Pdt Trauma Kepala-Dewi

download Pdt Trauma Kepala-Dewi

of 9

description

lumayan

Transcript of Pdt Trauma Kepala-Dewi

TRAUMA KEPALA

BATASANTrauma kepala adalah trauma mekanik terhadap kepala baik secara langsung maupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial, baik temporer maupun permanen.Trauma kepala merupakan trauma yang menyebabkan cedera baik dari cranium (tengkorak) maupun serebral (otak). Cedera tersebut dapat mengakibatkan luka pada kulit kepala, fraktur tulang tengkorak, robekan selaput otak, kerusakan pembuluh darah baik intra maupun ekstra serebral dan kerusakan jaringan otaknya sendiri.

PATOFISIOLOGIKerusakan yang timbul pada trauma kepala menyebabkan : Lesi primerLesi yang muncul langsung pada saat terjadinya trauma. Lesi lokal berupa robekan pada kulit kepala, otot-otot dan tendon pada kepala mengalami kontusio, dapat terjadi perdarahan sub galealmaupun fraktur tulang tengkorak, dan kontusio jaringan otak. Lesi difus merupakan cedera difuse aksonal dan kerusakan difuse mikrovaskuler, perdarahan subdural, perdarahan epidural, perdarahan subaraknoid, perdarahan intraserebral. Perdarahan epidural (EDH) akibat robeknya arteri meningea media. Hematoma subdural (SDH) akibat robeknya bridging vein , sinus venosus duramater, atau robeknya arakhnoida.hematom intraserebral adalah perdarahan intraparenkim otak, disebabkan karena pecahnya arteri intraserebral tunggal atau multiple. Lesi sekunderLesi yang muncul beberapa waktu setelah terjadinya trauma. Pada umumnya oleh karena iskemik hipoksia, edema serebri, vasodilatasi dan infeksi.

GEJALA KLINISPada cedera kepala dapat ditemui tanda-tanda trauma yang diawali dengan riwayat trauma kepala.Kulit kepala : laserasi, luka robek atau hematom.Tulang tengkorak : fraktur linier, kompresi atau tanda fraktur basis kranii seperti otorrhea, rhinorrhea, hemotimpanum atau laserasi liang telinga luar, Bettles sign, Racoons eyes.Wajah : fraktur os nasi, fraktur mandibular atau fraktur multiple.Jaringan otak : bisa timbul cedera fokal, pada tempat cedera atau counter coup timbul edema, laserasi, perdarahan atau kontusio. Cedera difus, biasanya Diffuse Axonal Injury (DAI).Selaput otak (duramater) : dapat timbul perdarahan epidural, subdural, ataupun subarakhnoid.

DIAGNOSIS AnamnesisRiwayat kejadian/mekanisme trauma kepala, riwayat pingsan/tidak sadar, muntah, kejang, adanya keluhan setelah trauma kepala seperti nyeri kepala, pusing lupa (amnesia retrogard/antegard). Pemeriksaan fisikLakukan segera evaluasi ABC (airway, breathing, circulation), kesadaran, tekanan darah, nadi, pola pernafasan, frekuensi pernafasan, pupil (besar, bentik dan reaksi cahaya), defisit neurologis dan cedera ekstrakranial. Laboratorium Pemeriksaan darah : Hb, Ht, leukosit, diff count, gula darah sewaktu, ureum, kreatinin, analisa gas darah dan elektrolit. Bila dicurigai kelainan hematologis : trombosit, PT, PTT, D-Dimer dan fibrinogen. Pemeriksaan radiologi Foto kepala dan leher Foto anggota gerak, dada dan abdomen atas indikasi. Scan kepala dibuat bila ada fraktur tengkorak atau bila klinis diduga ada hematom intrakranial.

DIAGNOSA BANDING Stroke perdarahan Perdarahan intratumoral Meningitis

PENATALAKSANAAN Resusitasi jantung paru dengan tindakan A (Airway), B (Breathing), C (Circulation) Jalan nafas (Airway) : dibebaskan dari lidah yang turun ke belakang dengan posisi kepala ekstensi. Pasang pipa orofaring atau pipa endotrakeal bila perlu, bersihkan sisa muntahan, lender atau gigi palsu. Pernafasan (Breathing) : dapat disebabkan kelainan sentral, seperti depresi nafas yang ditandai dengan pernafasan cheyne stokes, hiperventilasi neurogenic sentral, atau ataksik. Tindakannya berikan oksigen, cari dan atasi factor penyebab, bila perlu pemakaian ventilator. Sirkulasi (Circulation) : jaga euvolemia, pertahankan CPP > 70 mmHg. Tindakannya hentikan sumber perdarahan, perbaiki fungsi jantung, ganti darah yang hilang, pertahankan sistolik > 100 mmHg untuk mencegah iskemik otak. Pemeriksaan fisik, laboratorium dan radiologis. Penanganan Peningkatan Tekanan Intrakranial Pertahankan tekanan intracranial normal 0-15 mmHg. Hiperventilasi : setelah resusitasi ABC, dilakukan hiperventilasi terkontrol dengan tekanan pCO2 27-30 mmHg. Terapi diuretic :1. Diuretic osmotic (manitol 20%), dosis 0,5-1 g/kgBB diberikan dalam 30menit, untuk mencegah rebound diberikan ulangan manitol setelah 6 jam dengan dosis 0,25-0,5 g/kgBB dalam 30menit. Monitor osmolalitas < 310 mOsm.2. Loop diuretic (furosemide), dosis 40 mg/hr dengan pemberiannya bersama manitol, karena mempunyai efek sinergis dan memperpanjang efek osmotic manitol. Posisi tidur, bagian kepala ditinggikan 20-300 dengan kepala dan dada satu bidang. Jaga suhu tubuh 40cc dengan midline shifting pada daerah temporal/parietal/frontal dengan fungsi batang otak masih baik.b. > 30cc pada daerah fossa posterior dengan tanda-tanda penekanan batang otak atau hidrosefalus dengan fungsi batang otak masih baik.c. EDH progresifd. EDH tipis dengan penurunan kesadaran bukan indikasi operasi.3. Perdarahan subdural (SDH)a. SDH luas (> 40cc/>5mm) dengan GCS >6, fungsi batang otak masih baik. b. SDH tipis dengan penurunan kesadaran bukan indikasi operasic. SDH dengan edema serebri/kontusio serebri disertai midline shift dengan fungsi batang otak yang masih baik.4. Perdarahan intraserebrala. Penurunan kesadaran progresifb. Hipertensi dan bradikardi dan tanda-tanda gangguan nafas (Cushing reflex).c. Perburukan deficit neurologi fokal Pada trauma terbuka1. Fraktur multiple2. Dura yang robek disertai laserasi otak3. Liquorhea4. Pneumoencephali5. Corpus alienum6. Luka tembak

KOMPLIKASI Epilepsi/kejang Infeksi Gastrointestinal : Gasritis erosi, lesi gastroduodenal Gangguan mental dan neuropsikologis Sesak nafas akut Aspirasi Tromboemboli, emboli lemak Edema pulmonum Kelumpuhan saraf otak

PEMANTAUAN Kesadaran dengan penilaian GCS Tanda vital, meliputi : tekanan darah, nadi, pernafasan, temperature. Tanda-tanda peningkatan intracranial, seperti nyeri kepala, muntah, kejang, penurunan kesadaran, papil edema dan adanya defisit neurologis. Kompikasi yang muncul. Kemajuan hasil terapi.

PROGNOSISKeberhasilan pengobatan ditentukan oleh pengobatan sedini mungkin, resusitasi yang adekuat, pencegahan kerusakan sekunder, evakuasi hematoma atau massa lain sesegera mungkin, dan kerjasama tim yang optimal.Mortalitas 30% pada trauma kepala berat dan 16% mengalami defisit neurologis berat. Neurorehabilitasi yang komprehensif meningkatkan outcome fungsional dengan 85% perbaikan terjadi pada 6 bulan pertama.

DAFTAR PUSTAKA

Alfa A Y, 2009, Penatalaksanaan Medis (Non Bedah) Cedera Kepala dalam Kegawadaruratan Neurologi, Bagian/UPF Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran UNPAD/RS Hasan Sadikin, Bandung.

Anonymous, 2010, Cedera Kranioserebral dan Medula Spinalis dalam Advance Neuro Critical Care Support (ANCCS), Indonesian Neurological Association.

Anonymous, 2006, Konsesus Nasional Penanganan Trauma Kapitis dan Trauma Spinal, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI), Bagian Neurologi FKUI/RSCM, Jakarta.

Axelrod Y, 2008, Traumatic Brain Injury in The Washington Manual of Critical Care, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.

Bullock MR, Povlishock JT, 2007, Guideline for The Management of Severe Traumatic Brain Injury, Journal of Neurotrauma Volume 24, Supplement I, 2007, DOI:10.1089/neu.2007.9999

Eisenberg HM, Metha R, Aarabi B, 2005, Management of Severe Head Injury in Neurosurgery Principles and Practice, Spinger-Verlag London.

Greenberg MS, 2006, Handbook of Neurosurgery, Sixth edition, Thime Medical Publisher, New York.

Greer DM Westover MB, Choi E, Awad KM, 2010, Pocket Neurology, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.

Henderson GV, 2004, Coma, Head Trauma and Spinal Cord Injury in Manual of Neurologic Therapeutics, Seventh edition, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.

Moppet, 2007, Traumatic Brain Injury: Assesment, Resuscitation and Early Management, British Journal of Anaesthesia 99 (1): 18-31 (2007) doi:10.1093/bja/eam128.

Soertidewi L, 2002, Penatalaksanaan Kedaruratan Cedera Kranio Serebral dalam Update in Neuroemergencies, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Vos PE et al., 2002, EFNS Guidline on Mild Traumatic Brain Injury: Report of an EFNS Task Force, European Journal of Neurology 2002, 9:207-219.