Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

43
PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

description

Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU (Layanan Usaha)

Transcript of Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

Page 1: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN

PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN

PPK BLU

Page 2: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sejak pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan Undang-Undang (UU) No. 22

Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang sudah direvisi menjadi UU No.

32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, seluruh pemerintah

Kabupaten/Kota telah melakukan penataan kelembagaan. Penataan

kelembagaan dilakukan dengan diterbitkannya Peraturan Daerah (Perda) tentang

Susunan Perangkat Daerah dan Sekretariat DPRD Provinsi, Kabupaten/Kota

terkait yang mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang

Organisasi Perangkat Daerah. Dalam hubungan ini telah dilakukan pembentukan

struktur organisasi baru Pemerintahan Kabupaten/Kota yang sekaligus

mengakomodasi seluruh Lembaga/urusan yang merupakan kewenangan baru

Pemerintah Kabupaten/Kota masing-masing berdasarkan Surat Keputusan (SK)

Bupati/Walikota.

Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota) mempunyai peranan penuh dalam

pengelolaan pembangunan daerah, sedangkan pemerintah pusat mempunyai

fungsi memberikan bantuan teknis berupa pembinaan kepada daerah.

Departemen Pekerjaan Umum memiliki fungsi untuk memberikan bantuan teknis

pembangunan dalam penanganan infrastruktur kota dan desa untuk menunjang

pembangunan ekonomi daerah, serta untuk mendukung fungsi Departemen

Pekerjaan Umum, Sub Direktorat Pengelolaan dan Pengusahaan, Direktorat

Pengembangan PLP, Ditjen. Cipta Karya, yang salah satu fungsi utamanya adalah

melakukan pembinaan teknik kelembagaan PLP (Penyehatan Lingkungan

Pemukiman) yang meliputi bidang persampahan, air limbah, dan drainase sesuai

dengan Permen PU No. 286/PRT/M/2005.

Untuk menunjang kegiatan teknis operasional/kegiatan teknis penunjang dinas

yang menangani bidang PLP, daerah dapat membentuk Unit Pelaksana Teknis

Dinas, misalnya saja Dinas Kebersihan dapat membentuk UPTD pengelola

Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Dalam pelaksanaannya dirasa perlu adanya

perangkat daerah yang khusus menangani pengelolaan persampahan dengan

menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah

sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 tentang

Page 3: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

2

Pengelolaan Keuangan BLU dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61

Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan badan Layanan

Umum Daerah, maka dari itulah disusun Pedoman Penyelenggaraan

Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK-BLU.

1.2 MAKSUD & TUJUAN

Maksud dari Petunjuk Teknis ini adalah untuk memberikan arahan kepada

perangkat Pemerintah Daerah terkait dalam pembentukan Badan Layanan Umum

Daerah Unit Pengelola Teknis Daerah (BLUD-UPTD) bidang persampahan yang

profesional, efektif dan efisien, serta memenuhi semua persyaratan sesuai

dengan peraturan yang berlaku.

Tujuannya adalah meningkatkan pelayanan dan profesionalitas pengelolaan

bidang persampahan serta efisiensi anggaran, sehingga dapat memberikan

pelayanan yang baik dan berkesinambungan kepada masyarakat.

1.3 SASARAN

Sasaran yang hendak dicapai adalah mendorong kepada terbentuknya perangkat

daerah yang khusus mengelola persampahan dengan menerapkan PPK-BLUD

dalam rangka meningkatkan kinerja pengelolaan sampah kepada masyarakat

tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya

didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas, dengan menerapkan praktek-

praktek bisnis yang sehat.

1.4 RUANG LINGKUP

Petunjuk Teknis ini memuat ketentuan-ketentuan dan prinsip penyelenggaraan

BLUD-UPTD, penyiapan BLUD-UPTD, penyelenggaraan BLUD-UPTD, monitoring

dan evaluasi serta pelaporan BLUD- UPTD.

Page 4: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

3

1.5 PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

1.5.1 Penyelenggaraan Teknis

Penyelenggaraan teknis pengelolaan persampahan yang dilakukan oleh BLUD-

UPTD Persampahan dapat merupakan sebagian atau keseluruhan dari kegiatan-

kegiatan sebagai berikut :

a. Pengumpulan Sampah

Kegiatan pengumpulan sampah adalah kegiatan untuk mengumpulkan

sampah dari setiap sumber sampah. Pola pengumpulan sampah biasanya

terdiri dari dua : pola langsung dan pola tidak langsung. Pola langsung

biasanya pengumpulan dilakukan dengan menggunakan truk kemudian

langsung dibuang ke TPA, sedangkan pola tidak langsung biasanya dilakukan

dengan menggunakan gerobak atau armada sejenisnya kemudian dibawa ke

Tempat Penampungan Sementara (TPS) atau Transfer Depo (TD).

b. Pengelolaan di TPS (Tempat Penampungan Sementara)

TPS ini umumnya berupa lahan terbuka yang dilengkapi dengan container

dengan kapasitas 8 – 10 m3, atau berupa Transfer Depo (TD) yang dirancang

sedemikian rupa sehingga memudahkan proses pemindahan dari gerobak ke

armada truk.

c. Pengolahan Sampah Skala Kawasan

Untuk pengelolaan sampah skala kawasan yang dikelola dengan pola 3R maka

sampah yang dikumpulkan dari masing-masing sumber dibawa ke lokasi

pengolahan skala kawasan untuk diproses lebih lanjut. Proses yang dilakukan

dapat terdiri dari: pemilahan, pencacahan (optional), pengomposan (untuk

sampah organik), pengepakan dan penjualan (untuk sampah non organik),

penanganan sampah B3, dan penanganan residu.

d. Pengangkutan Sampah

Kegiatan pengangkutan sampah adalah kegiatan pengambilan sampah dari

setiap TPS atau pengangkutan residu dari lokasi pengolahan dalam skala

kawasan kemudian diangkut ke TPA. Pengangkutan menggunakan armada

truk, baik arm roll truck, dump truck, maupun compactor truck.

e. Pengelolaan TPA (Tempat Pemrosesan Akhir)

Kegiatan pemrosesan akhir adalah proses pengembalian sampah dan/ atau

residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan (landfilling) secara

aman. Teknik landfilling yang direkomendasikan adalah Controll Landfill atau

Sanitary Landfill.

Page 5: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

4

f. Pengolahan di TPA

Kegiatan pengolahan di TPA adalah upaya pemanfaatan sampah yang sudah

berada di TPA dengan tujuan untuk meminimalkan sampah yang dikembalikan

ke alam (landfilling). Pemanfaatan sampah di TPA dapat dilakukan baik untuk

menghasilkan energy alternative maupun kompos.

1.5.2 Batasan Wilayah Pelayanan

Dilihat dari batasan wilayah pelayanan, penyelenggaraan pengelolaan

persampahan oleh BLUD-UPTD dapat meliputi :

a. Dalam Kota/Kabupaten :

- Seluruh wilayah perkotaan di suatu kota atau urban area di suatu

kabupaten.

- Wilayah tertentu saja suatu kota atau kabupaten, misalnya wilayah

kecamatan tertentu, wilayah pasar, kawasan industri, dan lain-lain

b. Dalam wilayah regional (lintas kota/kabupaten).

Page 6: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

5

BAB II KETENTUAN - KETENTUAN

2.1 KETENTUAN UMUM

Ketentuan Umum dimaksud dalam petunjuk teknis ini adalah sebagai berikut:

1. Badan Layanan Umum Daerah Unit Pengelola Teknis Daerah (BLUD-UPTD)

adalah Unit kerja pada SKPD yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan

Badan Layanan Umum Daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan

kepada masyarakat berkaitan dengan pelayanan pengelolaan persampahan

tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya

didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

2. Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLUD) adalah pola

pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan

untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum

dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

3. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah

perangkat daerah pada pemerintah daerah yang melakukan tugas ke PU-an

dan bertindak selaku pengguna anggaran/barang.

4. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah

kepala badan/dinas/biro keuangan/bagian keuangan yang memiliki tugas

melaksanakan pengelolaan keuangan daerah dan bertindak sebagai

Bendahara Umum Daerah.

5. Rencana Bisnis dan Anggaran BLUD-UPTD yang selanjutnya disingkat RBA

adalah dokumen bisnis dan penganggaran yang berisi program, kegiatan,

target kinerja, dan anggaran suatu BLUD-UPTD.

6. Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah Spesifikasi teknis tolok ukur layanan

minimal yang diberikan oleh BLUD-UPTD kepada masyarakat (pelanggan).

7. Praktek bisnis yang sehat adalah penyelenggaraan fungsi organisasi

berdasarkan kaidah-kaidah manajemen yang baik dalam pemberian layanan

yang bermutu dan berkesinambungan.

Page 7: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

6

2.2 ASAS

1. BLUD-UPTD beroperasi sebagai "unit kerja" Satuan Kerja Perangkat Daerah

untuk tujuan pemberian pelayanan umum (dalam pengelolaan persampahan)

yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh SKPD

induk yang bersangkutan.

2. BLUD-UPTD merupakan bagian perangkat pencapaian tujuan pemerintah

daerah dan karenanya status hukum BLUD-UPTD tidak terpisahkan dari

pemerintah daerah sebagai SKPD induknya.

3. Gubernur/Bupati/Walikota bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan

penyelenggaraan pelayanan umum (pengelolaan persampahan) yang

didelegasikan kepada BLUD-UPTD dari segi manfaat layanan yang dihasilkan.

4. Pejabat yang ditunjuk mengelola BLUD-UPTD bertanggung jawab atas

pelaksanaan kegiatan pemberian pelayanan umum (pengelolaan

persampahan) yang didelegasikan kepadanya oleh Gubernur/Bupati/Walikota.

5. BLUD-UPTD menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan pencarian

keuntungan.

6. Rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja BLUD-UPTD

disusun dan disajikan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari rencana kerja

dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja SKPD

7. BLUD-UPTD mengelola penyelenggaraan layanan umum (pengelolaan

persampahan) sejalan dengan praktek bisnis yang sehat.

2.3 KETENTUAN TEKNIS

BLUD-UPTD Persampahan dapat menyelenggarakan pengelolaan persampahan

baik dalam hal penanganan sampah maupun pengurangan sampah sesuai

dengan Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Persampahan.

• Kegiatan penanganan sampah dapat meliputi : pengumpulan sampah dari

sumbernya baik secara langsung dibuang ke TPA maupun secara tidak

langsung dibawa ke TPS/TD, pengangkutan sampah dari TPS/TD ke TPA, dan

pengelolaan di TPA.

• Kegiatan pengurangan sampah dapat meliputi: pengolahan sampah dalam

skala kawasan maupun pengolahan sampah skala kota.

Page 8: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

7

BAB III PENYIAPAN PEMBENTUKAN BLUD-UPTD

3.1 TATA CARA PEMBENTUKAN BLUD-UPTD PERSAMPAHAN

Tata cara pembentukan BLUD-UPTD Persampahan sesuai dengan Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah serta Surat Edaran Menteri

Dalam Negeri Nomor 900/2759/SJ tanggal 10 September 2008 tentang Pedoman

Peniaian Penerapan PPK-BLUD, dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Pemerintah Propinsi /Kota/ Kabupaten menyiapkan pembentukan

kelembagaannya terlebih dahulu dalam bentuk UPTD (Unit Pelaksana Teknis

Dinas) yang nantinya akan menerapkan PPK-BLUD. Pembentukan UPTD

tersebut sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 tahun 2007

tentang Penataan Organisasi Perangkat Daerah dapat dilakukan dengan

Peraturan Kepala Daerah.

2. UPTD-SKPD yang telah dibentuk, dengan memperhatikan Petunjuk Teknis

Penyiapan Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan oleh BLUD-UPTD dari

Departemen PU, kemudian menyiapkan dokumen administratif untuk

menerapkan PPK-BLUD.

3. Apabila semua persyaratan administrasi telah disiapkan maka : UPTD yang

akan menerapkan PPK-BLUD mengajukan permohonan kepada kepala daerah

melalui Kepala SKPD, dengan dilampiri dokumen persyaratan administratif

tersebut. Format surat permohonan untuk menerapkan PPK-BLUD, tercantum

dalam Lampiran III Permendagri No. 61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah.

4. Setelah dokumen diajukan ke Kepala Daerah, kemudian Kepala Daerah

membentuk Tim Penilai sebagaimana diatur dalam Permendagri No. 61 tahun

2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

Umum Daerah. Sedangkan pedoman penilaian atas pengajuan BLUD-UPTD

tersebut didasarkan pada Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.

900/2759/SJ tanggal 10 September 2008 perihal Pedoman Penilaian

Penerapan PPK- BLUD.

5. Setelah dilakukan penilaian, hasil penilaian disampaikan kepada Kepala Daerah

dalam bentuk Rekomendasi, untuk selanjutnya Gubernur/Bupati/Walikota

membuat surat penolakan (diperuntukkan bagi Unit kerja yang ditolak untuk

menerapkan PPK-BLUD) atau Surat keputusan untuk menerapkan PPK-BLUD

Page 9: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

8

bagi Unit kerja yang diterima untuk menerapkan PPK-BLUD. Penetapan PPK-

BLUD dapat dengan status BLUD-UPTD bertahap atau BLUD-UPTD Penuh.

Penetapan Status Penuh atau Bertahap tergantung dari hasil penilaian yang

dilakukan oleh Tim Penilai.

6. Bila keputusannya BLUD UPTD bertahap maka kepada BLUD-UPTD

tersebut diberi kesempatan paling lama 3 (tiga) tahun untuk mengajukan

BLUD-UPTD penuh.

Prosedur pembentukan UPTD dan pengajuan PPK-BLUD untuk UPTD

Persampahan sebagaimana diuraikan di atas secara diagram dapat dilihat pada

Gambar 3.1.

3.2 DOKUMEN ADMINISTRATIF

Setelah Pemerintah Daerah membentuk UPTD yang akan menerapkan PPK BLUD

maka selanjutnya kepala UPTD menyiapkan Dokumen Administratif.

Ketentuan mengenai Dokumen Administratif tersebut perlu dibuatkan dalam

Peraturan Kepala Daerah (Contoh peraturan terlampir). Adapun dokumen

administratif tersebut terdiri dari :

3.2.1 Surat Pernyataan Kesanggupan untuk Meningkatkan Kinerja

Surat pernyataan tersebut dibuat oleh kepala UPTD dan diketahui oleh kepala

SKPD. Format surat pernyataan tersebut sesuai dalam Lampiran I Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah sebagaimana dapat dilihat

pada lampiran.

Page 10: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

9

3.2.2 Pola Tata Kelola

Pola tata kelola adalah merupakan peraturan internal SKPD atau Unit Kerja yang

akan menerapkan PPK-BLUD. Muatan tata kelola tersebut adalah sebagai berikut

:

a. Struktur Organisasi

Meliputi : jabatan, wewenang dalam organisasi, pembagian tugas dan fungsi,

tanggung jawab. Struktur Organisasi BLUD-UPTD Persampahan harus disusun

berdasarkan tugas dan fungsinya dalam pengelolaan persampahan, serta

mengacu kepada Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2005 tentang

pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, dan Peraturan Menteri

Dalam Negeri No. 61 tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelola

Keuangan Badan Layanan Umum Daerah. Gambar 3.2 berikut ini adalah

contoh Sturktur Organisasi BLUD-UPTD pengelola persampahan untuk BLUD

di propinsi/regional dan Gambar 3.3 contoh Struktur Organisasi BLUD-UPTD

pengelola persampahan untuk BLUD kota/kabupaten, secara umum terbagi

dalam :

1. Pejabat Pengelola BLUD-UPTD, terdiri dari :

• Pemimpin;

• Pejabat Keuangan; dan

• Pejabat Teknis.

2. Pengawas BLUD-UPTD, terdiri dari pengawas internal Pemerintah Daerah

(Inpektorat Daerah) dan pengawas eksternal (Badan Pemeriksa

Keuangan/BPK). Apabila asset/omset BLUD-UPTD telah memenuhi

persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam Permenkeu

No.109/PMK.05/2007 Tentang Dewan Pengawas Badan Layanan Umum

maka dapat dibentuk Dewan Pengawas

Page 11: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

10

Page 12: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

11

Contoh pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab Pengelola BLUD-UPTD

diuraikan pada tabel 3.1 berikut.

Page 13: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

12

Page 14: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

13

b. Prosedur kerja

Meliputi: bagaimana berkomunikasi, berinteraksi dan koordinasi kaitannya

antara wewenang dan tanggung jawab dalam pencapaian kinerja. Prosedur

kerja sebagaimana dimaksud menggambarkan hubungan dan mekanisme

kerja antar posisi jabatan dan fungsi dalam organisasi.

c. Pengelompokan fungsi yang jelas

Dalam hal ini perlu dijelaskan yang mana fungsi pelayanan dan mana

pendukung pelayanan dalam mencapai kinerja. Fungsi pelayanan tersebut

misalnya pengangkutan sampah dari TPS ke TPA, pengelolaan TPA, sedang

pendukung pelayanan misalnya pengelolaan SDM, pemeliharaan sarana dan

prasarana, dan lain-lain.

d. Pengelolaan SDM

Memuat gambaran mengenai kebijakan SDM mulai dari penerimaan pegawai

(rekruietmen), penempatan, sistem remunerasi, jenjang karir, pembinaan, dan

masa purna tugas (PHK). Secara umum pejabat pengelola dan pegawai BLUD-

UPTD dapat terdiri dari pegawai negeri sipil dan/atau tenaga non-pegawai

negeri sipil sesuai kebutuhan BLUD-UPTD. Syarat pengangkatan dan

pemberhentian pejabat pengelola dan pegawai BLUD-UPTD yang berasal dari

pegawai negeri sipil disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan di bidang kepegawaian. Dalam penerimaan pegawai BLUD perlu

memperhatikan kriteria/kualifikasi yang ditetapkan. Berikut ini adalah contoh

kriteria/kualifikasi SDM pengelola BLUD-UPTD pengelola persampahan yang

dapat digunakan :

Page 15: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

14

Page 16: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

15

e. Sistem Akuntabilitas

Perlu dijelaskan terkait dengan sistem akuntabilitas tersebut hubungan antara

Rencana Strategis dan RPJMD. Berdasarkan RBA tahunan tersebut kemudian

dijelaskan mekanisme pengukuran kinerja serta atat ukur yang digunakannya.

Sistem akuntabilitas BLUD-UPTD Pengelola Persampahan terdiri dari asas

akuntabititas program, akuntabilitas kegiatan dan akuntabilitas keuangan.

Akuntabilitas : Program

Perencanaan : Proses penyusunan program BLUD-UPTD dilakukan

berdasarkan Rencana Strategi Bisnis BLUD-UPTD

Persampahan

Pelaksanaan : Pelaksanaan akuntabilitas program dilaksanakan dengan

menunjuk penanggungjawab program yang

bertanggungjawab menjalankan dan melaporkan program ke

Kepala BLUD.

Pengukuran : Ukuran pencapaian program dilakukan sesuai dengan %

realisasi capaian program.

Monitoring : Proses monitoring program dilaksanakan secara bulanan,

triwulan, semesteran dan tahunan dari penanggungjawab

program kepada Kepala SKPD melalui Ketua BLUD-UPTD

Pelaporan : Pelaporan program dilakukan oleh penanggungjawab

program secara periodik setiap bulan, triwutan, semester

dan akhir tahun.

Akuntabilitas : Kegiatan

Perencanaan : Kegiatan dibagi dalam tiga jenis yaitu kegiatan rutin,

insidentil dan kontraktual

Pelaksanaan : Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan oleh unit yang

bertanggungjawab baik menyangkut metode dan

penempatan seluruh sumber dayanya.

Pengukuran : Ukuran pelaksanaan kegiatan adalah tercapainya

Page 17: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

16

kegiatan sesuai dengan laporan realisasi kegiatan dan

penyerahan kegiatan kepada SKPD. Ukuran pencapaian

dilakukan dengan membandingkan jadual dalam rencana

kegiatan dengan realisasinya .

Monitoring : Monitoring kegiatan dilakukan dengan melaporkan

keuangan (SPJ) satu minggu setelah kegiatan selesai. Untuk

kegiatan rutin dilakukan secara periodik (bulanan,

triwulanan, semester, dan tahunan). Sedangkan kegiatan

kontraktual dimonitor sesuai dengan termin yang

diajukan.

Pelaporan : Pelaporan untuk kegiatan yang bersifat insidentil

dilakukan satu minggu setelah kegiatan diselesaikan.

Kegiatan yang bersifat rutin dilaporkan secara bulanan,

triwulanan, semester dan tahunan. Sedangkan kegiatan

yang menggunakan kontraktual dilaporkan sesuai dengan

termin dan prestasi pekerjaan.

Akuntabilitas Keuangan

Perencanaan : Perencanaan keuangan dilakukan sesuai dengan Renstra

Bisnis dan masukan masing-masing unit yang akan dinilai

dengan skala prioritas oleh Bagian Keuangan BLUD-UPTD.

Pelaksanaan : Pelaksanaan akuntabilitas keuangan dilakukan dengan tidak

secara langsung memberikan seluruh uang yang diminta

dalam proposal tetapi diberikan sesuai dengan realisasi

kegiatan yang pokok. Honor dan pajak terkait dengan

dengan kepanitiaan kegiatan ditahan oleh Bagian Keuangan

dan baru dapat dicairkan setelah kegiatan selesai

dilaksanakan.

Pengukuran : Ukuran untuk akuntabititas keuangan adalah kelengkapan

bukti-bukti yang disampaikan dalam laporan SPJ oleh unit ke

Bagian Keuangan BLUD-UPTD. Terhadap bukti-bukti yang

tidak memadai dikembalikan ke unit-unit untuk dilengkapi

dan disesuaikan dengan realisasi kegiatannya.

Monitoring : Monitoring keuangan dilakukan masing-masing unit

dengan mengirimkan laporan keuangan (Laporan SPJ) yang

berisi penyerapan uang dan bukti-bukti

Page 18: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

17

pertanggungjawaban pengetuaran. Laporan ini dikirimkan ke

Bagian Keuangan BLUD-UPTD untuk diteliti dan dievaluasi.

Pelaporan : Pelaporan terkait dengan keuangan dilakukan oleh BLUD-

UPTD dengan menggunakan aplikasi SAK (Standar

Akuntansi Keuangan) yang dikeluarkan oleh Ikatan

Akuntan Indonesia (IAI) secara bulanan, triwulan,

semester dan akhir tahun. Sedangkan secara internal

realisasi keuangan oleh unit-unit dilaporkan secara

bulanan, triwulan, semester dan tahunan ke BLUD-UPTD

dalam hal ini Bagian Keuangan. Bentuk pelaporan

keuangan adalah pertanggungjawaban keuangan yang berisi

Anggaran dan realisasi pengeluaran.

f. Kebijakan pengelolaan keuangan

Berisi tentang kebijakan sistem pengelolaan keuangan apakah

menggunakan standar akuntansi SAK atau SAP, kemudian kebijakan

penentuan tarif (misalnya dengan perhitungan unit cost) atau Subsidi dari

Pemerintah Daerah (APBD).

g. Kebijakan pengelolaan persampahan

Perlu dijelaskan mengenai kebijakan yang digunakan dalam pengelolaan

persampahan. Dalam merumuskan kebijakan tersebut harus merujuk pada

peraturan perundang-undangan yang bertaku seperti UndangUndang No. 18

tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

3.2.3 Rencana Strategis Bisnis (RSB)

Rencana strategis bisnis adalah rencana strategis lima tahunan yang

mencakup, antara lain sejarah berdirinya, landasan hukum keberadaan Unit

Kerja, pernyataan visi, misi, program strategis, pengukuran pencapaian kinerja,

rencana pencapaian lima tahunan dan proyeksi keuangan lima tahunan dari

UPTD tersebut. Menurut Inpres No. 7 tahun 1999, perencanaan strategis

merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama

kurun waktu 1 (satu) hingga 5 (lima) tahun dengan perhitungan potensi, peluang

dan kendata yang ada atau yang mungkin timbul. Pendekatan yang dapat

digunakan dalam penyusunan RSB adalah sebagaimana dilihat dalam Gambar

3.4.

Page 19: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

18

Page 20: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

19

Sebagaimana dapat dilihat dalam gambar di atas mana RSB harus mencakup :

Visi

Suatu gambaran yang menantang tentang keadaan masa depan yang berisikan

cita dan citra yang ingin diwujudkan.

Misi

Sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan sesuai visi yang ditetapkan, agar

tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik.

Program Strategis

Program yang berisi rencana kegiatan yang berorientasi pada hasil yang ingin

dicapai selama kurun waktu 1 sampai 5 tahun dengan memperhitungkan potensi,

peluang, dan kendala yang mungkin ada atau timbul.

Program strategis mencakup:

• Program lima tahunan;

• Kesesuaian antara visi, misi, program, kegiatan, dan pengukuran

pencapaian kinerjanya;

• Indikator kinerja lima tahunan, yang berupa indikator administratif,

keuangan, dan pelayanan.

Pengukuran Pencapaian Kinerja

Pengukuran yang dilakukan dengan menggambarkan apakah keluaran kegiatan

tahun berjalan dapat tercapai, dengan disertai analisis atas faktor-faktor internal

dan eksternal yang mempengaruhi tercapainya kinerja tahun berjalan.

Sistematika penyusunan RSB dapat dilihat dalam Lampiran.

3.2.4 Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Standar pelayanan minimal (SPM) memuat batasan minimal mengenal jenis dan

mutu layanan dasar yang harus dipenuhi oleh Unit Kerja. Untuk menjamin

ketersediaan, keterjangkauan dan kuatitas pelayanan umum yang diberikan oleh

BLUD, kepala daerah menetapkan standar pelayanan minimal (SPM) BLUD

dengan peraturan kepala daerah. SPM tersebut dapat diusulkan oleh kepala

BLUD-UPTD. Dalam menyusun SPM tersebut harus mempertimbangkan kualitas

layanan, pemerataan, dan kesetaraan layanan serta kemudahan untuk

mendapatkan layanan.

Untuk menyusun SMP harus memenuhi persyaratan:

Page 21: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

20

a. fokus pada jenis pelayanan, artinya mengutamakan kegiatan pelayanan yang

menunjang terwujudnya tugas dan fungsi BLUD

b. terukur, artinya kegiatan yang pencapaiannya dapat dinilai sesuai dengan

standar yang telah ditetapkan

c. dapat dicapai, kegiatan nyata, artinya dapat dihitung tingkat pencapaiannya,

rasional, sesuai kemampuan dan tingkat

d. relevan dan dapat diandalkan, artinya kegiatan yang sejalan, berkaitan dan

dapat dipercaya untuk menunjang tugas dan fungsi BLUD

e. tepat waktu, artinya kesesuaian jadwal dan kegiatan peiayanan yang telah

ditetapkan.

3.2.5 Laporan Keuangan Pokok

Laporan keuangan pokok yang dimaksud adalah merupakan laporan

keuangan UPTD sebelum menerapkan PPK-BLUD, sesuai dengan Standar

Akutansi Pemerintahan sebagaimana diatur datam Peraturan Pemerintah Nomor

24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), atau

menyampaikan prognosa/proyeksi laporan keuangan sesuai Standar Akuntansi

Keuangan (SAK) yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia.

Laporan keuangan pokok yang harus disiapkan terdiri dari:

a. laporan realisasi anggaran;

b. neraca; dan

c. catatan atas laporan keuangan.

Prognosa/proyeksi laporan keuangan sebagaimana dimaksud di atas terdiri dari:

a. prognosa/proyeksi taporan operasional; dan

b. prognosa/proyeksi neraca.

Prognosa/proyeksi taporan keuangan tersebut diperuntukkan bagi UPTD yang

baru dibentuk.

Contoh-contoh format laporan keuangan pokok sebagaimana diuraikan di atas

merujuk pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 tahun 2006 sebagaimana

telah direvisi dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 tahun 2007, dapat

dilihat pada lampiran.

3.2.6 Laporan Audit Terakhir atau Pernyataan Bersedia untuk Diaudit

Laporan audit terakhir merupakan laporan audit atas laporan keuangan tahun

Page 22: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

21

terakhir oleh auditor eksternal, sebelum UPTD diusulkan untuk menerapkan PPK-

BLUD. Bila audit terakhir belum tersedia, maka kepala UPTD yang akan

menerapkan PPK-BLUD diwajibkan membuat surat pernyataan bersedia untuk

diaudit oleh lembaga independen, dengan format sesuai Lampiran II Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, sebagaimana dapat dilihat

pada lampiran.

Page 23: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

22

BAB IV PENYELENGGARAAN BLUD-UPTD

4.1 UMUM

Pada dasarnya BLUD-UPTD dibentuk sebagai penyelenggara pengelolaan

persampahan di wilayah perkotaan pada sebuah Kota atau Kabupaten atau lintas

Kota dan Kabupaten datam konteks regional. Lingkup pengetolaan tersebut

dapat dibatasi wilayah petayanan maupun tahapan pengelolaan (pengumpulan,

pengangkutan dan pengelolaan di TPA). Pengelolaan tersebut dimulai dari

tahap perencanaan, operasional, pemeliharaan hingga pengelolaan retribusi.

4.2 PENYELENGGARAAN TEKNIS

Penyelenggaraan teknis pengelolaan sampah oleh BLUD-UPTD baik di wilayah

Kota/Kabupaten maupun propinsi adatah meliputi seluruh kegiatan

pengelolaan baik berupa penanganan maupun pengurangan sampah, yaitu

sebagai berikut :

1. Pola pengumpulan tidak langsung : yaitu kegiatan pengumpulan sampah dari

sumber sampah (konsumen) ke tempat penampungan sementara (TPS) atau

transfer depo (TD) atau transfer station (TS). Untuk kegiatan ini BLUD-UPTD

dapat bekerja sama dengan masyarakat setempat (RT, RW, Desa Adat, dll)

2. Pola pengumpulan langsung : yaitu pengumpulan sampah dari sumber

sampah untuk kemudian langsung dibawa ke TPA (tempat pemrosesan akhir)

3. Pengangkutan dari TPS/TD/TS ke TPA

4. Pengelolaan di TPA.

5. Kegiatan-kegiatan lainnya yang berhubungan dengan pengolahan sampah

dalam rangka mengurangi sampah yang dibuang ke TPA.

4.3 PENGELOLAAN KEUANGAN

4.3.1 Pendapatan dan Biaya BLUD-UPTD

Pendapatan BLUD-UPTD Persampahan

a. Pendapatan BLUD dapat bersumber dari:

- Jasa layanan, yaitu berupa imbalan yang diperoleh dari jasa layanan yang

diberikan kepada masyarakat berdasarkan tarif jasa yang telah ditentukan

Page 24: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

23

- Hibah, baik berupa hibah terikat dan hibah tidak terikat.

- Hasil kerjasama dengan pihak lain, yaitu berupa perolehan dari kerjasama

operasional, sewa menyewa dan usaha lainnya yang mendukung tugas

dan fungsi BLUD-UPTD.

- APBD, yaitu pendapatan yang berasal dari otorisasi kredit anggaran

pemerintah daerah bukan dari kegiatan pembiayaan APBD.

- APBN, yaitu berupa pendapatan yang berasal dari pemerintah dalam

rangka pelaksanaan dekonsentrasi dan/atau tugas pembantuan dan lain-

lain. BLUD datam melaksanakan anggaran dekonsentrasi dan/atau tugas

pembantuan tersebut proses pengelolaan keuangannya diselenggarakan

secara terpisah berdasarkan ketentuan yang berlaku dalam pelaksanaan

APBN.

- Lain-lain pendapatan BLUD yang sah, antara lain :

o hasil penjualan kekayaan yang tidak dipisahkan;

o hasil pemanfaatan kekayaan;

o jasa giro;

o pendapatan bunga;

o keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;

o komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari

o penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh BLUD;

o hasil investasi.

b. Seluruh pendapatan BLUD-UPTD kecuali yang berasal dari hibah terikat, dapat

dikelola langsung untuk membiayai pengetuaran BLUD sesuai RBA.

c. Hibah terikat diperlakukan sesuai peruntukannya.

d. Seluruh pendapatan BLUD UPTD sebagaimana disebutkan di atas

dilaksanakan melalui rekening kas BLUD-UPTD dan dicatat dalam kode

rekening kelompok pendapatan asli daerah pada jenis lain-lain

pendapatan asli daerah yang sah dengan obyek pendapatan BLUD, rincian

obyek BLUD-UPTD Persampahan.

e. Format laporan pendapatan BLUD-UPTD tercantum dalam Lampiran IV

Permendagri No. 61 tahun 2007, sebagaimana dapat dilihat pada Lampiran.

Biaya UPTD BLUD Persampahan

a. Biaya BLUD UPTD merupakan biaya operasional dan biaya non

operasional. Biaya operasionat tersebut mencakup seluruh biaya yang

menjadi beban BLUD-UPTD dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi.

Page 25: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

24

Sedangkan biaya non operasional mencakup seluruh biaya yang menjadi

beban BLUD-UPTD dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi.

b. Biaya BLUD-UPTD tersebut dialokasikan untuk membiayai program

peningkatan pelayanan, kegiatan pelayanan dan kegiatan pendukung

pelayanan, dan dialokasikan sesuai dengan kelompok, jenis, program dan

kegiatan.

c. Biaya operasional UPTD-BLUD terdiri dari

- Biaya pelayanan; yaitu seluruh biaya operasional yang berhubungan

langsung dengan kegiatan pelayanan, yang meliputi :

o biaya pegawai.

o biaya bahan.

o biaya jasa pelayanan.

o biaya pemeliharaan.

o biaya barang dan jasa.

o biaya pelayanan lain-lain.

- Biaya umum dan administrasi, yaitu seluruh biaya operasional yang tidak

berhubungan langsung dengan kegiatan pelayanan, yang meliputi :

o biaya pegawai.

o biaya administrasi kantor.

o biaya pemeliharaan.

o biaya barang dan jasa.

o biaya promosi.

o biaya umum dan administrasi lain-lain.

d. Biaya non operasional UPTD BLU terdiri dari :

- biaya bunga.

- biaya administrasi bank.

- biaya kerugian penjualan aset tetap.

- biaya kerugian penurunan nilai.

- biaya non operasional lain-lain.

e. Seluruh pengeluaran biaya BLUD yang bersumber dari :

- jasa layanan,

- hibah,

- hasil kerjasama dengan pihak lain,

- lain-lain pendapatan BLUD yang sah,

disampaikan kepada PPKD setiap triwulan. Pengeluaran tersebut dilakukan

dengen menerbitkan SPM Pengesahan yang dilampiri dengan Surat Pernyataan

Page 26: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

25

Tanggungjawab (SPTJ). Format SPTJ, tercantum dalam Lampiran V Permendagri

No. 61 tahun 2007. Sedangkan format laporan pengeluaran BLUD-UPTD sesuai

Lampiran VI Permendagri No. 61 tahun 2007 sebagaimana dapat dilihat pada

Lampiran.

f. Pengeluaran biaya BLUD diberikan fleksibilitas dengan mempertimbangkan

volume kegiatan pelayanan, yang diatur sebagai berikut :

- Fleksibilitas pengeluaran biaya BLUD-UPTD tersebut merupakan

pengeluaran biaya yang disesuaikan dan signifikan dengan perubahan

pendapatan dalam ambang batas RBA yang telah ditetapkan secara

definitif. Ketentuan mengenai ambang batas tersebut adalah :

� Ambang batas ditetapkan dengan besaran persentase.

� Besaran persentase ditentukan dengan mempertimbangkan

� fluktuasi kegiatan operasional BLUD-UPTD.

� Besaran persentase ditetapkan dalam RBA dan DPA BLUD-UPTD oleh

PPKD.

� Persentase ambang batas tertentu sebagaimana dimaksud di atas,

merupakan kebutuhan yang dapat diprediksi, dapat dicapai, terukur,

rasionat dan dapat dipertanggungjawabkan.

- Fleksibilitas pengetuaran biaya tersebut hanya bertaku untuk biaya BLUD-

UPTD yang berasal dari pendapatan selain dari APBN/APBD dan hibah

terikat.

- Fleksibilitas pengeluaran biaya BLUD-UPTD tersebut tidak berlaku untuk

BLUD-UPTD bertahap.

- Dalam hal terjadi kekurangan anggaran, BLUD-UPTD mengajukan usulan

tambahan anggaran dari APBD kepada PPKD melalui Kepala SKPD.

4.3.2 Penentuan Tarif Layanan BLUD-UPTD

BLUD-UPTD dapat menyusun struktur dan besaran tarif jasa layanan sesuai

dengan ketentuan yang tercantum dalam Bab IX Peraturan Menteri Dalam Negeri

No. 61 tahun 2007, dengan memperhatikan hat-hat berikut :

a. Memungut biaya kepada masyarakat dilakukan sebagai imbalan atas barang

dan/atau jasa layanan yang diberikan.

b. Imbalan atas barang dan/atau jasa layanan sebagaimana dimaksud di atas

ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan biaya

satuan per unit layanan atau hasil per investasi dana.

c. Tarif sebagaimana dimaksud di atas termasuk imbal hasil yang wajar dari

Page 27: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

26

investasi dana dan untuk menutup seluruh atau sebagian dari biaya per unit

layanan.

d. Tarif layanan sebagaimana dimaksud di atas dapat berupa besaran tarif atau

pola tarif sesuai jenis layanan BLUD-UPTD yang bersangkutan.

e. Tarif layanan BLUD-UPTD diusulkan oteh pemimpin BLUD-UPTD kepada

kepala daerah melalui kepala SKPD.

f. Tarif layanan sebagaimana dimaksud di atas ditetapkan dengan peraturan

kepala daerah dan disampaikan kepada pimpinan DPRD.

g. Penetapan tarif layanan harus mempertimbangkan kontinuitas dan

pengembangan layanan, daya beli masyarakat, serta kompetisi yang sehat.

h. Kepala daerah dalam. menetapkan besaran tarif dapat membentuk tim, yang

keanggotaannya dapat berasal dari:

(1) pembina teknis, yaitu kepala SKPD;

(2) pembina keuangan, yaitu PPKD;

(3) unsur perguruan tinggi; dan

(4) lembaga profesi.

i. Peraturan kepala daerah mengenai tarif tayanan BLUD-UPTD dapat dilakukan

perubahan sesuai kebutuhan dan perkembangan keadaan.

j. Perubahan tarif sebagaimana dimaksud di atas dapat ditakukan secara

keseluruhan maupun per unit layanan.

k. Proses perubahan tarif tersebut berpedoman pada ketentuan Pasal 58

Permendagri No. 61 tahun 2007.

4.3.3 Perencanaan dan Penganggaran

Dalam rangka perencanaan dan penganggaran kaitan dengan pengelolaan

keuangan BLUD-UPTD maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. BLUD-UPTD menyusun Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) tahunan yang

berpedoman kepada renstra bisnis BLUD-UPTD.

b. Penyusunan RBA tahunan tersebut disusun berdasarkan prinsip : anggaran

berbasis kinerja, perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanan,

kebutuhan pendanaan dan kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan

diterima dari masyarakat, badan lain, APBD, APBN dan sumber-sumber

pendapatan BLUD-UPTD lainnya

c. RBA tahunan memuat :

- Kinerja tahun berjalan; yang meliputi :

• hasil kegiatan usaha,

Page 28: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

27

• faktor yang mempengaruhi kinerja,

• perbandingan RBA tahun berjalan dengan realisasi,

• laporan keuangan tahun berjalan, dan

• hal-hal lain yang perlu ditindaklanjuti sehubungan dengan

pencapaian kinerja tahun berjalan.

- Asumsi makro dan mikro; yang antara lain meliputi

• tingkat inflasi,

• pertumbuhan ekonomi,

• nilai kurs,

• tarif,

• volume pelayanan.

- Target kinerja, antara lain memuat :

• perkiraan pendapaian kinerja pelayanan; dan

• perkiraan keuangan pada tahun yang direncanakan.

- Analisis dan perkiraan biaya satuan, merupakan perkiraan biaya per unit

penyedia barang dan/atau jasa pelayanan yang diberikan, setelah

memperhitungkan seluruh komponen biaya dan volume barang dan/atau

jasa yang akan dihasilkan (lihat contoh perhitungan datam lampiran).

- Perkiraan harga, merupakan estimasi harga jual produk barang dan/atau

jasa setelah memperhitungkan biaya persatuan dan tingkat margin yang

ditentukan seperti tercermin dari tarif layanan.

- Anggaran pendapatan dan biaya, merupakan rencana anggaran untuk

seluruh kegiatan tahunan yang dinyatakan dalam satuan uang yang

tercermin dari rencana pendapatan dan biaya.

- Besaran persentase ambang batas, merupakan besaran persentase

perubahan anggaran bersumber dari pendapatan operasional yang

diperkenankan dan ditentukan dengan mempertimbangkan fluktuasi

kegiatan operasional BLUD.

- Prognosa laporan keuangan, merupakan perkiraan realisasi keuangan

tahun berjalan seperti tercermin pada laporan operasional, neraca, dan

laporan arus kas.

- Perkiraan maju (forward estimate), merupakan perhitungan

kebutuhan dana untuk tahun anggaran berikutnya dari tahun yang

direncanakan guna memastikan kesinambungan program dan kegiatan

yang telah disetujui dan menjadi dasar penyusunan anggaran tahun

berikutnya.

Page 29: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

28

- Rencana pengeluaran investasi/modal, merupakan rencana

pengeluaran dana untuk memperoleh aset tetap.

- Ringkasan pendapatan dan biaya untuk konsotidasi dengan RKA-SKPD,

merupakan ringkasan pendapatan dan biaya dalam RBA yang

disesuaikan dengan format RKA-SKPD.

d. RBA tahunan juga disertai dengan usulan program, kegiatan standar

pelayanan minimal (SPM) dan biaya dari keluaran yang akan dihasilkan.

e. RBA tahunan tersebut disusun dan dikonsolidasikan dengan RKA-SKPD

f. RBA tahunan yang telah dikonsolidasikan kemudian disampaikan kepada

kepala SKPD untuk dibahas sebagai bagian dari RKA-SKPD, selanjutnya

disampaikan kepada PPKD.

g. Selanjutnya oleh PPKD, RKA-SKPD yang didalamnya juga memuat RBA

tahunan BLUD UPTD disampaikan kepada TAPD untuk dilakukan

penelaahan.

h. RBA yang telah dilakukan penelaahan oleh TAPD kemudian disampaikan

kembali kepada PPKD untuk dituangkan dalam Rancangan Peraturan Daerah

tentang APBD.

i. Setelah Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD ditetapkan menjadi

Peraturan Daerah, pemimpin BLUD kemudian metakukan penyesuaian

terhadap RBA untuk ditetapkan menjadi RBA definitif

j. RBA definitif tersebut kemudian dipakai sebagai dasar penyusunan Dokumen

Pelaksanaan Anggaran (DPA)-BLUD untuk diajukan kepada PPKD.

k. DPA-BLUD yang diajukan kepada PPKD tersebut di atas mencakup antara lain

:

- pendapatan dan biaya;

- proyeksi arus kas;

- jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa yang akan dihasilkan.

l. Selanjutnya DPA-BLUD disahkan oleh PPKD sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

m. DPA-BLUD yang telah disahkan setanjutnya menjadi lampiran perjanjian

kinerja yang ditandatangani oleh kepala daerah dengan pemimpin BLUD-

UPTD.

n. Perjanjian kinerja tersebut merupakan manifestasi hubungan kerja antara

kepala daerah dan pemimpin BLUD, yang dituangkan dalam perjanjian kinerja

(contractual performance agreement).

o. Dalam perjanjian kinerja tersebut kepala daerah menugaskan pemimpin BLUD

Page 30: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

29

untuk menyetenggarakan kegiatan pelayanan umum dan berhak mengelola

dana sesuai yang tercantum datam DPA-BLUD.

p. Perjanjian kinerja antara lain memuat kesanggupan untuk meningkatkan

- kinerja pelayanan bagi masyarakat;

- kinerja keuangan;

- manfaat bagi masyarakat.

4.3.4 Pelaksanaan Anggaran

Penarikan Dana APBD

Dalam hal realisasi anggaran BLUD-UPTD perlu memperhatikan hal-hal sebagai

berikut :

a. DPA-BLUD yang telah disahkan oleh PPKD menjadi dasar penarikan dana yang

bersumber dari APBD, yang digunakan untuk belanja pegawai, belanja modal,

barang dan/atau jasa, ditakukan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

b. Penarikan dana untuk belanja barang dan/atau jasa tersebut sebesar selisih

(mismatch) jumlah kas yang tersedia ditambah dengan aliran kas masuk yang

diharapkan dengan jumlah pengeluaran yang diproyeksikan, dengan

memperhatikan anggaran kas yang telah ditetapkan dalam DPA-BLUD.

c. Apabila DPA-BLUD belum disahkan oteh PPKD, BLUD dapat melakukan

pengeluaran uang setinggi-tingginya sebesar angka DPA-BLUD tahun

sebelumnya.

Pengelolaan Kas

Dalam hal pengelolaan kas, BLUD-UPTD menyelenggarakan hal-hal sebagai

berikut :

- perencanaan penerimaan dan pengeluaran kas;

- pemungutan pendapatan atau tagihan;

- penyimpanan kas dan mengelola rekening bank;

- pembayaran;

- perolehan sumber dana untuk menutup defisit jangka pendek; dan

- pemanfaatan surplus kas jangka pendek untuk memperoleh pendapatan

tambahan.

Page 31: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

30

d. Semua transaksi baik pemasukan maupun pengeluaran dilaksanakan melalui

rekening kas BLUD-UPTD yang selanjutnya dilaporkan ke pejabat keuangan

BLUD-UPTD.

Pengelolaan Piutang

a. BLUD-UPTD dapat memberikan piutang sehubungan dengan penyerahan

barang, jasa, dan/atau transaksi yang berhubungan langsung maupun tidak

tangsung dengan kegiatan BLUD-UPTD.

b. Piutang dikelola secara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung

jawab serta dapat memberikan nilai tambah, sesuai dengan prinsip bisnis

yang sehat dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c. BLUD-UPTD melaksanakan penagihan piutang pada saat piutang jatuh tempo.

d. Untuk melaksanakan penagihan piutang tersebut BLUD menyiapkan bukti dan

administrasi penagihan, serta menyelesaikan tagihan atas piutang BLUD-

UPTD.

e. Apabila piutang sulit ditagih maka BLUD-UPTD dapat dilimpahkan

penagihannya kepada kepala daerah dengan dilampiri bukti-bukti valid dan

sah.

f. Piutang dapat dihapus secara mutlak atau bersyarat oleh pejabat yang

berwenang, yang nilainya ditetapkan secara berjenjang.

g. Kewenangan penghapusan piutang tersebut ditetapkan dengan peraturan

kepala daerah, dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

Pengelolaan Utang

a. BLUD-UPTD dapat melakukan pinjaman/utang sehubungan dengan kegiatan

operasional dan/atau perikatan pinjaman dengan pihak lain, baik berupa

pinjaman/utang jangka pendek atau pinjaman/utang jangka panjang.

b. Pinjaman dikelola dan diselesaikan secara tertib, efisien, ekonomis,

transparan, dan bertanggung jawab.

c. Pemanfaatan pinjaman/utang yang berasal dari perikatan pinjaman jangka

pendek hanya untuk biaya operasional termasuk keperluan menutup defisit

kas.

d. Pemanfaatan pinjaman/utang yang berasal dari perikatan pinjaman jangka

Page 32: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

31

panjang hanya untuk pengeluaran investasi/modal.

e. Pinjaman jangka panjang tersebut terlebih dahulu wajib mendapat

persetujuan kepala daerah.

f. Perikatan pinjaman dilakukan oleh pejabat yang berwenang secara berjenjang

berdasar nilai pinjaman.

g. Kewenangan perikatan pinjaman tersebut diatur dengan peraturan kepala

daerah.

h. Pembayaran kembati pinjaman/utang, menjadi tanggung jawab BLUD.

i. Hak tagih pinjaman/utang BLUD menjadi kadaluwarsa setelah 5 (lima) tahun

sejak utang tersebut jatuh tempo, kecuali ditetapkan lain menurut undang-

undang.

j. Jatuh tempo sebagaimana dimaksud di atas dihitung sejak tanggal 1 Januari

tahun berikutnya.

k. BLUD-UPTD wajib membayar bunga dan pokok utang yang telah jatuh tempo.

L. Pemimpin BLUD dapat melakukan pelampauan pembayaran bunga dan pokok

sepanjang tidak melebihi nilai ambang batas yang telah ditetapkan dalam

RBA.

Pengelolaan Investasi

a. BLUD-UPTD dapat melakukan investasi sepanjang memberi manfaat bagi

peningkatan pendapatan dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat

serta tidak mengganggu likuiditas keuangan BLUD-UPTD.

b. Investasi tersebut dapat berupa investasi jangka pendek dan investasi Jangka

panjang.

c. Investasi jangka pendek sebagaimana tersebut di atas merupakan investasi

yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama 12 (dua

betas) bulan atau kurang.

d. Investasi jangka pendek tersebut dapat dilakukan dengan pemanfaatan

surplus kas jangka pendek.

e. Investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud pada ayat (1), antara lain :

- deposito berjangka waktu 1 (satu) sampai dengan 12 (dua belas) bulan

dan/atau yang dapat diperpanjang secara otomatis;

- pembelian surat utang negara jangka pendek;

- pembelian sertifikat Bank Indonesia.

f. Karakteristik investasi jangka pendek sebagaimana dimaksud di atas, adalah:

Page 33: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

32

- dapat segera diperjualbelikan/dicairkan;

- ditujukan dalam rangka manajemen kas; dan

- berisiko rendah.

g. BLUD tidak dapat melakukan investasi jangka panjang, kecuali atas

persetujuan kepala daerah.

h. Investasi jangka panjang, antara lain:

- penyertaan modal;

- pemilikan obligasi untuk masa jangka panjang; dan

- investasi langsung seperti pendirian perusahaan.

i. Apabila BLUD-UPTD mendirikan/membeli badan usaha yang berbadan

hukum, kepemilikan badan usaha tersebut ada pada pemerintah daerah.

j. Hasil investasi sebagaimana tersebut di atas merupakan pendapatan BLUD-

UPTD.

k. Pendapatan BLUD UPTD sebagaimana tersebut di atas dapat

dipergunakan secara langsung untuk membiayai pengetuaran sesuai RBA.

Pengelolaan Kerja Sama

Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas petayanan, BLUD-UPTD dapat

melakukan kerjasama dengan pihak lain. Untuk melakukan kerja sama dengan

pihak lain tersebut perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Kerjasama dilakukan berdasarkan prinsip efisiensi, efektivitas, ekonomis dan

saling menguntungkan.

b. Kerja sama tersebut dapat berupa :

- kerjasama operasi, merupakan perikatan antara BLUD-UPTD dengan pihak

lain, melalui pengelolaan manajemen dan proses operasional secara

bersama dengan pembagian keuntungan sesuai kesepakatan kedua belah

pihak,

- sewa menyewa, merupakan penyerahan hak penggunaan/ pemakaian

barang BLUD kepada pihak lain atau sebaliknya dengan imbalan berupa

uang sewa bulanan atau tahunan untuk jangka waktu tertentu, baik

sekaligus maupun secara berkata,

- usaha lainnya yang menunjang tugas dan fungsi BLUD-UPTD; merupakan

kerjasama dengan pihak lain yang menghasilkan pendapatan bagi

BLUD-UPTD dengan tidak mengurangi kualitas pelayanan umum yang

menjadi kewajiban BLUD-UPTD.

c. Hasil kerjasama sebagaimana diuraikan di atas merupakan pendapatan BLUD-

Page 34: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

33

UPTD, dan dapat dipergunakan secara langsung untuk membiayai

pengeluaran sesuai RBA.

Pengadaan Barang dan Jasa

a. Pengadaan barang dan/atau jasa pada BLUD UPTD dilaksanakan

berdasarkan ketentuan yang berlaku bagi pengadaan barang/jasa

pemerintah.

b. Pengadaan barang dan/atau jasa dilakukan berdasarkan prinsip efisien,

efektif, transparan, bersaing, adil/tidak diskriminatif, akuntabel dan praktek

bisnis yang sehat.

c. BLUD-UPTD dengan status penuh dapat diberikan fleksibilitas berupa

pembebasan sebagian atau seluruhnya dari ketentuan yang berlaku umum

bagi pengadaan barang dan/atau jasa pemerintah apabila terdapat alasan

efektivitas dan/atau efisiensi.

d. Fleksibilitas sebagaimana dimaksud di atas diberikan terhadap pengadaan

barang dan/atau jasa yang sumber dananya berasal dari:

- jasa layanan;

- hibah tidak terikat;

- hasil kerja sama dengan pihak lain; dan

- lain-lain pendapatan BLUD yang sah.

e. Pengadaan barang dan/atau jasa sebagaimana tersebut di atas dilakukan

berdasarkan ketentuan pengadaan barang dan/atau jasa yang ditetapkan oleh

pemimpin BLUD-UPTD dan disetujui kepala daerah.

f. Ketentuan pengadaan barang dan/atau jasa yang ditetapkan pemimpin

BLUD-UPTD tersebut harus dapat menjamin ketersediaan barang

dan/atau jasa yang lebih bermutu, lebih murah, proses pengadaan yang

sederhana dan cepat serta mudah menyesuaikan dengan kebutuhan untuk

mendukung kelancaran pelayanan BLUD.

g. Pengadaan barang dan/atau jasa yang dananya berasal dari hibah terikat

dapat dilakukan dengan mengikuti ketentuan pengadaan dari pemberi hibah,

atau ketentuan pengadaan 'barang dan/atau jasa yang berlaku bagi BLUD-

UPTD sepanjang disetujui pemberi hibah.

h. Pengadaan barang dan/atau jasa tersebut ditakukan oleh pelaksana

pengadaan.

i. Pelaksana pengadaan sebagaimana dimaksud di atas, dapat berbentuk tim,

panitia atau unit yang dibentuk oleh pemimpin BLUD-UPTD yang ditugaskan

Page 35: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

34

secara khusus untuk melaksanakan pengadaan barang dan/atau jasa guna

keperluan BLUD-UPTD.

j. Pelaksana pengadaan sebagaimana dimaksud di atas terdiri dari personil yang

memahami tata cara pengadaan, substansi pekerjaan/kegiatan yang

bersangkutan dan bidang lain yang diperlukan.

k. Penunjukan pelaksana pengadaan barang dan/atau jasa sebagaimana

diuraikan di atas, dilakukan dengan prinsip:

- obyektifitas, dalam hal penunjukan yang didasarkan pada aspek integritas

moral, kecakapan pengetahuan mengenai proses dan prosedur pengadaan

barang dan/atau jasa, tanggung jawab untuk mencapai sasaran kelancaran

dan ketepatan tercapainya tujuan pengadaan barang dan/atau jasa;

- independensi, dalam hal menghindari dan mencegah terjadinya

pertentangan kepentingan dengan pihak terkait dalam

melaksanakan penunjukkan pejabat lain baik langsung maupun tidak

langsung; dan

- saling uji (cross check), datam hal berusaha memperoleh informasi dari

sumber yang berkompeten, dapat dipercaya, dan dapat

dipertanggungjawabkan untuk mendapatkan keyakinan yang

memadai datam melaksanakan penunjukkan pelaksana pengadaan lain.

l. Pengadaan barang dan/atau jasa sebagaimana diuraikan di atas

diselenggarakan berdasarkan jenjang nilai yang diatur dalam peraturan kepata

daerah.

Pengelolaan Barang

Dalam hal pengelolaan barang milik BLUD-UPTD maka perlu memperhatikan hal-

hal sebagai berikut :

a. Barang inventaris milik BLUD-UPTD dapat dihapus dan/atau dialihkan kepada

pihak lain atas dasar pertimbangan ekonomis dengan cara dijual, ditukar

dan/atau dihibahkan.

b. Barang inventaris tersebut merupakan barang pakai habis, barang untuk

diolah atau dijual, barang lainnya yang tidak memenuhi persyaratan sebagai

aset tetap.

c. Hasil penjualan barang inventaris tersebut merupakan pendapatan BLUD-

UPTD, dan dituangkan secara memadai dalam laporan keuangan BLUD-UPTD.

d. BLUD-UPTD tidak boleh mengalihkan dan/atau menghapus aset tetap, kecuali

atas persetujuan pejabat yang berwenang.

Page 36: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

35

e. Aset tetap tersebut merupakan aset berwujud yang mempunyai masa manfaat

lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan datam kegiatan BLUD-UPTD

atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum.

f. Kewenangan pengalihan dan/atau penghapusan aset tetap sebagaimana

dimaksud di atas diselenggarakan berdasarkan jenjang nilai dan jenis barang

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

g. Hasil pengalihan aset tetap tersebut merupakan pendapatan BLUD-UPTD dan

diungkapkan secara memadai dalam laporan keuangan BLUD-UPTD.

h. Pengalihan dan/atau penghapusan aset tetap sebagaimana diuraikan di atas

dilaporkan kepada kepala daerah melalui kepala SKPD.

i. Penggunaan aset tetap untuk kegiatan yang tidak terkait langsung dengan

tugas dan fungsi BLUD-UPTD harus mendapat persetujuan kepala daerah

melalui sekretaris daerah.

j. Tanah dan bangunan BLUD disertifikatkan atas nama pemerintah daerah yang

bersangkutan.

k. Tanah dan bangunan yang tidak digunakan dalam rangka

penyelenggaraan tugas dan fungsi BLUD-UPTD, dapat dialihgunakan oleh

pemimpin BLUD-UPTD dengan persetujuan kepala daerah.

Surplus dan Defisit Anggaran

a. Surplus anggaran BLUD-UPTD merupakan selisih lebih antara realisasi

pendapatan dan realisasi biaya BLUD-UPTD pada satu tahun anggaran.

b. Surplus anggaran BLUD-UPTD dapat digunakan dalam tahun anggaran

berikutnya kecuali atas permintaan kepata daerah disetorkan sebagian atau

seluruhnya ke kas daerah dengan mempertimbangkan posisi likuiditas

BLUD-UPTD.

c. Defisit anggaran BLUD-UPTD merupakan selisih kurang antara realisasi

pendapatan dengan realisasi biaya BLUD UPTD pada satu tahun

anggaran.

d. Defisit anggaran BLUD-UPTD dapat diajukan usulan pembiayaannya pada

tahun anggaran berikutnya kepada PPKD.

e. Kerugian pada BLUD-UPTD yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum

atau ketalaian seseorang, diselesaikan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan mengenai penyelesaian kerugian daerah.

Page 37: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

36

Penatausahaan BLUD-UPTD

a. Penatausahaan keuangan BLUD-UPTD paling sedikit memuat:

- pendapatan/biaya;

- penerimaan/pengeluaran;

- utang/piutang;

- persediaan, aset tetap dan investasi; dan

- ekuitas dana.

b. Penatausahaan BLUD-UPTD sebagaimana tersebut di atas didasarkan pada

prinsip pengelolaan keuangan bisnis yang sehat, tertib, efektif, efisien,

transparan, dan dapat dipertanggungjawabkan.

c. Pemimpin BLUD-UPTD menetapkan kebijakan penatausahaan keuangan BLUD-

UPTD, kemudian disampaikan kepada PPKD.

4.3.5 Akuntasi, Pelaporan dan Pertanggungjawaban BLUD-UPTD

Sistem Akutansi

a. BLUD-UPTD menerapkan sistem informasi manajemen keuangan sesuai

dengan kebutuhan praktek bisnis yang sehat.

b. Setiap transaksi keuangan BLUD-UPTD dicatat dalam dokumen pendukung

yang dikelola secara tertib.

c. BLUD-UPTD menyelenggarakan akuntansi dan laporan keuangan sesuai

dengan standar akuntansi keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi

akuntansi Indonesia untuk manajemen bisnis yang sehat.

d. Penyelenggaraan akuntansi dan laporan keuangan sebagaimana tersebut di

atas menggunakan basis akruat, yaitu pemimpin BLUD-UPTD menyusun

kebijakan akuntansi yang berpedoman pada standar akuntansi sesuai jenis

layanannya, baik dalam pengakuan pendapatan, biaya, aset, kewajiban dan

ekuitas dana.

e. Kebijakan akuntansi BLUD UPTD, digunakan sebagai dasar dalam

pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan aset, kewajiban,

ekuitas dana, pendapatan dan biaya.

f. Apabila tidak terdapat standar akuntansi sebagaimana dimaksud di atas

BLUD-UPTD dapat menerapkan standar akuntansi industri yang spesifik

setelah mendapatkan persetujuan dari Menteri Keuangan.

g. BLUD-UPTD mengembangkan dan menerapkan sistem akuntansi dengan

berpedoman pada standar akuntansi yang berlaku untuk BLUD-UPTD yang

bersangkutan dan ditetapkan oleh kepala daerah dengan peraturan kepala

daerah.

Page 38: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

37

Pelaporan dan Pertanggungjawaban BLUD-UPTD

a. Laporan keuangan BLUD-UPTD terdiri dari:

- neraca yang menggambarkan posisi keuangan mengenai aset,

kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu;

- laporan operasional yang berisi informasi jumlah pendapatan dan biaya

BLUD-UPTD selama satu periode;

- laporan arus kas yang menyajikan informasi kas berkaitan dengan aktivitas

operasional, investasi, dan aktivitas pendanaan dan/atau pembiayaan

yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo

akhir kas selama periode tertentu; dan

- catatan atas laporan keuangan yang berisi penjelasan naratif atau rincian

dari angka yang tertera dalam laporan keuangan.

b. Laporan keuangan tersebut disertai dengan laporan kinerja yang berisikan

informasi pencapaian hasil/keluaran BLUD-UPTD.

c. Laporan keuangan tersebut selanjutnya diaudit oleh pemeriksa eksternal

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

d. Setiap triwutan BLUD-UPTD menyusun dan menyampaikan laporan

operasional dan laporan arus kas kepada PPKD melalui kepata SKPD, paling

lambat 15 (lima betas) hari setelah periode pelaporan berakhir.

e. Setiap semesteran dan tahunan BLUD-UPTD wajib menyusun dan

menyampaikan laporan keuangan lengkap yang terdiri dari laporan

operasional, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan

disertai laporan kinerja kepada PPKD melalui kepala SKPD untuk

dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan SKPD, paling tambat 2 (dua)

bulan setelah periode pelaporan berakhir.

f. Penyusunan laporan keuangan sebagaimana dikemukakan di atas untuk

kepentingan konsolidasi, dilakukan berdasarkan standar akuntansi

pemerintahan.

Page 39: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

38

Page 40: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

39

4.4 Pembinaan dan Pengawasan

1. Pembinaan terhadap BLUD UPTD meliputi pembinaan teknis dan

pembinaan keuangan

2. Pembinaan teknis dilakukan oleh Kepala SKPD bidang ke-PUan, yang meliputi

:

a. Teknis operasional

b. Pemeliharaan sarana dan prasarana

3. Pembinaan keuangan dilakukan oleh PPKD

4. Pembinaan dapat dilakukan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan

5. Dalam rangka pembinaan tersebut maka dapat dibentuk Dewan Pengawas

Page 41: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

40

BLUD-UPTD bila realisasi nilai omzet tahunan menurut realisasi anggaran atau

asset menurut neraca yang memenuhi syarat minimal yang tetah ditetapkan

Menteri Keuangan

6. Dewan Pengawas tersebut dibentuk dengan Keputusan

Gubernur/Bupati/Walikota

7. Dalam pemeriksaan internal maka BLUD UPTD dapat membentuk

Pemeriksa Internal BLUD-UPTD yang dibawah langsung Kepala BLUD-UPTD.

Page 42: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

41

BAB V MONITORING DAN EVALUASI

5.1 MONITORING DAN EVALUASI

Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pengelotaan persampahan

dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya

sehingga BLUD-UPTD Persampahan dapat menjalankan tugasnya dengan

baik. Penyelenggara pengelolaan persampahan wajib :

a. Menyampaikan laporan kegiatan penyelenggaraan kepada Pemerintah Daerah

sesuai kewenangannya guna keperluan pemantauan dan evaluasi.

b. Memberikan data yang diperlukan untuk pemantauan dan evaluasi

Pedoman teknis dan tata cara pemantauan dan evaluasi ditetapkan dengan

Peraturan Menteri.

5.2 PELAPORAN

BLUD UPTD Persampahan memberikan informasi dan laporan hasil

penyelenggaraan pengetolaan persampahan Kepada Pemerintah Daerah melalui

SKPD induk. Pelaporan keuangan BLUD-UPTD tersebut didasarkan pada Standar

Akutansi Keungan (SAK) yang diketuarkan oteh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia).

Data dan informasi yang pertu dilaporkan, minimalnya antara lain;

1. Laporan penyelenggaraan pengelolaan sampah dan/ atau pengolahan sampah

pada wilayah pelayanan yang telah ditentukan (untuk kegiatan pengumpulan

dan pengangkutan)

2. Laporan penyelenggaraan pengelolaan dan pengolahan di TPA (untuk lingkup

kegiatan pengelotaan TPA)

3. Laporan mengenai wilayah pelayanan yang disertai gambar peta serta jumlah

penduduk yang dilayani (untuk kegiatan pengumpulan dan pengangkutan)

4. Laporan mengenai jumlah sampah yang dapat diangkut/dikelola/diolah per

satuan waktu (per hari/per butan/ per tahun) untuk kegiatan pengumpulan

dan pengangkutan, serta pengelolaan dan/ atau pengolahan di TPA

5. Untuk BLUD-UPTD yang melakukan pengolahan sampah selain melaporkan

kedua hal di atas juga perlu melaporkan :

a. Komposisi sampah organik, non organic dan B3 yang dikelola per satuan

waktu (per hari/ per bulan/ per tahun)

Page 43: Pedoman Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan dengan Menerapkan PPK BLU

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DENGAN MENERAPKAN PPK BLU

42

b. Jumlah kompos yang dihasilkan serta pendistribusian kompos

c. Hasil penjualan dari kompos, material non organic, dan lain-lain yang

merupakan pendapatan BLUD-UPTD (merupakan bagian dari laporan

keuangan yang tetah dibahas dalam Bab IV)

6. Laporan keuangan secara keseluruhan sebagaimana tetah dikemukakan dalam

Bab IV.

Laporan BLUD-UPTD ditujukan kepada SKPD induk setiap bulan atau triwulan

dengan melampirkan data dan informasi yang diperlukan.