GEOGRAFI - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL...

15
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GEOGRAFI BAB VII KEPENDUDUKAN Drs. Daryono, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017

Transcript of GEOGRAFI - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL...

Page 1: GEOGRAFI - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · - Tingkat kesehatan masyarakat yang tinggi sehingga penduduknya tidak

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017

MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN

GEOGRAFI

BAB VII

KEPENDUDUKAN

Drs. Daryono, M.Si.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

2017

Page 2: GEOGRAFI - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · - Tingkat kesehatan masyarakat yang tinggi sehingga penduduknya tidak

1

BAB VII

KEPENDUDUKAN

Kompetensi Inti : Menunjukkan manfaat mata pelajaran geografi

Kompetensi Dasar : Menganalisis dinamika dan masalah kependudukan serta sumber daya

manusia di Indonesia untuk pembangunan

A. Dinamika Penduduk

Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis yang diakibatkan

oleh empat komponen, yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), in-migration

(migrasi masuk) dan out-migration (migrasi keluar). Selisih antara kelahiran dan kematian

disebut reprproductive change (perubahan reproduktif) atau pertumbuhan alami. Selisih

antara migrasi masuk dan migrasi keluar disebut migrasi neto.

1. Menghitung Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk dapat dibedakan atas pertumbuhan penduduk alami dan

pertumbuhan penduduk total.

a) Pertumbuhan Penduduk Alami (natural increase)

Pertumbuhan penduduk alami adalah selisih jumlah kelahiran dengan jumlah

kematian. Dalam pertumbuhan penduduk alami, jumlah imigran dan emigrant tidak

dihitung. Rumus untuk menghitung pertumbuhan penduduk alami adalah sebagai

berikut:

T= (L-M)

Keterangan:

T= Pertumbuhan penduduk

L= jumlah kelahiran

M=jumlah kematian

b) Pertumbuhan Penduduk Total

Pada pertumbuhan penduduk total nremperhitungkan migrasi (imigrasi dan

emigrasi), dengan rumus sebagai berikut.

T=(L-M)+(I-E)

Page 3: GEOGRAFI - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · - Tingkat kesehatan masyarakat yang tinggi sehingga penduduknya tidak

2

Keterangan:

T : pertumbuhan penduduk

L: jumlah kelahiran

M : jumlah kematian

1 : jumlah imigrasi

E : jumlah emigrasi

2. Menghitung Proyeksi Penduduk

Jumlah penduduk di masa yang akan datang dapat dihitung atau diproyeksikan.

Informasi mengenai jumlah penduduk di masa yang akan datang sangat penting.

Misalnya untuk merencanakan segala sesuatu yang bekaitan dengan penyediaan sarana

dan prasarana, untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk.

Rumus proyeksi penduduk adalah sebagai berikut.

Pn=Po(1 +r)n

Keterangan:

Pn = jumlah penduduk pada tahun n (ditanyakan)

Po = jumlah penduduk pada tahun o atau tahun dasar (diketahui)

n = jumlah tahun antara o dan n

r = tingkat pertumbuhan penduduk per tahun (dalam %)

3. Kelahiran (natalitas)

Kelahiran merupakan salah satu faktor kependudukan yang bersifat menambah jumlah

penduduk. Kelahiran bayi dapat dibedakan menjadi lahir hidup dan lahir mati. Bayi

dikatakan lahir hidup apabila sewaktu lahir mempunyai tanda-tanda kehidupan misalnya

bernapas, gerakan-gerakan otot ataupun ada denyut jantung. Apabila sewaktu lahir

tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan maka disebut lahir mati.

Ada beberapa faktor yang menghambat kelahiran (antinatalitas) dan yang

mendukung kelahiran (pronatalitas)

(1) Faktor-faktor pronatalitas; (a) kawin usia muda; (b) Tingkat kesehatan; (c) Anggapan

banyak anak banyak rezeki

Page 4: GEOGRAFI - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · - Tingkat kesehatan masyarakat yang tinggi sehingga penduduknya tidak

3

(2) Faktor -faktor antinatalitas; (a) pernbatasan umur menikah (b) Program Keluarga

Berencana; (c) pembatasan tunjangan anak; (d) Anak merupakan beban

4. Kematian (mortalitas)

Tingkat kematian penduduk kelompok tertentu berbeda dengan tingkat kematian

penduduk kelompok lainnya. Biasanya tingkat kematian laki-laki lebih tinggi

dibandingkan dengan perempuan. Di Negara maju umurnnya tingkat kematian rendah

dibandingakan di Negara berkembang. Tingkat kematian dipengaruhi oleh beberapa

faktor seperti kondisi sosial, ekonomi, pekerjaan, tempat tinggal, pendidikan dan jenis

kelamin. semua faktor menurut sifatnya, dapat dibedakan menjadi faktor pendukung

kematian (promortalitas) dan faktor penghambat kematian (antimortalitas).

(1) Faktor-faktor yang termasuk antimortalitas:

- Tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai

- Lingkungan yang bersih dan teratur

- Adanya ajaran agama yang melarang bunuh diri, dan

- Tingkat kesehatan masyarakat yang tinggi sehingga penduduknya tidak mudah

terserang penyakit

(2) Faktor-faktor yang promortalitas

- Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan

- Fasilitas kesehatan yang kurang memadai, misalnya kurangnya rumah sakit

peralatan kesehatan, dan obat-obatan

- Seringnya terjadi kecelakaan lalu lintas

- Adanya bencana alam yang memakan korban jiwa

- Terjadinya peperangan

Pengukuran kematian dapat dilakukan melalui beberapa cara.

1). Angka Kematian Kasar

Angka kematian kasar (crude death rate/CDR) adalah angka yang menunjukkan

jumlah kematian setiap 1.000 penduduk setiap tahun dengan rumus sebagai berikut.

CDR=D/P x k

Keterangan:

Page 5: GEOGRAFI - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · - Tingkat kesehatan masyarakat yang tinggi sehingga penduduknya tidak

4

D = jumlah kematian

P = jumlah penduduk pada pertengahan tahun

k = konstanta (1.000)

2). Angka kematian Menurut Umur

Angka kematian menurut umur (Age Specific Death Rate (ASDR) adalah angka yang

menyatakan banyaknya kematian pada kelompok umur tertentu setiap 1.000 penduduk

Apabila dibandingkan dengan CDR, rnaka ASDR lebih teliti, sebab sudah

memperhitungkan golongan umur. Adapun rumus yang digunakan adalah.

ASDR = Di/Pi x k

Keterangan:

Di = jumlah kematian dalam kelompok umur i

Pi : jumlah penduduk pada kelompok umur i

k = konstanta (1.000)

5. Persebaran dan Kepadatan Penduduk

Persebaran atau distribusi penduduk di suatu wilayah maupun negara sangat tidak

merata. Artinya ada wilayah yang memiliki penduduk sangat padat, padat, dan jarang.

Faktor yang mempengaruhi penyebaran dan kepadatan penduduk antara lain;

1) Faktor Fisiografis. Wilayah yang strategis, subur, relatif landai, cukup air, akan

memiliki penduduk yang padat

2) Faktor Biologi. Perbedaan penduduk suatu wilayah dipengaruhi oleh tingkat

kelahiran, kematian dan angka perkawinan

3) Faktor kebudayaan dan teknologi. Daerah yang teknologinya maju, memiliki pola

berpikir yang bagus, pembangunan fisiknya maju akan memiliki kepadatan penduduk

yang tinggi jika dibandingkan dengan daerah yang memiliki ciri-ciri sebaliknya

Terdapat dua jenis kepadatan penduduk yaitu; 1) kepadatan penduduk aritmatis; 2)

kepadatan penduduk agraris. Kepadatan penduduk aritmatis adalah jumlah rata-rata

penduduk setiap km2.

Rumus :

Kepadatan Penduduk Aritmatis = Jumlah penduduk (iiwa)

Page 6: GEOGRAFI - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · - Tingkat kesehatan masyarakat yang tinggi sehingga penduduknya tidak

5

Luas Wilayah (km2)

Sedangkan kepadatan penduduk agraris adalah rata-rata penduduk petani pada setiap

saluan luas lahan pertanian. Rumus kepadatan penduduk agraris adalah :

Kepadatan Penduduk Agraris = Jumlah penduduk petani

Luas lahan pertanian (km2)

6. Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio)

Adalah perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan jumlah penduduk

perempuan di suatu daerah atau negara pada suatu waktu tertentu.

Keterangan:

SR=Sex Ratio (Rasio Jenis Kelamin)

Pl = Jumlah Penduduk Laki-laki

Pp = Jumlah Penduduk Perempuan

7. Rasio ketergantungan (depedency ratio)

Adalah suatu angka yang menunjukkan besar beban tanggungan kelompok usia

produktif atas penduduk usia nonproduktif. Untuk mengetahui berapa besar angka

ketergantungan

Dependency Ratio = jumlah penduduk usia non produktif x 100

jumlah penduduk usia produktif

8. Komposisi Penduduk Berdasarkan umur dan Jenis Kelamin

Komposisi penduduk adalah pengelompokkan penduduk atas dasar kriteria

tertentu. Pengelompokkan data dan kriteria ini disesuaikan dengan tujuan tertentu.

Misalnya secara geografis, biologis, sosial, atau ekonomi.

Page 7: GEOGRAFI - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · - Tingkat kesehatan masyarakat yang tinggi sehingga penduduknya tidak

6

Berdasarkan jenis kelamin, penduduk dapat dikelompokkan menjadi penduduk

laki-laki dan perempuan. Sementara berdasarkan umur penduduk dapat dikelompokkan

menurut ukuran rentang usia tertentu, misalnya satu tahun,lima tahun atau dua puluh

lima tahun. Dengan mengetahui komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat

menunjukkan jumlah tenaga kerja produktif dan non produktif, pertambahan penduduk

dan angka ketergantungan. Sehingga di dalam mengambil kebijakan pemerintah

mengetahui jumlah pengangguran, jumlah lapangan kerja dan lain-lain.

Komposisi penduduk menurut umur dan jenis keramin dapat disajikan dalam

bentuk tabel atau dalam bentuk grafik. Piramida penduduk atau grafik susunan

penduduk dapat dimanfaatkan untuk mengetahui perbandingan antara jumlah laki-laki

dan perempuan, jumlah tenaga kerja, dan struktur penduduk suatu negara secara cepat.

Piramida penduduk dapat digolongkan dalam tiga macam, yaitu piramida penduduk

muda, piramida penduduk stasioner, dan piramida penduduk tua.

a. Piramida penduduk muda dapat menunjukkan bahwa penduduk di suatu Negara

sedang mengalami pertumbuhan. Piramida ini juga menunjukkan bahwa sebagian

besar penduduk berada pada kelompok umur muda, dengan angka kelahiran dan

kematian yang tinggi. Contoh negara yang tergolong piramida ini adalah Indonesia.

Page 8: GEOGRAFI - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · - Tingkat kesehatan masyarakat yang tinggi sehingga penduduknya tidak

7

Gambar: Piramida Penduduk Muda (Ekspansif), Tetap (Stasionary), dan Tua

(constriktif)

b. Piramida Penduduk stasioner menunjukkan suatu Negara tersebut keadaan stasioner

atau tetap. Piramida penduduk ini menunjukkan bahwa jumlah kelahiran dan

kematian seimbang. Contoh negara yang tergolong ke dalam piramida ini adalah

Swedia.

c. Piramida penduduk tua menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk suatu Negara

tersebut berada pada kelompok tua. Contoh yang memiliki piramida penduduk tua

adalah Amerika serikat

9. Cara Menghitung Jumlah Penduduk

Untuk mengetahui jumlah penduduk dalam sebuah daerah, provinsi, atau Negara

dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti sensus penduduk, registrasi atau

pencatatan, dan survey.

a. Sensus Penduduk

Sensus dilakukan dengan cara mengumpulkan, menghimpun, dan menyusun

data penduduk baik penduduk asli maupun pendatang pada waktu tertentu dan

wilayah tertentu. Sensus dapat dibedakan atas dua macam yakni sensus de facto dan

de jure. Sensus de facto adalah penghitungan penduduk atau pencacahan penduduk

yang dilakukan terhadap setiap orang yang pada waktu diadakan berada dalam

wilayah sensus. Sedangkan sensus de jure merupakan pencacahan yang dikenakan

pada penduduk yang benar-benar bertempat tinggal sesuai wilayah tersebut.

b. Registrasi

Registrasi merupakan kumpulan keterangan mengenai kelahiran, kematian dan

segala kejadian penting manusia misalnya perkawinan, perceraian dan perpindahan

penduduk. Kumpulan tentang keadaan penduduk tersebut dapat digunakan untuk

menghitung jumlah penduduk. Registrasi penduduk biasanya dilakukan di Desa atau

Kelurahan melalui Rukun warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT).

c. Survai

Page 9: GEOGRAFI - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · - Tingkat kesehatan masyarakat yang tinggi sehingga penduduknya tidak

8

Kegiatan survei merupakan pencacahan penduduk dengan cara mengambil

sampel daerah. Jadi pencacahan penduduk dengan metode ini tidak dilakukan di

seluruh wilayah Negara melainkan hanya daerah tertentu yang dianggap mewakili

seluruh wilayah.

10. Mobilitas Penduduk

Mobilitas penduduk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu mobilitas penduduk

vertical dan mobilitas penduduk horizontal. Mobilitas penduduk vertical sering disebut

dengan perubahan status misalnya perubahan status pekerjaan, sedangkan mobilitas

penduduk horizontal disebut pula dengan mobilitas penduduk geografis, adalah gerak

penduduk yang melintasi batas wilayah menuju ke wilayah lain dalam periode waktu

tertentu ( Mantra, 1978). Penggunaan batas wilayah dan waktu untuk indikator

mobilitas penduduk horizontal ini mengikuti paradigma ilmu geografi yang

mendasarkan konsepnya atas wilayah dan waktu.

Batas wilayah pada umumnya digunakan batas administrasi, namun hingga kini

belum ada kesepakatan di antara para ahli dalam menentukan batas wilayah dan

waktu tersebut. Hal ini sangat tergantung ada cakupan luas wilayah kajian. Biro Pusat

Statistik (BPS) dalam melaksanakan sensus penduduk di Indonesia menggunakan batas

propinsi sebagai batas wilayah, sedangkan batas waktu digunakan 6 bulan. Dengan

demikian menurut difinisi yang dibuat BPS, seseorang disebut migran jika orang

tersebut bergerak melintasi batas propinsi menuju propinsi lain dan lamanya tinggal di

propinsi lain selama enam bulan atau lebih. Mantra (1978) dalam kajiannya mengenai

mobilitas penduduk non permanen di sebuah dukuh di Bantul menggunakan batas

wilayah dukuh dan batas waktu yang digunakan untuk meninggalkan dukuh asal

adalah enam jam.

Mengingat belum adanya batas wilayah dan waktu yang baku, maka penggunaan

batas wilayah dan waktu dapat disesuaikan dengan luas wilayah kajian. Kajian yang

cakupannya wilayah propinsi batas wilayah yang dapat digunakan dapat berupa batas

wilayah kabupaten dengan batasan waktu selama enam bulan atau lebih.

Page 10: GEOGRAFI - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · - Tingkat kesehatan masyarakat yang tinggi sehingga penduduknya tidak

9

Mantra (1999) membedakan mobilitas penduduk berdasarkan niatan untuk

menetap di daerah tujuan. Berdasarkan hal ini mobilitas penduduk dibedakan menjadi

dua, yaitu mobilitas penduduk permanen atau migrasi dan mobilitas penduduk non

permanen. Jadi migrasi adalah gerak penduduk yang melintas batas wilayah asal

menuju ke wilayah lain dengan ada niatan menetap di daerah tujuan. Sebaliknya

mobilitas non permanen ialah gerak penduduk dari suatu wilayah ke wilayah lain

dengan tidak ada niatan menetap di daerah tujuan.

Gerak penduduk non permanen (sirkulasi, circulation) dapat dibagi menjadi dua,

yaitu ulang-alik (commuting) dan menginap atau mondok di daerah tujuan. Ulang-alik

adalah gerak penduduk daeri daerah asal menuju ke daerah tujuan dalam batas waktu

tertentu dengan kembali ke daerah asal pada hari yang sama; menginap/mondok

diukur dari lamanya meninggalkan daerah asal lebih dari satu hari, tetapi kurang dari

enam bulan; sedangkan mobilitas permanen diukur dari lamanya meninggalkan

daerah asal enam bulan atau lebih, kecuali bagi orang yang sejak semula telah berniat

untk menetap.

Komponen perubahan penduduk ada tiga, yaitu fertilitas, mortalitas dan migrasi.

Dari tiga komponen tersebut yang paling sulit merumuskan dan mengukur adalah

migrasi. Hal ini disebabkan karena migrasi terkait dengan demensi fisik, sosial,

ekonomi dan kultural. Berkaitan dengan migrasi ini banyak teori dan model yang

berusaha untuk menerangkan fenomena tersebut, yaitu sebagai berikut.

a. Teori dorong-tarik (puss-pull theory)

Lee (1966) dalam menjelaskan terjadinya migrasi mengemukanan teori, yaitu teori

dorong-tarik. Menurut teori ini terdapat empat faktor yang berpengaruh terhadap

keputusan seeorang untuk melakukan migrasi, yaitu (1) faktor-faktor yang terdapat di

daerah asal, (2) faktor-faktor yang terdapat di daerah tujuan, (3) faktor-faktor

rintangan, dan (4) faktor-faktor yang bersifat pribadi.

Faktor-faktor di daerah asal maupun tujuan dapat bersifat positif, negatif, maupun

netral terhadap migrasi. Faktor positif (+) di daerah asal berarti mempunyai daya

dorong seseorang untuk pergi meninggalkan daerah tersebut, sedangkan faktor positif

Page 11: GEOGRAFI - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · - Tingkat kesehatan masyarakat yang tinggi sehingga penduduknya tidak

10

di daerah tujuan berarti mempunyai daya tarik terhadap seseorang untuk datang ke

daerah tersebut. Sebaliknya faktor negatif (-) di daerah asal akan berfungsi sebagai

penghambat seseorang pergi ke daerah lain, sedangkan faktor negatif di daerah tujuan

adalah faktor yang tidak menyenangkan bagi seseorang untuk mendatangi suatu

daerah. Perbedaan nilai komulatif antara kedua tempat tersebut cenderung

menimbulkan arus migrasi penduduk.

Selanjutnya Lee juga menjelaskan bahwa besar kecilnya arus migrasi juga dipengaruhi

oleh rintangan antara, misalnya berupa biaya perjalanan, peraturan perundang-

undangan, sarana transportasi, dan penghalang alami.

Secara diagramatis teori dapat digambarkan sebagai berikut.

Daerah Asal Daerah Tujuan

Rintangan antara

b. Teori gravitasi

Teori gravitasi dikemukakan oleh Ravenstain. Ravenstain (dalam Sunarto, 1985)

menjelaskan hokum-hukum mengenai fenomena migrasi sebagai berikut.

1) Semakin jauh jarak, semakin berkurang volume migran.

2) Setiap arus migrasi yang benar akan menimbulkan arus balik sebagai

penggantinya.

3) Adanya perbedaan desa dengan kota akan mengakibatkan timbulnya migrasi.

4) Wanita cenderung bermigrasi ke daerah-daerah yang dekat letaknya.

5) Kemajuan teknologi akan meningkatkan intensitas migrasi.

6) Motif utama migrasi alah ekonomi.

c. Teori ekonomi

Lee (1966) dan Todaro (1979) berpendapat bahwa motivasi seseorang untuk pindah

adalah motif ekonomi. Motif tersebut berkembang karena adanya ketimpangan

ekonomi antara daerah. Todaro (1979) menyatakan bahwa keputusan untuk

+ - 0 - + - 0

+ - + - 0 - 0

+ - 0 0 + - -

+ - + - + - 0

- - + - 0 - +

+ - + 0 + - -

Page 12: GEOGRAFI - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · - Tingkat kesehatan masyarakat yang tinggi sehingga penduduknya tidak

11

bermigrasi adalah merupakan fenomena yang rasional. Walaupun pengangguran di

kota telah bertumpuk, namun seseorang masih memiliki harapan untuk mendapatkan

penghasilan yang lebih tinggi daripada upah di sektor pertanian. Alasannya adalah

bahwa di kota terdapat bermacam-macam pekerjaan, sehingga seseorang dapat

memilih salah satu yang dapat memberi harapan penghasilanyang lebih tinggi.

Besarnya harapan tersebut diukur dengan perbedaan upah riil di desa dan di kota, dan

kemungkinan seseorang mendapatkan pekerjaan.

Esensi dari teori Todaro adalah bahwa dalam jangka waktu tertentu haraan

penghasilan di kota masih lebih tinggi daripada di desa walaupun telah diperhitungkan

biaya untuk bermirasi.

d. Teori Berantai

Berlangsungnya proses migrasi di suatu daerah tidak terlepas dari keberadaan famili

atau kawan yang telah tinggal lebih dulu di suatu daerah. Migran pemula yang

berperan sebagai pionir akan menarik penduduk dari daerah asal yang mengakibatkan

timbulnya pola migrasi berantai (Sunarto, 1985).

Salah satu akibat terjadinya moboitas desa-kota adalah terjadinya urbanisasi. Menurut

Bintarto (1983), urbanisasi dapat dipandang sebagai suatu proses dalam artian sebagai

berikut.

1. Meningkatnya jumlah dan kepadatan penduduk kota, sebagai akibat dari

pertambahan penduduk, baik karena kenaikan fertilitas penghuni kota maupun

karena adanya tambahan penduduk dari desa ke kota.

2. Bertambahnya jumlah kota dalam satu negara atau wilayah sebagai akibat dari

perkembangan ekonomi, budaya, dan teknologi baru.

3. Berubahnya kehidupan desa atau suasana desa menjadi suasana kehidupan kota.

Urbanisasi dapat menimbulkan permasalahan, baik di desa mauun di kota. Bagi kota

adanya tambahan jumlah penduduk yang besar yang berasal dari desa merupakan

beban yang berat, terutama berkaitan dengan penyediaan lapangan kerja,

perumahan, transportasi, lingkungan, dan lain-lain.

Page 13: GEOGRAFI - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · - Tingkat kesehatan masyarakat yang tinggi sehingga penduduknya tidak

12

Menurut Bintarto (1983), banyaknya perpindahan penduduk dari daerah perdesaan ke

kota adalah karena adanya daya dorong dari desa seperti rendahnya pendapatan

perkapita, pengangguran baik nyata maupun tersembunyi, kurangnya atau tidak

adanya pemilikan tanah. Selain itu juga adanya daya tarik kota seperti kesempatan

kerja dengan upah yang menarik, daya daya beli penduduk, kesempatan bersekolah

atau kesempatanmengikuti kursus keterampilan di bidang teknik ataupun bidang

administrasi.

B. Masalah Kependudukan di Indonesia dan Upaya Penanggulangannya

Ciri dan perilaku demografi penduduk Indonesia pada saat ini tidak hanya belum

menguntungkan bagi terlaksananya pembangunan nasional, tetapi juga sudah menimbulkan

fenomena kependudukan di berbagai bidang kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya,

pertahanan keamanan, dan lingkungan hidup yang harus segera diatasi agar tidak

merupakan hambatan dalam pembangunan nasional. Oleh karena itu fenomena tersebut

sebagian besar sudah dapat diidentifikasi dan merupakan masalah yang harus diatasi.

Sebagai fenomena yang sudah menjadi masalah dapat disebut antara lain tekanan-

tekanan pada usaha peningkatan ekonomi karena jumlah penduduk yang besar, dan laju

pertumbuhan penduduk yang cepat, tekanan-tekanan pada usaha pembangunan pendidikan

dan tenaga kerja karena komposisi yang muda dan pertumbuhan yang cepat dari golongan

penduduk usia sekolah dan tenaga kerja, masalah-masalah pada usaha keamanan dan

pembangunan daerah karena tidak terpenuhinya kesempatan kerja dan kepadatan

penduduk yang cepat yang tidak merata dan masalah masalah lain yang komplek. Kebijakan

dalam bidang pembangunan pada hakikatnya selain tertuju pada peningkatan kualitas hidup

melalui sistem di luar sistem demografi, juga tertuju untuk mengatasi masalah

kependudukan yang secara langsung dipengaruhi oleh sistem demografi.

Terdapat empat masalah pokok dalam kependudukan di Indonesia yaitu, (1) jumlah

penduduk yang besar, (2) tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi, (3) kualitas penduduk

yang relatif rendah, dan persebaran yang tidak merata. Muculnya masalah tersebut

disebabkan karena adanya masalah pada faktor penyebab dari setiap masalah pokok

Page 14: GEOGRAFI - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · - Tingkat kesehatan masyarakat yang tinggi sehingga penduduknya tidak

13

tersebut. Misalnya, penyebab dari besarnya jumlah penduduk dan tingginya tingkat

pertumbuhan kerena masih tingginya tingkat fertilitas dan bervariasinya tingkat fertilitas

pada setiap daerah yang berbeda, dan ini merupakan masalah tersendiri. Tidak meratanya

persebaran penduduk disebabkan karena arah laju mobilitas penduduk yang hanya terpusat

pada daerah-daerah tertentu saja, ini pun juga merupakan masalah tersendiri yang

mendapat perhatian.

Pada abad ke 17 (tahun 1600 an), jumlah penduduk Indonesia diperkirakan hanya

sekitar 10 juta jiwa. Pada awal abad ke 20 naik menjadi 40 juta jiwa, dan pada sensus yang

terakhir (tahun2010) sebanyak 237,6 juta jiwa. Rata-rata laju pertumbuahan penduduk per

tahun selama piriode 2000-2010 mencapai 1,49%. Angka ini termasuk tinggi karena laju

pertumbuhan penduduk dunia dalam kurun waktu yang sama hanya sekitar 1,2%. Sejak

tahun 1961 laju pertumbuhan penduduk Indonesia cenderung tidak stabil yakni 2,13%

manjadi 2,34% pada tahun 1980, menurun 1,89% pada tahun 1990 dan 1,45% pada tahun

2000, kemudian naik lagi menjadi 1,49% pada tahun2010. Meningkatnya pertumbuhan

penduduk ini disebabkan oleh faktor fertilitas. Sensus tahun 2000 tingkat fertilitas Indonesia

sebesar 1,7 per wanita usia subur, dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 2,5 per wanita

usia subur.

Kebijaksanaan kependudukan di Indonesia meliputi penyediaan lapangan kerja,

memberikan kesempatan pendidikan, meningkatkan kesehatan serta menambah

kesejahteraan penduduk. Secara garis besar kebijaksanaan kependudukan di Indonesia

meliputi :

1. Meningkatkan taraf hidup, kesejahteraan dan kecerdasan bangsa

2. Pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kematian bayi dan anak, dan

peningkatan harapan hidup, dan pemerataan penduduk dan tenaga kerja

3. Peningkatan jumlah peserta keluarga berencana, dan peningkatan kesejahteraan ibu

dan anak

4. Peningkatan penanganan dan pendidikan mengenai masalah kependudukan.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berancana Nasional (BKKBN) telah tuntas

menyusun grand design Pengendalian kuantitas penduduk dan siap untuk

Page 15: GEOGRAFI - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · - Tingkat kesehatan masyarakat yang tinggi sehingga penduduknya tidak

14

disinkronisasikan dengan aspek lain pada awal tahun2012. Grand design ini akan

menjadi acuan dalam rencana pembangunan nasional sampai 35 tahunke depan.

Skenario kuantitas ini akan disinkronisasikan dengan aspek kuaalitas yang menjadi

tangguang jawab Kementerian Kesehatan dan Kementerian Penddidikan dan

Kebudayaan, aspek administrasi kependudukan oleh Kementerian Dalam Negeri, serta

aspek molitas oleh Kementerian Tenaga kerja dan Transmigrasi.

Grand design ini mengatur bagaimana mengendalikan laju pertumbuhan

penduduk, sehingga tercapai penduduk tumbuh seimbang 1,1% pada tahun2015. Target

ini akan tercapai kalau program KB tetap stabil dan tidak mengurangi anggaran untuk

program KB. Mengerem laju pertumbuhan penduduk bukan sekedar kebutuhan tetapi

keharusan. Tanpa strategi yang tepat dan akurat, tahun 2050 Indonesia akan

menghadapi beban ganda. Di satu pihak ada ledakan penduduk lansia yang diperkirakan

berjumlah 80 juta, dan di pihak lain membengkaknya jumlah penduduk usia muda yang

membutuhkan lapangan kerja.

Program KB merupakan program prioritas nasional. Pemerintah seharusnya

memberikan pemahaman terus-menerus kepada masyarakat menyangkut KB.

Pengalaman masa lalu dalam mengatasi masalah kependudukan telah menjadikan

Indonesia menjadi contoh dunia dan tempat belajar negara-negara lain menyangkut

pengendalian penduduk. Jadi, Keluarga Berencana mutlak untuk direvitalisasikan.