malang pada

tahap awal sangat ditentukan oleh Visi dan Misi Kepala Daerah.

Kebijakan dalam RPJPD, RPJMD, dan RKPD secara eksplisit maupun

implisit harus melibatkan peran e-Government dalam peningkatan

pelayanan publik. Peranan pimpinan daerah dan pimpinan Organisasi

Perangkat Daerah berada pada posisi yang paling menentukan.

Ketidakpedulian dan ketidaktahuan mereka terhadap akselerasi dan

keterpaduan implementasi e-Government akan memperparah situasi.

Kesalahpahaman dan kesalahmengertian para pimpinan Organisasi

Perangkat Daerah tentang e-Government akan berakibat fatal.

Kesalahan dalam pemahaman bahwa e-Government tidak penting dan

bukan program prioritas karena membutuhkan biaya yang sangat besar

yang seharusnya malah bisa diberikan ke masyarakat.

b. Tahap kedua, adalah membentuk lembaga yang khusus dan memiliki

otoritas dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang

berperan penuh sebagai Government Chief Information Officer

98

(GCIO). GCIO inilah yang merencanakan dan menentukan tata

kelolateknologi informasi dan komunikasi di lingkungan Pemerintah

Kota Malang, diantaranya adalah Rencana Induk Pengembangan e-

Government, ketentuan peraturan keamanan informasi, dan peraturan

lainnya. Rencana Induk Pengembangan e-Government harus

dikuatkan oleh landasan peraturan semisal Peraturan Daerah ataupun

Peraturan Walikota Malang. Rencana Induk Pengembangan e-

Government ini merupakan acuan yang harus dipatuhi oleh institusi di

lingkungan Pemerintah Kota Malang dalam berbagai aspek. Bila ada

rencana pembangunan sistem informasi di salah satu Organisasi

Perangkat Daerah harus mengacu dan tidak boleh menyimpang dari

ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan yang ditetapkan

(diantaranya rencana induk ini). Secara teknis, Organisasi Perangkat

Daerah yang berwenang dalam pengelolaan Teknologi Informatika

harus ikut dilibatkan dalam proses pembangunan sistem informasi

mulai dari tahapan perencanaan hingga evaluasi. Hal ini dimaksudkan

agar sistem informasi yang akan dibangun nantinya benar-benar

sistem informasi yang terintegrasi dengan berbagai sistem informasi

yang ada dan tidak menyimpang dari rencana induk ini serta dengan

mengacu peraturan yang ada lainnya.

c. Tahap ketiga, adalah melakukan regrouping sumber daya aparatur

yang memiliki kompetensi di bidang TIK dalam satu lembaga yang

memiliki otoritas di bidang TIK. Dengan terkumpulnya aparatur TIK

99

ini akan meningkatkan akselerasi implementasi e-Government di Kota

Malang. Peran pentingnya nampak dimulai dalam tahapan penyusunan

tata kelola TIK yang lebih ‘membumi’ sebab bagaimanapun mereka

akan lebih memahami yang terkait dalam disiplin ilmunya. Peran

penting lainnya nampak ketika memasuki fase perencanaan

pembuatan aplikasi sistem informasi di suatu Organisasi Perangkat

Daerah peran aparatur TIK yang berada di level GCIO sangat

dibutuhkan ‘advice’nya agar aplikasi sistem informasi tersebut dapat

terintegrasi dengan aplikasi sistem informasi lain baik dalam

Organisasi Perangkat Daerah yang bersangkutan maupun dengan

aplikasi sistem informasi Organisasi Perangkat Daerah lainnya.

Dengan demikian peran utama aparatur TIK yang berada di lembaga

GCIO bukanlah sebagai pembuat aplikasi sistem informasi, namun

lebih berfungsi sebagai koordinator, pemberi rekomendasi

infrastruktur sistem informasi, penasihat dan pengawas pada

perancangan berbagai aplikasi sistem informasi agar nantinya

kumpulan berbagai sistem informasi lintas Organisasi Perangkat

Daerah dapat saling terintegrasi.

d. Tahap keempat, adalah membangun pusat data (data center) ataupun

gudang data (data warehouse). Keberadaan data center ataupun data

warehouse memegang peranan penting. Entitas penting di data

warehouse digunakan oleh berbagai sistem informasi lintas Organisasi

Perangkat Daerah. Pada data warehouse inilah penentu dari dapat

100

tidaknya suatu sistem informasi dikatakan sebagai sistem informasi

yang terintegrasi atau bukan. Bila suatu sistem informasi tidak atau

bahkan sama sekali tidak merelasikan basisdatanya (database) dengan

suatu entitas penting ke data warehouse maka sistem informasi

tersebut bukan termasuk sistem informasi yang terintegrasi.

e. Tahap kelima, adalah membangun koneksi jaringan antar Organisasi

Perangkat Daerah. Kecepatan akses ke data warehouse atau sistem

informasi yang tersaji ke publik ditentukan oleh infrastruktur jaringan.

Tipe koneksi jaringan berbasis IP-VPN MPLS, VPS atau VSAT

menggunakan serat optic (fiber optic) atau media lain dengan

kecepatan arus data yang lebih baik lainnya sangat dianjurkan untuk

model pemrosesan terintegrasi daripada jaringan WiFi atau jaringan

lain yang rentan terhadap cuaca, angin, petir dan gangguan teknis

lainnya.

f. Tahap keenam, adalah mengintegrasikan semua sistem informasi

yang sudah ada, atau bila kesulitan dalam proses integrasinya atau

karena tarik ulur kepentingan berbagai pihak maka membuat kembali

berbagai aplikasi sistem informasi yang terintegrasi berdasar hasil

penyempurnaan tata kerja atau tata kelola pada aplikasi informasi

sebelumnya. Bila aplikasi sistem informasi yang terintegrasi telah

tercipta maka aplikasi sistem informasi yang tidak terintegrasi segera

dihapus atau tidak dipakai lagi, sebab keberadaan aplikasi lama akan

101

juga tetap membebani biaya operasional dan memakan sumberdaya

lainnya.

g. Tahap ketujuh, adalah melakukan sosialisasi ke seluruh lapisan

masyarakat terhadap keberadaan portal induk/utama Pemerintah Kota

Malang lengkap dengan berbagai macam informasi dan fasilitas

layanan masyarakat yang dapat dilakukan secara On-line. Bentuk

layanan yang diberikan di penghujung pembangunan e-Government

adalah layanan yang bersifat transaksional, meliputi:

(a). e-Business, bursa kerja, perijinan terpadu, investasi, dsb;

(b). e-Commerce, pariwisata online, pembayaran online, dsb;

(c). e-Health, dokter online, rumah sakit online, dsb;

(d). e-Vote, pilkada online, kampaye online, polling, survey;

(e). e-Legislative, DPRD online, penyerapan aspirasi masyarakat;

(f). e-Learning, pembelajaran online, kursus online, dsb;

(g). e-Procurement, pengadaan barang/jasa pemerintah online;

(h). e-Catalog, harga satuan barang/jasa pemerintah online;

(i). e-Community, forum masyarakat online, ormas online, dsb

h. Tahap terakhir, yang tidak boleh dilupakan adalah kegiatan audit dan

evaluasi implementasi e-Government dan infrastrukturnya dilakukan

secara terus-menerus menuju ketingkat kesempurnaan. Oleh karena itu

perlunya dibentuk Tim Assesment yang melibatkan lembaga yang

membidangi teknologi informasi dan komunikasi (GCIO), kalangan

102

masyarakat, dan kalangan intelektual termasuk para ahli dibidangnya

disemua tahapan implementasi (Sumber http:// kominfo.go.id:)

SOP Pelayanan Publik pada Dinas Komunikasi dan

Informatika Kota Malang terkait dengan pengaduan online maka

aktivitas yang dilakukan yaitu sebagai berikut:

1. Proses pengaduan yang ada berawal dari masyarakat mengadu

kepada pemerintah bisa berupa saran, pertanyaan atau keluhan.

Kemudian masyarakat bisa mengadu melalui berbagai macam cara

bisa melalui internet dengan website yang ada di Pemerintahan

Kota Malang atau website Dinas Kominfo dan bisa melalui telepon

ke instansi yang berhubungan dengan yang diadukan, serta

masyarakat juga bisa datang langsung ke instansi yang terkait yang

ingin diadukan. Apabila masyarakat mengadu melalui internet yang

sudah di sediakan oleh pemerintah di website, masyarakat juga bisa

melihat sampai mana proses tersebut di tangani oleh pemerintah

dengan cara ketika masyarakat mengadu melalui internet akan

diberikan ticket atau kode yang dimana berfungsi untuk melihat

sejauh mana pengaduan yang diadukan ditangani atau belum.

2. Dari berbagai cara pengaduan yang ada tidak semua pengaduan

ditanggapi karena ketika masyarakat mengadu ada beberapa syarat

yang harus diisi oleh pihak pengadu apabila pihak pengadu tidak

memenuhi tiga syarat tersebut maka pengaduan tidak akan

ditanggapi. Tiga syarat itu yang pertama menyebutkan lokasi

103

kejadian yang diadukan secara lengkap (ada nama kelurahan,

kecamatan, jalan, atau kawasan), kedua isi pengaduan (substansi)

terkait dengan pelaksanaan pelayanan yang menjadi wewenang

Pemerintah Kota Malang, ketiga disertai dengan bukti-bukti

pendukung terhadap permasalahan yang diadukan untuk

menghindari terjadinya fitnah.

3. Setelah pengadu memenuhi tiga syarat tersebut maka dari pihak

yang menangani pengaduan yaitu Dinas Kominfo akan

menanganinya dengan cara Dinas Kominfo akan menampung

semua pengaduan yang masuk di Pemerintahan Kota Malang.

Setelah pengaduan di tampung di Dinas Kominfo maka Dinas

Kominfo memberikan surat pengetahuan pengantar kedua instansi,

instansi pertama adalah bagian organisasi yang bertujuan untuk

mengetahui pengaduan yang masuk yang menangani instansi mana.

Yang kedua instansi yang terkait dengan pengaduan yang diadukan

dan pengaduan yang ada harus dilaporkan ke instansi yang terkait

1x24 jam.

4. Surat pengantar pengaduan sudah masuk ke instansi terkait maka

instansi terkait wajib untuk mentindaklanjuti dari pengaduan yang

ada selama masa kinerja minimal 3 hari untuk hasil pengaduan

tersebut. Hasil pengaduan yang ada bisa berupa menjawab

pertanyaan dari pengadu, menerima saran, atau langsung

mentindaklanjuti ke lapangan langsung setelah dianalisis. Hasil

104

pengaduan yang sudah ada akan di sampaikan langsung oleh

instansi yang terkait melalui email pengadu atau dikonfirmasikan

kembali ke Dinas Kominfo untuk memberikan hasil penga- duan

tersebut ke masyarakat yang mengadu.

5. Pengaduan yang tidak dilanjuti itu karena pengaduan yang

diadukan tidak valid dengan kenyataannya contohnya ketika

masyarakat mengadu tidak melengkapi tiga syarat tersebut seperti

mengadu jalan di Kota Malang banyak yang rusak, biaya mahal,

pelayanannya tidak jelas. Dari ketiga pengaduan tadi apabila tidak

menyertakan tempat lokasi yang akan diadukan berdasakan tiga

syarat tersebut maka tidak akan ditindaklanjuti. (Dinas Komunikasi

dan Informatika Kota Malang, Tahun 2017).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diketahui bahwa terdapat

8 strategi yang digunakan oleh Dinas Kominfo dalam upaya untuk

memaksimalkan pelayanan melalui e-Government. Strategi tersebut

terkait dengan memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat sehingga

seluruh bentuk permasalahan atau komplain yang dilakukan sepenuhnya

memberikan jaminan pelayanan secara maksimal kepada masyarakat.

Menurut hasil wawancara dengan Kepala Dinas Komunikasi dan

Informatika Kota Malang Bapak Bapak Zulkifli Amrizal, S.Sos, M.Si

pada tanggal 5 Juni 2017 pukul 11.30 WIB, strategi yang digunakan

Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang dalam mendukung

105

pelaksanaan e-Government dalam bentuk pengaduan online sebagai

berikut:

“Kami selaku pelaksana kebijakan terkait dengan pelaksanaan

e-Government maka terdapat enam langkah riil dalam

mendukung pelaksanaan e-Government. Langkah-langkah

tersebut yaitu meliputi: menetapkan Suprastruktur (kebijakan)

yang menjadi dasar penerapan e-Gov pada Pemerintah Kota

Malang (ada hubungan secara langsung dengan pengaduan

online), menetapkan Suprastruktur (kebijakan) yang menjadi

dasar Keterbukaan Informasi Publik pada Pemerintah Kota

Malang (ada hubungan secara tidak langsung dengan pengaduan

online), pengembangan Sumber Daya Aparatur (SDA)

Pemerintah Kota Malang, menyediakan infrastruktur jaringan

dalam bentuk, menyediakan infrastruktur sistem aplikasi dan

menyediakan pendanaan dalam keterhubungan dengan

penanganan pengaduan dan informasi”.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat dari Pelaksanaan e-Government

dalam Bentuk Pengaduan Online Guna Meningkatkan Kinerja Pegawai

Upaya yang dilakukan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika

Kota Malang dalam upaya memaksimalkan kinerja pegawai dalam bentuk

pengaduan online maka terdapat faktor-faktor yang menjadi penghambat

atau pendukung pelaksanaan e-government baik yang berasal dari internal

maupun eksternal instansi. Faktor pendukung dan penghambat jalannya

pelaksanaan e-government dalam meningkatkan kinerja pegawai dalam

bentuk pengaduan online dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Faktor Pendukung

1. Surat Keputusan Kepala Dinas Kominfo

Surat Keputusan Kepala Dinas Kominfo sangat mendorong

untuk melakasanakan pelayanan pengaduan, dimana di dalamnya

106

terdapat standar pelayanan publik. Standar pelayanan publik sangat

mendorong berjalannya proses pengaduan di Kota Malang, karena

pelayanan pengaduan mempuyai standar yang ditentukan dalam

melayani sehingga dalam melayani pengaduan harus sesuai dengan

SK Kepala Dinas Kominfo tersebut dan pelayanan pengaduan menjadi

optimal.

2. Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana sangat mendukung dalam melayani

masyarakat terutama dalam pelayanan pengaduan seperti koneksi

internet sangat memudahkan dalam kinerja sehingga komunikasi antar

Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang terkait bisa berjalan dengan

mudah dengan adanya akses internet instansi yang menangani

pengaduan tidak usah langsung datang ke instansi lain cukup melalui

koneksi internet atau telpon sudah bisa berjalan dengan baik.

NO TAHUN KAPASITAS JUMLAH OPD

1 2009 5 Mbps 20 OPD + 5 Kec + 15 Kel

2 2010 10 Mbps 40 OPD + 5 Kec + 42 Kel

3 2011 10 Mbps 40 OPD + 5 Kec + 57 kel

4 2012 30 Mbps 40 OPD + 5 Kec + 57 Kel

5 2013 20 Mbps iX +

80 MBps iiX

38 OPD + 5 Kec + 57 Kel

Tabel 6: Koneksi Internet

Sumber. Dokumentasi Dinas Komunikasi Kota Malang

b. Faktor Penghambat

1. Birokrasi

107

Faktor penghambat dalam pengaduan online ini adalah

birokrasi di Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang terlalu

rumit, misalnya sebuah surat yang harusnya bisa selesai pada hari ini

karena pejabat struktural sedang dinas di luar kota maka surat tersebut

tertunda besok hari menunggu sampai pejabat struktural datang baru

ditandatangani. Dalam sebuah pelayanan pengaduan faktor birokrasi

merupakan faktor penghambat dikarenakan dalam pelayanan yang

baik pasti didukung dengan birokrasi yang baik.

2. Sosialisasi

Faktor penghambat berikutnya adalah sosialisasi. Sosialisasi

merupakan faktor penghambat Dinas Kominfo karena dengan

pengaduan yang masuk ke Dinas Komunikasi dan Informatika Kota

Malang pertahun rata-rata 100 pengaduan dengan jumlah penduduk

yang ada di Kota Malang sekitar 894.342 jiwa tidak seimbang karena

dengan pengaduan yang ada dengan jumlah penduduk yang malang

sangat besar pengaduan yang masuk masih relatif sedikit karena

kurangnya sosialiasi di masyarakat.

Sosialisasi yang dilakukan Dinas Kominfo Kota Malang

dalam pengaduan dengan berbagai cara mulai dari televisi, radio,

brosur yang disebarkan di masyarakat, sticker yang di setiap kegiatan

Dinas Kominfo selalu dibawa agar di bagibagikan ke masyarakat,

Media center tempat untuk memberikan informasi pada masyarakat

dan sosialisasi yang setiap bulan mengadakan sosialisai mengenai

108

pengaduan online biasanya sebulan 2 kali sehingga masyarakat dapat

mengetahui cara penyampain pengaduan.

3. Sumber Daya Manusia

Ketiga tiap-tiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang

ada di Pemerintah Kota Malang tidak memiliki petugas informasi

yang dimana petugas informasi ini bertujuan untuk mempermudah

kinerja antar OPD agar cepat dan menghemat waktu agar tugas yang

lain tidak terbengkalai sehingga pelayanan pengaduan bisa optimal

dan berjalan lebih cepat. Sumber Daya Manusia di Pemerintah Kota

Malang masih kurang karena tidak adanya SDM (Sumber Daya

Manusia) di tiap-tiap OPD/Instansi sehingga kegiatan-kegiatan yang

dilakukan Dinas Kominfo terhambat. Petugas informasi di Pemrintah

Kota Malang bertujuan untuk memberikan informasi yang ada di tiap-

tiap OPD/Instansi yang terkait.

Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan e-

government terkait prosedur yang dilaksanakan oleh instansi terkait secara

langsung dengan fasilitas, sarana prasana dan sumber daya yang dimiliki

oleh instansi. Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti menunjukkan

bahwa selama ini Dinas Kominfo Kota Malang belum secara maksimal

dalan memberikan pelayanan kepada masyarakat terkait dengan pelaksanaan

e-government. Kondisi ini ditunjukkan dengan masih kurang

109

diperhatikannya birokrasi yang dimiliki oleh Dinas Kominfo untuk

mendukung pelaksanaan e-government yaitu seperti surat yang harusnya

bisa selesai pada hari ini karena pejabat struktural sedang dinas di luar kota

maka surat tersebut tertunda besok hari menunggu sampai pejabat struktural

datang baru ditandatangani. Apabila dilihat dari personelnya maka selama

ini masih rendah tanggapan yang diberikan atas pengaduan yang

disampaikan oleh masyarakat. Karyawan masih kurang memiliki empati

kepada masyatakat atas setiap keluhan yang disampaikan. Beberapa hal

tersebut menjadikan pelayanan yang diberikan oleh dinas belum mampu

memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.

3. Pengukuran Kinerja Pegawai di Dinas Komunikasi dan Informatika

Kota Malang

Dalam rangka mengukur dan peningkatan kinerja serta lebih

meningkatnya akuntabilitas kinerja pemerintah, maka setiap instansi

pemerintah perlu menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU). Untuk itu

pertama kali yang perlu dilakukan instansi pemerintah adalah menentukan

apa yang menjadi kinerja utama dari instansi pemerintah yang bersangkutan.

Dengan demikian kinerja utama terkandung dalam tujuan dan sasaran

strategis instansi pemerintah, sehingga IKU adalah merupakan ukuran

keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis instansi pemerintah.

Dengan kata lain IKU digunakan sebagai ukuran keberhasilan dari instansi

pemerintah yang bersangkutan. Dinas Komunikasi dan Informatika Kota

Malang telah menetapkan Indikator Kinerja Utama Nomor: 060/151-

110

Diskominfo Tanggal 29 Juni 2015 tentang Penetapan Indikator Kinerja

Utama (IKU) Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang. Upaya

untuk meningkatkan akuntabilitas, Dinas Komunikasi dan Informatika Kota

Malang juga melakukan review terhadap Indikator Kinerja Utama, dalam

melakukan review dengan memperhatikan capaian kinerja, permasalahan

dan isu-isu strategis yang sangat mempengaruhi keberhasilan suatu

organisasi.

Dalam laporan Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang

dapat memberikan gambaran penilaian tingkat pencapaian target kegiatan

dari masing-masing kelompok indikator kinerja kegiatan, dan penilaian

tingkat pencapaian target sasaran dari masing-masing indikator kinerja

sasaran yang ditetapkan dalam dokumen Rencana Strategis (Renstra) 2013-

2018 maupun Rencana Kerja (Renja) Tahun 2014. Sesuai ketentuan

tersebut, pengukuran kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan dan

kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, sasaran yang telah

ditetapkan dalam mewujudkan misi dan visi instansi pemerintah. Hasil

pengukuran atas IKU Dinas Komunikasi dan Informatika untuk 2 kategori

Kota Malang Tahun 2016 ditunjukkan oleh tabel dibawah.

No

Kinerja

2015 2016

Target capaian Target Capaian

1

Prosentase OPD yang

sudah menerapkan e-

government/ aplikasi

pemerintahan yang

15% 15% 20% 48%

111

terintegrasi

2

Prosentase layanan

pengaduan

masyarakat secara 100% 100% 90% 100%

Online

Sumber. Dokumentasi Dinas Komunikasi Kota Malang

Tabel 7: Hasil pengukuran atas IKU Dinas Komunikasi dan

Informatika untuk 2 kategori Kota Malang Tahun 2016

Sumber. Dokumentasi Dinas Komunikasi Kota Malang

Dari tabel 7 diatas, menunjukkan bahwa peta capaian kinerja mulai

dari capaian akhir tahun 2015 hingga tahun 2016. Capaian 2015 kinerja

pertama menunjukkan capaian yang memenuhi target yang didefinisikan di

Renstra Diskominfo 2013-2018, sedangkan yang 2016 menunjukkan

capaian kinerja yang melebihi target. Pada akhir 2016, terlihat jumlah

presentase yang lebih besar jika dibandingkan dengan tahun 2015. Kondisi

ini memperlihatkan semakin banyaknya sasaran kinerja yang telah berhasil

dicapai melebihi dari target yang ditetapkan, serta menunjukkan

peningkatan kinerja Diskominfo secara keseluruhan.

Dari tabel diatas, terlihat bahwa capaian yang memenuhi target atau

menunjukkan kemajuan capaian kinerja Diskominfo yang ditetapkan di

Renstra Diskominfo tahun 2013-2018. Dari hal tersebut dapat dilakukan

No

Kinerja

Capaian

2015 2016

1

Prosentase OPD yang sudah

menerapkan e-government/ aplikasi

pemerintahan yang terintegrasi

100% 240%

2 Prosentase layanan pengaduan

masyarakat secara online

100% 100%

112

analisa, untuk kinerja-kinerja tersebut sekiranya dapat dilakukan evaluasi

untuk kinerja yang lebih baik.

C. Pembahasan

1. Pelaksanaan e-Government dalam bentuk pengaduan online guna

meningkatkan kinerja pegawai di Dinas Komunikasi dan Informatika

Kota Malang

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan maka

pelaksanaan e-government dalam meningkatkan kinerja pegawai dalam

bentuk pengaduan online yaitu dengan menetapkan suprastruktur

(kebijakan) yang menjadi dasar pelaksanaan e-government pada Pemerintah

Kota Malang. Untuk mengantisipasi perkembangan jaman dan

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat yang lebih efektif dan efisien

serta mewujudkan Pemerintah Kota Malang sebagai good governnence,

Kota Malang telah menyusun kebijakan terkait dengan pengaduan online.

Pada tahap pertama telah dilakukan survey kebutuhan dan kesiapan

infrastruktur serta sumber daya manusia yang ada di instansi dalam lingkup

pemerintahan Kota Malang. Sebagai tindak lanjut dari penyusunan

kebijakan atas pengaduan online tersebut maka Diskominfo Kota Malang

menyusun Rencana Induk e-Government sebagai tindak lanjut dari kegiatan

sebelumnya. Pada tahun 2009 Diskominfo Kota Malang telah membuat

Dokumen Rencana Strategis TI, akan tetapi dirasa dokumen tersebut belum

efektif dalam membantu Pemerintah Kota Malang dalam menyusun dan

mengembangkan TIK.

113

Berdasarkan beberapa hal tersebut diatas, penyusunan dokumen

Kebijakan e-government ini dilaksanakan pada tahun ini oleh Dinas

Kominfo Kota Malang. Dimaksudkan dapat digunakan sebagai kerangka

acuan penerapan teknologi informasi dan komunikasi dalam upaya

pelaksanaan pengaduan online di Pemerintah Kota Malang serta upaya

mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance). Adapun ruang

lingkup pengembangan dalam Dokumen Kebijakan e-government

Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Pemerintah

Kota Malang ini terdiri dari 5 (lima) komponen pelaksanaan yaitu:

kebijakan, kelembagaan, aplikasi, infrastruktur dan perencanaan. Pada

dokumen ini diuraikan menurut format lima komponen pelaksanaan e-

government Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang 2013

Perencanaan Induk pelaksanaan e-Government Pemkot Malang

menunjukkan bahwa semua hasil capaian pelaksanaan e-government Kota

Malang. Kondisi ini sesuai dengan teori menurut Indrajit (2006:2): “E-

government berkaitan dengan penggunaan teknologi informasi (seperti wide

areanetwork, internet, dan komunikasi bergerak) oleh lembaga pemerintah

yang mempunyai kemampuan untuk mentransformasikan hubungan

pemerintah dengan warganya, pelaku dunia usaha (bisnis), dan lembaga

pemerintah lainnya. Teknologi ini dapat mempunyai tujuan yang beragam,

antara lain: pemberian layanan pemerintahan yang lebih baik kepada

warganya, peningkatan interaksi dengan dunia usaha dan industri,

114

pemberdayaan masyarakat melalui akses informasi, atau manajemen

pemerintahan yang lebih efisien.

Maksud penyusunan dokumen Rencana Induk e-Government Kota

Malang ini secara umum adalah untuk memberikan arahan yang lebih nyata

dan terukur serta realistis untuk dapat diselesaikan dari setiap kegiatan di

Kota Malang yang menggunakan teknologi informasi. Selain itu

penyusunan Rencana Induk e-Government Kota Malang ini dapat

memberikan landasan berpikir, standarisasi, pentahapan dan implementasi

bagi pelaksanaan e-government Pemerintah Kota Malang yang

komprehensif, efisien, efektif dan terpadu menuju Good Corporate

Governance dan tetap berada dalam kerangka dan bagian dari penerapan

TIK di lingkungan Kota Malang. Hasil yang diharapkan dengan adanya

dokumen Rencana Induk terkait e-government Kota Malang ini adalah:

a. Terciptanya langkah-langkah yang sinergis dan sistematis dalam

pengembangan TIK khususnya pengembangan e-government guna

menjadi dasar penyusunan kegiatan dan penganggaran bidang TIK di

Kota Malang yang selalu mengacu pada pencapaian kepuasan

masyarakat.

b. Terdefinisikannya sebuah rencana TIK stratejik yang dapat digunakan

untuk mengontrol dan mengarahkan seluruh sumber daya TI sehingga

sesuai dengan strategi bisnis serta prioritasnya

c. Tersedianya acuan untuk melaksanakan aktivitas di bidang

pengembangan dan penerapan TIK yang sesuai dengan kondisi Kota

115

Malang saat ini dan tahun kedepan. Sedangkan tujuan pekerjaan

penyusunan Rencana Induk e-Government Kota Malang adalah sebagai

berikut:

1. Untuk menjamin keterpaduan sistem pengelolaan dan pengolahan

dokumen dan informasi elektronik dalam rangka membuka akses

kepada informasi dan layanan Pemerintah Kota Malang yang

transparan. Kantor Komunikasi dan Informatika Pemerintah Kota

Malang.

2. Meningkatkan mutu layanan publik melalui pemanfaatan teknologi

informasi dan komunikasi dalam proses penyelenggaraan Pemerintah

Kota Malang.

3. Terciptanya kegiatan penyelenggaran birokrasi dan pelayanan publik

yang bersih, transparan, dan mampu menjawab tuntutan perubahan

secara efektif sehingga menghasilkan sebuah layanan prima.

4. Perbaikan organisasi, sistem manajemen, budgeting dan proses kerja

kepemerintahan. Sedangkan sasaran dari kegiatan ini adalah :

a. Tersusunnya review terhadap berbagai rencana dan kebijakan

terkait e-government ataupun teknologi informasi yang telah

disusun

b. Teridentifikasinya kondisi eksisting terkait e-government di Kota

Malang dan merumuskan kebutuhannya

116

c. Terumuskannya rencana pengembangan e-government di Kota

Malang meliputi kerangka pemikiran dasar, pengembangan, tahapan

pengembangan, dan rencana implementasi.

Berdasarkan strategi yang ditetapkan tersebut maka berbagai upaya

dilakukan untuk memberikan jaminan bahwa pengaduan online di Dinas

Komunikasi dan Informatika Kota Malang dapat berjalan secara maksimal.

Strategi ini dilakukan untuk memberikan dukungan bahwa seluruh

kebijakan terkait dengan e-Government dalam meningkatkan pelayanan

publik dan kinerja pegawai dalam bentuk pengaduan online dapat berjalan

sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

a. Tujuan menggunakan e-government dalam bentuk pengaduan online

untuk masyarakat Kota Malang

Perkembangan teknologi yang semakin canggih menyebabkan

semakin beragamnya sistem informasi yang berkembang maka

dibutuhkan suatu media yang mampu memberikan dukungan dalam

upaya mendukung sistem informasi dan sekarang ini dikenal dengan

istilah sistem E-Government. Fasilitas E-Government yang juga disebut

e-gov, digital government, online government atau dalam konteks

tertentu transformational government adalah penggunaan teknologi

informasi oleh pemerintah untuk memberikan informasi dan pelayanan

bagi warganya, urusan bisnis, serta hal-hal lain yang berkenaan dengan

pemerintahan.

Secara ringkas tujuan yang ingin dicapai dengan pelaksanaan E-

Government di Kota Malang banyak memberikan dukungan dalam upaya

117

meningkatnya kinerja pegawai dan kualitas pelayanan yang diberikan

kepada masyarakat, yaitu dengan menciptakan E-Government bertujuan

memberikan pelayanan tanpa adanya intervensi pegawai institusi publik

dan sistem antrian yang panjang hanya untuk mendapatkan suatu

pelayanan yang sederhana. Selain itu E-Government juga bertujuan untuk

mendukung good governance. Penggunaan teknologi yang

mempermudah masyarakat untuk mengakses informasi dapat mengurangi

korupsi dengan cara meningkatkan transparansi dan akuntabilitas

lembaga publik.

b. Proses pelaksanaan pengaduan online

E-Government pada dasarnya merupakan suatu mekanisme

interaksi baru (modern) antara pemerintah dengan masyarakat dan

kalangan lain yang berkepentingan (stakeholder); dimana melibatkan

penggunaan teknologi informasi (terutama internet); dengan tujuan

memperbaiki mutu (kualitas) pelayanan yang selama berjalan dan

menggambarkan manfaat yang diperoleh dengan diterapkannya konsep e-

Government dalam bentuk pengaduan online di Kota Malang secara

umum antara lain:

1. Memperbaiki kualitas pelayanan pemerintah kepada para stakeholder-

nya (masyarakat, kalangan bisnis, dan industri) terutama dalam hal

kinerja efektivitas dan efisiensi di berbagai bidang kehidupan

bernegara.

118

2. Meningkatkan transparansi, kontrol, dan akuntabilitas

penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka penerapan konsep Good

Corporate Governance.

3. Mengurangi secara signifikan total biaya administrasi, relasi, dan

interaksi yang dikeluarkan pemerintah maupun stakeholdernya untuk

keperluan aktivitas sehari-hari.

4. Memberikan peluang bagi pemerintah untuk mendapatkan

sumbersumber pendapatan baru melalui interaksinya dengan pihak-

pihak yang berkepentingan.

5. Menciptakan suatu lingkungan masyarakat baru yang dapat secara

cepat dan tepat menjawab berbagai permasalahan yang dihadapi

sejalan dengan berbagai perubahan global dan trend yang ada.

6. Memberdayakan masyarakat dan pihak-pihak lain sebagai mitra

pemerintah dalam proses pengambilan berbagai kebijakan publik

secara merata dan demokratis, yaitu dengan meminimalkan

permasalahan yang terjadi.

Secara umum pelaksanaan pengaduan online memiliki manfaat

dalam rangka untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat,

dimana selama ini masyarakat merupakan target utama dalam pelaksanaan

kebijakan terkait dalam pemberian kebijakan termasuk didalamnya

mengenai pelaksanaan e-Government.

E-Government dapat memperluas partisipasi publik dimana

masyarakat dimungkinkan untuk terlibat aktif dalam pengambilan

119

keputusan/kebijakan oleh pemerintah. E-Government juga diharapkan dapat

memperbaiki produktifitas dan efisiensi birokrasi serta meningkatkan

pertumbuhan ekonomi. Adapun konsep dari e-Government adalah

menciptakan interaksi yang ramah, nyaman, transparan dan murah antara

pemerintah dan masyarakat (G2C-government to citizens) dalam

penyelesaian komplain yang disampaiakan oleh masyarakat dengan upaya

tercapainya pelayanan masyarakat secara efektif.

Pencapaian tujuan melalui e-Government secara telat atau memilih

tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan

menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Pelaksanaan e-

Government dapat juga dilakukan pengukuran atas keberhasilan dalam

pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Sebagai contoh jika sebuah

tugas dapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudah ditentukan, maka

cara tersebut adalah benar atau efektif untuk memberikan jaminan kepuasan

kepada masyarakat. Penggunaan sumber daya secara minimum guna

pencapaian hasil yang optimum merupakan tujuan dalam upaya pelaksanaan

e-Government. Penetapan tujuan yang benar telah ditentukan dan berusaha

untuk mencari cara-cara yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan

tersebut.

Pengaduan online di Dinas Komunikasi dan Informatika Kota

Malang dapat diketahui dari berbagai upaya yang dilakukan oleh Dinas

Komunikasi dan Informatika Kota Malang dalam pengaduan online.

Pengaduan online di Kota Malang masih belum secara maksimal dilakukan,

120

dimana terdapat masyarakat atau pengguna e-goverment belum

mendapatkan pelayanan sesuai dengan harapan. Kenyataan ini dapat

dikatakan bahwa pengaduan online yang dilakukan oleh Dinas Komunikasi

dan Informatika Kota Malang belum memenuhi kriteria atas pelayanan

secara maksimal kepada masyarakat. Kondisi ini menjadikan aktivitas

pengaduan online belum memberikan dukungan secara maksimal dalam

upaya menciptakan kepuasan kepada masyarakat. Tujuan pelaksanaan e-

government dalam hal ini berkaitan dengan pengaduan online menurut

Junaidi (2005 : 444) adalah sebagai berikut: 1) Meningkatkan efisiensi

pemerintah, 2) Memberikan berbagai layanan kepada masyarakat secara

lebih baik, 3) Memberikan akses informasi kepada publik secara luas dan 4)

Menjadikan penyelenggaraan pemerintah lebih bertanggung jawab dan

transparan kepada masyarakat.

Jadi dapat dikatakan bahwa pengaduan online merupakan suatu

media yang digunakan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Kota

Malang dalam menampung segala bentuk keluhan terkait penggunaan

fasilitas atau pelayanan publik. Sebagai media dapat diartikan bahwa

pengaduan online sebagai media untuk menampung segala bentuk aspirasi

dan berbagai keluhan dan proses penyelesaian atau tanggapan tergantung

pada dinas yang dituju. Kemudahan dalam proses kepengurusan melalui

media pengaduan online tersebut menjadikan masukan bagi masing-masing

dinas yang bersangkutan.

121

Pelaksanaan e-government dalam bentuk pengaduan online ini

diharapkan dapat meningkatkan kinerja dari para pegawai di Dinas

Komunikasi dan Informatika Kota Malang, hal ini disebutkan sebagai

berikut:

1. Kinerja pegawai lebih efektif, efisien dan transparan;

2. Kinerja pegawai sesuai dengan prosedur pengaduan online yang ada;

3. Tersedianya anggaran yang mencukupi, mendukung keleluasaan dalam

lekukan kegiatan dan realisasi kinerja;

4. Inovasi dari sisi integrasi dengan system social media, memudahkan

pengguna untuk pengaduan online;

5. SOP kerja yang jelas mendukung percepatan dalam kinerja;

6. Perencanaan dan system quota pada informasi yang disebar melalui SMS

Blast yang terukur.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat dari Pelaksanaan e-Government

dalam Bentuk Pengaduan Online Guna Meningkatkan Kinerja Pegawai

Upaya yang dilakukan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika

Kota Malang dalam upaya memaksimalkan kinerja pegawai daqlam bentuk

pengaduan online maka terdapat faktor-faktor yang menjadi penghambat

atau pendukung pengaduan online baik yang berasal dari internal maupun

eksternal instansi. Faktor pendukung dan penghambat jalannya pelaksanaan

e-government dalam meningkatkan kinerja pegawai dalam bentuk

pengaduan online dapat diuraikan sebagai berikut:

122

a. Faktor Pendukung

Pelaksanaan e-government dalam bentuk pengaduan online di

Kota Malang memiliki beberapa faktor pendukung, dimana faktor

tersebut terkait dengan surat keputusan Kepala Dinas Kominfo yang di

dalamnya terdapat standar pelayanan publik. Standar pelayanan publik

ini sangat mendororng berjalannya proses pengaduan di Kota Malang,

pelayanan pengaduan mempunyai standar yang telah ditentukan dalam

melayani sehingga dalam melayani pengaduan harus sesuai dengan Surat

Keputusan Kepala Dinas Kominfo tersebut dan pelayanan pengaduan

menjadi optimal. Faktor tersebut menjadi pendukung karena adanya

kepastian hukum sehingga seluruh aktivitas pelaksanaan e-government

dalam bentuk pengaduan online memiliki kekuatan secara hukum.

Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang memiliki

fasilitas atau sarana dan prasarana pendukung strategi kebijakan yang

dilakukan yaitu bentuk dukungan tersebut menjadikan segala bentuk

kebijakan yang akan ditetapkan dapat berjalan sesuai dengan ketentuan.

Fasilitas tersebut juga memberikan dampak terhadap ketersediaan

informasi yang benar-benar sesuai sehingga mampu menjangkau seluruh

aktivitas yang dilakukan instansi dalam memberikan pelayanan kepada

masyarakat. Faktor pendukung tersebut terkait secara langsung dengan

upaya dinas untuk memaksimalkan pelayanan yang diberikan kepada

instansi dan juga dapat meningkatkan kinerja pegawai.

123

b. Faktor Penghambat

Faktor penghambat merupakan faktor yang menjadikan atau

menjadi penyebab pelaksanaan e-government tidak secara maksimal

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Faktor penghambat

tersebut apabila ditinjau dari kendala sistem juga menjadi hal yang

menghambat pelaksanaan e-government dalam bentuk pengaduan online

di Kota Malang, dimana sistem birokrasi yang terlalu rumit, misalnya

sebuah surat yang harusnya bisa selesai pada hari ini karena pejabat

struktural sedang dinas di luar kota maka surat tersebut tertunda besok

hari menunggu sampai pejabat struktural datang baru ditandatangani.

Selain itu, kurangnya sosialisasi yang dilakukan Dinas Kominfo

Kota Malang. Penghambat ini diakibatkan pengaduan yang masuk ke

Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang pertahun rata-rata 100

pengaduan dengan jumlah penduduk yang ada di Kota Malang sekitar

894.342 jiwa tidak seimbang karena dengan pengaduan yang ada dengan

jumlah penduduk yang malang sangat besar pengaduan yang masuk

masih relatif sedikit. Apabila faktor penghambat dikatkan dengan sumber

daya manusia yaitu adanya keterbatasan jumlah dan kualitas sumber daya

manusia yang memiliki kompetensi penguasaan TIK yang cukup baik

dan terbatasnya kemampuan dan kesiapan SDM dalam tata kelola TIK di

lingkungan pemerintah.

124

Menurut Hasibuan (2007:70) selain adanya usulan-usulan untuk

kemajuan dan pelaksanaan e-Government di Indonesia, e-Government

juga menghadapi berbagai macam kendala antara lain:

a. Masih rendahnya kesadaran (awareness) dalam mengambil keputusan

telematika

b. Langkanya SDM yang berkualitas

c. Masih minimnya infrastruktur telekomunikasi

d. Tarif internet yang masih mahalnya serta kurang memadai

e. Penetrasi PC yang masih rendah

Beberapa kendala tersebut menjadikan pelaksanaan e-

Government tidak dapat secara maksimal dijalankan sehingga fasilitas

yang memberikan pelayanan umum/masyarakat belum berjalan sesuai

dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Kendala-kendala tersebut

menjadikan aktivitas pelayanan publik yang diberikan sering tidak dapat

secara maksimal dirasakan oleh masyarakat.

3. Pengukuran Kinerja Pegawai di Dinas Komunikasi dan Informatika

Kota Malang

Pengukuran capaian dilakukan dengan melihat data total jumlah

pengaduan masyarakat yang sudah ditindaklanjuti tepat waktu yang masuk

ke pengaduan online dibandingkan dengan total jumlah pengaduan

masyarakat yang masuk ke pengaduan online. Dengan menggunakan

formulasi perhitungan:

Jumlah Pengaduan onlinean yang tidak ditindak lanjuti tepat waktu/jumlah

Pengaduan onlinean masuk x 100%.

a. Perbandingan realisasi dan Rencana kerja

125

Jumlah Pengaduan onlinean yang diterima oleh UPT Pengaduan online

selama triwulan pertama tahun 2017 adalah:

Bulan Jumlah laporan Masuk 3 bulan awal 2017

Januari 424 laporan

Pebruari 302 laporan

Maret 324 laporan

Sumber. Dokumentasi Dinas Komunikasi Kota Malang

Tabel 8: Jumlah laporan Yang masuk ke UPT Pengaduan online

Total Pengaduan online pada triwulan pertama ini adalah : 1.050

(Seribu Lima Puluh) Pengaduan online, dan seluruh laporan telah

ditindaklanjuti tepat waktu. Capaian indikator “Prosentase layanan

pengaduan masyarakat secara online yang ditindaklanjuti tepat waktu”

adalah: 1050/1050 = 100% (tepat mencapai target triwulan pertama tahun

2016).

b. Perbandingan realisasi dan Tahun sebelumnya

Capaian kinerja triwulan pertama pada tahun 2017 ketika

dibandingkan dengan capaian kinerja triwulan pertama Tahun 2016,

menunjukkan konsistensi kinerja dalam menindaklanjuti Pengaduan

online pengaduan masyarakat yang masuk. Hal ini ditunjukkan dengan

perbandingan capaian kinerja 100% dibandingkan dengan 100%. LKIP

126

tahun 2016 Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang pada

triwulan pertama.

c. Output program/kegiatan/anggaran, pernyataan

Keberhasilan/kegagalan program/kegiatan dalam menunjang

pencapaian kinerja, dan penilaian efektifitas kinerja output dari indikator

“Prosentase layanan pengaduan masyarakat secara online yang

ditindaklanjuti tepat waktu” ini adalah:

1. Pengaduan masyarakat yang ditindaklanjuti tepat waktu.

2. SMS Blast ke seluruh pegawai Pemerintah Kota Malang.

Indikator Prosentase layanan pengaduan masyarakat secara

online yang ditindaklanjuti tepat waktu menggunakan mata anggaran

Program Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media

Massa, melalui kegiatan Pembinaan dan pengembangan sumber daya

komunikasi dan informasi yang dianggarkan sebesar Rp 1.951.002.040,

dimana sudah direalisasi sebesar Rp 1.522.874.553 atau 78,06%. Dengan

melihat capaian indikator dan perbandingan kinerja dengan tahun

sebelumnya, dapat disimpulkan untuk indikator “Prosentase layanan

pengaduan masyarakat secara online yang ditindaklanjuti tepat waktu”,

telah berhasil mencapai target kinerja sesuai Renstra Diskominfo yang

telah ditetapkan yaitu sebesar 100% (target Renstra 2013-2018).

Indikator kinerja “Prosentase layanan pengaduan masyarakat secara

online yang ditindaklanjuti tepat waktu” dinilai efektif, dengan hasil

127

kinerja sesuai dengan target kinerja, serta dapat melakukan efisiensi

dalam melaksanakan pekerjaannya yang terlihat dari realisasi anggaran.

d. Faktor-faktor pendukung pencapaian kinerja

Beberapa faktor yang mendukung pencapaian kinerja indikator

“Prosentase layanan pengaduan masyarakat secara online yang

ditindaklanjuti tepat waktu” pada triwulan 4 Tahun 2016 ini adalah:

1. Tersedianya anggaran yang mencukupi, mendukung keleluasaan

dalam

lekukan kegiatan dan realisasi kinerja;

2. Inovasi dari sisi integrasi dengan system social media, memudahkan

pengguna untuk pengaduan online;

3. SOP kerja yang jelas mendukung percepatan dalam kinerja.

4. Perencanaan dan system quota pada informasi yang disebar melalui

SMS Blast yang terukur.

e. Faktor-faktor penghambat pencapaian kinerja

Faktor yang menghambat pencapaian kinerja indikator

“Prosentase layanan pengaduan masyarakat secara online yang

ditindaklanjuti tepat waktu” pada triwulan 4 Tahun 2016 ini adalah:

1. Sistem pengaduan online tidak memberikan data yang mudah dibaca,

sehingga memerlukan pemrosesan lebih lanjut untuk diolah.

2. Sistem pengaduan online milik pemerintah pusat, sehingga modifikasi

terhadap sistem tidak bisa dilakukan secara leluasa, dan cepat.

f. Solusi/ rekomendasi/ tindak lanjut untuk pencapaian kinerja

128

Dari analisis faktor pendukung dan penghambat, kami

memberikan solusi/ rekomendasi, dan tindak lanjut atas faktor

penghambat yang mungkin muncul kemudian hari. Solusi/ rekomendasi/

tindak lanjut tersebut adalah:

1. Membangun sistem diluar pengaduan online untuk membaca,

mengolah, dan kemudian menyajikan data pengaduan.

2. Menganggarkan mata anggaran untuk realisasi sistem tersebut.

3. Melakukan inovasi lebih lanjut seiring kemajuan teknologi.

129

130

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pelaksanaan e-Government dalam Bentuk Pengaduan Online guna

Meningkatkan Kinerja Pegawai di Dinas Komunikasi dan Informatika Kota

Malang.

Upaya atau cara Pemerintah Kota Malang dalam meningkatkan

kinerja pegawai dalam bentuk pengaduan online yaitu dengan menetapkan

kebijakan/suprastruktur yang menjadi dasar pengembangan e-Government

pada Pemerintah Kota Malang, strategi kedua yaitu menetapkan

kebijakan/suprastruktur yang menjadi dasar Keterbukaan Informasi Publik

pada Pemerintah Kota Malang, strategi ketiga menyediakan infrastruktur

jaringan dalam bentuk, strategi keempat menyediakan infrastruktur sistem

aplikasi, strategi kelima yaitu mengembangkan Sumber Daya Aparatur

(SDA) Pemerintah Kota Malang melalui kegiatan bimbingan teknis bagi

pengelola TIK, rapat koordinasi teknis pengelola TIK, seminar TIK bagi

pengelola TIK, dan strategi yang terakhir menyediakan pendanaan dalam

keterhubungan dengan penanganan pengaduan dan informasi

131

2. Faktor pendukung pelaksanaan e-Government dalam bentuk pengaduan

online guna meningkatkan kinerja pegawai di Dinas Komunikasi dan

Informatika Kota Malang

a. Faktor pendukung dari pelaksanaan e-Government dalam bentuk

pengaduan online guna meningkatkan kinerja pegawai di Dinas

Komunikasi dan Informatika Kota Malang

1. Surat Keputusan Kepala Dinas Kominfo

Surat Keputusan Kepala Dinas Kominfo sangat mendorong untuk

melakasanakan pelayanan pengaduan, dimana di dalamnya terdapat

standar pelayanan publik. Standar pelayanan publik sangat mendorong

berjalannya proses pengaduan di Kota Malang, karena pelayanan

pengaduan mempuyai standar yang ditentukan dalam melayani

sehingga dalam melayani pengaduan harus sesuai dengan Surat

Keputusan Kepala Dinas Kominfo tersebut dan pelayanan pengaduan

menjadi optimal.

2. Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana sangat mendukung dalam melayani masyarakat

terutama dalam pelayanan pengaduan seperti koneksi internet sangat

memudahkan dalam kinerja sehingga komunikasi anatar OPD yang

terkait bisa berjalan dengan mudah dengan adanya akses internet

instansi yang menangani pengaduan tidak usah langsung datang ke

instansi lain cukup melalui koneksi internet atau telpon sudah bisa

berjalan dengan baik.

132

3. Faktor penghambat pelaksanaan e-Government dalam bentuk pengaduan

online guna meningkatkan kinerja pegawai di Dinas Komunikasi dan

Informatika Kota Malang

1. Sistem birokrasi yang ada di Dinas Komunikasi dan Informatika Kota

Malang dipersulit di mana sistem birokrasi yang ada di Pemerintah

Kota Malang Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang

terutama dalam pelayanan pengaduan tidak efektif dan berbelit-belit.

2. Kurangnya petugas informasi di tiap-tiap Instansi atau OPD yang ada

di Pemerintah Kota Malang.

3. Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang kurang memberikan

sosialisasi dalam informasi pengaduan yang ada sehingga pengaduan

di Kota Malang bisa terpublikasikan secara merata.

B. Saran

Berdasarkan pada kesimpulan di atas, maka Dinas Komunikasi dan

Informatika Kota Malang disarankan untuk melakukan hal-hal sebagai

berikut:

1. Mengefektifkan sistem yang ada di Dinas Komunikasi dan Informatika

Kota Malang terutama dalam pelayanan pengaduan agar tidak berbelit-

belit. Sehingga pelayanan pengaduan yang ada bisa berjalan sesuai

standar yang ada.

2. Merekruitmen sumber daya manusia atau dengan cara menempatkan

sumber daya manusia yang ada sesuai dengan bidang tugas yang

133

menguasainya agar tiap-tiap instansi atau OPD yang ada di Pemerintah

Kota Malang terdapat petugas informasi untuk mempermudah

komunikasi antar instansi atau OPD.

3. Memberikan sosialisasi setiap bulan minimal dua kali atau pemerintah

bekerjasama dengan elemen masyarakat baik komunitas atau lembaga

sosial masyarakat (LSM) yang ada di Kota Malang untuk memberikan

informasi tentang pengaduan yang sudah ada, sehingga pengaduan di

Kota Malang bisa terpublikasikan secara merata

134

133

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian : Sut Pendekatan Praktek. Jakarta

: PT. Rineka Cipta.

Ely Sufianti. 2007. Aplikasi E-Government dalam Meningkatkan Kualitas

Pelayanan Publik pada beberapa Pemerintah Daerah Kota dan

Kabupaten di Indonesia, Jurnal Ilmu Administrasi STIA LAN Bandung

VOL. IV, No.1, 356

Gunawan, Cakti Indra. 2015. Sistem Informasi Manajemen dan E-Government.

Puwokerto: CV. IRDH (Research & Publishing) Anggota IKAPI.

Hadi, Anwar. 2000. Sistem Manajemen Mutu Laboratorium. Jakarta : Gramedia.

Hasibuan, Zainal,A. 2007. Langkah-Langkah Strategis Dan Taktis

Pengembangan E-Government Untuk Pemda. Jurnal Sistem Informasi

MTI UI Vol 3 – No. 1 – April.

Hunger, David K. dan Thomas L. Wheelen. 2003. Manajemen Strategis.

Yogyakarta: Penerbit Andi.

Indrajit, R.E.I. 2002. Membangun Aplikasi E-Government. Jakarta: PT Elek

Media Komputindo.

________________. Electronic Government Strategi Pembangunan dan

Pengembangan Sistem Pelayan Publik Berbasis Teknologi Digital. Andi:

Yogyakarta.

Junaidi. 2005. “e-Government dalam Bingkai Reformasi Administrasi Publik

Menuju Good Governance”. Jurnal Kebijakan dan Administrasi Publik

(JKAP) Program Pasca Sarjana Magister Administrasi Publik Universitas

Gadjah Mada Volume 9, No. 1, 59 - 60.

Laporan Tahunan Diskominfo 2016-1017

Laporan Rencana Kinerja 2017

Laporan Pencapaian Target 2016

134

Liputo, Siti Mutia Nurcahyani. 2015. Penerapan E-Government Kelurahan di

Kantor Kelurahan Karampuang Kecamatan Panakkukang Kota

Makassar. Skripsi Administrasi Negara Universitas Hasanuddin.

Manajemen Pengaduan Masyarakat dalam Pelayanan Publik Direktorat Aparatur

Negara Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

[Internet], pp.150-190. Diunduh dari: <http://bappenas.go.id/2010/>

[Accessed 30 Januari 2017].

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: Refika

Aditama.

Mardalis. 1995. Metode Penelitian Suatu Pendekatann Proposal. Jakarta: Bumi

Aksara.

Marzuki, Peter Mahmud. 2007. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana.

Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Miles, M.B., Huberman, A.M., & Saldana, j. 2014. Qualitative Data Analysis: A

Methods Sourcebook (3nd ed). Thousand Oaks, CA: Sage.

___________________________.1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber

Metode-Metode Baru. Jakarta: UI Press.

Nasution M. 2004. Manajemen Jasa Terpadu. Bogor: Ghalia Indo.

Nazir, Mohammad. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Prasetya, Dimas Ramdhana. 2013. Analisis Pengelolaan Pengaduan Masyarakat

dalam Rangka Pelayanan Publik (Studi Pada Dinas Komunikasi dan

Informatika Kota Malang). Jurnal Administrasi Publik (JAP) Universitas

Brawijaya Malang, Vol.2, No.1.

Purnami, Dewi. 2011. Pengaruh Penerapan E-Government terhadap Kinerja

Pegawai di Dinas Pendidikan Kota Cilegon. Jurnal Ilmu Administrasi.

Serang

Purwoko, Bambang. 2008. Penelitian Kualitatif. www.bpurwoko.staff.ugm.ac.id,

diakses tanggal 5 April 2015.

Putra, Bayu Anugerah. 2013. Modul Penanganan Pengaduan Masyarakat Dalam

Diklat Teknis Substantif Spesialisasi Kepatuhan Internal. Kementerian

Keuangan RI Badan Diklat Keuangan Pendidikan Bea Dan Cukai.

Jakarta.

135

Salusu, J. 1996. Pengambilan Keputusan Stratejik : untuk Organisasi Publik dan

Organisasi Nonprofit. Jakarta, Grasindo.

Santana, Septiawan. 2007. Menulis Ilmiah Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia.

Sedarmayanti. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi

dan Manajemen PNS. Bandung: Refika Aditama.

Sentaso, Prawiro. 1999. Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rhika

Cipta.

Setiadi, H. & Tejoyuwono, P. 2007. ―Web services sebagai solusi

interoperabilitas antar aplikasi e-Government

Siagian, Sondang P. 1998. Manajemen Stratejik. Cetakan Kedua. Jakarta, Bumi

Aksara.

Simangunsong, Jumadi. 2010. Pengembangan E-Government di Indonesia.

Universitas Indonesia: Jakarta.

Siswanto, Bedjo. 1996. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Ghalia.

Soekanto, Soerjono. 2007. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta : UIPress.

Sudrajat, Raharwindy Kharisma. 2013. Efektivitas Penyelenggaraan E-

Government pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Malang.

Jurnal Administrasi Publik (JAP) Universitas Brawijaya Malang, Vol. 3,

No. 12.

Sugiyono. 2010. Metode penelitian pendidikan kuantitatif,kualitatif, dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Surya Malang. Penduduk Kota Malang Bertambah 1,58 Persen Tiap Tahun.

Diakses pada tanggal 15 September 2017

Tjiptono, Fandy. 2002. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andy Offset.

Umi Sumbulah, Islam “Radikal” dan Pluralisme Katolik, Studi Konstruksi Sosial

Aktivis Hizb Al-Tahrir dan Majelis Mujahidin di Kota Malang Katolik

Kristen dan Yahudi (Jakarta:Badan Litbang dan Diklat Kementrian

Katolik RI 2010), 116-123

http://kominfo.malangkota.go.id/layanan-publik/pengaduan-online/. Diakses pada

tanggal 31 Januari 2017 pukul 21:46 WIB.

136