BAB I - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL...

24
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GEOGRAFI BAB I PENGETAHUAN DASAR DAN PENELITIAN GEOGRAFI Drs. Daryono, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017

Transcript of BAB I - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL...

Page 1: BAB I - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB...(termasuk pedosfer), hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Melihat

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017

MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN

GEOGRAFI

BAB I

PENGETAHUAN DASAR DAN PENELITIAN GEOGRAFI

Drs. Daryono, M.Si.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

2017

Page 2: BAB I - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB...(termasuk pedosfer), hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Melihat

2

BAB I

PENGETAHUAN DASAR DAN PENELITIAN GEOGRAFI

Kompetensi Inti : Membedakan pendekatan-pendekatan geografi,

Kompetensi Dasar : Memahami pengetahuan dasar geografi dan terapannya dalam

kehidupan sehari-hari.

Kompetensi Inti : Menguasai hakikat struktur keilmuan, ruang lingkup, dan objek geografi

Kompetensi Dasar : Memahami pengetahuan dasar geografi dan terapannya dalam

kehidupan sehari-hari

Kompetensi Inti : Memahami pengetahuan dasar geografi dan terapannya dalam

kehidupan sehari-hari

Kompetensi Dasar : Mampu melakukan penelitian geografi

A. Pengertian Geografi

Usia geografi sudah sangat tua. Sebutan geografi pertama kali dikemukakan oleh

Erastostenes (276-196 SM) dalam buku hasil karyanya yang berjudul Geographika. Cakupan

bidang kajian geografi sangat luas, sehingga tidak mudah untuk merumuskan bidang

kajiannya. Luasnya bidang kajian geografi menyebabkan banyaknya difinisi geografi di

dalamnya terdapat keanekaragaman pandangan yang menunjukkan adanya perbedaan

penekanan perhatian dan pendekatan para ahli Geografi.

Roger Minshull dalam Suharyono dan Amin (1994) mengutip sebagian dari sekian

banyak definisi geografi, antara lain disebutkan sebagai studi tentang:

1) Tempat-tempat di muka bumi (James, Lukerman)

2) Ruang, khususnya pada muka bumi (Kant)

3) Efek-efek parsial ligkungan alami atas manusia (Houston, Martin)

4) Pola-pola kovariasi kedaerahan ( Lewthwaite)

5) Lokasi, distribusi, saling bergantungan sedunia dan interaksi dalam keteraturan

(Lukerman).

6) Hubungan-hubungan dan pengaruh timbal balik daam skosistem (Morgan dan Moss)

Page 3: BAB I - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB...(termasuk pedosfer), hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Melihat

3

7) Diferensiasi areal fenomena-fenomena yang bertautan di muka bumi dalam arti

pentingnya bagi manusia (Hartshorne).

Bintarto (1977) mengemukakan, bahwa geografi adalah ilmu pengetahuan yang

mencitra, menerangkan sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk serta

mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur bumi

dalam ruang dan waktu.

Banyaknya definisi tentang geografi, menyebabkan orang awam sulit untuk

memahami apa sebenarnya geografi itu. Guru geografi di sekolah menghadapi persoalan

yang sama dalam pembelajaran. Mereka sulit menjelaskan kepada peserta didik untuk

menjelaskan geografi itu apa. Hal ini di sadari oleh para pakar geografi di Indonesia. Untuk

memantapkan kedudukan geografi, dan meningkatkan kualitas pembelajaran geografi di

sekolah, pada pakar geografi yang tergabung dalam Ikatan Geograf Indonesia (IGI)

mengadakan serangkaian pertemuan untuk merumuskan hal-hal penting terkait dengan

perkembangan geografi di Indonesia.

Salah satu dari serangkaian pertemuan tersebut adalah berupa seminar dan lokakarya

(Semlok) yang diadakan di Semarang tahun 1988 di IKIP Semarang. Dalam Semiloka tersebut

disepakati bahwa Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan

fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks

keruangan.

B. Objek Studi Geografi

Objek studi geografi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu objek material dan

objek formal. Objek material berkaitan dengan substansi materi yang dikaji, sedangkan

objek formal berkaitan dengan cara pandang dan cara berfikir terhadap suau fenomena.

Objek material syudi geografi adalah fenomena geosfer, sedangkan objek formalnya adalah

cara pandang dan cara berfikir (pendekatan) yang digunakan dalam memahami fenomena

geosfer tersebut.

Objek material studi geografi adalah fenomena geosfer yang meliputi litosfer

(termasuk pedosfer), hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Melihat objek formal ini,

cakupan objek studi geografi sangat luas, karena fenomena apapun di permukaan bumi bisa

Page 4: BAB I - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB...(termasuk pedosfer), hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Melihat

4

dikaji oleh geografi. Objek material geografi bisa menjadi objek kajian ilmu-ilmu yang lain.

Litosfer bisa menjadi objek kajian ilmu geologi, petrografi, atau mineralogy, hidrosfer bisa

menjadi objek kajian hidrologi atau oceanografi, atmosfer bisa menjadi objek kajian

klimatologi atau meterorologi, biosfer bisa menjadi objek kajian biologi atau ilmu pertanian,

antroposfer bisa objek kajian sosiologi, ilmu ekonomi, dan lain-lain.

Dari uraian di atas diketahui bahwa antara objek material geografi dan ilmu-ilmu yang

lain bisa sama. Fenomena geosfer yang merupakan jenis flora yang tumbuh di suatu wilayah

misalnya, bisa menjadi objek material geografi, namun objek yang sama juga bisa menjadi

objek ilmu yang lain seperti biologi, pertanian, dan ekonomi. Terkait dengan hal ini, maka

objek objek formal dari masing-masing ilmu tersebut yang membedakannya.

Geografi memiliki objek formal atau pendekatan yang secara spesifik membedakannya

dengan ilmu-ilmu lain. Pendekatan tersebut adalah pendekatan keruangan (spatial

approach). Selain itu, dalam geografi juga dikenali adanya pendekatan kelingkungan

(ecological approach), dan pendekatan kompleks wilayah (regional complex approach).

C. Pendekatan Geografi

Menurut Goodall, sebagaimana yang dikutip oleh Yunus (2007), menyatakan bahwa

apapun pengayaan yang diadopsi dan apapun spesialisasi keilmuan yang dilakukan, kajian

Geografi harus selalu mengacu pada pada tiga tema utama studi Geografi, yaitu (1)

penekanan pada pendekatan keruangan dengan mengangkat ruang sebagai variable (spatial

approach); (2) pendekatan pada interrelasi antara hubungan manusia dengan dengan

lingkungannya (ecological approach), dan (3) penekanan pada sintesis antara pendekatan

spasial dan pendekatan ecological (regional complex approach).

Yunus (2007) menjelaskan pendekatan geografi sebagai berikut.

1. Pendekatan Keruangan

Pendekatan keruangan adalah merupakan suatu metode analisis yang

menekankan analisisnya pada eksistensi ruang (space) sebagai wadah untuk

mengakomodasikan kegiatan manusia dalam menjelaskan fenomena geosfer. Oleh

karena objek studi geografi adalah fenomena geosfer, maka segala sesuatu yang terkait

dengan objek dalam ruang dapat disoroti dari berbagai matra, antara lain pola (pattern);

Page 5: BAB I - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB...(termasuk pedosfer), hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Melihat

5

struktur (structure); proses (process); interaksi (interaction); organisasi dalam system

keruangan (organization within the spatial system); asosiasi (association); tendensi atau

kecenderungan (tendency or trends); pembendingan (comparation); dan sinergisme

keruangan (spatial synergism).

Dalam mengaplikasikan pendekatan keruangan, seseorang tidak cukup hanya

menyebutnya saja, namun harus secara eksplisit dan jelas menyebutkan tema apa yang

akan dianut serta penjelasan mengenai operasionalisasi pendekatannya. Aplikasi

analsisis pendekatan keruangan, minimal meliputi sembilan macam dan apabila

kesembilan macam tema analisis tersebut harus dilaksanakan maka akan menghabiskan

waktu yang lama, tenaga yang banyak, biaya yang besar, penguasaan teknik analisis

yang mendalam serta kemantapan keilmuan yang memadai. Masing-masing tema

analisis mempunyai spesifikasi sendiri yang terkait dengan spesifikasi objek kajian yang

akan dilaksanakan. Salah satu atau gabungan dari beberapa di antaranya sangat

dimungkinkan untuk dilaksanakan tanpa mengurang kadar keilmuannya.

Oleh karena alat indera manusia sangat terbatas kemampuannya, untuk

mengamati kenampakan geografis di suatu wilayah atau di permukaan bumi, maka

untuk maksud analisis keruangan seseorang memerlukan alat bantu. Disinilah peranan

model visualisasi permukaan bumi diperlukan kehadirannya. Kehadiran peta, foto udara,

maupun citra satelit sangat diperlukan dalam analisis. Namun demikian gambaran yang

ditampilkan dalam peta, foto udara maupun citra satelit kadang-kadang masih sangat

rumit dan kompleks sifatnya, sehingga kita dituntuk untuk mampu

mengabstraksikannya dalam bentuk visualisasi yang sederhana, yaitu berupa symbol

yang dapat berujut titik, garis maupun bidang. Sembilan tema analisis dalam

pendekatan keruangan yang dikembangkan oleh disiplin geografi, yaitu sebagai berikut.

a. Analisis pola (spatial pattern analysis)

Penekanan utama dari analisis ini adalah pada sebaran elemen-elemen

pembentuk ruang. Taraf awal adalah identifikasi mengenai aglomerasi sebarannya

dan kemudian dikaitkan dengan upaya untuk menjawab pertanyaan geografi

(geographic questionsi). Pertanyaan geografi adalah meliputi what, where, when,

Page 6: BAB I - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB...(termasuk pedosfer), hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Melihat

6

why, who, and how atau terkenal dengan 5W dan 1H. Sebagai contoh dapat

dikemukakan adanya sebaran kenampakan tertentu (misalnya permukiman) yang

mengelompok pada bagian tertentu dan menyebar pada bagian lain. Dalam hal

menjawab 5W1H, akan timbul pertanyaan yang utama, yaitu (1) fenomena apa yang

akan diteliti (what), (2) dimana gejala tersebut terjadi (where), (3) kapan

kenampakan gejala tersebut ada (when), (4) mengapa terjadi pengelompokan

seperti itu (why), (5) siapa yang mendiami (who), dan (6) bagaimana proses

pengelompokan tersebut dapat terjadi (how).

Dalam konsep keruangan geografi, terdapat tujuh konsep yang esensial, yaitu

(1) aglomerasi, (2) jarak, (3) letak, (4) keterjangkauan, (5) interaksi, (6) distribusi atau

deferensiasi keruangan, (7) keterpaduan atau sintesis.

(1) Aglomerasi

Aglomerasi merupakan kecenderungan pengelompokan pada suatu kegiatan

serupa, misalnya kegiatan pertanian, industri, dsitribusi penduduk, dan

sebagainya.

(2) Jarak

Fenomena geografi dapat dijelaskan dengan jarak, misalnya lokasi industri akan

mencari jarak yang dekat dengan pasar, bahan mentah, tenaga kerja dan lain-

lain. Jarak dapat bersifat absolute maupun relative.

(3) Letak

Letak sangat penting dalam menjelaskan fenomena geografi, sehingga dikenal

ada istilah letak geografis, letak astronomis, letak administrative, dan

sebagainya.

(4) Keterjangkauan

Keterjangkauan memiliki arti penting terhadap suatu fenomena geografi yang

ada di suatu tempat. Keterjangkauan ini sangat erat kaitannya dengan jarak, baik

jarak rekatif maupun absolute.

(5) Interaksi

Page 7: BAB I - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB...(termasuk pedosfer), hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Melihat

7

Fenomene geografi dapat dijelaskan dengan interaksi, terutama pada geografi

manusia.

(6) Distribusi/ deferensiasi

Perbedaan tempat akan menyebabkan terjadinya perbedaan fenomena yang

ada, dengan kata lain bahwa di permukaan bumi ini terdapat variasi keruangan.

Terjadinya variasi keruangan inilah yang kemudian mendorong terjadinya

interaksi inter wilayah.

(7) Keterpaduan

Pada dasarnya geografi merupakan sintesis dari berbagai fenomena di suatu

daerah maupun keterpaduan antar daerah.

b. Analisis struktur keruangan (spatial structure analysis)

Analisis ini menekankan pada analisis susunan elemen-elemen pembentuk

ruang. Dalam hal ini perlu dipahami bahwa struktur elemen-elemen keruangan

dapat dapat dikemukakan dari berbagai fenomena baik fenomena fisikal maupun

non fisikal. Sebagai contoh, misalnya struktur ruang atas dasar komposisi bentuk

pemanfaatan atau dari struktur mata pencaharian penduduk. Misalnya, dari

pemanfaatan ruang tertentu terdiri dari 15 % hutan, 10 % permukiman, 67 %

pertanian, 5 % industri, dan 3 % lain-lain. Selanjutnya dengan analisis struktur

keruangan, tugas utama yang pertama adalah mengidentifikasi susunan keruangan

yang ada baru kemudian dikaitkan dengan dengan upaya untuk menjawab

pertanyaan geografi (5W 1H). Pertanyaan what, when, dan where merupakan

pertanyaan yang bersifat deskriptif sedangkan pertanyaan why, who, dan how

merupakan pertanyaan yang bersifat analitis.

c. Analisis proses keruangan (spatial process analysis)

Analisis ini menekankan pada proses keruangan yang biasanya divisualisasikan

pada perubahan ruang. Perubahan elemen-elemen pembentuk ruang dapat

dikemukakan secara kualitatif maupun kuantitatif. Setiap analisis perubahan tidak

dapat dilaksanakan tanpa mengemukakan dimensi waktu, sehingga dimensi

temporal mempunyai peranan utama dalam hal ini. Minimal diperlukan dua titik

Page 8: BAB I - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB...(termasuk pedosfer), hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Melihat

8

waktu untuk mengenali perubahan. Misalnya perkembangan fisik Kota Sidoarjo

tahun 1990 – 2008. Dengan membandingkan dua buah peta, foto udara, atau citra

yang dibuat pada kedua tahun tersebut, maka perubahan kota Sidoarjo secara fisik

pada kurun waktu tersebut dapat diketahui. Pertanyaan analitis yang perlu dijawab

adalah mengapa terjadi perubahan, bagaimana perubahan itu terjadi dan dampak

apa saja yang mungkin timbul dari perubahan tersebut?

d. Analisis interaksi keruangan (spatial interaction analysis)

Analisis ini menekankan pada interaksi antar ruang. Hubungan timbal balik

antara ruang yang satu dengan yang lain memiliki variasi yang sangat besar,

sehingga upaya mengenali faktor-faktor pengontrol interaksi menjadi sedemikian

penting. Tahap selanjutnya adalah menjawab mengapa terjadi interaksi dan

bagaimana interaksi terjadi.

e. Analisis organisasi dalam system keruangan (spatial organization analysis)

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui elemen-elemen lingkungan mana yang

berpengaruh terhadap terciptanya tatanan spesifik dari elemen-elemen pembentuk

ruang. Penekanan utamanya pada keterkaitan antara kenampakan satu dengan yang

lain secara individual. Analisis ini kebayakan diaplikasikan pada organisasi keruangan

system kota-kota atau system permukiman disuatu daerah yang luas.

f. Analisis asosiasi keruangan (spatial association analysis)

Analisis ini bertujuan untuk mengungkapkan terjadinya asosiasi keruangan

antara berbagai kenampakan pada suatu ruang. Apakah ada keterkaitan fungsional

atas sebaran keruangan atau gejala tertentu dengan sebaran keruangan gejala yang

lain? Apakah ada hubungan antara berkurangnya lahan pertanian dengan

pertumbuhan penduduk di suatu wilayah? Apakah ada hubungan antara

berkurangnya lahan hutan dengan banyaknya mata air di suatu wilayah?

g. Analisis tendensi atau kecenderungan (spatial tendency/trend analysis)

Analisis ini menekankan pada upaya kecenderungan perubahan suatu gejala.

Hal ini dapat dilakukan berdasarkan analisis yang berbasis ruang dan analisis yang

berbasis waktu. Sebagai contoh adalah untuk mengetahui apakah Kota Sidoarjo

Page 9: BAB I - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB...(termasuk pedosfer), hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Melihat

9

memiliki kecenderungan perkembangan ke arah tertentu? Faktor-faktor apa yang

secara dominan berpengaruh, bagaimana proses terjadinya dan konsekuensi

keruangan apa yang akan terjadi pada masa mendatang?

h. Analisis pembandingan (spatial comparison analysis)

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui kelemahan atau kelebihan suatu ruang

dibandingkan dengan ruang yang lain. Hal ini penting dilaksanakan sebagai dasar

penentuan kebijakan pengembangan wilayah.

i. Analisis sinergisme keruangan (spatial sunergism analysis)

Analisis ini bertujuan untuk menganalisis sinergi antara suatu wilayah dengan

yang lain. Hal ini diperlukan karena semakin majunya system transportasi dan

komunikasi telah memungkinkan terjadinya mobilitas orang, informasi, barang dan

jasa semakin tinggi. Akibatnya dinamika keruangan juga semakin tinggi. Dalam era

teknologi informasi yang mengglobal seperti saat ini, batas-batas wilayah dalam

kegiatan manusia menjadi semakin kabur.

2. Pendekatan ekologikal

Pendekatan ini mengacu pada kajian ecology, maka terlebih dahulu perlu dipahami

makna dari ekologi tersebut. Ekologi adalah ilmu yang mempelajari tentang keterkaitan

antara organisme dengan lingkungannya. Geografi adalah ilmu yang bersifat human

oriented sehingga manusia dan kegiatan manusia selalu menjadi focus analisis dalam

keterkaitannya dengan lingkungan biotic, abiotik, maupun lingkungan social, ekonomi,

dan kulturalnya. Manusia dalam hal ini tidak diartikan sebagai makluk biologis semata,

tetapi juga sebagai sosok yang dikaruniai daya cipta, rasa dan karya . Dengan demikian

interelasi antara manusia dan lingkungannya akan menjadi tekanan analisis dalam

pendekatan ekologi yang dikembangkan dalam disiplin geografi. Pendekatan ekologi

dalam geografi mempunyai 4 tema analisis utama, yaitu sebagai berikut.

a. Tema analisis interaksi antara perilaku manusia -- lingkungan.

Sebagai fokus adalah perilaku manusia, baik perilaku sosial, ekonomi, kultural,

dan perilaku politik yang dilakukan seseorang atau komunitas tertentu. Contohnya di

suatu daerah tertentu terdapat sekelompok penduduk yang selalu menebangi kayu

Page 10: BAB I - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB...(termasuk pedosfer), hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Melihat

10

pada hutan lindung. Untuk mencari jawaban mengenai latar belakang kejadian

tersebut harus dicari unsur-unsur internal maupun eksternal yang terkait dengan

perilaku tersebut. Apa latar belakangnya, bagaimana prosesnya, apa dampaknya

serta apa dan bagaimana upaya mengatasinya menjadi bahasan sentral dari analisis

ini.

b. Tema analisis aktivitas manusia -- lingkungan.

Analisis ini menekankan pada keterkaitan antara aktivitas manusia dengan

lingkungan. Latar belakang perilaku bukan menjadi pembahasan sentral namun

kegiatan manusianya yang menjadi sentral. Kegiatan terkait dengan tindakan mansia

dalam menyelenggarakan kehidupannya sedangkan perilaku terkait dengan sikap

batiniah dan persepsi seseorang atau sekelompok orang terhadap lingkungannya.

Dalam hal ini dikenal sebagai kegiatan manusia dalam menyelenggarakan kehidupan

antara lain kegiatan pertanian, pertambangan, perikanan, industri, pembangunan

perumahan, dan sejenisnya. Contoh misalnya ada industri mebel di berbagai daerah.

Di daerah yang satu berkembang dengan pesat sedangkan di tempat lain cenderung

stagnan. Dalam hal seperti ini seseorang dituntut untuk mampu mengungkapkan

faktor-faktor penyebabnya, misalnya dengan cara mengidentifikasi faktor-faktor

internal dan faktor-faktor eksternal yang merupakan elemen-elemen lingkungannya

dan kemudian menganalisisnya, sehingga ditemukan faktor-faktor mana yang paling

menentukan dan faktor-faktor mana yang tidak.

c. Tema analisis keterkaitan antara kenampakan fisikan alami – elemen-elemen

lingkungan.

Analisis ini menekankan pada keterkaitan antara kenampakan fisikal alami

dengan elemen-elemen lingkungannya. Sebagai contoh misalnya sebuah danau

alami yang menunjukkan gejala peningkatan polusi air dan kemudian menakibatkan

banyaknya biota danau, khususnya ikan banyak yang mati. Gejala menurunnya

kualitas air danau dapat ditelusuri dengan menganalisis keterkaitan antara faktor-

faktor internal (danau itu sendiri) maupun faktor-faktor eksternal (lingkungan di

sekitar danau) seperti curah hujan, tata guna lahan, kondisi hutan, cara membuang

Page 11: BAB I - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB...(termasuk pedosfer), hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Melihat

11

limbah/sampah, permukiman yang ada di sekitar danau, dan sebagainya. Dengan

meneliti keterkaitan faktor-faktor tersebut diharapkan akan dapat diperoleh

jawaban, mengapa kualitas air danau mengalami penurunan.

d. Tema analisis keterkaitan antara fisikal buatan – lingkungan.

Analisis ini memfokuskan pada keterkaitan antara kenampakan fisikal buatan

dengan lingkungan. Sebagai contoh misalnya di daerah tertentu ada permukiman

mengalami genangan yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Kompleks permukian

adalah merupakan bentukan artifisial (buatan) yang bersifat fisikal. Dalam hal ini

dapat bertitik tolak dari faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang

diperkirakan memiliki keterkaitan erat dengan munculnya genangan. Variabel-

variabel yang perlu diperhatikan antara lain perubahan iklim/curah hujan, alur-alur

sungai atau saluran, kondisi laut, kerusakan hutan, kantong-kantong resapan air,

kebijakan pembangunan, cara pembuangan limbah/sampah, dan sebagainya.

Dengan meneliti keterkaitan variabel-variabel tersebut penyebab terjadinya

genangan dapat dianalisis.

3. Pendekatan kompleks wilayah

Pendekatan ini merupakan integrasi dari pendekatan keruangan dan pendekatan

ekologis. Pengunaan istilah regional kompleks mengisyaratkan adanya adanya

pemahaman yang mendalam tentang property yang ada di suatu wilayah yang

bersangkutan dan merupakan kesatuan regional. Kompleksitas gejala menjadi dasar

pemahaman utama dari eksistensi wilayah di samping efek internalitas dan eksternalitas

dari padanya. Contoh untuk mengendalikan banjir tahunan di Jakarta tidak mungkin

dapat ditangani secara internal di dalam kota Jakarta sendiri, tetapi juga harus dianalisis

dalam kaitannya dengan daerah lain yang lebih luas. Karena banjir yang terdapat di

Jakarta bukan semata-mata disebabkan oleh hal-hal yang terdapat di Jakarta itu sendiri,

tetapi juga terkait dengan wilayah di sekitarnya, seperti misalnya Bogor.

Page 12: BAB I - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB...(termasuk pedosfer), hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Melihat

12

D. Konsep Dasar Geografi

Seperti halnya definisi geografi, konsep dasar yang menggambarkan struktur ilmu

geografi juga bervariasi. Biddle memodifikasi gagasan Peter Greco, sebagaimana dikutip

oleh Suharyono dan Amin ((1994), mengemukakan konsep-konsep dasar yang

menggambarkan struktur disiplin geografi sebagai berikut.

1) adanya lokasi fenomena pada ruang dan waktu tertentu;

2) yang melalui observasi (secara langsung atau tidak langsung) akan menghasilkan fakta

geografi;

3) yang dapat digambarkan pada peta untuk menunjukkan adanya persebaran

keruangannya;

4) yang pada skala tertentu akan dapat diperoleh konsep atau pengertian asosiasi

keruangan dan asosiasi kewilayahan hingga sampai pada pengertian region atau

kawasan;

5) yang dengan demikian akan membantu pemahaman adanya hubungan manusia-alam

dan juga adanya interaksi kewilayahan, dan diferensiasi kewilayahan.

Daldjoeni (1982) mengemukakan konsep dasar geografi meliputi hal-hal sebagai

berikut.

1) penghargaan budayawi atas bumi

2) konsep regional

3) pertautan wilayah

4) interaksi keruangan

5) lokalisasi

6) pentingnya arti skala

7) konsep perubahan

Untuk kepentingan pembelajaran geografi di sekolah, dalam Seminar dan Lokakarya di

IKIP Semarang tahun 1989 dan 1890 diusulkan 10 konsep dasar geografi, yaitu konsep

lokasi, jarak, keterjangkauan, pola, morfologi, aglomerasi, keterkaitan, keruangan,

defernsiasi areal, interaksi/interdependensi, dan kegunaan.

Page 13: BAB I - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB...(termasuk pedosfer), hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Melihat

13

1. Konsep Lokasi

Konsep lokasi merupakan ciri khusus ilmu geografi sejak awal pertumbuhannya.

Dalam kajian geografi ada dua macam lokasi, yaitu lokasi absolut dan lokasi relatif.

Lokasi absolut menunjukkan letak suatu tempat/wilayah dipermukaan bumi yang secara

eksak dapat dipastikan dan tidak berubah. Letak ini ditunjukkan oleh letak lintang dan

bujur (letak astronomis).

Letak lintang atau bujur (koordinat) suatu tempat/wilayah dapat dilihat atau

dihitung pada peta. Dewasa ini koordinat suatu wilayah bisa langsung dibaca pada GPS.

Letak lintang antara lain dapat digunakan untuk mengetahui iklim matahari yang berlaku

di suatu wilayah, sedangkan letak bujur dapat digunakan untuk menentukan waktu yang

berlaku di suatu wilayah tertentu.

Letak relatif merupakan letak suatu tempat/wilayah dikaitkan dengan wilayah

yang lain. Letak relatif ini memiliki arti yang cukup penting dalam pengembangan

wilayah dan perencanaan pembangunan baik untuk kepentingan politik, pertahanan,

maupun ekonomi. Berdasarkan letak ini dapat dianalisis daerah-daerah mana yang

strategis untuk dikembangkan untuk pertahanan, seperti pangkalan militer,

dikembangkan untuk kepentingan ekonomi seperti untuk untuk kawasan perdagangan,

industri, dan lain-lain.

2. Konsep Jarak

Suharyono dan Amien (1994) menjelaskan bahwa jarak sebagai konsep geografi

mempunyai arti penting bagi kehidupan sosial dan ekonomi. Jarak berkaitan erat

dengan arti lokasi dan upaya pemenuhan kebutuhan atau keperluan pokok kehidupan

(air, tanah subur, pelayanan), pengangkutan barang dan penumpang. Karena itu jarak

tidak hanya dinyatakan dengan ukuran jarak secara lurus di udara yang mudah diukur di

peta, tetapi dapat pula dinyatakan sebagai jarak tempuh baik yang dikaitkan dengan

waktu perjalanan yang diperlukan maupun satuan biaya angkutan.

Suhardjo (1988) menjelaskan Ada tiga demensi dalam ukuran jarak, yaitu (1) jarak

fisik/ geometrik yang diukur dengan satuan panjang seperti kilometer, mil, yard dan

lain-lain; 2) jarak waktu dengan satuan ukuran jam, menit, hari, dan sebagainya; (3)

Page 14: BAB I - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB...(termasuk pedosfer), hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Melihat

14

jarak ekonomi yaitu dihitung dengan ongkos/biaya dalam rupiah yang diperlukan untuk

memindahkan barang atau orang dari suatu tempat ke tempat lain.

3. Konsep Keterjangkauan

Keterjangkauan memiliki arti penting peranannya dalam perkembangan suatu

wilayah. Keterjangkauan tidak selalu identik dengan jarak. Konsep keterjangkauan

(accessibility) tidak selalu berkait dengan jarak, tetapi lebih berkaitan dengan kondisi

medan atau ada tidaknya sarana angkutan atau komunikasi yang dapat dipakai.

Suatu wilayah yang jaraknya dekat dengan wilayah yang lain, namun jika di

terdapat rintangan alam, seperti relief yang kasar atau rawa-rawa menyebabkan wilayah

tersebut sulit dijangkau. Keterjangkauan tidak saja ditentukan oleh kondisi alam, namun

juga oleh perkembangan teknologi. Kemajuan dibidang transportasi dapat

meningkatkan keterjangkauan suatu wilayah. Sebelum ada pesawat terbang, Wamena

di Papua merupakan wilayah yang tingkat keterjangkauannya sangat rendah. Dengan

adanya pesawat terbang, wilayah tersebut aksesibilasnya meningkat.

Bintarto (1979) menyatakan bahwa aksesibilitas menunjuk adanya kemudahan

bergerak dari suatu tempat ke tempat lain dalam suatu wilayah yang erat sangkut

pautnya dengan jarak. Hagerstrand dalam Moseley (1974) membedakan adanya dua

jenis aksesibilitas, yaitu aksesibilitas sosial yang meliputi persyaratan yang harus

dipenuhi oleh seseorang untuk mendapatkan pelayanan yang diinginkan dan aksesibili-

tas fisikal, yaitu jarak fisik yang harus ditempuh seseorang untuk mencapai pelayanan.

4. Konsep Pola

Pola menggambarkan bentuk persebaran fenomena yang ada pada ruang di

permukaan bumi, baik yang bersifat alamiah maupun hasil karya manusia. Fenomene

yang berkaitan dengan fisik permukaan bumi antara lain berupa pola aliran sungai,

persebaran gunung api, curah hujan, sedangkan yang terkait dengan hasilkarya manusia

antara lain pola persebaran penduduk, penggunaan lahan, kawasan industri.

Page 15: BAB I - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB...(termasuk pedosfer), hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Melihat

15

5. Konsep Morfologi

Morfologi atau bentuk muka bumi memiliki peranan penting dalam mewarnai

fenomena geografi di suatu tempat. Morfologi di suatu wilayah, antara lain akan

berpengaruh terhadap pola persebaran penduduk, aktivitas penduduk penduduk dalam

pengelolaan lahan, dan lain-lain. Penduduk yang tinggal di dataran rendah di Indonesia,

sebagian besar memanfaatkan lahan untuk persawahan. Hal ini sesuai dengan

karakteristik wilayahnya, yaitu kesesuaian iklim dan kemudahan untuk melakukan

irigasi. Sementara penduduk yang tinggal di daerah pegunungan akan mengelola

lahannya sebagai tanah tegalan yang menghasilkan palawija, sayuran, maupun tanaman

perkebunan.

6. Konsep Aglomerasi

Aglomerasi merupakan kecenderungan pengelompokan suatu fenomena tertentu

pada suatu wilayah. Hal ini didorong oleh adanya faktor-faktor yang menguntungkan

dari adanya pengelompokan tersebut. Pengelompokan industri di suatu kawasan akan

lebih menguntungkan daripada tersebar di berbagai tempat. Adanya aglomerasi industri

dalam sebuah kawasan industri antara lain akan memudahkan penyediaan infrastruktu

dan pengelolaan limbah yang dihasilkan

Pengelompokan seringkali juga terjadi pada pemukiman penduduk. Dewasa ini

bermunculan perumahan di berbagai wilayah di daerah perkotaan. Perumahan-

perumahan tersebut pada umumnya dihuni oleh masyarakat dengan strata sosial

ekonomi yang setara. Di daerah pengelompokan penduduk terutama terjadi di daerah-

daerah yang lahannya subur, sedangkan di daerah karst pengelompojan penduduk

terjadi di sekitar mata air.

7. Konsep Nilai Kegunaan

Nilai kegunaan berkaitan dengan manfaat fenomena atau sumber daya alam

tertentu. Jenis sumber daya alam yang sama tidak selalu memberikan manfaat yang

sama bagi penduduknya. Aliran sungai yang deras di suatu wilayah baru dapat

dimanfaatkan untuk irigasi atau perikanan, sementara di wilayah lain yang lebih maju,

Page 16: BAB I - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB...(termasuk pedosfer), hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Melihat

16

aliran tersebut disamping untuk keperluan yang sama dapat pula digunakan untuk

pembangkit listrik tenaga air. Nilai guna suatu sumberdaya alam kadang-kadang

dipengaruhi aksesbilitas suatu wilayah. Batuan gamping di Gresik dengan tingkat

aksesbilitasnya yang tinggi dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan semen

yang pabriknya ada di kota tersebut. Sementara itu, batuan yang sama di Pacitan

dengan aksesbilitas yang relatif rendah penggunaannya masih sangat terbatas, yaitu

sebagai kapur tohor.

8. Konsep Interaksi/Interdependensi

Tidak ada satu wilayah di permukaan bumi ini yang bisa memenuhi kebutuhannya

secara mandiri. Itulah sebabnya maka diperlukan interaksi bahkan interdependensi.

Antara desa dan kota selalu terjadi interaksi. Desa menghasilkan bahan pangan, kota

menghasilkan produk industri. Keduanya saling membutuhkan bahkan ada saling

ketergantungan. Penduduk yang bermatapencaharian sebagai nelayan yang tinggal di

daerah pantai menggantungkan bahan makanan pokok seperti beras atau jagung,

maupun sayuran yang dihasilkan oleh petani di daerah pedalaman. Sementara itu, untuk

memenuhi kebutuhan ikan, petani memperolehnya dari ikan yang ditangkap oleh

nelayan yang tinggal di daerah pantai.

9. Konsep Diferensisi Areal

Setiap wilayah memiki kharakteristik yang mebedakannya dengan wilayah yang

lain. Karakteristik ini bisa berupa fisik, sosial budaya, maupun karakteristik sebagai hasil

interaksi antara unsur alam dan manusia dalam suatu wilayah. Secara fisik, terdapat

perbedaan-perbedaan seperti jenis iklim, jenis tanah, jenis batuan, keadaan hidrologi,

potensi bahan tambang, atau sumberdaaya alam yang lain. Adanya perbedaan

sumberdaya alam yang dimiliki akan menimbulkan perbedaan aktivitas penduduk dan

jenis kebutuhan hidup yang dihasilkan oleh suatu wilayah. Inilah maka, adanya

diferensisi areal akan mendorong terjadinya interaksi antar wilayah.

Page 17: BAB I - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB...(termasuk pedosfer), hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Melihat

17

10. Konsep Keterkaitan Keruangan

Dalam suatu ruang tertentu terdapat keterkaitan antara satu fenomena dengan

fenomena yang lain. Keterkaitan tersebut bisa berupa fenomene yang bersifat alami

atau sosial budaya. Keterkaitan antara fenomena alami, misalnya anatara ketinggian

suatu tempat, suhu, dan jenis tumbuhan yang ada di suatu wilayah tertentu.

E. Tema-tema Kajian Geografi

Menurut Yunus (2007) ada delapan tema utama dalam kajian geografi, yaitu sebagai

berikut.

1. Tema verifikasi

Tema ini bertitik tolak dari dari keinginan untuk mengadakan verifikasi terhadap suatu

teori yang sudah diuji di tempat tertentu apakah juga berlaku di tempat lain.

2. Tema inquiri

Tema ini bertitik tolak dari adanya keingin tahuan terhadap gejala yang dianggap

istimewa atau mencolok.

3. Tema eksplorasi

Tema ini bertujuan untuk mencari kemunkinan-kemungkinan ditemukannya sesuatu

yang diinginkan dan biasanya mempunyai nilai pembangnan atau nilai ilmu

pengetahuan yang besar.

4. Tema evaluasi

Tema ini bertitik tolak dari keinginan untuk mengetahui efektivitas dari suatu kebijakan

tertentu, misalnya kebijakan pembangunan.

5. Tema Kesenjangan antara harapan dan kenyataan

Tema ini bertitik tolak dari suatu realitas bahwa kenyataan di masyarakat sering terjadi

bahwa kenyataan tidak selalu sesuai dengan harapan.

6. Tema solusi

Tema ini didasarkan pada suatu upaya untuk mencari pemecahan atas suatu fenomena

yang dianggap mengancam kesejahteraan manusia dalam lingkup yang lebih luas

maupun jiwa manusia baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Page 18: BAB I - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB...(termasuk pedosfer), hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Melihat

18

7. Tema inovasi

Tema ini didasarkan pada usaha untuk mencari bentuk baru dari pemanfaatan

teknologi.

8. Tema rehabilitasi

Tema ini didasarkan pada upaya untuk memperbaiki kinerja suatu hal agar memiliki

kinerja yang lebih efektif dan efisien.

F. Prinsip Geografi

Prinsip merupakan dasar sebagai landasan untuk menjelaskan suatu fenomena,

berfungsi sebagai pedoman untuk memahami fenomena tersebut. Terdapat 4 prinsip dalam

geografi, yaitu prinsip penyebaran, prinsip interelasi, prinsip deskripsi dan prinsip korologi.

1. Prinsip Penyebaran

Fenomena yang terdapat pada geosfer, baik terkait dengan unsur fisik maupun

manusia tersebar di permukaan bumi. Penyebaran fenomena tersebut tidak merata,

masing-masih wilayah memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Sumberdaya alam, seperti

kekayaan bahan tambang, kesuburan tanah, flora, fauna, dan fenomena-fenomena yang

lain tersebar secara tidak merata di permukaan bumi.

2. Prinsip Interelasi

Fenomena yang terjadi di permukaan bumi, baik terkait dengan unsur fisik

maupun manusia terdapat keterkaitan antara satu dengan yang lain. Tidak ada suatu

fenomena di permukaan bumi yang berdiri sendiri. Keterkaitan bisa antara unsur fisik

satu dengan unsur fisik yang lain, unsur fisik dengan manusia atau antara manusia

dengan manusia. Keterkaitan antara unsur fisik dengan fisik yang lain, misalnya

terjadinya tanah longsor di suatu wilayah yang disebabkan oleh tingkat kemiringan

lereng yang curam, terdapat lapisan tanah yang berada diatas batuan yang licin sebagai

bidang luncur, dan terjadinya curah hujan yang deras dengan durasi waktu yang lama.

Sementara itu terjadinya banjir di suatu wilayah dapat terjadi bukan hanya karena curah

hujan yang tinggi, tetapi juga bisa disebabkan oleh ulah manusia yang menggunduli

hutan di wilayah hulu.

Page 19: BAB I - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB...(termasuk pedosfer), hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Melihat

19

3. Prinsip Deskripsi

Fenomena geosfer yang tersebar di permukaan bumi dan adanya interelasi

diantara fenomena-fenomena yang ada, geografi bertugas untuk mendeskripsikan hal-

hal tersebut. Suatu fenomena dideskripsikan secara jelas melalui tulisan, tabel, gambar,

peta, grafik, dan lain-lain dengan penjelasan baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

4. Prinsip Korologi

Prinsip Korologi merupakan gabungan atau perpaduan dari ketiga prinsip diatas.

Dalam prinsip ini gejala dan permasalahan geografi dianalisis persebarannya, interaksi

dan interelasinya dari berbagai aspek yang mempengaruhinya. Prinsip korologi,

merupakan prinsip geografi yang komprehensip, karena memadukan prinsip-prinsip

lainnya. Prinsip ini merupakan ciri dari geografi modern.

Prinsip korologi merupakan gabungan atau keterpaduan antara prinsip

penyebaran, interelasi dan deskripsi. Fenomena geosfer dikaji penyebarannya,

interelasinya, dan interaksinya dari berbagai aspek yang mempengaruhinya. Prinsip

korologi merupakan prinsip yang komprehensif dalam menjelaskan fenomena geosfer di

suatu wilayah.

G. Penelitian Geografi

Langkah-langkah dalam penelitian geografi sama dengan penelitian pada umumnya.

Perbedaan antara penelitian geografi dengan penelitian ilmu yang lain adalah terletak pada

objek formalnya. Seperti telah disampaikan di atas, Geografi memiliki objek formal atau

pendekatan yang secara spesifik membedakannya dengan ilmu-ilmu lain. Pendekatan

tersebut adalah pendekatan keruangan (spatial approach). Selain itu, dalam geografi juga

dikenali adanya pendekatan kelingkungan (ecological approach), dan pendekatan kompleks

wilayah (regional complex approach). Tema-tema penelitian yang relevan dikembangkan

dalam geografi dapat dilihat kembali pada penjelasan yang telah diuraikan di bagian atas

pada bab ini.

Proses penelitian merupakan suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara

terencana dan sistematis, satu sama lain harus saling mendukung, dan secara keseluruhan

Page 20: BAB I - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB...(termasuk pedosfer), hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Melihat

20

merupakan satu keterkaitan. Adapun langkah-langkah penelitian tersebut pada umumnya

adalah sebagai berikut (Suryabrata, 1989).

1. Identikasi, pemilihan, dan perumusan masalah.

2. Penelaahan kepustakaan (teori, konsep, dan hasil penelitian).

3. Penyusunan hipotesis.

4. Identifikasi, klasifikasi, dan pemberian definisi operasional variabel-variabel.

5. Pemilihan, pengembangan alat pengambil data atau instrumen.

6. Penyusunan rancangan penelitian.

7. Penentuan sampel.

8. Pengumpulan data.

9. Pengolahan dan analisis data.

10. Interpretasi hasil analisis.

11. Penyusunan laporan.

H. Identifikasi, Pemilihan, dan Perumusan Masalah

1. Masalah

Penelitian diawali keinginan untuk memecahkan suatu masalah. Itulah sebabnya

maka dalam usulan penelitian atau dalam laporan hasil penelitian selalu didahului oleh

pernyataan mengenai latar belakang masalah. Masalah dapat diartikan sebagai

kesenjangan antara harapan dan kenyataan.

2. Perumusan Masalah

Menurut Sumadi (1989), tidak ada aturan umum mengenai cara merumuskan

masalah itu, namun dapat disarankan hal-hal berikut:

1. Masalah hendaklah dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.

2. Rumusan ini hendaklah padat dan jelas.

3. Menautkan hubungan antara dua atau lebih variabel.

4. Rumusan itu hendaklah memberikan petunjuk tentang mungkinnya mengumpulkan

data guna menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkandung dalam rumusan itu.

Page 21: BAB I - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB...(termasuk pedosfer), hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Melihat

21

3. Penelaahan Kepustakaan

1. Menemukan konsep-konsep yang relevan dengan pokok maslaah yang dibahas

dalam penelitian.

2. Menggali teori-teori yang relevan dengan permasalahan penelitian dan melakukan

komparasi-komparasi.

3. Menelaah hasil-hasil penelitian yang lampau yang sangat erat kaitannya dengan

pokok-pokok masalah yang akan dibahas.

4. Menyusun suatu kerangkan yang akan digunakan sebagai tumpuan semua kegiatan

berikutnya.

5. Menyusun dugaan-dugaan (hipotesis) yang dapat memberikan arah yang jelas bagi

pengumpulan data dan analisisnya (Sutrisno Hadi, 1991).

Dari kajian pustaka dapat dihasilkan suatu kerangka berpikir baru yang dapat

dijadikan landasan, baik untuk penyusunan hipotesis penelitian, cara-cara penelitian,

maupun kegiatan-kegiatan penelitian lainnya.

4. Penyusunan Hipotesis

Hipotesis dapat juga dipandang sebagai suatu kesimpulan yang sifatnya

sementara. Sebagai kesimpulan, meskipun sifatnya masih sementara, tentu hipotesis

tidak dibuat dengan sembarangan, tetapi atas dasar pengetahuan tertentu yang

sebagian dapat diambil dari hasil-hasil penelitian terdahulu, dan teori-teori yang

relevan. Menurut Mantra (2000), suatu hipotesis penelitian ilmiah harus memenuhi

syarat-syarat tertentu, diantaranya yang sangat penting adalah sebagai berikut.

1. Hipotesis adalah hasil konstruksi dari gagasan-gagasan yang dapat diterangkan

berdasarkan teori-teori atau hasil-hasil pengamatan tertentu. Hipotesis yang

diciptakan dari gagasan-gagasan liar akan dianggap tidak sah.

2. Hipotesis harus dirumuskan dalam bentuk pernyataan, dan sama sekali tidak boleh

merupakan kalimat pernyataan.

I. Identifikasi, Klasifikasi, dan Pemberian Definisi Operasional Variabel-Variabel

1. Definisi Variabel

Page 22: BAB I - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB...(termasuk pedosfer), hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Melihat

22

Variabel (ubahan) adalah konsep yang diberi lebih dari satu nilai. Misalnya, jenis

kelamin adalah variabel karena terdiri dari dua atribut yaitu laki-laki dan perempuan.

Jadi, variabel tidak lain adalah pengelompokan yang logis dari dua atau lebih atribut

(Hagul et al, 1989).

2. Sekala Variabel

a. Variabel nominal ialah variabel yang ditetapakn berdasarkan atas proses

penggolongan. Misalnya untuk variabel jenis kelamin.

b. Variabel ordinal ialah variabel yang disusun berdasarkan atas jenjang dalam atribut.

Mislanya mengukur kelas ekonomi, diberi kode 1 untuk kelas ekonomi bawah, kode

2 untuk kelas ekonomi menengah, dan kode 3 untuk kelas ekonomi atas.

c. Variabel interval (misalnya umur, pendapatan, indeks prestasi, dan lain-lain) adalah

variabel yang dihasilkan dari pengukuran, yang di dalam pengukuran itu diasumsikan

terdapat satuan (unit) pengukuran yang sama. Sebagai contoh kita mengukur indeks

prestasi (IP) lima orang mahasiswa dan mendapatkan bahwa mahasiswa A

mempunyai IP=4; B=3,5; C=3; D=2,5; E=2.

d. Variabel rasio adalah variabel yang dalam kuantifikasinya mempunyai nol mutlak.

Karena ada titik nol, perbandingan rasio dapat ditentukan. Sebagai contoh, Balita A

beratnya 3 kilogram, Balita B beratnya 6 kilogram, peneliti dapat menyimpulkan

bahwa Balita B 2 kali lebih berat daripada Balita A.

3. Pemilihan dan Pengembangan Alat Pengambil Data

Dalam penelitian sosial, data dapat dikumpulkan melalui bermacam-macam cara

dan alat seperti: wawancara (interview), pengamatan (observasi), kuisioner, dan skala

penilaian (rating scale) (Sutrisno Hadi, 1991).

4. Penentuan Sampel (Cuplikan)

Menurut Mantra (2000), ada tiga hal yang sangat menentukan tingkat

representativitas sampel, yaitu (1) kecermatan kerangka sampel; (2) besarnya sampel;

dan (3) teknik pengambilan sampel.

5. Pengumpulan Data

Page 23: BAB I - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB...(termasuk pedosfer), hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Melihat

23

Seperti telah disebut di atas, kualitas data ditentukan oleh kualitas alat pengambil

data atau alat pengukurannya. Disamping itu, yang tidak kalah pentingnya adalah

kualitas pengambil data. Data yang diambil dari sumber pertama disebut data primer.

Disamping data primer tersebut, ada pula data sekunder yang terdapat pada instansi-

instansi tertentu yang sudah berbentuk tabel-tabel ataupun dokumen-dokumen yang

lain.

6. Analisis Data (Pengolahan Data)

Setelah data dikumpulkan, selanjutnya data itu diolah atau dianalisis setelah itu

baru menjadi informasi. Sebelum diolah, data yang terkumpul perlu diseleksi terlebih

dahulu atas dasar reliabilitas dan validitasnya. Data yang rendah reliabilitas dan

validitasnya digugurkan atau dilengkapi dengan substitusi. Data yang telah lulus dalam

seleksi lalu diolah atau dianalisis merupakan suatu informasi yang siap untuk dievaluasi

dan diinterpretasi. Setelah diolah data dapat berupa:

a. Tabel frekuensi tunggal

b. Rata-rata, median, modus, korelasi, regresi, dll

c. Grafik

d. Peta

7. Penyusunan Laporan

Penulisan laporan merupakan tahap akhir dari suatu penelitian yang merupakan

laporan hasil penelitian secara lengkap. Kerangka isi laporan penelitian pada umumnya

berisi hal-hal sebagai berikut.

1) Judul

2) Nama Peneliti

3) Kata Pengantar

4) Abstrak

5) Daftar Isi

6) Daftar Tabel

7) Daftar Gambar

Page 24: BAB I - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB...(termasuk pedosfer), hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Melihat

24

8) Daftar Lampiran

9) Bab I Pendahuluan

10) Bab II Telaah Pustaka dan Kerangka Teoritis

11) Bab III Metode Penelitian

12) Bab IV Hasil penelitian dan Pembahasan

13) Simpulan dan saran

14) Daftar Pustaka

15) Lampiran-lampiran