Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja -...

84
Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja “Wellness Program at Workplace” KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2016 613.2 Ind p

Transcript of Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja -...

PedomanKegiatan Keafiatan di Tempat Kerja

“Wellness Program at Workplace”

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA2016

613.2Indp

Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI

Indonesia. Kementerian Kesehatan RI. DirektoratJenderal Kesehatan Masyarakat

Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja“Wellness Program at Workplace” .-

Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2016

ISBN 978-602-416-036-4

1. Judul I. NUTRITIONAL MANAGEMENTII. EXERCISE III. SPORTS

613.2Indp

PedomanKegiatan Keafiatan di Tempat Kerja

“Wellness Program at Workplace”

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA2016

613.2Indp

Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerjaiii

Penerbit : Kementerian Kesehatan RI

Penanggungjawab : Dr. Muchtaruddin Mansyur, MS, SpOk, PhD

Penyusun : dr. Grace Tumbelaka, SpKO dr. Listya Tresnanti Mirtha, SpKO dr. Rachmad Wishnu Hidayat, SpKO dr. Imran Agus Nurali, SpKO dr. Guntur Argana, MKes drg. Sarah Ifke Pasolang, MKM Ika Ratnawati, SKM, MKKK Izra Haflinda Izmil, SKM, M. Kes Sri Amelia, SKM dr. Agung Frijanto, SpKJ dr. Pradono Handojo, MHA dr. Aninda Perdana, B Med Sc dr. Herbet Sidabutar, SpKJ dr. Misbahul Munir, MKK dr. Endriana S. Lubis, MKK, SpOk dr. Nusye Edithe Zamsiar, MS, SpOk dr. Arif Hening M, MKK Dr. Febindra Eka Widisana, MKM Dr. Muh. Daniel Umar

Editor : dr. Indriani Gumuljo

Kontributor : Dr. Pramutia Haryati Harirama, MKK Lisa Trestia Sari, SKM, MM Kartika, SKM, MIPH Junus Sangaoli, SKM Dara Puspita, SKM

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ix

Sambutan Direktur xi

BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Tujuan 9 C. Sasaran 9 D. Ruang Lingkup 9 E. Landasan Hukum 10 F. Pengertian/Definisi 10

BAB II KONSEP KEGIATAN KEAFIATAN DI TEMPAT KERJA 13 A. Aktivitas Fisik di Tempat Kerja 15 B. Perilaku Gizi di Tempat Kerja 18 C. Bantuan Bagi Pekerja dengan Pendekatan Kesehatan Jiwa 20 D. Pengendalian Merokok di Tempat Kerja 24

BAB III PENYELENGGARAAN KEGIATAN KEAFIATAN DI TEMPAT KERJA 27 A. Kegiatan Keafiatan Kelembagaan 27 B. Kegiatan Keafiatan Individu 29

BAB IV PEMBINAAN, PEMANTAUAN DAN EVALUASI KEGIATAN KEAFIATAN 41 A. Pembinaan 41 B. Pemantauan 41 C. Evaluasi 42

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerjav

BAB V PENCATATAN DAN PELAPORAN KEGIATAN KEAFIATAN 45 A. Pencatatan 45 B. Pelaporan 45

BAB VI PENUTUP 47

Daftar Pustaka 49

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerjavi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : 51 Penilaian Cepat Aktivitas Fisik/ Rapid Assessment of Physical Activity (RAPA) 1 dan 2

LAMPIRAN 2 : 54 Form Indeks Massa Tubuh (IMT)

LAMPIRAN 3 : 55 Self-Reporting Questionnaire - 20 (SRQ - 20)

LAMPIRAN 4 : 56 Survei Diagnosis Stres (SDS)

LAMPIRAN 5 : 58 Kuesioner Skrining Stres HOLMES dan RAHE

LAMPIRAN 6 : 59 Kuesioner Adiksi Nikotin FAGERSTROM

LAMPIRAN 7 : 60 Form Monitoring Aktivitas Fisik/Latihan Fisik

LAMPIRAN 8 : 61 Form Skrining Gizi Lanjut

LAMPIRAN 9 : 62 Form Riwayat Pola Makan/Kebiasaan

LAMPIRAN 10 : 65 Form Monitoring Pengembangan Diri

LAMPIRAN 11 : 66 Form Kartu Klien Upaya Berhenti Merokok

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerjavii

KATA PENGANTAR

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerjaix

Salam Sehat, Bugar dan Produktif!

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga buku Pedoman Kegiatan Keafiatan (Wellness) di Tempat Kerja ini da-pat disusun dengan baik.

Jumlah pekerja di Indonesia yang hampir mencapai 60 juta perlu mendapatkan perhatian yang lebih. Para pekerja minimal 8 jam setiap hari berada di tempat kerja dan terpapar oleh berbagai penyebab masalah kesehatan. Direktorat Kesehatan Kerja dan Olahraga menyusun pedoman ini agar menjadi pegangan pelaksanaan kegiatan-kegiatan terkait program keafiatan di tempat kerja.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada tim penyusun dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan pedoman ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga status kesehatan dan kebugaran pekerja dapat meningkatkan produktivitas. Kami senantiasa terbuka un-tuk menerima kritik dan saran demi perbaikan mutu dan penyempurnaan buku ini. Semoga upaya kita bersama bermanfaat bagi bangsa Indonesia.

Jakarta, November 2016 Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga

drg. Kartini Rustandi, MKes

SAMBUTANDIREKTUR JENDERAL KESEHATAN MASYARAKAT

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerjaxi

Dalam rangka mendukung pencapaian tujuan agenda pembangunan berkelanjutan tahun 2030 (Sustainable Development Goals) yang sejalan dengan Nawacita dan RPJMN 2016-2019, maka Kementerian Kesehatan RI melakukan berbagai upaya antara lain peningkatan kesehatan pekerja yang merupakan penopang perekonomian Indonesia. Menurut BPS, Jumlah angkatan kerja tahun 2015 adalah sebanyak 58 juta. Dengan meningkatkan status kesehatan pekerja maka secara tidak langsung status kesehatan masyarakat umumnya juga akan meningkat karena pekerja merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat secara keseluruhan.

Pembangunan kesehatan merupakan salah satu modal pembangunan nasional sekaligus dampak dari hasil pem-bangunan. Pembangunan kesehatan sebagai investasi untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Kebijakan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan IPM dilakukan dengan me-ningkatkan kualitas sumber daya manusia agar semakin tangguh, mandiri, dan berkualitas yang mampu bersaing dalam menghadapi ketatnya persaingan bebas era globalisasi.

Pada saat ini, Indonesia sedang menghadapi beban ganda penyakit. Tingginya angka penyakit menular telah diikuti dengan tingginya angka penyakit tidak menular seperti hipertensi, penyakit jantung, kanker dan diabetes mellitus. Menurut data Riskesdas tahun 2013 diketahui bahwa penyakit-penyakit tersebut diatas mengalami peningkatan yang signifikan sejak tahun 2007. Meningkatnya trend penyakit ini dikarenakan gaya hidup masyarakat yang tidak sehat seperti malas berolahraga, tidak mengonsumsi makanan yang sehat dan seimbang, serta

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerjaxii

merokok. Beban kerja yang berlebihan juga dapat menyebabkan stress yang menjadi pemicu gaya hidup tidak sehat.

Pedoman Kegiatan Keafiatan (Wellness) di Tempat Kerja ini membahas program pengelolaan aktivitas fisik dalam pencapai-an kebugaran jasmani, gizi seimbang, upaya berhenti merokok dan pengelolaan stres di tempat kerja dan pemantauannya secara berkesinambungan. Dengan tersusunnya buku ini sebagai pedoman diharapkan dapat membentuk pekerja Indonesia yang aktif, terampil, sehat dan produktif hingga usia 65 tahun.

Semoga buku Pedoman ini dapat bermanfaat bagi pelaksanaan Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja bagi masyarakat Indoenesia dan masyarakat pekerja. Kami juga berharap buku pedoman ini dapat menjadi petunjuk yang bermanfaat bagi berbagai pihak terkait pekerja dalam upaya meningkatkan derjat kesehatan pekerja yang setinggi-tingginya.

Jakarta, November 2016Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat

dr. Anung Sugihantono, MKes

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan industri semakin kompleks menuntut kom-petensi dan kompetisi yang semakin berat. Kondisi yang dari segi ekonomi memberikan efek positif ternyata tidak selalu diimbangi dengan pola hidup sehat. Dalam situasi tuntutan kerja semakin berat dan kompleks diperlukan pekerja yang sehat secara fisik dan mental untuk meraih tujuan produktif.

Pelaksanaan pembangunan kesehatan membutuhkan pe-rubahan cara pandang dari paradigma sakit ke paradigma sehat. Berbagai upaya pembangunan kesehatan telah banyak dilakukan oleh pemerintah dan telah mengalamikemajuan serta mempunyai peran penting dalam me-ningkatkan kualitas kesehatan penduduk atau masyarakat.

Pembangunan kesehatan sebagai investasi untuk pening-katan kualitas sumber daya manusia diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Kesehatan merupakan salah satu komponen utama dalam pengukuran IPM, selain pendidikan dan pendapatan. Kesehatan juga merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Kebijakan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan IPM dilakukan dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar semakin tangguh, mandiri, dan berkualitas yang mampu bersaing dalam menghadapi ketatnya persaingan bebas era globalisasi.

Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan antara lain ditandai dengan meningkatnya Umur Harapan Hidup

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja1

(UHH). Data Bappenas tahun 2010 menyebutkan bahwa UHH Indonesia berada pada angka 69,0 tahun, sementara hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) oleh BPS menyebutkan UHH menjadi 70,9 tahun pada tahun 2010. RPJMN tahun 2010-2014 menetapkan target UHH 72 tahun, sedangkan Bappenas memprediksikan UHH pada tahun 2025 mencapai usia 73,7 tahun.

Transisi epidemiologi di Indonesia melalui perubahan pola penyakit menular (PM) yang terjadi bersamaan dengan peningkatan Penyakit Tidak Menular (PTM). Di satu sisi penanggulangan PM (diare, malaria, TBC, HIV-AIDS, dan lain-lain) belum tuntas dilakukan, sementara di sisi lain masalah PTM (penyakit jantung-pembuluh darah, hiperten-si, diabetes melitus, obesitas, osteoporosis, kanker usus, gangguan jiwa, dan lain-lain) kian meningkat.

Dalam kenyataannya penyakit tidak menular yang diderita oleh pekerja semakin berkembang. Berdasarkan data WHO tahun 2005 disebutkan bahwa total jumlah kematian akibat penyakit tidak menular atau penyakit degeneratif mencapai angka 50 juta orang. Sedangkan berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 didapatkan bahwa penduduk yang berusia lebih dari 18 tahun yang menderita hipertensi sebanyak 31,7%, penyakit sendi 30,3%, penyakit jantung 7,2%, asma 3,5%, diabetes millitus 1,1%, stroke 0,8%.

Gaya hidup merupakan salah satu penyebab penting penyakit tidak menular. Kebiasaan merokok, gizi berlebih, pola hidup sedenter (kurang bergerak) dan stres merupakan permasalahan yang erat hubungannya dengan penyakit tidak menular. Menurut catatan Kementerian Kesehatan dalam Riset Kesehatan Dasar, perilaku merokok kelom-pok penduduk pada usia lebih dari 15 tahun cenderung

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja2

meningkat dari 32,0% (Susenas 2003) menjadi 33,4% (Riskesdas, 2007). Sedangkan pada Riskesdas 2013, perilaku merokok penduduk 15 tahun keatas masih belum terjadi penurunan, bahkan cenderung meningkat dan menjadi 36,3% pada tahun 2013. Tercatat sebanyak 64,9% laki-laki dan 2,1 persen perempuan masih menghisap rokok pada tahun 2013.

Keadaan tersebut bila tidak ditangani secara serius akan menjadi penghambat dalam upaya pembangunan ke-sehatan di masa datang. Pencegahan dan pengenda-lian PTM sangat terkait dengan gaya hidup masyarakat, sehingga perlu kerja sama lintas program. Besarnya jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor industri dan karya-wan di sektor perkantoran, memerlukan perhatian serta penanganan kesehatan dan keselamatan kerja yang baik sehingga terhindar dari gangguan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja, yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja.

30%Penyakit menular,gangguan maternal &perinatal, defisiensi gizi

30%Penyakit Kardiovaskular

13%Kanker

7%Penyakit pernafasankronik

2%DM

9%Penyakit kronik lainnya

9%Cedera

Gambar 1. Penyebab Kematian Semua Umur di Dunia (WHO 2015)

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja3

Masyarakat sadar bahwa olahraga dapat meningkatkan derajat kesehatan, tetapi masih banyak masyarakat belum paham bahwa latihan fisik yang baik, benar, terukur, dan teratur akan meningkatkan kebugaran jasmani yang penting untuk menjaga stamina tubuh. Jadi tingkat kebugaran jasmani yang baik akan menurunkan angka kesakitan. Angka kesakitan yang menurun berarti kehadiran pekerja di tempat kerja meningkat, sehingga dapat meningkat-kan produktivitas dan menurunkan biaya pengobatan yang mengakibatkan keuntungan perusahaan meningkat dan diharapkan kesejahteraan pekerja dapat ditingkatkan.

Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan antara lain ditandai dengan meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Data Bappenas tahun 2010 menyatakan bahwa UHH Indonesia 69,0 tahun dan tahun 2025 UHH diprediksi 73,7 tahun. RPJMN tahun 2010-2014 menetapkan target UHH 72 tahun. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) oleh BPS menyebutkan tahun 2010 UHH 70,9 tahun.

Transisi epidemiologi di Indonesia melalui perubahan pola penyakit menular (PM) yang terjadi bersama dengan peningkatan Penyakit Tidak Menular (PTM). Di satu sisi penanggulangan PM (malaria, TBC, HIV-AIDS, dll) belum tuntas dilakukan, sementara di sisi lain masalah PTM (penyakit jantung-pembuluh darah, hipertensi, diabetes melitus, obesitas, osteoporosis, kanker usus, gangguan jiwa, dll) meningkat. Pencegahan dan pengendalian PTM sangat terkait dengan gaya hidup masyarakat, sehingga perlu kerja sama lintas program.

Data WHO tahun 2002 menyatakan bahwa penyakit tidak menular atau penyakit degeneratif merupakan 60% penyebab kematian dan akan terus meningkat menjadi 73%

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja4

pada tahun 2020. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2001, menyatakan bahwa di kalangan penduduk umur 25 tahun ke atas, pada 27% penduduk laki-laki dan 29% penduduk perempuan menderita tekanan darah tinggi (hipertensi); serta 1,3% laki-laki dan 4,6% perempuan mengalami obesitas. Keadaan tersebut bila tidak diberikan perhatian yang serius, akan menjadi penghambat dalam upaya pembangunan kesehatan di masa datang.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) secara umum memberi kemudahan, efisiensi dan kenyamanan bagi seseorang maupun masyarakat dalam melakukan kegiatan sehari-hari, namun kondisi tersebut dapat meng-akibatkan perubahan gaya hidup manusia yang membuat kurang untuk bergerak dan beraktivitas fisik, sehingga menjadi faktor risiko utama Penyakit Tidak Menular (PTM) dan menimbulkan efek negatif seperti peningkatan penya-kit akibat kurang gerak (hipokinesia) dan penyakit akibat kerja yang terjadi pada otot, tulang dan rangka.

Transisi epidemiologi terjadi akibat perubahan struktur umur penduduk yang semakin tua, perubahan distribusi faktor risiko PTM (dihubungkan dengan obesitas, hipertensi, penyakit jantung, dll), perubahan insidens penyakit menurut kelompok umur, perubahan perilaku dan gaya hidup ter-tentu, dan konsumsi gizi tidak seimbang.

Peningkatan PTM baik di negara maju maupun di negara berkembang mendorong WHO untuk mengambil lang-kah-langkah strategis antara lain pada peringatan Hari Kesehatan sedunia ke 54 tahun 2002 menghimbau agar seluruh negara anggota mendorong dan memfasilitasi masyarakatnya dalam meningkatkan aktivitas fisik mereka dalam kegiatan sehari-hari.

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja5

Pola makan tanpa mempedulikan kebutuhan kecukupan gizi berdampak pada kelebihan gizi yang menimbul-kan banyak kasus obesitas. Menurut Riskesdas 2013 angka obesitas di Indonesia mencapai 14,8%. Hal ini juga berhubungan dengan pola hidup sedenter. Menurut data Riskesdas tahun 2013 menyatakan bahwa 26,1% pendudukIndonesia yang berusia lebih dari 10 tahun kurang me-lakukan aktivitas fisik. Terdapat 22 provinsi dengan penduduk aktivitas fisik tergolong kurang aktif berada di atas rata-rata Indonesia, yaitu DKI Jakarta (44,2%), Papua (38,9%), Papua Barat (37,8%), Sulawesi Tenggara dan Aceh (masing-masing 37,2%).

Aspek kejiwaan juga merupakan bagian penting dalam kesehatan. Gangguan kejiwaan muncul sebagai akibat ke-gagalan dalam mengelola stres. Stres dapat bersumber dari permasalahan yang bersifat personal (non okupasi) maupun profesional (okupasi). Kondisi fisik, mental dan pola hidup tersebut memberikan dampak terhadap kesehatan pekerja dan tentunya akan mempengaruhi tingkat produktifitasnya.

Usia produktif yang memberikan jaminan ekonomi yang lebih baik justru produktifitasnya semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia. Sebuah keadaan yang kontra produktif dimana seharusnya dengan kondisi kemapanan dan bertambahnya keahlian seharusnya menjadi pekerja yang semakin sehat dan produktif.

Berdasarkan data terkini pula disebutkan bahwa semakin banyak jumlah pemberi kerja di luar Indonesia merasa yakin bahwa kesehatan yang baik diantara para pekerja merupakan hal yang baik bagi organisasi dan memberikan lebih banyak keuntungan bagi pemberi tempat kerja. Blue

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja6

Cross mencatat bahwa setiap $1 yang dihabiskan untuk perawatan psikologis dari pekerja dengan kanker payudara menghemat $2.50 hingga $5.10 dari keseluruhan biaya medis yang dikeluarkan. Sistem sekolah publik di Orange Country, Florida, menemukan bahwa biaya klaim medis turun hingga 66 persen selama lima tahun untuk pekerja yang menggunakan program bantuan dari tempat kerjanya. Pada akhir tahun kelima, pekerja yang sama mengambil cuti sakit 36 persen lebih sedikit, sedangkan di McDonnell-Douglas (sekarang Boeing), jumlah absen para pekerja yang ditangani dari masalah alkohol dan obat terlarang turun sebesar 44% setelah program bantuan bagi pekerja dibentuk.

Perusahaan Roche Pharmaceutical di Nutley, New Jersey, hanya menghabiskan 3% dari tunjangan medis dalam pengukuran pencegahan kesehatan. Pengeluaran yang kecil ini di luar fakta bahwa 39% klaim kesehatan yang diajukan merupakan hasil dari kondisi yang dapat dicegah. Manajemen Roche menyimpulkan bahwa berfokus pada pencegahan dapat menghasilkan pekerja yang lebih sehat, lebih produktif, lebih kreatif, tahan terhadap stres, dan jarang absen bekerja.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) bulan Februari 2015, jumlah penduduk bekerja di Indonesia mencapai 120,8 juta. Jumlah ini meningkat sebesar 6,2 juta orang dibandingkan dengan data yang didapat oleh BPS bulan Agustus 2014, dan merupakan jumlah besar yang perlu mendapatkan perhatian serta penanganan kesehatan dan keselamatan kerja yang baik sehingga terhindar dari gangguan penyakit akibat kerja, penyakit tidak menular, kecelakaan kerja yang berpotensi menurunkan bahkan menghilangkan tingkat produktifitasnya. Untuk itu upaya

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja7

pemantauan dan pengelolaan kesehatan pekerja sangat penting baik bagi individu pekerja, keluarga, dan negara.

Berdasarkan masalah di atas perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani pekerja di tempat kerja masing-masing dengan pendekatan yang holistik agar produktivitas dan kinerja meningkat.

Pelaksanan pembangunan kesehatan membutuhkan pe-rubahan cara pandang dari paradigma sakit ke paradigma sehat. Upaya promotif, preventif, dan deteksi dini melalui pemantaun kesehatan individu pekerja perlu dilakukan secara berkesinambungan dan dikelola melalui kebijakan negara. Masyarakat industri perlu melakukan upaya agar pekerja sehat produktif melalui upaya kegiatan keafiatan (wellness program). Masyarakat industri yang aktif bergerak, mencukupi kebutuhan gizi secara berimbang, berhenti merokok dan memiliki kemampuan dalam mengelola stres merupakan kebutuhan untuk mencapai produktifitas yang berdaya saing.

Program promosi kesehatan bagi pekerja hendaknya ber-fokus pada keseluruhan kesehatan mental dan fisik seorang pekerja. Secara singkat, program ini dirancang di tempat kerja untuk mengidentifikasi dan membantu mencegah atau memperbaiki masalah kesehatan spesifik, bahaya kesehatan atau kebiasaan kesehatan yang negatif. Hal ini tidak hanya mencakup identifikasi penyakit tetapi juga modifikasi gaya hidup. Diantara contoh yang paling umum dari program semacam ini adalah pengidentifikasian dan pengenda-lian penyakit terkait sindroma metabolik, pemberhentian perilaku merokok, latihan fisik dan kebugaran, nutrisi dan pengendalian pola makan, serta manajemen stres pribadi dan pekerjaan.

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja8

Melalui program keafiatan bagi pekerja yang terdiri dari pengelolaan aktivitas fisik dan pencapaian kebugaran jasmani, gizi seimbang, upaya berhenti merokok dan pengelolaan stres dipantau secara berkesinambungan. Dengan tersusunnya buku ini sebagai pedoman diharapkan dapat membentuk pekerja Indonesia yang aktif, terampil, sehat dan produktif hingga usia 65 tahun.

B. Tujuan

1. Umum

Meningkatkan status kesehatan dan kebugaran pekerja untuk mencapai produktivitas kerja yang optimal.

2. Khusus

a. Terselenggaranya kegiatan peningkatan aktivitas fisik di tempat kerja.

b. Terselenggaranya kegiatan pelayanan gizi di tempat kerja.

c. Terselenggaranya kegiatan pengendalian merokok di tempat kerja.

d. Terselenggaranya kegiatan bantuan bagi pekerja dengan pendekatan kesehatan jiwa.

C. Sasaran

1. Seluruh karyawan2. Pengelola program keafiatan di tempat kerja3. Manajemen tempat kerja

D. Ruang Lingkup

Pedoman ini meliputi konsep, penyelenggaraan, pembinaan dan pengawasan serta pencatatan dan pelaporan program keafiatan.

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja9

E. Landasan Hukum

1. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970, tentang Kesela-matan Kerja.

2. UU RI No. 25 tahun 2000 tentang Program Pembangu-nan Nasional, salah satu programnya adalah program pemasyarakatan olahraga dan kebugaran jasmani, ber-tujuan meningkatkan kebugaran jasmani masyarakat.

3. Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, tentang Ketenaga-kerjaan.

4. UU RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

5. UU RI No. 18 tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa.

6. Peraturan Menkes RI No. 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian

Kesehatan.

7. Peraturan Menakertrans RI No. 02/men/1980, Peraturan Menkes RI No. 75/2013/ tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan.

8. Peraturan Menkes RI No. 41 tahun 2014 tentang Pe-doman Gizi Seimbang.

9. Peraturan Menkes No. 40 Tahun 2013 tentang Peta Jalan Pengendalian Dampak Konsumsi Rokok Bagi

Kesehatan.

F. Pengertian/Definisi

1. Pekerja adalah setiap orang yang dapat bekerja de- ngan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.

2. Pemberi kerja adalah orang perseorangan, pengusaha, badan hukum atau badan-badan lainnya yang mem-pekerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja10

3. Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang ber-badan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan, atau milik badan hukum, baik mi-lik swasta atau milik negara yang mempekerjakan pekerja dengan membayar upah atau imbalan dalam

bentuk lain.

4. Keafiatan (wellness) adalah segala kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk menyehatkan dan

menguatkan.

5. Pengelola program keafiatan adalah perseorangan, pengusaha, badan hukum atau badan-badan lain-

nya yang mengelola, melaksanakan, dan mengevaluasi program kegiatan keafiatan.

6. Tempat kerja adalah ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap di mana tenaga ker-ja bekerja, atau sering dimasuki untuk keperluan suatu usaha dan di mana terdapat sumber atau sumber-sum-ber bahaya. Yang termasuk tempat kerja adalah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau berhubungan dengan tempat kerja tersebut.

7. Produktivitas kerja adalah kemampuan memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari sarana dan prasa-rana yang tersedia dengan menghasilkan keluaran yang optimal bahkan kalau mungkin yang maksimal.

8. Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan pengeluaran tenaga dan energi/pemba-karan kalori.

9. Latihan fisik adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana, terstruktur, dan berkesinambungan dengan melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang serta dituju-kan untuk meningkatkan kebugaran jasmani.

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja11

10. Olahraga adalah suatu bentuk aktivitas fisik yang terencana, terstruktur, dan berkesinambungan yang

melibatkan gerakan tubuh berulang-ulang dengan aturan-aturan tertentu yang ditujukan untuk mening-katkan kebugaran jasmani dan prestasi.

11. Sarana kesehatan olahraga adalah tempat yang se-cara khusus dipergunakan dalam pelayanan kesehatan

ataupun kesehatan olahraga termasuk kegiatan latihan fisik/olahraga.

12. Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat, emosional, psikologis, dan sosial yang terlihat dari hubungan inter-

personal yang memuaskan, perilaku, dan penyelesai- an masalah yang efektif, konsep diri yang positif serta kestabilan emosional.

13. Pelayanan gizi kerja adalah pelayanan nutrisi yang diperlukan oleh tenaga kerja untuk memenuhi kebutuh-

an sesuai dengan jenis pekerjaan.

14. Pengendalian merokok adalah upaya terintegrasi dalam pengendalian dampak konsumsi rokok untuk menurunkan faktor risiko penyakit tidak menular.

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja12

BAB IIKONSEP KEGIATAN KEAFIATAN

DI TEMPAT KERJA

Program keafiatan di tempat kerja (Worksite Wellness Program) merupakan program kesehatan yang ditujukan bagi pekerja yang melakukan upaya promosi dan dukungan untuk kese-hatan, keselamatan, dan kesejahteraan bagi pekerja.

Pengembangan program ini secara umum ditujukan untuk meningkatkan kesehatan staf, moral, dan produktivitas serta untuk memberi dukungan bagi pekerja untuk melakukan gaya hidup sehat sehingga dapat menjadi panutan bagi pekerja lain di sekelilingnya.

WELLNESS PARADIGM

NEUTRAL POINT

ILLNESS-WELLNESS CONTINUUM

(No discernable illness or wellness)

TREATMENT PARADIGM

DISABILITY SYMPTOMS SIGNS AWARENESS EDUCATION GROWTHH

IGH

-LE

VE

LW

ELL

NE

SS

PR

E-M

ATU

RE

DE

ATH

Gambar 1. Paradigma Sehat dan Sakit

Hal ini tentunya akan menciptakan lingkungan kerja yang aman, memperbaiki kesehatan pekerja dan merupakan implementasi strategi dalam mengurangi biaya untuk kese-hatan yang dikeluarkan bagi pekerja, sehingga tercapai keadaan yang afiat.

Sebuah program kesehatan di tempat kerja dapat dibentuk dengan membangun paradigma keafiatan yang di dalamnya

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja13

meliputi paradigma penatalaksanaan penyakit yang sudah lebih dahulu dikenal. Akhirnya segala upaya yang dilakukan dalam pengembangan konsep ini meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dengan pendekatan yang lebih holistik.

Kegiatan keafiatan di tempat kerja meliputi pendekatan secara aktivitas fisik, hubungan sosial, intelektual, emosional, spiritual, pekerjaan, dan lingkungan.

Secara umum dapat dikatakan bahwa kegiatan keafiatan di tempat kerja menjadi jembatan perantara tercapainya pelayanan Gambar 2. Kegiatan Keafiatan

kesehatan bagi pekerja (yang berupa pelayanan kesehatan yang proaktif dan perawatan diri sendiri) dengan perubahan gaya hidup melalui perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja (yang diantaranya berupa pengelolaan aktivitas fisik, manajemen stres, diet seimbang melalui pengaturan gizi yang baik, dan pengendalian merokok).

Banyak faktor yang menentukan keberhasilan program sehingga dibutuhkan sejumlah rekomendasi untuk mencapai hasil yang optimal.

Hal-hal penting yang harus digarisbawahi pada pelaksanaan program ini adalah:

1. Dukungan manajemen puncak, termasuk dukungan filosofis dan dukungan dalam hal staf dan fasilitas.

2. Serikat kerja harusnya mendukung program yang baik dan ikut berpartisipasi di dalamnya.

3. Hasil terbesar yang dapat diterima dari promosi kesehatan ini tidak tercipta secara seketika, tapi

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja14

dari usaha yang terus-menerus, dan oleh karena itu dibutuhkan komitmen jangka panjang.

4. Keterlibatan pekerja yang luas dan terus-menerus seharusnya tidak hanya dalam perencanaan awal, tapi juga dalam pelaksanaan dan pemeliharaan, sehingga dapat memastikan partisipasi pekerja di dalamnya.

5. Dengan jelas menyatakan tujuan program adalah memberikan fondasi yang kokoh untuk program.

6. Pekerja harus mampu berpartisipasi dengan bebas tanpa tekanan maupun stigma.

7. Kerahasiaan pekerja harus dapat dijaga, sehingga par- tisipasi pekerja dalam cara apapun tidak akan mem-

pengaruhi keberadaan mereka di dalam organisasi.

Mengacu pada hal tersebut di atas, maka kegiatan keafiatan bagi pekerja ditekankan kepada 4 bidang, yaitu:

A. Aktivitas fisik di tempat kerjaB. Perilaku gizi di tempat kerjaC. Kesehatan jiwa di tempat kerjaD. Pengendalian merokok di tempat kerja

A. Aktivitas Fisik di Tempat Kerja

A.1. Pendekatan

Aktivitas sehari-hari dalam bekerja menggunakan otot, sendi, tulang, tendon, ligamen untuk bergerak, ber-jalan, duduk, berdiri, mengangkat, menurunkan, men-jinjing, mendorong, atau menarik barang. Ketidak-serasian antara ukuran tubuh manusia dengan pera-latan kerja akan berdampak pada sikap tubuh saat bekerja yang dapat menyebabkan gangguan muskuloskeletal (mulai nyeri sampai cedera otot) dan meningkatkan risiko terjadinya penyakit akibat kerja (PAK) dan kecelakaan kerja.

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja15

Peningkatan derajat kesehatan dan kebugaran jas-mani tenaga kerja sangat diperlukan untuk me-ningkatkan produktivitas kerja dan daya saing di era globalisasi. Sementara itu kebugaran jasmani bagi pekerja merupakan gambaran kondisi kesehatan dan keselamatan kerja yang diperlukan untuk meningkat-kan produktivitas dan kesejahteraan pada pekerja.

Makin tinggi tingkat kebugaran jasmani seseorang, maka kemampuan fisik dan produktivitas kerja akan menjadi lebih baik. Pekerja dengan tingkat kebugaran jasmani baik masih sanggup melakukan aktivitas fisikrutin dan mengisi waktu senggangnya serta masih memiliki cukup tenaga untuk menghadapi hal-hal yang bersifat mendadak maupun mengatasi stres lingkungan yang dapat mengganggu kesehatannya.Dengan demikian, mencapai kebugaran jasmani ha-rus menjadi tujuan dari aktivitas dan latihan fisikyang dilakukan oleh pekerja.

Kebugaran jasmani dapat dicapai dengan melakukan latihan fisik yang baik, benar, terukur, dan teratur. Pilihan latihan fisik ditentukan sesuai dengan minat dan kemampuan masing-masing pekerja, dan dapat dilakukan oleh pekerja secara mandiri di rumah, di kantor atau sarana kesehatan olahraga yang disedia-kan oleh pemberi kerja.

Kebiasaan untuk melakukan aktivitas fisik sehari-hari perlu dipertahankan untuk mengurangi keluhan yang timbul akibat terlalu banyak duduk, berdiri terlalu lama atau bekerja pada posisi yang sama untuk waktu lama. Salah satu contoh adalah aktivitas fisik dalam bentuk peregangan yang dilakukan di antara waktu

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja16

kerja yang dapat membantu memulihkan ketegangan dan kelelahan. Sedangkan latihan fisik yang dilakukan dengan baik, benar, terukur, dan teratur dapat meningkatkan daya tahan tubuh serta lebih jauh untuk menurunkan angka kesakitan yang merupakan syarat ideal bagi tenaga kerja yang produktif.

Peran pemberi kerja perlu ditingkatkan untuk mendukung upaya tenaga kerja untuk menjaga kesehatan maupun kebugaran jasmani sehingga keberadaan tenaga kerja menjadi aset perusahaan yang perlu dibina. Angka kesakitan yang menurun berarti kehadiran pekerja di tempat kerja meningkat, sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan menurunkan biaya pengobatan. Hal ini tentunya akan berdampak pada peningkatan keuntungan perusahaan dan kesejahteraan pekerja.

A.2. Manfaat

u Aspek Fisik

a. Mencegah dan menurunkan faktor risiko penyakit tidak menular (PTM)

• Memperkuat otot jantung dan meningkatkan kapasitas jantung

• Mengurangirisikopenyakitpembuluh darah tepi• Mencegah,menurunkanatau

mengendalikan tekanan darah tinggi• Memperbaikiprofillipiddarah• Mengendalikanberatbadan• Mencegah,menurunkanatau

mengendalikan gula darah pada penderita diabetes melitus tipe 2

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja17

b. Mencegah atau mengurangi terkena risiko osteoporosis

c. Mencegah dan menurunkan risiko terjadinya gangguan otot rangka akibat kerja

d. Meningkatkan sistem kekebalan tubuh

u Aspek Psikologis

a. Meningkatkan rasa percaya dirib. Membangun rasa sportivitasc. Memupuk tanggung jawabd. Membantu mengendalikan stres dan

mengurangi kecemasan serta depresi

u Aspek Sosio-ekonomi

a. Menurunkan anggaran biaya kesehatanb. Meningkatkan produktivitasc. Meningkatkan gerakan masyarakatd. Menurunkan penggunaan sumber daya yang

tidak perlue. Menurunkan angka absensi kerja

B. Perilaku Gizi di Tempat Kerja

B.1. Pendekatan

Sebagai bagian dari ilmu gizi secara umum, maka perilaku gizi di tempat kerja ditujukan untuk me-melihara dan meningkatkan derajat kesehatan serta mengupayakan daya kerja tenaga kerja yang optimal. Menciptakan perilaku gizi kerja yang baik diharapkan dapat mewujudkan kesehatan dan kesejahteraan fak-tor manusia pada suatu proses produksi/distribusi dan memelihara juga meningkatkan kemampuan bekerja serta produktivitas kerja pada tingkat yang optimal.

Kesehatan dan daya kerja sangat erat hubungannya dengan tingkat gizi seseorang. Makanan yang ber-

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja18

sumber dari bahan-bahan alamiah yang tersedia di lingkungan kerja dapat memelihara kebugaran seorang pekerja dengan tetap memperhatikan asupan gizi seimbang dan keamanan makanan selaras dengan perilaku makan yang memperhatikan komposisi tubuh maupun aktivitas fisik.

Keragaman makanan perlu disesuaikan dengan ke-butuhan individu agar pekerja terbebas dari gangguan kesehatan akibat pola makan yang tidak seimbang. Konseling gizi secara individual sangat diperlukan agar pekerja dapat menjalankan program gizi seimbang secara berkesinambungan.

Apabila ditinjau dari aspek kesejahteraan, maka se-orang pekerja berisiko mengalami penyimpangan perilaku yang berdampak terhadap perubahan status gizi, stres, penyakit degeneratif sehingga akan memer-lukan konsultasi gizi secara individu.

Selama ini kondisi gizi yang tidak kondusif terhadap kesehatan dan produktivitas tenaga kerja adalah kombinasi kekurangan atau tidak memadainya protein, kalori, dan vitamin. Padahal pemenuhan kebutuhan akan zat makanan menentukan zat gizi pekerja. Status gizi sangat tergantung pada latar belakang pendi-dikan, kondisi sosial-ekonomi, budaya masyarakat, dan derajat kesehatan.

Unsur terpenting bagi penilaian status gizi adalah tinggi badan dan berat badan yang menentukan besar-nya Indeks Massa Tubuh (IMT) seseorang.

Berbagai hal yang mempunyai peran sangat penting guna menerapkan gizi kerja adalah kantin, ruang/ka-mar makan, dapur beserta peralatan dan perlengkapan

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja19

serta juga perusahaan katering sebagai penyelenggara penyiapan dan penghidangan makanan bagi pekerja.

Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam upaya menerapkan gizi kerja adalah melakukan penilaian status gizi dan kecukupan gizi pekerja, mengelola upaya penyediaan makanan bagi pekerja + kantin, melakukan pencegahan serta penanggulangan masalah gizi pekerja, dan konseling.

B.2. Manfaat

u Bagi tempat kerja:

a. Meningkatkan produktivitas.b. Menurunkan biaya kesehatan.c. Meningkatkan citra tempat kerja.d. Menyediakan kesempatan kerjasama dengan pihak ketiga.

u Bagi pekerja:

a. Menurunkan angka kesakitan.b. Meningkatkan daya tahan tubuh.c. Meningkatkan produktivitas kerja.d. Efisiensi waktu pekerja.e. Mengendalikan berat badan ideal.

C. Bantuan Bagi Pekerja dengan Pendekatan Kesehatan Jiwa

C.1. Pendekatan

Merupakan program penunjang bagi pekerja yangdirancang untuk mengatasi beragam masalah yang berhubungan dengan stres, termasuk kesulitan emo-sional dan perilaku, penyalahgunaan zat terlarang, serta masalah pernikahan dan keluarga.

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja20

Awalnya dibentuk sebagai program penyalahgunaan alkohol, namun saat ini program bantuan pekerja dirancang untuk menangani berbagai masalah yang berhubungan dengan stres, baik yang berhubungan dengan pekerjaan maupun tidak, termasuk kesulitan emosional dan perilaku, penyalahgunaan obat ter-larang, masalah pernikahan dan keluarga, serta ma-salah pribadi lainnya.

Keadaan stres pada pekerja dapat bersumber dari personal dan profesional. Stres personal bersumber dari aspek pendapatan dan kebutuhan yang terus meningkat, sedangkan stres profesional bersumber dari aspek pekerjaan.

Program bantuan pekerja didasarkan pada pendekatan medis konservatif dalam tata laksananya. Elemen program meliputi:

• Diagnosis

Pekerja yang mengalami masalah dapat meminta bantuan, sedangkan Staf dari program bantuan pekerja berusaha mendiagnosis masalah.

• Pengobatan

Menyediakan konseling atau terapi pendukung lainnya. Jika Staf program bantuan pekerja di dalam perusahaan tidak mampu membantu, pekerja da-pat dirujuk kepada profesional yang mempunyai kompetensi yang sesuai.

• Penapisan

Pemeriksaan periodik pada pekerja yang memiliki beban dan tekanan dalam pekerjaan untuk men-deteksi indikasi masalah awal.

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja21

• Pencegahan

Pendidikan dan persuasi digunakan untuk me-yakinkan pekerja yang memiliki risiko tinggi bahwa sesuatu harus dilakukan untuk membantu mereka mengatasi stres secara efektif.

Kesehatan jiwa memiliki banyak komponen dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kondisi jiwa se-seorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan, dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Sikap yang perlu ditanamkan pada setiap pekerja adalah positif terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan, dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan.

Dalam hal ini, berdasarkan Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 diperlukan suatu kondisi yang me-mungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang dan per-kembangan itu selaras dengan keadaan orang lain (Undang-Undang No. 3 Tahun 1966). Menurut WHO, kesehatan jiwa bukan hanya suatu keadaan tidak ada gangguan jiwa melainkan mengandung berbagai karakteristik yang bersifat positif yang menggam-barkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian yang bersangkutan.

Menjadi penekanan pada program ini adalah manajemen stres. Pencegahan dan manajemen stres merupakan bagian yang penting dari kesehatan,karena stres dianggap sebagai penyebab terbesar

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja22

kebiasaan kesehatan yang buruk. Stres merupakan respon adaptif yang dimoderasi oleh perbedaan individu, sehingga stres merupakan konsekuensi dari setiap tindakan, situasi, atau peristiwa yang menempatkan tuntutan khusus terhadap seseorang.

Walaupun beberapa konsekuensi stres merupakan hal yang positif, banyak diantaranya bersifat disfungsional. Konsekuensi individu yang negatif seperti rentan terhadap kecelakaan, konsentrasi yang buruk, pe-nyalahgunaan obat terlarang dan alkohol serta burnout. Sedangkan konsekuensi dari organisasi dapat mencakup absen, perputaran pekerja, peningkatan biaya kesehatan dan medis, serta penurunan kuantitas dan kualitas produktivitas.

Pencegahan dan manajemen stres meliputi :

• Memaksimalkankesesuaianlingkungan-orang.• Programorganisasisepertibantuandan

kesejahteraan pekerja.• Pendekatanindividualsepertiteknikkognitif,

pelatihan relaksasi, meditasi, dan biofeedback.

Upaya promosi yang dapat dilakukan dalam pe-ngembangan program ini adalah penyuluhan tentang kesehatan jiwa serta penggunaan obat dan zat ter-larang. Sementara upaya preventif yang dilakukan bisa meliputi pemeriksaan kesehatan jiwa sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan jiwa berkala, pemeriksaan kesehatan jiwa khusus bagi yang bermasalah.

C.2. Manfaat

u Bagi tempat kerja:

a. Meningkatkan kapasitas mental pekerja.

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja23

b. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.c. Meningkatkan efektivitas dan produktivitas.d. Menurunkan biaya kesehatan.e. Meningkatkan kinerja organisasi.f. Meningkatkan citra tempat kerja.

u Bagi pekerja:

a. Lingkungan tempat kerja sehat dan nyaman.b. Meningkatkan rasa percaya diri.c. Menurunkan terjadinya stres.d. Meningkatkan semangat kerja.e. Meningkatkan pencegahan terhadap penyakit

jiwa.f. Meningkatkan kesehatan kerja.g. Mengurangi rasa jenuh/bosan dan monoton.

D. Pengendalian Merokok di Tempat Kerja

D.1. Pendekatan

Tempat kerja merupakan salah satu bagian terpenting dalam perusahaan atau organisasi karena merupakan tempat dimana berbagai aktivitas perusahaan atau organisasi dilaksanakan. Dalam hal ini lingkungan fisik tempat kerja adalah salah satu hal penting dalam menunjang kegiatan pekerjaan di suatu kantor, karena hal ini akan mempengaruhi penampilan dan produktivitas pekerja. Selain itu, dengan penataan lingkungan fisik kantor juga akan memberikan kesan yang baik bagi suatu perusahaan atau organisasi.

Faktor lingkungan fisik kantor yang paling utama adalah udara. Karena sehari-hari pekerja akan menghirup udara untuk kebutuhan hidupnya. Dalam menyelenggarakan kegiatan atau aktivitas tersebut,

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja24

udara yang tertata dengan baik dan nyaman akan mendukung terhadap kelancaran kerja sehingga diharapkan akan dapat mencapai efisiensi kerja pekerja dalam menjalankan tugas-tugas tersebut. Dengan pengendalian udara yang baik, akan meningkatkan kesenangan dan kesehatan pekerja serta akan menambah semangat kerja. Oleh karena itu, aspek-aspek dalam pengaturan udara harus men-dapat perhatian bagi pihak manajemen pemberi kerja sebagai pengelola.

Sebagian besar pekerja menghabiskan jam kerjanya di dalam ruangan oleh karena itu pengelola dituntut untuk dapat mengatur hal ini. Sebagian besar ba-ngunan perkantoran saat ini memiliki udara yang mengandung lebih banyak zat kimia dan biologi daripada di luar ruangan. Hal ini disebabkan karena kurang terencana dan terpeliharanya sistem sirkulasi dalam ruangan dan terjadi kontaminasi udara yang dihasilkan dari penuaan gedung dan alat kantor.

Dari beberapa hasil penelitian dan analisis didapatkan bahwa debu mengakibatkan gangguan fungsi per-nafasan. Dalam kasus pencemaran udara baik dalam maupun di ruang gedung, debu sering dijadikan salah satu indikator pencemaran yang digunakan untuk menunjukkan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.

Penyakit paru akibat kerja (PPAK) merupakan salah satu kelompok penyakit akibat kerja dengan paru sebagai sasaran organ. Sebagaimana halnya penyakit akibat kerja atau penyakit yang timbul karena hubungan kerja yang pengertiannya adalah penyakit yang disebabkan

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja25

oleh pekerjaan atau lingkungan kerja, maka PPAK diartikan sebagai penyakit paru yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja.

Upaya promotif dan preventif yang dapat dikembang-kan diantaranya adalah membangun Kawasan Tanpa Rokok, pengembangan komunikasi, penggiatan pem-berian informasi, edukasi, dan konseling.

D.2. Manfaat

u Bagi tempat kerja:

a. Meningkatkan keselamatan kerja.b. Meningkatkan produktivitas kerja.c. Menurunkan biaya pengobatan.d. Menciptakan lingkungan tempat kerja sehat dan nyaman.e. Meningkatkan citra tempat kerja.

u Bagi pekerja:

a. Meningkatkan kesehatan pekerja.b. Mengurangi pengeluaran untuk membeli rokok.

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja26

BAB IIIPENYELENGGARAAN KEGIATANKEAFIATAN DI TEMPAT KERJA

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja27

Untuk mencapai tujuan umum yang telah ditentukan, pe-nyelenggaraan kegiatan keafiatan di tempat kerja mencakup:

1. Promotif dan preventif untuk meningkatkan budaya hidup sehat pekerja dengan sasaran institusi atau lembaga.

2. Kuratif melalui terapi atau intervensi individu untuk meningkatkan produktivitas kerja dengan sasaran pekerja yang sudah menderita atau memiliki faktor risiko penyakit.

Berdasarkan tujuan tersebut maka penyelenggaraan kegiatan keafiatan di tempat kerja meliputi (A) Kegiatan Keafiatan Kelembagaan dan (B) Kegiatan Keafiatan Individu.

A. Kegiatan Keafiatan Kelembagaan

a. Objektif: Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

b. Sasaran: Tempat kerja dan pekerja sehat.

c. Program: Kegiatan KIE (komunikasi, informasi, edukasi) terkait

program, program promotif dan preventif terkait program

Sesuai dengan besaran masalah kesehatan di tempat kerja, maka kegiatan keafiatan bagi pekerja ditekankan kepada 4 bidang yaitu:

1. Aktivitas Fisik dan Kebugaran Jasmani2. Gizi3. Kesehatan Jiwa4. Pengendalian Merokok

NO BIDANG TUJUAN SASARAN KEGIATAN

1. Aktivitas Fisikdan KebugaranJasmani

a. Meningkatkan pengeta- huan, pemahaman dan pengertian pekerja ten- tang pentingnya latihan fisik/olahraga untuk mempertahankan dan meningkatkan kebugaran jasmanib. Meningkatkan perilaku aktif latihan fisik

Seluruh pekerja a. KIE latihan fisik dan kebugaran jasmanib. Pengukuran kebugaran jasmanic. Latihan fisik terprogram dan olahraga permainan

2. Gizi a. Mempertahankan kesehatan pekerjab. Meningkatkan budaya gizi seimbang/smart eating bagi pekerjac. Meningkatkan pengetahuan dasar gizi seimbang

a. Seluruh pekerjab. Pengelola penyedia konsumsi rapat tempat kerjac. Pengelola kantin tempat kerja

a. KIE Gizi Seimbangb. Pengawasan konsumsi rapatc. Pengawasan kantin pekerjad. Distribusi suplemen tablet tambah darah (TTD)

3. KesehatanJiwa

Menciptakan lingkungankerja yang sehat secaramental yang mendukungproduktivitas pekerja

Seluruh pekerja a. KIE kesehatan jiwa dan pencegahan gangguan penggunaan Napzab. Deteksi dini bagi kelompok berisiko, misalnya pekerja dengan beban kerja berat atau berpotensi tinggi terjadinya kecelakaan kerja, bekerja lebih dari 8 jam per hari dalam waktu lama, pekerja yang sedang hamil, dll.c. Fit to work dalam hal kejiwaan

4. PengendalianMerokok

Melindungi kesehatanpekerja dari dampakburuk akibat merokok

a. Seluruh pekerjab. Lingkungan tempat kerja

a. KIE dampak konsumsi rokok bagi kesehatanb. Penerapan area bebas asap rokok di lingkungan kerjac. Sanksi Pelanggaran merokok

Tabel 1. Kegiatan Keafiatan Kelembagaan

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja28

B. Kegiatan Keafiatan Individu

a. Objektif: Memperbaiki indikator klinis pada individu yang telah

mengalami masalah kesehatan atau penyakit tertentu.

b. Sasaran: Pekerja dengan masalah kesehatan atau penyakit

tertentu.

c. Program: Tatalaksana individu pekerja meliputi anamnesis, pe-

meriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, konseling, terapi farmakologis, serta rujukan.

Sesuai dengan 4 bidang kegiatan keafiatan bagi pekerja, maka kegiatan keafiatan individu meliputi:

1. Peningkatan Aktivitas Fisik dan Latihan Fisik Terprogram serta Kebugaran Jasmani

2. Peningkatan Perilaku Penerapan Gizi Seimbang3. Manajemen Stres dengan Kegiatan Pendampingan

Pekerja/Employee Assistance Program (EAP)4. Fasilitasi Berhenti Merokok

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja29

Tabel 2. Kegiatan Keafiatan Individu

NO KEGIATAN SASARAN TIM TEKNIS ALAT & BAHAN

1. PeningkatanAktivitas Fisikdan LatihanFisik Terprogramserta KebugaranJasmani

a. Pekerja dengan obesitas dan/ atau penyakit tidak menular lainnyab. Pekerja dengan skor RAPA 1-2 = sedenter dan kurang aktif

a. Dokter spesialis kedokteran olahragab. Dokter umum terlatih kesehatan olahragac. Instruktur olahraga

a. Dokter spesialis gizi klinikb. Dietisien/ ahli gizi

a. Buku Profil Kesehatan Pekerjab. Kuesioner Penilaian Diri: RAPA 1 dan 2c. Buku Saku Pekerjad. Formulir Stratifikasi Risikoe. Alat pemeriksaan fisik, komposisi tubuh (pita pengukur, timbangan microtoir, pengukur tinggi badan, Body Fat Analyzer) dan laboratorium sederhanaf. Sarana pengukuran kebugaran jasmanig. Sarana latihan fisik

a. Buku Profil Kesehatan Pekerjab. Buku Saku Pekerjac. Alat antropometri (timbangan microtoir, LILA, Body Fat Analyzer)d. Kuesioner Skrining dan Assessment Gizie. Formulir Riwayat Pola Makan/Kebiasaanf. Leaflet gizi

2. PeningkatanPerilakuPenerapan Gizi Seimbang

Pekerja denganmasalah gizi(berdasarkanindeks massatubuh/IMT), dan/atau penyakittidak menular lainnya.

a. Pekerja yang diduga atau menderita gangguan mental emosionalb. Pekerja dengan pekerjaan berisiko psikososial berdasarkan kuesioner penilaian diri (SRQ 20 atau SDS atau Kuesioner Skrining Stres Holmes dan Rahe)

3. ManajemenStres denganKegiatanPedampinganPekerja/EmployeeAssistanceProgram (EAP)

TATALAKSANA

a. Anamnesisb. Pemeriksaan fisikc. Penilaian aktivitas Fisik dan Stratifikasi Risiko Penyakitd. Pengukuran kebugaran jasmanie. Konseling aktivitas fisikf. Monitoring kepatuhan aktivitas/latihan fisik dan perubahan faktor risiko: - Berat Badan - Indeks massa tubuh - Lingkar pinggang - Analisis lemak tubuh - Tekanan darah - Gula darah - Profil lipid darahg. Rujukan

a. Assessment Gizi, meliputi: - Antropometri - Klinik/fisik - Riwayat Gizi (alergi, pola makan, asupan) - Diagnosis Gizib. Konseling Gizic. Monitoring Gizid. Rujukan

a. Dokter spesialis paru dan respiratorikb. Dokter spesialis penyakit dalamc. Dokter umumd. Konselor berhenti merokok yang terlatih

a. Buku Profil Kesehatan Pekerjab. Kuesioner Penilaian Diri: adiksi nikotin Fagerstromc. Buku Saku Pekerjad. Buku Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer

4. FasilitasiBerhentiMerokok

Pekerja perokokyang sukarelamengikutiprogram

a. Upaya Berhenti Merokok (UBM) dengan pendekatan 4T: - Tanyakan - Telaah - Tolong dan nasehati - Tindak lanjutb. Rujukan

a. Konseling kesehatan jiwab. Psikofarmaka dan psikoterapic. Pengendalian stressor di tempat kerjad. Rujukan fasilitas kesehatan jiwae. Program rehabilitasi

a. Dokter spesialis kesehatan jiwab. Dokter spesialis kedokteran okupasic. Dokter umumd. Psikolog

a. Buku Profil Kesehatan Pekerjab. Kuesioner Penilaian Diri: - SRQ 20 (Self Report Questionaire) - SDS (Survey Diagnosis Stress) - Kuesioner Skrining Stres HOLMES & RAHE (kejadian penting dalam hidup)c. Buku Saku Pekerjad. Tools diagnostic: Mini ICD, PPDGJ - III, DSM - V, ICD - X, Penilaian Sistem Keseimbangan Otonom (HRV test)

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja30

Penyelenggaraan kegiatan keafiatan individu di bawah pengaturan koordinator atau unit kerja yang ditunjuk oleh institusi kerja sebagai pengelola. Pelaksanaan kegiatan keafiatan individu dapat mengikuti alur penyelenggaraan sebagai berikut:

1. Menentukan Sasaran Kegiatan Keafiatan Individu

Sasaran kegiatan keafiatan individu di tempat kerja dapat ditentukan antara lain dengan memilih:

a. Pekerja yang menderita penyakit (terkait kegiatan) yang datang berobat ke poliklinik.

b. Pekerja yang memiliki masalah kesehatan (terkait kegiatan) berdasarkan data pemeriksaan kesehatan berkala atau medical check up (MCU).

c. Pekerja di unit kerja yang dianggap paling banyak mempunyai masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang ada dapat dinilai dari daftar absensi pekerja karena ijin sakit atau penilaian subyektif seperti perilaku sosial.

d. Pekerja di unit kerja yang ditentukan oleh pimpinan.

Pekerja pada poin d yang akan diikutsertakan dalam kegiatan ditentukan berdasarkan hasil skor kuesioner penilaian diri.

Kuesioner penilaian diri terlampir dalam Buku Profil Kesehatan Pekerja yang memuat data dasar pekerja meliputi identitas diri serta riwayat penyakit. Buku ini disimpan dan menjadi arsip di bagian Tata Usaha atau Human Resource Department (HRD) atau bagian lain sesuai kebijakan tempat kerja. Apabila penentuan peserta program berdasarkan hasil MCU maka buku profil ini memuat hasil MCU terkait kegiatan.

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja31

Setiap kegiatan memiliki kuesioner penilaian diri yang spesifik (lihat Tabel 2, kolom Alat dan Bahan). Para pekerja mengisi kuesioner-kuesioner tersebut. Penentuan pekerja yang diikutsertakan dalam kegiatan keafiatan individu berdasarkan hasil skor penilaian diri dan data riwayat penyakit, kecuali bagi pekerja perokok yang secara sukarela ingin mengikuti kegiatan upaya berhenti merokok (lihat Tabel 2, kolom Sasaran).

Langkah selanjutnya adalah membuat daftar usulan pekerja yang akan mengikuti kegiatan keafiatan in-dividu. Pekerja yang disetujui akan diberikan surat pengantar untuk mengikuti kegiatan ini di poliklinik tempat kerja atau fasilitas kesehatan rujukan.

2. Tatalaksana Kegiatan Keafiatan Individu

Pekerja yang terseleksi dapat mengikuti lebih dari satu kegiatan sesuai hasil skor atau MCU. Setiap kegiatan memiliki penatalaksanaan yang khusus. Secara umum tatalaksana terdiri dari: anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, konseling, terapi farmako-logis bila diperlukan serta rujukan.

Tim teknis yang terlibat, penggunaan alat pemeriksaan serta jenis tatalaksana disesuaikan dengan keter-sediaannya di tempat kerja. Apabila tidak memiliki tim teknis ahli maupun alat pemeriksaan tertentu, pengelola tempat kerja dapat bekerjasama dengan fasilitas kesehatan di luar tempat kerja untuk proses rujukan.

Setiap kegiatan tatalaksana dicatat dalam Buku Saku Pekerja yang berisi data dasar, catatan kegiatan

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja32

tatalaksana yang diisi oleh dokter/konselor serta lem-bar monitoring program yang diisi oleh pekerja yang bersangkutan sesuai petunjuk yang ada. Sebelumnya peserta wajib diajarkan cara mengisi lembar monitor-ing dalam buku tersebut. Buku ini harus dibawa setiap tatap muka. Tatap muka ditentukan periodenya sesuai masalah, dapat setiap minggu, 2 minggu atau setiap bulan.

a. Peningkatan Aktivitas Fisik dan Latihan Fisik Terprogram serta Peningkatan Kebugaran Jasmani

i. Anamnesis Anamnesis aktivitas fisik, riwayat penyakit dan

faktor risiko penyakit tidak menular.

ii. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik lengkap, komposisi tubuh

(indeks massa tubuh dan lingkar pinggang) dan status lokal cedera.

iii. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan terkait masalah metabolik seperti

gula darah puasa dan analisa lipid darah.

iv. Penilaian aktivitas fisik dan stratifikasi risiko Penilaian aktivitas fisik dapat menggunakan

hasil RAPA 1 dan 2 yang sudah dilakukan atau pemeriksaan lebih rinci dengan 3 days record Bouchard. Hasil penilaian dipakai untuk menentukan konseling aktivitas fisik/latihan fisik individu. Penilaian stratifikasi risiko dengan menggunakan formulir Stratifikasi Risiko ber-dasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan.

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja33

v. Pengukuran Kebugaran Jasmani Pengukuran kebugaran jasmani sesuai kebu-

tuhan dan tersedianya fasilitas seperti:- Pengukuran daya tahan jantung paru: tes

bangku, tes Rockport, tes ergocycle, tes bangku (step test), tes treadmill. Pada pasien dengan stratifikasi risiko tinggi dianjurkan untuk melakukan exercise stress test untuk menentukan ambang intensitas latihan

- Pengukuran daya tahan dan kekuatan otot untuk menentukan ambang intensitas latihan serta mengetahui ada/tidaknya tanda dan gejala gangguan jantung pada beban kerja tertentu

- Pengukuran fleksibilitas- Pengukuran komposisi tubuh (dilakukan pa-

da saat pemeriksaan fisik)

vi. Konseling aktivitas fisik Hasil pemeriksaan, pengukuran dan penilaian

dipakai untuk anjuran fisik/latihan fisik sesuai masalah individu.

vii. Monitoring dan evaluasi aktivitas fisik dan kebugaran jasmani

Monitoring dilakukan untuk menentukan tingkat kepatuhan melakukan aktivitas/latihan fisik ser-ta monitoring perubahan faktor risiko seperti berat badan, IMT, lingkar pinggang, analisis lemak tubuh, gula darah, tekanan darah dan profil lipid darah. Evaluasi dilakukan terhadap tingkat aktivitas fisik (RAPA) minimal setiap bulan dan pengukuran kebugaran jasmani berkala per 3 bulan atau disesuaikan kemampulaksanaan tempat kerja dengan pengukuran minimal 3 kali

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja34

per tahun yaitu awal program, akhir bulan ke-6 dan akhir bulan ke-12. Hasil monitoring diisi sendiri oleh pekerja ke dalam buku saku.

b. Peningkatan Perilaku Penerapan Gizi Seimbang

i. Assessment gizi Mengidentifikasi masalah gizi dan faktor

penyebab melalui pengumpulan, verifikasi dan interpretasi data secara sistematis.

ii. Konseling gizi Konseling gizi adalah serangkaian kegiatan

sebagai proses komunikasi dua arah yang dilaksanakan oleh Ahli Gizi/Dietisien untuk menanamkan dan meningkatkan pengertian, sikap dan perilaku pekerja dalam mengenali dan mengatasi masalah gizi sehingga dapat memutuskan apa yang akan dilakukannya.

iii. Monitoring gizi Kegiatan utama dari monitoring dan evaluasi

asupan gizi adalah memantau secara berkesi-nambungan untuk menilai kemajuan status gizi klien. Hal-hal yang di monitoring dan evaluasi antara lain: perkembangan data antropometri, perkembangan data pemeriksaaan fisik/klinis, perkembangan asupan makan termasuk daya terima makan, perkembangan diagnosis gizi, perubahan perilaku dan sikap serta perubahan diet.

iv. Rujukan Adalah sistem dalam pelayanan gizi yang

memberikan pelimpahan wewenang yang tim-bal balik atas pekerja dengan masalah gizi, baik secara vertikal maupun horizontal.

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja35

c. Manajemen Stres dengan Kegiatan Pendampingan Pekerja/EAP (Employee Assistance Program)

i. Konseling Konseling bagi pekerja yang membutuhkan

berdasarkan pengamatan perilaku sosial atau hasil SRQ 20 atau SDS atau Kuesioner Skrining Stres Holmes dan Rahe untuk membantu pe-kerja memahami masalah yang dihadapi dan mampu mencari alternatif pemecahan masalah tersebut.

ii. Psikofarmaka dan psikoterapi Program kuratif dilakukan dengan sasaran pe- kerja yang telah terdiagnosis mengalami gang-

guan jiwa.

Penatalaksanaan yang dilakukan meliputi:- Pemberian psikofarmaka- Psikoterapi

iii. Pengendalian stressor di tempat kerja Pengendalian stressor di tempat kerja dimulai

dengan mengenali faktor-faktor yang menjadi penyebab pekerja mengalami gangguan men-

tal emosional. Setelah mengidentifikasi stressor apakah dari beban pekerjaan ataupun ling-

kungan kerja perlu dicarikan jalan keluar yang sesuai bagi pekerja yang bersangkutan dengan melibatkan peran serta pihak-pihak terkait.

iv. Rujukan ke fasilitas kesehatan jiwa Pekerja yang mengalami gangguan mental

emosional yang memerlukan perawatan lebih lanjut harus dirujuk ke fasilitas kesehatan jiwa yang memiliki fasilitas dan tim ahli kesehatan jiwa yang lebih lengkap.

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja36

1. Apakah klien merupakan seorang perokok atau bukan?

2. Apakah ada anggota keluarga yang merokok di rumah?

• Tanyakan tipe klien, profil perokok, tingkat adiksi/ketergantungan nikotin (Fagerstrom) dan tingkat motivasi untuk berhenti merokok.• Identifikasi dan dokumentasi setiap perkembangan upaya berhenti merokok setiap pertemuan.• Mencatat, menilai dan memastikan anggota keluarga yang merokok di rumah.• Hasil pertanyaan di atas dituliskan dalam status berhenti merokok (catatan klien).

TANYAKAN

Nilai keinginan klien untukberhenti merokok

• Telaah keluhan yang dirasakan oleh klien.• Lakukan pemeriksaan CO analyzer dan Peak Flow Meter/Arus Puncak Ekspirasi (APE).• Telaah dampak rokok bagi kesehatan.• Perlu dipastikan klien memiliki keinginan untuk berhenti merokok atau tidak, bila tidak maka diperlukan suatu konseling motivasi.• Nilai sampai manakah tahap keinginan klien untuk berhenti merokok, apakah pada tahap prekontemplasi, kontemplasi, siap, tindakan dan pemeliharaan.

TELAAH

Anjurkan klien untuk berhentimerokok

• Gunakan pendekatan secara personal, kuat, jelas untuk menganjurkan klien berhenti merokok.• Untuk klien yang berniat berhenti merokok, berikan konseling agar klien dapat berhenti merokok

- Susun waktu kapan berhenti merokok akan dimulai.- Berikan informasi cara/metode untuk berhenti langsung, atau bertahap.- Beritahu keluarga dan orang sekitar bahwa kita akan berhenti merokok dan mintalah dukungan dan pengertian mereka- Antisipasi hambatan yang akan muncul. Biasanya hambatan paling besar akan terjadi pada minggu pertama yakni gejala putus nikotin (withdrawal effect)

• Untuk klien yang belum berniat untuk berhenti merokok, tingkatkan motivasi dan upayakan intervensi lanjut sehingga klien di masa yang akan datang akan berhenti merokok wawancara/konseling motivasional.• Berikan nasihat untuk membantu keluarga berhenti merokok dan menciptakan lingkungan rumah bebas asap rokok.

TOLONG & NASEHATI

Menyusun rencana untukmenindak lanjuti terapi yangsudah dilakukan.

Pertimbangan tambahanterapi jika ada, atau merujuk kefasilitas kesehatan lanjutanjika 3 bulan belum berhasilberhenti merokok.

• Untuk klien yang berusaha untuk berhenti merokok, maka susunlah jadwal untuk konsultasi rutin/berkala 2 minggu sekali.• Pada pertemuan berikutnya lakukan penilaian antara lain:

- Tingkat keberhasilan berhenti merokok- Tingkat motivasi- Kendala yang timbul- Gejala withdrawal effect dan penanganannya- Penilaian parameter klinis (seperti berat badan, tekanan darah, CO Analyzer, Peak Flow Meter)

• Untuk klien yang tidak ingin berhenti merokok untuk saat ini, perkenalkan mengenai ketidak tergantungan rokok dan tingkatkan motivasi klien untuk berhenti merokok pada kunjungan klien berikutnya.

TINDAK LANJUT

v. Program rehabilitasi Program rehabilitasi kesehatan jiwa untuk pe-

kerja meliputi persiapan pekerja untuk kembali bekerja semaksimal kemampuan yang dimiliki setelah pekerja tersebut menjalani terapi.

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja37

d. Fasilitas Berhenti Merokok

Tatalaksana program pengendalian merokok deng-an upaya berhenti merokok (UBM) dengan pen-dekatan 4T.Pekerja yang mengikuti kegiaatan UBM dibuatkan jadwal waktu konseling dan diawasi selama 3 bulan. Jika pekerja perokok belum berhasil berhenti merokok perlu adanya tambahan waktu konseling. Proses konseling hendaknya dijalankan dengan durasi waktu 30-60 menit. Proses konseling yang optimal dilakukan minimal 6 kali pertemuan untuk setiap klien. Jarak antara satu sesi dengan sesi lain idealnya 2 minggu. Tim teknis yang dapat terlibat adalah dokter spesialis paru dan respiratorik, dok-ter spesialis penyakit dalam, dokter umum, dan konselor berhenti merokok yang terlatih sesuai kebutuhan dan permasalahan.

Untuk kegiatan fasilitasi berhenti merokok dapat mengacu pada buku Petunjuk Teknis Upaya Ber-henti Merokok Pada Fasilitas Pelayanan Kese-hatan Primer yang dikeluarkan oleh Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI.

Kegiatan keafiatan di tempat kerja dapat diterapkan bagi pekerja formal, sektor mikro, kecil dan rumah tangga dengan mempertimbangkan kebutuhan dan fasilitas yang tersedia. Peran tempat kerja dalam penyelenggaraan kegiatan keafiatan tidak terlepas dari peran Dinas Kesehatan untuk pembinaan serta fasilitas kesehatan untuk pembinaan, kemitraan dan rujukan.

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja38

Berikut adalah salah satu contoh skema pe-nyelenggaraan kegiatan keafiatan di tempat kerja:

SKEMA KERJA KEGIATAN KEAFIATAN INDIVIDU

PROGRAM KEAFIATAN

BUKU PROFILKARYAWAN -TU-UNIT Es II

BUKU PROFILKESEHATANPEGAWAI -TU-UNIT Es II

PENGISIANKUESIONERPENILAIAN DIRI:

a. RAPA 1 dan 2b. SRQ 20 atau SDS atau Kuesioner Skrining Stres Holmes dan Rahec. Kuesioner Adiksi Nikotin Fagerstrom(bagi perokok)

Peningkatan Aktivitas Fisik dan LatihanFisik TerprogramsertaKebugaranJasmani

ManajemenStres denganKegiatanPendampinganPekerja/EmployeeAssistanceProgram(EAP)

Peningkatan PerilakuPenerapanGiziSeimbang

FasilitasiBerhentiMerokok

Daftar usulanpekerja yangdiikutsertakankegiatan keafiatanindividuberdasarkan:skoring risiko,data IMT, riwayatpenyakit sertakesediaanmengikuti bagipekerja perokok

EvaluasidanLaporanHasil

Evaluasi *)

RujukanBalik - HasilProgram

Surat rujukanuntuk pekerjadengan risikosesuai program

PEKERJA

LABORATORIUM

DITKESJAOR

Dr. SPESIALIS TERKAIT

PHBS

PENGELOLAKEGIATANKEAFIATANINDIVIDU DIPOLIKLINIK

DITKESJAOR

PENGELOLAKEGIATANKEAFIATANINDIVIDU DIPOLIKLINIK

Contoh Skema Kegiatan Keafiatan IndividuPekerja di Lingkungan Kemenkes

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja39

BAB IVPEMBINAAN, PEMANTAUAN DANEVALUASI KEGIATAN KEAFIATAN

A. PEMBINAAN

Agar tujuan penyelenggaraan kegiatan keafiatan dapat lebih tercapai, perlu dilakukan pembinaan. Pembinaan dilaksanakan oleh tim khusus kegiatan keafiatan yang dibentuk oleh pimpinan tempat kerja. Pembinaan dilakukan secara terpadu dan berkala minimal 1 (satu) kali dalam setahun melalui pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi penyelenggaraan kegiatan keafiatan di tempat kerja. Pembinaan tersebut meliputi:

1. Pembinaan regulasi/peraturan terkait pelaksanaan ke-giatan keafiatan yang meliputi: membuat, merevisi dan membatalkan peraturan sesuai kebutuhan di lapangan.

2. Pembinaan SDM kegiatan keafiatan yang meliputi: sosialisasi, orientasi, pendidikan dan pelatihan hal-hal terkait pelayanan kegiatan keafiatan.

3. Pembinaan fasilitas pelayanan kegiatan keafiatan.

B. PEMANTAUAN

Untuk dapat memantau perkembangan dan keberhasilan kegiatan keafitan agar tetap mengacu pada tujuan, kebi-jakan, strategi serta target yang telah disepakati, perlu ada-nya kegiatan pemantauan. Pemantauan dilakukan melalui:

1. Sistem pencatatan dan pelaporan setiap kegiatan keafiatan.

2. Kunjungan langsung ke lapangan untuk memantau kegiatan.

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja41

C. EVALUASI

Untuk menilai tingkat keberhasilan kegiatan keafiatan perlu diadakan evaluasi. Perlu ditentukan indikator keber-hasilan yaitu suatu petunjuk untuk membatasi fokus per-hatian penilaian. Indikator kegiatan keafiatan ditentukan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. Penentuan in-dikator dan targetnya dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan penyelenggaraan kegiatan. Indikator dibagi menjadi indikator input, proses, output dan outcome.

1. Indikator Inputa. Kebijakan tempat kerja dalam penyelenggaraan

kegiatan keafiatan.b. Ketersediaan tim ahli kegiatan keafiatan.c. Ketersediaan sarana dan prasarana kegiatan ke-

afiatan.d. Ketersediaan dana/anggaran.

2. Indikator Prosesa. Adanya kegiatan pembinaan kegiatan keafiatan di

tempat kerja.b. Terselenggaranya kegiatan keafiatan kelembagaan

di bidang aktivitas fisik dan kebugaran jasmani, bidang gizi, bidang kesehatan jiwa dan bidang pengendalian merokok sesuai dengan penjabaran masing-masing kegiatan (Tabel 1. Kegiatan Keafiatan Kelembagaan).

c. Terselenggaranya kegiatan keafiatan individu meliputi:- Peningkatan aktivitas fisik dan latihan fisik

terprogram serta kebugaran jasmani.- Peningkatan perilaku penerapan gizi seimbang- Manajemen Stres dengan Kegiatan Pendam-

pingan Pekerja/EAP (Employee Assistance Program).

- Fasilitasi berhenti merokok.

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja42

Masing-masing kegiatan keafiatan individu (Tabel 2. Kegiatan Keafiatan Individu) ditentukan frekuensi pelaksanaan dan kehadiran petugas/tim ahli sesuai jangka waktu yang ditentukan.

3. Indikator Output Cakupan peserta yang menjalani kegiatan keafiatan

sampai tuntas.

4. Indikator Outcomea. Cakupan peningkatan perilaku hidup bersih dan

sehat di tempat kerja.b. Cakupan perbaikan indikator klinis peserta kegiatan

keafiatan.c. Menurunnya angka kesakitan dan ketidakhadiran

pekerja.

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja43

BAB VPENCATATAN DAN PELAPORAN

KEGIATAN KEAFIATAN

A. PENCATATAN

Pencatatan adalah kegiatan atau proses pendokumentasian suatu aktifitas secara tertulis yang memberi manfaat:

1. Memberi informasi tentang kegiatan dan permasalahannya

2. Sebagai bukti dari suatu kegiatan3. Sebagai bahan proses belajar dan bahan penelitian4. Sebagai bentuk pertanggungjawaban5. Sebagai bahan pembuatan laporan6. Bentuk perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

Dalam kegiatan keafiatan di tempat kerja pencatatan di-mulai dari pembuatan kerangka acuan kegiatan yang berisi perencanaan kegiatan. Dalam proses penyelenggaran ke-giatan pencatatan dilakukan dengan mendokumentasikan data pekerja, mengidentifikasi permasalahan, catatan pe-meriksaan medis, catatan pemantauan, serta catatan per-kembangan kemajuan.

Hasil pencatatan kegiatan penyelenggaraan dipakai se-bagai bahan pelaporan yang menjadi dasar untuk menentukan langkah selanjutnya.

B. PELAPORAN

Pelaporan adalah sebuah data dan informasi yang diper-lukan untuk pemantauan, evaluasi, dan menilai pencapaian keberhasilan kegiatan keafiatan di tempat kerja. Alur mekanisme pelaporan sesuai dengan mekanisme pela-

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja45

poran di tempat kerja. Pelaporan penyelanggaraan kegiatan keafiatan dilakukan secara berkala kepada pimpinan di tempat kerja.

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja46

BAB VIPENUTUP

Kegiatan keafiatan di tempat kerja penting dilaksanakan untuk meningkatkan status kesehatan dan kebugaran pekerja untuk mencapai produktivitas kerja yang optimal. Produktivitas kerja meningkat akan memberikan keuntungan bagi pekerja mau-pun institusi tempat kerja.

Keberhasilan kegiatan keafiatan dapat dicapai dengan komit-men semua pihak, yang dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan.

Semoga pedoman ini dapat bermanfaat bagi institusi tempat kerja dan pekerjanya.

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja47

DAFTAR PUSTAKA

1. ACSM’s Guidelines for Exercise Testing and Prescription.9th ed. Wolter Kluwer, Lippincott Williams and Wilkins, 2014.

2. Exercise is Medicine Singapore. Exercise Prescription

Guide. Marshall Cavendish Editions, 2015.

3. How Physically Active Are You?. University of Washington Health Promotion Research Center, 2006. Diunduh dari http://depts.washington.edu/hprc/rapa

4. Pedoman Gizi Seimbang, Kementerian Kesehatan RI ,

2014.

5. Pedoman Pelayanan Gizi Ruman Sakit (PGRS). Kementerian Kesehatan RI, 2014

6. Pedoman Proses Asuhan Gizi Terstandar (PAGT). Kementerian Kesehatan RI, 2014

7. Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, edisi ke-2. Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan RI, 2014.

8. Salerno A, PhD, Margolies P, PhD et al; Wellness Self-Management , Personal Workbook; The New York State Office of Mental Health, The Urban Institute for Behavioral Health and Center for Practice Innovations, New York State Psychiatric Institute; New York State Office of Mental Health, 3rd Edition; New York 2010

9. WHO; Mental Health Policies and Programmes in the Workplace; Mental Health Policy and Service Guidance Package; World Health Organisation, 2006

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja49

10. Regional Public Health; A Guide to Promoting Health and Wellness in the workplace; Healthy employees are productive employees; new Zealand December 2012

11. The Centre for Mental Health in the Workplace; Elements and Priorities for Working Toward a Psychologically Safer Workplace; Mental Health Commission of Canada; 2010

12. Insel PM, Roth WT; Wellness Worksheets; Twelfth Edition; The McGraw-Hill Companies; 2012

13. Gabriel P, Liimatainen; Mental Health in the Workplace; International Labour Office of Geneva; International Labour Organization 200

14. Hopehealth; The Step by Step Guide Successful Workplace Wellness Programs; Hope Health , 2012

15. Gray P; Mental Health in the Qorkplace; Tackling the Effects of Stress; The Mental Health Foundation, London 2000

16. Bergstrand J; Worksite Wellness Toolkit; Partnership 4 health;

17. Nations for Mental Health; Mental Health and Work : Impact, issues and Good Practice; Mental Health Policy and Service Development, Department of Mental Health and Substance Dependence, Noncommunicable Disease and Mental Health; World Health Organization; Geneva 2000

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja50

LAMPIRAN 1.

Penilaian Cepat Aktivitas FisikRapid Assessment of Physical Activity

(RAPA)

Aktivitas fisik adalah aktivitas saat anda bergerak sehingga meningkatkan denyut jantung di atas denyut jantung istirahat, yang dilakukan untuk kesenangan (rekreasi), kerja, ataupun dalam perjalanan (transportasi).

Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini mengenai jumlah dan intensitas (berat-ringan) aktivitas fisik yang biasa anda lakukan, intensitas dari aktivitas yang dilakukan berhubungan dengan jumlah energi yang digunakan untuk aktivitas-aktivitas tersebut.

Contoh-contoh tingkat intensitas aktivitas fisik:

Aktivitas Ringan

• Denyut jantung Anda lebih cepat dari normal

• Anda dapat berbicara dan bernyanyi

Aktivitas Sedang

• Denyut jantung Anda meningkat cepat

• Anda tidak dapat berbicara atau berbicara terengah-engah

Aktivitas Berat

• Denyut jantung Anda lebih cepat dari normal

• Anda dapat berbicara tetapi tidak dapat bernyanyi

Jalan Santai

Jalan Cepat

Alat Naik-TurunAnak Tangga

Jogging atau Lari Tenis Lapanganatau Badminton

Kelas SenamAerobik

Latihan Beban Renang

Peregangan Membersihkan denganVacuum Cleaner atau

Aktivitas Berkebun Ringan

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja51

Seberapa Aktifkah Anda?(Centang satu jawaban pada setiap pertanyaan)

Saya jarang atau tidak pernah melakukan aktivitas fisik.

Saya melakukan aktivitas fisik ringan atau sedang, tetapi tidak setiap minggu.

Saya melakukan aktivitas fisik ringan setiap minggu.

Saya melakukan aktivitas fisik sedang setiap minggu, tetapi kurang dari 30 menit dalam sehari atau kurang dari 5 hari dalam seminggu.

Saya melakukan aktivitas untuk meningkatkan kekuatanotot seperti latihan beban atau kalistenik, 1 kali dalamseminggu atau lebih.

Saya melakukan aktivitas fisik berat setiap minggu, tetapi kurang dari 20 menit dalam sehari atau kurang dari 3 hari dalam seminggu.

Saya melakukan aktivitas fisik sedang 30 menit ataulebih dalam sehari, 5 hari atau lebih dalam seminggu.

Saya melakukan aktivitas fisik berat 20 menit ataulebih dalam sehari, 3 hari atau lebih dalam seminggu.

Ya Tidak

Ya Tidak

Ya Tidak

Ya Tidak

Ya Tidak

Ya Tidak

Ya Tidak

Saya melakukan aktivitas untuk meningkatkanfleksibilitas, seperti peregangan atau yoga, 1 kali dalamseminggu atau lebih.

Tanggal

RA

PA

2

Ya Tidak

Ya Tidak

RA

PA

1

1

2

3

4

5

6

7

1

2

3 -

ke

du

an

ya 1

& 2

Apakah hal inisesuai dengan

diri anda?

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja52

Cara Penilaian

RAPA 1: AerobikUntuk menilai, pilih skor tertinggi sesuai jawaban. Skor kurang dari 6 adalah tidak optimal.

Untuk penilaian atau merangkum secara kategorial:

Skor: Sedenter/tidak aktif1. Saya jarang atau tidak pernah melakukan aktivitas fisik.

Skor: Kurang aktif2. Saya melakukan aktivitas fisik ringan atau sedang, tetapi tidak setiap minggu.

Skor: Kurang dari aktivitas biasa - aktivitas ringan3. Saya melakukan aktivitas fisik ringan setiap minggu.

Skor: Kurang dari aktivitas biasa4. Saya melakukan aktivitas fisik sedang setiap minggu, tetapi kurang dari 30 menit dalam sehari atau kurang dari 5 hari dalam seminggu.5. Saya melakukan aktivitas fisik berat setiap minggu, tetapi kurang dari 20 menit dalam sehari atau kurang dari 3 hari dalam seminggu.

Skor: Aktif6. Saya melakukan aktivitas fisik sedang 30 menit atau lebih dalam sehari, 5 hari atau lebih dalam seminggu.7. Saya melakukan aktivitas fisik berat 20 menit atau lebih dalam sehari, 3 hari atau lebih dalam seminggu.

RAPA 2: Kekuatan dan Fleksibilitas

Saya melakukan aktivitas untuk meningkatkan kekuatan otot seperti latihan beban atau kalistenik, 1 kali dalam seminggu atau lebih. (1)

Saya melakukan aktivitas untuk meningkatkan fleksibilitas, seperti peregangan atau yoga, 1 kali dalam seminggu atau lebih. (2)

Keduanya (3)

Tidak ada (0)

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja53

LAMPIRAN 2.

TAHUN

TANGGAL/BULAN

Januari

Februari

Maret

April

Mei

Juni

Juli

Agustus

September

Oktober

November

Desember

TINGGI BADAN (TB)

(Cm)

BERAT BADAN (BB) INDEKS MASSATUBUH (IMT)(Kg)

Keterangan:

IMT =TB (M) x TB (M)

BB (Kg)

Kurus

Normal

Kegemukan

Gemuk

IMT <18,5

IMT 18,5 - 25,0

IMT 25,1 - 27,0

IMT >27

INDEKS MASSA TUBUH (IMT)

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja54

LAMPIRAN 3.

SRQ - 20(Self-Reporting Questionnaire - 20)

Petunjuk: Bacalah petunjuk ini seluruhnya sebelum mulai mengisi. Pertanyaan berikut berhubungan dengan masalah yang mungkin menggangu Anda selama 30 hari terakhir. Apabila Anda menganggap pertanyaan itu Anda alami dalam 30 hari terakhir, berilah tanda silang (X) pada kolom Y (berarti Ya). Sebaliknya, Apabila Anda menganggap pertanyaan itu tidak Anda alami dalam 30 hari terakhir, berilah tanda silang (X) pada kolom T (Tidak). Jika Anda tidak yakin tentang jawabannya, berilah jawaban yang paling sesuai di antara Y dan T. Kami tegaskan bahwa jawaban Anda bersifat rahasia dan akan digunakan hanya untuk membantu pemecahan masalah Anda.

Skoring / Penilaian: • Untuk pertanyaan No. 1 s/d 20, jika terdapat minimal 7 (tujuh) jawaban YA, maka sebaiknya dirujuk ke profesional kesehatan jiwa (psikiater, psikolog, dokter umum dan perawat yang sudah dilatih keswa)

No. Y T

SRQ1

SRQ2

SRQ3

SRQ4

SRQ5

SRQ6

SRQ7

SRQ8

SRQ9

SRQ10

SRQ11

SRQ12

SRQ13

SRQ14

SRQ15

SRQ16

SRQ17

SRQ18

SRQ19

SRQ20

Pertanyaan

Apakah Anda sering merasa sakit kepala?

Apakah Anda kehilangan nafsu makan?

Apakah tidur Anda tidak nyenyak?

Apakah Anda mudah merasa takut?

Apakah Anda merasa cemas, tegang, atau khawatir?

Apakah tangan Anda gemetar?

Apakah Anda mengalami gangguan pencernaan?

Apakah Anda merasa sulit berpikir jernih?

Apakah Anda merasa tidak bahagia?

Apakah Anda lebih sering menangis?

Apakah Anda merasa sulit untuk menikmati aktivitas sehari-hari?

Apakah Anda mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan?

Apakah aktivitas/tugas sehari-hari Anda terbengkalai?

Apakah Anda merasa tidak mampu berperan dalam kehidupan ini?

Apakah Anda kehilangan minat terhadap banyak hal?

Apakah Anda merasa tidak berharga?

Apakah Anda mempunyai pikiran untuk mengakhiri hidup Anda?

Apakah Anda merasa lelah sepanjang waktu?

Apakah Anda merasa tidak enak di perut?

Apakah Anda mudah lelah?

Total YA :

Tanggal :

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja55

LAMPIRAN 4.

Tanggal pengisian :

(Berhubungan dengan Pekerjaan dan Lingkungan Kerja)SURVEI DIAGNOSIS STRES

Petunjuk :Kuesioner ini dirancang untuk mengetahui sejauh mana berbagai kondisi hidup yang sifatnya sangat pribadi menjadi sumber stres anda.Untuk setiap pertanyaan anda harus memilih seberapa sering kondisi yang dimaksud tersebut menjadi sumber stres.

Berikan tanda silang pada pilihan yang anda anggap sesuai : 1. Bila kondisi yang diuraikan tidak pernah menimbulkan stres 2. Bila kondisi yang diuraikan jarang sekali menimbulkan stres 3. Bila kondisi yang diuraikan jarang menimbulkan stres

4. Bila kondisi yang diuraikan kadang-kadang menimbulkan stres 5. Bila kondisi yang diuraikan sering menimbulkan stres 6. Bila kondisi yang diuraikan seringkali menimbulkan stres 7. Bila kondisi yang diuraikan selalu menimbulkan stres

1 Tujuan tugas-tugas dan pekerjaan saya tidak jelas

2 Saya mengerjakan tugas-tugas atau proyek-proyek yang tidak perlu

3 Saya harus membawa pulang pekerjaan rumah setiap sore hari atau akhir pekan agar dapat mengejar waktu

4 Tuntutan-tuntutan mengenai mutu pekerjaan terhadap saya keterlaluan

5 Saya tidak mempunyai kesempatan yang memadai untuk maju dalam organisasi ini

6 Saya bertanggung jawab untuk pengembangan karyawan lain

7 Saya tidak jelas kepada siapa harus melapor dan atau siapa yang melapor kepada saya

8 Saya terjepit di tengah-tengah antara atasan dan bawahan saya

9 Saya menghabiskan waktu terlalu banyak untuk pertemuan-pertemuan yang tidak penting yang menyita waktu saya

10 Tugas-tugas yang diberikan kepada saya kadang-kadang terlalu sulit dan atau terlalu kompleks

1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7

11 Kalau saya ingin naik pangkat/posisi, saya harus mencari pekerjaan pada satuan kerja lain

12 Saya bertanggung jawab untuk membimbing dan atau membantu bawahan saya menyelesaikan problemnya

13 Saya tidak mempunyai wewenang untuk melaksanakan tanggung jawab pekerjaan saya

14 Jalur perintah yang formal tidak dipatuhi

15 Saya bertanggung jawab atas semua proyek pekerjaan dalam waktu bersamaan yang hampir tidak dapat dikendalikan

16 Tugas-tugas tampaknya makin hari menjadi makin kompleks

17 Saya merugikan kemajuan karir saya dengan menetap pada organisasi/pekerjaan ini

18 Saya bertindak atau membuat keputusan-keputusan yang mempengaruhi keselamatan dan kesejahteraan orang lain

19 Saya tidak mengerti sepenuhnya apa yang diharapkan dari saya

20 Saya melakukan pekerjaan yang diterima oleh satu orang tapi tidak diterima oleh yang lain

1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7

21 Saya benar-benar mempunyai pekerjaan yang lebih banyak dari pada yang biasanya dapat dikerjakan dalam sehari

22 Organisasi mengharapkan saya melebihi keterampilan dan atau kemampuan yang saya miliki

23 Saya hanya mempunyai sedikit kesempatan untuk berkembang dan belajar pengetahuan dan keterampilan baru dalam pekerjaan saya

24 Tanggung jawab saya dalam organisasi ini lebih mengenai orang daripada barang

25 Saya tidak mengerti bagian yang diperankan perkerjaan saya dalam memenuhi tujuan organisasi keseluruhan

26 Saya menerima permintaan-permintaan yang saling bertentangan dari satu orang atau lebih

27 Saya merasa bahwa saya betul-betul tidak punya waktu untuk istirahat berkala

28 Saya kurang terlatih dan atau kurang berpengalaman untuk melaksanakan tugas-tugas saya secara memadai

29 Saya merasa mandek dalam karir/posisi saya

30 Saya bertanggungjawab atas hari depan (karir) orang lain

1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7

1 2 3 4 5 6 7

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja56

Interpretasi sbb.:

SURVEI DIAGNOSIS STRES

JENIS STRESSOR KERJA

1 = Derajat stres rendah, total skor <102 = Derajat stres sedang, total skor 10 - 243 = Derajat stres tinggi, total skor >24

a. Ketaksaan peranDirasakan jika pekerja tidak memiliki cukup informasi untuk dapatmelaksanakan tugasnya, atau tidak mengerti cara merealisasikanharapan yang berkaitan dengan peran tertentu.Skor didapatkan dengan menjumlahkan nilai dari pertanyaan no:1 + 7 + 13 + 19 + 25

SKOR

b. Konflik peranAdalah konflik yang terjadi bila terdapat ketidakcocokan antaratuntutan peran dengan kebutuhan nilai individu.Skor didapatkan dengan menjumlahkan nilai dari pertanyaan no:2 + 8 + 14 + 20 + 26

SKOR

c. Beban berlebih kuantitatifAdalah harus melakukan terlalu banyak hal yang dibutuhkan dengandesakan waktu.Skor didapatkan dengan menjumlahkan nilai dari pertanyaan no:3 + 9 + 15 + 21 + 27

SKOR

d. Beban berlebih kualitatifAdalah kemajemukan pekerjaan yang memerlukan kemampuanteknik dan intelektual yang lebih tinggi daripada yang dimiliki pekerja.Skor didapatkan dengan menjumlahkan nilai dari pertanyaan no:4 + 10 + 16 + 22 + 28

SKOR

e. Pengembangan karirAdalah pembangkit stres potensial yang mencakup ketidakpastianpekerjaan, promosi berlebih, dan promosi yang kurang.Skor didapatkan dengan menjumlahkan nilai dari pertanyaan no:5 + 11 + 17 + 23 + 29

SKOR

f. Tanggung jawab personalAdalah tanggung jawab terhadap orang lain.Skor didapatkan dengan menjumlahkan nilai dari pertanyaan no:6 + 12 + 18 + 24 + 30

SKOR

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja57

LAMPIRAN 5.

Tanggal Pengisian:

No

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

Kematian suami/istri

Perceraian

Perpisahan dalam perkawinan

Penahanan

Kematian keluarga dekat

Perasaan tersinggung atau sakit

Perkawinan

Kehilangan pekerjaan/jabatan

Rujuk dalam perkawinan

Pensiun/pengasingan diri

Perubahan kesehatan seoranganggota keluargaKehamilan Istri

Kesulitan seks

Tambah anggota keluarga baru

Penyesuaian bisnis/pekerjaan

Perubahan status keluarga

Perubahan frekuensi dalamberdebat/berargumentasiMenggadaikan rumah

Mencegah terjadinyapenggadaian/pinjamanPerubahan tanggung jawabdalam pekerjaan

No

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

Anak laki-laki/perempuan meninggalkanrumahKonflik dengan ipar/mertua/menantu

Prestasi pribadi yang luar biasa

Istri mulai bekerja atau berhenti bekerja

Mulai atau berhenti sekolah

Perubahan dalam kondisi kehidupan

Menukar/merubah kebiasaan pribadi

Kesulitan dengan atasan

Perubahan jam kerja

Tukar/pindah tempat tinggal

Tukar/pindah sekolah

Perubahan dalam hiburan

Perubahan dalam kegiatan keagamaan

Perubahan dalam kegiatan sosial

Pinjaman dengan rumah sebagai jaminan

Perubahan dalam kebiasaan tidur

Perubahan dalam jumlah pertemuan keluarga

Perubahan dalam kebiasaan makan

Berlibur

Natal/Lebaran/Galungan/Hari besarKeagamaanPelanggaran ringan

Petunjuk:Berilah tanda silang ‘X’ pada nomor di bawah ini. Kejadian-kejadian/pengalaman dalam hidup yang anda rasakan atau yang dialami selama 1 (satu) tahun ini.

Penilaian (diisi oleh pemeriksa)Setiap nomor diberi skor masing-masing sesuai di bawah ini. Kemudian dihitung total skornya.

Nama Pengisi:

Umur:

KUESIONER SKRINING STRES HOLMES & RAHE(Kejadian Penting dalam Hidup)

No Nilai

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

100

73

65

63

63

53

50

47

45

45

No Nilai

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

44

40

39

39

39

38

35

32

30

29

No Nilai

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

29

29

28

26

26

25

24

23

20

20

No Nilai

TOTAL SKOR

Kesimpulan:Stres Ringan = 1 - 149Stres Sedang = 150 - 299Stres Berat = >300

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

20

19

19

18

17

16

15

15

13

12

11 Tanggal :

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja58

KUESIONER ADIKSI NIKOTIN FAGERSTROM

1. Berapa banyak rokok yang Anda hisap dalam satu hari? 1 - 10 (0) 11 - 20 (1) 21 - 30 (2) 31 atau lebih (3)

2. Seberapa cepat Anda menyalakan rokok pertama Anda setelah Anda terjaga/bangun? Dalam 5 menit (3) 6 hingga 30 menit (2) 31 hingga 60 menit (1) Setelah 60 menit (0)

3. Rokok mana yang paling Anda tidak relakan untuk dihentikan? Rokok pertama pada pagi hari (1) Lainnya (0)

4. Apakah Anda merokok lebih banyak dalam 2 jam pertama hari Anda dari pada sisa hari Anda? Tidak (0) Ya (1)

5. Apakah Anda kesulitan menahan rasa ingin merokok di tempat yang dilarang seperti bangunan umum, pesawat terbang, atau di tempat kerja? Tidak (0) Ya (1)

6. Apakah Anda masih merokok ketika Anda sakit berat sehingga Anda harus berbaring dalam sebagian besar waktu Anda? Tidak (0) Ya (1)

SKOR TOTALSkor Fagerstrom

Tanggal :

0 - 3 Ketergantungan rendah4 - 6 Ketergantungan sedang7 - 10 Ketergantungan tinggi

LAMPIRAN 6.

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja59

MONITORING AKTIVITAS FISIK / LATIHAN FISIK

Bulan/Tahun

Minggu Sen Sel Rab Kam Jum Sab Min

Jenis LatihanAerobik : latihan jalan/jogging/treadmill/sepeda/renang, dll

Kekuatan : latihan beban/push up,plank/squat, dll

Fleksibilitas : peregangan/yoga, dll

IntensitasRingan - Sedang - Berat(Tes Bicara atau % Denyut JantungMaksimal)

TimeWaktu latihan dalam menit (tidaktermasuk pemanasan & pendinginan)

Bulan/Tahun

Minggu Sen Sel Rab Kam Jum Sab Min

Jenis LatihanAerobik : latihan jalan/jogging/treadmill/sepeda/renang, dll

Kekuatan : latihan beban/push up,plank/squat, dll

Fleksibilitas : peregangan/yoga, dll

IntensitasRingan - Sedang - Berat(Tes Bicara atau % Denyut JantungMaksimal)

TimeWaktu latihan dalam menit (tidaktermasuk pemanasan & pendinginan)

LAMPIRAN 7.

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja60

LAMPIRAN 8.

FORMULIR SKRINING LANJUT

Diagnosis Medis :

BB : kg TB : cm IMT : kg/m2

Tinggi Lutut : cm LLA : cm

1. Skor IMT Skor

• IMT >20 (Obesitas >30) = 0 ( )

• IMT 18.5 - 20 = 1

• IMT <18.5 = 2

2. Skor kehilangan BB yang tidak direncanakan 3 - 6 bulan terakhir

• BB hilang <5% = 0 ( )

• BB hilang 5 - 10% = 1

• BB hilang >10% = 2

3. Skor efek penyakit akut

• Ada asupan nutrisi >5 hari = 0 ( )

• Tidak ada asupan nutrisi >5 hari = 1

• BB hilang >10% = 2

Jumlah skor keseluruhan =

Hasil

0 : Beresiko rendah; ulangi skrining setiap 7 hari.

1 : Resiko menengah; monitoring asupan selama 3 hari. Jika tidak ada peningkatan, lanjutkan pengkajian dan ulangi skrining setiap 7 hari.

≥2 : Beresiko tinggi; bekerjasama dengan Tim Dukungan Gizi/ Panitia Asuhan Nutrisi. Upayakan peningkatan asupan gizi dan memberikan makanan sesuai dengan daya terima. Monitoring asupan makanan setiap hari. Ulangi skrining setiap 7 hari.

Parameter

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja61

LAMPIRAN 9.

FORMULIR RIWAYAT POLA MAKAN / KEBIASAAN

INSTALASI GIZI POLIKLINIK GIZI KLINIK RS No. Rekam Medik RIWAYAT GIZI Tanggal

Nama

Jenis L/P Umur

Th.

Tinggi badan

cm

Berat Badan

Kg Ideal

Kg Agama PENDIDIKAN Pekerjaan Aktivitas Daerah asal

TS SD SLP SLA PT

Dokter yang mengirim Diagnosis Diet Pemeriksaan Lab./Klinik penting Pengobatan Penting

KETERANGAN TENTANG MAKANAN Diet sebelumnya Alergi terhadap makanan/Pantangan/Suka/Tidak suka Keterangan lain

POLA MAKANAN ( Beri tanda x pada jawaban yang benar)

Lebih 1x sehari

1 x sehari

3-6 x seminggu

1-2 x seminggu

Kurang 1 x sem

inggu

Tak pernah

Lebih 1x sehari

1 x sehari

3-6 x seminggu

1-2 x seminggu

Kurang 1 x sem

inggu

Tak pernah

Beras Sayuran/tomat/wortel Jagung Sayuran lain Mie Pisang Roti Pepaya Biskuit/kue Jeruk Kentang Buah segar lain Singkong Buah diawet Ubi rambat Susu segar Tempe Susu kental manis Tahu Susu kental tak manis Oncom Susu tepung whole Kacang kering Susu tepung skim Ayam Keju Daging Minyak/goreng-gorengan Daging diawet Kelapa/santan Hati/Limpa/Otak/Usus/Paru2 Margarin/mentega Telor ayam/bebek Teh Manis Ikan basah Kopi Manis Ikan kering Sirop Udang basah Minuman botol ringan Sayuran hijau daun Minuman alkohol Sayuran kacang-kacangan

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja62

Contoh Formulir Hidangan Sehari (Recall 24 Jam) Sebelum Sakit/Sebelum Dirawat

Makan pagi Banyak

Selingan Pagi Banyak

gr URT gr URT

Makan Siang Banyak

Selingan Sore Banyak

gr URT gr URT

Makan Malam Banyak

Selingan Malam Banyak

gr URT gr URT

Kal Prot

gr

Lemak

gr

CHO

gr

Ca

gr

Fe

mg

Vit A

SI

Vit B1

mg

Vit C

mg

Rata-rata

sehari

RDA*

Sikap pasien terhadap diet

Anjuran untuk memperbaiki kebiasaan makanan/menjalankan diet

Tanggal

Dietisien Tanda tangan

Keterangan : Untuk pasien dengan diet khusus RDA diisi dengan kebutuhan dietnya

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja63

LAMPIRAN 10.

MONITORING PENGEMBANGAN DIRI

Tanggal Kegiatan Catatan

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja65

87 PGRS – LAMPIRAN

KARTU KLIEN UPAYA BERHENTI MEROKOK

Tanggal/Bulan/Tahun

No.

Jarak antar pertemuan dalam 3 bulan pertama adalah 2 minggu, dilanjutkan setiap 3 bulan sampai setahun* Ada/Tidak Riwayat Berhenti Merokok: Jika ada, isi berapa lama (kunjungan pertama)

** Terapi Simptomatis: Terapi yang diberikan untuk mengatasi keluhan klinis yang terjadi

*** Metode Berhenti diisi dengan: • Seketika (cold turkey) • Bertahap • Penundaan

**** Ada/Tidak Dukungan keluarga/teman dll: Jika ada, diisi dengan siapa

***** Nilai keberhasilan: Proses : Klien yang masih dalam proses berhenti merokok Berhasil Berhenti Merokok : Klien yang berhasil berhenti merokok (ditulis tanggal berhenti merokok) CA : Continuous Abstinences adalah klien yang berhasil berhenti merokok secara terus menerus dalam periode tertentu

CA 1 : Klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 1 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok CA 3 : Klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 3 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok CA 6 : Klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 6 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok CA 9 : Klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 9 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok

****** Kolom hasil akhir diisi dengan: • Berhasil (BBM) • Kambuh (Km) • Drop Out (DO) • Rujuk (Rj) • Sukses (SK)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

JumlahRokok/

Hari

Ada/TidakRiwayatBerhentiMerokok

Tanyakan Tolong & Nasehati Tindak LanjutTelaah

Ada/TidakDukunganKeluarga/teman dll

****

Nilaikeberha-

silan*****

HasilAkhir******Tingkat

Adiksi(Fager-strom)

Kadar CO

Profil Perokok Rencana untuk berhenti merokok

APE(Arus

PuncakEkspirasi)

Tingkatmotivasi

(skala0-10)

Keluhanklinisputus

nikotin

TerapiSimpto-matis **

MetodeBerhenti

***TanggalBerhentiMerokok

MetodeBerhentiMerokok

KendalaBerhentiMerokok

Adakahanggotakeluarga

yangmerokokdi rumah

anda

LAMPIRAN 11.

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja66

87 PGRS – LAMPIRAN

KARTU KLIEN UPAYA BERHENTI MEROKOK

Tanggal/Bulan/Tahun

No.

Jarak antar pertemuan dalam 3 bulan pertama adalah 2 minggu, dilanjutkan setiap 3 bulan sampai setahun* Ada/Tidak Riwayat Berhenti Merokok: Jika ada, isi berapa lama (kunjungan pertama)

** Terapi Simptomatis: Terapi yang diberikan untuk mengatasi keluhan klinis yang terjadi

*** Metode Berhenti diisi dengan: • Seketika (cold turkey) • Bertahap • Penundaan

**** Ada/Tidak Dukungan keluarga/teman dll: Jika ada, diisi dengan siapa

***** Nilai keberhasilan: Proses : Klien yang masih dalam proses berhenti merokok Berhasil Berhenti Merokok : Klien yang berhasil berhenti merokok (ditulis tanggal berhenti merokok) CA : Continuous Abstinences adalah klien yang berhasil berhenti merokok secara terus menerus dalam periode tertentu

CA 1 : Klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 1 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok CA 3 : Klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 3 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok CA 6 : Klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 6 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok CA 9 : Klien yang berhenti merokok terus menerus dalam periode 9 bulan sejak klien berhasil berhenti merokok

****** Kolom hasil akhir diisi dengan: • Berhasil (BBM) • Kambuh (Km) • Drop Out (DO) • Rujuk (Rj) • Sukses (SK)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

JumlahRokok/

Hari

Ada/TidakRiwayatBerhentiMerokok

Tanyakan Tolong & Nasehati Tindak LanjutTelaah

Ada/TidakDukunganKeluarga/teman dll

****

Nilaikeberha-

silan*****

HasilAkhir******Tingkat

Adiksi(Fager-strom)

Kadar CO

Profil Perokok Rencana untuk berhenti merokok

APE(Arus

PuncakEkspirasi)

Tingkatmotivasi

(skala0-10)

Keluhanklinisputus

nikotin

TerapiSimpto-matis **

MetodeBerhenti

***TanggalBerhentiMerokok

MetodeBerhentiMerokok

KendalaBerhentiMerokok

Adakahanggotakeluarga

yangmerokokdi rumah

anda

Buku Pedoman Kegiatan Keafiatan di Tempat Kerja67