Pedoman Cold Storage

3
PEDOMAN UMUM Fasilitasi Gudang Penyimpanan Daging Beku (Cold Storage) I. PENDAHULUAN Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan pasal 35 ayat (1) bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah memfasilitasi pengembangan unit usaha pascapanen produk hewan skala kecil dan menengah dan pasal 35 ayat (2) bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah memfasilitasi berkembangnya unit usaha pascapanen yang memanfaatkan produk hewan sebagai bahan baku pangan, pakan, farmasi, dan industri. Paradigma pembangunan peternakan di era globalisasi dewasa ini sudah bergeser dari peningkatan produksi ke arah peningkatan nilai tambah. Sentuhan teknologi pangan dan pemanfaatan teknologi pascapanen diharapkan mampu mengembangkan produk olahan hasil ternak yang inovatif dan berdaya saing tinggi. Dengan memanfaatkan teknologi pascapanen diharapkan dapat menekan kehilangan atau kerusakan bahan pangan sejak panen dan meningkatkan nilai tambah. Penanganan pascapanen produk peternakan yang baik sangat penting karena akan sangat menunjang kualitas produk yang dihasilkan. Produk yang berkualitas sangat dipengaruhi oleh fasilitas/sarana yang digunakan selama penanganan tersebut. Daging dikenal sebagai bahan makanan yang mudah rusak (perishable food) Oleh sebab itu, penanganan daging harus dilakukan secara higienis agar daging dapat dipertahankan mutu dan kualitasnya. Penanganan daging yang higienis perlu diterapkan saat hewan di RPH, proses pemotongan, penyimpanan, distribusi dan penyajian. Salah satu penerapan upaya untuk menekan perkembangan mikroorganisme dalam penanganan daging adalah penerapan sistem rantai dingin (cold chain system), artinya daging harus ditangani (disimpan) pada suhu dingin di bawah < +4 o C. Penyimpanan daging dalam cold chain system adalah dengan menyimpan daging dalam gudang penyimpanan daging beku (cold storage) sehingga daging dapat dipertahankan kualitasnya sebelum ditransportasikan ke daerah lain. II. TUJUAN Tersedia tempat penyimpanan daging dalam gudang penyimpanan daging beku (cold storage) sehingga daging dapat dipertahankan kesegarannya sebelum didistribusikan. III. RINCIAN KEGIATAN 1. Persiapan yang terdiri dari identifikasi RPH-R dan sosialisasi program 2. Pelaksanaan fasilitasi gudang penyimpanan daging beku (cold storage). 3. Monitoring fasilitasi gudang penyimpanan daging beku (cold storage).

description

Pedoman Umum Cold Storage

Transcript of Pedoman Cold Storage

Page 1: Pedoman Cold Storage

PEDOMAN UMUM

Fasilitasi Gudang Penyimpanan Daging Beku (Cold Storage)

I. PENDAHULUAN

Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan pasal 35 ayat (1) bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah memfasilitasi pengembangan unit usaha pascapanen produk hewan skala kecil dan menengah dan pasal 35 ayat (2) bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah memfasilitasi berkembangnya unit usaha pascapanen yang memanfaatkan produk hewan sebagai bahan baku pangan, pakan, farmasi, dan industri. Paradigma pembangunan peternakan di era globalisasi dewasa ini sudah bergeser dari peningkatan produksi ke arah peningkatan nilai tambah. Sentuhan teknologi pangan dan pemanfaatan teknologi pascapanen diharapkan mampu mengembangkan produk olahan hasil ternak yang inovatif dan berdaya saing tinggi. Dengan memanfaatkan teknologi pascapanen diharapkan dapat menekan kehilangan atau kerusakan bahan pangan sejak panen dan meningkatkan nilai tambah. Penanganan pascapanen produk peternakan yang baik sangat penting karena akan sangat menunjang kualitas produk yang dihasilkan. Produk yang berkualitas sangat dipengaruhi oleh fasilitas/sarana yang digunakan selama penanganan tersebut.

Daging dikenal sebagai bahan makanan yang mudah rusak (perishable food) Oleh sebab itu, penanganan daging harus dilakukan secara higienis agar daging dapat dipertahankan mutu dan kualitasnya. Penanganan daging yang higienis perlu diterapkan saat hewan di RPH, proses pemotongan, penyimpanan, distribusi dan penyajian. Salah satu penerapan upaya untuk menekan perkembangan mikroorganisme dalam penanganan daging adalah penerapan sistem rantai dingin (cold chain system), artinya daging harus ditangani (disimpan) pada suhu dingin di bawah < +4 oC.

Penyimpanan daging dalam cold chain system adalah dengan menyimpan daging dalam gudang penyimpanan daging beku (cold storage) sehingga daging dapat dipertahankan kualitasnya sebelum ditransportasikan ke daerah lain.

II. TUJUAN

Tersedia tempat penyimpanan daging dalam gudang penyimpanan daging beku (cold storage) sehingga daging dapat dipertahankan kesegarannya sebelum didistribusikan.

III. RINCIAN KEGIATAN

1. Persiapan yang terdiri dari identifikasi RPH-R dan sosialisasi program 2. Pelaksanaan fasilitasi gudang penyimpanan daging beku (cold storage). 3. Monitoring fasilitasi gudang penyimpanan daging beku (cold storage).

Page 2: Pedoman Cold Storage

IV. INDIKATOR KELUARAN, VOLUME, DAN SATUAN

a. Indikator Keluaran Tersedianya gudang penyimpanan daging beku (cold storage) sesuai dengan spesifikasi sebagai berikut : - Jenis Cold Storage adalah Freezer - Volume ruangan ± 52.5 M3 - Ukuran 6,0 x 3,5 x 2,5 M (PxLxT) - Kapasitas penyimpanan ± 8.500 kg - Temperatur : -18 s/d – 20 oC - Rak tempat penyimpanan daging harus terbuat dari bahan yang tidak mudah

berkarat atau korosif, kuat, mudah dibersihkan, dan tidak boleh terbuat dari kayu atau bahan-bahan yang bersifat toksik.

b. Volume dan Satuan Ukur

Kegiatan ini dilaksanakan sesuai alokasi anggaran APBN -TP Tahun 2012.

c. Indikator Kinerja Tersedianya gudang penyimpanan daging beku (cold storage)

VI . TAHAPAN PELAKSANAAN

a. Persiapan pelaksanaan program b. Pelaksanaan fasilitasi gudang penyimpanan daging beku (cold storage). c. Monitoring dan evaluasi d. Pelaporan

VII. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN

a. Pelaksanaan kegiatan fasilitasi cold storage b. Monitoring dan evaluasi kegiatan

VIII. PELAKSANA DAN PENANGGUNGJAWAB KEGIATAN

a. Pelaksana kegiatan Dinas provinsi, dinas kabupaten/kota yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan yang terpilih sebagai lokasi kegiatan fasilitasi gudang penyimpanan daging beku (cold storage).

b. Penanggung jawab kegiatan Penanggung jawab kegiatan Dinas provinsi, dinas kabupaten/kota yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan yang terpilih sebagai lokasi kegiatan fasilitasi gudang penyimpanan daging beku (cold storage).

Page 3: Pedoman Cold Storage

IX. JADWAL KEGIATAN No Uraian Kegiatan Rencana Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Penetapan

CPCL X

2 Pelaksanaan Kegiatan X X X X X X X X

3 Evaluasi dan Pelaporan X X X

X. SUMBER PEMBIAYAAN

Seluruh pembiayaan untuk kegiatan ini bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara Tugas Pembantuan (APBN-TP) Kementerian Pertanian Tahun 2012.

Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Dan Pascapanen Drh. Akhmad Junaidi, MMA. NIP. 19570622 198603 1 001