Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

download Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

of 266

Transcript of Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    1/266

    Pedoman Akuntansi

    BUMN Perkebunan

    Berbasis IFRS

    PT. Perkebunan Nusantara I-XIV (persero)

    PT. Rajawali Nusantara Indonesia

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    2/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    3/266

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    4/266

    iv

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    5/266

    menteri negara badan usaha milik negara

    Bab I

    SAMBUTAN

    vSambutan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    6/266

    vi Sambutan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    7/266

    Assalamualaikum Wr. Wb

    Proses konvergensi ke International Financial Reporting Standards menyebabkan

    revisi seluruh Standar Akuntansi Keuangan yang ada. Penggunaan nilai wajar

    dan pertimbangan proesional sangat dibutuhkan dalam penerapan ketentuan

    akuntansi yang baru. Hal tersebut tentu berdampak terhadap perlakuan

    akuntansi di BUMN Perkebunan, termasuk hal-hal lain yang terkait dengan

    pelaporan keuangan, yang menjadi semakin kompleks. Untuk itu dibutuhkan

    sarana dan inrastruktur pendukung supaya BUMN Perkebunan mampu

    menyusun laporan keuangan sesuai dengan ketentuan akuntansi yang baru,

    salah satunya dalam bentuk Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan ini.

    Dengan penyusunan revisi pedoman akuntansi ini diharapkan bisa memberikan

    keseragaman panduan akuntansi sehingga informasi yang dihasilkan oleh

    laporan keuangan memenuhi tujuannya. Suatu pedoman akuntansi merupakan

    penjelasan dari ketentuan dalam Standar Akuntansi Keuangan, regulasi, dan

    praktik yang ada, sehingga harus ditelaah secara regular untuk memastikan bahwa

    pengaturannya masih sesuai dengan perkembangan dari faktor tersebut.

    Pedoman akuntansi bukan merupakan bagian dari produk yang dikeluarkan oleh

    Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI).

    Produk dari DSAK IAI berupa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

    dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK). Sedangkan pedoman

    akuntansi umumnya dikeluarkan oleh regulator dan asosiasi industri. Untuk

    itu, Ikatan Akuntan Indonesia menyampaikan penghargaan atas sikap proaktif

    dan kepedulian Kementerian Negara BUMN yang telah mendorong BUMN

    Perkebunan untuk melakukan pemutakhiran atas pedoman akuntansi ini.

    Keberadaan dari pedoman akuntansi ini diharapkan dapat memperkaya

    kazanah pelaporan keuangan di Indonesia, dan sekaligus sebagai kontribusi

    KATA SAMBUTAN

    viiSambutan Ikatan Akuntan Indonesia

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    8/266

    viii Sambutan Ikatan Akuntan Indonesia

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    kolekti dalam menjawab permasalaan praktik pelaporan keuangan serta untuk

    meningkatkan akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan.

    Akhirnya pada kesempatan ini Ikatan Akuntan Indonesia mengucapkan terima

    kasih dan memberikan penghargaan kepada tim penyusun dan PT Perkebunan

    Nusantara I s.d. XIV (persero) dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (persero)

    atas usaha dan kerja samanya dalam penyusunan pedoman akuntansi ini.

    Semoga kerja sama ini dapat diteruskan lagi di masa mendatang.

    Waalaikumsalam Wr. Wb.

    Dewan Pengurus Nasional

    Prof. Dr. Mardiasmo, MBA, Ak

    Ketua

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    9/266

    Bab I

    SAMBUTAN

    Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh

    Adopsi IFRS bukanlah pilihan bagi Indonesia, tapi keharusan, mengapa?

    Karena Konvergensi IFRS adalah salah satu kesepakatan pemerintah Indonesia

    sebagai anggota G20 orum.

    Menyikapi hal tersebut, BUMN perkebunan yang terdiri dari PT Perkebunan

    Nusantara (PTPN) I sampai dengan PT Perkebunan Nusantara (PTPN)

    XIV ditambah PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) sepakat bersinergi

    mengimplementasikan IFRS dalam pelaporan keuangan yang sudah mulai

    diberlakukan secara bertahap dalam laporan keuangan tahun 2011, dan akandiberlakukan secara penuh dalam laporan keuangan tahun 2012.

    Bagi Indonesia, standar akuntansi yang berlaku umum adalah PSAK

    (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) yang belum mengadopsi penuh

    standar akuntansi international (IFRS). Standar akuntansi yang digunakan di

    Indonesia masih mengacu pada US GAAP (United Stated Generally Accepted

    Accounting Standard).

    Dengan kondisi PSAK sedemikian yang juga berlaku bagi BUMNPerkebunan, akan menjadi penghalang dan hambatan bagi BUMN Perkebunan

    dalam memasuki pasar global khususnya bagi BUMN yang akan melakukan

    listingdi Bursa Eek Indonesia karena laporan keuangan yang tidak standar dan

    dapat diinteprestasikan berbeda oleh calon investor.

    ketua tim koordinasi implementasi iFrs

    pt perkebunan nusantara i sampai dengan pt pekebunan

    nusantara XiV

    dan pt rajawali nusantara indonesia (persero)

    ixSambutan Tim Koordinasi Implementasi IFRS

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    10/266

    Mempertimbangkan hal tersebut, seluruh BUMN Perkebunan bertindak

    proakti bekerja sama dengan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) melakukan

    konvergensi PSAK yang masih mengacu pada US GAAP menjadi PSAK yangberbasis IFRS. Di mana tujuan dari konvergensi ini adalah agar inormasi

    keuangan yang dihasilkan dapat diperbandingkan, mempermudah dalam

    melakukan analisis kompetiti, meningkatkan kualitas Standar Akuntansi

    Keuangan (SAK), meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan,

    meningkatkan transparansi keuangan, menurunkan biaya modal dengan

    membuka peluang penghimpunan dana melalui pasar modal serta esiensi

    penyusunan laporan keuangan.

    Dengan keuntungan konvergensi PSAK yang berbasis IFRS, terdapat satu

    standar akuntansi yang sama dan digunakan oleh seluruh negara akan semakin

    mendorong investor untuk masuk dalam pasar modal Indonesia, dikarenakan

    mutu dari laporan keuangan yang dihasilkan memiliki kredibilitas tinggi,

    pengungkapan yang lebih luas, inormasi keuangan yang relevan dan akurat

    serta dapat diperbandingkan dan yang lebih penting adalah laporan keuangan

    tersebut dapat diterima secara internasional serta mudah untuk dipahami.

    Walau dalam prosesnya penyusunan Buku Pedoman Akuntansi Perkebunan

    Berbasis International Financial Reporting Standards (IFRS) terdapat berbagai

    kendala terutama diversitas laporan keuangan yang berbeda di setiap BUMN

    Perkebunan, namun penyusunan buku pedoman tersebut dapat diselesaikan

    sebelum batas waktu yang ditetapkan bagi seluruh entitas bisnis dan pemerintah

    untuk menggunakan IFRS adalah 1 Januari 2012.

    Buku Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan berbasis IFRS tersebut

    diharapkan akan meningkatkan posisi BUMN Indonesia sebagai BUMN

    yang bisa dipercaya di Indonesia bahkan dunia dengan tata kelola dan

    pertanggungjawaban kepada stakeholders-nya yang lebih baik dan konsisten.

    Atas selesainya buku Buku Pedoman ini, saya selaku Ketua Tim Implementasi

    IFRS PT Perkebunan Nusantara I sampai dengan PT Pekebunan Nusantara XIV

    dan PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) mengucapkan terima kasih dan

    penghargaan yang sebesar-besarnya bagi :

    1. Menteri Negara BUMN dan Jajarannya yang mendukung penyelesaian

    Buku Pedoman ini.

    2. Seluruh Anggota Badan Musyawarah Direksi BUMN Perkebunan dan

    PT RNI.

    3. Seluruh Jajaran dan Pengurus Ikatan Akuntan Indonesia.

    x Sambutan Tim Koordinasi Implementasi IFRS

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    11/266

    4. Seluruh anggota Tim Implementasi IFRS PT Perkebunan Nusantara I

    sampai dengan PT Pekebunan Nusantara XIV dan PT Rajawali Nusantara

    Indonesia (Persero).5. Seluruh pihak yang telah berjasa dan mendukung penyelesaian buku

    Pedoman ini.

    Akhir kata, semoga semua yang telah dilakukan dan dikerjakan oleh kita

    semua diberkahi oleh Allah SWT. Amin.

    Wassalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

    Ketua Tim Koordinasi Implementasi IFRS

    PT Perkebunan Nusantara I s/d PT Pekebunan Nusantara XIV dan

    PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero)

    Irwan Makdoerah

    xiSambutan Tim Koordinasi Implementasi IFRS

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    12/266

    xii Sambutan Tim Koordinasi Implementasi IFRS

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    13/266

    pelaksana penYusunan pedoman akuntansi bumn

    perkebunan ptpn rni berbasis iFrs

    Ketua Tim Irwan Makdoerah ( PT RNI)

    Ketua Pelaksana DickyNugraha (PT RNI)

    Ketua Perumus M Najib ( PT RNI )

    Wakil Ketua Perumus Tanaman Semusim Zainul Muntoha (PTPN XI)

    Wakil Ketua Perumus Tanaman Tahunan Arih Muli Bangun (PTPN III)

    Sekretaris Maxmillion (PT RNI)

    Bendahara Silvana Irawati ButarButar (PT RNI)

    Pendamping Yakub (IAI)

    Deny Poerhadiyanto (IAI)

    Tim Perumus Direksi

    H.Dharmansyah Simamora Direktur Keuangan PTPN I

    Nai Ali Dahbul Direktur Keuangan PTPN II

    Johanes Sitepu Direktur Keuangan PTPN III

    Setia Dharma Sebayang Direktur Keuangan PTPN IV

    Erwan Pelawi Direktur Keuangan PTPN V

    A.Karimuddin Direktur Keuangan PTPN VI

    Boyke Budiono Direktur Keuangan PTPN VII

    Ishak Z Soediredja Direktur Keuangan PTPN VIII

    A. Amien Mastur Direktur Keuangan PTPN IX

    Dolly P Pulungan Direktur Keuangan PTPN X

    Soenari Yono Direktur Keuangan PTPN XI

    Sahala Hutasoit Direktur Keuangan PTPN XII

    Budi Purnomo Direktur Keuangan PTPN XIV

    xiiiPelaksana Penyusun Pedoman Akuntansi BUMN

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    14/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    xiv

    Anggota Tim Perumus

    1. H Ruslan Nasution PTPN I

    2. Lidya PTPN I

    3. Suhendri PTPN II

    4. Donny Amril PTPN III

    5. Jarmidi Purba PTPN IV

    6. Ali Akbar PTPN IV

    7. Budi Susanto PTPN IV

    8. Mili Mahardika PTPN IV

    9. Ali Musri PTPN IV

    10. T. Zaluchu PTPN V

    11. Jesaya Ginting PTPN V

    12. Hotmatua PTPN V

    13. Syawaludin Hasibuan PTPN V

    14. Arnaldi PTPN VI15. Eko Galih Pribadi PTPN VI

    16. Andy Fauzi Siregar PTPN VI

    17. Rizki Prima Lubis PTPN VI

    18. Sapta Yoga PTPN VII

    19. Edy Santoso PTPN VII

    20. Iyushar Ganda Saputra PTPN VII21. Dadang Mulyadi PTPN VIII

    22. Hariyanto PTPN VIII

    23. Arasuhara PTPN VIII

    24. Adji Kaniawan PTPN VIII

    25. Umar Aandi PTPN IX

    26. Purdjoko PTPN IX

    27. Eriek Kristiono PTPN IX

    28. Adiatmo Ega PTPN IX

    29. Akhmad Juhri PTPN IX

    30. TP Harianja PTPN X

    xiv Pelaksana Penyusun Pedoman Akuntansi BUMN

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    15/266

    31. Nurul Fanch PTPN X

    32. Aries Sutaringadi Sayogya PTPN X

    33. Putranto PTPN X

    34. Fallen Wicaksono PTPN XI

    35. Istighani PTPN XI

    36. Gurit Maharendra PTPN XI

    37. Bambang Widjanarko PTPN XII

    38. Hadisaroso PTPN XII

    39. Didik Kridatama PTPN XII40. P. Sinambela PTPN XIII

    41. Edward Pangaribuan PTPN XIII

    42. V.T Moses Situmorang PTPN XIII

    43. Akhmad Iranjauhari PTPN XIII

    44. Marudut P. Simamora PTPN XIII

    45. Mardiayanto PTPN XIV46. Rudy karim PTPN XIV

    47. Riswan M PTPN XIV

    48. Ananto Widodo PT RNI

    49. Widyo Utomo PT RNI

    50. Nugraha Adi Prasetya PT RNI

    51. Agus Sarwoko PT RNI

    52. Yasir Ismail PT RNI

    53. Yohanes Agung T. PT RNI

    54. Della Christin Hutapea IAI

    55. Yenny Agapitasari IAI

    xvPelaksana Penyusun Pedoman Akuntansi BUMN

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    16/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    xvixvi Pelaksana Penyusun Pedoman Akuntansi BUMN

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    17/266

    Bab I

    DAFTAR ISI

    sambutan menteri negara badan usaha milik negara v

    sambutan ikatan akuntan indonesia v

    sambutan ketua tim koordinasi implementasi iFrs x

    daFtar isi xbab i pendahuluan 1

    LATAR BELAKANG 1

    TUJUAN DAN RUANG LINGKUP 2

    REFERENSI PENYUSUNAN 2

    KETENTUAN LAIN-LAIN 3

    bab ii laporan keuangan bumn perkebunan 5

    KARAKTERISTIK ENTITAS BUMN PERKEBUNAN 5

    Kegiatan Operasional 5

    Bentuk Usaha 6

    Kepemilikan 6

    KETENTUAN UMUM LAPORAN KEUANGAN 6

    Tujuan Laporan Keuangan 6

    Tanggung Jawab Atas Laporan Keuangan 7

    Komponen Laporan Keuangan 7

    Bahasa Laporan Keuangan 8

    Mata Uang Pelaporan 8

    Kebijakan Akuntansi 8

    Penyajian Laporan Keuangan 9

    Konsistensi Penyajian Laporan Keuangan 11

    Perubahan Akuntansi 11

    Materialitas dan Agregasi 13

    Saling Hapus 13

    Periode pelaporan 13

    Informasi Komparaf 14

    Laporan Keuangan Interim 14

    Laporan Keuangan Konsolidasian 15

    Ketentuan Mengenai Pihak-pihak Berelasi 18

    Ketentuan Umum Aset Keuangan 18

    Ketentuan Umum Liabilitas Keuangan 23

    Ketentuan Umum Pengungkapan Instrumen Keuangan 24

    xviiDaftar Isi

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    18/266

    bab iii akuntansi aset 25

    PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK ASET 25

    ASET LANCAR 28Kas dan Setara Kas 28

    Piutang Usaha 30

    Piutang Lain-lain 33

    Piutang Antar Badan Hukum Jangka Pendek 36

    Investasi Jangka Pendek 40

    Persediaan 47

    Aset Dimiliki untuk Dijual 53

    Biaya Dibayar Dimuka 57

    Pajak Dibayar Dimuka 59

    Aset Lancar Lain 61

    ASET TIDAK LANCAR 63

    Piutang Pengembangan Perkebunan Rakyat 63

    Piutang Antar Badan Hukum Jangka Panjang 66

    Investasi Jangka Panjang 69

    Investasi pada Entas Lain 74

    Investasi pada Entas Asosiasi/Ventura Bersama 78

    Proper Investasi 83

    Aset Tanaman Semusim 88

    Aset Tanaman Tahunan 94

    Aset Tetap 101

    Aset Tidak Berwujud 111

    Aset/Liabilitas Pajak Tangguhan 115

    Aset Tidak Lancar Lain 119

    bab iV akuntansi liabilitas dan ekuitas 121

    AKUNTANSI LIABILITAS 121

    Pengeran dan Karakterisk 121

    Biaya Pinjaman 124

    LIABILITAS JANGKA PENDEK 126

    Utang Usaha 126

    Utang Pajak 128

    Biaya yang Masih Harus Dibayar 130

    Liabilitas Imbalan Kerja Jangka Pendek 132

    Pendapatan Diterima Dimuka 134

    Utang Bank Jangka Pendek 136

    Liabilitas Jangka Pendek Lain 138LIABILITAS JANGKA PANJANG 140

    Utang Antar Badan Hukum 140

    Utang Kepada Pemerintah 143

    Utang Bank Jangka Panjang 147

    Utang Sewa Pembiayaan 150

    Liabilitas Imbalan Kerja Jangka panjang 156

    xviii Daftar Isi

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    19/266

    Provisi 159

    Liabilitas Jangka Panjang Lain 164

    AKUNTANSI EKUITAS 166

    Pengeran dan Karakterisk 166Modal Disetor 167

    Tambahan Modal Disetor 169

    Selisih Kombinasi Bisnis Entas Sepengendali 171

    Pendapatan Komprehensif Lain 174

    Saldo Laba 176

    Kepenngan Nonpengendali 178

    bab V laporan laba rugi komprehensiF 181

    PENGERTIAN 181

    PENGHASILAN 181

    Pendapatan Usaha 183

    Pendapatan Nonusaha 189

    BEBAN 192

    Beban Pokok Penjualan 193

    Beban Usaha 197

    Beban Nonusaha 199Pajak Penghasilan 201

    Pendapatan Komprehensif Lain 204

    bab Vi perubahan ekuitas 207

    PENGERTIAN 207

    DASAR PENGATURAN 207

    PENJELASAN 207

    bab Vii laporan arus kas 211

    PENGERTIAN 211

    DASAR PENGATURAN 212

    PENJELASAN 212

    bab Viii Catatan atas laporan keuangan 217

    xixDaftar Isi

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    20/266

    PENGERTIAN 217

    DASAR PENGATURAN 218

    PENJELASAN 219

    UNSUR-UNSUR 222

    Kepatuhan terhadap SAK 222

    Gambaran Umum Entas 222

    Ikhsar Kebijakan Akuntansi 223

    Penjelasan atas Pos-pos Laporan Keuangan 224

    lampiran 229

    xx Daftar Isi

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    21/266

    latar belakang

    1.1. Usaha di bidang perkebunan mengalami perkembangan yang pesat

    dan semakin dinamis akhir-akhir ini. Banyak aktor yang mempengaruhi

    perkembangan tersebut, seperti perkembangan teknologi perkebunan yang

    semakin maju, meningkatnya permintaan hasil perkebunan, dan munculnya

    otonomi daerah yang berdampakterhadap pengelolaan usaha perkebunan.

    1.2. Selain itu, semakin meningkatnya tuntutan transparansi dan

    akuntabilitas pengelolaan usaha seiring keterbukaan inormasi yang diasilitasi

    oleh keberadaan teknologi komunikasi dan inormasi yang semakin maju dan

    semakin murah. Tata kelola korporasi yang baik(goodcorporate governance)

    merupakan suatu hal yang tidak terelakkan, apalagi bagi BUMN Perkebunan

    (untuk selanjutnya disebut entitas) yang sahamnya dimiliki oleh negara.

    1.3. Saat ini revisi atas Standar Akuntansi Keuangan terus dilakukan

    sesuai dengan program konvergensi dengan International Financial Reporting

    Standards (IFRS), sehingga penyusunan laporan keuangan menjadi lebih

    kompleks dengan banyak menggunakan konsep nilai wajar dan pertimbangan

    proesional.

    1.4. Perkembangan dan kondisi di atas mempengaruhi entitas dalam

    pelaporan keuangannya supaya lebih sesuai dengan Standar Akuntansi

    Keuangan yang berlaku di Indonesia yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan

    Indonesia. Selama ini di antara entitas sering terjadi perbedaan perlakuanakuntansi untuk transaksi yang sama. Hal ini tentunya menjadi masalah tersendiri

    bagi para pengguna laporan keuangan pada umumnya, khususnya pemegang

    saham, dalam mengevaluasi kinerja setiap entitas. Untuk itu dipandang perlu

    menyempurnakan pedoman akuntansi yang sudah ada.

    1

    Bab I

    PENDAHULUAN

    Bab I: Pendahuluan

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    22/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    2 Bab I: Pendahuluan

    1.5. Dalam menghadapi permasalahan tersebut PT. Perkebunan

    Nusantara I s/d XIV dan PT. Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) bekerja

    sama dengan Ikatan Akuntan Indonesia berinisiatiuntuk merevisi PedomanAkuntansi BUMN Perkebunan (untuk selanjutnya disebut Pedoman).

    tujuan dan ruang lingkup

    1.6. Tujuan dari penyusunan Pedoman, antara lain:

    1. membantu penyusun dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan

    agar sesuai dengan tujuannya;2. menciptakan keseragaman dalam penerapan perlakuan akuntansi dan

    penyajian laporan keuangan. Keseragaman penyajian sebagaimana diatur

    dalam pedoman ini tidak menghalangi setiap entitas untuk menambah

    inormasi yang relevan bagi pengguna laporan keuangan sesuai dengan

    kondisi dan kebutuhan;

    3. menjadi acuan minimal dalam menyusun laporan keuangan;

    4. menjadi reerensi bagi pemerhati akuntansi untuk lebih mengenal tentang

    penerapan perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuangan.

    1.7. Ruang lingkup penerapan Pedoman ini adalah sebagai berikut:

    1. pedoman ini berlaku untuk laporan keuangan yang disusun dan

    disajikan oleh BUMN Perkebunan;

    2. entitas selain BUMN Perkebunan dapat menggunakan Pedoman ini

    dalam menyusun laporan keuangan;3. hal-hal yang tidak secara khusus diatur dalam Pedoman ini wajib mengacu

    kepada Standar Akuntansi Keuangan yang terkait.

    reFerensi penYusunan

    1.8. Penyusunan Pedoman ini didasarkan pada reerensi yang relevan,

    antara lain:

    1. Peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu:

    a. Undang-Undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

    b. Undang-Undang nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal.

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    23/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    3Bab I: Pendahuluan

    c. Undang-Undang nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik

    Negara.

    d. Undang-Undang nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan.e. Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian,

    Pengurusan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara.

    . Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun 2006 tentang Perubahan

    atas Peraturan Pemerintah nomor 14 tahun 2005 tentang Tata Cara

    Penghapusan Piutang Negara/ Daerah.

    g. Peraturan Pemerintah nomor 6 tahun 2006 tentang Pengelolaan

    Barang Milik Negara/Daerah.

    h. Anggaran Dasar masing-masing entitas.

    2. Standar Akuntansi Keuangan.

    1.9. Jika Standar Akuntansi Keuangan memberikan pilihan atas suatu

    perlakuan akuntansi tertentu, maka entitas diwajibkan untuk mengikuti

    perlakuan akuntansi yang dipilih dalam Pedoman ini.

    ketentuan lain-lain

    1.10. Ilustrasi jurnal yang digunakan dalam Pedoman ini hanya merupakan

    ilustrasi dan tidak bersiat mengikat. Entitas dapat mengembangkan metode

    pencatatan dan pengakuan sesuai sistem masing-masing sepanjang memberikan

    hasil yang tidak berbeda. Ilustrasi jurnal yang dicantumkan dalam Pedoman

    ini menggambarkan pencatatan akuntansi secara manual.

    1.11. Transaksi yang dicantumkan pada Pedoman ini diprioritaskan pada

    transaksi yang umum terjadi.

    1.12. Jika terdapat transaksi khusus yang dipandang perlu untuk

    dituangkan dalam buku Pedoman ini, maka hal tersebut agar dikaji sebagai

    bahan masukan dalam penyempurnaan Pedoman ini.

    1.13. Pedoman ini secara periodik akan dievaluasi dan disesuaikan dengan

    perkembangan usaha perkebunan, Standar Akuntansi Keuangan, ketentuanPemerintah, dan ketentuan lain yang terkait dengan entitas.

    1.14. Pedoman ini menetapkan bentuk, isi, dan persyaratan dalam

    penyajian laporan keuangan yang harus dipenuhi oleh entitas untuk keperluan

    penyajian kepada pemegang saham maupun pemangku kepentingan lainnya.

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    24/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    4 Bab I: Pendahuluan

    1.15. Pedoman ini merupakan pedoman penyajian laporan keuangan

    secara umum. Bentuk, isi, dan persyaratan dalam penyajian laporan keuangan

    mengikuti Standar Akuntansi Keuangan.

    1.16. Laporan keuangan dalam Pedoman ini sesuai dengan pengertian

    laporan keuangan yang termuat dalam Standar Akuntansi Keuangan, meliputi

    laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensi, laporan perubahan

    ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    25/266

    LAPORAN KEUANGANBUMN PERKEBUNAN

    5

    karakteristik entitas bumn perkebunan

    Kegiatan Operasional

    2.1. Entitas melakukan kegiatan usaha di bidang perkebunan

    meliputi:

    1. kegiatan pengusahaan budidaya tanaman, meliputi pembukaan, persiapan,

    dan pengelolaan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan serta

    kegiatan-kegiatan lain sehubungan dengan budidaya tanaman tersebut;

    2. kegiatan produksi, meliputi pemungutan hasil tanaman, dan pengolahanhasil tanaman sendiri atau pihak lain menjadi barang setengah jadi atau

    barang jadi;

    3. kegiatan perdagangan, meliputi kegiatan pemasaran berbagai macam

    hasil produksi dan kegiatan perdagangan lainnya yang berhubungan

    dengan kegiatan usaha;

    4. kegiatan pengembangan usaha di bidang perkebunan, agrowisata, dan

    agrobisnis;5. kegiatan usaha lain yang menunjang kegiatan usaha di bidang

    perkebunan.

    2.2. Dalam mel akukan usaha di bidang perkebunan, jenis-jenis

    kegiatan perkebunan yang dilakukan oleh entitas meliputi:

    1. budidaya tanaman, melalui perkebunan tanaman kelapa sawit, karet,

    teh, kopi, tebu, kakao, tembakau, kina, dan lainnya;2. proses produksi, melalui pabrik kelapa sawit, pabrik pengolahan

    inti sawit, pabrik raksionasi yaitu pengolahan minyak sawit, pabrik

    pengolahan karet, pabrik teh kemasan, pabrik gula, pabrik spirtus/

    alkohol, pabrik pengeringan kakao, pengolahan teh dan lainnya;

    Bab II

    Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    26/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    6 Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan

    3. kegiatan perdagangan, melalui penjualan hasil tanaman dan hasil produksi

    ke pasar domestik dan luar negeri baik dilakukan sendiri maupun melalui

    Kantor Pemasaran Bersama, serta mengimpor dan memasarkan beberapakomoditas seperti gula putih dan raw sugar;

    4. pengembangan usaha di bidang perkebunan, melalui pendirian pabrik

    karung goni, pabrik karung plastik, dan lainnya;

    5. dalam usaha lain, m i s a l n y a entitas mendirikan rumah sakit, pusat

    penelitian, bengkel, dan lainnya.

    Bentuk Usaha

    2.3. Bentuk usaha entitas adalah perseroan terbatas (persero) yang

    dapat memiliki unit usaha, entitas anak, entitas asosiasi, usaha patungan, dan

    lainnya.

    Kepemilikan

    2.4. Entitas dimiliki oleh Negara, baik seluruhnya atau sebagian besar.

    ketentuan umum laporan keuangan

    Tujuan Laporan Keuangan

    2.5. Lap or an keuangan bertujuan memberikan inormasi yang

    bermanaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilankeputusan ekonomi, seperti:

    1. pemegang saham;

    2. karyawan;

    3. pemberi pinjaman;

    4. pemasok dan kreditur usaha lainnya;

    5. pelanggan;

    6. regulator; dan

    7. masyarakat.

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    27/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    7Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan

    2.6. Pihak pengguna laporan keuangan entitas mempunyai kepentingan

    bersama dalam rangka menilai:

    1. usaha perkebunan dan usaha lainnya yang dilakukan entitas dankesinambungan usaha tersebut;

    2. kinerja manajemen dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya

    dalam mengelola entitas.

    2.7. Laporan keuangan juga merupakan sarana pertanggungjawaban

    manajemen atas pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

    2.8. Inormasi yang disajikan dalam laporan keuangan memberikan

    inormasi kepada pengguna laporan keuangan mengenai:

    1. jumlah dan siat aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban entitas;

    2. pengaruh transaksi, peristiwa, dan situasi lainnya yang mengubah

    nilai dan siat ekuitas;

    3. jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya dalam kurun

    waktu tertentu (satu periode) dan hubungan antara keduanya;

    4. cara entitas mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh

    pinjaman dan melunasi pinjaman, dan aktor lainnya yang berpengaruh

    pada likuiditasnya;

    5. hasil usaha perkebunan dan usaha lainnya yang terkait;

    6. kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai

    pemilik;

    7. keuntungan dan kerugian.

    Tanggung Jawab Atas Laporan Keuangan

    2.9. Manajemen entitas bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian

    laporan keuangan.

    Komponen Laporan Keuangan

    2.10. Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari:1. Laporan posisi keuangan;

    2. Laporan laba rugi komprehensi;

    3. Laporan perubahan ekuitas;

    4. Laporan arus kas;

    5. Catatan atas laporan keuangan.

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    28/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    8 Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan

    Bahasa Laporan Keuangan

    2.11. Laporan keuangan harus disusun dalam bahasa Indonesia. Jika

    laporan keuangan disusun juga selain dalam bahasa Indonesia, maka laporan

    keuangan tersebut harus memuat inormasi dan waktu (tanggal laporan

    keuangan dan cakupan periode) yang sama.

    2.12. Jika terdapat perbedaan penasiran akibat penerjemahan bahasa,

    maka yang digunakan sebagai acuan adalah laporan keuangan dalam bahasa

    Indonesia.

    Mata Uang Pelaporan

    2.13. Mata uang pelaporan yang digunakan adalah rupiah. Jika entitas

    menggunakan mata uang selain rupiah sebagai mata uang pelaporan, maka

    mata uang tersebut harus memenuhi kriteria mata uang ungsional.

    2.14. Mata uang ungsional adalah mata uang pada lingkungan ekonomi

    utama dimana entitas beroperasi.

    2.15. Laporan keuangan konsolidasian yang disajikan dalam mata uang

    ungsional harus mempertimbangkan indikator mata uang ungsional pada

    entitas induk dan entitas anak.

    2.16. Entitas harus menggunakan pengaturan kurs di bawah ini, yaitu:

    1. pos moneter mata uang asing dijabarkan menggunakan kurs penutup;

    2. pos nonmoneter yang diukur dalam biaya historis dalam mata uang asing

    dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal transaksi; dan

    3. pos nonmeneter yang diukur pada nilai wajar dalam mata uang

    asing dijabarkan menggunakan kurs pada tanggal ketika nilai wajar

    ditentukan.

    Kebijakan Akuntansi

    2.17. Kebijakan akuntansi harus mencerminkan prinsip kehati-hatian dan

    mencakup semua hal yang material dan sesuai dengan ketentuan dalam Standar

    Akuntansi Keuangan yang berlaku.

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    29/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    9Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan

    2.18. Apabila Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang

    ada belum mengatur masalah pengakuan, pengukuran, penyajian atau

    pengungkapan suatu transaksi atau peristiwa, maka manajemen entitas harusmenetapkan kebijakan akuntansi sehingga laporan keuangan yang disajikan

    memuat inormasi yang relevan dengan kebutuhan para pengguna laporan.

    2.19. Dalam menetapkan kebijakan akuntansi, manajemen entitas harus

    memperhatikan:

    1. persyaratan dan pedoman dalam PSAK yang mengatur hal-hal yang

    serupa dengan masalah terkait;

    2. denisi dan kriteria pengakuan dan pengukuran aset, liabilitas, penghasilan,dan beban yang ditetapkan dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan

    Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK);

    3. pernyataan yang dibuat oleh badan pembuat standar lain dan praktik

    industri yang lazim sepanjang konsisten dengan PSAK dan KDPPLK.

    Penyajian Laporan Keuangan

    2.20. Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan,

    kinerja keuangan, dan perubahan posisi keuangan disertai pengungkapan yang

    diharuskan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

    2.21. Dalam penyajian pada laporan posisi keuangan, aset diklasikasikan

    secara terpisah sebagai aset lancar dan aset tidak lancar, dan liabilitas sebagai

    liabilitas jangka pendek dan liabilitas jangka panjang.

    2.22. Entitas mengklasikasikan aset sebagai aset lancar jika:

    1. entitas memperkirakan akan merealisasikan aset, atau bermaksud untuk

    menjual atau menggunakannya, dalam siklus operasi normal;

    2. entitas memiliki aset untuk tujuan diperdagangkan;

    3. entitas memperkirakan akan merealisasi aset dalam jangka waktu 12 (dua

    belas) bulan setelah periode pelaporan; atau

    4. kas dan setara kas, kecuali aset tersebut dibatasi pertukaran atau

    penggunaannya untuk menyelesaikan liabilitas sekurang-kurangnya 12

    (dua belas) bulan setelah periode pelaporan.

    2.23. Entitas mengklasikasikan suatu aset sebagai aset tidak lancar jika

    tidak memenuhi karakteristik aset lancar seperti yang dijelaskan dalam paragra

    2.22 di atas.

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    30/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    10 Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan

    2.24. Entitas mengklasikasikan liabilitas sebagai liabilitas jangka pendek

    jika:

    1. entitas memperkirakan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklusoperasi normalnya;

    2. entitas memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan;

    3. liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12

    (dua belas) bulan setelah periode pelaporan;

    4. entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian

    liabilitas selama sekurang-kurangnya 12 (dua belas) bulan setelah periode

    pelaporan.

    2.25. Entitas mengklasikasikan suatu liabilitas sebagai liabilitas jangka

    panjang jika tidak memenuhi karakteristik liabilitas jangka pendek seperti yang

    dijelaskan dalam paragra 2.24 di atas.

    2.26. Laporan laba rugi komprehensi menyajikan seluruh pos penghasilan

    dan beban yang diakui dalam bentuk satu ormat laporan.

    2.27. Perubahan ekuitas disajikan berdasarkan urutan waktu terjadinya.

    2.28. Laporan arus kas disajikan berdasarkan klasikasi menurut aktivitas

    operasi, investasi, dan pendanaan dengan metode langsung.

    2.29. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis

    dengan urutan penyajian sesuai komponen utamanya yang merupakan bagian

    tidak terpisahkan dari laporan keuangan. Inormasi dalam catatan atas laporan

    keuangan harus berkaitan dengan pos-pos dalam laporan posisi keuangan,laporan laba rugi komprehensi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus

    kas yang siatnya memberikan penjelasan kualitati maupun kuantitati.

    2.30. Dalam catatan atas laporan keuangan tidak diperkenankan

    menggunakan kata sebagian besar untuk menggambarkan bagian dari suatu

    jumlah tetapi harus dinyatakan dalam jumlah nominal atau persentase.

    2.31. Pada setiap halaman laporan posisi keuangan, laporan laba rugi

    komprehensi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas, harus diberi

    pernyataan bahwa catatan atas laporan keuangan merupakan bagian tidak

    terpisahkan dari laporan keuangan.

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    31/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    11Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan

    Konsistensi Penyajian Laporan Keuangan

    2.32. Penyajian dan klasikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar

    periode harus konsisten, kecuali:

    1. telah terjadi perubahan yang signikan terhadap siat operasi entitas

    atau apabila dalam mengkaji ulang atas laporan keuangan, terlihat secara

    jelas bahwa penyajian atau pengklasikasian yang lain lebih tepat untuk

    digunakan;

    2. perubahan tersebut diatur oleh SAK.

    2.33. Jika penyajian atau klasikasi pos-pos dalam laporan keuangandiubah, maka penyajian periode sebelumnya harus direklasikasi dan alasannya

    harus diungkapkan.

    Perubahan Akuntansi

    Perubahan Kebijakan Akuntansi

    2.34. Perubahan kebijakan akuntansi dilakukan karena:

    1. disyaratkan oleh SAK, dimana perubahan kebijakan akuntansi tersebut

    diterapkan sesuai dengan ketentuan transisi yang terdapat dalam SAK.

    Jika tidak diatur pada ketentuan transisi dalam SAK maka harus dilakukan

    secara retrospekti;

    2. dilakukan secara sukarela oleh manajemen untuk menghasilkan laporan

    keuangan yang dapat memberikan inormasi lebih andal dan relevan.

    Perubahan kebijakan akuntansi tersebut diterapkan secara retrospekti.

    2.35. Perubahan kebijakan secara retrospekti diterapkan dengan

    melakukan penyesuaian terhadap:

    1. saldo awal setiap komponen ekuitas yang terpengaruh untuk periode

    sajian paling awal; dan

    2. jumlah komparati lainnya diungkapkan untuk setiap periode sajian

    seolah-olah kebijakan akuntansi tersebut sudah diterapkan sebelumnya.

    2.36. Penerapan suatu perubahan kebijakan akuntansi secara retrospekti

    adalah tidak praktis pada saat entitas tidak dapat menerapkan kebijakan

    akuntansi baru setelah melakukan seluruh upaya yang rasional.

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    32/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    12 Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan

    2.37. Penerapan retrospekti atau penyajian kembali retrospekti adalah

    tidak praktis untuk suatu periode lalu tertentu, jika:

    1. dampaknya tidak dapat ditentukan;2. memerlukan asumsi mengenai maksud manajemen yang ada pada periode

    lalu tersebut;

    3. memerlukan estimasi jumlah yang signikan dan tidak mungkin untuk

    membedakan secara objekti inormasi mengenai estimasi yang:

    a. menyediakan bukti atas keadaan yang ada pada tanggal ketika jumlah

    tersebut diakui, diukur, atau diungkapkan; dan

    b. tersedia ketika penyelesaian laporan keuangan periode lalu dengan

    inormasi lain.

    2.38. Jika tidak praktis untuk menentukan dampak spesik terhadap suatu

    periode, maka kebijakan akuntansi baru diterapkan secara prospekti pada awal

    periode paling awal ketika menjadi praktis serta membuat penyesuaian saldo

    ekuitas yang terpengaruh.

    2.39. Jika tidak praktis untuk menentukan dampak kumulati terhadap

    periode lalu, maka inormasi komparati disesuaikan secara prospekti sejak

    tanggal praktis paling awal.

    Perubahan Estimasi Akuntansi

    2.40. Estimasi akuntansi diubah jika terdapat perubahan jumlah tercatat

    aset dan liabilitas atau jumlah konsumsi pemanaatan periodik aset yang berasal

    dari pengujian status saat ini dan perkiraan manaat masa depan dari aset dan

    liabilitas.

    2.41. Perubahan estimasi akuntansi diterapkan secara prospekti.

    Kesalahan

    2.42. Kesalahan periode lalu dikoreksi dengan menyajikan kembali secara

    retrospekti:

    1. periode sajian komparati yang lalu ketika kesalahan terjadi;2. saldo awal pos yang terkait pada periode sajian paling awal, jika kesalahan

    terjadi sebelum periode sajian.

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    33/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    13Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan

    2.43. Ketika tidak praktis untuk menentukan dampak kesalahan secara

    spesiik terhadap suatu periode, maka entitas menyajikan kembali saldo

    pembuka aset, liabilitas, dan ekuitas untuk periode paling awal di saat penyajiankembali retrospekti adalah praktis.

    2.44. Ketika tidak praktis untuk menentukan dampak kesalahan secara

    kumulati, maka entitas menyajikan kembali inormasi komparati untuk

    mengoreksi kesalahan secara prospekti dari tanggal praktis paling awal.

    Materialitas dan Agregasi2.45. Penyajian laporan keuangan didasarkan pada konsep materialitas.

    2.46. Pos-pos yang jumlahnya material disajikan tersendiri dalam laporan

    keuangan, sedangkan yang jumlahnya tidak material dapat digabungkan

    sepanjang memiliki siat dan ungsi yang sejenis.

    2.47. Inormasi dianggap material jika kelalaian untuk mencantumkan,

    atau kesalahan dalam mencatat, inormasi tersebut dapat mempengaruhikeputusan yang diambil.

    Saling Hapus

    2.48. Jumlah aset dan liabilitas yang disajikan tidak boleh disalinghapuskan

    dengan liabilitas atau aset lain kecuali sesuai dengan SAK dan saling hapus

    tersebut mencerminkan prakiraan realisasi atau penyelesaian aset atauliabilitas.

    2.49. Pos-pos pendapatan dan beban tidak boleh disalinghapuskan, kecuali

    pendapatan dan beban yang disajikan secara neto sesuai dengan SAK.

    Periode pelaporan

    2.50. Laporan keuangan wajib disajikan secara tahunan berdasarkan tahuntakwin.

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    34/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    14 Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan

    2.51. Dalam hal entitas baru berdiri, laporan keuangan dapat disajikan

    untuk periode yang lebih pendek dari satu takwin. Selain itu, untuk kepentingan

    pihak lainnya, entitas dapat membuat dua laporan yaitu dengan menggunakanperiode tahun takwin dan periode eekti, dengan mencantumkan:

    1. alasan penggunaan periode pelaporan selain periode satu tahunan;

    2. akta bahwa jumlah yang tercantum dalam dua periode pelaporan laporan

    posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensi, laporan perubahan

    ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan tidak dapat

    diperbandingkan.

    Informasi Komparaf

    2.52. Laporan keuangan harus disajikan secara komparati dengan periode

    yang sama pada tahun sebelumnya.

    2.53. Inormasi komparati untuk laporan keuangan bersiat narati dan

    deskripti dari laporan keuangan periode sebelumnya diungkapkan kembali

    jika relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan.

    2.54. Laporan keuangan harus disusun secara komparati untuk 2 (dua)

    tahun buku terakhir, agar lebih memberikan inormasi yang jelas mengenai

    perkembangan keadaan keuangan entitas dari waktu ke waktu.

    2.55. Entitas harus menyajikan tambahan laporan posisi keuangan untuk

    posisi awal periode komparati yang disajikan, jika:

    1. menerapkan kebijakan akuntansi secara retrospekti;

    2. membuat penyajian kembali secara retrospekti akibat koreksi kesalahan;

    atau

    3. membuat reklasikasi pos-pos dalam laporan keuangan.

    Laporan Keuangan Interim

    2.56. Laporan keuangan interim adalah laporan keuangan lengkap untuk

    suatu periode interim yang diterbitkan di antara dua laporan keuangan tahunan.

    Penyusunan laporan keuangan interim dapat dilakukan secara triwulanan,

    semesteran atau periode lain yang kurang dari satu tahun.

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    35/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    15Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan

    2.57. Laporan keuangan interim lengkap terdiri dari:

    1. Laporan posisi keuangan;

    2. Laporan laba rugi komprehensi;3. Laporan perubahan ekuitas;

    4. Laporan arus kas; dan

    5. Catatan atas laporan keuangan.

    2.58. Penyajian laporan keuangan interim triwulanan yang berakhir per

    30 September 20X1 adalah sebagai berikut:

    Komponen Laporan Keuangan Periode Interim Periode Komparatif

    Laporan posisi keuangan

    Per

    Laporan laba rugi komprehensif

    Untuk periode 9 bulan

    Untuk periode 3 bulan

    Laporan arus kas

    Untuk periode 9 bulan

    Laporan perubahan ekuitas

    Untuk periode 9 bulan

    30 September 20X1

    1 Jan s/d 30 Sept 20X1

    1 Juli s/d 30 Sept 20X1

    1 Jan s/d 30 Sept 20X1

    1 Jan s/d 30 Sept 20X1

    31 Desember 20X0

    1 Jan s/d 30 Sept 20X0

    1 Juli s/d 30 Sept 20X0

    1 Jan s/d 30 Sept 20X0

    1 Jan s/d 30 Sept 20X0

    Laporan Keuangan Konsolidasian

    2.59. Entitas harus mengkonsolidasikan suatu entitas jika mempunyai

    pengendalian atas entitas tersebut (entitas anak dan entitas bertujuan

    khusus).

    2.60. Entitas anak yang bergerak dalam jenis usaha yang berbeda atau

    tidak ada hubungannya dengan jenis usaha entitas induk, dan memenuhi syarat

    pengendalian, maka laporan keuangan entitas anak tersebut tetap dimasukkan

    dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasian.

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    36/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    16 Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan

    Syarat Konsolidasi

    2.61. Entitas memiliki pengendalian terhadap suatu entitas jika:

    1. memiliki secara langsung dan tidak langsung melalui entitas anak,

    lebih dari setengah kekuasaan suara (voting power) entitas.

    2. memiliki setengah atau kurang voting powerentitas, jika memenuhi

    salah satu dari hal-hal berikut ini:

    a. memiliki kekuasaan yang melebihi setengah hak suara (voting right)

    sesuai perjanjian dengan investor lain;

    b. memiliki kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan

    operasional entitas berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian;c. memiliki kekuasaan untuk menunjuk atau mengganti sebagian besar

    dewan direksi atau dewan komisaris atau organ pengatur setara dan

    mengendalikan entitas melalui dewan atau organ tersebut;

    d. memiliki kekuasaan untuk memberikan suara mayoritas pada rapat

    dewan direksi dan dewan komisaris atau organ pengatur setara dan

    mengendalikan entitas melalui dewan direksi dan dewan komisaris

    atau organ tersebut;

    2.62. Entitas mempertimbangkan hak suara potensial dalam menilai

    keberadaan pengendalian atas entitas lain.

    2.63. Hak suara potensial dapat timbul apabila entitas memiliki waran

    saham atau opsi saham, atau instrumen lain yang dapat dikonversikan menjadi

    saham. Kepemilikan instrumen tersebut memberikan potensi bagi entitas untuk

    menambah voting powerkepada entitas lain atau mengurangi voting powerdari

    pihak lain.

    2.64. Entitas menilai apakah hak suara potensial berkontribusi terhadap

    munculnya suatu pengendalian, dengan cara:

    1. menguji akta dan keadaan timbulnya hak suara potensial;

    2. menguji syarat pelaksanaan hak suara potensial;

    3. menguji perjanjian kontraktual lain, yang dipertimbangkan secara individu

    maupun kombinasi.

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    37/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    17Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan

    2.65. Tetapi, entitas tidak mempertimbangkan hal berikut dalam menilai

    hak suara potensial, yaitu:

    1. menilai maksud manajemen untuk melaksanakan atau mengkonversi haktersebut;

    2. menilai kemampuan keuangan untuk melaksanakan atau mengkonversi

    hak tersebut.

    Prosedur Konsolidasi

    2.66. Dalam menyusun laporan keuangan konsolidasian, entitasmenggabungkan secara satu per satu dengan menjumlahkan pos-pos sejenis

    dari aset, liabilitas, ekuitas, penghasilan dan beban dari laporan keuangan entitas

    anak dan entitas bertujuan khusus.

    2.67. Entitas harus dapat menyajikan inormasi keuangan dari

    kelompok usahanya sebagai entitas ekonomi tunggal dalam laporan keuangan

    konsolidasian.

    2.68. Prosedur yang harus dilakukan dalam melakukan laporan

    konsolidasian adalah sebagai berikut:

    1. mengeliminasi jumlah tercatat investasi entitas terhadap entitas anak

    sebesar porsi entitas atas ekuitas entitas anak;

    2. menentukan kepentingan nonpengendali atas laba atau rugi entitas anak

    selama periode pelaporan;

    3. menentukan secara terpisah kepentingan nonpengendali dan bagian

    kepemilikan entitas atas aset neto entitas anak. Kepentingan non

    pengendali atas aset neto terdiri dari:

    a. jumlah kepentingan nonpengendali pada tanggal kombinasi bisnis

    awal;

    b. bagian kepentingan nonpengendali atas perubahan ekuitas sejak

    tanggal kombinasi bisnis awal.

    2.69. Untuk tujuan konsolidasian, tanggal laporan keuangan entitasanak harus sama dengan tanggal laporan keuangan entitas. Apabila tanggal

    laporan keuangan tersebut berbeda, maka entitas anak harus menyusun laporan

    keuangan tambahan dengan tanggal yang sama dengan laporan keuangan

    entitas. Apabila penyesuaian tanggal tersebut tidak dapat dilakukan, laporan

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    38/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    18 Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan

    keuangan konsolidasian per tanggal laporan keuangan entitas masih dapat

    dilakukan sepanjang:

    1. perbedaan tanggal laporan posisi keuangan tersebut tidak lebih dari 3

    (tiga) bulan; dan

    2. peristiwa atau transaksi material yang terjadi di antara tanggal laporan

    posisi keuangan tersebut diungkapkan dalam catatan atas laporan

    keuangan konsolidasian.

    2.70. Laporan keuangan konsolidasian disusun dengan menggunakan

    kebijakan akuntansi yang sama untuk peristiwa dan transaksi yang sejenis antara

    entitas dengan entitas anak.

    2.71. Kepentingan non pengendali disajikan dalam ekuitas, terpisah dari

    ekuitas milik entitas.

    Ketentuan Mengenai Pihak-pihak Berelasi

    2.72. Laporan keuangan entitas harus berisi pengungkapan bahwa posisi

    keuangan dan laba rugi telah dipengaruhi oleh keberadaan pihak-pihak berelasi,

    transaksi dan saldo, dan komitmen dengan pihak tersebut.

    2.73. Entitas memiliki relasi dengan pemerintah dan entitas lain yang

    dikendalikan, dikendalikan bersama, atau dipengaruhi secara signikan oleh

    pemerintah.

    Ketentuan Umum Aset Keuangan

    Pengertian Aset Keuangan

    2.74. Aset keuangan adalah setiap aset yang berbentuk:

    1. kas;

    2. instrumen ekuitas yang diterbitkan oleh entitas lain, misalnya saham

    entitas lain;

    3. hak kontraktual, yaitu hak yang timbul dari kesepakatan, baik tertulis

    maupun tidak tertulis untuk:

    a. menerima kas atau aset keuangan lainnya dari entitas lain, misalnya

    obligasi yang diterbitkan entitas lain dan piutang usaha;

    b. mempertukarkan aset atau liabilitas keuangan dengan aset atau

    liabilitas keuangan entitas lain dengan kondisi yang berpotensi

    menguntungkan.

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    39/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    19Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan

    2.75. Aset keuangan dikategorikan sebagai:

    1. diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi/Fair Value Trough Proft

    and Loss (FVTPL);2. dimiliki hingga jatuh tempo/Held-to-Maturity(HTM);

    3. pinjaman yang diberikan dan Piutang/LoanandReceivable (LR);

    4. tersedia untuk dijual/Available-or-sale (AFS).

    Kategori Aset Keuangan

    FVTPL

    2.76. Persyaratan aset keuangan yang diklasikasikan dalam kategori

    FVTPL adalah:

    1. aset keuangan yang diklasiikasikan untuk tujuan diperdagangkan

    (trading); atau

    2. aset keuangan yang pada saat pengakuan awal telah ditetapkan untuk

    FVTPL (air value option/FVO).

    2.77. Syarat aset keuangan yang termasuk kelompok diperdagangkan

    adalah:

    1. diperoleh atau dimiliki terutama untuk tujuan dijual atau dibeli kembali

    dalam waktu dekat;

    2. merupakan bagian portolio instrumen keuangan tertentu yang dikelola

    dan terdapat bukti mengenai adanya pola untuk mengambil untung dalam

    jangka pendek (short term proft taking) yang terkini;

    3. derivati.

    2.78. Pengertian diperdagangkan mencerminkan aktivitas pembelian dan

    penjualan yang bersiat akti dan berulang, dan umumnya digunakan untuk

    tujuan memperoleh laba dari uktuasi harga jangka pendek.

    2.79. Persyaratan FVO dapat digunakan untuk menghasilkan inormasi

    yang lebih relevan karena untuk mengeliminasi atau mengurangi secara

    signikan ketidakkonsistenan suatu pengukuran atau pengakuan yang akantimbul (accounting mismatch).

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    40/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    20 Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan

    HTM

    2.80. Persyaratan aset keuangan yang diklasikasikan dalam kategori

    HTM adalah:

    1. aset keuangan nonderivati dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan

    dan jatuh temponya telah ditetapkan; dan

    2. entitas mempunyai intensi positi dan kemampuan untuk memiliki aset

    keuangan tersebut hingga jatuh tempo.

    LR

    2.81. Syarat aset keuangan diklasikasikan sebagai LR adalah:1. aset keuangan nonderivati dengan pembayaran tetap atau telah ditentukan;

    dan

    2. tidak mempunyai kuotasi di pasar akti.

    AFS

    2.82. Syarat aset keuangan sebagai AFS adalah:

    1. aset keuangan nonderivati yang diklasikasikan sebagai tersedia untukdijual;

    2. aset keuangan tidak dapat diklasikasikan sebagai FVTPL, HTM atau

    LR.

    Ringkasan Perlakuan Akuntansi Aset Keuangan

    2.83. Ringkasan perlakuan akuntansi untuk setiap kategori aset keuangan

    tersaji dalam tabel berikut:

    Kategori Jenisinstrumen

    Pengakuanawal

    Premium,diskontodan biayatransaksi

    Laporanposisikeuangan

    Dampakperubahannilai wajar

    Penurunan danpemulihan nilai

    FVTPL Efek ekuitas danutang

    Efek diukurpada biayaperolehandikurangi

    biayatransaksi

    Biaya transaksidiakui sebagaibeban dalamlaporan

    laba rugikomprehensif

    Nilai wajar Keuntunganatau kerugiandiakui dalamlaba rugi

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    41/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    21Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan

    Kategori Jenisinstrumen

    Pengakuanawal

    Premium,diskontodan biayatransaksi

    Laporanposisikeuangan

    Dampakperubahannilai wajar

    Penurunan danpemulihan nilai

    HTM Efek utang Efek diukur pada biayaperolehan

    Diamortisasidengan sukubunga efektifdan diakuisebagaipendapatanbunga

    Biayaperolehan

    yang telahdiamortisasidengan sukubunga efektif

    - Penurunan nilaidiakui sebagaikerugian dalamlaba rugi

    Pemulihan nilaidiakui sebagaikeuntungan dalamlaba rugi

    Nilai tercatatsetelahpemulihan tidakboleh melebihinilai tercatat

    seandainya tidakterjadi penurunannilai pada tanggalpemulihan

    tersebut

    LR Efek utang Efek diukur pada biayaperolehan

    Diamortisasidengan sukubunga efektifdan diakuisebagaipendapatan

    bunga

    Biayaperolehan

    yang telahdiamortisasidengan sukubunga efektif

    - Penurunan nilaidiakui sebagaikerugian dalamlaba rugi

    Pemulihan nilai

    diakui sebagai

    keuntungan dalamlaba rugi

    Nilai tercatat

    setelahpemulihan tidakboleh melebihinilai tercatat

    seandainya tidakterjadi penurunannilai pada tanggalpemulihan

    tersebut

    AFS Efek utang Hargaperolehan

    Diamortisasidengansuku bungaefektifdan diakuisebagaipendapatanbunga

    Nilai wajar Kenaikan danpenurunandiakui dalampendapatankomprehensiflain

    Penurunan nilaidiakui sebagaikerugian dalamlaba rugi

    Pemulihan nilai

    diakui sebagaikeuntungan dalamlaba rugi

    Nilai tercatat

    setelahpemulihan tidakboleh melebihinilai tercatat

    seandainya tidakterjadi penurunannilai pada tanggalpemulihan

    tersebut

    Efekekuitas

    Hargaperolehan

    - Nilai wajar Kenaikan danpenurunandiakui dalampendapatan

    komprehensiflain

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    42/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    22 Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan

    Kategori Jenisinstrumen

    Pengakuanawal

    Premium,diskontodan biayatransaksi

    Laporanposisikeuangan

    Dampakperubahannilai wajar

    Penurunan danpemulihan nilai

    Instrumenekuitas

    yang nilaiwajarnyatidak dapatditentukansecara

    andal

    Hargaperolehan

    - Hargaperolehan

    - Penurunan nilaidiakui sebagaikerugian dalamlaba rugi

    Tidak ada

    pemulihan nilai

    Metode Suku Bunga Eekti

    2.84. Metode suku bunga eekti adalah metode yang digunakan untuk

    menghitung biaya perolehan yang diamortisasi dari aset keuangan dan metode

    untuk mengalokasikan pendapatan bunga selama periode yang relevan.

    2.85. Suku bunga eekti adalah suku bunga yang secara tepat

    mendiskontokan estimasi pembayaran atau penerimaan kas di masa depan

    selama perkiraan umur dari instrumen keuangan, atau jika lebih tepat,

    digunakan periode yang lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat neto

    dari aset keuangan.

    2.86. Pada saat menghitung suku bunga eekti, entitas mengestimasi

    arus kas dengan mempertimbangkan seluruh persyaratan kontraktual dalam

    instrumen keuangan tersebut (seperti pelunasan dipercepat, opsi beli dan opsi

    serupa lainnya), namun tidak mempertimbangkan kerugian kredit di masa

    depan.

    Penurunan Nilai

    2.87. Penurunan nilai adalah suatu kondisi dimana terdapat bukti objekti

    terjadinya peristiwa yang merugikan yang berdampak pada estimasi arus kas

    masa datang (indikasi penurunan nilai).

    2.88. Indikasi-indikasi penurunan nilai adalah:

    1. Kesulitan keuangan signiikan yang dialami penerbit atau pihak

    peminjam;

    2. Pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan

    pembayaran pokok atau bunga;

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    43/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    23Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan

    3. Pemberian keringanan pada pihak peminjam yang tidak mungkin

    diberikan jika pihak peminjam tidak mengalami kesulitan;

    4. Terdapat kemungkinan pihak peminjam akan dinyatakan pailit ataumelakukan reorganisasi keuangan lainnya;

    5. Hilangnya pasar akti dari aset keuangan akibat kesulitan keuangan,

    misalnya delisting;

    6. Data yang dapat diobservasi mengindikasikan adanya penurunan estimasi

    arus kas masa depan dari kelompok aset keuangan, meskipun belum dapat

    diidentikasi secara individual, termasuk;

    a. memburuknya status pembayaran pihak peminjam dalam kelompok;

    b. kondisi ekonomi nasional atau lokal yang berkorelasi dengan

    wanprestasi atas aset dalam kelompok.

    2.89. Uji penurunan nilai dilakukan secara individual untuk aset keuangan

    yang signikan yang terdapat indikasi penurunan nilai. Metode pembentukan

    candangan kerugian penurunan nilai secara individual dengan perhitungan

    present value dari estimasi arus kas masa depan dibandingkan jumlah

    tercatat.

    2.90. Uji penurunan nilai dilakukan secara kolekti untuk aset keuangan

    yang tidak signikan dan aset keuangan yang signikan tetapi tidak memiliki

    indikasi penurunan nilai berdasarkan data kerugian historis.

    Ketentuan Umum Liabilitas Keuangan

    2.91. Liabilitas keuangan adalah setiap kewajiban yang berupa kewajiban

    kontraktual:

    1. untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lainnya kepada entitas lain,

    misalnya utang usaha; atau

    2. untuk mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan

    entitas lain dengan kondisi yang berpotensi merugikan entitas.

    2.92. Liabilitas keuangan diklasikasikan dalam kategori diukur pada

    harga perolehan diamortisasi dengan metode suku bunga eekti (amortized

    cost).

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    44/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    24 Bab II: Laporan Keuangan BUMN Perkebunan

    Ketentuan Umum Pengungkapan Instrumen Keuangan

    2.93. Secara umum untuk aset keuangan dan liabilitas keuangan, hal-hal

    yang harus diungkapkan antara lain:

    1. ikhtisar kebijakan akuntansi yang penting yang termasuk namun tidak

    terbatas pada:

    a. kategorisasi dan dasar pengukuran aset keuangan dalam penyusunan

    laporan keuangan; dan

    b. kebijakan akuntansi lainnya yang relevan dengan aset keuangan yang

    dapat mendukung pemahaman terhadap laporan keuangan;

    2. metode dan teknik penilaian (valuasi) yang digunakan;3. kategorisasi dan nilai tercatat aset keuangan dan liabilitas keuangan;

    4. perubahan nilai wajar atas aset keuangan dalam kategori FVTPL;

    5. jumlah aset keuangan yang berpindah dari atau ke setiap kategori dan latar

    belakang perpindahan kategori tersebut;

    6. tujuan, kebijakan, dan proses pengelolaan risiko dan metode pengukuran

    risiko aset keuangan dan perubahan dari periode sebelumnya (jika ada);

    7. analisis terhadap aset keuangan berdasarkan karakteristik ekonomi yang sama;dan

    8. jumlah instrumen keuangan yang diterbitkan oleh pihak berelasi.

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    45/266

    25

    pengertian dan karakteristik aset

    3.1. Aset adalah sumber daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai

    akibat dari peristiwa masa lalu dimana manaat ekonomis di masa depan

    diperkirakan akan diperoleh oleh entitas.

    3.2. Manaat ekonomis masa depan yang terwujud dalam aset adalah

    potensi dari aset tersebut untuk memberikan sumbangan, baik langsung

    maupun tidak langsung, atas arus kas dan setara kas. Potensi tersebut dapatberbentuk sesuatu yang produkti dan merupakan bagian dari aktivitas usaha.

    Mungkin pula berbentuksesuatu yang dapat diubah menjadi kas atau setara

    kas atau berbentukkemampuan unt uk mengurangi pengeluaran kas.

    3.3. Manaat ekonomis masa depan yang terwujud dalam aset dapat

    mengalir dengan beberapa cara, misalnya aset dapat:

    1. digunakan sendiri maupun bersama aset lain dalam produksi barang

    dan jasa yang dijual oleh entitas;2. dipertukarkan dengan aset lain;

    3. digunakan untuk menyelesaikan liabilitas; atau

    4. dibagikan kepada para pemilik.

    3.4. Pada umumnya, aset memiliki bentuk sik. Namun demikian,

    bentuk siktersebut tidak esensial untuk menentukan eksistensi aset. Oleh

    karena itu, misalnya aset tidak berwujud merupakan aset kalau mendatangkan

    manaat ekonomis di masa depan dan dikendalikan oleh entitas.

    3.5. Pada umumnya aset dihubungkan dengan hakmenurut hukum,

    termasuk hak milik, misalnya piutang dan properti. Namun demikian, eksistensi

    aset ditentukan bukan semata-mata oleh adanya hak milik tetapi berdasarkan

    Bab III

    Bab III: Akuntansi Aset

    AKUNTANSI ASET

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    46/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    26 Bab III: Akuntansi Aset

    kemampuan untukmengendalikan manaat yang diharapkan dari aset

    tersebut, misalnya properti yang diperoleh melalui sewa pembiayaan (fnance

    lease), maka properti tersebut diakui menjadi aset. Selain itu, suatu barangatau jasa dapat memenuhi denisi aset meskipun tidak dikuasai berdasarkan

    hukum, misalnya pengetahuan yang diperoleh melalui aktivitas pengembangan

    dapat memenuhi denisi asetjika, dengan merahasiakan pengetahuan tersebut,

    maka entitas menikmati manaat yang diperkirakan dari pengetahuan

    tersebut.

    3.6. Aset berasal dari transaksi atau peristiwa lain yang terjadi di

    masa lalu. Aset biasanya diperoleh melalui pembelian, tetapi transaksi atauperistiwa lain juga dapat menghasilkan aset, misalnya properti yang diterima

    dari pemerintah sebagai bagian dari program untuk merangsang pertumbuhan

    ekonomi nasional.

    3.7. Transaksi atau peristiwa yang diharapkan terjadi di masa depan

    tidak dengan sendirinya memunculkan aset, misalnya maksud untuk membeli

    persediaan tidakdengan sendirinya memenuhi denisi aset.

    3.8. Terdapat hubungan erat antara terjadinya pengeluaran dan

    timbulnya aset, tetapi kedua peristiwa ini tidak perlu harus terjadi bersamaan.

    Apabila entitas melakukan pengeluaran, maka peristiwa ini memberikan

    bukti bahwa entitas tersebut memperkirakan manaat ekonomis, tetapi belum

    merupakan bukti konklusi bahwa suatu barang atau jasa yang memenuhi

    denisi aset telah diperoleh. Sama halnya dengan tidak adanya pengeluaran tidak

    mengecualikan suatu barang atau jasa memenuhi denisi aset dan dengan

    demikian terdapat kemungkinan untukdiakui dalam laporan posisi keuangan,

    misalnya barang atau jasa yang telah diterima melalui donasi memenuhi denisi

    aset.

    3.9. Aset kontinjensi merupakan aset potensial yang timbul dari

    peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau

    tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak

    sepenuhnya berada dalam kendali entitas.

    3.10. Timbulnya aset kontinjensi biasanya b e r a s a l dari peristiwa tidak

    terencana atau tidakdiperkirakan yang menimbulkan kemungkinan arus

    masuk manaat ekonomis.

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    47/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    27Bab III: Akuntansi Aset

    3.11. Aset kontinjensi tidak diakui dalam laporan keuangan karena

    dapat menimbulkan pengakuan penghasilan yang mungkin tidak pernah

    terealisasikan. Akan tetapi, apabila realisasi penghasilan sudah dapat dipastikan,aset tersebut bukan merupakan aset kontinjensi, melainkan diakui sebagai aset.

    3.12. Aset kontinjensi harus dikaji ulang secara terus-menerus untuk

    memastikan bahwa perkembangannya telah tercermin dengan semestinya

    dalam laporan keuangan. Jika dapat dipastikan bahwa entitas akan menerima

    arus masukmanaat ekonomis, maka diakui sebagai aset dan penghasilan terkait

    pada periode timbulnya kepastian tersebut.

    3.13. Akan tetapi, apabila yang timbul hanya kemungkinan besar

    (bahwa akan memperoleh arus masuk manaat ekonomis), maka

    diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Pengungkapan tersebut

    meliputi uraian singkat mengenai karakteristik aset kontinjensi pada tanggal

    laporan posisi keuangan dan, apabila praktis, estimasi dampakkeuangannya.

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    48/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    28 Bab III: Akuntansi Aset

    aset lanCar

    Kas dan Setara KasDefnisi

    3.14. Kas adalah mata uang kertas dan logam baik rupiah maupun mata uang

    asing yang masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sah dan rekening giro.

    3.15. Setara kas adalah investasi yang sangat likuid, berjangka pendek,

    dan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi risiko

    perubahan nilai yang signifkan.

    Dasar Pengaturan

    3.16. Dasar pengaturan untuk kas dan setara kas antara lain:

    1. PSAK 2: Laporan Arus Kas;

    2. PSAK 23: Pendapatan;

    3. PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian;4. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran;

    5. PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan.

    Penjelasan

    3.17. Kas dan setara kas merupakan aset keuangan yang diklasikasikan

    dalam kategori LR.

    3.18. Suatu investasi dapat memenuhi syarat sebagai setara kas hanya jika

    segera akan jatuh tempo misalnya dalam waktu tiga bulan atau kurang sejak

    tanggal perolehannya.

    3.19. Kas dan setara kas antara lain terdiri dari:

    1. kas, baik dalam rupiah maupun mata uang asing;

    2. giro pada bank;

    3. setoran dalam perjalanan;

    4. deposit on call.

    3.20. Deposit on calladalah simpanan yang hanya dapat ditarik dengan

    syarat pemberitahuan sebelumnya.

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    49/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    29Bab III: Akuntansi Aset

    Perlakuan Akuntansi

    Pengakuan dan pengukuran

    3.21. Kas dan setara kas diakui pada saat terjadinya sebesar nilai

    nominal.

    Penyajian

    3.22. Kas dan setara kas disajikan dalam kelompok aset lancar.

    Pengungkapan

    3.23. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:

    1. rincian jenis dan jumlah kas dan setara kas;

    2. kas dan setara kas yang dibatasi penggunaannya;

    3. pengungkapan lainnya.

    3.24. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur dalam

    pengungkapan instrumen keuangan secara umum pada Bab II paragra 2.93.

    Ilustrasi Jurnal

    1. Pada saat penerimaan

    Db. Kas dan setara kas

    Kr. Pendapatan usaha/piutang/pos terkait

    2. Pada saat penggunaan

    Db. Utang usaha/beban usaha/pos terkait

    Kr. Kas dan setara kas

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    50/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    30 Bab III: Akuntansi Aset

    Piutang Usaha

    Defnisi

    3.25. Piutang usaha adalah hak tagih terhadap pihak lain atas kas, barang

    atau jasa dari kegiatan usaha entitas.

    Dasar Pengaturan

    3.26. Dasar pengaturan untuk piutang usaha antara lain:

    1. PSAK 23: Pendapatan;

    2. PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian;

    3. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran;

    4. PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan.

    Penjelasan

    3.27. Piutang usaha merupakan tagihan kepada pihak lain atas penjualan

    barang atau pemberian jasa yang merupakan bagian dari kegiatan usaha sesuaianggaran dasar.

    3.28. Piutang usaha merupakan hak yang muncul dari penyerahan

    barang atau jasa, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara entitas dan

    pihak lain, yang mewajibkan pihak lain tersebut untukmelunasi pembayaran

    atas barang atau jasa yang telah diterimanya atau utangnya setelah jangka

    waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan.

    3.29. Transaksi piutang usaha, antara lain, memiliki karakteristik sebagai

    berikut:

    1. adanya penyerahan barang ataujasa;

    2. persetujuan atau kesepakatan berutang;

    3. jangka waktu tertentu.

    3.30. Piutang usaha antara lain berasal dari penjualan produk atau jasa

    dari aktivitas utama entitas.

    3.31. Piutang usaha merupakan aset keuangan yang diklasikasikan dalam

    kategori LR.

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    51/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    31Bab III: Akuntansi Aset

    3.32. Tata cara pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai piutang

    mengacu pada ketentuan umum aset keuangan pada Bab II paragra 2.89

    2.90.

    3.33. Cadangan penurunan nilai (yaitu cadangan penurunan piutang tidak

    tertagih yang sudah 100% dari jumlah piutang), tetap disajikan sebagai bagian

    piutang.

    Perlakuan Akuntansi

    Pengakuan dan pengukuran

    Pengakuan dan pengukuran awal

    3.34. Piutang usaha diakui pada saat barang diserahkan kepada pembeli

    sesuai dengan perjanjian penjualan barang.

    1. FOB shipping pointdiakui pada saat barang diterima entitas pengiriman

    untuk diserahkan kepada pembeli;

    2. FOB destination diakui pada saat barang diterima pembeli.

    Pengukuran selanjutnya

    3.35. Piutang usaha berkurang pada saat pembayaran diterima atau

    dihapuskan.

    3.36. Penurunan nilai piutang usaha diakui sebagai kerugian pada periode

    terjadinya.

    3.37. Pemulihan nilai piutang usaha diakui sebagai keuntungan pada

    periode terjadinya.

    3.38. Piutang usaha dihentikan pengakuannya pada saat diselesaikan

    melalui pelunasan atau dikompensasi dengan liabilitas atau aset lain.

    3.39. Apabila terjadi pembayaran setelah piutang dihapusbukukan maka

    diakui sebagai pendapatan nonusaha.

    Penyajian

    3.40. Piutang usaha disajikan dalam kelompok aset lancar.

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    52/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    32 Bab III: Akuntansi Aset

    Pengungkapan

    3.41. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:

    1. rincian jenis dan jumlah piutang;

    2. jumlah piutang dengan pihak-pihak berelasi;

    3. metode pembentukan dan jumlah cadangan kerugian penurunan nilai

    piutang;

    4. jumlah piutang yang dijadikan agunan pinjaman bank;

    5. pengungkapan lainnya.

    3.42. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur dalam

    pengungkapan instrumen keuangan secara umum pada Bab II paragara 2.93.

    Ilustrasi Jurnal

    1. Pada saat penjualan barang/jasa

    Db. Piutang usaha

    Kr. Penjualan ekspor/lokal

    2. Pada saat menerima pembayaran

    Db. Kas dan setara kas

    Kr. Piutang yang terkait

    3. Pada saat terjadi penurunan nilai:

    Db. Beban penurunan nilai piutang

    Kr. Akumulasi penurunan nilai piutang

    4. Pada saat hapus bukuDb. Akumulasi cadangan penurunan nilai piutang

    Db. Beban penghapusan piutang

    Kr. Piutang usaha

    5. Pada saat penerimaan pelunasan piutang yang telah dihapusbukukan

    Db. Kas dan setara kas

    Kr. Pendapatan nonusaha

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    53/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    33Bab III: Akuntansi Aset

    Piutang Lain-lain

    Defnisi

    3.43. Piutang lain-lain adalah hak tagih terhadap pihak lain atas kas,

    barang atau jasa dari kegiatan diluar kegiatan usaha entitas.

    Dasar Pengaturan

    3.44. Dasar pengaturan untuk piutang lain-lain antara lain:

    1. PSAK 23: Pendapatan;

    2. PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian;

    3. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran;

    4. PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan.

    Penjelasan

    3.45. Piutang lain-lain adalah piutang selain dari kegiatan usaha atau

    piutang selain piutang usaha.

    3.46. Piutang lain-lain merupakan hak yang muncul dari penyerahan

    barang atau jasa diluar kegiatan usaha entitas,berdasarkan persetujuan atau

    kesepakatan antara entitas dan pihak lain, yang mewajibkan pihak lain tersebut

    untukmelunasi pembayaran atas barang atau jasa yang telah diterimanya

    atau utangnya setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan.

    3.47. Piutang lain-lain antara lain berasal dari pemberian pinjamankepada

    pihak lain, seperti karyawan.

    3.48. Piutang lain-lain merupakan aset keuangan yang diklasikasikan

    dalam kategori LR.

    3.49. Tata cara pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai piutang

    mengacu pada ketentuan umum aset keuangan pada Bab II paragra 2.89

    2.90.

    3.50. Cadangan penurunan nilai (yaitu cadangan penurunan piutang

    tidak tertagih yang sudah 100% dari jumlah piutang), tetap disajikan sebagai

    bagian piutang.

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    54/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    34 Bab III: Akuntansi Aset

    Perlakuan Akuntansi

    Pengakuan dan Pengukuran

    Pengakuan dan pengukuran awal

    3.51. Piutang lain-lain diakui pada saat aset, misalnya kas, diserahkan

    kepada pihaklain.

    Pengukuran selanjutnya

    3.52. Piutang berkurang pada saat pembayaran diterima atau

    dihapuskan.

    3.53. Penurunan nilai piutang lain-lain diakui sebagai kerugian pada

    periode terjadinya.

    3.54. Pemulihan nilai piutang lain-lain diakui sebagai keuntungan pada

    periode terjadinya.

    3.55. Piutang lain-lain dihentikan pengakuannya pada saat diselesaikan

    melalui pelunasan atau dikompensasi dengan liabilitas atau aset lain.

    3.56. Apabila terjadi pembayaran setelah piutang dihapusbukukan maka

    diakui sebagai pendapatan nonusaha.

    Penyajian

    3.57. Piutang lain-lain disajikan dalam kelompok aset lancar.

    Pengungkapan

    3.58. Hal-hal yang harus diungkapkan, antara lain:

    1. rincian jenis dan jumlah piutang;

    2. jumlah piutang dengan pihak-pihak yang berelasi;

    3. metode pembentukan dan jumlah cadangan kerugian penurunan nilaipiutang yang dibentuk;

    4. pengungkapan lainnya.

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    55/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    35Bab III: Akuntansi Aset

    3.59. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur dalam

    pengungkapan instrumen keuangan secara umum pada Bab II paragra

    2.93.

    Ilustrasi Jurnal

    1. Pada saat pengakuan awal

    Db. Piutang lain-lain

    Kr. Kas dan setara kas

    2. Pada saat menerima pembayaranDb. Kas dan setara kas

    Kr. Piutang lain-lain

    3. Pada saat terjadi penurunan nilai

    Db. Beban penurunan nilai piutang

    Kr. Akumulasi penurunan nilai piutang

    4. Pada saat hapus bukuDb. Akumulasi penurunan nilai piutang

    Db. Beban penghapusan piutang

    Kr. Piutang lain-lain

    5. Pada saat penerimaan pelunasan piutang yang telah dihapusbukukan

    Db. Kas dan setara kas

    Kr. Pendapatan nonusaha

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    56/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    36 Bab III: Akuntansi Aset

    Piutang Antar Badan Hukum Jangka Pendek

    Defnisi

    3.60. Piutang antar badan hukum jangka pendek adalah piutang yang

    timbul sebagai akibat dari transaksi nonusaha dengan pihak-pihak yang berelasi,

    selain untuk pos yang telah ditentukan penyajiannya dan akan diselesaikan

    dalam satu periode setelah tanggal laporan posisi keuangan yang diselesaikan

    dengan menggunakan kas atau aset keuangan lainnya.

    3.61. Pihak-pihak berelasi adalah orang atau entitas lain yang terkait

    dengan entitas yang menyiapkan laporan keuangan.

    3.62. Transaksi pihak berelasi adalah suatu pengalihan sumber daya, jasa

    atau kewajiban antara entitas pelapor dengan pihak-pihak berelasi, terlepas

    apakah ada harga yang dibebankan.

    Dasar Pengaturan

    3.63. Dasar pengaturan untuk piutang antar badan hukum jangka pendekantara lain:

    1. PSAK 7: Pengungkapan Pihak-pihak yang berelasi;

    2. PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian;

    3. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran;

    4. PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan.

    Penjelasan

    3.64. Pihak-pihak berelasi yang dimaksud adalah hubungan antar

    entitas BUMN perkebunan.

    3.65. Piutang antar badan hukum jangka pendek mencakup piutang yang

    timbul dari transaksi nonusaha antara entitas dengan entitas lain, entitas

    anak, dan entitas asosiasinya yang berelasi, dimana akan diselesaikan dalam

    satu periode setelah tanggal laporan posisi keuangan. Sedangkan untuk piutang

    yang timbul dari transaksi usaha, termasuk dalam bagian piutang usaha.

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    57/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    37Bab III: Akuntansi Aset

    3.66. Piutang antar badan hukum terdiri dari antara lain:

    1. piutang yang berasal dari transaksi di luar usaha melalui rekening

    antar badan hukum yang dilakukan pelunasan piutang secara reguler,misalnya piutang atas pengobatan dan biaya rumah sakit untuk karyawan.

    Penyelesaian atas piutang tersebut dapat berupa kas atau aset nonkeuangan

    lainnya;

    2. piutang yang berupa modal kerja.

    3.67. Piutang antar badan hukum jangka pendek termasuk aset keuangan

    yang diklasikasikan dalam kategori LR.

    3.68. Untuk piutang antar badan hukum yang akan dilakukan pelunasan

    secara reguler, tidak perlu dilakukan uji penurunan nilai untuk menentukan

    cadangan kerugian penurunan nilai piutang.

    3.69. Untuk piutang antar badan hukum yang berupa modal kerja

    perlu dilakukan uji penurunan nilai untuk menentukan cadangan kerugian

    penurunan nilai piutang. Metode untuk menentukan cadangan kerugian

    penurunan nilai piutang adalah secara individual.

    3.70. Tata cara pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai piutang

    mengacu pada ketentuan umum aset keuangan pada Bab II paragra 2.892.90.

    Perlakuan Akuntansi

    Pengakuan dan pengukuran

    Pengakuan danpengukuran awal

    3.71. Piutang antar badan hukum jangka pendek diakui pada saat

    penyerahan aset sebesar jumlah yang diserahkan.

    Pengukuran selanjutnya

    3.72. Untuk piutang modal kerja, biaya transaksi (jika ada amortisasi atas

    premium, diskon atau biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung

    dengan piutang tersebut) diamortisasi dengan suku bunga eekti.

    3.73. Penurunan nilai piutang antar badan hukum jangka pendek diakui

    sebagai kerugian pada periode terjadinya.

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    58/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    38 Bab III: Akuntansi Aset

    3.74. Pemulihan nilai piutang antar badan hukum jangka pendek diakui

    sebagai keuntungan pada periode terjadinya.

    3.75. Apabila terjadi pembayaran setelah piutang dihapusbukukan maka

    diakui sebagai pendapatan nonusaha.

    3.76. Piutang antar badan hukum dihentikan pengakuannya pada saat

    diselesaikan melalui pelunasan atau dikompensasi dengan liabilitas atau aset

    lain.

    Penyajian

    3.77. Piutang antar badan hukum jangka pendek disajikan dalam kelompok

    aset lancar.

    Pengungkapan

    3.78. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:

    1. rincian piutang antar badan hukum jangka pendek berdasarkan jenis,umur dan jumlah;

    2. kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk kriteria

    pengakuan dan dasar pengukuran yang diterapkan;

    3. nama entitas sebagai debitur (yang dikendalikan bersama oleh pemerintah)

    dan siat hubungannya dengan entitas;

    4. siat dan jumlah setiap transaksi yang secara individual signikan;

    5. untuk transaksi yang signikan secara kolekti;

    6. indikasi kuantitati atau kualitati luasnya transaksi;

    7. pengungkapan lainnya.

    3.79. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur dalam

    pengungkapan instrumen keuangan secara umum pada Bab II paragra 2.93.

    Ilustrasi Jurnal

    1. Pada saat pengakuan awalDb. Piutang antar badan hukum jangka pendek

    Kr. Kas dan setara kas

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    59/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    39Bab III: Akuntansi Aset

    2. Pada saat penyelesaian

    Db. Kas dan setara kas

    Kr. Piutang antar badan hukum jangka pendek

    3. Pada saat terjadi penurunan nilai

    Db. Beban kerugian penurunan nilai piutang

    Kr. Akumulasi kerugian penurunan nilai piutang

    4. Pada saat hapus buku

    Db. Akumulasi kerugian penurunan nilai piutang

    Db. Beban penghapusan piutang

    Kr. Piutang antar badan hukum jangka pendek

    5. Pada saat penerimaan pelunasan piutang antar badan hukum jangka

    pendek yang telah dihapusbukukan

    Db. Kas dan setara kas

    Kr. Pendapatan nonusaha

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    60/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    40 Bab III: Akuntansi Aset

    Investasi Jangka Pendek

    Defnisi

    3.80. Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera

    dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama satu tahun atau kurang,

    yang berbentuk aset keuangan.

    3.81. Deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya

    dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian dengan bank.

    Dasar Pengaturan

    3.82. Dasar pengaturan untuk investasi jangka pendek antara lain:

    1. PSAK 23: Pendapatan;

    2. PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian;

    3. PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran;

    4. PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan;

    Penjelasan

    3.83. Investasi jangka pendek adalah penanaman dana yang berisiko

    atau yang sejenis yang dimaksudkan untuk memperoleh pendapatan yang

    diperkirakan akan direalisasi dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan setelah

    periode pelaporan.

    3.84. Investasi jangka pendek yang dimaksud adalah penempatan dana

    di bank dan surat berharga (eek), antara lain dalam bentuk:1. penempatan dana di bank, misalnya deposito berjangka yang akan

    jatuh tempo dalam satu tahun setelah tanggal laporan posisi keuangan;

    2. penempatan dana pada eek utang, misalnya obligasi, yang akanjatuh

    tempo dalam satu tahun setelah tanggal laporan posisi keuangan;

    3. penempatan dana pada eek ekuitas, misalnya saham, yang bersiat

    jangka pendek.

    3.85. Investasi jangka pendek merupakan aset keuangan yang dikategorikanmenjadi:

    1. diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi (FVTPL);

    2. investasi dimiliki hingga jatuh tempo (HTM);

    3. tersedia untuk dijual (AFS);

    4. pinjaman yang diberikan dan piutang (LR).

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    61/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    41Bab III: Akuntansi Aset

    3.86. Jenis investasi jangka pendek dengan kategori aset keuangan

    ditunjukkan dalam matrik berikut ini:

    No Jenis Investasi Jangka Pendek FVTPL HTM AFS LR

    1.

    2.

    3.

    Deposito berjangka

    Obligasi

    Saham

    -

    -

    -

    -

    -

    -

    Perlakuan Akuntansi

    Pengakuan dan pengukuran

    Pengakuan dan pengukuran awal

    3.87. Penempatan dana sebagai investasi jangka pendek di bank diakui

    pada saat dilakukan penyerahan dana sebesar nilai nominal.

    3.88. Penempatan dana sebagai investasi jangka pendek di surat berharga/

    eek diakui pada saat dilakukan penyerahan dana sebesar biaya perolehan.

    3.89. Biaya transaksi kategori FVTPL diakui sebagai beban periode

    berjalan.

    3.90. Biaya transaksi kategori AFS, LR, dan HTM diakui sebagai penambah

    biaya perolehan.

    Pengukuran selanjutnya

    3.91. Investasi jangka pendek dalam kategori FVTPL dan AFS diukur pada

    nilai wajar.

    3.92. Investasi jangka pendek dalam kategori HTM dan LR diukur pada

    biaya perolehan yang diamortisasi dengan menggunakan suku bunga eekti

    (lihat paragra 2.85).

    Perubahan nilai wajar

    3.93. Untuk investasi jangka pendek dalam kategori FVTPL, kenaikan atau

    penurunan nilai wajar diakui dalam laba rugi.

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    62/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    42 Bab III: Akuntansi Aset

    3.94. Untuk investasi jangka pendek dalam kategori AFS, kenaikan dan

    penurunan nilai wajar diakui dalam pendapatan komprehensi lain.

    Penurunan nilai

    3.95. Untuk investasi jangka pendek dalam kategori AFS, HTM dan LR,

    penurunan nilai diakui sebagai kerugian.

    Pemulihan nilai

    3.96. Untuk investasi jangka pendek dengan kategori AFS, HTM dan LR,

    pemulihan nilai diakui sebagai keuntungan.

    3.97. Jumlah pemulihan nilai tersebut tidak boleh mengakibatkan jumlah

    tercatat pada saat pemulihan melebihi jumlah yang seharusnya jika tidak terjadi

    penurunan nilai.

    Pendapatan Investasi

    3.98. Pendapatan bunga, dividen, keuntungan atau kerugian akibat

    investasi jangka pendek diakui sebagai pendapatan dan beban nonusaha.

    Penghentian Pengakuan

    3.99. Investasi jangka pendek dihentikan pengakuannya pada saat

    dilepaskan misalnya dijual atau jatuh tempo.

    3.100. Keuntungan atau kerugian dari pelepasan invetasi jangka pendek

    diakui dalam laba rugi.

    Penyajian

    3.101. Investasi jangka pendek disajikan dalam kelompok aset lancar.

  • 7/30/2019 Pedoman Akuntansi Perkebunan BUMN - 05122011

    63/266

    Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS

    43Bab III: Akuntansi Aset

    Pengungkapan

    3.102. Hal-hal yang harus diungkapkan antara lain:

    1. cakupan dan siat instrumen keuangan, termasuk syarat dan kondisi

    signikan yang mempengaruhi jumlah, waktu dan tingkat kepastian arus

    kas di masa mendatang;

    2. kebijakan dan metode akuntansi yang digunakan, termasuk kriteria

    pengakuan dan pengukuran;

    3. apakah pembelian dan penjualan dicatat pada tanggal transaksi atau

    penyelesaian;

    4. nilai tercatat dari investasi jangka pendek yang dijadikan agunan;5. nilai tercatat dari investasi jangka pendek yang termasuk bagian

    diperdagangkan;

    6. alasan reklasikasi, jika melakukan reklasifkasi;

    7. item material dari pendapatan, beban, keuntungan atau kerugian

    akibat investasi jangka pendek;

    8. siat dan jumlah kerugian penurunan nilai.

    3.103. Entitas juga harus mengungkapkan hal-hal yang diatur dalam

    pengungkapan instrumen keuangan secara umum pada Bab II paragra 2.93.

    Ilustrasi Jurnal

    Kategori FVTPL

    1. Pada saat perolehan

    Db. Investa