PE
-
Upload
gabriel-garcia -
Category
Documents
-
view
216 -
download
1
description
Transcript of PE
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tepung merupakan komoditas pangan yang penting di Indonesia. Hal ini disebabkan
karena kebutuhan tepung terutama pada produksi pembuatan pangan sangat tinggi. Maka dari itu,
produksi tepung merupakan hal yang vital. Produksi tepung pun harus meningkat mengikuti
tingginya permintaan pasar.
Dalam serangkaian produksi tepung, tepung perlu melalui proses pemindahan dari satu
silo ke silo yang lain. Tepung dipindahkan dari silo yang berukuran besar ke silo yang berukuran
lebih kecil untuk selanjutnya diproses lebih lanjut. Selama proses pemindahan tepung dari silo
besar ke silo yang berukuran kecil, digunakan truk untuk memindahkan tepung karena jarak silo
yang jauh, dan hanya memungkinkan jika menggunakan truk. Untuk memasukkan tepung dari
silo besar ke dalam truk, dan dari truk ke dalam silo kecil, dibutuhkan suatu mesin yang mampu
memindahkan tepung dengan cepat dan efisien.
1.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan
Membuat Screw Conveyor yang menghantarkan tepung dari silo kedalam truk.
Memudahkan pemindahan (loading) tepung dari silo ke truk.
Menentukan spesifikasi elemen-elemen mesin yang menyusun mekanisme alat-alat yang
dibuat.
Manfaat
Mampu membuat perencanaan pada bidang Mechanical Engineering.
Memahami langkah - langkah merancang sebuah mekanisme conveyor
1.3 Batasan Masalah
Pengetahuan berdasarkan ilmu dasar perkuliahan yang didapat seperti elemen mesin,
statika struktur, kekuatan material, kinematika, dan dinamika.
BAB II
2.1 Dasar Teori
Untuk melakukan perhitungan pada komponen mesin ini diperlukan dasar-dasar perhitungan
yang sudah menjadi standar internasional. Perhitungan ini akan memperkecil ketidaksesuaian
(error factor) dari material maupun komponen mesin. Hal-hal yang berkaitan dengan
perancangan mesin ini meliputi:
1. Screw Conveyor
Screw Conveyor merupakan suatu alat yang berupa pipa ulir yang disusun pada pipa atau
poros yang berputar di dalam tabung tetap untuk memindahkan berbagai jenis material yang
mempunyai daya alir menurut “CEMA Materials Classification Standart” berarti tingkat
kebebasan partikel suatu material yang secara individu bergerak saling mendahului satu
partikel yang lainnya. Karakteristik ini penting dalam operasi screw conveyor. Dari beberapa
jenis penerapan srew conveyor pada dasarnya diambil dari 2 faktor, yaitu karakteristik dari
material yang diangkut dan keuntungan dari penggunaan screw conveyor.
1.1 Menentukan ukuran dan kecepatan screw conveyor
A. Kapasitas scew conveyor dalam ft3/jam tiap rpm
Keterangan:
C = kapasitas screw conveyor dalam ft3/jam
Ds = diameter scew conveyor dalam inch
Dp = diameter pipa dalam inch
p = pitch dari screw conveyor dalam inch
K = prosentase dari pembebanan tabung ( % )
B. Kecepatan screw conveyor dapat dhitung dengan rumus
Dimana:
N = kecepatan dari ulir ( rpm )
( N tidak boleh lebih dari kecepatan maksimum yang dianjurkan )
C. Daya untuk memuter screw conveyor
Daya yang dibutuhkan adalah daya total dari gesekan conveyor ( HPf ) dan daya untuk
memindahkan material pada ukuran tertentu ( HPm ) dikalikan dengan faktor beban lebih
( FO ) dan dibagi efisiensi penggerak total ( e ).
HPf = Ls× N × Fd × Fb1000000
Dimana:
L = panjang dari conveyor dalam ft
N = kecepatan screw conveyor dalam rpm
Fd = diameter conveyor factor
Fb = hanger bearing factor
HPm = C × Ls × W × Ff × Fm × Fp
1000000
Dimana:
C = kapasitas screw conveyor dalam ( ft3
jam)
W = berat jenis material dalam (lbs
ft3)
Ff = flight factor
Fm = material factor
Fp = paddle factor
HP = ( HPf +Hpm ) Fo
e
Dimana
Fo = over load factor
e = efisiensi penggerak ( % )
HPm = daya untuk memindahkan material ( HP )
HPf = daya total karena gesekan conveyor ( HP )
2. Pulley and Belt
Puli merupakan salah satu elemen dalam mesin yang mereduksi putaran dari motor bensin
menuju reducer, ini juga berfungsi sebagai kopling putaran motor bensin dengan reducer. Puli
dapat terbuat dari besi cor, baja cor, baja pres, atau Sabuk berfungsi sebagai alat yang
meneruskan daya dari satu poros ke poros yang lain melalui dua puli dengan kecepatan rotasi
sama maupun berbeda. Tipe sabuk antara lain: sabuk flat, sabuk V, dan sabuk circular. Faktor-
faktor dalam
1. Perbandingan kecepatan
Perbandingan antara kecepatan puli penggerak dengan puli pengikut ditulis dengan persamaan
sebagai berikut:
dimana:
D1 = Diameter puli penggerak (mm)
D2 = Diameter puli pengikut (mm)
N1 = Kecepatan puli penggerak (rpm)
N = Kecepatan puli pengikut (rpm)
2. Perhitungan panjang sabuk
L = 2C + π/2 ( Dp + dp ) + 1⁄4c ( Dp – dp )2
dengan:
L = panjang sabuk ( cm )
C = jarak sumbu poros ( m )
Dp = diameter puli besar ( m )
dp = diameter puli kecil ( m )
3. Jarak antara kedua poros
C=b+√ b2−8 (Dp – dp)2
9
dimana:
b = 2h – 3,14 ( Dp – dp )
4. Sudut singgung sabuk dan puli
sin∝=r1−r2
X
dengan:
α = sudut singgung sabuk dan puli ( B )
R = jari-jari puli besar ( m )
r = jari-jari puli kecil ( m )
5. Sudut kontak puli
ϴ = ( 180 + 2.α ) π180
dimana:
ϴ = sudut kontak puli ( B )
6. Kecepatan Linier Sabuk
V= π ×d ×n60
dimana:
d = diameter puli roll ( m )
n = putaran roll (rpm)
7. Gaya Sentrifugal
Tc = m . ( V )2
dimana:
Tc = tegangan sentrifugal
m = massa sabuk ( kg/m )
V = kecepatan keliling sabuk ( m )
8. Besarnya gaya yang bekerja pada sabuk V
2.3 logT t 1−Tc
T t 2−Tc=µϴ
dimana:
Tt1 = tegangan total sisi kencang (N)
Tt2 = tegangan total sisi kendor (N)
m = koefisien geser antara sabuk dan puli
q = sudut kontak puli (rad)
9. Perhitungan Penggunaan Jumlah Sabuk
Ps= (T1−T 2 ) V
dimana:
P = Ps : daya yang ditransmisikan sabuk ( watt )
T1 = F1 : gaya tegang sabuk sisi kencang ( kg )
T2 = F2 : gaya tegang sabuk sisi kendor ( kg )
V = kecepatan linier ( m/s )
10. Jumlah Sabuk Yang Diperlukan
N= PdPs
3. Bantalan
Bantalan adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk menumpu poros yang
berbeban dan mengurangi gesekan pada poros, sehingga putaran poros dapat berlangsung secara
halus. Pelumas digunakan untuk mengurangi panas yang dihasilkan dari gesekan tersebut. Secara
garis besar bantalan dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu:
1. Bantalan Luncur
Pada bantalan ini terjadi gesekan antara poros dengan bantalan yang dapat menimbulkan panas
yang besar sehingga untuk mengatasi hal tersebut diberikan lapisan pelumas antara poros dengan
bantalan.
2. Bantalan Gelinding
Pada bantalan gelinding ini terjadi gesekan antara bagian yang berputar dengan bagian yang
diam melalui elemen gelinding, sehingga gesekan yang terjadi menjadi lebih kecil.Berdasarkan
arah beban terhadap poros bantalan dibagi menjadi 3 macam yaitu:
1. Bantalan Radial
Pada bantalan ini arah beban adalah tegak lurus dengan sumbu poros.
2. Bantalan Aksial
Pada bantalan ini arah beban adalah sejajar dengan sumbu poros.
3. Bantalan Gelinding Khusus
Bantalan ini dapat menumpu beban yang arahnya sejajar dan tegak lurus
4. Poros
Poros merupakan bagian yang berputar, dimana terpasang elemen pemindah gaya, seperti
roda gigi, bantalan dan lain-lain. Poros bisa menerima beban-beban tarikan, lenturan, tekan atau
puntiran yang bekerja sendiri-sendiri maupun gabungan satu dengan yang lainnya. Kata poros
mencakup beberapa variasi seperti shaft atau axle (as). Shaft merupakan poros yang berputar
dimana akan menerima beban puntir, lenturan atau puntiran yang bekerja sendiri maupun secara
gabungan. Sedangkan axle (as) merupakan poros yang diam atau berputar yang tidak menerima
beban punter.
Jenis poros yang lain adalah jenis poros transmisi. Poros ini akan mentransmisikan daya
meliputi kopling, roda gigi, puli, sabuk, atau sproket rantai dan lain-lain. Poros jenis ini
memperoleh beban puntir murni atau punter.
Untuk merencanakan suatu poros maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Kekuatan Poros
Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau gabungan antara puntir
dan lentur, juga ada poros yang mendapatkan beban tarik atau tekan. Oleh karena itu,
suatu poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk menahan beban-beban di atas.
2. Kekakuan Poros
Meskipun suatu poros mempunyai kekuatan cukup tetapi jika lenturan puntirnya
terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian atau getaran dan suara, karena itu
disamping kekuatan poros, kekakuannya juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan
macam mesin yang akan dilayani poros tersebut.
3. Korosi
Baja tahan korosi dipilih untuk poros. Bila terjadi kontak fluida yang korosif
maka perlu diadakan perlindungan terhadap poros supaya tidak terjadi korosi yang dapat
menyebabkan kekuatan poros menjadi berkurang.
4. Bahan Poros
Poros untuk mesin biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik dingin dan
finishing, baja konstruksi mesin yang dihasilkan dari ingot yang di ”kill” (baja yang
dideoksidasikan dengan ferrosilikon dan dicor, kadar karbon terjamin). Meskipun
demikian, bahan ini kelurusannya agak kurang tetap dan dapat mengalami deformasi
karena tegangan yang kurang seimbang. Poros-poros untuk meneruskan putaran tinggi
dan beban berat umumnya dibuat dari baja paduan dengan pengerasan kulit yang tahan
terhadap keausan.
Pertimbangan-pertimbangan yang digunakan untuk poros menggunakan persamaan
sebagai berikut:
1. Torsi
T= 60 × P2× π × n
dimana:
T = Torsi maksimum yang terjadi (kg.m).
P = Daya motor (W).
N = Kecepatan putaran poros (rpm).
2. Torsi Ekivalen
T e=√M 2+T 2
Diameter Poros
d=√ 16 ∙T e
π ∙ τ s
Keterangan :
Te = Torsi ekivalen (kg.m).
T = Torsi maksimum yang terjadi (kg.m).
M = Momen maksimum yang terjadi (kg.m).
t s = Tegangan geser maksimum yang terjadi (kg/cm2)
d = Diameter poros (cm).
3. Momen Ekivalen
M e=0.5 [M +√ M 2+T 2]
Diameter Poros
d= 3√ 32∙ M e
π ∙ τ b
Keterangan :
Me = Momen ekivalen (kg.m).
σb = Tegangan tarik maksimum yang terjadi (kg/cm2)
5. Statika
Statika adalah ilmu yang mempelajari tentang statika dari suatu beban terhadap gaya-
gaya dan juga beban yang mungkin ada pada bahan tersebut. Dalam ilmu statika keberadaan
gaya-gaya yang mempengaruhi sistem menjadi suatu obyek tinjauan utama dan meliputi gaya
luar dan gaya dalam. Gaya luar adalah gaya yang diakibatkan oleh beban yang berasal dari luar
sistem yang pada umumnya menciptakan kestabilan konstruksi.
Jenis bebannya dibagi menjadi:
1. Beban dinamis adalah beban sementara dan dapat dipindahkan pada
2. Beban statis adalah beban yang tetap dan tidak dapat dipindahkan pada
3. Beban terpusat adalah beban yang bekerja pada suatu titik.
4. Beban terbagi adalah beban yang terbagi merata sama pada setiap satuan luas.
5. Beban terbagi variasi adalah beban yang tidak sama besarnya tiap satuan luas.
6. Beban momen adalah hasil gaya dengan jarak antara gaya dengan titik yang
7. Beban torsi adalah beban akibat puntiran.
Gaya dalam dapat dibedakan menjadi :
1. Gaya normal (normal force) adalah gaya yang bekerja sejajar sumbu batang.
2. Gaya lintang/geser (shearing force) adalah gaya yeng bekerja tegak lurus
3. Momen lentur (bending momen).
Persamaan kesetimbangannya adalah:
- Σ F = 0 atau Σ Fx = 0
Σ Fy = 0 (tidak ada gaya resultan yang bekerja pada suatu benda)
- Σ M = 0 atau Σ Mx = 0
Σ My = 0 (tidak ada resultan momen yang bekerja pada suatu benda)
4. Reaksi adalah gaya lawan yang timbul akibat adanya beban. Reaksi sendiri terdiri dari:
1. Momen
Momen (M)= F x s
dimana:
M = momen (N.mm)
S = jarak (mm)
F = gaya (N)
2. Torsi
3. Gaya
Dalam ilmu statika, tumpuan dibagi atas:
1. Tumpuan Roll/Penghubung.
Tumpuan ini dapat menahan gaya pada arah tegak lurus penumpu, biasanya penumpu ini
disimbolkan dengan:
Sketsa Reaksi Tumpuan Roll
2. Tumpuan Sendi
Tumpuan ini dapat menahan gaya dalam segala arah
Sketsa Reaksi Tumpuan Sendi
3. Tumpuan Jepit
Tumpuan ini dapat menahan gaya dalam segala arah dan dapat menahan momen
Tumpuan Jepit
4. Free Body Diagram.
Diagram gaya dalam adalah diagram yang menggambarkan besarnya gaya dalam yang
terjadi pada suatu konstruksi. Sedang macam-macam diagram gaya dalam itu sendiri adalah
sebagai berikut:
1. Diagram gaya normal (NFD), diagram yang menggambarkan besarnya gaya normal
yang terjadi pada suatu konstruksi.
2. Diagram gaya geser (SFD), diagram yang menggambarkan besarnya gaya geser yang
terjadi pada suatu konstruksi.
3. Diagram moment (BMD), diagram yang menggambarkan besarnya momen lentur
yang terjadi pada suatu konstruksi
6. Proses Pengelasan
Dalam proses pengelasan rangka, jenis las yang digunakan adalah las listrik DC dengan
pertimbangan akan mendapatkan sambungan las yang kuat. Pada dasarnya instalasi pengelasan
busur logam terdiri dari bagian–bagian penting sebagai berikut:
1. Sumber daya, yang bisa berupa arus bolak balik (ac) atau arus searah (dc).
2. Kabel timbel las dan pemegang elektroda.
3. Kabel balik las (bukan timbel hubungan ke tanah) dan penjepit.
4. Hubungan ke tanah.
Fungsi lapisan elektroda dapat diringkaskan sebagai berikut :
1. Menyediakan suatu perisai yang melindungi gas sekeliling busur api dan
2. Membuat busur api stabil dan mudah dikontrol.
3. Mengisi kembali setiap kekurangan yang disebabkan oksidasi elemen–elemen tertentu
dari genangan las selama pengelasan dan menjamin las mempunyai sifat–sifat mekanis
yang memuaskan.
4. Menyediakan suatu terak pelindung yang juga menurunkan kecepatan pendinginan logam
las dan dengan demikian menurunkan kerapuhan akibat
5. Membantu mengontrol (bersama–sama dengan arus las) ukuran dan frekuensi
6. Memungkinkan dipergunakannya posisi yang berbeda.
Dalam las listrik, panas yang akan digunakan untuk mencairkan logam diperoleh dari busur
listrik yang timbul antara benda kerja yang dilas dan kawat logam yang disebut elektroda.
Elektroda ini terpasang pada pegangan atau holder las dan didekatkan pada benda kerja hingga
busur listrik terjadi. Karena busur listrik itu, maka timbul panas dengan temperatur maksimal
3450oC yang dapat mencairkan logam.
1. Sambungan Las
Ada beberapa jenis sambungan las, yaitu:
Butt Join
Yaitu dimana kedua benda kerja yang dilas berada pada bidang yang
Lap Join
Yaitu dimana kedua benda kerja yang dilas berada pada bidang yang
Edge Join
Yaitu dimana kedua benda kerja yang dilas berada pada bidang paparel, tetapi
sambungan las dilakukan pada ujungnya.
T-Join
Yaitu dimana kedua benda kerja yang dilas tegak lurus satu sama lain.
Corner Join
Yaitu dimana kedua benda kerja yang dilas tegak lurus satu sama lain.
2. Memilih Besarnya Arus
Besarnya arus listrik untuk pengelasan tergantung pada diameter elektroda dan jenis elektroda.
Tipe atau jenis elektroda tersebut misalnya: E 6010, huruf E tersebut singkatan dari elektroda, 60
menyatakan kekuatan tarik terendah setelah dilaskan adalah 60.000 kg/mm2. Angka 1
menyatakan pengelasan segala posisi dan angka 0 untuk pengelasan datar dan horisontal. Angka
keempat adalah menyatakan jenis selaput elektroda dan jenis arus.Besar arus listrik harus sesuai
dengan elektroda, bila arus listrik terlalu kecil, maka:
- Pengelasan sukar dilaksanakan.
- Busur listrik tidak stabil.
- Panas yang terjadi tidak cukup untuk melelehkan elektroda dan benda
- Hasil pengelasan atau rigi-rigi las tidak rata dan penetrasi kurang dalam.
Apabila arus terlalu besar maka:
- Elektroda mencair terlalu cepat.
- Pengelasan atau rigi las menjadi lebih besar permukaannya dan penetrasi terlalu
dalam.
7. Proses Permesinan
Proses permesinan adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan elemen-elemen
mesin, yang meliputi proses kerja mesin dan waktu pemasangan.
Pada umumnya mesin-mesin perkakas mempunyai bagian utama sebagai berikut:
Motor penggerak (sumber tenaga).
1. Kotak transmisi (roda-roda gigi pengatur putaran).
2. Pemegang benda kerja.
3. Pemegang pahat/alat potong.
Macam-macam gerak yang terdapat pada mesin perkakas.
1. Gerak utama (gerak pengirisan).
Adalah gerak yang menyebabkan mengirisnya alat pengiris pada benda kerja.
Gerak utama dapat dibagi :
1. Gerak utama berputar
Misalnya pada mesin bubut, mesin frais, dan mesin drill.
Mesin perkakas dengan gerak utama berputar biasanya mempunyai gerak pemakanan
yang kontinyu.
2. Gerak utama lurus
Misalnya pada mesin sekrap.
Mesin perkakas dengan gerak utama lurus biasanya mempunyai gerak pemakanan
yang periodik.
2. Gerak Pemakanan
Gerak yang memindahkan benda kerja atau alat iris tegak lurus pada gerak
3. Gerak Penyetelan
Menyetel atau mengatur tebal tipisnya pemakanan, mengatur dalamnya pahat masuk
dalam benda kerja.
Adapun macam-macam mesin perkakas yang digunakan antar lain:
Mesin Bubut
Prinsip kerja mesin mesin bubut adalah benda kerja yang berputar dan pahat yang
menyayat baik memanjang maupun melintang. Benda kerja yang dapat dikerjakan pada mesin
bubut adalah benda kerja yang silindris, sedangkan macam-macam pekerjaan yang dapat
dikerjakan dengan mesin ini adalah antara lain:
- pembubutan memanjang dan melintang
- pembubutan dalam atau memperbesar lubang
- membubut ulir luar dan dalam
Mesin bor digunakan untuk membuat lubang (driling) serta memperbesar ubang (boring) pada
benda kerja. Jenis mesin bor adalah sebagai berikut:
1. Mesin bor tembak
2. Mesin bor vertikal
3. Mesin bor horizontal
Mesin Bor
Pahat bor memiliki dua sisi potong, proses pemotongan dilakukan dengan cara berputar.
Putaran tersebut dapat disesuaikan atau diatur sesuai dengan bahan pahat bor dan bahan benda
kerja yang dibor. Gerakan pemakanan pahat bor terhadap benda kerja dilakukan dengan
menurunkan pahat hingga menyayat benda kerja.
8. Pemilihan Mur dan Baut
Mur dan baut merupakan pengikat yang sangat penting. Untuk mencegah kecelakaan,
atau kerusakan pada mesin, pemilihan baut dan mur sebagai alat pengikat harus dilakukan secara
teliti dan direncanakan dengan matang di lapangan. Tegangan maksium pada baut dihitung
dengan persamaan di bawah ini.
σ maks= FA
¿ F
πd2
4
Bila tegangan yang terjadi lebih kecil dari tegangan geser dan tarik bahan, maka penggunaan
mur-baut aman.
Baut berbentuk panjang bulat berulir, mempunyai fungsi antara lain:
Baut sebagai pengikat
Baut sebagai pengikat dan pemasang yang banyak digunakan ialah ulir profil segitiga
(dengan pengencangan searah putaran jarum jam). Baut pemasangan untuk bagian-bagian yang
berputar dibuat ulir berlawanan dengan arah putaran dari bagian yang berputar, sehingga tidak
akan terlepas pada saat
Sebagai pemindah tenaga
Contoh ulir sebagian pemindah tenaga adalah dongkrak ulir, transportir mesin bubut,
berbagai alat pengendali pada mesin-mesin. Batang ulir seperti ini disebut ulir tenaga (power
screw).
Tegangan geser maksimum pada baut
τmaks= F
πd c2 ×n
4
Dimana:
τmax = Tegangan geser maksimum (N/mm2)
F = Beban yang diterima (N)
dc = Diameter baut (mm)
r = Jari-jari baut (mm)
n = Jumlah baut
9. Reducer
Fungsi utama dari reducer adalah sebagai pereduksi putaran input dari motor listrik
menjadi putaran yang diinginkan. Sesuai dengan perbandingan reduceryang digunakan pada
mesin pemeras singkong ini, misalnya menggunakan reducer 1:20, artinya input reducer dari
putaran motor 20 rpm maka poros output reducer menjadi 1 rpm. Adapun bagian dari reducer
adalah roda gigi cacing berpasangan dengan roda gigi miring yang akan membentuk sudut 90.