Pedoman KPRS-Isi Gabriel

31
BAB I FALSAFAH, TUJUAN, VISI, MISI FALSAFAH Melayani sesama manusia secara holistik sebagai perwujudan kasih karunia Tuhan yang dilaksanakan secara profesional berdasarkan pada standar pelayanan medis yang berlaku dan meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit dengan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melaksanakan suatu tindakan yang seharusnya dikerjakan. TUJUAN Tujuan yang hendak dicapai oleh Panitia Keselamatan Pasien Rumah Sakit RS ini adalah : 1. Terciptanya budaya keselamatan pasien rumah sakit 2. Terlaksananya program keselamatan pasien rumah sakit secara sistematis dan terarah 3. Menurunkan angka kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit VISI Pelayanan medis yang profesional dengan meningkatkan keselamatan pasien dan mutu pelayanan rumah sakit. MISI 1

description

pedoman

Transcript of Pedoman KPRS-Isi Gabriel

BAB I

FALSAFAH, TUJUAN, VISI, MISI

FALSAFAH

Melayani sesama manusia secara holistik sebagai perwujudan kasih karunia

Tuhan yang dilaksanakan secara profesional berdasarkan pada standar pelayanan medis

yang berlaku dan meningkatkan keselamatan pasien di rumah sakit dengan mencegah

terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan

atau tidak melaksanakan suatu tindakan yang seharusnya dikerjakan.

TUJUAN

Tujuan yang hendak dicapai oleh Panitia Keselamatan Pasien Rumah Sakit RS ini

adalah :

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien rumah sakit

2. Terlaksananya program keselamatan pasien rumah sakit secara sistematis dan

terarah

3. Menurunkan angka kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit

VISI

Pelayanan medis yang profesional dengan meningkatkan keselamatan pasien dan mutu

pelayanan rumah sakit.

MISI

Misi Keselamatan Pasien Rumah Sakit sesuai Undang-undang Rumah Sakit no 44 tahun

2009 adalah :

1. Mengangkat secara nasional fokus keselamatan pasien

2. mendorong terbentuknya kepemimpinan dan budaya rumah sakit yang mencakup

keselamatan pasien dan peningkatan mutu pelayanan

3. mengembangkan standar pedoman keselamatan pasien berbasis riset &

pengetahuan

1

4. Bekerja sama dengan berbagai lembaga yang bertujuan meningkatkan keselamtan

pasien dan mutu pelayanan rumah sakit

BAB II

ADMINISTRASI DAN PENGELOLAAN

Panitia Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS) merupakan wadah profesional

medis yang keanggotaannya berasal dari karyawan RSU St.Gabriel Kewapante baik

medis dan non medis, dan bidang-bidang penunjang,. Tugas Panitia KPRS sesuai dengan

Undang-Undang Rumah Sakit tahun 2009 yaitu mendorong dan membina gerakan

keselamatan pasien di seluruh sarana pelayanan kesehatan di Indonesia. Secara terperinci,

Panitia Keselamatan Pasien RSU St.Gabriel Kewapante memiliki tugas:

a. Menyusun Pedoman Kerja yang memuat antara lain: tujuan, kegiatan, sasaran,

skedul kegiatan dan evaluasi program.

b. Melakukan identifikasi risiko keselamatan pasien dan program meminimalkan

insiden yang mencakup jenis-jenis kejadian yang memerlukan perhatian, mulai dari

Kejadian Nyaris Cidera (Near Miss) sampai dengan KTD (Adverse Event).

c. Menyusun mekanisme kerja untuk menjamin bahwa semua gugus tugas dan

karyawan terintegrasi dan berpartisipasi dalam program keselamatan pasien.

d. Menyusun prosedur “cepat-tanggap” terhadap insiden, termasuk asuhan

kepada pasien yang terkena musibah, membatasi risiko pada orang lain dan

penyampaian informasi yang benar dan jelas untuk keperluan analisis.

e. Menyusun mekanisme untuk menangani berbagai jenis insiden, misalnya

menangani “Kejadian Sentinel” atau kegiatan proaktif untuk memperkecil risiko,

termasuk mekanisme untuk mendukung karyawan dalam kaitan dengan “Kejadian

Sentinel”.

f. Menyusun sistem kolaborasi dan komunikasi terbuka secara sukarela antar

gugus tugas dan antar pengelola pelayanan dengan pendekatan antar disiplin.

g. Menentukan sasaran terukur, dan pengumpulan informasi menggunakan

kriteria objektif untuk mengevaluasi efektivitas perbaikan kinerja rumah sakit dan

keselamatan pasien, termasuk rencana tindak lanjut dan implementasi.

2

h. Direktur RS menetapkan sistem pencatatan, pengumpulan, pelaporan internal

dan eksternal berkaitan dengan insiden termasuk penyediaan informasi yang benar

dan jelas tentang analisis akar masalah KTD, “Kejadian Nyaris Cidera” (Near Miss)

dan “Kejadian Sentinel”.

i. Direktur RS menetapkan sumber daya dan sistem informasi yang dibutuhkan

dalam kegiatan perbaikan kinerja rumah sakit dan perbaikan keselamatan pasien,

termasuk evaluasi berkala terhadap sumber daya tersebut.

j. Sistem yang dimaksud tersebut di atas adalah pengorganisasian, mekanisme

kerja, prosedur terkait program keselamatan pasien, termasuk orang-orang yang

ditunjuk untuk keperluan dan bertanggung jawab melaksanakan sesuai alur pelaporan

yang ditetapkan, termasuk mengatur bagaimana melaksanakan pelaporan yang

diminta oleh Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI dengan judul

LAPORAN INSIDEN (Incident Report).

Dengan adanya panitia keselamatan pasien diharapkan seluruh sumber daya maik

medis maupun non medis di Rumah Sakit dapat didayagunakan secara optimal, untuk

mendukung tercapainya keselamatan paien yang semakin baik dari hari ke hari.

Mengingat demikian kompleksnya tugas-tugas kepanitiaan keselamatan pasien, maka

diambil suatu kebijaksanaan untuk membentuk bidang-bidang dalam panitia KPRS yang

dapat dilaksanakan dan sesuai dengan situasi dan kondisi Rumah Sakit.

Adapun susunan panitia KPRS di RSU St.Gabriel Kewapante adalah sebagai

berikut :

Penanggung Jawab : Direktur RSU St.Gabriel Kewapante

Ketua : dr. Patrik Sebastian Angga Santosa

Sekretaris : Sr.Anastasia Nirung

Anggota :

1. dr. Critine Natalia Gunawan

2. dr . Candida

2. dr . Asep

3. dr. Mario

4. dr. Wyase

3

5. Sr.Theresia Susilowati.

6. Siti Marlin

7. Mateus

8. Sr. Magdalena Apt

9. Elisabeth Martha

10. Sr.Veridiana

11. Yashinta Laruh

12. Ance

13. Ice

14. Hironimus Gaspar

15. Rahman

16. Endang

17. Maria Idelci

18. Ardi

19. Diana

20. Yani

21. Sr.M.Clara

22. Theresia Elista

4

STRUKTUR ORGANISASI

RUMAH SAKIT ST. GABRIEL KEWAPANTE (2012)

PENGURUS YAYASAN

PANITIA-PANITIA DIREKTUR(INOS, K3RS, KPRS, KOMITE MEDIKFarmasi Terapi, PMP) WAKIL DIREKTUR

Kepala Bagian SPI

Koordinator Ka Koordinator Ka Koordinator Ka Koordinator KaInst Pelayanan Inst Penunjang Bag Keuangan Bag Umum

Kepala Bidang Kepala Instalasi Kepala Bagian Kepala Bagian Pelayanan Medik Farmasi Keuangan S.D.M

Kepala Bidang Kepala Instalasi Kepala Bagian Kepala Bagian Keperawatan Laboratorium Akuntansi Tata Usaha

Kepala Instalasi Kepala Instalasi Kepala Bagian Kepala Bagian Gawat Darurat Radiologi P.D.E Rumah Tangga

Kepala Instalasi Kepala Instalasi Rawat Instensif Rehabilitasi Medik

Kepala Instalasi Kepala InstalasiBedah Sentral Gizi

Kepala Instalasi Kepala BagianRawat Bersalin Rekam Medis

Kepala Instalasi Kepala InstalasiRawat Inap Pem. Sarana

Kepala Instalasi Kepala InstalasiRawat Jalan Sanitasi

5

Ka Bag Ka BagBag Pastoral UPKM

SRUKTUR ORGANISASI

PANITIA KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT

RSU ST. GABRIEL KEWAPANTE

(2012)

Penanggung JawabDirektur RSU St.Gabriel

Dr. Yustina Wela.

KetuaDr. Chritine Natalia Gunawan

Bidang I Bidang II Bidang III SekretarisPelaporan Insiden, Pendidikan, Pelatihan PembelajaranAnalisa Data, dan Pembelajaran dan Tindak Lanjut dan Monitoring

Unit Penunjang

Unit 1 Rawat JalanUnit 2 Penunjang MedikUnit 3 Rawat Inap 1Unit 4 Rawat Inap 2

6

UNIT PENUNJANG

PANITIA KESELAMATAN PASIEN RUMAH SAKIT

RSU ST. GABRIEL KEWAPANTE

Unit 1 (Rawat Jalan): - Dr Angga

- Polikilnik : Diana, AMK

- IGD :Siti Marlin, AMK

: Ance Trsnawati

Unit 2 (Penunjang Medik) : - dr Christine Natalia Gunawan

- Apotek : Sr. Magdalena

- Radiologi : Endang

- Laboratorium  : Sr.Veridiana

- Gizi : Yani

: Sr.Maria Clara

- Rekam Medik : Sebastiana Wea

Unit 3 (Rawat Inap 1) : - dr Patrik Sebastian Angga Santosa

- R. Elisabeth : Elisabeth Martha

: Ice Tresnawati

: Johan

: Yashinta Laruh

- R. Yosefa

: Maria Idelci

: Mateus

: Hironimus Gaspar

- R.OK : Ardi Sukardi

7

: Skolastika

BAB III

STAF DAN PIMPINAN

1. KETUA

a. Memimpin Panitia Keselamatan Pasien dalam embuat dan menjalankan

program- program keselamatan pasien di RSU St.Gabriel Kewapante

b. Bertanggung jawab atas pelaksanaan program-program panitia keselamatan

pasien secara menyeluruh dan tersosialisasi yang berada di setiap ruangan di rumah

sakit

c. Memberikan usulan rekomendasi perbaikan sistem keselamatan pasien kepada

direktur atas analisa laporan internal yang diterima

d. Mengkoordinasi kegiatan pelaksanaan keselamatan pasien baik secara

eksternal dan internal

2. SEKRETARIS

a. Menangani tugas-tugas kesekretariatan dan pengelolaan dokumen yang

berkaitan dengan keselamatan pasien dan fungsi sebagai media informasi

b. Bekerja sama dengan Bidang I dalam menerima data laporan insiden

internal, analisa, dan monitoring, untuk kemudian mencatat dan meneruskan

rekomendasi perbaikan sistem keselamatan pasien

c. Bekerja sama dengan Bidang II dalam bidang pelatihan dan sosialisasi

baik bagi tenaga medis dan non medis untuk pengembangan keilmuan keselamatan

pasien dalam hal pencatatan pelaporan resume untuk di sosialisasikan ke rumah

sakit

d. Mengatur jadwal rapat dan meliput/membuat notulen rapat.

3. BIDANG I (Pelaporan Insiden, Analisa Data dan Pengawasan)

8

a. Mengumpulkan data insiden pelaporan secara periodik mingguan baik

lisan dan tertulis

b. Melaksanakan pengecekan identifikasi kejadian, grading resiko, dan

rekomendasi atas data insiden pelaporan

c. Ikut melaksanakan pengawasan di unit penunjang masing-masing agar

sistem pelaporan tetap berjalan dengan baik.

4. BIDANG II (Pendidikan dan Pelatihan)

a. Mengkoordinasi, memotivasi, dan mengembangkan karyawan ke arah

pencapaian tujuan keselamatan pasien

b. Membantu dalam perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pembinaan

dalam bidang keselamatan pasien

c. Berkoordinasi dengan bagian SDM untuk melaksanakan pendidikan dan

latihan bagi karyawan baru dan karyawan lama secara periodik.

5. BIDANG III (Pembelajaran dan Tindak Lanjut)

a. Bersama-sama dalam rapat triwulan pelaporan insiden untuk memberikan masukan

rekomendasi atas laporan yang masuk ke panitia KPRS

b. Melakukan evaluasi terhadap outcome dari setiap program keselamatan pasien di

tiap unit agar proses pembelajaran bisa dilaksanakan.

c. Ikut melakukan pengecekan atas tindak lanjut yang dikerjakan atas rekomendasi

yang diberikan direktur terhadap laporan-laporan insiden

6. UNIT PENUNJANG

a. Melaksanakan fungsi keselamatan pasien di dalam lingkup wilayah

kerjanya

b. Menerima laporan dan melakukan grading setiap insiden di lingkup

wilayah kerjanya

c. Melakukan investigasi sederhana atas hasil grading hijau dan biru di

wilayan kerjanya untuk kemudian dilaporkan ke Panita KPRS

9

d. Menerima feed back dari laporan yang diberikan ke Panitia KPRS untuk

kemudian diimplementasikan dalam perbaikan sistem keselamatan pasien di

lingkup kerjanya.

BAB IV

FASILITAS DAN PERALATAN

FASILITAS

Fasilitas adalah jangkauan pelayanan yang dapat dilaksanakan oleh Panitia KPRS

sesuai tugas pokok dan fungsinya. Panitia KPRS RSU St.Gabriel Kewapante diharapkan

mampu menyediakan fasilitas :

a. Ruangan yang dipakai sebagai tempat untuk semua kegiatan yang

berkaitan dengan Keselamatan Pasien

b. Buku Pedoman Pencatatan, Pengumpulan dan Pelaporan. Insiden

Keselamatan Pasien

c. Buku Standar Prosedur Operasional untuk pendukung pelaksanaan KPRS.

PERALATAN

Peralatan adalah sarana, prasarana, alat, tenaga dan dana yang diperlukan untuk

mendukung terlaksananya kegiatan Panitia KPRS, antara lain :

Sarana dan Prasarana

Ruang kerja untuk sekretariatan KPRS .

Peralatan alat tulis kantor dan komputer beserta printer.

Peralatan komunikasi lengkap, beserta penunjang untuk sosialisasi budaya

keselamatan pasien di lingkungan rumah sakit

Tenaga

Tenaga dokter secukupnya dari unsur tenaga medis purna waktu dan tenaga medis

lainnya yang memenuhi syarat untuk mengisi formasi yang diperlukan dalam Struktur

10

Organisasi Panitia KPRS, antara lain : Ketua Komite Medis, Sekretaris Komite Medis,

Bidang I, II, dan III .

Biaya :

Anggaran kegiatan operasional dari Komite Medis disusun setiap tahun sekali pada

Rencana Pelayanan Kegiatan Rumah Sakit, kemudian realisasi anggaran dimasukkan

dalam anggaran belanja rumah sakit.

BAB V

KEBIJAKAN DAN PROSEDUR

KEBIJAKAN :

Dalam upaya untuk memperlancar proses pelaksanaan kegiatan di panitia KPRS,

perlu ditetapkan kebijakan Panitia KPRS baik yang bersifat internal maupun eksternal.

Beberapa kebijakan yang telah ditetapkan adalah :

Bahwa panitia KPRS RSU St.Gabriel Kewapante berkewajiban menyusun

program kerja tahunan berikut kerangka kerja, serta evaluasi program kerja

tersebut, berikut sosialisasi hasil kerja program tahunan.

Bahwa panitia KPRS menyelenggarakan pengembangan keilmuan tentang

keselamatan pasien dalam bentuk pendidikan dan latihan, baik secara internal

maupun eksternal. Pendidikan dan Pelatihan tersebut ditetapkan dalam bentuk

program kerja Pendidikan dan Latihan, baik secara internal dan eksternal.

Bahwa setiap laporan kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan dan kegiatan

keselamatan pasien perlu diketahui oleh Ketua Panita KPRS.

Bahwa pedoman kegiatan panita KPRS adalah Buku Pedoman Keselamatan

Pasien Rumah Sakit RSU St.Gabriel Kewapante dan Buku Panduan Nasional

KPRS (Patient Safety) edisi 2, tahun 2008, yang telah disahkan oleh direktur.

Bahwa pencatatan insiden Keselamatan pasien mengacu pada pedoman

Pencatatan, pengumpulan dan pelaporan insiden keselamatan pasien (KTD/KNC)

Bahwa panitia KPRS mengadakan pertemuan rutin 1 kali dalam 3 bulan, untuk

membahas, menindaklanjuti laporan insiden KTD/KNC yang diterima untuk

11

kemudian memberikan kesimpulan dan rekomedasi kepada direktur untuk

perbaikan sistem pelayanan. Rapat dipimpin oleh ketua, dan dihadiri oleh seluruh

keanggotaan panitia dan dapat pula orang lain bila dibutuhkan. Bila diperlukan

pertemuan non rutin maka dibuat surat undangan. Tata laksana mengenai

pertemuan diatur oleh sekretaris.

Bahwa hasil rapat didokumentasikan secara tertulis degan notulen Rapat yang

disahkan oleh atasan langsungnya, dan ditindak lanjuti dalam bentuk risalah rapat

dan laporan / rekomendasi kepada direktur.

PROSEDUR

Untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan tersebut diatas perlu ditetapkan

prosedur. Beberapa prosedur kerja yang telah ditetapkan dalam lingkup Keselamatan

pasien dalam hal ini berhubungan dengan bidang Pelayanan Medik, Administrasi dan

Manajemen Rumah Sakit, antara lain :

A. Standar Prosedur Operasional Manajemen Pelayanan Pasien

SPO Pengangkatan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP)

SPO Pola Operasional Pelayanan DPJP

SPO Koordinasi Pelayanan Pasien

SPO Pelayanan Pasien oleh DPJP

SPO Rencana Pelayanan

SPO Informed Consent

SPO Mendidik Pasien

SPO Cara Tranfer Informasi dalam Pelayanan Pasien

B. Standar Prosedur Operasional Keselamatan Pasien

SPO Pelaporan dan Analisa Data

SPO Telaah Insiden KP dan Rekomendasi

SPO Budaya KP di RSU St.Gabriel Kewapante

SPO Dokumentasi Rapat Panitia KPRS

SPO Pendidikan dan Latihan KPRS

SPO Pembuatan Program Kerja KPRS dan Evaluasi

12

BAB VI

PENGEMBANGAN STAF DAN PROGRAM PENDIDIKAN

PENGEMBANGAN STAF

Pengembangan staf diarahkan pada pengembangan sumber daya manusia dengan

menitikberatkan pada penguasaan bidang tugas masing-masing, maupun pengetahuan

tentang keselamatan pasien secara menyeluruh, baik secara teori dan praktek sehingga

mampu dan terampil menjalankan tugasnya secara profesonal dan bermutu, dan

diselaraskan dengan pengembangan KPRS.

Pengembangan staf di panitia KPRS diselaraskan pengembangan unit kerja agar

dapat diperoleh hasil yang maksimal. Setiap staf diberi ksempatan yang sama secara

terbuka untuk dapat mengembangkan diri, sepanjang memenuhi kriteria yang

dipersyaratkan.

PROGRAM PENDIDIKAN

Program pendidikan staf ditujukan untuk melengkapi pengusaan teori dan

ketrampilan dari bidang tugasnya sehingga mampu membuat inovasi. Program ini

ditempuh dengan memberi kesempatan kepada staf untuk mengikuti pelatiahan, kursus,

temu ilmiah, studi banding dan pendidikan formal bidang studi yang sesuai dengan tugas

pokoknya pada setiap kesempatan.

Kesempatan untuk mendapatkan pendidkan bagi staf ini diberikan secara terbuka,

sepanang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dan masih dalam jangkauan

13

kemampuan rumah sakit. Program pendidikan keselamatan pasien dibagi dalam dua

bentuk yaitu internal dan eksternal.

Program pendidikan dan pelatihan internal meliputi pelatihak keselamatan pasien

bagi karyawan / petugas pelaksana yang diadakan di dalam rumah sakit. Pelaksanaannya

adalah dilakukan secara reguler setiap 3 – 6 bulan sekali dalam setahun, supaya budaya

keselamatan pasien semakin tertanam di semua lini rumah sakit. Pelatihan internal ini

terintegrasi dengan sistem diklat tahun SDM, terutama pada orientasi karyawan baru.

Program pendidikan dan pelatihan (diklat) eksternal meliputi pengiriman anggota

panita KPRS untuk mengikuti diklat, seminar dan pelatihan-pelatihan dalam bidang

keselamatan pasien yang di luar lingkup RSU St.Gabriel Kewapante baik itu di dalam

kota semarang, luar kota (lokal) maupun di pusat (Jakarta). Rencana pengiriman untuk

diklat di luar kota, diajukan oleh ketua panitia dengan direktur RS.

Anggaran yang diperlukan oleh kepanitian KPRS dalam pengembagan staff dan

diklat internal maupun eksternal menyeseuaikan dengan program kerja dan anggaran

tahunan rumah sakit.

14

BAB VII

PELAKSANAAN SISTEM KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan Pasien (Patient Safety) RS adalah suatu sistem dimana RS membuat

asuhan pasien lebih aman. Termasuk dalam sistem ini adalah:

a. Penilaian, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko

pasien,

b. Pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak

lanjutnya

c. Implementasi solusi atas insiden untuk meminimalkan timbulnya risiko.

Standar keselamatan pasien itu adalah :

1. Hak Pasien, Dokter Penanggungjawab Pelayanan (DPJP), dan Penjelasan

Kepada Pasien

a. Pasien dan keluarganya mempunyai hak mendapat informasi tentang rencana

dan hasil pelayanan termasuk KTD.

b. Direktur memberi wewenang kepada kelompok Staf Medis Fungsional (SMF)

untuk menetapkan Dokter Penanggungjawab Pelayanan (DPJP).

c. DPJP harus membuat rencana pelayanan yang ditulis dalam berkas rekam

medis.

d. Rencana pelayanan memuat segala aspek pelayanan yang akan diberikan,

termasuk rehabilitasi pasien.

15

e. DPJP wajib memberikan penjelasan secara jelas dan benar kepada pasien dan

keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan, pengobatan atau prosedur untuk

pasien termasuk terjadinya kejadian yang diharapkan dan tidak diharapkan.

f. Setelah memberikan penjelasan, DPJP wajib mencatat dalam berkas rekam

medis pasien bahwa dokter sudah memberikan penjelasan.

g. Setelah pasien/ keluarganya mendapat menjelasan dari DPJP, maka pasien/

keluarganya wajib menyatakan setuju/ tidak setuju dengan bukti menandatangani

informed consent.

h. Secara berkala Panitia Rekam Medis mengadakan evaluasi dengan cara

melakukan pemeriksaan berkas rekam medik secara acak tentang dibuatnya

rencana pelayanan kepada pasien, dilakukannya penjelasan kepada pasien/

keluarganya dan penandatanganan informed consent.

2. Mendidik Pasien (dan Keluarga)

a. RS melakukan pendidikan kepada pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan

tanggung jawab pasien dalam asuhan pasien.

b. DPJP harus memberikan pendidikan kepada pasien (dan keluarga) tentang

kewajibannya terhadap rumah sakit.

c. Hal-hal yang menjadi kewajiban pasien (dan keluarga) adalah:

- Memberikan informasi yang benar, jelas, lengkap dan jujur.

- Mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk hal yang belum dimengerti

- Memahami dan menerima konsekuensi pelayanan.

- Mematuhi instruksi dan menghormati peraturan rumah sakit.

- Memperlihatkan sikap menghormati & tenggang rasa kepada petugas RS.

- Memenuhi kewajiban finansial yang disepakati.

d. Pendidikan kepada pasien (dan keluarga) diberikan dalam bentuk penjelasan

secara lisan, kemudian DPJP mencatat dalam berkas rekam medis pasien bahwa

dokter sudah memberikan penjelasan.

e. Secara berkala diadakan evaluasi dengan cara dilakukan pemeriksaan berkas

rekam medik secara acak tentang pelaksanaan pendidikan kepada pasien.

3. Keselamatan Pasien dan Kesinambungan Pelayanan

16

a. RS menjamin kesinambungan pelayanan dan menjamin koordinasi antar

karyawan dan antar gugus tugas.

b. Antar profesi kesehatan harus mengadakan koordinasi pelayanan dan transfer

informasi untuk mendukung program Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS).

c. Koordinasi pelayanan antar profesi kesehatan tersebut mencakup:

- Koordinasi pelayanan secara menyeluruh mulai dari saat pasien masuk,

pemeriksaan, diagnosis, perencanaan pelayanan, tindakan pengobatan, rujukan

dan saat pasien keluar dari RSU St.Gabriel Kewapante

- Koordinasi pelayanan disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan kelayakan

sumber daya secara berkesinambungan sehingga pada seluruh tahap pelayanan

transisi antar gugus tugas dapat berjalan baik dan lancar.

- Koordinasi pelayanan termasuk peningkatan komunikasi untuk memfasilitasi

dukungan keluarga, pelayanan keperawatan, pelayanan sosial, konsultasi dan

rujukan, pelayanan kesehatan primer dan tindak lanjut lainnya.

- Komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan sehingga dapat

tercapai proses koordinasi yang tanpa hambatan, aman dan efektif.

d. Direktur RSU St.Gabriel Kewapante menetapkan pengaturan koordinasi

pelayanan tersebut dalam bentuk juklak atau standar operating presedur (SOP)

tertulis.

e. Secara berkala harus diadakan evaluasi terhadap pelaksanaan koordinasi dan

transfer informasi meliputi identifikasi masalah atau kelemahan pelaksanaan

koordinasi di lingkungan gugus tugas.

4. Penggunaan Metoda-metoda Peningkatan Kinerja untuk Melakukan Evaluasi,

dan Program Peningkatan Keselamatan Pasien

a. RS harus menyusun sistem untuk membuat proses baru atau memperbaiki proses

yang ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data,

menganalisis secara intensif KTD, dan melakukan upaya perubahan untuk

meningkatkan kinerja keselamatan pasien.

b. RS harus menyusun sistem untuk memonitor dan menganalisis paling sedikit 1

(satu) proses pelayanan resiko tinggi yang potensial terjadi dalam tahun

mendatang, yang dikenal dengan A Failure Modes Effects and Analysis (FMEA).

17

c. Proses penyusunan tersebut mengacu pada visi, misi dan tujuan RSU St.Gabriel

Kewapante kebutuhan pasien, petugas pelayanan kesehatan, kaidah klinis terkini,

praktik bisnis yang sehat, dan faktor-faktor lain yang berpotensi risiko bagi pasien

sesuai dengan “ Tujuh Langkah Menuju Keselamatan Pasien Rumah Sakit ”.

d. RS harus menyusun prosedur pengorganisasian pengumpulan, pengolahan,

analisis, dan pelaporan data yang terkait dengan KTD.

e. RS harus melakukan pengumpulan data kinerja yang antara lain terkait dengan:

pelaporan insiden, akreditasi, manajemen risiko, utilisasi, mutu pelayanan,

maupun keuangan.

f. RS harus melakukan evaluasi intensif terkait dengan semua KTD, dan secara

proaktif melakukan evaluasi kasus risiko tinggi.

g. RS harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis untuk

menentukan perubahan sistem yang diperlukan, agar kinerja dan keselamatan

pasien terjamin.

5. Peran Kepemimpinan Dalam Meningkatkan Keselamatan Pasien

b. Direktur RS menjamin implementasi program keselamatan pasien secara

terintegrasi dalam organisasi melalui penerapan: “Tujuh Langkah Menuju

Keselamatan Pasien Rumah Sakit”.

c. Direktur RS menjamin berlangsungnya program proaktif untuk identifikasi risiko

keselamatan pasien dan program menekan atau mengurangi KTD.

d. Direktur RS mendorong dan menumbuhkan komunikasi dan koordinasi antar

gugus tugas dan karyawan berkaitan dengan pengambilan keputusan tentang

keselamatan pasien.

e. Direktur RS mengalokasikan sumber daya yang adekwat untuk mengukur

peningkatan kinerja rumah sakit dan keselamatan pasien.

f. Direktur RS menetapkan Tim Keselamatan Pasien RSU St.Gabriel Kewapante

sebagai penanggung jawab untuk mengelola program Keselamatan Pasien Rumah

Sakit (KPRS).

6. Mendidik Staf tentang Keselamatan Pasien

a. RS menyusun Pedoman Orientasi bagi staf mencakup keterkaitan jabatan dengan

keselamatan pasien secara jelas.

18

b. RS menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk

meningkatkan dan memelihara kompetensi staf serta mendukung pendekatan

interdisiplin dalam pelayanan pasien.

c. RS harus memiliki unit Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) yaitu satuan kerja

dalam seksi Human Resource Development (HRD) dengan fungsi dan tugas

mengelola pendidikan dan pelatihan bagi karyawan RSU St.Gabriel Kewapante

baik in-house training, on the job training maupun diluar rumah sakit.

d. Unit Diklat RS harus:

- Memiliki program pelatihan dengan topik khusus “Keselamatan Pasien

Rumah Sakit”, meliputi: kerangka acuan, isi pelatihan, teratur dengan jadual

pelatihan triwulan, semester atau tiap tahun.

- Memiliki program orientasi bagi karyawan baru yang memuat topik

keselamatan pasien sesuai dengan tugasnya masing-masing.

- Mengintegrasikan topik keselamatan pasien dalam setiap kegiatan in-service

training dan memberi pedoman yang jelas tentang pelaporan insiden.

- Menyelenggarakan pelatihan tentang kerjasama kelompok (team work) guna

mendukung pendekatan interdisiplin dan kolaboratif dalam rangka melayani

pasien.

7. Komunikasi Merupakan Kunci Untuk Mencapai Keselamatan Pasien

a. RS menyusun proses manajemen informasi untuk memenuhi kebutuhan informasi

internal dan eksternal.

b. RS menjamin transmisi data dan informasi tepat waktu dan akurat.

c. RS menyusun mekanisme identifikasi kendala komunikasi terkait manajemen

informasi.

d. RS menyediakan informasi tentang hasil analisis KTD, Kejadian Nyaris Cedera-

KNC (Near Miss) dan Kejadian Sentinel (Sentinel Event) dan menginformasikan

ke semua gugus tugas terkait dengan program keselamatan pasien.

19

BAB VIII

EVALUASI PROGRAM DAN KESINAMBUNGAN

KRITERIA EVALUASI

Panitia KPRS sebagai unit pelayanan dapat dipandang sebagai wadah suatu sistem

kerja, sehingga untuk keperluan evaluasi perlu ditentukan terlebih dahulu kriterianya dan

tindak lanjut hal-hal yang dievaluasi.

Beberapa hal dalam kepanitiaan yang perlu dikerjakan evaluasi pada kepanitian

KPRS ini adalah :

a. Kebijakan KPRS

b. Pedoman panitia KPRS

c. Standar Prosedur Operasional KPRS

d. Program Kerja Tahunan KPRS

e. Program Kerja Diklat Tahunan KPRS

Evaluasi dikerjakan setiap 3 tahun sekali, apabila masih relevan/perlu direvisi akan

ditindaklanjuti dengan pemberian SK Direktur baru untuk hasil evaluasi hal-hal tersebut

di atas.

BENTUK KEGIATAN

20

Evaluasi program panitia KPRS dilakukan dalam bentuk : rapat, supervisi, pelaporan, dan

telaah insiden KP. Kesinambungan kegiatan dari hasil rapat evaluasi KPRS, dinyatakan

dalam bentuk rekomendasi dari panitita KPRS kepada direktur tentang hasil rapat, baik

rapat 3-6 bulan untuk evaluasi insiden KP, maupun rapat 3 tahunan untuk evaluasi

kebijakan2 yang ada.

BAB IV

PENUTUP

Telah disusun suatu Pedoman KPRS Rumah Sakit. St.Gabriel Kewapante yang dapat

dipakai sebagai acuan pelaksanaan kegiatan Keselamatan Pasien dalam upaya

mempertahankan dan mengembangkan mutu pelayanan medis.

Harapan kami Pedoman ini dapat menjadi acuan dan pedoman bagi kita, khususnya yang

bertugas di Panita KPRS. Pedoman pelaksanaan ini akan ditinjau ulang secara periodik,

oleh sebab itu masukan yang bersifat membangun sangat kami harapkan.

Akhirnya kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

penyusunan Pedoman Panitia Keselamatan Rumah Sakit ini. Semoga Tuhan Yang Maha

Esa selalu menyertai setiap pekerjaan kita.

21